You are on page 1of 479

TEMBAKAN-TEMBAKAN yang me-nyemburkan peluru

yang menembus kepala Pumpkin didengar tak kurang dari


delapan orang. Tiga orang secara naluriah menutup
jendela mereka, memeriksa kunci pintu, dan menarik diri
ke dalam apartemen kecil mereka yang aman, setidaknya
tertutup. Dua lainnya, masing-masing berpengalaman
dalam masalah seperti itu, lari dari tempat tersebut
secepat mungkin, kalau bukan malah lebih cepat daripada
si penembak sendiri. Seorang, lainnya, orang fanatik
tentang daur ulang daerah itu, sedang menggali-gali
sampah mencari kaleng alumunium ketika mendengar
bunyi keras tembak-menembak yang terjadi setiap hari itu
dari jarak yang amat dekat. Ia melompat ke belakang
tumpukan kardus hingga tembakan itu berhenti, kemudian
menyelinap ke lorong di mana ia melihat apa yang tersisa
dari diri Pumpkin. Dan dua orang melihat hampir
segalanya. Mereka sedang duduk di peti susu dari plastik,
di sudut jalan Georgia dan Lamont, di depan toko
minuman, agak tersembunyi di balik mobil yang diparkir di
sana sehingga si penembak, yang melihat sekeliling
dengan cepat sebelum membuntuti Pumpkin memasuki
gang, tak melihat mereka. Keduanya kelak mengatakan
pada polisi bahwa mereka melihat pemuda berpistol itu
merogoh ke dalam saku dan mengeluarkannya; mereka
yakin melihatnya, sepucuk pistol hitam. Sedetik kemudian
mereka mendengar tembakan, meskipun mereka tidak
benar-benar melihat kepala Pumpkin dihantam peluru.
Sedetik kemudian lagi, pemuda bersenjata itu melesat dari
gang dan, entah karena alasan apa, berlari lurus ke arah
mereka. Ia berlari sambil membungkuk, bak anjing
ketakutan, jelas bersalah. Ia memakai sepatu basket
merah dan kuning yang tampak lima ukuran kebesaran dan
berbunyi keras ketika mengenai jalanan saat ia kabur.
Ketika berlari melewati mereka, ia masih memegangi
pistol itu, mungkin kaliber 0,38, dan terenyak cuma sesaat
ketika melihat mereka dan menyadari mereka telah melihat
terlalu banyak. Selama satu detik yang mengerikan, ia
sepertinya menaikkan pistol seolah hendak menghabisi
para saksi, yang sama-sama berhasil menggulingkan
badan ke balik peti susu plastik mereka dan kalang kabut
bertemperasan. Kemudian ia pun menghilang. Salah satu
di antara mereka membuka pintu toko minuman dan
berteriak menyuruh orang menelepon polisi, telah terjadi
penembakan. Tiga puluh menit kemudian, polisi menerima
telepon bahwa pemuda yang cocok dengan ciri-ciri orang
yang menghabisi Pumpkin dua kali terlihat di Ninth Street
membawa sepucuk pistol secara terbuka dan gerak-
geriknya lebih aneh daripada kebanyakan orang di Ninth
Street. Ia mencoba memancing sedikitnya satu orang agar
memasuki tempat kosong, tetapi calon korban berhasil
lolos dan melaporkan kejadian tersebut. Polisi menemukan
buruan mereka satu jam kemudian. Namanya Tequila
Watson, laki-laki kulit hitam, usia dua puluh tahun, dengan
catatan polisi pernah tersangkut urusan obat terlarang. Tak
ada keluarga. Tak ada alamat. Tempat ia tidur terakhir
adalah unit rehabilitasi di W Street. Ia berhasil membuang
pistol di suatu tempat, dan seandainya ia merampok
Pumpkin, maka ia pun sudah membuang uang atau obat
terlarang atau apa pun jarahannya. Sakunya bersih, seperti
juga matanya. Polisi yakin Tequila tidak dalam pengaruh
obat apa pun ketika ditangkap. Interogasi cepat dan kasar
dilakukan di jalan, kemudian ia diborgol dan didorong
masuk ke jok belakang mobil kepolisian DC. Mereka
membawanya kembali ke Lamont Street, di mana mereka
mengatur pertemuan spontan dengan dua saksi tadi.
Tequila dibawa memasuki gang di mana ia meninggalkan
Pumpkin. 'Teman ke sini?" seorang polisi bertanya.
Tequila tak mengatakan apa-apa, cuma memelototi
genangan darah segar di atas beton yang kotor. Dua saksi
didorong memasuki gang itu, lalu diam-diam dibawa ke
suatu tempat di dekat Tequila. "Itu orangnya," keduanya
berkata bersamaan. "Ia memakai baju yang sama, sepatu
basket yang sama, segalanya kecuali pistol itu." "Dialah
orangnya." "Tidak diragukan lagi." Tequila sekali lagi
didorong ke dalam mobil dan dibawa ke penjara. Ia
diproses dengan tuduhan melakukan pembunuhan dan
dikurung tanpa peluang pembebasan dengan uang
jaminan dalam waktu dekat. Entah karena pengalaman
atau hanya karena ketakutan. Tequila tak pernah
mengucapkan sepatah kata pun pada polisi sewaktu
mereka memancing, membujuk, bahkan mengancamnya.
Tak ada apa pun yang memberatkan, tak ada yang
berguna. Tak ada indikasi mengapa ia membunuh
Pumpkin. Tidak ada petunjuk tentang latar belakang
mereka, seandainya memang ada. Seorang detektif
veteran menulis catatan ringkas di berkas perkara bahwa
pembunuhan itu kelihatan sedikit lebih acak daripada yang
biasa. Tak ada permintaan untuk menelepon. Tidak
disinggung tentang pengacara atau orang yang akan
membayar jaminan pembebasan. Tequila tampak linglung
tapi kelihatannya tak keberatan mendekam di sel yang
berjejalan dan memandangi lantai. Pumpkin tak memiliki
ayah yang dapat dilacak tapi ibunya bekerja sebagai
satpam di lantai bawah tanah gedung perkantoran besar di
New York Avenue. Polisi butuh waktu tiga jam untuk
memastikan nama asli putranya—Ramon Pumphrey,
menentukan alamatnya dan menemukan tetangga yang
bersedia mengatakan pada mereka bahwa ia punya ibu.
Adelfa Pumphrey duduk di belakang meja tak jauh dari
jalan masuk ke lantai bawah, semestinya sedang
mengamati deretan layar monitor. Ia wanita berperawakan
besar kekar dalam seragam ketat berwarna khaki,
menyandang sepucuk pistol di pinggang, dan wajahnya
sama sekali tak peduli. Polisi yang menghampirinya
pernah melakukan hal yang sama ratusan kafi. Mereka
menyampaikan kabar, kemudian mencari supervisor
wanita itu. Di kota tempat anak-anak muda saling
membunuh. setiap hari, pembantaian telah menebalkan
kulit dan mengeraskan hati, dan setiap ibu kenal banyak
ibu lain yang kehilangan anak. Setiap kehilangan
membawa kematian selangkah lebih dekat, dan setiap ibu
tahu hari apa pun bisa jadi hari terakhir. Para ibu tersebut
menyaksikan yang lain bertahan hidup dalam kengerian itu.
Sewaktu Adelfa Pumphrey duduk di belakang meja dengan
wajah terbenam dalam tangan, ia memikirkan putranya dan
tubuhnya yang tak bernyawa lagi, saat ini tergeletak di
suatu tempat di kota ini, dipandangi orang-orang yang tak
dikenal. Ia bersumpah akan membalas siapa pun yang
membunuhnya. Ia mengutuki si ayah karena meninggalkan
anak itu. Ia menangisi permata hatinya. Dan ia tahu ia akan
bertahan hidup. Entah bagaimana, ia akan bertahan.
Adelfa pergi ke pengadilan untuk menyaksikan
pembacaan perkara. Polisi mengatakan padanya bangsat
yang membunuh putranya dijadwalkan melakukan
pemunculan pertamanya, urusan rutin dan cepat di mana ia
akan menyampaikan pengakuan tak bersalah dan meminta
didampingi pengacara. Ia duduk di deretan belakang,
diapit saudara lelakinya dan seorang tetangga, air
matanya membasahi saputangan yang sudah lembap. Ia
ingin melihat bocah itu. Ia juga ingin menanyakan
alasannya, tapi ia tahu takkan pernah mendapat
kesempatan itu. Mereka menggiring para penjahat itu
masuk seperti ternak dalam pelelangan. Semuanya berkulit
hitam, semuanya memakai pakaian terusan oranye dan
borgol, semuanya muda. Sungguh sia-sia. Selain borgol.
Tequila juga memakai rantai pada pergelangan tangan dan
kaki karena kejahatannya sangat biadab, meskipun ia
tidak tampak begitu berbahaya ketika menyeret kaki
memasuki ruang sidang bersama rombongan pelanggar
hukum lain. Ia melihat sekeliling dengan cepat, ke arah
orang banyak, untuk melihat apakah ada yang ia kenali,
apakah mungkin ada seseorang di luar sana hadir
untuknya. Ia didudukkan di deretan kursi, dan sekadar
supaya dramatis, petugas bailiff pengadilan yang
bersenjata membungkuk dan berkata, "Bocah yang
kaubunuh itu. Itu ibunya di belakang sana, bergaun biru."
Dengan kepala tertunduk, Tequila perlahan-lahan menoleh
dan memandang lurus mata ibu Pumpkin yang basah dan
sembap, tapi hanya selama sedetik. Adelfa menatap
pemuda kurus berpakaian terusan ukuran besar itu dan
dalam bati bertanya di manakah ibunya berada,
bagaimana ia membesarkannya, apakah ia punya ayah,
dan, yang paling penting, bagaimana dan mengapa ia
sampai bertemu anaknya. Mereka berdua kira-kira
sebaya, belasan tahun atau awal dua puluhan. Polisi
mengatakan padanya, setidaknya pada permulaan, bahwa
kelihatannya tidak ada masalah obat terlarang dalam
pembunuhan tersebut. Tapi ia lebih tahu bagaimana
sesungguhnya. Obat terlarang selalu terlibat dalam setiap
lapisan kehidupan jalanan. Adelfa mengetahuinya benar.
Pumpkin pernah memakai pot dan crack dan pernah satu
kali ditahan karena ketahuan memilikinya, tapi ia tak
pernah melakukan kekerasan. Polisi mengatakan
kejadiannya tampak seperti pembunuhan acak. Semua
pembunuhan di jalanan adalah pembunuhan acak,
demikian saudara lelakinya pernah berkata, tapi semuanya
punya alasan. Di salah satu sisi ruang sidang ada meja
yang dikelilingi sekumpulan petugas penegak hukum. Para
polisi itu berbisik-bisik dengan para jaksa, yang membalik-
balik halaman berbagai berkas dan laporan dan bekerja
giat menyiapkan berbagai dokumen itu mendahului para
penjahat. Di sisi lain ada meja tempat para pembela
datang dan pergi sementara roda keadilan berputar.
Tuduhan berbagai kasus obat terlarang dibacakan
berentetan oleh sang hakim, satu tuduhan perampokan
bersenjata, beberapa serangan bermotif seksual yang
tidak begitu jelas, kasus obat terlarang lagi, banyak sekali
pelanggaran pembebasan percobaan. Ketika nama
mereka dipanggil, para tersangka itu digiring maju ke
hadapan meja hakim, di mana mereka berdiri membisu.
Kertas-kertas dokumen dibolak-balik, kemudian mereka
digiring pergi kembali ke penjara. 'Tequila Watson," bailiff
mengumumkan. Ia dibantu berdiri oleh bailiff lain. Ia maju
tertatih-tatih, rantainya bergemerincing. "Mr. Watson, kau
dituduh melakukan pembunuhan," sang hakim
mengumumkan dengan suara keras. "Berapa umurmu?"
"Dua puluh," Tequila berkata, sambil memandang ke
bawah. Tuduhan pembunuhan itu bergema di dalam ruang
sidang dan menimbulkan keheningan sesaat.
Penjahatpenjahat lain yang berseragam oranye itu
memandang dengan sorot kagum. Para pengacara dan
polisi dirasuki perasaan ingin tahu. "Apakah kau mampu
membayar pembela?" 'Tidak." "Sudah kuduga," sang
hakim menggumam dan mengalihkan pandangan ke meja
pembela. Ladang-ladang subur Superior Court D.C. Divisi
Pidana, Cabang Tindak Pidana Berat, digarap setiap hari
oleh OPD—Kantor Pembela Umum, jaring pengaman bagi
semua tersangka yang tidak mampu. Tujuh puluh persen
berkas perkaranya ditangani pengacara yang ditunjuk
pengadilan, dan biasanya di sana selalu ada setengah
lusin PD atau Pembela Umum yang hilir mudik dalam
setelan jas murahan dan pantofel usang dengan berbagai
berkas mencuat dari tas kerja mereka. Tetapi, saat itu
hanya ada seorang PD di sana, Yang Terhormat Clay
Carter II, yang mampir untuk memeriksa satu atau dua
perkara yang lebih ringan, dan kini mendapati dirinya
seorang diri dan ingin melompat kabur dari ruang sidang.
Ia menoleh ke kanan dan ke kiri dan menyadari Yang Mulia
Hakim memandangnya. Ke manakah semua PD lainnya
pergi? Seminggu sebelumnya, Mr. Carter menyelesaikan
perkara pembunuhan yang berlarut-larut hingga hampir tiga
tahun dan akhirnya ditutup dengan dikirimnya kliennya ke
penjara yang takkan pernah ditinggalkannya lagi,
setidaknya secara resmi. Clay Carter cukup senang
kliennya kini ditahan, dan merasa lega bahwa ia, saat ini,
tidak memiliki berkas perkara pembunuhan di meja
kerjanya. Hal itu jelas akan berubah. "Mr. Carter?" Hakim
berkata. Itu bukan perintah, tapi undangan melangkah maju
ke depan untuk mengerjakan apa yang diharapkan dari
setiap PD— membela perkara kaum fakir miskin, tak
peduli apa pun kasusnya. Mr. Carter tidak boleh
memperlihatkan kelemahan, terutama karena hadirnya
para polisi dan jaksa itu. Ia menelan ludah dengan berat,
menolak menunjukkan perubahan ekspresi, dan berjalan
menghampiri meja hakim seolah hendak menuntut
diadakan peradilan dengan juri sekarang juga. Ia
mengambil berkas itu dari Hakim, membaca isinya yang
tipis dengan cepat sambil mengabaikan pandangan me-,
mohon Tequila Watson, lalu berkata, "Kami akan
mengajukan pernyataan tidak bersalah, Yang Mulia."
'Terima kasih, Mr. Carter. Dan kami akan mencatat Anda
sebagai pembela perkara ini?" "Untuk sekarang ini, ya."
Mr. Carter sudah menyusun berbagai dalih untuk
melimpahkan kasus ini pada orang lain di OPD. "Baiklah.
Terima kasih," sang hakim berkata, sudah meraih berkas
perkara berikutnya. Pengacara dan klien itu duduk rapat di
meja tersangka selama beberapa menit.. Carter
mengambil informasi sebanyak yang ingin diberikan
Tequila, informasi yang sangat minimi. Ia berjanji mampir
ke penjara besok untuk wawancara yang lebih panjang.
Sewaktu mereka berbisik-bisik, meja itu tiba-tiba
dikerumuni pengacara-pengacara muda dari kantor
Pembela Umum, kolega-kolega Carter yang sepertinya
muncul begitu saja. Apakah ini jebakan? Carter bertanya
pada diri sendiri. Apakah mereka tadi sengaja menghilang
karena tahu ada terdakwa kasus pembunuhan di dalam
ruang sidang ini? Selama lima tahun terakhir, seorang diri
ia mengerjakan kasus-kasus semacam itu. Mengelak dari
kasus-kasus berat adalah suatu bentuk seni tersendiri di
OPD. Ia menyambar tas kerja dan bergegas pergi,,
berjalan di gang tengah di antara deretan bangku,
melewati deretan sanak keluarga yang khawatir, melewati
Adelfa Pumphrey dan kelompok pendukungnya yang tidak
besar, memasuki lorong yang dijejali lebih banyak lagi
penjahat beserta ibu, pacar, dan pengacara mereka. Ada
pengacara-pengacara di OPD yang bersumpah mereka
hidup demi kekacaubalauan H. Cari Moultrie Courthouse—
tekanan berat persidangan, ancaman bahaya dari orang-
orang yang tinggal dalam ruangan yang sama dengan
begitu banyak manusia ganas, konflik menyakitkan antara
para korban dan penganiaya mereka, berkas perkara yang
terus menumpuk, panggilan untuk membela si miskin dan
memastikan perlakuan adil dari polisi dan sistem. Jika
Clay Carter dulu tertarik untuk meniti karier di OPD, ia kini
tidak bisa mengingat alasannya. Seminggu lagi ulang
tahun kelima ia bekerja di sana dan peristiwa itu akan
berlalu begitu saja, tanpa perayaan, dan, mudah-mudahan,
tanpa ada siapa pun yang mengetahuinya. Di usianya yang
31 tahun, Clay sudah habis terperah, terperangkap di
kantor yang malu ditunjukkannya pada teman-temannya,
mencari jalan keluar tapi tak punya tujuan, dan kini
dibebani kasus pembunuhan tak masak akal lain yang
makin lama makin berat. - Di dalam lift ia mengumpati diri
sendiri karena terjebak menangani kasus pembunuhan. Itu
kekeliruan pelonco; ia sebenarnya sudah terlalu lama di
sana sampai bisa melangkah masuk ke perangkap seperti
itu, terlebih perangkap yang dipasang di medan yang
sudah begitu dikenalnya. Aku akan berhenti, ia berjanji
pada diri sendiri; sumpah yang sama dengan yang ia
gumamkan hampir setiap hari setahun terakhir ini. Ada dua
orang lain dalam lift itu. Yang satu semacam klerek di
pengadilan itu, dengan tangan penuh berbagai macam
berkas. Yang lainnya laki-laki berusia empat puluhan
memakai jeans hitam buatan desainer, T-shirt, jaket,
sepatu bot kulit buaya. Ia memegang surat kabar dan
kelihatan seperti membacanya dari balik kacamata kecil
yang bertengger di ujung hidungnya yang panjang dan
elegan. Sesungguhnya, ia mengamati Clay, yang tak
menyadarinya. Apa perlunya orang memperhatikan orang
lain di lift gedung ini? Seandainya Clay waspada,
bukannya bermuram durja, ia tentu melihat bahwa pakaian
laki-laki itu terlalu bagus bagi terdakwa, tetapi terlalu santai
bagi pengacara. Ia tak membawa apa pun kecuali surat
kabar, yang sebenarnya ganjil sebab H. Carl Moultrie
Courthouse bukanlah tempat untuk membaca. Ia tidak
tampak seperti hakim, klerek, korban, atau terdakwa, tapi
Clay tak pernah menyadarinya. Di kota dengan 76.000
pengacara, banyak di antaranya bergerombol di berbagai
biro hukum raksasa dalam jarak setembakan senjata api
dari gedung Capitol—biro-biro kaya dan berkuasa tempat
para associate paling cemerlang menerima bonus
penandatanganan kontrak dengan jumlah tak kira-kira,
mantan anggota Kongres paling payah diberi uang besar
untuk segala macam lobi, dan litigator paling top datang
membawa agen— Kantor Pembela Umum—OPD—
berada jauh di papan bawah. Kelas kambing. Beberapa
pengacara OPD memang fanatik mencurahkan komitmen
untuk membela kaum miskin dan tertindas, dan bagi
mereka pekerjaan itu bukanlah baur lompatan ke karier
lain. Tak peduli betapa kecil penghasilan mereka atau
betapa ketat anggarannya, mereka terus hidup dari
kemerdekaan kerja mereka yang sepi dan rasa puas dari
memberikan perundungan bagi kaum underdog.
Pengacara PD lain berkata pada diri sendiri bahwa
pekerjaan itu hanyalah sementara, sekadar pelatihan tetek
bengek yang mereka butuhkan untuk lepas landas menuju
karier yang lebih menjanjikan. Menapaki tangga karier
yang terjal, membiarkan tangan jadi kotor, melihat dan
melakukan apa saja yang 2 takkan pernah didekati
associate biro hukum besar, dan suatu hari kelak suatu
biro hukum dengan visi sungguhan akan mengganjar jerih
payah itu. Pengalaman persidangan yang tak terbatas,
pengetahuan luas tentang para hakim, panitera, dan polisi,
manajemen beban kerja, keterampilan dalam menangani
klien-klien paling sulit—semua itu cuma beberapa dari
banyak keunggulan yang bisa dimiliki pengacara PD
sesudah hanya beberapa tahun memegang pekerjaan ini.
OPD punya delapan puluh pengacara, semuanya bekerja
di dua lantai yang padat dan penuh sesak di Gedung
Pelayanan Masyarakat Distrik Columbia, bangunan beton
pucat persegi yang dijuluki The Cube alias Si Kubus, di
Mass Avenue dekat Thomas Circle. Ada sekitar empat
puluh sekretaris dan paralegal bergaji rendah bertebaran
di seluruh penjuru labirin bilik kantor. Direkturnya adalah
wanita bernama Glenda yang menghabiskan sebagian
besar waktunya dengan mengunci diri di dalam kantor
sebab merasa aman di sana. Gaji awal pengacara OPD
adalah $36.000. Kenaikan sangatlah kecil dan jarang
terjadi. Pengacara paling seniornya, laki-laki tua dan letih
berusia 43 tahun, berpenghasilan $57.600 dan sudah
sembilan belas tahun ini mengancam untuk mengundurkan
diri. Beban kerja di sana sungguh menggetarkan sebab
kota ini terpuruk dalam pertempurannya melawan
kejahatan. Pasokan bajingan-bajingan miskin mengalir
tanpa putus. Setiap tahun selama delapan tahun terakhir
Glenda terus mengajukan anggaran yang meminta sepuluh
pengacara dan selusin paralegal lagi. Dalam masing-
masing anggaran empat tahun terakhir ini ia menerima
uang lebih sedikit daripada tahun sebelumnya.
Kebingungannya saat ini adalah menentukan paralegal
mana yang harus diberhentikan dan pengacara mana yang
harus dipaksa bekerja paro waktu. Seperti kebanyakan
pengacara OPD lainnya, Clay Carter kubah di sekolah
hukum tanpa rencana karier, atau bahkan secuil pun
khayalan, untuk membela penjahat-penjahat tak mampu.
Tidak. Dulu ketika Clay masih di college, kemudian di
sekolah hukum Georgetown, ayahnya memiliki biro hukum
di D.C. Clay bekerja parowaktu di sana selama bertahun-
tahun, kemudian memiliki ruangan kantor sendiri. Impian-
impiannya saat itu tak terbatas, ayah dan anak mengurus
perkara bersama-sama sementara uang mengalir masuk.
Tetapi biro hukum itu ambruk saat Clay menempuh tahun
terakhir di sekolah hukum, dan ayahnya meninggalkan
kota. Bu cerita lain. Clay menjadi pengacara publik sebab
tidak ada pekerjaan lain untuk diraih pada detik terakhir. Ia
buruh waktu tiga tahun untuk berkutat dan berkomplot demi
mendapatkan ruang kantor sendiri, bukan ruangan yang
dipakai bersama pengacara atau paralegal lain Kira-kira
seukuran lemari besar di pinggiran kota, kantor itu tak
berjendela dan berisi meja kerja yang menempati
setengah luas lantainya. Kantornya di* biro hukum milik
ayahnya dulu empat kali lebih besar daripada itu dan
memiliki pemandangan ke Washington Monument, dan
meskipun mencoba melupakan pemandangan itu, ia tak
dapat menghapuskannya dari kenangan. Lima tahun
sesudahnya, ia sekali-sekali masih duduk di belakang
meja kerjanya dan menatap dinding, yang serasa makin
rapat setiap bulannya, dan bertanya-tanya pada diri sendiri
bagaimana, sesungguhnya, ia bisa jatuh dari satu kantor
ke kantor lainnya? Ia melemparkan berkas perkara Tequila
Watson ke atas mejanya yang sangat bersih dan sangat
rapi lalu menanggalkan jas. Sebenarnya mudah, di tengah
lingkungan yang menyedihkan seperti ini, untuk
membiarkan tempat tersebut seadanya, membiarkan
berkas dan dokumen menumpuk, membiarkan kantornya
acak-acakan dan menyalahkan keadaan pada beratnya
beban kerja dan kurangnya staf. Tetapi ayahnya dulu
memiliki keyakinan bahwa meja kerja yang teratur adalah
tanda pikiran yang teratur. Bila kau tak bisa menemukan
sesuatu dalam tiga puluh detik, maka kau kehilangan uang,
demikian ayahnya selalu berkata. Balas telepon segera
adalah peraturan lain yang diajarkan pada Clay untuk
dipatuhi. Jadi ia rewel dalam soal meja kerja dan
kantornya, menimbulkan kegelian di antara para koleganya
yang usil. Ijazah dari Sekolah Hukum Georgetown
tergantung dalam bingkai indah di tengah salah satu
dinding. Selama dua tahun pertama di OPD ia menolak
memajang ijazah itu karena takut pengacara lain bertanya-
tanya mengapa lulusan Georgetown bekerja demi gaji
minimum. Untuk pengalaman, katanya pada diri sendiri,
aku di sini untuk menimba pengalaman. Satu sidang setiap
bulan—sidang-sidang berat melawan jaksa-jaksa tangguh
di depan juri yang sulit. Untuk memperoleh latihan langsung
dari bawah yang tidak bisa disediakan biro hukum besar.
Uang akan datang kelak, ketika ia sudah jadi pengacara
yang tangguh ditempa pertempuran pada usia sangat
muda. Ia memandangi berkas Watson yang tipis di tengah
meja kerjanya dan dalam hati bertanya-tanya bagaimana ia
dapat melimpahkannya pada orang lain. Ia sudah muak
dengan kasus-kasus sulit, pelatihan hebat, dan segala
macam dalih omong kosong yang dikatakannya sebagai
pengacara OPD bergaji kecil. Ada enam slip merah jambu
berisi pesan telepon di mejanya; lima berkaitan dengan
urusan pekerjaan, satu dari Rebecca, pacarnya sejak
lama. Ia meneleponnya lebih dulu. "Aku sangat sibuk,"
Rebecca memberitahu sesudah basa-basi pembukaan.
"Kau tadi meneleponku," kata Clay. "Ya, aku cuma bisa
bicara satu-dua menit." Rebecca bekerja sebagai asisten
anggota Kongres peringkat rendah yang menjabat ketua
suatu subkomite yang tak ada gunanya. Tapi karena ia
sang ketua, ia punya kantor tambahan yang perlu dikelola
orang-orang seperti Rebecca yang jungkir balik sepanjang
hari mempersiapkan rangkaian persidangan yang tak
dihadiri seorang pun. Ayahnya dulu memakai pengaruh
untuk mendapatkan pekerjaan tersebut baginya. "Aku
sibuk juga," kata Clay. "Baru saja mendapatkan kasus
pembunuhan lagi." Ia susah payah menambahkan nada
bangga pada ucapannya, seolah ia mendapatkan
kehormatan menjadi pengacara bagi Tequila Watson.
Itulah permainan yang mereka mainkan: Siapa paling
sibuk? Siapa paling penting? Siapa kerja paling keras?
Siapa paling mendapat tekanan? "Besok ulang tahun
ibuku," kata Rebecca, lalu berhenti sebentar seakan Clay
seharusnya tahu soal ini. Ia tidak tahu. Ia tidak peduli. Ia
tidak suka ibu Rebecca. "Mereka mengundang kita
menghadiri jamuan makan malam di klub." Hari yang
menyebalkan jadi lebih menyebalkan lagi. Satu-satunya
tanggapan yang bisa. ia berikan hanyalah, "Baik." Dan itu
diucapkannya dengan cepat. "Sekitar pukul tujuh. Jas dan
dasi." 'Tentu." Aku lebih suka makan malam bersama
Tequila Watson di penjara, pikirnya dalam hati. "Aku harus
pergi," kata Rebecca. "Sampai jumpa nanti. Love you."
"Love you." Itu percakapan khas antara mereka berdua,
hanya beberapa kalimat pendek sebelum bergegas pergi
menyelamatkan dunia. Ia memandang foto Rebecca di
atas meja kerja. Kisah mereka dibumbui berbagai
kericuhan yang cukup untuk menenggelamkan sepuluh
perkawinan. Ayah Clay pernah menggugat ayah Rebecca,
dan tak pernah jelas siapa menang siapa kalah. Keluarga
Rebecca mengaku berasal dari masyarakat Alexandria
lama; ia sendiri anak kolong. Mereka kaum Republiken
sayap kanan, Clay bukan. Ayah Rebecca dikenal sebagai
Bennett the Bulldozer karena pengembangan tak kenal
ampun dan tak habis-habisnya di pinggiran Virginia Utara
di seputar D.C. Clay membenci meluasnya Virginia Utara
dan diam-diam membayar iuran menjadi anggota
kelompok-kelompok pembela lingkungan melawan para
pengembang. Ibu Rebecca orang yang agresif dalam
menaiki tangga sosial dan menginginkan dua putrinya
menikah dengan orang yang benar-benar kaya. Clay sudah
sebelas tahun tidak mengunjungi -ibanya sendiri. Ia tidak
memiliki ambisi sosial apa pun. Ia tidak punya uang.
Selama hampir sebelas tahun, percintaan mereka
bertahan hidup menghadapi perselisihan bulanan,
kebanyakan dipicu ibu Rebecca. Hubungan itu bertahan
hidup karena cinta, gelora hati, dan tekad untuk berhasil
meskipun banyak halangan. Akan tetapi Clay mencium
adanya keletihan di pihak Rebecca, kelelahan yang
merayap datang dibawa usia dan tekanan terus-menerus
dari keluarganya. Rebecca berumur 28 tahun. Ia tidak
menginginkan karier. Ia ingin suami, keluarga, dan hari-hari
panjang untuk dihabiskan di country club memanjakan
anak-anak, bermain tenis, makan siang bersama ibunya.
Paulette Tullos muncul entah dari mana dan mengejutkan
Clay. "Kau terperangkap, bukan?" katanya sambil
menyeringai. "Kasus pembunuhan baru." "Kau tadi ada di
sana?" tanya Clay. "Aku melihat semuanya. Aku melihat itu
akan terjadi, aku melihat kejadiannya, tak bisa
menyelamatkanmu, Sobat" "Terima kasih. Aku berutang
budi padamu." Ia sesungguhnya hendak menawarkan
tempat duduk, tapi tak ada kursi lain di dalam kantornya.
Tidak ada tempat kosong untuk kursi dan selain itu, kursi
tidaklah diperlukan karena semua kliennya ada di penjara.
Duduk dan bercakap-cakap bukanlah bagian dari kegiatan
harian di OPD. 22 "Seberapa peluangku untuk
menyingkirkan kasus ini?" katanya. •' 'Tipis sampai
mustahil. Kepada siapa kau ingin melimpahkannya?"
'Tadinya aku mempertimbangkanmu." "Maaf. Aku sudah
punya dua kasus pembunuhan. Glenda tidak akan
menggesernya darimu." Paulette adalah teman
terdekatnya di kantor OPD. Sebagai produk bagian ganas
kota itu, ia dengan susah payah merayapi college dan
fakultas hukum di waktu malam dan sepertinya ditakdirkan
hidup sebagai kelas menengah hingga ia berjumpa lelaki
Yunani tua dengan kegemaran akan wanita muda berkulit
hitam. Ia menikahi Paulette dan memberinya rumah
nyaman di Washington Barat Laut, lalu akhirnya kembali ke
Eropa, di mana ia lebih suka tinggal. Paulette curiga ia
punya satu atau dua istri lain di sana, tapi ia tidak begitu
peduli. Ia cukup makmur dan jarang sendirian. Sesudah
sepuluh tahun, cara seperti itu berjalan cukup baik. . "Aku
dengar jaksa-jaksa itu berbicara," katanya. "Satu lagi
pembunuhan jalanan, tapi motifnya patut dipertanyakan."
"Sama sekali bukan yang pertama kali dalam sejarah
D.C." 'Tapi tanpa motif yang jelas." "Motif selalu ada—
uang, obat bius, seks, sepasang sepatu Nike." 'Tapi bocah
itu lumayan jinak, tidak ada catatan kekerasan?" "Kesan
pertama jarang benar, Paulette, kau tahu itu." "Jennaine
dua hari yang lalu mendapatkan kasus yang sangat mirip.
Tak ada motif yang jelas." "Aku belum dengar." "Kau
mungkin boleh coba dia. Ia masih baru dan ambisius dan,
siapa tahu, kau mungkin bisa melemparkan kasus ini
padanya." "Akan kulakukan sekarang juga." Jennaine tak
ada di tempat tapi pintu Glenda, entah karena alasan apa,
sedikit terbuka. -Clay mengetuknya dengan buku-buku jari
sambil melangkah masuk "Ada waktu sebentar?" tanyanya,
tahu Glenda benci menyisihkan waktu sedikit pun dengan
siapa pun di stafnya. Ia menunaikan pekerjaannya lumayan
baik, mengatur kantor, mengelola kasus yang bertumpuk,
mengatur anggaran, dan yang paling penting, bermain
politik di Balai Kota. Tapi ia tidak menyukai orang. Ia lebih
suka menyelesaikan pekerjaan di balik pinta yang terkunci.
. "Baik," katanya kaku, tanpa sedikit pun nada meyakinkan.
Jelas ia tidak menyukai gangguan ini, persis dugaan Clay.
"Aku kebetulan berada di Divisi Pidana pagi tadi pada
saat yang keliru, terjebak harus menangani kasus
pembunuhan, yang lebih suka kualihkan pada orang lain.
Aku baru saja menyelesaikan kasus Traxel, yang seperti
kauketahui, berkepanjangan sampai hampir tiga tahun.
Aku butuh istirahat dari kasus pembunuhan. Bagaimana
kalau kasus itu ditangani salah satu pengacara yang lebih
muda?" "Kau memohon, Mr, Carter?" is bertanya, alisnya
melengkung. "Benar. Boleh tumpukan kasus obat bius dan
pencurian selama beberapa bulan. Itu saja yang kuminta."
"Dan siapa yang kausarankan menangani, uh, apa
kasusnya?" 'Tequila Watson." "Tequila Watson. Siapa
yang seharusnya menanganinya, Mr. Carter?" "Aku tidak
peduli. Aku hanya butuh istirahat." Glenda bersandar di
kursinya, seperti gaya direktur yang sudah tua dan
bijaksana, dan mulai menggigit ujung pena. "Bukankah kita
semua demikian, Mr. Carter? Kita semua ingin istirahat,
bukan?" "Ya atau tidak?" "Kita punya delapan puluh
pengacara di sini, Mr. Carter, setengahnya punya
kualifikasi untuk menangani kasus pembunuhan. Setiap
orang sedikitnya punya dua kasus. Alihkanlah kalau kau
bisa, tapi aku tidak akan memberi perintah untuk
memindahkan kasus ini." |$*; Sewaktu hendak berlalu, Clay
berkata, "Aku ingin sekali mendapatkan kenaikan gaji
kalau kau bisa mengusahakannya." 'Tahun depan, Mr.
Carter. Tahun depan." "Dan seorang paralegal." 'Tahun
depan." Dan berkas perkara Tequila Watson tetap berada
di ruang kerja yang rapi dan teratur milik Jarrett Clay Carter
II, Pengacara. Bangunan itu, bagaimanapun juga, - adalah
penjara. Meskipun baru dan saat grand opening menjadi
sumber kebanggaan bagi sejumlah pimpinan kota,
bangunan tersebut tetaplah penjara. Dirancang konsultan-
kon-sultan pertahanan kota yang hebat dan dilengkapi
perangkat pengaman high-tech, ia masih tetap penjara.
Efisien, aman, manusiawi, dan meskipun dibangun untuk
seabad mendatang, ia langsung penuh pada hari
pembukaan. Dari luar ia menyerupai sebongkah batu bata
merah yang bertengger di sisinya, tanpa jendela, tanpa
harapan, dipenuhi narapidana dan orang-orang tak
terhitung yang menjaga mereka. Untuk membuat hati
merasa lebih nyaman, tempat itu diberi nama Criminal
Justice Center alias Lembaga Pemasyarakatan,
eufemisme modern yang digunakan secara luas oleh
arsitek-arsitek penggarap proyek seperti itu. Bangunan
tersebut adalah penjara. Dan ia adalah bagian dari ladang
nafkah Clay Carter. Ia menemui hampir semua kliennya di
sana, sesudah mereka ditahan dan sebelum mereka
dilepaskan dengan uang jaminan, jika mereka mampu
menyetornya. Kebanyakan tak mampu. Kebanyakan
ditahan karena tindak kejahatan tanpa kekerasan, dan
bersalah atau tidak, mereka tetap dikurung sampai
pemunculan akhir mereka di pengadilan. Tigger Banks
menghabiskan waktu hampir delapan bulan di dalam
penjara itu karena pencurian yang tidak ia lakukan. Ia
kehilangan kedua pekerjaan paro waktunya. Ia kehilangan
apartemennya. Ia kehilangan martabatnya. Telepon terakhir
Tigger pada Clay adalah percakapan mengenaskan hati,
bocah itu meminta uang. Ia memakai kokain lagi, hidup di
jalanan, dan beranjak menuju masalah. Setiap pengacara
pidana di kota ini punya kisah Tigger Banks, seluruhnya
dengan akhir yang tak membahagiakan dan tak ada yang
bisa dilakukan. Butuh biaya $41.000 setahun untuk
menampung seorang narapidana. Mengapa sistem ini
begitu ingin membakar uang? Clay muak dengan
pertanyaan-pertanyaan itu, muak dengan Tigger-Tigger lain
dalam kariernya, dan muak dengan penjara serta para
penjaga bermuka masam yang menyambutnya di pintu
masuk lantai bawah tanah yang digunakan kebanyakan
pengacara. Dan ia muak dengan bau tempat itu, dan
prosedur-prosedur kecil yang konyol pegawai administrasi
yang membaca buku pegangan tentang bagaimana agar
penjara tetap aman. Saat itu pukul 09.00, hari Rabu,
meskipun bagi Clay setiap hari sama. Ia pergi ke jendela
geser di bawah tanda PENGACARA, dan sesudah
pegawai itu yakin Clay sudah menunggu cukup lama, ia
membuka jendela itu dan tak mengucapkan apa-apa. Tak
ada yang perlu diucapkan, karena ia dan Clay telah saling
memelototi tanpa menyapa selama hampir lima tahun
sekarang. Clay menandatangani daftar kunjungan,
mengembalikannya, dan pegawai itu menutup jendela yang
pasti tahan peluru untuk melindunginya dari pengacara-
pengacara yang mengamuk. Glenda mencurahkan waktu
dua tahun untuk mencoba menerapkan metode telepon-
dulu yang sederhana sehingga pengacara-pengacara
OPD, dan orang lain, bisa menelepon satu jam sebelum
tiba dan klien mereka bisa berada di dekat ruang
pertemuan pengacara. Itu permintaan yang sederhana, dan
justru kesederhanaannya itulah yang menyebabkan
permintaan itu tenggelam dalam neraka birokrasi. Ada
sederet kursi menempel ke dinding, tempat para
pengacara diharapkan menunggu sementara permintaan
mereka dikirim pada seseorang di lantai atas dengan
kecepatan seperti siput. Pada pukul 09.00 selalu ada
beberapa pengacara yang duduk di sana, mengutak-atik
berkas perkara, berbisik-bisik ke telepon genggam, tak
menghiraukan satu sama lain. Pada suatu ketika di awal
kariernya yang masih muda, Clay sering membawa buku-
buku hukum tebal untuk dibaca dan ditandai dengan warna
kuning, dengan demikian menimbulkan kekaguman
pengacara lain karena kerajinannya. Kini ia mengeluarkan
koran Post dan membaca rubrik olahraga. Seperti biasa,
ia melihat sepintas arlojinya untuk melihat berapa lama
waktu yang akan terbuang sia-sia karena menunggu
Tequila Watson. Dua puluh empat menit Lumayan. Penjaga
membawanya menyusuri lorong ke ruangan panjang yang
disekat-sekat dengan lembaran Plexiglass tebal. Si
penjaga menunjuk bilik keempat dari ujung, dan Clay
duduk. Dari balik kaca, ia bisa melihat paro lain bilik itu
kosong. Menunggu lagi. Ia mengeluarkan koran dari tas
kerja dan mulai memikirkan pertanyaan untuk Tequila. Bilik
di sebelah kanannya diisi pengacara di tengah
percakapan yang tegang tapi sayup-sayup dengan
kliennya seseorang yang tak bisa dilihat Clay. Si penjaga
kembali dan berbisik pada Clay, seolah percakapan
seperti itu melanggar hukum. "Orangmu baru saja
melewatkan malam yang heboh," katanya sambil
membungkuk dan melirik ke atas pada kamera
kemananan. "Oke," kata Clay. "Ia menerjang seseorang
pukul dua dini hari tadi, memukulinya habis-habisan,
memicu perkelahian hebat. Butuh enam orang kami untuk
melerainya. Keadaannya kacau." "Tequila?" "Watson,
itulah dia. Bocah satunya harus masuk rumah sakit.
Bersiaplah untuk beberapa tuduhan tambahan." "Kau
yakin?" Clay bertanya sambil melihat dari atas pundak.
"Semuanya terekam dalam video." Akhir percakapan.
Mereka mengangkat muka ketika Tequila dibawa ke
tempat duduknya oleh dua penjaga, masing-masing
memegangi satu siku. Ia diborgol, dan meskipun para
tahanan biasanya dibebaskan untuk bicara dengan
pengacara mereka borgol Tequila tidak dibuka. Ia duduk.
Penjaga-penjaga itu bergeser menjauh tapi tetap tinggal di
dekatnya. Mata kirinya bengkak hingga tertutup, dengan
darah kering di kedua sudutnya. Yang kanan terbuka dan
pupilnya merah darah. Ada plester dan perban di tengah
keningnya, dan Band-Aid di dagu. Bibir dan rahangnya
melepuh dan bengkak sampai Clay ragu apakah ia
berhadapan dengan klien yang benar. Seseorang baru
saja memukuli laki-laki yang duduk satu meter darinya,
terpisah Plexiglass. Clay mengangkat gagang telepon
hitam dan memberi tanda pada Tequila untuk berbuat
sama. Ia memegangnya dengan canggung dengan dua
tangan. "Kau Tequila Watson?" Clay bertanya dengan
sebanyak mungkin kontak mata. Ia mengangguk
mengiyakan, sangat lamban, seolah tulang-tulang longgar
bergeser di seluruh kepalanya. "Kau sudah menemui
dokter?" Satu anggukan, ya. "Apakah polisi yang
melakukan ini padamu?" Tanpa sangsi ia menggelengkan
kepala. Tidak. "Orang lain di sel yang melakukannya?"
Satu anggukan, ya. "Polisi-polisi itu mengatakan padaku
kaulah yang memulai perkelahian, memukuli seseorang
sampai masuk rumah sakit. Apakah itu benar?" Satu
anggukan, ya. Sulit membayangkan Tequila Watson,
dengan bobot cuma 75 kilogram, memukuli orang di dalam
sel yang penuh sesak di penjara D.C. "Apakah kau kenal
bocah itu?" Gerakan mendatar. Tidak. Sejauh ini telepon
tidak diperlukan, dan Clay bosan dengan bahasa isyarat
ini. "Sebenarnya mengapa kau memukuli bocah itu?"
Dengan susah payah bibir bengkak itu akhirnya membuka.
"Aku tidak tahu," ia berhasil mendengus, kata-katanya
meluncur lambat dan penuh kesakitan. "Bagus sekali,
Tequila. Itu memberiku dasar untuk bekerja. Bagaimana
kalau membela diri? Apakah bocah itu mencoba
menyakitimu? Melontarkan pukulan pertama?" 'Tidak."
"Apakah ia memakai obat atau mabuk?" "Tidak." "Apakah
omongannya mengganggu, mengancam, atau
semacamnya?" "Ia sedang tidur." 'Tidur?" "Yeah." "Apakah
ia mendengkur terlalu keras? Lupakanlah." Si pengacara
memutuskan kontak mata, ia tiba-tiba perlu menuliskan
sesuatu di buku catatan kuningnya. Clay menuliskan
tanggal, waktu, tempat, nama klien, lalu kehabisan fakta
penting untuk dicatat Ia punya seratus pertanyaan di dalam
benaknya, dan sesudah itu ada seratus pertanyaan lain.
Dalam wawancara awal seperti ini, pertanyaan-pertanyaan
tersebut jarang bervariasi, hanya garis besar kehidupan
kliennya yang menyedihkan dan bagaimana mereka
sampai bertemu. Kebenaran dijaga bak permata langka,
disampaikan lewat Plexiglass hanya bila si klien tidak
terancam. Pertanyaan-pertanyaan tentang keluarga,
sekolah, pekerjaan, dan teman-teman biasanya dijawab
dengan cukup jujur. Tetapi pertanyaan-pertanyaan
berkaitan dengan tindak kejahatan butuh kecanggihan
bermain. Setiap pengacara pidana tahu untuk tidak terlalu
banyak bicara tentang tindak kejahatan itu pada
wawancara-wawancara pertama. Galilah rinciannya di
tempat lain. Lakukanlah penyelidikan tanpa petunjuk klien.
Kebenarannya mungkin akan terungkap kelak. Akan tetapi.
Tequila sepertinya agak berbeda. Sejauh ini. ia tidak
menunjukkan ketakutan akan kebenaran. : Clay
memutuskan menghemat berjam-jam waktunya yang
berharga. Ia mencondongkan badan lebih dekat dan
memelankan suara. "Kata mereka kau membunuh
seseorang, lima kali menembak kepalanya." Kepala yang
bengkak itu mengangguk sedikit. "Seseorang bernama
Ramon Pumphrey, juga dikenal sebagai Pumpkin. Apakah
kau kenal orang ini?" Satu anggukan, ya. "Apakah kau
menembaknya?" Suara Clay nyaris seperti berbisik.
Penjaga-penjaga itu tertidur tetapi pertanyaan seperti itu
tetaplah bukan pertanyaan yang diajukan pengacara,
sedikitnya tidak di dalam penjara. "Ya," jawab Tequila lirih.
HfF" "Lima kali?" "Aku kira enam." Oh well, persidangan
akan percuma saja kalau begini caranya. Aku akan
membuat kasus ini ditutup dalam enam puluh hari, pikir
Clay dalam hati. Tawar-menawar yang cepat. Pengakuan
bersalah sebagai imbalan untuk penjara seumur hidup.
"Transaksi narkoba?" ia bertanya. "Tidak." "Apakah kau
merampoknya?" I Tidak." Tolonglah aku, Tequila. Kau
punya alasan, bukan?" "Aku kenal dia." "Itu saja? Kau
kenal dia? Itukah dalih terbaik darimu?" Ia mengangguk
tapi tak mengucapkan apa-apa. "Soal perempuan, bukan?
