You are on page 1of 12

KONSTITUSI

A.    KONSEP DASAR KONSTITUSI

a) Pengertian Konstitusi

1) Kontitusi itu berasal dari bahasa parancis yakni constituer yang berarti membentuk.

2) Dalam bahasa latin konstitusi berasal dari gabungan dua kata yaitu “Cume” berarti bersama
dengan dan “Statuere” berarti membuat sesuatu agar berdiri atau mendirikan, menetapkan
sesuatu, sehingga menjadi “constitution”.

3) Dalam istilah bahasa inggris (constution) konstitusi memiliki makna yang lebih luas dan
undang-undang dasar. Yakni konstitusi adalah keseluruhan dari peraturn-peraturan baik yang
tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur secara mengikat cara-cara bagaimana sesuatu
pemerintahan diselenggarakan dalam suatu masyarakat.

4) Dalam terminilogi hokum islam (Fiqh Siyasah) konstitusi dikenal dengan sebutan DUSTUS
yang berati kumpulan faedah yang mengatur dasar dan kerja sama antar sesame anggota
masyarakat dalam sebuah Negara.

5) Menurut pendapat James Bryce, mendefinisikan konstitusi sebagai suatu kerangka masyarakat
politik (Negara yang diorganisir dengan dan melalui hokum. Dengan kata lain konstitusi
dikatakan sebagai kumpulan prinsip-prinsip yang mengatur kekuasaan pemerintahan, hak-hak
rakyat dan hubungan diantara keduanya

b) Tujuan Konstitusi

Secara garis besar konstitusi bertujuan untuk membatasi tindakan sewenang-wenangpemerintah,


menjamin hak-hak pihak yang diperintah (rakyat) dan menetapkan pelaksanaan kekuasaan yang
berdaulat. Sehingga pada hakekatnya tujuan konstitusi merupakan perwujudan paham tentang
konstitusionalisme yang berate pembatasan terhadap kekuasaan pemerintah diastu pihak dan
jaminan terhadap hak-hak warga Negara maupun setiap penduduk dipihak lain.

c) Fungsi Dan Ruang Lingkup Konstitusi

Dalam berbagai literature hokum tata Negara maupun ilmu politik ditegaskan bahwa fungsi
konstitusi adalah sebagai dokumen nasional dan alat untuk membentuk system politik dan
hokum Negara. Oleh karena itu ruang lingkup undang-undang dasar sebagai konstitusi tertulis
sebagaimana dikemukakan oleh A.A.HY Struycken memuat tentang :

1) Hasil perjuangan politik bangsa diwaktu lampau.

2) Tingkat-tingkat tinggi pembangunan ketatanegaraan bangsa.


3) Pandangan tokoh bangsa yang hendak di wujudkan, baik sekarang maupun masa yang akan
dating.

4) Suatu keinginan yang mana perkembangan kehidupan ketatanegaraan bangsa hendak


dipimpin.

Pengertian Konstitusi dan tujuan Konstitusi


Terdapat dua istilah terkait dengan norma atau ketentuan dasar dalam kehidupan kenegaraan dan
kebangsaan. Kedua istilah tersebut adalah Konstitusi dan undang-undang dasar. Konstitusi
berasal dari bahasa Prancis, constituer, yang berarti membentuk. Maksud dari istilah tersebut
adalah pembentukan suatu negara atau menyusun dan menyatakan suatu negara. Dalam bahasa
latin, kata konstitusi merupakan gabungan dua kata, yakni cume, berarti “bersama
dengan. . .”,dan statuere, berarti “membuat sesuatu agar berdiri” atau “mendirikan, menetapkan
sesuatu”. Sedangkan undang-undang dasar merupakan terjemahan dari istilah Belanda,
grondwet. Kata grond berarti tanah atau dasar, dan wet berarti undang-undang.
Istilah konstitusi (Constitution) dalam bahasa Inggris memiliki makna yang lebih luas dari
undang-undang dasar, yakni keseluruhan dari peraturan-peraturan baik yang tertulis maupun
yang tidak tertulis yang mengatur secara mengikat cara bagaimana pemerintah diselenggarakan
dalam masyarakat. konstitusi, menurut Miriam Budiardjo, adalah suatu piagam yang menyatakan
cita-cita bangsa dan merupakan dasar organisasi kenegaraan suatu bangsa. Sedangkan undang-
undang dasar merupalan bagian tertulis dari konstitusi.
Dari pengertian konstitusi di atas, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Kumpulan kaidah yang memberikan pembatasan kekuasaan kepada penguasa.
2. Dokumen tentang pembagian tugas dan wewenangnya dari sistem politik yang diterapkan.
3. Deskripsi yang menyangkut hak asasi manusia.
Secara garis besar, tujuan Konstitusi adalah membatasi tindakan sewenang-wanang pemerintah
dan menjamin hak-hak rakyat yang diperintah, dan menetapkan pelaksanaan kekuasan yang
berdaulat. Menurut Bagir Manan, hakekat dari konstitusi merupakan perwujudan paham tentang
konstitusi atau konstitusionalisme, yaitu pembatasan terhadap kekuasaan pemerintah di satu
pihak dan jaminan terhadap hak-hak warga negara maupun setiap penduduk di pihak lain.
Sedangkan, menurut Sri Soemantri, dengan mengutip pendapat Steenbeck, menyatakan bahwa
terdapat tiga materi muatan pokok dalam konstitusi, yaitu:
1. Jaminan hak-hak manusia;
2. Susunan ketatanegaraan yang bersifat mendasar;
3. Pembagian dan pembatasan kekuasaan.
Dalam paham konstitusi demokratis dijelaskan bahwa isi konstitusi meliputi:
1. Anatomi kekuasaan (kekuasaan politik) tunduk pada hukum.
2. Jaminan dan perlindungan hak-hak asasi manusia.
3. peradilan yang bebas dan mandiri.
4. pertanggungjawaban kepada rakyat (akuntabilitas publik) sebagai sendi utama dari asas
kedaulatan rakyat.
Keempat cakupan isi konstitusi di atas merupakan dasar utama dari suatu pemerintah yang
konstitusional. Namun demikian, indikator suatu negara atau pemerintah disebut demokratis
tidaklah tergantung pada konstitusinya. Sekalipun konstitusinya telah menetapkan aturan dan
prinsip-prinsip diatas, jika tidak diimplementasikan dalam praktik penyelenggaraan tata
pemerintahan, ia belum bisa dikatakan sebagai negara yang konstitusional atau menganut paham
konstitusi demokrasi.

