You are on page 1of 16

PENGERTIAN SADAQAH

Agama islam sanggat menganjurkan agar umatnya gemar mengeluarkan derma atau

sadaqah sunnah sesuai dengan kemampuan masing-masing, baik kepada orang-orang

tertentu maupun untuk kepentingan umum. Dalam masyarakat kita, pengertian derma

atau sadaqah sunah dimaksudkan dengan istilah sadaqah.Dengan demikian, pengertian,

sadaqah adalah memberikan sebagian harta yang kita miliki kepada pihak lain secara

sukarela,semata-semata mengharapkan kebaikan atau pahala diakhirat.Orang yang gemar

atau suka bersadaqah biasa disebut dermawan.Sadaqah harus dilakukan secara ikhlas

semata-mata karena Allah SWT dan tidak menyakiti atau menyinggung perasaan orang

yang menerima sadaqah tersebut. Firman Allaha SWT dalam AL-Qur’an,

“Hai orang-orang yang beriman,jangan lah kamu menghilangkan

(pahala)sadaqah dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima),

seperti orang yang menafkahkan hartanya karena ria kepada manusia dan dia tidak

beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu

licin yang diatsnya ada tanah, kemudian batu itu tertimpa hujan lebat, lalu menjadilah

dia bersih (tidak bertanah).Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka

usahakan,dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang kafir “( QS.2:264).

Baik sadaqah wajib maupun sadaqah sunnah termasuk kedalam lingkup infaq fi

sabil Allah (menafkahkan harta di jalan Allah SWT).Dengan demikian, istilah infak lebih

luas pengertiannya dari pada sadaqah. Hal ini dikarenakan infak mencakup pengertian

membelanjakan harta, baik berupa sadaqah maupun membelanjakannya untuk keperluan

orang lain, sesuai dengan kemampuan masing-masing, semata-semata karena mengharap

rida Allah SWT dan kebaikan hidup dunia dan di akhirat nanti.
Berinfak untuk menolong orang-orang yang susah, membantu untuk kemaslahatan

dan kemajuan agama serta kemakmuran masyarakat, bangsa dan negara, merupakan

perbuatan yang terpuji yang sanggat yang dianjurkan dalam agama islam. Firman Allah

SWT dalam AL-Qur’an , “ Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh ) orang-orang

yang menafkahkan hartanya dijalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang

menumbuhkan sebulir, pada tiap-tiap buah terdapat seratus biji. Allah melipat gandakan

(pahala) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi maha

mengetahui” QS.2:261)

“Kamu sekali-kali tidak dapat mencapai ketulusan, kecuali jika kamu

membelanjakan apa yang kamu cintai “ (3:92).

Apa artinya bersadaqah dalam islam?

Sadaqah, yang biasa diungkapkan dalam Qur’an “membelajakan apa yang telah

Tuhan karuniakan kepada kamu”, makanya mengunakan energi, kecakapan, kekayaan,

uang, kepemilikan, atau apa yang kita miliki untuk menolong dan berbuat baik kepada

mereka yang membutuhkan bantuan.Dalam islam sedekha itu sering sekali disebutkan

dengan sholat sebap sholat itu hubungan manusia dengan tuhan, atau kewajiban manusia

terhadap tuhan, sedangkan yang awal (yakni sadaqah) melaksanakan hubungan dengan

sesama manusia, dan yang pada hakikatnya adalah dengan segenap mahluk tuhan, sholat

mengungkapkan cinta kepada tuhan, berserah diri kepada-Nya, dan mengharapkan bisa

menbawa akhlak Ilahi yang letaknya tersembunyi di dalam diri setiap orang.Sadaqah

adalah ungkapan rasa simpati dan suka berbuat baik kepada mahluk Tuhan, diterapkan

dalam amal perbuatan dari ajaran yang dipelajari dalam sholat.