Kau memergokinya dengan pacarmu? Kau punya pacar,
bukan?" Ia menggeleng. Tidak. "Apakah penembakan itu
ada kaitannya dengan seks?" Tidak. "Bicaralah padaku,
Tequila, aku pengacaramu. Akulah satu-satunya orang di
planet ini yang saat ini berusaha menolongmu. Beri aku
sesuatu sebagai dasar untuk bekerja." "Aku dulu suka beli
obat dari Pumpkin." "Sekarang kau bicara. Sudah berapa
lama?" "Beberapa tahun." "Oke. Apakah ia berutang uang
atau obat padamu? Apakah kau berutang sesuatu
padanya?" "Tidak." Clay menghela napas panjang dan
untuk pertama kalinya memperhatikan tangan Tequila.
Kedua tangan itu terbuka oleh takikan-takikan kecil dan
bengkak begitu parah sehingga tak satu pun buku jarinya
kelihatan. "Kau sering berkelahi?" Mungkin anggukan,
mungkin gelengan. "Tidak lagi." "Kau dulu begitu?"
"Masalah anak-anak. Aku pernah sekali berkelahi dengan
Pumpkin." Akhirnya. Clay kembali menarik napas dalam
dan mengangkat pena. 'Terima kasih, Sir, atas
pertolonganmu- Kapan tepatnya kau berkelahi dengan
Pumpkin?" "Sudah lama." "Umur berapa kau waktu itu?"
Pundak diangkat, jawaban atas pertanyaan dungu. Clay
tahu dari pengalaman bahwa para kliennya tidak punya
konsep tentang waktu. Mereka dirampok kemarin atau
mereka ditahan bulan lalu, tapi cobalah menggali ke tiga
puluh hari yang lalu, maka semua sejarah meleleh jadi satu.
Kehidupan jalanan adalah pergulatan untuk bertahan hidup
hari ini, tidak ada waktu untuk mengenang-ngenang dan
tak ada apa pun di masa lalu untuk dikenang. Tidak ada
masa depan sehingga acuan waktu seperti itu tidaklah
dikenal. "Anak-anak," Tequila berkata, bertahan dengan
jawaban singkat, mungkin kebiasaan dengan ataupun
tanpa rahang patah. "Umur berapa kau waktu itu?"
"Mungkin dua belas." "Kalian di sekolah?" "Main basket."
"Apakah itu perkelahian hebat, dengan luka dan tulang
patah atau semacamnya?" "Tidak. Anak-anak besar
melerainya." Clay meletakkan gagang telepon sesaat dan
menyusun ringkasan pembelaannya. Bapak dan Ibu
anggota juri, klien saya menembak Mr. Pumphrey (yang
tidak bersenjata) lima atau enam kali dalam jarak dekat di
gang kumuh dengan pistol curian karena dua alasan;
pertama, ia mengenalnya, dan kedua, mereka pernah
saling dorong di taman bermain sekitar delapan tahun lalu.
Mungkin kedengarannya bukan alasan, bapak-ibu
sekalian, tapi kita semua tahu bahwa di Washington, D.C.
dua alasan tersebut sama baiknya dengan alasan lain apa
pun. Melalui telepon itu lagi, ia bertanya, "Apakah kau
sering bertemu Pumpkin?" "Tidak." "Kapan terakhir kali
kau bertemu dengannya sebelum ia tertembak?" Pundak
diangkat. Persoalan kembali ke masalah waktu. "Apakah
kau bertemu dengannya sekali seminggu?" 'Tidak." "Sekali
sebulan?" "Mungkin." "Ketika bertemu dengannya dua hari
yang lalu, apakah kau bertengkar mulut dengannya?
Bantulah aku di sini, Tequila, aku bekerja terlalu keras
untuk mendapatkan detail." "Kami tidak bertengkar."
"Mengapa kau pergi ke gang itu?" Tequila meletakkan
gagang telepon dan mulai menggerakkan kepala ke depan
dan belakang, sangat perlahan-lahan, untuk mengendurkan
kekakuan. Ia jelas kesakitan. Borgol itu tampak mengiris
ke dalam kulitnya. Ketika mengangkat gagang telepon itu
kembali, ia berkata, "Akan kukatakan yang sebenarnya.
Aku punya pistol, dan ingin menembak seseorang. Siapa
saja, tak jadi soal. Aku meninggalkan Camp dan mulai
berjalan begitu saja, tanpa tujuan, mencari-cari seseorang
untuk ditembak. Aku hampir menembak laki-laki Korea di
luar tokonya, tapi di 35 sana ada terlalu banyak orang. Aku
melihat Pumpkin Aku kenal dia. Kami bicara sebentar.
Kukatakan aku punya kokain kalau ia mau memakainya.
Kami pergi ke gang itu. Kutembak bocah itu. Aku tidak
tahu apa alasannya. Aku cuma ingin membunuh
seseorang." Ketika jelas bahwa penuturan itu selesai, Clay
bertanya, "Apa itu Camp?" Tempat rehabilitasi. Di situlah
aku tinggal." I "Sudah berapa lama kau di sana?" Lagi-lagi
soal waktu. Tapi jawabannya sangat mengejutkan.
"Seratus lima belas hari?" "Kau sudah seratus lima belas
hari bersih dari obat-obatan?" "Ya." "Kau bersih waktu
menembak Pumpkin?" "Ya. Sampai sekarang. Seratus
enam belas hari." "Kau pernah menembak orang sebelum
itu?" Tidak." "Dari mana kau mendapatkan senjata itu?"
"Mencurinya dari rumah sepupuku." "Bukankah Camp
tempat yang tertutup?" "Ya." "Apakah kau kabur?" "Aku
mendapat dua jam. Sesudah seratus hari, kau boleh keluar
selama dua jam, lalu masuk kembali." "Jadi kau berjalan
keluar dari Camp, pergi ke rumah sepupumu, mencuri
sepucuk pistol, lalu berjalan-jalan mencari seseorang untuk
ditembak, dan kau menemukan Pumpkin?" Tequila
mengangguk di akhir kalimat tersebut. "Itulah yang terjadi.
Jangan tanya mengapa. * Aku tidak tahu. Aku sama sekali
tidak tahu." Mungkin ada sedikit air mata pada mata kanan
Tequila yang merah, mungkin muncul karena perasaan
bersalah dan menyesal tapi Clay tidak bisa memastikan. Ia
mengeluarkan beberapa dokumen dari tas kerja dan
menyorongkannya melewati celah. "Tandatanganilah di
bagian yang diberi tanda merah. Aku akan kembali
beberapa hari lagi." Tequila mengabaikan kertas-kertas
itu. "Apa yang akan terjadi padaku?" ia bertanya. "Kita
akan bicarakan soal itu nanti." "Kapan aku bisa keluar?"
"Mungkin masih lama." 37 Orang-orang yang mengelola
Deliverance Camp merasa tak ada perlunya bersembunyi
dari masalah. Mereka tidak berusaha menyingkir dari zona
peperangan tempat mereka mengambil korban-korban
mereka. Tak ada fasilitas tenang di pinggir kota. Tak ada
klinik terpencil di bagian kota yang lebih baik. Penghuni
mereka datang dari jalanan dan mereka akan kembali ke
jalanan. Camp menghadap ke W Street di NW, kelihatan
dari sederetan rumah petak ditutup palang kayu yang
kadang digunakan pengedar narkoba. Dari sana terlihat
jelas lapangan kosong pompa bensin lama yang terkenal
itu. Di sini penjual narkoba bertemu penjual grosiran
mereka dan melakukan transaksi tanpa peduli siapa yang
mungkin melihat. Menurut catatan tidak resmi pihak
kepolisian, lapangan itu memproduksi mayat-mayat
tertembus peluru lebih banyak daripada tempat mana pun
di DC. Clay mengemudikan mobilnya perlahan-lahan
menyusuri W Street, semua pintunya dikunci, tangannya
mencengkeram kemudi, matanya waspada memandang
ke segala penjuru, telinganya menunggu suara letusan
senjata api yang tak terelakkan. Bocah kulit putih di ghetto
ini merupakan sasaran yang sangat menggoda, tak peduli
waktunya. 4 D Camp adalah gudang tua, lama dibiarkan
telantar oleh entah siapa yang terakhir memanfaatkannya
untuk menyimpan barang, dicampakkan kota ini, lalu
dilelang seharga beberapa dolar pada suatu yayasan
nirlaba yang entah bagaimana melihat potensinya. D
Camp adalah sosok bangunan besar, bata merahnya
disemprot warna merah anggur dari trotoar hingga atap,
dengan beberapa tingkat bawahnya dicat ulang oleh para
spesialis grafiti daerah itu. Bangunan tersebut terbentang
di jalan lalu ke belakang sampai satu blok. Semua pintu
dan jendela pada sisi-sisinya sudah ditutup semen dan
dicat, dengan demikian pagar dan kawat duri tidak
dibutuhkan. Siapa saja yang berniat kabur tentu butuh
martil, pahat, dan sehari kerja keras tanpa henti. Clay
memarkir Honda Accord-nya tepat di depan bangunan dan
berdebat dengan diri sendiri apakah akan tancap gas
pergi atau keluar. Ada papan nama kecil di atas pintu
ganda tebal: DELIVERANCE CAMP. BUKAN UNTUK
UMUM. Dilarang masuk tanpa izin. Seolah orang bisa
masuk begitu saja, atau ingin melakukannya. Di sekitarnya
berkeliaran berbagai macam orang jalanan: beberapa
preman muda yang tak disangsikan membawa narkoba
dan cukup senjata untuk menahan polisi, sepasang
gelandangan yang berjalan terhuyung-huyung, sepertinya
anggota keluarga yang menunggu untuk mengunjungi
mereka yang ada di dalam D Camp. Pekerjaannya
membawanya ke hampir semua tempat yang tak
dikehendaki di D.C, dan ia sudah terampil berakting
seolah tak kenal takut Aku pengacara. Aku ke sini untuk
urusan pekerjaan. Jangan halangi aku. Jangan bicara
padaku. Dalam kurun waktu hampir lima tahun di OPD, ia
belum pernah ditembak. Ia mengunci Accord itu dan
meninggalkannya di pinggir jalan. Sambil melakukan hal
itu, ia dengan sedih mengakui pada diri sendiri bahwa
seandainya ada preman di jalan itu yang tertarik pada
mobil kecilnya, pasti jumlahnya tidaklah banyak. Mobil
tersebut berusia dua belas tahun dan sudah terpakai
hampir 322.000 kilometer. Ambillah, katanya. Ia menahan
napas dan mengabaikan pandangan ingin tahu
gerombolan itu. Tak ada wajah putih lain dalam radius tiga
kilometer dari sini, pikirnya. Ia menekan tombol di sebelah
pintu dan terdengar suara bergemerisik melalui interkom.
"Siapa?" "Nama saya Clay Carter. Saya pengacara. Saya
ada janji dengan Talmadge X pukul sebelas ini." Ia
mengucapkan nama itu dengan jelas, masih yakin itu suatu
kekeliruan. Dalam pembicaraan telepon ia menanyai si
sekretaris bagaimana mengeja nama belakang Mr. X, dan
sekretaris itu berkata, dengan agak kasar, bahwa itu sama
sekali bukan nama belakang. Kalau begitu apa? Itu hanya
huruf X. Terima atau tidak, terserah. Tidak akan ada yang
berubah. Tunggu sebentar," suara itu berkata, dan Clay
menunggu. Ia menatap pintu, -mencoba dengan sia-sia
untuk mengabaikan segala di sekitarnya. Ia menyadari
adanya gerakan di sisi kirinya, sesuatu yang dekat. "Nah,
man, kau pengacara?" Terdengar pertanyaan itu, suara
pemuda kulit hitam bernada tinggi melengking, cukup
keras untuk didengar semua orang. Clay menoleh dan
melihat kacamata hitam funky pengusiknya. "Ya,"
jawabnya, semantap mungkin. "Kau bukan pengacara,"
tukas pemuda itu. Gerombolan kecil terbentuk di
belakangnya, semua memandanginya. "Aku khawatir
begitu," kata Clay. "Tak mungkin kau pengacara, man."
"Tidak mungkin," salah seorang dalam gerombolan itu
menimpali. "Kau benar pengacara?" "Ya," kata Clay,
mengikuti permainan. "Kalau kau pengacara, mengapa
kau pakai mobil rongsokan butut seperti itu?" Clay tak tahu
pasti mana yang lebih menyakitkan— tawa cemooh dari
pinggir jalan atau kebenaran pernyataan itu sendiri. Ia
membuat keadaan jadi lebih parah. "Istriku memakai
Mercedes," ia berkata, upaya yang buruk untuk
melontarkan humor. "Kau tidak punya istri. Kau tidak pakai
cincin kawin." Apa lagi yang mereka perhatikan? Clay
bertanya pada diri sendiri. Mereka masih tertawa ketika
salah satu pintu berdetak dan membuka. Ia dengan susah
payah berhasil melangkah ke dalam dengan santai,
bukannya kabur mencari keselamatan. Ruang penerimaan
tamu itu bagai bunker dengan lantai beton, dinding bata,
pintu-pintu besi, tanpa jendela, langit-langit rendah,
beberapa lampu, segalanya ada kecuali karung-karung
pasir dan senjata. Di belakang meja panjang standar
kantor pemerintah ada resepsionis yang menjawab dua
telepon. Tanpa mengangkat muka ia berkata, "Ia akan ke
sini sebentar lagi." Talmadge X adalah laki-laki kurus,
penuh semangat, berusia lima puluhan, tanpa sedikit pun
lemak pada sosoknya yang ramping, tanpa secercah pun
senyum pada wajahnya yang keriput dan tua. Matanya
besar dan menyimpan luka, yang ditorehkan kehidupan
jalanan selama berpuluh tahun. Ia sangat hitam dan
pakaiannya sangat putih—kemeja katun dan celana dari
kain tebal kaku. Sepatu bot tempur yang digosok mengilap
sempurna. Kepalanya juga mengilat, tanpa sehelai rambut
pun. Ia menunjuk kursi satu-satunya di dalam kantornya
yang seadanya, dan menutup pintu. "Kau punya
dokumen?" ia bertanya pendek. Jelas basa-basi bukan
bakarnya. Clay mengangsurkan dokumen-dokumen yang
diperlukan, semua berisi tulisan cakar ayam Tequila
Watson yang diborgol. Clay melihat ia tidak memakai
arloji, juga tak suka jam dinding. Waktu telah ditinggalkan
di pintu depan sana. "Kapan ia menandatangani ini?"
"Semua tertanggal hari ini. Aku menemuinya sekitar dua
jam yang lalu di penjara." "Dan kau pembelanya?"
Talmadge X bertanya. "Resminya?" Laki-laki ini sudah
berpengalaman menghadapi sistem peradilan pidana. "Ya.
Ditunjuk pengadilan, ditugaskan Kantor Pembela Publik,"
"Glenda masih di sana?" "Ya." "Kami sudah lama kenal."
Hanya sejauh itulah basa-basi mereka. "Apakah kau tahu
tentang penembakan itu?" Clay bertanya, sambil
mengambil notes dari tas kerja. 'Tidak, sampai kau
menelepon satu jam yang lalu. Kami tahu ia pergi hari
Selasa dan tidak kembali, tahu ada yang tidak beres, tapi
toh memang kami selalu siap ada yang tidak beres." Kata-
katanya lambat dan tepat, matanya sering berkedip tapi
sorotnya tak pernah beralih. "Ceritakan padaku apa yang
terjadi" "Semua ini rahasia, bukan?" Clay bertanya. "Aku
penasihatnya. Aku juga pendetanya. Kau pengacaranya.
Segala yang terucap di dalam ruangan ini tetap tinggal di
ruangan ini. Setuju?" "Baik." Clay memberitahukan detail
yang telah dikumpulkannya sejauh ini, termasuk cerita versi
Tequila. Secara teknis dan etis, ia tidak seharusnya
mengungkapkan pada siapa pun segala pernyataan yang
disampaikan klien padanya. Tapi siapa peduli? Talmadge
X tahu tentang Tequila Watson jauh lebih banyak daripada
yang bisa diketahui Clay. Sewaktu ceritanya berlanjut dan
peristiwa-peristiwa dipaparkan di depan Talmadge X,
tatapan matanya akhirnya terputus dan ia memejamkan
mata. Ia menengadahkan kepala, memandang langit-langit,
seolah ingin bertanya pada Tuhan mengapa ini terjadi. Ia
melamun, tenggelam dalam pikiran sendiri dan sangat
prihatin. Ketika Clay selesai, Talmadge X bertanya, "Apa
yang bisa kulakukan?" "Aku ingin melihat arsipnya. Ia
sudah memberiku wewenang." Berkas arsip itu tergeletak
di meja di depan Talmadge X. "Nanti," katanya. 'Tapi mari
kita bicara lebih dulu Apa yang ingin kauketahui?" "Mari
kita mulai dengan Tequila. Dari manakah asalnya?"
Tatapan itu kembali, Talmadge siap membantu. "Dari
jalan, dari tempat mereka semua berasal. Ia dirujuk Dinas
Sosial, sebab ia kasus yang tanpa harapan. Tanpa
keluarga untuk diajak bicara. Tak pernah tahu siapa
ayahnya. Ibunya tewas karena j AIDS ketika ia berumur tiga
tahun. Dibesarkan satu atau dua bibi, dititipkan berpindah-
pindah pada keluarga, rumah yatim piatu di sana-sini,
keluar-masuk pengadilan dan penjara khusus untuk remaja.
Putus sekolah. Kasus yang tipikal bagi kami. Kau tahu
tentang D Camp?" "Tidak." "Kami mendapatkan kasus-
kasus berat, para pedanda permanen. Kami mengurung
mereka berbulan-bulan, memberi mereka lmgkungan
seperti kamp latihan perang. Kami berdelapan di sini,
delapan penasihat, dan kami semua adalah pencandu,
sekali jadi pencandu selamanya pecandu, tapi kau harus
tahu itu. Empat di antara kami kini adalah pendeta. Aku
sudah tiga belas tahun memberikan pelayanan untuk
kasus-kasus narkoba dan perampokan, kemudian aku
menemukan Yesus. Omong-omong, kami mengkhususkan
diri pada pencandu-pencandu crack berusia muda yang
tak bisa ditolong orang lain." "Cuma crackT "Crack-lah
biang keroknya, man. Murah, banyak, membawa pikiranmu
lepas dari kehidupan selama beberapa menit. Begitu mulai
memakainya, kau takkan bisa berhenti." 'Tequila tidak bisa
bercerita banyak tentang catatan tindak* kejahatannya."
Talmadge X membuka berkas dan membalik-balik
halaman. "Itu mungkin karena ia tidak bisa mengingat
banyak. Tequila telah bertahun-tahun memakai narkoba. Ini
dia; segala macam kejahatan kecil ketika ia masih remaja,
perampokan, pencurian mobil, segala hal biasa yang kami
semua lakukan agar bisa membeli obat Pada umur
delapan belas tahun, ia menjalani kurungan selama empat
bulan karena mengutil barang di toko. Ia ditangkap karena
memiliki narkoba tahun lalu, dipenjara tiga bulan. Bukan
catatan yang buruk bagi salah satu di antara kami. Tak ada
apa pun yang disertai kekerasan." "Berapa kali ia
melakukan tindak pidana berat?" "Aku tidak melihat satu
pun." "Aku kira itu akan menolong," kata Clay. 'Dari segi
tertentu." "Kedengarannya takkan ada apa pun yang bisa
menolong." "Aku diberitahu bahwa ada dua saksi mata.
Aku tidak optimis." "Apakah ia sudah mengaku pada
polisi?" "Belum. Mereka bercerita padaku bahwa ia
mengunci mulut ketika mereka menangkapnya dan tidak
bicara apa-apa." "Itu langka." "Benar," kata Clay;
"Gelagatnya kurungan seumur hidup tanpa pembebasan
bersyarat." kata Talmadge X, menyuarakan pendapat
berdasarkan pengalaman. "Kau benar." 'Itu bukan kiamat
bagi kita, kau tahu, Mr. Carter. Dalam berbagai segi,
kehidupan di penjara lebih baik daripada kehidupan di
jalanan. Aku punya banyak teman yang lebih menyukainya.
Sedihnya, Tequila adalah satu di antara sedikit yang
seharusnya bisa jadi orang." "Mengapa begitu?" "Bocah
itu punya otak. Ketika kami berhasil melepaskannya dari
kecanduan dan membuatnya sehat, ia merasa begitu
senang dengan keadaannya. Untuk pertama kali dalam
hidup dewasanya, ia bebas dari ketergantungan. Ia .tidak
bisa membaca, jadi kami mengajarinya. Ia suka
menggambar maka kami mendorongnya berkesenian.
Kami tak pernah merasakan gairah kegembiraan di sini,
tapi Tequila membuat kami bangga. Ia bahkan berpikir
untuk mengganti nama, karena alasan yang jelas." "Kau
tidak pernah merasakan gairah kegembiraan?" "Kami
kehilangan enam puluh enam persen, Mr. Carter. Dua
pertiga. Kami membawa mereka masuk ke sini dalam
keadaan sakit seperti anjing, mabuk berat, tubuh dan otak
mereka terpanggang crack, kurang gizi, bahkan kelaparan,
kudisan, rambut rontok, pencandu-pencandu paling sakit
yang bisa diproduksi oleh D.C, dan kami menggemukkan
mereka, membersihkan mereka, mengurung mereka
dalam program latihan dasar di mana mereka bangun
pukul enam pagi, membersihkan kamar mereka dan
menunggu inspeksi, sarapan pukul setengah tujuh, lalu cuci
otak nonstop dari sekelompok penasihat tangguh yang
semuanya pernah berada dalam kondisi seperti mereka,
tidak ada tahi kucing, maafkan bahasaku, jangan coba-
coba menipu kami sebab kami semua penipu. Sesudah
satu bulan mereka bersih dan mereka sangat bangga.
Mereka tidak merasa kehilangan dunia luar sebab tak ada
apa pun yang baik menunggu mereka—tak ada pekerjaan,
tak ada keluarga, tak ada yang menyayangi mereka.
Mereka gampang dicuci otak, dan kami tak kenal ampun.
Setelah tiga bulan, tergantung si pasien, kami mungkin
melepasnya kembali ke jalan selama satu atau dua jam
sehari. Sembilan dari sepuluh kembali, tak sabar untuk
pulang ke kamar sempit mereka. Kami menahan mereka
selama satu tahun, Mr. Carter. Dua belas bulan, tak kurang
sehari pun. Kami berusaha sedikit mendidik mereka,
mungkin memberi sedikit pelatihan kerja dengan komputer.
Kami bekerja keras mencarikan pekerjaan untuk mereka.
Mereka lulus, kami semua menangis. Mereka pergi, dan
dalam setahun dua pertiga dari mereka kembali memakai
crack dan terancam terjeblos lagi." "Apakah kau
mengambil mereka kembali?" "Jarang. Kalau mereka tahu
mereka bisa kembali, maka lebih besar kemungkinan
mereka akan sembrono." "Apa yang terjadi dengan
sepertiga sisanya?" "Itulah sebabnya kami ada di sini, Mr.
Carter. Itulah sebabnya aku jadi penasihat. Orang-orang
itu, seperti diriku, berhasil selamat di dunia, dan mereka
melakukannya dengan ketegaran yang takkan dimengerti
siapa pun. Kami pernah ke neraka dan kembali lagi dan
sungguh buruk jalan yang harus ditempuh. Banyak di antara
yang selamat itu bekerja menolong pencandu-pencandu
lain." "Berapa banyak yang bisa kau tampung sekaligus?"
"Kami punya delapan puluh ranjang, semuanya penuh.
Kami punya ruangan untuk dua kali lipat jumlah itu, tapi tak
pernah ada cukup uang." "Siapakah yang mendanai
kalian?" "Delapan puluh persen dari dana federal, dan
tidak ada jaminan kepastian dari tahun ke tahun. Sisanya
kami mengemis dari yayasan-yayasan. Kami terlalu sibuk
untuk bisa mengumpulkan banyak uang." F' Clay membalik
satu halaman dan membuat catatan. 'Tidak ada seorang
pun anggota keluarga yang bisa kuajak bicara?" Talmadge
X membalik-balik berkas arsipnya lalu menggelengkan
kepala. "Mungkin ada bibi entah di mana. tapi jangan
berharap banyak. Kalaupun kau menemukannya
bagaimana ia bisa membantumu?" "Tidak bisa Tapi
menyenangkan kalau ada anggota keluarga untuk
dihubungi." Talmadge X terus membalik-balik arsip seolah
ada sesuatu dalam benaknya. Clay curiga ia mencari-cari
catatan atau dokumen yang perlu diambil sebelum berkas
itu diserahkan. "Kapan aku bisa melihat itu?" Clay
bertanya. "Bagaimana kalau besok? Aku ingin menelitinya
lebih dulu" Clay mengangkat pundak. Kalau Talmadge X
mengatakan besok, maka besoklah kejadiannya "Baiklah,
Mr. Carter, aku tidak memahami motifnya. Ceritakanlah
apa alasannya." "Aku tidak bisa. Kaulah yang seharusnya
memberitahuku. Hampir empat bulan kau mengenalnya
Tak ada sejarah tindak kekerasan atau penyalahgunaan
senjata. Tak ada kecenderungan berkelahi.
Kedengarannya ia pasien teladan. Kau telah melihat
semuanya. Coba katakan padaku apa alasannya." "Aku
sudah melihat segalanya," Talmadge X berkata, matanya
jadi lebih sedih daripada sebelumnya. "Tapi aku belum
pernah menyaksikan yang seperti ini. Bocah itu takut
kekerasan.' Kami tidak menolerir perkelahian di sini, tapi
anak lelaki tetaplah anak lelaki, dan selalu ada intimidasi.
Tequila termasuk yang lemah. Tidak terbayangkan ia
meninggalkan tempat ini, mencuri, senjata, memilih korban
secara acak, dan membunuhnya. Dan tidak terbayangkan
ia menyerang seseorang di penjara sehingga orang itu "
sampai masuk rumah' sakit. Aku tidak mempercayainya."
"Jadi apa yang akan kukatakan pada juri?" "Juri apa?
Sidangnya pasti berdasarkan pengakuan bersalah dan kau
tahu itu. Ia sudah tamat, terjeblos di penjara sepanjang sisa
hidupnya. Aku yakin ia kenal banyak orang di sana" Ada
keheningan panjang dalam percakapan itu, jeda yang
sepertinya tak sedikit pun mengusik Talmadge X. Ia
menutup berkas dan mendorongnya ke pinggir. Pertemuan
ini akan berakhir. Tapi Clay si pengunjung. Sudah saatnya
untuk pergi. "Aku akan kembali besok," katanya "Pukul
berapa?" "Sesudah pukul sepuluh," kata Talmadge X. "Aku
akan mengantarmu keluar." "Tidak perlu," Clay berkata,
senang dengan kawalan itu. Gerombolan di luar bertambah
besar dan tampaknya menunggu si pengacara keluar dari
D Camp. Mereka duduk-duduk dan bersandar pada
Accord, yang masih di sana dan tetap utuh. Apa pun
permainan yang mereka rencanakan seketika itu juga
terlupakan saat melihat Talmadge X. Dengan sekali
mengentakkan kepala ia membubarkan gerombolan itu,
dan Clay memacu mobilnya pergi, tak kurang suatu apa
pun dan ngeri dengan kunjungannya kembali besok. Ia
mengemudi delapan blok dan menemukan Lamont Street,
lalu tikungan Georgia Avenue, di mana ia berhenti sejenak
untuk sepintas melihat * keadaan. Di sana banyak sekali
gang kecil tempat seseorang mungkin menembak orang
lain, dan ia tidak berniat pergi mencari darah. Daerah itu
sama terpencilnya dengan yang baru saja ia tinggalkan. Ia
akan kembali lagi nanti bersama Rodney, paralegal kulit
hitam yang kenal jalanan itu, dan mereka akan memeriksa
dan bertanya-tanya. Potomac Country Club di McLean,
Virginia didirikan seratus tahun yang lalu oleh orang-orang
kaya yang dihina country club lain. Orang-orang kaya
sanggup menolerir apa pun, kecuali penolakan. Orang-
orang buangan itu memompakan sumber daya mereka
yang besar luar biasa ke Potomac dan membangun klub
terbaik di wilayah D.C. Mereka menarik para senator dari
klub-klub pesaing dan mememikat anggota-anggota
terkemuka lainnya dan tak lama kemudian Potomac
berhasil membeli kehormatan. Begitu memiliki cukup
anggota untuk bertahan, ia mulai melakukan praktik wajib
menyisihkan yang lain. Meskipun masih dikenal sebagai
country club baru, klub itu tampak dan merasa dan
bersikap seperti yang lainnya. Namun demikian, ia
berbeda dalam satu segi penting. Potomac tak pernah
menyangkal fakta bahwa keanggotaannya bisa langsung
dibeli bila seseorang punya cukup uang. Lupakan daftar
tunggu, komite seleksi, dan pemungutan suara secara
rahasia oleh dewan penerimaan. Bila kau orang baru di
D.C, atau bila kau mendadak jadi kaya maka status dan
prestise dapat diperoleh dalam semalam bila cekmu cukup
besar. Sebagai hasilnya Potomac memiliki lapangan golf,
sarana tenis, kolam renang, clubhouse, ruang makan
paling bagus, segala yang diinginkan country club
ambisius. Sejauh yang bisa diketahui Clay, Bennett Van
Horn menulis-cek dengan nilai besar. Tak peduli apa pun
statusnya saat ini, orangtua Clay tidak memiliki uang dan
pasti tidak akan diterima di Potomac. Ayahnya pernah
menggugat Bennett delapan belas tahun yang lalu karena
transaksi real estate yang buruk di Alexandria. Waktu itu,
Bennett realtor dengan mulut besar, banyak utang, dan
sangat sedikit aset yang tak dibebani utang. Waktu itu ia
bukan anggota Potomac Country Club, meskipun kini
berlagak seolah lahir di sana. Bennett the Bulldozer
menemukan ladang emas di akhir dekade delapan puluhan
ketika menyerbu hamparan perbukitan Virginia. Transaksi-
transaksi berjatuhan mulus pada tempatnya. Mitra-mitra
berhasil didapatkan. Ia bukan pencipta gaya babat-dan-
bakar ala pengembangan real estate di luar kota, tetapi ia
jelas menyempurnakan gaya tersebut. Di bukit-bukit yang
masih perawan ia membangun mail. Di dekat tanah
keramat bekas pertempuran, ia membangun kompleks
perumahan. Ia meratakan seluruh desa demi salah satu
pengembangan real estate yang direncanakannya—
apartemen, kondominium, rumah besar, rumah kecil,
taman di tengahnya dengan kolam dangkal berdasar
lumpur dan dua lapangan tenis, daerah pertokoan kecil
menarik yang tampak indah di kantor sang arsitek tapi tak
pernah dibangun. Ironisnya, meskipun ironi tak mempan
lagi pada Bennett, ia menamai proyek-proyek babat hutan
itu menurut nama lingkungan yang dihancurkannya—Rolling
Meadows, Whispering Oaks, Forest Hills, dan sebagainya.
Ia bergabung dengan para pengembang lain dan melobi
para wakil rakyat di negara bagian Richmond, meminta
lebih banyak uang agar lebih banyak jalan dibangun
sehingga lebih banyak lahan dijadikan real estate dan lebih
banyak lalu lintas diciptakan. Dengan berbuat demikian, ia
menjadi tokoh dalam permainan politik, dan egonya pun
membengkak. Di awal dekade sembilan puluhan,
kelompok perusahaan BVH Group miliknya tumbuh pesat,
dengan pendapatan meningkat dengan kecepatan sedikit
lebih tinggi daripada pembayaran utang. Ia dan istrinya,
Barb, membeli rumah di kawasan prestisius McLean.
Mereka bergabung dengan Potomac Country Club dan
menjadi tamu tetap di sana. Mereka bekerja keras
menciptakan ilusi bahwa mereka selalu punya uang. Pada
tahun 1994, menurut laporan SEC—Komisi Surat
Berharga dan Bursa—yang dengan cermat dipelajari Clay
dan disimpannya, Bennett memutuskan untuk membawa
perusahaannya go public dan berhasil menangguk $200
juta. Ia merencanakan memakai uang tersebut untuk
melunasi sejumlah utang, tapi, yang lebih penting lagi,
untuk "...berinvestasi dalam masa depan tanpa batas dari
Northern Virginia," Dengan kata lain, lebih banyak
buldoser, lebih banyak pengembangan dengan cara babat-
dan-bakar. Membayangkan Bennett Van Horn dengan
uang sebanyak itu tentu membuat dealer-dealer Caterpillar
setempat bergairah. Dan hal itu mestinya membuat
pemerintah daerah merasa ngeri, tetapi mereka tidur saja.
Dikelola bankir investasi cemerlang, saham BVHG
melambung hingga $10 per lembar dan mencapai
puncaknya pada $16,50, bukan prestasi yang buruk tapi
jauh dari apa yang diperkirakan pendiri dan CEO-nya.
Seminggu menjelang peluncuran saham itu, kepada umum
ia berkoar di Daily Profit, tabloid bisnis lokal, bahwa
"...pialang-pialang di Wall Street yakin nilainya akan
mencapai empat puluh dolar per lembar." Di pasaran,
saham itu melayang turun ke bumi dan mendarat keras
pada harga sekitar $6,00. Bennet secara tidak bijaksana
menolak melepaskan sebagian sahamnya seperti semua
wirausahawan yang baik. Ia mempertahankan empat juta
sahamnya dan menyaksikan nilai pasarnya turun dari 66
juta dolar hingga hampir nol. Setiap pagi hari kerja,
sekadar ingin tahu, Clay memeriksa harga satu saham dan
hanya satu itu. Saham BVHG saat ini diperdagangkan
dengan nilai $0,87 per lembar. "Bagaimana keadaan
sahammu?" adalah sapaan pedas yang tak pernah berani
digunakan Clay. "Mungkin malam ini," gumam Clay pada
diri sendiri sewaktu mengendarai mobilnya di jalan masuk
menuju Potomac Country Chib. Karena ada kemungkinan
pernikahan dalam waktu dekat, kekurangan Clay adalah
bermain bagus di meja jamuan makan malam. Tapi itu
bukan kelemahan Mr. Van Horn. "Hei, selamat, Bennett,
nilai sahamnya bergeser naik dua belas sen dalam dua
bulan terakhir," katanya nyaring. "Hebat kau, ya! Sudah
waktunya untuk Mercedes baru?" Semua yang ingin
dikatakannya. Untuk menghindari pengeluaran uang tip
untuk valet parking. Clay menyembunyikan Accord-nya di
tempat parkir yang jauh di belakang lapangan tenis.
Sewaktu berjalan menuju clubhouse ia meluruskan dasi
dan meneruskan bergumam. Ia benci tempat ini—ia benci
karena semua keparat yang jadi anggotanya, benci karena
ia tak bisa bergabung, benci karena ini sarang Van Horn
dan mereka ingin dirinya merasa seperti orang yang
memasuki tempat terlarang. Untuk keseratus kalinya hari
ini, seperti halnya setiap hari, ia menanyai diri sendiri-
mengapa jatuh cinta pada perempuan yang orangtuanya
begitu tak tertahankan. Seandainya ia punya rencana,
maka rencana tersebut adalah kawin lari dengan Rebecca
dan pindah ke Selandia Baru, jauh dari OPD, dan sejauh
mungkin dari keluarga Rebecca. Tatapan mata dingin
petugas penyambutnya mengatakan, Aku tahu kau bukan
anggota, tapi aku tetap akan mengantarmu ke meja. "Ikuti
saya," ia berkata sambil sepintas menyunggingkan senyum
terpaksa. Clay tak mengucapkan apa-apa. Ia menelan
ludah dengan berat, memandang lurus ke depan, dan
mencoba mengabaikan perasaan melilit di dalam
perutnya. Bagaimana ia bisa menikmati santap malam
dalam lingkungan semacam ini? Ia dan Rebecca pernah
dua kali makan di sana—sekali bersama Mr. dan Mrs. Van
Horn, sekali tanpa mereka. Makanannya mahal dan
lumayan lezat, tapi Clay sehari-hari makan daging kalkun
yang sudah diproses sehingga standar enaknya rendah
dan ia tahu itu. Bennet tak ada di sana Clay memeluk
ringan Mrs. Van Horn, ritual yang dibenci mereka berdua,
lalu mengucapkan "Selamat Ulang Tahun" yang tak begitu
bergairah. Ia mencium pipi Rebecca. Letak meja itu sangat
bagus, dengan pemandangan penuh ke green delapan
belas, tempat makan yang sangat bergengsi sebab orang
bisa menyaksikan orang-orang tua eksentrik berjalan
tertatih-tatih di sand trap dan meleset ketika melakukan
putt dua kaki. "Mana Mr. Van Ham?" Clay bertanya, sambil
berharap orang itu tertahan urusan di kota, atau lebih baik
lagi, dirawat di rumah sakit karena penyakit berat. Ta
sedang dalam perjalanan ke sini," kata Rebecca. Ta
seharian di Richmond, rapat dengan Gubernur," Mrs. Van
Horn menambahkan, sekadar basa-basi. Mereka memang
tak kenal ampun. Clay ingin mengatakan, "Kalian menang!
Kalian menang! Kalian lebih penting daripada aku!" Ta
sedang menangani apa?" ia bertanya sopan, sekali lagi
terkesima dengan kemampuannya untuk terdengar tulus.
Clay tahu persis mengapa sang Bulldozer ada di
Richmond. Negara bagian itu tak punya uang dan tidak
mampu membangun jalan-jalan baru di Virginia Utara, di
mana Bennett dan orang-orang semacamnya menuntut
agar jalan-jalan tersebut dibangun. Dukungan suara dalam
pemilu ada di Virginia Utara. Penyusun undang-undang
sedang mempertimbangkan referendum lokal untuk
menentukan pajak penjualan sehingga kota-kota dan
county-county di sekitar DC dapat membangun jalan raya
sendiri. Lebih banyak jalan, lebih banyak kondominium,
lebih banyak mail, lebih banyak lalu lintas, lebih banyak
uang bagi BVHG yang sedang merana. "Urusan politik,"
kata Barb. Sesungguhnya, ia kemungkinan tidak tahu-
menahu apa yang dirundingkan suaminya dengan sang
gubernur. Clay sangsi perempuan itu tahu berapa harga
saham BVHG saat ini. Ia tahu hari apa klub bridge-nya
bertemu dan ia tahu betapa sedikit penghasilan Clay, tapi
hampir seluruh detail lain diserahkan pada Bennett.
"Bagaimana kabarmu hari ini?" Rebecca bertanya, lembut
tapi dengan cepat mengalihkan percakapan dari soal
politik. Clay pernah dua atau tiga kali menggunakan kata
berantakan ketika memperdebatkan beberapa persoalan
dengan orangtua Rebecca, dan keadaan jadi tegang.
"Seperti biasa," katanya. "Dan kau?" "Akan ada sidang
besok, jadi semua 'di kantor sibuk hari ini." "Rebecca
bercerita kau mendapat kasus pembunuhan lagi," kata
Barb. "Ya, benar," Clay berkata, sambil bertanya-tanya
dalam hati aspek lain apa lagi dari pekerjaannya sebagai
pembela umum yang mereka bicarakan. Di depan mereka
masing-masing ada segelas, anggur putih. Masing-masing
gelas itu sudah setengah kosong. Ia telah menyela
perbincangan, barangkali tentang dirinya. Atau apakah ia
sama sekali tidak peka? Mungkin. "Siapa klienmu?" Barb
bertanya. "Anak jalanan." "Siapa yang dibunuhnya?,"
"Korbannya anak jalanan lain." Jawaban ini agak
melegakan Barb. Kulit hitam membunuh kulit hitam. Siapa
peduli kalau mereka semua saling bunuh? "Apakah ia
melakukannya?" ia bertanya. "Untuk sekarang ini
praduganya adalah tidak bersalah. Begitulah caranya."
"Dengan kata lain. ia melakukannya." "Kelihatannya
begitu.** "Bagaimana kau bisa membela orang-orang
seperti itu? Kalau kau tahu mereka bersalah, bagaimana
kau bisa bekerja begitu keras mencoba membebaskan
mereka?" Rebecca menghabiskan anggur dalam satu
tegukan besar dan memutuskan tidak ikut campur dalam
pembicaraan ini. Rebecca makin jarang menolongnya
beberapa bulan terakhir ini. Ada pikiran yang mengusik:
hidup memang terasa menakjubkan bersamanya, tapi jadi
mimpi buruk jika mereka bersama. Mimpi buruk mulai
menang. "Konstitusi kita menjamin setiap orang
mendapatkan pembela dan peradilan yang adil," ia
berkata dengan nada merendahkan, seolah setiap orang
tolol seharusnya tahu hal ini. "Aku sekadar menjalankan
pekerjaan." Barb membelalakkan matanya yang baru
dioperasi dan memandang green delapan belas. Banyak
perempuan di Potomac memakai ahli bedah plastik yang
spesialisasinya, jelaslah, penampilan gaya Asia. Sesudah
operasi kedua, sudut mata mereka ditarik ke belakang,
dan meskipun memang jadi bebas kerut, mata mereka
kelihatan sangat palsu. 01' Barb dioperasi, ditarik, dan
menjalani program Botox tanpa rencana jangka panjang,
dan transisinya sama sekali tidak berhasil. Rebecca
kembali meneguk anggur banyak-banyak. Pertama kali
mereka makan bersama orangtuanya, Rebecca
menendang lepas sepatu di bawah meja dan
menggerayangi kaki Clay dengan jemarinya seolah
mengatakan, "Ayo kita tinggalkan saja tempat ini dan
lompat ke ranjang." Tapi tidak malam ini. Ia dingin dan
tampak asyik dengan pikirannya sendiri. Clay tahu
Rebecca tidak sedang mengkhawatirkan hearing tak
penting yang akan dijalaninya besok. Ada banyak masalah
di sini, tepat di bawah permukaan, dan dalam hati Clay
bertanya-tanya apakah jamuan makan malam ini akan jadi
pertikaian, pertemuan dengan taruhan masa depan
mereka. Bennett tiba dengan tergesa-gesa penuh
permintaan maaf palsu karena terlambat. Ia menepuk
punggung Clay seolah mereka sahabat karib, dan
mencium pipi anak-istrinya. "Bagaimana kabar Gubernur?"
Barb bertanya, cukup keras untuk didengar orang-orang
yang makan malam di seberang ruangan. "Baik. Ia
mengirimkan salam. Presiden Korea akan datang ke kota
ini minggu depan. Guv mengundang kita menghadiri pesta
gala resmi di istana" Ini pun diucapkan dengan volume
penuh. "Wah!" seru Barb, wajahnya yang dipermak itu
merekah penuh kegembiraan. Pasti ia bisa berbaur di
kalangan orang Korea, pikir Clay. "Pasti hebat," Bennet
berkata sewaktu mengeluarkan sederet telepon selular dari
saku dan menjajarkan-nya di meja. Beberapa detik setelah
ia datang, muncul pelayan membawa segelas double
Scotch, Chivas dengan sedikit es, seperti biasa. Clay
memesan es teh. "Bagaimana Congressman kita?"
Bennett berseru ke seberang meja pada Rebecca, lalu
melontarkan pandangan ke kanan untuk memastikan
pasangan di meja sebelah mendengarnya. Aku punya
Congressman sendui.' "Ia baik-baik. Daddy. Ia kirim salam.
Ia sangat f sibuk." "Kau kelihatan letih, Sayang, kerja keras
hari ini?" "Lumayan." Tiga anggota keluarga Van Horn
minum seteguk. Keletihan Rebecca adalah topik
pembicaraan favorit di antara orangtuanya. Mereka
merasa ia bekerja terlalu keras. Mereka merasa ia
seharusnya sama sekali tidak bekerja. Umurnya mendekati
tiga puluh dan sudah saatnya ia menikah dengan pemuda
baik-baik dengan pekerjaan bergaji besar dan masa
depan cemerlang sehingga ia bisa melahirkan cucu-cucu
mereka dan menghabiskan sisa hidupnya di Potomac
Country Chib. Clay sesungguhnya tidak terlalu peduli
dengan apa yang mereka inginkan, tapi Rebecca punya
impian yang sama. Pernah ia bicara tentang karier dalam
pelayanan masyarakat, tapi sesudah empat tahun di Hill ia
jadi muak dengan birokrasi. Ia ingin suami, anak, dan
rumah besar di luar kota. Menu diedarkan. Bennett
mendapat telepon dan dengan kasar menanggapinya di
meja itu. Ada transaksi yang terancam gagal. Masa depan
kebebasan finansial Amerika di ujung tanduk. "Apa yang
harus kukenakan?" Barb bertanya pada Rebecca
sementara Clay bersembunyi di balik menu. "Sesuatu yang
baru," kata Rebecca. "Kau benar," Barb langsung setuju.
"Ayo, Sabtu ini kita pergi berbelanja." "Gagasan bagus."
Bennett menyelamatkan transaksi itu, dan mereka
memesan makanan. Dengan murah hati ia bercerita pada
mereka tentang rincian percakapan telepon tadi—salah
satu bank tidak bergerak cukup cepat, ia harus melecut
mereka, bla, bla. Ini terus berlanjut sampai salad tiba.
Sesudah beberapa suap, Bennett berkata, dengan mulut
penuh seperti biasanya, "Ketika di Richmond, aku makan
siang dengan sahabat karibku Ian Ludkin, juru bicara
Parlemen. Kau pasti menyukai orang ini,. Clay, sungguh
hebat. Gentleman Virginia yang sempurna." Clay
mengunyah dan mengangguk seakan tak sabar untuk
menemui semua teman baik Bennett. "Yah, Ian berutang
budi padaku, kebanyakan mereka di sana begitu, jadi aku
begitu saja mencetuskan pertanyaan itu." Butuh waktu satu
detik bagi Clay untuk menyadari para wanita sejak tadi
berhenti makan. Garpu mereka tergeletak sementara
mereka mengawasi dan mendengarkan dengan penuh
harap. 'Tertanyaan apa?" Clay bertanya sebab rasanya
mereka mengharapkannya mengucapkan sesuatu. "Well,
aku bercerita tentang dirimu, Clay. Pengacara muda yang
cemerlang, cerdas, pekerja keras, lulusan Sekolah Hukum
Georgetown, lelaki muda yang tampan dengan karakter
sejati, dan ia mengatakan ia selalu mencari bakat baru.
Tuhan kiranya tahu hal itu sulit dicari. Katanya ia punya
lowongan sebagai staf. Kubilang aku tidak tahu apakah
kau akan tertarik, tapi dengan senang hati aku akan
menyampaikannya padamu. Bagaimana pendapatmu?"
Menurut pendapatku, aku disergap tiba-tiba, begitu yang
nyaris diucapkan Clay. Rebecca menatapnya, mengamati
lekat-lekat reaksi pertamanya. Sesuai skenario, Barb
berkata, "Kedengarannya hebat" Berbakat, cemerlang,
pekerja keras, berpendidikan, bahkan tampan. Clay
tercengang melihat betapa cepat nilai sahamnya melonjak.
"Menarik," katanya sejujurnya. Setiap aspek dari tawaran
itu menarik. Bennett langsung menerkam. Sudah tentu ia
memegang kendali untuk memberikan kejutannya. "Ini
posisi bagus. Kerjanya menarik. Kau akan bertemu orang-
orang yang berpengaruh di sana. Takkan pernah ada saat
yang membosankan. Tapi perlu kerja keras, setidaknya
saat sidang penyusunan undang-undang, tapi kukatakan
pada Ian bahwa kau orang yang tangguh dengan pundak
kokoh. Tumpukkan saja tanggung jawab padanya."
