You are on page 1of 11

PENGERTIAN EKOWISATA

Ekowisata adalah suatu jenis pariwisata yang kegiatannya semata-mata menikmati


aktivitas yang berkaitan dengan lingkungan alam dengan segala bentuk kehidupan dalam kondisi
apa adanya dan berkecenderungan sebagai ajang atau sarana lingkungan bagi wisatawan dengan
melibatkan masyarakat di sekitar kawasan proyek wisata. (Entin Supriatin, “Ada Lima Unsur
dalam Pengelolaan Ekowisata”, dalam  Berita Wisata edisi 21 Oktober 1997).

Ekowisata adalah wisata yang berbasis alam yang berkaitan dengan pendidikan dan
pemahaman lingkungan alam dan dikelola dengan prinsip berkelanjutan
(sustainable). Australian National Ecotourism Strategy, 1994.

Ekowisata adalah kegiatan petualangan, wisata alam, budaya, dan alternatif yang


mempunyai karakteristik :

-          adanya pertimbangan yang kuat pada lingkungan dan budaya lokal.

-          Kontribusi positif pada lingkungan dan sosial-ekonomi lokal

-          Pendidikan dan pemahaman, baik untuk penyedia jasa maupun pengunjung mengenai
konservasi alam dan lingkungan

Alan A. Leq, Ph. D. The Ecotourism Market in The Asia Pasific Region (1996)

Ekowisata adalah perjalanan yang dapat dipertanggungjawabkan, kekawasan alam


dengan memelihara lingkungan yang bisa menopang kesejahteraan penduduk setempat. Blangey
dan Wood in  Wall (1995)

            Ekowisata adalah wisata ke alam perawan yang relatif belum terjamah atau tercemar
dengan tujuan khusus mempelajar, mengagumi, serta perwujudan bentuk budaya yang ada
didalam kawasan tersebut. Hector Cebollos Lascurain (1987)

Ecotourism envolvestraveling to relatively undisturb natural areas with the spesifik


objective of studiying, admiring, and enjoying the sceneryand its wild plants an animals as well
as any existing cultural aspect found in those area. World Tourism Organization (WTO) dan
United Nations Environtment Program (UNEP).

Ekowisata sebagai salah satu bentuk perjalanan wisata yang bertujuan ke kawasan alami
yang dilakukan dengantujuan mengkonservasi lingkungan dan melestariakan kehidupan dan
kesejahteraan penduduk setempat. The Ecotourism Society (2002).

Ecotourism adalah sebuah ide, dan bukan merupakan sesuatu yang mudah untuk
dilakukan atau dicapai, karena hal tersebut memadukan 4 komponen (natural, community,
culture, and economic). Jan Mossedale
            Ekowisata adalah pariwisata yang menyangkut perjalanan ke kawasan alam yang secara
relativ belum terganggu dengan tujuan untuk mengagumi, meneliti, dan menikmati pemandangan
indah seperti : tumbuh-tumbuhan, binatang liar, termasuk unsur kebudayaan yang ditemukan di
daerah tujuan.Ceballos – Lascurian, 1991  in Wall, 1995.

Ekowisata adalah sebuah program studi yang terdapat pada fakultas kehutanan, institut
pertanian bogor (IPB) jurusan konservasi sumberdaya hutan dan ekowisata dan bertahan selama
5 angkatan, yaitu angkatan 37 sampai dengan 41, setelah itu mengalami peralihan dibawah
naungan politeknik IPB pada tahun ajaran 2005/2006. (Ghufron Azhar, 2005).

Apa yang disebut dengan ekowisata atau sering juga ditulis atau disebut dengan ekoturisme,
wisata ekologi, ecotoursism, eco-tourism, eco tourism, eco tour, eco-tour dsb?

Rumusan 'ecotourism' sebenarnya sudah ada sejak 1987 yang dikemukakan oleh Hector
Ceballos-Lascurain yaitu sbb:

"Nature or ecotourism can be defined as tourism that consist in travelling to relatively


undisturbed or uncontaminated natural areas with the specific objectives of studying,
admiring, and enjoying the scenery and its wild plantas and animals, as well as any existing
cultural manifestations (both past and present) found in the areas."