Amal sadaqah dalam islam banyak sekali contoh yang dapat diberikan karena

sadaqah itu berbuat kebaikan apa saja terhadap seseorang, bahkan terhadap diri sendiri

agar kita lebih bermanfaat bagi orang lain, dengan sesuatu yang telah di karuniakan oleh

tuhan kepada kita, itu pun bersadaqah. Memberi makan orang yang lapar, menolong

kaum miskin, memelihara yang tidak mampu seperti anak yatim, mengulurkan tangan

bagi yang tidak mampu, membantu orang yang mengaggur agar mendapat pekerjaan,

dan lain sebagainya, semua itu adalah contoh nyata bersadaqah yang diajarkan oleh

islam.Namun juga diajarkan yang lainya, beramal sadaqah sekecil apa pun bisa dilakukan

oleh seseorang setiap hari. Menolong seseorang dalam cara apapun, menunjukkan jalan

kepada orang yang tidak dikenal, berbicara baik agar orang senag, memberi nasehat atau

membagi ilmu kepada seseorang, menyingkirkan suatu rintangan dari jalan agar tidak

mencelakakan orang lain, bahkan mencegah agar tidak melukai seseorang, semua itu

adalah sadaqah dalam islam.

Ruang lingkup jenis-jenis yang dapat disadaqahkan oleh setiap muslim diantaranya

adalah :

1.bersadaqah dalam islam jauh lebih luas dari sekedar memberikan uang kepada

kaum papa, dan itu dapat dibiasakan dengan baik bahkan dikala tidak ada kemiskinan

sekalipun,

2. Bersadaqah, atau berbuat setiap kebaikan kepada seseorang, harus dilakukan

sebagai suatu kewajiban, bukan untuk merendahkan drajat mereka atau meminta balasan

terima kasih. Qur’an menjelaskan kepada kita :

“Ucapan yang manis dan pengampunan lebih baik dari pada sadaqah yang diikuti

ucapan yang menyakitkan hati…..Wahai orang yang beriman, janganlah sadaqah kamu
menjadi sia-sia dengan mencomel dan menyakitkan hati, seperti orang yang

membelanjakan hartanya karena ingin dilihat orang …”(2:263-264).

3. Sadaqah itu harus dilakukan secara diam-diam karena cinta kepada Allah

(lilahiTa’ala), ingin selalu berbuat baik kepada-Nya, sebagaimana Qur’an mengatakan

tentang orang-orang tulus:

“Mereka memberi makan, karena cinta kepada- Nya (Allah), kepada orang-orang

miskin, anak yatim, dan budak belian. Kami memberi makan kepada kamu hanya karena

mencari perkenan Allah. Kami tak menginginkan pembalasan dari kamu, dan tidak pula

terima kasih” (76:8-9).

Sadaqah itu sangat ditekankan sekali kepada kaum muslimin, begitu kuat tekanan

itu sehingga Nabi Suci Muhammad bersabda bahwa setiap angota badan pun harus

berbuat sadaqah setiap hari, baik itu dilakukan oleh tangan, kaki atau pun lidah. Tidak

seorang pun yang tak dapat berbuat sedekha kepada orang lain. Menurut Nabi Suci, jika

seseorang tidak bisa memberikan sesuatu, dia harus berkerja dan berusaha, lalu

memberikan hasilnya, jika tidak ada yang diberikan, dia harus menolong seseorang dalam

kesukaran, jika tidak kuasa juga, karena beberapa alasan, sekalipun begitu, dia harus

mencoba berbuat baik yang dia bisa dan mencegah dari perbuatan yang bisa merugikan

orang lain.

Terpisah dari sedekha pada umumnya, islam mewajibkan semacam pajak terhadap

milik seseorang, ini dekenal sebagai Zakat, yang harus dibelanjakan demi kesejahteraan

mereka yang tidak beruntung.

Amal sadaqah itu sangat luas sekali gunanya dalam islam, begitu pula ruang

lingkup tersebut terhadap siapa saja bisa dilakukan secara luas. Dimulai dari orang yang
ada disekeliling kita -keluarga kita, kawan dan tetangga- kemudian meluas kesegenap

kaum muslimin dan pula kepada para pengikut agama lain.Sebenarnya sadaqahhanya

kaum muslimin itu meliputi pula terhadap hewan. Qur’an Suci menganjurkan bahwa

seseorang harus selalu peduli kepada mereka yang mungkin membutuhkan meskipun

tampa meminta pertolongan (2:273).

