You are on page 1of 20

PENELITIAN DESKRIPTIF INTERPRETATIF

Oleh : Dr. Agus Salim, M.Pd.

BAGIAN I

BAB I

PENDAHULUAN

Penelitian Pendidikan tidak hanya milik komunitas akademis atau birokrat


perencana pendidikan. Seringkali kalau kita berbicara mengenai penelitian pendidikan,
image kita akan terbangun dengan sebuah laporan penelitian dengan bahasa yang tidak
mudah untuk dipahami, penggunaan teori pendidikan yang canggih dan penggunaan
rumus statistik yang membuat pusing. Kesimpulan sementara yang dapat terbentuk
adalah bahwa penelitian pendidikan hanya menjadi milik komunitas pendidikan tertentu,
yang memang telah memiliki kemampuan secara khusus. Sehingga tidak dapat
dipahami oleh ’orang lain’ yang tidak berada di dalamnya.

Asumsi itu tidak benar, meskipun dalam kenyataannya laporan penelitian selalu
berbahasa ’kelas berat’. Penelitian pendidikan yang baik selalu menghasilkan sejumlah
temuan, dengan bahasa yang komunikatif, mudah dicerna, dan dapat ditindaklanjuti.
Laporan pendidikan yang baik, diharapkan memberi semangat kepada para pembaca
untuk memahami masalah, menikmati kupasan masalah (pemecahan masalah) dan
merasa mampu untuk ikut mangatasi masalah-masalah itu.

Tulisan ini bersifat elementer, karena ditujukan terutama bagi para peminat
penelitian yang masih berada dalam tahapan awal. Tulisan ini ditujukan kepada para
guru (SD dan Sekolah Menengah), yang masih perlu belajar penelitian pendidikan untuk
membantu tugas-tugasnya memecahkan masalah pendidikan yang muncul di tempat
tugas. Penelitian pendidikan idealnya adalah sebuah cara berpikir yang harus dimiliki
guru, kepala sekolah dan birokrat pendidikan lokal untuk mengatasi masalah pendidikan
yang dihadapi mereka di lapangan. Seorang guru dapat segera menerapkan upaya
strategis seperti cara-cara penelitian, dalam hal ini meliputi mendiskripsi
masalah, menetapkan tujuan, mengambil manfaat, upaya untuk menganalisis
masalah sesuai dengan sejumlah asumsi teori yang dipahaminya. Upaya itu
sangat bermanfaat apabila seorang guru ingin mengatasi masalah pendidikan dengan
cara-cara akademis dan profesional.

Buku ini memang ditujukan kepada guru yang bertugas di apangan dan memiliki
idealisme untuk memecahkan masalah-masalah pendidikan yang dialami. Dengan
membaca naskah ini, diharapkan teman-teman guru tidak lagi merasa asing dengan
langkah-langkah strategis dalam penelitian. Penelitian juga tidak dapat dianggap sakral,
karena dipercaya hanya milik ilmuwan pendidikan, tetapi telah terjadi ’desakralisasi’
untuk menju kepada azas fungsional. Penelitian sesungguhnya adalah upaya untuk
mengatasi masalah pendidikan dalam tugas yang dihadapi guru dengan tepat dan
fungsional. Pemanfaatan langkah-langkah penelitian, diharapkan dapat membantu
sejumlah guru untuk melakukan ’sharing’ dengan sesama komunitas guru secara aktif.
Kelompok kerja profesi guru, seperti KKG (kelompok kerja guru), MGMP (musyawarah
guru mata pelajaran) adalah komunitas yang dapat digunakan sebagai arena kerja guru
untuk melakukan penelitian pendidikan. Di komunitas ini teman-teman guru bisa saling
memberi informasi, berbagi pengalaman dan saling memberi kritik atas upaya yang
telah dilakukan. Pada setiap penutup bab, penulis memberi bagian pelatihan, yang berisi
sejumlah isian untuk mengadakan evaluasi hasil pelatihan langkah-langkah penelitian
deskriptif-interpretatif.

Dengan demikian tulisan ini diharapkan membantu guru untuk memulai suatu
langkah besar yang sangat menentukan perbaikan proses belajar dan cara-cara
mengajar guru. Memang tulisan ini masih sederhana, membutuhkan diskusi yang
intensif untuk memahami isi tulisan ini. Terutama membutuhkan latihan intensif untuk
melakukan sendiri penelitian dengan ’rasa percaya diri’, upaya penelitian sejauh
pengamatan tidak bisa dipahami dengan cara menghafal tetapi harus dengan latihan
yang terus-menerus.

BAB II

MASALAH PENELITIAN PENDIDIKAN

Anda adalah seorang guru di pinggiran kota kabupaten, memiliki sejumlah pengalaman
dalam mengajar siswa lebih dari sepuluh tahun. Seringkali anda mengalami
kejadian/peristiwa pendidikan yang khas dan unik yang terjadi berulang-ulang, kejadian
itu dapat menyangkut diri Anda sebagai guru atau diantara teman guru dan siswa Anda.
Sebagai contoh anda mengalami sendiri atmosphere belajar siswa menurun, atau Anda
tiba-tiba kehilangan spirit untuk menjadi guru yang baik. Anda merasakan betul bahwa
nilai harian siswa ada kecenderungan menurun sehingga anda menjadi serba salah dan
ujung-ujungnya anda menyalahkan diri sendiri karena sebagai guru tidak bisa tampil
optimal.

Masalah penelitian harus tergambar dengan mudah dan dapat dirumuskan dengan
sederhana, jelas dan lengkap. Sebenarnya masalah pendidikan (educational problema)
yang terjadi pada tataran kejadian keseharian khususnya di dalam ruang kelas. Istilah
masalah sendiri timbul ketika Anda memiliki harapan (statement of ideal)
sedangkan kejadian keseharian menunjukkan perkembangan yang sebaliknya,
apa yang terjadi nyata (statement of facts) tidak sesuai dengan harapan.
Kerlinger (1973:16) mentakrifkan masalah sebagai pernyataan-pernyataan yang
dicoba untuk ditemukan jawabannya. Masalah pendidikan dapat berkembang
dalam bentuk dan macamnya yang berbeda-beda, perbedaan masalah tergantung
kepada sudut pandang masing-masing guru/peneliti.

Pada masalah turunnya atmosphere belajar siswa, penyebabnya dapat berasal dari
banyak unsur. (1) Masalah yang berasal dari kehadiran Guru: Selama ini guru
mengajar guru yang tidak tepat, guru tidak begitu menguasai substansi
(kontent) belajar, guru mengalami kejenuhan dalam membantu belajar siswa
sehingga kurang memberi waktu kepada proses pembimbingan. (2) Masalah
yang berasal di luar guru, yaitu masalah yang bersumber dari siswa,
manajemen sekolah dan orangtua siswa dan masyarakat. Masalah di luar guru
tampaknya sangat beragam, seperti sulitnya meningkatkan belajar siswa pada mata
pelajaran Matematika. Terbatasnya waktu belajar siswa di rumah, atau orangtua yang
kurang memperhatikan siswa dalam mengatasi kesukaran belajar. Masalah-masalah itu
sebenarnya dapat terjadi tunggal (karena satu alasan) tetapi dapat pula saling mengkait
sehingga terjadi tumpang tindih. Secara umum masalah pendidikan terpusat
kepada proses untuk menjawab berbagai masalah yang bersumber kepada: (a)
pemuasan sikap akademik seseorang (b) ada upaya keingin tahuan
seseorang/kelompok orang kepada masalah-masalah baru (c) meletakkan
dasar untuk dapat memecahkan masalah berdasarkan penelitian yang sedang
dan telah selesai (d) memenuhi keingin tahuan sosial (e) menyediakan sesuatu
yang memiliki manfaat.