"Wisata alam atau pariwisata ekologis adalah perjalanan ketempat-tempat alami yang relatif
masih belum terganggu atau terkontaminasi (tercemari) dengan tujuan untuk mempelajari,
mengagumi dan menikmati pemandangan, tumbuh-tumbuhan dan satwa liar, serta bentuk-
bentuk manifestasi budaya masyarakat yang ada, baik dari masa lampau maupun masa kini."

Rumusan di atas hanyalah penggambaran tentan kegiatan wisata alam biasa. Rumusan ini
kemudian disempurnakan oleh The International Ecotourism Society (TIES) pada awal tahun
1990 yaitu sebagai berikut:

"Ecotourism is responsible travel to natural areas which conserved the environment and
improves the welfare of local people."

"Ekowisata adalah perjalanan yang bertanggung jawab ketempat-tempat yang alami dengan
menjaga kelestarian lingkungan dan meningkatkan kesejahtraan penduduk setempat”.

Definisi ini sebenarnya hampir sama dengan yang diberikan oleh Hector Ceballos-Lascurain
yaitu sama-sama menggambarkan kegiatan wisata di alam terbuka, hanya saja menurut TIES
dalam kegiatan ekowisata terkandung unsur-unsur kepedulian, tanggung jawab dan komitmen
terhadap kelestarian lingkungan dan kesejahtraan penduduk setempat. Ekowisata merupakan
upaya untuk memaksimalkan dan sekaligus melestarikan pontensi sumber-sumber alam dan
budaya untuk dijadikan sebagai sumber pendapatan yang berkesinambungan. Dengan kata lain
ekowisata adalah kegiatan wisata alam plus plus. Definisi di atas telah telah diterima luas
oleh para pelaku ekowisata.
Adanya unsur plus plus di atas yaitu kepudulian, tanggung jawab dan komitmen terhadap
kelestarian lingkungan dan peningkatan kesejahtraan masyarakat setempat ditimbulkan oleh:

1. Kekuatiran akan makin rusaknya lingkungan oleh pembangunan yang bersifat


eksploatatif terhadap sumber daya alam.
2. Asumsi bahwa pariwisata membutuhkan lingkungan yang baik dan sehat.
3. Kelestarian lingkungan tidak mungkin dijaga tanpa partisipasi aktif masyarakat
setempat.
4. Partisipasi masyarakat lokal akan timbul jika mereka dapat memperoleh manfaat
ekonomi ('economical benefit') dari lingkungan yang lestari.
5. Kehadiran wisatawan (khususnya ekowisatawan) ke tempat-tempat yang masih alami itu
memberikan peluas bagi penduduk setempat untuk mendapatkan penghasilan alternatif
dengan menjadi pemandu wisata, porter, membuka homestay, pondok ekowisata
(ecolodge), warung dan usaha-usaha lain yang berkaitan dengan ekowisata, sehingga
dapat meningkatkan kesejahtraan mereka atau meningkatkan kualitas hidpu penduduk
lokal, baik secara materiil, spirituil, kulturil maupun intelektual.

Sedangkan pengertian Ekowisata Berbasis Komunitas (community-based


ecotourism) merupakan usaha ekowisata yang dimiliki, dikelola dan diawasi oleh masyarakat
setempat. Masyarakat berperan aktif dalam kegiatan pengembangan ekowisata dari mulai
perencanaan, implementasi, monitoring dan evaluasi. Hasil kegiatan ekowisata sebanyak
mungkin dinikmati oleh masyarakat setempat. Jadi dalam hal ini masyarakat memiliki
wewenang yang memadai untuk mengendalikan kegiatan ekowisata.

Kawasan hutan konservasi adalah kawasan hutan dengan ciri-ciri khas tertentu yang
mempunyai fungsi pokok pengawetan keaneka ragaman tumbuhan dan satwa serta
ekosistemnya. Hutan konservasi terdiri dari Kawasan Pelestarian Alam (meliputi taman
nasional, taman hutan raya dan taman wisata alam), Kawasan Suaka Alam (meliputi suaka
margasatwa dan cagar alam), serta Taman Buru.

Kawasan Pelestarian Alam adalah hutan dengan ciri-ciri khas tertentu yang mempunyai
fungsi pokok perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis
tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan
ekosistemnya.

