Professional Documents
Culture Documents
Dosen Pembimbing :
dr. Marlina Ragagukguk
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas limpahan
rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah tentang Modul Terintegrasi
Pemeriksaan Fisik.
Dalam makalah ini, penulis membahas sebuah skenario mengenai kehamilan
yang membahagiakan, yang bertujuan mengetahui gejala dan penyebab partus beserta
gangguan-gangguan lainnya selama kehamilan.
Atas terselesaikannya makalah ini, penulis menyampaikannya terima kasih
kepada dosen pembimbing yang telah memberikan materi dan semua pihak yang turut
berpartisipasi dalam penyusunan makalah ini.
Namun, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan dan penyempurnaan
lebih lanjut.
Tim penyusun,
KELOMPOK I
LATAR BELAKANG
Angka kematian ibu masih cukup tinggi sampai saat ini. Penyebab kematian
tertinggi adalah perdarahan, keracunan kehamilan dan infeksi. Salah satu dari beberapa
faktor tidak langsung penyebab kematian ibu adalah anemia.
Pada wanita hamil, anemia meningkatkan frekuensi komplikasi pada kehamilan
dan persalinan. Risiko kematian maternal, angka prematuritas, berat badan bayi lahir
rendah, dan angka kematian perinatal meningkat. Di samping itu, perdarahan antepartum
dan postpartum lebih sering dijumpai pada wanita yang anemis dan lebih sering berakibat
fatal, sebab wanita yang anemis tidak dapat mentolerir kehilangan darah.
Dampak anemia pada kehamilan bervariasi dari keluhan yang sangat ringan
hingga terjadinya gangguan kelangsungan kehamilan abortus, partus imatur/prematur,
gangguan proses persalinan (inertia, atonia, partus lama, perdarahan atonis), gangguan
pada masa nifas (subinvolusi rahim, daya tahan terhadap infeksi dan stres kurang,
produksi ASI rendah), dan gangguan pada janin (abortus, dismaturitas, mikrosomi,
BBLR, kematian peri natal, dan lain-lain).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap terjadinya anemia pada kehamilan dan hubungannya dengan kemungkinan
terjadinya komplikasi pada kehamilan, persalinan dan nifas. Konsumsi tablet Fe sangat
berpengaruh terhadap terhadap terjadinya anemia, khususnya pada trimester kedua,
ketiga dan masa nifas. Hal ini disebabkan kebutuhan zat besi pada masa ini lebih besar
dibanding pada trimester pertama dan menunjukkan pentingnya pemberian tablet Fe
untuk mencegah terjadinya anemia pada kehamilan dan nifas.
Komplikasi yang dominan disebabkan oleh anemia adalah terjadinya penyakit infeksi
pada masa nifas, diikuti dengan partus lama dan perdarahan pada persalinan.
Dengan memperhatikan hasil penelitian di atas, disarankan untuk meningkatkan
cakupan K1 ibu hamil agar dapat diberikan tablet Fe sebagai upaya pencegahan anemia
atau sebagai terapi apabila sudah terjadi anemia. Mengingat pengaruh anemia terhadap
terjadinya komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas yang mulai tampak pada trimester
pertama dan besarnya pengaruh tablet tambah darah perlu diberikan tablet tambah darah
bukan hanya pada ibu hamil, melainkan juga pada ibu nifas
DAFTAR ISI
SKENARIO
MODUL
SKEHAMILAN YANG MEMBAHAGIAKAN
Seorang ibu muda, Nyonya Budi, hamil anak kedua yang jarak kehamilannya
hanya satu tahun. Usia ibu tersebut 27 tahun. Nyonya Budi sering sakit-sakitan dan
anemis dan lagi kelihatan agak pendek. Usia kehamilannya sekarang memasuki bulan ke-
9 dan Nyonya Budi kelihatan sangat gelisah dalam menghadapi persalinannya kali ini.
Suatu hari, dia datang ke praktek bidan dekat rumahnya untuk periksa hamil.
Bidan tersebut mengatakan kalau Nyonya Budi akan partus dan jangan pulang lagi.
Nyonya Budi bersikeras meminta pulang karena ia ingin ditolong bidan tetangga di
kampungnya karena masih ada hubungan saudara. Bidan yang memeriksa Nyonya Budi
adalah bidan yang sudah mencapai tingkat bidan delima internasional.
PEMBAHASAN
1. Anemis
• Konsentrasi hemoglobin yang kurang dari 12 g/dl dan kurang dari 10
g/dl selama kehamilan atau masa nifas.
2. Kehamilan
• Masa di mana seorang wanita membawa hasil konsepsi pertemuan
antara sel sperma dan sel telur yang sudah dibuahi didalam tubuhnya.
• Suatu keadaan dimana janin dikandung di dalam tubuh wanita, yang
sebelumnya diawali dengan proses pembuahan dan kemudian akan
diakhiri dengan proses persalinan.
3. Persalinan
• Peristiwa lahirnya anak disertai plasenta dan air ketuban dari kandungan
ibunya.
• Proses pengeluaran hasil konsepsi (janin / uri) yang telah cukup bulan
dan dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau jalan lain.
4. Praktek Bidan
• Serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan pelayanan kesehatan yang
diberikan oleh bidan kepada pasien (individu, keluarga dan masyarakat)
sesuai dengan kewenangan dan kemampuannya)
5. Partus
• Suatu proses pengeluaran hasil konsep yang dapat dari dalam uterus
melalui vagina ke dunia luar.
6. Bidan
• Seseorang yang telah mengikuti program pendidikan bidan yang diakui
di negaranya, telah lulus dari pendidikan tersebut serta memenuhi
kualifikasi untuk didaftar (register) dan memiliki izin yang sah (lisensi)
untuk melakukan praktek bidan.
7. Bidan delima
• Suatu program terobosan strategis yang mencakup :
o Pembinaan peningkatan kualitas pelayanan bidan dalam lingkup
Keluarga Berencana (KB) dan Kesehatan Reproduksi.
o Merk Dagang/Brand.
o Mempunyai standar kualitas, unggul, khusus, bernilai tambah,
lengkap, dan memiliki hak paten.
o Rekrutmen Bidan Delima ditetapkan dengan kriteria, system, dan
proses baku yang harus dilaksanakan secara konsisten dan
berkesinambungan.
o Menganut prinsip pengembangan diri atau self development, dan
semangat tumbuh bersama melalui dorongan dari diri sendiri,
mempertahankan dan meningkatkan kualitas, dapat memuaskan
klien beserta keluarganya.
o Jaringan yang mencakup seluruh Bidan Praktek Swasta dalam
pelayanan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi.
II. MENENTUKAN MASALAH
• Nyonya Budi hamil anak kedua yang jarak kehamilannya satu tahun
• Nyonya Budi sering sakit-sakitan, anemis dan lagi kelihatan agak
pendek
• Nyonya Budi sangat gelisah dengan persalinannya kali ini yang
memasuki usia bulan ke-9
• Permintaan pulang Nyonya Budi kepada bidan tersebut untuk ditolong
bidan tetangga di kampungnya yang masih ada hubungan saudara
I. PARTUS / MELAHIRKAN
Pengertian
Partus adalah suatu proses pengeluaran hasil konsep yang dapat dari dalam
uterus melalui vagina ke dunia luar. (Prawirohardjo, 1999)
Etiologi
3. Tekanan pada ganglion servikale dari houser yang terletak di belakang serviks.
1. Fase Laten
2. Fase aktif
Tanda-tanda Persalinan
1. Kekuatan his makin sering terjadi dan teratur dengan jarak kontraksi yang
semakin pendek
- Pengeluaran lendir
Penanganan kala I
− Dengarkan keluhan
2. Jika ibu tersebut tampak kesakitan dukungan / asuhan yang dapat diberikan :
− Posisi sesuai dengan keinginan ibu terjadi jika ini ditempat tidur sebaiknya
dianjurkan miring kekiri
− Ajarkan tekik Bernafas ibu dan diminta menarik nafas panjang, menahan
nafasnya sebentar kemudian dilepas dengan cara meniup udara, keluar
sewaktu-waktu terasa kontraksi
5. Untuk memenuhi kebutuhan energi dan mencegah dehidrasi berikan ibu cukup
minum
Persalinan
1. Adanya mules yang frekuensi dan kekuatannya semakin lama semakin kuat.
Pada awalnya mules akan terasa seperti mules ketika haid, namun lama kelamaan
akan terasa lebih kuat, menjalar dari pinggang, perut bawah sampai pangkal paha.
Selain semakin kuat mules juga akan semakin sering. Bidan atau dokter akan
menghitung dalam durasi 10 menit. Selama itu berapa kali mules terjadi, semakin
sering berarti jarak antara mules pertama dan berikutnya akan semakin pendek.
Awalnya dalam 10 menit mules terasa 1-2 kali. Lama-lama mules akan bertambah
sering dan juga lama ( lebih dari 40 detik dalam satu kali mules), biasanya dalam 10
menit terjadi 4-5 kali mules. Itu menandakan persalinan semakin dekat. Anda bisa
menghitungnya sendiri. Ketika mules semakin sering, anda sebaiknya menghubungi
dokter, bidan atau segera pergi ke rumah sakit.
Ketika mulut rahim menipis yang pada akhirnya membuka untuk memberi jalan
kepada bayi untuk “lewat”, maka pembuluh darah yang meregang akan pecah dan
mengeluarkan sedikit darah. Itu menandakan sudah adanya proses pembukaan mulut
rahim yang berarti akan dimulainya proses persalinan. Tapi hati-hati kalau darah yang
keluar terlalu banyak atau berwarna segar. Segera periksakan diri ke dokter.
Pada akhir kehamilan, kepala atau bagian terbawah janin akan semakin turun dan
menekan dasar panggul. Hal itu tentu akan terasa mengganjal pada daerah pangkal
paha, apalagi bila persalinan sudah sangat dekat.
Nah, itulah tanda-tanda persalinan yang harus dikenali ibu hamil, sehingga dia tidak
terlambat mendapat pertolongan. Tanda-tanda lain yang harus diketahui adalah
adanya komplikasi pada kehamilan dan persalinan.
Tanda-tanda Kelahiran
Ada beberapa tanda yang menjadi patokan bahwa kelahiran sudah dekat, yaitu :
1. Kontraksi rahim terus berlangsung sampai bayi lahir. Kontraksi biasanya disertai rasa
sakit, nyeri, atau kejang. Kontraksi ini dating lalu hilang lagi secara teratur, dengan
rasa nyeri yang makin lama makin kuat dan sering. JIka kontraksi sudah terjadi setiap
5 menit sekali, segera bawa ke rumah sakit.
2. Rasa sakit saat kontraksi dimulai dari rahim bagian atas, lalu menjalar ke bawah,
yakni ke bagian atas tulang kemaluan. Setiap kontraksi akan diikuti dengan
mengerasnya rahim, yang kemudian melunak lagi. Bila sedang terjadikontraksi, pada
saat yang bersamaan pengerasan rahim akan menimbulkan rasa sakit.
3. Keluarnya lendir bercampur darah dari vagina. Lendir ini mulanya menyumbat leher
rahim, dan terdorong keluar oleh kontraksi yang membuka mulut rahim.
4. Keluarnya cairan yang jernih, putih kekuningan dan jumlahnya cukup banyak. Ini
adalah air dari ketuban yang pecah akibat kontraksi yang makin sering terjadi.
1. Tahap Pembukaan
Tahap ini dimulai sejak tanda – tanda persalinan, dan berakhir pada saat kepala bayi
sudah menempati posisinya dijalan lahir. Dapat diketahui posisi janin dalam mulut
rahim adalah sebagai berikut :
* Persalinan diawali dengan mulai menipisnya otot – otot leher rahim akibat
perubahan hormon.
* Kontraksi yang menetap dan makin meningkat intensitasnya akan menipiskan otot –
otot leher rahim.
* Dengan intensitas kontraksi yang semakin cepat dan kuat, otot – otot leher rahim
kian tipis, sehingga melebarkan jalan lahir
* Leher rahim sudah memasuki bukaan ke 7, terasa panas dan sakit, karena dorongan
bayi yang makin kuat.
* Leher rahim yang mati rasa menunjukkan Anda sudah memasuki bukaan 10.
Artinya, leher rahim sudah membuka penuh
Tahap kedua ini berlangsung dari membukanya mulut rahim secara penuh, yang
disertai dengan keinginan ibu untuk mengejan,sampai bayi lahir. Biasanya
berlangsung selama 2 jam. Rahim dan vagina Anda akan membentuik jalur cekungan,
lalu kepala dan tubuh bayi akan bergerak melalui jalan lahir tersebut. Bergeraknya
bayi melaui jalan lahir akan dibantu oleh kontraksi rahim dan otot – otot perut.
Kontraksi rahim, ditambah upaya anda untuk mengejan akan menyebabkan kepala
bayi sedikit demi sedikit akan muncul.
Jika anda mengalami hal tersebut, anda dapat melakukan hal – hal sebagai berikut :
* Beristirahatlah sejenak dan biarkan dokter, bidan atau suster mengurus bayi Anda
dan diri anda.
* Jangan panik jika bayi tidak terlihat secantik harapan anda. Pengaruh proses
persalinan membuat bayi terlihat jauh dari cantik. Selama di dalam rahim, ia
”berkuban” didalam cairan amnion (ketuban), sehingga tubuhnya ”menggembung”.
