You are on page 1of 23

PENYAKIT HUBUNGAN SEKSUAL

Karya Tulis Ilmiah

Disusun untuk memenuhi tugas Dosen Mata Kuliah


Bahasa Indonesia sebagai pengganti Ujian Akhir Semester II

Disusun oleh :
Eka Sukmayanti
4004070053
DIII Kebidanan B

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Dharma Husada


Bandung
2008
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum. Wr. Wb
Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya,
penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “PENYAKIT
HUBUNGAN SEKSUAL”.
Penyusunan karya tulis ilmiah ini bertujuan untuk memenuhi tugas sebagai
pengganti Ujian Akhir Semester II mata kuliah Bahasa Indonesia prodi D3 Kebidanan
STIKes Dharma Husada Bandung.
Penulis berharap karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis
itu sendiri dan umunya bagi seluruh pihak yang mau membacanya.
Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini penulis banyak mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak, untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Hj. Amelia Soleha, S.Pd, selaku dosen dan pembimbing mata kuliah Bahasa
Indonesia
2. Kedua orang tua dan seluruh keluarga yang telah mendukung baik moril maupun
materil
3. Teman-teman sejawat yang selalu setia mendukung tersusunnya karya tulis ilmiah
ini.
Penulis menyadari bahwa penyusunan karya tulis ilmiah ini jauh dari
kesempurnaan baik materi maupun teknis penulisan. Oleh karena itu kritik dan saran
dari berbagai pihak yang bersifat membangun senantiasa penulis harapkan demi langkah
penyempurnaan karya tulis ilmiah ini terima kasih.

Wa’alaikumsalam. Wr. Wb

Bandung, Juli 2008

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah


Mendengar adanya berbagai penyakit yang bisa ditimbulkan oleh akibat
hubungan seksual, timbul kesan mengerikan bila dikaitkan dengan masalah
“HIV/AIDS”. Terlebih karena HIV/AIDS atau pun PHS (Penyakit Hubungan Seksual),
merupakan topic yang selalu menarik untuk dibicarakan kapan dan dimana saja.
Berdasarkan data dari beberapa negara, penderita “STD” atau Sexually
Transmitted Diseases yang dahulu disebut “VD” atau Veneral Diseases (Penyakit
Kelamin), jumlah kini semakin lama semakin meningkat. Penyakit-penyakit yang
muncul juga berbeda jenisnya dari yang pernah mewabah, pada beberapa decade
terdahulu. Seperti misalnya “Vietnam Rose”, kini sudah tidak pernah disebut-sebut lagi.
Padahal, semasa peperangan di Vietnam masih berkecamuk penyakit itu senantiasa ikut
pula menjadi “head Line” pada seluruh media massa yang ada di dunia ini.
Di Indonesia, pada beberapa puluh tahun yang lalu, nama “PHS” yang paling
terkenal adalah “Raja Singa”, yang menjadi korban umunya adalah kaum dewasa, antara
usia 19-35 tahun. Tetapi yang kini muncul dan lebih memprihatinkan adalah penderita
penderita PHS bukan hanya orang-orang yang telah dewasa, tetapi ari kalangan remaja
telah menjadi korbannya. Hal ini, bukan rahasia lagi. Bukan saja karena akibat adanya
dampak negatif dari era modernisasi yang telah melanda di hampir setiap lapisan
masyarakat yang secara tidak langsung ikut pula menambah dorongan image ke arah
keliru dan menyimpang, yakni menjadi lebih terfokus ke hal-hal yang hanya
menggambarkan kebangkitan nafsu birahi, dan lain sebagainya lagi, yang jelas tidak
sehat serta menjurus pula ke perbuatan seksual yang negatif, sehingga timbullah istilah
“Penyakit Hubungan Seksual”.

