You are on page 1of 33

DISTOSIA BAHU

PENDAHULUAN

 Distosia bahu adalah kegawatan obstetri


yang terjadi pada persalinan letak kepala
dimana terjadi kegagalan saat melahirkan
bahu dengan manuver obstetri yang rutin .
 Distosia bahu dapat mengakibatkan trauma
yang serius baik pada bayi maupun ibu.
 Trauma pada bayi ini meliputi adanya
kerusakan pada pleksus brachialis, fraktur,
asfiksia neonatal, bahkan kematian.
Pengertian distosia bahu

 Setelah kelahiran kepala, akan terjadi putaran paksi luar yang


menyebabkan kepala berada pada sumbu normal dengan
tulang belakang.

 Bahu akan berada pada sumbu miring di bawah ramus pubis.

 Dorongan pada saat ibu mengejan akan menyebabkan bahu


depan ( anterior ) berada di bawah pubis. Bila bahu gagal
untuk mengadakan putaran menyesuaikkan dengan sumbu
miring panggul dan tetap berada pada posisi anteroposterior,
pada bayi yang besar akan terjadi benturan bahu depan
terhadap simfisis.
 disebabkan : - deformitas panggul,
- kegagalan bahu untuk melipat ke
dalam panggul (misalnya pada makrosomia )
disebabkan oleh fase aktif dan persalinan kala II
yang pendek pada multipara sehingga penurunan
kepala yang terlalu cepat menyebabkan bahu tidak
melipat pada saat melalui jalan lahir atau kepala
telah melalui pintu tengah panggul setelah
mengalami pemanjangan kala II sebelum bahu
berhasil melipat masuk ke dalam panggul.
INSIDENS

 sangat bervariasi tergantung dari kriteria yang


dipakai untuk mendiagnosis.
 0,6 - 1,4 % dari seluruh persalinan.
 Insiden dari distosia bahu dilaporkan makin
meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini mungkin
berhubungan dengan meningkatnya berat bayi.
 Insidens distosia bahu terdapat 1 dari 1000 pada
bayi yang kurang dari 3500 gr dan 16 dari 1000
pada bayi yang lebih dari 4000 gr.
Faktor risiko terjadinya distosia bahu.

Antepartum Intrapartum
Macrosemia Persalinan kala I abnormal
Obesitas Kala II yang lama
Diabetes melitus Persalinan yang diinduksi dengan
oksitosin
Kehamilan lewat bulan Ekstraksi dengan menggunakan forcep
tengah dan vacum yang tinggi
Jenis kelamin Analgesi epidural
Usia tua
Penambahan berat badan
Riwayat distosia bahu sebelumnya
Panggul platypelloid dan riwayat panggul
yang kontraktur
Riw melahirkan bayi makrosomia
Multipara
 Makrosomia
 makrosomia berhubungan erat dgn kejadian distosia
bahu.
 jika mempunyai berat diatas 90 percentil sesuai dengan
umur kehamilannya. American College Obstetricians and
Gynecologists (2000) menyatakan bahwa bayi dikatakan
makrosomia jika mempunyai berat lebih dari atau sama
dengan 4500 gram.
 faktor-faktor yang berhubungan dengan makrosomia
seperti diabetes mellitus, multiparitas, obesitas dan juga
faktor-faktor lain seperti serotinus, umur ibu, bayi laki-
laki, berat bayi sebelum persalinan ini yang lebih dari
4000 gram, serta ras dan suku.
Faktor-faktor intrapartum
 Adanya kala II yang lama .

 Kala II yang lama ini didefinisikan untuk


nulipara selama 2 jam dan untuk multipara
selama 1 jam dengan penurunan kepala
pada station 3+ atau lebih tinggi. Juga
ditemukan hubungan antara penggunaan
oksitosin dengan kejadian dari distosia
bahu..
American College of OG (1997,2000) mengeluarkan
statemen tentang distosia bahu sbb :
 Sebagian besar kasus distosia bahu tidak dapat diprediksi atau
dicegah karena belum ada metoda yang tepat yang dapat
mengetahui bahwa janin akan mengalami distosia bahu

 Pemeriksaan usg memp keterbatasan akurasi dalam mendiagnosis


makrosomia

 SC elektif pada bayi dgn kecurigaan makrosomia bukan merupakan


cara yang dapat dipertanggung jawabkan

 Seksio cesaria elektif mungkin dapat dilakukan jika janin


mempunyai berat lebih dari 5000 gram pada non diabetes dan berat
lebih dari 4500 pada diabetes
DIAGNOSIS
 Kepala janin dapat dilahirkan tetapi
tetap berada dekat vulva.
 Dagu tertarik dan menekan perineum.
 Tarikan pada kepala gagal melahirkan
bahu yang terperangkap dibelakang
simfisis pubis.
PENATALAKSANAAN

 DB adalah kejadian yang tidak dapat diprediksi,

 Cepatnya waktu yang dibutuhkan untuk melahirkan kepala


dan badan merupakan hal penting bagi keselamatan bayi.

