You are on page 1of 18

MODUL I – GAMBAR

“MENGGAMBAR KONSTRUKSI PONDASI BATU BELAH DAN SLOOF“

A. STANDAR KOMPETENSI
Menggambar konstruksi pondasi batu belah dan sloof.

B. KOMPETENSI DASAR
1. Menggambar denah rencana pondasi batu kali dan sloof.
2. Menggambar detail pondasi batu belah dan sloof.

C. MATERI PEMBELAJARAN
1. Konstruksi pondasi bangunan.
2. Menggambar konstruksi pondasi batu belah .

D. INDIKATOR
1. Menjelaskan fungsi pondasi bangunan.
2. Mengidentifikasi jenis pondasi dengan alpikasinya sesuai keadaan tanah
bangunan berdiri.
3. Menjelaskan fungsi dan struktur sloof.
4. Menjelaskan struktur pondasi tahan gempa.
5. Mengidentifikasi struktur konstruksi pondasi batu belah.
6. Menjelaskan prinsip menggambar pondasi batu belah dan sloof.
7. Menggambar rencana pondasi batu belah dan sloof sesuai rencana bangunan
dan aturan gambar yang berlaku.
8. Menggambar detail pondasi batu belah dan sloof sesuai rencana bangunan
dan aturan gambar yang berlaku.

E. PENILAIAN
1. Hasil gambar 70%
2. Langkah kerja 20%
3. Waktu pengerjaan 10%

F. WAKTU
12 jam teori, 24 jam praktek sekolah

G. SUMBER PEMBELAJARAN
1. Anonim, (2002), SNI 03-2847-2002. Tata Cara Perencanaan Struktur Beton
untuk Bangunan Gedung,Badan Standarisasi Nasional
2. CEEDEDS UII, (2006). Manual Bangunan Rumah Tahan Gempa,
Yogyakarta: UII Press.

MODUL I - GAMBAR 1 / 18
3. Tangoro, Dwi, (2005), Teknologi Bangunan, Jakarta: Penerbit Universitas
Indonesia.
4. IHK, Ishar, (1992), Pedoman Umum Merancang Bangunan, Jakarta: Penerbit
PT Gramedia.
5. H, Julistiano, (2003), Menggambar Struktur Bangunan, Jakarta: Penerbit PT
Gramedia.
6. Kwantes, J, (1992), Ringkasan Ilmu Bangunan, Jakarta: Penerbit Erlangga
7. G, Lippsmeier, (1994), Bangunan Tropis, Jakarta: Penerbit Erlangga
8. PEDC, (1986), Cacat dan Kegagalan Konstruksi, PEDC Bandung
9. PMI DIY, (2007), Pedoman Membangun Rumah Sederhana Tahan Gempa,
PMI & IFRCS Yogya-jateng
10. H, Sumarjo, (2007), Gambar Kerja Proyek Bangunan Sekolah. -------
11. K, Gideon, (1997), Dasar-Dasar Perencanaan Beton Bertulang, Jakarta:
Penerbit Erlangga.

H. INFORMASI LATAR BELAKANG


1. Macam konstruksi pondasi
Wujud bangunan seperti manusia, terdiri dari tiga komponen pendukung: kaki,
badan dan kepala. Pondasi merupakan kaki bangunan, badan bangunan
terdiri dari struktur penopang, dinding dan pembukaannya, sedangkan kepala
dari bangunan adalah atap, yang terdiri rangka atap dan penutupnya
(Gambar 1).

Gambar 1. Manusia dan bangunan

Pondasi adalah bagian bangunan yang berada paling bawah, berfungsi untuk
memikul seluruh beban bangunan dan meneruskannya ke tanah dasar.
Beban bangunan yang dipikul oleh pondasi terdiri: beban mati dan beban
berguna. Beban mati terdiri dari: berat atap, plafon, lantai, dinding, kolom,
balok, sloof, dan berat pondasi itu sendiri. Beban berguna yaitu: muatan
pemakai bangunan, perabot, muatan angin, dan beban gempa.

