Professional Documents
Culture Documents
A. Pendahuluan
Upaya meningkatkan mutu pendidikan adalah fokus utama dalam pembangunan
pendidikan dewasa ini. Dan efektivitas pembelajaran oleh guru profesional adalah faktor
utama peningkatan mutu. Guru sebagai pendidik profesional dengan tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi
peserta didik membutuhkan peningkatan profesional secara terus menerus. Melalui
penelitian tindakan kelas, seorang guru memperoleh pemahaman tentang apa yang harus
dilakukan, merefleksi diri untuk memahami dan menghayati nilai pendidikan dan
pembelajarannya sendiri, dapat bekerja secara kontekstual, dan mengerti sejarah tentang
pendidikan dan persekolahannya, demikian Stephen Kemmis dan Robbin McTaggart (dalam
Aswandi, 2006).
Sehubungan dengan itu, maka Penelitian Tindakan Kelas (PTK) memiliki potensi
yang sangat besar untuk meningkatkan pembelajaran apabila diimplementasikan dengan
baik dan benar. Sesungguhnya kegiatan penelitian telah banyak dilakukan. Namun
sayangnya kegiatan penelitian tersebut kurang dirasakan dampaknya bagi peningkatan
mutu pembelajaran. Menurut Raka Joni dkk (1998) hal tersebut setidaknya disebabkan oleh
dua hal, yaitu: (1) pelaksanaan penelitian bidang pendidikan umumnya kurang melibatkan
guru; (2) penyebarluasan (dissemination) hasil penelitian melalui publikasi ilmiah ke
kalangan guru di lapangan memakan waktu sangat panjang. Selain itu, menurut penulis ini
juga disebabkan karena kurangnya kesempatan guru mengakses hasil penelitian untuk
perbaikan mutu pembelajaran. Karena itu mari kita bicarakan penelitian tindakan (PTK) dan
mari kita menyamakan pemahaman tentang apa yang dimaksud dengan penelitian tindakan
kelas (PTK).
2. Prinsip-prinsip PTK
Agar peneliti memperoleh kejelasan yang lebih baik tentang penelitian tindakan,
perlu kiranya dipahami prinsip-prinsip yang harus dipenuhi apabila akan melakukan
penelitian tindakan kelas.
Hopkins (dalam Aqib, 2007), mengemukakan ada enam prinsip yang harus
diperhatikan dalam PTK, yaitu: (1) Metoede PTK yang diterapkan seyogyanya tidak
mengganggu komitmen sebagai pengajar; (2) metode pengumpulan data yang digunakan
tidak menuntut waktu yang berlebihan karena dilakukan sesuai dengan jadwal pelajaran; (3)
metodologi yang digunakan harus reliable; (4) masalah program yang diusahakan adalah
masalah yang merisaukankan, dan didasarkan pada tanggung jawab professional; (5) Dalam
menyelenggarakan PTK, guru harus selalu bersikap konsisten dan memiliki kepedulian
tinggi terhadap proses dan prosedur yang berkaitan dengan pekerjaannya; (6) PTK tidak
dilakukan sebatas dalam konteks kelas atau mata pelajaran tertentu melainkan dengan
perspektif misi sekolah secara keseluruhan.
Sedangkan menurut Arikunto dkk (200) prinsip-prinsip PTK yang harus
dipetrhatikan apabila ingin melakukan PTK dengan baik, yaitu: (1) Kegiatan nyata dalam
situasi rutin, yaitu penelitian dilakukan tanpa mengubah situasi rutin; (2) adanya kesadaran
diri untuk memperbiki kinerja; (3) SWOT sebagai dasar berpijak, yaitu penelitian tindakan
harus dimulai dengan melakukan analisis SWOT; (4) PTK adalah upaya empiris dan
sistremik; (5) mengikuti prinsip SMART dalam perencanaan, yaitu:
a. S – specifik, khusus, tidak terlalu umum
b. M – Managable, dapat dikelola, dilaksanakan
c. A – Acceptable, dapat diterima lingkungan, atau Achievable, dapat dicapai, dijangkau
d. R – Realisti, operasional, tidak di luar jangkauan, dan
e. T – Time-bound, diikat oleh waktu tertentu.
Selanjutnya Arikunto menjelaskan bahwa di antara unsur dalam SMART, unsur yang
sangat penting karena terkait dengan subjek yang dikenai tindakan adalah unsur ke tiga,
yaitu A:Acceptable, dapat diterima oleh subjek yang akan diminta melakukan sesuatu oleh
guru. Oleh karena itu, sebelum guru melakukan lebih lanjut tentang tindakan yang akan
diberikan, mereka harus diajak bicara. Tindakan yang akan diberikan oleh guru dan akan
mereka lakukan harus disepakati secara sukarela. Dengan demikian, guru dapat
mengharapkan tindakan yang dilakukan oleh siswa dilandasi atas kesadaran dan kemauan
penuh. Dampak dari kemauan penuh itu menghasilkan semangat atau kegairahann yang
tinggi.
