Professional Documents
Culture Documents
A. STANDAR KOMPETENSI
Menggambar konstruksi pondasi batu belah dan sloof.
B. KOMPETENSI DASAR
1. Menggambar denah rencana pondasi batu kali dan sloof.
2. Menggambar detail pondasi batu belah dan sloof.
C. MATERI PEMBELAJARAN
1. Konstruksi pondasi bangunan.
2. Menggambar konstruksi pondasi batu belah .
D. INDIKATOR
1. Menjelaskan fungsi pondasi bangunan.
2. Mengidentifikasi jenis pondasi dengan alpikasinya sesuai keadaan tanah
bangunan berdiri.
3. Menjelaskan fungsi dan struktur sloof.
4. Menjelaskan struktur pondasi tahan gempa.
5. Mengidentifikasi struktur konstruksi pondasi batu belah.
6. Menjelaskan prinsip menggambar pondasi batu belah dan sloof.
7. Menggambar rencana pondasi batu belah dan sloof sesuai rencana bangunan
dan aturan gambar yang berlaku.
8. Menggambar detail pondasi batu belah dan sloof sesuai rencana bangunan
dan aturan gambar yang berlaku.
E. PENILAIAN
1. Hasil gambar 70%
2. Langkah kerja 20%
3. Waktu pengerjaan 10%
F. WAKTU
12 jam teori, 24 jam praktek sekolah
G. SUMBER PEMBELAJARAN
1. Anonim, (2002), SNI 03-2847-2002. Tata Cara Perencanaan Struktur Beton
untuk Bangunan Gedung,Badan Standarisasi Nasional
2. CEEDEDS UII, (2006). Manual Bangunan Rumah Tahan Gempa,
Yogyakarta: UII Press.
MODUL I - GAMBAR 1 / 18
3. Tangoro, Dwi, (2005), Teknologi Bangunan, Jakarta: Penerbit Universitas
Indonesia.
4. IHK, Ishar, (1992), Pedoman Umum Merancang Bangunan, Jakarta: Penerbit
PT Gramedia.
5. H, Julistiano, (2003), Menggambar Struktur Bangunan, Jakarta: Penerbit PT
Gramedia.
6. Kwantes, J, (1992), Ringkasan Ilmu Bangunan, Jakarta: Penerbit Erlangga
7. G, Lippsmeier, (1994), Bangunan Tropis, Jakarta: Penerbit Erlangga
8. PEDC, (1986), Cacat dan Kegagalan Konstruksi, PEDC Bandung
9. PMI DIY, (2007), Pedoman Membangun Rumah Sederhana Tahan Gempa,
PMI & IFRCS Yogya-jateng
10. H, Sumarjo, (2007), Gambar Kerja Proyek Bangunan Sekolah. -------
11. K, Gideon, (1997), Dasar-Dasar Perencanaan Beton Bertulang, Jakarta:
Penerbit Erlangga.
Pondasi adalah bagian bangunan yang berada paling bawah, berfungsi untuk
memikul seluruh beban bangunan dan meneruskannya ke tanah dasar.
Beban bangunan yang dipikul oleh pondasi terdiri: beban mati dan beban
berguna. Beban mati terdiri dari: berat atap, plafon, lantai, dinding, kolom,
balok, sloof, dan berat pondasi itu sendiri. Beban berguna yaitu: muatan
pemakai bangunan, perabot, muatan angin, dan beban gempa.
MODUL I - GAMBAR 2 / 18
Macam pondasi dapat dibedakan menurut beban yang bekerja, kondisi tanah,
bentuk konstruksi, keadaan lapangan, dan bahan yang digunakan. Menurut
beban yang bekerja, dibedakan sebagai pondasi titik, pondasi garis (menerus)
dan pondasi momen. Pondasi titik untuk mendukung beban titik seperti kolom
dan tiang berbentuk umpak atau pelat beton.
PONDASI
KAYU
MODUL I - GAMBAR 3 / 18
oleh karena itu hanya cocok untuk bangunan yang ringan, dan tidak boleh
digunakan untuk bangunan di daerah rawan gempa.