MODUL I - GAMBAR 2 / 18
Macam pondasi dapat dibedakan menurut beban yang bekerja, kondisi tanah,
bentuk konstruksi, keadaan lapangan, dan bahan yang digunakan. Menurut
beban yang bekerja, dibedakan sebagai pondasi titik, pondasi garis (menerus)
dan pondasi momen. Pondasi titik untuk mendukung beban titik seperti kolom
dan tiang berbentuk umpak atau pelat beton.

Pondasi garis, yang sering disebut pondasi menerus, mendukung beban


berbetuk garis, digunakan untuk pondasi dinding. Pondasi momen
mendukung beban dan gaya momen atau puntir bebas, berbentuk pelat kaki
dengan sisi yang tidak sama lebar. Menurut kondisi tanah, pondasi dibedakan
menjadi pondasi dangkal dan pondasi dalam. Pondasi dangkal yaitu pondasi
yang diletakkan pada tanah dasar yang relatif dangkal, pada umumnya
dengan kedalaman pondasi tidak lebih dari 3 m. Pondasi dalam terletak pada
kedalaman tanah yang lebih dari 4 m. Pondasi dalam sering menggunakan
konstruksi pondasi tidak langsung. Menurut bentuk konstruksinya, pondasi
dibedakan menjadi pondasi langsung dan pondasi tak langsung. Pondasi
langsung yaitu pondasi yang langsung terletak pada tanah dasar, sama
dengan pondasi dangkal. Pondasi tak langsung yaitu pondasi yang diletakkan
pada sub konstruksi pendukung perantara, seperti tiang pancang dan
sumuran, untuk mencapai dasar tanah yang kuat. Bentuk pondasi menurut
keadaan topografinya dibedakan menjadi pondasi datar dan pondasi
bertangga.

Macam pondasi menurut bahan yang digunakannya:


a. Pondasi kayu (Cerucuk)
Pondasi kayu sering digunakan pada tanah lumpur dan rawa pada
konstruksi bangunan sederhana. Balok-balok kayu berukuran 5x7 cm,
6x10 cm, dan 8x12 cm, dipancangkan menjadi cerucuk, yang diatasnya
dibuat pasangan untuk memikul dinding.

PONDASI
KAYU

Gambar 2. Pondasi cerucuk


b. Pondasi batu bata
Pondasi batu bata sering digunakan untuk pondasi rumah di desa-desa.
Batu bata disusun berlapis berbentuk trapesium, direkatkan dengan tanah
lempung atau dengan perekat campuran semen atau kapur dan pasir.
Bahan batu bata bersifat getas dan tidak kuat menahan beban yang besar,

MODUL I - GAMBAR 3 / 18
oleh karena itu hanya cocok untuk bangunan yang ringan, dan tidak boleh
digunakan untuk bangunan di daerah rawan gempa.

20-30 cm

Gambar 3. Pondasi batu bata


c. Pondasi batu belah
Pondasi batu belah banyak digunakan di Indonesia, karena batu belah
kuat menahan gaya tekan tetapi kurang kuat menahan beban momen.
Pondasi batu belah pada umumnya berbentuk trapesium, disatukan
dengan bahan perekat dari campuran semen atau kapur dan pasir.

Gambar 4. Pondasi batu belah


d. Pondasi pelat beton bertulang
Pondasi pelat beton bertulang sampai saat ini paling banyak dipergunakan
untuk bangunan bertingkat, karena sangat efektif untuk mendukung beban
berat dan beban momen. Bahan beton kuat menahan desak, dan besi
tulangan kuat menahan tarik. Pondasi beton bertulang pada umumnya
berbentuk telapak simetris atau tidak simetris.

MODUL I - GAMBAR 4 / 18
Gambar 5. Pondasi pelat beton

e. Pondasi sumuran
Pondasi sumuran digunakan untuk bangunan yang berdiri pada tanah
urugan atau berlumpur. Sumuran pondasi dibuat dari pipa beton
berdiameter 80-100 cm, diisi dengan beton siklop, yang terdiri dari
campuran beton ringan dan batu belah.