Kawasan Suaka Alam adalah hutan dengan ciri-ciri khas tertentu yang mempunyai fungsi
pokok perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman tumbuah dan
satwa serta ekosistemnya yang juga berfungsi sebagai wilayah sistem penyangga kehidupan.

Taman Nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola
dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan,
pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata dan rekreasi alam, yang mempunyai fungsi
sebagai:

 Kawasan perlindungan sistem penyangga kehidupan.


 Kawasan pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa.
 Kawasan pemanfaatan secara lestari potensi sumber daya alam hayati dan
ekosistemnya.

Taman Wisata Alam adalah kawasan pelestarian alam yang terutama dimanfaatkan untuk
pariwisata dan rekreasi yang berfungsi sebagai:

 Kawasan pariwisata dan rekreasi alam, disamping,


 Kawasan perlindungan sistem penyangga kehidupan
 Kawasan pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan, satwa, dan keunikan alam.

Kerusakan (berdasarkan Undang-undang No. 23 th 1997) adalah ukuran batas perubahan sifat


fisik dan/atau hayati lingkungan hidup yang dapat di tenggang.

Perusakan Lingkungan Hidup adalah tindakan yang menimbulkan perubahan langsung atau


tidak langsung terhadap sifat fisk dan/atau hayatinya yang mengakibatkan lingkungan hidup
tidak berfungsi lagi dalam menunjang pembangunan berkelanjutan.

Keanekaragaman Hayati (berdasarkan Konvensi Keanekaragaman Hayati) adalah


Keanekaragaman diantara mahluk hidup dari semua sumber, termasuk diantaranya, daratan,
lautan, dan ekosistem akuatik lain serta kompleks-kompleks ekologi yang merupakan bagian
dari jenis keanekaragamannya; mencakup keanekaragaman di dalam spesies, antara spesies
dan ekosistem.

Pengendalian Kerusakan Keanekaragaman hayati adalah setiap upaya atau kegiatan


pencegahan dan/atau penanggulangan dan/atau pemulihan kerusakan keanekaragaman
hayati.

Ekowisata yang dimaksud dalam kriteria ini adalah ecological tourism, yaitu suatu model
pengembangan pariwisata yang bertanggung jawab di daerah yang masih alami atau daerah-
daerah yang dikelola secara kaidah alam untuk menikmati dan menghargai alam (da segala
bentuk budaya yang menyertainya) yang mendukung konservasi, melibatkan unsur pendidikan
dan pemahaman, memiliki dampak yang rendah dan keterlibatan aktif sosio ekonomi
masyarakat setempat.

Ekowisata, ekoturisme, ecotourism

Ekowisata menurut The Ecotourism Society (1990) sebagai berikut: Ekowisata adalah

suatu bentuk perjalanan wisata ke area alami yang dilakukan dengan tujuan

mengkonservasi lingkungan dan melestarikan kehidupan dan kesejahteraan penduduk

setempat.

PENGERTIAN DAN KONSEP DASAR EKOWISATA


Chafid Fandeli *)

I. Pendahuluan

Indonesia sebagai negara megabiodiversity nomor dua di dunia, telah dikenal memiliki

kekayaan alam, flora dan fauna yang sangat tinggi. Para explorer dari dunia barat maupun

timur jauh telah mengunjungi Indonesia pada abad ke lima belas vang lalu. Perjalanan

eksplorasi yang ingin mengetahui keadaan di bagian benua lain telah dilakukan oleh

Marcopollo, Washington, Wallacea, Weber, Junghuhn dan Van Steines dan masih banyak

yang lain merupakan awal perjalanan antar pulau dan antar benua yang penuh dengan

tantangan. Para adventnrer ini melakukan perjalanan ke alam yang merupakan awal dari

perjalanan ekowisata. Sebagian perjalanan ini tidak memberikan keuntungan konservasi

daerah alami, kebudayaan asli dan atau spesies langka (Lascurain, 1993).

Pada saat ini, ekowisata telah berkembang. Wisata ini tidak hanya sekedar untuk

melakukan pengamatan burung, mengendarai kuda, penelusuran jejak di hutan belantara,

tetapi telah terkait dengan konsep pelestarian hutan dan penduduk lokal. Ekowisata ini

kemudian merupakan suatu perpaduan dari berbagai minat yang tumbuh dari keprihatinan

terhadap lingkungan, ekonomi dan sosial. Ekowisata tidak dapat dipisahkan dengan

konservasi. Oleh karenanya, ekowisata disebut sebagai bentuk perjalanan wisata

bertanggungjawab.

