Professional Documents
Culture Documents
Tugas ekonomi
Adhyatma P
Adli Thirafi S
Raka Tama NP
Sri Aditya E
Faradinda prameswari
Anindya Caesariana P
X.6
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Latar belakang yang mempengaruhi makalah ini adalah dimana Pemerataan pendapatan
di Indonesia khususnya, masih menjadi salah satu factor pertumbuhan ekonomi di Indonesia
yang perlu di perhatikan. Karena salah satu factor penting dalam pertumbuhan ekonomi di
Indonesia adalah pemerataan pendapatan yang ada di masyarakat. Jika pemerintah berhasil
dalam mewujudkan kebijakan pemerataan pendapatan di Indonesia, maka selain
perumbuhan ekonomi di sector ekonomi makro akan tumbuh dengan baik rakyat pun akan
relative makmur dari kebijakan pemerataan pendapatan yang dilakukan oleh pemerintah.
D. Pertumbuhan ekonomi
E. Inflasi
dalam makalah ini karena yang dibahas adalah pemerataan pendapat maka yang dibahas
pada masalah ekonomi makro adalah Distribusi pendapatan nasional yang tidak merata.
Masalah ini sangat erat kaitannya dengan kemiskinan, karena pertumbuhan ekponomi
yang tinggi dan bagus saja tidak cukup untuk mengentas kemiskinan maka sebaiknya
pertumbuhan ekonomi diikuti oleh pemerataan pendapatan sehingga kemakmuran dapat
diraskan secara bersama dan relative merata oleh penduduknya.Kebijakan ekonomi
makro ada 3 yaitu :
• Kebijakan Fiskal
• Kebijakan Moneter
Adalah kebijakan yang dilaksanakan oleh otoritas moneter yaitu bank sentral
Pengukuran atas dasar ini biasanya dilakukan oleh ahli ekonomi. Cara mengukurnya adalah
masing-masing individu dicatat penghasilan per tahunnya dari sejumlah individu yang diteliti
secara sampling. Penghasilan dinyatakan dalam satuan uang. Kemudian dikelompokkan berdasar
urutan penghasilan dari terendah sampai tertinggi. Dari hasil pengelompokan tersebut akan
diketahui kelompok golongan berpenghasilan rendah memperoleh berapa persen dari seluruh
penghasilan nasional dan kelompok golongan paling kaya memperoleh berapa persen,
selanjutnya dapat diketahui ada ketimpangan atau tidak.
2. The functional distribution of income (share distribution)
Ukuran ini menjelaskan tentang bagian pendapatan yang diterima oleh setiap faktor produksi
(berapa yang diterima oleh buruh (upah), pengusaha (keuntungan), pemilik tanah (sewa), pemilik
modal (bunga/jasa) sesuai dengan fungsi masing-masing faktor produksi)
Ada beberapa teknik yang dapat digunakan untuk redistribusi pendapatan, antara lain :
transfer uang tunai merupakan pemberian subsidi berupa uang tunai kepada orang yang termasuk
berpenghasilan rendah. Model transfer tunai dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) macam, yaitu
a. Model pajak pendapatan negatif (Negative Income Tax/NIT), maksudnya adalah bahwa
pemerintah memberikan subsidi kepada penduduk yang dianggap tidak mampu. Persyaratannya
adalah bahwa keluarga yang diberi subsidi merupakan keluarga yang penghasilannya di bawah
pas-pasan dan nilai yang disubsidi adalah selisih antara penghasilan pas-pasan dengan
penghasilan riil keluarga itu. Model NIT menguntungkan jika penghasilan keluarga yang
bersangkutan itu rendah. Semakin besar keluarganya semakin menguntungkan. Oleh karenanya
pemerintah membatasinya misalnya maksimum 5 jiwa dalam suatu keluarga. Dengan
menggunakan angka persentase subsidi bagi tiap jiwa, maka mudah untuk menetapkan besarnya
subsidi Formula untuk pemberian subsidi pada program NIT adalah T = r (YB – Yi).