Kriteria masalah demikian tidak dapat membatasi dengan penentuan kriteria


tentang masalah. Suatu masalah sebenarnya merupakan proses yang sedang
mengalami halangan di dalam mencapai tujuannya (goal). Biasanya, halangan tersebut
hendak kita akhiri, dan hal inilah yang antara lain menjadi tujuan suatu penelitian
(research obyective).

Bahwa apa yang dinamakan masalah itu tidak bersifat limitatif-dalam hal ini
misalnya hanya timbul bila ada hambatan/kesenjangan-dapat lebih jelas bila
dihubungkan dengan berbagai sifat penelitian, terutama penelitian eksploratif (Maria
SW. Sumardjono, 1996: 22-23). Penelitian eksploraratif bertujuan memperoleh
pengetahuan tentang suatu gejala, sehingga, setelah melalui tahap observasi, masalah
serta hipotesisnya dapat dirumuskan. Jelaslah bahwa dalam penelitian eksploratif
pengetahuan tentang gejala yang hendak diteliti masih sangat terbatas dan merupakan
langkah pertama bagi penelitian yang lebih mendalam (Singarimbun dan Effendi, 1989:
4; Babbie, 1986: 72; Vredenbregt, 1985: 53)

Namun demikian, dalam pemilihan masalah hendaknya diperhatikan hal-hal


sebagai berikut

1. Otoritas peneliti, dalam hubungannya dengan penguasaan teoritis dan


metodologis; sebagai guru yang akan meneliti hendaknya dibantu dengan
beberapa ilmu bantu untuk membangun ilmu pendidikan yaitu ilmu psikology,
sosiologi dan ilmu pendidikan sendiri.

2. Fasilitas yang tersedia, terutama dana dan waktu; bagi guru yang akan
meneliti sebenarnya tergantung niat yang dimiliki, waktu untuk melakukan
penelitian dan sedikit dana untuk melaksanakan.

3. Kemungkinan memperoleh data yang adekuat; dapat dilakukan dengan


mengambil data sekunder (statistik pendidikan, data sosiografi/demografi,
statistik sekolah dll) dan juga data primer meliputi pernyataan masing-masing
informan dalam pelaksanaan penelitian lapangan. Data yang baik adalah data
yang memberikan informasi secara tepat dalam pelaksanaan penelitian yang
sedang dilakukan (sesuai dengan tujuan penelitian).

4. Apakah masalah yang hendak diteliti itu penting/berfaedah bagi negara/


masyarakat dan ilmu pengetahuan. Masalah penelitian adalah masalah yang
dianggap penting dan dirasakan mengganggu kegiatan pendidikan keseharian,
dirasakan sebagai hambatan yang mengganggu yang harus diatasi bersama
(guru, orangtua siswa, siswa, pemerintah dan swasta) secara simultan.

Dalam prakteknya sering terjadi kesalahan dalam merumuskan masalah, yang


antara lain disebabkan oleh:

1. Pengumpulan data yang dilakukan tanpa perencanaan terinci; sehingga data


dapat bias, tidak sesuai dengan tujuan penelitian.

2. Pengambilan data yang sudah tersedia dan usaha untuk memaksakan


perumusan masalahnya;

3. Perumusan tujuan yang dilakukan terlalu umum dan meragukan, sehingga


interpretasi hasil serta kesimpulan tidak sahih (valid); hal ini tentunya tidak
dapat digunakan untuk mengatasi masalah pendidikan yang muncul di
masyarakat.

4. Tidak disebutkannya batasan (limitation) dalam pendekatannya-baik secara


eksplisit maupun implisit- yang berguna untuk membatasi kesimpulan dan
penerapannya pada situasi lain.

Tidak ada keharusan yang mengikat dalam hal perumusan masalah-dapat


berbentuk pernyataan maupun pertanyaan. Biasanya lebih mudah merumuskan masalah
dalam bentuk pertanyaan, yang sudah barang tentu bukan sekadar bertanya-karena
suatu masalah yang baik sedapat mungkin: 1) harus menyatakan hubungan antara dua
gejala (variabel), 2) harus dinyatakan secara jelas serta tidak mengandung keraguan,
dan 3) menyiratkan kemungkinan untuk dapat diuji secara empiris (Kerlinger, 1973: 17-
18).

Tugas Yang Harus Dilaksanakan Guru:

Anda adalah guru yang bertugas di suatu daerah dengan karakteristik tertentu,
cobalah Anda susun sebuah identifikasi masalah pendidikan yang sering muncul atau
Anda hadapi dalam tugas keseharian. Dari identifikasi masalah yang muncul, adakah
persamaan diantara masalah-masalah itu, dan Anda perkirakan teori pendidikan yang
dapat digunakan untuk memecahkan masalah itu?

Identifikasi Masalah Pendidikan

No Identifikasi Kelompok Teori yang dapat


Masalah Masalah digunakan untuk
Pendidikan menerangkannya
1
2
3
4
5
...

BAB III

TUJUAN DAN MANFAAT

Apa yang hendak dicapai dalam penelitian hendaknya dikemukakan dengan jelas
dan tegas. Perlu pula diingatkan bahwa antara masalah, tujuan, dan kesimpulan yang
kelak diperoleh haruslah sinkron atau konsisten. Jika masalah dirinci menjadi empat hal,
tujuan penelitian harus meliputi keempat haal tersebut, dan melalui pengujian hipotesis
(jika ada) terhadap keempat hal tersebut akan diperoleh kesimpulan yang meliputi
keempat hal itu pula.

Tujuan penelitian (research obyective) biasanya dinyatakan dengan


kalimat yang sederhana, kalimat tunggal dan tidak bersayap sehingga
memuat kejelasan yang dimaksud.

1. Tujuan penelitian harus dapat menggugah minat penelitian bagi pembacanya,


untuk terlibat dan menekuni.
2. Kalimat harus jelas, padat, tunggal dan tidak bersayap
3. Tujuan penelitian harus memuat unsur pokok yang dijadikan acuan penelitian

Sedangkan pernyataan tentang tujuan penelitian dapat dijabarkan menjadi


beberapa unsur (Suryono Sukamto, 2006: 9):

1. Mendapatkan pengetahuan tentang sutu gejala, sehingga dapat merumuskan


masalah.
2. Memperoleh pengetahuan yang lebih mendalam tentang suatu gejala, sehingga
dapat merumuskan pendapat sementara (hipotesa).
3. Untuk dapat menggambarkan secara lengkap karakteristik atau ciri-ciri dari suatu
keadaan, perilaku pribadi, perilaku kelompok, fenomena pendidikan.
4. Mendapatkan keterangan tentang frequensi peristiwa, dan juga mendapat
keterangan hubungan antara suatu gejala dengan gejala yang lain
5. Menguji hipothesa yang berisikan hubungan sebab dan akibat dari hubungan 2
variabel atau lebih.