Istilah Konstitusi
Istilah konstitusi secara umum menggambarkan keseluruhan sistem ketatanegaraan suatu negara,
yaitu berupa kumpulan peraturan yang membentuk mengatur atau memerintah negara, peraturan-
peraturan tersebut ada yang tertulis dan ada yang tidak tertulis.
Sehubungan dengan konstitusi ini para sarjana dan Ilmuan Hukum Tata Negara terjadi perbedaan
pendapat:
1. Kelompok yang menyamakan konstitusi dengan undang-undang;
2. Kelompok yang membedakan konstitusi dengan undang-undang.
Menurut paham Herman Heller, konstitusi mempunyai arti yang lebih luas dari undang-undang.
Dia membagi konstitusi dalam tiga pengertian antara lain:
a. Konstitusi mencerminkan kehidupan politik dalam masyarakat sebagai suatu kenyataan (Die
Polotiche Verfasung Als Gesellchaftliche)
b. Unsur-unsur hukum dari konstitusi yang hidup dalam masyarakat dijadikan sebagai suatu
kesatuan hukum dan tugas mencari unsur-unsur hukum ” Abstraksi ”.
c. Ditulis dalam suatu naskah sebagai undang-undang yang tertinggi dan berlaku dalam suatu
negara.
Menurut Lord Bryce, terdapat empat motif timbulnya konstitusi :
1. Adanya keinginan anggota warga negara untuk menjamin hak-haknya yang mungkin terancam
dan sekaligus membatasi tindakan-tindakan penguasa;
2. Adanya keinginan dari pihak yang diperintah atau yang memerintah dengan harapan untuk
menjamin rakyatnya dengan menentukan bentuk suatu sistem ketatanegaraan tertentu;
3. Adanya keinginan dari pembentuk negara yang baru untuk menjamin tata cara
penyelenggaraan ketatanegaraan;
4. Adanya keinginan untuk menjamin kerja sama yang efektif antar negara bagian.

Pengertian Konstitusi

Terdapat dua istilah terkait dengan norma atau ketentuan dasar dalam kehidupan kenegaraan dan
kebangsaan. Kedua istilah tersebut adalah konstitusi dan Undang-Undang Dasar. Konstitusi
berasal dari bahasa Perancis, Constituer yang yang berarti membentuk.Maksutnya ialah
pembentukan, penyusunan atau pernyataan akan suatu Negara. Dalam bahasa Latin, kata
konstitusi merupakan gabungan dua kata, yakni Cume berarti ‘bersama dengan dan Stratuere
berarti membuat sesuatu agar berdiri atau mendirikan, menetapkan sesuatu. Sedangkan Undang-
Undang merupakan terjemahan dari istilah Belanda, Grondwet. Kata Ground berarti tanah atau
dasar dan Wet berarti Undang-Undang.

