You are on page 1of 12

Bahasa Dalam Puisi

Oleh :
•Siva Faoziah Fadillah (16)
•Yoan Dei Yonanda (17)
•Yusti Hetriana (18)
Pengertian
• Bahasa dalam puisi adalah
Unsur Puisi
• Struktur batin :
Tema merupakan gagasan pokok atau subject-
matter yang dikemukakan oleh penyair.
Nada dan Suasana merupakan sikap tertentu dari
penyair, misalnya sikap marah, menyindir, masa
bodoh.
Perasaan atau feeling, yaitu sikap penyair terhadap
pokok permasalahan yang terdapat dalam
puisinya.
Amanat, adalah tujuan yang ingin disampaikan
pengarang kepada pembacanya.
• Strulktur fisik :
Diksi, yaitu pemilihan kata-kata yahng dilakukan oleh penyair dalam puisinya. Pemiliha
kata-kata dalam puisi erat kaitannya dengan makna, keselarasan bunyi, dan urutan
kata.
Imaji, yaitu kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman
indrawi, seperti penglihatan,pendenagaran, dan perasaan. Imaji dapat dibedakan
menjadi tiga. Yaitu, imaji suara (auditif), imaji penglihatan (visual), imaji raba.
Kata konkret, yaitu kata yang dapat ditangkap indra yang memungkinkan munculnya
imaji. Kata-kata ini berhubungan dengan kiasan atau lambang. Misal kata konkrit
“salju” melambangkan kebekuan cinta atau kehampaan hidup.
Bahasa figuratif, yaitu bahasa berkias yang dapat menghidupkan efek dan
menimbulkan konotasi tertentu. Contoh, menyebabkan puisi menjadi prismatis
(kaya akan makna).
Perwajahan puisi atau tipografi, yaitu bentuk puisi seperti halaman yang tidak
dipenuhi kata-kata tepi kanan-kiri, pengaturan barisnya, hingga baris puisi yang
tidak selalu dimulai degan huruf kapital dan diakhiri tanda titik.
Versifikasi, yaitu menyangkut rima, ritme, dan metrum.
 Rima adalah persamaan bunyi pada puisi. Baik di awal, tengah, dan akhir baris
puisi.
 Ritme adalah tinggi renah, panjang pendek, keras lemahnya bunyi.
 Metrum adalah….
Cara yang ditempuh untuk
menciptakan citra atau bayang-bayang
dalam puisi
• Menggunakn kata-kata kias, ialah kata-kata yang mempunyai arti
samar-samar. Misalnya, “aku ini binatang jalang dari kumpulan
yang terbuang”
• Menggunakan lambang-lambang, ialah sesuatu yang mewakili
sesuatu yang lain. Misalnya, kata “teratai” yang melambangkan
“keagungan dan kesediaan berjuang demi kemerdekaan bangsa.”
• Menggunakan gaya bahasa atau majas, ialah pemakaian kata-kata
yang berjiwa, segar, dan dapat menggetarkan perasaan
pembaca/pendengar. Macam gaya bahasa :
 Gaya bahasa penegasan
 Gaya bahasa perbandingan
 Gaya bahasa sindiran
 Gaya bahasa pertentangan
Gaya Bahasa Penegasan
• Pleonasme, yaitu penegasan dengan menggunakan kata yang sama maksud dengan kata
yang mendahuluinya. Conoth, “naiklah ke atas!”
• Repetisi, yaitu penegasan dengan jalan mengulang kata. Contoh, “bukan harta kekayaan
yang kita harapkan. Bukan pangkat dan kedudukan yang kita kehendaki, melainkan budi
pekerti yang tinggi.”
• Tautologi, yaitu penegasan dengan jalan mengulang sebuah kata beberapa kali. Contoh,
“Terus, teruskan cita-citamu!”
• Paralelisme, yaitu gaya bahasa pengulangan dala puisi.
 Anapora, pengulangan awal baris puisi. Contoh, “ada padang ada ilalang, ada usaha pasti
menang”
 Epipora, pengulangan kata pada akhir puisi. Contoh, “Yang datang datang juga, yang pulang
pulang juga. Orang ramai mengalir juga, pekik-sora brsahut juga.”
• Klimaks, yaitu gaya bahasa yang melukiskan keadaan yang makin menaik. Contoh, “hujan
rintik-rintik, gerimis, makin deras, dan akhirnya bagai dicurahkan dari langit.”
• Antiklimaks, yaitu gaya bahasa yang melukiskan keadaan makin menurun. Contoh, “bukan
seribu, bukan seratus, bukan sepuluh, tapi hanya satu yang saya minta.”