Selain tujuan penelitian, peneliti juga sudah harus membayangkan manfaat yang
didatangkan dari penelitian itu. Manfaat penelitian seringkali disebut sebagai arti dan
kegunaan (signifikansi) bagi perkembangan ilmu Pendidikan/ ilmu keguruan
atau juga bagi perkembangan pemanfaatan ditengah masyarakatnya. Manfaat
pertama seringkali disebut signifikansi ilmu dan manfaat kedua disebut sebagai
signifikasi sosial. Manfaat ilmu, dalam penelitian pendidikan diharapkan periset dapat
menyumbangkan sejumlah keterangan yang melengkapi asumsi teori pendidikan
tertentu. Bagaimana teori prestasi belajar dapat dibangun dengan pemahaman baru
tentang ketersediaan fasilitas-belajar dan peningkatan status gizi siswa. Sedangkan
signifikansi sosial mencakup, bagaimana temuan penelitian yang dilakukan itu dapat
memiliki manfaat kepada pengambil kebijakan dan para periset sendiri (guru ybs).

Tugas yang Dilaksanakan Guru

Anda adalah guru yang bertugas di suatu daerah dengan karakteristik tertentu,
cobalah Anda susun tujuan penelitian sesuai dengan masalah yang terjadi. Tujuan
penelitian tersebut Anda hubungkan dengan manfaat penelitian , dalam bentuk
signifikansi ilmu dan signifikansi sosial.

Tujuan Penelitian, Signifikansi Ilmu dan Signifikansi Sosial

No Tujuan Penelitian Signifikansi Ilmu Signifikansi Sosial


1
2
3
BAGIAN II

BAB IV

METODE PENELITIAN

Penelitian pendidikan pada umumnya mengandung dua ciri pokok, yaitu logika dan
pengamatan empiris (Babbie, 1986:16). Kedua unsur penciri pokok penelitian ini harus
dipakai dengan konsisten, artinya dua unsur itu harus memiliki hubungan fungsional-
logis. Dalam hal ini logika merujuk kepada (a) pemahaman terhadap teori yang
digunakan dan (b) asumsi dasar yang digunakan oleh peneliti ketika akan memulai
kegiatan penelitian. Disamping itu pengamatan empiris bertolak dari (a) hasil kerja
indera manusia dalam melaksanakan observasi dan kekuatan pemahaman manusia
terhadap data-data lapangan. Kegiatan antara penggunaan logika dan pengamatan
empirik harus berjalan konsisten: artinya kedua unsur (logika dan pengamatan empiris)
harus memiliki keterpaduan dan memungkinkan terjadi dialog intensif. Dengan demikian
pengamatan empiris harus dilakukan sesuai dengan pertimbangan logis yang ada.
Sebagai contoh: dalam bidang pendidikan menurunnya prestasi siswa dapat diterangkan
dengan asumsi bahwa (a) telah terjadi berkurangnya minat siswa terhadap mata
pelajaran tertentu di sekolah sebagai akibat dari terbatasnya prasarana laboratorium
dan buku penunjang belajar (b) telah terjadi penurunan rerata nilai ujian untuk
matakuliah tertentu, disebabkan guru belum memahami pelaksanaan kurikulum yang
berbasis kepada KTSP (kurikulum tingkat satuan pendidikan).

Gambar 1:

Hubungan Antara Logika dan Pengamatan empirik dalam penelitian


pendidikan

Metodologi dalam arti umum, adalah studi yang logis dan sistematis
tentang prinsip-prinsip yang mengarahkan penelitian ilmiah. Dengan
demikian, metodologi dimaksudkan sebagai prinsip-prinsip dasar dan bukan
sebagai methods atau cara-cara untuk melakukan penelitian. Dalam bagan
berikut, metodologi, dalam arti prinsip dasar, digambarkan secara horizontal-yang
intinya terdiri atas: masalah, tujuan, tinjauan pustaka, kerangka teori (jika ada),
hipotesis (jika ada), dan cara penelitian. Sedangkan cara penelitian atau methods atau
desain penelitian digambarkan secara vertikal- yang intinya terdiri atas lima unsur
(bahan, alat, jalannya penelitian, variabel penelitian, analisis hasil).

Dalam bahasa sehari-hari, pengertian methodology dan methods ini sering


dikacaukan. Seringkali dijumpai istilah metodologi atau metode penelitian, padahal
yang dimaksudkan sebenarnya adalah methods atau cara penelitian-sebagai salah satu
tahap dalam metodologi penelitian yang kemudian dituangkan dalam usulan penelitian.
Dengan demikian, istilah ”metodologi” di sini adalah dalam arti yang terbatas/sempit.

Sebagai suatu pola, cara penelitian tidak bersifat kaku-bagaimanapun, suatu cara
hanyalah alat (tool) untuk mencapai tujuan. Cara penelitian digunakan secara bervariasi,
tergantung antara lain pada obyek (formal) ilmu pengetahuan, tujuan penelitian, dan
tipe data yang akan diperoleh. Penentuan cara penelitian sepenuhnya tergantung pada
logika dan konsistensi peneliti.

Pembuatan usulan penelitian merupakan suatu langkah konkret pada tahap awal
penelitian. Seorang guru yang baru meneliti atau ingin meneliti, dalam hal ini ingin
memperoleh informasi dari instrumen yang digunakan. Guru harus memiliki sejumlah
keterampilan khusus. Demikian pula, penelitian itu sedapat mungkin ditujukan untuk
memecahkan suatu masalah pendidikan yang dihadapi oleh masyarakat, negara, dan
ilmu.

Sebagai suatu proses, penelitian membutuhkan tahapan-tahapan tertentu yang


oleh Bailey disebut sebagai suatu siklus yang lazimnya diawali dengan:

1. pemilihan masalah dan pernyataan hipotesisnya (jika ada);

2. pembuatan desaian penelitian;

3. pengumpulan data;

4. pembuatan kode dan analisis data; dan diakhiri dengan intepretasi hasilnya.