Tahap ketiga biasanya berlangsung cepat, tidak lebih dari 20 menit. Tahap lepasnya
ari – ari dari dalam rahim juga Anda akan merasakan ikatan yang kuat dengan suami,
karena berhasil menjadi tim yang sangat kompak dalam ”memproduksi” suatu ”Karya
besar”.Perasaan terikat dengan bayi yang baru dilahirkan akan anda rasakan pula.,
sekaligus bercampur dengan rasa tanggung jawab yang muncul, sebagai tanda
dimulainya peran baru Anda sebagai orang tua.
2. PEREMPUAN
Perempuan adalah makhluk Bio-Psiko-Sosial-Kultural dan Spiritual yang utuh
dan unik, mempunyai kebutuhan dasar yang bermacam-macam sesuai dengan
tingkat perkembangannya.
¬ Setiap perempuan merupakan pribadi yang mempunyai hak, kebutuhan serta
harapan.
¬ Perempuan mempunyai partisipasi aktif dalam pelayanan yang diperoleh
selama kehamilan, persalinan, nifas.
¬ Membuat keputusan mengenai cara pelayanan yang disediakan untuknya.
¬ Keunikan secara fisik, emosional, sosial dan budaya membedakan tiap
perempuan.
¬ Perbedaan kebutuhan & kebudayaan merupakan tuntutan agar lebih
memperhatikan perempuan selama proses hidupnya.
5. ASUHAN KEBIDANAN
DEFINISI
¬ ASUHAN KEBIDANAN adalah penerapan fungsi dan kegiatan yang menjadi
tanggung jawab dalam memberikan pelayanan kepada klien yang mempunyai
kebutuhan/ masalah dalam bidang kesehatan ibu masa hamil, masa persalinan,
nifas, bayi setelah lahir serta keluarga berencana.
¬ ASUHAN KEBIDANAN adalah aktifitas atau intervensi yang dilaksanakan oleh
bidan kepada klien yang mempunyai kebutuhan/ permasalahan khususnya dalam
bidang KIA/ KB.
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sebagai salah satu profesi dalam bidang kesehatan, Bidan memiliki kewenangan untuk
memberikan Pelayanan Kebidanan (Kesehatan Reproduksi) kepada perempuan remaja
putri, calon pengantin, ibu hamil, bersalin, nifas, masa interval, klimakterium, dan
menopause, bayi baru lahir, anak balita dan prasekolah. Selain itu Bidan juga berwenang
untuk memberikan Pelayanan Keluarga Berencana dan Kesehatan Masyarakat.
Peran aktif Bidan dalam pelayanan Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana sudah
sangat diakui oleh semua pihak. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa 66%
persalinan, 93% kunjungan ante natal (K1), 80% dari pelayanan Keluarga Berencana
dilakukan oleh Bidan. Peranan Bidan dalam pencapaian 53% prevalensi pemakaian
kontrasepsi, 58% pelayanan kontrasepsi suntik dilakukan oleh Bidan Praktek Swasta dan
25% pemakai kontrasepsi pil, 25 % IUD dan 25 % implant dilayani oleh Bidan Praktek
Swasta (Statistik Kesehatan 2001).
Dari tahun ke tahun permintaan masyarakat terhadap peran aktif Bidan dalam
memberikan pelayanan terus meningkat. Ini merupakan bukti bahwa eksistensi Bidan di
tengah masyarakat semakin memperoleh kepercayaan, pengakuan dan penghargaan.
Berdasarkan hal inilah, Bidan dituntut untuk selalu berusaha meningkatkan kemampuan
sekaligus mempertahankan dan meningkatkan kualitas pelayanannya termasuk pelayanan
Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi. Karena hanya melalui pelayanan
berkualitas pelayanan yang terbaik dan terjangkau yang diberikan oleh Bidan, kepuasan
pelanggan baik kepada individu, keluarga dan masyarakat dapat tercapai.
B. DASAR HUKUM
C. MANFAAT
Banyak manfaat yang bisa diperoleh dengan berpartisipasi sebagai Bidan Delima yang
tentunya akan mendukung performa dan identitas profesionalisme Bidan Praktek Swasta,
diantaranya adalah:
1. Kebanggaan profesional
2. Kualitas pelayanan meningkat
3. Pengakuan organisasi profesi
4. Pengakuan masyarakat
5. Cakupan klien meningkat
6. Pemasaran dan promosi
7. Penghargaan bidan delima
8. Kemudahan lainnya
A. PENGERTIAN
C. TUJUAN
1. Visi
Meningkatkan kualitas pelayanan untuk memberikan yang terbaik, agar dapat memenuhi
keinginan masyarakat
2. Misi
Bidan Delima adalah Bidan Praktek Swasta yang mampu memberikan pelayanan
berkualitas terbaik dalam bidang kesehatan reproduksi dan keluarga berencana,
bersahabat dan peduli terhadap kepentingan pelanggan, serta memenuhi bahkan melebihi
harapan pelanggan
E. KERANGKA KERJA
Suatu program akan dapat terlaksana dengan baik melalui pengelolaan yang cermat dan
konsisten; dengan orientasi utamanya pada potensi, ketersediaan sumber daya dan
kemampuan internal oranisasi pelaksananya.
Terkait dengan hal tersebut maka program Bidan Delima dikembangkan melalui
komponen pelaksanaan sebagai berikut:
A. STRATEGI
B. IMPLEMENTASI
1. Komponen Penggerak
Komponen penggerak program adalah fasilitator dan Unit Pelaksana Bidan Delima.
Fasilitator merupakan orang terdepan dan pioneer dalam pengembangan program Bidan
Delima di lingkungannya masing-masing. Fasilitator dipilih dan ditunjuk oleh Pengurus
Cabang untuk melaksanakan rekrutmen, menstarship/pembimbingan dan validasi
terhadap calon Bidan Delima lainnya. Untuk menjadi fasilitator melalui pelatihan terlebih
dahulu.
2. Buku Panduan
Program ini telah dilengkapi dengan berbagai buku pedoman, panduan, dan instrumen
sebagai berikut :
a. Untuk manajemen.
• Panduan pengorganisasian.
• Petunjuk teknis pelaksana tingkat provinsi.
• Petunjuk teknis pelaksana tingkat kabupaten/kota
b. Untuk fasilitator.
• Pedoman pelatih.
• Buku acuan pelatih.
• Buku acuan peserta pelatihan.
1. Untuk menjadi Bidan Delima, seorang Bidan Praktek Swasta harus memenuhi
persyaratan yang telah ditetapkan, yaitu : memiliki SIPB, bersedia membayar
iuran, bersedia membantu BPS menjadi Bidan Delima dan besedia mentaati
semua ketentuan yang berlaku.
2. Melakukan pendaftaran di Pengurus Cabang.
3. Mengisi formulir pra kualifikasi.
4. Belajar dari Buku Kajian Mandiri dan mendapat bimbingan fasilitator.
5. Divalidasi oleh fasilitator dan diberi umpan balik.
Prosedur validasi standar dilakukan terhadap semua jenis pelayanan yang diberikan oleh
Bidan Praktek Swasta yang bersangkutan.
Bagi yang lulus, yaitu yang telah memenuhi seluruh persyaratan minimal dan presedur
standar, diberikan sertifikat yang berlaku selama 5 tahun dan tanda pengenal signage, pin,
apron (celemek) dan buku-buku. Bagi yang belum lulus, fasilitator terus mementor
sampai ia berhasil lulus jadi Bidan Delima.
1. Laporan bulanan
Secara rutin Bidan Delima diminta untuk mengirimkan laporan kepada PC IBI untuk
diteruskan ke PP dan ditembuskan ke PD sehingga dapat dianalisa kemajuan,
perkembangan dan hambatan yang dihadapi di lapangan.
Instrumen (tools) yang dibagikan dan diisi oleh beberapa sampel Bidan Delima setelah 6
bulan pelaksanaan program. Kajian ini dibagikan melalui PC IBI setempat dan
dikirimkan kepada PD dan PP untuk proses analisa selanjutnya.
3. Monitoring lapangan oleh PC, PD, PP dan Fasilitator akan dilakukan secara incognito
untuk observasi konsistensi kualitas pelayanan Bidan Delima.
Semua hasil temuan akan dianalisa oleh Unit Pelaksana Bidan Delima Pusat untuk
dilaporkan kepada semua Cabang dan Propinsi dan dipergunakan sebagai pertimbangan
dalam proses perencanaan selanjutnya.
IV. PENUTUP
Program Bidan Delima akan terus dikembangkan secara mandiri. Sosialisasi terus
dilaksanakan, yaitu memotivasi daerah/propinsi lain, termasuk sosialisasi kepada
pemerintah daerah supaya mendukung dengan cara ada penyediaan anggaran pemerintah
daerah untuk program ini. Dengan dukungan berbagai pihak, IBI yakin program ini akan
berhasil.
Minggu, 13 Desember 2009
Anemia dalam Kehamilan
01.45 Diposkan oleh Bidan Febri
Anemia masih merupakan salah satu masalah gizi di Indonesia. Menurut hasil Survei
Kesehatan Rumah Tangga ( SKRT 1995 ) prevalensi Anemia rata-rata Nasional pada ibu
hamil adalah 51,3 % dan anak balita sebesar 40,5 % ( Propil Kesehatan Indonesia, 1998 ).
Prevalensi Anemia yang tinggi ini memberikan berbagai dampak negatif , jika pada ibu
hamil dapat meningkatkan morbiditas ( kesakitan ) dan mortalitas ( kematian ) yang
tinggi baik pada ibu sendiri maupun anak yang dilahirkan. Pada pekerja atau buruh
mengakibatkan produktifitas kerja menurun ; pada remaja menyebabkan cepat lelah dan
mudah mengantuk pada saat belajar sehingga konsentrasi belajar menurun ; sedangkan
pada anak balita mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan serta kecerdasan
terhambat. Dengan demikian konsekwensi fungsional dari Anemia menyebabkan
turunnya kualitas sumberdaya manusia secara keseluruhan.
Sampai saat ini Angka Kematian Ibu ( AKI ) di Indonesia masih tinggi, walaupun sudah
menurun dari 425 per 100.000 kelahiran hidup tahun 1986, menjadi 343 per 100.000
kelahiran hidup pada tahun 1997 ( SDKI ). Sedangkan data dari Direktorat Kesehatan
Keluarga menunjukan bahwa 40 % dari penyebab kematian ibu adalah perdarahan dan
diketahui Anemia menjadi faktor resiko terjadinya perdarahan tersebut.
Kejadian anemia disebabkan oleh multi faktor yang tidak semata mata berasal dari sektor
kesehatan, tetapi juga bisa di sebabkan oleh faktor sosial, perilaku, lingkungan tempat
tinggal, dan pola konsumsi makanan pada ibu hamil sehingga dalam penanganan kasus
anemia di perlukan kerja sama baik lintas sektoral maupun lintas program
Kejadian Anemia pada ibu hamil masih cukup tinggi karena sebagian besar dari mereka
belum menyadari pentingnya pencegahan Anemia serta bahaya yang ditimbulkan.
Keberhasilan program penanggulangan Anemia juga tergantung dari partisipasi aktif
masyarakat.
DEFINISI ANEMIA
Anemia pada wanita tidak hamil didefinisikan sebagai konsentrasi hemoglobin yang
kurang dari 12 g/dl dan kurang dari 10 g/dl selama kehamilan atau masa nifas.
Konsentrasi hemoglobin lebih rendah pada pertengahan kehamilan, pada awal kehamilan
dan kembali menjelang aterm, kadar hemoglobin pada sebagian besar wanita sehat yang
memiliki cadangan besi adalah 11g/dl atau lebih. Atas alasan tersebut, Centers for disease
control (1990), mendefinisikan anemia sebagai kadar hemoglobin kurang dari 11 g/dl
pada trimester pertama dan ketiga, dan kurang dari 10,5 g/dl pada trimester kedua (4)
Anemia karena defisiensi zat besi merupakan penyebab utama anemia pada ibu hamil
dibandingkan dengan defisiensi zat gizi lain. Oleh karena itu anemia gizi pada masa
kehamilan sering diidentikkan dengan anemia gizi besi. Anemia defisiensi zat besi
merupakan masalah gizi yang paling lazim di dunia dan menjangkiti lebih dari 600 juta
manusia.. Pada anemia defisiensi besi menyebabkan berkurangnya zat besi dalam tubuh,
sehingga kebutuhan zat besi (Fe) untuk eritropoesis tidak cukup, yang ditandai dengan
gambaran sel darah merah hipokrom-mikrositer, kadar besi serum (Serum Iron = SI) dan
jenuh transferin menurun, kapasitas ikat besi total (Total Iron Binding Capacity/TIBC)
meninggi dan cadangan besi dalam sumsum tulang serta ditempat yang lain sangat
kurang atau tidak ada sama sekali
c. Kurangnya zat besi dalam makanan terutama yang berasal dari sumber hewani
Tanda tanda anemia yang banyak diketahui oleh masyarakat antara lain : mata terasa
berkunang kunang, badan trerasa lemah, lesu, cepat lelah, gampang mengantuk, lidah,
bibir, kuku, wajah/muka tampak pucat sekali. (5)
DERAJAT ANEMIA
Nilai ambang batas yang digunakan untuk menentukan status anemia ibu hamil,
didasarkan pada criteria WHO tahun 1972 yang ditetapkan dalam 3 kategori, yaitu
normal (≥11 gr/dl), anemia ringan (8-11 g/dl), dan anemia berat (kurang dari 8 g/dl).
