You are on page 1of 12

 Beriman Kepada Rasul-Rasul Allah

Beriman kepada rasul-rasul Allah maksudnya adalah membenarkan dan meyakini dengan
sepenuh hati bahwa Allah telah mengutus pada tiap-tiap umat, seorang rasul yang mengajak
umatnya menyembah Allah semata dan mengingkari sesembahan selain-Nya sebagaimana
firman Allah, “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus para rasul pada tiap-tiap umat (yang
menyerukan), ‘Beribadahlah kepada Allah (saja) dan jauhilah thaghut…’” (QS. An-Nahl: 36).

Allah Ta’ala selalu mengutus seorang rasul atau nabi kepada setiap umat sebagai
pembawa peringatan kepada kaumnya, baik dengan membawa syari’at khusus, atau dengan
membawa syari’at sebelumnya yang diperbaharui. Allah berfirman, “Sesungguhnya Kami
mengutus kamu dengan membawa kebenaran sebagai pembawa berita gembira dan sebagai
pemberi peringatan, dan tidak ada suatu umat pun melainkan telah ada padanya seorang
pemberi peringatan.” (QS. Fathir: 24).

 Pengertian Iman Kepada Rasul-rasul Allah

Iman kepada Rasul Allah termasuk rukun iman yang keempat dari enam rukun yang wajib diimani oleh
setiap umat Islam. Yang dimaksud iman kepada para rasul ialah meyakini dengan sepenuh hati bahwa
para rasul adalah orang-orang yang telah dipilih oleh Allah swt. untuk menerima wahyu dariNya untuk
disampaikan kepada seluruh umat manusia agar dijadikan pedoman hidup demi memperoleh kebahagiaan
di dunia dan di akhirat.

Menurut Imam Baidhawi, Rasul adalah orang yang diutus Allah swt. dengan syari’at yang baru
untuk menyeru manusia kepadaNya. Sedangkan nabi adalah orang yang diutus Allah swt. untuk
menetapkan (menjalankan) syari’at rasul-rasul sebelumnya. Sebagai contoh bahwa nabi Musa adalah nabi
sekaligus rasul. Tetapi nabi Harun hanyalah nabi, sebab ia tidak diberikan syari’at yang baru. Ia hanya
melanjutkan atau membantu menyebarkan syari’at yang dibawa nabi Musa AS.
Mengenai identitas rasul dapat dibaca dalam Q.S. Al Anbiya ayat 7 dan Al-Mukmin ayat 78 yang artinya:
“ Kami tiada mengutus rasul-rasul sebelum kamu (Muhammad) melainkan beberapa orang laki-laki yang
kami beri wahyu kepada mereka, maka tanyakanlah olehmu kepada orang-orang yang berilmu jika kamu
tiada mengetahui.” (Q.S. al Anbiya: 7)

"Dan sesungguhnya telah kami utus beberapa orang Rasul sebelum kamu, di antara mereka ada
yang Kami ceritakan kepadamu dan di antara mereka ada pula yang tidak Kami ceritakan kepadamu.
Tidak dapat bagi seorang Rasul membawa suatu mukjizat, melainkan dengan seizin Allah; maka apabila
telah datang perintah dari Allah, diputuskan (semua perkara) dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-
orang yang berpegang kepada yang batil." (Q.S. Al-Mukmin : 78)
Dalam ayat di atas dijelaskan, bahwa rasul-rasul yang pernah diutus oleh Allah swt. adalah
mereka dari golongan laki-laki, tidak pernah ada rasul berjenis kelamin perempuan, dan jumlah rasul
yang diutus sebelum Nabi Muhammad saw. sebenarnya sangat banyak. Di antara para rasul itu ada yang
diceritakan kisahnya di dalam Al-Quran dan ada yang tidak.

َ ِ‫ف َواَرْ بَ َعةٌ َو ِع ْشرُوْ نَ اَ ْلفًا اَلرُّ ُس ُل ِم ْن َذال‬


َ ‫ك ثَالَثَةُ ِمائَ ٍة َو َخ ْم َسةَ ع‬
‫َش< َر َج ًّم<<ا َغفِ ْي<رًا‬ ٍ ‫ ِمائَةُ اَ ْل‬: ‫ال‬
َ َ‫ يَا َرسُوْ َل هللاِ َك ْم ِع َّدةُ ْاالَ ْنبِيَا ِء ؟ ق‬: ‫ال‬
َ َ‫ع َْن أَبِى َذر ق‬
َ
)‫( َر َواهُ أحْ َمد‬

"Dari Abu Dzar ia berkata: Saya bertanya, wahai Rasulullah : berapa jumlah para nabi? Beliau menjawab:
Jumlah para Nabi sebanyak 124.000 orang dan di antara mereka yang termasuk rasul sebanyak 315 orang
suatu jumlah yang besar." (H.R. Ahmad)

 Tugas Para Rasul

Tugas pokok para rasul Allah ialah menyampaikan wahyu yang mereka terima dari Allah swt.
kepada umatnya. Tugas ini sungguh sangat berat, tidak jarang mereka mendapatkan tantangan,
penghinaan, bahkan siksaan dari umat manusia. Karena begitu berat tugas mereka, maka Allah
swt. memberikan keistimewaan yang luar biasa yaitu berupa mukjizat.
Mukjizat ialah suatu keadaan atau kejadian luar biasa yang dimiliki para nabi atau rasul atas izin
Allah swt. untuk membuktikan kebenaran kenabian dan kerasulannya, dan sebagai senjata untuk
menghadapi musuh-musuh yang menentang atau tidak mau menerima ajaran yang dibawakannya.