TAMPANG

ATAS ISOMETRI

Gambar 6. Pondasi sumuran


f. Pondasi tiang bor
Pondasi tiang bor digunakan untuk mendukung beban bangunan yang
berat. Lubang bor berdiameter 80-100 cm dengan kedalaman sampai
pada tanah keras. Lubang bor diisi beton bertulang yang dicor setempat.
Dalam satu kolom dapat dibuat satu atau lebih tiang bor yang diatasnya
disatukan dengan poor, kemudian disatukan dengan sloof.

MODUL I - GAMBAR 5 / 18
Gambar 7. Pondasi tiang bor
g. Pondasi tiang pancang
Pondasi tiang pancang dibuat untuk mendukung beban bangunan yang
berat pada tanah keras yang dalam. Tiang pancang dapat dibuat dari
balok kayu, baja, dan beton bertulang. Tiang beton bertulang dapat
berbentuk segitiga, segiempat, atau bulat, dengan panjang 4-12 m, yang
dapat disambung sesuai bebutuhan. Dalam satu kolom dapat dipasang
satu atau lebih tiang pancang, yang disatukan dengan poor di atasnya,
dan antar kolom diikat dengan sloof.

P (B A N G U N A N )

FONDASI

POOR

T IA N G P A N C A N G

TANAH KERAS

Gambar 8. Pondasi tiang pancang

h. Pondasi cakar ayam


Prinsip pondasi cakar ayam yaitu memanfaatkan gaya angkat ke atas
(tegangan permukaan), yang terdapat pada tanah lembek, sebagai daya
dukung utama pondasi. Dengan demikian tidak perlu membuat pondasi
dalam. Konstruksi pondasi cakar ayam terdiri dari kaki-kaki sumuran
terbuka bagian bawah, yang disatukan dengan konstruksi poer. Pondasi
cakar ayam cocok untuk bangunan jalan dan landasan pesawat terbang
pada tanah yang lembek. (Gambar 9)

POER
CAKAR

Gambar 9. Pondasi cakar


MODUL I - GAMBAR 6 / 18
i. Sloof pondasi
Sloof berfungsi untuk menyatukan pondasi dan meratakan tekanan beban
bangunan pada muka pondasi. Sloof juga berfungsi untuk memperkuat
daya dukung pondasi dan mengikal poor pada pondasi bor dan tiang
pancang. Konstruksi sloof dibuat dari beton bertulang, yang disatukan
dengan kolom rangka atau kolom struktur. Besi tulangan sloof minimal
dipasang 4 batang dan disatukan dengan begel. Ukuran sloof skelet pada
umumnya 15x20 cm, sedangkan untuk sloof bangunan bertingkat
ukurannya memerlukan perhitungan struktur.

Gambar 10. Sloof pondasi pelat

Dasar pendimensian ukuran pondasi ditentukan oleh beban pondasi dan


daya dukung tanah berpijak pondasi. Perhitungan yang sederhana untuk
menghitung ukuran lebar pondasi, dapat dilakukan dengan menggunakan
rumus berikut.
Q
F = Luas dasar pondasi
F =
Q = Beban yang didukung
σ σ = Tegangan yang diizinkan