Berdasarkan hasil pemeriksaan darah ternyata rata-rata kadar hemoglobin ibu hamil
adalah sebesar 11.28 mg/dl, kadar hemoglobin terendah 7.63 mg/dl dan tertinggi 14.00
mg/dl.
2. Pada janin Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat mempengaruhi proses pertumbuhan
janin dan dapat menimbulkan kegururan /abortus, bayi lahir mati, kematian bayi dalam
kandungan, hambatan pertumbuhan janin dalam kandungan, cacat bawaan, bayi lahir
mati, lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR).
PENGOBATAN ANEMIA
Pengobatan anemia biasanya dengan pemberian tambahan zat besi. Sebagian besar tablet
zat besi mengandung ferosulfat, besi glukonat atau suatu polisakarida. Tablet besi akan
diserap dengan maksimal jika diminum 30 menit sebelum makan. Biasanya cukup
diberikan 1 tablet/hari, kadang diperlukan 2 tablet. Kemampuan usus untuk menyerap zat
besi adalah terbatas, karena itu pemberian zat besi dalam dosis yang lebih besar adalah
sia-sia dan kemungkinan akan menyebabkan gangguan pencernaan dan sembelit. Zat besi
hampir selalu menyebabkan tinja menjadi berwarna hitam, dan ini adalah efek samping
yang normal dan tidak berbahaya. Studi tentang pemasaran sosial tablet besi yang
dilaksanakan oleh Direktorat Bidang Gizi Masyarakat (1993) : Pemberian tablet besi
pada ibu hamil dapat menurunkan secara nyata prefalensi Anemia, disisi lain dilaporkan
juga ibu hamil kurang menyukai tablet besi karena tidak senang akan baunya, adanya
efek samping ( mual, pusing ) dan warnanya dirasa kurang menarik
PENCEGAHAN ANEMIA
Kejadian Anemia pada ibu hamil masih cukup tinggi karena sebagian besar dari mereka
belum menyadari pentingnya pencegahan Anemia serta bahaya yang ditimbulkan.
Keberhasilan program penanggulangan Anemia sangat tergantung dari partisipasi aktif
masyarakat. Anemia dapat dicegah dengan mengonsumsi makanan bergizi seimbang
dengan asupan zat besi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Zat besi dapat
diperoleh dengan cara mengonsumsi daging (terutama daging merah) seperti sapi. Zat
besi juga dapat ditemukan pada sayuran berwarna hijau gelap seperti bayam dan
kangkung, buncis, kacang polong, serta kacang-kacangan. Perlu diperhatikan bahwa zat
besi yang terdapat pada daging lebih mudah diserap tubuh daripada zat besi pada sayuran
atau pada makanan olahan seperti sereal yang diperkuat dengan zat besi. Upaya lain yang
bisa dilakukan untuk mencegah anemia adalah : setiap ibu hamil minum tablet tambah
darah dan bagi pasangan usia subur mmengatur jarak kelahiran dengan menjadi peserta
KB.(5)
Daftar Rujukan
1. Prawirohardjo, S, 2002. Ilmu Kebidanan.Jakarta : YBSP
2. Mahfoed, I,2005. Promosi kesehatan, bagian dari Pendidikan Kesehatan. Yogyakarta : Itramaraya
3. Departemen Kesehatan RI. 1996.Direktorat Pembinaan Kesehatan masyarakat. Pedoman
Penanggulangan Ibu Hamil Kekurangan Energi kronis.Jakarta
4. Suhaemi.2007. Anemia dalam kehamilan.Diambil Suhaemi Blogspot//anemia dalam kehamilan.Di
akases tanggal 6 Maret 2008
5. Departemen kesehatan RI.2006.Buku kader Posyandu dalam rangka perbaikan Gizi keluarga. Jakarta :
Departemen kesehatan
http://cdn-write.demandstudios.com/upload//4000/100/90/8/4198.jpg
KEHAMILAN ANEMIA RINGAN
Posted: April 26, 2010 by firmanpharos in ASKEB KEHAMILAN DENGAN ANEMIA RINGAN
0
LANDASAN TEORI
I. Pengertian
a. Pengertian anemia menurut Prof.Dr.DSOG.Sarwono Prawirohardjo adalah kondisi ibu
dengan kadar hemoglobin dibawah 11g/dl pada trimester 1 dan 3 atau kadar <10,5g%
pada trimester 2. Nilai batas tersebut terjadi karena hemodilusi, terutama pada trimester
2.
b. Pengertian anemia menurut http://www.info-sehat.com/content.php?s_sid:798 adalah
penyakit kurang darah yang ditandai dengan kadar hemoglobin (Hb) dan sel darah merah
(eritrosit) lebih rendah dibandingkan normal. Jika kadar hemoglobin kurang dari 14g/dl
dan eritrosit kurang dari 41% pada pria maka pria tersebut dikatakan anemia. Demikian
pula pada wanita, wanita yang memiliki kadar hemoglobin kurang dari 12g/dl dan
eritrosit kurang dari 37% maka wanita itu dikatakan anemia.
III. Penyebab
Anemia umumnya disebabkan :
a. Kekurangan zat besi, vitamin B6, vitamin B12, vitamin C dan asam folat
b. Kerusakan pada sumsum tulang atau ginjal
c. Perdarahan kronik
d. Penghancuran sel darah merah
e. Kehilangan darah akibat perdarahan dalam atau siklus haid wanita
f. Penyakit kronik : TBC, Paru, Cacing Usus
g. Penyakit darah yang bersifat genetik : hemofilia. Thalasemia
h. Parasit dan penyakit lain yang merusak darah : malaria
i. Terlalu sering menjadi donor darah
j. Gangguan penyerapan nutrisi (malabsorbsi)
k. Infeksi HIV
IV. Gejala
Untuk mengenali adanya anemia kita dapat melihat dengan adanya gejala-gejala seperti :
keluhan letih, lemah, lesu, dan loyo yang berkepanjangan merupakan gejala khas yang
menyertai anemia. Selain gejala-gejala tersebut biasanya juga akan muncul keluhan
sering sakit kepala, sulit konsentrasi, muka-bibir-kelopak mata tampak pucat, telapak
tangan tidak merah, nafas terasa pendek, kehilangan selera makan serta daya kekebalan
tubuh yang rendah sehingga mudah terserang penyakit. Jika anemia bertambah berat bisa
menyebabkan stroke atau serangan jantung. Pada hamil muda sering terjadi mual muntah
yang lebih hebat.
6. Riwayat Imunisasi
a. Ibu mendapat imunisasi TT1 pada usia kehamilan 16 minggu di BPS Putri
b. Ibu mendapat imunisasi TT2 pada usia kehamilan 20 minggu di BPS Putri
7. Riwayat Psikososial
a. Ibu senang dengan kehamilannya karena kehamilan ini sudah direncanakan
b. Ibu dan keluarga berharap semoga dalam kehamilan dan persalinannya nanti berjalan
normal tidak ada halangan suatu apapun
8. Aktifitas Sehari-hari
a. Nutrisi
1. Sebelum hamil : Makan 3 kali sehari dengan porsi nasi, lauk, sayur
dan buah tetapi ibu minum 7-8 gelas/hari
2. Saat hamil : Ibu makan 2 kali sehari, ibu kurang nafsu makan,
ibu minum 7-8 gelas/hari
b. Eliminasi
1. Sebelum hamil : BAB : 1x/hari BAK : 3-4x/hari
2. Saat hamil : BAB : 1x/hari BAK : 6-7x/hari
c. Istirahat dan tidur
1. Sebelum hamil : Ibu tidur malam 7-8 jam/hari, tidur siang 1 jam
2. Saat hamil : Ibu tidur malam 5-6 jam/hari, tidur siang 1 jam
d. Personal Hygiene
Sebelum hamil dan saat hamil ibu mandi 2x sehari, ganti pakaian 2x sehari, keramas
2x/hari.
e. Aktifitas / olah raga
Ibu hanya mengerjakan aktifitasnya sebagai ibu rumah tangga, ibu jarang berolah raga,
bila ibu bekerja terlalu berat ibu merasa pusing dan cepat lelah.
f. Seksualitas
Tidak ada keluhan, ibu melakukan hubungan seksualitas 1x/minggu
C. Pemeriksaan
1. Keadaan umum
a. Keadaan umum : Baik
b. Tanda-tanda vital
TD : 110/70 mmHg Nadi : 78x/menit
RR : 24x/menit temp : 370C
c. BB sebelum hamil : 50 Kg Kenaikan BB selama hamil : 12 Kg
BB saat hamil : 62 Kg
d. Tinggi badan : 155 cm
e. Ukuran LILA : 24 cm
2. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
1. Rambut : Lurus, tidak ada ketombe, tidak mudah rontok dan keadaan bersih
2. Muka : Bentuk simetris, pucat, keadaan bersih tidak ada oedem
3. Mata : Bentuk simetris, tidak ada pembengkakan pada kelopak mata, konjungtiva
pucat, sklera tidak ikterik, berfungsi dengan baik, keadaan bersih
4. Hidung : Bentuk simetris, keadaan bersih dan tidak ada pembesaran polip, berfungsi
dengan baik
5. Mulut : Tidak ada kelainan pada mulut, tidak ada stomatitis, keadaan gigi bersih, tidak
ada caries dan tidak ada pembesaran tonsil
6. Telinga : Bentuk simetris, keadaan bersih , fungsi pendengaran baik, daun telinga ada
7. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, kelenjar limfe dan tidak ada
pembenhkakan vena jugularis
8. Dada : Bentuk simetris,pergerakan nafas teratus, tidak ada benjolan abnormal
9. Payudara : Membesar simetris, puting susu menonjol, hyperpigmentasi, tidak ada
benjolan abnormal, kolostrum belum keluar , keadaan bersih
10. Abdomen : Bentuk simetris membesar sesuai usia kehamilan, tidak ada bekas operasi,
keadaan bersih
11. Punggung : Segitiga signoid simetris, bentuk tulang simetris
12. Genitalia : Keadaan bersih, tidak ada haemoroid, tidak ada oedem, tidak ada varises
13. Ekstremitas
Atas : Bentuk simetris,tidak ada cacat, tidak ada oedem, keadaan bersih, jari-jari tangan
lengkap
Bawah : Bentuk simetris, keadaan bersih, tidak ada oedem, berfungsi dengan baik, jari-
jari kaki lengkap
b. Palpasi
1. Leopold I : TFU 34cm, pada fundus teraba lunak, kurang bundar, kurang melenting
berarti bokong
Mc Donald : 34cm
TBJ : (34-12) x 155
= 22 x 155
= 3410 g
2. Leopold II : Perut ibu sebelah kiri traba lebar dan memberikan tahanan yang besar
berarti punggung. Perut ibu sebelah kanan teraba bagian kecil-kecil yang berarti
ekstremitas.
3. Leopold III : Bagian terbawah janin teraba keras, bundar melanting yang berarti kepala
4. Leopold IV : Kepala sudah masuk PAP, Posisi sejajar
c. Auskultasi
d. Perkusi
Reflek patella positif dan reflek babinski negatif
3. Pemeriksaan fisik
a. Hb : 9,4 g%
b. Protein urine : (-)
c. Reduksi urine : (-)
2. Masalah
a. Gangguan aktifitas
Dasar :
1) Ibu merasakan kram pada kaki
2) Ibu mengatakan cepat lelah
b. Gangguan rasa nyaman
Dasar :
1) Ibu merasa cemas menjelang persalinan
2) Ibu mengatakan cepat lelah
3) Ibu mengatakan kurang istirahat
c. Gangguan pemenuhan nutrisi
1) Ibu terlihat pucat
2) Ibu mengatakan tidak nafsu makan
3) Ibu tampak lemas
3. Kebutuhan
a. Penyuluhan tentang perubahan fisiologis dalam kehamilan seperti gangguan pada
pinggang dan kaki.
b. Penyuluhan tentang senam hamil dan latihan relaksasi.
c. Penyuluhan tentang kebutuhan gizi ibu hamil
d. Penyuluhan tentang persiapan persalinan.
