You are on page 1of 110

MAKALAH

MODUL TERINTEGRASI PEMERIKSAAN FISIK


D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
KELOMPOK I
CHRISTINA SIMAMORA PUTRI MEISARAH
DESI ANDRIANI RAFIKA TAMPUBOLON
DESTI PURNAMA SARI SARAGIH RINI TAMPUBOLON
HERFINA SIRINGO-RINGO SITI HAJAR
JUSMANIAR SRI WAHYUNI
LIDUWINA BR. GINTING SURNAYANTI
NOVA YANTA MARBUN WICAK TINI HIA

Dosen Pembimbing :
dr. Marlina Ragagukguk

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN


TINGKAT I-A JURUSAN D-III KEBIDANAN
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA
MEDAN
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas limpahan
rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah tentang Modul Terintegrasi
Pemeriksaan Fisik.
Dalam makalah ini, penulis membahas sebuah skenario mengenai kehamilan
yang membahagiakan, yang bertujuan mengetahui gejala dan penyebab partus beserta
gangguan-gangguan lainnya selama kehamilan.
Atas terselesaikannya makalah ini, penulis menyampaikannya terima kasih
kepada dosen pembimbing yang telah memberikan materi dan semua pihak yang turut
berpartisipasi dalam penyusunan makalah ini.
Namun, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan dan penyempurnaan
lebih lanjut.

Tim penyusun,

KELOMPOK I
LATAR BELAKANG

Angka kematian ibu masih cukup tinggi sampai saat ini. Penyebab kematian
tertinggi adalah perdarahan, keracunan kehamilan dan infeksi. Salah satu dari beberapa
faktor tidak langsung penyebab kematian ibu adalah anemia.
Pada wanita hamil, anemia meningkatkan frekuensi komplikasi pada kehamilan
dan persalinan. Risiko kematian maternal, angka prematuritas, berat badan bayi lahir
rendah, dan angka kematian perinatal meningkat. Di samping itu, perdarahan antepartum
dan postpartum lebih sering dijumpai pada wanita yang anemis dan lebih sering berakibat
fatal, sebab wanita yang anemis tidak dapat mentolerir kehilangan darah.
Dampak anemia pada kehamilan bervariasi dari keluhan yang sangat ringan
hingga terjadinya gangguan kelangsungan kehamilan abortus, partus imatur/prematur,
gangguan proses persalinan (inertia, atonia, partus lama, perdarahan atonis), gangguan
pada masa nifas (subinvolusi rahim, daya tahan terhadap infeksi dan stres kurang,
produksi ASI rendah), dan gangguan pada janin (abortus, dismaturitas, mikrosomi,
BBLR, kematian peri natal, dan lain-lain).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap terjadinya anemia pada kehamilan dan hubungannya dengan kemungkinan
terjadinya komplikasi pada kehamilan, persalinan dan nifas. Konsumsi tablet Fe sangat
berpengaruh terhadap terhadap terjadinya anemia, khususnya pada trimester kedua,
ketiga dan masa nifas. Hal ini disebabkan kebutuhan zat besi pada masa ini lebih besar
dibanding pada trimester pertama dan menunjukkan pentingnya pemberian tablet Fe
untuk mencegah terjadinya anemia pada kehamilan dan nifas.
Komplikasi yang dominan disebabkan oleh anemia adalah terjadinya penyakit infeksi
pada masa nifas, diikuti dengan partus lama dan perdarahan pada persalinan.
Dengan memperhatikan hasil penelitian di atas, disarankan untuk meningkatkan
cakupan K1 ibu hamil agar dapat diberikan tablet Fe sebagai upaya pencegahan anemia
atau sebagai terapi apabila sudah terjadi anemia. Mengingat pengaruh anemia terhadap
terjadinya komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas yang mulai tampak pada trimester
pertama dan besarnya pengaruh tablet tambah darah perlu diberikan tablet tambah darah
bukan hanya pada ibu hamil, melainkan juga pada ibu nifas
DAFTAR ISI
SKENARIO

MODUL
SKEHAMILAN YANG MEMBAHAGIAKAN

Seorang ibu muda, Nyonya Budi, hamil anak kedua yang jarak kehamilannya
hanya satu tahun. Usia ibu tersebut 27 tahun. Nyonya Budi sering sakit-sakitan dan
anemis dan lagi kelihatan agak pendek. Usia kehamilannya sekarang memasuki bulan ke-
9 dan Nyonya Budi kelihatan sangat gelisah dalam menghadapi persalinannya kali ini.
Suatu hari, dia datang ke praktek bidan dekat rumahnya untuk periksa hamil.
Bidan tersebut mengatakan kalau Nyonya Budi akan partus dan jangan pulang lagi.
Nyonya Budi bersikeras meminta pulang karena ia ingin ditolong bidan tetangga di
kampungnya karena masih ada hubungan saudara. Bidan yang memeriksa Nyonya Budi
adalah bidan yang sudah mencapai tingkat bidan delima internasional.

PEMBAHASAN

1. Bagaimana kemungkinan persalinan Nyonya Budi ?


2. Bagaimana bentuk penanganan bidan terhadap Nyonya Budi ?
3. Apa yang sebaiknya dilakukan bidan tersebut sehubungan dengan permintaan
Nyonya Budi ?
4. Apa yang dilakukan bidan praktek tersebut sehingga mendapat predikat bidan
delima ?
I. TERMINOLOGI

1. Anemis
• Konsentrasi hemoglobin yang kurang dari 12 g/dl dan kurang dari 10
g/dl selama kehamilan atau masa nifas.
2. Kehamilan
• Masa di mana seorang wanita membawa hasil konsepsi pertemuan
antara sel sperma dan sel telur yang sudah dibuahi didalam tubuhnya.
• Suatu keadaan dimana janin dikandung di dalam tubuh wanita, yang
sebelumnya diawali dengan proses pembuahan dan kemudian akan
diakhiri dengan proses persalinan.
3. Persalinan
• Peristiwa lahirnya anak disertai plasenta dan air ketuban dari kandungan
ibunya.
• Proses pengeluaran hasil konsepsi (janin / uri) yang telah cukup bulan
dan dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau jalan lain.
4. Praktek Bidan
• Serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan pelayanan kesehatan yang
diberikan oleh bidan kepada pasien (individu, keluarga dan masyarakat)
sesuai dengan kewenangan dan kemampuannya)
5. Partus
• Suatu proses pengeluaran hasil konsep yang dapat dari dalam uterus
melalui vagina ke dunia luar.
6. Bidan
• Seseorang yang telah mengikuti program pendidikan bidan yang diakui
di negaranya, telah lulus dari pendidikan tersebut serta memenuhi
kualifikasi untuk didaftar (register) dan memiliki izin yang sah (lisensi)
untuk melakukan praktek bidan.
7. Bidan delima
• Suatu program terobosan strategis yang mencakup :
o Pembinaan peningkatan kualitas pelayanan bidan dalam lingkup
Keluarga Berencana (KB) dan Kesehatan Reproduksi.
o Merk Dagang/Brand.
o Mempunyai standar kualitas, unggul, khusus, bernilai tambah,
lengkap, dan memiliki hak paten.
o Rekrutmen Bidan Delima ditetapkan dengan kriteria, system, dan
proses baku yang harus dilaksanakan secara konsisten dan
berkesinambungan.
o Menganut prinsip pengembangan diri atau self development, dan
semangat tumbuh bersama melalui dorongan dari diri sendiri,
mempertahankan dan meningkatkan kualitas, dapat memuaskan
klien beserta keluarganya.
o Jaringan yang mencakup seluruh Bidan Praktek Swasta dalam
pelayanan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi.
II. MENENTUKAN MASALAH
• Nyonya Budi hamil anak kedua yang jarak kehamilannya satu tahun
• Nyonya Budi sering sakit-sakitan, anemis dan lagi kelihatan agak
pendek
• Nyonya Budi sangat gelisah dengan persalinannya kali ini yang
memasuki usia bulan ke-9
• Permintaan pulang Nyonya Budi kepada bidan tersebut untuk ditolong
bidan tetangga di kampungnya yang masih ada hubungan saudara

III. MENGANALISIS MASALAH


• Kemungkinan Nyonya Budi belum menggunakan KB setelah persalinan
pertamanya
• Kondisi Nyonya Budi saat ini akan berpengaruh terhadap kehamilan dan
persalinannya
• Nyonya Budi khawatir akan proses persalinannya nanti karena
keadaannya yang kurang baik atau sakit-sakitan.
• Nyonya Budi lebih mempercayai bidan tetangga di kampungnya yang
masih ada hubungan saudara untuk menangani proses perssalinannya
daripada bidan yang telah mendapat predikat bidan delima internasional

IV. KESIMPULAN SEMENTARA


Seorang ibu muda bernama Nyonya Budi, berusia 27 tahun, hamil anak
kedua yang jarak kehamilannya dengan anak pertama adalah satu tahun.
Keadaannya saat ini kurang baik karena ia sering sakit-sakitan, anemis dan lagi
kelihatan agak pendek sehingga ia sangat gelisah dalam menghadapi
persalinannya kali ini yang memasuki bulan ke-9.
Kemudian ia memeriksakan kehamilannya kepada seorang bidan yang
telah mendapat predikat bidan delima internasional. Bidan tersebut mengatakan
bahwa Nyonya Budi akan segera partus dan bidan tersebut menyarankan agar
Nyonya Budi tetap berada di tempat praktek bidan tersebut, namun Nyonya Budi
lebih mempercayai kehamilannya kepada bidan tetangga di kampungnya yang
masih memiliki hubungan saudara dengannya.
V. TUJUAN PEMBELAJARAN
• Mengetahui kemungkinan persalinan Nyonya Budi
• Mengetahui bentuk penanganan yang akan dilakukan bidan terhadap
Nyonya Budi
• Mengetahui bagaimana seorang bidan bisa mendapatkan predikat bidan
internasional
• Mengetahui pengaruh kondisi Nyonya Budi terhadap kehamilan dan
persalinannya
• Mengetahui hal-hal mengenai kehamilan dan persalinan
• Mengetahui faktor penyebab partus pada ibu hamil
• Mengetahui asuhan kebidanan selama persalinan dan nifas
• Mengetahui sejarah perkembangan profesi, pelayanan dan pendidikan
bidan secara nasional dan internasional (di luar dan dalam negeri)
• Mengenal konsep kebidanan sebagai dasar dalam praktek kebidanan
(pengertian manajemen, konsep dan prinsip manajemen pada umumnya
dan langkah-langkah manajemen kebidanan)
• Mengetahui lingkup praktek kebidanan (ruang lingkup dan sasaran serta
lahan praktek dan kebidanan)
• Mengetahui pengorganisasian praktek asuhan kebidanan (pelayanan
mandiri, kolaborasi dan rujukan)
LEARNING ISSUE

I. PARTUS / MELAHIRKAN

Pengertian

Partus adalah suatu proses pengeluaran hasil konsep yang dapat dari dalam
uterus melalui vagina ke dunia luar. (Prawirohardjo, 1999)

Etiologi

Sebab-sebab mulainya persalinan :

1. Penurunan kadar hormon estrogen dan progresteron, menurunnya kadar hormon


ini terjadi kira-kira 1-2 minggu sebelum partus dimulai

2. Kadar prostaglandin adalah kehamilan dari minggu ke 15 hingga akan


meningkat lebih-lebih sewaktu partus.

3. Tekanan pada ganglion servikale dari houser yang terletak di belakang serviks.

4. Plasenta menjadi tua dengan tuanya kehamilan vili koridies mengalami


perubahan-perubahan sehingga kadar esterogen dan progesterone menurun.

Proses membukanya serviks sebagai akibat his dibagi dalam 2 fase

1. Fase Laten

Berlangsung sangat lambat, selama 8 jam pembukaan mencapai diameter 3 cm.

2. Fase aktif

a. Fase akselerasi (dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4 cm)

b. Fase dilatasi maksimal (dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat


cepat dari 4 cm menjadi 9 cm)
c. Fase deselerasi (pembukaan menjadi lambat kembali dalam 2 jam
pembukaan 9 cm menjadi lengkap).

Tanda-tanda Persalinan

Gejala persalinan sebagai berikut :

1. Kekuatan his makin sering terjadi dan teratur dengan jarak kontraksi yang
semakin pendek

2. Dapat terjadi pengeluaran tanda :

- Pengeluaran lendir

- Lendir bercampur darah

3. Dapat disertai ketuban pecah

- Pada pemeriksaan dalam dijumpai perubahan serviks (perlunakan serviks,


perdaraan serviks dan pembukaan serviks)

Penanganan kala I

1. Bantulah ibu dalam perslainan jika ia tampak gelisah, ketakutan :

− Berilah dukungan dan yakinkan diri

− Berikan informasi mengenai proses dan kemajuan persalinan

− Dengarkan keluhan

2. Jika ibu tersebut tampak kesakitan dukungan / asuhan yang dapat diberikan :

− Lakukan perubahan posisi

− Posisi sesuai dengan keinginan ibu terjadi jika ini ditempat tidur sebaiknya
dianjurkan miring kekiri

− Sarankan untuk berjalan miring


− Ajaklah orang yang menemaninya untuk memijat atau menggosok
penggungnya

− Ibu diperbolehkan melakukan aktivitas sesuai kesanggupan

− Ajarkan tekik Bernafas ibu dan diminta menarik nafas panjang, menahan
nafasnya sebentar kemudian dilepas dengan cara meniup udara, keluar
sewaktu-waktu terasa kontraksi

3. Menjelaskan kemajuan persalinan dan perubahan yang terjadi serta prosedur


yang akan dilaksanakan pada hasil pemeriksaan

4. Memperbolehkan ibu untuk mandi dan membasuh sekitar kemaluannya serta


BAK / BAB

5. Untuk memenuhi kebutuhan energi dan mencegah dehidrasi berikan ibu cukup
minum

6. Sarankan ibu untuk berkemih sesering mungkin


II. KEHAMILAN DAN PERSALINAN

PEMAHAMAN TENTANG KEHAMILAN DAN PERSALINAN.

Seorang bidan harus memahami bahwa kehamilan dan persalinan merupakan


proses yang alamiah dan fisiologis, walau tidak dipungkiri dalam beberapa kasus
mungkin terjadi komplikasi sejak awal karena kondisi tertentu/ komplikasi
tersebut terjadi kemudian. Proses kelahiran meliputi kejadian fisik, psikososial
dan kultural. Kehamilan dan persalinan merupakan pengalaman yang sangat
bermakna bagi perempuan, keluarga dan masyarakat. Perilaku ibu selama masa
kehamilannya akan mempengaruhi kehamilannya, perilaku ibu dalam mencari
penolong persalinan akan mempengaruhi kesehatan ibu dan janin yang dilahirkan.
Bidan harus mempertahankan kesehatan ibu dan janin serta mencegah komplikasi
pada saat kehamilan dan persalinan sebagai satu kesatuan yang utuh.

Tanda-tanda Persalinan Sudah Dekat

Persalinan

Pada postingan mengenai Persiapan Menghadapi Persalinan,


salah satu hal yang harus diketahui adalah tanda-tanda bahwa
persalinan memang sudah dekat . Lalu apa saja tandanya kalau
memang seorang ibu hamil tiba waktunya untuk melahirkan ?
Berikut adalah tanda-tanda bahwa persalinan sudah menjelang:

1. Adanya mules yang frekuensi dan kekuatannya semakin lama semakin kuat.

Pada awalnya mules akan terasa seperti mules ketika haid, namun lama kelamaan
akan terasa lebih kuat, menjalar dari pinggang, perut bawah sampai pangkal paha.
Selain semakin kuat mules juga akan semakin sering. Bidan atau dokter akan
menghitung dalam durasi 10 menit. Selama itu berapa kali mules terjadi, semakin
sering berarti jarak antara mules pertama dan berikutnya akan semakin pendek.
Awalnya dalam 10 menit mules terasa 1-2 kali. Lama-lama mules akan bertambah
sering dan juga lama ( lebih dari 40 detik dalam satu kali mules), biasanya dalam 10
menit terjadi 4-5 kali mules. Itu menandakan persalinan semakin dekat. Anda bisa
menghitungnya sendiri. Ketika mules semakin sering, anda sebaiknya menghubungi
dokter, bidan atau segera pergi ke rumah sakit.

2. Keluarnya lendir bercampur darah.

Ketika mulut rahim menipis yang pada akhirnya membuka untuk memberi jalan
kepada bayi untuk “lewat”, maka pembuluh darah yang meregang akan pecah dan
mengeluarkan sedikit darah. Itu menandakan sudah adanya proses pembukaan mulut
rahim yang berarti akan dimulainya proses persalinan. Tapi hati-hati kalau darah yang
keluar terlalu banyak atau berwarna segar. Segera periksakan diri ke dokter.

3. Kadang-kadang langsung terjadi keluarnya cairan ketuban yang baunya khas


(amis)

Ketuban idealnya pecah/dipecahkan ketika pembukaan mulut rahim sudah lengkap,


dan bayi sudah benar-benar akan lahir. Namun tidak jarang ketuban pecah pada
pembukaan yang masih dini. Kalau ketuban sudah pecah, baik disertai atau tidak oleh
mules, maka anda harus segera memeriksakan diri tanpa menunggu datangnya mules.
Karena ketika ketuban pecah, selaput pembungkus yang melindungi bayi telah
terbuka, sehingga potensi terjadinya infeksi semakin besar. Oleh karena itu harus
segera memeriksakan diri ke dokter.

4. Ketika terjadi mules, perut teraba tegang dan keras.

Mules adalah manifestasi dari tegangnya otot-otot rahim yang berusaha


“mengeluarkan” isi dari rahimnya itu sendiri yaitu janin, placenta beserta air
ketubannya. Karena otot-otot menegang, maka ketika diraba akan terasa keras dan
tegang, semakin lama semakin kuat. Kadang-kadang wanita merasa mules tetapi
perutnya tidak menegang, kemungkinan mulesnya disebabkan oleh mules pada perut
(sakit perut biasa).
5. Ada perasaan mengganjal pada daerah selangkangan.

Pada akhir kehamilan, kepala atau bagian terbawah janin akan semakin turun dan
menekan dasar panggul. Hal itu tentu akan terasa mengganjal pada daerah pangkal
paha, apalagi bila persalinan sudah sangat dekat.

Nah, itulah tanda-tanda persalinan yang harus dikenali ibu hamil, sehingga dia tidak
terlambat mendapat pertolongan. Tanda-tanda lain yang harus diketahui adalah
adanya komplikasi pada kehamilan dan persalinan.

Tanda-tanda Kelahiran
Ada beberapa tanda yang menjadi patokan bahwa kelahiran sudah dekat, yaitu :

1. Kontraksi rahim terus berlangsung sampai bayi lahir. Kontraksi biasanya disertai rasa
sakit, nyeri, atau kejang. Kontraksi ini dating lalu hilang lagi secara teratur, dengan
rasa nyeri yang makin lama makin kuat dan sering. JIka kontraksi sudah terjadi setiap
5 menit sekali, segera bawa ke rumah sakit.

2. Rasa sakit saat kontraksi dimulai dari rahim bagian atas, lalu menjalar ke bawah,
yakni ke bagian atas tulang kemaluan. Setiap kontraksi akan diikuti dengan
mengerasnya rahim, yang kemudian melunak lagi. Bila sedang terjadikontraksi, pada
saat yang bersamaan pengerasan rahim akan menimbulkan rasa sakit.

3. Keluarnya lendir bercampur darah dari vagina. Lendir ini mulanya menyumbat leher
rahim, dan terdorong keluar oleh kontraksi yang membuka mulut rahim.

4. Keluarnya cairan yang jernih, putih kekuningan dan jumlahnya cukup banyak. Ini
adalah air dari ketuban yang pecah akibat kontraksi yang makin sering terjadi.

TAHAP – TAHAP PERSALINAN

Ada beberapa tahap dalam persalinan, yaitu :

1. Tahap Pembukaan
Tahap ini dimulai sejak tanda – tanda persalinan, dan berakhir pada saat kepala bayi
sudah menempati posisinya dijalan lahir. Dapat diketahui posisi janin dalam mulut
rahim adalah sebagai berikut :

* Persalinan diawali dengan mulai menipisnya otot – otot leher rahim akibat
perubahan hormon.

* Kontraksi yang menetap dan makin meningkat intensitasnya akan menipiskan otot –
otot leher rahim.

* Dengan intensitas kontraksi yang semakin cepat dan kuat, otot – otot leher rahim
kian tipis, sehingga melebarkan jalan lahir

* Leher rahim sudah memasuki bukaan ke 7, terasa panas dan sakit, karena dorongan
bayi yang makin kuat.

* Leher rahim yang mati rasa menunjukkan Anda sudah memasuki bukaan 10.
Artinya, leher rahim sudah membuka penuh

2. Tahap Pengeluaran Bayi

Tahap kedua ini berlangsung dari membukanya mulut rahim secara penuh, yang
disertai dengan keinginan ibu untuk mengejan,sampai bayi lahir. Biasanya
berlangsung selama 2 jam. Rahim dan vagina Anda akan membentuik jalur cekungan,
lalu kepala dan tubuh bayi akan bergerak melalui jalan lahir tersebut. Bergeraknya
bayi melaui jalan lahir akan dibantu oleh kontraksi rahim dan otot – otot perut.

Kontraksi rahim, ditambah upaya anda untuk mengejan akan menyebabkan kepala
bayi sedikit demi sedikit akan muncul.

Jika anda mengalami hal tersebut, anda dapat melakukan hal – hal sebagai berikut :

* Beristirahatlah sejenak dan biarkan dokter, bidan atau suster mengurus bayi Anda
dan diri anda.
* Jangan panik jika bayi tidak terlihat secantik harapan anda. Pengaruh proses
persalinan membuat bayi terlihat jauh dari cantik. Selama di dalam rahim, ia
”berkuban” didalam cairan amnion (ketuban), sehingga tubuhnya ”menggembung”.

3. Tahap Pengeluaran Plasenta

Tahap ketiga biasanya berlangsung cepat, tidak lebih dari 20 menit. Tahap lepasnya
ari – ari dari dalam rahim juga Anda akan merasakan ikatan yang kuat dengan suami,
karena berhasil menjadi tim yang sangat kompak dalam ”memproduksi” suatu ”Karya
besar”.Perasaan terikat dengan bayi yang baru dilahirkan akan anda rasakan pula.,
sekaligus bercampur dengan rasa tanggung jawab yang muncul, sebagai tanda
dimulainya peran baru Anda sebagai orang tua.

2. PEREMPUAN
Perempuan adalah makhluk Bio-Psiko-Sosial-Kultural dan Spiritual yang utuh
dan unik, mempunyai kebutuhan dasar yang bermacam-macam sesuai dengan
tingkat perkembangannya.
¬ Setiap perempuan merupakan pribadi yang mempunyai hak, kebutuhan serta
harapan.
¬ Perempuan mempunyai partisipasi aktif dalam pelayanan yang diperoleh
selama kehamilan, persalinan, nifas.
¬ Membuat keputusan mengenai cara pelayanan yang disediakan untuknya.
¬ Keunikan secara fisik, emosional, sosial dan budaya membedakan tiap
perempuan.
¬ Perbedaan kebutuhan & kebudayaan merupakan tuntutan agar lebih
memperhatikan perempuan selama proses hidupnya.

• Perempuan merupakan penerus generasi keluarga dan bangsa sehingga


keberadaan wanita yang sehat jasmani dan rohani serta sosial sangat
diperlukan. Ia sebagai pendidik pertama dan utama dalam keluarga. Oleh
karena itu kualitas manusia sangat ditentukan oleh keberadaan dan kondisi
dari wanita/ ibu dalam keluarga.
• Para wanita di masyarakat adalah penggerak dan pelopor dari peningkatan
kesejahteraan keluarga. Ibu dan keluarga adalah pusat asuhan kebidanan yang
mengharuskan bidan bersama wanita dan keluarga bekerja memberdayakan
dirinya.

3. FUNGSI PROFESI DAN MANFAATNYA


FUNGSI UTAMA PROFESI KEBIDANAN adalah untuk mengupayakan
kesejahteraan ibu dan bayinya. Proses yang fisiologis harus didukung dan
dipertahankan tapi bila timbul penyulit harus digunakan teknologi dan referral yang
efektif untuk memperoleh ibu dan bayi yang sehat.
FUNGSI UTAMA BIDAN BAGI MASYARAKAT :
♣ Mengupayakan kesehatan ibu dan bayinya.
♣ BIDAN mempunyai power untuk mempengaruhi dan memberikan asuhan
kebidanan.
JOB FUNGSIONAL SEORANG BIDAN :
♣ Memberikan pelayanan kebidanan sebagai tenaga terlatih.
♣ Meningkatkan pengetahuan kesehatan masyarakat.
♣ Meningkatkan upaya penerimaan gerakan KB.
♣ Pendidikan dukun beranak.
♣ Meningkatkan sistem rujukan.
♣ Sebagai pelaksana asuhan/ pelayanan kebidanan.
♣ Sebagai pengelola pelayanan KIA/ KB.
♣ Sebagai pendidik klien, keluarga, masyarakat & calon tenaga kesehatan.
♣ Sebagai pelaksana penelitian dalam pelayanan kebidanan.

4. PEMBERDAYAAN DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Perempuan harus diberdayakan supaya mampu membuat keputusan tentang


kesehatan diri dan keluarga melalui KIE & Konseling sehingga suara perempuan
lebih terdengar dan mempunyai kekuatan dalam dirinya untuk membuat suatu
keputusan yang disertai dengan informasi yang berimbang dari seorang bidan.
DENGAN ADANYA HAL TERSEBUT DIHARAPKAN :
♣ Perempuan dapat melewati setiap fase hidupnya dengan aman.
♣ Pengambilan keputusan merupakan tanggung jawab bersama antara perempuan,
keluarga & pemberi asuhan.
♣ Ibu diberikan hak dan pilihan dalam meningkatkan derajat kesehatan sesuai
dengan informasi yang didapat dari bidan.
♣ Bidan bersedia untuk mengembangkan konsep ham.
♣ Bidan memotivasi dan menggerakkan masyarakat terutama kaum wanita dalam
rangka mewujudkan kesehatan dan kesejahteraan keluarga.
♣ Seorang bidan, bersama wanita dan keluarga bekerja memberdayakan dirinya.

5. ASUHAN KEBIDANAN

DEFINISI
¬ ASUHAN KEBIDANAN adalah penerapan fungsi dan kegiatan yang menjadi
tanggung jawab dalam memberikan pelayanan kepada klien yang mempunyai
kebutuhan/ masalah dalam bidang kesehatan ibu masa hamil, masa persalinan,
nifas, bayi setelah lahir serta keluarga berencana.
¬ ASUHAN KEBIDANAN adalah aktifitas atau intervensi yang dilaksanakan oleh
bidan kepada klien yang mempunyai kebutuhan/ permasalahan khususnya dalam
bidang KIA/ KB.

PEMAHAMAN TENTANG ASUHAN KEBIDANAN


ϖ Asuhan kebidanan diberikan dengan prinsip bela rasa, kompetensi, suara hati,
saling percaya dan komitmen memelihara serta meningkatkan kesejahteraan ibu dan
janin/ bayinya.
ϖ Prosedur tindakan dilakukankan bidan sesuai wewenang dalam lingkup
prakteknya berdasarkan ilmu dan kiat kebidanan, memperhatikan pengaruh sosial,
budaya, psikologis, emosional, spiritual, fisik, etika, kode etik serta hubungan
interpersonal dan hak dalam mengambil keputusan dengan prinsip kemitraan
dengan perempuan, mengutamakan keamanan ibu, janin / bayi dan penolong serta
kepuasan perempuan dan keluarganya.
ϖ Selayaknya seorang bidan menerapkan seni dalam asuhannya dimana seni
asuhan kebidanan merupakan cara bidan dalam memberi pelayanan mencakup
sensitifitas tinggi tentang kebutuhan perempuan. Tujuan yang utama dari asuhan
kebidanan adalah menurunkan angka kematian ibu dan bayi.
ϖ Standar dalam asuhan kebidanan juga sangat penting untuk menentukan apakah
seorang bidan telah melanggar kewajibannya dalam menjalankan tugasnya.