Q = 6000 kg/m’
σt = 1 kg/cm2
F = Q/ σt
= 6000 cm2
L = 6000/100
= 60 cm

Gambar 11. Dimensi pondasi

MODUL I - GAMBAR 7 / 18
2. Prinsip konstruksi pondasi tahan gempa
Gempa dapat diartikan sebagai getaran/goncangan pada dasar atau pijakan di
atas bumi. Berdasarkan pengelompokan, gempa dapat dikelompokkan
menjadi 4 jenis: (1) gempa meteorik, (2) gempa tanah runtuh, (3) gempa
letusan dan (4) gempa tektonik (Sarwidi, 2006). Gempa tektonik paling banyak
menimbulkan kerusakan bangunan dan infrastruktur di muka bumi. Gempa
tektonik terjadi karena gerakan lempeng-lempeng tektonik yang bersebelahan,
saling menjauhi (convergent) atau saling menggeser (shear). Lempeng-
lempeng tersebut mengalami penumpukan tegangan, yang diakibatkan oleh
deformasi batuan. Apabila akumulasi tegangan melampaui batas kekuatan
lempeng tektonik, maka akan terjadi pelepasan energi secara tiba-tiba.
Peristiwa tersebut menimbulkan getaran yang disebarkan ke segala arah
permukaan bumi, yang dirasakan sebagai gempa bumi. Gaya-gaya mendatar
gempa bumi bekerja ke seluruh bagian struktur bangunan, sebelah dalam dan
sebelah luar. Kekakuan berat massa bangunan cenderung untuk menahan
gerakan tanah. Gaya gempa bumi sebanding dengan gerakan tanah
mendatar. Apabila gerakan tanah lambat, maka kerusakan yang
diakibatkannya kecil, namun gerakan tanah yang besar dapat mengakibatkan
kerusakan yang besar. Gaya gempa atau beban mati struktur bekerja
sepanjang titik pusat atap dan titik pusat pondasi pada suatu portal struktur.
(Disarikan dari PEDC, 1986), (Gambar 12).

TITIK PUSAT ATAP


P
GAYA PENAHAN

P
TITIK PUSAT LANTAI

GERAKAN TANAH

Gambar 12. Gaya gempa pada bangunan


Kerusakan konstruksi pondasi, yang diakibatkan oleh gempa bumi, antara lain
yaitu: penurunan pondasi, keretakan, dan tergulingnya pondasi. Dampak pada
komponen bangunan lain yaitu dinding tembok yang retak, pecah hingga
keruntuhan. Pada struktur portal, gempa mengakibatkan pecahnya hubungan
komponen portal, yang dapat membahayakan bangunan.

Prinsip konstruksi pondasi yang tahan gempa menurut Lippsmeier (1980):


a. Tanah dasar pondasi harus kuat dan homogen, paling baik adalah tanah
cadas atau batu karang, karena gempa dapat mengoyak tanah sehingga
pondasi tidak mempunyai pijakan yang kuat.
b. Pondasi dengan kedalaman yang sama, tidak bertangga, pondasi jalur
dengan rangka yang kontinyu, dan dihindari pondasi berada pada jenis
tanah yang berbeda.
c. Pada tanah yang lunak, digunakan pondasi pelat atau pondasi tiang
pancang, yang dipancang sampai pada tanah keras.
d. Sambungan pondasi dan bangunan di atasnya harus kuat.

MODUL I - GAMBAR 8 / 18
Prinsip konstruksi pondasi tahan gempa harus memenuhi hal-hal berikut
menurut Sarwidi (2006):
a. Pondasi diletakkan pada tanah yang mantap, yaitu pada tanah keras.
Seluruh dasar pondasi harus terletak di atas tanah yang kuat.
b. Pondasi harus dihubungkan dengan sabuk pondasi (sloof). Hal ini berlaku
untuk pada pondasi setempat (umpak) maupun pondasi menerus.
c. Pondasi diberi lapisan pasir sebagai peredam getaran, dan tanah pondasi
perlu dipadatkan,.
d. Balok pondasi (sloof) harus diangkerkan pada pondasinya dengan jarak
angker 1 meter, dengan besi tulangan berdiameter minimum 10 mm.
e. Pondasi tidak boleh diletakkan terlalu dekat dengan dinding tebing, agar
tidak terjadi longsor. Untuk mencegah kelongsoran tebing, tanah diberi
dinding penahan terbuat dari pasangan batu belah atau turap bambu/kayu.