e. Pemberian Fe untuk pengobatan anemia ringan serta pemberian vitamin B kompleks
dan vitamin C untuk membantu penyerapan zat besi
V. Perencanaan
1. Jelaskan pada ibu kondisinya saat ini
a. Ajarkan pada ibu cara menjaga kondisinya selama hamil
b. Berikan terapi
1) Tablet Fe : 2 x 1 tablet/ hari
2) Kalsium laktat : 3 x 1 tablet/hari
3) Vitamin B kompleks: 3 x 1 tablet/hari
4) Vitamin C : 3 x 1 hari
c. Anjurkan pada ibu cara mengkonsumsi zat besi
d. Evaluasi cara ibu mengkonsumsi zat besi
e. Libatkan keluarga untuk memberikan dukungan psikologis pada ibu
2. Jelaskan pada ibu pentingnya breast care dan senam hamil
a. Ajarkan bagaimana cara breast care dan senam hamil
b. Evaluasi cara ibu melakukan breast care dan senam hamil
c. Libatkan keluarga untuk mengingatkan ibu untuk melakukan breast care dan senam
hamil
3. Jelaskan pada ibu tentang kebutuhan gizi ibu hamil
a. Anjurkan pada ibu untuk mengkonsumsi makanan gizi seimbang
b. Anjurkan pada ibu untuk makan sedikit tapi sering
c. Libatkan keluarga agar membantu ibu untuk mengkonsumsi makanan gizi seimbang
4. Anjurkan pada ibu untuk istirahat yang cukup dan mengurangi aktifitas yang
berlebihan dan berat
5. Berikan informasi tentang tanda-tanda bahaya kehamilan
6. Berikan informasi tentang persiapan persalinan dan tanda-tanda persalinan
7. Anjurkan pada ibu untuk melakukan kunjungan ulang segera jika ada keluhan
VI. Pelaksanaan
1. Menjelaskan pada ibu kondisinya saat ini
a. Mengajarkan pada ibu cara menjaga kondisinya selama hamil
b. Memberikan terapi
1) Tablet Fe : 2 x 1 tablet/ hari
2) Kalsium laktat : 3 x 1 tablet/hari
3) Vitamin B kompleks: 3 x 1 tablet/hari
4) Vitamin C : 3 x 1 hari
c. Menganjurkan pada ibu cara mengkonsumsi zat besi
d. Mengevaluasi cara ibu mengkonsumsi zat besi
e. Melibatkan keluarga untuk memberikan dukungan psikologis pada ibu
2. Menjelaskan pada ibu pentingnya breast care dan senam hamil
a. Mengajarkan pada ibu cara breast care dan senam hamil
b. Mengevaluasi cara ibu melakukan breast care dan senam hamil
c. Melibatkan keluarga untuk mengingatkan ibu untuk melakukan breast care dan senam
hamil
3. Menjelaskan pada ibu tentang kebutuhan gizi ibu hamil
a. Menganjurkan pada ibu untuk mengkonsumsi makanan gizi seimbang
d. Menganjurkan pada ibu untuk makan sedikit tapi sering
e. Melibatkan keluarga agar membantu ibu untuk mengkonsumsi makanan gizi seimbang
4. Menganjurkan pada ibu untuk istirahat yang cukup dan mengurangi aktifitas yang
berlebihan dan berat
5. Memberikan informasi tentang tanda-tanda bahaya kehamilan
6. Memberikan informasi tentang persiapan persalinan dan tanda-tanda persalinan
7. Menganjurkan pada ibu untuk melakukan kunjungan ulang segera jika ada keluhan
VII. Evaluasi
1. Ibu mengerti kondisinya saat ini
a. Ibu mengerti cara menjaga kondisinya selama hamil
b. Ibu mau mengkonsumsi tablet Fe, kalsium laktat, vitamin B kompleks, vitamin C 3 x 1
tablet/hari
c. Ibu mengerti cara mengkonumsi zat besi
d. Keluarga berjanji untuk memberikan bantuan psikologis pada ibu
2. Ibu mengerti manfaat breast care dan senam hamil
a. Ibu mengerti cara breast care dan senam hamil
b. Keluarga berjanjii akan mengingatkan ibu untuk melakukan breast care dan senam
hamil
3. Ibu mengerti tentang kebutuhan gizi pada ibu hamil
a. Ibu berjanji akan mengkonsumsi makanan gizi seimbang
b. Ibu mengatakan akan makan sedikit tapi sering
c. Keluarga berjanji akan membantu ibu untuk mengkonsumsi makanan gizi seimbang
4. Ibu mengatakan akan istirahat yang cukup dan akan mengurangi aktifitas yang
berlebihan dan berat
5. Ibu mengerti tentang tanda-tanda bahaya dalam kehamilan
6. Ibu mengerti tantang persiapan persalinan dan tanda-tanda persalinan
7. Ibu berjanji akan melakukan kunjungan ulang segera jika ada keluhan
Asuhan Persalinan Normal
Posted on Juli 17, 2008 by kuliahbidan
Pendahuluan
Komplikasi obstetri yang menyebabkan tingginya kasus kesakitan dan kematian ibu di
banyak negara berkembang, yaitu :
1. Perdarahan pasca persalinan
2. Eklampsia
3. Sepsis
4. Keguguran
5. Hipotermia
Fokus utama asuhan persalinan normal telah mengalami pergeseran paradigma. Dulu
fokus utamanya adalah menunggu dan menangani komplikasi namun sekarang fokus
utamanya adalah mencegah terjadinya komplikasi selama persalinan dan setelah bayi
lahir sehingga akan mengurangi kesakitan dan kematian ibu serta bayi baru lahir.
Pencegahan retensio plasenta dengan cara mempercepat proses separasi dan melahirkan
plasenta dengan memberikan uterotonika segera setelah bayi lahir dan melakukan
penegangan tali pusat terkendali. Upaya ini disebut juga penatalaksanaan aktif kala III.
Tujuan asuhan persalinan normal yaitu mengupayakan kelangsungan hidup dan mencapai
derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya melalui berbagai upaya yang
terintegrasi dan lengkap serta intervensi minimal sehingga prinsip keamanan dan kualitas
pelayanan dapat terjaga pada tingkat optimal.
Membuat keputusan klinik adalah proses pemecahan masalah yang akan digunakan untuk
merencanakan arahan bagi ibu dan bayi baru lahir.
1. Pengumpulan Data
_____________________
Penolong persalinan mengumpulkan data subjektif dan data objektif dari klien. Data
subjektif adalah informasi yang diceritakan ibu tentang apa yang dirasakan, apa yang
sedang dialami dan apa yang telah dialami, termasuk informasi tambahan dari anggota
keluarga tentang status ibu. Data objektif adalah informasi yang dikumpulkan
berdasarkan pemeriksaan / pengantar terhadap ibu atau bayi baru lahir.
2. Diagnosis
____________
Membuat diagnosa secara tepat dan cepat setelah data dikumpulkan dan dianalisa.
Pencarian dan pengumpulan data untuk diagnosis merupakan proses sirkuler (melingkar)
yang berlangsung secara terus-menerus bukan proses linier (berada pada satu garis lurus).
Diagnosis terdiri atas diagnosis kerja dan diagnosis defenitif. Diagnosis kerja diuji dan
dipertegas atau dikaji ulang berdasarkan pengamatan dan temuan yang diperoleh secara
terus-menerus. Setelah dihasilkan diagnosis defenitif barulah bidan dapat merencanakan
penataksanaan kasus secara tepat.
Untuk membuat diagnosa :
1. Pastikan bahwa data-data yang ada dapat mendukung diagnosa.
2. Mengantisipasi masalah atau penyulit yang mungkin terjadi setelah diagnosis
defenitif dibuat.
3. Memperhatikan kemungkinan sejumlah diagnosa banding atau diagnosa ganda.
Rencana penatalaksanaan asuhan dan perawatan disusun setelah data terkumpul dan
diagnosis defenitif ditegakkan. Setelah membuat rencana asuhan, laksanakan rencana
tersebut tepat waktu dan mengacu pada keselamatan klien.
4. Evaluasi
___________
Ibu harus diberikan salinan catatan medik (catatan klinik antenatal, dokumen-dokumen
rujukan, dll) beserta panduan yang jelas mengenai :
- Maksud dari dokumen-dokumen tersebut
- Kapan harus dibawa
- Kepada siapa harus diberikan
- Bagaimana cara penyimpanan yang aman di rrumah atau selama perjalanan ke
tempat rujukan.
Rujukan
Meskipun sebagian besar ibu menjalani persalinan normal namun sekitar 10-15 %
diantaranya akan mengalami masalah selama proses persalinan dan kelahiran sehingga
perlu dirujuk ke fasilitas kesehatan rujukan. Sangatlah sulit menduga kapan penyulit akan
terjadi sehingga kesiapan merujuk ibu dan/atau bayinya ke fasilitas kesehatan rujukan
secara optimal dan tepat waktu jika penyulit terjadi. Setiap tenaga penolong / fasilitas
pelayanan harus mengetahui lokasi fasilitas tujukan terdekat yang mampu melayani
kegawatdaruratan obstetri dan bayi baru lahir, seperti :
- Pembedahan termasuk bedah sesar.
- Transfusi darah.
- Persalinan menggunakan ekstraksi vakum daan cunam.
- Antibiotik IV.
- Resusitasi bayi baru lahir dan asuhan lannjutan bagi bayi baru lahir.
Pada saat kunjungan antenatal, jelaskan bahwa petugas kesehatan, klien dan suami akan
selalu berupaya untuk mendapatkan pertolongan terbaik, termasuk kemungkinan rujukan
setiap ibu hamil apabila terjadi penyulit. Pada saat terjadi penyulit seringkali tidak cukup
waktu untuk membuat rencana rujukan sehingga keterlambatan dalam membuat
keputusan dapat membahayakan jiwa klien. Anjurkan ibu untuk membahas rujukan dan
membuat rencana rujukan bersama suami dan keluarganya serta tawarkan untuk berbicara
dengan suami dan keluarganya untuk menjelaskan antisipasi rencana rujukan.
Kaji ulang tentang keperluan dan tujuan upaya rujukan pada ibu dan keluarganya.
Kesempatan ini harus dilakukan selama ibu melakukan kunjungan asuhan antenatal atau
pada saat awal persalinan, jika memungkinkan. Jika ibu belum membuat rencana selama
kehamilannya, penting untuk mendiskusikan rencana rujukan dengan ibu dan
keluarganya pada saat-saat awal persalinan. Jika kemudian timbul masalah pada saat
persalinan dan rencana rujukan belum dibicarakan maka seringkali sulit untuk membuat
persiapan-persiapan dengan cepat. Rujukan tepat waktu merupakan unggulan asuhan
sayang ibu dalam mendukung keselamatan ibu.
Bidan
——
Pastikan bahwa ibu dan/atau bayi baru lahir didampingi oleh penolong persalinan yang
kompoten dan memiliki kemampuan untuk menatalaksana kegawatdaruratan obstetri dan
bayi baru lahir untuk dibawa ke fasilitas rujukan.
Alat
—–
Bawa perlengkapan dan bahan-bahan untuk asuhan persalinan, masa nifas dan bayi baru
lahir (tabung suntik, selang IV, dll) bersama ibu ke tempat rujukan. Perlengkapan dan
bahan-bahan tersebut mungkin diperlukan jika ibu melahirkan sedang dalam perjalanan.
Keluarga
———
Beritahu ibu dan keluarga mengenai kondisi terakhir ibu dan/atau bayi dan mengapa ibu
dan/atau bayi perlu dirujuk. Jelaskan pada mereka alasan dan keperluan upaya rujukan
tersebut. Suami atau anggota keluarga yang lain harus menemani ibu dan/atau bayi baru
lahir ke tempat rujukan.
Surat
——
Berikan surat ke tempat rujukan. Surat ini harus memberikan identifikasi mengenai ibu
dan/atau bayi baru lahir, cantumkan alasan rujukan dan uraikan hasil pemeriksaan,
asuhan atau obat-obatan yang diterima ibu dan/atau bayi baru lahir. Lampirkan partograf
kemajuan persalinan ibu pada saat rujukan.
Obat
—–
Bawa obat-obatan esensial pada saat mengantar ibu ke tempat rujukan. Obat-obatan
mungkin akan diperlukan selama perjalanan.
Kendaraan
———-
Siapkan kendaraan yang paling memungkinkan untuk merujuk ibu dalam kondisi yang
cukup nyaman. Selain itu pastikan bahwa kondisi kendaraan itu cukup baik untuk
mencapai tempat rujukan dalam waktu yang tepat.
Uang
—–
Ingatkan pada keluarga agar membawa uang dalam jumlah yang cukup untuk membeli
obat-obatan yang diperlukan dan bahan-bahan kesehatan lain yang diperlukan selama ibu
dan/atau bayi baru lahir tinggal di fasilitas rujukan.
Penerapan Asuhan Sayang Ibu Dalam Tahapan
Persalinan
By lusa
Asuhan sayang ibu membantu ibu dan keluarganya untuk merasa aman dan nyaman
selama proses persalinan.
Asuhan sayang ibu adalah asuhan dengan prinsip saling menghargai budaya, kepercayaan
dan keinginan sang ibu (Depkes, 2004). Cara yang paling mudah untuk membayangkan
asuhan sayang ibu adalah dengan menanyakan pada diri kita sendiri, “Seperti inikah
asuhan yang ingin saya dapatkan?” atau “Apakah asuhan seperti ini, yang saya inginkan
untuk keluarga saya yang sedang hamil?”
Kala I
Kala I adalah suatu kala dimana dimulai dari timbulnya his sampai pembukaan lengkap.
Asuhan yang dapat dilakukan pada ibu adalah :
Kala II
Kala II adalah kala dimana dimulai dari pembukaan lengkap serviks sampai keluarnya
bayi.
Asuhan yang dapat dilakukan pada ibu adalah :
1. Pendampingan ibu selama proses persalinan sampai kelahiran bayinya oleh suami
dan anggota keluarga yang lain.
2. Keterlibatan anggota keluarga dalam memberikan asuhan antara lain : (a)
Membantu ibu untuk berganti posisi. (b) Melakukan rangsangan taktil. (c)
Memberikan makanan dan minuman. (d) Menjadi teman bicara/ pendengar yang
baik. (e) Memberikan dukungan dan semangat selama persalinan sampai
kelahiran bayinya.
3. Keterlibatan penolong persalinan selama proses persalinan & kelahiran – dengan
cara : (a) Memberikan dukungan dan semangat kepada ibu dan keluarga. (b)
Menjelaskan tahapan dan kemajuan persalinan. (c) Melakukan pendampingan
selama proses persalinan dan kelahiran.
4. Membuat hati ibu merasa tenteram selama kala II persalinan – dengan cara
memberikan bimbingan dan menawarkan bantuan kepada ibu.