6. KOLABORASI DAN PARTNERSHIP

♣ Praktik kebidanan dilakukan dengan menempatkan perempuan sebagai partner


dengan pemahaman holistik terhadap perempuan sebagai satu kesatuan fisik, psikis,
emosional, sosial, budaya, spiritual serta pengalaman reproduksi.
♣ Bidan adalah pemberi pelayanan kesehatan yang memiliki otonomi penuh dalam
praktiknya yang berkolaborasi dengan tim kesehatan lainnya.
♣ Bidan melakukan tindakan yang inisiatif bekerjasama dengan tenaga kesehatan
lainnya.
♣ Asuhan kebidanan dilakukan sesuai fungsi kolaborasi dengan melibatkan klien
dan keluarga.
♣ Tindakan kebidanan dilaksanakan sesuai dengan prosedur tetap dan wewenang
bidan atau hasil kolaborasi.
Bidan Delima

Sumber : IBI / www.bidanindonesia.org

PROGRAM BIDAN DELIMA

PENDEKATAN INOVATIF KUALITAS PELAYANAN BIDAN

I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sebagai salah satu profesi dalam bidang kesehatan, Bidan memiliki kewenangan untuk
memberikan Pelayanan Kebidanan (Kesehatan Reproduksi) kepada perempuan remaja
putri, calon pengantin, ibu hamil, bersalin, nifas, masa interval, klimakterium, dan
menopause, bayi baru lahir, anak balita dan prasekolah. Selain itu Bidan juga berwenang
untuk memberikan Pelayanan Keluarga Berencana dan Kesehatan Masyarakat.

Peran aktif Bidan dalam pelayanan Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana sudah
sangat diakui oleh semua pihak. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa 66%
persalinan, 93% kunjungan ante natal (K1), 80% dari pelayanan Keluarga Berencana
dilakukan oleh Bidan. Peranan Bidan dalam pencapaian 53% prevalensi pemakaian
kontrasepsi, 58% pelayanan kontrasepsi suntik dilakukan oleh Bidan Praktek Swasta dan
25% pemakai kontrasepsi pil, 25 % IUD dan 25 % implant dilayani oleh Bidan Praktek
Swasta (Statistik Kesehatan 2001).

Dari tahun ke tahun permintaan masyarakat terhadap peran aktif Bidan dalam
memberikan pelayanan terus meningkat. Ini merupakan bukti bahwa eksistensi Bidan di
tengah masyarakat semakin memperoleh kepercayaan, pengakuan dan penghargaan.

Berdasarkan hal inilah, Bidan dituntut untuk selalu berusaha meningkatkan kemampuan
sekaligus mempertahankan dan meningkatkan kualitas pelayanannya termasuk pelayanan
Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi. Karena hanya melalui pelayanan
berkualitas pelayanan yang terbaik dan terjangkau yang diberikan oleh Bidan, kepuasan
pelanggan baik kepada individu, keluarga dan masyarakat dapat tercapai.

B. DASAR HUKUM

1. UU No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan.


2. Anggaran Dasar IBI Bab II Pasal 8 dan Anggaran Rumah Tangga IBI Bab III
Pasal 4.
3. Kepmenkes No. 900/VII/2002 tentang Registrasi dan Praktek Bidan.
4. SPK (Standar Pelayanan Kebidanan) IBI 2002.

C. MANFAAT

Banyak manfaat yang bisa diperoleh dengan berpartisipasi sebagai Bidan Delima yang
tentunya akan mendukung performa dan identitas profesionalisme Bidan Praktek Swasta,
diantaranya adalah:

1. Kebanggaan profesional
2. Kualitas pelayanan meningkat
3. Pengakuan organisasi profesi
4. Pengakuan masyarakat
5. Cakupan klien meningkat
6. Pemasaran dan promosi
7. Penghargaan bidan delima
8. Kemudahan lainnya

II. KONSEP BIDAN DELIMA

A. PENGERTIAN

Bidan Delima adalah suatu program terobosan strategis yang mencakup :

• Pembinaan peningkatan kualitas pelayanan bidan dalam lingkup Keluarga


Berencana (KB) dan Kesehatan Reproduksi.
• Merk Dagang/Brand.
• Mempunyai standar kualitas, unggul, khusus, bernilai tambah, lengkap, dan
memiliki hak paten.
• Rekrutmen Bidan Delima ditetapkan dengan kriteria, system, dan proses baku
yang harus dilaksanakan secara konsisten dan berkesinambungan.
• Menganut prinsip pengembangan diri atau self development, dan semangat
tumbuh bersama melalui dorongan dari diri sendiri, mempertahankan dan
meningkatkan kualitas, dapat memuaskan klien beserta keluarganya.
• Jaringan yang mencakup seluruh Bidan Praktek Swasta dalam pelayanan
Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi.

B. LOGO BIDAN DELIMA

Makna yang ada pada Logo Bidan Delima adalah:


Bidan → Petugas Kesehatan yang memberikan pelayanan yang berkualitas,
ramah-tamah, aman-nyaman, terjangkau dalam bidang kesehatan
reproduksi, keluarga berencana dan kesehatan umum dasar selama 24
jam.
Delima → Buah yang terkenal sebagai buah yang cantik, indah, berisi biji dan
cairan manis yang melambangkan kesuburan (reproduksi).
Merah → Warna melambangkan keberanian dalam menghadapi tantangan dan
pengambilan keputusan yang cepat, tepat dalam membantu
masyarakat.
Hitam → Warna yang melambangkan ketegasan dan kesetiaan dalam melayani
kaum perempuan (ibu dan anak) tanpa membedakan.
Hati → Melambangkan pelayanan Bidan yang manusiawi, penuh kasih
sayang (sayang Ibu dan sayang Bayi) dalam semua tindakan/
intervensi pelayanan.

Bidan Delima melambangkan:

Pelayanan berkualitas dalam Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana yang


berlandaskan kasih sayang, sopan santun, ramah-tamah, sentuhan yang manusiawi,
terjangkau, dengan tindakan kebidanan sesuai standar dan kode etik profesi.

Logo/branding/merk Bidan Delima menandakan bahwa BPS tersebut telah memberikan


pelayanan yang berkualitas yang telah diuji/diakreditasi sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan, memberikan pelayanan yang berorientasi pada kebutuhan dan kepuasan
pelanggannya (Service Excellence).

C. TUJUAN

1. Meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat.


2. Meningkatkan profesionalitas Bidan.
3. Mengembangkan kepemimpinan Bidan di masyarakat.
4. Meningkatkan cakupan pelayanan Kesehatan Reproduksi dan Keluarga
Berencana.
5. Mempercepat penurunan angka kesakitan dan kematian Ibu, Bayi dan Anak.

D. VISI DAN MISI

1. Visi

Meningkatkan kualitas pelayanan untuk memberikan yang terbaik, agar dapat memenuhi
keinginan masyarakat

2. Misi
Bidan Delima adalah Bidan Praktek Swasta yang mampu memberikan pelayanan
berkualitas terbaik dalam bidang kesehatan reproduksi dan keluarga berencana,
bersahabat dan peduli terhadap kepentingan pelanggan, serta memenuhi bahkan melebihi
harapan pelanggan

E. KERANGKA KERJA

Suatu program akan dapat terlaksana dengan baik melalui pengelolaan yang cermat dan
konsisten; dengan orientasi utamanya pada potensi, ketersediaan sumber daya dan
kemampuan internal oranisasi pelaksananya.

Terkait dengan hal tersebut maka program Bidan Delima dikembangkan melalui
komponen pelaksanaan sebagai berikut:

1. Membentuk Unit Pelaksana Bidan Delima tingkat PP, PD dan PC.


2. Menggalang dukungan internal IBI dan stakeholders.
3. Menyelenggarakan Pelatihan Fasilitator.
4. Menyiapkan Sistem Logistik.
5. Melaksanakan lokakarya Bidan Delima di masing-masing Cabang.
6. Melaksanakan Proses Validasi.
7. Menyelenggarakan upacara Pengukuhan Bidan Delima.
8. Menentukan sistem penarikan dan alokasi Iuran Tahunan Bidan Delima.
9. Melaksanakan monitoring dan evaluasi program.

III. PELAKSANAAN BIDAN DELIMA

A. STRATEGI

Menggalang upaya terpadu dalam peningkatkan kualitas pelayanan dan profesionalisme


Bidan Praktek Swasta dengan:

1. Menyiapkan pengelola program Bidan Delima di setiap jenjang kepengurusan


IBI.
2. Mengembangkan jaringan pelayanan Bidan Delima yang dirancang secara
sistematis sesuai dengan standar kualitas pelayanan yang baku.
3. Mensosialisasikan program Bidan Delima kepada seluruh jajaran IBI dan Bidan
Praktek Swasta di 15 Propinsi dalam rangka meningkatkan minat dan jumlah
Bidan berpredikat Bidan Delima.
4. Memberikan penghargaan kepada Bidan Delima yang berprestasi.
5. Meluncurkan program pemasaran Bidan Delima untuk meningkatkan minat
masyarakat menggunakan jejaring pelayanan Bidan Delima.

B. IMPLEMENTASI

1. Komponen Penggerak
Komponen penggerak program adalah fasilitator dan Unit Pelaksana Bidan Delima.
Fasilitator merupakan orang terdepan dan pioneer dalam pengembangan program Bidan
Delima di lingkungannya masing-masing. Fasilitator dipilih dan ditunjuk oleh Pengurus
Cabang untuk melaksanakan rekrutmen, menstarship/pembimbingan dan validasi
terhadap calon Bidan Delima lainnya. Untuk menjadi fasilitator melalui pelatihan terlebih
dahulu.

2. Buku Panduan
Program ini telah dilengkapi dengan berbagai buku pedoman, panduan, dan instrumen
sebagai berikut :
a. Untuk manajemen.

• Panduan pengorganisasian.
• Petunjuk teknis pelaksana tingkat provinsi.
• Petunjuk teknis pelaksana tingkat kabupaten/kota

b. Untuk fasilitator.

• Buku Panduan fasilitator.


• Buku acuan fasilitator.
• Instrumen pra kualifikasi.
• Instrumen validasi.

c. Untuk pelatih fasilitator.

• Pedoman pelatih.
• Buku acuan pelatih.
• Buku acuan peserta pelatihan.

d. Untuk Bidan Delima.

• Panduan pelayanan kesehatan maternal dan neonatal.


• Panduan praktis pelayanan kontrasepsi.
• Panduan pencegahan infeksi.
• Kode etik profesi.
• Panduan pendidikan berkelanjutan.
• Standar pelayanan kebidanan.
• Buku panduan kajian mandiri.
• Poster, leaflet.

e. Untuk semua (1, 2, 3, 4)

• Buku Panduan Kajian Mandiri


• Buku Konsep Bidan Delima
3. Proses Menjadi Bidan Delima
Ada beberapa tahap yang harus dilalui seorang Bidan/BPS yang ingin menjadi Bidan
Delima, yaitu:

1. Untuk menjadi Bidan Delima, seorang Bidan Praktek Swasta harus memenuhi
persyaratan yang telah ditetapkan, yaitu : memiliki SIPB, bersedia membayar
iuran, bersedia membantu BPS menjadi Bidan Delima dan besedia mentaati
semua ketentuan yang berlaku.
2. Melakukan pendaftaran di Pengurus Cabang.
3. Mengisi formulir pra kualifikasi.
4. Belajar dari Buku Kajian Mandiri dan mendapat bimbingan fasilitator.
5. Divalidasi oleh fasilitator dan diberi umpan balik.

Prosedur validasi standar dilakukan terhadap semua jenis pelayanan yang diberikan oleh
Bidan Praktek Swasta yang bersangkutan.

Bagi yang lulus, yaitu yang telah memenuhi seluruh persyaratan minimal dan presedur
standar, diberikan sertifikat yang berlaku selama 5 tahun dan tanda pengenal signage, pin,
apron (celemek) dan buku-buku. Bagi yang belum lulus, fasilitator terus mementor
sampai ia berhasil lulus jadi Bidan Delima.

C. MONITORING DAN EVALUASI

Dalam rangka mempertahankan kualitas pelayanan Bidan Delima secara konsisten,


dirancang suatu sistem monitoring yang mencakup antara lain:

1. Laporan bulanan

Secara rutin Bidan Delima diminta untuk mengirimkan laporan kepada PC IBI untuk
diteruskan ke PP dan ditembuskan ke PD sehingga dapat dianalisa kemajuan,
perkembangan dan hambatan yang dihadapi di lapangan.

2. Merancang Instrumen Penilaian Kualitas.

Instrumen (tools) yang dibagikan dan diisi oleh beberapa sampel Bidan Delima setelah 6
bulan pelaksanaan program. Kajian ini dibagikan melalui PC IBI setempat dan
dikirimkan kepada PD dan PP untuk proses analisa selanjutnya.

3. Monitoring lapangan oleh PC, PD, PP dan Fasilitator akan dilakukan secara incognito
untuk observasi konsistensi kualitas pelayanan Bidan Delima.

Semua hasil temuan akan dianalisa oleh Unit Pelaksana Bidan Delima Pusat untuk
dilaporkan kepada semua Cabang dan Propinsi dan dipergunakan sebagai pertimbangan
dalam proses perencanaan selanjutnya.

IV. PENUTUP
Program Bidan Delima akan terus dikembangkan secara mandiri. Sosialisasi terus
dilaksanakan, yaitu memotivasi daerah/propinsi lain, termasuk sosialisasi kepada
pemerintah daerah supaya mendukung dengan cara ada penyediaan anggaran pemerintah
daerah untuk program ini. Dengan dukungan berbagai pihak, IBI yakin program ini akan
berhasil.
Minggu, 13 Desember 2009
Anemia dalam Kehamilan
01.45 Diposkan oleh Bidan Febri

Anemia masih merupakan salah satu masalah gizi di Indonesia. Menurut hasil Survei
Kesehatan Rumah Tangga ( SKRT 1995 ) prevalensi Anemia rata-rata Nasional pada ibu
hamil adalah 51,3 % dan anak balita sebesar 40,5 % ( Propil Kesehatan Indonesia, 1998 ).

Prevalensi Anemia yang tinggi ini memberikan berbagai dampak negatif , jika pada ibu
hamil dapat meningkatkan morbiditas ( kesakitan ) dan mortalitas ( kematian ) yang
tinggi baik pada ibu sendiri maupun anak yang dilahirkan. Pada pekerja atau buruh
mengakibatkan produktifitas kerja menurun ; pada remaja menyebabkan cepat lelah dan
mudah mengantuk pada saat belajar sehingga konsentrasi belajar menurun ; sedangkan
pada anak balita mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan serta kecerdasan
terhambat. Dengan demikian konsekwensi fungsional dari Anemia menyebabkan
turunnya kualitas sumberdaya manusia secara keseluruhan.
Sampai saat ini Angka Kematian Ibu ( AKI ) di Indonesia masih tinggi, walaupun sudah
menurun dari 425 per 100.000 kelahiran hidup tahun 1986, menjadi 343 per 100.000
kelahiran hidup pada tahun 1997 ( SDKI ). Sedangkan data dari Direktorat Kesehatan
Keluarga menunjukan bahwa 40 % dari penyebab kematian ibu adalah perdarahan dan
diketahui Anemia menjadi faktor resiko terjadinya perdarahan tersebut.

Kejadian anemia disebabkan oleh multi faktor yang tidak semata mata berasal dari sektor
kesehatan, tetapi juga bisa di sebabkan oleh faktor sosial, perilaku, lingkungan tempat
tinggal, dan pola konsumsi makanan pada ibu hamil sehingga dalam penanganan kasus
anemia di perlukan kerja sama baik lintas sektoral maupun lintas program

Kejadian Anemia pada ibu hamil masih cukup tinggi karena sebagian besar dari mereka
belum menyadari pentingnya pencegahan Anemia serta bahaya yang ditimbulkan.
Keberhasilan program penanggulangan Anemia juga tergantung dari partisipasi aktif
masyarakat.

DEFINISI ANEMIA
Anemia pada wanita tidak hamil didefinisikan sebagai konsentrasi hemoglobin yang
kurang dari 12 g/dl dan kurang dari 10 g/dl selama kehamilan atau masa nifas.
Konsentrasi hemoglobin lebih rendah pada pertengahan kehamilan, pada awal kehamilan
dan kembali menjelang aterm, kadar hemoglobin pada sebagian besar wanita sehat yang
memiliki cadangan besi adalah 11g/dl atau lebih. Atas alasan tersebut, Centers for disease
control (1990), mendefinisikan anemia sebagai kadar hemoglobin kurang dari 11 g/dl
pada trimester pertama dan ketiga, dan kurang dari 10,5 g/dl pada trimester kedua (4)

Anemia karena defisiensi zat besi merupakan penyebab utama anemia pada ibu hamil
dibandingkan dengan defisiensi zat gizi lain. Oleh karena itu anemia gizi pada masa
kehamilan sering diidentikkan dengan anemia gizi besi. Anemia defisiensi zat besi
merupakan masalah gizi yang paling lazim di dunia dan menjangkiti lebih dari 600 juta
manusia.. Pada anemia defisiensi besi menyebabkan berkurangnya zat besi dalam tubuh,
sehingga kebutuhan zat besi (Fe) untuk eritropoesis tidak cukup, yang ditandai dengan
gambaran sel darah merah hipokrom-mikrositer, kadar besi serum (Serum Iron = SI) dan
jenuh transferin menurun, kapasitas ikat besi total (Total Iron Binding Capacity/TIBC)
meninggi dan cadangan besi dalam sumsum tulang serta ditempat yang lain sangat
kurang atau tidak ada sama sekali

Kehamilan menyebabkan meningkatnya metabolisme energi, karena itu kebutuhan energi


dan zat gizi lainnya meningkat selama kehamilan. Peningkatan energi dan zat gizi
tersebut diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan janin, pertambahan besarnya
organ kandungan, perubahan komposisi dan metabolisme tubuh ibu. Selama kehamilan,
diperlukan lebih banyak zat besi (yang diperlukan untuk menghasilkan sel darah merah)
karena ibu harus memenuhi kebutuhan janin dan dirinya sendiri. Ibu hamil umumnya
mengalami deplesi besi sehingga hanya memberi sedikit besi kepada janin yang
dibutuhkan untuk metabolisme besi yang normal. Selanjutnya mereka akan menjadi
anemia pada saat kadar hemoglobin ibu turun sampai di bawah 11 gr/dl selama trimester
III.
FAKTOR PENYEBAB
Etiologi anemia defisiensi besi pada kehamilan, yaitu: (3)
a. Hipervolemia, menyebabkan terjadinya pengenceran darah.

b. Pertambahan darah tidak sebanding dengan pertambahan plasma.

c. Kurangnya zat besi dalam makanan terutama yang berasal dari sumber hewani

d. Kebutuhan zat besi meningkat.

e. Gangguan pencernaan dan absorbsi.

Penyebab anemia (5)


a. kurang makan sayuran hijau, buah buahan yang berwarna dan lauk pauk (sebab utama)
b. perdarahan akibat terlalu sering melahirkan
c. jarak kelahiran anak terlalu dekat
d. ibu hamil bekerja terlalu berat
e. adanya cacing tambang dalam usus

TANDA TANDA ANEMIA


Manifestasi klinis dari anemia defisiensi besi sangat bervariasi, bisa hampir tanpa gejala,
bisa juga gejala-gejala penyakit dasarnya yang menonjol, ataupun bisa ditemukan gejala
anemia bersama-sama dengan gejala penyakit dasarnya.

Gejala-gejala dapat berupa kepala pusing, palpitasi, berkunang-kunang, perubahan


jaringan epitel kuku, gangguan sistem neurumuskular, lesu, lemah, lelah, disphagia dan
pembesaran kelenjar limpa. Pada umumnya sudah disepakati bahwa bila kadar
hemoglobin < 7 gr/dl maka gejala-gejala dan tanda-tanda anemia akan jelas.

Tanda tanda anemia yang banyak diketahui oleh masyarakat antara lain : mata terasa
berkunang kunang, badan trerasa lemah, lesu, cepat lelah, gampang mengantuk, lidah,
bibir, kuku, wajah/muka tampak pucat sekali. (5)

DERAJAT ANEMIA
Nilai ambang batas yang digunakan untuk menentukan status anemia ibu hamil,
didasarkan pada criteria WHO tahun 1972 yang ditetapkan dalam 3 kategori, yaitu
normal (≥11 gr/dl), anemia ringan (8-11 g/dl), dan anemia berat (kurang dari 8 g/dl).
Berdasarkan hasil pemeriksaan darah ternyata rata-rata kadar hemoglobin ibu hamil
adalah sebesar 11.28 mg/dl, kadar hemoglobin terendah 7.63 mg/dl dan tertinggi 14.00
mg/dl.

Klasifikasi anemia yang lain adalah :


a. Hb 11 gr% : Tidak anemia
b. Hb 9-10 gr% : Anemia ringan
c. Hb 7 – 8 gr%: Anemia sedang
d. Hb < 7 gr% : Anemia berat.

DAMPAK ANEMIA DEFISIENSI ZAT BESI PADA KEHAMILAN


1. Pada ibu Anemia dapat menyebabkan rendahnya kemampuan jasmani karena sel-sel
tubuh tidak cukup mendapat pasokan oksigen. Pada wanita hamil, anemia meningkatkan
frekuensi komplikasi pada kehamilan dan persalinan. terhadap proses persalinan dapat
mengakibatkan persalinan sulit dan lama, persalinan sebelum waktunya (premature),
pendarahan setelah persalinan, serta persalinan dengan operasi cenderung meningkat
bahkan resiko risiko kematian ibu. Selain itu perdarahan sebelum melahirkan dan sesudah
melahirkan lebih sering di jumpai pada Pada masa nifas dapat terjadi gangguan antar
proses pemulihan rahim kurang sempurna, daya tahan terhadap infeksi dan stress
berkurang dan produksi ASI rendah.

2. Pada janin Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat mempengaruhi proses pertumbuhan
janin dan dapat menimbulkan kegururan /abortus, bayi lahir mati, kematian bayi dalam
kandungan, hambatan pertumbuhan janin dalam kandungan, cacat bawaan, bayi lahir
mati, lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR).

PENGOBATAN ANEMIA
Pengobatan anemia biasanya dengan pemberian tambahan zat besi. Sebagian besar tablet
zat besi mengandung ferosulfat, besi glukonat atau suatu polisakarida. Tablet besi akan
diserap dengan maksimal jika diminum 30 menit sebelum makan. Biasanya cukup
diberikan 1 tablet/hari, kadang diperlukan 2 tablet. Kemampuan usus untuk menyerap zat
besi adalah terbatas, karena itu pemberian zat besi dalam dosis yang lebih besar adalah
sia-sia dan kemungkinan akan menyebabkan gangguan pencernaan dan sembelit. Zat besi
hampir selalu menyebabkan tinja menjadi berwarna hitam, dan ini adalah efek samping
yang normal dan tidak berbahaya. Studi tentang pemasaran sosial tablet besi yang
dilaksanakan oleh Direktorat Bidang Gizi Masyarakat (1993) : Pemberian tablet besi
pada ibu hamil dapat menurunkan secara nyata prefalensi Anemia, disisi lain dilaporkan
juga ibu hamil kurang menyukai tablet besi karena tidak senang akan baunya, adanya
efek samping ( mual, pusing ) dan warnanya dirasa kurang menarik

PENCEGAHAN ANEMIA
Kejadian Anemia pada ibu hamil masih cukup tinggi karena sebagian besar dari mereka
belum menyadari pentingnya pencegahan Anemia serta bahaya yang ditimbulkan.
Keberhasilan program penanggulangan Anemia sangat tergantung dari partisipasi aktif
masyarakat. Anemia dapat dicegah dengan mengonsumsi makanan bergizi seimbang
dengan asupan zat besi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Zat besi dapat
diperoleh dengan cara mengonsumsi daging (terutama daging merah) seperti sapi. Zat
besi juga dapat ditemukan pada sayuran berwarna hijau gelap seperti bayam dan
kangkung, buncis, kacang polong, serta kacang-kacangan. Perlu diperhatikan bahwa zat
besi yang terdapat pada daging lebih mudah diserap tubuh daripada zat besi pada sayuran
atau pada makanan olahan seperti sereal yang diperkuat dengan zat besi. Upaya lain yang
bisa dilakukan untuk mencegah anemia adalah : setiap ibu hamil minum tablet tambah
darah dan bagi pasangan usia subur mmengatur jarak kelahiran dengan menjadi peserta
KB.(5)

Daftar Rujukan
1. Prawirohardjo, S, 2002. Ilmu Kebidanan.Jakarta : YBSP
2. Mahfoed, I,2005. Promosi kesehatan, bagian dari Pendidikan Kesehatan. Yogyakarta : Itramaraya
3. Departemen Kesehatan RI. 1996.Direktorat Pembinaan Kesehatan masyarakat. Pedoman
Penanggulangan Ibu Hamil Kekurangan Energi kronis.Jakarta
4. Suhaemi.2007. Anemia dalam kehamilan.Diambil Suhaemi Blogspot//anemia dalam kehamilan.Di
akases tanggal 6 Maret 2008
5. Departemen kesehatan RI.2006.Buku kader Posyandu dalam rangka perbaikan Gizi keluarga. Jakarta :
Departemen kesehatan
http://cdn-write.demandstudios.com/upload//4000/100/90/8/4198.jpg
KEHAMILAN ANEMIA RINGAN
Posted: April 26, 2010 by firmanpharos in ASKEB KEHAMILAN DENGAN ANEMIA RINGAN
0

LANDASAN TEORI

I. Pengertian
a. Pengertian anemia menurut Prof.Dr.DSOG.Sarwono Prawirohardjo adalah kondisi ibu
dengan kadar hemoglobin dibawah 11g/dl pada trimester 1 dan 3 atau kadar <10,5g%
pada trimester 2. Nilai batas tersebut terjadi karena hemodilusi, terutama pada trimester
2.
b. Pengertian anemia menurut http://www.info-sehat.com/content.php?s_sid:798 adalah
penyakit kurang darah yang ditandai dengan kadar hemoglobin (Hb) dan sel darah merah
(eritrosit) lebih rendah dibandingkan normal. Jika kadar hemoglobin kurang dari 14g/dl
dan eritrosit kurang dari 41% pada pria maka pria tersebut dikatakan anemia. Demikian
pula pada wanita, wanita yang memiliki kadar hemoglobin kurang dari 12g/dl dan
eritrosit kurang dari 37% maka wanita itu dikatakan anemia.

II. Jenis-Jenis Anemia


a. Menurut Prof.Dr.DSOG.Sarwono Prawirohardjo anemia dapat digolongkan menjadi :
a. Anemia Defisiensi Besi (Fe)
Anemia yang disebabkan kekurangan zat besi
b. Anemia Megaloblastik
Anemia yang disebabkan kekurangan asan folik
c. Anemia Hipoplastik
Anemia yang disebabkan karena hipofungsi sumsum tulang
d. Anemia Hemolitik
Anemia yang disebabkan karena penghancuran sel darah merah yang lebih cepat dari
pembuatannya.

b. Menurut http://www.tabloidnova.com/artisle.asp?id=12496 terdapat dua tipe anemia


yang dikenal :
a. Anemia Gizi
Biasanya terjadi akibat adanya defisiensi zat besi yang diperlukan dalam pembentukan
dan produksi sel darah merah. Anemia gizi sendiri ada beberapa macam seperti anemia
besi, anemia gizi vitamin E, Anemia gizi asam folat, anemia gizi vitamin B12, Anemia
gizi vitamin B6.
b. Anemia Non Gizi adalah kurang darah yang disebabkan karena adanya perdarahan
( luka, menstruasi, dan lain-lain) atau penyakit darah yang bersifat genetik seperti
hemofilia, thalasemia, penyakit ini dapat menimbulkan kondisi anemia.

III. Penyebab
Anemia umumnya disebabkan :
a. Kekurangan zat besi, vitamin B6, vitamin B12, vitamin C dan asam folat
b. Kerusakan pada sumsum tulang atau ginjal
c. Perdarahan kronik
d. Penghancuran sel darah merah
e. Kehilangan darah akibat perdarahan dalam atau siklus haid wanita
f. Penyakit kronik : TBC, Paru, Cacing Usus
g. Penyakit darah yang bersifat genetik : hemofilia. Thalasemia
h. Parasit dan penyakit lain yang merusak darah : malaria
i. Terlalu sering menjadi donor darah
j. Gangguan penyerapan nutrisi (malabsorbsi)
k. Infeksi HIV

IV. Gejala
Untuk mengenali adanya anemia kita dapat melihat dengan adanya gejala-gejala seperti :
keluhan letih, lemah, lesu, dan loyo yang berkepanjangan merupakan gejala khas yang
menyertai anemia. Selain gejala-gejala tersebut biasanya juga akan muncul keluhan
sering sakit kepala, sulit konsentrasi, muka-bibir-kelopak mata tampak pucat, telapak
tangan tidak merah, nafas terasa pendek, kehilangan selera makan serta daya kekebalan
tubuh yang rendah sehingga mudah terserang penyakit. Jika anemia bertambah berat bisa
menyebabkan stroke atau serangan jantung. Pada hamil muda sering terjadi mual muntah
yang lebih hebat.