Sedangkan menurut Buku Pedoman Perencanaan Gedung Tahan Gempa


(1983), konstruksi pondasi tahan gempa harus memenuhi kriteria berikut:
a. Pondasi setempat harus saling berhubungan dalam dua arah saling tegak
lurus, yang dihubungkan oleh unsur-unsur penghubung yang direncanakan
menahan gaya tarik dan tekan
b. Pondasi batu belah harus dibuat dari pasangan batu yang bermutu baik
dan tidak mudah retak atau hancur.
c. Adukan yang dipakai harus terbuat dari sekurang-kurangnya 1 bagian
semen dan 4 bagian pasir, dan harus mempunyai kekuatan tekan
minimum 30 kg/cm2 pada umur 28 hari.
d. Lebar dasar pondasi tidak boleh kurang dari 2 belah tebal tembok, dan,
dalam segala, hal tidak boleh kurang dari yang diperlukan untuk
pemenuhan daya dukung tanah.
e. Kedalaman dasar pondasi tidak boleh kurang dari 60 cm, diukur dari muka
tanah yang sudah diselesaikan.
f. Pondasi telapak harus dibuat dari beton bertulang, yang direncanakan
untuk memindahkan beban dari kolom ke tanah tanpa dilampaui daya
dukung tanah.

MODUL I - GAMBAR 9 / 18
Gambar 13. Struktur pondasi batu belah tahan gempa
3. Struktur pondasi batu belah
Struktur pondasi batu belah menggunakan batu belah sebagai bahan isian
utama, yang disatukan dengan adukan perekat semen, pasir, dan air. Bahan
batu belah tergolong dalam batu alam lainnya, seperti batu gunung, batu
karang, dan batu kapur keras. Untuk memenuhi struktur pondasi tahan
gempa, batu belah harus cukup kuat, yang kuat desak minimumnya harus
lebih besar daripada kuat adukan yang dipersyaratkan, yaitu lebih besar dari
30 kg/cm2.

Pondasi batu belah termasuk pondasi dangkal dan digunakan sebagai


pondasi langsung untuk kedalaman tanah tidak lebih dari 3 m. Namun
demikian pondasi batu belah digunakan pula untuk struktur perbaikan tanah
dan pelebaran dasar pondasi pelat kaki, pada kedalaman 2-4 m di atas tanah
dasar. Keuntungan pondasi batu belah karena kuat dan kekal mendukung
beban. Selain itu, batu belah mudah diperoleh hampir di seluruh wilayah bumi
Indonesia.

Struktur pondasi batu belah, dengan mempertimbangan prinsip konstruksi


pondasi tahan gempa, terdiri dari komponen berikut:
a. Lapis pasir dasar pondasi adalah 10 cm, yang berfungsi untuk meratakan
tekanan muka batuan pondasi pada muka tanah dasar. Penambahan
tebal lapisan pasir berfungsi sebagai peredam getaran gempa sehingga
dapat mengurangi besarnya gaya horisontal gempa. Fungsi lain, lapisan
pasir dasar pondasi, ialah sebagai lapis perbaikan tanah bersama lapis
batu kosong di atasnya.
b. Lapis batu kosong (tanpa perekat) berfungsi sebagai lapis dasar pasangan
dan perbaikan tanah dasar pondasi. Antara batu kosong dan pasir dasar
pondasi harus menyatu penuh, agar diperoleh dasar pondasi tanah
pondasi yang stabil. Untuk memperoleh struktur dasar yang stabil,
susunan batu kosong dituang pasir dan disiram air sampai jenuh hingga
seluruh rongga terisi pasir.