Belantara tropika basah di seluruh kepulauan Indonesia merupakan suatu destinasi.

Destinasi untuk wisata ekologis dapat dimungkinkan mendapatkan manfaat sebesarbesarnya aspek
ekologis, sosial budaya dan ekonomi bagi masyarakat, pengelola dan

pemerintah.

Destination areas elect to become involved in tourism primarily for economic reasons: to

provide employment opportunities, to increase standard of leaving and, in the case of

international tourism to generate foreign exchange. Tourism is viewed as a development


tool and as a means of diversifying economics (Wall, 1995: 57). Ekowisata merupakan suatu bentuk
wisata yang sangat erat dengan prinsip konservasi.

Bahkan dalam strategi pengembangan ekowisata juga menggunakan strategi konservasi.

Dengan demikian ekowisata sangat tepat dan berdayaguna dalam mempertahankan

keutuhan dan keaslian ekosistem di areal yang masih alami. Bahkan dengan ekowisata

pelestarian alam dapat ditingkatkan kualitasnya karena desakan dan tuntutan dari para

eco-traveler.

II. Pengertian Ekowisata

Ekowisata lebih populer dan banyak dipergunakan dibanding dengan terjemahan yang

seharusnya dari istilah ecotourism, yaitu ekoturisme. Terjemahan yang seharusnya dari

ecotourism adalah wisata ekologis. Yayasan Alam Mitra Indonesia (1995) membuat

terjemahan ecotourism dengan ekoturisme. Di dalam tulisan ini dipergunakan istilah

ekowisata yang banyak digunakan oleh para rimbawan. Hal ini diambil misalnya dalam

salah satu seminar dalam Reuni Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada (Fandeli,

1998). Kemudian Nasikun (1999), mempergunakan istilah ekowisata untuk

menggambarkan adanya bentuk wisata yang baru muncul pada dekade delapan puluhan.

Pengertian tentang ekowisata mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Namun,

pada hakekatnva, pengertian ekowisata adalah suatu bentuk wisata yang

bertanggungjawab terhadap kelestarian area yang masih alami (natural aren), memberi

manfaat secara ekonomi dan mempertahankan keutuhan budava bagi masyarakat

setempat. Atas dasar pengertian ini, bentuk ekowisata pada dasarnya merupakan bentuk

gerakan konservasi yang dilakukan oleh penduduk dunia. Eco-traveler ini pada

hakekatnya konservasionis.

Definisi ekowisata yang pertama diperkenalkan oleh organisasi The Ecotourism Society

(1990) sebagai berikut: Ekowisata adalah suatu bentuk perjalanan wisata ke area alami

yang dilakukan dengan tujuan mengkonservasi lingkungan dan melestarikan kehidupan


dan kesejahteraan penduduk setempat. Semula ekowisata dilakukan oleh wisatawan

pecinta alam yang menginginkan di daerah tujuan wisata tetap utuh dan lestari, di

samping budaya dan kesejahteraan masyarakatnya tetap terjaga.

Namun dalam perkembangannya ternyata bentuk ekowisata ini berkembang karena

banyak digemari oleh wisatawan. Wisatawan ingin berkunjung ke area alami, yang dapat

menciptakan kegiatan bisnis. Ekowisata kemudian didefinisikan sebagai berikut:

Ekowisata adalah bentuk baru dari perjalanan bertanggungjawab ke area alami dan

berpetualang yang dapat menciptakan industri pariwisata (Eplerwood, 1999). Dari kedua

definisi ini dapat dimengerti bahwa ekowisata dunia telah berkembang sangat pesat.

Ternyata beberapa destinasi dari taman nasional berhasil dalam mengembangkan

ekowisata ini. Bahkan di beberapa wilayah berkembang suatu pemikiran baru yang berkait dengan

pengertian ekowisata. Fenomena pendidikan diperlukan dalam bentuk wisata ini. Hal ini

seperti yang didefinisikan oleh Australian Department of Tourism (Black, 1999) yang

mendefinisikan ekowisata adalah wisata berbasis pada alam dengan mengikutkan aspek

pendidikan dan interpretasi terhadap lingkungan alami dan budaya masyarakat dengan

pengelolaan kelestarian ekologis. Definisi ini memberi penegasan bahwa aspek yang

terkait tidak hanya bisnis seperti halnya bentuk pariwisata lainnya, tetapi lebih dekat

dengan pariwisata minat khusus, alternative tourism atau special interest tourism dengan

obyek dan daya tarik wisata alam.