Adapun tugas para nabi dan rasul adalah sebagai berikut:

1. Mengajarkan aqidah tauhid, yaitu menanamkan keyakinan kepada umat manusia bahwa:
a. Allah adalah Dzat Yang Maha Kuasa dan satu-satunya dzat yang harus disembah (tauhid
ubudiyah).
b. Allah adalah maha pencipta, pencipta alam semesta dan segala isinya serta mengurusi, mengawasi
dan mengaturnya dengan sendirinya (tauhid rububiyah)
c. Allah adalah dzat yang pantas dijadikan Tuhan, sembahan manusia (tauhid uluhiyah)
d. Allah mempunyai sifat-sifat yang berbeda dengan makhluqNya (tauhid sifatiyah)
2. Mengajarkan kepada umat manusia bagaimana cara menyembah atau beribadah kepada Allah swt.
Ibadah kepada Allah swt. sudah dicontohkan dengan pasti oleh para rasul, tidak boleh dibikin-bikin
atau direkayasa. Ibadah dalam hal ini adalah ibadah mahdhah seperti salat, puasa dan sebagainya.
Menambah-nambah, merekayasa atau menyimpang dari apa yang telah dicontohkan oleh rasul
termasuk kategori “bid’ah,” dan bid’ah adalah kesesatan.
3. Menjelaskan hukum-hukum dan batasan-batasan bagi umatnya, mana hal-hal yang dilarang dan
mana yang harus dikerjakan menurut perintah Allah swt.
4. Memberikan contoh kepada umatnya bagaimana cara menghiasi diri dengan sifat-sifat yang utama
seperti berkata benar, dapat dipercaya, menepati janji, sopan kepada sesama, santun kepada yang
lemah, dan sebagainya.
5. Menyampaikan kepada umatnya tentang berita-berita gaib sesuai dengan ketentuan yang digariskan
Allah swt.
6. Memberikan kabar gembira bagi siapa saja di antara umatnya yang patuh dan taat kepada perintah
Allah swt. dan rasulNya bahwa mereka akan mendapatkan balasan surga, sebagai puncak kenikmatan
yang luar biasa. Sebaliknya mereka membawa kabar derita bagi umat manusia yang berbuat zalim
(aniaya) baik terhadap Allah swt, terhadap manusia atau terhadap makhluq lain, bahwa mereka akan
dibalas dengan neraka, suatu puncak penderitaan yang tak terhingga.(Q.S. al Bayyinah: 6-8)
Tugas-tugas rasul di atas, ditegaskan secara singkat oleh nabi Muhammad saw.dalam sabdanya
sebagai berikut:

‫ق‬ َ ‫ت ُِِأل<ُتَ ِّم َم‬


ِ َ‫صالِ َح ْاألَ ْخال‬ ُ ‫ إِنَّ َما ب ُِع ْث‬: ‫ال َرسُوْ ُل هللاِ ص م‬ َ َ‫ض َي هللاُ َع ْنهُ ق‬
َ َ‫ ق‬: ‫ال‬ ِ ‫ع َْن اَبِى هُ َر ْي َرةَ َر‬
ْ َ
(‫) َر َواهُ أحْ َمد بن َحنبَل‬
Dari Abi Hurairah r.a. ia berkata: Rasulullah saw. pernah bersabda: Sesungguhnya aku diutus untuk
menyempurnakan akhlaq yang mulia. (H.R. Ahmad bin Hanbal)

 Perbedaan Nabi dan Rasul

Ibnu Abil ‘Izz al Hanafi mengatakan bahwa mereka telah menyebutkan perbedaan antara
nabi dan rasul dan yang terbaik adalah bahwa orang yang diberikan berita oleh Allah swt dengan
berita dari langit, jika dia diperintahkan untuk menyampaikannya kepada orang lain maka ia
adalah nabi dan rasul sedangkan jika dia tidak diperintahkan untuk menyampaikan kepada orang
lain maka ia adalah nabi dan bukan rasul. Rasul lebih khusus daripada nabi, setiap rasul adalah
nabi dan tidak setiap nabi adalah rasul. (Syarh ath Thahawiyah fii ‘Aqidah as Salaf hal 296)

Syeikh ‘Athiyah Saqar mengatakan bahwa nabi adalah seorang manusia yang diberikan
wahyu kepadanya dengan suatu syariat untuk diamalkan akan tetapi dia tidak diperintahkan
untuk menyampaikannya. Sedangkan Rasul adalah seorang manusia yang diberikan wahyu
dengan suatu syariat untuk diamalkan dan dia diperintahkan untuk menyampaikannya. Setiap
rasul adalah nabi dan tidak setiap nabi adalah rasul.
Muhammad saw adalah seorang nabi dan rasul. Firman Allah swt :