1.2.Tujuan
Penulis menyusun karya tulis ilmiah ini bertujuan memberikan pengetahuan
kepada masyarakat bahwa,
a. Macam-macam penyakit hubungan seksual yang sering terjadi di lingkungan
masyarakat
b. Upaya-upaya yang dilakukan untuk menanggulangi penyakit hubungan seksual.
c. Cara penyebaran penyakit hubungan seksual
1.3.Pembatasan Masalah
Dalam karya tulis ilmiah ini, penulis membatasi masalah yaitu : pengertian
PHS, cara penularan, organism penyebab, jenis-jenis PHS, interprestasi pengobatan,
dan upaya untuk mencegah PHS

1.4.Perumusan Masalah
Apa saja penyakit hubungan seksual dan penyebabnya ?

1.5.Metode Penelitian Masalah


Metode penelitian bergantung pada kepentingan penulisan karya tulis ilmiah,
sebagai tahap pembelajaran untuk penyusunan karya tulis ilmiah yang berupa
makalah, maka metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Sumber Pustaka.
Penelitian ini dilaksanakan dengan cara membaca beberapa sumber bacaan/sumber
pustaka yang berhubungan dengan tema dan karya tulis ilmiah.

1.6.Sistematika Penulisan
Adapun sistemtika penulisan dalam karya tulis ilmiah ini adalah :
BAB I PENDAHULUAN : terdiri dari latar belakang masalah, tujuan pembatasan
masalah, perumusan masalah, metode penelitian
masalah dan sistematika penulisan.
BAB II PEMBAHASAN : terdiri dari pengertian penyakit hubungan seksual, cara
penularan, organism penyebab PHS, jenis-jenis PHS,
Interpretasi pengobatan dan upaya untuk mencegah
PHS.
BAB III PENUTUP : terdiri dari kesimpulan dan saran penyakit hubungan
seksual.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1.Pengertian
Istilah PHS yang kita kenal sekarang ini sebenarnya relatif masih baru, juga
bagi kalangan medis di Indonesia. Sebab yang umum kita kenal, juga bagi kalangan
sebelumnya adalah “Penyakit Kelamin” atau yang dalam istilah medis disebut
Venereal Diseases (VD) yang lebih diartikan sebagai bagian dari penyakit kulit.
Kemajuan dunia kedokteran kemudian bisa membuktikan bahwa ternyata penyakit
yang bisa ditimbulkan dari hubungan seksual terutama yang menyimpang, apalagi
hubungan seksual bukan dengan istri sendiri sehngga lahirlah istilah Sexually
Transmitted Disease (STD) yang kemudian di Indonesia akan menjadi “Penyakit
Hubungan Seksual”.

2.2.Cara Penularan
Secara umum, PHS memang bisa ditularkan lewat hubungan seksual. Akan
tetapi, karena hubungan seksual ternyata banyak ragamnya dan setiap cara juga bisa
saja mengundang resiko penyakit yang tersendiri, maka para medis menguraikan
sebab-sebab atau cara-cara yang sering mengakibatkan penularan PHS.
1. Heteroseksual : hubungan seksual antara pria dan wanita (suami-istri)
2. Homoseksual : hubungan seksual antara pria dengan pria
3. Lesbian : hubungan seksual antara wanita dengan wanita
4. Biseksual : hubungan seksual antara sesama jenis dan juga dengan lain jenis
(baik pria dengan pria, pria dengan wanita atau wanita dengan wanita)
Organ yang digunakan :
1. Gento-genital (vagina sex) : antara organ genital (alat kelamin)
2. Oro-genital (oral sex) : antar-organ genital dengan mulut
3. Ano-genital sodomi : antar-organ genital dengan anus
Cara-cara kontak atau hubungan seksual tersebut menetukan masuknya
kuman ke dalam tubuh dan juga menentukan kelainan awal pada organ yang sakit,
shingga memudahkan di dalam menentukan diagnosis.