V. Diagnosis Anemia Pada Kehamilan


Untuk menegakkan diagnosis anemia kehamilan dapat dilakukan dengan anamnesa. Pada
anamnesa akan didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang
dan keluhan mual muntah lebih hebat pada hamil muda.
Pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan alat suhu. Hasil
pemeriksaan Hb dengan sahli dapat digolongkan sebagai berikut :
Hb 11 g% Tidak anemia
9-10 g% Anemia ringan
7-8 g% Anemia sedang
<7 g% Anemia berat
Pemeriksaan darah dilakukan minimal dua kali selama kehamilan, yaitu pada trimester I
dan trimester III. Dengan pertimbangan bahwa setiap ibu hamil mengalami anemia, maka
dilakukan pemberian preparat Fe sebanyak 90 tablet pada ibu-ibu hamil di puskesmas.

VI. Pengaruh Anemia Pada Kehamilan Dan Janin


a. Pengaruh anemia terhadap kehamilan
1. Bahaya selama kehamilan
a. Dapat terjadi abortus
b. Persalinan prematuritas
c. Hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim
d. Mudah terjadi infeksi
e. Mudah dekompensasi cordis (Hb<6g%)
f. Mola hidatidosa
g. Hiperemesis gravidarum
h. Perdarahan antepartum
i. Ketuban pecah dini (KPD)
2. Bahaya Saat Persalinan
a. Gangguan HIS, kekuatan mengejan
b. Kala pertama dapat berlangsung lama, dan terjadi partus terlantar
c. Kala dua berlangsung lama sehinggan dapat melelahkan dan sering memerlukan
tindakan operasi kebidanan
d. Kala uri dapat diikuti retensio plasenta dan perdarahan post partum karena atonia uteri.
e. Kala empat dapat terjadi perdarahan post partum sekunder dan atonia uteri
3. Pada Masa Nifas
a. Terjadi sub inversio uteri menimbulkan perdarahan post partum
b. Memudahkan infeksi peurperium
c. Pengeluaran ASI berkurang
d. Terjadi dekompensasi cordis mendadak setelah persalinan
e. Anemia kala nifas
f. Mudah terjadi infeksi mamae
b. Bahaya terhadap janin
Hasil konsepsi membutuhkan zat besi dalam jumlah besar untuk pembuatan butir-butir
darah merah dan pertumbuhannya, sekalipun tampaknya janin mampu menyerap berbagai
kebutuhan dari ibunya, tetapi dengan anemia akan mengurangi kemampuan metabolisme
tubuh sehingga menggangu pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim. Anemia
dapat menyebabkan gangguan dalam bentuk :
a. Abortus
b. Terjadi kematian intra uterin
c. Persalinan prematuritas tinggi
d. Berat badan lahir rendah
e. Kelahiran dengan anemia
f. Dapat terjadi cacat bawaan
g. Bayi mudah mendapat infeksi sampai kematian perinatal
h. Inteligensia rendah
VII. Pengobatan Anemia Dalam Kehamilan
Untuk menghitung terjadinya anemia sebaiknya ibu hamil melakukan pemeriksaan
sebelum hamil sehingga dapat diketahui data-data dasar kesehatan umum calon ibu
tersebut. Dalam pemeriksaan kesehatan disertai pemeriksaan laboratorium, termasuk
pemeriksaan tinja sehingga diketahui adanya infeksi parasit, pengobatan infeksi untuk
cacing relatif mudah dan murah.
Pemerintah telah menyediakan preparat besi untuk dibagikan kepada masyarakat. Contoh
preparat Fe tersebut Arralat, Biosanbe, Iberet, Vitonal dan Hemaviton. Semua preparat
tersebut dapat dibeli dengan bebas. Mengonsumsi suplemen panambah zat besi juga bisa
mampu mencegah dan mengatasi anemia. Tetapi sebaiknya tidak bergantung pada obat
atau suplemen penambah zat besi saja. Yang paling penting adalah menjaga pola makan
yang baik dengan mengonsumsi bahan makanan yang kaya asam folat dan zat besi yang
berperan dalam pembentukan sel darah merah yang dapat diperoleh dari daging, sayuran
hijau dan susu.

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL DENGAN ANEMIA RINGAN


TERHADAP Ny. K Di BPS PUTRI
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2007

I. Pengumpulan Data Dasar


A. Pengkajian
Identitas
Nama Istri : Ny.K Nama Suami : Tn. A
Umur : 26 Tahun Umur : 29 Tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku : Jawa Suku : Jawa
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jl. Teratai No.20 Alamat : Jl. Teratai No.20
Kedaton B.Lampung Kedaton B.Lampung
B. Anamnesa pada tanggal 17 Juni 2007 Pukul 09.30 WIB
1. Alasan Kunjungan Saat Ini
Ibu mengatakan hamil anak pertama usia kehamilan 9 bulan mengeluh cepat lelah, sering
BAK, susah tidur, pegal-pegal pada pinggang dan kaki, serta kadang-kadang perut terasa
sesak dan tertekan.
2. Riwayat Menstruasi
Menarche : 13 Tahun
Siklus : 28 Hari
Lamanya : 6-7 Hari
Sifat darah : Merah, encer dan tidak menggumpal
Banyaknya : 2-3 kali ganti pembalut
HPHT : 4 Oktober 2006
TP : 11 Juli 2007
Usia kehamilan : 36 Minggu 4 Hari
Teratur/tidak : Teratur
3. Riwayat Perkawinan
Kawin : 1 Kali
Usia kawin pertama : 24 Tahun
Lama perkawinan : 2 Tahun
4. Riwayat Kehamilan Sekarang
a. Trimester I
ANC : 2 kali dibidan
Keluhan : Ibu mengatakan pusing, cepat lelah serta tidak nafsu
makan
Terapi : Tablet Fe 1×1 tablet/ hari
Kalsium laktat 3×1 tablet/hari
Vitamin B kompleks 3×1 tablet/hari
b. Trimester II
ANC : 1 kali dibidan
Keluhan : Ibu mengatakan pegal-pegal dipinggang sampai kekaki, penglihatan
berkunang-kunang dan cepat lelah
Terapi : Tablet Fe 1×1 tablet/ hari
Kalsium laktat 3×1 tablet/hari
Vitamin B kompleks 3×1 tablet/hari
c. Trimester III
ANC : 2 kali dibidan
Keluhan : Ibu mengatakan cepat lelah, pegal-pegal dipinggang kadang-kadang perut teasa
sesak
Terapi : Tablet Fe 1×1 tablet/ hari
Kalsium laktat 3×1 tablet/hari
Vitamin B kompleks 3×1 tablet/hari
5. Riwayat Kesehatan
Ibu dan keluarga tidak ada yang mendrita penyakit menular dan menderita penyakit
keturunan serta penyakit yang memerlukan perawatan khusus,

6. Riwayat Imunisasi
a. Ibu mendapat imunisasi TT1 pada usia kehamilan 16 minggu di BPS Putri
b. Ibu mendapat imunisasi TT2 pada usia kehamilan 20 minggu di BPS Putri

7. Riwayat Psikososial
a. Ibu senang dengan kehamilannya karena kehamilan ini sudah direncanakan
b. Ibu dan keluarga berharap semoga dalam kehamilan dan persalinannya nanti berjalan
normal tidak ada halangan suatu apapun

8. Aktifitas Sehari-hari
a. Nutrisi
1. Sebelum hamil : Makan 3 kali sehari dengan porsi nasi, lauk, sayur
dan buah tetapi ibu minum 7-8 gelas/hari
2. Saat hamil : Ibu makan 2 kali sehari, ibu kurang nafsu makan,
ibu minum 7-8 gelas/hari
b. Eliminasi
1. Sebelum hamil : BAB : 1x/hari BAK : 3-4x/hari
2. Saat hamil : BAB : 1x/hari BAK : 6-7x/hari
c. Istirahat dan tidur
1. Sebelum hamil : Ibu tidur malam 7-8 jam/hari, tidur siang 1 jam
2. Saat hamil : Ibu tidur malam 5-6 jam/hari, tidur siang 1 jam
d. Personal Hygiene
Sebelum hamil dan saat hamil ibu mandi 2x sehari, ganti pakaian 2x sehari, keramas
2x/hari.
e. Aktifitas / olah raga
Ibu hanya mengerjakan aktifitasnya sebagai ibu rumah tangga, ibu jarang berolah raga,
bila ibu bekerja terlalu berat ibu merasa pusing dan cepat lelah.
f. Seksualitas
Tidak ada keluhan, ibu melakukan hubungan seksualitas 1x/minggu
C. Pemeriksaan
1. Keadaan umum
a. Keadaan umum : Baik
b. Tanda-tanda vital
TD : 110/70 mmHg Nadi : 78x/menit
RR : 24x/menit temp : 370C
c. BB sebelum hamil : 50 Kg Kenaikan BB selama hamil : 12 Kg
BB saat hamil : 62 Kg
d. Tinggi badan : 155 cm
e. Ukuran LILA : 24 cm

2. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
1. Rambut : Lurus, tidak ada ketombe, tidak mudah rontok dan keadaan bersih
2. Muka : Bentuk simetris, pucat, keadaan bersih tidak ada oedem
3. Mata : Bentuk simetris, tidak ada pembengkakan pada kelopak mata, konjungtiva
pucat, sklera tidak ikterik, berfungsi dengan baik, keadaan bersih
4. Hidung : Bentuk simetris, keadaan bersih dan tidak ada pembesaran polip, berfungsi
dengan baik
5. Mulut : Tidak ada kelainan pada mulut, tidak ada stomatitis, keadaan gigi bersih, tidak
ada caries dan tidak ada pembesaran tonsil
6. Telinga : Bentuk simetris, keadaan bersih , fungsi pendengaran baik, daun telinga ada
7. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, kelenjar limfe dan tidak ada
pembenhkakan vena jugularis
8. Dada : Bentuk simetris,pergerakan nafas teratus, tidak ada benjolan abnormal
9. Payudara : Membesar simetris, puting susu menonjol, hyperpigmentasi, tidak ada
benjolan abnormal, kolostrum belum keluar , keadaan bersih
10. Abdomen : Bentuk simetris membesar sesuai usia kehamilan, tidak ada bekas operasi,
keadaan bersih
11. Punggung : Segitiga signoid simetris, bentuk tulang simetris
12. Genitalia : Keadaan bersih, tidak ada haemoroid, tidak ada oedem, tidak ada varises
13. Ekstremitas
Atas : Bentuk simetris,tidak ada cacat, tidak ada oedem, keadaan bersih, jari-jari tangan
lengkap
Bawah : Bentuk simetris, keadaan bersih, tidak ada oedem, berfungsi dengan baik, jari-
jari kaki lengkap

b. Palpasi
1. Leopold I : TFU 34cm, pada fundus teraba lunak, kurang bundar, kurang melenting
berarti bokong
Mc Donald : 34cm
TBJ : (34-12) x 155
= 22 x 155
= 3410 g

2. Leopold II : Perut ibu sebelah kiri traba lebar dan memberikan tahanan yang besar
berarti punggung. Perut ibu sebelah kanan teraba bagian kecil-kecil yang berarti
ekstremitas.

3. Leopold III : Bagian terbawah janin teraba keras, bundar melanting yang berarti kepala
4. Leopold IV : Kepala sudah masuk PAP, Posisi sejajar

c. Auskultasi

1. Jantung etak jantung teratur, tidak terdengar mur-mur


2. Paru-paru : Tidak terdengan ronchi dan wheezing
3. DJJ : Positif, tratur, 140x/menit

d. Perkusi
Reflek patella positif dan reflek babinski negatif

3. Pemeriksaan fisik
a. Hb : 9,4 g%
b. Protein urine : (-)
c. Reduksi urine : (-)

II. Interprestasi Data Dasar, Diagnosa, Masalah Dan Kebutuhan


1. Diagnosa
Ibu G1P0A0 hamil 36 minggu 4 hari, janin tunggal, hidup, intrauterin, bagian terendah
kepala, dengan anemia ringan.
Dasar :
a. Ibu mengatakan pegal-pegalpada pinggang dan kaki, sering lelah, pusing, mata
berkunang-kunang,
b. Hb : 9,4 g%
c. Ibu mengatakan hamil anak pertama
d. HPHT : 5 Oktober 2006
e. Leopold I : TFU 34cm TBJ : 3410g
f. Leopold II : Puki
g. Leopold III : Kepala
h. Leopold IV : Kepala sudah masuk PAP, posisi sejajar
i. DJJ : 140x/menit

2. Masalah
a. Gangguan aktifitas
Dasar :
1) Ibu merasakan kram pada kaki
2) Ibu mengatakan cepat lelah
b. Gangguan rasa nyaman
Dasar :
1) Ibu merasa cemas menjelang persalinan
2) Ibu mengatakan cepat lelah
3) Ibu mengatakan kurang istirahat
c. Gangguan pemenuhan nutrisi
1) Ibu terlihat pucat
2) Ibu mengatakan tidak nafsu makan
3) Ibu tampak lemas
3. Kebutuhan
a. Penyuluhan tentang perubahan fisiologis dalam kehamilan seperti gangguan pada
pinggang dan kaki.
b. Penyuluhan tentang senam hamil dan latihan relaksasi.
c. Penyuluhan tentang kebutuhan gizi ibu hamil
d. Penyuluhan tentang persiapan persalinan.
e. Pemberian Fe untuk pengobatan anemia ringan serta pemberian vitamin B kompleks
dan vitamin C untuk membantu penyerapan zat besi

III. Identifikasi Diagnosa Dan Masalah Potensial


Potensial terjadi persalinan lama, terjadi infeksi, perdarahan antepartum, ketuban pecah
dini (KPD), terjadi sub involusi uteri yang menimbulkan perdarahan antepartum,
pengeluaran ASI kurang.

IV. Identifikasi Kebutuhan Terhadap Tindakan Kolaborasi


Jika diperlukan lakukan kolaborasi dengan dokter

V. Perencanaan
1. Jelaskan pada ibu kondisinya saat ini
a. Ajarkan pada ibu cara menjaga kondisinya selama hamil
b. Berikan terapi
1) Tablet Fe : 2 x 1 tablet/ hari
2) Kalsium laktat : 3 x 1 tablet/hari
3) Vitamin B kompleks: 3 x 1 tablet/hari
4) Vitamin C : 3 x 1 hari
c. Anjurkan pada ibu cara mengkonsumsi zat besi
d. Evaluasi cara ibu mengkonsumsi zat besi
e. Libatkan keluarga untuk memberikan dukungan psikologis pada ibu
2. Jelaskan pada ibu pentingnya breast care dan senam hamil
a. Ajarkan bagaimana cara breast care dan senam hamil
b. Evaluasi cara ibu melakukan breast care dan senam hamil
c. Libatkan keluarga untuk mengingatkan ibu untuk melakukan breast care dan senam
hamil
3. Jelaskan pada ibu tentang kebutuhan gizi ibu hamil
a. Anjurkan pada ibu untuk mengkonsumsi makanan gizi seimbang
b. Anjurkan pada ibu untuk makan sedikit tapi sering
c. Libatkan keluarga agar membantu ibu untuk mengkonsumsi makanan gizi seimbang
4. Anjurkan pada ibu untuk istirahat yang cukup dan mengurangi aktifitas yang
berlebihan dan berat
5. Berikan informasi tentang tanda-tanda bahaya kehamilan
6. Berikan informasi tentang persiapan persalinan dan tanda-tanda persalinan
7. Anjurkan pada ibu untuk melakukan kunjungan ulang segera jika ada keluhan

VI. Pelaksanaan
1. Menjelaskan pada ibu kondisinya saat ini
a. Mengajarkan pada ibu cara menjaga kondisinya selama hamil
b. Memberikan terapi
1) Tablet Fe : 2 x 1 tablet/ hari
2) Kalsium laktat : 3 x 1 tablet/hari
3) Vitamin B kompleks: 3 x 1 tablet/hari
4) Vitamin C : 3 x 1 hari
c. Menganjurkan pada ibu cara mengkonsumsi zat besi
d. Mengevaluasi cara ibu mengkonsumsi zat besi
e. Melibatkan keluarga untuk memberikan dukungan psikologis pada ibu
2. Menjelaskan pada ibu pentingnya breast care dan senam hamil
a. Mengajarkan pada ibu cara breast care dan senam hamil
b. Mengevaluasi cara ibu melakukan breast care dan senam hamil
c. Melibatkan keluarga untuk mengingatkan ibu untuk melakukan breast care dan senam
hamil
3. Menjelaskan pada ibu tentang kebutuhan gizi ibu hamil
a. Menganjurkan pada ibu untuk mengkonsumsi makanan gizi seimbang
d. Menganjurkan pada ibu untuk makan sedikit tapi sering
e. Melibatkan keluarga agar membantu ibu untuk mengkonsumsi makanan gizi seimbang
4. Menganjurkan pada ibu untuk istirahat yang cukup dan mengurangi aktifitas yang
berlebihan dan berat
5. Memberikan informasi tentang tanda-tanda bahaya kehamilan
6. Memberikan informasi tentang persiapan persalinan dan tanda-tanda persalinan
7. Menganjurkan pada ibu untuk melakukan kunjungan ulang segera jika ada keluhan

VII. Evaluasi
1. Ibu mengerti kondisinya saat ini
a. Ibu mengerti cara menjaga kondisinya selama hamil
b. Ibu mau mengkonsumsi tablet Fe, kalsium laktat, vitamin B kompleks, vitamin C 3 x 1
tablet/hari
c. Ibu mengerti cara mengkonumsi zat besi
d. Keluarga berjanji untuk memberikan bantuan psikologis pada ibu
2. Ibu mengerti manfaat breast care dan senam hamil
a. Ibu mengerti cara breast care dan senam hamil
b. Keluarga berjanjii akan mengingatkan ibu untuk melakukan breast care dan senam
hamil
3. Ibu mengerti tentang kebutuhan gizi pada ibu hamil
a. Ibu berjanji akan mengkonsumsi makanan gizi seimbang
b. Ibu mengatakan akan makan sedikit tapi sering
c. Keluarga berjanji akan membantu ibu untuk mengkonsumsi makanan gizi seimbang
4. Ibu mengatakan akan istirahat yang cukup dan akan mengurangi aktifitas yang
berlebihan dan berat
5. Ibu mengerti tentang tanda-tanda bahaya dalam kehamilan
6. Ibu mengerti tantang persiapan persalinan dan tanda-tanda persalinan
7. Ibu berjanji akan melakukan kunjungan ulang segera jika ada keluhan
Asuhan Persalinan Normal
Posted on Juli 17, 2008 by kuliahbidan

Pendahuluan

Komplikasi obstetri yang menyebabkan tingginya kasus kesakitan dan kematian ibu di
banyak negara berkembang, yaitu :
1. Perdarahan pasca persalinan
2. Eklampsia
3. Sepsis
4. Keguguran
5. Hipotermia

Komplikasi obstetri yang menyebabkan tingginya kasus kesakitan dan kematian


neonatus, yaitu :
1. Hipotermia
2. Asfiksia

Fokus asuhan kesehatan ibu selama 2 dasawarsa terakhir, yaitu :


1. Keluarga berencana
2. Asuhan antenatal terfokus
3. Asuhan pasca keguguran
4. Persalinan yang bersih dan aman serta pencegahan komplikasi
5. Penatalaksanaan komplikasi

Asuhan antenatal terfokus bertujuan :


1. Mempersiapkan kelahiran
2. Mengetahui tanda-tanda bahaya
3. Memastikan kesiapan menghadapi komplikasi kehamilan

Fokus utama asuhan persalinan normal telah mengalami pergeseran paradigma. Dulu
fokus utamanya adalah menunggu dan menangani komplikasi namun sekarang fokus
utamanya adalah mencegah terjadinya komplikasi selama persalinan dan setelah bayi
lahir sehingga akan mengurangi kesakitan dan kematian ibu serta bayi baru lahir.

Contoh pergeseran paradigma asuhan persalinan normal, yaitu :


1. Mencegah perdarahan pasca persalinan yang disebabkan oleh atoni uteri.
2. Menjadikan laserasi / episiotomi sebagai tindakan tidak rutin.
3. Mencegah terjadinya retensio plasenta.
4. Mencegah partus lama.
5. Mencegah asfiksia bayi baru lahir.

Upaya preventif terhadap perdarahan pasca persalinan berupa :


1. Manipulasi seminimal mungkin.
2. Penatalaksanaan aktif kala III.
3. Mengamati dan melihat kontraksi uterus pasca persalinan.

Pencegahan retensio plasenta dengan cara mempercepat proses separasi dan melahirkan
plasenta dengan memberikan uterotonika segera setelah bayi lahir dan melakukan
penegangan tali pusat terkendali. Upaya ini disebut juga penatalaksanaan aktif kala III.

Upaya mencegah partus lama berupa :


1. Menggunakan partograf untuk memantau kondisi ibu dan janinnya serta
kemajuan proses persalinan.
2. Mengharapkan dukungan suami dan kerabat ibu.

Upaya mencegah asfiksia bayi baru lahir secara berurutan, yaitu :


1. Membersihkan mulut dan jalan napas sesaat setelah ekspulsi kepala.
2. Menghisap lendir secara benar.
3. Segera mengeringkan dan menghangatkan tubuh bayi.

Tujuan asuhan persalinan normal yaitu mengupayakan kelangsungan hidup dan mencapai
derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya melalui berbagai upaya yang
terintegrasi dan lengkap serta intervensi minimal sehingga prinsip keamanan dan kualitas
pelayanan dapat terjaga pada tingkat optimal.

Praktek-praktek pencegahan yang akan dijelaskan pada asuhan persalinan normal


meliputi :
1. Mencegah infeksi secara konsisten dan sistematis.
2. Memberikan asuhan rutin dan pemantauan selama persalinan dan setelah bayi
lahir, termasuk penggunaan partograf.
3. Memberikan asuhan sayang ibu secara rutin selama persalinan, pasca persalinan
dan nifas.
4. Menyiapkan rujukan ibu bersalin atau bayinya.
5. Menghindari tindakan-tindakan berlebihan atau berbahaya.
6. Penatalaksanaan aktif kala III secara rutin.
7. Mengasuh bayi baru lahir.
8. Memberikan asuhan dan pemantauan ibu dan bayinya.
9. Mengajarkan ibu dan keluarganya untuk mengenali secara dini bahaya yang
mungkin terjadi selama masa nifas pada ibu dan bayinya.
10. Mendokumentasikan semua asuhan yang telah diberikan.

Membuat Keputusan Klinik


Ada 5 dasar asuhan persalinan yang bersih dan aman, yaitu :
A. Membuat keputusan klinik
B. Asuhan sayang ibu dan sayang bayi
C. Pencegahan infeksi
D. Pencatatan (rekam medis)
E. Rujukan
A. Membuat Keputusan Klinik
____________________________

Membuat keputusan klinik adalah proses pemecahan masalah yang akan digunakan untuk
merencanakan arahan bagi ibu dan bayi baru lahir.

Ada 4 langkah proses pengambilan keputusan klinik, yaitu :


1. Pengumpulan data
a. Data subjektif
b. Data objektif
2. Diagnosis
3. Penatalaksanaan asuhan atau perawatan
a. Membuat rencana
b. Melaksanakan rencana
4. Evaluasi

1. Pengumpulan Data
_____________________

Penolong persalinan mengumpulkan data subjektif dan data objektif dari klien. Data
subjektif adalah informasi yang diceritakan ibu tentang apa yang dirasakan, apa yang
sedang dialami dan apa yang telah dialami, termasuk informasi tambahan dari anggota
keluarga tentang status ibu. Data objektif adalah informasi yang dikumpulkan
berdasarkan pemeriksaan / pengantar terhadap ibu atau bayi baru lahir.

Cara mengumpulkan data, yaitu :


1. Berbicara dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang kondisi ibu dan
riwayat perjalanan penyakit.
2. Mengamati tingkah laku ibu apakah terlihat sehat atau sakit, nyaman atau
terganggu (kesakitan).
3. Melakukan pemeriksaan fisik.
4. Melakukan pemeriksaan tambahan lainnya bila perlu, misalnya pemeriksaan
laboratorium.

2. Diagnosis
____________

Membuat diagnosa secara tepat dan cepat setelah data dikumpulkan dan dianalisa.
Pencarian dan pengumpulan data untuk diagnosis merupakan proses sirkuler (melingkar)
yang berlangsung secara terus-menerus bukan proses linier (berada pada satu garis lurus).

Diagnosis terdiri atas diagnosis kerja dan diagnosis defenitif. Diagnosis kerja diuji dan
dipertegas atau dikaji ulang berdasarkan pengamatan dan temuan yang diperoleh secara
terus-menerus. Setelah dihasilkan diagnosis defenitif barulah bidan dapat merencanakan
penataksanaan kasus secara tepat.
Untuk membuat diagnosa :
1. Pastikan bahwa data-data yang ada dapat mendukung diagnosa.
2. Mengantisipasi masalah atau penyulit yang mungkin terjadi setelah diagnosis
defenitif dibuat.
3. Memperhatikan kemungkinan sejumlah diagnosa banding atau diagnosa ganda.

3. Penatalaksanaan Asuhan atau Perawatan


________________________________________

Rencana penatalaksanaan asuhan dan perawatan disusun setelah data terkumpul dan
diagnosis defenitif ditegakkan. Setelah membuat rencana asuhan, laksanakan rencana
tersebut tepat waktu dan mengacu pada keselamatan klien.

Pilihan intervensi efektif dipengaruhi oleh :


1. Bukti-bukti klinik
2. Keinginan dan kepercayaan ibu
3. Tempat dan waktu asuhan
4. Perlengkapan, bahan dan obat-obatan yang tersedia
5. Biaya yang diperlukan
6. Tingkat keterampilan dan pengalaman penolong persalinan
7. Akses , transportasi, dan jarak ke tempat rujukan
8. Sistem dan sumber daya yang mendukung ibu (suami, anggota keluarga,
sahabat).

4. Evaluasi
___________

Penatalaksanaan yang telah dikerjakan harus dievaluasi untuk menilai tingkat


efektivitasnya. Tentukan apakah perlu dikaji ulang atau diteruskan sesuai dengan
kebutuhan saat itu atau kemajuan pengobatan.

Jadi proses pengumpulan data, membuat diagnosa, penatalaksanaan intervensi atau


tindakan dan evaluasi merupakan proses sirkuler (melingkar) yang saling berhubungan.

Asuhan Sayang Ibu dan Bayi


Asuhan sayang ibu adalah asuhan dengan prinsip saling menghargai budaya, kepercayaan
dan keinginan sang ibu. Salah satu prinsip dasarnya adalah mengikutsertakan suami dan
keluarga selama proses persalinan dan kelahiran bayi. Perhatian dan dukungan kepada
ibu selama proses persalinan akan mendapatkan rasa aman dan keluaran yang lebih baik.
Juga mengurangi jumlah persalinan dengan tindakan (ekstraksi vakum, cunam dan seksio
sesar) dan persalinan akan berlangsung lebih cepat.

Asuhan sayang ibu dalam proses persalinan :


1. Memanggil ibu sesuai namanya, menghargai dan memperlakukannya sesuai
martabatnya.
2. Menjelaskan asuhan dan perawatan yang akan diberikan pada ibu sebelum
memulai asuhan tersebut.
3. Menjelaskan proses persalinan kepada ibu dan keluarganya.
4. Mengajurkan ibu untuk bertanya dan membicarakan rasa takut atau kuatir.
5. Mendengarkan dan menanggapi pertanyaan dan kekhawatiran ibu.
6. Memberikan dukungan, membesarkan hatinya dan menenteramkan perasaan ibu
beserta anggota keluarga yang lain.
7. Menganjurkan ibu untuk ditemani suaminya dan/atau anggota keluarga yang lain
selama persalinan dan kelahiran bayinya.
8. Mengajarkan suami dan anggota keluarga mengenai cara memperhatikan dan
mendukung ibu selama persalinan dan kelahiran bayinya.
9. Melakukan pencegahan infeksi yang baik secara konsisten.
10. Menghargai privasi ibu.
11. Menganjurkan ibu untuk mencoba berbagai posisi selama persalinan dan
kelahiran bayi.
12. Menganjurkan ibu untuk minum cairan dan makan makanan ringan bila ia
menginginkannya.
13. Menghargai dan membolehkan praktek-praktek tradisional yang tidak memberi
pengaruh yang merugikan.
14. Menghindari tindakan berlebihan dan mungkin membahayakan (episiotomi,
pencukuran, dan klisma).
15. Menganjurkan ibu untuk memeluk bayinya segera setelah lahir.
16. Membantu memulai pemberian ASI dalam 1 jam pertama setelah kelahiran bayi.
17. Menyiapkan rencana rujukan (bila perlu).
18. Mempersiapkan persalinan dan kelahiran bayi dengan baik, bahan-bahan,
perlengkapan dan obat-obatan yang diperlukan. Siap melakukan resusitasi bayi
baru lahir pada setiap kelahiran bayi.