5. Menganjurkan ibu meneran bila ada dorongan kuat dan spontan umtuk meneran –
dengan cara memberikan kesempatan istirahat sewaktu tidak ada his.
6. Mencukupi asupan makan dan minum selama kala II.
7. Memberika rasa aman dan nyaman dengan cara : (a) Mengurangi perasaan tegang.
(b) Membantu kelancaran proses persalinan dan kelahiran bayi. (c) Memberikan
penjelasan tentang cara dan tujuan setiap tindakan penolong. (d) Menjawab
pertanyaan ibu. (e) Menjelaskan apa yang dialami ibu dan bayinya. (f)
Memberitahu hasil pemeriksaan.
8. Pencegahan infeksi pada kala II dengan membersihkan vulva dan perineum ibu.
9. Membantu ibu mengosongkan kandung kemih secara spontan.
Kala III
Kala III adalah kala dimana dimulai dari keluarnya bayi sampai plasenta lahir.
Asuhan yang dapat dilakukan pada ibu adalah :
Kala IV
Kala IV adalah kala dimana 1-2 jam setelah lahirnya plasenta.
Asuhan yang dapat dilakukan pada ibu adalah :
2.Pelayanan Kolaborasi
3. Pelayanan Rujukan
4. Pelayanan Konsultasi
• Pada kondisi tertentu bidan membutuhkan nasehat atau pendapat dari dokter atau
anggota tim perawatan klien yang lain tapi tanggung jawab uama terhadap klien
tetap ditangan bidan
Proses kekurangan zat besi sampai menjadi anemia melalui beberapa tahap.
Awalnya, terjadi penurunan simpanan cadangan zat besi. Bila belum juga dipenuhi
dengan masukan zat besi, lama-kelamaan timbul gejala anemia disertai penurunan Hb.
Gejala awal anemia zat besi berupa badan lemah, lelah, kurang energi, kurang nafsu
makan, daya konsentrasi menurun, sakit kepala, mudah terinfeksi penyakit, stamina
tubuh menurun, dan pandangan berkunang-kunang – terutama bila bangkit dari
duduk. Selain itu, wajah, selaput lendir kelopak mata, bibir, dan kuku penderita tampak
pucat. Kalau anemia sangat berat, dapat berakibat penderita sesak napas, bahkan lemah
jantung.
Zat besi yang terdapat dalam semua sel tubuh ini berperan penting dalam berbagai reaksi
biokimia, di antaranya memproduksi sel darah merah. Sel itu sangat diperlukan untuk
mengangkut oksigen ke seluruh jaringan tubuh. Sedangkan oksigen penting dalam proses
pembentukan energi agar produktivitas kerja meningkat dan tubuh tidak cepat lelah.
Zat besi juga unsur penting dalam mempertahankan daya tahan tubuh, agar kita tidak
mudah terserang penyakit. Menurut penelitian, orang dengan kadar Hb kurang dari 10
g/dl memiliki kadar sel darah putih (untuk melawan bakteri) yang rendah pula.
Jumlah zat besi di dalam tubuh bervariasi menurut umur, jenis kelamin, dan kondisi
fisiologis tubuh. Pada orang dewasa sehat, jumlah zat besi diperkirakan lebih dari 4.000
mg, dengan sekitar 2.500 mg ada dalam hemoglobin. Di dalam tubuh sebagian zat besi
(sekitar 1.000 mg) disimpan di hati berbentuk ferritin. Saat konsumsi zat besi dari
makanan tidak cukup, zat besi dari ferritin dikerahkan untuk memproduksi Hb.
Jumlah zat besi yang harus diserap tubuh setiap hari hanya 1 mg atau setara dengan 10 –
20 mg zat besi yang terkandung dalam makanan. Zat besi pada pangan hewani lebih
tinggi penyerapannya yaitu 20 – 30%, sedangkan dari sumber nabati hanya 1 – 6%.
Sebenarnya, tubuh punya mekanisme menjaga keseimbangan zat besi dan mencegah
berkembangnya kekurangan zat besi. Tubuh mampu mengatur penyerapan zat besi sesuai
kebutuhan tubuh dengan meningkatkan penyerapan pada kondisi kekurangan dan
menurunkan penyerapan saat kelebihan zat besi.
Begitupun, anemia tetap bisa menyerang, bahkan siapa saja. Di antaranya mereka yang
karena aktif, amat sibuk, dan punya keterbatasan waktu, tidak bisa mengikuti pola makan
yang memenuhi kebutuhan akan zat besi.
Kemungkinan lain adalah meningkatnya kebutuhan karena kondisi fisiologis, misalnya
hamil, kehilangan darah karena kecelakaan, pascabedah atau menstruasi, adanya penyakit
kronis atau infeksi, misalnya infeksi cacing tambang, malaria, tuberkulose atau TB (dulu
dikenal sebagai TBC).
Mereka yang berdiet pun terbuka kemungkinan menderita anemia karena diet yang
berpantang telur, daging, hati, atau ikan. Padahal jenis pangan itu sumber zat besi yang
mudah diserap tubuh. Tak heran bila para vegetarian cenderung mudah menderita
anemia. Apalagi disertai kebiasaan tidak sarapan atau frekuensi makan tidak teratur tanpa
kualitas makanan seimbang.
Demikian pula pengidap gangguan penyerapan zat besi dalam usus. Ini bisa terjadi
karena gangguan pencernaan atau dikonsumsinya substansi penghambat seperti kopi, teh,
atau serat makanan tertentu tanpa asupan zat besi yang cukup.
Wanita, terutama, perlu memberi perhatian khusus pada anemia. Dimulai pada saat
remaja mengalami haid di masa pubertas. Di fase ini sangat diperlukan zat gizi cukup
seperti zat besi, vitamin A, dan kalsium. Sayangnya, akibat menstruasi ia harus
kehilangan zat besi hingga dua kali jumlah yang dikeluarkan pria.
Pada wanita dewasa dengan berat badan 55 kg, zat besi yang keluar lewat saluran
pencernaan dan kulit atau kehilangan basal berjumlah 0,5 – 1,0 mg per hari, atau
umumnya sekitar 0,8 mg per hari. Sedangkan jumlah zat besi yang hilang karena haid,
pada 95% populasi adalah 1,6 mg per hari. Sehingga jumlah zat besi yang hilang akibat
haid ditambah kehilangan basal menjadi sekitar 2,4 mg per hari pada 95% populasi.
Tak heran bila wanita cenderung menderita kekurangan zat besi karena hilangnya zat itu
di kala haid tiap bulan tanpa diimbangi asupan makanan yang cukup mengandung zat
besi. Kehilangan zat besi lewat haid pada wanita biasanya konstan, tetapi bervariasi
jumlahnya di antara kaum wanita. Dapat dimengerti bila beberapa wanita perlu zat besi
lebih banyak daripada wanita lain.
Selain menstruasi, kondisi rawan lain adalah saat hamil dan menyusui. Anemia adalah
masalah kesehatan dengan prevalensi tertinggi pada wanita hamil. Prevalensi anemia
pada ibu hamil di Indonesia adalah 70%, atau 7 dari 10 wanita hamil menderita anemia.
Pada trimester pertama kehamilan, zat besi yang dibutuhkan sedikit karena tidak terjadi
menstruasi dan pertumbuhan janin masih lambat. Menginjak trimester kedua hingga
ketiga, volume darah dalam tubuh wanita akan meningkat sampai 35%, ini ekuivalen
dengan 450 mg zat besi untuk memproduksi sel-sel darah merah. Sel darah merah harus
mengangkut oksigen lebih banyak untuk janin. Sedangkan saat melahirkan, perlu
tambahan besi 300 – 350 mg akibat kehilangan darah. Sampai saat melahirkan, wanita
hamil butuh zat besi sekitar 40 mg per hari atau dua kali lipat kebutuhan kondisi tidak
hamil.
Pada banyak wanita hamil, anemia gizi besi disebabkan oleh konsumsi makanan yang
tidak memenuhi syarat gizi dan kebutuhan yang meningkat. Selain itu, kehamilan
berulang dalam waktu singkat. Cadangan zat besi ibu yang belum pulih akhirnya terkuras
untuk keperluan janin yang dikandung berikutnya.
Jadi, kebutuhan zat besi untuk tiap wanita berbeda-beda sesuai siklus hidupnya. Wanita
dewasa tidak hamil kebutuhannya sekitar 26 mg per hari, sedangkan wanita hamil perlu
tambahan zat besi sekitar 20 mg per hari.
Saat menyusui, meski biasanya wanita tidak mengalami haid, ibu tetap kehilangan zat
besi dan kalsium melalui ASI. Selain kehilangan basal normal sekitar 0,8 mg, kehilangan
zat besi melalui ASI mencapai sekitar 0,3 mg per hari. Maka, ibu menyusui butuh
tambahan zat besi 2 mg per hari serta kalsium 400 mg per hari.
Anemia pada ibu hamil bukan tanpa risiko. Menurut penelitian, tingginya angka kematian
ibu berkaitan erat dengan anemia. Anemia juga menyebabkan rendahnya kemampuan
jasmani karena sel-sel tubuh tidak cukup mendapat pasokan oksigen. Selain itu, hewan
percobaan yang bunting dan kekurangan zat besi melahirkan anak-anak dengan daya
tahan rendah terhadap infeksi. Penyebabnya, sel fagosit yang bertugas menangkal bakteri
infeksi tak berfungsi maksimal.
Sayangnya, cara ini memberikan efek seperti mual, diare, dan lainnya. Maka,
alternatifnya adalah mengkonsumsi makanan yang diperkaya dengan zat besi, misalnya
berbentuk susu atau roti.
Suplemen tablet besi memang diperlukan untuk kondisi tertentu, wanita hamil dan
anemia berat misalnya. Penderita anemia ringan sebaiknya tidak menggunakan suplemen
besi, lebih tepat bila mereka mengupayakan perbaikan menu makanan. Misalnya, dengan
meningkatkan konsumsi makanan yang banyak mengandung zat besi seperti telur, susu,
hati, ikan, daging, kacang-kacangan (tempe, tahu, oncom, kedelai, kacang hijau), sayuran
berwarna hijau tua (kangkung, bayam, daun katuk), dan buah-buahan (jeruk, jambu biji,
pisang). Perhatikan pula gizi makanan dalam sarapan dan frekuensi makan yang teratur,
terutama bagi yang berdiet.
Biasakan pula menambahkan substansi yang memudahkan penyerapan zat besi seperti
vitamin C, air jeruk, daging, ayam, dan ikan. Sebaliknya, substansi penghambat
penyerapan zat besi seperti teh dan kopi patut dihindari.
Status gizi ibu sebelum dan selama hamil dapat mempengaruhi pertumbuhan janin yang
sedang dikandung. Bila gtatus gizi ibu normal pada masa sebelum dan selama hamil
kemungkinan besar akan melahirkan bayi yang sehat, cukup bulan dengan berat badan
normal. Dengan kata lain kualitas bayi yang dilahirkan sangat tergantung pada keadaan
gizi ibu sebelum dan selama hamil.
Salah satu cara untuk menilai kualitas bayi adalah dengan mengukur berat bayi pada saat
lahir. Seorang ibu hamil akan melahirkan bayi yang sehat bila tingkat kesehatan dan
gizinya berada pada kondisi yang baik. Namun sampai saat ini masih banyak ibu hamil
yang mengalami masalah gizi khususnya gizi kurang seperti Kurang Energi Kronis
(KEK) dan Anemia gizi (Depkes RI, 1996). Hasil SKRT 1995 menunjukkan bahwa 41 %
ibu hamil menderita KEK dan 51% yang menderita anemia mempunyai kecenderungan
melahirkan bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).
Ibu hamil yang menderita KEK dan Anemia mempunyai resiko kesakitan yang lebih
besar terutama pada trimester III kehamilan dibandingkan dengan ibu hamil normal.
Akibatnya mereka mempunyai resiko yang lebih besar untuk melahirkan bayi dengan
BBLR, kematian saat persalinan, pendarahan, pasca persalinan yang sulit karena lemah
dan mudah mengalami gangguan kesehatan (Depke RI, 1996). Bayi yang dilahirkan
dengan BBLR umumnya kurang mampu meredam tekanan lingkungan yang baru,
sehingga dapat berakibat pada terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan, bahkan
dapat mengganggu kelangsungan hidupnya.
Selain itu juga akan meningkatkan resiko kesakitan dan kematian bayi karena rentan
terhadap infeksi saluran pernafasan bagian bawah, gangguan belajar, masalah perilaku
dan lain sebagainya (Depkes RI, 1998).
Bagi ibu hamil, pada dasarnya semua zat gizi memerlukan tambahan, namun yang
seringkali menjadi kekurangan adalah energi protein dan beberapa mineral seperti Zat
Besi dan Kalsium.
Kebutuhan energi untuk kehamilan yang normal perlu tambahan kira-kira 80.000 kalori
selama masa kurang lebih 280 hari. Hal ini berarti perlu tambahan ekstra sebanyak
kurang lebih 300 kalori setiap hari selama hamil (Nasution, 1988).