Isitilah lain dalam penyakit hubungan seksual :


a. Promiskuitas adalah sebutan untuk seorang yang melakukan hubungan seksual
dengan banyak paliter
b. Prostitusi adalah suatu kegiatan seksual dengan banyak padangan tanpa seleksi
dan menerima bayaran, yang di dalam bahasa Indonesia disebut Pekerja Sek
Komersil (PSK)
Risiko penularan berbagai PMS setelah satu kontak
Penyakit Cara penularan Frekuensi (%)
Gonore Laki-laki ke perempuan 80-90
Perempuan ke laki-laki 20-40
Infeksi klamidia Di bawah 45
Kondilomata akuminata 20-50
Herpes genitalis Ca. 5
Herpes genitalis dengan ulkus 50
AIDS Sangat bervariasi

2.3.Organisme penyebab Penyakit Hubungan Seksual


Belasan atau puluhan PHS yang ada umumnya disebabkan oleh bakteri, virus,
protozoa, parasit dan jamur. Ke-5 mikro organisme tersebut hanya bisa dilihat
melalui mikroskop

Organisme penyebab
Organisme Penyakit
Bakteri Gonore
Neisseria Gonorrhoeae Infeksi klamidia
Chlamydia trachomatis Sifillis
Treponema pallidum Syankroid
Haemophilus Ducreyi Granuloma ingunale
Calymmatobacterium granulomatis Vaginatis
Gardnerlla vaginalios, anaerob Infeksi grup B
Mycoplasma
Mycoplasma hominis Infeksi mikoplasma
Ureaplasma urealyticum Infeksi mikoplasma
Virus
Herpes simpleks tipe II Herpes genitalis
Cytomegalovirus Infeksi CMV
Virus Hepatitis B Hepatitis
Human papillomavirus Kutil
Virus Molluscum contagiosum Molluscum contagiosum
Hman immunodeficiency virus Acquired immune deficiency
syndrome (AIDS)
Protozoa
Trichomonas vaginalis Vaginits
Entamoeba histolytica Proktitis
Jamur
Candida albicans Vaginitis
Parasit
Sarcoptes scabei Scabies
Phthirus pubis Pedikulosis pubis

Ringkasan keterangan tentang penyakit menular seksual


Penyakit Penyebab Masa inkubasi Frekuensi, distribusi
Sifilis Treponema pallidum (10)-21-(90) 8-20 per 100.000
hari penduduk
Gonore Gonococci (2)3-5(8) hari 90-179 per 100.000
(Neisseria pendidikan
gonorrhoeae)
Syankroid Haemophilus (1)3-5(14) Sekitar 200 infeksi
ducreyi hari baru setiap tahun
Limfogrnuloma Miyagawanella 3 hari sampai Terutama daerah
inguinal Limfogranulosis 6 minggu tropis dan subtropics
(golongan klamidia)
Granuloma Badan Donovan 5 hari sampai Daerah tropis dan
venereum 3 bulan subtropics
AIDS Virus HIV 1 2 bulan Di seluruh dunia,
(acquired sampai 6 peningkatan cepat
immune tahun
deficiency
syndrome)
Infeksi Triochomonas 4-20 hari Sekitar 5% dari
trikomonas vaginalis semua infeksi
genital
Herpes Virus herpes 2-12 hari Sekitar 1 % dari
genitalis simpleks tipe II semua infeksi
genital
Infeksi kimia Chlamydia (5)-10-(12) 31-44% dari semua
trachomatis hari laki-laki dengan
ureuritis non
spesifik
Infeksi Gardnerella Berhari-hari
Gardnezella vaginalis sampai
berminggu-
minggu
Infeksi Mycoplasma 8-28 hari 44% dari semua
mikoplasma hormonis laki-laki dengan
Ureaplasma ureuritis non
urealyticum spesifik
Data dari Austria
Angka dalam kurung adalah kisaran atas dan kisaran bawah untuk masa inkubasi
2.4.Jenis-jenis Penyakit Hubungan Seksual
Daftar yang tertulis di bawah ini adalah beberapa diantara sekian banyak
jenis PHS yang telah dikenal dan sering di dalam masyarakat.
A. Candidosis Genitalis
Candidosis genitalis berasal dari nama sejenis jamur yang disebut
Candida atau Monililia albicans. Candida ini sering tumbuh pada organ genital,
khususnya pada alat kelamin kaum wanita yang kurang dapat menjaga
kebersihannya.
Candida merupakan penyebab penyakit “Keputihan” akan merasakan
rasa gatal pada alat kemaluan atau kelaminnya. Pada kaum wanita, vagina akan
menjadi berawarna merah karena telah meradang atau bengkak dan kadang-
kadang terlihat adanya bercak-bercak putih yang disebut keputihan atau
umumnya dikenal dengan istilah “Pek Thay”
Faktor penyebab “Pek Thay” :
1. Diabetes militus atau penyakit kencing manis
2. Pemakaian obat kortikosteroid (campuran hormon) atau antibiotika yang
berlebihan
3. Pil KB (Keluarga Berencana)
4. Pengaruh iritasi atau luka setempat