Dalam kenyataannya, seorang peneliti dapat mengakhiri penelitiannya setelah


interpretasi hasil. Akan tetapi, proses penelitian sendiri tidak berhenti pada tahap itu.
Ada kemungkinan bahwa penelitian yang dilakukan tidak membawa hasil sebagaimana
yang diharapkan. Dalam hal ini peneliti perlu melakukan revisi atas asumsi/ hipotesisnya
dengan melewati tahap pertama. Atau, mungkin juga asumsi/hipotasisnya benar tetapi
terdapat kesalahan pada hal-hal lain, misalnya kesalahan dalam penentuan sampel,
kesalahan dalam penentuan sampel, kesalahan dalam pengukuran konsep-konsep, atau
ketidaktepatan analisis data. Maka dalan hal ini peneliti harus mengulang seluruh proses
penelitiannya (Bailey, 1982:10). Pendapat ini memperkuat posisi, bahwa pelaksanaan
penelitian bersifat dinamis: yaitu penelitian yang bersifat terbuka, dilakukan dengan
berbagai pendekatan yang tidak kaku (rigit). Proses penelitian diketahuai adalah proses
yang dinamis, artinya perkembangan suatu teori diawali dengan pemahaman terhadap
teori itu sendiri, yang kemudian menghasilkan hipotesis, lalu dari hipotesis itu diperoleh
cara untuk melakukan observasi, dan pada gilirannya observasi itu menghasilkan
generalisasi. Atas dasar generalisasi inilah teori itu mungkin didukung atau ditolak.
Demikian seterusnya, teori dan penelitian dihubungkan melalui dua metode logika
deduksi dan induksi yang dipergunakan secara berseling-seling. Secara sederhana
proses ini dapat dilihat dalam gambar ini:
Gambar 2:

Wallace: Model Penelitian Sosial

Kiranya model penelitian dinamislah yang lazim diterima. Wallace melukiskan proses
tersebut sebagai lingkaran ilmu pengetahuan, karena proses menemukan kebenaran
ilmu pengetahuan dan penelitian berlandaskan metode tertentu (Wallace,1971: 16-24).
Pemikiran Wallace dapat memuat daur pendekatan yang bersifat induktife dan
pendekatan yang bersifat deduktife.

Pendekatan induktif bermula dari keinginan peneliti untuk memberi makna kepada
data hasil observasi dalam bentuk generalisasi empiris (kategori-kategori awal, asumsi,
kemudian menjadi sebuah teori). Pendekatan induktif sering dipakai dalam penelitian
kualitiatif, yaitu penelitian yang memanfaatkan paradigma penelitian interpretif yang
bertujuan membangun makna berdasarkan kepada data-data lapangan. Pendekatan
deduktif bertolak dari sejumlah tafsiran yang diberikan kepada asumsi dan teori,
dengan menggunakan data-data hasil observasi dalam penelitian.

Penelitian yang bersifat deduktif dibangun dari data-data kuantitatif-statistik yang


berusaha mengadakan uji terhadap seperangkaian hipothesa yang menjadi asumsinya.
Penelitian kuantitatif lebih sering dilakukan, dengan perangkat instrument yang
dipersiapkan, para periset kuantitiatif lebih mudah mengambil data dari satuan sample.
Semakin banyak sample penelitian maka semakin tinggi tingkat kepercayaan terhadap
intepretasi data lapangan. Dengan menggunakan pendekatan positivistik, penelitian
kuantitatif menjadi lebih mudah dilakukan, tergantung kepada interpretasi atas data-
data numerik yang dilakukan dalam analisa statistik.
Gambar 3:
Siklus Penelitian Model Walace

Dengan berbekal pengertian-pengertian dasar mengenai penelitian, berikut ini


akan diuraikan tahap-tahap dalam penelitian. Membicarakan tahapan dalam penelitian
pada dasarnya sama dengan membicarakan metodologi atau ilmu tentang metode.
Merupakan suatu kenyataan bahwa prinsip-prinsip metode ilmiah adalah sebagian besar
sama bagi setiap cabang ilmu pengetahuan. Sudah barang tentu perhatian pada segi
penekanannya harus diberikan, tetapi hal ini tidak menyangkut prinsip-prinsip metode
ilmiah (Vredenbregt, 1985: 59-60).

Penelitian pendidikan sebenarnya suatu proses untuk mengetahui ada tidaknya


hubungan antar konsep yang dijadikan bahan kajian dalam penelitian. Hubungan antar
konsep itu ditunjukkan dalam sebuah hubungan ........Setiap konsep yang kembangkan
sebagai variabel penelitian harus dapat menunjukkan beberapa indikator empirik yang
ada dilapangan. Sebagai contoh konsep kemampuan mengajar guru, maka indikator
empirik yang dapat diketahui adalah (a) kemampuan penggunaan metode belajar guru
di dalam kelas (b) penguasaan materi belajar pada mata pelajaran tertentu di kelas, dan
(c) kemampuan guru mengadakan asosiasi beberapa mata pelajaran tertentu di kelas

Tabel I:

Konsep dan Indikator Empirik


Sedangkan untuk konsep belajar siswa di kelas, maka indikator yang digunakan adalah
(a) nilai hasil ujian siswa pada mata pelajaran tertentu (b) nilai keseluruhan sebagai hasil
ujian pada tingkatan kelas tertentu (c) aspek keterampilan yang dicapai siswa pada
mata pelajaran tertentu.

Tugas yang Dilakukan Guru

Anda adalah guru SMP yang telah melaksanakan tugas penelitian deskriptif,
usahakan Anda dapat melaksanakan kegiatan analisis dengan cara menafsirkan data –
data lapangan dengan melakukan interpretasi.

A. Sudut Induksi

No Uraian Deskripsi Data Interpretasi Tafsiran dibalik


Lapangan Data Lapangan Data

(beyound fact)
1
2
3

B. Sudut Deduksi

No Unsur Teori Yang Asumsi yang Hipotesa Indikator


Ingin diketahui dapat Penelitian Empirik
Aplikasinya di menjelaskan
Lapangan Teori
1
2
3
...
BAB V

KAJIAN TEORI

Perpustakaan dan instansi khusus lain merupakan sumber keterangan. Melalui


penelusuran pustaka dapat diperoleh teori-teori dasar yang telah ditentukan para ahli,
penelitian yang baru dalam bidang yang menjadi perhatian, orientasi pemilihan topik
dapat diperluas, serta pengulangan penelitian dapat dihindari (Irawati, dalam
Singarimbun dan Effendi, 1989: 70). Keterangan yang diperoleh haruslah dicatat dan
diolah untuk kemudian dapat dipergunakan sebagai bahan dalam pembuatan usulan
penelitian, laporan, dan penulisan makalah. Landasan teori dijabarkan dan disusun
berdasarkan tinjauan pustaka, dan akan merupakan suatu bingkai yang mendasari
pemecahan masalah serta untuk merumuskan hipotesis. Teori dapat juga diwujudkan
dalam model penelitian yang apabila dipersiapkan dengan cermat akan mempermudah
penanganan penelitian.

Apakah setiap usulan penelitian harus selalu disertai landasan teori? Jika teori
diberi pengertian menurut ilmu-ilmu sosial sebagaimana diuraikan di atas, landasan teori
tidak harus ada pada setiap usulan penelitian. Dalam penelitian eksploratif, misalnya,
tampak jelas bahwa pengetahuan tentang teori masih sangat sedikit sehingga tidaklah
mungkin menyusun landasan teori. Menurut Mullins (1971:36) teori dinyatakan sebagai
kelompok ide yang memiliki hubungan yang mengandung kebenaran (1) Konsep-konsep
yang digunakan untuk membahas daerah pemasalahan, (2) Peubah apa yang dipercaya
sebagai sumber potensial untuk menggambarkan, masalah, dan (3) Mengapa memilih
idea dan asumsi tertentu untuk membahas masalah.

