You are on page 1of 3

SEJARAH ILMU FARMASI

Pada zaman dahulu kala cara-cara pengobatan selalu dihubungkan dengan adanya
kepercayaan kepada tahyul-tahyul. Roh-roh jahat dianggap merupakan penyebab dari
penyakit, di mana manter-mantera (jampi-jampi), bunyi-bunyian serta wangi-wangian
kerapkali dipakai sebagai obat penawar untuk menghalau pengaruh-pengaruh dari roh
jahat tersebut.
Salah seorang yang paling terkemuka dalam mythos ini adalah Aesculapius.
Lambang dari Aesculapius berupa sebuah tongkat dari ular merupakan lambang
Kedokteran di seluruh dunia sampai saat ini.
Ilmu Ketabiban dan Farmasi sesungguhnya dimulai pada masa Hippocrates,
seorang tabib bangsa Greek yang lahir di Island of Cos 460 B.C. di antara ucapannya
yang terkenal merupakan peribahasa yang maknanya adalah :
“Hidup ini singkat, kesempatan untuk berbuat baik hanya sekejap,
mengambil putusan adalah sulit, mengobati penyakit mudah, tetapi
mengobati penyakit setelah dipikirkan terlebih dahulu dengan sebaik-
baiknya merupakan pekerjaan yang menguntungkan”.
Banyak kata-kata dari Hippocrates yang terkenal dalam dunia pengobatan di
antaranya sumpah Hippocrates yang merupakan dasar untuk menjalankan pekerjaan-
pekerjaan dalam pengobatan yang dianggap mulia.
Perkembangan pada abad pertengahan :
Beberapa orang Greek dan Roma yang namanya terkemuka dalam bidang obat-
obatan, diantaranya Calcus mulai menyusun Encyclopadi dari koleksi obat-obatan.
Dioscorides seorang tabib mencatat penemuan-penemuan dan hasil-hasil kerjanya pada
materia medica. Pliny seorang Aristokrat Roma, yang mempunyai hobby dengan alam
menerbitkan Encyclopedi yang berhubungan dengan obat-obatan dan kefarmasian.
Galen seorang bangsa Greek yang menjadi warga negara Roma berhasil membuat
reputasi pada masa Caesar. Banyak preparat-preparat (sediaan-sediaan)yang diperolehnya
dengan jalan memasak tumbuh-tumbuhan atau mencampur hasil-hasil cairan yang
mengandung bahan yang sekarang dikenal dengan nama Galenika atau preparat Galenika.
Cold cream yang pertamakali ditemukan olehnya ±2000 tahun yang lalu dan disebut
Galen Cerata.
Farmasi menjadi Ilmu pengetahuan :
Pada abad kesebelas dimasa Crusades telah memberikan dorongan-dorongan serta
fasilitas-fasilitas untuk semua ilmu pengetahuan serta ilmu pengetahuan yang bersifat
profesi. Juga pada masa itu orang Arab mulai mempelajarinya di sekolah-sekolah tinggi,
seperti Baghdad, Cordova, dll. Pemisahan Ilmu Kedokteran dari Ilmu Farmasi dari
catatan-catatan yang diketahui terjadi pada masa Kaisar Jerman Fraderick II pada tahun
1240. Setelah masa Crusades diberitakan baru diadakan praktek-praktek Farmasi di
kedua Kerajaan Sicilia di mana telah ada Undang- undang yang menyebutkan
“Apotecha”.
Kata inilah yang sampai sekarang terus digunakan dan di Indonesia
disebut”Apotek”.
DEFINISI ILMU FARMASI

Farmasi berasal dari kata Pharmakon (Bahasa Greek) didefinisikan sebagai


profesi kesehatan yang berhubungan dengan penyediaan, peracikan, dan distribusi dari
obat-obatan.
Farmasi meliputi cara-cara dan ilmu dalam meracik bahan berkhasiat yang berasal
dari alam/ synthetik baik untuk tujuan therapi, diagnosa, maupun profilaksi.
Dalam peracikan dan penyediaan obat-obatan seorang ahli Farmasi juga harus
mempunyai pengetahuan dalam identifikasi, seleksi, kerja farmakologi, pengawetan,
penyimpanan, combinasi, dan standarisasi obat-obatan. Seorang ahli farmasi juga
meneliti dan mengamankan distribusi dari obat-obatan serta bertanggung jawab atas
peracikan obat-obatan yang ditulis oleh dokter, dokter gigi, dan dokter hewan, juga atas
obat jadi/patent yang diberikan dalam bungkus asli kepada pemakai. Dalam pelayanan
obat yang diracik serta obat-obat jadi kepada masyarakat harus berdasarkan undang-
undang Farmasi dan menurut etik kefarmasian, di mana profesinya menjaga dan
mengamankan kesehatan masyarakat.
Kata Farmasi dapat juga diartikan sebagai suatu tempat di mana obat diracik,
dibuat obat patent dan dijul. Tempat-tempat itu kemungkinan terdapat dalam rumah sakit,
klinik, pusat pengobatan, depot farmasi, pabrik obat, dan apotek.
Peracikan (compounding) dari obat-obatan membutuhkan pengetahuan mengenai
combinasi 2 atau lebih bahan obat seperti yang tertulis dalam resep, sedangkan
pemberian obat jadi/patent (dispensing) hanya memerlukan pemindahan dari hasil jadi
pabrik ke wadah-wadah yang sesuai atau memberikannya dalam wadah yang asli.