20-30 cm
MODUL I - GAMBAR 4 / 18
Gambar 5. Pondasi pelat beton
e. Pondasi sumuran
Pondasi sumuran digunakan untuk bangunan yang berdiri pada tanah
urugan atau berlumpur. Sumuran pondasi dibuat dari pipa beton
berdiameter 80-100 cm, diisi dengan beton siklop, yang terdiri dari
campuran beton ringan dan batu belah.
TAMPANG
ATAS ISOMETRI
MODUL I - GAMBAR 5 / 18
Gambar 7. Pondasi tiang bor
g. Pondasi tiang pancang
Pondasi tiang pancang dibuat untuk mendukung beban bangunan yang
berat pada tanah keras yang dalam. Tiang pancang dapat dibuat dari
balok kayu, baja, dan beton bertulang. Tiang beton bertulang dapat
berbentuk segitiga, segiempat, atau bulat, dengan panjang 4-12 m, yang
dapat disambung sesuai bebutuhan. Dalam satu kolom dapat dipasang
satu atau lebih tiang pancang, yang disatukan dengan poor di atasnya,
dan antar kolom diikat dengan sloof.
P (B A N G U N A N )
FONDASI
POOR
T IA N G P A N C A N G
TANAH KERAS
POER
CAKAR
Q = 6000 kg/m’
σt = 1 kg/cm2
F = Q/ σt
= 6000 cm2
L = 6000/100
= 60 cm
MODUL I - GAMBAR 7 / 18
2. Prinsip konstruksi pondasi tahan gempa
Gempa dapat diartikan sebagai getaran/goncangan pada dasar atau pijakan di
atas bumi. Berdasarkan pengelompokan, gempa dapat dikelompokkan
menjadi 4 jenis: (1) gempa meteorik, (2) gempa tanah runtuh, (3) gempa
letusan dan (4) gempa tektonik (Sarwidi, 2006). Gempa tektonik paling banyak
menimbulkan kerusakan bangunan dan infrastruktur di muka bumi. Gempa
tektonik terjadi karena gerakan lempeng-lempeng tektonik yang bersebelahan,
saling menjauhi (convergent) atau saling menggeser (shear). Lempeng-
lempeng tersebut mengalami penumpukan tegangan, yang diakibatkan oleh
deformasi batuan. Apabila akumulasi tegangan melampaui batas kekuatan
lempeng tektonik, maka akan terjadi pelepasan energi secara tiba-tiba.
Peristiwa tersebut menimbulkan getaran yang disebarkan ke segala arah
permukaan bumi, yang dirasakan sebagai gempa bumi. Gaya-gaya mendatar
gempa bumi bekerja ke seluruh bagian struktur bangunan, sebelah dalam dan
sebelah luar. Kekakuan berat massa bangunan cenderung untuk menahan
gerakan tanah. Gaya gempa bumi sebanding dengan gerakan tanah
mendatar. Apabila gerakan tanah lambat, maka kerusakan yang
diakibatkannya kecil, namun gerakan tanah yang besar dapat mengakibatkan
kerusakan yang besar. Gaya gempa atau beban mati struktur bekerja
sepanjang titik pusat atap dan titik pusat pondasi pada suatu portal struktur.
(Disarikan dari PEDC, 1986), (Gambar 12).
P
TITIK PUSAT LANTAI
GERAKAN TANAH
MODUL I - GAMBAR 8 / 18
Prinsip konstruksi pondasi tahan gempa harus memenuhi hal-hal berikut
menurut Sarwidi (2006):
a. Pondasi diletakkan pada tanah yang mantap, yaitu pada tanah keras.
Seluruh dasar pondasi harus terletak di atas tanah yang kuat.
b. Pondasi harus dihubungkan dengan sabuk pondasi (sloof). Hal ini berlaku
untuk pada pondasi setempat (umpak) maupun pondasi menerus.
c. Pondasi diberi lapisan pasir sebagai peredam getaran, dan tanah pondasi
perlu dipadatkan,.
d. Balok pondasi (sloof) harus diangkerkan pada pondasinya dengan jarak
angker 1 meter, dengan besi tulangan berdiameter minimum 10 mm.
e. Pondasi tidak boleh diletakkan terlalu dekat dengan dinding tebing, agar
tidak terjadi longsor. Untuk mencegah kelongsoran tebing, tanah diberi
dinding penahan terbuat dari pasangan batu belah atau turap bambu/kayu.