Apakah yang dimaksud dengan keterangan konseptual? Kerangka konseptual


adalah kerangka yang menggambarkan hubungan antara konsep-konsep khusus yang
akan diteliti. Konsep bukan merupakan gejala/fakta yang akan diteliti melainkan
abstraksi dari gejala tersebut (Soerjono Soekanto, 1982: 132). Konsep, yang merupakan
salah satu unsur teori, dengan demikian mempunyai sifat yang lebih kongkret daripada
teori. Namun demikian, konsep ini masih perlu dijabarkan lebih lanjut yaitu dengan
memberikan definisi operasionalnya. Dalam ilmu hukum, penjabaran lebih lanjut itu
dapat diambil misalnya dari peraturan perundang-undangan.

Dengan demikian, bila teori diberi pengertian menurut ilmu-ilmu sosial, tidak
semua usulan penelitian memerlukan landasan teori. Tetapi bagaimanapun juga, untuk
melaksanakan penelitian diperlukan sesuatu yang memberi arah kepada usaha untuk
memecahkan masalah dalam penelitian itu, dan dalam hal ini landasan teori dapat
digantikan oleh landasan konsepsional. Babbie menyebut teori sebagai penjelasan
sistematis tentang fakta-fakta yang diamati yang berkenaan dengan aspek kehidupan
tertentu (Babbie, 1986: 37). Jonathan Turner, sebagaimana dikutip oleh Babbie,
menyebutkan beberapa unsur teori-tiga diantaranya adalah konsep, variabel, dan
pernyataan. Konsep adalah unsur-unsur abstrak yang mewakili kelas-kelas fenomena
dalam satu bidang studi. Dengan demikian, konsep merupakan penjabaran abstrak dari
teori. Dikemukakan sebagai contoh, dalam teori tentang kenakalan remaja ada beberapa
konsep yang terkait, misalnya kenakalan, remaja, status sosial ekonomi, prestasi di
sekolah dan lain sebagainya. Konsep yang berrsifat abstrak itu harus dijabarkan melalui
variabel. Dengan demikian, apabila konsep itu berhubungan dengan teori, variabelnya
berhubungan dengan observasi dan pengukuran. Dalam konsep status sosial ekonomi,
variabel tersebut misalnya dapat diamati dan diukur berdasarkan tingkat pendidikan dan
jenis pekerjaan orang tua.

Dalam kaitan dengan pertanyaan (statement) dikenal adanya proposisi dan


hipoteisis. Proposisi adalah kesimpulan yang ditarik tentang hubungan antarkonsep, dan
hipotesis adalah harapan-harapan terinci tentang realitas ampiris yang diperoleh dari
proposisi. Melalui penelitian, hipotesisi akan diuji dan hasilnya mungkin mendukung atau
menolak teori.
Tugas yang Dilakukan Guru

Anda adalah seorang guru yang baru belajar langkah-langkah penelitian. Anda
sedang mencoba menyusun sebuah teori belajar yang berasal dari psikologi belajar dan
sebuah kerangka teoritis yang anda butuhkan untuk meneliti.

No Perkiraan Middle Teori Hasil Asunsi/Hipothe Indikato


Grand Theory Theory Penelitian sis Lapangan r Impirik
yang Terdahulu
digunakan
1

...
BAGIAN III

BAB VI

DESKRIPSI DAN INTERPRETASI

A. Bagaimana Membaca Data?

Bagaiman membaca data ? Pertanyaan ini sangat mendasar dalam semua


kegiatan penelitian. Bahkan dapat dinyatakan bahwa inti kegiatan penelitian adalah
’pembacaan’ data lapangan yang telah dikumpulkan dalam kegiatan penelitian itu.
Harus diakui oleh semua orang, bahwa data tidak akan memiliki makna seandainya
periset tidak dapat ’memberi makna’ kepada seonggok benda yang bernama data
(datum). Data yang merupakan benda mati, sejumlah pernyataan tentang sifat, event
yang sudah atau sedang berlalu; akan hidup dalam imajinasi periset. Pembacaan data
menjadi kunci kegiatan penelitian lapangan, periset akan menemukan sejumlah temuan
dan simpulan (evidensi) dengan cara membaca data-data yang menjadi temuannya di
lapangan.

Kalau yang dimaksud periset adalah guru, maka dapat dinyatakan, bagaimana
guru-guru itu dapat membaca data pendidikan yang diperoleh dalam kegiatan penelitian
lapangan. Ketika seorang guru mendapati laporan statistik sekolah (dari dinas
pendidikan kabupaten) yang terbaca bahwa siswa perempuan sering mengalami ’drop
out’ pada kelas-kelas terakhir tingkat pendidikan dasar (SD dan SMP). Kejadian itu
merupakan data yang perlu ditafsirkan oleh periset. Pertama, dengan imajinasinya,
periset akan mengambil simpulan bahwa sebagian keluarga-keluarga di daerah
penelitian masih belum menempatkan posisi wanita sejajar dengan laki-laki. Secara
ekonomi dan sosial (social status) wanita lebih rendah dibandingkan laki-laki, ketika
terjadi kesulitan ekonomi maka masyarakat akan merespon dengan mengurangi
peluang pendidikan kepada anak perempuan. Kedua, dengan imajinasinya pula, periset
menghubungkan perilaku masyarakat dengan kebiasaan dan budaya setempat. Dalam
adat budaya Jawa yang patrialkal, maka aspirasi pendidikan terhadap anak perempuan
lebih rendah dibanding anak lelaki. Bagi keluarga Jawa, anak lelaki akan menanggung
tanggung jawab lebih besar dibanding perempuan, sehingga mereka perlu menikmati
pendidikan lebih tinggi dan harta warisan lebih besar (sakpikulan dan sakgendongan).

Untuk dapat ’membaca’ data penelitian yang baik, periset perlu memiliki
pengetahuan yang cukup luas dengan cara membaca buku referensi teori, berdialog
dengan teman-teman guru yang lain (kolega) dan berusaha meningkatkan kualitas
pengalaman.

1. Guru-guru yang termasuk dalam kelompok periset perlu mendalami buku-buku


ilmu pendidikan (ilmu pendukung pendidikan: psikologi, sosiologi, filsafat manusia
dll), jurnal hasil penelitian pendidikan, artikel pendidikan, dan artikel pendidikan di
web-internet, untuk dapat membangun konsep, asumsi, pengetahuan yang lebih
mendalam tentang masalah-masalah pendidikan yang terjadi dilapangan.

2. Guru-guru yang termasuk dalam kelompok periset perlu membentuk kelompok


kerja yang diharapkan mampu menggali masalah-masalah pendidikan dilapangan
sesuai dengan pengalaman masing-masing. Dengan membuat kelompok kerja,
diharapkan periset memiliki arena untuk membangun wacana, memahami konsep-
konsep penelitian dan melakukan saling tindak kritis (sharing) terhadap masalah
yang dihadapi bersama.

3. Periset pendidikan harus memiliki ’pengetahuan awal’ tentang masalah yang


diteliti, sehingga dapat melakukan kegiatan analisis yang tepat.