َ ‫يَا أَيُّهَا النَّبِ ُّي إِنَّا أَرْ َس ْلنَا‬


‫ك َشا ِهدًا َو ُمبَ ِّشرًا َونَ ِذيرًا‬

Artinya : “Hai nabi, Sesungguhnya kami mengutusmu untuk jadi saksi, dan pembawa kabar
gemgira dan pemberi peringatan.” (QS. Al Ahzab : 45)

‫َّما َكانَ ُم َح َّم ٌد أَبَا أَ َح ٍد ِّمن رِّ َجالِ ُك ْم َولَ ِكن َّرسُو َل هَّللا ِ َوخَاتَ َم النَّبِيِّينَ َو َكانَ هَّللا ُ بِ ُك ِّل َش ْي ٍء َعلِي ًما‬

Artinya : “Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu.,
tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. dan adalah Allah Maha mengetahui segala
sesuatu.” (QS. Al Ahzab : 40)

Kedua ayat tersebut menggabung tentang sifat kenabian dan kerasulan (dalam diri Muhammad
saw)

Terkadang suatu lafazh menempati lafazh yang lainnya, sebagaimana firman Allah swt :

‫َو َك ْم أَرْ َس ْلنَا ِمن نَّبِ ٍّي فِي اأْل َ َّولِينَ َو َما يَأْتِي ِهم ِّمن نَّبِ ٍّي إِاَّل َكانُوا بِ ِه يَ ْستَه ِْزؤُون‬

Artinya : “Berapa banyaknya nabi-nabi yang telah kami utus kepada umat-umat yang terdahulu.
Dan tiada seorang nabipun datang kepada mereka melainkan mereka selalu memperolok-
olokkannya.” (QS. Az Zukhruf : 6 – 7) –Fatawa al Azhar juz VIII hal 101)

 Nama-nama Rasul yang Harus di Ketahui

Berdasarkan hadis di atas jumlah nabi dan rasul ada 124.000 orang, diantaranya ada 315 orang yang
diangkat Allah swt. menjadi rasul. Diantara 315 orang nabi dan rasul itu, ada 25 orang yang nama dan
sejarahnya tercantum dalam Al Quran dan mereka inilah yang wajib kita ketahui, yaitu:
1. Adam AS. bergelar Abu al-Basyar (Bapak semua manusia) atau manusia pertama yang Allah swt.
ciptakan, tanpa Bapak dan tanpa Ibu, terjadi atas perkenanNya “ Kun Fayakun” artinya “ Jadilah ! , maka
terjelmalah Adam.”Usia nabi Adam mencapai 1000 tahun.
2. Idris AS. adalah keturunan ke 6 dari nabi Adam. Beliau diangkat menjadi Rasul setelah berusia 82
tahun. Dilahirkan dan dibesarkan di sebuah daerah bernama Babilonia. Beliau berguru kepada nabi Syits
AS.
3. Nuh AS. adalah keturunan yang ke 10 dari nabi Adam. Usianya mencapai 950 tahun. Umat beliau yang
membangkang ditenggelamkan oleh Allah swt. dalam banjir yang dahsyat. Sedangkan beliau dan
umatnya diselamatkan oleh Allah swt. karena naik bahtera yang sudah beliau persiapkan atas petunjuk
Allah swt.
4. Hud AS. adalah seorang rasul yang diutus kepada bangsa ‘Ad yang menempati daerah Ahqaf, terletak
diantara Yaman dan Aman (Yordania) sampai Hadramaut dan Asy-Syajar, yang termasuk wilayah Saudi
Arabia.
5. Shaleh AS.Beliau masih keturunan nabi Nuh AS. diutus untuk bangsa Tsamud, menempati daerah
Hadramaut, yaitu daratan yang terletak antara Yaman dan Syam (Syiria). Kaum Tsamud sebenarnya
masih keturunan kaum ‘Ad.

6. Ibrahim AS. putra Azar si pembuat patung berhala. Dilahirkan di Babilonia, yaitu daerah yang terletak
antara sungai Eufrat dan Tigris. Sekarang termasuk wilayah Irak. Beliau berseteru dengan raja Namrud,
sehingga beliau dibakarnya dalam api yang sangat dahsyat, tetapi Nabi Ibrahim tidak mempan dibakar,
karena diselamatkan Allah swt. Beliau juga dikenal sebagai Abul Anbiya (bapaknya para nabi), karena
anak cucunya banyak yang menjadi nabi dan rasul. Syari’at beliau banyak diamalkan oleh Nabi
Muhammad saw. antara lain dalam ibadah haji dan Ibadah Qurban, termasuk khitan.
7. Luth AS. Beliau keponakan nabi Ibrahim, dan beliau banyak belajar agama dari nabi Ibrahim. Diutus
oleh Allah swt. kepada kaum Sodom, bagian dari wilayah Yordania. Kaum nabi Luth dihancurkan oleh
Allah swt. dengan diturunkan hujan batu bercampur api karena kedurhakaannya kepada Allah swt,
terutama karena perilaku mereka yang suka mensodomi kaum laki-laki.
8. Ismail AS. adalah putra nabi Ibrahim AS. bersama ayahnya membangun (merenovasi) Ka’bah yang
menjadi kiblat umat Islam. Beliau adalah seorang anak yang dikurbankan oleh ayahnya Ibrahim, sehingga
menjadi dasar pensyari’atan ibadah Qurban bagi umat Islam.
9. Nabi Ishak AS. putra Nabi Ibrahim dari isterinya, Sarah. Jadi nabi Ismail dengan nabi Ishak adalah
saudara sebapak, berlainan ibu.