Asuhan sayang ibu pada masa post partum :


1. Menganjurkan ibu untuk selalu berdekatan dengan bayinya (rawat gabung).
2. Membantu ibu untuk mulai membiasakan menyusui dan menganjurkan
pemberian ASI sesuai permintaan.
3. Mengajarkan ibu dan keluarganya mengenai nutrisi dan istirahat yang cukup
setelah melahirkan.
4. Menganjurkan suami dan anggota keluarganya untuk memeluk bayi dan
mensyukuri kelahiran bayinya.
5. Mengajarkan ibu dang anggota-anggota keluarganya tentang bahaya dan tanda-
tanda bahaya yang dapat diamati dan anjurkan mereka untuk mencari
pertolongan jika terdapat masalah atau kekhawatiran.

Pencatatan Rekam Medik


Catat semua asuhan yang telah diberikan kepada ibu dan/atau bayinya. Jika asuhan tidak
dicatat, dapat dianggap tidak pernah melakukan asuhan tersebut. Pencatatan adalah
bagian penting dari proses membuat keputusan klinik karena memungkinkan penolong
persalinan untuk terus-menerus memperhatikan asuhan yang diberikan selama proses
persalinan dan kelahiran bayi. Mengkaji ulang catatan memungkinkan untuk menganalisa
data yang telah dikumpulkan dan dapat lebih efektif dalam merumuskan suatu diagnosa
serta membuat rencana asuhan atau perawatan bagi ibu dan bayinya. Partograf
merupakan bagian terpenting dari proses pencatatan selama persalinan.

Pencatatan rutin adalah penting karena :


1. Dapat digunakan sebagai alat bantu untuk membuat keputusan klinik dan
mengevaluasi apakah asuhan atau perawatan sudah sesuai dan efektif, untuk
mengidentifikasi kesenjangan pada asuhan yang diberikan dan untuk membuat
perubahan dan peningkatan rencana asuhan atau perawatan.
2. Dapat digunakan sebagai tolok ukur keberhasilan dalam proses membuat
keputusan klinik, sedangkan sebagai metode keperawatan, informasi ini harus
dapat diberikan atau diteruskan kepada tenaga kesehatan lainnya.
3. Merupakan catatan permanen tentang asuhan, perawatan dan obat yang
diberikan.
4. Dapat dibagikan diantara para penolong kelahiran. Hal ini penting jika
memerlukan rujukan dimana lebih dari satu penolong kelahiran memberikan
asuhan pada ibu dan bayi baru lahir.
5. Dapat mempermudah kelangsungan asuhan dari satu kunjungan ke kunjungan
berikutnya, dari satu penolong persalinan kepada penolong persalinan lain atau
dari seorang penolong persalinan ke fasilitas kesehatan lainnya. Melalui
pencatatan rutin, penolong persalinan mendapatkan informasi yang relevan dari
setiap ibu atau bayi baru lahir yang diasuhnya.
6. Dapat digunakan untuk penelitian atau studi kasus.
7. Diperlukan untuk memberi masukan data statistik sebagai catatan nasional dan
daerah, termasuk catatan kematian dan kesakitan ibu / bayi baru lahir.

Aspek-aspek penting dalam pencatatan :


1. Tanggal dan waktu asuhan tersebut diberikan
2. Identifikasi penolong persalinan
3. Paraf atau tandatangan (dari penolong persalinan) pada semua catatan
4. Mencakup informasi yang berkaitan secara tepat,dicatat dengan jelas dan dapat
dibaca
5. Ketersediaan sistem penyimpanan catatan atau data pasien
6. Kerahasiaan dokumen-dokumen medis

Ibu harus diberikan salinan catatan medik (catatan klinik antenatal, dokumen-dokumen
rujukan, dll) beserta panduan yang jelas mengenai :
- Maksud dari dokumen-dokumen tersebut
- Kapan harus dibawa
- Kepada siapa harus diberikan
- Bagaimana cara penyimpanan yang aman di rrumah atau selama perjalanan ke
tempat rujukan.
Rujukan

Meskipun sebagian besar ibu menjalani persalinan normal namun sekitar 10-15 %
diantaranya akan mengalami masalah selama proses persalinan dan kelahiran sehingga
perlu dirujuk ke fasilitas kesehatan rujukan. Sangatlah sulit menduga kapan penyulit akan
terjadi sehingga kesiapan merujuk ibu dan/atau bayinya ke fasilitas kesehatan rujukan
secara optimal dan tepat waktu jika penyulit terjadi. Setiap tenaga penolong / fasilitas
pelayanan harus mengetahui lokasi fasilitas tujukan terdekat yang mampu melayani
kegawatdaruratan obstetri dan bayi baru lahir, seperti :
- Pembedahan termasuk bedah sesar.
- Transfusi darah.
- Persalinan menggunakan ekstraksi vakum daan cunam.
- Antibiotik IV.
- Resusitasi bayi baru lahir dan asuhan lannjutan bagi bayi baru lahir.

Informasi tentang pelayanan yang tersedia di tempat rujukan, ketersediaan pelayanan


purna waktu, biaya pelayanan dan waktu serta jarak yang ditempuh ke tempat rujukan
merupakan hal penting yang harus diketahui oleh klien dan penolong persalinan. Jika
terjadi penyulit, upaya rujukan melalui alur yang tepat dan waktu yang singkat. Jika ibu
dan bayi baru lahir mengalami penyulit dan dirujuk ke tempat yang tidak sesuai, mereka
akan kehilangan banyak waktu yang berharga dan kesempatan terbaik untuk
menyelamatkan jika mereka.

Pada saat kunjungan antenatal, jelaskan bahwa petugas kesehatan, klien dan suami akan
selalu berupaya untuk mendapatkan pertolongan terbaik, termasuk kemungkinan rujukan
setiap ibu hamil apabila terjadi penyulit. Pada saat terjadi penyulit seringkali tidak cukup
waktu untuk membuat rencana rujukan sehingga keterlambatan dalam membuat
keputusan dapat membahayakan jiwa klien. Anjurkan ibu untuk membahas rujukan dan
membuat rencana rujukan bersama suami dan keluarganya serta tawarkan untuk berbicara
dengan suami dan keluarganya untuk menjelaskan antisipasi rencana rujukan.

Masukkan persiapan-persiapan dan informasi berikut ke dalam rencana rujukan :


- Siapa yang akan menemani ibu dan bayi barru lahir.
- Tempat-tempat rujukan mana yang lebih dissukai ibu dan keluarga. (Jika ada lebih
dari satu kemungkinan tempat rujukan, pilih tempat rujukan yang paling sesuai
berdasarkan jenis asuhan yang diperlukan).
- Sarana transportasi yang akan digunakan ddan siapa yang akan mengenderainya.
Ingat bahwa transportasi harus tersedia segera, baik siang maupun malam.
- Orang yang ditunjuk menjadi donor darah, jika transpusi darah diperlukan.
- Uang yang disisihkan untuk asuhan medis, transportasi, obat-obatan dan bahan-
bahan.
- Siapa yang akan tinggal dan menemani anakk-anak yang lain pada saat ibu tidak
di rumah.

Kaji ulang tentang keperluan dan tujuan upaya rujukan pada ibu dan keluarganya.
Kesempatan ini harus dilakukan selama ibu melakukan kunjungan asuhan antenatal atau
pada saat awal persalinan, jika memungkinkan. Jika ibu belum membuat rencana selama
kehamilannya, penting untuk mendiskusikan rencana rujukan dengan ibu dan
keluarganya pada saat-saat awal persalinan. Jika kemudian timbul masalah pada saat
persalinan dan rencana rujukan belum dibicarakan maka seringkali sulit untuk membuat
persiapan-persiapan dengan cepat. Rujukan tepat waktu merupakan unggulan asuhan
sayang ibu dalam mendukung keselamatan ibu.

Hal-hal yang penting dalam mempersiapkan rujukan untuk ibu :


1. Bidan
2. Alat
3. Keluarga
4. Surat
5. Obat
6. Kendaraan
7. Uang

Bidan
——

Pastikan bahwa ibu dan/atau bayi baru lahir didampingi oleh penolong persalinan yang
kompoten dan memiliki kemampuan untuk menatalaksana kegawatdaruratan obstetri dan
bayi baru lahir untuk dibawa ke fasilitas rujukan.

Alat
—–

Bawa perlengkapan dan bahan-bahan untuk asuhan persalinan, masa nifas dan bayi baru
lahir (tabung suntik, selang IV, dll) bersama ibu ke tempat rujukan. Perlengkapan dan
bahan-bahan tersebut mungkin diperlukan jika ibu melahirkan sedang dalam perjalanan.

Keluarga
———

Beritahu ibu dan keluarga mengenai kondisi terakhir ibu dan/atau bayi dan mengapa ibu
dan/atau bayi perlu dirujuk. Jelaskan pada mereka alasan dan keperluan upaya rujukan
tersebut. Suami atau anggota keluarga yang lain harus menemani ibu dan/atau bayi baru
lahir ke tempat rujukan.

Surat
——

Berikan surat ke tempat rujukan. Surat ini harus memberikan identifikasi mengenai ibu
dan/atau bayi baru lahir, cantumkan alasan rujukan dan uraikan hasil pemeriksaan,
asuhan atau obat-obatan yang diterima ibu dan/atau bayi baru lahir. Lampirkan partograf
kemajuan persalinan ibu pada saat rujukan.

Obat
—–
Bawa obat-obatan esensial pada saat mengantar ibu ke tempat rujukan. Obat-obatan
mungkin akan diperlukan selama perjalanan.

Kendaraan
———-

Siapkan kendaraan yang paling memungkinkan untuk merujuk ibu dalam kondisi yang
cukup nyaman. Selain itu pastikan bahwa kondisi kendaraan itu cukup baik untuk
mencapai tempat rujukan dalam waktu yang tepat.

Uang
—–

Ingatkan pada keluarga agar membawa uang dalam jumlah yang cukup untuk membeli
obat-obatan yang diperlukan dan bahan-bahan kesehatan lain yang diperlukan selama ibu
dan/atau bayi baru lahir tinggal di fasilitas rujukan.
Penerapan Asuhan Sayang Ibu Dalam Tahapan
Persalinan
By lusa

Asuhan sayang ibu membantu ibu dan keluarganya untuk merasa aman dan nyaman
selama proses persalinan.
Asuhan sayang ibu adalah asuhan dengan prinsip saling menghargai budaya, kepercayaan
dan keinginan sang ibu (Depkes, 2004). Cara yang paling mudah untuk membayangkan
asuhan sayang ibu adalah dengan menanyakan pada diri kita sendiri, “Seperti inikah
asuhan yang ingin saya dapatkan?” atau “Apakah asuhan seperti ini, yang saya inginkan
untuk keluarga saya yang sedang hamil?”

Kala I
Kala I adalah suatu kala dimana dimulai dari timbulnya his sampai pembukaan lengkap.
Asuhan yang dapat dilakukan pada ibu adalah :

1. Memberikan dukungan emosional.


2. Pendampingan anggota keluarga selama proses persalinan sampai kelahiran
bayinya.
3. Menghargai keinginan ibu untuk memilih pendamping selama persalinan.
4. Peran aktif anggota keluarga selama persalinan dengan cara : (a) Mengucapkan
kata-kata yang membesarkan hati dan memuji ibu. (b) Membantu ibu bernafas
dengan benar saat kontraksi. (c) Melakukan massage pada tubuh ibu dengan
lembut. (d) Menyeka wajah ibu dengan lembut menggunakan kain. (e)
Menciptakan suasana kekeluargaan dan rasa aman.
5. Mengatur posisi ibu sehingga terasa nyaman.
6. Memberikan cairan nutrisi dan hidrasi – Memberikan kecukupan energi dan
mencegah dehidrasi. Oleh karena dehidrasi menyebabkan kontraksi tidak teratur
dan kurang efektif.
7. Memberikan keleluasaan untuk menggunakan kamar mandi secara teratur dan
spontan – Kandung kemih penuh menyebabkan gangguan kemajuan persalinan
dan menghambat turunnya kepala; menyebabkan ibu tidak nyaman; meningkatkan
resiko perdarahan pasca persalinan; mengganggu penatalaksanaan distosia bahu;
meningkatkan resiko infeksi saluran kemih pasca persalinan.
8. Pencegahan infeksi – Tujuan dari pencegahan infeksi adalah untuk mewujudkan
persalinan yang bersih dan aman bagi ibu dan bayi; menurunkan angka morbiditas
dan mortalitas ibu dan bayi baru lahir.

Kala II
Kala II adalah kala dimana dimulai dari pembukaan lengkap serviks sampai keluarnya
bayi.
Asuhan yang dapat dilakukan pada ibu adalah :

1. Pendampingan ibu selama proses persalinan sampai kelahiran bayinya oleh suami
dan anggota keluarga yang lain.
2. Keterlibatan anggota keluarga dalam memberikan asuhan antara lain : (a)
Membantu ibu untuk berganti posisi. (b) Melakukan rangsangan taktil. (c)
Memberikan makanan dan minuman. (d) Menjadi teman bicara/ pendengar yang
baik. (e) Memberikan dukungan dan semangat selama persalinan sampai
kelahiran bayinya.
3. Keterlibatan penolong persalinan selama proses persalinan & kelahiran – dengan
cara : (a) Memberikan dukungan dan semangat kepada ibu dan keluarga. (b)
Menjelaskan tahapan dan kemajuan persalinan. (c) Melakukan pendampingan
selama proses persalinan dan kelahiran.
4. Membuat hati ibu merasa tenteram selama kala II persalinan – dengan cara
memberikan bimbingan dan menawarkan bantuan kepada ibu.
5. Menganjurkan ibu meneran bila ada dorongan kuat dan spontan umtuk meneran –
dengan cara memberikan kesempatan istirahat sewaktu tidak ada his.
6. Mencukupi asupan makan dan minum selama kala II.
7. Memberika rasa aman dan nyaman dengan cara : (a) Mengurangi perasaan tegang.
(b) Membantu kelancaran proses persalinan dan kelahiran bayi. (c) Memberikan
penjelasan tentang cara dan tujuan setiap tindakan penolong. (d) Menjawab
pertanyaan ibu. (e) Menjelaskan apa yang dialami ibu dan bayinya. (f)
Memberitahu hasil pemeriksaan.
8. Pencegahan infeksi pada kala II dengan membersihkan vulva dan perineum ibu.
9. Membantu ibu mengosongkan kandung kemih secara spontan.

Kala III
Kala III adalah kala dimana dimulai dari keluarnya bayi sampai plasenta lahir.
Asuhan yang dapat dilakukan pada ibu adalah :

1. Memberikan kesempatan kepada ibu untuk memeluk bayinya dan menyusui


segera.
2. Memberitahu setiap tindakan yang akan dilakukan.
3. Pencegahan infeksi pada kala III.
4. Memantau keadaan ibu (tanda vital, kontraksi, perdarahan).
5. Melakukan kolaborasi/ rujukan bila terjadi kegawatdaruratan.
6. Pemenuhan kebutuhan nutrisi dan hidrasi.
7. Memberikan motivasi dan pendampingan selama kala III.

Kala IV
Kala IV adalah kala dimana 1-2 jam setelah lahirnya plasenta.
Asuhan yang dapat dilakukan pada ibu adalah :

1. Memastikan tanda vital, kontraksi uterus, perdarahan dalam keadaan normal.


2. Membantu ibu untuk berkemih.
3. Mengajarkan ibu dan keluarganya tentang cara menilai kontraksi dan melakukan
massase uterus.
4. Menyelesaikan asuhan awal bagi bayi baru lahir.
5. Mengajarkan ibu dan keluarganya ttg tanda-tanda bahaya post partum seperti
perdarahan, demam, bau busuk dari vagina, pusing, lemas, penyulit dalam
menyusui bayinya dan terjadi kontraksi hebat.
6. Pemenuhan kebutuhan nutrisi dan hidrasi.
7. Pendampingan pada ibu selama kala IV.
8. Nutrisi dan dukungan emosional.
Pengorganisasian Praktik Asuhan Kebidanan

1. Pelayanan Mandiri / Primer

• Merupakan layanan kepada klien yang menjadi tanggung jawab bidan


sepenuhnya sesuai dengan kepmenkes no 900/Menkes/SK/ VII/2002
• Dalam memberikan layanan ini bidan yang berkompeten harus tahu kapan harus
bertindak sesuai wewnwngnya, kapan tidak bertindak, kapan hanya memantau
dengan ketat, kapan merujuk, konsultasi atau kolaborasi dengan dokter

2.Pelayanan Kolaborasi

• Dilakukan bidan sebagai anggota tim, kegiatannya dilakukan secara bersama-


sama atausebagai suatu roses pelayanan kesehatan mis: merawat ibu hamil dengan
komplikasi medik atau obstetrik
• Tujuan pelayanan: berbagi otoritas dalam pemberian pelayanan berkualitas sesuai
ruang lingkup masing-masing
• Kemampuan untuk berbagi tanggung jawab antara bidan dan dokter sangat
penting agar bisa saling menghormati, saling mempercayai dan menciptakan
komunikasi efektif antara kedia profesi

3. Pelayanan Rujukan

• Pengertian: memindahkan perawatan ke sistem pelayanan yang lebih tinggi jika


dipertimbangkan ada kondisi patologis diluarwewnang bidan
• Fungsi bidan salah satunya adalah melakukan skirining terhadap adanya
komplikasi kehamilan agar dirujuk untuk mendapatkanperawatan khusus dari
idokter spesialis

4. Pelayanan Konsultasi

• Pada kondisi tertentu bidan membutuhkan nasehat atau pendapat dari dokter atau
anggota tim perawatan klien yang lain tapi tanggung jawab uama terhadap klien
tetap ditangan bidan

Tugas bidan dalam penatalaksanaan kolaborasi:

• Melindungi dan memfasilitasi setiap proses yang bersifat normal


• Menyediakan informasi yang bersifat tentang pilihan-pilihan yang bersift aman
• Membantu ibu dalam pengambilan keputusan
• Melibatkan keluarga
• Memberi advokasi
• Penyuluhan dan konseling
• Memberi asuhan berkesinambungan
Tujuh dari 10 Wanita Hamil Terkena Anemia

Di Indonesia, prevalensi anemia di


kalangan pekerja memang masih tinggi. Studi mengenai anemia pada pekerja wanita
yang dilakukan di Jakarta, Tangerang, Jambi, dan Kudus – Jawa Tengah membuktikan
hal itu. Dilaporkan, anemia menurunkan produktivitas 5 – 10% dan kapasitas kerjanya
6,5 jam per minggu. Anemia yang menyebabkan turunnya daya tahan juga membuat
penderita rentan terhadap penyakit, sehingga frekuensi tidak masuk kerja meningkat.
Maka benarlah bila disimpulkan, anemia defisiensi zat besi sangat mempengaruhi
produktivitas kerja seseorang. Namun, menurut penelitian lain, produktivitas dapat
ditingkatkan sampai 10 – 20% setelah pekerja mendapat suplemen zat besi. Pembentuk
sel darah merah
Pada penderita anemia, lebih sering disebut kurang darah, kadar sel darah merah
(hemoglobin atau Hb) di bawah nilai normal. Penyebabnya bisa karena kurangnya zat
gizi untuk pembentukan darah, misalnya zat besi, asam folat, dan vitamin B-12. Tetapi
yang sering terjadi adalah anemia karena kekurangan zat besi.

Proses kekurangan zat besi sampai menjadi anemia melalui beberapa tahap.
Awalnya, terjadi penurunan simpanan cadangan zat besi. Bila belum juga dipenuhi
dengan masukan zat besi, lama-kelamaan timbul gejala anemia disertai penurunan Hb.
Gejala awal anemia zat besi berupa badan lemah, lelah, kurang energi, kurang nafsu
makan, daya konsentrasi menurun, sakit kepala, mudah terinfeksi penyakit, stamina
tubuh menurun, dan pandangan berkunang-kunang – terutama bila bangkit dari
duduk. Selain itu, wajah, selaput lendir kelopak mata, bibir, dan kuku penderita tampak
pucat. Kalau anemia sangat berat, dapat berakibat penderita sesak napas, bahkan lemah
jantung.

Zat besi yang terdapat dalam semua sel tubuh ini berperan penting dalam berbagai reaksi
biokimia, di antaranya memproduksi sel darah merah. Sel itu sangat diperlukan untuk
mengangkut oksigen ke seluruh jaringan tubuh. Sedangkan oksigen penting dalam proses
pembentukan energi agar produktivitas kerja meningkat dan tubuh tidak cepat lelah.

Zat besi juga unsur penting dalam mempertahankan daya tahan tubuh, agar kita tidak
mudah terserang penyakit. Menurut penelitian, orang dengan kadar Hb kurang dari 10
g/dl memiliki kadar sel darah putih (untuk melawan bakteri) yang rendah pula.

Jumlah zat besi di dalam tubuh bervariasi menurut umur, jenis kelamin, dan kondisi
fisiologis tubuh. Pada orang dewasa sehat, jumlah zat besi diperkirakan lebih dari 4.000
mg, dengan sekitar 2.500 mg ada dalam hemoglobin. Di dalam tubuh sebagian zat besi
(sekitar 1.000 mg) disimpan di hati berbentuk ferritin. Saat konsumsi zat besi dari
makanan tidak cukup, zat besi dari ferritin dikerahkan untuk memproduksi Hb.

Jumlah zat besi yang harus diserap tubuh setiap hari hanya 1 mg atau setara dengan 10 –
20 mg zat besi yang terkandung dalam makanan. Zat besi pada pangan hewani lebih
tinggi penyerapannya yaitu 20 – 30%, sedangkan dari sumber nabati hanya 1 – 6%.

Wanita lebih rentan

Sebenarnya, tubuh punya mekanisme menjaga keseimbangan zat besi dan mencegah
berkembangnya kekurangan zat besi. Tubuh mampu mengatur penyerapan zat besi sesuai
kebutuhan tubuh dengan meningkatkan penyerapan pada kondisi kekurangan dan
menurunkan penyerapan saat kelebihan zat besi.

Begitupun, anemia tetap bisa menyerang, bahkan siapa saja. Di antaranya mereka yang
karena aktif, amat sibuk, dan punya keterbatasan waktu, tidak bisa mengikuti pola makan
yang memenuhi kebutuhan akan zat besi.
Kemungkinan lain adalah meningkatnya kebutuhan karena kondisi fisiologis, misalnya
hamil, kehilangan darah karena kecelakaan, pascabedah atau menstruasi, adanya penyakit
kronis atau infeksi, misalnya infeksi cacing tambang, malaria, tuberkulose atau TB (dulu
dikenal sebagai TBC).

Mereka yang berdiet pun terbuka kemungkinan menderita anemia karena diet yang
berpantang telur, daging, hati, atau ikan. Padahal jenis pangan itu sumber zat besi yang
mudah diserap tubuh. Tak heran bila para vegetarian cenderung mudah menderita
anemia. Apalagi disertai kebiasaan tidak sarapan atau frekuensi makan tidak teratur tanpa
kualitas makanan seimbang.

Demikian pula pengidap gangguan penyerapan zat besi dalam usus. Ini bisa terjadi
karena gangguan pencernaan atau dikonsumsinya substansi penghambat seperti kopi, teh,
atau serat makanan tertentu tanpa asupan zat besi yang cukup.

Wanita, terutama, perlu memberi perhatian khusus pada anemia. Dimulai pada saat
remaja mengalami haid di masa pubertas. Di fase ini sangat diperlukan zat gizi cukup
seperti zat besi, vitamin A, dan kalsium. Sayangnya, akibat menstruasi ia harus
kehilangan zat besi hingga dua kali jumlah yang dikeluarkan pria.

Pada wanita dewasa dengan berat badan 55 kg, zat besi yang keluar lewat saluran
pencernaan dan kulit atau kehilangan basal berjumlah 0,5 – 1,0 mg per hari, atau
umumnya sekitar 0,8 mg per hari. Sedangkan jumlah zat besi yang hilang karena haid,
pada 95% populasi adalah 1,6 mg per hari. Sehingga jumlah zat besi yang hilang akibat
haid ditambah kehilangan basal menjadi sekitar 2,4 mg per hari pada 95% populasi.

Tak heran bila wanita cenderung menderita kekurangan zat besi karena hilangnya zat itu
di kala haid tiap bulan tanpa diimbangi asupan makanan yang cukup mengandung zat
besi. Kehilangan zat besi lewat haid pada wanita biasanya konstan, tetapi bervariasi
jumlahnya di antara kaum wanita. Dapat dimengerti bila beberapa wanita perlu zat besi
lebih banyak daripada wanita lain.

Penyebab lain adalah kecenderungan wanita berdiet karena ingin mempertahankan


bentuk tubuh ideal, tanpa mempertimbangkan jumlah zat gizi penting yang masuk,
terutama zat besi.

Selain menstruasi, kondisi rawan lain adalah saat hamil dan menyusui. Anemia adalah
masalah kesehatan dengan prevalensi tertinggi pada wanita hamil. Prevalensi anemia
pada ibu hamil di Indonesia adalah 70%, atau 7 dari 10 wanita hamil menderita anemia.

Pada trimester pertama kehamilan, zat besi yang dibutuhkan sedikit karena tidak terjadi
menstruasi dan pertumbuhan janin masih lambat. Menginjak trimester kedua hingga
ketiga, volume darah dalam tubuh wanita akan meningkat sampai 35%, ini ekuivalen
dengan 450 mg zat besi untuk memproduksi sel-sel darah merah. Sel darah merah harus
mengangkut oksigen lebih banyak untuk janin. Sedangkan saat melahirkan, perlu
tambahan besi 300 – 350 mg akibat kehilangan darah. Sampai saat melahirkan, wanita
hamil butuh zat besi sekitar 40 mg per hari atau dua kali lipat kebutuhan kondisi tidak
hamil.

Pada banyak wanita hamil, anemia gizi besi disebabkan oleh konsumsi makanan yang
tidak memenuhi syarat gizi dan kebutuhan yang meningkat. Selain itu, kehamilan
berulang dalam waktu singkat. Cadangan zat besi ibu yang belum pulih akhirnya terkuras
untuk keperluan janin yang dikandung berikutnya.

Jadi, kebutuhan zat besi untuk tiap wanita berbeda-beda sesuai siklus hidupnya. Wanita
dewasa tidak hamil kebutuhannya sekitar 26 mg per hari, sedangkan wanita hamil perlu
tambahan zat besi sekitar 20 mg per hari.

Saat menyusui, meski biasanya wanita tidak mengalami haid, ibu tetap kehilangan zat
besi dan kalsium melalui ASI. Selain kehilangan basal normal sekitar 0,8 mg, kehilangan
zat besi melalui ASI mencapai sekitar 0,3 mg per hari. Maka, ibu menyusui butuh
tambahan zat besi 2 mg per hari serta kalsium 400 mg per hari.

Anemia pada ibu hamil bukan tanpa risiko. Menurut penelitian, tingginya angka kematian
ibu berkaitan erat dengan anemia. Anemia juga menyebabkan rendahnya kemampuan
jasmani karena sel-sel tubuh tidak cukup mendapat pasokan oksigen. Selain itu, hewan
percobaan yang bunting dan kekurangan zat besi melahirkan anak-anak dengan daya
tahan rendah terhadap infeksi. Penyebabnya, sel fagosit yang bertugas menangkal bakteri
infeksi tak berfungsi maksimal.

Perhatikan pola makan


Penanggulangan anemia – terutama untuk wanita hamil, wanita pekerja, dan wanita yang
telah menikah prahamil – sudah dilakukan secara nasional dengan pemberian
suplementasi pil zat besi. Malah ibu hamil sangat disarankan minum pil ini selama tiga
bulan, yang harus diminum setiap hari. Penelitian menunjukkan, wanita hamil yang tidak
minum pil zat besi mengalami penurunan cadangan besi cukup tajam sejak minggu ke-12
usia kehamilan.

Sayangnya, cara ini memberikan efek seperti mual, diare, dan lainnya. Maka,
alternatifnya adalah mengkonsumsi makanan yang diperkaya dengan zat besi, misalnya
berbentuk susu atau roti.

Suplemen tablet besi memang diperlukan untuk kondisi tertentu, wanita hamil dan
anemia berat misalnya. Penderita anemia ringan sebaiknya tidak menggunakan suplemen
besi, lebih tepat bila mereka mengupayakan perbaikan menu makanan. Misalnya, dengan
meningkatkan konsumsi makanan yang banyak mengandung zat besi seperti telur, susu,
hati, ikan, daging, kacang-kacangan (tempe, tahu, oncom, kedelai, kacang hijau), sayuran
berwarna hijau tua (kangkung, bayam, daun katuk), dan buah-buahan (jeruk, jambu biji,
pisang). Perhatikan pula gizi makanan dalam sarapan dan frekuensi makan yang teratur,
terutama bagi yang berdiet.
Biasakan pula menambahkan substansi yang memudahkan penyerapan zat besi seperti
vitamin C, air jeruk, daging, ayam, dan ikan. Sebaliknya, substansi penghambat
penyerapan zat besi seperti teh dan kopi patut dihindari.