B. Data Primer dan Data Sekunder


Perlu diketahui, bahwa data dapat dibagi menjadi dua berdasarkan asal-muasal
data tersebut: yaitu Data Primer dan Data Sekunder.

Data Primer adalah data-data yang diperoleh guru secara langsung


dalam kegiatan penelitian lapangan. Data primer ini dapat berbentuk isian
kuesioner, jawaban langsung dari responden/informan berdasarkan masalah
yang sedang dikaji. Data primer dapat berupa sejumlah analisis statistik yang
digunakan untuk mengunyah data-data primer yang masuk (menggunakan analisis
komputer). Data primer juga dapat berbentuk laporan hasil pengamatan (pengamatan
melibat dan pengamatan tidak langsung), hasil gambar foto dari event tertentu yang
menjadi tujuan atau selama penelitian berlangsung.

Dalam kegiatan penelitian tindakan kelas (PTK) seorang guru yang memiliki atensi
untuk memperbaiki kinerja tugas mengajarnya di dalam kelas, berusaha membagi siswa
menjadi tiga kategori, yaitu kategori siswa yang memiliki rerata nilai cukup tinggi dalam
mata pelajaran matematika, kategori siswa yang memiliki rerata nilai menengah dalam
mata pelajaran matematika dan terakhir kategori siswa yang memiliki rerata nilai rendah
dalam mata pelajaran matematika. Upaya untuk membaca data dengan membagi 3
kategori tersebut merupakan upaya untuk membaca data primer. Data deskriptif dapat
dilanjutkan dengan pemanfaatan statistik deskriptif (prosentasi, Proposisi) dan juga
menggunakan statistik infrensial (test hipotesa atau melihat ada tidaknya hubungan
antara dua konsep) sehingga dapat menjamin adanya kejelasan pengambilan simpulan.

Data Sekunder, adalah data-data yang yang diperoleh guru secara tidak
langsung dalam kegiatan penelitian. Data sekunder dapat diperoleh dari
sensus pendidikan, laporan data pendidikan dari kantor dinas pendidikan dan
departemen pendidikan, statistik yang berasal dari monografi dan demografi
desa dan juga hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Data
sekunder didapatkan dari sumber jurnal pendidikan, buku, dan sumber lain yang secara
instidental ditemukan. Sumber sekunder juga dapat diperoleh dari media masa (koran)
dan lembaran maya (internet).

Data sekunder adalah data yang tidak merupakan sumber asli dalam kegiatan
penelitian, tetapi merupakan sumber yang dapat dipakai untuk menunjang keberadaan
informasi data primer yang dijadikan informasi utama. Meskipun data sekunder
merupakan data penunjang, tetapi kepentingan data ini untuk membangun informasi
penelitian cukup penting sehingga dibutuhkan. Kepentingan data sekunder adalah untuk
membuat (a) latar belakang masalah penelitian (b) informasi alternatip yang dapat
dibandingkan dengan informasi primer, sehingga diperoleh ’pemahaman’ baru bagi
periset. Sehingga laporan penelitian lebih memiliki dukungan data yang dapat
memperkuat citra akademis (c) data sekunder dapat dijadikan sumber rujukan utama
ketika peneliti hendak menginformasikan hal-hal yang bersifat makro (d) untuk jenis
penelitian kepustakaan dan studi kajian buku (referensi), maka data sekunder
merupakan informasi utama.

Untuk dapat membaca data penelitian, dibutuhkan kesepakatan bagaiman periset


dapat memberikan interpretasi terhadap data-data lapangan sebagai berikut :

1. Data lapangan dapat dideskripsi dalam hal ini dilaporkan apa adanya, diskripsi
pelaporan dapat dilakukan secara umum tetapi dapat pula dilakukan dengan terinci
sesuai dengan keunikan-keunikan tertentu yang ada pada data lapangan tersebut.

2. Data lapangan seringkali tidak dapat dideskripsi begitu saja, karena banyak
informasi yang tersembunyi dan tidak muncul dalam upaya deskripsi awal. Untuk itu
dibutuhkan intepretasikan (ditafsirkan) karena ada beberapa fenomena yang
tersembunyi (hidden) dalam data lapangan tersebut?. Untuk mengadakan
intepretasi data lapangan dibutuhkan logika pengamatan dan penggunaan teori-
teori pendidikan yang relevant.

3. Dalam pendekatan siklus penelitian model Wallace, maka upaya untuk


mengadakan deskripsi dan intepretasi dapat dilakukan dengan langkah induktif
(membaca dari data lapangan) dan juga dapat dilakukan dengan langkah deduksi
(membaca dan menafsirkan teori).

Gambar 4:

Memberi Tafsir Kepada Data Lapangan dan Data Yang Tersembunyi

Tabel II:

Penampilan Data Lapangan dan Informasi dibalik Data Lapangan

Kas Data Lapangan Beyound Fact


us
1 Dari penyajian dataMengapa tenaga kerja wanita di
sekunder, diketahui bahwaIndonesia semain tinggi terserap
jumlah wanita pekerjasebagai tenaga kerja nasional?
semakin meningkat(a) Dihubungkan dengan teori
sepanjang tahun disektorpenurunnya nilai pendapatan
industri. masyarakat: bahwa sesungguhnya
semakin rendah pendapatan
Deskripsi data: bahwa keluarga di Indonesia sehingga
semakin tinggi partisipasi membutuhkan partisipasi tenaga
wanita dalam ketenaga kerja wanita (untuk ikut mencukupi
kerjaan di tanah air kebutuhan primer rumah tangga)
Interpretasi Data: bahwa(b) Dihubungkan dengan teori
tingkat pendidikan wanitasosiologi, maka diketahui bahwa
semakin tinggi sehinggaperkembangan kapitalisme industri
mudah terserap sebagaitelah menarik keluar potensi wanita
tenaga kerja. dari arena domestik ke arena
publik, sehingga mengurangi
kesejahteraan dan kebahagiaan
keluarga
2 Dari penyajian data Mengapa guru wanita memiliki
sekunder, diketahui bahwa mobilitas yang tinggi dibandingkan
jumlah pengangkatan guru dengan guru pria?
wanita cukup tinggi disemua
daerah, tetapi dalam (a) Pengangkatan guru wanita
perkembangannya jumlah harus dibatasi didaerah terpencil,
guru wanita menjadi lebih
rendah dibanding guru pria. sehingga mengurangi mobilitas dari
tempat tugas.
Deskripsi Data: jumlah
pengangkatan guru wanita
tidak seimbang dengan
distribusi tugas guru wanita
di daerah tertentu.

Interpretasi Data: Ada


mobilitas yang tinggi dari
kelompok guru wanita
menuju daerah perkotaan.

Tugas Yang Dilakukan Guru

Anda adalah seorang guru yang baru belajar langkah-langkah penelitian. Anda sedang
berusaha untuk melakuakn deskripsi dan interpretasi data. Dihadapan Anda sekarang ini
terkumpul data lapangan yang terdiri dari data primer (hasil tabulasi sesuai dengan
masalah penelitian Anda) dan data sekunder ( yaitu sumber pendukung untuk
memperkaya hasil penelitian anda). Nah, sekarang bagaimana Anda melakukan
deskripsi dan interpretasi data tersebut?