PERLUNYA DIAJARKAN ILMU FARMASI UNTUK KEDOKTERAN

Cara menulis resep : Resep harus lengkap dan combinasi obat yang rasional.
Suatu resep yang lengkap terdiri dari : Inscriptio, invoatio, prascriptio, signatura,
subscriptio, dan pro.
Obat-obat yang akan ditulis pada suatu resep didasarkan atas diagnosa dari pasien
yang bersangkutan, meliputi keadaan penyakit, kondisi pasien, jenis kelamin, dan lain-
lain. Kebanyakan dari suatu formulasi yang diinginkan terdiri lebih dari satu bahan obat.
Ini perlu diperhatikan apakah kerja dari suatu obat dengan obat lainnya tidak antagonis /
berlawanan atau sinergis / searah dan sebagainya.
Adakalanya dua bahan obat yang seolah-olah kerjanya berlawanan tetapi dapat
diberikan, misalnya : campuran coffein dan phenobarbital. Contoh antagonisme yang
tidak dapat diberikan misalnya : campuran Strychnin dan phenobarbital. Campuran
antara papaverin dan atropin adalah bekerja searah atau sinergis.
Campuran seperti contoh-contoh diatas dimana masih mungkin diberikan, dimana
pemberian dosis dari masing-masing obat harus mendapat perhatian.
Antibiotika golongan tetracyclin khasiatnya akan berkurang jika dikombinasikan
dengan garam-garam dari di dan trivalen kathion, misalnya garam-garam dari Ca, Mg,
Al, dan Fe. Obat-obat sulfa jika dikombinasi dengan obat-obat yang berstruktur PABA
juga merupakan hal yang irrasional.
Pemberian oral dalam bentuk kapsul, tablet, dengan ukuran besar kepada anak-
anak atau bayi adalah tidak tepat, sebaiknya diberikan dalam bentuk sirup, bentuk drops
atau bentup pulveres. Sirup atau drops yang mengandung gula sebaiknya tidak diberikan
kepada anak-anak atau bayi-bayi yang dalam keadaan diarre.
Tidak selamanya satu obat dalam sediaan padat dapat diberikan per-oral dalam
bentuk pulveres. Khloramycetin pulvis tidak dapat diberikan dalam bentuk pulveres
untuk pemakaian oral karena rasanya terlalu pahit sehingga dapat mengakibatkan
muntah, tetapi dapat diberikan dalam bentuk esternya, misalnya palmitat atau stearat.
Sebaliknya untuk topical use dipakai basenya.
Combinasi obat-obat yang berisi antibiotika dalam pulveres perlu pertimbangan
apakah yang bersangkutan dapat menelannya.
Penambahan zat-zat penawar rasa (corrigens sapori) pada jumlah tertentu dedikit
banyak dapat menetralisir rasayang pahit. Sebagai penawar rasa dapat dipakai Saccharin.
Pemakaian obat dalam bentuk padiatrie tablet mempunyai keuntungan karena
tabletnya telah diproses demikian rupa sehingga rasa pahit/ tak enak dari obat yang
bersangkutan dapat ditutupi, dan juga ukurannya telah disesuaikan dengan pemakainya
(anak-anak).

Perubahan fisis dan chemis: Hal ini mungkin terjadi pada waktu obat difarmasi
(diracik). Beberapa perubahan fisis yang terjadi pada peracikan diantaranya pelumernya
campuran beberapa macam obat, terjadinya perubahan warna, kristalisasi, dan lain-lain.
Terjadinya hasil proses kimiawi berupa endapan, terbentuknya gas yang tak
diingini, terjadinya senyawa lain yang khasiatnya lain dari yang dimaksud, merupakan
perubahan chemis yang mungkin terjadi pada peracikan.

Mengenal obat patent :


Pemberian dosis obat patent kepada seorang pasien walaupun telah dicantumkan
batas-batas umur berdasarkan brosur-brosur obat patent yang bersangkutan, masih perlu
pertimbangan-pertimbangan tentang keadaan penyakit, kondisi pasien, dan lain-lain. Cara
menulis resep obat

You might also like