"Tepatnya, apakah yang akan kulakukan?" Clay dengan
susah payah bertanya. "Oh, aku tidak tahu urusan ahli
hukum. Tapi, kalau kau tertarik, Ian mengatakan ia akan
senang menjadwalkan wawancara. Tapi persaingannya
ketat. Katanya banyak resume yang datang. Kau harus
bergerak cepat" "Richmond tidak terlalu jauh," kata Barb.
Jelas jauh lebih dekat daripada Selandia Baru, pikir Clay.
Barb sudah merencanakan pernikahan. Clay tidak bisa
membaca pikiran Rebecca. Kadang gadis itu merasa
tercekik oleh orangtuanya, tapi ia jarang memperlihatkan
keinginan untuk menyingkir dari mereka. Bennett
menggunakan uangnya, kalau masih ada, sebagai
pancingan untuk mempertahankan kedua putri mereka
tetap dekat dari rumah. "Well, uh, terima kasih," kata Clay,
roboh karena beban berat pada pundaknya yang barusan
dibilang kokoh. "Gaji awal sembilan puluh empat ribu per
tahun," Bennett berkata, satu atau dua oktaf lebih rendah
sehingga orang lain di sana tak bisa mendengar. Sembilan
puluh empat ribu dolar berarti lebih dari dua kali lipat
jumlah yang Clay peroleh saat ini, dan ia asumsikan setiap
orang di seputar meja tahu hal itu. Keluarga Van Horn
menyembah uang dan ter-obsesi dengan gaji dan nilai
nominal. "Wah," Barb berkata, sesuai yang diharapkan. "Itu
jumlah yang besar," Clay mengakui. "Bukan awal yang
buruk," kata Bennett. "Kata Ian, kau akan bertemu
pengacara-pengacara besar di kota. Kontak adalah
segalanya. Tekuni beberapa tahun, maka kau akan bisa
menulis tiketmu sendiri untuk memasuki dunia hukum
korporasi. Di sanalah tempat uang banyak berada, kau
tahu." Rasanya tidak nyaman mengetahui Bennett Van
Horn mendadak berminat merencanakan sisa hidup Clay.
Perencanaan itu, tentu saja, tak ada sangkut pautnya
dengan Clay, dan sangat tersangkut paut dengan
Rebecca. "Bagaimana kau bisa menolaknya?" kata Barb,
memaksa. "Jangan mendesak, Ibu," kata Rebecca. 63
"Peluang ini sungguh bagus," kata Barb, seolah Clay tidak
bisa menyadari hal yang begitu jelas. Timbang-timbanglah
dulu,'* kata Bennett Hadiah sudah diserahkan. Coba lihat
apakah bocah ini cukup cerdik untuk mengambilnya. Clay
melahap salad-nya dengan tekad baru.. Ia mengangguk
seakan tak dapat berbicara. Scotch kedua tiba dan
membuyarkan kecanggungan. Bennett kemudian
menuturkan gosip terbaru dari Richmond tentang
kemungkinan waralaba bisbol profesional baru untuk
wilayah D.C, salah satu topik favoritnya. Ia terlibat salah
satu dari tiga kelompok investor yang berniat mengambil
waralaba itu, jika dan ketika disetujui, maka ia bernafsu
mengetahui perkembangan terakhir. Menurut artikel baru di
Post, kelompok Bennett berada di urutan ketiga dan setiap
bulan makin terdesak kalah. Keuangan mereka tidak jelas,
sangat goyah, demikian menurut salah satu sumber yang
tak disebutkan namanya, dan dalam seluruh artikel itu
nama Bennett Van Horn tak pernah disebut. Clay tahu ia
terlilit utang dalam jumlah besar. Beberapa proyek
pengembangannya tertahan kelompok-kelompok pencinta
lingkungan yang berusaha melestarikan seberapa pun
lahan yang tersisa di Virginia Utara. Ia menggugat para
bekas partnernya di pengadilan Sahamnya praktis tak
memiliki nilai. Tapi lihatlah ia di sini, meneguk Scotch dan
mengumbar omongan tentang stadion baru bernilai 400
juta dolar, fee waralaba senilai $200 juta, dan gaji
sedikitnya $100 juta Steak mereka tiba tepat ketika lalad
habis, dengan menyelamatkan Clay dari siksaan terlibat
percakapan tanpa ada yang bisa dijejalkan ke mulut.
Rebecca tak menghiraukannya dan Clay pun jelas tak
menghiraukannya. Pertarungan akan terjadi sebentar lagi.
Ada beberapa cerita tentang Gubernur, teman dekat yang
sedang menata persiapan untuk maju mencalonkan diri
menjadi anggota Senat dan tentu saja ia ingin Bennett
terlibat. Bennett mengungkapkan juga dua transaksinya
yang paling hot. Ada pembicaraan tentang pesawat
terbang baru, tapi hal ini sudah beberapa kali dibicarakan
dan Bennett tidak bisa menemukan pesawat yang ia
inginkan. Makan malam itu sepertinya telah berlangsung
selama dua jam, tapi sesungguhnya baru sembilan puluh
menit berlalu ketika mereka menolak makanan penutup
dan bersiap mengakhiri pertemuan. Clay mengucapkan
terima kasih pada Bennett dan Barb untuk makanan
tersebut dan sekali lagi berjanji untuk bergerak cepat
menanggapi pekerjaan di Richmond. "Peluang seumur
hidup," kata Bennett bersungguh-sungguh. "Jangan sia-
siakan." Ketika yakin mereka telah pergi, Clay minta
Rebecca pergi ke bar sebentar. Mereka menunggu
minuman tiba sebelum salah satunya berbicara. Saat
keadaan tegang mereka berdua punya kecenderungan
menunggu yang lain lebih dulu melepaskan tembakan.
"Aku tidak tahu soal pekerjaan di Richmond," Rebecca
mulai. "Aku merasa sulit mempercayainya Sepertinya
seluruh keluarga sudah sepakat. Ibumu jelas tahu soal itu."
"Ayahku cuma memprihatinkantnu, itu saja." Ia ingin
mengatakan. Ayahmu idiot "Tidak, ia khawatir tentang kau.
Tidak bisa membiarkanmu menikah dengan laki-laki tanpa
masa depan, jadi ia mengatur masa depan untuk kita.
Tidakkah menurutmu lancang untuk memutuskan ia tidak
suka pekerjaanku maka ia mencarikanku pekerjaan baru?"
"Mungkin ia sekadar mencoba membantu. Ia menyukai
permainan utang budi." "Tapi mengapa* ia berasumsi aku
butuh pertolongan?" "Mungkin kau memang butuh."
"Mengerti aku sekarang. Akhirnya terungkaplah yang
sebenarnya." "Kau tidak bisa selamanya bekerja di sana,
Clay. Kau hebat dalam pekerjaanmu dan kau peduli pada
klienmu, tapi mungkin sekarang saatnya beralih. Lima
tahun di OPD adalah waktu yang lama. Kau sendiri pernah
berkata begitu." "Mungkin aku tidak ingin tinggal di
Richmond. Mungkin aku tak pernah punya pikiran
meninggalkan B.C. Bagaimana kalau aku tidak ingin
bekerja di bawah salah satu kroni ayahmu? Misalkan saja
aku tidak tertarik bekerja dikelilingi segerombolan politikus
lokal? Aku pengacara, Rebecca, bukan juru tulis." "Baik.
Terserahlah." "Apakah pekerjaan mi ultimatum?" "Dari
segi apa?" "Dari segala segi. Bagaimana kalau aku
mengatakan tidak?" "Kukira kau sudah mengatakan tidak,
tipikal dirimu. Keputusan instan." "Keputusan instan
gampang diambil bila pilihannya jelas. Aku akan mencari
pekerjaanku sendiri, dan jelas aku tidak meminta ayahmu
memanfaatkan utang budi orang lain. Tapi apa yang terjadi
kalau aku mengatakan tidak?" "Oh, aku yakin matahari
akan tetap terbit seperti biasa." "Dan orangtuamu?" "Aku
yakin mereka akan kecewa" "Dan kau?" Ia mengangkat
bahu dan meneguk minuman. Pernikahan sudah beberapa
kali dibicarakan tapi belum pernah ada kesepakatan. Tak
ada pertunangan, dan jelas tak ada jadwal. Kalau kau ingin
lepas, ada banyak ruang gerak, meskipun sulit
melakukannya. Tapi sesudah empat tahun (1) tak
berkencan dengan orang lain, dan (2) terus meneguhkan
cinta mereka pada satu sama lain, dan (3) menikmati seks
sedikitnya lima kali seminggu, hubungan ini menuju ke arah
status permanen. Namun demikian, Rebecca tidak
bersedia mengakui fakta bahwa ia ingin istirahat dari
kariernya, dan suami dan keluarga, kemudian mungkin tak
ada karier sama sekali. Mereka masih bersaing, masih
memainkan permainan siapa yang lebih penting. Ia tak
dapat mengakui ia ingin suami untuk menunjangnya. "Aku
tak peduli, Clay," katanya "Itu cuma tawaran pekerjaan,
bukan penunjukan sebagai anggota Kabinat. Katakan tidak
kalau maumu begitu." 'Terima kasih." Sekonyong-konyong
ia merasa dirinya seperti orang tolol. Bagaimana kalau
Bennett sekadar mencoba membantu? Ia begitu tak
menyukai orangtua Rebecca sehingga segala yang
mereka lakukan mengesalkan harinya. Itu masalahnya,
bukan? Mereka punya hak untuk mengkhawatirkan masa
depan pasangan putrinya, ayah cucu mereka. Dan, Clay
dengan berat hati mengakui, siapa yang tidak akan
khawatir bermenantukan dirinya? "Aku mau pergi," kata
Rebecca. "Baiklah." Ia mengikuti Rebecca keluar dari klub
dan memandanginya dari belakang, hampir mengatakan ia
punya waktu untuk mampir ke apartemennya demi kencan
kilat. Tapi mood Rebecca mengatakan tidak, dan.
mengingat suasana malam ini, ia pasti menikmati
kesempatan untuk memberikan penolakan mentah-mentah.
Kemudian Clay akan merasa dirinya seperti si dungu yang
tak dapat mengendalikan diri, dan memang tepat itulah
dirinya pada saat-saat seperti ini. Jadi ia bungkam saja,
merapatkan rahang rapat-rapat, dan membiarkan momen
itu berlalu. Sewaktu Clay membantunya masuk ke BMW-
nya, Rebecca berbisik, "Bagaimana kalau kau mampir
sebentar?" Clay berlari kencang ke mobilnya Ia merasa
agak aman bersama Rodney, — plus pukul 09.00 masih
terlalu pagi bagi jenis-jenis orang berbahaya di Lamont
Street. Mereka masih pulas karena racun entah apa saja
yang mereka konsumsi malam sebelumnya. Para
pedagang perlahan-lahan memulai kesibukan mereka.
Clay parkir dekat gang. Rodney adalah paralegal karier di
OPD. Ia kuliah hukum di malam hari, putus-sambung
selama satu dasawarsa dan masih sering mengatakan
suatu hari kelak akan meraih gelar dan lulus ujian
pengacara. Tapi dengan empat anak remaja di rumah,
maka waktu maupun uang adalah sesuatu yang langka.
Karena berasal dari jalanan D.C, ia mengenainya dengan
baik. Sebagian kegiatan rutin hariannya adalah menerima
permintaan dari pengacara OPD, biasanya yang berkulit
putih, ketakutan, dan tidak begitu berpengalaman, untuk
menemaninya ke zona pertempuran guna menyelidiki suatu
kasus kejahatan keji. Ia paralegal, bukan penyidik, dan ia
menolak sesering ia mengiyakan. Tapi tak pernah ia
mengatakan tidak pada Clay. Mereka berdua telah bekerja
sama menangani banyak kasus. Mereka menemukan
tempat dalam gang itu di mana Ramon jatuh dan
memeriksa daerah sekitarnya 6 dengan cermat,
mengetahui sepenuhnya bahwa polisi telah beberapa kali
menyisir tempat tersebut. Mereka menghabiskan satu rol
film untuk memotret, lalu pergi mencari saksi. • Tak ada
seorang pun, dan ini bukanlah sesuatu yang mengejutkan.
Saat Clay dan Rodney baru lima belas menit di tempat
kejadian perkara, kabar sudah menyebar. Ada orang-
orang tak dikenal di -tempat kejadian, memeriksa
pembunuhan terakhir, jadi kuncilah pintu dan jangan
katakan apa pun. Saksi-saksi di peti susu milik toko
minuman, dua laki-laki yang menghabiskan berjam-jam
setiap hari di tempat yang sama dengan meneguk anggur
murahan dan tak melewatkan apa pun, sudah sejak lama
pergi dan tak seorang pun tahu-menahu tentang mereka.
Para pedagang tampak terkejut ada penembakan di sana.
"Di sekitar sini?" salah satu bertanya, seolah kejahatan
belum pernah mencapai ghetto-nya. Sesudah satu jam,
mereka berlalu dan pergi menuju D Camp. Sementara
Clay mengemudi, Rodney meneguk kopi dingin dari
cangkir kertas. Kopi yang tidak enak, kalau dilihat dari
ekspresi wajahnya. "Jermaine mendapat kasus yang
hampir sama beberapa hari yang lalu," katanya. "Bocah
dari pusat rehab, dikurung beberapa bulan, lalu keluar,
tidak jelas apakah ia kabur atau dibebaskan, tapi dalam
waktu dua puluh empat jam ia mengambil senjata dan
menembak dua orang, satu tewas." "Acak?" "Apakah yang
acak di sekitar sini? Dua orang di dalam mobil tanpa
asuransi berserempetan dan mulai baku tembak. Apakah
itu acak, ataukah beralasan?" "Apakah karena obat
terlarang, perampokan, bela diri?" "Acak tanpa alasan,
kukira." "Di mana pusat rehabnya?" Clay bertanya "Bukan
D Camp. Suatu tempat dekat Howard, kukira. Aku belum
melihat berkasnya. Kau tahu sendiri bagaimana lambannya
Jermaine bekerja" "Jadi kau tidak menangani kasus itu?"
'Tidak. Aku mendengarnya dari selentingan." Rodney
mengendalikan jaringan desas-desus dan gosip dan tahu
lebih banyak tentang para pengacara OPD serta kasus
mereka daripada Glenda, sang direktur. Ketika mereka
berbelok memasuki W Street, Clay bertanya "Kau pernah
ke D Camp sebelum ini?" "Sekali atau dua kali. Tempat ini
untuk kasus-kasus parah, perhentian terakhir sebelum
kuburan. Tempat yang keras, dikelola orang-orang yang
keras." "Kau kenal laki-laki bernama Talmadge X?"
"Tidak." Di sana tidak ada sirkus trotoar yang harus
diterobos. Clay parkir di depan gedung dan mereka
bergegas masuk. Talmadge X tak ada di tempat, ada
kejadian darurat yang menuntutnya pergi ke. rumah sakit.
Kolega bernama Noland dengan ramah memperkenalkan
diri sebagai kepala penasihat di sana. Di kantornya di
meja kecil, ia mengambilkan berkas Tequila Watson dan
mempersilakan mereka memeriksanya. Clay
mengucapkan terima kasih, yakin berkas itu sudah
digodok dan dibersihkan. "Aturan di sini, aku tetap tinggal
di dalam ruangan sementara kau memeriksa berkas,"
Noland menjelaskan. "Kalau kau perlu salinannya, biayanya
dua puluh Ingatannya baik sampai ia mulai memakai crack,
lima sen per lembar. maka beberapa tahun terakhir hanya
berupa sesuatu "Baik-" kata Clay- Aturan itu ndak Perlu
ditawar- yang kabur. TX mengikuti detailnya dan ada
beberapa Dan seandainya menginginkan seluruh berkas
itu, ia surat serta e-mail yang menegaskan beberapa
perWsa mendapatkannya kapan saja dengan subpoena,
hentian di sepanjang jalan yang menyedihkan itu. atau surat
perintah pengadilan. Noland pergi ke bela- Ketika berumur
empat belas tahun, Tequila melewatkang meja kerjanya, di
mana setumpuk dokumen kan waktu satu bulan di unit
penyalahgunaan obat di menunggu. Clay mulai membalik-
balik arsip itu. pUsat Rebabuitasi Pemuda di D.C. Setelah
dibebaskan, Rodney membuat catatan. ia langsung pergi
ke pengedar dan membeli crack Latar belakang Tequila
menyedihkan dan bisa Dua bulan di Orchard House,
fasilitas tertutup yang ditebak Ia masuk ke sana bulan
Januari; dirujuk dari terkenal untuk remaja yang kecanduan
crack, tak Dinas Sosial sesudah diselamatkan dari
overdosis menghasilkan kemajuan apa pun. Tequila
mengaku heroin murahan, ia sama sekali putus sekolah.
Men- merupakan salah satu kasus tragis dengan
"kemungsejenis obat. Bobotnya sekitar enam puluh
kilogram dan tingginya 175 sentimeter. Pemeriksaan
medis terhadap dirinya dilakukan di D Camp. Ia
mengalami sedikit demam, meriang, sakit kepala, bukan
sesuatu yang luar biasa untuk pencandu. Selain
kekurangan gizi, sedikit flu, dan tubuh yang dikoyak obat
bius, tak ada yang lain yang layak dicatat, demikian
menurut dokter. Seperti semua pasien lain, selama tiga
puluh hari pertama ia dikurung dan diberi makan terus-
menerus. pada TX bahwa di "OH" ia mengkonsumsi
narkoba sebanyak di luar. Umur enam belas tahun, ia
dimasukkan ke Clean Streets, fasilitas rehabilitasi serius
yang sangat mirip D Gamp. Prestasi mengagumkan
selama 53 hari berhasil dicapai di sana, lalu ia pergi begitu
saja tanpa sepatah kata pun. Catatan TX berbunyi "...teler
berat karena crack dua jam sesudah pergi." Pengadilan
anak-anak di bawah umur memerintahkannya mengikuti
kamp pelatihan musim panas bagi remaja-remaja
bermasalah ketika ia berusia tujuh belas tahun, tapi sistem
keamanannya lemah dan ia bahkan mendapat uang dari
menjual narkoba pada rekan-rekan sesama pengikut
program. Usaha terakhir untuk bebas dari ketergantungan,
sebelum D Camp, adalah mengikuti program di Grayson
Church, di bawah bimbingan Pendeta Jolley, penasihat
pencandu obat-obatan ternama. Jolley mengirim sepucuk
surat kepada Talmadge X, mengungkapkan bahwa Tequila
Menurut catatan yang ditulis TX, Tequila mulai terlibat
masalah pada usia delapan tahun ketika ia dan saudara
laki-lakinya mencuri sekardus bir dari truk pengirim barang.
Mereka minum setengahnya dan menjual setengah
sisanya, dan dengan uang itu membeli segalon anggur
murahan. Ia ditendang keluar dari berbagai sekolah dan
kira-kira pada umur dua belas tahun, sekitar saat ia
mengenal crack atau kinan tanpa harapan". Betapa pun
menyedihkan sejarah itu, di sana tak pernah ada catatan
tindak kekerasan. Tequila pernah ditahan lima kali karena
pencurian, sekali karena mengutil di toko, dan dua kali
karena tindak pidana ringan memiliki barang terlarang.
Tequila tak pernah menggunakan senjata untuk melakukan
tindak kejahatan, setidaknya saat melakukan kejahatan
yang membuatnya ditangkap saat itu. Hal ini pun bukannya
tak diperhatikan TX, yang dalam salah satu catatannya
pada Hari ke-39 mengatakan "...punya kecenderungan
menghindari ancaman konflik fisik paling minimal
sekalipun. Tampaknya sangat takut terhadap anak-anak
yang lebih besar, dan kebanyakan anak kecil juga." Pada
hari ke-45, ia diperiksa dokter. Beratnya mencapai 69
kilogram yang sehat Kulitnya bersih dari "...koreng dan luka
kecil". Ada catatan tentang kemajuannya belajar
membaca, dan minatnya pada seni. Sementara hari demi
hari berlalu, catatan itu jadi jauh Jebih pendek. Kehidupan
di D Camp sederhana dan berkembang jadi biasa-biasa
saja. Beberapa hari berlalu tanpa catatan sama sekali.
Catatan pada hari ke-80 berbeda: Ta menyadari ia butuh
bimbingan spiritual dari atas untuk tetap-bertahan bersih. Ia
tak mampu melakukannya sendirian. Katanya ia ingin
tinggal di D Camp selamanya." Hari ke-100: "Kami
merayakan hari keseratus dengan makan brownies dan es
krim. Tequila menyampaikan pidato singkat. Ia menangis.
Ia dihadiahi izin keluar selama dua jam/' Hari ke-104: "Izin
keluar dua jam. Ia pergi, kembali dalam dua puluh menit
dengan membawa es Hari ke-107: "Disuruh ke kantor pos,
pergi selama hampir satu jam, kembali." Hari ke-110: "Izin
keluar dua jam, kembali, tidak ada masalah." Catatan
terakhir adalah hari ke-I 15: "Izin keluar dua jam, tidak
kembali." Noland memandangi sewaktu mereka mendekati
akhir berkas. "Ada pertanyaan?" ia bertanya, seolah
mereka telah cukup memboroskan waktunya.
"Menyedihkan," kata Clay, sambil menutup berkas dengan
tarikan napas dalam. Ia punya banyak pertanyaan tetapi
tak satu pun dapat, atau akan, dijawab Noland. "Di dunia
penuh penderitaan, Mr. Carter, ini memang salah satu yang
paling menyedihkan. Hatiku jarang tersentuh sampai
menitikkan air mata, tapi Tequila pernah membuatku
menangis." Noland berdiri. "Apakah ada yang ingin
kaukopi?" Pertemuan sudah berakhir. "Mungkin nanti,"
kata Clay. Mereka mengucapkan terima kasih atas
waktunya dan mengikutinya ke tempat penerimaan tamu.
Di dalam mobil, Rodney memasang sabuk pengaman dan
melihat sekeliling daerah itu. Dengan sangat tenang ia
berkata, "Oke, Sobat, kita punya kawan baru." Clay
mengawasi penunjuk bensin dan berharap mereka punya
cukup bahan bakar untuk kembali ke kantor. "Kawan
macam apa?" "Kau lihat Jeep merah anggur di sana itu,
setengah blok, di seberang jalan?" Clay melihat dan
berkata, "Memangnya kenapa?" "Ada lelaki kulit hitam di
belakang kemudi, berperawakan besar, memakai topi
Redskins, kurasa. Ia mengawasi kita." Clay menajamkan
mata dan samar-samar melihat sosok pengemudi,
sedangkan ras dan topinya tak dapat dikenalinya.
"Bagaimana kau tahu ia mengawasi kita?" Ia ada di
Lamont Street ketika tadi kita di sana, aku melihatnya dua
kali. Ia lewat begitu saja, melihat ke arah kita tapi tidak
benar-benar melihat. Ketika parkir di sini sebelum pergi ke
dalam, aku melihat Jeep itu tiga blok di belakang sana.
Sekarang ia ada di sana." "Bagaimana kau tahu itu Jeep
yang sama?" "Merah anggur warna yang aneh. Kau lihat
penyok di spatbor depannya, sebelah kanan?" "Yeah,
mungkin." "Jeep yang sama, tak diragukan lagi. Ayo kita
pergi ke arah sana, kita amati lebih dekat." Clay meluncur
ke jalanan dan melewati Jeep merah anggur itu. Selembar
koran langsung terangkat di depan si pengemudi. Rodney
mencatat pelat nomornya. "Mengapa ada orang yang
tertarik membuntuti kits?" Clay bertanya. "Obat. Selalu obat
terlarang. Mungkin Tequila mengedarkannya. Mungkin
bocah yang ia bunuh itu punya teman-teman jahat. Siapa
tahu?" "Aku ingin mencari tahu." "Saat ini janganlah
menggali terlalu dalam. Kau mengemudi, dan aku akan
mengawasi belakang kita." Mereka meluncur ke selatan di
sepanjang Puerto Rico Avenue selama tiga puluh menit
dan berhenti di pompa bensin dekat Sungai Anacostia.
Rodney mengawasi setiap mobil sementara Clay mengisi
bensin. "Penguntit itu sudah pergi," kata Rodney ketika
mereka bergerak lagi. "Ayo kita ke kantor." "Mengapa
mereka berhenti menguntit lata?' Clay bertanya. Ia akan
percaya penjelasan apa pun. "Aku tidak tahu," kata
Rodney, sambil masih memeriksa kaca spion samping.
"Bisa jadi mereka cuma ingin tahu apakah kita pergi ke D
Camp. Atau mungkin mereka tahu kita melihat mereka.
Tapi sementara ini waspadailah belakangmu." "Ini hebat.
Belum pernah aku dibuntuti orang." "Berdoalah mereka
tidak memutuskan untuk menangkapmu." Jermaine Vance
berbagi ruang kantor dengan pengacara muda lain yang
saat itu kebetulan sedang keluar, maka Clay ditawari
duduk di kursinya yang kosong. Mereka membandingkan
catatan tentang tersangka kasus pembunuhan terakhir
mereka. Klien Jermaine penjahat kambuhan berumur 24
tahun bernama Washad Porter, yang, tidak seperti Tequila,
memiliki sejarah tindak kekerasan yang panjang dan
menakutkan. Sebagai anggota geng terbesar di D.C,
Washad pernah dua kali terluka parah dalam pertempuran
bersenjata dan sekali divonis karena usaha pembunuhan.
Tujuh dari 24 tahun hidupnya dihabiskannya di balik terali
besi. la sedikit sekali menunjukkan minat membersihkan
diri; satu-satunya upaya rehabilitasi adalah saat di penjara
dan itu p^, jelas tidak berhasil. Ia dituduh menembak dua
oran empat hari sebelum pembunuhan Ramon Pumphrey
Satu dari dua orang itu tewas seketika, yang lainnya antara
hidup dan mati. Washad menghabiskan waktu enam bulan
di Clean Streets, dikurung dan rupanya berhasil bertahan
melewati program keras di sana. Jermaine pernah
berbicara dengan penasihatnya, dan percakapan itu
sangat mirip pembicaraan Clay dengan Talmadge X.
Washad bersih dari ketergantungan, pasien teladan, sehat,
dan harga dirinya meningkat setiap hari. Satu-satunya
halangan dalam perjalanan hanyalah episode sebelumnya
ketika ia menyelinap ke mar, teler karena obat, tapi
kembali lagi dan memohon pengampunan. Kemudian ia
melewatkan hampir empat bulan tanpa masalah apa pun.
Ia dibebaskan dari Clean Streets pada bulan April, dan
keesokan harinya menembak dua pria dengan senjata
curian. Sepertinya korban dipilih secara acak. Yang
pertama pengirim barang yang sedang bekerja di dekat
Walter Reed Hospital. Ada perang kata-kata, dorong-
mendorong, lalu empat tembakan ke kepala, dan Washad
terlihat melarikan diri. Pengirim barang itu kini. masih
dalam keadaan koma. Satu jam kemudian, enam blok dari
sana, Washad menggunakan dua peluru terakhirnya untuk
menembak pengedar obat kelas teri yang pernah punya
urusan dengannya Ia dihajar teman-teman si pengedar
yang, bukannya membunuhnya sendiri, menyerahkannya
pada polisi-Jermaine pernah berbicara sangat singkat
dengan Washad di ruang sidang pada kehadiran
pertamanya ana. "Ia sedang dalam tahap penyangkalan,"
kata i rmaine. "Ekspresi wajahnya kosong dan padaku ia t
rus-rnenerus mengatakan tak percaya telah menembak
orang- Katanya im Washad yang lama, bukan yang baru.
Clay bisa mengingat bahwa hanya sekali dalam empat
tahun terakhir ini ia menelepon, atau mencoba menelepon,
Bennett the Bulldozer. Upaya itu berakhir dengan
menyedihkan ketika ia tak mampu menembus lapisan-
lapisan penghalang yang mengitari orang besar tersebut
Mr. BVH ingin orang-orang beranggapan ia menghabiskan
waktunya dengan "bekerja", yang baginya berarti berada di
luar di antara mesin-mesin pengeruk tanah di mana ia bisa
mengatur berbagai kegiatan dan mengendus potensi tak
terhingga Virginia Utara. Di dalam rumah keluarganya ada
foto-foto besar dirinya "bekerja", memakai helm buatan
khusus dan bermonogram, menunjuk ke sana-sini
sementara tanah diratakan dan mall-mall serta pusat-pusat
perbelanjaan dibangun. Ia mengatakan terlalu sibuk untuk
obrolan omong kosong dan mengaku benci telepon, tetapi
selalu punya banyak pesawat telepon di dekatnya untuk
mengurus bisnis. Kenyataan yang sebenarnya, Bennett
sering bermain golf, dan menurut ayah salah satu teman
kuliah Clay, ia bermain dengan buruk. Rebecca lebih dari
satu kali ketelepasan mengatakan ayahnya main
sedikitaya empat kali seminggu di Potomac, dan diam-
diam memendam impian memenangkan kejuaraan di klub
itu. 7 Mr. Van Horn adalah orang yang suka bertindak,
tanpa'kesabaran terhadap kehidupan di belakang meja
kerja. Ia sedikit sekali menghabiskan waktu di sana,
katanya. Si operator telepon yang menjawab "BVH Group"
dengan enggan menghubungkan Clay pada sekretaris lain
jauh lebih dalam di perusahaan itu. "Pengembangan,"
perempuan kedua im berkata kasar, seolah perusahaan
tersebut punya divisi yang tak terhingga banyaknya. Perlu
sedikitnya lima menit lagi untuk berbicara dengan
sekretaris pribadi Bennett. "Ia keluar kantor," katanya.
"Bagaimana saya bisa menghubunginya?" "Ia sedang
bekerja." "Ya, saya duga begitu. Bagaimana saya bisa
menghubunginya?" "Tinggalkan nomor telepon dan saya
akan sampaikan bersama pesan lain untuknya," katanya.
"Oh, terima kasih," Clay berkata, dan meninggalkan nomor
telepon kantornya. Tiga puluh menit kemudian Bennett
membalas telepon. Kedengarannya ia berada di dalam
ruangan, mungkin di Men's Lounge di Potomac Country
Club, dengan double Scotch di tangan, sebatang cerutu
besar, permainan remi dengan rekan-rekan sedang
berlangsung. "Clay, bagaimana kabarmu?" ia bertanya,
seolah mereka berbulan-bulan tak berjumpa. "Baik, Mr.
Van Horn, dan Anda?" "Baik sekali. Sangat menikmati
makan malam kemarin." Clay tidak mendengar suara
raungan mesin diesel di latar belakang, tak ada deruman.
"Oh ya, sungguh menyenangkan. Aku selalu
menikmatinya," Clay berbohong. Apa yang bisa kulakukan
untukmu, Nak? "Well, aku ingin Anda tahu bahwa aku
sungguh menghargai usaha Anda mencarikanku pekerjaan
di Richmond. Aku tidak menyangka, dan Anda baik sekali
ikut turun tangan seperti itu." Diam sesaat sewaktu Clay
menelan ludah dengan susah payah. 'Tetapi
sesungguhnya, Mr. Van Horn, aku tidak merencanakan
kepindahan ke Richmond dalam waktu dekat ini Aku sejak
dulu tinggal di D.C. dan di sinilah rumahku." Clay punya
banyak alasan untuk menolak tawaran tersebut Tetap
tinggal di D.C. adalah alasan yang ada di pertengahan
daftarnya Motif yang utama adalah menghindari
kemungkinan hidupnya direncanakan Bennett Van Horn
dan terlilit utang budi padanya. "Kau tentu tidak serius,"
kata Van Horn. "Ya aku sangat serius. Terima kasih, tapi
tidak." Clay sama sekati tidak mau menghadapi omong
kosong si brengsek itu. Pada saat-saat seperti ini ia
sangat menyukai telepon; faktor penyeimbang yang luar
biasa. "Salah besar, Nak," kata Van Horn. "Kau tidak
melihat gambar keseluruhannya, bukan?" "Mungkin tidak.
Tapi aku tidak yakin Anda juga melihatnya" "Kau punya
harga diri besar, Clay. Aku suka itu. Tapi kau juga masih
sangat hijau. Kau harus belajar bahwa hidup ini merupakan
permainan saling bertukar budi, dan ketika seseorang
mencoba menolongmu, maka kau menerima budi. Suatu
hari kelak kau mungkin punya kesempatan membalasnya.
Kau melakukan kekeliruan di sini, Clay, sesuatu yang aku
khawatir bisa menimbulkan konsekuensi serius."
"Konsekuensi macam apa?" "Ini bisa benar-benar
mempengaruhi masa depanmu." "Ah, ini masa depanku,
bukan masa depan Anda. Aku akan memilih pekerjaan
berikutnya, dan pekerjaan lain sesudah im. Saat ini aku
bahagia di tempatku berada." "Bagaimana kau bisa
bahagia membela bajingan-bajingan sepanjang hari? Aku
sama sekali tidak mengerti." Ini bukan percakapan baru,
dan bila dibiarkan mengikuti jalur biasanya, maka keadaan
akan memburuk dengan cepat. "Aku yakin Anda pernah
mengajukan pertanyaan im. Tak perlulah kita
membahasnya lagi." "Kita bicara soal kenaikan gaji dalam
jumlah besar, Clay. Lebih banyak uang, pekerjaan yang
lebih baik, kau akan menghabiskan waktu bersama orang-
orang penting, bukan segerombolan bajingan jalanan.
Bangunlah, Nak!" Ada suara orang di latar belakang. Di
mana pun Bennett berada saat ini, ia beraksi di hadapan
penonton. Clay mengenakkan gigi dan tidak menanggapi
kata "Nak". "Aku tidak berniat berdebat, Mr. Van Horn. Aku
menelepon Anda untuk mengatakan tidak." "Kau
sebaiknya mempertimbangkannya lagi." "Aku sudah
mempertimbangkannya lagi. Tidak, terima kasih." "Kau
memang pecundang, Clay, kau tahu itu. Aku sudah lama
mengetahuinya. Ini cuma menegaskan pendapat itu. Kau
menolak pekerjaan yang menjanjikan sehingga kau bisa
tetap tinggal di tempat kumuh dan bekerja demi gaji
minimal. Kau tak punya ambisi, tak punya nyali, tak punya
visi." "Kemarin malam aku pekerja keras—punya pundak
lebar, banyak bakat, dan aku cerdas luar biasa." "Aku tarik
kembali. Kau pecundang." "Dan kemarin aku
berpendidikan baik, bahkan tampan." "Aku bohong. Kau
pecundang." Clay menutup telepon duluan. Ia membanting
telepon im sambil tersenyum, cukup bangga telah
membuat Bennett Van Horn yang agung jadi begitu kesal.
Ia telah bertahan pada pendirian dan mengirim pesan
tegas bahwa ia tidak mau didorong ke sana kemari oleh
orang-orang im. Ia akan berurusan dengan Rebecca nanti,
dan itu pasti tidak menyenangkan. Kunjungan Clay yang
ketiga dan terakhir ke D Camp jauh lebih dramatis
daripada dua yang pertama. Dengan Jermaine di jok
depan dan Rodney di belakang, Clay mengikuti mobil
polisi D.C. dan kembali parkir tepat di depan gedung. Dua
polisi, keduanya masih muda, berkulit hitam, dan bosan
dengan pekerjaan melaksanakan panggilan pengadilan,
bernegosiasi untuk masuk. Dalam beberapa menit mereka
sudah terlibat konfrontasi tegang dengan Talmadge X,
Noland, dan penasihat lain, orang be-rangasan bernama
Samuel. Sebagian karena ia satu-satunya yang berkulit
putih di kerumunan itu, tapi terutama karena ia pengacara
yang membawa surat perintah pengadilan, tiga konselor itu
memusatkan caci maki mereka pada Clay Ia sama sekali
tidak peduli. Ia takkan pernah menemui orang-orang ini
lagi. ^ "Kau sudah melihat berkasnya, man!" Noland
berteriak pada Clay. "Aku melihat berkas yang kalian ingin
agar kulihat," balas Clay. "Sekarang aku akan
mendapatkan sisanya." "Apa maksudmu?" Talmadge X
bertanya. "Aku ingin semua yang ada nama Tequila" "Kau
tidak bisa melakukan itu." Clay menoleh pada polisi yang
membawa dokumen dan berkata "Bisakah kaubacakan
surat perintah pengadilan im?" Polisi mengacungkannya
tinggi-tinggi untuk dilihat semuanya, dan membaca:
"Semua berkas yang berkaitan dengan penerimaan,
evaluasi medis, pengobatan medis, pengurangan obat-
obatan, konseling penyalahgunaan obat-obatan,
rehabilitasi, dan pembebasan Tequila Watson. Sesuai
perintah Yang Mulia F. Floyd Sackman, Divisi Pidana
Superior Court D.C." "Kapan ia menandatanganinya?"
Samuel bertanya "Tiga jam yang lalu." "Kami sudah
memperlihatkan semuanya padamu," kata Noland pada
Clay. "Aku meragukannya. Aku bisa tahu mana berkas
yang telah dimodifikasi." 'Terlalu rapi," Jemiaine
menambahkan untuk membantu, akhirnya. "Kita tidak akan
berkelahi," kata satu dari dua polisi yang bertubuh besar
tersebut, sedikit pun tak menyisakan keraguan bahwa
mereka akan senang kalau terjadi perkelahian hebat "Dari
mana kita mulai?" "Evaluasi medisnya rahasia," kata
Samuel. "Aku yakin itu hak istimewa antara dokter dan
pasien." Itu alasan yang sangat bagus, tapi agak
menyimpang. "Arsip dokter memang rahasia," Clay
menjelaskan. 'Tapi arsip si pasien tidak. Aku punya surat
izin dan pernyataan melepaskan tuntutan yang
ditandatangani Tequila Watson yang mengizinkan aku
melihat semua berkasnya, termasuk arsip medis." Mereka
mulai di dalam ruangan tanpa jendela dengan lemari-
lemari arsip beraneka macam berjajar melapisi dinding-
dindingnya Sesudah beberapa menit, Talmadge X dan
Samuel menghilang dan ketegangan mulai mereda. Polisi-
polisi itu menarik kursi dan menerima kopi yang
ditawarkan resepsionis. Ia tak menawarkan apa pun pada
orang-orang dari OPD. Sesudah satu jam membongkar,
mereka tak menemukan apa pun yang berguna. Clay dan
Jermaine meninggalkan Rodney untuk meneruskan
pencarian. Ada beberapa polisi lagi yang harus mereka
temui. Penggeledahan di Clean Streets sangat mirip. Dua
pengacara itu berjalan memasuki kantor depan bersama
dua polisi di belakang mereka. Si direktur diseret keluar
walaupun sedang rapat. Sewaktu membaca surat perintah
pengadilan itu, ia menggumamkan sesuatu bahwa ia kenal
Hakim Sackman dan akan berurusan dengannya nanti.
Perempuan itu sangat kesal, tetapi dokumen pengadilan
tersebut sudah berbicara sendiri. Bahasa yang sama—
semua berkas dan dokumen yang berkaitan dengan
Washad Porter. "Ini tidak perlu," katanya pada Clay. "Kami
selalu bekerja sama dengan pengacara." "Bukan seperti
itu yang kudengar," kata Jermaine. Memang benar, Clean
Streets punya reputasi menentang permintaan paling
remeh sekalipun dari OPD. Ketika ia selesai membaca
surat perintah pengadilan itu untuk yang kedua kalinya,
salah satu polisi berkata, "Kami tidak akan menunggu
sepanjang hari." Wanita itu memimpin mereka ke ruang
kerja luas dan memanggil asisten yang segera mulai
mengangkuti berkas-berkas. "Kapan kami akan
menerimanya kembali?" ia bertanya. "Begitu kami
selesai," ujar Jermaine. "Dan siapa yang menyimpannya?"
"OPD, dalam keadaan terkunci* Kisah cinta mereka
dimulai di Abe's Place. Rebecca berada di salah satu
meja bersama dua teman perempuannya ketika Clay
berjalan menuju kamar kecil. Mereka beradu pandang, dan
Clay benar-benar berhenti selama satu detik, tak tahu pasti
apa yang harus ia lakukan selanjutnya. Teman-teman
perempuan itu segera menghilang. Clay menyingkirkan
teman minumnya. Mereka duduk bersama di bar selama
dua jam dan bercakap-cakap nonstop. Kencan pertama
terjadi malam berikutnya. Seks seminggu kemudian.
Rebecca menghindarkan Clay dari orangtuanya selama
dua bulan. Kini, empat tahun kemudian, keadaan menjadi
basi dan ia di bawah tekanan untuk terus tnaju. Rasanya
cocok bahwa mereka akan mengakhiri segalanya di Abe's
Place. Clay tiba lebih dulu' dan berdiri di bar, di tengah
kerumunan orang Hill Rats yang menandaskan isi gelas
mereka berbicara keras, cepat, dan serentak tentang
masalah-masalah penting yang mereka bereskan
sepanjang hari. Ia cinta D.C, dan ia benci D.C. Ia mencintai
sejarah,* energi, dan nilai pentingnya. Dan ia benci antek-
antek yang tak terhingga jumlahnya saling kejar dalam
permainan ingar bingar siapa lebih penting daripada yang
lain. Perbincangan yang paling dekat dengannya adalah
perdebatan penuh semangat tentang undang-undang
pengolahan air limbah di Central Plains. Abe's Place tak
lebih dari tempat minum yang ditempatkan secara
strategis di dekat Capitol Hill untuk menangkap rombongan
orang haus yang menuju pinggiran kota. Wanita-wanita
cantik. Berpakaian bagus. Banyak di antara mereka
berburu kencan. Gay melihat beberapa lirikan. Rebecca
murung, tegas, dan dingin. Mereka menyelinap ke booth
dan keduanya memesan minuman keras sebagai
persiapan untuk pembicaraan yang akan terjadi, day
mengajukan beberapa pertanyaan tak penting tentang
sidang subkomite yang dimulai tanpa gembar-gembor,
setidaknya begitulah menurut Post. Minuman tiba dan
mereka langsung meneguknya. "Aku bicara dengan
ayahku," Rebecca memulai. "Aku juga." "Mengapa kau
tidak dari semula mengatakan padaku bahwa kau tidak
hendak mengambil pekerjaan di Richmond?" "Mengapa
tidak dari semula kaukatakan padaku bahwa ayahmu
memanfaatkan koneksi untuk mencarikan pekerjaan
bagiku di Richmond?" "Kau seharusnya memberitahu aku."
"Aku sudah menunjukkannya dengan jelas." 'Tak ada yang
jelas denganmu." Keduanya meneguk minuman. "Ayahmu
menyebutku pecundang. Begitukah pendapat
keluargamu?" "Saat ini, ya." "Kau juga?" "Aku punya
keraguan sendiri. Harus ada yang realistis di sini."
Memang pernah ada ganjalan serius dalam kisah cinta
mereka, kegagalan yang sangat menyedihkan. Sekitar
setahun yang lalu mereka memutuskan untuk membiarkan
suasana mendingin, meneruskan hubungan sebagai teman
dekat, tapi juga melihat-lihat sekeliling untuk alternatif lain,
mungkin mencoba-coba, memastikan tidak ada orang lain
di luar sana. Barb merekayasa perpisahan im sebab,
seperti Clay dapati kemudian, ada laki-laki muda kaya
raya di Potomac Country Club yang baru saja kehilangan
istrinya karena kanker rahim. Bennett adalah sahabat
dekat keluarga im, dll, dsb. Ia dan Barb memasang
perangkap, tetapi si duda mencium adanya umpan.
Sebulan bergaul dengan keluarga Van Horn dan laki-laki
im memutuskan membeli rumah di Wyoming. Akan tetapi,
ini perpecahan yang lebih hebat Kali ini nyaris pasti
menjadi akhir cerita. Clay meneguk lagi minuman dan
berjanji pada diri sendiri bahwa apa pun yang dikatakan
Rebecca, dan dalam keadaan bagaimana pun, ia tidak
akan mengucapkan apa pun yang akan menyakiti hatinya.
Rebecca boleh habis-habisan menyakitinya kalau ia mau.
Tapi ia tidak akan melakukannya. §ty- • "Apa yang
kauinginkan, Rebecca?" "Aku tidak tahu." "Kau tahu.
Apakah kau ingin putus?" "Rasanya begitu," katanya, dan
matanya seketika menjadi basah. "Apakah ada orang
lain?" Tidak." Setidaknya belum. Coba beri Barb dan
Bennett beberapa hari. "Masalahnya kau tidak beranjak ke
mana-mana, Clay," katanya. "Kau pintar dan berbakat, tapi
kau tak punya ambisi," "Wah, sungguh menyenangkan
mengetahui aku pintar dan berbakat lagi. Beberapa jam
yang lalu aku pecundang." "Apakah kau mencoba
melucu?" "Mengapa tidak, Rebecca? Mengapa kita tidak
tertawa? mi sudah berakhir, marilah kita hadapi. Kita
saling mencintai, tapi aku pecundang yang tidak beranjak
ke mana pun. Itu masalahmu. Masalahku adalah
orangtuamu. Mereka akan mencincang laki-laki malang
yang kaumkahi," "Laki-laki malang?" "Benar. Aku kasihan
dengan laki-laki malang yang kaunikahi sebab orangtuamu
sungguh tak tertahankan. Dan kau tahu itu." "Laki-laki
malang yang aku nikahi?" Matanya tidak lagi basah. Mata
itu berapi-api. "Tenanglah." "Laki-laki malang yang aku
nikahi?" "Dengar, aku ada tawaran untukmu. Mari kita
menikah sekarang juga. Kita berhenti bekerja, menikah
kilat tanpa dihadiri siapa pun, jual segala yang kita miliki,
dan terbang ke, katakanlah, Seattle atau Portland, suatu
tempat yang jauh dari sini, dan kita hidup dari cinta
beberapa lama." "Kau tak mau pergi ke Richmond tapi kau
akan pergi ke Seattle?" "Richmond terlalu dekat dengan
orangtuamu, oke?" "Lalu apa?" "Lalu kita akan cari
pekerjaan." , "Pekerjaan macam apa? Apakah daerah
Barat sana kekurangan pengacara?" "Kau melupakan
sesuatu. Ingat percakapan semalam, aku pintar, berbakat,
berpendidikan baik, cerdas, bahkan tampan. Biro-biro
hukum besar akan mengejar-ngejar diriku. Dalam waktu
delapan belas bulan aku akan jadi partner. Kita akan punya
anak." "Lalu orangtuaku akan datang," 'Tidak, sebab kita
tidak akan mengatakan di mana kita berada. Dan bila
mereka menemukan kita, maka kita akan ganti nama dan
pindah ke Kanada." Dua gelas minuman lagi tiba dan
mereka tak membuang waktu menyisihkan yang lama.