Berkonsultasilah dengan dokter bila anemia berkaitan dengan kesehatan, misalnya


infeksi, penyakit kronis, atau gangguan pencernaan.
PENGARUH KONDISI IBU TERHADAP PERKEMBANGAN JANIN
1. GIZI IBU

Status gizi ibu sebelum dan selama hamil dapat mempengaruhi pertumbuhan janin yang
sedang dikandung. Bila gtatus gizi ibu normal pada masa sebelum dan selama hamil
kemungkinan besar akan melahirkan bayi yang sehat, cukup bulan dengan berat badan
normal. Dengan kata lain kualitas bayi yang dilahirkan sangat tergantung pada keadaan
gizi ibu sebelum dan selama hamil.

Salah satu cara untuk menilai kualitas bayi adalah dengan mengukur berat bayi pada saat
lahir. Seorang ibu hamil akan melahirkan bayi yang sehat bila tingkat kesehatan dan
gizinya berada pada kondisi yang baik. Namun sampai saat ini masih banyak ibu hamil
yang mengalami masalah gizi khususnya gizi kurang seperti Kurang Energi Kronis
(KEK) dan Anemia gizi (Depkes RI, 1996). Hasil SKRT 1995 menunjukkan bahwa 41 %
ibu hamil menderita KEK dan 51% yang menderita anemia mempunyai kecenderungan
melahirkan bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).

Ibu hamil yang menderita KEK dan Anemia mempunyai resiko kesakitan yang lebih
besar terutama pada trimester III kehamilan dibandingkan dengan ibu hamil normal.
Akibatnya mereka mempunyai resiko yang lebih besar untuk melahirkan bayi dengan
BBLR, kematian saat persalinan, pendarahan, pasca persalinan yang sulit karena lemah
dan mudah mengalami gangguan kesehatan (Depke RI, 1996). Bayi yang dilahirkan
dengan BBLR umumnya kurang mampu meredam tekanan lingkungan yang baru,
sehingga dapat berakibat pada terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan, bahkan
dapat mengganggu kelangsungan hidupnya.

Selain itu juga akan meningkatkan resiko kesakitan dan kematian bayi karena rentan
terhadap infeksi saluran pernafasan bagian bawah, gangguan belajar, masalah perilaku
dan lain sebagainya (Depkes RI, 1998).

Kebutuhan Gizi pada Ibu Hamil

Kehamilan menyebabkan meningkatnya metabolisme energi, karena itu kebutuhan energi


dan zat gizi lainnya meningkat selama kehamilan. Peningkatan energi dan zat gizi
tersebut diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan janin, pertambahan besarnya
organ kandungan, perubahan komposisi dan metabolisme tubuh ibu. Sehingga
kekurangan zat gizi tertentu yang diperlukan saat hamil dapat menyebabkan janin tumbuh
tidak sempurna.

Bagi ibu hamil, pada dasarnya semua zat gizi memerlukan tambahan, namun yang
seringkali menjadi kekurangan adalah energi protein dan beberapa mineral seperti Zat
Besi dan Kalsium.
Kebutuhan energi untuk kehamilan yang normal perlu tambahan kira-kira 80.000 kalori
selama masa kurang lebih 280 hari. Hal ini berarti perlu tambahan ekstra sebanyak
kurang lebih 300 kalori setiap hari selama hamil (Nasution, 1988).

Energi yang tersembunyi dalam protein ditaksir sebanyak 5180 kkal, dan lemak 36.337
Kkal. Agar energi ini bisa ditabung masih dibutuhkan tambahan energi sebanyak 26.244
Kkal, yang digunakan untuk mengubah energi yang terikat dalam makanan menjadi
energi yang bisa dimetabolisir. Dengan demikian jumlah total energi yang harus tersedia
selama kehamilan adalah 74.537 Kkal, dibulatkan menjadi 80.000 Kkal. Untuk
memperoleh besaran energi per hari, hasil penjumlahan ini kemudian dibagi dengan
angka 250 (perkiraaan lamanya kehamilan dalam hari) sehingga diperoleh angka 300
Kkal.

Kebutuhan energi pada trimester I meningkat secara minimal. Kemudian sepanjang


trimester II dan III kebutuhan energi terus meningkat sampai akhir kehamilan. Energi
tambahan selama trimester II diperlukan untuk pemekaran jaringan ibu seperti
penambahan volume darah, pertumbuhan uterus, dan payudara, serta penumpukan lemak.
Selama trimester III energi tambahan digunakan untuk pertumbuhan janin dan plasenta.

Karena banyaknya perbedaan kebutuhan energi selama hamil, maka WHO menganjurkan
jumlah tambahan sebesar 150 Kkal sehari pada trimester I, 350 Kkal sehari pada trimester
II dan III. Di Kanada, penambahan untuk trimester I sebesar 100 Kkal dan 300 Kkal
untuk trimester II dan III. Sementara di Indonesia berdasarkan Widya Karya Nasional
Pangan dan Gizi VI tahun 1998 ditentukan angka 285 Kkal perhari selama kehamilan.
Angka ini tentunya tidak termasuk penambahan akibat perubahan temperatur ruangan,
kegiatan fisik, dan pertumbuhan. Patokan ini berlaku bagi mereka yang tidak merubah
kegiatan fisik selama hamil.

Sama halnya dengan energi, kebutuhan wanita hamil akan protein juga meningkat,
bahkan mencapai 68 % dari sebelum hamil. Jumlah protein yang harus tersedia sampai
akhir kehamilan diperkirakan sebanyak 925 g yang tertimbun dalam jaringan ibu,
plasenta, serta janin. Di Indonesia melalui Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI
tahun 1998 menganjurkan penambahan protein 12 g/hari selama kehamilan. Dengan
demikian dalam satu hari asupan protein dapat mencapai 75-100 g (sekitar 12 % dari
jumlah total kalori); atau sekitar 1,3 g/kgBB/hari (gravida mature), 1,5 g/kg BB/hari (usia
15-18 tahun), dan 1,7 g/kg BB/hari (di bawah 15 tahun).

Bahan pangan yang dijadikan sumber protein sebaiknya (2/3 bagian) pangan yang
bernilai biologi tinggi, seperti daging tak berlemak, ikan, telur, susu dan hasil olahannya.
Protein yang berasal dari tumbuhan (nilai biologinya rendah) cukup 1/3 bagian.

Kenaikan volume darah selama kehamilan akan meningkatkan kebutuhan Fe atau Zat
Besi. Jumlah Fe pada bayi baru lahir kira-kira 300 mg dan jumlah yang diperlukan ibu
untuk mencegah anemia akibat meningkatnya volume darah adalah 500 mg. Selama
kehamilan seorang ibu hamil menyimpan zat besi kurang lebih 1.000 mg termasuk untuk
keperluan janin, plasenta dan hemoglobin ibu sendiri. Berdasarkan Widya Karya
Nasional Pangan dan Gizi Tahun 1998, seorang ibu hamil perlu tambahan zat gizi rata-
rata 20 mg perhari. Sedangkan kebutuhan sebelum hamil atau pada kondisi normal rata-
rata 26 mg per hari (umur 20 – 45 tahun).

Gizi Kurang pada Ibu Hamil

Bila ibu mengalami kekurangan gizi selama hamil akan menimbulkan masalah, baik pada
ibu maupun janin, seperti diuraikan berikut ini.

1. 1. Terhadap Ibu

Gizi kurang pada ibu hamil dapat menyebabkan resiko dan komplikasi pada ibu antara
lain: anemia, pendarahan, berat badan ibu tidak bertambah secara normal, dan terkena
penyakit infeksi.

1. 2. Terhadap Perslinan

Pengaruh gizi kurang terhadap proses persalinan dapat mengakibatkan persalinan sulit
dan lama, persalinan sebelum waktunya (premature), pendarahan setelah persalinan, serta
persalinan dengan operasi cenderung meningkat.

1. 3. Terhadap Janin

Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat mempengaruhi proses pertumbuhan janin dan
dapat menimbulkan kegururan , abortus, bayi lahir mati, kematian neonatal, cacat
bawaan, anemia pada bayi, asfiksia intra partum (mati dalam kandungan), lahir dengan
berat badan lahir rendah (BBLR)

Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengetahui status gizi ibu hamil antara
lain memantau pertambahan berat badan selama hamil, mengukur Lingkar Lengan Atas
(LILA), dan mengukur kadar Hb. Pertambahan berat badan selama hamil sekitar 10 – 12
kg, dimana pada trimester I pertambahan kurang dari 1 kg, trimester II sekitar 3 kg, dan
trimester III sekitar 6 kg. Pertambahan berat badan ini juga sekaligus bertujuan
memantau pertumbuhan janin. Pengukuran LILA dimaksudkan untuk mengetahui apakah
seseorang menderita Kurang Energi Kronis (KEK), sedangkan pengukuran kadar Hb
untuk mengetahui kondisi ibu apakah menderita anemai gizi.

Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan janin tidak mengalami
hambatan, dan selanjutnya akan melahirkan bayi dengan berat normal. Dengan kondisi
kesehatan yang baik, system reproduksi normal, tidak menderita sakit, dan tidak ada
gangguan gizi pada masa pra hamil maupun saat hamil, ibu akan melahirkan bayi lebih
besar dan lebih sehat daripada ibu dengan kondisi kehamilan yang sebaliknya. Ibu
dengan kondisi kurang gizi kronis pada masa hamil sering melahirkan bayi BBLR,
vitalitas yang rendah dan kematian yang tinggi, terlebih lagi bila ibu menderita anemia.

2. AKTIVITAS FISIK IBU

Tidak semua ibu menyadari bahwa aspek fisik dan psikis adalah dua hal yang terkait erat,
saling pengaruh-mempengaruhi, atau hampir tidak terpisahkan. Jika kondisi fisiknya
kurang baik, maka proses berpikir, suasana hati, kendali emosi dan tindakan yang
bersangkutan dalam kehidupan sehari-hari akan terkena imbas negatifnya. Antara lain,
suasana hati atau keadaan emosi cepat berubah, kepekaan meningkat, dan perubahan pola
atau pilihan makanan yang juga akan berpengaruh pada konsep diri sang ibu.

Kondisi psikologis yang dialami ibu selama hamil, kemudian akan kembali
mempengaruhi aktivitas fisiologis dalam dirinya. Suasana hati yang kelam dan emosi
yang meledak-ledak dapat mempengaruhi detak jantung, tekanan darah, produksi
adrenalin, aktivitas kelenjar keringat, sekresi asam lambung, dan lain-lain. Trauma, stres,
atau tekanan psikologis juga dapat memunculkan gejala fisik seperti letih, lesu, mudah
marah, gelisah, pening, mual atau merasa malas.

Karena perubahan yang terjadi pada fisik mempengaruhi aspek psikologis dan
sebaliknya, maka mudah bagi ibu hamil untuk mengalami trauma. Menurut Shinto,
trauma ini ternyata dapat dirasakan juga oleh janin. Bahkan, janin sudah menunjukkan
reaksi terhadap stimulasi yang berasal dari luar tubuh ibunya. Sementara dalam masa
perkembangan janin, ada masa-masa yang dianggap kritis yang menyangkut
pembentukan organ tubuh. Oleh karena itu, mau tidak mau ibu hamil harus menjaga
kondisi fisik maupun psikisnya agar bayinya dapat tumbuh sehat.

3. KONDISI EMOSIONAL IBU

Perubahan emosional terjadi selama kehamilan. Hormon dapat mempengaruhi suasana


hati dan karena kadarnya yang naik turun maka demikian juga suasana hati anda. Oleh
karena itu adalah hal yang normal bila anda merasa sedih, menangis, panik, sedikit tidak
yakin atau merasa senang luar biasa.

4. PENYAKIT YANG DI IDAP IBU

Anemia pada Ibu Hamil

Anemia dapat didefinisikan sebagai kondisi dengan kadar Hb berada di bawah normal. Di
Indonesia Anemia umumnya disebabkan oleh kekurangan Zat Besi, sehingga lebih
dikenal dengan istilah Anemia Gizi Besi. Anemia defisiensi besi merupakan salah satu
gangguan yang paling sering terjadi selama kehamilan. Ibu hamil umumnya mengalami
deplesi besi sehingga hanya memberi sedikit besi kepada janin yang dibutuhkan untuk
metabolisme besi yang normal. Selanjutnya mereka akan menjadi anemia pada saat kadar
hemoglobin ibu turun sampai di bawah 11 gr/dl selama trimester III.

Kekurangan zat besi dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada pertumbuhan
janin baik sel tubuh maupun sel otak. Anemia gizi dapat mengakibatkan kematian janin
didalam kandungan, abortus, cacat bawaan, BBLR, anemia pada bayi yang dilahirkan, hal
ini menyebabkan morbiditas dan mortalitas ibu dan kematian perinatal secara bermakna
lebih tinggi. Pada ibu hamil yang menderita anemia berat dapat meningkatkan resiko
morbiditas maupun mortalitas ibu dan bayi, kemungkinan melahirkan bayi BBLR dan
prematur juga lebih besar.

Resiko BBLR pada Ibu Hamil

Di Indonesia batas ambang LILA dengan resiko KEK adalah 23,5 cm hal ini berarti ibu
hamil dengan resiko KEK diperkirakan akan melahirkan bayi BBLR. Bila bayi lahir
dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) akan mempunyai resiko kematian, gizi
kurang, gangguan pertumbuhan, dan gangguan perkembangan anak. Untuk mencegah
resiko KEK pada ibu hamil sebelum kehamilan wanita usia subur sudah harus
mempunyai gizi yang baik, misalnya dengan LILA tidak kurang dari 23,5 cm. Apabila
LILA ibu sebelum hamil kurang dari angka tersebut, sebaiknya kehamilan ditunda
sehingga tidak beresiko melahirkan BBLR.

Hasil penelitian Edwi Saraswati, dkk. di Jawa Barat (1998) menunjukkan bahwa KEK
pada batas 23,5 cm belum merupakan resiko untuk melahirkan BBLR walaupun resiko
relatifnya cukup tinggi. Sedangkan ibu hamil dengan KEK pada batas 23 cm mempunyai
resiko 2,0087 kali untuk melahirkan BBLR dibandingkan dengan ibu yang mempunyai
LILA lebih dari 23 cm.

Sebagaimana disebutkan di atas, berat bayi yang dilahirkan dapat dipengaruhi oleh status
gizi ibu baik sebelum hamil maupun saat hamil. Status gizi ibu sebelum hamil juga cukup
berperan dalam pencapaian gizi ibu saat hamil. Penelitian Rosmeri (2000) menunjukkan
bahwa status gizi ibu sebelum hamil mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap
kejadian BBLR. Ibu dengan status gizi kurang (kurus) sebelum hamil mempunyai resiko
4,27 kali untuk melahirkan bayi BBLR dibandingkan dengan ibu yang mempunyai status
gizi baik (normal).

Hasil penelitian Jumirah, dkk. (1999) menunujukkan bahwa ada hubungan kadar Hb ibu
hamil dengan berat bayi lahir, dimana semakin tinggi kadar Hb ibu semakin tinggi berat
badan bayi yang dilahirkan. Sedangkan penelitian Edwi Saraswati, dkk. (1998)
menemukan bahwa anemia pada batas 11 gr/dl bukan merupakan resiko untuk
melahirkan BBLR. Hal ini mungkin karena belum berpengaruh terhadap fungsi hormon
maupun fisiologis ibu.

Selanjutnya pada analisa bivariat anemia batas 9 gr/dl atau anemia berat ditemukan
secara statistik tidak nyata melahirkan BBLR. Namun untuk melahirkan bayi mati
mempunyai resiko 3,081 kali. Dari hasil analisa multivariat dengan memperhatikan
masalah riwayat kehamilan sebelumnya menunjukkan bahwa ibu hamil penderita anemia
berat mempunyai resiko untuk melahirkan BBLR 4,2 kali lebih tinggi dibandingkan
dengan ibu yang tidak menderita anemia berat.
Proses Dalam Persalinan

1. Pengertian persalinan
Persalinan merupakan hal yang paling ditunggu-tunggu oleh para ibu hamil, sebuah
waktu yang menyenangkan namun di sisi lain merupakan hal yang paling
mendebarkan. Persalinan terasa akan menyenangkan karena si kecil yang selama
sembilan bulan bersembunyi di dalam perut anda akan muncul terlahir ke dunia. Di
sisi lain persalinan juga menjadi mendebarkan khususnya bagi calon ibu baru, dimana
terbayang proses persalinan yang menyakitkan, mengeluarkan energi yang begitu
banyak, dan sebuah perjuangan yang cukup melelahkan. Ada baiknya para calon ibu
mengetahui proses atau tahapan persalinan seperti apa, sehingga para calon ibu dapat
mempersiapkan segala halnya guna menghadapi proses persalinan ini.

2. Sebab terjadinya Persalinan


a. Penurunan fungsi plasenta : kadar progesteron dan estrogen menurun mendadak,
nutrisi janin dari plasenta berkurang. (pada diagram, dari Lancet, kok estrogen
meningkat)
b. Tekanan pada ganglion servikale dari pleksus Frankenhauser, menjadi stimulasi
(pacemaker) bagi kontraksi otot polos uterus.
c. Iskemia otot-otot uterus karena pengaruh hormonal dan beban, semakin
merangsang terjadinya kontraksi.
d. Peningkatan beban / stress pada maternal maupun fetal dan peningkatan estrogen
mengakibatkan peningkatan aktifitas kortison, prostaglandin, oksitosin, menjadi
pencetus rangsangan untuk proses persalinan

3. Proses Persalinan
a. Tahap Pembukaan / In partu ( kala I )
In partu (partus mulai) ditandai dengan lendir bercampur darah, karena serviks mulai
membuka dan mendatar. Darah berasal dari pecahnya pembuluh darah kapiler sekitar
karnalis servikalis karena pergeseran ketika serviks mendatar dan terbuka. Pada kala
ini terbagi atas dua fase yaitu: Fase Laten: dimana pembukaan serviks berlangsung
lambat, sampai pembukaan 3 cm Fase aktif: yang terbagi atas 3 subfase yaitu
akselerasi, steady dan deselerasi Kala I adalah tahap terlama, berlangsung 12-14 jam
untuk kehamilan pertama dan 6-10 jam untuk kehamilan berikutnya. Pada tahap ini
mulut rahim akan menjadi tipis dan terbuka karena adanya kontraksi rahim secara
berkala untuk mendorong bayi ke jalan lahir. Pada setiap kontraksi rahim, bayi akan
semakin terdorong ke bawah sehingga menyebabkan pembukaan jalan lahir. Kala I
persalinan di sebut lengkap ketika pembukaan jalan lahir menjadi 10 cm, yang berarti
pembukaan sempurna dan bayi siap keluar dari rahim. Masa transisi ini menjadi masa
yang paling sangat sulit bagi ibu. Menjelang berakhirnya kala I, pembukaan jalan
lahir sudah hampir sempurna. Kontraksi yang terjadi akan semakin sering dan
semakin kuat. Anda mungkin mengalami rasa sakit yang hebat, kebanyakan wanita
yang pernah mengalami masa inilah yang merasakan masa yang paling berat. Anda
akan merasakan datangnya rasa mulas yang sangat hebat dan terasa seperti ada
tekanan yang sangat besar ke arah bawah, seperti ingin buang air besar.
Menjelang akhir kala pertama, kontraksi semakin sering dan kuat, dan bila
pembukaan jalan lahir sudah 10 cm berarti bayi siap dilahirkan dan proses persalinan
memasuki kala II.

Peristiwa penting pada persalinan kala 1


1. keluar lendir / darah (bloody show) akibat terlepasnya sumbat mukus (mucous
plug) yang selama kehamilan menumpuk di kanalis servikalis, akibat terbukanya
vaskular kapiler serviks, dan akibat pergeseran antara selaput ketuban dengan dinding
dalam uterus.
2. ostium uteri internum dan eksternum terbuka sehingga serviks menipis dan
mendatar.
3. selaput ketuban pecah spontan (beberapa kepustakaan menyebutkan ketuban pecah
dini jika terjadi pengeluaran cairan ketuban sebelum pembukaan 5 cm).
Pematangan dan pembukaan serviks (cervical effacement) pada primigravida berbeda
dengan pada multipara :
1. Pada primigravida terjadi penipisan serviks lebih dahulu sebelum terjadi
pembukaan – pada multipara serviks telah lunak akibat persalinan sebelumnya,
sehingga langsung terjadi proses penipisan dan pembukaan
2. Pada primigravida, ostium internum membuka lebih dulu daripada ostium
eksternum (inspekulo ostium tampak berbentuk seperti lingkaran kecil di tengah) –
pada multipara, ostium internum dan eksternum membuka bersamaan (inspekulo
ostium tampak berbentuk seperti garis lebar)
3. Periode kala 1 pada primigravida lebih lama (+ 20 jam) dibandingkan multipara
(+14 jam) karena pematangan dan pelunakan serviks pada fase laten pasien
primigravida memerlukan waktu lebih lama.

b. Tahap Pengeluaran Bayi ( Kala II )


Pada kala pengeluaran janin, rasa mulas terkordinir, kuat, cepat dan lebih lama, kira-
kira 2-3 menit sekali. Kepala janin turun masuk ruang panggul sehingga terjadilah
tekanan pada otot-otot dasar panggul yang secara reflektoris menimbulkan rasa
mengedan. Anda merasa seperti mau buang air besar, dengan tanda anus terbuka.
Pada waku mengedan, kepala janin mulai kelihatan, vulva (bagian luar vagina)
membuka dan perineum (daerah antara anus-vagina) meregang. Dengan mengedan
terpimpin, akan lahirlah kepala diikuti oleh seluruh badan janin. Ibu akan merasakan
tekanan yang kuat di daerah perineum. Daerah perineum bersifa elastis, tapi bila
dokter/bidan memperkirakan perlu dilakukan pengguntingan di daerah perineum
(episiotomi), maka tindakan ini akan dilakukan dengan tujuan mencegah perobekan
paksa daerah perineum akibat tekanan bayi dan Tak ada posisi melahirkan yang
paling baik. Posisi yang dirasakan paling nyaman oleh si ibu adalah hal yang terbaik.
Namun umumnya, ketika melahirkan dokter akan meminta ibu untuk berbaring atau
setengah duduk. Namun pada saat proses melahirkan berlangsung, tidak menutup
kemungkinan dokter akan meminta ibu mengubah posisi agar persalinan berjalan
lancar. Misalnya, pada awal persalinan ibu diminta berbaring, namun karena proses
kelahiran berjalan lamban maka dokter menganjurkan agar ibu mengubah posisinya
menjadi miring.
c. Tahap Pengeluaran Plasenta ( Kala III )
Tahap ini dimulai pada saat bayi telah lahir lengkap. berakhir dengan lahirnya
plasenta. Kelahiran plasenta : lepasnya plasenta dari insersi pada dinding uterus, serta
pengeluaran plasenta dari kavum uteri. Lepasnya plasenta dari insersinya : mungkin
dari sentral (Schultze) ditandai dengan perdarahan baru, atau dari tepi / marginal
(Matthews-Duncan) jika tidak disertai perdarahan, atau mungkin juga serempak
sentral dan marginal. Pelepasan plasenta terjadi karena perlekatan plasenta di dinding
uterus adalah bersifat adhesi, sehingga pada saat kontraksi mudah lepas dan berdarah.
Pada keadaan normal, kontraksi uterus bertambah keras, fundus setinggi sekitar / di
atas pusat. Plasenta lepas spontan 5-15 menit setelah bayi lahir. (jika lepasnya
plasenta terjadi sebelum bayi lahir, disebut solusio/abruptio placentae – keadaan
gawat darurat obstetrik !!).
d. Tahap Observasi proses persalinan ( Kala IV )
Tahap ini dilakukan Sampai dengan 1 jam setelah postpartum, serta harus dilakukan
observasi. Dan ada 7 hal pokok penting yang harus diperhatikan pada kala 4 ini yaitu:
1) kontraksi uterus harus baik
2) tidak ada perdarahan pervaginam atau dari alat genital lain,
3) plasenta dan selaput ketuban harus sudah lahir lengkap,
4) kandung kencing harus kosong,
5) luka-luka di perineum harus dirawat dan tidak ada hematoma,
6) resume keadaan umum bayi, dan resume keadaan umum ibu.

3. Posisi – Posisi dalam proses persalinan


a. Duduk atau setengah duduk ( Litotomi ), seringkali merupakan posisi yang paling
nyaman, di samping memudahkan penolong persalinan dalam memimpin persalinan
pada saat keluarnya kepala bayi, dan dalam mengamati perineum
b. Menungging atau posisi merangkak, baik dilakukan bila ibu merasakan kepala bayi
tertahan di punggungnya. Posisi ini juga bermanfaat pada bayi yang sulit berputar
c. Jongkok atau berdiri, posisi ini membantu turunnya kepala bila persalinan
berlangsung lambat atau bila ibu tidak mampu mengejan
d. Berbaring pada sisi kiri tubuh, posisi ini nyaman dan mampu mencegah ibu
mengejan ketika pembukaan belum lengkap
Posisi yang tidak baik bagi ibu adalah berbaring lurus terlentang. Hal ini dapat
menimbulkan penekanan pada pembuluh darah yang membawa darah untuk janin dan
ibu, sehingga mereka akan memperoleh aliran darah dan oksigen yang lebih sedikit.
Selain itu pada posisi ini ibu akan mengalam kesulitan dalam mengejan.
SEJARAH PERKEMBANGAN PELAYANAN DAN PENDIDIKAN BIDAN
(DALAM DAN LUAR NEGERI)

A. Profil Perkembangan Pelayanan dan Pendidikan Bidan dalam Negeri

1. Perkembangan Pelayanan Kebidanan di Indonesia.


Pelayanan kebidanan adalah seluruh tugas yang menjadi tanggung jawab profesi
bidan dalam sistem pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan
kesehatan kaum perempuan khususnya ibu dan anak-anak. Layanan kebidanan yang
tepat akan meningkatan keamanan dan kesejahteraan ibu dan bayinya. Layanan
kebidanan/oleh bidan dapat dibedakan meliputi:
a. Layanan kebidanan primer yaitu layanan yang diberikan sepenuhnya atas
tanggung jawab bidan
b. Layanan kolaborasi yaitu layanan yang dilakukan oleh bidan sebagai anggota tim
secara bersama-sama dengan profesi lain dalam rangka pemberian pelayanan
kesehatan.
c. Layanan kebidanan rujukan yaitu merupakan pengalihan tanggung jawab layanan
oleh bidan kepada sistem layanan yang lebih tinggi atau yang lebih kompeten
ataupun pengambil alihan tanggung jawab layanan/menerima rujukan dari
penolong persalinan lainnya seperti rujukan. Pada zaman pemerintahan Hindia
Belanda, angka kematian ibu dan anak sangat tinggi. Tenaga penolong persalinan
adalah dukun. Pada tahun 1807 (zaman Gubernur Jenderal Hendrik William
Deandels) para dukun dilatih dalam pertolongan persalinan, tetapi keadaan ini
tidak tidak berlangsung lama karena tidak adanya pelatih kebidanan. Adapun
pelayanan kebidanan hanya diperuntukkan bagi orang-orang Belanda yang ada di
Indonesia. Tahun 1849 di buka pendidikan Dokter Jawa di Batavia (Di Rumah
Sakit Militer Belanda sekarang RSPAD Gatot Subroto). Saat itu ilmu kebidanan
belum merupakan pelajaran, baru tahun 1889 oleh Straat, Obstetrikus Austria dan
Masland, Ilmu kebidanan diberikan sukarela. Seiring dengan dibukanya
pendidikan dokter tersebut, pada tahun 1851, dibuka pendidikan bidan bagi
wanita pribumi di Batavia oleh seorang dokter militer Belanda (dr. W. Bosch).
Mulai saat itu pelayanan kesehatan ibu dan anak dilakukan oleh dukun dan bidan.
Pada tahun 1952 mulai diadakan pelatihan bidan secara formal agar dapat
meningkatkan kualitas pertolongan persalinan. Perubahan pengetahuan dan
keterampilan tentang pelayanan kesehatan ibu dan anak secara menyeluruh di
masyarakat dilakukan melalui kursus tambahan yang dikenal dengan istilah
Kursus Tambahan Bidan (KTB) pada tahun 1953 di Yogyakarta yang akhirnya
dilakukan pula dikota-kota besar lain di nusantara. Seiring dengan pelatihan
tersebut didirikanlah Balai Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA). Dari BKIA inilah
yang akhirnya menjadi suatu pelayanan terintegrasi kepada masyarakat yang
dinamakan Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) pada tahun 1957.
Puskesmas memberikan pelayanan berorientasi pada wilayah kerja. Bidan yang
bertugas di Puskesmas berfungsi dalam memberikan pelayanan kesehatan ibu dan
anak termasuk pelayanan keluarga berencana. Mulai tahun 1990 pelayanan
kebidanan diberikan secara merata dan dekat dengan masyarakat. Kebijakan ini
melalui Instruksi Presiden secara lisan pada Sidang Kabinet Tahun 1992 tentang
perlunya mendidik bidan untuk penempatan bidan di desa. Adapun tugas pokok
bidan di desa adalah sebagai pelaksana kesehatan KIA, khususnya dalam
pelayanan kesehatan ibu hamil, bersalin dan nifas serta pelayanan kesehatan bayi
baru lahir, termasuk. Pembinaan dukun bayi. Dalam melaksanakan tugas
pokoknya bidan di desa melaksanakan kunjungan rumah pada ibu dan anak yang
memerlukannya, mengadakan pembinaan pada Posyandu di wilayah kerjanya
serta mengembangkan Pondok Bersalin sesuai denga kebutuhan masyarakat
setempat. Hal tersebut di atas adalah pelayanan yang diberikan oleh bidan di desa.
Pelayanan yang diberikan berorientasi pada kesehatan masyarakat berbeda halnya
dengan bidan yang bekerja di rumah sakit, dimana pelayanan yang diberikan
berorientasi pada individu. Bidan di rumah sakit memberikan pelayanan poliklinik
antenatal, gangguan kesehatan reproduksi di poliklinik keluarga berencana, senam
hamil, pendidikan perinatal, kamar bersalin, kamar operasi kebidanan, ruang nifas
dan ruang perinatal. Titik tolak dari Konferensi Kependudukan Dunia di Kairo
pada tahun 1994 yang menekankan pada reproduktive health (kesehatan
reproduksi), memperluas area garapan pelayanan bidan. Area tersebut meliputi:
1. Safe Motherhood, termasuk bayi baru lahir dan perawatan abortus
2. Family Planning
3. Penyakit menular seksual termasuk infeksi saluran alat reproduksi
4. Kesehatan reproduksi pada remaja
5. Kesehatan reproduksi pada orang tua.
Bidan dalam melaksanakan peran, fungsi dan tugasnya didasarkan pada
kemampuan dan kewenangan yang diberikan. Kewenangan tersebut diatur
melalui Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes). Permenkes yang menyangkut
wewenang bidan selalu mengalami perubahan sesuai dengan kebutuhan dan
perkembangan masyarakat. Permenkes tersebut dimulai dari:
a. Permenkes No. 5380/IX/1963, wewenang bidan terbatas pada pertolongan
persalinan normal secara mandiri, didampingi tugas lain.
b. Permenkes No. 363/IX/1980, yang kemudian diubah menjadi Permenkes
623/1989 wewenang bidan dibagi menjadi dua yaitu wewenang umum dan
khusus ditetapkan bila bidan meklaksanakan tindakan khusus di bawah
pengawasan dokter. Pelaksanaan dari Permenkes ini, bidan dalam
melaksanakan praktek perorangan di bawah pengawasan dokter.
c. Permenkes No. 572/VI/1996, wewenang ini mengatur tentang registrasi dan
praktek bidan. Bidan dalam melaksanakan prakteknya diberi kewenangan
yang mandiri. Kewenangan tersebut disertai dengan kemampuan dalam
melaksanakan tindakan. Dalam wewenang tersebut mencakup:
• Pelayanan kebidanan yang meliputi pelayanan ibu dan anak.