Dalam hal beramal sedakah bila kita memberikan sesuatu, Qur’an Suci

mengajarkan bahwa kita harus memberikan sesuatu yang baik dan berguna, bukan barang

yang tidak bisa dipakai atau barang yang tidak layak, dan barang-barang itu harus yang

kita sukai sendiri(2:267). Lebih dari itu, barang-barang yang akan diberikan dalam

sadakha harus dipoeroleh oleh seseorang dari hasil atau usaha yang halal.

Islam telah menerangkan dengan jelas seperangkat bentuk sholat, agar

memudahkan kita untuk melakukan secara berkesinambungan, begitu pula ia

memberikan bentuk jalan keluar dari sedakha itu dan membuatnya wajib, agar menjadi

kewajiban yang berkesinambungan pula, jalan keluar bentuk sadaqah itu adalah yang

disebut zakat, dan terdiri dari memberikan sebagian khusus dari kekayaan seseorang

setiap tahun kepada lembaga zakat. Lembaga zakat ini diurus oleh kaum muslimin atau

oleh pemerintah muslim, dan itu digunakan untuk membantu kaum miskin, orang yang

tidak mampu, penganguran dan lain-lain yang membutuhkan.

Dalam hal menarik dan membelanjakan sesuatu yang dilakukan oleh pemerintah

muslim, zakat itu seperti pajak. Karenanya, perbedaan utama zakat itu adalah suatu

kewajiban agama yang harus dilaksanakan karena ketaatan kepada tuhan dan rasa

simpatik terhadap orang. Jadi berzakat secara moral bermanfaat bagi yang membayarnya

sebab mengembangkan rohani yang mementingkan diri sendiri dan mengekang perasaan
tamak. Berbeda dengan kata “pajak” maknanya “beban” , namun “ zakat” maknanya

sesuatu yang membersikan diri dan harta .

Sadaqah dan zakat secara umum itu menjadi kewajiban dalam islam, sebab ia

menjadi ahlak yang mulia dan luhur pada diri seseorang, yang ini menjadi tujuan utama

menurut islam. Tuhan telah mengkaruniakan kepada seseorang berbagai kecakapan dan

kekayaan, seperti halnya ilmu pengetahuan, uang, kekuatan, beberapa kecakapan atau skil

, dan lain sebagainya. Setiap orang pasti mengunakan sumber yang dikaruniakan itu, baik

itu laki-laki maupun perempuan, untuk kemaslahatan orang lain maupun kepada mahluk

tuhan lainnya, dan akhirnya bukan untuk kepentingan diri sendiri. Jika prinsip dasar ini

diabaikan, disana bukan hanya tidak bisa meredakan orang yang yang tertekan dan

menderita yang membutuhkan, tapi pertumbuhan mementingkan diri sendiri membuat

saudara menjadi musuh yang mematikan; dan masyarakat maupun umat manusia terbagi

kepada berbagai kelompok dan golongan yang semuanya mencoba saling merampas

segala sesuatu satu sama lain.

2. Pengertian Intensitas Sadaqah

Chaplin (2000) menerjemahkan intensitas sebagai aspek kuntitatif perasaan dimana

didalamnya terlibat minat dan perhatian yang disertai oleh banyak sedikitnya kesadaran

yang menyertai sesuatu aktifitas atau pengalaman batin seseorang. Semantara itu Anshari

(1996) mengatakan bahwa intensitas adalah kuatnya tingkah laku atau pengalaman

seseorang, misalnya intensitas dari suatu tanggapan emosional.

Drever (1986) menyatakan bahwa intensitas adalah aspek kuntitatif perasaan

dimana titik rangsangnya pada panca indra cukup kuat dirasakan, meliputi :
i. Ukuran ketajaman reseptor (ujung-ujung sel syaraf) yang timbul, yang

menerima rangsang, dan mengirimkanya pada bagian lain dari system

syaraf.

ii. Perbedaannya, yaitu tahap-tahap indera mencapai titik rangsang untuk

merasakan dari yang lemah samapai yang kuat.

Jadi intensitas adalah kekuatan tingkah laku individu untuk melaksanakan suatu

tindakan secara bertingkat.