Istilah konstitusi dalam bahasa Inggris memiliki makna yang lebih luas dari Undang-Undang
Dasar. Yaitu keseluruhan dari peraturan-peraturan baik yang tertulis maupun tak tertulis yang
mengatur secara mengikat cara-cara suatu pemerintahan diselenggarakan dalam suatu
masyarakat.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan konstitusi ialah :


1. Kumpulan kaidah yang memberikan pembatasan kekuasaan kepada penguasa.
2. Dokumen tentang pembagian tugas dan wewenangnya dari system pitik yang diterapkan.
3. Deskripsi yang menyangkut masalah hak asasi manusia.

Tujuan-tujuan adanya konstitusi secara ringkas dapat diklasifikasikan menjadi tiga tujuan, yaitu:

1. Konstitusi bertujuan untuk memberikan pembatasan sekaligus pengawasan terhadap


kekuasaan politik.
2. Konstitusi bertujuan untuk melepaskan kontrol kekuasaan dari penguasa sendiri.
3. Konstitusi bertujuan memberikan batasan-batasan ketetapan bagi para penguasa dalam
menjalankan kekuasaanya.

Dalam faham konstitusi demokratis dijelaskan bahwa isi konstitusi meliputi:

1. Anatomi kekuasaan (kekuasaan politik) tunduk pada hukum.


2. Jaminan dan perlindungan hak-hak asasi manusia.
3. Peradilan yang bebas dan mandiri.
4. Pertanggung jawaban kepada rakyat (Akuntabilitas Publik) sebagai sendi utama dari asas
kedaulatan rakyat.

Keempat cakupan isi konstitusi itu merupakan dasar utama bagi suatu pemerintahan yang
konstitusional. Namun, indicator suatu Negara atau pemerintahan disebut demokratis tidaklah
tergantung pada konstitusinya. Sekalipun konstitusinya telah menetapkan aturan dan prinsip-
prinsip diatas, jika tidak diimplementasikan dalam praktik penyelenggaraan tata pemerintahan, ia
belum bisa dikatakan sebagai Negara yang konstitusional atau menganut paham konstitusi
demokrasi.

B.     PENTINGNYA KONSTITUSI BAGI SEBUAH NEGARA

Eksistensi konstitusi dalam kehidupan ketatanegaraan merupakan suatu hal yang sangat krusial,
karena tanpa konstitusi bisa jadi tidak akan terbentuk suatu Negara. Dalam lintasan sejarah
hingga awal abad ke-21 ini, hamper tidak ada Negara yang tidak memiliki konstitusi. Hal ini
menunjukkan betapa urgennya konstitusi sebagai suatu perangkat Negara. Konstitusi dan Negara
ibarat dua sisi mata uang yang satu sama lain tidak terpisahkan.

Sejalan dengan perlunya konstitusi sebagai instrument untuk membatasi kekuasaan dalam suatu
Negara, Miriam Budi ardjo mengatakan “Di dalam Negara-negara yang mendasarkan dirinya
atas demokrasi konstitusional. Undang-Undang Dasar mempunyai fungsi yang khas yaitu
membatasi kekuasaan pemerintah sedemikian rupa sehingga penyelenggaraan kekuasaan tidak
bersifat sewenang-wenang. Dengan demikian diharapkan hak-hak warga Negara akan lebih
terlindungi.

Dalam konteks pentingnya konstitusi sebagai pemberi batas kekuasaan tersebut,Kusnardi


membagi fungsi konstitusi menjadi 2 yaitu:

1. Membagi kekuasaan dalam Negara.


2. Membatasi kekuasaan pemerintah atau penguasa dalam Negara.
3. Deskripsi yang menyangkut masalah hak asasi manusia.

Mengingat pentingnya konsitusi dalm suatu Negara ini, Struycken dalam bukunya “Staatsrecht
Van Het Koninkrijk der Nederlander” menyatakan bahwa Undang-undang Dasar sebagai
konstitusi tertulis merupakan dokumen formal yang berisikan:

1. Hasil perjuangan poliik bangsa di waktu yang lampau.


2. Tingkat-tingkat tertinggi perkembangan ketatanegaraan bangsa.
3. Pandangan tokoh-tokoh bangsa yang hendak diwujudkan baik untuk waktu sekarang
maupun untukyang akan datang.
4. Suatu keinginan, dimana perkembangan kehidupan ketatanegaraan bangsa hendak
dipimpin.

Keempat materi yang terdapat dalam konstitusi undang-undang tersebut, menunjukkan arti
pentingnya suatu konstitusi yang menjadi barometer kehidupan bernegara dan berbangsa, serta
memberikan arahan dan pedoman bagi generasi penerus bangsa dalam menjalankan suatu
Negara.