• Pelayanan Keluarga Berencana

• Pelayanan Kesehatan Masyarakat


d. Kepmenkes No. 900/Menkes/SK/VII/2002 tentang registrasi dan praktek
bidan revisi dari Permenkes No. 572/VI/1996. Dalam melaksanakan tugasnya,
bidan melakukan kolaborasi, konsultasi dan merujuk sesuai dengan kondisi
pasien, kewenangan dan kemampuannya.Dalam keadaan darurat bidan juga
diberi wewenang pelayanan kebidanan yang ditujukan untuk penyelamatan
jiwa. Dalam aturan tersebut juga ditegaskan bahwa bidan dalam menjalankan
praktek harus sesuai dengan kewenangan, kemampuan, pendidikan,
pengalaman serta berdasarkan standar profesi. Pencapaian kemampuan bidan
sesuai dengan Kepmenkes No. 900/2002 tidaklah mudah, karena kewenangan
yang diberikan oleh Departemen Kesehatan ini mengandung tuntutan akan
kemampuan bidan sebagai tenaga profesional dan mandiri. Perawatan zaman
dahulu atau sekarang dilakukan oleh dukun pria atau dukun wanita, dukun
menjalankan perawatanya biasanya dirumah penderita atau di rawat di rumah
dukunnya sendiri. Cara-cara mengobati penderita itu sendiri antara lain:
1) Dengan membaca mantra-mantra memohon pertolongan kepada Tuhan
YME.
2) Dengan cara mengusir setan-setan yang mengganggu dengan menyajikan
kurban kurban di tempat itu, macamnya kurban ditentukan oleh dukun.
3) Melakukan massage/mengurut penderita.
4) Penderita harus melakukan pantangan atau diet yang oleh dukun itu pula.
5) Kadang-kadang dukun bertapa untuk mendapatkan ilham cara bagaimana
menyembuhkan penderita itu.
6) Memakai obat-obatan banyak dipakai dari tumbuh-tumbuhan yang segar
dari daun mudanya, batang, kembang akarnya.

Perawatan Kebidanan
1) Kehamilan Semua wanita hamil diadakan pemeriksaan kehamilan yang dilakukan
oleh dukun bayi dan dukun memberikan nasehat-nasehat seperti :
a) Melakukan pantangan :
• Pantangan makanan tertentu
• Pantangan terhadap pakaian
• Pantangan terhadap jangan pergi malam
• Pantangan jangan duduk di muka pintu
b) Kenduri.
Kenduri pertama kali dilakukan pada waktu hamil 3 bulan sebagai tanda
wanita itu hamil. Kenduri ke dua dilakukan pada waktu umur kehamilan 7
bulan.
2) Persalinan Biasanya persalinan dilakukan dengan duduk di atas tikar, di lantai
dukun yang menolong menunggu sampai persalinan selesai. Cara bekerja dengan
mengurut-ngurut perut ibu. Menekannya serta menarik anak apabila anak telah
kelihatan. Selama menolong dukun banyak membaca mantra-mantra. Setelah
anak lahir anak diciprati anak dengan air agar menangis. Tali pusat dipotong
dengan hinis atau bamboo kemudian tali pusatnya diberi kunyit sebagai
desinfektan.
3) Nifas Setelah bersalin ibu dimandikan oleh dukun selanjutnya ibu sudah harus
bisa merawat dirinya sendiri lalu ibu di berikan juga jamu untuk peredaran darah
dan untuk laktasi.
Pelayanan Kebidanan di Indonesia sejak dulu sampai sekarang tenaga yang
memegang peranan dalam pelayanan kebidanan ialah “ Dukun bayi “, ia merupakan
tenaga terpercaya dalam lingkungannya terutama dalam hal-hal yang berkaitan
dengan reproduksi, kehamilan , persalinan dan nifas.
Pada zaman pemerintahan Hindia Belanda, angka kematian ibu dan anak sangat
tinggi. Tenaga penolong persalinan adalah dukun. Pada tahun 1807 (zaman Gubernur
jenderal Hendrik William Deandels) para dukun dilatih dalam pertolongan persalinan,
tetapi keadaan ini tidak berlangsung lama karena tidak adanya pelatih kebidanan.
Praktek kebidanan modern masuk di Indonesia oleh dokter-dokter Belanda.
Pelayanan kesehatan termasuk pelayanan kebidanan hanya diperuntukkan bagi orang-
orang Belanda yang ada di Indonesia. Kemudian pada tahun 1849 dibuka pendidikan
Dokter Jawa di Batavia (Di RS Milliter Belanda, sekarang RSPAD Gatot Subroto).
Seiring dengan dibukanya pendidikan dokter tersebut, pada tahun 1851 di buka
pendidikan Bidan bagi wanita pribumi di Batavia oleh seorang Dokter milliter
Belanda (Dr. W. Bosch). Lulusan ini kemudian bekerja di Rumah Sakit juga di
masyarakat. Mulai saat itu pelayan kesehatan ibu dan anak dilakukan oleh dukun dan
Bidan. Kursus bidan yang pertama ini ditutup tahun 1873. Tahun 1879, dimulai
pendidikan bidan. Tahun 1950 , setelah kemerdekaan, jumlah paramedis kurang lebih
4000 orang dan dokter umum kurang lebih 475 orang dan dokter dalam bidang
obsgyn hanya 6 orang, pada tahun 1952, mulai diadakan pelatihan Bidan secara
formal agar dapat meningkatkan kualitas pertolonga persalinan. Kursus untuk dukun
masih berlangsung samapai dengan sekarang, yang memberikan kursus adalah Bidan.
Perubahan pengetahuan dan keteramilan tentang pelayanan kesehatan ibu dan anak
secara menyeluruh di masyarakat dilakukan melalui kursus tambahan yang dikenala
dengan istilah Kursus tambahan Bidan (KTB) pada tahun 1953 di Jogjakarta yang
akhirnya dilakukan pula di kota-kota besar lain di Nusantara ini. Seiring dengan
pelatihan tersebut didirikan balai kesehatan ibu dan anak (BKIA) dimana bidan
sebagi penanggung jawab pelayanan kepada masyarakat. Dari BKIA inilah akhirnya
mnejadi suatu pelayanan terintregrasi kepada masyarakat yang dinamakan pusat
Kesehatan Masyarakat atau Puskesmas pada tahun 1957. Kegiatan BKIA yang
dipimpin bidan adalah menyelenggarakan: 1. Pemeriksaan Antenatal 2. Pemeriksaan
Post natal 3. Pemeriksaan dan Pengawasan bayi dan anak balita 4. Kleuarga
Berencana 5. Penyuluhan Kesehatan Di BKIA ini diadakan juga pelatihan-pelatihan
para dukun bayi. Dengan meningkatnya pendidikan tenaga kesehatan maka, pada
tahun 1979 jumlah dokter obsgyn 286 orang dan bidan 16.888 orang di seluruh
Indonesia. Bidan yang bertugas di puskesmas berfungsi dalam memberikan pelayanan
kesehatan ibu dan anak termasuk pelayanan KB. Mulai tahun 1990 pelayan kebidanan
diberikan secara merata sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Kegiatan ini melalaui
instruksi presiden secara lisan pada tahun 1992 tentang perlunya mendidik bidan
untuk penempatan di desa. tugas pokoknya adalah pelaksanan pelayanan KIA
khususnya pelayanan ibu hamil, bersalin, dan nifas serta pelayana BBL. Bidan di
puskesmas orientasi lepada kesehatan masyarakat beda dengan bidan di RS yang
berorientasi pada individu.

2. Perkembangan Pendidikan Bidan di Indonesia


Perkembangan pendidikan bidan berhubungan dengan perkembangan pelayanan
kebidanan. Keduanya berjalan seiring untuk menjawab kebutuhan/tuntutan
masyarakat akan pelayanan kebidanan. Yang dimaksud dalam pendidikan ini adalah,
pendidikan formal dan non formal. Pendidikan bidan dimulai pada masa penjajahan
Hindia Belanda. Pada tahun 1851 seorang dokter militer Belanda (Dr. W. Bosch)
membuka pendidikan bidan bagi wanita pribumi di Batavia. Pendidikan ini tidak
berlangsung lama karena kurangnyah peserta didik yang disebabkan karena adanya
larangan ataupun pembatasan bagi wanita untuk keluaran rumah. Pada tahunan 1902
pendidikan bidan dibuka kembali bagi wanita pribumi di rumah sakit militer di
batavia dan pada tahun 1904 pendidikan bidan bagi wanita indo dibuka di Makasar.
Luluasan dari pendidikan ini harus bersedia untuk ditempatkan dimana saja tenaganya
dibutuhkan dan mau menolong masyarakat yang tidak/kurang mampu secara cuma-
cuma. Lulusan ini mendapat tunjangan dari pemerintah kurang lebih 15-25 Gulden
per bulan. Kemudian dinaikkan menjadi 40 Gulden per bulan (tahun 1922). Tahun
1911/1912 dimulai pendidikan tenaga keperawatan secara terencana di CBZ (RSUP)
Semarang dan Batavia. Calon yang diterima dari HIS (SD 7 tahun) dengan
pendidikan keperawatan 4 tahun dan pada awalnya hanya menerima peserta didik
pria. Pada tahun 1914 telah diterima juga peserta didik wanita pertama dan bagi
perawat wanita yang luluas dapat meneruskan kependidikan kebidanan selama dua
tahun. Untuk perawat pria dapat meneruskan ke pendidikan keperawatan lanjutan
selama dua tahun juga. Pada tahun 1935-1938 pemerintah Kolonial Belanda mulai
mendidik bidan lulusan Mulo (Setingkat SLTP bagian B) dan hampir bersamaan
dibuka sekolah bidan di beberapa kota besar antara lain Jakarta di RSB Budi
Kemuliaan, RSB Palang Dua dan RSB Mardi Waluyo di Semarang. DI tahun yang
sama dikeluarkan sebuah peraturan yang membedakan lulusan bidan berdasarkan
latar belakang pendidikan. Bidan dengan dasar pendidikannya Mulo dan pendidikan
Kebidanan selama tiga tahun tersebut Bidan Kelas Satu (Vreodrouweerste Klas) dan
bidan dari lulusan perawat (mantri) di sebut Bidan Kelas Dua (Vreodrouw tweede
klas). Perbedaan ini menyangkut ketentuan gaji pokok dan tunjangan bagi bidan.
Pada zaman penjajahan Jepang, pemerintah mendirikan sekolah perawat atau sekolah
bidan dengan nama dan dasar yang berbeda, namun memiliki persyaratan yang sama
dengan zaman penjajahan Belanda. Peserta didik kurang berminat memasuki sekolah
tersebut dan mereka mendaftar karena terpaksa, karena tidak ada pendidikan lain.
Pada tahun 1950-1953 dibuka sekolah bidan dari lulusan SMP dengan batasan usia
minimal 17 tahun dan lama pendidikan tiga tahun. Mengingat kebutuhan tenaga untuk
menolong persalinan cukup banyak, maka dibuka pendidikan pembantu bidan yang
disebut Penjenjang Kesehatan E atau Pembantu Bidan. Pendidikan ini dilanjutkan
sampai tahun 1976 dan xsetelah itu ditutup. Peserta didik PK/E adalah lulusan SMP
ditambah 2 tahun kebidanan dasar. Lulusan dari PK/E sebagian besar melanjutkan
pendidikan bidan selama dua tahun. Tahun 1953 dibuka Kursus Tambahan Bidan
(KTB) di Yogyakarta, lamanya kursus antara 7 sampai dengan 12 minggu. Pada tahun
1960 KTB dipindahkanke Jakarta. Tujuan dari KTB ini adalah untuk
memperkenalkan kepada lulusan bidan mengenai perkembangan program KIA dalam
pelayanan kesehatan masyarakat, sebelum lulusan memulai tugasnya sebagai bidan
terutama menjadi bidan di BKIA. Pada tahun 1967 KTB ditutup (discountinued).
Tahun 1954 dibuka pendidikan guru bidan secara bersama-sama dengan guru perawat
dan perawat kesehatan masyarakat di Bandung. Pada awalnya pendidikan ini
berlangsung satu tahun, kemudian menjadi dua tahun dan terakhir berkembang
menjadi tiga tahun. Pada awal tahun 1972 institusi pendidikan ini dilebur menjadi
Sekolah Guru Perawat (SGP). Pendidikan ini menerima calon dari lulusan sekolah
perawat dan sekolah bidan. Pada tahun 1970 dibuka program pendidikan bidan yang
menerima lulusan dari Sekolah Pengatur Rawat (SPR) ditambah dua tahun
pendidikan bidan yang disebut Sekolah Pendidikan Lanjutan Jurusan Kebidanan
(SPLJK). Pendidikan ini tidak dilaksanakan secara merata di seluruh provinsi. Pada
tahun 1974 mengingat jenis tenaga kesehatan menengah dan bawah sangat banyak
(24 kategori), Departemen Kesehatan melakukan penyederhanaan pendidikan tenaga
kesehatan non sarjana. Sekolah bidan ditutup dan dibuka Sekolah Perawat Kesehatan
(SPK) dengan tujuan adanya tenaga multi purpose di lapangan dimana salah satu
tugasnya adalah menolong persalinan normal. Namun karena adanya perbedaan
falsafah dan kurikulum terutama yang berkaitan dengan kemampuan seorang bidan,
maka tujuan pemerintah agar SPK dapat menolong persalinan tidak tercapai atau
terbukti tidak berhasil. Pada tahun 1975 sampai 1984 institusi pendidikan bidan
ditutup, sehingga selama 10 tahun tidak menghasilkan bidan. Namun organisasi
profesi bidan (IBI) tetap ada dan hidup secara wajar. Tahun 1981 untuk
meningkatkan kemampuan perawat kesehatan (SPK) dalam pelayanan kesehatan ibu
dan anak termasuk kebidanan, dibuka pendidikan Diploma I Kesehatan Ibu dan Anak.
Pendidikan ini hanya berlangsung satu tahun dan tidak dilakukan oleh semua institusi.
Pada tahun 1985 dibuka lagi program pendidikan bidan yang disebut (PPB) yang
menerima lulusan SPR dan SPK. Lama pendidikan satu tahun dan lulusannya
dikembalikan kepada institusi yang mengirim. Tahun 1989 dibuka crash program
pendidikan bidan secara nasional yang memperbolehkan lulusan SPK untuk langsung
masuk program pendidikan bidan. Program ini dikenal sebagai Program Pendidikan
Bidan A (PPB/A). Lama pendidikan satu tahun dan lulusannya ditempatkan di desa-
desa. Untuk itu pemerintah menempatkan seorang bidan di tiap desa sebagai pegawai
negeri sipil (PNS Golongan II). Mulai tahun 1996 status bidan di desa sebagai
pegawai tidak tetap (Bidan PTT) dengan kontrak selama tiga tahun dengan
pemerintah, yang kemudian dapat diperpanjang 2 x 3 tahun lagi. Penempatan BDD
ini menyebabkan orientasi sebagai-baiknya tidak hanya kemampuan klinik, sebagai
bidan tapi juga kemampuan untuk berkomunikasi, konseling dan kemampuan untuk
menggerakkan masyarakat desa dalam meningkatkan taraf kesehatan ibu dan anak.
Program Pendidikan Bidan (A) diselenggarakan dengan peserta didik cukup besar.
Diharapkan pada tahun 1996 sebagian besar desa sudah memiliki minimal seorang
bidan. Lulusan pendidikan ini kenyataannya juga tidak memiliki pengetahuan dan
keterampilan seperti yang diharapkan sebagai seorang bidan profesional, karena lama
pendidikan yang terlalu singkat dan jumlah peserta didik terlalu besar dalam kurun
waktu satu tahun akademik, sehingga kesempatan peserta didik untuk praktek klinik
kebidanan sangat kurang, sehingga tingkat kemampuan yang dimiliki sebagai seorang
bidan juga kurang. Pada tahun 1993 dibuka Program Pendidikan Bidan Program B
yang peserta didiknya dari lulusan Akademi Perawat (Akper) dengan lama
pendidikan satu tahun. Tujuan program ini adalah untuk mempersiapkan tenaga
pengajar pada Program Pendidikan Bidan. Berdasarkan hasil penelitian terhadap
kemampuan klinik kebidanan dari lulusan ini tidak menunjukkan kompetensi yang
diharapkan karena lama pendidikan yang terlalu singkat yaitu hanya setahun.
Pendidikan ini hanya berlangsung selama dua angkatan (1995 dan 1996) kemudian
ditutup. Pada tahun 1993 juga dibuka pendidikan bidan Program C (PPB C), yang
menerima masukan dari lulusan SMP. Pendidikan ini dilakukan di 11 Propinsi yaitu :
Aceh, Bengkulu, Lampung dan Riau (Wilayah Sumatera), Kalimantan Barat,
Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan. Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur,
Maluku dan Irian Jaya. Pendidikan ini memerlukan kurikulum 3700 jam dan dapat
diselesaikan dalam waktu enam semster. Selain program pendidikan bidan di atas,
sejak tahun 1994-1995 pemerintah juga menyelenggarakan uji coba Pendidikan Bidan
Jarak Jauh (Distance learning) di tiga propinsi yaituJawa Barat, Jawa Tengah dan
Jawa Timur. Kebijakan ini dilaksanakan untuk memperluas cakupan upaya
peningkatan mutu tenaga kesehatan yang sangat diperlukan dalam pelaksanaan
peningkatan mutu pelayanan kesehatan. Pengaturan penyelenggaraan ini telah diatur
dalam SK Menkes No. 1247/Menkes/SK/XII/1994 Diklat Jarak Jauh Bidan (DJJ)
adalah DJJ Kesehatan yang ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan
keterampilan bidan agar mampu melaksanakan tugasnya dan diharapkan berdampak
pada penurunan AKI dan AKI. DJJ Bidan dilaksanakan dengan menggunakan modul
sebanyak 22 buah. Pendidikan ini dikoordinasikan oleh Pusdiklat Depkes dan
dilaksanakan oleh Bapelkes di Propinsi. DJJ Tahap I (1995-1996) dilaksanakan di 15
Propinsi, pada tahap II (1996-1997) dilaksanakan di 16 propinsi dan pada tahap III
(1997-1998) dilaksanakan di 26 propinsi. Secara kumulatif pada tahap I-III telah
diikuti oleh 6.306 orang bidan dan sejumlah 3.439 (55%) dinyatakan lulus. Pada
tahap IV (1998-1999) DJJ dilaksanakan di 26 propinsi dengan jumlah tiap
propinsinya adalah 60 orang, kecuali Propinsi Maluku, Irian Jaya dan Sulawesi
Tengah masing-masing hanya 40 orang dan Propinsi Jambi 50 orang. Dari 1490
peserta belum diketahui berapa jumlah yang lulus karena laporan belum masuk.
Selain pelatihan DJJ tersebut pada tahun 1994 juga dilaksanakan pelatihan pelayanan
kegawat daruratan maternal dan neonatal (LSS = Life Saving Skill) dengan materi
pembelajaran berbentuk 10 modul. Sedang pelaksanaannya adalah Rumah sakit
provinsi/kabupaten. Penyelenggara ini dinilai tidak efektif ditinjau dari proses. Pada
tahun 1996, IBI bekerja sama dengan Departemen Kesehatan dan American Collage
of Nurse Midwive (ANCM) dan rumah sakit swasta mengadakan Training of Trainer
kepada anggota IBI sebanyak 8 orang untuk LSS, yang kemudian menjadi tim pelatih
LSS inti di PPIBI. Tim pelatih LSS ini mengadakan TOT dan pelatihan baik untuk
bidan di desa maupun bidan praktek swasta. Pelatihan praktek dilaksanakan di 14
propinsi dan selanjutnya melatih bidan praktek swasta secara swadaya, begitu juga
guru/dosen dari D3 Kebidanan. 1995-1998, IBI bekerja sama langsung dengan
Mother Care melakukan pelatihan dan peer review bagi bidan rumah sakit, bidan
Puskesmas dan bidan di desa di Propinsi Kalimantan Selatan. Pada tahun 2000 telah
ada tim pelatih Asuhan Persalinan Normal (APN) yang dikoordinasikan oleh
Maternal Neonatal health (MNH) yang sampai saat ini telah melatih APN di beberapa
propinsi/kabupaten. Pelatihan LSS dan APN tidak hanya untuk pelatihan pelayanan
tetapi juga guru, dosen-dosen dari Akademi Kebidanan. Selain melalui pendidikan
formal dan pelatihan, utnuk meningkatkan kualitas pelayanan juga diadakan seminar
dan Lokakarya organisasi. Lokakarya organisasi dengan materi pengembangan
organisasi (Organization Development = OD) dilaksanakan setiap tahun sebanyak
dau kali mulai tahun 1996 sampai 2000 dengan biaya dari UNICEP.