10. Ya’qub AS. adalah putra Ishaq AS. Beliaulah yang menurunkan 12 keturunan yang dikenal dalam Al
Quran dengan sebutan al Asbath, diantaranya adalah nabi Yusuf yang kelak akan menjadi raja dan rasul
Allah swt.
11. Yusuf AS putra nabi Ya’qub AS.Beliaulah nabi yang dikisahkan dalam al Quran sebagai seorang
yang mempunyai paras yang tampan, sehingga semua wanita bisa tergila-gila melihat ketampanannya,
termasuk Zulaiha isteri seorang pembesar Mesir (bacalah kisahnya dalam Q.S. surah yusuf).
12. Ayyub AS. adalah putra Ish . Ish adalah saudara kandung Nabi Ya’qub AS. berarti paman nabi Yusuf
AS. Jadi nabi Ayyub dan nabi Yusuf adalah saudara sepupu. Nabi Ayyub digambarkan dalam Al Quran
sebagai orang yang sangat sabar. Beliau diuji oleh Allah swt. dengan penyakit kulit yang sangat dahsyat,
tetapi tetap bersabar dalam beribadah kepada Allah swt. (bacalah kembali kisahnya)
13. Dzulkifli AS. putra nabi Ayyub AS. Nama aslinya adalah Basyar yang diutus sesudah Ayyub, dan
Allah memberi nama Dzulkifli karena ia senantiasa melakukan ketaatan dan memeliharanya secara
berkelanjutan
14. Syu’aib masih keturunan nabi Ibrahim. Beliau tinggal di daerah Madyan, suatu perkampungan di
daerah Mi’an yang terletak antara syam dan hijaz dekat danau luth. Mereka adalah keturunan Madyan
ibnu Ibrahim a.s.
15. Yunus AS adalah keturunan Ibrahim melalui Bunyamin, saudara kandung Yusuf putra nabi Ya’qub.
Beliau diutus ke wilayah Ninive, daerah Irak. Dalam sejarahnya beliau pernah ditelan ikan hiu selama 3
hari tiga malam didalam perutnya, kemudian diselamatkan oleh Allah swt.
16. Musa AS. adalah masih keturunan nabi Ya’qub. Beliau diutus kepada Bani Israil. Beliau diberi kitab
suci Taurat oleh Allah swt.
17. Harun AS. adalah saudara nabi Musa AS. Yang sama-sama berdakwah di kalangan Bani Israil di
Mesir.
18. Dawud AS.adalah seorang panglima perang bani Israil yang diangkat menjadi nabi dan rasul oleh
Allah swt, diberikan kitab suci yaitu Zabur. Beliau punya kemampuan melunakkan besi, suka tirakat,
yaitu puasa dalam waktu yang lama. Caranya dengan berselang-seling, sehari puasa, sehari tidak.
19. Sulaiman AS. adalah putra Dawud. Beliau juga terkenal sebagai seorang raja yang kaya raya dan
mampu berkomunikasi dengan binatang (bisa bahasa binatang).
20. Ilyas AS. adalah keturunan Nabi Harun AS. diutus kepada Bani Israil. Tepatnya di wilayah seputar
sungai Yordan.
21. Ilyasa AS. berdakwah bersama nabi Ilyas kepada bani Israil. Meskipun umurnya tidak sama, Nabi
Ilyas sudah tua, sedangkan nabi Ilyasa masih muda. Tapi keduanya saling bahu membahu berdakwah di
kalangan Bani Israil.
22. Zakaria AS. seorang nabi yang dikenal sebagai pengasuh dan pembimbing Siti Maryam di Baitul
Maqdis, wanita suci yang kelak melahirkan seorang nabi, yaitu Isa AS.
23. Yahya AS. adalah putra Zakaria. Kelahirannya merupakan keajaiban, karena terlahir dari seorang ibu
dan ayah (nabi Zakaria) yang saat itu sudah tua renta, yang secara lahiriyah tidak mungkin lagi bisa
melahirkan seorang anak.
24. Isa AS. adalah seorang nabi yang lahir dari seorang wanita suci, Siti Maryam. Ia lahir atas kehendak
Allah swt, tanpa seorang bapak. Beliau diutus oleh Allah swt. kepada umat Bani Israil dengan membawa
kitab Injil. Beliaulah yang dianggap sebagai Yesus Kristus oleh umat Kristen.
25. Muhammad saw. putra Abdullah, lahir dalam keadaan Yatim di tengah-tengah masyarakat Arab
jahiliyah. Beliau adalah nabi terakhir yang diberi wahyu Al Quran yang merupakan kitab suci terakhir
pula.