Dari beberapa pakar tersebut, maka dapat dikatakan bahwa eksistensi konstitusi dalam suatu
Negara merupakan suatu keniscahyaan, karena adanya konstitusi akan tercipta pembatasan
kekuasaan melalui pembagian wewenang dan kekuasaan dalam menjalankan Negara. Selain itu
juga sangat penting untuk menjamin hak-hak asasi warga Negara sehingga tidak terjadi
penindasan dan perlakuan sewenang-wenang dari pemerintah.

Pentingnya Konstitusi Dalam Negara


Konsekuensi logis dari kenyataan bahwa tanpa konstitusi negara tidak mungkin terbentuk, maka
konstitusi menempati posisi yang sangat krusial dalam kehidupan ketatanegaraan suatu negara.
Negara dan konstitusi merupakan lembaga yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain.
Dr. A. Hamid S. Attamimi, dalam disertasinya berpendapat tentang pentingnya suatu konstitusi
atau Undang-undang Dasar adalah sebagai pegangan dan pemberi batas, sekaligus tentang
bagaimana kekuasaan negara harus dijalankan.
Sejalan dengan pemahaman di atas, Struycken dalam bukunya Net Staatsrecht van Het
Koninkrijk der Nederlanden menyatakan bahwa konstitusi merupakan barometer kehidupan
bernegara dan berbangsa yang sarat dengan bukti sejarah perjuangan para pendahulu, sekaligus
ide-ide dasar yang digariskan oleh the founding father, serta memberi arahan kepada generasi
penerus bangsa dalam mengemudikan suatu negara yang akan dipimpin. Semua agenda penting
kenegaraan ini tercover dalam konstitusi, sehingga benarlah kalau konstitusi merupakan cabang
yang utama dalam studi ilmu hukum tata negara.
Pada sisi lain, eksistensi suatu ”negara” yang diisyaratkan oleh A. G. Pringgodigdo, baru riel ada
kalau telah memenuhi empat unsur, yaitu:
1) Memenuhi unsur pemerintahan yang berdaulat,
2) Wilayah Tertentu
3) Rakyat yang hidup teratur sebagai suatu bangsa (nation), dan
4) Pengakuan dari negara-negara lain.
Dari keempat unsur untuk berdirinya suatu negara ini belumlah cukup menjamin terlaksananya
fungsi kenegaraan suatu bangsa kalau belum ada hukum dasar yang mengaturnya. Hukum dasar
yang dimaksud adalah sebuah konstitusi atau Undang-Undang Dasar.
Prof. Mr. Djokosutono melihat pentingnya konstitusi dari dua segi. Pertama, dari segi sisi (naar
de Inhoud) karena konstitusi memuat dasar dari struktur dan memuat fungsi negara. Kedua, dari
segi bentuk (Naar de Maker) oleh karena yang memuat konstitusi bukan sembarangan orang atau
lembaga. Mungkin bisa dilakukan oleh raja, raja dengan rakyatnya, badan konstituante atau
lembaga diktator.
Pada sudut pandang yang kedua ini, K. C. Wheare menggkaitkan pentingnya konstitusi dengan
peraturan hukum dalam arti sempit, dimana konstitusi dibuat oleh badan yang mempunyai
”wewenang hukum” yaitu sebuah badan yang diakui sah untuk memberikan kekuatan hukum
pada konstitusi.

C.     KONSTITUSI DEMOKRATIS

Pembahsan konstitusi erat kaitannya dengan sistem demokrasi yang dianut oleh suatu Negara.
Kebanyakan Negara modern sekarang menganut sistem demokrasi konstitusional. Yang menjadi
cirri khas demokrasi konstitusional adalah adanya pemerintahan kekuasaannya yang terbatas dan
tidak diperkenankan bertindak sewenang-wenang terhadap rakyat. Pembatasan tersebut
tercantum dalam konstitusi. Dalam sistem demokrasi konstitusional, kekuasan negara berada di
tangan rakyat. Pemegang kekuasaan dibatasi wewengannya oleh konstitusi sehingga tidak
melanggar hak-hak asasi rakyat. Antara kekuasaan eksekutif dan cabang-cabang kekuasaan
lainnya terdapat ceck and balance. Lembaga legislatif mengontrol kekuasaan eksekutif sehingga
tidak keluar dari rel konstitusi.
Tujuan utama konstitusi ialah membatasi secara efektif kekuasaan pemerintahan, sehingga
penyelenggaraan kekuasaan tidak dilakukan secara sewenang-wenang. Tujuan penting dari
konstitusi ialah untuk melindungi hak-hak dasar warga negara dari penyalahgunaan wewenang
oleh penyelenggara Negara.
Kedua tujuan tersebut hanya dapat dicapai jika pengorganisasian kekuasaan negara tidak
menumpuk pada satu badan atau satu orang saja, kekuasaan haruslah didistribusikan. Dengan
pendistribusian kekuasaan ke beberapa atau lembaga dapat mencegah penyalahgunaan
kekuasaan. Maka dari itulah istilah konstitusionalisme muncul untuk menandakan suatu sistem
asas-asas pokok yang menatapkan dan membatasi kekuasaan serta hak bagi yang memerintah
(pemegang kekuasaan) maupun bagi yang diperintah.