Intensitas sadaqah adalah tingkatan atau jumlah seberapa sering seseorang dalam

melakukan sadaqah kepada orang lain, karena sadaqah memiliki arti yang lebih luas

menyakut juga hal yang bersifat non material, Hadist riwayat Imam Muslim dari Abu

Dzar, Rasullulah menyatakan bahwa jika tidak mampu bersadaqah dengan harta maka

membaca tasbih, membaca takbir, tahmid, tahlil, dan melakukan kegiatan amar ma’ruf

nahi munkar adalah sadaqah.

3. Aspek-aspek Sadaqah

 Ikhlash

Pengertian ikhlas,kalimat “Al Ikhlash” berarati kemurnian, kesucian dan

kebersihan dari segala kesalahan dan kekotoran. Sesiatu yang khalis yaitu yang murni,

yang suci, yang tidak melekat padanya kotoran, baik maddi atau maknawi, seperti firman

Allah :

“Sesungguhnya pada ternak, terdapat tamsil ibarat untuk mu; kami beri kepadamu

minuman yang terdapat dalam perutnya, yang terjadi antara kotoran dan darah,

yaitu susu murni cair untuk mereka yang minum”.( Al Quran.S.An-Nahl: 66)
Al Khilash.yaitu apa yang dibersikan api dari emas dan perak; demikian pula Al

Khulashah.

Dalam ikhlas, juga mengandung makna keselamatan dan kelepasan, karena orang

berkata: khalasha fulanun min kaza (lepaslah sianu dari itu), apabila dia benar dan suci

dalam kecintaannya.

Juga dalam ikhlas mengandung pengertian kebenaran dan kesucian, dimana orang

berkata: akhalasha fulanun lifulanin lihubbihi (iklaslah sianu untuk sifulan karena

cintanya), apabila benar dan suci dalam kecintaannya.

Adapun makna ikhlas menurut agama dan akhlak,yaitu memencilkan tujuan taqarrup

kepada Allah dari segala kotoran dan penyakit dan membersihkan dari segala apa yang

bukan Allah. Karena itulah, maka “Qul huwa Allahu Ahad… “ dikatakan Surat Al

Ikhlash, karena ia khalis untuk sifat Allah yang khas, atau yanh mengucapkanya seorang

mukmin, dengan maknanya: sesungguhnya dia telah mengikhlaskan tauhid untuk Allah.

Imam Ghazali telah melukiskan hakikat ikhlas sebagai berikut:

“Ketahuilah, bahwa segala sesuatu digambarkan akan dikotori oleh benda

lainya.Karena itulah, apabila ia suci dari pengotoran dan bersih dari pada nya, maka ia

dinamakan Khalis. Dan amal perbuatan yang Inushfi (memurnikan) lagi Mukhlish

dinamakan Ikhlas.Berfirman Allah: min farsin wadamin labanan khalishan saaighan

lisy- syabirin(yang terjadi antara kotoran dan darah yaitu susu murni cair). Karena itu,

susu disebut murni kalau ia bersih dari darah dan kotoran: bersih dari segala apa yang

mungkin bercampur dengannya.Ikhlas lawannya Musyrik, hanya syirik itu terdiri dari

beberapa derajat. Ikhlas dalam tauhid, lawannya tasyrik (penyekutuan) dalam ketuhanan.

Adapun syirik, ada yang tersembunyi dan ada yang jelas. Demikian pula ikhlas.Adapun
ikhlas dan lawannya, keduanya silih berganti datang kehati dan tempatnya dihati…….”

Demikian Imam Ghazali.

Dalam surat Allah berfirman :

“kenangkanlah hamba-hamba kami: Ibrahim,Ishak,dan Ya’kub sebagai pemimpin-

pemimpin besar yang mempunyai ilmu pengetahuan yang luas.Sesungguhnya kami telah

memurnikan mereka, yang dengan khalis mengenangkan kampong akhir.Sesungguhnya

mereka disisi kami tergolong diantara orang-orang pilihan yang terkemuka”. ( Al

Qu’an: S Shaad:45-47)

Akhlashnaahum. Artinya kami pilih dan murnikan mereka. Khalishah,artinya sifat

hidup dan sifat diri; jadi maknanya: kami pilih dan murnikan mereka dengan sebap sikap

hidup dan sifat diri yang ada pada mereka, dimana mereka dengan ikhlas selalu

mengenangkan kampung akhirat,.