MODUL I - GAMBAR 10 / 18
c. Di atas lapisan batu kosongan adalah lapisan pasangan fonsasi batu
belah, yang merupakan srtuktur utama pondasi. Bahan batu belah
sebaiknya berbentuk batu belah, bersih tidak berlumut, dan ukurannya.
bervariasi antara diameter 20 cm-40 cm. Susunan batu belah dibuat
dengan susunan yang monolit, tidak segaris (bareh) dan disatukan dengan
adukan yang baik, dengan perbandingan minimum 1 semen berbanding 4
pasir. Pasir yang digunakan sebagai adukan harus bersih dan memenuhi
syarat butir yang baik. Bentuk geometri pasangan pada umumnya
trapesium, bentuk ini untuk memperoleh efisiensi valume pasangan dari
penyaluran beban dinding ke tanah dasar, karena lebar dasar pondasi
menuntut ukuran yang lebih besar daripada lebar dinding.
d. Lapis struktur di atas pasangan batu belah, yaitu balok sloof (balok datar),
berfungsi sebagai penyatu dan meratakan tekanan beban dinding ke
permukaan pasangan pondasi. Konstruksi sloof dibuat dari beton bertulang
agar kuat menahan gaya tarik apabila terjadi penurunan di sebagian
pondasi. Permukaan sloof, untuk pondasi tahan gempa, harus sama
(lefel). Hal ini untuk mengantisipasi adanya gaya gempa, agar reaksi
bangunan tetap solit secara keseluruhan. Ukuran balok sloof harus cukup
untuk mendukung penyatuan struktur sebagai rangka bangunan dengan
ukuran minimum 15x20 cm dan tulangan minimum 4 diameter 12 mm.
Untuk struktur balok sloof, sebagai pengganti pondasi pelat, dimensi balok
dan penulangannya harus dihitung sesuai beban rencana.
e. Untuk memperoleh ketegaran terhadap gaya guling (momen), antara balok
sloof dan pasangan pondasi dipasang angker (jangkar) setiap jarak 1
meter, dari tulangan berdiameter minimum 10 mm, yang ditanam sedalam
minimum 40 cm pada pasangan pondasi.
f. Urug lantai galian pondasi bagian dalam sebaiknya menggunakan pasir,
agar tidak terjadi penurunan lantai sekitar pondasi di kemudian hari.
Apabila menggunakan tanah, tanah tersebut harus dipadatkan dengan
baik, setiap lapis tidak lebih dari 20 cm, dan disiram air.

15

PAS DINDING BATA

TEGEL LANTAI + 0.00


MUKA LANTAI 0.00 1
4
SLOOF BETON URUG PASIR 25
MUKA TANAH - 0.30

PAS BATU KALI 70


URUG TANAH

BATU KOSONG 25
10 -1.35
70
110

Gambar 14. Struktur pondasi batu belah

MODUL I - GAMBAR 11 / 18
4. Menggambar pondasi batu belah dan sloof
Gambar konstruksi pondasi, dalam rangkaian gambar kerja (bestek), pada
umumnya terdiri dari gambar denah pondasi dan gambar detail dari bagian
konstruksi pondasinya. Gambar denah pondasi menunjukkan seluruh bagian
pondasi bangunan tampak atas dari unsur-unsur jenis pondasi, lebar pondasi,
lebar galian, balok sloof, dan ukuran kolom atau dinding. Gambar denah
pondasi berguna sebagai pedoman pekerjaan galian pondasi, pekerjaan
pondasi, pekerjaan kolom, dan pekerjaan balok sloof. Gambar detail pondasi
adalah gambar potongan bagian denah pondasi, yang menunjukkan detail
potongan konstruksi pondasi dari unsur-unsur kedalaman pondasi, struktur
pondasi, lebar pondasi, dan penulangan untuk pondasi pelat beton. Gambar
denah pondasi pada umumnya menggunakan skala gambar besar yaitu 1:50,
1:100, dan 1:200, sedangkan detail potongan konstruksi pondasi
menggunakan skala kecil 1:10, dan 1:20.
a. Standar gambar
Gambar kerja harus dibuat sesuai dengan standar dokumen pekerjaan
teknik, mencakup gambar-gambar konstruksi yang dilengkapi catatan dan
informasi yang penting, yang mudah ditafsirkan dengan cepat dan benar.
Standar gambar terkait dengan media gambar, arah utara, skala, notasi
(huruf, angka, dan simbol), dan rendering bahan.
1) Media gambar harus mudah direproduksi dan cukup awet. Gambar
kerja, pada saat ini, umumnya menggunakan media kertas putih HVS
yang berukuran standar: A0: 841x1189, A1: 594x841, A2: 420x594, A3:
297x420, A4: 210x297 mm. Semua kertas gambar dipotong di luar
margin, garis margin terletak di dalam dimensi.