Energi yang tersembunyi dalam protein ditaksir sebanyak 5180 kkal, dan lemak 36.337
Kkal. Agar energi ini bisa ditabung masih dibutuhkan tambahan energi sebanyak 26.244
Kkal, yang digunakan untuk mengubah energi yang terikat dalam makanan menjadi
energi yang bisa dimetabolisir. Dengan demikian jumlah total energi yang harus tersedia
selama kehamilan adalah 74.537 Kkal, dibulatkan menjadi 80.000 Kkal. Untuk
memperoleh besaran energi per hari, hasil penjumlahan ini kemudian dibagi dengan
angka 250 (perkiraaan lamanya kehamilan dalam hari) sehingga diperoleh angka 300
Kkal.
Karena banyaknya perbedaan kebutuhan energi selama hamil, maka WHO menganjurkan
jumlah tambahan sebesar 150 Kkal sehari pada trimester I, 350 Kkal sehari pada trimester
II dan III. Di Kanada, penambahan untuk trimester I sebesar 100 Kkal dan 300 Kkal
untuk trimester II dan III. Sementara di Indonesia berdasarkan Widya Karya Nasional
Pangan dan Gizi VI tahun 1998 ditentukan angka 285 Kkal perhari selama kehamilan.
Angka ini tentunya tidak termasuk penambahan akibat perubahan temperatur ruangan,
kegiatan fisik, dan pertumbuhan. Patokan ini berlaku bagi mereka yang tidak merubah
kegiatan fisik selama hamil.
Sama halnya dengan energi, kebutuhan wanita hamil akan protein juga meningkat,
bahkan mencapai 68 % dari sebelum hamil. Jumlah protein yang harus tersedia sampai
akhir kehamilan diperkirakan sebanyak 925 g yang tertimbun dalam jaringan ibu,
plasenta, serta janin. Di Indonesia melalui Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI
tahun 1998 menganjurkan penambahan protein 12 g/hari selama kehamilan. Dengan
demikian dalam satu hari asupan protein dapat mencapai 75-100 g (sekitar 12 % dari
jumlah total kalori); atau sekitar 1,3 g/kgBB/hari (gravida mature), 1,5 g/kg BB/hari (usia
15-18 tahun), dan 1,7 g/kg BB/hari (di bawah 15 tahun).
Bahan pangan yang dijadikan sumber protein sebaiknya (2/3 bagian) pangan yang
bernilai biologi tinggi, seperti daging tak berlemak, ikan, telur, susu dan hasil olahannya.
Protein yang berasal dari tumbuhan (nilai biologinya rendah) cukup 1/3 bagian.
Kenaikan volume darah selama kehamilan akan meningkatkan kebutuhan Fe atau Zat
Besi. Jumlah Fe pada bayi baru lahir kira-kira 300 mg dan jumlah yang diperlukan ibu
untuk mencegah anemia akibat meningkatnya volume darah adalah 500 mg. Selama
kehamilan seorang ibu hamil menyimpan zat besi kurang lebih 1.000 mg termasuk untuk
keperluan janin, plasenta dan hemoglobin ibu sendiri. Berdasarkan Widya Karya
Nasional Pangan dan Gizi Tahun 1998, seorang ibu hamil perlu tambahan zat gizi rata-
rata 20 mg perhari. Sedangkan kebutuhan sebelum hamil atau pada kondisi normal rata-
rata 26 mg per hari (umur 20 – 45 tahun).
Bila ibu mengalami kekurangan gizi selama hamil akan menimbulkan masalah, baik pada
ibu maupun janin, seperti diuraikan berikut ini.
1. 1. Terhadap Ibu
Gizi kurang pada ibu hamil dapat menyebabkan resiko dan komplikasi pada ibu antara
lain: anemia, pendarahan, berat badan ibu tidak bertambah secara normal, dan terkena
penyakit infeksi.
1. 2. Terhadap Perslinan
Pengaruh gizi kurang terhadap proses persalinan dapat mengakibatkan persalinan sulit
dan lama, persalinan sebelum waktunya (premature), pendarahan setelah persalinan, serta
persalinan dengan operasi cenderung meningkat.
1. 3. Terhadap Janin
Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat mempengaruhi proses pertumbuhan janin dan
dapat menimbulkan kegururan , abortus, bayi lahir mati, kematian neonatal, cacat
bawaan, anemia pada bayi, asfiksia intra partum (mati dalam kandungan), lahir dengan
berat badan lahir rendah (BBLR)
Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengetahui status gizi ibu hamil antara
lain memantau pertambahan berat badan selama hamil, mengukur Lingkar Lengan Atas
(LILA), dan mengukur kadar Hb. Pertambahan berat badan selama hamil sekitar 10 – 12
kg, dimana pada trimester I pertambahan kurang dari 1 kg, trimester II sekitar 3 kg, dan
trimester III sekitar 6 kg. Pertambahan berat badan ini juga sekaligus bertujuan
memantau pertumbuhan janin. Pengukuran LILA dimaksudkan untuk mengetahui apakah
seseorang menderita Kurang Energi Kronis (KEK), sedangkan pengukuran kadar Hb
untuk mengetahui kondisi ibu apakah menderita anemai gizi.
Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan janin tidak mengalami
hambatan, dan selanjutnya akan melahirkan bayi dengan berat normal. Dengan kondisi
kesehatan yang baik, system reproduksi normal, tidak menderita sakit, dan tidak ada
gangguan gizi pada masa pra hamil maupun saat hamil, ibu akan melahirkan bayi lebih
besar dan lebih sehat daripada ibu dengan kondisi kehamilan yang sebaliknya. Ibu
dengan kondisi kurang gizi kronis pada masa hamil sering melahirkan bayi BBLR,
vitalitas yang rendah dan kematian yang tinggi, terlebih lagi bila ibu menderita anemia.
Tidak semua ibu menyadari bahwa aspek fisik dan psikis adalah dua hal yang terkait erat,
saling pengaruh-mempengaruhi, atau hampir tidak terpisahkan. Jika kondisi fisiknya
kurang baik, maka proses berpikir, suasana hati, kendali emosi dan tindakan yang
bersangkutan dalam kehidupan sehari-hari akan terkena imbas negatifnya. Antara lain,
suasana hati atau keadaan emosi cepat berubah, kepekaan meningkat, dan perubahan pola
atau pilihan makanan yang juga akan berpengaruh pada konsep diri sang ibu.
Kondisi psikologis yang dialami ibu selama hamil, kemudian akan kembali
mempengaruhi aktivitas fisiologis dalam dirinya. Suasana hati yang kelam dan emosi
yang meledak-ledak dapat mempengaruhi detak jantung, tekanan darah, produksi
adrenalin, aktivitas kelenjar keringat, sekresi asam lambung, dan lain-lain. Trauma, stres,
atau tekanan psikologis juga dapat memunculkan gejala fisik seperti letih, lesu, mudah
marah, gelisah, pening, mual atau merasa malas.
Karena perubahan yang terjadi pada fisik mempengaruhi aspek psikologis dan
sebaliknya, maka mudah bagi ibu hamil untuk mengalami trauma. Menurut Shinto,
trauma ini ternyata dapat dirasakan juga oleh janin. Bahkan, janin sudah menunjukkan
reaksi terhadap stimulasi yang berasal dari luar tubuh ibunya. Sementara dalam masa
perkembangan janin, ada masa-masa yang dianggap kritis yang menyangkut
pembentukan organ tubuh. Oleh karena itu, mau tidak mau ibu hamil harus menjaga
kondisi fisik maupun psikisnya agar bayinya dapat tumbuh sehat.
Anemia dapat didefinisikan sebagai kondisi dengan kadar Hb berada di bawah normal. Di
Indonesia Anemia umumnya disebabkan oleh kekurangan Zat Besi, sehingga lebih
dikenal dengan istilah Anemia Gizi Besi. Anemia defisiensi besi merupakan salah satu
gangguan yang paling sering terjadi selama kehamilan. Ibu hamil umumnya mengalami
deplesi besi sehingga hanya memberi sedikit besi kepada janin yang dibutuhkan untuk
metabolisme besi yang normal. Selanjutnya mereka akan menjadi anemia pada saat kadar
hemoglobin ibu turun sampai di bawah 11 gr/dl selama trimester III.
Kekurangan zat besi dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada pertumbuhan
janin baik sel tubuh maupun sel otak. Anemia gizi dapat mengakibatkan kematian janin
didalam kandungan, abortus, cacat bawaan, BBLR, anemia pada bayi yang dilahirkan, hal
ini menyebabkan morbiditas dan mortalitas ibu dan kematian perinatal secara bermakna
lebih tinggi. Pada ibu hamil yang menderita anemia berat dapat meningkatkan resiko
morbiditas maupun mortalitas ibu dan bayi, kemungkinan melahirkan bayi BBLR dan
prematur juga lebih besar.
Di Indonesia batas ambang LILA dengan resiko KEK adalah 23,5 cm hal ini berarti ibu
hamil dengan resiko KEK diperkirakan akan melahirkan bayi BBLR. Bila bayi lahir
dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) akan mempunyai resiko kematian, gizi
kurang, gangguan pertumbuhan, dan gangguan perkembangan anak. Untuk mencegah
resiko KEK pada ibu hamil sebelum kehamilan wanita usia subur sudah harus
mempunyai gizi yang baik, misalnya dengan LILA tidak kurang dari 23,5 cm. Apabila
LILA ibu sebelum hamil kurang dari angka tersebut, sebaiknya kehamilan ditunda
sehingga tidak beresiko melahirkan BBLR.
Hasil penelitian Edwi Saraswati, dkk. di Jawa Barat (1998) menunjukkan bahwa KEK
pada batas 23,5 cm belum merupakan resiko untuk melahirkan BBLR walaupun resiko
relatifnya cukup tinggi. Sedangkan ibu hamil dengan KEK pada batas 23 cm mempunyai
resiko 2,0087 kali untuk melahirkan BBLR dibandingkan dengan ibu yang mempunyai
LILA lebih dari 23 cm.
Sebagaimana disebutkan di atas, berat bayi yang dilahirkan dapat dipengaruhi oleh status
gizi ibu baik sebelum hamil maupun saat hamil. Status gizi ibu sebelum hamil juga cukup
berperan dalam pencapaian gizi ibu saat hamil. Penelitian Rosmeri (2000) menunjukkan
bahwa status gizi ibu sebelum hamil mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap
kejadian BBLR. Ibu dengan status gizi kurang (kurus) sebelum hamil mempunyai resiko
4,27 kali untuk melahirkan bayi BBLR dibandingkan dengan ibu yang mempunyai status
gizi baik (normal).
Hasil penelitian Jumirah, dkk. (1999) menunujukkan bahwa ada hubungan kadar Hb ibu
hamil dengan berat bayi lahir, dimana semakin tinggi kadar Hb ibu semakin tinggi berat
badan bayi yang dilahirkan. Sedangkan penelitian Edwi Saraswati, dkk. (1998)
menemukan bahwa anemia pada batas 11 gr/dl bukan merupakan resiko untuk
melahirkan BBLR. Hal ini mungkin karena belum berpengaruh terhadap fungsi hormon
maupun fisiologis ibu.
Selanjutnya pada analisa bivariat anemia batas 9 gr/dl atau anemia berat ditemukan
secara statistik tidak nyata melahirkan BBLR. Namun untuk melahirkan bayi mati
mempunyai resiko 3,081 kali. Dari hasil analisa multivariat dengan memperhatikan
masalah riwayat kehamilan sebelumnya menunjukkan bahwa ibu hamil penderita anemia
berat mempunyai resiko untuk melahirkan BBLR 4,2 kali lebih tinggi dibandingkan
dengan ibu yang tidak menderita anemia berat.
Proses Dalam Persalinan
1. Pengertian persalinan
Persalinan merupakan hal yang paling ditunggu-tunggu oleh para ibu hamil, sebuah
waktu yang menyenangkan namun di sisi lain merupakan hal yang paling
mendebarkan. Persalinan terasa akan menyenangkan karena si kecil yang selama
sembilan bulan bersembunyi di dalam perut anda akan muncul terlahir ke dunia. Di
sisi lain persalinan juga menjadi mendebarkan khususnya bagi calon ibu baru, dimana
terbayang proses persalinan yang menyakitkan, mengeluarkan energi yang begitu
banyak, dan sebuah perjuangan yang cukup melelahkan. Ada baiknya para calon ibu
mengetahui proses atau tahapan persalinan seperti apa, sehingga para calon ibu dapat
mempersiapkan segala halnya guna menghadapi proses persalinan ini.
3. Proses Persalinan
a. Tahap Pembukaan / In partu ( kala I )
In partu (partus mulai) ditandai dengan lendir bercampur darah, karena serviks mulai
membuka dan mendatar. Darah berasal dari pecahnya pembuluh darah kapiler sekitar
karnalis servikalis karena pergeseran ketika serviks mendatar dan terbuka. Pada kala
ini terbagi atas dua fase yaitu: Fase Laten: dimana pembukaan serviks berlangsung
lambat, sampai pembukaan 3 cm Fase aktif: yang terbagi atas 3 subfase yaitu
akselerasi, steady dan deselerasi Kala I adalah tahap terlama, berlangsung 12-14 jam
untuk kehamilan pertama dan 6-10 jam untuk kehamilan berikutnya. Pada tahap ini
mulut rahim akan menjadi tipis dan terbuka karena adanya kontraksi rahim secara
berkala untuk mendorong bayi ke jalan lahir. Pada setiap kontraksi rahim, bayi akan
semakin terdorong ke bawah sehingga menyebabkan pembukaan jalan lahir. Kala I
persalinan di sebut lengkap ketika pembukaan jalan lahir menjadi 10 cm, yang berarti
pembukaan sempurna dan bayi siap keluar dari rahim. Masa transisi ini menjadi masa
yang paling sangat sulit bagi ibu. Menjelang berakhirnya kala I, pembukaan jalan
lahir sudah hampir sempurna. Kontraksi yang terjadi akan semakin sering dan
semakin kuat. Anda mungkin mengalami rasa sakit yang hebat, kebanyakan wanita
yang pernah mengalami masa inilah yang merasakan masa yang paling berat. Anda
akan merasakan datangnya rasa mulas yang sangat hebat dan terasa seperti ada
tekanan yang sangat besar ke arah bawah, seperti ingin buang air besar.