MODUL I - GAMBAR 9 / 18
Gambar 13. Struktur pondasi batu belah tahan gempa
3. Struktur pondasi batu belah
Struktur pondasi batu belah menggunakan batu belah sebagai bahan isian
utama, yang disatukan dengan adukan perekat semen, pasir, dan air. Bahan
batu belah tergolong dalam batu alam lainnya, seperti batu gunung, batu
karang, dan batu kapur keras. Untuk memenuhi struktur pondasi tahan
gempa, batu belah harus cukup kuat, yang kuat desak minimumnya harus
lebih besar daripada kuat adukan yang dipersyaratkan, yaitu lebih besar dari
30 kg/cm2.
MODUL I - GAMBAR 10 / 18
c. Di atas lapisan batu kosongan adalah lapisan pasangan fonsasi batu
belah, yang merupakan srtuktur utama pondasi. Bahan batu belah
sebaiknya berbentuk batu belah, bersih tidak berlumut, dan ukurannya.
bervariasi antara diameter 20 cm-40 cm. Susunan batu belah dibuat
dengan susunan yang monolit, tidak segaris (bareh) dan disatukan dengan
adukan yang baik, dengan perbandingan minimum 1 semen berbanding 4
pasir. Pasir yang digunakan sebagai adukan harus bersih dan memenuhi
syarat butir yang baik. Bentuk geometri pasangan pada umumnya
trapesium, bentuk ini untuk memperoleh efisiensi valume pasangan dari
penyaluran beban dinding ke tanah dasar, karena lebar dasar pondasi
menuntut ukuran yang lebih besar daripada lebar dinding.
d. Lapis struktur di atas pasangan batu belah, yaitu balok sloof (balok datar),
berfungsi sebagai penyatu dan meratakan tekanan beban dinding ke
permukaan pasangan pondasi. Konstruksi sloof dibuat dari beton bertulang
agar kuat menahan gaya tarik apabila terjadi penurunan di sebagian
pondasi. Permukaan sloof, untuk pondasi tahan gempa, harus sama
(lefel). Hal ini untuk mengantisipasi adanya gaya gempa, agar reaksi
bangunan tetap solit secara keseluruhan. Ukuran balok sloof harus cukup
untuk mendukung penyatuan struktur sebagai rangka bangunan dengan
ukuran minimum 15x20 cm dan tulangan minimum 4 diameter 12 mm.
Untuk struktur balok sloof, sebagai pengganti pondasi pelat, dimensi balok
dan penulangannya harus dihitung sesuai beban rencana.
e. Untuk memperoleh ketegaran terhadap gaya guling (momen), antara balok
sloof dan pasangan pondasi dipasang angker (jangkar) setiap jarak 1
meter, dari tulangan berdiameter minimum 10 mm, yang ditanam sedalam
minimum 40 cm pada pasangan pondasi.
f. Urug lantai galian pondasi bagian dalam sebaiknya menggunakan pasir,
agar tidak terjadi penurunan lantai sekitar pondasi di kemudian hari.
Apabila menggunakan tanah, tanah tersebut harus dipadatkan dengan
baik, setiap lapis tidak lebih dari 20 cm, dan disiram air.