Karena demikian mulia dan tingginya kedudukan ikhlas maka setan tidak sanggup

menguasai orang-oarang yang ikhlas, seperti yang dapat kita baca dalam Al Qur’anul

Karim:

I”Iblis berkata : “Tuhanku karena engkau telah mengvoniskan aku sebagai mahluk

sesat,maka pasti aku akan mendayakan dan menyesatkan mereka sekalian diatas bumi,

kecuali hamba-hamba engkau yang ikhlas diantara mereka, Sesungguhnya hamba-

hamba ku engkau tidak berdaya untuk menguasai mereka kecuali orang-orang yang

sesat yang menjadi pengikut engkau “ ( Al Qur’an,S Al Hijr--- : 39-40 dan ayat 42 ).

“Iblis menjawab lagi: “Demi kekuasaan Engkau, aku pasti akan menyesatkan

mereka semua. Kecuali hamba-hamba Engkau yang ikhlas diantara mereka”. Al Qur’an,

S : 82-83)
Telah berulang-ulang firman Allah, dalam surat Ash Shaaffat beberapa kali, dimana

selalu Allah mengecualikan orang-orang yang ikhlas, agar mereka terlepas dari dosa dan

kejahatan; agar mereka beruntung dengan mendapat kebahagian di dunia dan

keselamatan di akhirat

4. Buah Dari Ikhlas

Ikhlas mempunyai buah yang banyak dan lezat meranum, yang diantranya,

Yaitu:

Pertama: kecintaan Allah kepada orang-orang yang ikhlas, Dalam Hadits tersebut,

bahwa Allah akan memberi ikhlas kepada orang-orang yang disukainya, seperti sabda

Rasul dalam sebuah Hadits yang diriwayatkan Ibnu Majah:

“Siapa yang meninggalkan dunia dengan ikhlas karena Allah saja tampa

mempersekutukanya: mendirikan sholat dan membayarkan zakat, niscaya dia akan pergi

dari dunia,dimana Allah senang kepdanya” (Al Hadits).

Kedua: Penerimaan Allah akan amal perbuatan orang-orang yang ikhlas, sesuai

dengan maksud Hadits:

“Sesungguhnya Allah tidak akan menerima amal, kecuali amal yang khalis(murni),

yang dengan amal itu sipengamal mencari wajah Allah”.(Al Hadits).

Ketiga: keterhindaran orang-orang yang ikhlas dari kejahatan dan kemesuman.

Semoga inilah sebahagian yang dapat kami dari Firman Allah tentang Nabi Yusuf:

“Sesungguhnya wanita itu telah mengintai Yusuf, dan Yusuf juga hampir

mencintainya, kalau tidak segera melihat burhan Tuhannya.Demikianlah, agar kami


menghindarkan Yusuf dari kejahatan dan kemesuman.Sesungguhnya dia termasuk dalam

golongan hamba-hamba kami yang ikhlas”. (Al Qur’an.S Yusuf: 24)

Keempat: Kelenyapan was-was dan linglung dari orang-orang yang ikhlas, seperti

yang ditegaskan Abu Sulaiman Darani:

“Apabila seorang hamba telah ikhlas, lenyaplah dari padanya was-was yang

beruntun dengan ria”.

Kelima: Keterpancaran hikmah dari orang-orang ikhlas, seperti yang dinyatakan

Makhul

“Apabila seorang hamba ikhlas 40 hari,niscaya memancar mata – air hikmah dari

hati melalui lidahnya”.

Keenam: Pertolongan Allah untuk orang-orang yang ikhlas,seperti dapat kita

pahami dari sebuah Hadits Nabi yang diriwatkan Nasai:

“Hanyasanya pertolongan Allah untuk umat ini, diberikan dengan sebap doa dan

keikhlasan rayat jelata”.(Al Hadits).