8. Reliabilitas
Reliabilitas data PTK secara hakiki memang rendah. Mengapa? Karena situasi PTK
terus berubah dan proses PTK bersifat transformatif tanpa kendali apapun (alami) sehingga
sulit untuk mencapai tingkat reliabilitas yang tinggi, padahal tingkat reliabilitias tinggi
hanya dapat dicapai dengan mengendalikan hampir seluruh aspek situasi yang dapat
berubah dan hal ini tidak mungkin atau tidak baik dilakukan dalam PTK. Karena akan
bertentangan dengan ciri khas penelitian tindakan itu sendiri, yang salah satunya adalah
kontekstual/situasional dan terlokalisasi, dengan perubahan yang menjadi tujuannya.
Penilaian peneliti menjadi salah satu tumpuan reliabilitas PTK. Cara-cara meyakinkan orang
atas reliabilitas PTK termasuk: menyajikan data asli seperti transkrip wawancara dan
catatan lapangan, menggunakan lebih dari satu sumber data untuk mendapatkan data yang
sama dan kolaborasi dengan sejawat atau orang lain yang relevan.
Perencanaan
Observasi
Rencana
Refleksi
Revisi Rencana
Tindakan &
Observasi
Refleksi
Refisi Rencana
Rencana Umum
Tindakan 1 Implementasi
Tindakan 2 Tindakan 1
Tindakan 3
Pengaruh dan
Implentasi Monitor
Tindakan 3
Survei (menjelaskan
kegagalan terhadap Mervisi Ide Umum
implenetasi efek
Survei (Menjelaskan
kegagalan terhadap
implementasi dan
efek
PTK model Dave Ebbutt secara skematis dapat digambarkan sebagai berikut:
Keseluruhan Rencana
yang sudah Keseluruhan
Keseluruhan Baru
disurvei
Keseluruhan yg
sudah disurvei
Tindakan 1
Tindakan 2
dsb.
Tindakan 2 dsb.
Monitoring &
Atau Survei Atau
Pilihan
Tindakan 2 dsb.
c. Pelaksanaan tindakan
Skenario tindakan yang telah direncanakan, dilaksanakan dalam situasi yang aktual.
Pada saat yang bersamaan kegiatan ini juga disertai dengan kegiatan observasi, dan
interrelasi, serta diikuti dengan kegiatan refleksi.
Identifikasi Masalah
Perencanaan
Refleksi Aksi
Observasi
Perencanaan
Ulang
Refleksi
Observasi
Aksi
c. Analisis Data
Untuk menghindari subyektif, dalam analisis data dalam PTK maka, sebaiknya
dilakukan triangulasi dengan mengacu pendapat atau persepsi orang lain. Karena itu dalam
menganalisis data yang kompleks sebaiknya peneliti menggunakan teknik analisis
kualitatif, yang salah satu modelnya adalah teknik analisis interaktif yang dikembangkan
oleh Miles dan Huberman (dalam Muhajir,1996). Analisis interaktif tersebut terdiri atas tiga
komponen kegiatan yang saling terkait satu sama lain: reduksi data, beberan (display) data,
dan penarikan kesimpulan.
Selanjutnya model interaktif dalam analisis data dapat digambarkan sebagai
berikut:
PENGUMPULAN DATA
(2)
SAJIAN (DISPLAY) DATA
(1)
REDUKSI DATA
(3)
PENARIKAN KESIMPULAN
a. Identifikasi masalah
Langkah pertama dalam penelitian tindakan adalah mengidentifikasi masalah.
Langkah ini merupakan langkah yang menentukan, karena masalah yang akan diteliti harus
dirasakan dan diidentifikasi oleh peneliti sendiri. Masalah dapat berupa kekurangan yang
dirasakan dalam pengetahuan, keterampilan, sikap, etos kerja, kelancaran komunikasi,
kreativitas, dsb. Pada dasarnya, masalah adalah kesenjangan antara kenyataan dan keadaan
yang diinginkan.
Beberapa kriteria dalam penentuan masalah: (a) Masalah harus penting bagi orang
yang mengusulkannya dan sekaligus signifikan dilihat dari segi pengembangan lembaga
atau program; (b) Masalah hendaknya dalam jangkauan penanganan; (c) Pernyataan
masalahnya harus mengungkapkan beberapa dimensi fundamental mengenai penyebab dan
faktor, sehingga pemecahannya dapat dilakukan berdasarkan hal-hal fundamental ini
daripada berdasarkan fenomena dangkal.
Beberapa contoh masalah yang diidentifikasi sebagai fokus penelitian tindakan: (1)
rendahnya kemampuan mengajukan pertanyaan kritis di kalangan siswa; (2) rendahnya
keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran bahasa Inggris; (3) rendahnya kualitas
pengelolaan interaksi guru-siswa-siswa; (4) rendahnya kualitas pembelajaran bahasa Inggris
ditinjau dari tujuan mengembangkan keterampilan berkomunikasi dalam bahasa tersebut;
dan (5) rendahnya kemandirian belajar siswa di suatu sekolah menengah atas.