Iritasi Vulva
Gejala ini, kadang-kadang diketahui sebagai pruritus vulva, hal yang
menimbulkan stres. Dapat terjadi pada hampir semua umur, tetapi paling sulit
ditangani pada wanita yang tua. Sebabnya adalah :
1. Iritasi akibat sektret vagina. Ini terutama merupakan kasus pada gadis kecil
dan wanita dengan infeksi Trichonomonas atau Candida
2. Bahan kimia yang digunakan pada kulit Vulva, misalnya antiseptik dan
deterjen yang digunakan untuk mencuci celana dalam
3. Gula dalam urin terkontrol dengan buruk, seringkali terdapat infeksi
bersama Candida
4. Penyakit vulva lokal seperti distrofi vulva atau manifestasi vulva dari lesi
kulit yang umum seperti psoriasis.
5. Psikologis
Iritasi dari secret vagina sudah dibahas.
Pada beberapa pasien, antispetik dan bahan terkait yang digunakan pada
kulit vulva dapat menimbulkan reaksi yang nyata. Sebaiknya dinyatakan pada
pasien, apa yang ditambahkan pasien pada air mandi, dengan apa mencuci celana
dalam, krim apa yang dipakai dalam kasus timbulnya reaksi alergi. Pada
kelompok ini penggunaan bahan penyebab bersama dengan pemakaian krim
lembut, seperti zinc dan minyak kastor, akan mengatasi kondisi ini. Walaupun
demikian, penggunaan bahan yang menimbulkan iritasi, dapat memperberat rasa
nyeri yang disebabkan hal lain, hal ini harus dicari jika gejala tidak mereda
dengan cepat.
Urin harus selalu diuji kadar gulanya pada pasien dengan nyeri vulva. Jika
terdapat gula dalam urin, maka harus dilakukan penyelidikan lebih lanjut akan
adanya diabetes. Jika ditemukan bersama infeksi Candida albicans, maka hal ini
juga harus diobati.

B. Condyloma Acuminatum
Condyloma acuminatu adalah penyakit kelamin yang disebut sebagai kutil
kelamin yang sering menyerang organ genitalia pria mapun wanita. Penyakit ini
disebabkan oleh virus golongan Human Papiloma Virus (HPV) dengan gejala
klinis berupa bintil-bintil yang mencuat runcing dan dapat membesar,
menyerupai bentuk jengger ayam sehingga disebut pula penyakit jengger ayam
Virus HPV yang paling umum menyerang adalah tipe 4 dan 11 tetapi
kadang-kadang tipe 16 dan 18. Virus ini biasanya ditularkan secara seksual.
Tonjolan-tonjolan dapat timbul disetiap tempat di vulva dan mungkin sampai ke
daerah anus. Jika kutil mengenai introitus vagina, keluhan dapat berupa
dispareunia.