Ketujuh : Penambahan kebaikan berlipat ganda, diamana Allah berjaji akan melipat

gandakan kebaikan bagi orang-orang yang berbuat kebaikan:

“ Siapa yang berbuat satu kebaikan, maka untuknya tersedia kebaikan sepuluh kali

lipat “ (Al Qur’an S An-Nisa: 160)

Maka untuk orang-orang yang ikhlas,Allah menjajikan lebih banyak dari sepuluh

kali; sampai seratus kali,bahkan sampai lebih tujuh ratus kali, penambahan ini naik

jumlah nya menurut kadar keikhlasan seseorang mukmin, semakin bertambah nilai

keikhlasannya, bertmbah pula berlipat ganda pahala yang akan diterimanya, dan Allah
melipat gandakan pahala kepada orang-orang yang dikehendakinya, dan Allah Maha luas

pengetahuannya.

5. Perhatian Para Pemuka Tasauwuf.

Perhatian para pemuka tasauwuf terhadap masalah ikhlas besar sekali, sehingga

mereka telah berbicara banyak tentang keikhlasan itu dengan berbagai gaya dan

ibarat.Antaranya:

Sahal : Keikhlasan yaitu, bahwa diam dan gerak hamba semata-mata untuk dan

karena Allah.

Ibrahim Adham : Keikhlasan, yaitu kebenaran niat bersama Allah.

Abu Usman : Keikhlasn, yaitu kelupaan melihat mahluk dengan sebap tetapnya

memandang Khalik.

Muhasabi : Keikhlasan, yaitu penampilan mahluk untuk bermuamalah dengan

Tuhannya.

Fadli : Meninggalkan sesuatu amal karena manusia, ria nama nya ; beramal karena

manusia, syirik namanya, sedangkan ikhlas yaitu Allah menyelamatkan engkau dari

bahaya keduanya.

Junaidi : Sesungguhnya Allah menpunyai hamba-hamba yang berakal; tatkala

mereka berakal, lantas mereka beramal;tatkala meraka beramal, lantas mereka ikhlas,

karena itu, keikhlasan mengajak mereka memasuki segala pintu kebaikan.

Hatim Al Ashamm : Keikhlasan dikenal dengan istiqamah dan istiqamah dikenal

dengan harapan, dan harapan dikenal dengan kemauan, dan kemauan dikenal dengan

makrifah.
Ahmad bin Ashim : Apabila engkau mengerjakan amal salih dimana engkau tidak

suka disebut-sebut dan tidak suka diagungkan karena amal salih itu, disamping engkau

tidak menuntut balasan selain dari Allah; maka itulah keikhlasan amalmu.

Abdullah Inthaki : Keikhlasan amal lebih hebat dan lebih berat dari amal,

sedangkan amal melemah kan pria-pria yang kuat.

Muhammad bin Ali Tirmizi : Keberuntungan bukanlah dengan banyak amal, tetapi

keberuntungan didapati dengan keikhlasan dan kerapian amal.

Khairun Nasaj : Keikhlasan, yaitu suatu hal yang tidak diterima amal seseorang,

kecuali dengan hal itu.

 Mampu

Sebenarnya didalam islam sanggat banyak sekali yang dapat dijadikan sadaqah

salah satu diantaranya adalah harta atau uang jadi maka penulis meletakan mampu disini

dalam arti mampu memiliki harta atau uang walaupun sebenarnya tersenyum kepada

seseorang dengan ikhlas dengan artikata lain bukan tersenyum untuk menyakiti adalah

ibadah (sadaqah), dalam ajaran islam, kata yang mengandung pengertian “harta benda “

ialah kata mal, sebagai mana tercantum dalam ayat 47 surah Al- Kahf. Gambaran yang

mendominasi pengertian dan pandangan umum tentang harta benda adalah mata

uang,seolah-olah itulah harta benda yang sesungguhnya.Pengertian yang tercantum dalam

kamus tentang kata mal adalah apa yang dimiliki seseorang, baik barangnya maupun

bendanya. Pengertian seperti ini sudah dikenal sejak zaman jahiliyah(zaman yang

mendahului datangnya islam). Maka untuk masyarakat zaman itu,unta adalah harta

benda,demikian juga kambing, mata-air, pohon kurma, dan sebagainya. Jadi, segala yang
mempunyai manfaat atau kegunaan dan dapat dipertukarkan adalah mal. Orang yang

banyak memilikinya disebut “kaya”.