Menjelang akhir kala pertama, kontraksi semakin sering dan kuat, dan bila
pembukaan jalan lahir sudah 10 cm berarti bayi siap dilahirkan dan proses persalinan
memasuki kala II.
Perawatan Kebidanan
1) Kehamilan Semua wanita hamil diadakan pemeriksaan kehamilan yang dilakukan
oleh dukun bayi dan dukun memberikan nasehat-nasehat seperti :
a) Melakukan pantangan :
• Pantangan makanan tertentu
• Pantangan terhadap pakaian
• Pantangan terhadap jangan pergi malam
• Pantangan jangan duduk di muka pintu
b) Kenduri.
Kenduri pertama kali dilakukan pada waktu hamil 3 bulan sebagai tanda
wanita itu hamil. Kenduri ke dua dilakukan pada waktu umur kehamilan 7
bulan.
2) Persalinan Biasanya persalinan dilakukan dengan duduk di atas tikar, di lantai
dukun yang menolong menunggu sampai persalinan selesai. Cara bekerja dengan
mengurut-ngurut perut ibu. Menekannya serta menarik anak apabila anak telah
kelihatan. Selama menolong dukun banyak membaca mantra-mantra. Setelah
anak lahir anak diciprati anak dengan air agar menangis. Tali pusat dipotong
dengan hinis atau bamboo kemudian tali pusatnya diberi kunyit sebagai
desinfektan.
3) Nifas Setelah bersalin ibu dimandikan oleh dukun selanjutnya ibu sudah harus
bisa merawat dirinya sendiri lalu ibu di berikan juga jamu untuk peredaran darah
dan untuk laktasi.
Pelayanan Kebidanan di Indonesia sejak dulu sampai sekarang tenaga yang
memegang peranan dalam pelayanan kebidanan ialah “ Dukun bayi “, ia merupakan
tenaga terpercaya dalam lingkungannya terutama dalam hal-hal yang berkaitan
dengan reproduksi, kehamilan , persalinan dan nifas.
Pada zaman pemerintahan Hindia Belanda, angka kematian ibu dan anak sangat
tinggi. Tenaga penolong persalinan adalah dukun. Pada tahun 1807 (zaman Gubernur
jenderal Hendrik William Deandels) para dukun dilatih dalam pertolongan persalinan,
tetapi keadaan ini tidak berlangsung lama karena tidak adanya pelatih kebidanan.
Praktek kebidanan modern masuk di Indonesia oleh dokter-dokter Belanda.
Pelayanan kesehatan termasuk pelayanan kebidanan hanya diperuntukkan bagi orang-
orang Belanda yang ada di Indonesia. Kemudian pada tahun 1849 dibuka pendidikan
Dokter Jawa di Batavia (Di RS Milliter Belanda, sekarang RSPAD Gatot Subroto).
Seiring dengan dibukanya pendidikan dokter tersebut, pada tahun 1851 di buka
pendidikan Bidan bagi wanita pribumi di Batavia oleh seorang Dokter milliter
Belanda (Dr. W. Bosch). Lulusan ini kemudian bekerja di Rumah Sakit juga di
masyarakat. Mulai saat itu pelayan kesehatan ibu dan anak dilakukan oleh dukun dan
Bidan. Kursus bidan yang pertama ini ditutup tahun 1873. Tahun 1879, dimulai
pendidikan bidan. Tahun 1950 , setelah kemerdekaan, jumlah paramedis kurang lebih
4000 orang dan dokter umum kurang lebih 475 orang dan dokter dalam bidang
obsgyn hanya 6 orang, pada tahun 1952, mulai diadakan pelatihan Bidan secara
formal agar dapat meningkatkan kualitas pertolonga persalinan. Kursus untuk dukun
masih berlangsung samapai dengan sekarang, yang memberikan kursus adalah Bidan.
Perubahan pengetahuan dan keteramilan tentang pelayanan kesehatan ibu dan anak
secara menyeluruh di masyarakat dilakukan melalui kursus tambahan yang dikenala
dengan istilah Kursus tambahan Bidan (KTB) pada tahun 1953 di Jogjakarta yang
akhirnya dilakukan pula di kota-kota besar lain di Nusantara ini. Seiring dengan
pelatihan tersebut didirikan balai kesehatan ibu dan anak (BKIA) dimana bidan
sebagi penanggung jawab pelayanan kepada masyarakat. Dari BKIA inilah akhirnya
mnejadi suatu pelayanan terintregrasi kepada masyarakat yang dinamakan pusat
Kesehatan Masyarakat atau Puskesmas pada tahun 1957. Kegiatan BKIA yang
dipimpin bidan adalah menyelenggarakan: 1. Pemeriksaan Antenatal 2. Pemeriksaan
Post natal 3. Pemeriksaan dan Pengawasan bayi dan anak balita 4. Kleuarga
Berencana 5. Penyuluhan Kesehatan Di BKIA ini diadakan juga pelatihan-pelatihan
para dukun bayi. Dengan meningkatnya pendidikan tenaga kesehatan maka, pada
tahun 1979 jumlah dokter obsgyn 286 orang dan bidan 16.888 orang di seluruh
Indonesia. Bidan yang bertugas di puskesmas berfungsi dalam memberikan pelayanan
kesehatan ibu dan anak termasuk pelayanan KB. Mulai tahun 1990 pelayan kebidanan
diberikan secara merata sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Kegiatan ini melalaui
instruksi presiden secara lisan pada tahun 1992 tentang perlunya mendidik bidan
untuk penempatan di desa. tugas pokoknya adalah pelaksanan pelayanan KIA
khususnya pelayanan ibu hamil, bersalin, dan nifas serta pelayana BBL. Bidan di
puskesmas orientasi lepada kesehatan masyarakat beda dengan bidan di RS yang
berorientasi pada individu.
Masalah Profesional
Tugas pertama yang sulit adalah meneliti kembali nama bidan itu sendiri, itu tidak
sama dengan ketika latihan dalam praktek kebidanan. Bidan sangat penting di
pelayanan kesehatan sejak Perang Dunia II dan proporsi yang besar di rumah sakit
sebagai pusat pelayanan kesehatan utnuk daerah sekitar rumah sakit tersebut.
Peningkatan rumah sakit dan persatuan perawat dan peningkatan ahli kebidanan yang
lebih menekankan pada teknologi menyebabkan mundurnya kebidanan. Tapi situasi
itu berakhir pada saat Amerika Utara menilai kepemimpinan perawat dan
kepemimpinan bidan yang memutuskan bahwa bidan berhak mendapat penghargaan
pertama dan penghargaan kedua diberikan kepada keperawatan. Penghargaan itu
sangat penting untuk peningkatan profesi kebidanan. Kita tahu di beberapa negara
mengkombinasikan keperawatan dan kebidanan dalam seorang tenaga kesehatan, hal
itu terjadi di pulau kecil dan pelatihan klinik sekarang semakin baik menuju standar
internasional sedikit lebih baik daripada masa yang lalu. Pengembangan Profesi
Bidan Pemerintah melihat adanya peningkatan kebidanan dengan pemberian asuhan
yang bermanfaat. Shearman Report (NSWI, 1989) telah menemukan cara awal untuk
mengatur strategi perawatan yang berkesinambungan. Having a baby in Victoria
(Depkes Viktoria, 1990) melaporkan sebuah revie pelayanan kesehatan di Viktoria
yang dibutuhkan pada orientasi pelayanan kesehatan pada wanita dan keluarga.
Maksudnya pemeliharaan kesehatan yang lebih baiki. “Perawatan efektif pada
kelahiran” CNH dan MRC, 1996 menyimpulkan bahwa perawatan yang
berkesinambungan akan menjadi tujuan perawatan kesehatan ibu.
MANAJEMEN KEBIDANAN
Apasih manajemen kebidanan itu? Hampir setiap pekan mahasiswi kebidanan STIKES
FORT DE KOCK selalu mencari kata kunci ini. Jika mereka tidak menemukannya
sendiri maka gue sebagai seorang operator yang dilimpahi tugas mencarinya. Gue gak
tahu apa-apa mengenai masalah ini. Asli puyeng abis… jadinya ya kek gini deh gue buat
aja sendiri artikel tentang manajemen kebidanan.
Manajemen kebidanan berasal dari dua suku kata yaitu manajemen dan kebidanan, yang
asal katanya bidan. Menurut Kbbi.web.id pengertian Manajemen (kb.) adalah
penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran; pimpinan yg
bertanggung jawab atas jalannya perusahaan dan organisasi. Pengertian ini sama dengan
yang tertera pada kbbi versi pusatbahasa.diknas.go.id. Inti dari manajemen yang gue
dapatkan adalah penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran. Lanjut
ke kata kedua yaitu kebidanan.
Pengertian bidan sebagai asal kata kebidanan menurut pusatbahasa.diknas.go.id, adalah
wanita yg mempunyai kepandaian menolong dan merawat orang melahirkan dan bayinya.
Sedangkan kebidanan berarti segala sesuatu mengenai bidan atau cara menolong dan
merawat orang beranak (mungkin maksudnya orang yang mo melahirkan). Sedangkan
pada situs kuliahbidan.wordpress.com pengertian ini lebih dispesifikan lagi kepada bidan
sebagai sebuah profesi, yaitu seseorang yang telah mengikuti pendidikan tersebut dan
lulus serta terdaftar atau mendapat ijin melakukan praktek kebidanan.
Dari pengertian diatas maka dapat gue simpulkan bahwa manajemen kebidanan adalah
proses pertolongan yang dilakukan seseorang yang berprofesi sebagai bidan secara
sistematis untuk membantu menyelesaikan persoalan kesehatan seorang pasien dengan
tepat.
Well itu pengertian manajemen kebidanan menurut gue. (rada susah ketemunya).
Nah dibawah adalah pengertian manajemen kebidanan yang tersimpan pada situs
funnyfree.net
Manajemen Kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai
metode
untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah…
http://www.siaksoft.net/index.php?
option=com_content&task=view&id=2562&Itemid=102
Cuma segini doang yang dapet dalam mencari pengertian manajemen kebidanan. Sayang
dari situs ini tidak ada lagi yang dapat didapat. Maksud gue ketika anda mengklik link
tersebut anda akan dibawa ke halaman depan dari siaksoft.net, bukan pada halaman yang
mengandung tulisan tentang manajemen kebidanan yang sedang kita cari. Halaman ini
mungkin hilang karena si pemilik situs atau webmaster kehilangan arsip halaman tersebut
ketika ia mengubah situs yang dimilikinya.
Manajemen Kebidanan
Manajemen asuhan pada kebidanan Antenatal terdiri dari 7 langkah yang berurutan di
mulai dengan pengumpulan data dasar hingga evaluasi.
Langkah 1 (pertama)
Langkah ini Merupakan Pengumpulan semua data yang di butuh kan untuk menilai
keadaan pasien secara keseluruhan.
Pada langkah ini di lakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosa atau masalah
kebutuhan klien berdasarkan Interpretasi yang benar atas data .Data yang telah di
kumpulkan.
Diagnosa :
Masalah : Cemas
Mengidentifikas perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan atau untuk di
tangani, bersama dengan anggota tim kesehatan lain sesuai dengan kondisi klien.
- Terminasi Kehamilan
Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap Diagnosa atau masalah yang
telah di identifikasi atau di antisipasi.
Perencanaan:
Langkah ini Merupakan rencana Asuhan menyeluruh yang telah di uraikan pada langkah
5, dapat di laksanakan secara efisien dan aman.
Pelaksanaan:
Langkah 7 (evaluasi)
Langkah ini sebagai pengecekan apakah rencana asuhan tersebut efektif,Jika memang
benar efektif dalam penggunaan nya.
Evaluasi:
Meliputi : Asuhan mandiri / otonomi pada anak wanita, remaja putri & wanita dewasa
sebelum & selama kehamilan & selanjutnya
Bidan memberikan pengawasan, asuhan & nasehat wanita selama hamil, bersalin , nifas
Bidan menolong persalinan atas tanggungjawabnya sendiri & merawat bayi baru lahir
Praktek kebidanan dilakukan dalam sistem pelayanan kesehatan yang berorientasi pada
masyarakat, dokter, perawat, dokter spesialis, pusat-pusat rujukan pengorganisasian
praktek asuhan kebidanan
Pelayanan kebidanan merupakan layanan yang diberikan oleh bidan dengan kewenangan
menaikkan kesehatan ibu & NKKBS→anak
Sasaran pelayayanan kebidanan: individu, keluarga & masyarakat yang meliputi : upaya,
pencegahan, penyembuhan & pemulihan
Anemia adalah suatu keadaan di mana jumlah sel darah merah atau
jumlah hemoglobin dalam sel darah merah berada di bawah batas
normal. Hemoglobin dalam sel darah merah berfungsi sebagai
pengangkut oksigen dari paru-paru dan mendistribusikannya ke
seluruh tubuh. Seseorang yang terkena penyakit anemia kondisi sel
darah merah atau jumlah hemoglobinnya berkurang sehingga darah
tidak dapat mengangkut oksigen dalam jumlah yang diperlukan tubuh,
dampaknya seperti kondisi di atas, orang mudah letih, lesu, lunglai,
mata berkunang-kunang, wajah pusat, badan seperti melayang yang
pada akhirnya akan mengurangi produktivitasnya. Bila anemia
bertambah berat, sangat memungkinkan menyebabkan stroke atau
serangan jantung!!!