BAB VII

SISTEMATIKA USULAN DAN LAPORAN

A. Usulan dan Laporan Penelitian

Usulan penelitian dan laporan penelitian, adalah dua hal yang memiliki persamaan.
Usulan penelitian biasanya diajukan kepada pembimbing sebelum dilaksanakannya
penelitian pendidikan, sedangkan laporan penelitian ditulis sebagai hasil kegiatan
penelitian itu sendiri.

Pada umumnya, usulan penelitian memuat:

1. Judul
2. Latar belakang
3. Tujuan Penelitian
4. Definisi operasional
5. Tinjauan Pustaka: Landasan teori yang digunakan, Kerangka konseptualisasi dari
konsepsi penelitian
6. Hipotesis (jika ada)
7. Metodologi Penelitian yang digunakan
8. Jadwal, dan dana yang dibutuhkan
9. Daftar Pustaka

Sedangkan laporan penelitian memuat beberapa hal sebagai berikut :

1. Judul
2. Bab I : Pendahuluan (Latar Belakang, Permasalahan, Tujuan dan Manfaat
Penelitian, Definisi Operasional)
3. Bab II : Tinjauan Pustaka (Landasan teori yang digunakan/kerangka konseptualisasi
dari konsepsi penelitian dan hipotesis, jika ada)
4. Bab III : Metode Penelitian yang digunakan
5. Bab IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan
6. Bab V : Simpulan dan Saran
7. Daftar Pustaka
B. Rincian

1. Judul

Judul penelitian hendaknya dibuat singkat, jelas, menunjukkan dengan tepat


masalah yang akan diteliti, dan tidak memberi peluang bagi penafsiran yang bermacam-
macam. Di samping itu, bahasa yang dipergunakan hendaknya bahasa ilmiah yang
memenuhi standar tertentu dan mudah dipahami oleh orang lain. Judul penelitian juga
dibuat ’merangsang’ orang lain untuk membaca dan ikut memahami isinya. Judul
penelitian sebagai suatu pedoman, dapat dikemukakan bahwa semakin sedikit
keterangan yang dicantumkan dalam judul, semakin luas cakupannya; demikian pula
sebaliknya. Judul penelitian hanyalah sebuah ”frase” sehingga tidak perlu lengkap, rinci
dan lengkap.

2. Latar Belakang

Latar belakang berisi: 1) permasalahan, 2) faedah, 3) hasil penelitian terdahulu


dan 4) keaslian penelitian (originalitas). Dalam permasalahan dikemukakan uraian
tentang masalah yang menarik minat dan mendesak untuk diteliti. Penelitian harus
berfaedah bagi kepentingan negara/ masyarakat/ pembangunan (segi praktis) dan
memberikan sumbangan bagi ilmu pengetahuan (segi teoritis). Dalam latar belakang ini
juga dapat ditulis, hasil-hasil penelitian terdahulu atau harus dinyatakan dengan tegas
bedanya dengan penelitian yang sudah pernah dilakukan. Penelitian yang dilakukan
hendaknya asli (originalitas), sehingga memiliki nilai akademis yang tinggi.

3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Apa yang hendak dicapai dalam penelitian hendaknya dikemukakan dengan jelas
dan tegas. Perlu pula diingatkan bahwa antara masalah, tujuan dan simpulan yang kelak
diperoleh haruslah sinkron. Jika masalah dirinci menjadi tiga hal, maka tujuan penelitian,
pengujian hipotesis (jika ada), dan simpulan yang diperoleh harus meliputi keempat hal
itu pula.

4. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka berisi uraian sistematis tentang berbagai keterangan yang


dikumpulkan dari pustaka yang ada hubungannya dengan penelitian. Kejujuran
akademik mengharuskan peneliti menunjukkan sumber dari mana keterangan itu
diperoleh. Menurut Kerlinger, teori adalah

“A set of interrelated constructs (concepts), definitions, and propositions that


presents a systematic view of phenomena by specifying relations among variables,
with the purpose of explaining and predicting the phenomena”. (Kerlinger, 1973)

Dengan demikian, teori mengandung tiga hal pokok: 1) Seperangkat proposisi


yang berisi konstrak (construct) atau konsep yang sudah didefinisikan dan saling
berhubungan; 2) penjelasan hubungan antarvariabel sehingga menghasilkan pandangan
sistematis mengenai fenomena yang digambarkan oleh variabel-variabelnya; 3)
penjelasan mengenai fenomena dengan jalan menghubungkan satu variable dengan
variable lain dan menjelaskan bagaimana hubungan antarvariabel tersebut.

5. Hipotesis (jika ada)

Hipoteisi dirumuskan berdasarkan landasan teori (jika ada), atau berdasarkan


tinjauan pustaka. Tidaklah tepat beranggapan bahwa setiap penelitian harus memuat
hipotesis. Anggapan itu diakibatkan oleh persepsi yang memandang bahwa suatu
penelitian tanpa hipotesis tidak bersifat ilmiah. Kesalahpahaman ini dapat dihindari
dengan memahami sifat penelitian yang berbeda-beda.
Penelitian eksploratif, sebagaimana telah dijelaskan dalam uraian terdahulu,
antara lain ditujukan untuk:

a. memuaskan kengintahuan peneliti demi memperoleh pengertian yang lebih baik,


b. menguji kemungkinan dilakukannya studi yang lebih mendalam, dan
c. mengembangkan metode-metode yang akan diterapkan dalam studi yang lebih
mendalam (Babbie, 1986: 72)

Sebagai studi penjajakan, pengetahuan tentang teori masih sangat sedikit atau
samar-samar, karena itu melalui hasil observasi barulah masalahnya dapat dirumuskan
lebih rinci serta dapat disusun hipotesisnya. Dengan demikian, dalam penelitian
eksploratif hipotesis barulah dapat disusun belakangan yaitu setelah melalui tahap
observasi; sedangkan menurut pengertian yang lazim, hipotesis harus disusun
sebelumnya. Dalam penelitian hukum, penelitian eksploratif bertujuan:

1. memperoleh pengetahuan tentang gejala hukum, sehingga dapat merumuskan


masalah, dan

2. memperoleh pengetahuan yang lebih mendalam mengenai suatu gejala hukum,


sehingga dapat merumuskan hipotesisnya.

Dengan demikian, untuk penelitian eksploratif hipotesis dalam pengertian yang


lazim tidak diperlukan (Kerlinger, 1973: 26; Vredenbregt: 1985: 53; soerjono Soekanto,
1982: 49, 96; Mely Tan, dalam Koentjaraningrat, 1986: 29)

Bagaimana halnya dengan penelitian deskriptif? Penelitian deskriptif yang


bertujuan menggambarkan secara lengkap ciri-ciri suatu keadaan, perilaku pribadi dan
perilaku kelompok, serta menentukan frekuensi suatu gejala, dilakukan tanpa didahului
hipotesis. Tetapi penelitian deskriptif yang bertujuan untuk memperoleh data tentang
hubungan suatu gejala dengan gejala lain memerlukan adanya hipoteisis (Soerjono
Soekanto, 1982: 49, 96; Mely Tan, dalam Koentjaraningrat, 1986: 29).