Masalah hendaknya diidentifikasi melalui proses refleksi dan evaluasi, yang dalam
model Kemmis dan Taggart disebut reconnaissance, terhadap data pengamatan awal.
b. Perumusan masalah
Pada intinya, rumusan masalah harus mengandung deskripsi tentang kenyataan
yang ada dan keadaan yang diinginkan. Bagaimana cara mengatsinya? Karena penelitian
tindakan merupakan kegiatan akademik dan profesional, seorang peneliti perlu mencari
wawasan teoretis dari pustaka yang relevan untuk dapat menentukan cara-cara yang akan
digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitiannya. Pustaka yang ditinjau hendaknya
mencakup teori-teori dan hasil penelitian yang relevan. Satu hal yang perlu diingat adalah
bahwa teori dalam penelitian tindakan bukan untuk diuji, melainkan untuk menuntun
peneliti dalam membuat keputusan-keputusan selama proses penelitian berlangsung. Pada
akhir tinjauan pustaka, peneliti tindakan dapat mengajukan hipotesis tindakan atau
pertanyaan penelitian.
4. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan yang direncanakan hendaknya fleksibel untuk mencapai
perbaikan yang diinginkan. Artinya, jika sesuatu memerlukan perubahan karena tuntutan
situasi, peneliti hendaknya siap melakukan perubahan itu asal saja perubahan itu
mendukung tercapainya perbaikan.
6. Pelaporan Hasil
Hasil analisis data dilaporkan, dan laporannya hendaknya mencakup ulasan
lengkap tentang pelaksanaan tindakan yang telah direncanakan bersama pelaksanaan
pemantauannya serta perubahan yang dilakukan. Selain itu pada akhir laporan peneliti
mengajukan rencana tindak lanjut. Rencana umum terevisi (atau mungkin revisi dari
rencana terdahulu) termasuk bidang tindakan yang dirumuskan kembali dan langkah-
langkah tindakan kedua yang mungkin dilakukan serta teknik pemantauannya. Hal tersebut
secara keseluruhan harus disajikan dalam laporan nakhir penelitian.
1. Judul Penelitian
Judul penelitian dinyatakan dengan kalimat sederhana dan spesifik, namun tampak jelas
maksud tindakan yang akan dilakukan dan di mana penelitian dilangsungkan, jika
diperlukan cantumkan penanda waktu caturwulan/semester/tahun ajaran. Atau dengan
kata lain dalam judul seharusnya ditulis adalah gambaran dari apa yang
dipermasalahkan, (misalnya: peningkatan hasil belajar) dan bentuk tindakan yang akan
dilakukan untuk mengatasi masalahnya (misalnya penggunaan model pembelajaran
kooperatif). Apabila menggunkan sub judul, maka sub judul ditulis untuk menambahkan
keterangan lebih rinci tentang populasi, misalnya di mana penelitian dilakukan, kapan, di
kelas berapa, dan lain-lain.
2. Pendahuluan
Tujuan PTK adalah untuk memecahkan permasalahan pembelajaran. Untuk itu pada
bagian pendahuluan ini intinya adalah paparan latar belakang penelitian. Pada bagian ini
menguraikan kondisi objektif yang mengharuskan dilaksanakannya PTK. Kondisi ini
merupakan hasil identifikasi guru terhadap masalah proses pembelajaran yang
diselenggarakan. Selain itu masalah tersebut adalah masalah penting dan mendesak
untuk dipecahkan serta dapat dilaksanakan.
Bab Pendahuluan
Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah dan Cara Pemecahan
Masalah, Tujuan dan Kemanfaatan Hasil Penelitian
Bab Kajian/Tinjauan Pustaka
Bab Metodologi Pelaksanaan
Penjelasan mengenai kegiatan pendukung
Oleh
NAMA LENGKAP
SEKOLAH X
KECAMATAN ……… KABUPATEN…………
TA HUN…….
LEMBAR PENGESAHAN
2. Identitas Peneliti:
a. Nama :
b. NIP :
c. Gol/Ruang :
d. Jabatan : Guru Utama Muda
e. Unit Kerja : Sekolah X
Makassar, 2007
Peneliti,
Nama: …………………….
NIP: ………………………
Mengetahui/Mengesahkan
Oleh
NAMA LENGKAP
SEKOLAH X
KECAMATAN ……… KABUPATEN…………
TA HUN…….
2. Identitas Peneliti:
a. Nama :
b. NIP :
c. Gol/Ruang :
d. Jabatan : Guru Utama Muda
e. Unit Kerja : Sekolah X
Makassar, 2007
Mengetahui/Mengesahkan
Madya, Suwarsih. 2006. Teori dan Praktek Penelitian Tindakan Kelas (Action Research). Alfabeta.
Bandung.
Muhajir, Noeng. 1996. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi III. Reka Sarasin. Yogyakarta.
Raka Joni dkk.1998. Konsep Dasar Penelitian Tindakan Kelas (Makalah). IKIP Malang. Malang.