 Gunakan traksi secara gentle dalam melahirkan bahu. Jangan


melakukan traksi secara tergesa-gesa pada kepala atau leher
atau saat melakukan rotasi badan bayi karena dapat
menimbulkan gangguan yang serius pada bayi.

 dilakukan episiotomi yang lebar .

 Langkah selanjutnya adalah membersihkan mulut dan hidung


Penangan distosia bahu seperti yang dijelaskan dalam
buku paduan praktis pelanan kesehan maternal dan
neonatal adalah :

 Buatlah episiotomi yang cukup lebar untuk mengurangi


obstruksi jaringan lunak dan memberi ruangan yang cukup
untuk tindakan.

 Dalam posisi ibu berbaring terlentang, mintalah ia untuk


menekuk kedua kakinya dan mendekatkan lututnya sejauh
mungkin ke arah dadanya. Mintalah bantuan 2 orang asisten
untuk menekan fleksi kedua lutut ibu ke arah dada.

 Lakukan tarikan yang kuat dan terus menerus ke arah bawah


pada kepala janin untuk menggerakan bahu depan di bawah
simfisi pubis, hindari tarikan yang berlebihan pada kepala
yang dapat mengakibatkan trauma pada pleksus brahialis.
 Mintalah seorang asisten untuk melakukan tekanan
secara simultan ke arah bawah pada daerah suprapubis
untuk membantu persalinan bahu. Diperhatikan, jangan
melakukan tekanan fundus. Hal ini dapat mempengaruhi
bahu lebih lanjut dan dapat mengakibatkan ruptura
uteri.

 Jika bahu masih belum dapat dilahirkan :


– Pakailah sarung tangan yang telah didesinfeksi tingkat,
masukkan tangan ke dalam vagina.
– Lakukan penekanan pada bahu yang terletak di depan dengan
arah sternum bayi untuk memutar bahu dan mengecilkan
diameter bahu.
 Jika diperlukkan, lakukan penekanan pada bahu
belakang sesuai dengan arah sternum.
 Jika bahu masih belum dapat dilahirkan
setelah dilakukan tindakan diatas :
– Masukkan tangan ke dalam vagina.
– Raih humerus dari lengan belakang dan dengan
menjaga lengan tetap fleksi pada siku, gerakan
lengan ke arah dada. Tindakan ini akan
memberikan ruangan untuk bahu depan agar
dapat bergerak di bawah simfisis pubis.
 Jika semua tindakan di atas tetap tidak
dapat melahirkan bahu, :
– Patahkan klavikula untuk mengurangi
lebar bahu dan bebaskan bahu depan.
– Lakukan tarikan dengan mengait ketiak
untuk mengeluarkan lengan belakang.
 Tindakan yang dianjurkan oleh ALARM
International Program Sylabus :
– Mintalah pertolongan :
 Persiapkan untuk obstetri emergency
 Ajaklah kerjasama dengan dengan ibu, orang
tua dll.
 Perawat sudah disiapkan sesuai protokol.

 Dokter konsultan yang sudah siap.


 Kedua kaki dilakukan hiperfeksi :
– Hyperfleksi kedua kaki (Mc Roberts’s
Manuver)
 Distosia dapat dipecahkan dengan
melakukan manuver ini (70%)
– Bahu depan dibebaskan.
 Pendekatan abdominal – penekanan suprapubic
dengan menggunakan kepalan tangan dari posterior
dari bahu depan (Mazzanti manuver)
 Pendekatan vaginal – aduksi bahu anterior dengan
penekanan posterior dari bahu
 Hasilnya memungkinkan diameter yang terlecil.
– Rotasi bahu belakang.
– Lengan belakang dikeluarkan secara manual.
Perlu diingat pada persalinan dengan
distosia bahu :
 Jangan panik

 Jangan mendorong

 Jangan membuat banyak gerakan

 Jangan menarik .
Teknik-teknik yang sering dilakukan :

 Tekanan pada suprapubis, dilakukan oleh asisten


bersamaan dengan traksi kepala ke arah bawah.