T = besar transfer
r = tingkat pajak marginal, dinyatakan dalam persen (%)
YB = pendapatan pas-pasan (ditetapkan pemerintah)
Yi = pendapatan keluarga
YG = besar subsidi maksimum
Contoh :
Penghasilan pas-pasan yang ditetapkan pemerintah adalah Rp 100.000/jiwa/bulan. Subsidi bagi
mereka yang berpenghasilan di bawah pas-pasan 10 % / jiwa, dengan subsidi maksimum 5 jiwa (
YG). Jika suatu keluarga terdiri dari 5 jiwa ( ayah, ibu dan 3 anak). Pendapatannya Rp 200.000/
bulan. Dari contoh kasus ini dapat dihitung besar transfer yaitu
r = 5 x 10 % = 50 % atau 0,5
YB = 5 x Rp 100.000 = Rp 500.000
Yi = Rp 200.000
YG = 5 x 10 % x Rp 500.000
T = 0,5 ( 500.000 – 200.000) = Rp 150.000
Besar subsidi = Rp 150.000 < Rp 250.000. Besar penghasilan setelah disubsidi (Yd) adalah Rp
200.000 + Rp 150.000 = Rp 350.000
b. Model demogrant, yaitu suatu program subsidi uang tunai di mana semua anggota kelompok
demografi menerima subsidi uang tunai yang sama, tanpa membedakan tingkat penghasilan
mereka. Kelompok demografi adalah kelompok penduduk yang pendapatannya berada di bawah
penghasilan pas-pasan. Persyaratannya adalah bahwa batas penghasilan pas-pasan ditetapkan
pemerintah, yang disubsidi adalah keluarga di bawah penghasilan pas-pasan dan subsidi dihitung
per jiwa dalam bentuk rupiah. Model ini menguntungkan jika penghasilannya tetap, dan
pemerintah menetapkan besarnya subsidi per jiwa tinggi. Namun sulit menetapkan dengan tepat
besarnya subsidi per jiwa dalam rupiah. Contoh :
Penghasilan pas-pasan yang ditetapkan pemerintah adalah Rp 200.000 untuk keluarga 5 jiwa.
Besar subsidi per jiwa adalah Rp 50.000. Suatu keluarga dengan 5 jiwa mempunyai penghasilan
Rp 150.000/bulan. Besar subsidi untuk keluarga tersebut adalah 5 x Rp 50.000 = Rp 250.000.
Dengan demikian, penghasilan keluarga tersebut seluruhnya (setelah ditambah subsidi) adalah
Rp150.000 + Rp 250.000 = Rp 400.000.
Contoh lain : Pemerintah akan memberikan subsidi bagi masyarakat yang penghasilannya di
bawah pas-pasan. Setelah diadakan penelitian, pemerintah menetapkan bahwa keluarga 5 jiwa
yang berpenghasilan pas-pasan adalah Rp 50.000/kapita/bulan. Jika subsidi yang diberikan
adalah 10/kapitanya atau Rp 5000/jiwa. Untuk keluarga yang penghasilan per kapita per bulan
Rp 50.000, maka subsidi untuk 5 jiwa = 5 x Rp 5000 = Rp 25.000 dan jumlah penerimaan
seluruhnya adalah Rp 250.000 + Rp 25.000 = Rp 275.000
c. Model Subsidi Upah (Wages Rate Subsidies/WRS), yaitu subsidi yang diberikan kepada buruh
yang bekerja harian dan penghasilannya di bawah upah pas-pasan. Semakin banyak upah buruh
(sepanjang masih di bawah upah pas-pasan, semakin sedikit subsidinya). Namun subsidi
maksimum juga ditetapkan dan upah minimum juga harus ditetapkan oleh pemerintah,
selanjutnya setiap tambahan upah minimum disubsidi. Contoh : Pemerintah menetapkan upah
minimum Rp 15.000/hari. Bagi perusahaan yang memberi upah di bawah minimum supaya
disubsidi. Karena pemberian upah pada masing-masing buruh berdasarkan prestasinya, maka
bagi buruh yang lain juga perlu diberi subsidi supaya adil. Misal setiap upah harian Rp 10.000
subsidinya Rp 5000. Upah terendah pada suatu perusahaan adalah Rp 10.000. Supaya mencapai
upah minimum sesuai yang diwajibkan pemerintah, maka subsidinya adalah Rp 15.000 (ini
merupakan subsidi maksimun)
Dalam realisasinya, transfer uang tunai sebagaimana tersebut di atas, dapat juga diberikan
sebagian dalam bentuk barang. Hal ini dimaksudkan untuk meminimalisir penyimpangan
maksud pemberian subsidi yang sesungguhnya.
Kesempatan kerja merupakan hal yang sangat didambakan bagi orang yang belum bekerja.
Pemerintah harus menyediakan lapangan kerja dengan tingkat upah tertentu. Tetapi dalam
kenyataan program penciptaan kesempatan kerja pada sektor pemerintah maupun swasta di
negara berkembang bahkan di negara maju sekalipun mengalami kesulitan. Di beberapa negara
maju, mereka yang menganggur mendapat tunjangan atau subsidi.
Daftar Pustaka :