C. Gonore
Gonore disebut juga dengan kencing nanah yang disebabkan oleh kuman
Gonokokus Gonorrhoe yang disebut juga Gonokokus karena diplokokus.
Gonore selain ditularkan dengan cara berhubungan seksual, juga dapat
ditularkan melalui barang perantara yang sudah dipakai oleh penderita, seperti
misalnya : pakaian dalam, handuk dan sebagainya.
D. Herpes Genitalis
Pada umunya frekuensi infeksi herpes pada vulva meningkat. Virusnya, yaitu
virus herpes simpleks (VHS), mempunyai dua bentuk, VHS1 dan VHS2. VHS1
biasanya menyebabkan herpes simpleks pada bibir, tetapi menyebabkan herpes
genitalis pada 15 persen kasus. VHS2 menyebabkan herpes genitalis pada 85 persen
kasus.
Serangan pertama herpes genitalis merupakan serangan yang paling berat.
Kejadian ini terjadi setelah kontak seksual dengan orang yang pada saat itu sedang
sembuh dari serangan herpes genital. Permukaan dalam labia mayora adalah bagian
yang paling mungkin terinfeksi. Setelah rasa gatal dan rasa terbakar yang
berlangsung singkat, timbul kumpulan-kumpulan benjolan kemerahan yang terasa
pedih, yang kemudian menjadi vesikel dalam waktu 24 jam. Vesikel cepat
mengalami ulserasi membentuk ulkus multiple dangkal yang terasa pedih. Jaringan
disekitar menjadi edematous dan dapat timbul infeksi sekunder, yang justru
memperberat edema dan rasa nyeri. Pada beberapa kasus lesi seperti ini
menyebabkan rasa nyeri dan kesulitan miksi. Setelah 5 hari, ulkus menjadi krusta
dan sembuh perlahan-lahan, penyembuhan terjadi dalam 7-12 hari setelah
munsulnya vesikel. Dalam masa ini dan 7 hari setelah sembuh, virus dilepaskan dari
daerah yang terinfeksi. Virus juga masuk ke dalam sarung myelin saraf sensorik
yang mempersarafi daerah yang terinfeksi, naik dan tinggal di radiks ganglion
dorsalis Virus ini kemungkinan bersifat dorman selama kehidupan seseorang atau
terjadi reakstivasi dan turun kembali lewat spanjang saraf sehingga timbul serangan
herpes yang baru. Serangan kedua dan berikutnya kurang berat tetapi menyebabkan
rasa tidak nyaman yang mengganggu dan mengganggu hubungan seksual.
Rekurensi sekali terjadi pada 30 persen wanita yang terkena dan antara 2-5
persen dapat mengalami serangan-serangan rekuren, kadang-kadang lebih dari 6 kali
setahun. Kekerapan rekurensi semakin berkurang dengan berlalunya waktu dan
mungkin berhenti sama sekali. Pada kebanyakan kasus, penyebab rekurensi tidak
diketahui, tetapi lebih sering terjadi pada fase luteal siklus menstruasi, jika wanita
mempunyai infeksi penyakit seksual lainnya, atau jika mengalami stres emosional.

Diagnosis
Adanya banyak ulkus menegakkan diagnosis sementara herpes gentalis, yang
harus dikonfirmasi dengan menusuk
Vesikel untuk mendapatkan cairan vesikel atau dengan menggosok dengan
ujung kapas lidi (setelah mengoleksikan lignokain 20% beberapa menit sebelumnya)
untuk mendapatkan sel epitel dan mengirimkannya dalam medium tranpor virus
untuk pemeriksaan biakan

E. Infeksi Gardenerlla Vaginalis


Infeksi gerndenerella vaginalis adalah sejenis penyakit peradangan pada
vagina yang disebabkan kuman basil Gardnerella Vaginalis atau bakteri Vaginosis.
Cairan tubuh yang keluar berwarna agak keabu-abuan dan umunya berbau
amis dan anyir. Ada juga wanita yang mengeluh karena penyakit yang diidapnya.
F. Ukus Male
Ukus male adalah penyakit yang ditukarkan melalui hubungan seksual pada
organ genitalia pria maupun wanita, berupa tukak (bisul atau luka terbuka) yang
lunak dan sangat menyakitkan.