LANDASAN TEORI
I. Pengertian
a. Pengertian anemia menurut Prof.Dr.DSOG.Sarwono Prawirohardjo adalah kondisi ibu
dengan kadar hemoglobin dibawah 11g/dl pada trimester 1 dan 3 atau kadar <10,5g%
pada trimester 2. Nilai batas tersebut terjadi karena hemodilusi, terutama pada trimester
2.
b. Pengertian anemia menurut http://www.info-sehat.com/content.php?s_sid:798 adalah
penyakit kurang darah yang ditandai dengan kadar hemoglobin (Hb) dan sel darah merah
(eritrosit) lebih rendah dibandingkan normal. Jika kadar hemoglobin kurang dari 14g/dl
dan eritrosit kurang dari 41% pada pria maka pria tersebut dikatakan anemia. Demikian
pula pada wanita, wanita yang memiliki kadar hemoglobin kurang dari 12g/dl dan
eritrosit kurang dari 37% maka wanita itu dikatakan anemia.
III. Penyebab
Anemia umumnya disebabkan :
a. Kekurangan zat besi, vitamin B6, vitamin B12, vitamin C dan asam folat
b. Kerusakan pada sumsum tulang atau ginjal
c. Perdarahan kronik
d. Penghancuran sel darah merah
e. Kehilangan darah akibat perdarahan dalam atau siklus haid wanita
f. Penyakit kronik : TBC, Paru, Cacing Usus
g. Penyakit darah yang bersifat genetik : hemofilia. Thalasemia
h. Parasit dan penyakit lain yang merusak darah : malaria
i. Terlalu sering menjadi donor darah
j. Gangguan penyerapan nutrisi (malabsorbsi)
k. Infeksi HIV
IV. Gejala
Untuk mengenali adanya anemia kita dapat melihat dengan adanya gejala-gejala seperti :
keluhan letih, lemah, lesu, dan loyo yang berkepanjangan merupakan gejala khas yang
menyertai anemia. Selain gejala-gejala tersebut biasanya juga akan muncul keluhan
sering sakit kepala, sulit konsentrasi, muka-bibir-kelopak mata tampak pucat, telapak
tangan tidak merah, nafas terasa pendek, kehilangan selera makan serta daya kekebalan
tubuh yang rendah sehingga mudah terserang penyakit. Jika anemia bertambah berat bisa
menyebabkan stroke atau serangan jantung. Pada hamil muda sering terjadi mual muntah
yang lebih hebat.
6. Riwayat Imunisasi
a. Ibu mendapat imunisasi TT1 pada usia kehamilan 16 minggu di BPS Putri
b. Ibu mendapat imunisasi TT2 pada usia kehamilan 20 minggu di BPS Putri
7. Riwayat Psikososial
a. Ibu senang dengan kehamilannya karena kehamilan ini sudah direncanakan
b. Ibu dan keluarga berharap semoga dalam kehamilan dan persalinannya nanti berjalan
normal tidak ada halangan suatu apapun
8. Aktifitas Sehari-hari
a. Nutrisi
1. Sebelum hamil : Makan 3 kali sehari dengan porsi nasi, lauk, sayur
dan buah tetapi ibu minum 7-8 gelas/hari
2. Saat hamil : Ibu makan 2 kali sehari, ibu kurang nafsu makan,
ibu minum 7-8 gelas/hari
b. Eliminasi
1. Sebelum hamil : BAB : 1x/hari BAK : 3-4x/hari
2. Saat hamil : BAB : 1x/hari BAK : 6-7x/hari
c. Istirahat dan tidur
1. Sebelum hamil : Ibu tidur malam 7-8 jam/hari, tidur siang 1 jam
2. Saat hamil : Ibu tidur malam 5-6 jam/hari, tidur siang 1 jam
d. Personal Hygiene
Sebelum hamil dan saat hamil ibu mandi 2x sehari, ganti pakaian 2x sehari, keramas
2x/hari.
e. Aktifitas / olah raga
Ibu hanya mengerjakan aktifitasnya sebagai ibu rumah tangga, ibu jarang berolah raga,
bila ibu bekerja terlalu berat ibu merasa pusing dan cepat lelah.
f. Seksualitas
Tidak ada keluhan, ibu melakukan hubungan seksualitas 1x/minggu
C. Pemeriksaan
1. Keadaan umum
a. Keadaan umum : Baik
b. Tanda-tanda vital
TD : 110/70 mmHg Nadi : 78x/menit
RR : 24x/menit temp : 370C
c. BB sebelum hamil : 50 Kg Kenaikan BB selama hamil : 12 Kg
BB saat hamil : 62 Kg
d. Tinggi badan : 155 cm
e. Ukuran LILA : 24 cm
2. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
1. Rambut : Lurus, tidak ada ketombe, tidak mudah rontok dan keadaan bersih
2. Muka : Bentuk simetris, pucat, keadaan bersih tidak ada oedem
3. Mata : Bentuk simetris, tidak ada pembengkakan pada kelopak mata, konjungtiva
pucat, sklera tidak ikterik, berfungsi dengan baik, keadaan bersih
4. Hidung : Bentuk simetris, keadaan bersih dan tidak ada pembesaran polip, berfungsi
dengan baik
5. Mulut : Tidak ada kelainan pada mulut, tidak ada stomatitis, keadaan gigi bersih, tidak
ada caries dan tidak ada pembesaran tonsil
6. Telinga : Bentuk simetris, keadaan bersih , fungsi pendengaran baik, daun telinga ada
7. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, kelenjar limfe dan tidak ada
pembenhkakan vena jugularis
8. Dada : Bentuk simetris,pergerakan nafas teratus, tidak ada benjolan abnormal
9. Payudara : Membesar simetris, puting susu menonjol, hyperpigmentasi, tidak ada
benjolan abnormal, kolostrum belum keluar , keadaan bersih
10. Abdomen : Bentuk simetris membesar sesuai usia kehamilan, tidak ada bekas operasi,
keadaan bersih
11. Punggung : Segitiga signoid simetris, bentuk tulang simetris
12. Genitalia : Keadaan bersih, tidak ada haemoroid, tidak ada oedem, tidak ada varises
13. Ekstremitas
Atas : Bentuk simetris,tidak ada cacat, tidak ada oedem, keadaan bersih, jari-jari tangan
lengkap
Bawah : Bentuk simetris, keadaan bersih, tidak ada oedem, berfungsi dengan baik, jari-
jari kaki lengkap
b. Palpasi
1. Leopold I : TFU 34cm, pada fundus teraba lunak, kurang bundar, kurang melenting
berarti bokong
Mc Donald : 34cm
TBJ : (34-12) x 155
= 22 x 155
= 3410 g
2. Leopold II : Perut ibu sebelah kiri traba lebar dan memberikan tahanan yang besar
berarti punggung. Perut ibu sebelah kanan teraba bagian kecil-kecil yang berarti
ekstremitas.
3. Leopold III : Bagian terbawah janin teraba keras, bundar melanting yang berarti kepala
4. Leopold IV : Kepala sudah masuk PAP, Posisi sejajar
c. Auskultasi
d. Perkusi
Reflek patella positif dan reflek babinski negatif
3. Pemeriksaan fisik
a. Hb : 9,4 g%
b. Protein urine : (-)
c. Reduksi urine : (-)
2. Masalah
a. Gangguan aktifitas
Dasar :
1) Ibu merasakan kram pada kaki
2) Ibu mengatakan cepat lelah
b. Gangguan rasa nyaman
Dasar :
1) Ibu merasa cemas menjelang persalinan
2) Ibu mengatakan cepat lelah
3) Ibu mengatakan kurang istirahat
c. Gangguan pemenuhan nutrisi
1) Ibu terlihat pucat
2) Ibu mengatakan tidak nafsu makan
3) Ibu tampak lemas
3. Kebutuhan
a. Penyuluhan tentang perubahan fisiologis dalam kehamilan seperti gangguan pada
pinggang dan kaki.
b. Penyuluhan tentang senam hamil dan latihan relaksasi.
c. Penyuluhan tentang kebutuhan gizi ibu hamil
d. Penyuluhan tentang persiapan persalinan.
e. Pemberian Fe untuk pengobatan anemia ringan serta pemberian vitamin B kompleks
dan vitamin C untuk membantu penyerapan zat besi
V. Perencanaan
1. Jelaskan pada ibu kondisinya saat ini
a. Ajarkan pada ibu cara menjaga kondisinya selama hamil
b. Berikan terapi
1) Tablet Fe : 2 x 1 tablet/ hari
2) Kalsium laktat : 3 x 1 tablet/hari
3) Vitamin B kompleks: 3 x 1 tablet/hari
4) Vitamin C : 3 x 1 hari
c. Anjurkan pada ibu cara mengkonsumsi zat besi
d. Evaluasi cara ibu mengkonsumsi zat besi
e. Libatkan keluarga untuk memberikan dukungan psikologis pada ibu
2. Jelaskan pada ibu pentingnya breast care dan senam hamil
a. Ajarkan bagaimana cara breast care dan senam hamil
b. Evaluasi cara ibu melakukan breast care dan senam hamil
c. Libatkan keluarga untuk mengingatkan ibu untuk melakukan breast care dan senam
hamil
3. Jelaskan pada ibu tentang kebutuhan gizi ibu hamil
a. Anjurkan pada ibu untuk mengkonsumsi makanan gizi seimbang
b. Anjurkan pada ibu untuk makan sedikit tapi sering
c. Libatkan keluarga agar membantu ibu untuk mengkonsumsi makanan gizi seimbang
4. Anjurkan pada ibu untuk istirahat yang cukup dan mengurangi aktifitas yang
berlebihan dan berat
5. Berikan informasi tentang tanda-tanda bahaya kehamilan
6. Berikan informasi tentang persiapan persalinan dan tanda-tanda persalinan
7. Anjurkan pada ibu untuk melakukan kunjungan ulang segera jika ada keluhan
VI. Pelaksanaan
1. Menjelaskan pada ibu kondisinya saat ini
a. Mengajarkan pada ibu cara menjaga kondisinya selama hamil
b. Memberikan terapi
1) Tablet Fe : 2 x 1 tablet/ hari
2) Kalsium laktat : 3 x 1 tablet/hari
3) Vitamin B kompleks: 3 x 1 tablet/hari
4) Vitamin C : 3 x 1 hari
c. Menganjurkan pada ibu cara mengkonsumsi zat besi
d. Mengevaluasi cara ibu mengkonsumsi zat besi
e. Melibatkan keluarga untuk memberikan dukungan psikologis pada ibu
2. Menjelaskan pada ibu pentingnya breast care dan senam hamil
a. Mengajarkan pada ibu cara breast care dan senam hamil
b. Mengevaluasi cara ibu melakukan breast care dan senam hamil
c. Melibatkan keluarga untuk mengingatkan ibu untuk melakukan breast care dan senam
hamil
3. Menjelaskan pada ibu tentang kebutuhan gizi ibu hamil
a. Menganjurkan pada ibu untuk mengkonsumsi makanan gizi seimbang
d. Menganjurkan pada ibu untuk makan sedikit tapi sering
e. Melibatkan keluarga agar membantu ibu untuk mengkonsumsi makanan gizi seimbang
4. Menganjurkan pada ibu untuk istirahat yang cukup dan mengurangi aktifitas yang
berlebihan dan berat
5. Memberikan informasi tentang tanda-tanda bahaya kehamilan
6. Memberikan informasi tentang persiapan persalinan dan tanda-tanda persalinan
7. Menganjurkan pada ibu untuk melakukan kunjungan ulang segera jika ada keluhan
VII. Evaluasi
1. Ibu mengerti kondisinya saat ini
a. Ibu mengerti cara menjaga kondisinya selama hamil
b. Ibu mau mengkonsumsi tablet Fe, kalsium laktat, vitamin B kompleks, vitamin C 3 x 1
tablet/hari
c. Ibu mengerti cara mengkonumsi zat besi
d. Keluarga berjanji untuk memberikan bantuan psikologis pada ibu
2. Ibu mengerti manfaat breast care dan senam hamil
a. Ibu mengerti cara breast care dan senam hamil
b. Keluarga berjanjii akan mengingatkan ibu untuk melakukan breast care dan senam
hamil
3. Ibu mengerti tentang kebutuhan gizi pada ibu hamil
a. Ibu berjanji akan mengkonsumsi makanan gizi seimbang
b. Ibu mengatakan akan makan sedikit tapi sering
c. Keluarga berjanji akan membantu ibu untuk mengkonsumsi makanan gizi seimbang
4. Ibu mengatakan akan istirahat yang cukup dan akan mengurangi aktifitas yang
berlebihan dan berat
5. Ibu mengerti tentang tanda-tanda bahaya dalam kehamilan
6. Ibu mengerti tantang persiapan persalinan dan tanda-tanda persalinan
7. Ibu berjanji akan melakukan kunjungan ulang segera jika ada keluhan