 Manfaat Mengikuti Rasululah SAW


Salah satu rukun iman yang harus diyakini oleh setiap muslim adalah iman kepada para
rasul, terutama Rasulullah saw. Bukti utama beriman kepada Rasulullah saw. adalah ittiba’
(mengikuti Rasulullah saw.). Orang-orang yang melakukan ittiba’ kepada Rasulullah saw. akan
meraih banyak nata-ij[1] (manfaat dan buah positif), di antaranya: mahabbatullah (cinta dari
Allah), rahmatullah (kasih sayang-Nya), hidayatullah (petunjuk dari-Nya), mushahabatul akhyar
fil jannah (bersama orang-orang pilihan di surga), asy-syafa’ah (mendapatkan syafaat dari
Rasulullah saw.), nadharatul wajhi (muka yang bersinar dan berseri di surga), mujawaratu ar-
rasul (menjadi tetangga Rasulullah saw. di surga), ‘izzatun-nafsi (meperoleh kemuliaan jiwa di
dunia dan akhirat), al-falah (kemenangan dan keberuntungan). Semua itu jelas merupakan as-
sa’adah (kebahagiaan) hakiki di dunia maupun di akhirat.
Pada pembahasan-pembahasan sebelumnya telah ditegaskan bahwa beriman kepada para rasul –
alihimus salam – adalah salah satu rukun iman dari rangkaian kesatuan 6 rukun iman.
Mengingkari salah satu rukun iman berarti mengingkari semuanya, begitu pula dengan iman
kepada rasul.

Ittiba’ adalah bukti keimanan

Bukti keimanan kepada Rasulullah saw. yang paling utama adalah mengikuti beliau dalam segala
sisi kehidupannya, selalu mentaati beliau dalam setiap perintah dan larangan yang beliau
sampaikan. Sebab, mengikuti dan mentaati Rasulullah saw. adalah bukti ketaatan kita kepada
Allah swt., dan mengikuti sunnah Rasulullah saw. adalah bukti kongkret mengikuti Al-Qur’an.

“Barangsiapa yang mentaati Rasul itu, sesungguhnya ia telah mentaati Allah. Dan barangsiapa
yang berpaling (dari ketaatan itu), maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi
mereka.” (An-Nisa: 80)

Barangsiapa mengaku mentaati Allah swt. namun tidak mau ittiba’ Rasulullah saw., maka
ketaatannya itu tidak sah menurut Al-Qur’an; dan Rasulullah saw. berlepas diri dari orang
tersebut. Dan siapapun yang mengaku melaksanakan Al-Qur’an namun tidak ittiba’ dengan
sunnah Rasulullah saw., maka pengakuannya hanyalah pengakuan palsu belaka.

Sebagai contoh, untuk dapat melaksanakan shalat dengan sempurna kita memerlukan hadits
Rasulullah saw. karena Al-Qur’an hanya memerintahkan kita mendirikan shalat tanpa
menjelaskan rincian tata cara shalat. Bahwa shalat diawali dengan takbiratul ihram dan diakhiri
dengan salam merupakan penjelasan yang kita temukan dalam hadits Rasulullah saw., tidak
dalam Al-Qur’an. Begitu pula dengan rincian pelaksanaan zakat, shaum (puasa), haji, dan
ibadah-ibadah lain. Intinya, fungsi hadits Rasulullah saw. adalah menjelaskan ayat-ayat Al-
Qur’an atau dengan bahasa lain kita tidak akan bisa mengamalkan Al-Qur’an tanpa mengikuti
sunnah Rasulullah saw.

“Dan Kami turunkan kepadamu Al-Qur’an agar kamu menerangkan pada umat manusia apa
yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan.” (An-Nahl: 44)

Salah seorang ulama besar, Fudhail bin ‘Iyadh, ketika menjelaskan makna “Ahsanu ‘amala”
dalam surat Al-Mulk ayat 2 berkata,

َ ‫ فَإ ِ َّن ال َع َم< َل إِ َذا َك<<انَ خَالِص<ا ً َولَ ْم يَ ُك ْن‬:‫ قَا َل‬.ُ‫صهُ َوأَصْ َوبُه‬
َ َ‫ َوإِ َذا َك<<ان‬، ْ‫ص< َوابا ً لَ ْم يُ ْقبَ<<ل‬
‫ص< َوابا ً َولَ ْم يَ ُك ْن خَالِص<ا ً َل ْم‬ ُ َ‫ أَ ْخل‬: ً‫أَحْ َسنُ َع َمال‬
‫ص َوابُ أَ ْن يَ ُكوْ نَ َعلَى ال ُّسنَّ ِة‬ َّ ‫ َوال‬،ِ ‫ َو ْالخَالِصُ أَ ْن يَ ُكوْ نَ هلِل‬،ً‫ص َوابا‬ َ ً ‫ َحتَّى يَ ُكوْ نَ َخالِصا‬، ْ‫يُ ْقبَل‬.