B. Sejarah Perkembangan Pelayanan dan Pendidikan Bidan di Luar Negeri

1. Perkembangan Pelayanan Kebidanan di Luar Negeri


a. Sebelum abad 20 (1700-1900)
William Smellie dari Scotlandia (1677-1673) mengembangkan forceps dengan
kurva pelvik seperti kurva shepalik. Dia memperkenalkan cara pengukur
konjungata diagonalis dalam pelvi metri. Menggambarkan metodnya tentang
persalinan lahirnya kepala pada presentasi bokong dan penganangan resusitasi
bayi aspiksi dengan pemompaan paru-paru melalui sebuah metal kateler. Ignoz
Phillip semmelweis, seorang dokter dari Hungaria (1818-1865). Pengenalan
Semmelweiss tentang cuci tangan yang bersih mengacu pada pengendalian sepsis
puerperium. James Young simpson dair Edenburgh, scotlandia (1811-1870)
memperkenalkan dan menggunakan arastesi umum, tahun 1807, Ergot sejenis
cendawan yang tumbuh pada sejenis gandung hitam, diketahui efektif dalam
mengatasi pendarahan postpartum. Hal ini merupakan permulaan pengguguran.
Tahun 1824 Jamess Blundell dari Inggris yang menjadi orang pertama yang
berhasil menangani perdarahan postpartum dengan menggunakan transfusi darah.
Jean lubumean dari Perancis (orang kepercayaan Rene Laenec, penemu Stetoskop
pada tahun 1819) pertama kali mendengar bunyi jantung janin dengan stetoskop
pada tahun 1819) pertama kali mendengar bunyi jantung janin dengan stetoskop
pada tahun 1920. Jhon Charles Weaven dari Inggris (1811-1859) adalah. Pada
tahun 1843, pertama yang yang melakukan test urine pada wanita hamil untuk
pemeriksaan dan menghubungkan kehadirannya dengan eklamsia. Adolf Pinard
dari Prancis (1844-1934) pada tahun 1878, mengumumkan kerjanya pada palpasi
abdominal Carl Crede dari Jerman (1819-1892) menggambarkan metodanya
stimulasi urine yang lembut dan lentur untuk mengeluarkan placenta Juduig Badl,
dokter obstetri dari Jerman (1842-1992), pada tahun 1875, menggambarkan
lingkaran retraksi yang pasti muncul pada pertemuan segment atas rahim dan
segmen bawah rahim dalam persalinan macet/sulit. Daunce dari Bordeauz. Pada
tahun 1857, memperkenalkan pengguran inkubator dalam perawatan bayi
prematur.
b. Abad 20
Postnatal care sejak munculnya hospitalisasi untuk persalinan telah berubah dari
perpanjangan masa rawatan sampai 10 hari, ke trend “Modern” ambulasi diri.
Yang pada kenyataanya, suatu pengembalian pada “cara yang lebih alami”.
Selama beberapa tahun, pemisahan ibu dan bayi merupakan praktek yang dapat
diterima di banyak rumah sakit, dan alat menyusui bayi buatan menjadi dapat
diterima, dan bahkan oleh norma! Bagaimanapun, alami sekali lagi
“membuktikan dirinya “rooing- in” dipraktekan dan menyusui dipromosikan
menyusui disemua rumah sakit yang sudah mendapat penerangan. Perkembangan
teknologi yang cepat telah monitoring anthepartum dan intrapartum yang tepat
menjadi mungkin dengan pengguraan ultrasonografi dan cardiotocografi, dan
telah merubah prognosis bagi bayi prematur secara dramatis ketika dirawat di
neonatal intersive acara urits, hal ini juga memungkinkan perkembangan yang
menakjubkan. 2. Pelayanan dan Pendidikan di Beberapa Negara
Pelayanan Bidan di Afrika Selatan Perusakan Hindia Belanda timur yang
membentuk tempat makanan dan minuman di semenanjung. Mempunyai
prakiran-prakiraan yang menyakir praktek para bidan yang dapat diterpkan di
semenannjung tersebut. Tapi mereka tidak menunjuk bidan pemerintah atau
bidany ang sudah diangkat sumpah selama beberapa tahun peraturan-peraturan
tersebut menetapkan bahwa para bidan harus diuji dan dan diberi lisensi/izin, dan
mereka harus memanggil pertolongan medis bila ada indikasi. Saat penempatan
dipeluas, wanita di desa khususnya harus ditolong oleh wanita yang lebih tua
belum dilathi dari masyarakat. Bidan pemerintah memperoleh penghargaan yang
tinggi salah satu dari mereka. Alkta Kaisters, ditunjuk pada tahun 1687 sebagai
kepala keperawatan di rumah sakit persahaan, dan menjadi bidan pertama yang
melaksanakan tugas-tugas perawatan umum sebagaimana tugas-tugas kebidanan.
Pelayanan kebidanan pertama diberikan sekaligus oleh pagawi pemerintah dan
bidan swasta dilebih banyak wilayah berkembang, sementara masyarakat
pedesaan dilayani oleh wanita penuh baya yang belum terlatih dengan
pengalaman kebidanan “outansi” yang seringkali melaksanakan perawatan umum
dan bahkan pelayanan untuk hewan peliharaan juga dalam beberapa hal/keadaan.
Situasi itu masih berlaku. Terlihat dimana terdapat sedikit perkembangan dalam
pelayanan dan pelatihan kebidanan sampai awal abad ke 19 dibawah
pemerintahan Batavia yang mengambil alih semenanjung dari perusahan Hindia-
Belanda timur yang bubar, seorang dokter bedah bernama Dr Leishing mereka
mendasikan dimana telah didirikan sebuah sekolah kebidanan ini untuk
mengganikan sistem Madang perusahaan dan terjadi sebelum pendudukan British
kedua di semenanjung tersebut. Komite Medis tertinggi meninjau kembali lisensi
dokter, bidan dan apoteker dan menemukan bahwa enam bidan yang sudah
mempunyai lisensi tidak memenuhi kriteria mereka. Ide pendirian sekolah
kebidanan baru terlaksana pada tahun 1808, saat seirang dokter bedah dari
pemerintah batavia terdahulu. Dr Johann Hunrich frederich carel leopold wehr,
mengajukan permohonan oada guberbur semenanjung untuk mendirikan sekolah
seperti itu. Dr Wehr sangat tertarik pada kebidanan, dan dia mengungkapkan
perhatian yang besar pada kurangnya bidan yang berkualitas bagi Cape town dan
daerah-daerahnya, dan standart asuhan kebidanan yang jelek yang di berikan oleh
orang-orang yang tidak mempunyai lisensi/izin. Dia ditunjuk sebagai Accoucher
kolonial dengan wewenang untuk melatih sejumlah besar bidan untuk melayani
masyarakat. Dia akan membantu para bidan yang bekerja diantara orang miskin,
tanpa bayarannya, tapi dia meminta gaji yang sesuai untuk mengimbangi
pelayanannya di sana. Gubernur Earl of caledon menyetujuai pendirian sekolah
tersebut pada tanggal 1 November 1810, dan Dr Wehr ditunjuk sebagai instruktur
kolonial kebidanan. Dengan demikian, lahirlah sekolah profesional pertama dari
jurusannya di Afrika selatan, dan pelatihan para bidan di mulai pada tahun 1811.
Tujuh kandidat yang menyelesaikan pelatihan tersbeut dan terkualifikasi pada
tahun 1813 merupakan profesional pertama yang terlatih dan terkualifikasi di
Afrika Selatan. Kode etik yang diikrarkan dipegang teguh saat mereka melakukan
“Sumpah Jabatan” yang mencakup banyak elemen yang terwujud dalam kode
etik/sikap saat ini. Kode ini meliputi persyaratan untuk ; prilaku
pribadi/perorangan, hubungan dengan bidan yang lain, dengan dokter dan utusan
agama, rahasia profesi, dan meminta bantuan medis jira diperlukan. Dua awal
penting dalam sejarah kebidanan di Afrika Selatan terjkadi selama periode ini.
Kiira-kira pada tahun 1809. Seorang utusan medis dari Misionary Society
London, Dr. Van der kemp, menulis sebuah buku saku tentang kebidanan bagi
pembantunya. Tampaknya ini merupakan buku kebidanan pertama yang ditulis di
Afrika Selatan. Pada tahun 1816, operasi seksio caesarea pertama dilakukan pada
isteri Mr. Thomas Munnik oleh Dr. James Barry. Anak tersebut diberi nama
James Barry Munnik. Permulaan dan Pelatihan Modern Saudari Henrietha
Stockdale. Tahap penting berikutnya dalam perkembangan pelatihan kebidanan
digembor-gemborkan oleh kedatangan saudari Henrichtta stockdate di Afrika
selatan, yang pada tahun 1867 dikirim oleh komunitasnya ke rumah sakit
Carnarvon di Kimberly. Disini Dr James Prince, seorang dokter kanada,
memutuskan untuk menyusun pelayanan kebidanan daerah dengan bantuan bidan
Ella Ruth terdaftar sebagai perawat umum pada tahun 1919 dan sebagai seorang
bidan pada tahun 1920, sehingga menjadi wanita kulit berwarna pertama yang
memiliki kualifikasi ganda. Pelatihan kebidanan bagi orang kulit hitam dimulai
sesudahnya, dan pada tahun 1927. dirumah sakit Mc card zulu di Duban, Beatrice
Msimang menjadi wanita kulit hitam pertama yang menjadi perawat dan bidan
yang terdaftar. Perkembangan-perkembangan pada tahun 20. Usia yang diizinkan
masuk. Sebulum ada peraturan-peraturan dewan Medis Afrika Selatan, tidak ada
penentuan batas usia. Beberapa sekolah menetapkan bahwa para siswa harus
berusia 24-50 tahun, sekolah yang lain menetapkan 21-45 tahun. Semua sekolah
mewajibkan orang yang sudah dewasa. Kebidanan bulan merupakan profesi yang
diinginkan bagi gadis-gadis yang belum menikah. Kemudian, iswa perawat dan
siswa bidan tidak diizinkan untuk menikah dan siapapun yang memnutuskan
untuk menikah harus berhenti dari pelatihan. Pada tahun 1960-an, peraturan-
peraturan tersebut diperlonggar, dan wanita yang sudah menikah diizinkan untuk
melanjutkan pelatiha tahun 1923, sertifikat standar enam telah dapat diterima,
kemudian muncul standart tujuh pada tahun 1929, kemudian standart delapan
pada tahun 1949 dan pada tahun 1960, standart sepuluh merupakan standart
pendidikan minimal yang diwajibkan. keperawatan dan kebidanan. Pendidikan
bidan di Afrika Selatan Pada tahun 1923, sertifikat standar enam telah dapat
diterima, kemudian muncul standart tujuh pada tahun 1929, kemudian standart
delapan pada tahun 1949 dan pada tahun 1960, standart sepuluh merupakan
standart pendidikan minimal yang diwajibkan. Silabus dan lamanya pelatihan.
Pelatihan kebidanan ditetapkan oleh empat Dewan Medis (Neogara bagain Cape,
natal, transual dan orange free) setelah dimulai di Cape pada tahun 1892, dan
siswa harus menolong minimal 12 persalinan dan merawat 12 wanita pada masa
puerperium. Pelatihan dilakukan dilapangan dan diruang perawatan rumah sakit
kalau tersedia/ada. Sebagian besar pusat pelatihan merasa bahwa masa pelatihan
terlalu pendek, dan pada tahun 1917, Asosiasi Perawat terlatih Afrika Selatan juga
mengungkapkan ketidakpuasannya dengan kurangnya fasilitas. Sekolah pelatihan
terlalu sedikit, dan kurangnya bed yang tersedia bagi pasien kebidanan. Asosiasi
ini merekomendasikan : ketentuan rumah sakit kebidanan yang disubsidi oleh
pemerintah yang lebih banyak untuk digunakan sebagai sekolah pelatihan; dimana
pelatihan harus diperpenjang sampai minimal selama 6 bulan; dan dimana
ketentuan tersebut harus meliputi pelatihan teorituis dan praktek di lapangan dan
di ruang perawatan. Pada tahun 1919, sekolah perawatan kebidanan didirikan di
bekas rumah Pal Kruger, dimana masa pelatihan 12 bulan jika siswanya belum
menjadi perawat yang terdaftar. Dewan perawatan Afrika Selatan mengambil
kembali pelatihan kebidanan pada tahun 1945, dan pada tahun 1949, masa
pengajaran lebih lanjut meningkat menjadi 18 bulan bagi perawat yang belum
terdaftar, dan 9 bulan bagi perawat uang sudah terdaftar. Pada tahun 1960, masa
tersebut menjadi 24 bulan dan 12 bulan berturut-turut. Diwajibkan menolong
persalinan sebanyak 30 persalinan dan 30 asuhan postnatal. Perawat yang belum
terdaftar mengikuti ujian awal umum dengan siswa keperawatan umum. Sekarang
ini, dan kadang-kadang secara kontroversi, pengajaran kebidanan termasuk dalam
pengajaran selama 4 tahun, yang menuntun pada registrasi bagi seorang perawat
(umum, psikiatrik dan komunitas) dan sebagai seorang bidan. Pada tahun 1977,
laki-laki diizinkan mengikuti pengajaran kebidanan untuk pertama kalinya di
Afrika Selatan. Bidan yang sudah terdaftar juga bisa melanjutkan ke Diploma
dalam kebidanan dan /atau ke ilmu perawatan neonatal intensive, Pelatihan ADM
diadakan di Rumah Sakit Mowbray pada tahun 1976, dan peraturan-p-eraturan
bagi pelatihan diumumkan oleh Dewan perawatan Afrika Selatan pada bulan
Agustus 1979. Kebidanan sebagai jurusan Kuliah di tingkat Universitas dapat
diperolehnpada tingkat Doktor.

Pelayanan Bidan di Amerika

Di Amerika, para bidan berperan seperti dokter, berpengalaman tanpa


pendidikan yang spesifik, standart-standart, atau peraturan-peraturan sampai pada
awal abad ke 20. Kebidanan, sementara itu dianggap menjadi tidak diakui dalam
sebagian besar yuridiksi (hukum-hukum) dengan istiklah “nenek tua” kebidanan
akhirnya padam, profesi bidan hampir mati. Sekitar tahun 1700, para ahli sejarah
memprediksikan bahwa angka kematian ibu di AS sebanyak 95%. Salah satu alasan
kenapa dokter banyak terlibat dalam persalinan adalah untuk menghilangkan praktek
sihir yang mash ada pada saat itu. Dokter memegang kendali dan banyak memberikan
obat-obatan tetapi tidak mengindahkan aspek spiritual. Sehingga wanita yang
menjalani persalinan selalu dihinggapi perasaan takut terhadap kematian. Walaupun
statistik terperinci tidak menunjukkan bahwa pasien-pasien bidan mungkin tidak
sebanyak dari pada pasien dokter untuk kematian demam nifas atau infeksi
puerperalis, sebagian besar penting karena kesakitan maternal dan kematian saat itu.
Tahun 1765 pendidikan formal untuk bidan mulai dibuka pada akhir abad ke 18
banyak kalangan medis yang berpendapat bahwa secara emosi dan intelektual wanita
tidak dapat belajar dan menerapkan metode obstetric. Pendapat ini digunakan untuk
menjatuhkan profesi bidan, sehingga bidan tidak mempunyai pendukung, uang tidak
terorganisir dan tidak dianggap profesional. Pada pertengahan abad antara tahun
1770 dan 1820, para wanita golongan atas di kota-kota di Amerika, mulai meminta
bantuan “para bidan pria” atau para dokter. Sejak awal 1990 setengah persalinan di
AS ditangani oleh dokter, bidan hanya menangani persalinan wanita yang tidak
mampu membayar dokter. Dengan berubahnya kondisi kehidupan di kora, persepsi-
persepsi bartu para wanita dan kemajuan dalam ilmu kedokteran, kelahiran menjadi
semakin meningkat dipandang sebagai satu masalah medis sehingga di kelola oleh
dokter.
Tahun 1915 dokter Joseph de lee mengatakan bahwa kelahiran bayi adalah
proses patologis dan bidan tidak mempunyai peran di dalamnya, dan diberlakukannya
protap pertolongan persalinan di AS yaitu : memberikan sedatif pada awal inpartu,
membiarkan serviks berdilatasi memberikan ether pada kala dua, melakukan
episiotomi, melahirkan bayi dengan forcep elstraksi plasenta, memberikan uteronika
serta menjahit episiotomi. Akibat protap tersebut kematian ibu mencapai angka 600-
700 kematian per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1900-1930, dan sebanyak 30-
50% wanita melahirkan di rumah sakit. Dokter Grantly Dicke meluncurkan buku
tentang persalinan alamiah. Hal ini membuat para spesialis obstetric berusaha
meningkatkan peran tenaga diluar medis, termasuk bidan. Pada waktu yang sama
karena pelatihan para medis yang terbatas bagi para pria, para wanita kehilangan
posisinya sebagai pembantu pada persalinan, dan suatu peristiwa yang dilaksanakan
secara tradisional oleh suatu komunitas wanita menjadi sebuah pengalaman utama
oleh seorang wanita dan dokternya. Tahun 1955 American College of Nurse-
Midwives (ACNM) dibuka. Pada tahun 1971 seorang bidan di Tennesse mulai
menolong persalinan secara mandiri di institusi kesehatan. Pada tahun 1979 badan
pengawasan obat Amerika mengatakan bahwa ibu bersalin yang menerima anasthesi
dalam dosisi tinggi telah melahirkan anak-anak melahirkan anak-anak yang
mengalami kemunduran perkembangan psikomotor. Pernyataan ini membuat
masyarakat tertarik pada proses persalinan alamiah, persalinan di rumah dan memacu
peran bidan. Pada era 1980-an ACNM membuat pedoman alternatif lain dalam
homebirth. Pada tahun yang sama dibuat legalisasi tentang opraktek profesional
bidan, sehingga membuat bidan menjadi sebuah profesi dengan lahan praktek yang
spesifik dan membutuhkan organisasi yang mengatur profesi tersebut. Pada tahun
1982 MANA (Midwive Alliance Of North America) di bentuk untuk meningkatkan
komunikiasi antar bidan serta membuat peraturan sebagai dasar kompetensi untuk
melindungi bidan. DI beberapa negara seperti Arizona, bidan mempunyai tugas
khusus yuaitu melahirkan bayi untuk perawatan selanjutnya seperti merawat bayi,
memberi injeksi bukan lagi tugas bidan, dia hanya melakukan jika diperlukan namun
jarang terjadi. Bidan menangani 1,1% persalinan di tahun 1980 : 5,5% di tahun 1994.
Angka sectio caesaria menurun dari 25% (1988) menjadi 21% (1995). Penggunaan
forcep menurun dari 5,5% (1989) menjadi 3,8% (1994). Dunia kebidanan
berkembang saat ini sesuai peningkatan permintaan untuk itu profesi kebidanan tidak
mempunyai latihan formal, sehingga ada beberapa tingkatan kemampuan, walaupun
begitu mereka berusaha agar menjadi lebih dipercaya, banyak membaca dan
pendekatan tradisional dan mengurangi teknik invasif untuk pertolongan seperti
penyembuhan tradisional. Hambatan-hambatan yang dirasakan oleh bidan Amerika
Serikat saat ini A.L :
• Walaupun ada banyak undang-undang baru, direct entry midwives masih dianggap
ilegal dibeberapa negara bagian.
• Lisensi praktek berbeda tiap negara bagian, tidak ada standart
nasional sehingga tidak ada definisi yang jelas tentang bidan sebagai seseorang yang
akurat tentang direct entry midwives dan jumlah data persalinan yang mereka tangani.
• Kritik tajam dari profesi medis kepada diret entry midwives ditambah
dengan isolasi dari system pelayanan kesehatan pokok telah mempersulit sebagian
besar dari mereka untuk memperoleh dukungan medis yang adekuat bila terjadi
keadaan gawat darurat. Pendidikan kebidanan biasanya berbentuk praktek lapangan,
sampai saat ini mereka bisa menangani persalinan dengan pengalaman sebagai bidan.
Bidan adalah seseorang yang telah menyelesaikan pendidikan selam 4 tahun dan
praktek lapangan selama 2 tahun, yang mana biaya yang sangat mahal
Kebidanan memiliki sebuah organisasi untuk membentuk standart,
menyediakan sertifikat dan membuat ijin praktek. Saat ini AS merupakan negara yang
menyediakan perawatan maternitas termahal di dunia, tetapi sekaligus merupakan
negara industri yang paling buruk dalam hasil perawatan natal di negara-negara
industri lainnya.
Pelayanan Bidan di Australia

Florence Nightingale adalah pelopor kebidanan dan keperawatan yang dimulai


dengan tradisi dan latihan-latihan pada abad 19. Tahun 1824 kebidanan masih belum
di kenal sebagai bagian dari pendidikan medis di Inggris dan Australia dimulai pada
tahun 1862. Lulusan itu dibekali dengan pengethuan teori dan praktek. Pendidikan
Diploma Kebidanan dimulai tahun 1893, dan sejak tahun 1899 hanya bidan sekaligus
perawat yang terlatih yang boleh bekerja di rumah sakit. Sebagian besar wanita yang
melahirkan tidak dirawat dengan selayaknya oleh masyarakat. Ketidakseimbangan
seksual dan moral di Australia telah membuat prostitusi berkembang dengan cepat.
Hal ini menyebabkan banyak wanita hamil di luar nikah dan jarang mereka dapat
memperoleh pelayanan dari bidan atau dokter karena pengaruh social mereka atau
pada komunitas tyang terbatas, meskipun demikian di Australi bidan tidak bekerja
sebagai perawat, mereka bekerja sebagaimana layaknya seorang bidan. Pendapat
bahwa seseorang bidan haru reflek menjadi seorang perawat dan program pendidikan
serta prakteknya banyak di buka di beberapa tempat dan umumnya dibuka atau
disediakan oleh Non Bidan. Pendidikan bidan di Australia Kebidanan di Australia
telah mengalami perkembangan yang mengalami pesat sejak 10 tahun terakhir. Dasar
pendidikan telah berubah dari traditional hospital base programme menjadi tertiary
course of studies menyesuaikan kebutuhan pel;ayanan dari masyarakat. Tidak semua
institusi pendidikan kebidanan di Australi telah melaksanakan perubahan ini,
beberapa masih menggunakan proram pendidikan yang berorientasi pada rumah sakit.
Kurikulum pendidikan disusun oleh staf akademik berdasarkan pada keahlian dan
pengalaman mereka di lapangan kebidanan. Kekurangan yang dapat dilihat dari
pendidikan kebidanan di Australia hampir sama dengan pelaksanaan pendidikan
bidan di Indonesia. Belum ada persamaan persepsi mengenai pengimplementasian
kurikulum pada masing-masing institusi, sehingga lulusan bidan mempunyai
kompetensi klinik yang berbeda tergantung pada institusi pendidikannya. Hal ini
ditambah dengan kurangnya kebijaksanaan formal dan tidak adanya standar nasional
menurut National Review of Nurse Education 1994, tidak ada direct entry. Pada tahun
1913 sebanyak 30% persalinan ditolong oleh bidan. Meskipun ada peningkatan
jumlah dokter yang menangani persalinan antara tahun 1900 sampai 1940, tidak ada
penurunan yang berarti pada angka kematian ibu dan bidanlah yang selalu disalahkan
akan hal itu. Kenyataannya wanita jelas menengah ke atas yang ditangani oleh dokter
dalam persalinannya mempunyai resiko infeksi yang lebih besar daripada wanita
miskin yang ditangani oleh Bidan.

Masalah Profesional
Tugas pertama yang sulit adalah meneliti kembali nama bidan itu sendiri, itu tidak
sama dengan ketika latihan dalam praktek kebidanan. Bidan sangat penting di
pelayanan kesehatan sejak Perang Dunia II dan proporsi yang besar di rumah sakit
sebagai pusat pelayanan kesehatan utnuk daerah sekitar rumah sakit tersebut.
Peningkatan rumah sakit dan persatuan perawat dan peningkatan ahli kebidanan yang
lebih menekankan pada teknologi menyebabkan mundurnya kebidanan. Tapi situasi
itu berakhir pada saat Amerika Utara menilai kepemimpinan perawat dan
kepemimpinan bidan yang memutuskan bahwa bidan berhak mendapat penghargaan
pertama dan penghargaan kedua diberikan kepada keperawatan. Penghargaan itu
sangat penting untuk peningkatan profesi kebidanan. Kita tahu di beberapa negara
mengkombinasikan keperawatan dan kebidanan dalam seorang tenaga kesehatan, hal
itu terjadi di pulau kecil dan pelatihan klinik sekarang semakin baik menuju standar
internasional sedikit lebih baik daripada masa yang lalu. Pengembangan Profesi
Bidan Pemerintah melihat adanya peningkatan kebidanan dengan pemberian asuhan
yang bermanfaat. Shearman Report (NSWI, 1989) telah menemukan cara awal untuk
mengatur strategi perawatan yang berkesinambungan. Having a baby in Victoria
(Depkes Viktoria, 1990) melaporkan sebuah revie pelayanan kesehatan di Viktoria
yang dibutuhkan pada orientasi pelayanan kesehatan pada wanita dan keluarga.
Maksudnya pemeliharaan kesehatan yang lebih baiki. “Perawatan efektif pada
kelahiran” CNH dan MRC, 1996 menyimpulkan bahwa perawatan yang
berkesinambungan akan menjadi tujuan perawatan kesehatan ibu.
MANAJEMEN KEBIDANAN

Apasih manajemen kebidanan itu? Hampir setiap pekan mahasiswi kebidanan STIKES
FORT DE KOCK selalu mencari kata kunci ini. Jika mereka tidak menemukannya
sendiri maka gue sebagai seorang operator yang dilimpahi tugas mencarinya. Gue gak
tahu apa-apa mengenai masalah ini. Asli puyeng abis… jadinya ya kek gini deh gue buat
aja sendiri artikel tentang manajemen kebidanan.

Manajemen kebidanan berasal dari dua suku kata yaitu manajemen dan kebidanan, yang
asal katanya bidan. Menurut Kbbi.web.id pengertian Manajemen (kb.) adalah
penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran; pimpinan yg
bertanggung jawab atas jalannya perusahaan dan organisasi. Pengertian ini sama dengan
yang tertera pada kbbi versi pusatbahasa.diknas.go.id. Inti dari manajemen yang gue
dapatkan adalah penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran. Lanjut
ke kata kedua yaitu kebidanan.
Pengertian bidan sebagai asal kata kebidanan menurut pusatbahasa.diknas.go.id, adalah
wanita yg mempunyai kepandaian menolong dan merawat orang melahirkan dan bayinya.
Sedangkan kebidanan berarti segala sesuatu mengenai bidan atau cara menolong dan
merawat orang beranak (mungkin maksudnya orang yang mo melahirkan). Sedangkan
pada situs kuliahbidan.wordpress.com pengertian ini lebih dispesifikan lagi kepada bidan
sebagai sebuah profesi, yaitu seseorang yang telah mengikuti pendidikan tersebut dan
lulus serta terdaftar atau mendapat ijin melakukan praktek kebidanan.

Pengertian Bidan menurut MENTERI KESEHATAN RI yang tercantum dalam lampiran


Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : 369/Menkes/Sk/Iii/2007 Tanggal : 27 Maret 2007
salah satu tenaga kesehatan yang memiliki posisi penting dan strategis terutama dalam
penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan angka kesakitan dan kematian Bayi (AKB).
Bidan memberikan pelayanan kebidanan yang berkesinambungan dan paripurna,
berfokus pada aspek pencegahan, promosi dengan berlandaskan kemitraan dan
pemberdayaan masyarakat bersama-sama dengan tenaga kesehatan lainnya untuk
senantiasa siap melayani siapa saja yang membutuhkannya, kapan dan dimanapun dia
berada. Untuk menjamin kualitas tersebut diperlukan suatu standar profesi sebagai acuan
untuk melakukan segala tindakan dan asuhan yang diberikan dalam seluruh aspek
pengabdian profesinya kepada individu, keluarga dan masyarakat, baik dari aspek input,
proses dan output.

Dari pengertian diatas maka dapat gue simpulkan bahwa manajemen kebidanan adalah
proses pertolongan yang dilakukan seseorang yang berprofesi sebagai bidan secara
sistematis untuk membantu menyelesaikan persoalan kesehatan seorang pasien dengan
tepat.

Well itu pengertian manajemen kebidanan menurut gue. (rada susah ketemunya).
Nah dibawah adalah pengertian manajemen kebidanan yang tersimpan pada situs
funnyfree.net
Manajemen Kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai
metode
untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah…
http://www.siaksoft.net/index.php?
option=com_content&task=view&id=2562&Itemid=102
Cuma segini doang yang dapet dalam mencari pengertian manajemen kebidanan. Sayang
dari situs ini tidak ada lagi yang dapat didapat. Maksud gue ketika anda mengklik link
tersebut anda akan dibawa ke halaman depan dari siaksoft.net, bukan pada halaman yang
mengandung tulisan tentang manajemen kebidanan yang sedang kita cari. Halaman ini
mungkin hilang karena si pemilik situs atau webmaster kehilangan arsip halaman tersebut
ketika ia mengubah situs yang dimilikinya.
Manajemen Kebidanan

Manajemen kebidanan adalah proses Pemecahan masalah yang di gunakan sebagai


metode untuk Mengorganisasi pikiran serta tindakan berdasar kan teori yang ilmiah.

Penemuan-penemuan keterampilan dalam rangkaian Tahapan untuk mengambil


keputusan yang berfokus pada klien.

Manajemen asuhan pada kebidanan Antenatal terdiri dari 7 langkah yang berurutan di
mulai dengan pengumpulan data dasar hingga evaluasi.

Langkah 1 (pertama)

Langkah ini Merupakan Pengumpulan semua data yang di butuh kan untuk menilai
keadaan pasien secara keseluruhan.

Meliputi data Subjektif maupun Objektif.

Data Subjektif terdiri dari ;

a. Biodata, data demografi, Riwayat kesehatan termasuk berdafer


kecelakaan, Riwayat Menstruasi, riwayat Obsteictan, Ginekologi, Nifas
ibu laktasi, Bio psikospiritual Ibu.
b. Keluhan Ibu (data Subjektif).

- Ranggul halid terami

- Pergerakan janin kurang

Data Objektif terdiri dari ;

a. Pemeriksaan fisik (sesuai kebutuhan) dan tanda-tanda Vital pada


pemeriksaan fisik, Penderita (Ibu) tetap menuntun dari sebelum hamil.
b. Pemeriksaan khusus meliputi (inspeksi ,Palpasi,Auskultasi,dan Perkusi)
pada pemeriksaan penunjang khusus terasa gerak janin berkurang dan air
ketuban terasa kurang.

c.Pemeriksaan penunjang (Laboratorium. Disenstric,US6).

Langkah 2 (Interpretasi Data)

Pada langkah ini di lakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosa atau masalah
kebutuhan klien berdasarkan Interpretasi yang benar atas data .Data yang telah di
kumpulkan.

Data dasar yang sudah dikumpulkan di Interpretasikan sehingga di temukan masalah


diagnosa yang spesifik.

Diagnosa :

Hamil,kehamilan….Minggu, Janin Hidup ,Persentasi Kepala (bokong) tunggal, atau


gamely, punggung kiri/kanan.

Masalah : Cemas

Kebutuhan : - Suport Mental

- Pengawasan yang ketat

- Terminasi kehamilan ( induksi Persalinan/Sectio Cesaria).

Langkah 3 (Mengidentifikasi Diagnosa Masalah Potensial)

Pada Langkah ini Teridentifikasi masalah, atau Diagnosa Potensial Berdasarkan


rangkaian masalah atau diagnosa yang sudah di identifikasi . Dan ini merupakan langkah
penting dalam melakukan asuhan yang aman.

-Diagnosa masalah potensial pada ibu


-Diagnosa masalah potensial pada janin

Langkah 4 (Mengidentifikasi Daignosa menetapkan kebutuhan yang memerlukan


penanganan segera)

Mengidentifikas perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan atau untuk di
tangani, bersama dengan anggota tim kesehatan lain sesuai dengan kondisi klien.

- Kolaborasi dengan dokter

- Terminasi Kehamilan

Langkah 5(Merencanakan Asuhan Yang menyeluruh)

Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap Diagnosa atau masalah yang
telah di identifikasi atau di antisipasi.

Perencanaan:

- Infomasikan pada ibu hamil pemeriksaan

- Anjurkan ibu untuk melakukan USG

- Lakukan konsultasi pada dokter

- Anjurkan pada ibu untuk bersalin di RUMAH SAKIT

Langkah 6 (Melaksanakan Perencanaan)

Langkah ini Merupakan rencana Asuhan menyeluruh yang telah di uraikan pada langkah
5, dapat di laksanakan secara efisien dan aman.

Pelaksanaan:

- Menginformasikan pada ibu untuk melakukan USG


- Melakukan dukungan mental agar ibu tidak cemas

- Melakukan Konsultasi /kolaborasi dengan dokter

- Menganjurkan ibu untuk bersalin di RUMAH SAKIT

Langkah 7 (evaluasi)

Langkah ini sebagai pengecekan apakah rencana asuhan tersebut efektif,Jika memang
benar efektif dalam penggunaan nya.