G. Trichomoniasis
Trichomoniasis merupakan PHS yang disebabkan oleh jenis protozoa atau
penyakit parasit bersel tunggal yang disebut Trichomonas Vaginalis yang sering
menyerang bagian bawah traktus uro-genitalis yakni saluran alat kemih/kelamin baik
pria maupun wanita sehingga sering disebut pula infeksi trichomonas vaginalis.
Gejala yang timbul mungkin yang bersangkutan mulanya akan mengeluh
merasa terjangkit keputihan tetapi cairan yang keluar dari vaginanya berwarna agak
kekuningan, encar dan berbau apek atau anyir kadang juga berbusa seperti air sabun.
Liang vagina tampak kemerahan dan nyeri bila ditekan. Bila lendir keputihan
keluarnya lebih banyak dapat menimbulkan iritasi (peradangan) pada lipatan
selangkangan atau sekitar labial (bibir kemaluan).

Discharge vagina
Tanpa Infeksi Haemophilus Infeksi Infeksi
infeksi jamur vaginalis trikomonas flora
campuran
Jumlah Normal Normal/ Meningkat Meningkat Meningkat
discharge meningkat
Warna Putih/ Putih Putih keabu- Hijau Kekuning
discharge bening abuan kekuningan dan purulen
dengan
gelembung
Sifat khas Seperti krim Kental Sangat Berbusa Purulen dan
discharge dengan banyak lengket
plak
Bau Tidak ada Tidak ada Sering Agak Sangat
sangat menusuk menusuk
menusuk
Gejala Tidak ada Pruitus Tidak ada Nyeri dan Nyeri dan
yang nyata kadang- pruritus
kadang
pruritus

Kaum pria pun dapat terserang penyakit ini, walaupun pada umunya tanpa
menunjukkan gejala, sebab, pada kaum pria umumnya yang terserang adalah
saluran kemih, kelenjar prostat dan epidedemis.
Pada penyakit yang akut, pada urine akan tampak berwarna jernih tetapi
bila diteliti dengan seksama akan terlihat seperti ada benang-benang halus
bertebaran di dalamnya.

Sifilis
Sifilis termasuk penyakit yang ditularkan secara seksual, tetapi setiap
pasien dengan manifestasi sifilitik pada awalnya dapat ditemukan oleh dokter
praktek dan lesi genital dapat dikelirukan dengan gangguan ginekologis.
Biasanya terdapat edema vulva generalisata unilateral yang cukup besar. Chancre
dimulai sebagai macula kemerahan yang tak nyeri, yang kemudian menjadi
popular. Erosi permukaan dengan segera menimbulkan ulkus dengan tepi yang
berbatas jelas, bulat dan teratur. Dasarnya dapat memperlihatkan jaringan
granulasi yang bersih, dengan warna merah yang suram, walaupun ada
kemungkinan terdapat keropeng kekuningan yang kemudian mongering sebagai
scab. Jika tidak diobati, lesi biasanya memerlukan waktu satu atau dua bulan
untuk sembuh. Biasanya tidak terdapat nyeri, kecuali bila terdapat infeksi
sekunder yang bermakna.
Manifestasi sekunder dari sifilis adalah generalisata,tetapi dapat termasuk
daerah kemerahan pada vulva atau ulkus yang berkaitan dengan bercak kulit
berwarna merah mawar yang umum. Lesi seperti ini harus selalu dicurigai.
Diagnosis sebelum terapi merupakan hal yang wajib. Pencaarian spiroketa
dalam kerokan dari dasar chancre biasanya mudah dilakukan, asal sampel
diambil secara langsung. Walaupun demikian, kasus yang mencurigakan
sebaiknya dirujuk ke klinik penyakit kelamin karena diagnose yang tepat sangat
penting. Dalam diagnose banding harus dipikirkan lesi granulomatosa yang
jarang-granuloma venereum atau imfogranuloma inguinale. Herpes vulva dengan
inflamasiberat dan papula yang memecah menjadi ulkus, jarang menyerupai
sifilis. Diagnosis serologis biasanya memakan waktu enam minggu, dimana pada
keadaan ini uji flokulasi seperti reaksi. Wasserman atau VDRL akan positif.
Karena banyak penyakit misalnya patek dapat memberikan reaksi Wasserman
yang positif, maka disiapkan suatu uji imobilisasi Treponema pallidum (TPI).
Pengobatan harus selalu diawasi oleh spesialis genitor urinaria dipandang
dari kebutuhan akan tindak lanjut pengujian dan penelusuran kontak. Respon
yang baik biasanya didapat dengan penisilin, maka diberikan tetrasiklin.
Serologi pada pasien sifilis
VDRL = venereal disease research laboratory; RPR = rapid plasma regain; TPHA =
Treponema pallidum haemagglutination; FTA = immunofluoroscent treponemal
absosrption; TPI = Treponema pallidum immobilization
Hasil setelah
Kegunaan
Hasil positif (%) dalam Spesifitas beberapa
Uji uji
tahun
Primer Sekunder Tersier
Uji reagen non-spesifik
(kardiolipin)
VDRL Uji flokulasi 70 100 0
Uji kuartitatif Rendah Penapisan Hasil positif
RPR Aglutinasi 80 100 0
Otomatis
Uji spesifik untuk antibody
treponema
TPHA Hemaglutinasi 65 100 95 Tinggi Penapisan Tetap positif
FTA Abs Imunofluoresen 85 100 98
TPI
Imobilisasi 50 97 95
(Nelson)
Interprestasi
uji sifilis
TPHA VDRL FTA Interpretasi
Positif Positif Positif Diindikasikan
terapi
Sifilis yang
Positif Negatif Positif diterapi atau
sifilis primer
Bukan sifilis
Negatif Negatif (tetapi ingat
masa inkubasi)
Ulangi setelah
Positif Negatif Negatif
14 hari
Negatif Negatif Positif
Reaksi non-
Negatif Positif Negatif
spesifik