Sebagaimana dijelaskan diawal, bahwa konstitusi berpesan sebagai sebuah aturan dasar yang
mengatur kehidupan dalam bernegara dan berbangsa maka aepatutnya konstitusi dibuat atas
dasar kesepakatan bersama antara negra dan warga Negara .

Kontitusi merupakan bagian dan terciptanya kehidupan yang demokratis bagi seluruh warga
Negara. Jika Negara yang memilih demokrasi, maka konstitusi demokratis merupakan aturan
yang dapat menjamin terwujudnya demokrasi dinegara tersebut. Setiap konstitusi yang
digolongkan sebagai konstitusi demokratis haruslah memiliki prinsip-prinsip dasar demokrasi itu
sendiri.

D.    SEJARAH LAHIRNYA KONSTITUSI DI INDONESIA


Dalam sejarahnya, Undang-Undang Dasar 1945 dirancang sejak 29 Mei 1945 sampai 16 Juni
1945 oleh Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) atau
Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai dalam bahasa Jepang yang beranggotakan 21 orang, diketuai
Ir.Soekarno dan Drs.Moh.Hatta sebagai wakil dengan 19 orang anggota yang terdiri dari 11
orang wakil dari Jawa,3 orang dari Sumatra, dan masing-masing 1 wakil dari Kalimantan,
Maluku, dan Sunda kecil. BPUPKI ditetapkan berdasarkan Maklumat Gunseikan Nomor 23
bersamaan dengan ultah Tenno Heika pada tanggal 29 April 1945.

BPUPKI menentukan tim khusus yang bertugas menyusun konstitusi bagi Indonesia merdeka
yang dikenal dengan nama UUD 1945. tokoh-tokoh perumusnya antara lain Dr.Rajman
Widiodiningrat, Ki Bagus Hadi Koesemo, Oto Iskandardinata, Pangeran purboyo, Pangeran
Soerjohamindjojo dan lain-lain.

UUD 1945 dibentuk untuk memberikan kemerdekaan bagi bangsa Indonesia di kemudian hari.
Setelah kemerdekaan diraih, kebutuhan akan sebuah konstitusi resmi nampaknya tidak bisa
ditawar-tawar lagi, dan segera harus dirumuskan sehingga lengkaplah Indonesia menjadi sebuah
Negara yang berdaulat. Pada tanggal 18 Agustus 1945 atau sehari setelah ikrar kemerdekaan,
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) mengadakan sidangnya yang pertama kali dan
menghasilkan beberapa keputusan sebagai berikut :

1. Menetapkan dan mengesahkan pembukaan UUD 1945 yang bahannya diambil dari
rancangan Undang – Undang yang disusun oleh panitia perumus pada tanggal 22 Juni
1945.
2. menetapkan dan mengesahkan UUD 1945 yang bahannya hampir seluruhnya diambil dari
RUU yang disusun oleh panitia perancang UUD tanggal 16 Juni 1945.
3. memilih ketua persiapan Kemerdekaan Indonesia Ir. Soekarno sebagai presiden dan
wakil ketua Drs. Muhammad Hatta sebagai wakil presiden.
4. pekerjaan presiden untuk sementara waktu dibantu oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia(Komite Nasional).

Dengan terpilihnya atas dasar UUD 1945 ,maka secara formal Indonesia sempurna menjadi
sebuah Negara, sebab syarat – syarat yang lazim diperlukan oleh setiap Negara telah ada, yaitu
adanya :

1. Rakyat .
2. Wilayah.
3. Kedaulatan.
4. Pemerintahan
5. Tujuan Negara.
6. Bentuk Negara

Konstitusi sebagai satu kerangka kehidupan politik telah lama dikenal yaitu sejak zaman yunani
yang memiliki beberapa kumpulan hokum (semacam kitab hokum pada 624 – 404 SM) sehingga,
sebagai Negara hokum Indonesia memiliki konstitusi yang dikenal sebagai UUD 1945 yang telah
dirancang sejak 29 Mei 1945 sampai 16 Juli 1945 oleh badan penyelidik usaha-usaha persiapan
kemerdekaan Indonesia (BPUPKU) yang mana tugas pokok badan ini sebenarnya menyusun
rancangan UUD. Namun dalam praktik persidangannya berjalan berkepanjangan khususnya pada
saat membahas masalah dasar Negara.diakhir siding I BPUPKIberhasil membentuk panitia kecil
yang disebut panitia sembilang, panitia ini pada tanggal 22 juni 1945 berhasil mencapai
kompromi untuk menyetujui sebuah naskah mukhodimah UUD yang kemudian diterima dalam
siding II BPUPKI tanggal 11 Julu 1945. Setelah itu Ir. Soekarno membentuk panitia kecil pada
tanggal 16 juli 1945 yang diketuai oleh Soepomo dengan tugas menyusun rancangan UUD dan
membentuk panitia persiapan kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang beranggotakan 21 orang.
Sehingga UUD atau konstitusi Negara republic Indonesia diatukan ditetapkan oleh PPKI pada
hari sabtu tanggal 18 Agustus 1945. Dengan demikian sejak itu Indonesia telah menjadi suatu
Negara modern karena telah memiliki suatu system ketatanegaraan yaitu dalam UUD 1945.

