Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
DASAR TEORI
Pada umumnya, ukuran suatu benda akan berubah apabila suhunya berubah. Pada benda-benda
yang berbentuk batang, perubahan ukuran panjang akibat perubahan suhu adalah sangat nyata,
sedangkan perubahan ukuran luas dapat diabaikan karena kecilnya.
Perubahan panajng akibat perubahan suhu dapat dirumuskan sebagai berikut :
∆L = œ. Lo. ∆T ……………………………………………………..(1)
Persamaan tersebut dapat diubah menjadi dimana ∆L/Lo adalah perubahan relative dari panjang
dan ∆T adalah perubaha suhu. Dengan demikian koefisien muai panjang ( œ ) suatu zat
didefinisikan sebagai perubahan relative dari panjang zat itu perdrajat perubahan suhu (Tim
Penyusun, 2007).
Efek-efek yang lazim dari perubahan temperatur (suhu) adalah suatu perubahan ukuran bahan.
Bils te,epratur dinaikan maka jarak rata-rata diantara atom-atom akan bertambah yang
mengakibatkan suatu ekspansi dari seluruh benda padat tersebut. Perubahan dari setiap dimensi
linier tersebut, seperti panjang , lebar, atau tebalnya dinamakan ekspansi linier.
Koefisien ekspansi linier mempunyai nilai yang berbeda-beda untuk bahan-bahan yang berbeda.
Tegasnya boleh dikatakan bahwa kooegisien ekspansi linier atau koefisien muai panjang
tergantung pada temperatur referensi yang dipilih unutk menentukan panjang awal. Akan tetapi
variasinya biasanya dapat diabaikan dibandingkan terhadap ketelitian dengan nama pengukuran
(Tepler, 1998).
Salah satu sifat zat pada umumnya adalah akan mengalami perubahan dimensi (panjang, luas dan
volume) bila dikenai panas, seandainya benda tersebut berwujud batang atau kabel maka yang
banyak menarik perahatian adalah perubahan panjangnya. Untuk itu didefinisikan suatu besaran
yang disebut koefisien muai panjang ( œ ) suattu perubahan fraksional panjang ∆L/Lo dibagi
perubahan suhu. Bila ∆L = Lt – Lo
Maka, Lt = Lo ( 1 + œ . ∆T ) ………………………………………………(2)
Bila umumnya œ berharga sangat kecil, sehingga œ2 dapat diabaikan, maka :
L2 = L1 ( 1 + œ ( T2 – T1 ) ………………………………………………......(3)
Persamaan diatas menyatakan bahwa panjang batang pada suatu kondisi dapat dinyatakan dalam
panjang batang disetiap kondisi lain asal suhu kedua kondisi itu diketahui (Tim Pnusun, 2003).
Semua logam memuai pada fraksi yang sama dari volume semula. Kehilangan logam seperti
timah seola-olah mengetahui bahwa ia akan cepat melebar, sehingga ia memuai dengan cepat
sesuai dengan kenaikan temperatur. Sedangkan platina dengan titik lebur tinggi memperlambat
kelajuan pemuaiannya.
Koefisien volume dapat dihitung dalam bentuk koefisien linier (lurus) sebagai berikut, misalnya
sebuah benda padat berbentuk paralepedium tegak yang panjang isinya L1, L2, dan L3. Maka
volumenya ialah :
V = L1. L2. L3 …………………………………………………………… (4)
dV = L1. L2. dL1 + L1.L3 dL2 + L1. L2 dL3 ………………………… (5)
dt dt dt dt
(Sears&Zemansky, 1969)
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.2 Pembahasan
Suatu benda akan berubah ukurannya jika suhunya juga berubah. Dan hal ini terbukti dalam
percobaan yang telah dilakukan, dimana logam besi dan kuningan mengalami perubahan panjang
jika terjadi kenaikan suhu. Dan dari percobaan inilah kita dapat menentukan koefisien muai
panjang dari logam besi dan kuningan tersebut.
Pada percobaan ini logam besi dan kuningan mengalami pertambahan panjang yang berbeda
karena pemanasan, yaitu pada kuningan petambahan panjang lebih besar dari pada besi. hal ini
diduga kerena kunigan memiliki densitas yang lebih kecil dari pada besidan merupakan
penghantar panas yagn baik dibandingkan besi.
Perbedaan perubahan panjang dan suhu pada msing-masing logam menyebabkan hasil yang
diperoleh untuk koefisien muai panjang juga berbeda-beda.. Faktor-faktor yang mempengaruhi
besar kecilnya koefisien muai panjang yaitu temperatur / suhu, kemampuan masing-masing
logam untuk memuai, dan tingkat kepekaan jenis benda dalam menghantarkan panas.
Dari percobaan yang dilakukan ddapatkan nilai œ sebesar 1,1643.10-5 pada besi dalam 5 kali
percobaan sedangkan œ pada kuningan seesar 1.9054. 10-5 dalam 5 kali percobaan. Nilai œ
( koefisien muai panjang ) dari hasil perhitungan lebih kecil dari pada nilai œ menurut dasar
teori.
Kesalahan relative rata-rata pada besi yaitu sebesar 68,1652 % sedangkan kesalahan relative
pada kunigan sebesar 60,4376 %. Kesalahan relative didapat dengan cara y persamaan dikurang
y data dan dikalikan 100 %.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Penyusun menyarankan agar percobaan ini dijalankan dengan teliti dan tepat dalam melihat
temperatur digital dan dial gauge yang terus berputar.
DAFTAR PUSTAKA
Lafferti, Peter. 1993. Penuntun Ilmu Pengetahuan Pembakaran dan Peleburan. adi Prasetya.
Semarang.
Sears & Zemansky. 1969. Fisika Untuk Universitas. Binacipta. Bandung.
Tepller. 1998. Fisika Untuk Sains dan Teknik. Erlangga. Jakarta.
Tim Penyusun. 2003. Fisika I. FMIPA. ITS. Surabaya.
Tim Penyusun. 2007. Penuntun Praktikum Fisika Dasar. Universitas Lambung Mangkurat.
Banjarbaru.
Perhitungan
∑ x. ∑ y - n ∑ xy
œ==
( ∑x )2 - n ( ∑ x2 )
- 0,182421091
= - 15667,06
= 1, 1643. 10-5
- 0,001657708
=
5
= 0,00033154
No.
T ( °C )
Y data
Y persamaan
1.
2.
3.
4.
5. 31,5
40
60
80
99,3 0
1,17187. 10-4
4,21875. 10-4
6,64062. 10-4
7,57812. 10-4 0,000698294
0,00079726
0,00103012
0,00126298
0,001487689 100
85,30
59,046
47,42
49,06
∑ 310,8 1,960936. 10-3 0,005276343 340,826
= 68,1652 %
- 0,296375
=
- 0,1555184
= 1,9054. 10-5
0,0036875 - 0,0059334,5
=
5
- 0,002245915
=5
= 0,000449183
Y pers
1.
2.
3.
4.
5. 32
40
60
80
99,4 0
3,28125. 10-4
8,75. 10-4
1,21875.10-3
1,265625.10-3 0,001058911
0,001211343
0,001592423
0,001973503
0,00234315 100
72,912
45,05
38.24
45,986
∑ 311,4 0,0036875 0,00817933 302,188
= 60,44376 %