“Yang dimaksud dengan ahsanu’ amala (amal yang terbaik) adalah yang paling ikhlas dan paling
benar. Karena sebuah amal jika dilakukan dengan ikhlas tapi tidak benar, maka amal itu tidak
diterima oleh Allah. Begitu pula sebaliknya, jika amal itu benar tapi tidak ikhlas, juga ditolak
oleh Allah swt. Baru diterima jika memenuhi kedua syarat tersebut (ikhlas dan benar). Yang
dimaksud dengan ikhlas adalah semata karena Allah, sedangkan yang dimaksud dengan benar
adalah mengikuti sunnah Rasulullah.” (Dikutip oleh Ibnu Taimiyah dalam Majmu’ Fatawa vol
18/hlm 250).

َ ‫ْت ْال َجي‬


‫ْش‬ ُ ‫<ال َرأَي‬َ <َ‫ (( َمثَلِي َو َمثَ< ُل َم<<ا بَ َعثَنِي هَّللا ُ َك َمثَ< ِل َر ُج< ٍل أَتَى قَوْ ًم<<ا فَق‬:‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي< ِه َو َس<لَّ َم‬
َ ِ ‫ قَا َل َرسُو ُل هَّللا‬:‫ال‬ َ َ‫ع َْن أَبِي ُمو َسى ق‬
َ <َ‫صبَّ َحهُ ْم ْال َجيْشُ فَاجْ ت‬
.))‫<احهُ ْم‬ َ َ‫طائِفَةٌ فَأ َ ْدلَجُوا َعلَى َمهَلِ ِه ْم فَنَ َجوْ ا َو َك َّذبَ ْتهُ طَائِفَةٌ ف‬
َ ُ‫ي َوإِنِّي أَنَا النَّ ِذي ُر ْالعُرْ يَانُ فَالنَّ َجا النَّ َجا َء فَأَطَا َع ْته‬
َّ َ‫بِ َع ْين‬
)‫(رواه البخاري‬.

Dari Abu Musa r.a. berkata, Rasulullah saw telah bersabda, “Perumpamaanku dan
perumpamaan risalah yang diberikan Allah kepadaku seperti seorang laki-laki yang mendatangi
suatu kaum lalu ia berkata, ‘Aku telah melihat pasukan tentara dengan kedua mataku,
kuperingatkan kalian dengan sungguh-sungguh! Segeralah cari selamat (dari keganasan
mereka)!’ Lalu sebagian mereka mentaatinya sehingga mereka segera menghindar dari pasukan
kejam itu hingga selamat, sedangkan yang lain mendustakannya hingga pasukan itu menemui
mereka dan meluluhlantakkan mereka.” (Bukhari)

Kita dapat merasakan dari hadits shahih di atas betapa Rasulullah saw. amat ingin
menyelamatkan kita dari bencana dunia dan akhirat dengan syariat dan dakwah yang ia bawa,
karena syariat Islam adalah penyelamat bagi kita dari kehinaan dunia dan penderitaan di akhirat.

Buah Ittiba’

Berikut ini adalah buah ittiba’ kepada Rasulullah saw.:

1. Mahabbatullah

Natijah (buah) dari ittiba’ kita kepada Rasulullah saw. jika kita lakukan dengan benar adalah
mahabbatullah (cinta dari Allah swt) sekaligus maghfirah (ampunan)Nya.

Katakanlah (hai Muhammad), “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya
Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu.” (Ali Imran: 31)

Cinta kepada Allah swt. yang dibuktikan dengan ittiba’ kepada Rasulullah saw. akan melahirkan
buah manis berupa cinta Allah swt. Allah swt. memerintahkan kita mengikuti Rasulullah saw.,
dan setiap perintah Allah swt. apabila kita laksanakan dengan ikhlas dan benar pasti akan
mendatangkan cinta dari-Nya. Ketika Allah telah mencintai hamba-Nya, maka segala
kekurangan dan dosa yang terjadi akan mudah diampuni oleh Allah swt.

2. Rahmatullah

Orang-orang yang mentaati Rasulullah saw. dengan mengikuti sunnah beliau akan memperolah
rahmat dari Allah swt. Karena orang-orang yang mencontoh Rasulullah saw. pastilah orang-
orang yang berbuat baik atau ihsan (ingat makna ahsanu ‘amala menurut Fudhail bin ‘Iyadh di
atas), dan orang-orang yang berbuat ihsan amat dekat dengan rahmat Allah swt.

“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi
penolong bagi sebahagian yang lain, mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah
dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-
Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana.” (At-Taubah: 71)

“Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.” (Al-A’raf: 56).

3. Hidayatullah

«‫َت فَ ْت َرتُهُ إِلَى َغي ِْر َذلِكَ فَقَ ْد هَلَكَ » (رواه ابن‬
ْ ‫ َو َم ْن َكان‬،‫َت فَ ْت َرتُهُ إِلَى ُسنَّتِ ْي فَقَ ِد ا ْهتَدَى‬
ْ ‫ فَ َم ْن َكان‬،ً‫ َولِ ُك ِّل ِش َّر ٍة فَ ْت َرة‬،ً‫إِ َّن لِ ُك ِّل َع َم ٍل ِش َّرة‬
)‫خزيمة في صحيحه وأحمد في مسنده والبيهقي في الشعب والطبراني وأبو نعيم‬.

Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya setiap amal itu mempunyai puncak semangat, dan
setiap semangat memiliki titik jemu (lesu). Maka barangsiapa kelesuannya tetap dalam sunnahku
berarti ia telah mendapat petunjuk (dari Allah), dan barangsiapa kelesuannya tidak dalam
sunnahku berarti ia celaka. (HR. Ibnu Khuzaimah dalam Shahihnya, Ahmad dalam Musnadnya,
Al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman, At-Thabarani dan Abu Nu’aim).

Hadits di atas menegaskan bahwa tetap berada dalam sunnah Rasulullah saw. dalam
segala keadaan akan mendatangkan tambahan petunjuk dari Allah swt. Oleh karenanya, orang-
orang yang beriman selalu berusaha mengikuti sunnah Rasulullah saw. ketika sedang
bersemangat atau sedang lesu (kurang semangat). Ia tidak membiarkan dirinya hanyut dan
terbawa bisikan setan sehingga membuatnya jauh dari hidayah Allah swt.

4. Mushahabatul Akhyar fil Jannah

“Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan
orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang
yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka Itulah teman yang sebaik-baiknya.” (An-
Nisa: 69).

Orang yang ittiba’ kepada Rasulullah saw. akan dikumpulkan bersama orang-orang pilihan di
surga nanti, yaitu para nabi, orang-orang yang shiddiq, syuhada, dan shalihin.

As-Syafaah

ِ ‫الص<الَ ِة ْالقَائِ َم< ِة آ‬


‫ت ُم َح َّمدًا‬ َّ ‫ “اللَّهُ َّم َربَّ هَ< ِذ ِه ال< َّد ْع َو ِة التَّا َّم ِة َو‬:‫ « َم ْن قَ<ا َل ِحينَ يَ ْس< َم ُع النِّدَا َء‬:‫ق<ال رس<ول هللا ص<لى هللا علي<ه وس<لم‬
)‫ت لَهُ َشفَا َعتِى يَوْ َم ْالقِيَا َم ِة » (رواه البخاري‬ ْ َّ‫ َحل‬،”ُ‫ضيلَةَ َوا ْب َع ْثهُ َمقَا ًما َمحْ ُمودًا الَّ ِذى َو َع ْدتَه‬ِ َ‫ال َو ِسيلَةَ َو ْالف‬.
ْ

Rasulullah saw. bersabda, “Barangsiapa berdoa ketika mendengar panggilan adzan: ‘Ya Allah
Rabb seruan yang sempurna ini, dan shalat yang ditegakkan, berikanlah kepada Nabi
Muhammad wasilah dan keutamaan, bangkitkan dia dengan kedudukan mulia yang telah Engkau
janjikan kepadanya’, maka akan mendapat syafaatku di hari kiamat.” (Bukhari).
Hadits di atas menunjukkan keutamaan doa setelah adzan. Ia juga mengisyaratkan bahwa
mengikuti perintah dan arahan Rasulullah saw. adalah sesuatu yang membuat kita berhak
mendapatkan syafaat dari beliau. Logikanya, jika mentaati satu perintah Rasulullah saw. saja
yakni membaca doa setelah adzan, akan membuat pembacanya berhak mendapatkan syafaat
beliau, apalagi dengan mengikuti dan mentaati sunnah beliau secara keseluruhan, maka orang itu
lebih berhak untuk mendapatkan syafaat beliau.

5. Nadharatul Wajhi

Salah satu bentuk ittiba’ Rasulullah saw. adalah mendengarkan, mempelajari, menghafal,
dan memahami hadits Rasulullah saw., kemudian menyampaikannya kepada orang lain. Orang
yang mempelajari hadits Rasulullah saw., menghafal kemudian menyampaikannya apa adanya
tanpa menambah atau mengurangi, maka Allah akan membuat wajahnya berseri dan bersinar.

َ ‫ض َر هَّللا ُ ا ْم َرأً َس ِم َع ِمنَّا َح ِديثًا فَ َحفِظَهُ َحتَّى يُبَلِّ َغهُ َغ ْي َرهُ فَرُبَّ َحا ِم ِل فِ ْق ٍه إِلَى َم ْن ه َُو أَ ْفقَهُ ِم ْنهُ َورُبَّ َحا ِم ِل فِ ْق ٍه لَي‬
« ‫ْس بِفَقِي ٍه » (رواه‬ َّ َ‫ن‬
)‫الترمذي‬.

Rasulullah saw. bersabda, “Semoga Allah menyinari (wajah) seseorang yang mendengar hadits
dari kami, lalu ia hafal sehingga ia menyampaikannya kepada orang lain. Boleh jadi seorang
pembawa fiqih menyampaikan (ilmunya) kepada orang yang lebih paham. Dan boleh jadi
pembawa fiqih bukanlah seorang yang faqih.” (Tirmidzi).