Suasana ringan berlalu dengan cepat. Tetapi hal itu
mengingatkan mereka berdua tentang mengapa mereka
saling mencintai dan betapa mereka menikmati
kebersamaan mereka Dulu lebih banyak tawa daripada
kesedihan, meskipun keadaan berubah. Lebih sedikit tawa
Lebih banyak percekcokan tanpa nalar. Lebih banyak
pengaruh dari keluarga Rebecca. "Aku tidak suka Pantai
Barat," akhirnya ia berkata. "Kalau begitu pilihlah tempat
mana saja," Clay berkata menyudahi pemalangan. Tempat
Rebecca sudah dipilihkan, dan ia tidak mau pergi terlalu
jauh dari Mommy dan Daddy. Apa pun yang dibawa
Rebecca ke pertemuan ini akhirnya harus diucapkan. Sam
tegukan panjang, lalu ia mencondongkan badan ke depan
dan menatap lurus ke mata Clay. "Clay, aku sungguh butuh
istirahat" ."Jangan menyusahkan diri sendiri, Rebecca.
Kita akan melakukan apa pun yang kauinginkan." "Terima
kasih." "Berapa lama istirahatnya?" "Aku tidak mau tawar-
menawar, Clay." "Sebulan?" "Lebih lama dari im." "Tidak,
aku tidak akan menyetujuinya. Mari kita coba tiga puluh
hari tanpa • saling menelepon, oke? Hari ini tanggal tujuh
Mei-Mari kita bertemu di sini pada tanggal enam Juni,
tepat di meja ini, dan kita akan bicarakan lagi
kemungkinan perpanjangan,*' "Perpanjangan?*' "Sebut
apa saja semaumu." Terima kasih. Aku menyebutnya putus
hubungan, Clay. The big bang. Splitsville. Kau tempuh
jalanmu, aku tempuh jalanku sendiri. Kita akan bicara
sebulan lagi, tapi aku tidak mengharapkan perubahan.
Keadaan tidak berubah banyak setahun terakhir ini."
"Seandainya aku katakan ya untuk tawaran pekerjaan
menyebalkan di Richmond, apakah kita akan bicara soal
putus hubungan ini?" "Mungkin tidak." "Apakah im punya
arti lain dari tidak?" "Tidak." "Jadi, semua im memang
perangkap, bukan? Pekerjaan im, ultimatum im? Begitulah
yang ada dalam pikiranku kemarin malam, sergapan
mendadak. Ambillah pekerjaan ini, Nak, kalau tidak, tahu
sendiri" Rebecca tak menyangkalnya. Ia malah berkata,
"Clay, aku lelah bertengkar, oke? Jangan meneleponku
selama tiga puluh hari." Ia menyambar tas dan berdiri. Saat
beranjak keluar dari booth, ia menempelkan ciuman kering
dan tanpa makna di dekat pelipis kanan Clay, tapi Clay tak
menanggapi. Ia tidak mengawasi Rebecca berlalu.
Rebecca pun tak menengok ke belakang. Apartemen Clay
adalah kompleks tua - di Arlington. Ketika menyewanya
empat tahun yang lalu, ia tak pernah mendengar tentang
BVH Group. Belakangan, ia tahu perusahaan I itu
membangun tempat tersebut pada awal delapan puluhan
dalam salah satu petualangan bisnis pertama Bennett.
Bisnis itu bangkrut, kompleks tersebut dijualbelikan
beberapa kali, dan tak sepeser pun uang sewa Clay
masuk ke kocek Mr. Van Horn. Malah, tak satu pun
anggota keluarga itu tahu Clay tinggal di gedung yang
mereka bangun. Bahkan Rebecca pun tidak. Ia berbagi
unit dengan dua kamar tidur bersama Jonah, teman lama
dari sekolah hukum yang empat kali gagal ujian pengacara
sebelum akhirnya lulus dan kini berjualan komputer. Ia
berjualan sebagai pekerjaan parowaktu dan tetap
mendapatkan penghasilan lebih besar daripada Clay, fakta
yang selalu menghantui mereka. Pagi hari sesudah
perpisahan itu, Clay mengambil koran Pott di luar pintu dan
duduk di belakang meja dapur sambil menikmati kopi
pertamanya. Seperti biasa, ia langsung memeriksa berita
keuangan untuk mengecek sebentar perkembangan
menyedihkan BVHG. Sahamnya nyaris tak
diperdagangkan dan 8 beberapa investor salah langkah
yang memilikinya kini bersedia menjualnya dengan harga
$0,75 per lembar. Siapakah yang jadi pecundang di sini?
Tak ada sepatah kata pun tentang sidang subkomite
Rebecca yang penting itu. Ketika selesai dengan
keisengan itu, ia beralih ke rubrik olahraga dan
mengatakan pada diri sendiri bahwa sudah saatnya
melupakan keluarga Van Horn. Semuanya. Pukul 07.20,
saat ia biasanya makan semangkuk sereal, telepon
berdering. Ia tersenyum dan berpikir, Pasti Rebecca.
Sudah kembali. Tak ada orang lain yang akan menelepon
sepagi ini. Tak ada siapa pun kecuali pacar atau suami
perempuan yang mungkin tidur di lantai atas bersama
Jonah untuk menghilangkan pusing akibat mabuk. Selama
bertahun-tahun ini Clay beberapa kali menerima telepon
seperti itu. Jonah suka perempuan, terutama mereka yang
terikat pada orang lain. Lebih menantang, katanya. Tapi
ternyata telepon itu bukan dari Rebecca dan bukan pula
dari pacar atau suami. "Mr. Clay Carter," kata suara laki-
laki tak dikenal. . "Aku sendiri." "Mr. Carter, nama saya
Max Pace. Saya pencari tenaga kerja untuk beberapa biro
hukum di Washington dan New York. Nama Anda menarik
perhatian kami, dan saya punya dua lowongan sangat
menarik yang mungkin Anda minati. Bisakah kita makan
siang bersama hari ini?" Sama sekali tak mampu berkata-
kata, belakangan AC Clay ingat, di kamar mandi, bahwa
pikiran pertama yang melintas dalam benaknya saat im,
anehnya, adalah makan siang yang menyenangkan. "Uh,
baiklah." ia susah payah berkata. Headhunter adalah
bagian dari bisnis hukum, sama seperti setiap profesi lain.
Tetapi mereka jarang menghabiskan waktu mereka
mencari-cari di Kantor Pembela Umum di bawah sana.
"Bagus. Mari kita bertemu di lobi Hotel Willard siang ini?"
^v- **' "Siang ini bolehlah," kata Clay, pandangan matanya
terfokus pada setumpuk peralatan makan kotor di bak cuci
Ya, ini benar nyata. Ini bukan mimpi. "Terima kasih, sampai
jumpa nanti. Mr. Carter, saya janji ini pasti layak untuk
waktu yang Anda sisihkan." "Uh, tentu." Max Pace menutup
telepon dengan cepat, dan sesaat Clay memegangi
gagang telepon, memandangi piring-piring kotor, dan
bertanya-tanya dalam hati siapakah di antara teman-teman
kuliahnya yang berada di balik lelucon ini. Atau mungkinkah
Bennett si Bulldozer melakukan sisa-sisa pembalasan
terakhir? ia tidak punya nomor telepon Max Pace. Ia
bahkan tidak terpikir untuk menanyakan nama
perusahaannya. Selain itu, ia juga tidak punya setelan jas
bersih. Ia punya dua setel, dua-duanya berwarna kelabu,
yang satu tebal dan yang satu tipis, keduanya sangat tua
dan sering dipakai. Pakaiannya di ruang sidang.
Untungnya, kantor OPD tidak punya aturan berpakaian,
maka Clay biasanya memakai celana khaki dan blazer biru
tua. Kalau pergi ke pengadilan, ia memakai dasi dan
menanggalkannya segera setelah kembali ke kantor. Di
dalam kamar mandi, ia memutuskan bahwa pakaiannya
tidak jadi soal. Max Pac*e tahu di mana ia bekerja dan
tentunya tahu betapa kecil penghasilannya. Kalau Clay
datang untuk wawancara dengan celana khaki, maka ia
bisa minta lebih banyak uang. Sambil duduk di tengah
kepadatan lalu lintas Arlington Memorial Bridge, ia
memutuskan ini pasti ulah ayahnya. Pak tua im memang
tersingkir dari D.C. tapi ia masih punya kontak. Ia akhirnya
menemukan sasaran yang tepat, menelepon meminta
pertolongan, mencarikan putranya pekerjaan yang pantas.
Ketika karier hebat Jarrett Carter berakhir bak bara api
yang penuh warna, ia mendorong putranya ke Kantor
Pembela Umum. Kini masa magang sudah berakhir. Lima
tahun di parit perlindungan, dan tibalah saatnya untuk
pekerjaan sejati. Biro hukum macam apakah yang
mencarinya? Rasa ingin tahunya sangat terusik oleh
misteri ini. Ayahnya benci biro-biro besar yang menangani
masalah korporasi dan melakukan lobi, yang berjejalan di
sepanjang Connecticut dan Massachusetts Avenue. Dan ia
memandang sebelah mata pada biro-biro kecil yang
mengiklankan diri di bus dan billboard dan menjejali sistem
dengan kasus-kasus tak keruan. Biro hukum Jarrett yang
dulu punya sepuluh pengacara, sepuluh petarung di ruang
sidang yang memenangkan vonis dan dicari orang. "Ke
sanalah aku menuju," Clay bergumam sendiri sewaktu
melihat Sungai Potomac di bawahnya. Sesudah
melewatkan pagi paling tidak produktif dalam kariernya,
Clay meninggalkan kantor pada pukul setengah dua belas
dan tanpa terburu-buru mengendarai mobil ke Hotel
Willard, yang kini secara resmi disebut sebagai Willard
Inter Continental Hotel. Ia langsung disambut di lobi oleh
laki-laki muda berotot yang samar-samar seperti
dikenalnya. "Mr. Pace ada di atas," ia menerangkan. "Ia
ingin bicara dengan Anda di atas sana, kalau Anda tidak
keberatan." Mereka berjalan ke arah lift. "Baiklah," kata
Clay. Bagaimana dirinya begitu gampang dikenali, ia tidak
tahu persis. Mereka saling tak menghiraukan dalam
perjalanan ke atas. Mereka.melangkah keluar di lantai
sembilan dan pengawal Glay mengetuk pintu suite
Theodore Roosevelt Pintu terbuka dengan cepat dan Max
Pace menyapa dengan senyum resmi. Ia berusia
pertengahan empat puluhan, rambutnya hitam
bergelombang, kumisnya hitam, segalanya hitam. Jins
denim hitam, T-shirt hitam, sepatu bot berujung lancip
hitam. Sosok Holh/wood di Hotel Willard. Sama sekali
tidak mirip sosok pebisnis yang dikira Clay. Sewaktu
mereka berjabatan tangan, ia langsung merasakan bahwa
keadaan tidaklah seperti yang tampak. Dengan lirikan
cepat, si pengawal diperintahkan pergi. 'Terima kasih atas
kedatangan Anda," Max berkata sewaktu mereka berjalan
memasuki ruangan oval serbapualam. 98 "Sama-sama."
Clay mengamati suite itu; kulit dan kain mewah, berbagai
ruangan bercabang ke segala penjuru. "Tempat yang
menyenangkan." "Ini milik saya beberapa hari lagi. Saya
pikir kita bisa. makan di sini, memesan room service
sehingga kita bisa bicara tanpa gangguan." 'Tidak ada
masalah." Pertanyaan melintas dalam benaknya, yang
pertama di antara banyak lainnya. Apa yang dikerjakan
headhunter Washington di sini dengan menyewa suite hotel
yang mahal luar biasa? Mengapa ia tidak punya kantor di
dekat sini? Apakah ia benar-benar butuh pengawal
pribadi? "Ingin makan masakan tertentu?" "Saya gampang
kok." "Mereka punya capellini dan hidangan salmon yang
lezat. Saya sudah mencobanya kemarin. Luar biasa."
"Saya akan coba." Saat itu Clay mau mencoba apa saja;
ia kelaparan. Max pergi ke telepon sementara Clay
mengagumi pemandangan Pennsylvania Avenue di bawah.
Ketika makan siang sudah dipesan, mereka duduk di
dekat jendela dan dengan cepat melewatkan basa-basi
membicarakan cuaca, rentetan kekalahan Orioles, dan
keadaan perekonomian yang buruk belakangan ini. Pace
pintar bicara dan sepertinya merasa nyaman berbicara
tentang apa saja selama yang diinginkan Clay, la jelas
serius berlatih angkat beban dan ingin orang
mengetahuinya. Kausnya menempel ketat ke dada dan
lengannya dan ia suka mengelus kumis. Tiap kali ia
melakukan hal itu, otot bisepnya berkontraksi dan
menggelembung. Ia mungkin stuntman, tapi jelas bukan
headhunts dari perusahaan besar. Sepuluh menit berlalu
untuk mengobrol, dan Clay berkata, "Dua biro hukum itu,
bagaimana kalau Anda menceritakannya sedikit?"Mereka
tidak ada." kata Max. "Saya akui saya berbohong pada
Anda. Dan saya berjanji hanya sekali ini saya berbohong
pada Anda." "Anda bukan headhunted" "Bukan." "Kalau
begitu apa?" "Saya pemadam kebakaran.'* , "Terima
kasih, itu benar-benar menjelaskan segalanya.'* "Biarkan
saya bicara sebentar. Ada beberapa hal yang harus saya
jelaskan, dan sesudah saya selesai, saya berjanji Anda
akan senang." "Kusarankan Anda bicara cepat-cepat,
Max, kalau tidak aku akan keluar dari sini" "Tenanglah, Mr.
Carter. Boleh saya panggil Anda "Tidak sekarang."
"Baiklah. Saya agen, kontraktor, pekerja parowaktu
dengan keahlian khusus. Saya disewa perusahaan-
perusahaan besar untuk memadamkan kebakaran.
Mereka melakukan kesalahan, mereka menyadari
kesalahan mereka sebelum para pengacara
mengetahuinya, lalu mereka menyewa saya untuk diam-
diam menangani situasi, membereskan kekacauan
mereka, dan, mudah-mudahan, menghemat banyak uang
mereka. Jasa layanan saya sangat dibutuhkan. Nama saya
boleh Max Pace dan boleh apa saja. Tidak jadi soal. Siapa
saya dan dari mana asal saya tidaklah relevan. Yang
penting di sini saya disewa perusahaan besar untuk
memadamkan kebakaran. Ada pertanyaan?" 'Terlalu
banyak untuk diajukan saat ini." "Tunggulah. Saya tidak
mengatakan nama klien saya sekarang, mungkin takkan
pernah. Kalau kita mencapai kesepakatan, maka saya
bisa menceritakan lebih banyak pada Anda. Begini
ceritanya: Klien saya perusahaan multinasional yang
memproduksi obat-obatan. Anda akan mengenali
namanya. Perusahaan ini membuat berbagai produk, mulai
obat-obatan umum yang ada di lemari obat Anda saat ini
sampai obat-obatan yang rumit untuk melawan kanker dan
obesitas. Perusahaan blue-chip yang sudah tua dan
mapan, dengan reputasi menjulang. Sekitar dua tahun yang
lalu, ia menemukan sejenis obat yang mungkin
menyembuhkan kecanduan terhadap opium dan narkotika
berbasis kokain. Jauh lebih maju daripada methadone,
yang meskipun menolong banyak pencandu, ia sendiri
bersifat adiktif dan sangat banyak disalahgunakan. Kita
sebut saja obat ajaib ini Tarvan— begitulah nama
julukannya sementara ini. Obat tersebut ditemukan secara
tak sengaja dan dengan cepat digunakan pada setiap
binatang laboratorium yang ada. Hasilnya luar biasa, tapi
masalahnya, sulit menduplikasi kecanduan crack pada
tikus percobaan." "Mereka butuh manusia," kata Clay.
Pace mengelus kumis dan bisepnya berkontraksi. "Ya.
Potensi Tarvan cukup untuk membuat orang-orang besar
itu terjaga sepanjang malam. Bayangkan, minum satu pil
sehari selama sembilan puluh hari dan kau jadi bersih.
Ketagihanmu akan obat-obatan mi hilang. Kau bebas dari
kokain, heroin, crack—begitu saja. Sesudah bersih kau
minum sebutir Tarvan tiap dua hari dan bebas kecanduan
seumur hidup. Hampir seperti penyembuh instan, bagi
jutaan pecandu. Bayangkan keuntungannya—pasanglah
berapa saja harga yang kau mau untuk obat ini karena
seseorang entah di mana akan dengan senang hati
membayarnya. Bayangkan berapa kehidupan yang bisa
diselamatkan, kejahatan yang tidak jadi dilakukan,
keluarga-keluarga yang tetap utuh, miliaran dolar yang
tidak perlu dihamburkan dalam usaha merehabilitasi
pencandu. Makin jauh orang-orang besar itu memikirkan
betapa hebat potensi Tarvan, semakin cepat mereka
menginginkannya beredar di pasar. Tapi, seperti
kaukatakan, mereka masih butuh manusia." Diam sesaat,
seteguk kopi. T-shirt itu bergelombang berkat banyak olah
tubuh Ia meneruskan. "Jadi mereka mulai melakukan
kesalahan. Mereka memilih tiga tempat—Mexico City,
Singapura, dan Belgrade—tempat-tempat yang jauh di luar
yurisdiksi FDA. Dengan samaran sebagai yayasan
bantuan kemanusiaan internasional, mereka membangun
klinik-klinik rehabilitasi, sarana-sarana tertutup yang benar-
benar bagus di mana para pencandu bisa dikendalikan
sepenuhnya. Mereka memilih pencandu-pencandu paling
parah yang bisa mereka temukan, memasukkan mereka,
membersihkan mereka, mulai menggunakan Tarvan
meskipun para pnecandu itu tidak tahu-menahu. Mereka
sama sekali tidak peduli—semuanya gratis."
"Laboratorium manusia," kata Clay. Cerita itu sejauh ini
sangat menarik, dan Max si pemadam kebakaran pintar
menuturkannya. "Tak lain tak bukan memang laboratorium
manusia. Jauh dari sistem gugatan ganti rugi Amerika.
Dan dari pers Amerika. Dan penegak hukum Amerika.
Sungguh rencana yang cemerlang. Dan obat itu berhasil
baik. Sesudah tiga puluh hari, Tarvan menumpulkan
kebutuhan akan obat-obatan. Sesudah enam puluh hari,
pencandu-pencandu itu sepertinya cukup senang untuk
tetap bersih, dan sesudah sembilan puluh hari mereka
tidak takut lagi kembali ke jalan. Segalanya dipantau—diet,
latihan, terapi, bahkan percakapan mereka. Klien saya
sedikitnya punya satu pegawai untuk satu pasien, dan
masing-masing klinik ini punya seratusan ranjang. Sesudah
tiga bulan, pasien-pasien itu dilepaskan, dengan
kesepakatan mereka akan kembali ke klinik dua hari
sekali untuk mendapatkan jatah Tarvan mereka. Sembilan
puluh persen tetap memakai obat ini, dan tetap bebas dari
kecanduan. Sembilan puluh persen! Hanya dua persen
kembali kecanduan." "Dan delapan persen lainnya?"
"Merekalah yang jadi masalah, tapi klien saya tidak tahu
betapa serius keadaannya. Bagaimanapun, semua ranjang
penuh, dan dalam kurun waktu delapan belas bulan sekitar
seribu pencandu diobati dengan Tarvan. Hasilnya sungguh
mencengangkan. Klien saya bisa mencium keuntungan
bernilai miliaran dolar. Dan tak ada pesaing di bidang ini.
Tak ada per? usahaan lain yang mengembangkan riset
untuk obat anti kecanduan. Kebanyakan perusahaan
farmasi menyerah bertahun-tahun yang lalu." "Dan
kesalahan selanjutnya?" Max diam sesaat, lalu berkata,
"Jumlahnya begitu banyak." Suara bel berbunyi, makan
siang tiba. Pelayan mendorongnya di atas kereta dan
menghabiskan lima menit untuk menatanya. Clay berdiri di
depan jendela, menatap puncak Washington Monument,
tapi terlalu tenggelam dalam pikiran sendiri untuk melihat
apa pun. Max memberikan tip pada si pelayan dan
akhirnya menyingkirkannya dari ruangan. "Anda lapar?" ia
bertanya. "Tidak. Teruslah bicara." Clay menanggalkan jas
dan duduk di kursi. "Kukira kau sampai di bagian yang
bagus." "Bagus, jelek, tergantung bagaimana Anda
melihatnya. Kesalahan selanjurnya adalah membawa
pertunjukan itu ke sini. Di sinilah keadaan jadi benar-benar
kacau. Klien saya dengan sengaja mengamati bola dunia
dan memilih satu tempat untuk orang Kaukasia, satu untuk
orang Latin, dan satu untuk Asia Masih diperlukan
beberapa orang Afrika." "Kita punya banyak di D.C."
"Begitulah pendapat klien saya." "Kau bohong, bukan?
Katakan padaku kau bohong." "Saya sudah satu kali
berbohong pada Anda, -Mr. Carter. Dan saya berjanji tidak
akan melakukannya lagi." Clay perlahan-lahan berdiri dan
berjalan mengitari kursi, menghampiri jendela lagi. Max
mengamatinya dengan penuh perhatian. Santapan siang
itu mulai mendingin, tapi sepertinya tak seorang pun di
antara mereka peduli. Waktu seperti berhenti berjalan.
Clay berbalik dan berkata, "Tequila?" Max mengangguk
dan berkata, "Ya." "Dan Washad Porter?" "Ya." Satu menit
berlalu. Clay bersedekap dan bersandar pada dinding,
menghadapi Mac, yang merapikan kumis. "Teruskan," kata
Clay. "Pada sekitar delapan persen pasien-pasien itu,
terjadi ketidakberesan," Max berkata. "Klien saya tidak
tahu apa atau bagaimana atau bahkan siapa yang mungkin
berisiko. Tetapi Tarvan membuat mereka membunuh.
Jelas dan sederhana. Sesudah sekitar seratus hari, ada
sesuatu di otak mereka yang berubah, dan mereka
merasakan dorongan tak tertahankan untuk menumpahkan
darah. Tak ada perbedaan apakah mereka punya sejarah
melakukan kekerasan atau tidak. Umur, ras, jenis kelamin,
tak ada yang membedakan mereka jadi pembunuh." "Itu
berarti delapan puluh orang tewas?" "Paling sedikit. Tetapi
sulit mendapatkan informasi di daerah-daerah kumuh
Mexico City." "Ada berapa di sini, di D.C?" Ini pertanyaan
pertama yang membuat Max resah, dan ia mengelak.
"Saya akan menjawab pertanyaan itu beberapa menit lagi.
Biar saya selesaikan.cerita saya. Maukah Anda duduk?
Saya tidak suka menengadah saat berbicara." Clay duduk,
seperti diminta. "Kekeliruan selanjurnya adalah
menghindari FDA." "Tentu saja." "Klien saya punya banyak
teman penting di kota ini. Mereka jago dalam membeli
para politisi dengan uang PAC, dan mempekerjakan istri,
pacar, dan bekas asisten mereka, yang biasa dilakukan si
kaya raya di sini. Suatu perjanjian busuk dibuat. Ini
melibatkan orang-orang penting dari Gedung Putih,
Departemen Dalam Negeri, DEA, FBI, dan beberapa
lembaga lain, tak satu pun dilakukan secara tertulis. Tak
ada uang yang berpindah tangan; tak ada penyuapan.
Klien saya dengan pintar berhasil meyakinkan cukup
banyak orang bahwa Tarvan mungkin bisa menyelamatkan
dunia kalau ia bisa menunjukkan hasil di satu laboratorium
lagi. Karena FDA butuh dua atau tiga tahun untuk
memberikan persetujuan, dan karena mereka toh punya
beberapa teman di Gedung Putih, maka kesepakatan itu
pun diambil. Orang-orang besar itu, yang nama-namanya
kini hilang selamanya, menemukan cara untuk
menyelundupkan Tarvan ke beberapa klinik rehabilitasi
terpilih di D.C. yang didanai pemerintah federal. Kalau
obat itu berhasil di sini, maka Gedung Putih dan orang-
orang besar itu akan menekan FDA habis-habisan untuk
memberikan persetujuan secepatnya." "Ketika mereka
melakukan persekongkolan ini, apakah klienmu tahu
tentang delapan persen itu?" "Saya tidak tahu. Klien saya
tidak menceritakan segalanya dan takkan pernah
melakukannya. Saya pun tidak mengajukan banyak
pertanyaan. Tugas saya di bidang lain. Tetapi, saya curiga
klien saya tidak tahu-menahu soal delapan persen itu.
Kalau., tidak, risikonya pasti terlalu besar untuk melakukan
eksperimen di sini. Semua ini terjadi sangat cepat, Mr.
Carter." "Kau boleh memanggilku Clay sekarang." 'Terima
kasih, Clay." "Sama-sama." "Kukatakan di sini tidak ada
suap-menyuap. Sekali lagi; begitulah yang diceritakan
klienku padaku. Tapi mari kita bersikap realistis. Perkiraan
laba awal selama sepuluh tahun mendatang dari Tarvan
adalah tiga puluh miliar dolar. Laba, bukan penjualan.
Perkiraan awal pajak yang dihemat Tarvan adalah sekitar
seratus miliar dolar untuk periode yang sama. Jelas akan
ada uang yang berpindah tangan selama itu." "Cuma
semua itu sudah jadi sejarah?" "Oh ya. Obat itu ditarik
enam hari yang lahv Klinik-klinik canggih di Mexico City,
Singapura, dan Belgrade ditutup tengah malam dan semua
penasihat hebat itu menghilang seperti hantu. Semua
eksperimen dilupakan. Semua dokumen dihancurkan.
Klienku tak pernah dengar tentang Tarvan. Kami ingin
mempertahankannya agar tetap demikian." "Aku punya
firasat pada titik inilah aku mulai terlibat." "Hanya kalau kau
mau. Kalau kau menolak, aku siap menemui pengacara
lain." "Menolak apa?" "Kesepakatan, Clay, kesepakatan.
Hingga sekarang ini, sudah ada lima orang di D.C. dibunuh
pecandu-pencandu yang memakai Tarvan. Satu orang
dalam keadaan koma, mungkin tidak akan selamat Korban
pertama Washad Porter. Berarti seluruhnya ada enam.
Kami tahu siapa mereka, bagaimana mereka mati, siapa
yang membunuh mereka, segalanya. Kami ingin kau
mewakili keluarga mereka. Ambil mereka sebagai klien,
kami yang membayar, segala urusan dibereskan dengan
cepat, tanpa ribut-ribut, tanpa gugatan, tanpa publisitas,
tanpa jejak apa pun di mana pun." "Mengapa mereka mau
memakaiku?*' "Sebab mereka tidak tahu mereka punya
kasus. Mereka hanya tahu orang-orang yang mereka kasihi
menjadi korban tindak kekerasan acak di jalanan. Itu
adalah cara hidup di sini. Anakmu ditembak bajingan
jalanan, kau memakamkannya, bajingan itu ditahan, kau
pergi ke pengadilan, dan berharap ia masuk penjara
seumur hidup. Tapi kau tak pernah memikirkan gugatan.
Kau akan menggugat bajingan jalanan? Pengacara paling
lapar sekalipun tidak akan mengambil kasus seperti itu.
Mereka akan memakaimu sebab kau akan pergi pada
mereka, mengatakan pada mereka bahwa mereka punya
kasus, dan katakan kau bisa mendapatkan empat juta
dolar dengan penyelesaian yang sangat rahasia dan
cepat" "Empat juta dolar," Clay mengulangi, tak yakin
apakah itu terlalu banyak atau terlalu sedikit. "milah risiko
kami, Clay. Kalau Tarvan sampai diketahui pengacara
entah siapa, dan terus terang, kau adalah yang pertama
mencium adanya masalah, maka ada kemungkinan
persidangan. Anggap saja orang itu pengacara sidang
yang tangguh dan berhasil memilih anggota juri yang
seluruhnya kulit hitam di D.C. sini." Ttu cukup gampang."
'Tentu saja itu gampang. Dan katakanlah pengacara ini
entah bagaimana, mendapatkan bukti-bukti yang benar.
Mungkin beberapa dokumen yang terlewat tidak
dimusnahkan. Kemungkinan lebih besar, ada seseorang
_yang bekerja untuk klienku buka mulut. Pokoknya,
persidangan itu sepenuhnya berpihak pada keluarga
almarhum. Kemungkinan akan jatuh vonis ganti kerugian
yang sangat besar. Lebih parah lagi, setidaknya bagi
klienku, publisitas negatifnya akan sangat mengerikan.
Nilai sahamnya bisa runtuh. Bayangkan yang terburuk,
Clay, lukis sendiri mimpi burukmu, dan percayalah padaku,
orang-orang ini juga melihatnya. Mereka melakukan
sesuatu yang buruk. Mereka mengetahuinya, dan ingin
meluruskannya. Tapi mereka juga berusaha membatasi
kerusakan di sini." "Empat juta itu murah sekali." "Ya dan
tidak. Ambil saja Ramon Pumphrey sebagai contoh. Umur
dua puluh dua, bekerja paro-waktu, penghasilannya enam
ribu dolar setahun. Dengan tingkat harapan hidup normal
hingga lima puluh tiga tahun lebih, dan dengan asumsi
pendapatan tahunannya dua kali upah minimum, maka nilai
ekonomis hidupnya, dihitung dengan nilai dolar saat ini,
adalah sekitar setengah juta dolar. Itulah nilainya." "Sanksi
ganti rugi tentu mudah didapatkan" 'Tergantung. Kasus ini
akan sangat sulit dibuktikan, Clay, sebab tidak ada
dokumen apa pun. Berkas-berkas yang kauambil kemarin
tidak akan mengungkapkan apa pun. Konselor-konselor di
D Camp dan Clean Streets tidak tahu obat apa yang
mereka berikan. FDA tidak pernah mendengar tentang
Tarvan. Klienku siap membelanjakan satu miliar dolar untuk
membayar pengacara dan para pakar dan siapa saja yang
mereka butuhkan untuk melindungi mereka. Litigasi akan
jadi perang sebab klienku begitu bersalah!" "Enam kali
empat berarti 24 juta." 'Tambahkan sepuluh juta untuk
pengacaranya." "Sepuluh juta?" "Ya, itulah
kesepakatannya, Clay. Sepuluh untukmu." "Kau pasti
bercanda." "Sangat serius. Tiga puluh juta, total. Dan bisa
menuliskan ceknya sekarang juga." "Aku perlu pergi
berjalan-jalan." "Bagaimana dengan makan siangnya?"
'Tidak, terima kasih." BeRJALAN kaki tanpa tujuan tertentu
di depan Gedung Putih. Hilang sejenak di antara
sekelompok turis Belanda yang memotret dan menunggu
Presiden melambaikan tangan pada mereka, lalu berjalan
kaki melintasi Lafayette Park di mana para tunawisma
menghilang di siang hari, lalu ke bangku panjang di
Farragut Square tempat ia makan sandwich dingin tanpa
merasakan apa pun. Semua indranya tumpul, segala
pikiran melamban dan kacau balau. Saat itu bulan Mei, tapi
udara tidak bersih. Kelembapan sedikit pun tidak
membantunya berpikir. Ia membayangkan dua belas wajah
berkulit hitam duduk di boks juri, orang-orang yaag geram
dan sudah seminggu mendengarkan sejarah Tarvan yang
mengguncang perasaan. Ia berbicara pada mereka dalam
pidato akhirnya: "Mereka membutuhkan tikus-tikus
laboratorium berkulit hitam, bapak-ibu sekalian, lebih
disukai warga Amerika sebab di sinilah uang berada. Jadi
mereka membawa Tarvan yang hebat itu ke kota kita." Dua
belas wajah itu menyimak setiap patah kata dan
mengangguk setuju, tak sabar untuk pergi dan
memutuskan keadilan. . Berapakah vonis terbesar dalam
sejarah dunia/ Apakah Guinness Book punya catatan rekor
seperti 9 itu? Berapa pun nilainya, dirinyalah yang
menentukan jumlahnya. "Pikirkan sendiri sisanya, saudara-
saudara anggota juri." Kasus ini tidak akan pernah
disidangkan; takkan ada juri yang mendengarnya. Siapa
pun pembuat Tarvan siap menghamburkan, jauh lebih
banyak dari 34 juta dolar untuk mengubur kejadian
sebenarnya. Dan mereka akan menyewa segala macam
preman untuk mengancam, mencuri dokumen, menyadap
telepon, dan membakar kantor, apa saja yang perlu
dilakukan agar rahasia mereka tidak terungkap di hadapan
dua belas wajah marah itu. Ia memikirkan Rebecca.
Betapa ia akan jadi wanita yang berbeda begitu
terbungkus dalam kemewahan uangnya. Betapa cepat ia
akan meninggalkan segala kekhawatiran Capitol Hill dan
mengundurkan diri dalam kehidupan sebagai ibu. Ia akan
menikahi Clay dalam waktu tiga bulan, atau secepat Barb
bisa merencanakan segalanya. Ia memikirkan keluarga
Van Horn, tapi, anehnya, bukan sebagai orang-orang yang
ia kenal. Mereka sudah keluar dari kehidupannya; ia
mencoba melupakan mereka. Ia bebas dari orang-orang
itu, sesudah empat tahun dalam pasungan. Mereka tidak
akan pernah lagi menyiksanya Ia akan terbebas dari
banyak hal lain. Satu jam berlalu. Ia mendapati dirinya
berada di DuPont Circle, menatap jendela-jendela
berbagai toko kedi yang menghadap Massachusetts
Avenue; buku langka, piring langka, kostum langka; orang
langka di mana-mana. Ada cermin pada bagian depan
sebuah toko, dan ia memandang mata sendiri lurus-lurus
dan bertanya dengan suara keras pada diri sendiri apakah
Max si pemadam kebakaran benar nyata atau penipu atau
hantu. Ia berjalan sepanjang trotoar, muak dengan
pemikiran bahwa perusahaan terhormat bisa memaksa
orang-orang paling lemah yang dapat ia temukan, lalu
beberapa detik kemudian tergetar oleh prospek
mendapatkan uang lebih banyak daripada yang pernah ia
impikan. Ia butuh ayahnya. Jarrett Carter tentu tahu apa
yang harus dilakukan. Satu jam lagi berlalu. Ia diharapkan
berada di kantor untuk menghadiri rapat staf mingguan
entah apa. "Pecat saja aku," gumamnya sambil tersenyum.
Beberapa lama ia melihat-lihat di Kramerbooks, toko buku
favoritnya di D.C. Mungkin tak lama lagi ia-bisa pindah dari
bagian paperback yang murah ke bagian hardback. Ia bisa
mengisi dinding-dinding barunya dengan deretan buku.
Pukul 15.00, sesuai jadwal, ia berjalan ke bagian belakang
Kramer's, memasuki kafe, dan di sanalah Max Pace,
duduk seorang diri, minum jus, sambil menunggu. Ia jelas'
gembira.melihat Clay lagi. "Apakah kau mengikuti aku?"
Clay bertanya, duduk dan menjejalkan tangan ke dalam
saku celana. "Tentu saja. Mau minum?" "Bagaimana kalau
aku memasukkan gugatan besok, atas nama keluarga
Ramon Pumphrey? Satu kasus ini saja nilainya bisa lebih
daripada yang kautawarkan untuk enam orang seluruhnya."
Pertanyaan itu sepertinya sudah diantisipasi. Max telah
siap dengan jawaban. "Kau akan menghadapi daftar
masalah yang panjang. Mari kuberitahukan tiga masalah
teratas. Pertama, kau tidak tahu siapa yang harus digugat.
Kau tidak tahu siapa yang membuat Tarvan. dan ada
kemungkinan tak seorang pun akan pernah
mengetahuinya. Kedua, kau tidak punya uang untuk
bertarung dengan klienku. Paling tidak, kau butuh sepuluh
juta dolar untuk melakukan serangan berkelanjutan. Ketiga,
kau akan kehilangan peluang untuk mewakili semua
penggugat yang sudah diketahui. Kalau kau tidak
mengatakan ya secepatnya, aku siap pergi ke pengacara
selanjurnya dalam daftarku dengan tawaran yang sama.
Tujuanku adalah membereskan persoalan ini dalam waktu
tiga puluh hari." "Aku bisa saja pergi ke biro hukum besar
yang biasa menangani gugatan ganti kerugian." Ta, dan itu
akan menimbulkan lebih banyak masalah. Pertama kau
harus merelakan sedikitnya setengah dari uang jasamu.
Kedua, akan butuh lima tahun, atau mungkin lebih, sebelum
ada hasil. Ketiga, biro hukum terbesar di bidang ini bisa
dengan mudah kalah dalam kasus ini. Kejadian
sebenarnya, Clay, mungkin takkan pernah terungkap." "mi
seharusnya diketahui orang." "Mungkin, tapi aku tidak
peduli bagaimana seharusnya Tugasku adalah
membungkam persoalan; memberikan kompensasi layak
kepada korban, lalu menguburkannya selama-lamanya.
Jangan bodoh, temanku." "Kita bukan teman." "Benar, tapi
kita makin mendekati status itu." "Kau punya daftar
pengacara?" "Ya, aku punya dua nama lagi, keduanya
sangat mirip denganmu." "Dengan kata lain, mereka
lapar." "Ya, kau lapar. Tapi kau juga cerdas." "Begitulah
kata orang. Dan aku punya pundak lebar. Dua pengacara
itu ada di kota ini?" "Ya, tapi sebaiknya tidak usah
kaupikirkan mereka. Hari ini hari Kamis. Aku butuh
jawaban Senin siang. Kalau tidak, aku akan pergi ke orang
berikut." "Apakah Tarvan digunakan di kota lain di AS?"
'Tidak, hanya di D.C." "Dan berapa orang pernah diobati
dengannya?" *¦ "Seratus, kurang-lebih." Clay minum air es
yang diletakkan pelayan di dekatnya. "Jadi masih ada
beberapa pembunuh lagi di luar sana?" "Kemungkinan.
Tak perlu dikatakan, kami menunggu dan mengawasi
dengan kekhawatiran besar." 'Tidak bisakah kau
menghentikan mereka?" "Menghentikan pembunuhan
jalanan di D.C? Tak seorang pun bisa meramalkan Tequila
Watson akan pergi meninggalkan D Camp dan dalam dua
jam membunuh orang. Tidak pula dengan Washad Porter.
Tarvan tidak memberikan petunjuk apa pun tentang siapa
yang mungkin mengalami gangguan itu, juga kapan
mereka akan mengalaminya. Ada beberapa bukti bahwa
sesudah sepuluh hari tanpa obat itu, orang.jadi tidak
berbahaya lagi. Tapi semua itu masih spekulatif." "Jadi
pembunuhan-pembunuhan itu seharusnya berhenti hanya
dalam beberapa hari?" "Kami mengharapkan begitu. Aku
berharap kami bisa bertahan hingga akhir pekan ini."
"Klienmu seharusnya masuk penjara." "Klienku adalah
sebuah perusahaan." "Perusahaan pun bisa didituntut
bertanggung jawab melakukan tindak pidana." "Sebaiknya
jangan berdebat soal itu, oke? Tidak akan membawa kita
ke mana-mana. Kita perlu memusatkan perhatian padamu
dan apakah kau mampu menghadapi tantangan ini." "Aku
yakin kau punya rencana." "Ya, sangat terperinci." *Aka
berhenti dari pekerjaan yang sekarang, lalu apa?" Pace
mendorong minumannya ke samping dan mencondongkan
badan lebih rendah, seolah ada sesuatu yang bagus untuk
disampaikan. "Dirikan biro hukum sendiri. Sewa kantor,
lengkapi dengan perabotan bagus, dan seterusnya. Kau
harus menjual jasa, Gay, dan satu-satunya cara untuk
melakukan hal itu adalah tampil, dan bertindak seperti
pengacara pengadilan yang sangat sukses. Klien-klien
potensialmu akan dibawa ke kantormu. Mereka perlu
mendapatkan kesan bagus. Kau akan perlu staf dan
pengacara lain untuk bekerja padamu. Percayalah padaku.
Aku dulu pun pengacara. Klien ingin kantor-kantor bagus.
Mereka ingin melihat keberhasilan. Kau akan mengatakan
kepada orang-orang ini bahwa kau bisa mendapatkan
uang ganti kerugian empat juta dolar." "Empat juta terlalu
murah." "Nanti, oke? Kau harus kelihatan berhasil; itulah
maksudku." "Aku mengerti maksudmu. Aku besar di biro
hukum yang sangat sukses." "Kami tahu. Itulah salah satu
yang kami sukai pada dirimu." "Seberapa sulitkah
mendapatkan ruang kantor saat ini?" "Kami menyewa
ruang kantor di Connecticut Avenue. Kau mau melihatnya?"
Mereka meninggalkan Kramer's melalui pintu belakang
dan berjalan di trotoar seperti dua sahabat lama yang
berjalan-jalan. "Apakah aku masih dikuntit?" Clay bertanya.
"Kenapa?" "Oh, entahlah. Cuma ingin tahu. Itu tidak terjadi
setiap hari. Aku cuma ingin tahu apakah aku akan
ditembak kalau melarikan diri." Pace benar-benar terkekeh
mendengar ucapan ini. "Itu agak absurd, bukan?" "Benar-
benar konyol." "Klienku sangat resah, Clay." "Dengan
alasan yang kuat." "Saat ini mereka punya puluhan orang
di kota, mengawasi, menunggu, berdoa semoga tidak ada
pembunuhan lagi. Dan mereka berharap kau jadi orang
yang menyampaikan kesepakatan ini." "Bagaimana
dengan masalah etika?" "Yang mana?" "Aku bisa
menyebutkan dua hal—konflik kepentingan dan dorongan
untuk melakukan litigasi tidak benar." "Itu lelucon. Coba
lihatlah papan-papan iklan itu." Mereka berhenti di
perempatan. "Saat ini aku mewakili tersangka," kata Clay
sewaktu mereka menunggu. "Bagaimana aku bisa
menyeberang begitu saja dan mewakili korbannya?"
"Lakukan saja. Kami sudah meriset segala kitab suci etika.
Memang agak repot, tapi tidak ada pelanggaran apa pun.
Begitu kau mengundurkan diri dari OPD, kau bebas
membuka kantor sendiri dan menerima perkara." "Itu
bagian yang gampang. Bagaimana dengan Tequila
Watson? Aku tahu mengapa ia melakukan pembunuhan.
Aku tidak bisa menyembunyikan pengetahuan itu darinya,
atau dari pembelanya yang akan datang" "Mabuk atau
terpengaruh obat-obatan bukanlah pembelaan untuk tindak
kejahatan. Ia bersalah. Ramon Pumphrey sudah
meninggal. Kau harus melupakan Tequila." Mereka
berjalan lagi. "Aku tidak suka jawaban itu," kata Clay.
"Itulah jawaban terbaik yang kupunya. Kalau kau
mengatakan tidak padaku dan terus mewakili klienmu,
pada akhirnya akan mustahil bagimu untuk membuktikan ia
pernah memakai obat bernama Tarvan. Kau akan tahu,
tapi kau tidak akan bisa membuktikannya. Kau akan
tampak tolol menggunakan itu sebagai dalih pembelaan."
"Itu mungkin bukan pembelaan, tapi bisa jadi alasan yang
meringankan." "Hanya kalau kau bisa membuktikannya,
Clay. Di sini" Mereka berada di Connecticut Avenue, di
depan gedung modern memanjang dengan gerbang
masuk tiga tingkat terbuat dari kaca dan perunggu. Clay
menengadah dan berkata, "Distrik dengan biaya sewa
yang mahal." "Ayo. Kau di lantai empat, kantor di sudut
dengan pemandangan yang fantastis." Di serambi luas
berlapis marmer, sebuah direktori menunjukkan apa dan
siapa di dunia hukum D.C. "Ini sama sekali bukan
tempatku," Clay berkata sewaktu membaca nama biro-biro
hukum itu. "Bisa jadi," kata Max. "Bagaimana kalau aku
tidak ingin di sini?" 'Itu terserah padamu. Kami hanya
kebetulan punya tempat. Kami akan mengontrakkannya
padamu dengan harga yang sangat ringan." "Kapan kau
menyewanya?" "Jangan mengajukan terlalu banyak
pertanyaan, Clay. Kita berada dalam tim yang sama."
"Belum." Karpet sedang digelar dan dinding-dinding kantor
Clay di lantai empat itu sedang dicat. Karpet mahal.
Mereka berdiri di dekat jendela kantor yang luas dan
kosong dan mengamati: lalu lintas Connecticut Avenue di
bawah. Ada seribu hal yang harus dilakukan untuk
membuka biro hukum baru, dan ia hanya bisa memikirkan
seratus. Dan ia punya firasat Max punya segala
jawabannya. "Bagaimana pendapatmu?" tanya Max. "Aku
tidak terlalu bisa berpikir saat ini. Segalanya buram."