III. Pendekatan Pengelolaan Ekowisata

Ekowisata merupakan bentuk wisata yang dikelola dengan pendekatan konservasi.

Apabila ekowisata pengelolaan alam dan budaya masyarakat yang menjamin kelestarian

dan kesejahteraan, sementara konservasi merupakan upaya menjaga kelangsungan

pemanfaatan sumberdaya alam untuk waktu kini dan masa mendatang. Hal ini sesuai

dengan definisi yang dibuat oleh The International Union for Conservntion of Nature and
Natural Resources (1980), bahwa konservasi adalah usaha manusia untuk memanfaatkan

biosphere dengan berusaha memberikan hasil yang besar dan lestari untuk generasi kini

dan mendatang.

Sementara itu destinasi yang diminati wisatawan ecotour adalah daerah alami. Kawasan

konservasi sebagai obyek daya tarik wisata dapat berupa Taman Nasional, Taman Hutan

Raya, Cagar Alam, Suaka Margasatwa, Taman Wisata dan Taman Buru. Tetapi kawasan

hutan yang lain seperti hutan lindung dan hutan produksi bila memiliki obyek alam

sebagai daya tarik ekowisata dapat dipergunakan pula untuk pengembangan ekowisata.

Area alami suatu ekosistem sungai, danau, rawa, gambut, di daerah hulu atau muara

sungai dapat pula dipergunakan untuk ekowisata. Pendekatan yang harus dilaksanakan

adalah tetap menjaga area tersebut tetap lestari sebagai areal alam.

Pendekatan lain bahwa ekowisata harus dapat menjamin kelestarian lingkungan. Maksud

dari menjamin kelestarian ini seperti halnya tujuan konservasi (UNEP, 1980) sebagai

berikut:

1. Menjaga tetap berlangsungnya proses ekologis yang tetap mendukung sistem

kehidupan.

2. Melindungi keanekaragaman hayati.

3. Menjamin kelestarian dan pemanfaatan spesies dan ekosistemnya. Di dalam pemanfaatan areal alam
untuk ekowisata mempergunakan pendekatan

pelestarian dan pemanfaatan. Kedua pendekatan ini dilaksanakan dengan menitikberatkan

pelestarian dibanding pemanfaatan. Pendekatan ini jangan justru dibalik.

Kemudian pendekatan lainnya adalah pendekatan pada keberpihakan kepada masyarakat

setempat agar mampu mempertahankan budaya lokal dan sekaligus meningkatkan

kesejah-teraannya. Bahkan Eplerwood (1999) memberikan konsep dalam hal ini:

Urgent need to generate funding and human resonrces for the management of protected

areas in ways that meet the needs of local rural populations


Salah satu yang dapat dilakukan adalah dengan mengatur conservation tax untuk

membiayai secara langsung kebutuhan kawasan dan masyarakat lokal.

IV. Konsep Pengembangan Ekowisata

Untuk mengembangkan ekowisata dilaksanakan dengan cara pengembangan pariwisata

pada umumnya. Ada dua aspek yang perlu dipikirkan. Pertama, aspek destinasi,

kemudian kedua adalah aspek market. Untuk pengembangan ekowisata dilaksanakan

dengan konsep product driven. Meskipun aspek market perlu dipertimbangkan namun

macam, sifat dan perilaku obyek dan daya tarik wisata alam dan budaya diusahakan

untuk menjaga kelestarian dan keberadaannya.

Pada hakekatnya ekowisata yang melestarikan dan memanfaatkan alam dan budaya

masyarakat, jauh lebih ketat dibanding dengan hanya keberlanjutan. Pembangunan

ekowisata berwawasan lingkungan jauh lebih terjamin hasilnya dalam melestarikan alam

dibanding dengan keberlanjutan pembangunan. Sebab ekowisata tidak melakukan

eksploitasi alam, tetapi hanya menggunakan jasa alam dan masyarakat untuk memenuhi

kebutuhan pengetahuan, fisik/ dan psikologis wisatawan. Bahkan dalam berbagai aspek

ekowisata merupakan bentuk wisata yang mengarah ke metatourism. Ekowisata bukan

menjual destinasi tetapi menjual filosofi. Dari aspek inilah ekowisata tidak akan

mengenal kejenuhan pasar.