 McRoberts manuver, digambarkan pertama kali oleh Gonik


dkk (1983) dan diperkenalkan penggunaannya oleh William
A. McRoberts Jr. di Universitas Texas. Manuver ini
dilakukan dengan memfleksikan tungkai dan didekatkan
sedekat mungkin dengan abdomen. Manuver ini akan
menyebabkan meluruskan sakrum terhadap vertebra
lumbal, dan mengurangi sudut dari inklinasi pelvis. Adanya
rotasi dari pelvis ini akan membebaskan bahu anterior dari
simpisis pubis.
 Woods corkscrew manuver, tahun1943, dengan melakukan
rotasi pada bahu belakang 180 derajat sehingga bahu
depan dapat bebas. Rotasi dilakukan dengan cara
menempatkan telapak tangan dibelakang bahu belakang
kemudian bahu belakang dirotasikan ke depan.
 Melahirkan bahu belakang(Schwart-Dixon manuver),
dengan cara melakukan gerakan mengusap secara hati-hati
lengan belakang melewati dada diikuti dengan lahirnya
lengan. Kemudian setelah bahu belakang lahir lakukan
rotasi sehingga bahu belakang berada di depan.
Komplikasi dari teknik ini adalah fraktur dari humerus.
 Rubin (1964) merekomendasikan 2 manuver. Pertama,
dengan menekan abdomen sehingga diharapkan diameter
bahu akan berkurang. Jika ini tidak berhasil dilakukan
manuver kedua yaitu dengan menggunakan telapak tangan
untuk mencapai salah satu bahu yang termudah kemudian
dorong bahu kearah dada bayi sehingga akan
menyebabkan abduksi dari kedua bahu dan diameternya
akan lebih kecil.

 Hibbard (1982), dengan melakukan tekanan pada rahang


dan leher bayi searah dengan rektum ibu, dibantu dengan
tekanan yang kuat pada fundus sehingga bahu anterior
akan bebas. Manuver ini banyak mengakibatkan kelainan
pada syaraf dan tulang.
Zavanelli manuver, dengan melakukan rotasi
pada kepala ke posisi anteroposterior kemudian
kepala difleksikan dan didorong kembali ke jalan
lahir, manuver ini bersamaan dengan pemberian
tokolitik dan kemudian dilanjutkan dengan seksio
cesaria. Tokolitik yang dapat dipakai adalah
terbutaline dengan dosis 0,25 mikrogram
subkutan.
 Membuat fraktur klavikula, dengan cara
menekan anterior klavikula ke arah ramus
pubis sehingga fraktur dan bahu akan
bebas dari simpisis pubis. Hal ini sulit
dilakukan pada bayi yang besar.
 Kleidotomi, dengan cara memotong
klavikula dengan gunting atau alat yang
tajam dan umumya dilakukan pada bayi
yang mati
 Simpisiotomi.
ACOG (1991)merekomendasikan langkah-
langkah yang harus dilakukan dalam
menangani kasus distosia bahu

 Cari bantuan, asisten, ahli anastesi, dan ahli pediatri, coba


lakukan traksi secara gentle, jika vesika urinaria terlihat
penuh lakukan kateterisasi.
 Lakukan episiotomi lebar
 Lakukan tekanan pada suprapubis bersamaan dengan traksi
ke bawah
 Lakukan McRoberts manuver
 Umumnya manuver ini akan dapat mengatasi sebagian besar
kasus distosia bahu, jika gagal lakukan langkah selanjutnya
 Lakukan Woods screw manuver
 Lahirkan bahu posterior.
 Lakukan teknik yang lain.
GAMBAR I. Manuver Mc Roberts
 Kaki diangkat
 Kaki diangkat fleksi pada abdomen,
sehingga sakrum relatif lurus terhadap
lumbal, dengan mengangkat simfisis
pubis ke atas dan menurunkan sudut
inklinasi
GAMBAR 2. Manuver Wood
 tangan operator diletakkan pada
posterior dari bahu posterior janin,
yang dirotasikan searah jarum jam,
sehingga membebaskan bahu
anterior
 penampakan longitudinal dalam
melahirkan bahu posterior
Melahirkan bahu posterior
 Tangan operator masuk ke liang vagina,
menyusuri humerus dan menekan pada fossa
kubiti
 Lengan bayi mengusap dada janin
 Tangan janin dicengkeram, menyapu dada dan
wajah, sehingga bahu posterior dilahirkan
GAMBAR 4. Suprapubic pressure.
 Asisten menekan suprapubik untuk
melahirkan bahu anterior.
 Tekanan harus diarahkan 45 derajat
dari vertikal untuk melahirkan bahu

Gambar 5. Manuver Rubin
– Bahu anterior harus berada pada
transabdominal
– Bahu yang paling mudah bisa diraih
ditekan sehingga diameter transversal
berkurang
– Penekanan bahu anterior janin
berlawanan dengan arah jarum jam
GAMBAR 6. Manuver Zavanelli
 jika telah terjadi kelahiran kepala maka
kepala secara manual diputar ekstensi
penuh dan posisi occiput anterior
 kepala difleksikan, melahirkan kepala
dengan penekanan ke atas secara
gentle
GAMBAR 7. ABDOMINAL RESCUE
– bahu belakang dicengkeram dan
dilahirkan
– penekanan abdominal secara langsung
ke bawah untuk melahirkan bahu
anterior mengikuti kelahiran bayi

You might also like