"Jangan lewatkan peluang ini, Clay. Ini tidak akan pernah
datang lagi. Dan jam terus berdetik." "Rasanya seperti
tidak nyata." "Kau bisa membereskan anggaran dasar biro
hukummu secara online, butuh sekitar satu jam. Pilih
sebuah bank, buka rekening. Kop surat dan hal-hal
semacamnya bisa dikerjakan dalam semalam. Kantor bisa
selesai dan didekorasi dalam waktu beberapa hari. Rabu
depan kau bisa duduk di sini, di belakang meja kerja
bagus, mengelola pertunjukanmu sendiri." "Bagaimana aku
mendapatkan kasus-kasus lainnya?" Teman-temanmu
Rodney dan Paulette. Mereka kenal kota ini dan orang-
orangnya. Pekerjakanlah mereka naikkan gaji mereka tiga
kali lipat, beri mereka kantor bagus di gang sana. Mereka
bisa bicara pada para keluarga korban. Kami akan
membantu." "Kau sudah memikirkan segalanya," Ta
Segalanya. Aku menjalankan mesin yang sangat efisien,
mesin yang sedang bekerja nyaris dalam keadaan siaga
satu. Kami bekerja dua puluh empat jam, Clay. Kami cuma
butuh ujung tombak." Dalam perjalanan ke bawah, lift
berhenti di lantai tiga. Tiga laki-laki dan seorang wanita
melangkah masuk, semuanya berpakaian bagus dan
terawat dan membawa tas kerja kulit yang mahal, dengan
aura orang penting yang ada pada diri pengacara-
pengacara di biro hukum besar. Max begitu asyik dengan
penuturannya sehingga tak melihat mereka. Namun Clay
memperhatikan mereka—tindak tanduk mereka, cara
bicara mereka yang terjaga, keseriusan mereka,
keangkuhan mereka. Ini pengacara-pengacara besar,
pengacara-pengacara penting, dan mereka tidak
menganggapnya ada. Tentu saja, dalam celana khaki tua
dan pantofel butut, ia sama sekali tidak mencerminkan
citra sesama anggota Pengacara D.C. Hal itu bisa
berubah dalam semalam, bukan? Ia mengucapkan selamat
tinggal pada Max dan kembali berjalan kaki, kali ini kurang-
lebih ke arah kantornya. Ketika ia akhirnya tiba, tak ada
catatan mendesak di mejanya. Rapat yang tidak
dihadirinya rupanya tak banyak dihadiri yang lainnya. Tak
seorang pun menanyakan ke mana ia tadi. Tak seorang
pun sepertinya menyadari bahwa siang ini ia tidak ada di
tempat. Kantornya tiba-tiba jadi jauh lebih sempit, dan lebih
kumal, dan perabotannya kusam bukan main. Ada
setumpuk berkas di meja-kerjanya, kasus-kasus yang kini
tak bisa dipikirkan otaknya. Lagi pula, semua kliennya ini
penjahat. Peraturan OPD mensyaratkan pemberitahuan
tiga puluh hari sebelum mengundurkan diri. Akan tetapi,
peraturan itu tidak ditegakkan karena memang tak bisa
ditegakkan. Orang-orang setiap saat berhenti dengan
pemberitahuan mendadak atau tanpa pemberitahuan apa
pun. Glenda akan menulis surat ancaman. Ia akan menulis
surat balasan yang menyenangkan, dan urusan pun
selesai. Sekretaris terbaik di kantor itu adalah Miss Glick,
pahlawan kawakan yang mungkin akan langsung
menerkam kesempatan untuk meraih dua kali gaji
sekarang dan meninggalkan suramnya kantor OPD. Kantor
Clay akan jadi tempat yang menyenangkan untuk bekerja,
demikian ia memutuskan. Gaji, bonus, libur panjang,
bahkan mungkin pembagian laba. Ia menghabiskan satu
jam terakhir hari kerja itu di balik pintu yang terkunci,
menyusun rencana, mencuri pegawai, «berdebat dengan
diri sendiri mengenai pengacara dan paralegal mana yang
mungkin cocok. Ia menemui Max Pace untuk ketiga kalinya
hari itu, untuk makan malam, di Old Ebbitt Grille, di
Fifteenth Street, dua blok di belakang Hotel Willard. Ia
terkejut ketika Max mulai dengan martini, dan ini
membuatnya jauh lebih santai. Tekanan situasi mulai
.berkurang akibat minum gin, dan Max jadi orang yang
nyata: Ia pernah menjadi pengacara di California, sebelum
peristiwa malang mengakhiri kariernya di sana. Melalui
beberapa kontak, ia menemukan tempat di dunia lrtigasi
sebagai pemadam kebakaran. Pemberes masalah. Agen
yang dibayar mahal untuk diam-diam menyelinap masuk
membersihkan kekacauan, dan menyelinap ke luar tanpa
jejak. Sambil menyantap steak dan sesudah botol pertama
anggur Bordeaux, Max mengatakan ada hal lain yang
sudah menunggu Max sesudah Tarvan. "Sesuatu yang jauh
lebih besar," kata Max, dan ia benar-benar melirik
sekeliling restoran untuk mengamati apakah ada mata-
mata yang mendengarkan. "Apa?" Clay bertanya sesudah
menunggu lama. Sekali lagi Max mengamati kalau-kalau
ada pe-nguping, lalu berkata, "Klienku punya pesaing yang
melepaskan obat buruk di pasar. Tak ada yang tahu soal
ini. Obat tersebut mengungguli obat kami. Tapi klienku
sekarang punya bukti andal bahwa obat jelek itu memicu
tumor. Klienku menunggu momen yang tepat untuk
menyerang.". "Menyerang?" . "Ya, gugatan class-action
yang diajukan pengacara muda dan agresif yang memiliki
bukti-bukti tepat." "Kau menawari aku kasus lain?" "Ya.
Kau terima kasus Tarvan ini, bereskan urusannya dalam
tiga puluh hari, lalu kami akan serahkan padamu berkas
perkara yang bernilai jutaan dolar." "Lebih besar daripada
Tarvan?" "Jauh lebih besar." Mendengar itu, Clay berhasil
dengan susah payah menghabiskan setengah filet mignon-
nya tanpa merasakan apa-apa. Setengah lainnya tak
tersentuh. Ia sangat kelaparan tapi tak punya selera.
"Mengapa aku?" ia bertanya, lebih pada diri sendiri
daripada kepada teman barunya itu. "Itu pertanyaan yang
sama dengan yang diajukan pemenang lotre. Kau telah
memenangkan lotre, Clay. Lotre ahli hukum. Kau cukup
pintar untuk mengendus jejak Tarvan, dan pada saat yang
kama kami sangat membutuhkan pengacara muda yang
bisa kami percaya. Kita saling menemukan, Clay, dan kita
punya peluang singkat ini di mana kau membuat keputusan
yang akan mengubah arah hidupmu. Katakan ya, dan kau
akan jadi pengacara yang sangat besar. Katakan tidak
maka kau kalah lotre." "Aku mengerti maksudmu. Aku
butuh waktu untuk berpikir, untuk menjernihkan pikiran."
"Kau punya waktu selama akhir pekan ini." "Terima kasih.
Dengar, aku akan bepergian sebentar, berangkat pagi,
kembali Minggu malam. Menurutku, kalian sama sekali
tidak perlu menguntitku." "Boleh aku tanya ke mana?" ,
"Abaco, di kepulauan Bahama." "Untuk menemui
ayahmu?" Clay terperanjat, tapi sebenarnya ia tak perlu
kaget "Ya," katanya. "Untuk apa?" "Bukan urusanmu. Untuk
memancing." "Maaf, tapi kami sangat cemas. Kuharap kau
mengerti." "Tidak Aku akan memberikan informasi
penerbanganku, tapi jangan buntuti aku, oke?" "Kau boleh
pegang janjiku." PuLAU Abaco Besar adalah sekeping
daratan sempit panjang di ujung utara kepulauan Bahama,
sekitar 160 kilometer sebelah selatan Florida. Clay pernah
sekali ke sana, empat tahun yang lalu ketika ia mampu
mengumpulkan cukup uang untuk tiket pesawat Perjalanan
itu libur akhir pekan panjang, di mana Clay merencanakan
mendiskusikan persoalan-persoalan serius dengan
ayahnya dan menceritakan beberapa persoalan. Hal itu
tidak terjadi. Jarrett Carter masih terlalu memikirkan aibnya
dan hanya asyik minum rum punch dari siang hingga
malam. Ia bersedia berbicara tentang apa saja kecuali
hukum dan pengacara. Kunjungan ini akan berbeda. Clay
tiba menjelang sore dengan pesawat turboprop Coconut
Air yang sangat panas dan sesak. Petugas di Pabean
melihat sepintas paspornya dan melambaikan tangan
menyuruhnya lewat Perjalanan dengan taksi ke Marsh
Harbor butuh waktu lima menit, di sisi jalan yang
berkebalikan dengan Amerika. Pengemudinya suka
mendengarkan musik gospel keras-keras dan Clay malas
memprotes. Ia juga malas memberi tip. Ia keluar dari mobil
itu di pelabuhan dan pergi mencari ayahnya. Jarrett Carter
pemah mengajukan gugatan terhadap Presiden Amerika
Serikat, dan meskipun ia kalah, pengalaman itu
mengajarkan padanya bahwa setiap tergugat sesudah itu
merupakan sasaran yang lebih mudah. Ia tidak takut
terhadap siapa pun, di pengadilan maupun di luarnya.
Reputasinya aman berkat satu kemenangan besar—vonis
besar atas tuduhan malapraktik oleh Ketua Ikatan Dokter
Amerika, dokter yang baik tetapi melakukan kesalahan
ketika melakukan pembedahan. Juri yang tak kenal
kasihan di sebuah county yang konservatif menjatuhkan
vonis itu, dan Jarrett Carter tiba-tiba menjadi pengacara
sidang yang dicari orang. Ia mengambil kasus-kasus
paling berat, memenangkan sebagian besar di antaranya,
dan pada umur empat puluh tahun menjadi litigator dengan
reputasi luas. Ia mendirikan biro hukum yang dikenal
karena cara-caranya yang tak kenal ampun di ruang
sidang. Clay tak pernah meragukan ia akan mengikuti
ayahnya dan menghabiskan kariernya di sidang-sidang
pengadilan. Roda nasib berputar ketika Clay kuliah di
college. Perceraian yang kisruh menguras uang Jarrett.
Biro hukumnya mulai terpecah belah karena para partner
yang saling menggugat. Tak bisa mencurahkan perhatian,
Jarrett bekerja dua tahun tanpa memenangkan satu
perkara pun, dan reputasinya rusak hebat. Ia melakukan
kesalahan terbesar ketika ia dan akuntannya mulai
mengutak-atik pembukuan—menyembunyikan
pendapatan, menggelembungkan pengeluaran. Ketika
mereka ditangkap, si akuntan bunuh diri tapi Jarrett tidak.
Tapi ia hancur, dan penjara rasanya tak terelakkan.
Untungnya, jaksa yang bertanggung jawab atas gugatan itu
adalah teman lamanya di sekolah hukum. Rincian
kesepakatan mereka akan tetap merupakan rahasia
gelap. Tak pernah ada gugatan, hanya kesepakatan tidak
resmi di mana Jarrett diam-diam menutup kantornya,
menyerahkan izin berpraktik hukum, dan meninggalkan
negeri ini. Ia kabur tanpa apa pun, meskipun* orang-orang
yang dekat dengan perkara itu menduga ia telah
menyembunyikan sesuatu di luar negeri. Clay tak pernah
melihat indikasi adanya harta simpanan seperti itu. Maka
Jarrett Carter yang hebat menjadi kapten perahu
memancing di Bahama, sesuatu yang bagi beberapa
orang kedengaran seperti kehidupan yang sangat
menyenangkan. Clay mendapatinya di perahu,
Wavedancer ukuran enam puluh kaki yang terselip di
marina yang penuh sesak. Perahu-perahu sewaan lainnya
sedang kembali dari melaut sesiangan. Nelayan-nelayan
dengan kulit terbakar mengagumi tangkapan mereka.
Lampu kilat kamera-kamera menyambar. Kuli-kuli Bahama
hilir-mudik menurunkan kotak-kotak pendingin berisi ikan
kerapu dan tuna. Mereka mengangkati tas-tas berisi botol
dan kaleng bir kosong. Jarrett berada di haluan dengan
slang air" di satu tangan dan spons di tangan lainnya. Clay
mengamatinya beberapa saat, tak mau menyela orang
yang sedang bekerja. Ayahnya jelas tampak seperti salah
satu ekspatriat perantauan yang kabur dari tanah air—
bertelanjang kaki dengan kulit bak disamak, janggut kelabu
ala Hemingway, kalung perak melingkar di leher, topi
pancing berparuh panjang, kemeja katun putih tua dengan
lengan digulung hingga bisep. Kalau bukan karena perut
yang- sedikit membuncit karena bir, Jarrett pasti kelihatan
cukup bugar. "Wah, kejutan!" ia. berseru ketika melihat
putranya. "Perahu yang bagus," Clay berkata sambil
melangkah ke atasnya. Jabatan tangan yang erat, tapi tak
lebih dari itu. Jarrett bukan tipe yang suka memperlihatkan
perasaan kasih sayang, setidaknya pada anaknya.
Beberapa mantan sekretaris pernah menuturkan beberapa
cerita yang berbeda. Ia mencium bau keringat kering, air
laut, bir basi—seharian di laut. Celana pendek dan kemeja
putihnya kotor. "Yeah, milik seorang dokter di Boca. Kau
kelihatan sehat." "Kau juga." "Aku sehat, itulah yang
penting. Ambillah bir." Jarrett menunjuk kotak pendingin di
dek. Mereka membuka tutup kalengnya dan duduk di kursi
kanvas sementara sekelompok pemancing berjalan
terseret-seret di sepanjang dermaga. Perahu itu
bergoyang lembut "Hari yang sibuk, heh?" kata Clay.
"Kami berangkat sejak matahari terbit, disewa ayah dan
dua anak lelakinya, bocah-bocah besar dan kuat, mereka
semua atlet angkat besi serius. Dari New Jersey entah
bagian mana. Belum pernah aku menyaksikan begitu
banyak otot di satu kapal. Mereka menarik ikan gergaji
berbobot lima puluh kilogram dari laut seperti menarik ikan
trout saja." Dua wanita berumur empat puluhan berjalan
lewat membawa ransel kecil dan perlengkapan
memancing. Mereka tampak terbakar matahari dan letih,
seperti semua pemancing lain. Salah satunya agak gemuk,
yang lain tidak, tapi Jarrett mengamati mereka hingga
menghilang dari pandangan. Caranya memandang nyaris
membuat jengah. "Apakah kau masih punya kondo?" Clay
bertanya. Kondominium yang ia lihat empat tahun yang lalu
adalah apartemen dua kamar yang usang di sisi belakang
Marsh Harbor. "Yeah, tapi aku tinggal di perahu ini
sekarang. Pemiliknya jarang datang, jadi aku tinggal saja
di sini. Di dalam kabin sana ada sofa untukmu." "Kau
tinggal di perahu ini?" "Ya, perahu ini ber-AC, luas.
Biasanya hanya aku yang ada di sini, kau tahu." Mereka
meneguk bir dan mengawasi sekelompok pemancing lain
berjalan lewat. "Besok ada penyewa," Jarrett berkata. "Kau
mau ikut?" "Apa lagi yang bisa kulakukan di sini?" "Ada
beberapa badut dari Wall Street yang ingin berangkat
pukul tujuh besok pagi." "Kedengarannya menarik." "Aku
lapar," Jarrett berkata, sambil melompat berdiri dan
melemparkan kaleng bir ke dalam tempat sampah. "Ayo
pergi." Mereka berjalan menyusuri dermaga, melewati
puluhan perahu berbagai jenis. Di perahu-perahu layar itu
orang-orang mulai makan malam. Para kapten perahu
minum bir dan bersantai. Mereka semua menyerukan
sesuatu pada Jarrett, yang menjawab masing-masing
pertanyaan dengan cepat. Ia masih bertelanjang kaki. Clay
berjalan selangkah di belakangnya dan berpikir, Itulah
ayahku, Jarrett Carter yang hebat, kini gelandangan pantai
bertelanjang kaki dalam celana pendek kusam dan kemeja
tak dikancing, sang raja di Marsh Harbor. Dan orang yang
sangat tidak bahagia. Bar Blue Fin penuh orang dan
bising. Jarrett sepertinya kenal setiap orang. Sebelum
mereka bisa mendapatkan dua kursi yang bersebelahan,
pelayan bar sudah menghidangkan dua gelas tinggi
berisi.rum punch untuk mereka. "Cheers" Jarrett berkata,
sambil menyentuhkan gelasnya pada gelas Clay, lalu
meneguk setengahnya Percakapan serius tentang
memancing kemudian ditimpali kapten lain dan untuk
beberapa lama Clay terabaikan. Itu tidak jadi soal baginya.
Jarrett menghabiskan rum punch pertama dan berseru
memesan berikutnya. Lalu yang berikutnya lagi. Hidangan
pesta sedang disiapkan di meja bundar besar di salah
satu sudut. Pirmg-piring berisi lobster, kepiting dan udang
diletakkan di tengah. Jarrett memberi tanda kepada Clay
untuk mengikutinya, dan mereka duduk di depan meja
tersebut bersama setengah lusin orang lain. Musiknya
keras, percakapannya lebih keras lagi. Setiap orang di
sekeliling meja itu berusaha keras untuk mabuk, dengan
dipimpin Jarrett. Pelaut di sebelah kanan Clay adalah
hippie tua yang katanya menghindari perang Vietnam dan
membakar surat panggilan milisinya. Ia menolak segala
gagasan demokratis, termasuk pajak penghasilan dan
pendapatan. "Sudah tiga puluh tahun berkeliling Karibia,"
ia membual dengan mulut penuh udang. "FBI bahkan tidak
tahu aku ada." Clay curiga FBI tidak menaruh minat
apakah laki-laki ini ada atau tidak, dan itu berlaku juga
pada semua orang aneh yang kini makan malam
bersamanya. Pelaut, kapten kapal, nelayan purnawaktu,
semua lari dari sesuatu—kewajiban memberikan tunjangan
pada mantan istri, pajak, gugatan, perjanjian bisnis yang
tak keruan. Mereka membayangkan diri sebagai kaum
pemberontak, nonkonformis, jiwa-jiwa merdeka—bajak-
bajak laut modern, jauh terlalu modern untuk dibatasi
peraturan-peraturan normal masyarakat. Angin topan
pernah.melanda Abaco dengan hebat pada musim panas
sebelumnya, dan Kapten Floyd, lelaki bersuara paling
keras di meja itu, sedang bertarung dengan perusahaan
asuransi. Hal ini memancing serentetan cerita tentang
angin topan, yang, tentu saja, memerlukan satu putaran rum
punch lagi. Clay berhenti minum; ayahnya tidak. Jarrett jadi
bicara lebih keras dan lebih mabuk, sama seperti yang
lainnya di meja itu. Sesudah dua jam, makanan pun habis
tetapi rum punch terus datang. Pelayan menghidangkannya
dalam pitcher sekarang, dan Clay memutuskan keluar
secepatnya. Ia meninggalkan meja tanpa disadari siapa
pun dan menyelinap ke luar dari Blue Fin. Begitulah makan
malam yang tenang bersama Dad. Ia terjaga dalam
kegelapan karena suara ayahnya hilir-mudik di kabin
bawah, bersiul keras, bahkan menyanyikan lagu yang
samar-samar kedengaran seperti ciptaan Bob Marley.
"Bangun!" Jarrett berseru. Perahu itu bergoyang-goyang,
tapi bukan karena air tapi lebih karena sikap Jarrett yang
bising menghadapi hari baru. Clay tetap berbaring di sofa
pendek dan sempit itu beberapa lama mencoba
mengingat di mana dirinya berada, dan ia teringat pada
legenda tentang Jarrett Carter. Ayahnya selalu berada di
kantor sebelum pukul 06.00, sering kali pukul 05.00 dan
kadang-kadang pukul 04.00. Enam hari seminggu, kadang
tujuh. Ia melewatkan sebagian besar pertandingan bisbol
dan football Clay sebab terlalu sibuk Ia tak pernah pulang
sebelum gelap, dan sering kali sama sekali tidak pulang.
Ketika Clay beranjak dewasa dan bekerja di biro
hukumnya, Jarrett terkenal suka menggilas para associate
muda dengan tumpukan pekerjaan. Sewaktu
perkawinannya memburuk ia tidur di kantor, kadang-
kadang seorang diri. Tak peduli apa pun kebiasaan
buruknya, Jarrett ! selalu bangun pagi, dan selalu sebelum
orang lain j bangun. Ia suka minum, tapi bisa berhenti
ketika j alkohol ikut mempengaruhi pekerjaan. Ja tidak
buruh tidur pada hari-hari kejayaannya, dan rupanya
beberapa kebiasaannya tidak mau mati. Ia melewati sofa
sambil bernyanyi keras dan menyebarkan wangi orang
yang habis mandi pagi dan aftershave murahan. "Ayo
berangkat!" ia berteriak. Sarapan tak pernah disinggung.
Clay mandi cepat i dengan air dingin di dalam bilik sempit
yang disebut kamar mandi. Ia tidak menderita
klaustrofobia, tapi j membayangkan tinggal terkurung di
dalam perahu yang sempit ini membuatnya berkunang-
kunang. Di luar awan tebal dan udara sudah hangat. Jarrett
berada di anjungan, mendengarkan radio, mengernyit
memandang langit. "Kabar buruk," katanya. "Ada apa?"
"Ada badai besar datang. Mereka meramalkan akan turun
hujan lebat sepanjang hari." "Pukul berapa sekarang?"
"Setengah tujuh:" "Pukul berapa kau pulang tadi malam?"
"Kau bicara seperti ibumu saja. Kopi ada di sana." Clay
menuangkan kopi kental ke cangkir dan duduk di sebelah
kemudi. Wajah Jarrett ditutupi kacamata hitam tebal,
janggut, dan paruh topinya. Clay curiga matanya
menunjukkan sisa mabuk hebat, tapi tak seorang pun tahu
hal itu. Siaran radio ramai dengan berita cuaca dan
peringatan datangnya badai dari perahu-perahu yang lebih
besar di lautan. Jarrett dan kapten-kapten perahu sewaan
lain berteriak pada satu sama lain, meneruskan laporan,
memberikan prakiraan, menggeleng-gelengkan kepala
memandangi awan. Setengah jam berlalu. Tak ada
seorang pun yang meninggalkan pelabuhan. "Sialan," pada
suatu titik Jarrett berkata. "Satu hari terbuang sia-sia."
Empat pialang muda Wall Street itu tiba, semua memakai
celana pendek tenis putih, sepatu lari baru, dan topi
memancing baru. Jarrett melihat keempat orang itu
mendatangi dan menemui mereka di buritan. Sebelum
mereka bisa melompat ke perahu, ia berkata, "Maaf, tidak
ada acara memancing hari ini. Akad ada badai." Empat
kepala itu menengadah semua untuk memeriksa langit.
Pengamatan cepat pada awan membawa keempatnya
pada kesimpulan bahwa ramalan cuaca itu keliru. "Kau
bercanda." salah satu berkata. "Hanya hujan sedikit," kata
yang lain. "Ayo kita coba," kata yang satu lagi.
"Jawabannya tidak," kata Jarrett 'Tidak ada yang
memancing hari ini." Tapi kami sudah membayar sewa."
"Kalian akan menerima kembali uang kalian." Mereka
kembali memeriksa awan, yang makin lama makin gelap.
Lalu guntur menggelegar, seperti suara meriam di
kejauhan. "Maaf, Sobat" Jarrett berkata. "Bagaimana kalau
besok?" salah satu bertanya. "Aku sudah dipesan. Maaf,"
Mereka berjalan pergi, yakin mereka telah diper-daya
hingga tak bisa menangkap ikan marlin. Kini sesudah
masalah pekerjaan dibereskan, Jarrett pergi ke kotak
pendingin dan meraih sekaleng bir. "Mau?" ia bertanya
pada Clay. "Pukul berapa sekarang?" "Waktunya untuk
minum bir, kurasa." "Aku belum lagi menghabiskan
kopiku." Mereka duduk di kursi memancing di dek dan
mendengarkan sementara guruh makin keras. Marina jadi
sibuk ketika para kapten dan anak buahnya mengikat
perahu-perahu mereka dan para pemancing yang tak
senang bergegas kembali ke dermaga sambil membawa
kotak-kotak pendingin dan tas-tas penuh tabir surya dan
kamera. Angin perlahan-lahan mulai makin cepat. "Apakah
kau sudah bicara dengan ibumu?" Jarrett bertanya.
"Belum." Sejarah keluarga Carter bagai mimpi buruk, dan
mereka berdua tahu untuk tidak membongkarnya. "Kau
masih di OPD?" Jarrett bertanya. "Ya, dan aku ingin bicara
denganmu tentang itu." "Bagaimana Rebecca?" "Sudah
jadi sejarah, kurasa." "Apakah itu baik atau buruk?" "Saat
ini rasanya.menyakitkan." "Berapa umurmu sekarang?"
"Dua puluh empat tahun lebih muda darimu. Tiga puluh
satu." "Benar. Kau masih terlalu muda untuk menikah."
'Terima kasih, Dad." Kapten Floyd bergegas mendatangi
di dermaga dan berhenti di perahu mereka. "Gunter ada di
sini. Poker sepuluh menit lagi. Ayo berangkat!" Jarrett
melompat berdiri, tiba-tiba jadi seperti bocah di pagi hari
Natal. "Kau mau ikut?" ia bertanya pada Clay. "Ikut apa?"
"Poker." "Aku tidak main poker. Siapa Gunter?" Jarrett
mengulurkan tangan dan menunjuk. "Kau lihat yacht ukuran
seratus kaki di sana itu. Itu milik Gunter. la pria Jerman tua
dengan semiliar dolar dan sekapal penuh gadis-gadis.
Percayalah padaku, itu tempat yang lebih baik untuk
melewatkan badai." «Ayo berangkat!" Kapten Floyd
berseru, sambil berjalan pergi. jarrett memanjat keluar dan
perahunya menujui dermaga. "Apakah kau ikut?" serunya
kepada Clay. "Tidak." "Jangan konyol. Ini jauh lebih
menyenangkan daripada duduk-duduk di sini seharian."
Jarrett berjalan pergi mengikuti Kapten Floyd. Clay
melambaikan tangan. "Aku akan baca buku."
"Terserahlah." Mereka melompat ke sampan kecil
bersama pemberontak lain dan melaju di pelabuhan
hingga menghilang di belakang yacht-yacht. Itulah terakhir
kali Clay melihat ayahnya hingga beberapa bulan. Hanya
begitulah hasil upayanya mendapatkan nasihat. Ia
sendirian. 11 ? •*x OUITE itu ada di hotel yang berbeda.
Pace berpindah-pindah di D.C. seolah ada mata-mata
yang membuntutinya. Sesudah tukar sapa cepat dan
tawaran kopi, mereka duduk untuk membicarakan bisnis.
Clay bisa melihat bahwa tekanan dari tugas menguburkan
rahasia itu mulai mempengaruhi Pace. Ia tampak letih.
Gerakan-gerakannya resah. Kata-katanya keluar lebih
cepat. Senyumnya hilang. Tak ada pertanyaan tentang
acara akhir pekan atau memancing di Bahama sana. Pace
hendak memutuskan kesepakatan, apakah dengan Clay
Carter atau pengacara berikut dalam daftarnya. Mereka
duduk di meja, masing-masing dengan buku catatan, pena
siap beraksi. "Aku pikir lima juta untuk tiap nyawa adalah
angka yang lebih baik," Clay mulai. "Memang benar
mereka anak jalanan yang hidupnya memiliki sedikit nilai
ekonomis, tapi apa yang dilakukan klienmu bernilai ganti
rugi materiil jutaan dolar. Jadi kita gabungkan nilai
aktualnya dengan kemungkinan ganti mgi dan sampai
pada angka lima juta." "Orang yang dalam keadaan koma
itu meninggal tadi' malam," Pace berkata. "Jadi kita punya
enam korban." "Tujuh. Kami kehilangan satu lagi Sabtu
pagi. Clay begitu sering mengalikan lima juta dengan juta
dengan angka enam sehingga sulit menerima angka baru
itu. "Siapa? Di mana?" "Akan kuberikan info kotornya
nanti, oke?' Terima i saja bahwa kemarin adalah akhir
pekan yang panjang.] Sementara kau memancing, kami
memantau semua panggilan telepon darurat ke 911, yang
pada akhir pekan yang sibuk di kota ini memerlukan satu
pasuk-] an kecil." "Kau yakin itu kasus Tarvan?" "Kami
yakin." Clay menuliskan sesuatu yang tak bermakna dan 1
mencoba menyesuaikan strategi. "Mari kita sepakati I lima
juta per nyawa," katanya. "Setuju." Ketika terbang pulang
dari Abaco, Clay meyakin- I kan diri sendiri bahwa ini
permainan angka nol. I Jangan memikirkannya sebagai
uang sebenarnya, ha- I nya sederetan angka 0 sesudah
angka tertentu. Untuk j sementara ini, lupakan saja apa
yang bisa dibeli ¦ uang tersebut. Lupakan perubahan-
perubahan dramatis M yang akan terjadi. Lupakan apa
yang mungkin di- j lakukan juri bertahun-tahun kelak.
Mainkan saja j angka-angka nol itu Abaikan saja tikaman
pisau j tajam di perutmu. Berpura-puralah isi perutmu
dilapisi j baja. Lawanmu lemah dan ketakutan, sangat kaya
I dan sangat keliru. Clay menelan ludah dengan berat dan
mencoba j berbicara dengan nada normal. "Uang jasa
penasihat I hukumnya terlalu rendah," katanya. "Oh,
benarkah?" kata Pace dan bahkan tersenyum. I "Sepuluh
juta tidak cukup?" 'Tidak untuk kasus ini. Kau akan lebih
terekspos kalau biro hukum besar terlibat." "Kau cepat
mengerti, ya?" "Setengahnya akan masuk kas pajak. Biaya
overhead yang kaurencanakan untukku akan sangat mahal.
Aku diharapkan membangun biro hukum sesungguhnya
hanya dalam waktu beberapa hari, begitu juga kantor
dengan harga sewa mahal itu. Plus, aku ingin berbuat
sesuatu untuk Tequila dan tersangka lain yang terjebak
dalam keadaan ini." "Beri saja aku angkanya." Pace
menulis-nulis sesuatu. "Lima belas juta akan membuat
transisinya lebih mulus." "Apakah kau mengambil angka
secara sembarang-an?" 'Tidak, hanya bernegosiasi." "Jadi
kau ingin lima puluh juta;—tiga puluh lima. untuk para
keluarga, lima belas untukmu. Begitukah?" "Itu rasanya
memadai." "Setuju." Pace mengulurkan tangan dan
berkata, "Selamat." Clay menjabatnya. Ia tidak bisa
memikirkan tanggapan lain untuk diucapkan kecuali
'Terima kasih." "Kontraknya, berikut segala rincian dan
persyaratannya, sudah ada." Max meraih ke dalam koper
kecil. "Persyaratan apa?" "Yang pertama, kau tidak boleh
menyebut-nyebut Tarvan pada Tequila Watson,
pengacaranya yang baru, atau pada para tersangka lain
yang terlibat dalam masalah ini. Melakukan hal itu berarti
membahayakan segalanya. Seperti yang sudah kita
bicarakan, k< canduan obat bukanlah pembelaan hukum
untuk suat tindak kejahatan. Itu bisa menjadi situasi yang
me ringankan vonis, tetapi Mr. Watson tetaplah melaku kan
pembunuhan dan apa pun obat yang ia pergunakan saat itu
tidaklah relevan dengan pembelaannya." "Aku lebih
mengerti soal ini daripada kau." "Kalau begitu lupakan saja
pembunuh-pembunuh itu. Kau kini mewakili keluarga
korban mereka. Kau kini berada di sisi yang
berseberangan, Clay, jadi terimalah. Kesepakatan kita ini
akan memberimu lima juta dolar di depan, lima juta lagi
dalam sepuluh hari, dan lima juta sisanya sesudah semua
persoalan dibereskan. Kalau sampai kau menyebut-nyebut
Tarvan pada siapa pun, maka kesepakatan ini batal, j
Kauingkari kepercayaan kami dengan tersangka, maka
kau akan kehilangan banyak uang." Clay mengangguk dan
menatap surat kontrak tebal yang kini berada di meja. "Ini
pada dasarnya perjanjian menjaga kerahasiaan," j Max
meneruskan, sambil mengetuk dokumen itu. J "Ini
mengandung rahasia-rahasia gelap, yang sebagian besar
harus kausembunyikan bahkan dari sekretarismu sendiri.
Sebagai contoh, nama klienku tidak pernah i disebut. Ada
perusahaan kosong yang didirikan di Bermuda dengan
divisi baru di Dutch Antilles yang bertanggung jawab pada
perusahaan Swiss yang ber- j kantor pusat di Luxemburg.
Jejak dokumennya dimulai dan berakhir di sana dan tak
seorang pun, bahkan diriku sendiri, bisa melacaknya tanpa
tersesat. Klien-klien barumu akan mendapatkan uangnya;
mereka tidak perlu bertanya. Kami kira ini tidak akan j jadi
masalah. Bagimu, kau akan mencetak uang. Kami tidak
mengharapkan khotbah tentang moral. Ambil uangmu,
selesaikan tugas, dan semua orang akan lebih senang."
"Jual saja jiwaku?" "Seperti kukatakan tadi, tidak perlu
berkhotbah. Kau tidak melakukan apa pun yang melanggar
etika. Kau mendapatkan uang ganti kerugian dalam jumlah
besar bagi klien yang sama sekati tidak tahu bahwa
mereka seharusnya mendapatkannya. Itu sama sekati
tidak menjual jiwa. Dan bagaimana kalau kau jadi kaya?
Kau bukan pengacara pertama yang mendapatkan durian-
runtuh." . Clay mentikirkan lima juta pertama itu. Yang
segera akan mterimanya. Max mengisi beberapa bagian
kosong di dalam kontrak itu, lalu menyodorkannya ke
seberang meja. "Ini kesepakatan awal kita.
Tandatanganilah, maka aku bisa menceritakan lebih jauh
tentang klienku. Aku akan pesan kopi dulu." Clay
mengambil dokumen tersebut, memeganginya sementara
dokumen itu jadi terasa lebih berat, lalu mencoba
membaca alinea pembukaannya. Max berbicara dengan
room service di telepon. Ia harus segera mengundurkan
diri, hari itu juga, dari Kantor Pembela Umum dan
mengundurkan diri sebagai pembela Tequila Watson.
Dokumennya sudah disiapkan dan dilampirkan pada
kontrak itu. Ia akan langsung mengurus akte pendirian biro
hukumnya sendiri; mempekerjakan cukup banyak staf,
membuka rekening bank, dan lain-lain. Di situ dicantumkan
juga usulan anggaran dasar Kantor Biro Hukum J. Clay
Carter U, semuanya dalam bahasa baku yang resmi.
Begitu memungkinkan, ia harus menghubungi tujuh
keluarga itu dan memulai proses mewakili kepentingan
hukum mereka. Kopi tiba dan Clay terus membaca. Max
berbicara di ponselnya di seberang suite, berbisik-bisik
dengan suara lirih dan serius, tentu menyampaikan
kejadian-kejadian terakhir pada atasannya. Atau mungkin
ia sedang mamantau jaringannya untuk mencari tahu
apakah telah terjadi pembunuhan Tarvan lain. Untuk tanda
tangannya di halaman sebelas, Clay akan menerima
melalui teleks transfer kilat sejumlah lima juta dolar, angka
yang baru saja ditulis rapi oleh Max. Tangannya gemetar
ketika menorehkan tanda tangan, bukan karena perasaan
takut atau keraguan moral, tapi karena guncangan angka
nol. Ketika ronde pertama urusan dokumen itu selesai,
mereka meninggalkan hotel, dan naik SUV yang disopiri
pengawal yang dulu menemui Clay di Tobi Hotel Willard
"Kusarankan kita lebih dulu membuka rekening bank," Max
berkata lembut tapi tegas. Clay bagai Cinderella yang
akan pergi ke pesta dansa, menikmati perjalanan sebab
saat ini semua hanya niimpi. "Baik, gagasan bagus,"
katanya susah payah. "Ingin bank tertentu?" Pace bertanya.
Bank Clay saat ini pasti kaget melihat kegiatan 'yang akan
datang. Rekeningnya di sana selama ini hanya memiliki
saldo secukupnya di atas minimum sehingga setoran
dalam jumlah besar akan menimbulkah kegemparan.
Manajer rendahan bank itu pernah menelepon untuk
mengabarkan ada sedikit pinjaman I' yang sudah jatuh
tempo. Ia hampir bisa mendengar bos besar di lantai atas
terkesiap kaget ketika melihat printout rekeningnya. "Aku
yakin kau sudah punya gagasan," Clay berkata. "Kami
punya hubungan dekat dengan Chase. Transfer akan
berjalan mulus di sana." Kalau begitu Chase-lah pilihannya,
pikir Clay sambil tersenyum. Apa saja untuk mempercepat
transfer itu. "Chase Bank, di Fifteenth Streeth," Max
berkata pada si sopir, yang sudah mengarahkan mobil ke
sana. Max mengeluarkan beberapa dokumen lain. "Ini
sewa kantormu. Seperti kau tahu, tempat itu sangat
diminati dan tentu tidak murah. Klienku memakai satu
perusahaan untuk menyewanya selama dua tahun dengan
harga delapan belas ribu sebulan. Kami bisa
mengoperkannya kepadamu dengan harga sewa yang
sama." "Itu berarti empat ratus ribu dolar, kurang-lebih."
Max tersenyum dan berkata, "Kau bisa membayarnya, Sir.
Mulailah berpikir seperti pengacara peradilan dengan uang
segunung." Semacam wakil direktur sudah disiapkan untuk
mereka. Max meminta orang yang tepat dan karpet merah
pun digelar di setiap lorong. Clay membereskan urusannya
dan menandatangani semua dokumen yang diperlukan.
Transfer akan diterima pukul 17.00, demikian menurut si
wakil direktur. Kembali ke dalam SUV, Max tak berbasa-
basi lagi. "Kami mendahului mempersiapkan anggaran
dasar untuk biro hukummu," ia berkata, sambil men*
angsurkan lebih banyak dokumen. "Aku sudah melihat ini,"
kata Clay, masih me mikirkan transfer. "Semuanya bersifat
umum—tidak ada yang sensitif. Dikerjakan lewat Internet
Biayanya dua ratus dolar, dibayar dengan kartu kredit, dan
kau siap bekerja. Hanya butuh waktu satu jam kurang. Kau
bisa mengerjakannya dari meja kerjamu di OPD." Clay
memegangi dokumen-dokumen itu dan melihat ke luar
jendela. Jaguar XJ merah anggur yang mulus berhenti di
samping mereka di lampu merah, dan pikirannya mulai
berkelana. Ia mencoba memusatkan perhatian pada
urusan pekerjaan, tapi tidak bisa. "Bicara soal OPD," Max
berkata, "bagaimana kau ingin menangani orang-orang
itu?" "Mari kita lakukan sekarang." *M di Eighteenth," kata
Max pada si sopir, yang sepertinya tak melewatkan apa
pun. Kembali pada Clay ia berkata, "Apakah kau sudah
memikirkan soal Rodney dan Paulette?" 'Ta. Aku akan
bicara dengan mereka hari ini/' "Bagus." "Senang kau
sependapat." "Kami juga punya beberapa orang yang
kenal baik kota ini. Mereka bisa membantu. Mereka akan
bekerja untuk kita, tapi klienmu tidak akan tahu." Ia
mengangguk pada si sopir sewaktu mengucapkan ini.
"Kita tidak bisa bersantai, Clay, sampai tujuh keluarga i itu
seluruhnya jadi klienmu." "Sepertinya aku perlu memberi
tahu Rodney dan Paulette segalanya." "Hampir segalanya.
Hanya merekalah di biro hukummu yang akan tahu apa
yang terjadi. Tapi kau tidak bisa menyebut Tarvan atau
perusahaan itu, dan mereka tidak akan pernah melihat
perjanjian penyelesaian masalahnya. Kita akan
mempersiapkan itu untukmu." "Tapi mereka harus tahu apa
yang kita tawarkan." "Jelas. Mereka harus meyakinkan
keluarga-keluarga itu agar menerima uangnya. Tapi
mereka tidak akan pernah tahu dari mana uang itu
berasal." "Itu suatu tantangan." "Mari kita pekerjakan
mereka lebih dulu." Seandainya ada orang di OPD yang
kehilangan Clay, hal itu tidaklah kentara. Bahkan Miss
Glick yang andal itu pun asyik dengan telepon dan tidak
ada waktu untuk mengucapkan "Dari mana saja kau?"
seperti biasanya. Ada selusin pesan di meja kerjanya,
seluruhnya tak relevan lagi sekarang sebab semuanya
sudah tak penting lagi. Glenda sedang menghadiri suatu
konferensi di New York, dan, seperti biasa,
ketidakhadirannya berarti istirahat makan siang lebih
panjang dan cuti sakit lebih banyak di OPD. Ia cepat-cepat
mengetik sepucuk surat pengunduran diri dan
mengirimkannya lewat e-mail. Dengan pintu tertutup, ia
mengisi dua tas kerja dengan barang-barang pribadinya
dan meninggalkan buku-buku lama serta benda-benda
yang dulu dirasanya memiliki nilai sentimental. Ia selalu
bisa kembali, meskipun tahu ia takkan melakukannya.
Meja Rodney terletak di ruang kerja sempit yang
rdipakainya bersama dua paralegal lain. "Punya waktu
sebentar?" kata Clay. 'Tidak," kata Rodney, sama sekali
tidak mengangkat muka dari setumpuk laporan. "Ada
terobosan baru dalam kasus Tequila Watson. Ini cuma
perlu waktu sebentar." Rodney dengan enggan
menyisipkan pena di belakang salah satu telinga dan
mengikuti Clay kembali ke kantornya, di mana rak-rak
sudah dibersihkan, dan pintu dikunci di belakang mereka.
"Aku akan berhenti," Clay mulai, nyaris berbisik. Mereka
berbicara selama hampir satu jam, sementara Max Pace
menunggu tak sabar di dalam S U V, yang diparkir
melanggar aturan di pinggir jalan. Ketika Clay muncul
dengan dua tas kerja yang berat, Rodney ikut bersamanya,
juga membawa tas kerja dan kantong kertas belanja yang
penuh barang. Ia pergi ke mobilnya dan menghilang. Clay
masuk ke SUV. j "Ia ikut," kata Clay. "Sungguh suatu
kejutan" Di kantor di Connecticut J Avenue, mereka
menemui konsultan desain yang sudah diberi panjar oleh
Max. Clay diberi pilihan mebel-mebel mahal yang
kebetulan ada di gudang dan dengan demikian bisa
dikirim dalam waktu, 24 jam. Ia menunjukkan berbagai
desain dan contoh, semuanya di sisi tertinggi dalam daftar
harga. Ia menandatangani order pembelian. Sistem
telepon sedang dipasang. Konsultan telepon tiba sesudah
si dekorator pergi. Pada suatu titik, Clay membelanjakan
uang begitu cepatnya sehingga ia mulai bertanya pada diri
sendiri apakah ia memeras cukup uang dari Max. jei lai pa
ba 53 Tak lama menjelang pukul 17.00, Max keluar dari
kantor yang baru saja dicat dan menyisipkan ponsel-nya ke
saku. "Transfernya sudah masuk," katanya pada Clay.
"Lima juta?" "Begitulah. Kau kini multijutawan." "Aku mau
pergi," kata Clay. "Sampai jumpa besok." "Mau ke mana
kau?" "Jangan pernah bertanya seperti itu lagi, oke? Kau
bukan bosku. Dan berhentilah menguntitku. Kita sudah
sepakat." Ia berjalan kaki sepanjang Connecticut Avenue
sejauh beberapa blok, berdesak-desakan dengan orang
banyak yang baru pulang kantor, tersenyum-senyum dungu
pada diri sendiri, kakinya tak pernah menyentuh beton.
Menyusuri Seventeenth Street sampai ia melihat Reflecting
Pool dan Washington Monument, di mana rombongan-
rombongan anak sekolah menengah berkumpul untuk
berfoto. Ia belok ke kanan dan berjalan menerobos
Constitution Gardens dan melewati Vietnam Memorial.
Setelah dari sana, ia berhenti di kios, membeli dua batang
cerutu murah, menyalakan salah satu, dan meneruskan
perjalanan ke tangga Lincoln Memorial, di mana ia
berlama-lama duduk dan memandangi The Mali hingga
Capitol di kejauhan. Berpikir jernih mustahil dilakukan. Satu
pikiran jernih langsung dilanda dan didorong keluar pikiran
lain. Ia memikirkan ayahnya yang hidup di perahu pancing
pinjaman, berpura-pura itu kehidupan yang bagus tapi
berkutat untuk mencari penghidupan; umur 1 tahun tnnna
masa depan apa pun; banyak minum untuk melarikan diri
dari penderitaan. Ia mengisa cerutu itu dan
membayangkan dirinya berbelanj; dan sekadar bersenang-
senang ia menghitung berap banyak yang akan
dibelanjakannya seandainya ii membeli segala yang ia
inginkan—pakaian baru mobil yang benar-benar bagus,
perangkat stereo, bertamasya. Seluruhnya hanyalah
pengurangan sedikit dari kekayaannya. Pertanyaan
utamanya, Mobil macam apakah yang akan dibelinya:
Sukses tapi tidak pamer. Dan tentu saja ia butuh alamat
baru. Ia akan melihat-lihat daerah Georgetown untuk
mencari rumah town house tua yang bagus. Ia pernah
mendengar cerita bahwa beberapa di antaranya dijual
seharga enam juta, tapi ia tidak butuh yang semahal itu. Ia
yakin bisa menemukan rumah dalam kisaran harga satu
juta dolar. Satu juta di sini Satu juta di sana. Ia memikirkan
Rebecca, meskipun berusaha untuk tidak terus
melakukannya. Selama empat tahun terakhir ini Rebecca-
lah satu-satunya teman tempatnya berbagi segalanya Kini
tak ada seorang pun untuk diajak bicara. Perpisahan
mereka baru lima hari, dan masih berlaku, tapi begitu
banyak yang telah terjadi hingga ia hampir tak punya waktu
memikirkannya. "Lupakan keluarga Van Horn," ia berkata
keras, sambil mengepulkan segumpal asap tebal. Ia akan
menyumbangkan hadiah dalam jumlah J besar pada
Piedmont Fund, ditujukan untuk perjuangan melestarikan
keindahan alam Virginia Utara. Ia akan menggaji paralegal
untuk tidak mengerjakan j apa-apa selain melacak
pembebasan tanah dan rencana-rencana pengembangan
terakhir yang akan dilakukan BVH Group, dan jika
memungkinkan, ia diam-diam akan menyelinap dan
menyewa pengacara bagi pemilik-pemilik tanah kecil yang
tak menyadari bahwa mereka akan menjadi tetangga
Bennett si Buldozer. Oh, betapa besar kesenangan yang
akan ia dapatkan di segi lingkungan! Lupakanlah orang-
orang itu. Ia menyalakan cerutu kedua dan menelepon
Jonah, yang berada di toko komputer untuk bekerja
beberapa jam. "Aku pesan satu meja di Citronelle untuk
jam delapan nanti," kata Clay. Tempat itu restoran Prancis
favorit semua orang di D.C. saat ini. "Baik," kata Jonah.
"Aku serius. Kita akan mengadakan perayaan. Aku ganti
pekerjaan. Akan kujelaskan nanti. Datanglah saja ke sana."
"Boleh aku bawa teman?" "Sama sekali tidak." Jonah ke
mana-mana selalu dengan pacarnya yang terbaru. Saat
pindah nanti, Clay akan pergi sendiri, dan tidak akan
merindukan kelakuan ajaib Jonah di kamar. Ia menelepon
dua teman kubah lain, tapi keduanya sudah punya anak
dan kewajiban, lagi pula pemberitahuan itu sangat
mendadak. Makan malam.bersama Jonah. Selalu
merupakan petualangan. jLfl dalam saku kemejanya ada
kartu —- nama baru, tintanya nyaris belum kering, dikirim
langsung pagi tadi dari percetakan kilat Kartu nama itu
menyatakan dirinya sebagai Paralegal Kepala dari Kantor
Hukum J. Clay Carter JJ. Rodney Albritton, Paralegal
Kepala, seolah biro hukum itu punya divisi penuh paralegal
di bawah perintahnya Kenyataannya tidak, tapi ia
berkembang dengan kecepatan yang mengesankan.
Seandainya punya waktu untuk membeli setelan jas baru,
ia mungkin tidak akan memakainya pada misinya yang
pertama. Seragam lama akan lebih berhasil—blazer biru
tua, dasi dilonggarkan, jeans pudar, sepatu tentara lusuh. Ia
masih bekerja* di jalanan dan ia perlu tampil seperti itu. Ia
menemukan Adelfa Pumphrey di tempat kerjanya, menatap
dinding penuh monitor closed-circuit tapi tak melihat apa
pun. Anak laJd-lakinya meninggal sepuluh hari yang lalu. Ia
memandang Rodney dan menunjuk clipboard di mana
semua tamu diharuskan membubuhkan tanda tangan.
Rodney mengeluarkan selembar kartu nama dan
memperkenalkan diri "Saya bekerja untuk se-" orang
pengacara di pusat kota," katanya. "Baguslah," katanya
lembut, tanpa sedikit pun melirik kartu nama itu. "Saya
ingin bicara beberapa menit dengan Anda." "Soal apa?"
'Tentang anak Anda, Ram6n." "Ada apa dengannya?"
"Saya tahu beberapa hal yang tidak Anda ketahui tentang
kematiannya." "Itu bukan salah satu pokok pembicaraan
favoritku saat ini." "Saya mengerti, dan saya minta maaf
hams bicara tentang hal itu. Tapi Anda akan menyukai apa
yang akan saya katakan^ dan saya takkan berlama-lama."