V. Prinsip Ekowisata

Pengembangan ekowisata di dalam kawasan hutan dapat menjamin keutuhan dan

kelestarian ekosistem hutan. Ecotraveler menghendaki persyaratan kualitas dan keutuhan

ekosistem. Oleh karenanya terdapat beberapa butir prinsip pengembangan ekowisata

yang harus dipenuhi. Apabila seluruh prinsip ini dilaksanakan maka ekowisata menjamin

pembangunan yang ecological friendly dari pembangunan berbasis kerakyatan (commnnity based). The
Ecotourism Society (Eplerwood/1999) menyebutkan ada

delapan prinsip, yaitu:


Mencegah dan menanggulangi dampak dari aktivitas wisatawan terhadap alam dan

budaya, pencegahan dan penanggulangan disesuaikan dengan sifat dan karakter alam dan

budaya setempat.

Pendidikan konservasi lingkungan. Mendidik wisatawan dan masyarakat setempat akan

pentingnya arti konservasi. Proses pendidikan ini dapat dilakukan langsung di alam.

Pendapatan langsung untuk kawasan. Mengatur agar kawasan yang digunakan untuk

ekowisata dan manajemen pengelola kawasan pelestarian dapat menerima langsung

penghasilan atau pendapatan. Retribusi dan conservation tax dapat dipergunakan secara

langsung untuk membina, melestarikan dan meningkatkan kualitas kawasan pelestarian

alam.

Partisipasi masyarakat dalam perencanaan. Masyarakat diajak dalam merencanakan

pengembangan ekowisata. Demikian pula di dalam pengawasan, peran masyarakat

diharapkan ikut secara aktif.

Penghasilan masyarakat. Keuntungan secara nyata terhadap ekonomi masyarakat dari

kegiatan ekowisata mendorong masyarakat menjaga kelestarian kawasan alam.

Menjaga keharmonisan dengan alam. Semua upaya pengembangan termasuk

pengembangan fasilitas dan utilitas harus tetap menjaga keharmonisan dengan alam.

Apabila ada upaya disharmonize dengan alam akan merusak produk wisata ekologis ini.

Hindarkan sejauh mungkin penggunaan minyak, mengkonservasi flora dan fauna serta

menjaga keaslian budaya masyarakat.

Daya dukung lingkungan. Pada umumnya lingkungan alam mempunyai daya dukung

yang lebih rendah dengan daya dukung kawasan buatan. Meskipun mungkin permintaan

sangat banyak, tetapi daya dukunglah yang membatasi.

Peluang penghasilan pada porsi yang besar terhadap negara. Apabila suatu kawasan

pelestarian dikembangkan untuk ekowisata, maka devisa dan belanja wisatawan didorong
sebesar-besarnya dinikmati oleh negara atau negara bagian atau pemerintah daerah

setempat.

VI. Penutup

Ekowisata mempunyai pengertian suatu perjalanan wisata ke daerah yang masih alami.

Meskipun perjalanan ini bersifat berpetualang, namun wisatawan dapat menikmatmya.

Ekowisata selalu menjaga kualitas, keutuhan dan kelestarian alam serta budaya dengan

rnenjamin keberpihakan kepada masyarakat. Peranan masyarakat lokal sangat besar

dalam upaya menjaga keutuhan alam. Peranan ini dilaksanakan mulai saat perencanaan,

saat pelaksanaan pengembangan dan pengawasan dalam pemanfaatan.

*) Sumber : Pengusahaan Ekowisata (2000), Chafid Fandeli., Mukhlison., Fakultas

Kehutanan Univ. Gadjah Mada Yogyakarta www.irwantoshut.co.cc

http://irwantoshut.blogspot.com

http://irwantoforester.wordpress.com

http://sig-kehutanan.blogspot.com

http://ekologi-hutan.blogspot.com

http://pengertian-definisi.blogspot.com

www.irthebest.com

email : irwantoshut@gmail.com

email : irwantoshut@yahoo.com

You might also like