Evaluasi:

- Pasien (klien) Mengetahui kehamilan kurang bulan /waktu (penentuan)

- Pasien (klien) Masih cemas

- Pasien (klien) Bersedia bersalin di RUMAH SAKIT


LINGKUP PRAKTEK KEBIDANAN

Meliputi : Asuhan mandiri / otonomi pada anak wanita, remaja putri & wanita dewasa
sebelum & selama kehamilan & selanjutnya

Bidan memberikan pengawasan, asuhan & nasehat wanita selama hamil, bersalin , nifas
Bidan menolong persalinan atas tanggungjawabnya sendiri & merawat bayi baru lahir

Asuhan Kebidanan berupa :


Pengawasan pelayanan kesehatan masyarakat di posyandu
Penyuluhan & pendidikan kesehatan pada ibu, keluarga & masyarakat termasuk
persiapan menjadi orang tua, menentukan kb, deteksi kondisi abnormal pada ibu & bayi,
konsultasi atau rujukan, pertolongan kegawatdaruratan primer & sekunder saat tidak ada
medis

Praktek kebidanan dilakukan dalam sistem pelayanan kesehatan yang berorientasi pada
masyarakat, dokter, perawat, dokter spesialis, pusat-pusat rujukan pengorganisasian
praktek asuhan kebidanan

Pelayanan kebidanan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan untuk


NKKBS→mewujudkan kesehatan keluarga

Pelayanan kebidanan merupakan layanan yang diberikan oleh bidan dengan kewenangan
menaikkan kesehatan ibu & NKKBS→anak

Sasaran pelayayanan kebidanan: individu, keluarga & masyarakat yang meliputi : upaya,
pencegahan, penyembuhan & pemulihan

Layanan kebidanan dibedakan :

Layanan kebidanan primer


Layanan bidan yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab bidan
Layanan kebidanan kolaborasi
Layanan yang dilakukan bidan sebagai anggota tim, kegiatan dilakukan bersamaan /
sebagai salah satu urutan dari proses kegiatan pelayanan kesehatan.

Layanan kebidanan rujukan


Layanan yang dilakukan oleh bidan dalam rangka rujukan ke system yang lebih tinggi
atau sebaliknya
Layanan yang dilakukan oleh ke tempat pelayanan kesehatan yang lain secara horisontal
maupun vertikal atau ke profesi kesehatan lain.
Anda Bisa Tidak Produktif Karena Anemia

Pernahkah Anda atau orang di sekitar Anda tiba-tiba merasa pusing,


mata berkunang-kunang kemudian diikuti oleh letih, lesu, lemah dan
malas, lebih mudah mengantuk serta sering sakit-sakitan? Hati-hati!
Jika sudah demikian mungkin Anda perlu memeriksakan diri ke dokter
karena bisa jadi Anda kurang darah atau lebih dikenal dengan Anemia.

Anemia adalah suatu keadaan di mana jumlah sel darah merah atau
jumlah hemoglobin dalam sel darah merah berada di bawah batas
normal. Hemoglobin dalam sel darah merah berfungsi sebagai
pengangkut oksigen dari paru-paru dan mendistribusikannya ke
seluruh tubuh. Seseorang yang terkena penyakit anemia kondisi sel
darah merah atau jumlah hemoglobinnya berkurang sehingga darah
tidak dapat mengangkut oksigen dalam jumlah yang diperlukan tubuh,
dampaknya seperti kondisi di atas, orang mudah letih, lesu, lunglai,
mata berkunang-kunang, wajah pusat, badan seperti melayang yang
pada akhirnya akan mengurangi produktivitasnya. Bila anemia
bertambah berat, sangat memungkinkan menyebabkan stroke atau
serangan jantung!!!

Penyebab umum dari anemia di antaranya adalah terjadinya


perdarahan hebat karena kecelakaan, pembedahan, persalinan, pecah
pembuluh darah, perdarahan hidung, wasir (hemoroid), ulkus
peptikum, kanker atau polip di saluran pencernaan, tumor ginjal atau
kandung kemih dan perdarahan menstruasi yang sangat banyak.
Karena itu untuk sebagian wanita yang sedang menstruasi kadang
mengalami anemia sehingga tidak produktif dalam bekerja.

Di samping karena faktor perdarahan di atas, anemia juga disebabkan


oleh kekurangan zat atau vitamin seperti kekurangan zat besi,
kekurangan vitamin B12, kekurangan asam folat, kekurangan vitamin
C dan penyakit kronik. Atau bisa juga karena dampak dari beberapa
penyakit lain seperti pembesaran limpa, kerusakan mekanik pada sel
darah merah, reaksi autoimun terhadap sel darah merah,
hemoglobinuria nokturnal paroksismal, sferositosis herediter,
elliptositosis herediter, kekurangan G6PD, penyakit sel sabit, penyakit
hemoglobin C, penyakit hemoglobin S-C, penyakit hemoglobin E dan
Thalasemia

Sesorang dikatakan mengalami anemia bila hemoglobin kurang dari


yang seharusnya, yaitu :

• Pria dewasa kurang dari 13 gr

• Wanita hamil, anak 1 tahun – masa puber kurang dari 11 gr

• Bayi 3 bulan – usia 1 tahun kurang dari 9 gr

• Bayi 1-3 bulan kurang dari 15 gr

Bagi Anda pelajar atau pekerja anemia ini sangat berpengaruh


terhadap aktivitas dan prestasi Anda, karena orang yang terkena
anemia biasanya daya pikir menurun dan kurang konsentrasi sehingga
lambat dalam menerima pelajaran, menurunkan kebugaran tubuh
sehingga tidak produktif dan mudah sakit. Dan bagi ibu yang sedang
hamil, bila terkena anemia membuka peluang melahirkan bayi yang
prematur atau melahirkan bayi dengan berat badan yang rendah, atau
bisa juga memicu terjadinya keguguran.

Ternyata banyak juga ya efek negatifnya kalau kena anemia, belum


lagi resiko stroke dan jantung. Karena itu ayo antisipasi agar tubuh
kita terhindar dari anemia. Orang bijak bilang mencegah lebih baik
daripada mengobati. Berikut ini sebagian cara untuk
mengantisipasinya :

• Perbanyak mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi


tinggi yang terdapat pada sayur-sayuran segar seperti bayam,
daun singkong dan kangkung. Anda juga bisa makan buah-
buahan, kacang-kacangan (kedelai dan kacang merah), serta
makanan hewani (daging, telur, limpa dan hati.
• Bagi Anda yang suka minum teh dan kopi, mulailah mengurangi
minum teh dan kopi, karena teh dan kopi ternyata dapat
menghambat penyerapan zat besi. Bukankah memperbanyak
minum air putih lebih sehat dan tentu saja murah?

• Kurangi begadang atau tidur terlalu malam, bila tidak ada


perlunya.

• Biasakan untuk mengkonsumsi vitamin dan zat penambah


darah. Kalau boleh menyarankan salah satu pilihan adalah
minum suplemen herbal namanya HILBA PLUS, karena HILBA
PLUS kaya dengan zat besi (Fe) untuk meningkatkan kadar
hemoglobin dalam darah. Selain itu HILBA PLUS halal, juga
dibuat dengan bahan-bahan alami pilihan di sebuah pabrik yang
sesuai dengan standar Cara Pembuatan Obat Tradisional yang
Baik (CPOTB) jadi selain tanpa efek samping juga terjamin
higienitasnya.
ASUHAN KEBIDANAN PADA KLIEN DENGAN KEHAMILAN
ANEMIA RINGAN
Posted: April 26, 2010 by firmanpharos in ASKEB KEHAMILAN DENGAN ANEMIA RINGAN
0

LANDASAN TEORI

I. Pengertian
a. Pengertian anemia menurut Prof.Dr.DSOG.Sarwono Prawirohardjo adalah kondisi ibu
dengan kadar hemoglobin dibawah 11g/dl pada trimester 1 dan 3 atau kadar <10,5g%
pada trimester 2. Nilai batas tersebut terjadi karena hemodilusi, terutama pada trimester
2.
b. Pengertian anemia menurut http://www.info-sehat.com/content.php?s_sid:798 adalah
penyakit kurang darah yang ditandai dengan kadar hemoglobin (Hb) dan sel darah merah
(eritrosit) lebih rendah dibandingkan normal. Jika kadar hemoglobin kurang dari 14g/dl
dan eritrosit kurang dari 41% pada pria maka pria tersebut dikatakan anemia. Demikian
pula pada wanita, wanita yang memiliki kadar hemoglobin kurang dari 12g/dl dan
eritrosit kurang dari 37% maka wanita itu dikatakan anemia.

II. Jenis-Jenis Anemia


a. Menurut Prof.Dr.DSOG.Sarwono Prawirohardjo anemia dapat digolongkan menjadi :
a. Anemia Defisiensi Besi (Fe)
Anemia yang disebabkan kekurangan zat besi
b. Anemia Megaloblastik
Anemia yang disebabkan kekurangan asan folik
c. Anemia Hipoplastik
Anemia yang disebabkan karena hipofungsi sumsum tulang
d. Anemia Hemolitik
Anemia yang disebabkan karena penghancuran sel darah merah yang lebih cepat dari
pembuatannya.

b. Menurut http://www.tabloidnova.com/artisle.asp?id=12496 terdapat dua tipe anemia


yang dikenal :
a. Anemia Gizi
Biasanya terjadi akibat adanya defisiensi zat besi yang diperlukan dalam pembentukan
dan produksi sel darah merah. Anemia gizi sendiri ada beberapa macam seperti anemia
besi, anemia gizi vitamin E, Anemia gizi asam folat, anemia gizi vitamin B12, Anemia
gizi vitamin B6.
b. Anemia Non Gizi adalah kurang darah yang disebabkan karena adanya perdarahan
( luka, menstruasi, dan lain-lain) atau penyakit darah yang bersifat genetik seperti
hemofilia, thalasemia, penyakit ini dapat menimbulkan kondisi anemia.

III. Penyebab
Anemia umumnya disebabkan :
a. Kekurangan zat besi, vitamin B6, vitamin B12, vitamin C dan asam folat
b. Kerusakan pada sumsum tulang atau ginjal
c. Perdarahan kronik
d. Penghancuran sel darah merah
e. Kehilangan darah akibat perdarahan dalam atau siklus haid wanita
f. Penyakit kronik : TBC, Paru, Cacing Usus
g. Penyakit darah yang bersifat genetik : hemofilia. Thalasemia
h. Parasit dan penyakit lain yang merusak darah : malaria
i. Terlalu sering menjadi donor darah
j. Gangguan penyerapan nutrisi (malabsorbsi)
k. Infeksi HIV

IV. Gejala
Untuk mengenali adanya anemia kita dapat melihat dengan adanya gejala-gejala seperti :
keluhan letih, lemah, lesu, dan loyo yang berkepanjangan merupakan gejala khas yang
menyertai anemia. Selain gejala-gejala tersebut biasanya juga akan muncul keluhan
sering sakit kepala, sulit konsentrasi, muka-bibir-kelopak mata tampak pucat, telapak
tangan tidak merah, nafas terasa pendek, kehilangan selera makan serta daya kekebalan
tubuh yang rendah sehingga mudah terserang penyakit. Jika anemia bertambah berat bisa
menyebabkan stroke atau serangan jantung. Pada hamil muda sering terjadi mual muntah
yang lebih hebat.

V. Diagnosis Anemia Pada Kehamilan


Untuk menegakkan diagnosis anemia kehamilan dapat dilakukan dengan anamnesa. Pada
anamnesa akan didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang
dan keluhan mual muntah lebih hebat pada hamil muda.
Pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan alat suhu. Hasil
pemeriksaan Hb dengan sahli dapat digolongkan sebagai berikut :
Hb 11 g% Tidak anemia
9-10 g% Anemia ringan
7-8 g% Anemia sedang
<7 g% Anemia berat
Pemeriksaan darah dilakukan minimal dua kali selama kehamilan, yaitu pada trimester I
dan trimester III. Dengan pertimbangan bahwa setiap ibu hamil mengalami anemia, maka
dilakukan pemberian preparat Fe sebanyak 90 tablet pada ibu-ibu hamil di puskesmas.

VI. Pengaruh Anemia Pada Kehamilan Dan Janin


a. Pengaruh anemia terhadap kehamilan
1. Bahaya selama kehamilan
a. Dapat terjadi abortus
b. Persalinan prematuritas
c. Hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim
d. Mudah terjadi infeksi
e. Mudah dekompensasi cordis (Hb<6g%)
f. Mola hidatidosa
g. Hiperemesis gravidarum
h. Perdarahan antepartum
i. Ketuban pecah dini (KPD)
2. Bahaya Saat Persalinan
a. Gangguan HIS, kekuatan mengejan
b. Kala pertama dapat berlangsung lama, dan terjadi partus terlantar
c. Kala dua berlangsung lama sehinggan dapat melelahkan dan sering memerlukan
tindakan operasi kebidanan
d. Kala uri dapat diikuti retensio plasenta dan perdarahan post partum karena atonia uteri.
e. Kala empat dapat terjadi perdarahan post partum sekunder dan atonia uteri
3. Pada Masa Nifas
a. Terjadi sub inversio uteri menimbulkan perdarahan post partum
b. Memudahkan infeksi peurperium
c. Pengeluaran ASI berkurang
d. Terjadi dekompensasi cordis mendadak setelah persalinan
e. Anemia kala nifas
f. Mudah terjadi infeksi mamae
b. Bahaya terhadap janin
Hasil konsepsi membutuhkan zat besi dalam jumlah besar untuk pembuatan butir-butir
darah merah dan pertumbuhannya, sekalipun tampaknya janin mampu menyerap berbagai
kebutuhan dari ibunya, tetapi dengan anemia akan mengurangi kemampuan metabolisme
tubuh sehingga menggangu pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim. Anemia
dapat menyebabkan gangguan dalam bentuk :
a. Abortus
b. Terjadi kematian intra uterin
c. Persalinan prematuritas tinggi
d. Berat badan lahir rendah
e. Kelahiran dengan anemia
f. Dapat terjadi cacat bawaan
g. Bayi mudah mendapat infeksi sampai kematian perinatal
h. Inteligensia rendah
VII. Pengobatan Anemia Dalam Kehamilan
Untuk menghitung terjadinya anemia sebaiknya ibu hamil melakukan pemeriksaan
sebelum hamil sehingga dapat diketahui data-data dasar kesehatan umum calon ibu
tersebut. Dalam pemeriksaan kesehatan disertai pemeriksaan laboratorium, termasuk
pemeriksaan tinja sehingga diketahui adanya infeksi parasit, pengobatan infeksi untuk
cacing relatif mudah dan murah.
Pemerintah telah menyediakan preparat besi untuk dibagikan kepada masyarakat. Contoh
preparat Fe tersebut Arralat, Biosanbe, Iberet, Vitonal dan Hemaviton. Semua preparat
tersebut dapat dibeli dengan bebas. Mengonsumsi suplemen panambah zat besi juga bisa
mampu mencegah dan mengatasi anemia. Tetapi sebaiknya tidak bergantung pada obat
atau suplemen penambah zat besi saja. Yang paling penting adalah menjaga pola makan
yang baik dengan mengonsumsi bahan makanan yang kaya asam folat dan zat besi yang
berperan dalam pembentukan sel darah merah yang dapat diperoleh dari daging, sayuran
hijau dan susu.

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL DENGAN ANEMIA RINGAN


TERHADAP Ny. K Di BPS PUTRI
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2007

I. Pengumpulan Data Dasar


A. Pengkajian
Identitas
Nama Istri : Ny.K Nama Suami : Tn. A
Umur : 26 Tahun Umur : 29 Tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku : Jawa Suku : Jawa
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jl. Teratai No.20 Alamat : Jl. Teratai No.20
Kedaton B.Lampung Kedaton B.Lampung
B. Anamnesa pada tanggal 17 Juni 2007 Pukul 09.30 WIB
1. Alasan Kunjungan Saat Ini
Ibu mengatakan hamil anak pertama usia kehamilan 9 bulan mengeluh cepat lelah, sering
BAK, susah tidur, pegal-pegal pada pinggang dan kaki, serta kadang-kadang perut terasa
sesak dan tertekan.
2. Riwayat Menstruasi
Menarche : 13 Tahun
Siklus : 28 Hari
Lamanya : 6-7 Hari
Sifat darah : Merah, encer dan tidak menggumpal
Banyaknya : 2-3 kali ganti pembalut
HPHT : 4 Oktober 2006
TP : 11 Juli 2007
Usia kehamilan : 36 Minggu 4 Hari
Teratur/tidak : Teratur
3. Riwayat Perkawinan
Kawin : 1 Kali
Usia kawin pertama : 24 Tahun
Lama perkawinan : 2 Tahun
4. Riwayat Kehamilan Sekarang
a. Trimester I
ANC : 2 kali dibidan
Keluhan : Ibu mengatakan pusing, cepat lelah serta tidak nafsu
makan
Terapi : Tablet Fe 1×1 tablet/ hari
Kalsium laktat 3×1 tablet/hari
Vitamin B kompleks 3×1 tablet/hari
b. Trimester II
ANC : 1 kali dibidan
Keluhan : Ibu mengatakan pegal-pegal dipinggang sampai kekaki, penglihatan
berkunang-kunang dan cepat lelah
Terapi : Tablet Fe 1×1 tablet/ hari
Kalsium laktat 3×1 tablet/hari
Vitamin B kompleks 3×1 tablet/hari
c. Trimester III
ANC : 2 kali dibidan
Keluhan : Ibu mengatakan cepat lelah, pegal-pegal dipinggang kadang-kadang perut teasa
sesak
Terapi : Tablet Fe 1×1 tablet/ hari
Kalsium laktat 3×1 tablet/hari
Vitamin B kompleks 3×1 tablet/hari
5. Riwayat Kesehatan
Ibu dan keluarga tidak ada yang mendrita penyakit menular dan menderita penyakit
keturunan serta penyakit yang memerlukan perawatan khusus,

6. Riwayat Imunisasi
a. Ibu mendapat imunisasi TT1 pada usia kehamilan 16 minggu di BPS Putri
b. Ibu mendapat imunisasi TT2 pada usia kehamilan 20 minggu di BPS Putri

7. Riwayat Psikososial
a. Ibu senang dengan kehamilannya karena kehamilan ini sudah direncanakan
b. Ibu dan keluarga berharap semoga dalam kehamilan dan persalinannya nanti berjalan
normal tidak ada halangan suatu apapun

8. Aktifitas Sehari-hari
a. Nutrisi
1. Sebelum hamil : Makan 3 kali sehari dengan porsi nasi, lauk, sayur
dan buah tetapi ibu minum 7-8 gelas/hari
2. Saat hamil : Ibu makan 2 kali sehari, ibu kurang nafsu makan,
ibu minum 7-8 gelas/hari
b. Eliminasi
1. Sebelum hamil : BAB : 1x/hari BAK : 3-4x/hari
2. Saat hamil : BAB : 1x/hari BAK : 6-7x/hari
c. Istirahat dan tidur
1. Sebelum hamil : Ibu tidur malam 7-8 jam/hari, tidur siang 1 jam
2. Saat hamil : Ibu tidur malam 5-6 jam/hari, tidur siang 1 jam
d. Personal Hygiene
Sebelum hamil dan saat hamil ibu mandi 2x sehari, ganti pakaian 2x sehari, keramas
2x/hari.
e. Aktifitas / olah raga
Ibu hanya mengerjakan aktifitasnya sebagai ibu rumah tangga, ibu jarang berolah raga,
bila ibu bekerja terlalu berat ibu merasa pusing dan cepat lelah.
f. Seksualitas
Tidak ada keluhan, ibu melakukan hubungan seksualitas 1x/minggu
C. Pemeriksaan
1. Keadaan umum
a. Keadaan umum : Baik
b. Tanda-tanda vital
TD : 110/70 mmHg Nadi : 78x/menit
RR : 24x/menit temp : 370C
c. BB sebelum hamil : 50 Kg Kenaikan BB selama hamil : 12 Kg
BB saat hamil : 62 Kg
d. Tinggi badan : 155 cm
e. Ukuran LILA : 24 cm

2. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
1. Rambut : Lurus, tidak ada ketombe, tidak mudah rontok dan keadaan bersih
2. Muka : Bentuk simetris, pucat, keadaan bersih tidak ada oedem
3. Mata : Bentuk simetris, tidak ada pembengkakan pada kelopak mata, konjungtiva
pucat, sklera tidak ikterik, berfungsi dengan baik, keadaan bersih
4. Hidung : Bentuk simetris, keadaan bersih dan tidak ada pembesaran polip, berfungsi
dengan baik
5. Mulut : Tidak ada kelainan pada mulut, tidak ada stomatitis, keadaan gigi bersih, tidak
ada caries dan tidak ada pembesaran tonsil
6. Telinga : Bentuk simetris, keadaan bersih , fungsi pendengaran baik, daun telinga ada
7. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, kelenjar limfe dan tidak ada
pembenhkakan vena jugularis
8. Dada : Bentuk simetris,pergerakan nafas teratus, tidak ada benjolan abnormal
9. Payudara : Membesar simetris, puting susu menonjol, hyperpigmentasi, tidak ada
benjolan abnormal, kolostrum belum keluar , keadaan bersih
10. Abdomen : Bentuk simetris membesar sesuai usia kehamilan, tidak ada bekas operasi,
keadaan bersih
11. Punggung : Segitiga signoid simetris, bentuk tulang simetris
12. Genitalia : Keadaan bersih, tidak ada haemoroid, tidak ada oedem, tidak ada varises
13. Ekstremitas
Atas : Bentuk simetris,tidak ada cacat, tidak ada oedem, keadaan bersih, jari-jari tangan
lengkap
Bawah : Bentuk simetris, keadaan bersih, tidak ada oedem, berfungsi dengan baik, jari-
jari kaki lengkap

b. Palpasi
1. Leopold I : TFU 34cm, pada fundus teraba lunak, kurang bundar, kurang melenting
berarti bokong
Mc Donald : 34cm
TBJ : (34-12) x 155
= 22 x 155
= 3410 g

2. Leopold II : Perut ibu sebelah kiri traba lebar dan memberikan tahanan yang besar
berarti punggung. Perut ibu sebelah kanan teraba bagian kecil-kecil yang berarti
ekstremitas.

3. Leopold III : Bagian terbawah janin teraba keras, bundar melanting yang berarti kepala
4. Leopold IV : Kepala sudah masuk PAP, Posisi sejajar

c. Auskultasi

1. Jantung etak jantung teratur, tidak terdengar mur-mur


2. Paru-paru : Tidak terdengan ronchi dan wheezing
3. DJJ : Positif, tratur, 140x/menit

d. Perkusi
Reflek patella positif dan reflek babinski negatif

3. Pemeriksaan fisik
a. Hb : 9,4 g%
b. Protein urine : (-)
c. Reduksi urine : (-)

II. Interprestasi Data Dasar, Diagnosa, Masalah Dan Kebutuhan


1. Diagnosa
Ibu G1P0A0 hamil 36 minggu 4 hari, janin tunggal, hidup, intrauterin, bagian terendah
kepala, dengan anemia ringan.
Dasar :
a. Ibu mengatakan pegal-pegalpada pinggang dan kaki, sering lelah, pusing, mata
berkunang-kunang,
b. Hb : 9,4 g%
c. Ibu mengatakan hamil anak pertama
d. HPHT : 5 Oktober 2006
e. Leopold I : TFU 34cm TBJ : 3410g
f. Leopold II : Puki
g. Leopold III : Kepala
h. Leopold IV : Kepala sudah masuk PAP, posisi sejajar
i. DJJ : 140x/menit

2. Masalah
a. Gangguan aktifitas
Dasar :
1) Ibu merasakan kram pada kaki
2) Ibu mengatakan cepat lelah
b. Gangguan rasa nyaman
Dasar :
1) Ibu merasa cemas menjelang persalinan
2) Ibu mengatakan cepat lelah
3) Ibu mengatakan kurang istirahat
c. Gangguan pemenuhan nutrisi
1) Ibu terlihat pucat
2) Ibu mengatakan tidak nafsu makan
3) Ibu tampak lemas
3. Kebutuhan
a. Penyuluhan tentang perubahan fisiologis dalam kehamilan seperti gangguan pada
pinggang dan kaki.
b. Penyuluhan tentang senam hamil dan latihan relaksasi.
c. Penyuluhan tentang kebutuhan gizi ibu hamil
d. Penyuluhan tentang persiapan persalinan.
e. Pemberian Fe untuk pengobatan anemia ringan serta pemberian vitamin B kompleks
dan vitamin C untuk membantu penyerapan zat besi

III. Identifikasi Diagnosa Dan Masalah Potensial


Potensial terjadi persalinan lama, terjadi infeksi, perdarahan antepartum, ketuban pecah
dini (KPD), terjadi sub involusi uteri yang menimbulkan perdarahan antepartum,
pengeluaran ASI kurang.

IV. Identifikasi Kebutuhan Terhadap Tindakan Kolaborasi


Jika diperlukan lakukan kolaborasi dengan dokter

V. Perencanaan
1. Jelaskan pada ibu kondisinya saat ini
a. Ajarkan pada ibu cara menjaga kondisinya selama hamil
b. Berikan terapi
1) Tablet Fe : 2 x 1 tablet/ hari
2) Kalsium laktat : 3 x 1 tablet/hari
3) Vitamin B kompleks: 3 x 1 tablet/hari
4) Vitamin C : 3 x 1 hari
c. Anjurkan pada ibu cara mengkonsumsi zat besi
d. Evaluasi cara ibu mengkonsumsi zat besi
e. Libatkan keluarga untuk memberikan dukungan psikologis pada ibu
2. Jelaskan pada ibu pentingnya breast care dan senam hamil
a. Ajarkan bagaimana cara breast care dan senam hamil
b. Evaluasi cara ibu melakukan breast care dan senam hamil
c. Libatkan keluarga untuk mengingatkan ibu untuk melakukan breast care dan senam
hamil
3. Jelaskan pada ibu tentang kebutuhan gizi ibu hamil
a. Anjurkan pada ibu untuk mengkonsumsi makanan gizi seimbang
b. Anjurkan pada ibu untuk makan sedikit tapi sering
c. Libatkan keluarga agar membantu ibu untuk mengkonsumsi makanan gizi seimbang
4. Anjurkan pada ibu untuk istirahat yang cukup dan mengurangi aktifitas yang
berlebihan dan berat
5. Berikan informasi tentang tanda-tanda bahaya kehamilan
6. Berikan informasi tentang persiapan persalinan dan tanda-tanda persalinan
7. Anjurkan pada ibu untuk melakukan kunjungan ulang segera jika ada keluhan

VI. Pelaksanaan
1. Menjelaskan pada ibu kondisinya saat ini
a. Mengajarkan pada ibu cara menjaga kondisinya selama hamil
b. Memberikan terapi
1) Tablet Fe : 2 x 1 tablet/ hari
2) Kalsium laktat : 3 x 1 tablet/hari
3) Vitamin B kompleks: 3 x 1 tablet/hari
4) Vitamin C : 3 x 1 hari
c. Menganjurkan pada ibu cara mengkonsumsi zat besi
d. Mengevaluasi cara ibu mengkonsumsi zat besi
e. Melibatkan keluarga untuk memberikan dukungan psikologis pada ibu
2. Menjelaskan pada ibu pentingnya breast care dan senam hamil
a. Mengajarkan pada ibu cara breast care dan senam hamil
b. Mengevaluasi cara ibu melakukan breast care dan senam hamil
c. Melibatkan keluarga untuk mengingatkan ibu untuk melakukan breast care dan senam
hamil
3. Menjelaskan pada ibu tentang kebutuhan gizi ibu hamil
a. Menganjurkan pada ibu untuk mengkonsumsi makanan gizi seimbang
d. Menganjurkan pada ibu untuk makan sedikit tapi sering
e. Melibatkan keluarga agar membantu ibu untuk mengkonsumsi makanan gizi seimbang
4. Menganjurkan pada ibu untuk istirahat yang cukup dan mengurangi aktifitas yang
berlebihan dan berat
5. Memberikan informasi tentang tanda-tanda bahaya kehamilan
6. Memberikan informasi tentang persiapan persalinan dan tanda-tanda persalinan
7. Menganjurkan pada ibu untuk melakukan kunjungan ulang segera jika ada keluhan

VII. Evaluasi
1. Ibu mengerti kondisinya saat ini
a. Ibu mengerti cara menjaga kondisinya selama hamil
b. Ibu mau mengkonsumsi tablet Fe, kalsium laktat, vitamin B kompleks, vitamin C 3 x 1
tablet/hari
c. Ibu mengerti cara mengkonumsi zat besi
d. Keluarga berjanji untuk memberikan bantuan psikologis pada ibu
2. Ibu mengerti manfaat breast care dan senam hamil
a. Ibu mengerti cara breast care dan senam hamil
b. Keluarga berjanjii akan mengingatkan ibu untuk melakukan breast care dan senam
hamil
3. Ibu mengerti tentang kebutuhan gizi pada ibu hamil
a. Ibu berjanji akan mengkonsumsi makanan gizi seimbang
b. Ibu mengatakan akan makan sedikit tapi sering
c. Keluarga berjanji akan membantu ibu untuk mengkonsumsi makanan gizi seimbang
4. Ibu mengatakan akan istirahat yang cukup dan akan mengurangi aktifitas yang
berlebihan dan berat
5. Ibu mengerti tentang tanda-tanda bahaya dalam kehamilan
6. Ibu mengerti tantang persiapan persalinan dan tanda-tanda persalinan
7. Ibu berjanji akan melakukan kunjungan ulang segera jika ada keluhan

You might also like