Ia melihat sekeliling. Jauh di ujung lorong ada penjaga
berseragam lain, berdiri di sebelah pintu, setengah tertidur.
"Aku bisa istirahat dua puluh menit lagi," katanya. "Temui
aku di kantin, satu lantai di atas." Sewaktu berjalan pergi,
Rodney berkata pada diri sendiri bahwa, ya, memang ia
layak mendapatkan setiap . sen dari gaji barunya yang
gemuk. Orang kuKt putih yang mendekati Adelfa Pumphrey
dengan persoalan yang begitu peka tentu akan masih
berdiri di depannya sana, gelisah, gemetar, bingung
mencari kata-kata sebab Adella akan bergeming. Wanita
itu takkan percaya padanya, takkan percaya dengan apa
pun yang ia ucapkan, takkan menaruh minat pada apa pun
yang ia katakan, setidaknya dalam lima belas menit
pertama. Tapi Rodney cakap, pintar, dan berkulit hitam,
dan Aldelfa ingin bicara pada seseorang. 151 Berkas Max
Pace tentang Ramon Pumphrey ringkas tapi mendalam;
tak banyak informasi yang perlu diulas. Pria yang diduga
sebagai ayahnya tak pernah menikah dengan ibunya.
Nama laki-laki itu Leon Tease, dan ia saat ini ada di
penjara Pennsylvania, menjalani hukuman kurungan tiga
puluh tahun karena perampokan bersenjata dan melakukan
percobaan pembunuhan. Jelas ia dan Adelfa hidup
bersama cukup lama untuk mendapatkan dua anak—
Ramon dan satu saudara laki-laki yang sedikit lebih muda
bernama Michael. Adik laki-laici lain dilahirkan kemudian
dari laki-laki yang dinikahi Adelfa dan lantas diceraikannya
Ia saat ini tidak menikah dan berusaha membesarkan dua
anak laki-lakinya yang tersisa, ditambah dua keponakan
perempuan, anak adik perempuan yang masuk penjara
karena menjual crack. Adelfa memperoleh penghasilan
$21.000 dari bekerja pada perusahaan' swasta yang
disewa untuk menjaga gedung-gedung perkantoran
berisiko rendah di D.C. Dari apartemennya di proyek
perumahan di Timur Laut, ia mondar-mandir ke pusat kota
setiap hari dengan kereta bawah tanah. Ia tidak punya
mobil dan tidak pernah belajar mengemudi. Ia punya
rekening bank dengan saldo yang sangat kecil dan dua
kartu kredit yang terus menjerumuskannya dalam masalah
dan menghancurkan peluang apa pun untuk memperoleh
kredit yang baik. Ia tidak punya catatan kriminal. Selain
bekerja dan mengurus keluarga, minat satu-satunya di luar
rumah tampaknya hanyalah Old Salem Gospel Center tak
jauh dari tempat tinggalnya. Karena sama-sama besar di
kota yang sama, mereka memainkan permainan "Siapa
yang kau kenal?" selama beberapa menit'. Di mana kau
bersekolah? Dari mana orangtuamu berasal? Mereka
menemukan satu-dua hubungan renggang. Adelfa minum
diet cola. Rodney minum kopi pahit. Kantin itu setengah
penuh dengan birokrat-birokrat rendahan yang berceloteh
tentang apa saja kecuali pekerjaan monoton yang harus
mereka lakukan. . "Kau ingin bicara tentang anakku,"
katanya sesudah beberapa menit basa-basi yang
canggung. Suaranya lembut dan rendah, tertekan, dan
masih menderita. Rodney bergerak-gerak sedikit resah
dan mencondongkan badan lebih rendah. "Ya, dan, sekali
lagi, saya minta maaf harus bicara tentangnya. Saya juga
punya anak; Saya tak bisa membayangkan apa yang Anda
alami." "Kau benar soal itu." "Saya bekerja untuk seorang
pengacara di kota ini, masih muda, sangat cerdas, dan
sedang menangani sesuatu yang bisa memberi Anda
banyak uang." Gagasan tentang uang dalam jumlah besar
itu tampaknya tak menggugah hati Adelfa. Rodney
meneruskan. "Bocah yang membunuh Ram6n itu baru saja
keluar dari fasilitas rehabilitasi kecanduan obat di mana ia
selama empat bulan dikurung. Ia pencandu, anak jalanan,
tanpa banyak peluang dalam hidupnya. Sebagai bagian
dari pengobatannya, mereka memberinya sejenis obat.
Kami kira salah satu obat itu membuatnya cukup sinting
untuk memilih korban sembarangan dan mulai
menembak." "Bukan jual-beli obat terlarang yang jadi tidak
beres?" "Bukan, sama sekali bukan." Matanya
menerawang, lalu jadi basah, dan beberapa saat Rodney
bisa melihat perasaannya akan runtuh. Tapi kemudian
Adelfa memandangnya dan berkata, "Uang dalam jumlah
besar? Berapa banyak?" "Lebih dari satu juta dolar,"
katanya dengan wajah tak menunjukkan perubahan
perasaan apa pun, wajah pemain poker yang sudah
puluhan kali dilatihnya sebab ia sangat sangsi bisa
menyampaikan kalimat itu tanpa membuat matanya
berbinar-binar liar. Tak ada reaksi Adelfa yang kelihatan,
setidaknya pada permulaan. Sekali lagi matanya
menerawang ke sekeliling ruangan. "Kau mempermainkan
aku?? ia bertanya -fy&n "Apa alasan saya melakukan hal
itu? Saya tidak mengenal Anda. Mengapa saya datang ke
sini dan mempenflainkan Anda? Ada uang, dalam jumlah
besar. Uang perusahaan farmasi besar yang
menginginkan Anda mengambilnya dan menutup mulut."
"Perusahaan besar apa?" "Dengar, saya sudah
menceritakan segala yang saya tahu. Tugas saya adalah
menemui Anda, menceritakan pada Anda apa yang terjadi,
dan mengundang Anda menemui Mr. Carter, pengacara
yang menjadi atasan saya. Dia akan menjelaskan
segalanya." "Orang kulit putih?" "Yap. Orang baik. Saya
sudah lima tahun bekerja dengannya. Anda akan
menyukainya, dan Anda akan menyukai apa yang ia
katakan." Mata yang basah itu sudah kering, la
mengangkat bahu dan berkata, "Baiklah." "Pukul berapa
Anda selesai kerja?" ia bertanya. "Setengah lima." "Kantor
kami ada di Connecticut Avenue, lima belas menit dari sini.
Mr. Carter akan menunggu Anda. Anda sudah punya kartu
nama saya." Ia memandang kartu nama itu lagi. "Dan ada
satu hal yang sangat penting," Rodney berkata, nyaris
berbisik. "Semua ini akan lancar kalau Anda tetap
bungkam. Ini rahasia yang sangat penting. Anda lakukan
apa yang disarankan Mr. Carter untuk Anda lakukan, maka
Anda akan mendapat uang lebih banyak daripada yang
pernah Anda impikan. Tapi kalau sampai ada omongan
bocor ke luar, maka Anda takkan mendapatkan apa-apa."
Adelfa mengangguk. "Dan Anda perlu mulai memikirkan
untuk pindah." "Pindah?" "Misalnya pindah ke rumah baru
di kota baru, di mana tak ada orang yang mengenal Anda
dan tak seorang pun tahu Anda punya banyak uang.
Rumah bagus di jalan yang aman, tempat anak-anak bisa
mengendarai sepeda di trotoar, tak ada pengedar
narkoba, tidak ada geng, tidak ada detektor logam di
sekolah. Tidak ada sanak keluarga yang menginginkan
Ayo berangkat!" Kapten Floyd berseni, sambil berjalan
pergiJarrett memanjat keluar dan perahunya menuju
dermaga. "Apakah kau ikut?" serunya kepada Clay.
Tidak." "Jangan konyol, hai jauh lebih menyenangkan
daripada duduk-duduk di sini seharian." Jarrett berjalan
pergi mengikuti Kapten Floyd. Clay melambaikan tangan.
"Aku akan baca buku." "Terserahlah." Mereka melompat
ke sampan kecil bersama pemberontak lain dan melaju di
pelabuhan hingga menghilang di belakang yacht-yacht.
Itulah terakhir kali Clay melihat ayahnya hingga beberapa
bulan. Hanya begitulah hasil upayanya mendapatkan
nasihat. la sendirian. 11 SuiTE itu ada di hotel yang
berbeda. Pace berpindah-pindah di D.C. seolah ada mata-
mata yang membuntutinya. Sesudah tukar sapa cepat dan
tawaran kopi. mereka duduk untuk membicarakan bisnis.
Clay bisa melihat bahwa tekanan dari tugas menguburkan
rahasia itu mulai mempengaruhi Pace. Ia tampak letih.
Gerakan-gerakannya resah. Kata-katanya keluar lebih
cepat. Senyumnya hilang. Tak ada pertanyaan tentang
acara akhir pekan atau memancing di Bahama sana. Pace
hendak memutuskan kesepakatan, apakah dengan Clay
Carter atau pengacara berikut dalam daftarnya. Mereka
duduk di meja, masing-masing dengan buku catatan, pena
siap beraksi. "Aku pikir lima juta untuk tiap nyawa adalah
angka yang lebih baik," Clay mulai. "Memang benar
mereka anak jalanan yang hidupnya memiliki scdiki nilai
ekonomis, tapi apa yang dilakukan klienmu dolar. Jadi kita
uuui eKonomis, u*j» "i'- » dolar. ..... bernilai ganti rugi
materiil ^^„„igkinan S"»fl gabungkan nilai aktualnya den»
rugi dan sampai pada nngk^ kotna itu «•»«•** "Orang yang
dalam tadi malam," Pace berk"^ ^„i." pagi.' "Jadi kita
pu»y"1c,;i,»ii',tU "luluh. Kami wW«*n* Clay begitu sering
mengalikan lima juta denga angka enam sehingga sulit
menerima angka barui "Siapa? Di mana?" "Akan
kuberikan info kotornya nanti, oke? Terima saja bahwa
kemarin adalah akhir pekan yang panjang. Sementara kau
memancing, kami memantau semua panggilan telepon
darurat ke 911, yang pada akhir pekan yang sibuk di kota
ini memerlukan saru pasuk-j an kecfl." "Kau yakin itu kasus
Tarvan?" "Kami yakin." Clay menuliskan sesuatu yang tak
bermakna dan mencoba menyesuaikan strategi. "Mari lata
sepakati lima juta per nyawa," katanya. "Setuju." Ketika
terbang pulang dari Abaco, Clay meyakinkan diri sendiri
bahwa ini permainan angka nol j Jangan memikirkannya
sebagai uang sebenarnya, hanya sederetan angka 0
sesudah angka tertentu. Untuk j sementara isi, lupakan saja
apa yang bisa dibelil uang tersebut Lupakan perubahan-
perubahan dramatis j yang akan terjadi. Lupakan apa yang
mungkin di- I lakukan jari bertahun-tahun kelak. Mainkan
saja J angka-angka no) itu. Abaikan saja tikaman pisau B
tajam di perutmu. Berpura-puralah m perutmu dilapisi f'
baja. Lawanmu lemah dan ketakutan, sangat kaya j dan
sangat keliru. day menelan ludah dengan berat dan
mencoba I berbicara dengan nada normal. "Uang jasa
penasihat M hukumnya terlalu rendah," katanya. "Oh,
benafkahr kata Pace dan bahkan tersenyum. I "Sepuluh
juta tidak cukup?" 'Tidak untuk kasus ini. Kau akan lebih
terekspos kalau biro hukum besar terlibat." "Kau cepat
mengerti, ya?" "Setengahnya akan masuk kas pajak. Biaya
overhead yang kaurencanakan 'Untukku akan sangat
mahal. Aku diharapkan membangun biro hukum
sesungguhnya hanya dalam waktu beberapa hari begitu
juga kantor dengan harga sewa mahal itu. Plus, aku ingin
berbuat sesuatu untuk Tequila dan tersangka lain yang
terjebak dalam keadaan ini." "Beri saja aku angkanya."
Pace menulis-nulis sesuatu. "Lima belas juta akan
membuat transisinya lebih mulus." "Apakah kau mengambil
angka secara sembarang-an?" 'Tidak, hanya
bernegosiasi." "Jadi kau ingin lima puluh juta—tiga puluh
lima untuk para keluarga, lima belas untukmu. Begitukah?"
"Itu rasanya memadai." "Setuju." Pace mengulurkan tangan
dan berkata. "Selamat." Clay menjabatnya. Ia tidak bisa
memikirkan tanggapan lain untuk diucapkan kecuali
"Terima kasih." "Kontraknya, berikut segala rincian dan
persyaratannya, sudah ada." Max meraih ke dalam koper
kecil. "Persyaratan apa?" "Yang pertama, kau tidak boleh
menyebut-nyebut Tarvan pada Tequila Watson,
pengacaranya yang: baru. 'V 1 , .„ i,.;., vanc terlibat dalam
pada para «cW »" J J mcnlbahayakan masalah ini.
Melakukan hai iw «¦ segalanya. Seperti yang sudah kita
bicarakan, k. canduan obat bukanlah pembelaan hukum
untuk suat tindak kejahatan. Itu bisa menjadi situasi yang
me ringankan vonis, tetapi Mr. Watson tetaplah melaku-kan
pembunuhan dan apa pun obat yang ia pergunakan saat itu
tidaklah relevan dengan pembelaannya." "Aku lebih
mengerti soal ini daripada kau." "Kalau begitu lupakan saja
pembunuh-pembunuh itu. Kau kini mewakili keluarga
korban mereka. Kau kini berada di sisi yang
berseberangan, Clay, jadi terimalah. Kesepakatan kita ini
akan memberimu lima juta dolar di depan, lima juta lagi
dalam sepuluh hari, dan lima juta sisanya sesudah semua
persoalan dibereskan. Kalau sampai kau menyebut-nyebut
' Tarvan pada siapa pun, maka kesepakatan ini batal. \
Kauingkari kepercayaan kami dengan tersangka, maka
kau akan kehilangan banyak uang." Gay mengangguk dan
menatap surat kontrak tebal j yang kini berada di meja. "Ini
pada dasarnya perjanjian menjaga kerahasiaan," Max
meneruskan, sambil mengetuk dokumen itu. j Tbb
mengandung rahasia-rahasia gelap, yang sebagian besar
harus kausembunyikan bahkan dari sekretarismu j sendiri.
Sebagai contoh, nama klienku tidak pernah disebut Ada
perusahaan kosong yang didirikan di 1 Bermuda dengan
divisi baru di Dutch Antilles yang bertanggung jawab pada
perusahaan Swiss yang berkantor pusat di Luxemburg
Jejak dokumennya dimulai dan berakhir di sana dan tak
seorang pun, bahkan diriku sendiri, bisa melacaknya tanpa
tersesat. Khe»^^ baronw akan mendapatkan uangnya; me-
I ««' tidak akan jadi masalah. Bagimu, kau akan mencetak
uang. Kami tidak mengharapkan khotbah tentang moral
Ambil uangmu, selesaikan tugas, dan semua orang akan
lebih senang." "Jual saja jiwaku?" "Seperti kukatakan tadi,
tidak perlu berkhotbah. Kau tidak melakukan apa pun yang
melanggar etika. Kau mendapatkan uang ganti kerugian
dalam jumlah besar bagi klien yang sama sekali tidak tahu
bahwa mereka seharusnya mendapatkannya. Itu sama
sekali tidak menjual jiwa. Dan bagaimana kalau kau jadi
kaya? Kau bukan pengacara pertama yang mendapatkan
durian- runtuh." . Clay memikirkan lima juta pertama itu.
Yang segera akan diterimanya. Max mengisi beberapa
bagian kosong di dalam kontrak itu, lalu menyodorkannya
ke seberang meja. "Ini kesepakatan awal kita.
Tandatanganilah, maka aku bisa menceritakan lebih jauh
tentang klienku. Aku akan pesan kopi dulu." Clay
mengambil dokumen tersebut, memeganginya sementara
dokumen itu jadi terasa lebih berat, lalu mencoba
membaca alinea pembukaannya. Max berbicara dengan
room service di telepon. Ia harus segera mengundurkan
diri, hari itu juga, dari Kantor Pembela Umum dan
mengundurkan diri sebagai pembela Tequila Watson.
Dokumennya sudah disiapkan dan dilampirkan pada
kontrak itu. Ia akan langsung mengurus akte pendirian biro
hukumnya sendiri; mempekerjakan cukup banyak staf.
membuka < i. i j„rt ]„in-['iiii Di situ dicantumkan rekening
bank, dan lain-iain. *» : B , „„,„„ dasar Kantor Biro Hukum
juga usulan anggaran uasar J. Clay Carter II. semuanya
dalam bahasa baku yang resmi. Begitu memungkinkan, ia
harus menghubungi tujuh keluarga itu dan memulai proses
mewakili kepentingan hukum mereka. Kopi tiba dan Clay
terus membaca. Max berbicara di ponselnya di seberang
suite, berbisik-bisik dengan suara lirih dan serius, tentu
menyampaikan kejadian-kejadian terakhir pada atasannya.
Atau mungkin ia sedang mamantau jaringannya untuk
mencari tahu apakah telah terjadi pembunuhan Tarvan lain.
Untuk tanda tangannya di halaman sebelas, Clay akan
menerima melalui teleks transfer kilat sejumlah lima juta
dolar, angka yang baru saja ditulis rapi oleh Max.
Tangannya gemetar ketika menorehkan tanda tangan,
bukan karena perasaan takut atau keraguan moral, tapi
karena guncangan angka nol. Ketika ronde pertama urusan
dokumen itu selesai, ; mereka meninggalkan hotel, dan
naik SUV yang disopiri pengawal yang dulu menemui Clay
di lobi j Hotel Willard. "Kusarankan kita lebih dulu
membuka rekening bank," Max berkata lembut tapi tegas.
Clay bagai Cinderella yang akan pergi ke pesta dansa, ;
menikmati perjalanan sebab saat ini semua hanya mimpi.
"Baik, gagasan bagus," katanya susah payah. "Ingin bank
tertentu?" Pace bertanya. Bank Clay saat ini pasti kaget
melihat kegiatan yang akan datang. JUkeningnya di sana
selama ini j hanya memiliki' saldo secukupnya di atas
minimum j sehingga setoran dalam jumlah besar akan
menimbulkan kegemparan. Manajer rendahan bank itu
pernah j menelepon untuk mengabarkan ada sedikit
pinjaman yang sudah jatuh tempo, la hampir bisa
mendengar bos besar di lantai atas terkesiap kaget ketika
melihat printout rekeningnya. "Aku yakin kau sudah punya
gagasan," Clay berkata. "Kami punya hubungan dekat
dengan Chase. Transfer akan berjalan mulus di sana."
Kalau begitu Chase-lah pilihannya, pikir day sambil
tersenyum. Apa saja untuk mempercepat transfer itu.
"Chase Bank, di Fifteenth Streeth," Max berkata pada si
sopir, yang sudah mengarahkan mobil ke sana. Max
mengeluarkan beberapa dokumen lain. "Ini sewa kantormu.
Seperti kau tahu, tempat itu sangat diminati dan tentu tidak
murah. Klienku memakai satu perusahaan untuk
menyewanya selama dua tahun dengan harga delapan
belas ribu sebulan. Kami bisa mengoperkannya kepadamu
dengan harga sewa yang sama." "Itu berarti empat rams
ribu dolar, k u rang-lebih." Max tersenyum dan berkata,
"Kau bisa membayarnya, Sir. Mulailah berpikir seperti
pengacara peradilan dengan uang segunung." Semacam
wakil direktur sudah disiapkan untuk mereka. Max meminta
orang yang tepat dan karpet merah pun digelar di setiap
lorong. Ctoy membereskan urusannya dan
menandatangani semua dokumen yang diperlukan. ^ me.
Transfer akan diterima pukul i'w< " nurut ai wakil direktur.
tak berbasa-basi Kembali ke dalam ,bU v' mDcre;apkan
anggaran lagi. "Kami mendahului mempers. P 143 dasar
antuk biro hukummu," m berkata, sambil meog. angsurkan
lebih banyak dokumen. "Aku sudah melibat ini." kata Clay,
masih memikirkan transfer. "Semuanya bersita: umum—
tidak ada yang sensitif. Dikerjakan lewat Internet. Biayanya
dua ratus dolar, dibayar dengan kartu kredit, dan kau siap
bekerja. Hanya butuh waktu satu jam kurang. Kau bisa
mengerjakannya dari meja kerjamu di OPD." Clay
memegangi dokumen-dokumen itu dan melihat ke luar
jendela. Jaguar XJ merah anggur yang mulus berhenti di
samping mereka di lampu merah, dan pikirannya mulai
berkelana. Ia mencoba memusatkan perhatian pada
urusan pekerjaan, tapi tidak bisa. "Bicara soal OPD," Max
berkata, "bagaimana kau ingin menangani orang-orang
itu?" "Mari kita lakukan sekarang." "M di Eighteenth," kata
Max pada si sopir, yang sepertinya tak melewatkan apa
pun. Kembali pada Clay ia berkata, "Apakah kau sudah
memikirkan soal Rodney dan Paulette?" "Ya. Aku akan
bicara dengan mereka hari ini." "Bagus." "Senang kau
sependapat." "Kami juga punya beberapa orang yang
kenal baik kota ini. Mereka bisa membantu. Mereka akan
bekerja untuk kita, tapi klienmu tidak akan tahu." Ia
mengangguk pada si sopir sewaktu mengucapkan ini.
"Kita tidak bisa bersantai, Clay, sampai tujuh keluarga
"Sepertinya aku perlu membentahu Rodney dan Paulette
segalanya." "Hampir segalanya. Hanya merekalah di biro
hukummu yang akan tahu apa yang terjadi. Tapi kau tidak
bisa menyebut Tarvan atau perusahaan itu. dan mereka
tidak akan pernah melihat perjanjian penyelesaian
masalahnya. Kita akan mempersiapkan itu untukmu." "Tapi
mereka harus tahu apa yang kita tawarkan." "Jelas.
Mereka harus meyakinkan keluarga-keluarga itu agar
menerima uangnya. Tapi mereka tidak akan pernah tahu
dari mana uang itu berasal." "Itu suatu tantangan." "Mari
kita pekerjakan mereka lebih dulu." Seandainya ada orang
di OPD yang kehilangan Clay, hal itu tidaklah kentara.
Bahkan Miss Glick yang andal itu pun asyik dengan telepon
dan tidak ada waktu untuk mengucapkan "Dari mana saja
kau?" seperti biasanya. Ada selusin pesan di meja
kerjanya, seluruhnya tak relevan lagi sekarang sebab
semuanya sudah tak penting lagi. Olenda sedang
menghadiri suatu konferensi di New York, dan. seperti
biasa, ketidakhadirannya berarti istirahat makan siang
lebih panjang dan cuti sakit lebih banyak di OPD. Ia cepat-
cepat mengetik sepucuk surat pengunduran diri dan
mengirimkannya lewat entail. Dengan pintu tertutup, ia
mengisi dua tas kerja dengan barang-barang pribadinya
dan meninggalkan buku-buku lama serta benda-benda
yang dulu dirasanya memilik, nilai sentimental. It selalu bisa
kembali, iwaktpun tahu .« takkan melakukannya. CJ>1__i.
Mnn Meja Rodney terletak di mang kerja stnp,. yang
dirakimya bersama dua paralegal fain. "Punya wakt
sebentar, kata City. Tidak." kata Rodney, sama sekali tidak
menangkal muka dari setumpuk laporan. "Ada terobosan
baru dalam kasus Tequila Watson. Ini cuma perlu waktu
sebentar." Rodney dengan enggan menyisipkan pena di
belakang salah satu telinga dan mengikuti Clay kembali ke
kantornya, di mana rak-rak sudah dibersihkan, dan pintu
dikunci di belakang mereka. "Aku akan berhenti." Clay
mulai, nyaris berbisik. Mereka berbicara selama hampir
satu jam, sementara Max Pace menunggu tak sabar di
dalam S U V. yang diparkir melanggar aturan di pinggir
jalan Ketika Gay muncul dengan dua tas kerja yang berat,
Rodney ikut bersamanya, juga membawa tas kerja dan
kantong kertas belanja yang penuh barang. Ia pergi ke
mobilnya dan menghilang. Gay masuk ke SUV. la ikut,"
kata Gay. "Sungguh suatu kejutan." Dt kantor di
Connecticut Avenue, mereka menemui konsultan desain
yang sudah diberi panjar oleh Max. Clay diberi pilihan
mebel-mebel mahal yang kebetulan ada di gudang dan
dengan demikian bisa dikirim dalam waktu 24 jam la
menunjukkan berbagai desain dan contoh, semuanya di
ain tertinggi dalam daftar harga. Ia menandatangani order
pembelian. Sistem telepon sedang dipasang. Konsultan
telepon tiba sesudah si dekorator pergi, Pada suatu titik,
Oay membelanjakan uang begitu cepatnya sehingga ia
mulai bertanya pada diri sendiri apakah ia memeras cukup
uang dari Max. Tak lama menjelang pukul 17.00, Max
keluar dari kantor yang baru saja dicat dan menyisipkan
ponscl-nya ke saku. "Transfernya sudah masuk." katanya
pada Clay. "Lima juta?" "Begitulah. Kau kini multijutawan."
"Aku mau pergi," kata Clay. "Sampai jumpa besok." "Mau
ke mana kau?" "Jangan pernah bertanya seperti itu lagi.
oke? Kau bukan bosku. Dan berhentilah menguntitku. Kita
sudah sepakat." Ia berjalan kaki sepanjang Connecticut
Avenue sejauh beberapa bk)k. berdesak-desakan dengan
orang banyak yang baru pulang kantor, tersenyum-senyum
dungu pada diri sendiri, kakinya tak pernah menyentuh
beton. Menyusuri Seventeenth Street sampai ia melihat
Reflecting Pool dan Washington Monument, di mana
rombongan-rombongan anak sekolah menengah
berkumpul untuk berfoto. Ia belok ke kanan dan berjalan
menerobos Constitution Gardens dan melewati Vietnam
Memorial. Setelah dan sana. ia berhenti di kios, membeli
dua batang cerutu murah, menyalakan salah satu. dan
meneruskan perjalanan ke tangga Lincoln Memorial, di
mana ia berlama-lama duduk dan memandangi The Mali
hingga Capitol di kejauhan. Berpikir jernih mustahil
dilakukan. Satu pikiran jernih langsung dilanda dan
didorong keluar pikiran lain. ta memikirkan ayahnya yang
hidup di perata pancing pinjaman, berpura-pura itu
kehidupan yang bagus tapi berkutat untuk mencari
penghidupan; umur tahun tanpa masa depan apa pun;
banyak minum untuk melarikan diri dari penderitaan, la
mengisap cerahi itu dan membayangkan dirinya
berbelanja, dan sekadar bersenang-senang u menghitung
berapa banyak yang akan dibelanjakannya seandainya ia
membeli segala yang ia inginkan—pakaian baru, mobd
yang benar-benar bagus, perangkat stereo, bertamasya
Sekeruhnya hanyalah pengurangan sedikit dan
kekayaannya. Pertanyaan utamanya. Mobil macam apakah
yang akan dibelinya. Sukses tapi tidak Dan tentu saja ia
butuh alamat bani. Ia akan melihat-lihat daerah
Georgetown untuk mencari rumah town house tua yang
bagus, la pernah mendengar cerna bahwa beberapa di
antaranya dijual seharga enam juta, tapi ia tidak butuh yang
semahal itu. Ia yakin bisa menemukan rumah dalam
kisaran harga Satu juta di sini. Satu juta di sana Ia
memikirkan Rebecca, meskipun berusaha untuk tidak terus
melakukannya. Selama empat tahun terakhir ini Rebecca-
lah satu-satunya teman tempatnya berbagi segalanya Kau
tak ada seorang pun untuk diajak bicara Perpisahan
mereka baru lima hari, dan masih berlaku, tapi begitu
banyak yang telah terjadi hingga ia hampir tak punya waktu
memikirkannya. "Lupakan keluarga Van Horn," ia berkata
keras, sambil mengepulkan segumpal asap tebal la akan
menyumbangkan hadiah dalam jumlah besar pada
Piedmont Pood, ditujukan untuk perjuangan melestarikan
keindahan alam Virginia Utara la akan menggaji paralegal
untuk tidak mengerjakan apa-apa selat» melacak
pembebasan tanah dan rencana-rencana pengembangan
terakhir yang akan dilakukan BVH Group, dan jika
memungkinkan, ia diam-diam akan menyelinap dan
menyewa pengacara bagi pemilik-pemilik tanah kecil yang
tak menyadari bahwa mereka akan menjadi tetangga
Bennett si Buldozer. Oh, betapa besar kesenangan yang
akan ia dapatkan di segi lingkungan! Lupakanlah orang-
orang itu. Ia menyalakan cerutu kedua dan menelepon
Jonah, yang berada di toko komputer untuk bekerja
beberapa jam. "Aku pesan satu meja di Citronelle untuk
jam delapan nanti," kata Clay. Tempat itu restoran Prancis
favorit semua orang di D.C. saat ini. "Baik," kata Jonah.
"Aku serius. Kita akan mengadakan perayaan. Aku ganti
pekerjaan. Akan kujelaskan nanti. Datanglah saja ke sana."
"Boleh aku bawa teman?" "Sama sekali tidak." Jonah ke
mana-mana selalu dengan pacarnya yang temani. Saat
pindah nanti, Clay akan pergi sendiri, dan tidak akan
merindukan kelakuan ajaib Jonah di kamar, la menelepon
dua teman kuliah lain. tapi keduanya sudah punya anak
dan kewajiban, lagi pula pemberitahuan itu sangat
mendadak. Makan malam bersama Jonah Selalu
merupakan petualangan. 12 Dt dalam saku kemejanya ada
kartu nama baru, tintanya nyaris belum kering, dikirim
langsung pagi tadi dari percetakan kilat. Kartu nama itu
menyatakan dirinya sebagai Paralegal Kepala dari Kantor
Hukum J. Clay Carter JJ. Rodney Albritton, Paralegal
Kepala, seolah biro hukum itu punya divisi penuh paralegal
di bawah perintahnya Kenyataannya tidak, tapi ia
berkembang dengan kecepatan yang mengesankan.
Seandainya punya waktu untuk membeli setelan jas baru,
ia mungkin tidak akan memakainya pada misinya yang
pertama. Seragam lama akan lebih j berhasil—blazer biru
tua, dasi dilonggarkan, jeans pudar, sepatu tentara lusuh. Ia
masih bekerja» di jalanan dan ia perlu tampil seperti itu. Ia
menemukan Adelfa Pumphrey di tempat kerjanya, menatap
dinding penuh monitor bsed-circuit tapi tak melihat apa
pun. Anak laki-Jakinya meninggal sepuluh hari yang iafu. la
memandang Rodney dan menunjuk clipboard di mana
semua tamu diharuskan membubuhkan tanda tangan.
Rodney mengeluarkan selembar kartu nama dan
memperkenalkan diri "Saya bekerja untuk fe-' orang
pengacara di p "Baguslah." katanya lembut, tanpa sedikit
pun melirik kartu nama itu. "Saya ingin bicara beberapa
menit dengan Anda." "Soal apa?" Tentang anak Anda,
Ramon." "Ada apa dengannya?" "Saya tahu beberapa hal
yang tidak Anda ketahui tentang kematiannya." "Itu bukan
salah satu pokok pembicaraan favoritku saat ini." "Saya
mengerti, dan saya minta maaf harus bicara tentang hal itu.
Tapi Anda akan menyukai apa yang akan saya katakan^
dan saya takkan berlama-lama." Ia melihat sekeliling. Jauh
di ujung lorong ada penjaga berseragam lain, berdiri di
sebelah pintu, setengah tertidur. "Aku bisa istirahat dua
puluh menit lagi," katanya. 'Temui aku di kantin, satu lantai
di atas." Sewaktu berjalan pergi, Rodney berkata pada diri
sendiri bahwa, ya, memang ia layak mendapatkan
setiap.sen dari gaji barunya yang gemuk. Orang kulit putih
yang mendekati Adelfa Pumphrey dengan persoalan yang
begitu peka tentu akan masih berdiri di depannya sana,
gelisah, gemetar, bingung mencari kata-kata sebab Adella
akan bergeming. Wanita itu takkan percaya padanya,
takkan percaya dengan apa pun yang ia ucapkan, takkan
menaruh minat pada spa pun yang ia katakan, setidaknya
dalam hma belas menit pertama- berkulit hitam. Tapi
Rodney cakap, pintar, «n dan Aldelfa ingin bicara pada
seseorang. Berkas Max Pace tentang Ramon Pumphrey
ringkas tapi mendalam; tak banyak informasi yang perlu
diulas. Pria yang diduga sebagai ayahnya tak pernah
menikah dengan ibunya. Nama laki-laki itu Leon Tease,
dan ia saat ini ada di penjara Pennsylvania, menjalani
hukuman kurungan tiga puluh tahun karena perampokan
bersenjata dan melakukan percobaan pembunuhan. Jelas
ia dan Adelfa hidup bersama cukup lama untuk
mendapatkan dua anak—Ramon dan satu saudara laki-
laki yang sedikit lebih muda bernama Michael. Adik laki-
laki lain dilahirkan kemudian dan laki-laki yang dinikahi
Adelfa dan lantas diceraikannya Ia saat ini tidak menikah
dan berusaha membesarkan dua anak laki-lakinya yang
tersisa, ditambah dua keponakan perempuan, anak adik
perempuan yang masuk penjara karena menjual crack,
Adelfa memperoleh penghasilan $21.000 dari be- j kerja
pada perusahaan swasta yang disewa untuk menjaga
gedung-gedung perkantoran berisiko rendah di D.C. Dari
apartemennya di proyek perumahan di Timur Laut, ia
mondar-mandir ke pusat kota setiap hari dengan kereta
bawah tanah. Ia tidak punya J mobil dan tidak pernah
belajar mengemudi, la punya rekening bank dengan saldo
yang sangat kecil dan I. dua kartu kredit yang terus
menjerumuskannya dalam I masalah dan menghancurkan
peluang apa pun untuk memperoleh kredit yang baik Ia
tidak punya catatan I kriminal. Selain bekerja dan
mengurus keluarga, minat satu-satunya di luar rumah
tampaknya hanyalah Old Salem Gospel Center tak jauh
dari tempat tinggalnya. Karena sama-sama besar di kota
yang sama, mereka memainkan permainan "Siapa yang
kau kenal?" selama beberapa menit. Di mana kau
bersekolah? Dari mana orangtuamu berasal? Mereka
menemukan satu-dua hubungan renggang. Adelfa minum
diet cola. Rodney minum kopi pahit. Kantin itu setengah
penuh dengan birokrat-birokrat rendahan yang berceloteh
tentang apa saja kecuali pekerjaan monoton yang harus
mereka lakukan. "Kau ingin bicara tentang anakku,"
katanya sesudah beberapa menit basa-basi yang
canggung. Suaranya lembut dan rendah, tertekan, dan
masih menderita. Rodney bergerak-gerak sedikit resah
dan mencondongkan badan lebih rendah. "Ya, dan. sekali
lagi, saya minta maaf harus bicara tentangnya Saya juga
punya anak: Saya tak bisa membayangkan apa yang Anda
alami" "Kau benar soal itu." "Saya bekerja untuk seorang
pengacara di kota ini, masih muda, sangat cerdas, dan
setiang menangani sesuatu yang bisa memberi Anda
banyak uang." Gagasan tentang uang dalam jumlah besar
itu tampaknya tak menggugah hati Adelft. . „„ «Rncah van u
membunuh Rodney meneruskan. Bocah y ^ Ramon itu baru
W* ™w d* empat bulan kecanduan obat di mana m
dikurung. Ia pencandu, anak jalanan, tanpa banyak I
peluang dalam hidupnya. Sebagai bagian dari
pengobatannya mereka memberinya sejenis obat. Kami
kira salah satu obat itu membuatnya cukup sinting j untuk
memilih korban sembarangan dan mulai menembak"
"Bukan jual-beli obat terlarang yang jadi tidak beres?"
"Bukan, sama sekali bukan." Matanya menerawang, lalu
jadi basah, dan beberapa saat Rodney bisa melihat
perasaannya akan runtuh. Tapi kemudian Adelfa
memandangnya dan berkata, "Uang dalam jumlah besar?
Berapa banyak?" "Lebih dari satu juta dolar," katanya
dengan wajah tak menunjukkan perubahan perasaan apa
pun, wajah pemain poker yang sudah puluhan kali
dilatihnya sebab ia sangat sangsi bisa menyampaikan
kalimat itu tanpa membuat matanya berbinar-binar liar. Tak
ada reaksi Adelfa yang kelihatan, setidaknya pada
permulaan. Sekali lagi matanya menerawang ke sekeliling
ruangan. "Kau mempermainkan aku?" ia bertanya. . "Apa
alasan saya melakukan hal itu? Saya tidak mengenal
Anda. Mengapa saya datang ke sini dan mempermainkan
Anda? Ada uang, dalam jumlah besar. Uang perusahaan
farmasi besar yang menginginkan Anda mengambilnya
dan menutup mulut." "Perusahaan besar apa?" "Dengar,
saya sudah menceritakan segala yang saya tahu. Tugas
saya adalah menemui Anda, menceritakan pada Anda apa
yang terjadi, dan mengundang Anda menemui Mr. Carter,
pengacara yang menjadi atasan saya. Dia akan
menjelaskan segalanya" "Orang kulit putih?" "Yap. Orang
baik. Saya sudah lima tahun bekerja dengannya. Anda
akan menyukainya, dan Anda akan menyukai apa yang ia
katakan." Mata yang basah itu sudah kering, la
mengangkat bahu dan berkata, "Baiklah." "Pukul berapa
Anda selesai kerja?" ia bertanya. "Setengah lima." "Kantor
kami ada di Connecticut Avenue, lima belas menit dari sini.
Mr. Carter akan menunggu Anda. Anda sudah punya kartu
nama saya." la memandang kartu nama itu lagi. "Dan ada
satu hal yang sangat penting," Rodney berkata, nyaris
berbisik, "Semua ini akan lancar kalau Anda tetap
bungkam. Ini rahasia yang sangat penting. Anda lakukan
apa yang disarankan Mr. Carter untuk Anda lakukan, maka
Anda akan mendapat uang lebih banyak daripada yang
pernah Anda impikan. Tapi kalau sampai ada omongan
bocor ke luar, maka Anda takkan mendapatkan apa-apa."
Adelfa mengangguk. "Dan Anda perlu mulai memikirkan
untuk pindah." "Pffldah?" "Misalnya pindah ke rumah baru
di kota baru, di mana tak ada orang yang mengenal Anda
dan tak seorang pun tahu Anda punya banyak uang.
Rumah bagus di jalan yang aman, tempat anak-anak bisa
mengendarai sepeda di trotoar, tak ada pengedar
narkoba, tidak ada geng. tidak ada detektor logam d,
sekolah. Tidak ada sanak keluarga yang menginginkan
uang Anda. Tenmalah nasihat dari seseorang yan
mbesarkan seperti diri Anda. Pindahlah. Tinggalkan
tempat ini. Anda bawa uang ini kembali ke Lincoln Towers,
maka mereka akan melahap Anda hidup, hidup." Rayuan
Clay ke OPD sejauh ini berhasil menjaring Miss Glick
sekretaris yang sangat efisien itu, yang hanya sedikit
sangsi pada prospek mendapatkan gaji dua kali lipat, dan
rekan lamanya Paulette Tullos yang, meskipun diurus
dengan baik oleh suami Yunani-nya yang jauh, toh langsung
menerkam peluang memperoleh $200.000 setahun,
bukannya $40.000; dan tentu saja, Rodney. Rayuan itu me-
; mancing dua telepon mendesak dari Glenda yang masih
harus dijawab, dan serentetan e-mail tajam, yang juga
diabaikan, setidaknya untuk sekarang ini. Clay bersumpah
kepada diri sendiri untuk menemui Glenda dalam waktu
dekat dan memberikan dalih lemah mengapa ia mencuri
orang-orang baiknya. Untuk mengimbangi orang-orang
baik itu, ia mempekerjakan teman serumahnya, Jonah,
yang meskipun tak pernah melakukan praktik hukum—r-ia
lulus ujian pengacara setelah lima kali mencoba—adalah
teman dan kepercayaan yang diharapkan Clay bisa
mengembangkan keahlian hukum. Jonah punya mulut
besar dan suka minum, jadi Clay sangat samar-samar
menceritakan detail biro hukumnya yang baru. ia
merencanakan memberi Jonah informasi sedikit demi
sedikit, tapi ia mulai dengan perlahan-lahan. Mencium bau
uang, Jonah menegosiasikan gaji awal sebesar $90.000,
yang sebetulnya kurang dari gaji sang Paralegal -Kepala,
meskipun tak seorang pun di biro hukum itu tahu berapa
penghasilan yang lain. Kantor Akuntan Publik di lantai tiga
menangani segala pembukuan dan pembayaran gaji. Clay
memberi Paulette dan Jonah penjelasan cermat seperti
pada Rodney. Ringkasnya: Ia kebetulan terlibat
persekongkolan yang melibatkan sejenis obat buruk—
nama obat itu dan nama perusahaannya tidak akan pernah
diungkapkan pada mereka atau pada orang lain. Ia
menjalin hubungan dengan perusahaan ini. Kesepakatan
dibuat dengan cepat. Uang dalam jumlah besar berpindah
tangan. Kerahasiaan sangatlah penting. Kerjakan saja
tugasmu dan jangan banyak bertanya Kita akan
membangun biro hukum kecil yang bagus, tempat kita
mencetak banyak uang sambil bersenang-senang. Siapa
bisa mengatakan tidak pada tawaran seperti itu? Miss
Glick menyambut Adelfa Pumphrey seolah ia klien pertama
yang memasuki biro hukum baru yang mengilap itu, dan
sebenarnya memang ya. Segalanya berbau baru—cat,
karpet, kertas dinding, mebel Italia berlapis kulit asli di
tempat penerimaan tamu. Miss Glick membawakan air
untuk Adelfa di dalam gelas kristal yang belum pernah
dipakai. lalu kembali pada tugasnya mengatur meja kerja
barunya yang berlapis kaca dan krom. Paulette adateli
orang beriLmya Ia membawa Adelfa masuk kantornya
uunT^embicaraan awal, yang lebih dan percakapan
semiserius antarwaxuta. PauJette membuat banyat catatan
tentang keluarga dan latar belakangnya, info. masi yang
sama dengan yang disiapkan Max Pace* Ia mengucapkan
kata-kata yang tepat bagi ibu yan»' sedang berduka cita.
Sejauh ini setiap orang yang menemuinya berkulit j hitam,
dan Adelfa merasa tenteram dengan fakta ini. "Anda
mungkin pernah melihat Mr. Carter," Paulette berkata,
mengikuti skenario kasar yang disiapkannya bersama
Clay.' la ada di pengadilan ketika Anda berada di sana. ia
ditunjuk Hakim mewakili Tequila Watson, tapi ia
melepaskan kasus itu. Begitulah ia terlibat dalam urusan
penyelesaian masalah ini." Adelfa kelihatan sebingung
yang mereka kira. Paulette meneruskan. "Saya dan dia
sudah lima tahun bekerja bersama di Kantor Pembela
Umum. Kami mengundurkan diri beberapa hari yang lalu
dan membuka biro hukum ini. Anda akan menyukainya Dia
orang yang sangat menyenangkan dan pengacara yang
baik Jujur, dan loyal pada kliennya." "Kalian baru saja
buka?" "Ya Clay sudah lama ingin punya biro hukum
sendiri Dia meminta saya bergabung. Anda ada di tangan
orang-orang yang sangat andal, Adelfa." Kebingungan
berubah menjadi keheranan. "Ada pertanyaan?" Paulette
bertanya. "Aku punya begitu banyak pertanyaan sampai
tidak tabu dari mana hams mulai" "Saya mengerti. Inilah
saran saya untuk Anda. Jangan banyak bertanya. Ada
perusahaan besar di luar sana yang ingin membayar Anda
dalam jumlah besar untuk membereskan kemungkinan
gugatan berkaitan dengan kematian anak Anda. Kalau
Anda sangsi dan mengajukan pertanyaan, Anda bisa
dengan mudah tidak mendapatkan apa pun. Ambil saja
uang itu, Adelfa. Ambil dan lari." Ketika akhirnya tiba saat
untuk menemui Mr. Carter. Paulette membimbingnya
berjalan di lorong menuju kantor besar di sudut. Sudah satu
jam Clay mondar-mandir dengan gelisah, tetapi ia
menyambut perempuan itu dengan tenang dan
mengucapkan selamat datang ke biro hukumnya. Dasinya
dikendurkan, lengan kemejanya digulung ke atas, meja
kerjanya ditampi segala macam berkas dan dokumen
seolah ia sedang mengurus banyak perkara di berbagai
bidang. Paulette tinggal di sana sampai suasana benar-
benar mengendur, lalu, sesuai rencana, ia mengundurkan
diri. "Saya kenal Anda," Adelfa berkata. "Ya, saya ada di
pengadilan saat pembacaan tuduhan. Hakim melimpahkan
kasus itu pada saya, tapi saya melepaskannya. Sekarang
saya bekerja di pihak yang berseberangan." "Saya
mendengarkan." "Anda mungkin bingung dengan semua
ini." "Benar." "Sesungguhnya masalahnya cukup
sederhana." Clay duduk di pinggir meja kerja dan
memandangi wajah yang kebingungan itu. Ia melipat
lengan di dada dan mencoba menampilkan sikap bahwa ia
pernah melakukan hal ini. Ia meluncurkan narasinya tentang
perusahaan farmasi besar itu, dan meskipun imJebih
panjang dan lebih hidup daripada penuturan Rodney,
ismya adalah cerita yang sama tanpa mengungkap^ fakta
haru. Adelfa duduk di kursi kulit empuk iS tak mengedipkan
mata, tak yakin apa yang harus dipercayainya. Saat
menutup cerita, Clay berkata, "Mereka ingin memberi
Anda uang dalam jumlah besar, sekarang juga." "Siapa
sebenarnya mereka?" "Perusahaan farmasi itu." "Apakah
ia punya nama?" "Perusahaan ini punya beberapa nama,
dan beberapa alamat, dan Anda tidak akan pernah tahu
identitasnya yang sejati Itu bagian dari kesepakatan ini.
Kita Anda dan saya, pengacara dan klien, harus setuju
untuk merahasiakan segalanya." Adelfa akhirnya berkedip,
lalu menyilangkan kembali J tangannya dan menggeser
berat badan. Matanya nanar I ketika ia menatap permadani
Persia baru yang melapisi I setengah kantor itu. "Berapa?"
ia bertanya lirih. "Lima juta dolar." I Ta Tuhan," katanya
sebelum tangisnya pecah. Ia j menutupi mata dan terisak-
isak dan beberapa lama tidak berusaha menghentikannya.