Gambar 15. Ukuran-ukuran kertas

MODUL I - GAMBAR 12 / 18
2) Notasi arah utara harus dilukiskan pada gambar situasi (site plan) dan
denah bangunan. Simbol arah utara situasi dan denah sedikit berbeda,
baik bentuk maupun arahnya. Simbol arah utara situasi dan arah
panah harus menghadap sisi media gambar, sedangkan arah utara
denah tidak harus menghadap sisi atas media gambar.
3) Skala gambar kerja harus ditulis di bawah judul setiap gambar,
terutama gambar detail. Gambar-gambar yang mungkin diperbesar
atau diperkecil, ketika direproduksi, harus diberi grafik skala panjang
untuk membantu pembaca mengetahui skala yang sebenarnya.
4) Huruf gambar harus jelas dan mudah dibaca. Bentuk huruf yang
sederhana dan standar teknik. Sebaiknya semua notasi gambar
menggunakan huruf balok, agar jelas dan mudah dibaca.

PETUNJUK UTARA SITE

PETUNJUK UTARA DENAH

NOMOR LANTAI (2)


2 . 10
NOMOR RUANG (10)

A GRID KOLOM VERTIKAL (A)

5 GRID KOLOM HORISONTAL (5)

2 NOMOR DETAIL (2)


-- TERDAPAT PADA LEMBAR YANG SAMA (--)

Gambar 15. Notasi gambar pondasi

MODUL I - GAMBAR 13 / 18
URUG TANAH

Gambar 16. Rendering bahan bangunan

MODUL I - GAMBAR 14 / 18
b. Prinsip menggambar pondasi
Untuk membuat gambar konstruksi pondasi, yang hasilnya komunikatif dan
sistematis, perlu memperhatikan prinsip-prinsip menggambar sebagai
berikut:
1) Setting gambar multi pandang dengan proyeksi sistem kuadran I (cara
Eropa), tampak dan potongan gambar arahnya didorong ke bidang
gambar, sehingga urutan gambar menjadi logis dan jelas.
2) Ukuran as pokok diambil dari garis sumbu dengan skala yang teliti,
dilanjutkan menggambil ukuran unsur yang lain.
3) Ukuran ketinggian (duga) dalam satuan meter, dan ukuran datar
menggunakan ukuran centimeter atau milimeter. Penggunaan satuan
ganda ini untuk membedakan arah dua ukuran yang harus dibedakan
dengan jelas.
4) Semua ukuran ketinggian diambil dari muka lantai 0.00 (duga dasar),
dan duga lantai 0.00 harus tetap digambar garisnya meskipun sebagai
garis bayangan.
5) Ketebalan garis-garis gambar berirama sesuai dengan penekanan
susunan konstruksi; garis permukaan potongan bahan lebih
ditonjolkan; garis arsir lebih lemah, dan penggunaan garis-garis sesuai
standar.
6) Rendering dan notasi gambar menggunakan simbol gambar dan tulisan
yang standar dan mudah dibaca.