Kedelapan jenis PHS di atas memang belum mencakup keseluruhan yang ada, tetapi
inilah PHS yang sering ditemui di bagian penyakit kulit dan kelamin.
2.5.Interprestasi pengobatan
Candidosis genitalis
Candida spp menimbulkan infeksi terhadap sel epitel, terutama pada stadium germinasi fungi
ini, ketika fungi ini mpaembentuk spora dan benang panjang (hifa) Parasit ini dapat bersifat
dorman di dalam sel epitel vagina hingga keadaan lingkungan memungkinkan terjadinya
germinasi. Candida spp juga dapat menginfeksi kulit vulva, regio anogenital, mulut dan
traktus intestinal. Jika keasaman vagina berkurang, pertumbuhaannya akan meningkat, seperti
pada wanita diabetes dan wanita yang mendapat antibiotik atau kortikosteroid.
Aspek Klinis
Keluhan dapat berupa iritasi vulvo-vagina yang hebat dan disertai dengan discharge vagina.
Pada beberapa kasus pasangan seksual juga dapat mengeluh rasa gatal pada glans dan
prepusium.
Yang khas, discharge bersifat kental dan seperti keju serta lengket pada dinding vagina dalam
bentuk bercak bercak, namun temuan-temuan ini sering tidak didapati.

Diagnosis
Diabetes melitus harus disingkirkan, dan dilakukan pemeriksaan swab vagina dengan proses
seperti telah diuraikan di depan.

Pengobatan
Salah satu dari kelompok obat imidazol (klotrimazol ekonazol; isokonazol, atau mikonazol)
diberikan dalam bentuk tablet vagina, baik dalam dosis tunggal atau harian selama 3 hari. Jika
pengobatan per vaginam gagal atau lebih disukai pengobatan peroral, dapat diberikan
flukonazol atau ketokonazol. Iritasi vagina dapat hebat sekali, sehingga dapat diberikan krim
imidazol secara interval. Pemberian terapi dapat menyembuhkan 85 persen kasus.