Clay mengangsurkan j tisu dalam kotak. f Uang
penyelesaian perkara itu disimpan di Chase Bank di
sebelah uang Clay, menunggu dibagikan Dokumen Max
ada di meja kerja, setumpuk. Clay menuntun Adeha
mempelajarinya, menjelaskan bahwa uang itu akan
ditransfer besok pagi-pagi begitu bank buka. Ia membalik
halaman demi halaman dokumen itu, memberikan
penjelasan-penjelasan pokok tentang persoalan hukum,
meminta tanda tangannya di mana diperlukan. Adelfa
terlalu bingung untuk berbicara banyak. "Percayalah pada
saya," kata Clay lebih dari sekali. "Kalau Anda mau uang
itu, tandatanganilah di sana." "Saya merasa seperti
melakukan sesuatu yang salah," katanya suatu ketika.
Tidak, kekeliruan itu dilakukan orang lain. Di sini Anda
adalah korban, Adelfa, korban dan sekarang klien." "Saya
perlu bicara dengan seseorang," katanya begitu
membubuhkan tanda tangan lagi. Tapi tak ada siapa pun
untuk diajak bicara. Menurut data intelijen Max, ada pacar
yang datang dan pergi, dan ia bukan jenis orang untuk
dimintai nasihat Ia punya beberapa saudara laki-laki dan
perempuan, tersebar dari D.C. hingga Philadelphia, tapi
mereka jelas tidak lebih pintar daripada Adelfa. Kedua
orang-tuanya sudah meninggal. "Itu akan merupakan
tindakan keliru," kata Clay hati-hati "Uang ini akan
meningkatkan kehidupan Anda kalau Anda tetap diam.
Kalau Anda bicara, maka ia akan menghancurkan Anda."
"Saya tidak pandai mengelola uang." "Kami bisa
membantu. Kalau Anda mau, Paulette bisa memantau
semuanya untuk Anda dan memberikan nasihat." "Saya
ingin begitu." "Untuk itulah kami ada di sini." Paulette
mengantarnya pulang dengan mengemudikannya perlahan-
lahan di tengah I I jam sibuk. Sesudahnya, ia bercerita
pada* ClatV^ Adelfa sangat sedikit berbicara, dan ketika'
a tiba di proyek perumahan, i. tidak mau tunuTT" puiuh
upannva menit, yang mereka duduk di sana selama tiga
bercakap-cakap pelan tenang kehid bara. Tak ada lagi
tunjangan sosial, tak ada lag; tembakan senjata api di
waktu malam. Tak-perlu lagi doa-doa agar Tuhan
melindungi anak-anaknya. Tak perlu lagi ia khawatir
terhadap keselamatan anak-anaknya seperti dulu terhadap
Ramon. Tak ada lagi geng. Tak ada lagi sekolah jelek. Ia
menangis ketika akhirnya mengucapkan selamat tinggal.
13 mi M LOBIL Porsche Carrera hitam itu - meluncur
hingga berhenti di bawah pohon pelindung di Dumbarton
Street. Clay keluar dan selama beberapa detik ia bisa tak
menghiraukan mainan terbarunya tapi sesudah melihat
sepintas ke segala penjuru, ia berpaling dan sekali lagi
mengagumi mobil itu. Sudah tiga hari ini jadi miliknya, dan
ia masih belum bisa percaya ia memilikinya. Biasakanlah,
ia terus berkata pada diri sendiri, dan dengan susah payah
ia bisa berlagak seolah itu cuma mobil biasa, tak ada yang
istimewa, tetapi melihatnya lagi sesudah beberapa lama
tetap membuat denyut nadinya terpacu. "Aku mengendarai
Porsche," katanya pada diri sendiri dengan suara keras
sewaktu menderu di tengah lalu lintas seperti pembalap
Formula Satu. Ia berada delapan' blok dari kampus utama
Georgetown University, tempat ia menghabiskan empat
tahun sebagai mahasiswa sebelum pindah ke sekolah
hukumnya di dekat Capitol Hill. Rumah-rumah town house
di sana memiliki nilai sejarah dan indah; halaman
rumputnya yang sempit dipangkas llpi; jalanannya diteduhi
peopohonan ek dan maple tua. Berbagai toko, bar, dan
restoran yang sibuk d Street hanya dua blok ke selatan,
dapat dicapai dengan mudah dengan berjalan kaki.
Selama empat tahun dulu ia suka berjoging di jalan-jalan
ini, dan menghabiskan malam-malam panjang bersama
teman-teman babah untuk "berburu" di berbagai pub
sepanjang Wisconsin Avenue dan M Street. Kini ia akan
tinggal di sini. Rumah yang menarik perhatiannya itu
ditawarkan dengan harga $1,3 juta Ia menemukannya saat
berjalan-jalan dengan mobilnya di Georgetown dua hari
yang lalu. Ada satu lagi di N Street dan satu lainnya di
Vona, semua hanya sepelemparan batu dari satu sama
lain. Ia bertekad membeli salah satu sebelum akhir pekan
ini. Rumah di Dumbarton itu, pilihan pertamanya, dibangun
pada tahun 1850-an dan sejak itu selalu dirawat baik-baik.
Tampak mukanya yang terbuat dan bata sudah dicat
berkali-kali dan kini berwarna biru pudar. Empat tingkat,
termasuk lantai bawah tanah. Agen real estatnya
mengatakan rumah tersebut sangat dirawat pasangan
suami-istri yang sudah pensiun dan pernah menjamu
keluarga Kennedy dan Kissinger dan banyak orang penting
lain. Agen-agen real estat Washington bisa menyebut
nama terkenal lebih cepat danpada yang di Beverly Hills,
terutama saat menjajakan properti di Georgetown. Clay
bma belas menit lebih awal. Rumah itu kosong; menurut si
agen, pemiliknya kini menjalani hidup dengan dibantu
orang lain. Ia berjalan melewati gerbang di samping rumah
dan mengagumi kebun kecil di belakang. Tidak ada kolam
renang dan tidak ada tempat untuk itu; lahan real estat
sangat berharga di Georgetown. Ada path di belakang
rumah, dengan mebel dan besi tempa dan sulur tanaman
merambat dari bedeng bunga. Clay akan punya waktu
untuk berkebun, tapi tidak banyak. Mungkin ta akan
membayar saja perusahaan pengurus halaman. la suka
rumah itu dan rumah-rumah lain di sebelahnya, la suka
jalan itu, kenyamanan daerah tersebut, semua orang
tinggal dekat satu sama lain tapi menghormati privasi
masing-masing. Duduk di tangga depan, ia memutuskan
akan menawar satu juta bulat, lalu ngotot
menegosiasikannya, menggertak dan berjalan pergi, dan
senang menyaksikan agen real estat itu mondar-mandir,
tapi pada akhirnya ia dengan senang hati bersedia
membayar harga yang diminta. Memandangi Porsche itu,
pikirannya kembali mengembara menjelajahi dunia fantasi
di mana uang tumbuh di pohon dan ia bisa membeli apa
saja yang ia inginkan. Setelan jas Italia, mobil sport
Jerman, real estat Georgetown, kantor di pusat kota. dan
apa berikutnya? Ia selama ini berpikir untuk membelikan
perahu buat ayahnya, berukuran lebih besar tentunya, untuk
memberikan penghasilan lebih banyak. Ia bisa mendirikan
bisnis penyewaan perahu di Bahama, mendepresiasikan
nilai perahu itu, menghapuskan sebagian besar nilai
bukunya, hingga memungkinkan ayahnya menikmati hidup
yang memadai. Jarrett sekarat di sana, minum terlalu
banyak, tidur dengan apa saja yang bisa ia temukan,
tinggal di perahu pinjaman, mengais-ngais tip. Clay
bertekad membuat hidupnya lebih mudah. Terdengar pintu
dibanting dan menyela lamunan belanjanya, yang hanya
sesaat. Si agen sudah tiba. Daftar korban Pace berhenti di
nomor tujuh. Tujuh yang ia ketahui. Tujuh yang dapat
dipantaunya dan orang-orangnya Tarvan kini sudah
delapan belas hari ditarik, dan berdasarkan pengalaman
perusahaan itu,-mereka tahu bahwa apa pun yang
dilakukan obat tersebut sehingga membuat orang
membunuh biasanya berhenti bekerja sesudah sepuluh
hari. Daftarnya kronologis, dengan Ramon Pumphrey pada
urutan keenam. Nomor satu adalah mahasiswa di George
Washington yang bara saja keluar dari kedai kopi
Starbucks di Wisconsin Avenue, Bethesda, dan kebetulan
dilihat seorang laki-laki bersenjata. Mahasiswa itu berasal
dari Bluefield, West Virginia. Clay menempuh perjalanan
lima jam ke sana dengan rekor baru, sama sekali tak
tergesa-gesa tapi seperti pengemudi mobil balap melesat
menerobos Lembah Shenandoah. Mengikuti instruksi
Pace dengan tepat, ia menemukan rumah orangtua
korban, bungalo kecil yang tampak agak menyedihkan di
dekat pusat kota. Ia duduk di jalan masuk dan dengan
suara keras benar-benar mengatakan, Tak bisa kupercaya
aku melakukan ari." Ada dua hal yang memotivasinya
keluar dari mobil. Pertama, ia tak punya pilihan. Kedua,
prospek mendapatkan seluruh hma belas juta dolar itu,
bukan sepertiga atau dua pertiganya. Seluruhnya Ia
memakai pakaian kawal dan meninggalkan tas kerjanya di
dalam mobil. Si ibu ada <H rumah tapi si ayah masih
bekerja. Dengan enggan wanita itu menyalakannya masuk,
tapi kemudian menawarkan teh dan makanan kecil. Clay
menunggu di sofa di ruang duduk foto-foto si almarhum
anak ada di mana-mana. Tirai-tirainya ditutup. Rumah itu
acak-acakan. Apakah yang kulakukan di sini? Wanita itu
lama berbicara tentang anaknya, dan Clay mendengarkan
setiap kata. Si ayah menjual asuransi beberapa blok dari
sana, dan ia pulang sebelum es di dalam gelas teh
meleleh. Clay menceritakan duduk perkaranya pada
mereka, sejelas mungkin. Pada mulanya muncul beberapa
pertanyaan ragu—Berapa banyak lagi yang mati karena
ini? Mengapa kita tidak bisa pergi pada pihak yang
berwajib? Tidakkah seharusnya hal ini diungkapkan? Clay
menjawabnya seperti veteran. Pace telah
mempersiapkannya dengan baik Seperti semua korban,
mereka punya pilihan. Mereka bisa marah, mengajukan
pertanyaan, mengajukan tuntutan, menginginkan keadilan,
atau mereka bisa mengambil uang itu tanpa ribut-ribut
Jumlah 5 juta dolar itu pada mulanya tak dapat dipahami,
atau seandainya dipahami, mereka dengan baik
menyembunyikannya. Mereka ingin marah dan tak tertarik
pada uang, paling tidak pada awalnya. Tapi saat siang
menjelang mereka mulai paham. "Kalau Anda tidak bisa
mengatakan pada kami nama sebenarnya perusahaan
tersebut maka saya tidak akan menerima uang itu," si ayah
berkata di suatu saat. - »saya tidak tahu nama
sebenarnya," kata Clay. Ada air mata dan ancaman, cinta
dan kebencian, pengampunan dan pembalasan, hampir
semua emos: datang dan pergi sepanjang siang hingga
menjelang malam. Mereka bara saja memakamkan putra
bungsu mereka dan kepedihan itu mematikan perasaan
dan tak terkirakan beratnya Mereka tak menyukai CJay
karena datang, tapi mereka mengucapkan terima kasih tak
terimgga atas keprmatinannya. Mereka tak
mempercayainya sebagai pengacara kota besar yang
jelas-jelas berbohong tentang penyelesaian perkara yang
begitu tak masuk akal, tapi mereka memintanya tinggal
untuk makan malam, apa pun makanannya. ( Santapan
malam tiba tepat pukul 18.00. Empat wanita dari gereja
mereka membawa cukup makanan untuk seminggu. Clay
diperkenalkan sebagai teman dari Washington, dan
langsung jadi sasaran pemeriksaan habis-habisan oleh
empat wanita itu. Pengacara peradilan paling gigih pun tak
mungkin lebih ingin tahu dari mereka Para wanita itu
akhirnya berlalu. Sesudah makan malam, sewaktu malam
melarut, Clay mulai mendesak mereka. Ia menawarkan
satu-satunya kesepakatan yang akan mereka peroleh. Tak
lama sesudah pukul 22.00, mereka mulai menandatangani
dokumen. Nomor tiga jelas merupakan yang paling sulit Ia
pelacur berumur tujuh bela» tahun yang bekerja di jalanan
hampir sepanjang hidupnya, Pihak kepolisian mengira ia
dan pembunuhnya pernah punya hubungan bisnis, tapi
tidak ada petunjuk apa pun mengapa pria itu
menembaknya. Si pembunuh melakukannya di luar bar. di
depan tiga sakat. Ia dikenal dengan nama Bandy, tanpa
perlu nama keluarga apa pun. Riset Pace tidak
mengungkapkan adanya suami, ibu, ayah, saudara, anak.
alamat rumah, sekolah, gereja, atau, yang paling
mencengangkan, catatan polisi. Tidak ada upacara
pemakaman. Seperti dua lusin lainnya di D.C. setiap tahun.
Bandy dimakamkan sebagai gelandangan tanpa sanak
keluarga. Ketika salah satu agen Pace menanyai kantor
pengurus pemakaman kota, ia di beri tahu, "Ia dikuburkan
di makam pelacur tak dikenal." Pembunuhnya memberikan
satu-satunya petunjuk. Ia mengatakan pada polisi bahwa
Bandy punya bibi yang tinggal di Little Beirut, ghetto paling
berbahaya di daerah tenggara D.C. Tetapi sesudah
penyelidikan tak kenal lelah selama dua minggu, si bibi
tidak ditemukan. Dengan- tak diketahuinya pewaris, uang
penyelesain perkara mustahil diberikan. JEN Tarvan
terakhir yang akan menandatangani dokumen itu adalah
orang-tua mahasiswi Howard University berusia dua puluh
tahun yang baru satu minggu drop out dari sekolah dan
terbunuh minggu berikutnya. Mereka tinggal m' Warrenton,
Virginia, empat puluh mil sebelah barat D.C. Selama satu
jam mereka duduk di kantor Clay dan berpegangan tangan
erat-erat, seolah mereka tidak bisa berfungsi jika
sendirian. Mereka kadang-kadang menangis,
menumpahkan kesedihan tak terkatakan. Kadang-kadang
mereka tenang, begitu kaku dan kuat dan sepertinya tak
tergerak oleh uang itu sehingga Clay menyangsikan
mereka akan menerima uang penyelesaian perkara.
Tetapi mereka menerimanya, meskipun di antara semua
klien yang telah diprosesnya; Clay yakin merekalah yang
paling sedikit terpengaruh oleh uang tersebut. Bersama
lewatnya waktu mereka mungkin akan menghargainya; tapi
untuk sekarang ini mereka hanya ingin putri mereka
kembali. Paulette dan Miss Glick mengantar mereka keluar
dari kantor dan menuju :M, di mana semua berpelukan lagi.
Sewaktu pintu menutup, orangtua itu menahan air mata.
Tim kecil Clay bertemu di mang rapat di mana 170 mereka
membiarkan waktu berlalu dan bersyukur tak ada lagi
janda dan orangtua berkabung yang mengunjungi mereka,
setidaknya dalam waktu dekat ini. Sampanye yang sangat
mahal sudah didinginkan untuk merayakan peristiwa ini,
dan Clay mulai menuangkannya. Miss Glick menolak
sebab ia tidak minum apa pun yang mengandung alkohol,
tapi ia satu-satunya di biro hukum ini. Paulette dan Jonah
kelihatan sangat haus. Rodney lebih suka bir Budweiser,
tapi ia meneguk minuman itu bersama yang lain. Giliran
botol kedua, Clay bangkit untuk berbicara. "Aku punya
beberapa pengumuman," katanya sambil mengetuk
gelasnya. "Pertama, kasus:kasus Tylenol sekarang sudah
beres. Selamat dan terima kasih untuk kalian semua." Ia
menggunakan nama Tylenol sebagai kode untuk Tarvan,
nama yang takkan pernah mereka dengar. Tidak pula
mereka akan tahu berapa besar uang jasanya. Jelas Clay
dibayar sangat banyak, tapi mereka tak tahu jumlahnya.
Mereka bertepuk tangan untuk diri sendiri. "Kedua, kita
akan' mulai merayakannya malam ini dengan makan
malam di Citronelle. Pukul delapan tepat Ini bisa jadi
malam yang panjang sebab tidak ada kerja besok. Kantor
ditutup." Tepuk tangan lagi, sampanye lagi. "Ketiga, dua
minggu lagi kita akan berangkat ke Paris. Kita semua,
ditambah satu teman masing-masing, lebih disukai suami
atau istri kalau kalian punya. Semua pengeluaran akan
ditanggung. Tiket pesawat kelas satu, hotel mewah, gaji.
Kita akan pergi selama satu minggu. Tanpa perkecualian.
Akulah bosnya dan aku memerintahkan kalian semua pergi
ke Paris." Miss Glide menutup mulutnya dengari dua
tangan. Mereka semua tertegun-tegun, dan Paulette yang
pertama berbicara. "Bukan ke Paris, Tennessee." "Bukan,
Sayang, Paris yang sesungguhnya." "Bagaimana kalau
aku kebetulan bertemu suamiku di sana?" ia bertanya
sambil setengah tersenyum, dan meledaklah tawa di
sekeliling meja. "Kau boleh pergi ke Tennessee kalau
mau," kata Clay. 'Tidak usah ya." Ketika aMiimya bisa
berbicara, Miss Glick berkata, "Aku akan perlu paspor."
"Formulirnya ada di mejaku. Aku akan mengurusnya Itu
hanya butuh waktu kurang dari seminggu. Ada yang lain?"
Mereka berbincang-bincang tentang cuaca dan makanan
dan apa yang harus dipakai. Jonah langsung mulai
berdebat tentang gadis mana yang akan dibawanya
Paulette satu-satunya yang pernah ke Paris, saat berbulan
madu, pertemuan singkat yang berakhir menyedihkan
ketika si Yunani dipanggil untuk menangani urusan
mendesak. Ia terbang pulang seorang diri, di kelas
ekonomi, meskipun ia berangkat ke sana di kelas satu.
"Sayang, di kelas satu mereka menyediakan sampanye
untuk kalian," ia menjelaskan pada mereka semua. "Dan
tempat duduknya sebesar sofa." "Aku boleh membawa
siapa pun?" Jonah bertanya, jelas berkutat tentang
keputusannya. "Mari kita batasi pada siapa pun yang
belum bersuami, oke?" kata Clay. "Itu mempersempit
pilihan." "Siapa yang akan kaubawa?" Paulette bertanya. k
172 "Mungkin tidak ada," kata Clay, dan ruangan jadi
hening sesaat. Mereka sudah berbisik-bisik soal Rebecca
dan perpisahan itu, Jonah yang memasok sebagian besar
gosipnya. Mereka ingin bos mereka bahagia, meskipun
tidak cukup dekat untuk ikut campur. "Apa nama menara di
sana?" Rodney bertanya. "Menara Eiffel," kata Paulette.
"Kau bisa naik sampai ke puncaknya." "Aku tidak akan
melakukannya. Kelihatannya tidak aman." "Kau akan jadi
pelancong sejati, aku bisa melihatnya." "Akan berapa lama
kita di sana?" tanya Miss Glick. 'Tujuh malam," kata Clay.
"Tujuh malam di Paris." Dan mereka semua hanyut tak
tentu arah, terbawa sampanye. Sebulan yang lalu mereka
terkurung di OPD, melakukan pekerjaan yang
menjemukan. Semuanya kecuali Jonah, yang waktu itu
secara parowaktu berjualan komputer. Max Pace ingin
bicara, dan. karena biro hukum tutup, Clay menyarankan
mereka bertemu di sana, siang hari, sesudah sisa mabuk-
mabukan disingkirkan. Hanya sakit kepala yang tersisa.
"Kau kelihatan tak keruan," Pace mulai dengan ramah.
"Kami merayakannya." ¦ "Apa yang akan kubicarakan ini
sangat penting. Apakah kau siap?" "Aku bisa memahami
omonganmu. Katakan saja." Pace memegang gelas kertas
tinggi berisi kopi yang dibawa-bawanya sewaktu mondar-
mandir di ruangan. "Kekacauan Tarvan sudah berakhir,"
katanya pasti. Masalah baru berakhir ketika ia
mengatakannya berakhir, dan tidak sebelumnya. "Kita
sudah membereskan keenam kasus itu. Kalau sampai
muncul seseorang yang menyatakan dirinya sebagai
keluarga Bandy, maka kami berharap kau mengurusnya.
Tapi aku yakin ia tidak punya keluarga." "Aku juga"
"Kerjamu bagus, Clay." "Aku dibayar mahal untuk itu." "Aku
akan mentransfer pembayaran terakhir hari ini. Seluruh
lima belas juta akan ada di rekeningmu. Yang tersisa
darinya" "Apa yang kauharapkan akan kulakukan?
Mengendarai mobil tua, tidur di apartemen kumuh, terus
memakai pakaian murahan? Kau sendiri yang mengatakan
aku hams memakai sebagian uang itu untuk menciptakan
kesan yang tepat" "Aku-bercanda. Dan caramu tampil
seperti orang kaya itu hebat" "Terima kasih." "Kau
melakukan penyesuaian diri dari miskin menjadi kaya
dengan sangat gampang." "Itu bakat." "Tapi berhati-hatilah.
Jangan menarik terlalu banyak perhatian." "Ayo kita
bicarakan kasus selanjutnya»" Sambil berkata begitu,
Pace duduk dan menyodorkan berkas. "Obat itu Dyloft,
dibuat Ackerman Labs. Itu obat antiinflamasi yang sangat
manjur untuk penderita arthritis akut. Dyloft masih baru dan
para dokter sudah tergila-gila padanya Khasiatnya luar
biasa, pasien menyukainya. Tapi ada dua masalah:
Pertama, obat itu dibuat oleh salah satu pesaing klienku;
kedua, ia dikaitkan dengan timbulnya tumor kecil di
kandung kemih. Klienku, klien yang sama dengan Tarvan,
membuat obat yang mirip dan cukup populer sampai dua
belas bulan yang lalu ketika Dyloft dipasarkan. Pasar obat
ini bernilai sekitar tiga miliar dolar setahun. Dyloft sudah
menduduki urutan kedua dan mungkin akan meraih satu
miliar dolar tahun ini. Sulit untuk mengetahuinya sebab
pertumbuhannya begitu pesat. Nilai penjualan obat klienku
mencapai satu setengah miliar dolar dan pangsa pasarnya
menyusut cepat. Penjualan Dyloft melonjak hebat dan tak
lama lagi akan menghantam habis semua pesaing. Obat
ini begitu hebat khasiatnya. Beberapa bulan yang lalu
klienku membeli perusahaan farmasi kecil di Belgia.
Perusahaan itu dulu punya divisi yang kemudian dicaplok
Ackerman Labs. Beberapa perisetnya dikeluarkan dan
ditipu. Beberapa hasil kajian laboratorium menghilang lalu
muncul kembali di tempat yang tak seharusnya. Klienku
punya saksi dan dokumen untuk membuktikan Ackerman
tahu masalah potensial obat tersebut setidaknya selama
enam bulan terakhir ini. Kau masih memahami
keteranganku?" »Ya. Berapa banyak yang sudah memakai
Dyloft?" "Sangat sulit mengetahuinya sebab angkanya
meningkat begitu cepat. Mungkin satu juta." "Berapa
persen yang kena tumor? 175 lima persen, "Riset itu
mengindikasikan sekitar cukup untuk membunuh obat itu."
"Bagaimana kau tahu pasien menderita tumor atau hdakr
"Dari analisis urine." "Kau ingin aku menggugat Ackerman
Labs?" Tunggu dulu. Fakta sebenarnya tentang Dyloft akan
segera terungkap. Sampai saat ini, belum ada gugatan,
klaim, penelitian merugikan yang diterbitkan di jurnal-jurnal
kedokteran. Mata-mata kami mengatakan Ackerman
sedang sibuk menghitung uang dan menyembunyikannya
untuk dipakai membayar pengacara saat badai melanda.
Ackerman mungkin juga akan memperbaiki obat tersebut,
tapi itu makan waktu lama dan perlu persetujuan FDA.
Mereka benar-benar dalam kesulitan sebab mereka buruh
uang tunai. Mereka meminjam dana besar-besaran untuk
mengakuisisi perusahaan-perusahaan lain, yang
kebanyakan belum lunas dibayar. Saham mereka dijual
dengan harga sekitar empat puluh dua dolar. Setahun yang
lalu nilainya delapan puluh dolar." "Apa pengaruh berita
tentang Dyloft terhadap perusahaan itu?" "Memukul nilai
sahamnya, dan inilah yang sesungguhnya, diinginkan
klienku. Kalau gugatannya ditangani dengan benar, dan
aku mengasumsikan kau dan aku bisa melakukannya
dengan baik, kabar itu akan mematikan Ackerman Labs.
Dan karena kita punya bukti dari dalam bahwa Dyloft
memang jelek, maka perusahaan itu tidak akan punya
pilihan kecuali menyelesaikan perkaranya di luar sidang.
Mereka tidak bisa menanggung risiko diperkarakan di
peng176 adilan, tidak mungkin dengan produk berbahaya-
sepera* itu." "Apa sisi lemahnya? "Sembilan puluh lima
persen dari tumor itu jinak, dan sangat kecil. Tidak ada
kerusakan sebenarnya pada kandung kemih." "Jadi
gugatan itu digunakan untuk mengguncang pasar." "Ya,
dan, tentu saja, memberikan kompensasi pada korban.
Aku tidak ingin ada tumor di kandung kemihku, jinak atau
ganas. Kebanyakan juri tentu punya perasaan yang sama.
Inilah skenarionya: kumpulkan sekelompok penggugat,
katakanlah lima puluh orang atau lebih, lalu ajukan gugatan
resmi ke pengadilan atas nama seluruh pasien Dyloft.
Pada saat yang sama, kauluncurkan serangkaian iklan
televisi untuk menjaring lebih banyak kasus lagi. Lancarkan
serangan kilat dan keras, dan kau akan memperoleh
ribuan kasus. Iklan itu akan ditayangkan dari Pantai Barat
hingga Timur—iklan singkat untuk menakut-nakuti orang
dan membuat mereka menelepon nomor bebas pulsamu di
D.C. sini, di mana kau punya paralegal segudang penuh
untuk menjawab telepon dan melakukan pekerjaan
kasarnya. Memang kau akan mengeluarkan uang, tapi
kalau kau mendapatkan, katakanlah, lima ribu kasus saja,
dan kau meminta dua puluh ribu dolar untuk penyelesaian
setiap perkara, itu berarti seratus juta dolar. Bagianmu
sepertiganya." "Keterlaluan!" . 'Tidak Clay itu tuntutan ganti
rugi massal dalam bentuk terbaiknya. Begitulah sistemnya
bekerja zaman 177 sekarang ini. Dan kaJau kau tak
melakukannya, aku berani jamin orang lain akan
melakukannya. Dan segera. Begitu besar jumlah uang
yang terlibat sehingga pengacara gugatan massal
menunggu tanda-tanda adanya obat buruk seperti
sekawanan burung bangkai. Dan percayalah, banyak obat
jelek di pasaran." "Mengapa aku yang beruntung?"
"Masalah waktu, Sobat. Kalau klienku tahu pasti kapan kau
mengajukan gugatan itu, maka mereka bisa bereaksi
terhadap pasar." "Dari mana aku mendapatkan lima puluh
klien?" Clay bertanya Max menepuk satu berkas lain.
"Kami tahu sedikitnya seribu orang. Nama, alamat,
semuanya ada m sini." "Kau tadi bilang ada paralegal
segudang?" "Setengah lusin. Akan butuh sebanyak itu
untuk menjawab telepon dan mengorganisir dokumen. Kau
bisa menjaring lima ribu klien." "Iklan televisi?" "Yap. Aku
punya nama perusahaan yang bisa membuat iklan seperti
itu dalam waktu kurang dari tiga hari. Bukan sesuatu yang
rumit—suara, lalu gambar pil berjatuhan ke meja, potensi
buruk Dyloft, teror hma belas detik yang dirancang untuk
membuat orang menelepon Kantor Hukum. Clay Carter II.
Iklan seperti ini.berhasil, percayalah. Tayangkan di semua
pasar utama selama satu minggu dan kau akan
mendapatkan lebih banyak klien daripada yang bisa kau
hitung." "Berapa biayanya?" "Beberapa juta, tapi kau pasti
sanggup membayarnya" Kini giliran Clay mondar-mandir
di, ruangan' dan membiarkan darahnya beredar. Ia pernah
melihat iklan-iklan tentang pil diet yang ternyata
menimbulkan efek merugikan, iklan-iklan di mana para
pengacara mencoba menakut-nakuti orang agar
menelepon nomor bebas pulsa. Sudah tentu ia tidak akan
tenggelam serendah itu. Tapi uang jasa senilai 33 juta
dolar! Ia masih keder karena nasib mujur pertamanya.
"Bagaimana jadwalnya?" Pace punya daftar hal yang harus
lebih dulu dikerjakan. "Kau harus menjaring klien, dan itu
buruh dua minggu, maksimum. Tiga hari untuk
menyelesaikan iklan. Beberapa hari untuk membeli slot
tayangan televisi. Kau perlu mempekerjakan paralegal dan
menempatkan mereka di kantor sewaan di daerah
pinggiran kota; sewa ruangan di sini terlalu mahal. Gugatan
hams disiapkan. Kau punya staf yang baik. Kau
seharusnya bisa menyelesaikannya kurang dari tiga puluh
hari." "Aku akan membawa seluruh karyawan biro hukum
ke Paris selama satu minggu, tapi kami akan
membereskannya." "Klienku ingin gugatan itu diajukan ke
pengadilan dalam waktu kurang dari sebulan. Tepatnya,
tanggal dua Juli." Clay kembali ke meja dan menatap
Pace. "Aku belum pernah menangani gugatan seperu mi,
katanya. Pace mencabut sesuatu dari berkasnya. 'Apakah
kau sibuk akhir pekan ini?" ia bertanya, sambil melihat
brosur. 'Tidak terlalu." 'Teraan ke New Orleans akhir-akhir
ini?" "Sekitar sepuluh tahun lalu." 'Ternah dengar tentang
Circle of Barristers?" "Mungkin." "Itu kelompok lama
dengan kehidupan baru— sekelompok pengacara yang
mengkhususkan diri pada gugatan massal untuk
memperoleh uang ganti kerugian. Mereka terkumpul dua
kali setahun dan bicara tentang tren terakhir dalam litigasi.
Ini akan jadi akhir pekan yang produktif" Ia mengangsurkan
brosur itu pada Clay yang mengambilnya. Pada halaman
depan ada foto berwarna Hotel Royal Sonesta di French
Quarter. New Orleans panas dan lembap seperti biasanya,
terutama di Quarter." Ia sendirian, dan itu tidak jadi
masalah. Kalaupun ia dan Rebecca masih bersama,
Rebecca pasti tidak akan ikat Ia pasti terlalu sibuk bekerja,
dengan acara belanja akhir pekan bersama ibunya.
Kegiatan rutin biasa. Pernah terlintas dalam benaknya
untuk mengajak Jonah, tapi saat ini hubungan mereka
agak tegang. Clay pindah dari apartemen mereka yang
kumuh dan sesak ke rumah yang nyaman di Georgetown
tanpa menawari Jonah untuk ikut" suatu penghinaan, tapi
Clay sudah mengantisipasinya dan siap menghadapinya.
Ia sama sekali tidak mau di rumah town house-nya yang
baru ada rekan serumah yang liar, datang dan pergi setiap
saat bersama kucing liar mana saja yang bisa dibawanya
Uang mulai mengisolasi dirinya. Teman-teman lama yang
dulu sering diteleponnya sekarang diabaikannya sebab ia
tidak menginginkan segala macam pertanyaan. Tempat-
tempat lama tidak lagi dikunjunginya sebab ia kini mampu
membayar yang lebih baik. Dalam waktu kurang dari
sebulan, ia berganti pekerjaan, rumah, mobil, bank,
pakaian, tempat makan, tempat olahraga, dan hampir
dipastikan ia dalam proses berganti pacar, meskipun
belum ada calon pengganti di depan mata. Mereka sudah
dua puluh hari tidak berbicara. Ia beranggapan akan
menelepon Rebecca pada hari ketiga puluh, seperti yang
dijanjikannya, tapi begitu banyak yang telah berubah sejak
itu. Pada waktu Clay memasuki lobi Hotel Royal Sonesta,
kemejanya sudah basah dan lengket di punggung. Biaya
registrasinya $5.000, jumlah yang keterlaluan untuk kumpul-
kumpul beberapa hari dengan sekelompok pengacara.
Angka sebesar itu mengumumkan pada dunia hukum
bahwa tidak setiap orang diundang, hanya kaum kaya yang
serius dengan urusan gugatan massal. Tarif kamarnya
$450 semalam, dan ia membayarnya dengan kartu kredit
platinum yang belum pernah dipakai. Berbagai seminar
sedang berlangsung. Ia mencoba mengikuti diskusi
tentang gugatan limbah beracun, dipimpin dua pengacara
yang pernah menggugat per-kimia karena mencemari air
minum yang barangkali rnenimbutkan kanker atau
barangkali tidak, tapi perusahaan itu toh membayar
setengah miliar dolar dan dua pengacara ini jadi kaya raya.
Di ruang sebelah, pengacara yang pernah dilihat Clay di
televisi berceramah penuh semangat tentang cara
menangani media, tapi pendengarnya tidak banyak.
Sesungguhnya, kebanyakan seminar itu tidak terlalu
banyak dihadiri pendengar Tetapi saat itu Jumat siang dan
pembicara-pembicara kelas beratnya baru tiba hari Sabtu
Clay akhirnya menemukan kerumunan orang di aula
pameran kecil tempat perusahaan pembuat pesawat
terbang sedang mempertontonkan video tentang jet
mewahnya yang akan datang, jenis paling canggih di
generasinya. Tayangan itu ditampilkan di layar lebar di
salah satu sudut ruang pameran, dan pengacara-
pengacara itu berkerumun, semuanya diam, semuanya
memelototi keajaiban terbaru dalam dunia penerbangan ini
Jarak jelajah empat ribu mil—""Dari Pantai Barat ke Timur,
atau New York ke Paria, nonstop tentunya."^ Jet mi lebih irit
bahan bakar dibandingkan empat jet lain yang belum
pernah didengar Clay, dan terbang lebih cepat. Interiornya
lega dengan tempat duduk dan sofa di mana-mana,
bahkan dengan pramugari cantik berok mini, membawa
sebotol sampanye serta semangkuk ceri. Kulit pelapisnya
berwarna kecokelatan indah. Untuk bersenang-senang
atau untuk "bekerja, karena Galaxy 9000 dilengkapi sistem
telepon terbaru dan penerima satelit yang memungkinkan
si pengacara supersibuk untuk menelepon ke mana saja di
dunia ini' dan mesin faks dan fotokopi, dan, tentu saja,
akses Internet instan. Video itu bahkan memperlihatkan
sekelompok pengacara bertampang garang yang
berkerumun di seputar meja kecil, dengan lengan baju
tergulung seolah mereka bekerja keras menggarap
tuntutan uang penyelesaian perkara, sementara si pirang
yang cantik berok mini itu beserta sampanyenya tak
dihiraukan. Clay beringsut mendekati kerumunan itu,
merasa dirinya seperti orang yang menerobos tempat
terlarang. Dengan bijaksana video itu sama sekali tidak
pernah memberitahukan harga jual Galaxy 9000. Ada
transaksi yang lebih menarik, termasuk tukar tambah dan
pembayaran berjangka, sewa beli, semuanya bisa
dijelaskan beberapa pegawai penjualan yang berdtn di
dekat sana, siap berbisnis. Ketika layar kosong, semua
pengacara itu mulai berbicara bersamaan, bukan tentang
obat yang buruk dan gugatan class-action, tapi tentang jet
dan berapa gaji pilot. Para pegawai penjualan itu dikepung
calon-calon pembeli yang berminat. Sampai suatu saat.
Clay tak sengaja mendengar seseorang berkata, "Untuk
yang baru, kisarannya sekitar tiga puluh lima." Sudah tentu
itu bukan 35 juta. Peserta-peserta pameran lain
menawarkan segala macam barang mewah. Suatu
perusahaan pembuat perahu dikerumuni sekelompok
pengacara serius yang tertarik pada yacht Ada spesialis
real estat di Karibia. Yang lain menawarkan ranch
peternakan di Montana. Stan elektronik dengan berbagai
perangkat mahal luar biasa kelihatan sangat sibuk. Dan
mobil-mobil. Salah satu dinding dipenuhi peragaan mobil-
mobil mahal—Mercedes-Benz convertible coupe, Corvette
edisi terbatas, Bentiey merah hati, yang harus dimiliki
setiap pengacara ganti rugi massal. Porsche
memamerkan SUV-nya dan seorang wiraniaga sedang
menerima order. Kerumunan terbesar meman-dangT
Lamborghini biru mengilap. Label harganya nyaris
tersembunyi, seolah pabrik pembuatnya sendiri takut
melihatnya. Hanya $290.000, dan jumlahnya sangat
terbatas. Beberapa pengacara tampak siap bergulat untuk
memperoleh mobil itu. Di bagian yang lebih tenang di aula
itu, penjahit dan beberapa asistennya sedang mengukur
pengacara berperawakan besar untuk setelan jas Italia.
Papan namanya menyebutkan mereka berasal dari Milan,
tapi Clay mendengar bahasa Inggris yang sangat beraksen
Amerika. Di sekolah hukum dulu, ia pernah menghadiri
diskusi panel tentang penyelesaian perkara dengan uang
dalam jumlah besar, dan apa yang seharusnya dilakukan
pengacara untuk melindungi klien-klien mereka yang lugu
agar tidak langsung menerima godaan mendapatkan
kekayaan mendadak. Beberapa pengacara menceritakan
cerita-cerita mengerikan tenperkara, dan SaSS. ^ ^ P^1^
menankten^tkuJ Patan, seorang8 *** lontarkan lelu^T^ Jlam
VmA tersebut me-mereka nyaris se^-T*0 membelanjakan
uang ^ CWmc^na^ lakukan." pameran, ia melihat 0«, 8,111
ke ^keliling aula belanjakan uang seceoat^^f^gacara itu
mem-Apakah ia bersalah karena m. !** menghasilkannya.
¦neiakukan ini? Tentu saja tidak. Ia tetap berpegang pada
hal-hal yang pokok, setidaknya hingga sejauh ini. Siapa sih
yang tidak menginginkan mobil baru dan rumah yang lebih
baik? Ia tidak membeli yacht, pesawat terbang, dan ranch.
Ia tak menginginkannya Dan seandainya Dyloft
memberinya lebih banyak uang lagi, dalam keadaan apa
pun ia tidak akan menghamburkan uang untuk membeli jet
dan rumah kedua. Ia akan mengubur uang itu di bank, atau
di halaman belakang. Pesta konsumsi gila-gilaan ini
membuatnya mual, dan Clay meninggalkan hotel. Ia ingin
kerang dan Dixie Beer. 185 SaKJ-SATUNYA sesi pukul
sembilan hari Sabtu pagi itu adalah penyampaian
informasi terbaru tentang perundang-undangan class
action yang sedang diperdebatkan di Kongres. Topik itu
hanya menarik sedikit peminat. Untuk $5.000, Clay
bertekad mendapatkan sebanyak yang bisa ia raih. Dari
sedikit yang hadir, tampaknya ia satu-satunya yang tidak
menunjukkan sisa mabuk. Cangkir-cangkir tinggi berisi
kopi mengepul diteguk di seluruh penjuru ruang pertemuan.
Pembicaranya pengacara/pelobi dari Washington yang
mengawali presentasinya dengan buruk, menceritakan dua
lelucon jorok, keduanya gagal. Seluruh hadirin berkulit
putih, semuanya pria, orang-orang yang sudah saling
mengenal, tapi tidak berselera mendengarkan lelucon
tanpa cita rasa seperti itu. Presentasi itu dengan cepat
bergeser dari lelucon jelek menjadi kebosanan. Akan
tetapi, materinya sendai agak menarik dan lumayan
informatif, setidaknya bagi Clay, karena ia hanya tahu
sedikit tentang class action, sehingga segalanya masih
baru. Pada pukul sepuluh, ia harus memilih antara diskusi
panel tentang perkembangan terakhir Skinny Ben atau
presentasi pengacara yang spesialisasinya adalah cat
bertimbal, topik yang kedengarannya menjemukan bagi
Clay, maka ia memilih yang pertama. Ruangan itu penuh.
Skinny Ben adalah julukan untuk pil obesitas yang sangat
terkenal dan pernah diresepkan bagi jutaan pasien.
Pembuatnya mengantongi miliaran dolar dan sudah siap
menaklukkan dunia ketika masalah mulai muncul pada
sejumlah besar pemakai Masalah jantung yang dengan
gampang dapat dilacak berkaitan dengan obat itu.
Gugatan bermunculan di sana-sini dalam sekejap dan
perusahaan itu tak punya minat maju ke pengadilan.
Kantongnya cukup tebal dan ia mulai membeli para
penggugat itu dengan uang penyelesaian perkara dalam
jumlah besar. Selama tiga tahun terakhir, pengacara-
pengacara spesialis gugatan massal dari seluruh lima
puluh negara bagian hiruk pikuk menjaring kasus-kasus
Skinny Ben. Empat pengacara duduk di belakang meja
dengan moderator dan menghadap ke hadirin. Tempat
duduk di sebelah Clay kosong sampai pengacara gesit
berperawakan kecil bergegas datang dan menyisipkan diri
di antara deretan-deretan. Ia membuka tas kerjanya dan
mengeluarkan buku catatan, materi seminar, dua ponsel,
dan pager. Ketika pos komandonya sudah beres diatur
dan Clay beringsut sejauh mungkin, ia berbisik, "Selamat
pagi." "Pagi," balas Clay berbisik. Ia. melihat telepon
selulernya dan berpikir dalam hati siapa yang hendak
diteleponnya pada pukul 10.00 hari Sabtu. "Berapa kasus
yang kaupunya?" pengacara itu berbisik lagi. tidak
Pertanyaan yang menarik, uan c«ty siap menjawabnya. Ia
baru saja menyelesaikan kasus Tanan dan sedang
menyusun rencana serangan Dyloft, tapi pada saat itu, ia
tidak punya kasus apa pun. Tapi jawaban semacam itu
tidaklah memadai dalam lingkungan sekarang, di mana
semua angkanya besar dan digembungkan. "Beberapa
lusin," ia berbohong. Laki-laki itu mengerenyit. seolah ini
sama sekali tak bisa cfaterima, dan percakapan itu jadi
beku, setidaknya selama beberapa menit. Panelis mulai
berbicara dan seluruh ruangan jadi hening. Topiknya
adalah laporan finansial Healthy Living, perusahaan
pembuat Skinny Ben. Perusahaan itu punya beberapa
divisi, kebanyakan menghasilkan laba. Harga sahamnya
tidak terpengaruh. Bahkan, sesudah setiap pemberian
uang penyelesaian perkara berjumlah besar, harga
sahamnya malah menguat, bukti bahwa investor tahu
perusahaan ini punya banyak uang. "Itu Patton French,"
pengacara di sebelahnya berbisik. "Siapakah dia?' Clay
bertanya. "Pengacara gugatan massal pating hebat di
negeri ini Menangguk uang jasa sebesar tiga ratus juta
dolar tahun la»." "Dia pembicara utama siang ini, bukan?"
"Benar, jangan lewatkan dia." . Mr. French menerangkan
dengan rincian yang menyakitkan bahwa kurang-lebih tiga
ratus ribu kasus Skirmy Beo sudah diselesaikan di luar
pengadilan dengan ganti kerugian sekitar $7,5 miliar. Ia,
beserta pakar-pakar lain, memperkirakan masih ada
seratus ribuan kasus di luar sana dengan nilai sekitar dua
hingga tiga miliar dolar. Perusahaan tersebut dan asuransi
penanggungnya punya cukup banyak uang untuk menutup
semua perkara gugatan itu, jadi terserahlah pada semua
yang ada di ruangan ini untuk berburu di luar sana dan
menemukan kasus-kasus yang tersisa. Ucapan ini
membangkitkan semangat orang banyak. Clay tidak ada
niat untuk ikut terjun bersama orang banyak. Ia tidak bisa
menerima fakta bahwa keparat pendek, gemuk, dan
pongah dengan mikrofon itu tahun lalu memperoleh uang
jasa sebesar $300 juta dan masih begitu penuh motivasi
untuk mendapatkan lebih banyak lagi. Diskusi bergeser ke
cara-cara kreatif untuk menarik klien baru. Salah satu
panelis mencetak uang begitu banyak hingga dalam daftar
gaji karyawannya ada dua dokter yang bekerja penuh untuk
pergi dari kota ke kota, melakukan screening terhadap
mereka yang pernah memakai Skinny Ben. Panelis lain
sepenuhnya mengandalkan iklan televisi, topik yang sesaat
menarik minat Clay tapi segera berubah menjadi debat
menyedihkan tentang apakah sebaiknya si pengacara
muncul di televisi atau menyewa aktor untuk melakukannya.
Ganjilnya, tidak ada diskusi tentang strategi persidangan—
saksi-saksi ahli, bocoran dari sumber dalam, pemilihan
juri, bukti medis—informasi yang biasa dipertukarkan para
pengacara di seminar. Clay menyadari kasus-kasus ini
jarang sampai ke persidangan. Keterampilan di ruang
sidang tidaklah penting Persoalannya adalah bagaimana
menjaring perkara Dan memperoleh uang jasa dalam
jumlah besar. Pada beberapa kesempatan selama diskusi
«tu, keempat panelis dan beberapa orang yang
melemparkan 189 — pertanyaan-pertanyaan aneh tak
tahan untuk tidak mengungkapkan bahwa mereka
menangguk jutaan dolar dalam penyelesaian perkara baru-
baru ini. Clay jadi ingin mandi lagi. Pada pukul sebelas,
dealer lokal Porsche menggelar jamuan Bloody Mary yang
sangat populer. Kerang mentah. Bloody Mary, dan celoteh
tanpa henti tentang berapa kasus yang dimiliki seseorang.
Dan bagaimana mendapatkan lebih banyak lagi. Seribu di
sini, dua ribu di sana Jelas taktik yang populer adalah
menjaring kasus sebanyak-banyaknya, lalu bekerja sama
dengan Patton French, yang dengan senang hati akan
memasukkannya dalam perjuangan class action yang
dilakukannya di rumahnya di Mississippi, di mana hakim,
juri, dan vonis selalu berpihak padanya dan pabrik obat
ngeri untuk menginjakkan kaki. French mengomandoi
orang banyak itu bak bos geng Chicago. la bicara lagi
pukul 13.00, sesudah buffet makan siang yang
menghidangkan makanan Cajun dan Dixie Beer. Pipinya
merah, lidahnya lancar dan penuh nuansa Tanpa catatan,
ia menguraikan sejarah singkat sistem hukum penggantian
kerugian di Amerika dan betapa pentingnya hal itu dalam
melindungi masyarakat dari perusahaan-perusahaan besar
dan rakus yang membuat produk-produk berbahaya. Dan,
meskipun terlibat, ia tidak menyukai perusahaan asuransi,
bank, dan perusahaan multinasional, juga kaum
Republiken. Kapitalisme tanpa kendali telah mencintakan
kebutuhan akan orang-orang seperti jiwa-jiwa tegar di
Circle of Barrister*, mereka yang bertempur di ' parit-parit
perlindungan, tanpa kenal takut melawan perusahaan-
perusahaan besar demi kaum pekerja, orang-orang kecil.