Hadits di atas mendorong kita untuk selalu bersemangat mempelajari, memahami, dan
menghapal hadits Rasulullah saw, kemudian menyampaikan teks hadits itu apa adanya dengan
penuh amanah tanpa menambah atau mengurangi sedikitpun. Jika kita itu kita lakukan kita
berhak mendapatkan wajah yang bersinar di hari kiamat nanti. Hadits di atas juga menyatakan
bahwa mungkin saja orang yang disampaikan kepadanya suatu ilmu kemudian ia lebih paham
daripada yang menyampaikan. Atau bahkan bisa jadi yang menyampaikan sebuah riwayat tidak
memahami riwayat tersebut, sedangkan yang disampaikan justru memahaminya dengan baik.

6. Mujawaratur Rasul

Orang yang mencintai Rasulullah saw., maka ia akan berusaha sekuat tenaga untuk ittiba’ kepada
Rasulullah saw. dengan mengikuti sunnah beliau. Maka orang ini akan bersama Rasulullah saw
di surga, seperti sabda beliau:

((‫)رواه الترمذي والطبراني في األوسط( )) َو َم ْن أَحْ يَا ُسنَّتِى فَقَ ْد أَ َحبَّنِى َو َم ْن أَ َحبَّنِى َكانَ َم ِعى فِى ْال َجنَّ ِة‬

“Barangsiapa menghidupkan sunnahku, berarti ia mencintaiku; dan barangsiapa mencintaiku,


maka ia bersamaku di surga.” (Tirmidzi dan Thabarani di Al-Mu’jam Al-Awsath).

7. Izzatun Nafsi
Orang yang mengikuti Rasulullah saw. dengan ikhlas semata-mata karena mencintai
Allah dan Rasul-Nya, akan meraih kemuliaan dan kekuatan jiwa dihadapan Allah swt. Betapa
tidak? Ia telah mendapatkan kecintaan, ampunan, rahmat, hidayah, dan berbagai anugrah lain
dari Allah swt. Dengan itu semua terangkatlah dirinya menuju tempat yang tinggi dan mulia, ia
tidak lagi peduli dengan kemuliaan di mata manusia selama ia mulia di sisi Allah.

Ingatlah, kemuliaan itu terletak pada mengikuti Allah Al-‘Aziz (yang memiliki Izzah atau
keperkasaan) dan mengikuti Rasul-Nya. “Padahal ‘izzah itu hanyalah bagi Allah, bagi Rasul-Nya
dan bagi orang-orang mukmin, tetapi orang-orang munafik itu tiada mengetahui.” (Al-
Munafiqun: 8).

8. Al-Falah

“Maka orang-orang yang beriman kepadanya (Muhammad saw), memuliakannya, menolongnya,


dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al-Qur’an), mereka itulah orang-
orang yang beruntung.” (Al-A’raf: 157)

Keberuntungan pasti akan diperoleh oleh mereka yang selalu ittiba’ kepada Rasulullah saw.
dengan beriman kepadanya, memuliakannya, menolong (ajaran)nya, dan selalu mengikuti cahaya
Al-Qur’an.

9. Kebahagiaan hakiki di dunia dan akhirat

Tak dapat diragukan lagi bahwa orang yang mendapatkan semua nataij dari mengikuti
Rasulullah saw. di atas adalah orang-orang yang pasti berbahagia hidupnya dengan kebahagiaan
hakiki di dunia maupun di akhirat.

“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan
beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan
sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa
yang telah mereka kerjakan.” (An-Nahl: 97)

 Cara Nabi dan Rasul Menerima Wahyu


Para rasul menerima wahyu dari Allah SWT ada beberapa cara:

1. Dengan Perantara Malaikat Jibril; Jika kepada Nabi Muhammad SAW itu berupa Kitab
Suci Al-Qur’an.
2. Lansung dari Allah SWT, tanpa perantara; Jika kepada Nabi Muhammad SAW itu
disebut dengan hadits Qudsi.
3. Malalui Tabir Mimpi; Nabi Ibrahim AS. menerima wahyu agar menyembelih putranya
Nabi Ismail AS. Nabi Ibrahim menerima wahyu itu disaat tidur malalui mimpinya.
4. Dari Balik Tabir Suatu Benda; Suatu ketika Nabi Musa AS. dari kejauhan melihat bara
api yang membara. Sehingga beliau terdorong untuk mendekatinya, dan dari celah-celah
api itulah keluar suara Allah yang ternyata wahyu yang Allah berikan kepada Nabi Musa
AS.

 Faedah Beriman Kepada para Rasul dan Nabi

5. 1. Mengetahui rahmat dan pertolongan Allah kepada hamba-Nya, di mana keberadaan


para rasul merupakan petunjuk jalan hidayah kepada Allah Ta’ala.

6. 2. Mencintai para rasul dan memuji mereka dengan tidak berlebih-lebihan (ghuluw),
karena mereka hanyalah seorang utusan Allah yang juga beribadah hanya kepada Allah
Ta’ala, menyampaikan risalah-Nya, dan memberi nasehat kepada hamba-hamba-Nya.

You might also like