Dalam perjalanan sejarah, konstitusi Indonesia telah mengalami beberapa kali pergantian baik
nama maupun subtansi materi yang dikandungnya, yaitu :

1) UUD 1945 yang masa berlakunya sejak 18 Agustus 1945 sampai 27 Desember 1949.

2) Konstitusi republic Indonesia serikat yang lazim dikenal dengan sebutan konstitusi RIS (17
Desember 1949 – 17 Agustus 1950).

3) UUD 1950 (17 Agustus 1950 – 05 Juli 1959).

4) UUD 1945 yang merupakan pemberlakuan kembali konstitusi pertama Indonesia dengan masa
berlakunya sejak dekrit presiden 05 Juli 1959 – Sekarang.

Klasifikasi Konstitusi

Konstitusi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

a) Konstitusi tertulis dan tidak tertulis

1) Konstitusi tertulis merupakan suatu instrument atau dokumen yang dapat dijumpai pada
sejumlah hokum dasar yang diadopsi atau dirancang oleh para penyusun konstitusi dengan tujuan
untuk memberikan ruang lingkup seluas mungkin bagi proses undang-undang biasa untuk
mengembangkan konstitusi itu sendiri dalam aturan-aturang yang sudah disiapkan.

2) Konstitusi tidak tertulis dalam perumusannya tidak membutuhkan proses yang panjang
misalnya dalam penentuan Qourum, Amandemen, Referendum dan konvensi.

b) Konstitusi Fleksibel dan Konstitusi Kaku

1) Ciri-ciri konstitusi fleksibel yaitu

a. Elastic

b. Diumumkan dan diubah dengan cara yang sama.


2) Cirri-ciri konstitusi yang kaku

a. Mempunyai kedudukan dan derajat yang lebih tinggi dan peraturan undang-undang yang lain.

b. Hanya dapat diubah dengan cara yang khusus, istimewa dan persyaratan yang berat.

c) Konstitusi derajat tinggi dan komstitusi derajat tidak tinggi

1) Konstitusi derajat tinggi ialah konstitusi yang mempunyai derajat kedudukan yang paling
tinggi dalam Negara dan berada diatas peraturan perundang-undang yang lain.

2) Konstitusi tidak derajat tinggi ialah konstitusi yang tidak mempunyai kedudukan serta derajat.

d) Konstitusi serikat dan konstitusi kesatuan

1) Jika bentuk Negara itu serikat maka akan didapatkan system pembagian kekuasaan antara
pemerintah Negara serikat dengan pemerintah Negara bagian.

2) Dalam Negara kesatuan, pembagian kekuasaan tidak dijumpai karena seluruh kekuasaannya
terpusat pada pemerintah pusat sebagaimana diatur dalam konstitusi.

e) Konstitusi system pemerintahan presidensial dan konstitusi system pemerintahan parlementer.

Konstitusi yang mengatur beberapa ciri-ciri system pemerintrahan presidensial dapat


diklasifikasikan kedalam konstitusi system pemerintah presidensial begitu pula sebaliknya