KANDlDOSIS REKUREN
Antara 5-15 persen wanita penderita kandidosis vagina mengalami serangan berulang,
kadang-kadang 4 kali dalam setahun. Kebanyakan kambuh dari infeksi awal, mungkin
disebabkan oleh menurunnya daya tahan tubuh terhadap Candida spp. Serangan berulang
dapat menyebabkan gangguan yang amat besar terhadap pribadi wanita tersebut dan
kehidupan seksualnya, dan mungkin ia berusaha dengan obat altematif lainnya.
Pengobatan
Sulit mengobati keadaan ini. Pada wanita yang sering mengalami rekurensi, ketokanazol
profilaksis 100 mg peroral setiap hari selama 6 bulan atau flukonazol 150 mg setiap minggu
dapat memberikan perlindungan. Beberapa wanita mengeluh mual. Ketokonazol
menyebabkan kerusakan hari pada 1 di antara 15.000 orang; karena itu pasien harus
menjalani tes fungsi hati pada awal pengobatan dan setelah 3 bulan. Pasien biasanya diminta
untuk tidak memakai celana dalam yang terbuat dari nilcn atau celana jean ketat, namun
manfaatnya belum diketahui.

Terapi
Terapi medika mentosa pada penyakit menular seksual (PAS) yang paling sering
Penyakit Ubat yang digunakan
Gonore Ampisillin atau amoksisilin dengan
Terapi standar probenesid

Terapi pada resistensi atau alergi Spektinomisin Sefuroksim


terhadap penisilin Siprofloksasin

Sifilis
Terapi standar Penisilin depo
Alergi terhadap penisilin Tetrasiklin
Doksisiklin
Eritromisin
Minosiklin
Terapi alternatif Sefuroksim
Trikomoniasis Metronidazol sebagai dosis tunggal
atau selama 5 hari
Kedua pasangan harus diobati

Herpes genitalia Asiklovir per oral atau krim


Kondilomata akuminata Podofilin0,5% larutan diberikan hanya
pada lesi

Infeksi mikoplasma Tetrasiklin, doksisiklin


Terapi alternatif Ofloksasin

Infeksiklamidia
Terapi standar Tetrasiklin
Terapi alternatif Eritromisin
Otloksasin
Siprofloksasin
Untuk dosis hendaknya mengacu pada farmakope setempat

2.6.Upaya untuk mencegah tertular PHS


Untuk mencegah tertularnya penyakit hubungan seksual bisa menggunakan
slogan “4 JANGAN” :
1. Jangan melakukan : Hubungan intim secara anal ataupun vaginal dengan
berganti-ganti pasangan
2. Jangan lupa : Gunakanlah kondom, bila harus berhubungan intim
dengan seseorang yang masih meragukan.
3. Jangan menerima : Kontak/tranfusi darah tanpa screen (penyaringan) darah
4. Jangan pernah mau : Memakai jarum suntikan secara bergantian
BAB III
PENUTUP

3.1.Simpulan
Penyakit hubungan seksual terdiri dari HIV/AIDS, Candidosis genitalis,
Candyloma Acuminatum, gonore, infeksi Gardnerella vaginalis, Ulcus molle,
Trichomoniasis, Sifilis dan sebagainya.
Penyakit hubungan seksual bisa menular melalui hubungan seksual yang
kurang baik dan kontak secara tidak langsung dengan benda-benda milik penderita.
Untuk mencegah penyebaran penyakit ini bisa menggunakan atau
menerapkan slogan “4 JANGAN”

3.2.Saran
Untuk menanggulangi PHS, maka penulis mensarankan :
1. Perlu pengobatan yang tepat
2. Perlu peningkatan penyuluhan bidang kesehatan
3. Perlu peningkatan pengobatan dan pengawasan medis pada WTS
4. Perlu kerjasama dengan bidan dan dokter praktik partikuler
5. Perlu peningkatan fasilitas diagnosis dan pengobatan
6. Perlu prioritas program pemerintah
DAFTAR PUSTAKA

Rabe, Thomas.2003. Ilmu Kandungan. Jakarta : Hipokrates


Chamberlain, Geoffry. 1994. Obstetri dan Ginekologi Praktis. Jakarta : Widya Medika
Dewhurst, Sir Jhohn. 1994. Obstetri dan Ginekologi. Jakarta : Widya Medika
Derek Llewellyn, Jones. 2002. Dasar-dasar Obstetri dan Ginekologi. Jakarta :
Hipokrates
Wicaksono, Bambang. 2001. Mengenai penyakit Hubungan Seksual. Bandung : CV.
Pionir Jaya Bandung.

You might also like