15
BATU KOSONG 25
10 -1.35
70
110
MODUL I - GAMBAR 11 / 18
4. Menggambar pondasi batu belah dan sloof
Gambar konstruksi pondasi, dalam rangkaian gambar kerja (bestek), pada
umumnya terdiri dari gambar denah pondasi dan gambar detail dari bagian
konstruksi pondasinya. Gambar denah pondasi menunjukkan seluruh bagian
pondasi bangunan tampak atas dari unsur-unsur jenis pondasi, lebar pondasi,
lebar galian, balok sloof, dan ukuran kolom atau dinding. Gambar denah
pondasi berguna sebagai pedoman pekerjaan galian pondasi, pekerjaan
pondasi, pekerjaan kolom, dan pekerjaan balok sloof. Gambar detail pondasi
adalah gambar potongan bagian denah pondasi, yang menunjukkan detail
potongan konstruksi pondasi dari unsur-unsur kedalaman pondasi, struktur
pondasi, lebar pondasi, dan penulangan untuk pondasi pelat beton. Gambar
denah pondasi pada umumnya menggunakan skala gambar besar yaitu 1:50,
1:100, dan 1:200, sedangkan detail potongan konstruksi pondasi
menggunakan skala kecil 1:10, dan 1:20.
a. Standar gambar
Gambar kerja harus dibuat sesuai dengan standar dokumen pekerjaan
teknik, mencakup gambar-gambar konstruksi yang dilengkapi catatan dan
informasi yang penting, yang mudah ditafsirkan dengan cepat dan benar.
Standar gambar terkait dengan media gambar, arah utara, skala, notasi
(huruf, angka, dan simbol), dan rendering bahan.
1) Media gambar harus mudah direproduksi dan cukup awet. Gambar
kerja, pada saat ini, umumnya menggunakan media kertas putih HVS
yang berukuran standar: A0: 841x1189, A1: 594x841, A2: 420x594, A3:
297x420, A4: 210x297 mm. Semua kertas gambar dipotong di luar
margin, garis margin terletak di dalam dimensi.
MODUL I - GAMBAR 12 / 18
2) Notasi arah utara harus dilukiskan pada gambar situasi (site plan) dan
denah bangunan. Simbol arah utara situasi dan denah sedikit berbeda,
baik bentuk maupun arahnya. Simbol arah utara situasi dan arah
panah harus menghadap sisi media gambar, sedangkan arah utara
denah tidak harus menghadap sisi atas media gambar.
3) Skala gambar kerja harus ditulis di bawah judul setiap gambar,
terutama gambar detail. Gambar-gambar yang mungkin diperbesar
atau diperkecil, ketika direproduksi, harus diberi grafik skala panjang
untuk membantu pembaca mengetahui skala yang sebenarnya.
4) Huruf gambar harus jelas dan mudah dibaca. Bentuk huruf yang
sederhana dan standar teknik. Sebaiknya semua notasi gambar
menggunakan huruf balok, agar jelas dan mudah dibaca.
MODUL I - GAMBAR 13 / 18
URUG TANAH
MODUL I - GAMBAR 14 / 18
b. Prinsip menggambar pondasi
Untuk membuat gambar konstruksi pondasi, yang hasilnya komunikatif dan
sistematis, perlu memperhatikan prinsip-prinsip menggambar sebagai
berikut:
1) Setting gambar multi pandang dengan proyeksi sistem kuadran I (cara
Eropa), tampak dan potongan gambar arahnya didorong ke bidang
gambar, sehingga urutan gambar menjadi logis dan jelas.
2) Ukuran as pokok diambil dari garis sumbu dengan skala yang teliti,
dilanjutkan menggambil ukuran unsur yang lain.
3) Ukuran ketinggian (duga) dalam satuan meter, dan ukuran datar
menggunakan ukuran centimeter atau milimeter. Penggunaan satuan
ganda ini untuk membedakan arah dua ukuran yang harus dibedakan
dengan jelas.
4) Semua ukuran ketinggian diambil dari muka lantai 0.00 (duga dasar),
dan duga lantai 0.00 harus tetap digambar garisnya meskipun sebagai
garis bayangan.
5) Ketebalan garis-garis gambar berirama sesuai dengan penekanan
susunan konstruksi; garis permukaan potongan bahan lebih
ditonjolkan; garis arsir lebih lemah, dan penggunaan garis-garis sesuai
standar.
6) Rendering dan notasi gambar menggunakan simbol gambar dan tulisan
yang standar dan mudah dibaca.