15 mm

15 mm

DENAH DETAIL

DETAIL DETAIL CATATAN

Gambar 17. Setting gambar pondasi

MODUL I - GAMBAR 15 / 18
c. Langkah menggambar pondasi batu belah
Untuk dapat menggambar konstruksi pondasi batu belah dengan cepat,
tepat, dan hasilnya baik, perlu ditempuh langkah-langkah menggambar
sebagai berikut:
1) Menentukan lokasi letak gambar denah pondasi dan detail konstruksi,
sesuai dengan rencana skala yang dipakai.
2) Menarik garis sumbu ukuran ruang-ruang denah bangunan dan
pastikan ukurannya tepat pada masing-masing as sumbunya.
3) Menarik garis tipis, sebagai ukuran tiap-tiap unsur konstruksi, seperti:
ukuram kolom, lebar dasar pondasi, lebar muka pondasi, dan tebal
sloof.
4) Menebalkan gambar denah pondasi, dimulai dari garis konstruksi
paling atas, yaitu kolom, balok sloof, muka pondasi, lebar dasar
pondasi, dan kemiringan pasangan pondasi.
5) Untuk pondasi menerus, penebalan dimulai dari garis sloof, muka
pondasi (menerus seluruh dinding sama lebar), lebar pondasi dan
pertemuan sudut pondasi.
6) Menghapus semua garis pertolongan unsur-unsur konstruksi yang tidak
terpakai.
7) Menggambar rendering terutama untuk balok sloof dan kolom. Untuk
pasangan pondasi batu belah, dalam gambar denah sebaiknya tidak
perlu direndering, karena akan mengaburkan unsur kolom dan
sloofnya.
8) Menarik garis-garis ukuran yang jaraknya cukup untuk menulis notasi
ukuran.
9) Memilih dan menggambar letak potongan konsturuksi yang akan
digambar detailnya dengan simbol yang benar.
10) Menuliskan notasi ukuran ruang, grid kolom, potongan konstruksi, dan
nama konstruksi yang tergambar.
11) Mulai menggambar detail konstruksi, diawali dengan menggambar
garis tipis datar untuk garis duga lantai 0.00.
12) Menarik garis tipis, sebagai as kolom/dinding tegak, yang memotong
garis duga lantai.
13) Memastikan ukuran potongan unsur-unsur konstruksi dengan skala
yang tepat, yang dimulai dari garis lantai 0.00.
14) Menentukan tinggi muka pasangan pondasi, yang diambil dari tinggi
lantai terendan dikurangi tebal tegel dan perekat tergel, dan
memastikan bahwa muka pondasi seluruh ruangan sama tinggi.
15) Menggambar tipis bentuk geometri konstruksi pondasi, mulai dari lantai,
perekat lantai, balok sloof, pasangan batu belah, lantai kerja untuk
tegel, muka tanah dasar, lereng galian, dan muka tanah.
16) Menebalkan garis gambar setiap unsur konstruksi dengan menonjolkan
bagian permukaan bahan yang terpotong seperti sloof, dinding, dan
pasangan batu belah.
17) Menggambar angkur perkuatan hubungan pasangan batu belah dan
balok sloof, untuk konstruksi pondasi tahan gempa.
18) Menghapus semua garis-garis bantu yang tidak terpakai.
19) Menggambar rendering pasangan batu belah, urug pasir/tanah, balok
sloof, dinding, dan muka tanah, dengan simbol yang standar.

MODUL I - GAMBAR 16 / 18
20) Menarik garis-garis ukuran konstruksi pondasi yang jaraknya cukup
untuk menulis notasi ukuran.
21) Menuliskan notasi ukuran tinggi lantai, dalamnya pondasi dalam meter
dan lebar pondasi, ukuran sloof, ukuran kolom, dan tebal dinding dalam
centimeter atau milimeter.

MODUL I - GAMBAR 17 / 18
TEGEL LANTAI + 0.00
MUKA LANTAI 0.00 1
4
A 25
RABAT URUG PASIR
- 0.30

PAS BATU KALI 70


URUG TANAH

BATU KOSONG 25
10 -1.35
70
B
110

POT FONDASI 1

C 15

PAS DINDING BATA

TEGEL LANTAI + 0.00


2 MUKA LANTAI 0.00 1
SLOOF BETON 4
--
RABAT BETON URUG PASIR 25
D - 0.30

1
PAS BATU KALI 70
-- URUG TANAH
E
BATU KOSONG 25
10 -1.35
70
1 2 3 4 5 110

POT FONDASI 2

RENCANA PONDASI

Gambar 19. Contoh gambar pondasi batu belah

MODUL I - GAMBAR 18 / 18

You might also like