Hipotesis adalah pernyataan tentang hubungan antara dua variabel atau lebih
(Kerlinger, 1973: 18), dan selalu dirumuskan dalam kalimat pernyataan. Lebih lanjut,
Kerlinger menyebutkan bahwa hipotesis yang baik harus memenuhi syarat-syarat
sebagai berikut:

1. menyatakan hubungan antara dua variabel, dan

2. menyatakan kemungkinan untuk dapat diuji secara empiris, artinya variabel


tersebut dapat diukur dan dinyatakan sebagaimana hubungan antarvariabel
tersebut.

William J. Goode dan Paul K. Hatt, sebagaimana dikutip oleh Miller ( Miller, 1983:
23-28), menyebutkan pula tentang kriteria hipotesis yang baik, yakni harus:

1. mengandung konsep yang jelas,

2. dapat diuji secara empiris,

3. spesifik/terinci

4. dapat ditunjang dengan tehnik-tehnik yang ada, dan

5. dapat dihubungkan dengan teori.

6. Metodologi Penelitian

Dalam cara penelitian diuraikan tentang hal-hal berikut :


a. bahan dan materi penelitian; materi penelitian adalah berasal dari data yang data
bersifat primer dan sekunder. Alat dalam penelitian pendidikan adalah daftar
pertanyaan yang bernama quesionare, hasil wawancara kepada sample akan
menghasilkan sejumlah informasi yang termasuk dalam data primer. Kriteria
terpenting yang menentukan kualitas sampel adalah representativitasnya-sejauh
mana ciri-ciri sampel sama dengan ciri-ciri populasi yang mewakilinya;
b. jalannya penelitian, adalah proses kegiatan penelitian yang dilakukan oleh periset
pendidikan;
c. Konsep/ variabel serta data yang dikumpulkan;
d. analisis hasil.

Tugas yang Dilakukan Oleh Guru

Anda adalah seorang guru yang tertarik untuk mengadakan pengkajian ilmiah dalam
bentuk penelitian (research). Anda kemudian diminta oleh lembaga sponsor (bisa
pemerintah/ swasta) untuk membuat proposal rencana penelitian (research design),
tentang masalah penelitian pendidikan yang sedang mendapat sorotan. Anda memilih
meneliti tentang peningkatan peranserta orangtua dalam proses belajar siswa dirumah.
Tulislah rencana penelitian itu dengan lengkap dan gamblang.

BAB VIII

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Akhir dari sebuah proses penulisan sebuah karya ilmiah yang didasarkan atas kegiatan
penelitian adalah penulisan kesimpulan dan saran. Ibarat orang telah berhasil
mengumpulkan benda-benda yang diinginkannya, kemudian orang berusaha
mengikatnya dengan simpul (tali-temali) temuan benda tersebut sesuai dengan
kategorisasi benda: menurut jenis, sifat dan macamnya. Temuan yang dikelompokkan
dengan simpul tadi kemudian menandai keberhasilan proses pencaharian benda sesuai
dengan tujuan yang telah ditetapkan. Dengan demikian ada konsistensi antara tujuan
penelitian, analisis dan temuan hasil (yang kemudian disimpulkan) dan solusi yang
diberikan. Spesifikasi penulisan simpulan dan saran dapat diungkap sebagai berikut :

1. Uraian yang menjadi temuan hasil penelitian adalah sebuah pernyataan yang
dirifer dari pertanyaan dasar (basic question) yang diberikan oleh tujuan penelitian
(research obyective). Pernyataan yang ditulis sebagai simpulan harus mengacu
kepada tujuan penelitian, simpulan yang baik harus ditulis rinci, yaitu mendalam
dan memberi kejelasan kepada pembaca agar memiliki pengetahuan tentang
masalah penelitian dengan lebih baik. Informasi yang jelas memungkinkan pembaca
untuk dapat menerapkan hasil penelitian tadi dalam kehidupan keseharian atau
menindaklanjuti dengan penelitian lain yang lebih mendalam atau agak berbeda
dengan masalah penelitian sebelumnya.

2. Pernyataan simpulan dikembangkan dari tujuan penelitian, sehingga jumlahnya


sesuai dengan tujuan penelitian yang hendak dicapai dalam kegiatan penelitian
lapangan. Apabila seorang periset memiliki tiga tujuan dalam penelitiannya, maka
dapat dicapai tiga simpulan yang dapat ditampilkan sebagai simpulan hasil
penelitian.

3. Simpulan hasil penelitian menjadi pernyataan yang sangat terbuka, oleh karena
itu menjadi kajian akademik yang masih dapat dikembangkan dan dikritisi sesuai
dengan minat pengembangan bidang kajian yang ada. Pengembangan materi
simpulan dapat diletakkan pada (a) bagian substansi keilmuan yang mencakup
penggunaan teori, (b) metodologi penelitian yang di pakai untuk merancang
kegiatan ilmiah tersebut, (c) perbandingan dengan hasil penelitian yang pernah
dilakukan.
4. Pernyataan simpulan hasil penelitian perlu dibuat dan dinyatakan dengan kalimat
deklaratif, realistik dan mudah dicerna, sehingga dengan mudah dapat dipakai
sebagai bahan kajian ilmiah. Pernyataan simpulan yang sederhana juga akan dapat
merangsang pembaca untuk terlibat dan memberikan masukan-masukan kepada
periset sehingga dapat mempersatukan pola pandangan antara periset, pembaca
dan birokrat pelaksana.

B. Saran

Saran adalah bentuk pernyataan yang diberikan sebagai jalan keluar dari bentuk
simpulan yang mengandung masalah. Saran dengan demikian merupakan pengertian
yang mengandung ’solusi’ konkret dari permasalahan yang ada. Dengan demikian
pernyataan tentang saran dibangun dari kesepahaman tentang masalah yang dimiliki
oleh periset.

1. Saran adalah pernyataan yang dibangun dengan bahasa deklaratif yang


dibuat konsisten sesuai dengan pernyataan simpulan dari suatu fenomena
pendidikan yang dihasilkan dalam proses penelitian pendidikan.

2. Pernyataan Saran yang baik, diformulasikan dengan jelas, kalimatnya


sederhana, dapat dipahami sesuai dengan kejadian keseharian. Pernyataan
tentang saran dibuat sesuai dengan pernyataan simpulan hasil penelitian

3. Pernyataan tentang saran perlu dibangun dari pemahaman yang realistik dari
suatu masalah penelitian. Pernyataan harus ’menggugah’ perhatian dan pikiran
pembaca, dan dapat menimbulkan asosiasi terhadap tindakan konkret yang
menjadi solusi dalam kehidupan bersama.

Tugas Yang Dilakukan Oleh Guru

Anda adalah seorang guru yang telah menyelesaikan tugas penelitian didaerah tempat
Anda bertugas. Penelitian tentang kegiatan belajar dan mengajar di SD pinggiran kota
kabaupaten itu, membuahkan serangkaian simpulan dan saran yang harus di tulis
sebagai akhir dari kegiatan penelitian. Anda dipersilakan menulis hasil studi dengan
konsisten.

You might also like