Pembagian dan Klasifikasi Konstitusi


Where membedakan konstitusi atas tiga bagian:
1) Konstitusi tertulis dan tidak tertulis
Suatu konstitusi dikatakan tertulis bila berupa suatu naskah (Documentary Constitution).
Sedangkan konstitusi tidak tertulis tidak berupa naskah (Non-Documentary constitusion)
2) Konstitusi fleksibel dan rigid
Suatu konstitusi dikatakan fleksibel jika cara dan prosedur perubahannya mudah. Sebaliknya jika
sulit cara dan prosedur perubahannya, maka ia termasuk jenis yang rigid.
3) Konstitusi derajat-tinggi dan tidak derajat-tinggi
Yang dimaksud berderajat tinggi ialah suatu konstitusi memmiliki kedudukan tetinggi dalam
suatu negara. Dan jika dilihat dari bentuknya, ia berada diatas peraturan perundang-undangan
yang lain. Sementara konstitusi yang tidak berderajat tinggi ialah yang tidak memiliki kedudukan
serta derajat seperti konstitusi berderajat tinggi.
Nilai Konstitusi
Menurut Karl Loewenstein terdapat tiga nilai konstitusi:
a. Nilai Normatif
Hal ini diperoleh apabila segenap rakyat suatu Negara menerimanya dan bagi mereka konstitusi
tersebut merupakan suatu kenyataan hidup dalam arti sepenuhnya diperlukan dan efektif. Artinya
konstitusi benar-benar dilaksanakan secara murni dan konsekuen.
b. Nilai Nominal
Konstitusi yang mempunyai nilai nominal yaitu berarti secara hukum konstitusi tersebut berlaku,
tetapi kenyataannya kurang sempurna. Sebab pasal-pasal tertentu dalam konstitusi tersebut
dalam kenyataannya tidak berlaku.
c. Nilai Semantik
Dalam hal ini konstitusi hanya sekedar istilah saja. Meskipun secara hukum konstitusi tetap
berlaku, tetapi dalam kenyataanya pelaksanaannya selalu dikaitkan dengan kepentingan pihak
penguasa.
D. Sifat Konstitusi
Sifat pokok konstitusi negara adalah fleksibel dan juga rigid. Menurut james Bryce, konstitusi
dikatakan fleksibel bila bercirikan: Elastis karena dapat menyesuaikan dirinya dengan mudah
dan memungkinkan diubah dengan cara yang sama seperti undang-undang serta konstitusi
tersebut dinamis. Sisi negatif dari konstitusi yang fleksibel adalah membawa akibat kemerosotan
pada kewibaawaan konstitusi itu sendiri. Sedangkan dikatakan rigid bila ia sulit diubah.

Pengertian Perubahan Konstitusi


Menurut Dasril Rabjad, perbuatan merubah harus diartikan dengan mengubah, yang dalam
bahasa Inggris adalah To Amend The Constitution sedangkan dalam bahasa Belanda disebut
dengan Verandring (Veranderingen) in de Grondwet. Sedangkan menurut John M. Echols
menyebutkan bahwa amandemen adalah amandemen yang dalam arti bahasa berarti mengubah
undang-undang dasar.
Lebih tegas menurut Sri Soemantri:
“Dengan memperhatikan pengalaman-pengalaman dalam mengubah konstitusi di Kerajaan
Belanda, Amerika Serikat, dan Uni Soviet. Maka mengubah undang-undang dasar tidak hanya
mengandung arti menambah, mengurangi, mengubah kata-kata dan istilah maupun kalimat
dalam undang-undang dasar. Tetapi juga berarti membuat isi ketentuan undang-undang dasar
menjadi lain daripada semula, melalui penafsiran.”
Berdasarkan ketentuan-ketentuan tersebut, maka jelaslah bahwa yang dimaksud dengan
perubahan konstitusi adalah segala usaha untuk menambah dan atau mengurangi baik sebagian
atau seluruh makna yang terkandung dalam konstitusi tersebut melalui suatu mekanisme
perubahan yang ditentukan berdasarkan peraturan ketatanegaraan yang berlaku.

Perubahan konstitusi merupakan keharusan dalam sistem ketatanegaraan suatu negara, karena
bagaimanpun konstitusi haruslah sesuai dengan ralitas kondisi bangsa dan warga negaranya.
Dengan kata lain, bahwa sifat dinamis suatu bangsa terhadap setiap peradaban harus mampu
diakomodasi dalam konstitusi negara tersebut. Karena jika tidak, maka bukan tidak mungkin
bangsa dan negara tersebut akan tergilas oleh arus perubahan peradaban itu sendiri.

Perubahan Konstitusi di Indonesia dan di Beberapa Negara

1. Indonesia

Dalam UUD 1945 menyediakan satu pasal yang berkenaan dengan caraperubahan UUD, yaitu
pasal 37 yang menyebutkan:

1. Untuk mengubah UUD sekurang-kuranngnya 2/3 daripada anggota MPR harus hadir;
2. Putusan diambil dengan persetujuan sekurang-kurangnya 2/3 jumlah angggota yang
hadir.

Pasal 37 terrsebut mengandung tiga norma, yaitu:

1. Bahwa wewenang untuk mengubah UUD ada pada MPR sebagai lembaga tertinggi
negara;
2. Bahwa untuk mengubah UUD, kuorum yang dipenuhi sekurang-kurangnya adalh 2/3 dari
sejumlah anggota MPR;
3. Bahwa putusan tentang perubahan UUD adalah sah apabila disetujui oleh sekurang-
kurangnya 2/3 dari anggota MPR yang hadir.