• Koreksio, yaitu gaya bahasa yang menggunakan kata lain yang lebih tepat sebagai koreksi
terhadap kata yang dipakai terdahulu. Contoh, “bajunya kemerah-merahan , bukan merah
muda yang dipakainya kemarin.”
GAYA BAHASA PERBANDINGAN
• Metafora, yaitu gaya bahasa yang memperbandingkan sesatu secara
langsung. Contoh, “jantung hatinya hilang tanpa berita.” (jantung hati =
kekasih)
• Personifikasi, yaitu gaya bahsa yang melukiskan benda mati yang hidup,
bergerak dan berbuat seperti manusia. Contoh, “Pohon kelapa melambai-
lambai.” (melambai-lambai=perbuatan manusia)
• Litotes, yaitu gaya bahasa yang digunakan untuk merendahkan diri
dengan menyebut keadaan yang berlawanan. Contoh, “Mampirlah ke
gubuk kami ini.” (Padahal rumahnya gedung mewah.)
• Metonimia, yaitu gaya bahasa yang melukiskan arti yang mengkhususkan
karena telah merupakan istilah tertentu dan telah bergeser dari arti
semula. Contoh, “Minggu depan Ia tukar cincin.” (tukar
cinicn=bertunangan)
• Simbolik, yaitu gaya bahasa yang melukiskan suatu benda dengan simbol
atau lambang. Contoh, “jangan percaya pada buaya darat.” (buaya
darat=si hidung belang)
• Eufimisme, yaitu gaya bahasa yang menggunakan pemakaian kata-kata
halus untuk mengganti kata-kata yang dianggap kasar, kurang sopan atau
tabu. Contoh, “saya akan ke belakang sebentar”.(ke belakang=tempat
buang air)
• Hiperbola, yaitu gaya bahasa yang dipakai untuk melebih-lebihkan
sesuatu. Contoh, “aku mau hidup seribu tahun lagi”.
• Alusio, yaitu gaya bahasa yang menggunakan karmina atau pantu kilat
yang tidak diselesaikan, untuk menyampaikan suatu maksud yang
tersembunyi. Contoh, “sudah gaharu, cendana pula”(maksudnya sudah
tahu, tapi bertanya pula)
• Asosiasi, yaitu gaya bahasa perbandingan yang menimbulkan asosiasi
terhadap keadaan yang sebenarnya. Contoh, “mukanya bagai bulan
penuh”(bulan penuh bentuknya bundar. Jadi mukanya bundar.)
• Sinekdoke dibagi menjadi 2 macam:
 Pars pro toto, yaitu gaya bahasa yang menyebut sebagian tetapi yang
dimaksud keseluruhan. Contoh “bapak Gubernur membangun Gelanggang
Remaja”(yang membangun ialah para pekerja)
 Totem pro parte, yaitu gaya bahasa yang menyebutkan sebagian tapi yang
dimaksud sebagian saja, contoh “Indonesia adalah negara
pertanian”(tidak semua rakyat Indonesia bertani)
Gaya Bahasa Sindiran
• Ironi, yaitu gaya bahasa sinriran yang halus.
Contoh “banyak benar uangmu”(padahal tidak
banyak)
• Sinisme, yaitu gaya bahasa sindiran tajam.
Contoh “sakit telingaku mendengar
suaramu”(suaranya tidak mengenakkan)
• Sarkasme, yaitu gaya bahasa cemooh yang
kasar, bahkan kadang-kadang merupakan
kutukan. Contoh “cis! Jijik saya melihat kamu!”
Gaya Bahasa Pertentangan
• Paradok, yaitu gaya bahasa melukiskan
sesuatu yang seolah-olah berlawanan, tetapi
logikanya saja. Contoh “di kota yang ramai, ia
merasa kesepian”(mungkin karena kekasihnya
pergi)
• Antitesis, yaitu gaya bahasa yang memakai
kata-kata berlawanan arti yang lebih
menghidupkan pernyataan. Contoh “tua-
muda, besar-kecil, laki laki-perempuan.”
Rima dan Irama
• Rima adalah istilah lain untuk persajakan atau persamaan bunyi
pada akhir baris untuk menambah keindahan suatu puisi.
• Macam-macam rima :
a. Berdasarkan bunyi
 Rima sempurna
 Rima tak sempurna
 Rima mutlak
 Rima terbuka
 Rima tertutup
 Rima aliterasi
 Rima asonansi
 Rima disonansi
Rima dan Irama
b. Berdasarkan letak kata-kata dalam baris
 Rima awal
 Rima tengah
 Rima akhir
 Rima tegak
 Rima datar
 Rima sejajar
 Rima berpeluk (rima berpaut)
 Rima bersilang
 Rima rangkai
 Rima kembar
 Rima patah
 Rima merdeka

You might also like