15 mm
15 mm
DENAH DETAIL
MODUL I - GAMBAR 15 / 18
c. Langkah menggambar pondasi batu belah
Untuk dapat menggambar konstruksi pondasi batu belah dengan cepat,
tepat, dan hasilnya baik, perlu ditempuh langkah-langkah menggambar
sebagai berikut:
1) Menentukan lokasi letak gambar denah pondasi dan detail konstruksi,
sesuai dengan rencana skala yang dipakai.
2) Menarik garis sumbu ukuran ruang-ruang denah bangunan dan
pastikan ukurannya tepat pada masing-masing as sumbunya.
3) Menarik garis tipis, sebagai ukuran tiap-tiap unsur konstruksi, seperti:
ukuram kolom, lebar dasar pondasi, lebar muka pondasi, dan tebal
sloof.
4) Menebalkan gambar denah pondasi, dimulai dari garis konstruksi
paling atas, yaitu kolom, balok sloof, muka pondasi, lebar dasar
pondasi, dan kemiringan pasangan pondasi.
5) Untuk pondasi menerus, penebalan dimulai dari garis sloof, muka
pondasi (menerus seluruh dinding sama lebar), lebar pondasi dan
pertemuan sudut pondasi.
6) Menghapus semua garis pertolongan unsur-unsur konstruksi yang tidak
terpakai.
7) Menggambar rendering terutama untuk balok sloof dan kolom. Untuk
pasangan pondasi batu belah, dalam gambar denah sebaiknya tidak
perlu direndering, karena akan mengaburkan unsur kolom dan
sloofnya.
8) Menarik garis-garis ukuran yang jaraknya cukup untuk menulis notasi
ukuran.
9) Memilih dan menggambar letak potongan konsturuksi yang akan
digambar detailnya dengan simbol yang benar.
10) Menuliskan notasi ukuran ruang, grid kolom, potongan konstruksi, dan
nama konstruksi yang tergambar.
11) Mulai menggambar detail konstruksi, diawali dengan menggambar
garis tipis datar untuk garis duga lantai 0.00.
12) Menarik garis tipis, sebagai as kolom/dinding tegak, yang memotong
garis duga lantai.
13) Memastikan ukuran potongan unsur-unsur konstruksi dengan skala
yang tepat, yang dimulai dari garis lantai 0.00.
14) Menentukan tinggi muka pasangan pondasi, yang diambil dari tinggi
lantai terendan dikurangi tebal tegel dan perekat tergel, dan
memastikan bahwa muka pondasi seluruh ruangan sama tinggi.
15) Menggambar tipis bentuk geometri konstruksi pondasi, mulai dari lantai,
perekat lantai, balok sloof, pasangan batu belah, lantai kerja untuk
tegel, muka tanah dasar, lereng galian, dan muka tanah.
16) Menebalkan garis gambar setiap unsur konstruksi dengan menonjolkan
bagian permukaan bahan yang terpotong seperti sloof, dinding, dan
pasangan batu belah.
17) Menggambar angkur perkuatan hubungan pasangan batu belah dan
balok sloof, untuk konstruksi pondasi tahan gempa.
18) Menghapus semua garis-garis bantu yang tidak terpakai.
19) Menggambar rendering pasangan batu belah, urug pasir/tanah, balok
sloof, dinding, dan muka tanah, dengan simbol yang standar.
MODUL I - GAMBAR 16 / 18
20) Menarik garis-garis ukuran konstruksi pondasi yang jaraknya cukup
untuk menulis notasi ukuran.
21) Menuliskan notasi ukuran tinggi lantai, dalamnya pondasi dalam meter
dan lebar pondasi, ukuran sloof, ukuran kolom, dan tebal dinding dalam
centimeter atau milimeter.
MODUL I - GAMBAR 17 / 18
TEGEL LANTAI + 0.00
MUKA LANTAI 0.00 1
4
A 25
RABAT URUG PASIR
- 0.30
BATU KOSONG 25
10 -1.35
70
B
110
POT FONDASI 1
C 15
1
PAS BATU KALI 70
-- URUG TANAH
E
BATU KOSONG 25
10 -1.35
70
1 2 3 4 5 110
POT FONDASI 2
RENCANA PONDASI
MODUL I - GAMBAR 18 / 18