Jika dihadapkan pada klasifikasi yang disampaikan KC. Wheare, merupakan bentuk konstitusi
bersifat “tegar”, karena selain tata cara perubahannya tergolong sulit, juga karena dibutuhkannya
prosedur khusus. Menurut KC. Wheare, tingkat kesulitan perubahan-perubahan konstitusi
memilki motif-motif tersendiri yaitu:

1. Agar perubahan konstitusi dilakukan dengan pertimbangan yang masak, tidak secara
serampangan dan dengan sadar (dikehendaki);
2. Agar rakyat mendapat kesempatan untuk menyampaikan pandangannya sebelum
perubahan dilakukan;
3. Agar hak-hak perseorangan atau kelompok seperti kelompok minoritas agama atau
kebudayaanya mendapat jaminan.

Dalam sejarah ketatanegaraan Indonesia, Konstitusi atau Undang-undang Dasar 1945 yang
diberlakukan di Indonesia, telah mengalami perubahan-perubahan dan masa berlakunya di
Indonesia, yakni dengan rincian sebagai berikut:

1. Undang-undang dasar 1945 (18 Agustus 1945-27 Desember 1949);


2. Konstitusi Republik Indonesia Serikat (27 Desember 1949-17 Agustus 1950);
3. Undang-undang Dasar Semntara Rrepublik Indonesia 1950 (17 Agustus 1950-5Juli
1959);
4. Undang-undang Dasar 1945 (5 Juli 1959-19 Oktober 1999);
5. Undang-undang Dasar 1945 dan Perubahan I (19 Oktober 1999-18 Agustus 2000);
6. Undang-undang Dasar 1945 dan Perubahan I dan II (18 Agustus 2000-9 Nopember
2001);
7. Undang-undang Dasar 1945 dan peereubahan I, II, dan III (9 Nopember 2001-10 Agustus
2002);
8. Undang_undang Dasar 1945 dan perubahan I,II, III dan IV (10 Agustus 2002).

2. Amerika Serikat

Pada tahun 1777, negara ini menyusun suatu landasan kerjasama bagi ketiga belas bekas daerah
jajahannya dalam bentuk Articles of Confederation. Menurut aturan ini sistem pemerintahan
dilakukan oleh suatu badan yang disebut congres yang diberi kekuasaan untuk bertindak atas
nama konfederasi. Namun demikian bukan berarti keputusan sepenuhnya atas nama kongres,
akan tetapi keputusan itu baru bisa dilaksanakan jika disetjui oleh sekurang-kurangnya 9 negara
dari 13 negara yang tergabung.

Pengalaman pemerintahan atas dasar Articles of Confederation memaksa para pemimpin negara-
negara yang tergabung untuk berpikir lebih jauh ke depan. Untuk itu mereka merasa perlu
melakukan perubahan secara fundamental agar berfungsinya suatu pemerintah yang sentralistik
tanpa ada gangguan dan intervensi dari negara-negara berkembang. Untuk mak sud itu kongres
membentuk suatu badan yang diberi nama constitutional convention yang bertugas menyiapkan
konstitusi bagi negara-negara yang hendak melakukan kerjasama lebih erat. Badan ini
beranggotakan 55 orang yang diwakili

13 negara yang tergabung.

Sementara itu, dalam melakukan perubahan konstitusi, Amerika telah banyak melakukan
perubahan (amandemen) dengan memunculakan beberapa syarat yaitu:

1. 2/3 dari perwakilan rakyat negara-negara dapat mengajukan usul agar dijadikan perbahan
terhadap Amerika Serikat;
2. Untuk keperluan perubahan konstitusi tersebut dewan perwakilan rakyat federal harus
memanggil siding konvensi;
3. Konvensi inilah yang melaksanakan wewenang merubah konstitusi.

3. Belanda

Perubahan konstitusi kerajaan Belanda terjadi beberapa kali yaitu pada tahun 1814, 1848, dan
1972. Masalah perubahan konstitusikerajaan ini diatur dalam Bab (Hoofdstak) XIII dan terdira
dari 6 pasal yaitu pasal 193 (210 lama) sampai pada pasal 198 (215 lama). Cara yang dilakukan
dalam rangka perubahan itu adalah dengan memperbesar jumlah anggota staten general
parlemen sebanyak dua kali lipat. Keputusan tentang perubahan atau penambahan tersebut
adalah sah apabila disetujui sejumlah suara yang sama dengan dua pertiga dari yang hadir, akan
tetapi dalam Grondwet (undan-undang dasar) Belanda tahun 1815 prosedur di atas diperberat,
yaitu memenuhi kuorum yakni sekurang-kurangnya setengah dari anggota sidang staten general
ditambah satu (UU 1814 pasal 144). Dengan demikian perubahan undang-undang dasar adalah
sah apabila dihadiri oleh sekurang-kurangnya setengah oleh jumlah anggota staten general yang
telah dijadikan dua kali lipat ditambah satu.

You might also like