Pengertian yang demikian itu, rupanya, sudah sejalan dengan pengertian ekonomis

yang berlaku sekarang, yang mengolongkan semua apa yang dimanfaatkan dan

mempunyai kegunaan apapun saja, termasuk dalam pengertian harta benda, sama halnya

semua apa yang dapat dinilai dengan suatu harga betapapun sedikitnya, digolongkan

termasuk harta benda, maka barang siapa yang memiliki tanah berarti dia mempunyai

harta benda, juga siapa yang memiliki buahnya berati dia juga mempunyai harta benda,

maka segala apa saja yang dapat dipasarkan dan mempunyai harga tertentu demikian juga

segala apa yang mempunyai kegunaan apapun, semua itu adalah harta benda.

Dalam islam tidak menutup mata dengan kenyataan-kenyataan yang ada pada diri

manusia, bahkan kenyataan itu dalam tingkatannya yang sempurna telah direkam dalam

ayat 14 surah Ali Imran. Dan pada tempat lain dijelaskan bahwa harta benda perlambang

dari kehidupan (ayat 47 surah Al-Kahf). Oleh karena itu, harta benda tidak boleh dibenci

dan hasrat untuk memilikinya tidak boleh dimatikan atau dibekukan, tetapi hanyalah

dijinakkan denagan ajaran qana’ah (rasa penghargaan untuk mensyukuri apa yang sudah

dimiliki yang mengarah kepada suatu kepuasan); dan ajaran cinta kepada sesama dalam

ajaran kemasyarakatan. Kemudian hasrat tersebut dikendalikan dengan infaq dan

sedekha (pengeluaran atau pemanfaatannya kepada kemaslahatan diri dan masyarakat),

juga dalam rangka pelaksanaan ajaran kemasyarakatan.

Pada ayat 8 surah Al-Adiyat, harta benda itu disebut sebagai sesuatu yang baik, dan

pada ayat 10 surah Al-Jum’ah, ia disebut sebagai keutamaan dari Tuhan. Sementara itu
beberapa ayat lainnya mengugah minat manusia untuk memberi perhatian pada harta

kekayaan nabati ( surah Al-An’am 41).

Harta benda yang demikian penting nilainya merupakan salah satu nikmat Allah

yang sanggat berharga dalam kehidupan manusia. Oleh karena sebap itu, ia merupakan

pula satu batu ujian bagi manusia, sebagai mana ditegaskan dalam ayat 15 surah Al-

Taghabun, bahwa harta benda dan anak keturunan adalah batu ujian bagi kalian

(manusia). Disamping itu, manusia diperingatkan akan suatu hakikat yang mutlak bahwa

sesungguhnya manusia yang diberi hak memiliki, dan hak itu dihormati dan dilindungi.

Namun, diperingatkan pula bahwa pada hakikatnya pemilik mutlak atas harta benda itu

adalah penciptanya semua, yakni Yang MahaKuasa, Allah SWT. Hal ini diperjelas dalam

ayat 49 surah Al-Syura’ .ayat 28 surah Al- Baqarah, dan lebih diperjelas lagi dalam ayat

33 surah Al-Nur.

 Niat

Sabda Nabi Muhammad Saw :

“ Sesungguhnya segala amal perbuatan itu (tergantung) dengan niat.Dan setiap

orang akan memperoleh hasil sesuai dengan niat yang dibuhulnya. Maka siapa yang

hijrah karena Allah dan RasulNya, hijrahnya itu kepada Allah dan RasulNya. Dan

siapa yang hijrah karena kepentingan dunia atau karena perempuan yang hendak

dinikahinya,maka hijrahnya memperoleh sekedar apa yang diinginkannya”

Kata niat, diambil dari kata “niyaatun” artinya menurut lught(bahasa): sengaja,

kehendak hati (iradat), tujuan hati (qashad).

Niat menurut istilah ulama Syafi’iyah, ialah :” menyengaja berbuat sesuatu disertai

dengan pelaksanaanya”.

You might also like