Dengan uang jasa sebesar $300 juta setahun, sulit
menggambarkan Patton French sebagai underdog. Tetapi
ia bermain untuk orang banyak. Clay melihat ke sekeliling
dan bertanya-tanya dalam hati, bukan untuk pertama
kalinya, apakah ia satu-satunya orang waras di sana.
Apakah orang-orang ini begitu buta matanya oleh uang
sehingga sejujurnya percaya diri mereka sebagai pembela
kaum miskin dan sakit? Kebanyakan dari mereka punya
pesawat jet! Kisah pertempuran French mengalir lancar.
Uang penyelesaian perkara class action sebesar $400 juta
untuk obat kolesterol yang buruk. Sam miliar dolar untuk
obat diabetes yang menewaskan sedikitnya seratus
pasien. Untuk kabel listrik cacat yang dipasang di dua
ratus ribu rumah sehingga menimbulkan seribu lima ratus
kebakaran dan menewaskan tujuh belas orang dan
membakar empat puluh lainnya, $150 juta. Pengacara-
pengacara itu menyimak setiap patah kata. Di sana-sini
bertaburan petunjuk tentang di mana uangnya
dibelanjakan. 'Ttu membuat mereka mengeluarkan uang
senilai sebuah Gulfstream baru," ia melontarkan lelucon
dan orang banyak benar-benar bertepuk tangan
mendengarnya. Sesudah berkeliaran di Royal Sonesta
kurang dari 24 jam, Clay tahu Gulfstream adalah yang
terbaik di antara semua pesawat jet pribadi dan harga jual
pesawat baru sekitar $45 juta. Rival French adalah
pengacara kasus tembakau di Mississippi yang mencetak
sekitar semiliar dolar dan membeli yacht sepanjang 180
kaki. Yacht lama milik French hanya berukuran 140 kaki,
maka ia melakukan tukar tambah untuk yackt baru
berukuran 200 kaki. Hadirin merasa hal ini lucu juga. Biro
hukumnya kini punya tiga puluh pengacara dan ia butuh
tiga puluh lagi. Ia kini hidup bersama istri keempat. Istri
terakhir mendapat apartemen di London. Dan seterusnya
dan seterusnya. Uang didapatkan, uang dibelanjakan.
Tidak mengherankan ia bekerja tujuh hari seminggu.
Hadirin yang normal tentu akan "jengah oleh perbincangan
tentang kekayaan yang begitu vulgar, tetapi French kenal
pendengarnya. Bahkan sesungguhnya, ia menyemangati
mereka untuk mencetak uang lebih banyak, menghabiskan
lebih banyak, mengajukan perkara lebih banyak, menjaring
klien lebih banyak. Selama satu jam ia sungguh
kampungan dan tak kenal malu, tapi jarang membosankan.
Lima tahun di OPD rupanya telah membutakan Clay dari
banyak aspek praktik pengacara modem. Ia banyak
membaca tentang ganti rugi massal tapi sama sekali tidak
tahu bahwa praktisinya adalah kelompok yang begitu
terorganisir dan terpusat. Mereka tampaknya tidak terlalu
pintar. Strategi mereka terfokus di sekitar cara
mengumpulkan kasus dan menyelesaikannya di luar
pengadilan, sama sekali bukan kerja di persidangan.
French sanggup bicara selamanya, tapi sesudah satu jam
ia berhenti dan disambut tepuk tangan meriah, meskipun
canggung Ia akan kembali pukul 15.00 nanti untuk seminar
tentang forum shopping_ bagaimana menemukan
yurisdiksi terbaik untuk kasus j Anda. Acara siang nanti
sepertinya cuma akan mengulangi yang pagi tadi, dan Clay
merasa sudah cukup. Ia berkeliaran di Quarter, bukan
mengunjungi bar dan kelab tari telanjang, tapi ke berbagai
toko barang antik dan galeri, walau ia tak membeli apa pun
sebab masih dikuasai keinginan menimbun uangnya.
Siang itu, ia duduk seorang diri di kafe pinggir jalan di
Jackson Square dan mengamati orang-orang datang dan
pergi. Ia meneguk dan mencoba menikmati kopi chicory
panas, tapi tidak berhasil. Meskipun belum menuliskan
angka-angka di atas kertas, ia dalam hati sudah berhitung.
Empat puluh lima persen uang jasa kasus Tarvan untuk
pajak dan berbagai biaya, dipotong apa yang sudah ia
pakai, sisanya sekitar $6,5 juta. Ia bisa menguburnya di
bank dan memperoleh penghasilan bunga sebesar
$300.000 setahun, kira-kira delapan kali jumlah yang ia
peroleh dari bekerja di OPD. Tiga rams ribu setahun
berarti $25.000 sebulan, dan duduk di tempat teduh pada
sore yang hangat di New Orleans ini, ia tak bisa
membayangkan bagaimana ia bisa membelanjakan uang
sebanyak itu. Ini bukan mimpi. Ini kenyataan. Uang itu ada
di rekeningnya. Ia akan kaya sepanjang sisa hidupnya dan
tidak akan jadi salah satu dari badut-badut di Royal
Sonesta yang mengomel tentang biaya untuk pilot atau
kapten yacht. Satu-satunya masalah yang tersisa memang
signifikan. Ia sudah mempekerjakan orang dan
memberikan janji: Rodney, Paulette, Jonah, dan Miss Glick,
semua meninggalkan pekerjaan yang sudah lama mereka
tekuni dan menaruh kepercayaan buta padanya. Ia 193
tidak bisa begitu saja cabut dari pekerjaan, membawa
uangnya, dan kabur. Ia beralih ke bir dan mengambil
keputusan besar. Ia akan bekerja keras dalam jangka
waktu singkat untuk menangani kasus Dyloft. yang terus
terang, akan sangat tolol untuk ditolak karena Max Pace
bagai menyerahkan tambang emas baginya. Setelah
kasus Dyloft beres, ia akan memberikan bonus besar
kepada stafnya dan menutup kantor. Ia akan menjalani
kehidupan tenang di Georgetown, melancong ke seluruh
dunia bila ia ingin, memancing bersama ayahnya
menonton uangnya berkembang, dan dalam keadaan apa
pun, takkan pernah lagi dekat-dekat dengan pertemuan
Circle of Barristers. Ia bam saja memesan sarapan dari
room service ketika telepon berdering.-Dari Paulette, satu-
satunya yang tahu pasti di mana ia berada. "Apakah kau
berada di kamar yang bagus?" ia bertanya. "Begitulah."
"Apakah dilengkapi mesin faks?" Tentu saja." |§?' "Berikan
nomornya, aku akan mengirimkan sesuatu ke sana."
Ternyata kopi kliping koran Post edisi Minggu.
Pengumuman pernikahan. Rebecca Allison Van Horn dan
Jason Shubert Myers IV. "Mr. dan Mrs. Bennett Van Horn
dari McLean,: Virginia, mengumumkan pertunangan putri
mereka, Rebecca, dengan Mr. Jason Shubert Myers IV,
putra Mr. dan Mrs. D. Stephens Myers dari Falls Church..."
Foto itu, meskipun difotokopi dan difaks dari jarak seribu
mil lebih ternyata cukup jelas—gadis yang sangat cantik
akan menikahi orang lain. D. Stephens Myers adalah putra
Dallas Myers, penasihat beberapa presiden, mulai dari
Wbodrow Wilson dan berakhir pada Dwight Eisenhower.
Menurut pengumuman itu, Jason Myers dulu kuliah di
Sekolah Hukum Brown dan Harvard dan sudah jadi partner
di Myers & O'Malley, mungkin biro hukum tertua di D.C,
dan jelas yang paling sesak. Ia men-ciptakan divisi baru
untuk menangani masalah kekayaan intelektual dan
menjadi partner termuda dalam sejarah Myers & O'Malley.
Selain kacamata bundarnya, tak ada yang tampak
intelektual pada curinya, meskipun Clay tahu dirinya tidak
bisa bersikap adil walau ingin. Ia bukannya tidak menarik
tapi jelas tidak sepadan bagi Rebecca. Pernikahan
direncanakan akan diadakan di gereja Episcopal di
McLean pada bulan Desember, dengan resepsi di
Potomac Country Club. Dalam waktu kurang dari sebulan
Rebecca telah menemukan seseorang yang cukup ia cintai
untuk dinikahinya. Seseorang yang bersedia menanggung
beban untuk hidup dengan Bennett dan Barb. Seseorang
dengan cukup uang untuk membuat seluruh keluarga Van
Horn terkesan. Telepon berdering lagi dan itu dari Paulette.
"Kau tidak apa-apa?" ia bertanya. "Aku baik-baik saja,"
katanya susah payah. "Aku sungguh menyesal, Clay.
"Semua sudah berakhir, Paulette. Sudah berantakao
selama satu tahun. Ini sesuatu yang baik. Kini aku bisa
sama sekali melupakannya." "Kalau begitu katamu." "Aku
baik-baik saja Terima kasih telah menelepon." "Kapan kau
pulang?" "Hari ini. Aku akan ada di kantor besok pagi."
Sarapan riba tapi 1st lupa bahwa ia tadi memesannya Ia
minum sari buah tapi mengabaikan segala lainnya.
Mungkin kisah cinta ini sudah digodok beberapa lama
Yang diperlukan Rebecca hanyalah me-nymgkirkan Clay,
dan ia bisa melakukan hal itu dengan cukup mudah.
Pengkhianatannya terasa makin besar saat menit demi
menit berlalu. Clay bisa melihat dan mendengar ibu
Rebecca menyusun rencana di latar belakang,
memanipulasi perpisahan mereka, menggelar perangkap
untuk Myers, kini merencanakan setiap detail perkawinan
itu. "Pembersihan yang bagus," gumamnya. Kemudian ia
memikirkan seks, Myers menggantikan dirinya, dan Clay
melemparkan gelas kosong ke seberang ruangan hingga
menghantam dinding dan hancur berkeping-keping Ia
memaki diri sendiri karena bertindak seperti idiot Berapa
banyak orang yang saat ini melihat pengumuman ha dan
memikirkan Clay? Berkata, "Cepat sekali Rebecca
mencampakkannya, ya?" "Wah, cepat sekali, bukan?"
Apakah Rebecca memikirkannya? Seberapa besar
kepuasan yang dirasakannya saat memandangi
pengumuman pernikahannya dan memikirkan Clay?
Mung196 Idn banyak. Mungkin sedikit. Apa bedanya? Tak
disangsikan, Mr. dan Mrs. Van Horn melupakan dirinya
dalam semalam. Mengapa ia tidak bisa membalas saja
kebaikan itu? Rebecca terburu-buru, itu Clay tahu pasti.
Hubungan cinta mereka sudah terlalu lama dan terlalu
intens dan perpisahan mereka masih terlalu baru bagi
Rebecca untuk begitu saja mencampakkan Clay dan
memilih orang lain. Ia berhubungan dengan Rebecca
selama empat tahun; Myers baru sebulan, atau kurang,
mudah-mudahan tidak lebih. Ia berjalan kembali ke
Jackson Square, di mana para seniman, pembaca kartu
tarot, pemain akrobat, dan pemusik jalanan beraksi. Ia
membeli es krim dan duduk di bangku dekat patung
Andrew Jackson. Ia memutuskan akan menelepon
Rebecca dan setidaknya menyampaikan ucapan selamat.
Kemudian ia memutuskan akan mencari wanita cantik
berambut pirang dan memamerkannya di depan Rebecca.
Mungkin ia akan membawa perempuan itu ke pernikahan
mereka, tentu saja dengan rok mini dan tungkai sangat
panjang. Dengan uangnya sekarang, perempuan seperti itu
mestinya gampang didapat Persetan, kalau terpaksa ia
akan menyewa perempuan seperti itu. "Ini sudah berakhir,
Nak," ia berkata pada diri sendiri, lebih dari sekali.
"Tabahkanlah hatimu." Biarkan ia pergi. 197 l/ARA
berpakaian di kantor dengan ........ cepat berubah menjadi
"apa pun jadi". Gayanya ditentukan si bos yang cenderung
ke arah jins dan T-shirt mahal, dengan mantel sport di
dekatnya kalau-kalau ia perlu pergi makan siang di luar. Ia
punya setelan jas rancangan desainer untuk rapat dan
pemunculan di pengadilan, tapi untuk sementara ini
keduanya merupakan peristiwa langka karena biro hukum
itu tidak punya klien dan tidak punya kasus apa pun.
Semua orang meningkatkan gaya berpakaian mereka dan
ini sangat memuaskan bati Gay. Mereka bertemu hari
Senin pagi di ruang rapat— Paulette, Rodney, dan Jonah
yang tampak agak letih. Meskipun punya peran cukup
penting dalam sejarah singkat biro hukum itu, Miss Glick
tetap cuma sekretaris/resepsionis. "Sobat, ada pekerjaan
yang harus kita lakukan," kata Clay memulai rapat. Ia
memperkenalkan Dyloft pada mereka, dan berdasarkan
cerita ringkas Pace, ia memberikan deskripsi dan sejarah
obat itu. Dengan menggunakan ingatan, ia memberikan
uraian singkat tentang rahasia busuk Ackerman Labs—
penjualan, laba, uang para pesaing, serta masalah-
masalah hukum lain. "Hingga hari ini, belum ada gugatan
hukum apa pun yang diajukan ke pengadilan. Tapi kita
akan mengubah hal itu. Pada tanggal dua Juli, kita akan
memulai peperangan dengan mengajukan gugatan class
action di D.C. sini atas nama seluruh pasien yang celaka
karena obat itu. Ini akan menimbulkan kegemparan, dan
kita akan berada tepat di tengahnya." "Apakah kita sudah
punya klien?" Paulette bertanya. "Belum. Tapi kita punya
nama dan alamat Kita akan mulai menjaring mereka hari
ini. Kita akan menyusun rencana untuk mengumpulkan
klien, lalu kau dan Rodney akan bertanggung jawab
melaksanakannya." Meskipun ragu tentang iklan televisi,
saat terbang pulang dari New Orleans ia telah meyakinkan
diri sendiri bahwa tidak ada alternatif lain yang bisa jalan.
Begitu ia mengajukan gugatan ke pengadilan dan
mengungkapkan obat itu, maka burung-burung pemangsa
bangkai yang baru saja ia temui di Circle of Barristers
akan berkerumun mencari klien. Satu-satunya cara yang
efektif untuk dengan cepat mencapai pasien Dyloft dalam
jumlah besar adalah dengan iklan televisi. Ia menjelaskan
hal ini pada para anggota biro hukumnya dan berkata,
"Paling sedikit akan menelan biaya dua juta dolar." "Biro
hukum ini punya dua juta dolar?" Jonah menukas,
mengucapkan apa yang dipikirkan yang • lain-lainnya.
"Punya. Kita mulai menggarap iklan itu hari ini." "Bukan
kau yang akan berakting, kan, bos?" Jonah bertanya,
nyaris memohon. "Please. " Seperti semua 19* 199 kota
besar, D.C. pun dibanjiri iklan dini hari dan larut malam
yang membujuk orang-orang yang terluka untuk menelepon
pengacara ini-itu yang siap bekerja keras dan tidak
menarik biaya apa pun untuk konsultasi awal Kerap kali
pengacara-pengacara itu sendiri muncul di iklan, biasanya
dengan hasil yang memalukan. Paulette pun menunjukkan
ekspresi ketakutan dan samar-samar menggelengkan
kepala. Tentu saja tidak. Itu akan dilakukan orang-orang
profesionaL" "Berapa banyak klien yang kita harapkan?*
Rodney bertanya. • "Ribuan. Sulit untuk disebutkan."
Rodney menuding mereka masing-masing, perlahan-lahan
menghitung hingga empat "Menurut hirunganku," katanya
"kita hanya berempat" "Jumlah kita akan bertambah. Jonah
bertanggung jawab untuk pengembangan ini. Kita akan
menyewa tempat di pinggiran kota dan mengisinya dengan
paralegal. Mereka akan menangani telepon masuk dan
mengatur berkas-berkas." "Dari mana kita bisa mencari
paralegal?" Jonah bertanya "Dari iklan lowongan kerja di
jurnal asosiasi pengacara. Mulailah memeriksa iklan-iklan
itu. Dan kau ada janji pertemuan siang ini dengan agen
real estat di Manassas. Kita butuh tempat kerja seluas
kurang-lebih hnta ribu kaki persegi, tidak usah mewah, tapi
memiliki banyak prasarana untuk telepon dan sistem I
komputer lengkap, yang seperti kita ketahui, adalah
spesialisasimu. Sewalah, lengkapi, isi dengan staf lahJ
aturlah. Makin cepat makin baik." "Yes sir." "Berapa nilai
satu kasus Dyloft?" Paulette bertanya. "Sebesar yang akan
dibayar Ackerman Labs. Kisarannya antara sepuluh ribu
sampai lima puluh, tergantung beberapa faktor, salah satu
yang penting adalah sejauh mana kerusakan pada
kandung kemihnya." Paulette menghitung-hitung angka di
buku tulis. "Dan berapa banyak kasus yang mungkin kita
dapatkan?" "Mustahil mengatakannya sekarang."
"Bagaimana menurut tebakanmu?" "Aku tidak tahu.
Beberapa ribu." "Oke, katakanlah jumlahnya tiga ribu
kasus. Tiga ribu kasus kali minimum sepuluh ribu dolar
berarti tiga puluh juta, benar?" Paulette mengucapkan ini
perlahan-lahan, sambil terus mencoret-coret pada catatan.
"Benar." "Dan berapa uang jasa untuk pengacara?" ia
bertanya Tiga orang lainnya mengawasi Clay lekat-lekat
"Sepertiga," kata Clay. "Itu berarti sepuluh juta sebagai
jasa pengacara," katanya perlahan-lahan. "Semua untuk
biro hukum ini?" "Ya. Dan kita akan membagi uang itu."
Kata membagi itu bergema ke seluruh penjuru ruangan
selama beberapa detik. Jonah dan Rodney melirik
Paulette, seolah hendak mengatakan, "Teruskan,
selesaikan." "Bagi bagaimana?" Paulette bertanya, sangat
hati-hati. "Sepuluh persen untuk kalian masing-masing."
"Jadi menurut hipotesisku tadi, bagian imbalanku adalah
saru juta?" "Benar." "Dan, uh. sama untukku?" Rodney
bertanya. "Sama untukmu. Sama untuk Jonah. Dan, harus
kukatakan bahwa menurutku itu perkiraan terendahnya."
Terendah atau tidak, mereka menyerap angka-angka itu
sambil membisu beberapa lama, masing-masing secara
naluriah sudah membelanjakan uang tersebut Bagi
Rodney, itu berarti perguruan tinggi untuk anak-anaknya.
Bagi Paulette, itu berarti perceraian dengan lelaki Yunani
yang hanya ditemuinya sekali tahun lalu. Bagi Jonah itu
berarti hidup di perahu layar. "Kau serius, bukan, Clay?"
Jonah bertanya. "Sangat serius. Kalau kita bekerja keras
sepanjang tahun depan, ada peluang besar kita akan
memiliki I pilihan untuk pensiun dini." "Siapa yang
memberitahumu soal Dyloft ini?" tanya Rodney. "Aku
takkan pernah bisa menjawab pertanyaan itu, Rodney.
Maaf. Percaya sajalah padaku." Dan pada saat itu Clay
berharap kepercayaannya yang membuta pada Max Pace
bukanlah ketololan. "Aku nyaris lupa tentang-Paris," kata
Paulette. "Jangan lupa. Kita akan ke sana minggu depan."
Jonah melompat berdiri dan meraih buku catatan. "Siapa
nama agen real estat itu?" ia bertanya. Di lantai tiga ramah
town houge^ayt, Clay membuat kantor kecil. Bukan berarti
ia merencanakan menyelesaikan banyak pekerjaan di
sana, tapi ia butuh tempat untuk dokumen-dokumennya.
Meja kerjanya bekas meja tukang daging yang ia temukan
di toko antik di Fredericksburg, di ujung jalan. Meja itu
memenuhi satu dinding dan cukup panjang untuk tempat
telepon, mesin faks, dan komputer laptop. Di sanalah ia
untuk pertama kalinya masuk ke dunia ganti rugi massal,
mencari klien untuk melakukan gugatan massal. Ia
menunda telepon itu hingga hampir pukul 21.00, ketika
sebagian orang pergi tidur, terutama orang-orang tua dan
mungkin mereka yang menderita arthritis. Segelas
minuman keras penambah keberanian, dan ia pun
menekan nomor itu. Telepon itu dijawab seorang wanita,
barangkali Mrs. Ted Worley dari Upper Marlboro,
Maryland. Clay memperkenalkan diri dengan ramah,
mengutarakan bahwa ia pengacara, seolah orang seperti
dirinya biasa menelepon dan tidak ada yang perlu
dikagetkan, dan meminta berbicara dengan Mr. Worley. "Ia
sedang nonton Orioles," katanya. Jelas Ted tidak
menerima telepon saat Orioles main. "Ya—apakah saya
bisa berbicara dengannya sebentar?" "Anda katakan tadi
Anda pengacara?" ."Ya, Ma'am, dari D.C. sini." "Apa yang
telah ia lakukan?" "Oh, tidak ada, sama sekali tidak ada
apa-apa Saya dingin bicara soal arthritis-nya" Dorongan
hati untuk menutup telepon dan lari. datang dan pergi. Clay
bersyukur pada Tuhan tak ada yang melihat atau
mendengarkan. Pikirkanlah uangnya, ia terus berkata pada
diri sendiri. Pikirkanlah uang unbaiannya. "Aiihritis-ny&l
Saya kira anda pengacara, bukan dokter." "Ya, Ma'am,
saya pengacara, dan saya punya alasan untuk percaya ia
memakai obat berbahaya untuk arthritis-ay*. Kalau Anda
tidak keberatan, saya hanya perlu bicara dengannya
sebentar." Terdengar suara-suara di latar belakang
sewaktu ia meneriakkan sesuatu pada Ted yang balas
berteriak. Akhirnya, Ted menerima telepon itu. "Siapa ini?"
ia bertanya galak, dan Clay cepat-cepat memperkenalkan
diri. "Berapa skornya?" Clay bertanya. Tiga-satu Red Sox
di posisi kelima. Apakah aku kenal kau?" Mr. Worley
sudah berumur tujuh puluh tahun. "Tidak, Sir. Saya
pengacara di D.C. sini, dan saya mengkhususkan diri
pada gugatan berkaitan dengan obat-obatan yang tidak
sempurna. Saya menggugat pabrik farmasi bila mereka
menjual produk yang berbahaya" "Oke, apa yang
kauinginkan?" "Dari sumber-sumber Internet, kami
mendapat nama Anda sebagai pemakai potensial obat
arthritis bernama Dyloft. Bisakah Anda memberi tahu saya
apakah Anda memakai obat ini?" "Mungkin aku tidak ingin
menceritakan resep apa yang kugunakan." Dalih yang
sangat sahih, yang dikira Clay sudah siap dihadapinya.
"Tentu saja Anda tidak perlu mengatakannya, Mr. Worley.
Tetapi satu-satunya cara untuk menentukan apakah Anda
berhak untuk menerima uang penggantian adalah dengan
mengatakan pada saya apakah Anda memakai obat itu."
"Internet keparat," gumam Mr. Worley, lalu ia terlibat
percakapan cepat dengan istrinya, yang jelas berada di
dekat telepon. "Uang penggantian apa?" ia bertanya. "Mari
kita bicarakan soal itu sebentar lagi. Saya perlu tahu
apakah Anda menggunakan Dyloft. Kalau tidak, Anda
orang yang beruntung." "Well, uh, kurasa itu bukan rahasia,
kan?" "Bukan." Tentu saja itu rahasia. Mengapa sejarah
medis seseorang bukan sesuatu yang rahasia? Dusta kecil
seperti ini perlu, Clay terus berkata pada diri sendiri.
Lihatlah secara keseluruhan. Mr. Worley dan ribuan Orang
seperti dia mungkin takkan pernah tahu mereka memakai
produk yang buruk kecuali diberitahu. Ackerman Labs jelas
tidak berterus terang. Itu tugas Clay. "Yeah, aku memakai
Dyloft." "Sudah berapa lama?" "Mungkin setahun. Manjur
sekali." "Ada efek samping?" "Misalnya?" "Darah dalam
urine Anda. Rasa panas saat Anda buang air kecil." Clay
sudah pasrah dengan fakta bahwa ia akan membicarakan
masalah kandung kemih dan urine dengan banyak orang
dalam beberapa bulan mendatang. Sama sekali tidak ada
cara menghindarinya. Mereka tidak mempersiapkanmu
untuk menangani soal seperti ini di sekolah hukum. "Tidak.
Kenapa?" "Kami punya riset awal bahwa Ackerman Labs,
pabrik yang membuat Dyloft, mencoba menutup-nutupinya.
Obat itu didapati menimbulkan tumor kandung kemih pada
beberapa orang yang menggunakannya" Dengan demikian
Mr. Ted Worley, yang beberapa menit sebelumnya tak
peduli pada apa pun dan cuma menonton permainan
Orioles kesayangannya, kini akan menghabiskan sisa
malam itu dan sebagian -besar minggu depan dengan
mengkhawatirkan tumor yang tumbuh di dalam kandung
kemihnya. Clay merasa tak keruan dan ingin minta maaf,
tapi, sekali lagi, ia mengatakan pada diri sendiri bahwa ini
harus dilakukan. Bagaimana lagi agar Mr. Worley
mengetahui yang sebenarnya? Seandainya laki-laki
malang itu benar mengidap tumor, bukankah ia. ingin tahu
tentang hal itu? Sambil memegangi telepon dengan satu
tangan dan menggosok-gosok sisi rubuhnya dengan
tangan lain, Mr. Worley berkata, "Kau tahu, kalau dipikir-
pikir lagi, aku ingat memang ada rasa panas beberapa
hari yang lalu." "Apa yang kalian bicarakan?" Clay
mendengar Mrs. Worley berbicara di latar belakang.
"Jangan menyela dulu," kata Mr. Worley pada Mrs. Worley.
Clay langsung menimbrung sebelum perselisihan itu
berkembang di luar kendali. "Biro hukum saya mewakili
banyak pemakai Dyloft. Saya pikir Anda seharusnya
mempertimbangkan untuk menjalani tes." "Tes apa?" "Ini
urinalisis. Kami punya dokter yang bisa me206 lakukannya
besok. Anda tidak perh! mengeluarkan biaya sesen pun."
"Bagaimana kalau ia menemukan ada yang tidak beres?"
"Kalau sampai begitu, kita bisa membicarakan pilihan
Anda. Saat berita tentang Dyloft terungkap dalam
beberapa hari ini, akan ada banyak gugatan pengadilan.
Biro hukum saya akan jadi pemimpin dalam serangan
terhadap Ackerman Labs. Saya ingin Anda jadi klien."
"Mungkin aku seharusnya bicara dengan dokterku." "Anda
tentu bisa melakukan hal itu, Mr. Worley. Tetapi ia mungkin
bertanggung jawab juga. Ia yang meresepkan obat itu.
Mungkin yang terbaik bagi Anda adalah memperoleh
pendapat yang tanpa bias." 'Tunggu sebentar," Mr. Worley
menutup gagang telepon dengan tangan dan melakukan
pembicaraan sengit dengan istrinya. Ketika kembali, ia
berkata, "Aku tidak setuju soal menggugat dokter." "Saya
pun tidak. Spesialisasi saya adalah memburu perusahaan-
perusahaan besar yang mencelakai orang." "Apakah aku
sebaiknya berhenti memakai obat itu?" "Mari kita lakukan
tes itu lebih dulu. Dyloft kemungkinan akan ditarik dari
peredaran musim panas ini" "Di mana aku harus
melakukan tes itu?" "Dokternya ada di Chevy Chase.
Bisakah Anda ke sana besok?" i* "Yeah, baiklah, kenapa
tidak? Rasanya konyol untuk menundanya, bukan?"
"Memang." Clay memberikan nama dan alamat 207 dokter
yang ditemukan Max Pace. Clay akan me ngeluarkan biaya
$300 untuk pemeriksaan seharga $80, tapi itu harga yang
harus dibayar untuk melakukan bisnis. Ketika rincian
urusan itu selesai dibicarakan, Clay meminta maaf atas
gangguan itu, mengucapkan terima kasih atas waktu yang
ia sediakan, dan meninggalkannya menanggung
penderitaan sambil menonton sisa pertandingan. Saat
menutup telepon, barulah Clay merasakan butiran-butiran
keringat di atas alisnya. Mencari-cari kasus untuk
diperkarakan lewat telepon? Jadi pengacara macam
apakah dirinya sekarang? Pengacara yang kaya, ia terus
berkata pada diri sendiri. Ini butuh kulit yang tebal, sesuatu
yang tidak dimiliki Clay dan ia tidak yakin sanggup
mengadakannya Dua hari kemudian, Clay memasuki jalan
di halaman keluarga Worley di Upper Marlboro dan
menemui mereka di pintu depan. Urinabsis, yang termasuk
pemeriksaan sitologis, mengungkapkan adanya sel-sel
abnormal dalam urine, tanda yang tegas—menurut Max
Pace dan riset medisnya yang mendalam dan ilegal—
bahwa ada tumor di dalam kandung kemih. Mr. Worley
dirujuk ke urolog yang akan ia temui minggu depan.
Pemeriksaan dan pengambilan tumor akan dilakukan
dengan bedah sitoskopis, dengan memasukkan slang
dengan alat pengindra kecil dan 208 I k. pisau melalui penii
ke kandung kemih, dan meskipun ini diakui cukup rutin, Mr.
Worley tak melihat ada yang biasa dalam hal itu. Ia
khawatir setengah mati. Mrs. Worley berkata suaminya
tidak tidur dua malam terakhir, begitu pula dirinya.
Meskipun ingin melakukannya, Clay tidak dapat
mengatakan pada mereka bahwa tumor itu kemungkinan
jinak. Lebih baik biarkan dokter yang melakukan hal itu
sesudah pembedahan. Sambil meneguk kopi instan
dengan creamer bubuk, Clay menerangkan kontrak untuk
jasanya dan menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka
tentang litigasi itu. Ketika Ted Worley membubuhkan tanda
tangan di bagian bawah, ia menjadi penggugat Dyloft
pertama di negeri ini! Dan sampai beberapa lama,
rasanya seakan ia mungkin akan jadi satu-satunya.
Bekerja nonstop dengan telepon, Clay berhasil
meyakinkan sebelas orang untuk datang menjalani
urinabsis. Sebelas orang itu seluruhnya menunjukkan hasil
negatif. 'Teruslah bekerja," Max Pace mendorong. Sekitar
sepertiga dari orang-orang itu langsung memutus telepon
atau menolak percaya Clay serius dengan apa yang ia
katakan. Ia, Paulette, dan Rodney membagi daftar mereka
menjadi klien prospektif kulit hitam dan kulit putih. Jelas
orang-orang kulit hitam tidak securiga orang •kulit putih
sebab mereka lebih mudah dibujuk untuk menemui dokter.
Atau mereka mungkin menikmati perhatian medis itu. Atau
barangkali, seperti yang dikatakan Paulette lebih dari
sekali, dirinya lebih berbakat dalam membual. 209 Pada
akhir minggu itu. Clay berhasil mendapati-tiga klien yang
telah dites positif memiliki s I abnormal. Rodney dan
Paulette, bekerja sebagai ' menjaring tujuh lagi yang
menandatangani kontrak"11. Goo actio* Dyloft siap
bertempur. Menurut angka-angka yang dengan cermat
dicatat Rex Crittle, laki-laki yang kian lama kian kenal
dengan hampir segala aspek kehidupan Clay, petualangan
di Paris itu menghabiskan biaya $95.300. Crittle adalah
akuntan publik dengan kantor berukuran sedang tepat di
bawah suite Carter. Tidaklah mengejutkan bahwa ia pun
dirujuk Max Pace. Sedikitnya satu kali seminggu, Clay
turun atau Crittle naik lewat tangga belakang, dan mereka
menghabiskan sekitar setengah jam untuk membicarakan
uang Clay dan bagaimana menanganinya dengan baik.
Sistem akunting untuk biro hukum itu masih sederhana dan
mudah diterapkan. Miss Glick memasukkan semua catatan
transaksi dan mengirimkannya ke komputer Crittle.
Menurut pendapat Crittle, kekayaan mendadak se-Perti itu
hampir pasti akan menarik perhatian Dinas Pajak untuk
melakukan audit. Meskipun janji-janji Pace menjamin
sebaliknya, Clay setuju dan berkeras melakukan
pencatatan serapi mungkin tanpa daerah abu-abu bila
masalahnya mengenai write-off dan pemotongan. Ia
meraup uang lebih banyak daripada Vang pemah ia
impikan. Tak masuk akal mencoba Mengakali pemerintah
dengan menghindari pajak. Bayar semua pajak dan
tidurlah dengan nyenyak. "Untuk apakah pembayaran
setengah juta dolar kepada East Media ini?" Crittle
bertanya. "Kami sedang menggarap iklan tekmsi untuk lio',
gasi. Itu cicilan pertamanya." "Cicilan? Berapa kali lagi?" Ia
memandang dari atas kacamata bacanya dan melontarkan
pandangan yang pernah dilihat Clay sebelum ini.
Pandangan itu mengatakan, "Nak, apakah kau sudah
kehilangan kewarasanmu?" "Jumlah seluruhnya dua juta
dolar. Kami akan mengajukan gugatan besar beberapa
hari lagi. Pengajuan perkaranya akan dikoordinasikan
dengan kampanye iklan yang ditangani East Media" "Oke,"
Grime berkata, jelas waswas dengan pengeluaran sebesar
itu. "Dan aku mengasumsikan akan ada uang jasa
tambahan untuk menutup semua ini." "Mudah-mudahan,"
Clay berkata sambil tertawa. "Bagaimana dengan kantor
baru di Manassas? Uang muka sewa sebesar lima belas
ribu dolar?" "Ya, kami sedang berkembang. Aku akan
menambah enam paralegal di kantor sana. Sewanya lebih
murah." "Senang melihat kau prihatin juga dengan
pengeluaran. Enam paralegal." "Ya, empat sudah
dipekerjakan. Aku punya kontrak kerja dan dahar gaji
mereka di mejaku." ifipr Crittle mempelajari printout itu
sebentar, selusin pertanyaan berkecamuk di dalam
kalkulator di balik kacamatanya. "Boleh aku tanya
mengapa kau butuh enam paralegal lagi sedangkan kau
hanya punya kasus begitu sedikit?" "Nah, itu pertanyaan
menarik," kata Clay. Ia 212 dengan cepat menguraikan
gugatan class action yang akan dilakukan tanpa
menyebutkan obat itu atau pembuatnya, dan bila uraian
ringkasnya tersebut menjawab pertanyaan Crittle, nal itu-
tidaklah kelihatan. Sebagai akuntan, ia sewajarnya skeptis
terhadap siasat yang mendorong lebih banyak orang untuk
menggugat. "Aku yakin kau tahu apa yang kaulakukan," ia
berkata, curiga Clay sebenarnya telah kehilangan akal
sehat. "Percayalah padaku, Rex, uang akan segera
mengalir masuk." 'Tang jelas, saat ini uang mengalir ke
luar." "Kau harus mengeluarkan uang untuk mendapatkan
uang." "Begitulah kata orang." Serangan dimulai saat
matahari terbenam tanggal 1 Juli. Semua orang kecuali
Miss Glick berkumpul di depan televisi ruang rapat,
menunggu hingga tepat pukul 20.32, lalu semua bungkam
dan diam. Iklannya hanya sepanjang lima belas detik,
dimulai dengan penampilan aktor muda dan tampan yang
memakai jas putih dan memegang buku tebal dan tampak
tulus di depan kamera. "Perhatian kepada seluruh
penderita arthritis. Bila Anda memakai obat bernama
Dyloft, Anda kemungkinan mempunyai klaim terhadap
pembuat obat itu. Dyloft telah dikaitkan dengan beberapa
efek samping, termasuk umbulnya tumor dalam 213
kandung kemih." Di bagian bawah layar muncul kata-kata
dalam huruf tebal: DYLOFT HOT LINE— HUBUNGI 1-800-
555-DYLO. Si dokter meneruskan, "Segeralah
telepon«nomor ini. Dyloft Hot Line dapat memberikan tes
medis gratis untuk Anda. Teleponlah sekarang juga.'" Tak
seorang pun bernapas selama lima belas detik, dan tak
seorang pun berbicara ketika iklan itu habis. Bagi Clay, itu
adalah saat-saat yang sangat menyiksa sebab ia baru saja
meluncurkan serangan yang sangat ganas dan mungkin
melumpuhkan terhadap sebuah perusahaan raksasa, yang
tak disangsikan akan menanggapi dengan semangat
balas dendam. Bagaimana kalau Max Pace keliru
mengenai obat itu? Bagaimana kalau Pace menggunakan
Clay sebagai pion dalam pertandingan catur dunia bisnis
besar? Bagaimana kalau Clay tak dapat membuktikan,
dengan kesaksian para saksi ahli, bahwa obat itu
mengakibatkan tumor? Ia bergulat dengan semua
pertanyaan ini selama beberapa minggu, dan sudah seribu
kali menanyai Pace. Mereka dua kali bertengkar dan
beberapa kali bertukar kata-kata tajam. Max akhirnya
menyerahkan hasil riset efek Dyloft, dokumen curian atau
setidaknya didapat secara gelap. Clay meminta rekan
kuliah di Georgetown, yang kini jadi dokter di Baltimore,
untuk menelitinya. Clay akhirnya meyakinkan diri sendiri
bahwa ia I benar dan Ackerman Labs keliru. Tetapi
menyaksikan iklan itu- dan terenyak oleh tuduhannya
membuat [i lututnya lemas. -IjiS "Sungguh mengerikan,"
kata Rodney,; yang sudah I puluhan kali melihat video iklan
itu. Namun, tayangan j sebenarnya di televisi tampak jauh
lebih keras. East Media menjanjikan enam belas persen
dari setiap pasar akan menonton masing-masing
tayangan. Iklan itu akan ditayangkan dua hari sekali selama
sepuluh hari di sembilan puluh wilayah pasar dari pantai ke
pantai. Prakiraan jumlah penontonnya adalah delapan
puluh juta. "Ini pasti berhasil," Clay berkata, layaknya
pemimpin. Selama satu jam pertama, iklan itu ditayangkan
di berbagai stasiun televisi di tiga puluh pasar sepanjang
Pantai Timur, lalu disebarkan ke delapan belas pasar lain
di Zona Waktu Bagian Tengah. Empat jam sesudah
dimulai, iklan itu akhirnya mencapai Pantai Barat dan 42
wilayah pasar. Biro hukum kecil Chty menghabiskan lebih
dari $400.000 malam pertama itu untuk iklan yang tersebar
dari Pantai Timur ke Barat. Nomor telepon berawalan 800
tersebut membawa para penelepon ke Sweatshop,
julukan- bara bagi cabang penjaring klien Kantor Hukum J.
Clay Carter II. Di sana, enam paralegal bara menerima
telepon, mengisi formulir, mengajukan segala pertanyaan
yang sudah dirancang, merujuk para penelepon ke Dyloft
Hot Line Web Site, dan menjanjikan telepon balasan dari
salah satu staf pengacara. Dua jam sesudah tayangan
iklan pertama, semua sambungan telepon jadi sibuk.
Komputer mencatat nomor-nomor penelepon yang tidak
bisa masuk. Pesan komputer merujuk mereka ke situs
Web. Pada pukul sembilan keesokan paginya, Clay
menerima telepon mendesak dari pengacara di biro
hukum besar di jalan yang sama. Ia mewakili Ackerman
Labs dan mendesak iklan tersebut segera dihentikan. Ia
pongah, meremehkan, dan melontarkan ancaman akan
melakukan semua tindakan hukum bila Clay tidak segera
menyerah. Kata-kata jadi kasar, lalu agak tenang sedikit.
"Apakah kau masih akan berada di kantor beberapa menit
lagi?" Clay bertanya. "Ya, tentu saja. Kenapa?" "Ada yang
akan kukirimkan. Aku akan menyuruh ¦ kurir ke sana Hanya
perlu lima menit" Rodney, si kurir, berjalan kaki membawa
fotokopi gugatan setebal dua puluh halaman. Clay
berangkat ke pengadilan untuk memasukkan gugatan
aslinya Sesuai instruksi Pace, beberapa kopi juga
dikirimkan dengan faks ke The Washington Post, The Wall
Street Journal dan The New York Times. Pace juga
memberikan kisikan bahwa penjualan kosong sahara
Ackerman Labs akan menjadi langkah investasi yang
cerdik Saham itu ditatap pada hari Jumat dengan nilai
$42,50. Ketika pasar dibuka Senin pagi, Clay melakukan
transaksi pada posisi jual untuk seratus ribu saham. Ia
akan membelinya kembali dalam beberapa hari, mudah-
mudahan dengan nilai sekitar $30, dan meraup sejuta
dolar lagi. Bagaimanapun, itulah rencananya. Kantornya
sibuk luar biasa ketika ia kembali Ada enam sambungan
telepon bebas pulsa ke Sweatshop di Manassas, dan
selama jam kerja, ketika keenamnya sibuk telepon masuk
dialihkan ke kantor utama di Connecticut Avenue. Rodney,
Paulette, dan Jonah berbicara di telepon dengan para
pemakai Dyloft yang tersebar di seluruh penjuru Amerika
Utara. "Kau mungkin ingin melihat ini," Miss Glick berkata.
Kertas pesan berwarna merah jambu itu memuat nama
wartawan The Wall Street Journal. "Dan Mr. Pace ada di
kantormu." Max memegangi secangkir kopi dan berdiri di
depan jendela. "Sudah dimasukkan ke pengadilan," kata
Clay. "Kita telah mengguncang sarang lebah."
"Nikmatilah." "Pengacara mereka menelepon. Aku sudah
mengirimkan satu kopi berkas gugatan pada mereka."
"Bagus. Mereka.sekarat. Mereka baru saja disergap ¦ dan
tahu akan dibantai. Ini impian pengacara, Clay, nikmatilah
sepuasnya." "Duduklah. Aku ada satu pertanyaan." Pace,
dalam pakaian serbahitam seperti biasanya, menjatuhkan
diri di kursi dan menyilangkan kaki. Sepatu lars koboi itu
tampaknya terbuat dari kulit ular derik. "Seandainya
Ackerman Labs menyewamu sekarang juga, apakah yang
akan kaulakukan?" Clay bertanya. "Putaran langkah
sangatlah penting. Aku akan mulai mengedarkan press
release, menyangkal segalanya menimpakan kesalahan
pada pengacara-pengacara rakus. Membela obatku.
Tujuan awalnya, sesudah bom meledak dan debu
mengendap, adalah melindungi harga saham. Saham itu
dibuka seharga 42,5, nilai yang sangat rendah; sekarang
turun hingga 33. Aku akan menyuruh CEO-nya tampil di
televisi untuk mengatakan semua hal yang benar. Akan
kuperintahkan orang-orang humas mendongkrak
propaganda Aku akan menyuruh pengacara menyiapkan
pembelaan yang terorganisir. Aku akan menyuruh orang-
orang penjualan meyakinkan para dokter bahwa obat ini
aman." Tapi obat itu tidak aman." "Aku akan
mengkhawatirkan soal itu nanti. Untuk beberapa hari
pertama semuanya soal putaran, setidaknya di permukaan.
Kalau investor percaya ada yang tidak beres dengan obat
itu, mereka akan berbondong-bondong melepas saham
dan harganya akan terus jatuh. Begitu langkah ini
terlaksana, aku akan bicara serius dengan para petinggi
perusahaan. Begitu tahu ada masalah dengan obat itu, aku
akan mengumpulkan para tukang hitung dan
memperkirakan berapa besar uang penyelesaian
perkaranya. Dengan obat jelek seperti ini, kau tidak akan
pernah maju ke pengadilan. Setiap anggota juri bisa
menjatuhkan vonis berapa saja semaunya. Ada juri yang
memberikan sejuta dolar pada penggugat. Juri berikutaya
di negara bagian lain jadi gusar dan menghadiahkan dua
puluh juta dolar sebagai ganti kerugian: Ini permainan
dengan risiko luar biasa besar. Jadi kaubereskan di luar
pengadilan. Seperti kaupelajari dengan cepat, pengacara-
pengacara gugatan massal itu mengambil prosentase, jadi
mereka gampang diajak berdamai." "Berapa banyak yang
mampu dibayar Ackerman?" "Mereka diasuransikan
sedikitnya tiga ratus juta dolar. Ditambah mereka punya
sekitar setengah miliar tunai, sebagian besar diperoleh
dari Dyloft. Mereka hampir mencapai plafon kredit di bank,
tapi kalau aku yang mengatur, aku merencanakan akan
membayar saru miliar. Dan aku akan melakukannya
dengan cepat." "Apakah Ackerman akan melakukannya
dengan cepat?" "Mereka belum menyewaku, jadi' mereka
tidak terlalu pintar. Aku sudah lama mengawasi
perusahaan itu, dan mereka tidak terlalu cerdik. Seperti
semua pabrik farmasi, mereka ngeri dengan perkara
pengadilan. Bukannya memakai pemadam kebakaran
seperti diriku, mereka malah melakukannya dengan cara
kuno—mereka mengandalkan pengacara-pengacara
mereka, yang tentu saja tidak menaruh minat untuk
melakukan penyelesaian perkara secepatnya di luar
pengadilan. Biro hukum utamanya adalah Walker-Steams
di New York. Sebentar lagi kau akan mendengar kabar
dari mereka." "Jadi tidak akan ada uang penyelesaian
perkara segera?" "Kau memasukkan gugatan satu jam
yang lalu. Santai saja." "Aku tahu, tapi sekarang aku
seperti membakar semua uang yang baru saja kauberikan
padaku." "Tenang saja. Dalam setahun kau akan lebih
kaya lagi." "Setahun, heh?" "Itu terkaanku. Pengacara-
pengara mereka harus jadi gemuk dulu. Walker-Steams
akan mengerahkan lima puluh associate untuk kasus ini,
dengan tagihan 219 yang bertambah dengan kecepatan
penuh. Gugatan class action Mr. Worley bernilai seratus
juta dolar untuk pengacara Ackerman sendiri. Jangan
lupakan itu." "Mengapa mereka tidak membayar saja
seratus juta dolar padaku agar menyingkir?" "Sekarang
kau berpikir seperti pengacara gugatan massal sejati.
Mereka akan membayarmu lebih banyak lagi, tapi pertama
mereka harus membayar pengacara mereka. Begitulah
cara kerjanya." "Tapi kau tidak akan melakukannya dengan
cara seperti itu?" Tentu saja tidak. Dengan Tarvan, klienku
mengatakan kejadian sebenarnya. Sesuatu yang jarang
terjadi. Aku mengerjakan tugasku, menemukanmu, dan
membereskan segalanya diam-diam, cepat, dan murah.
Lima puluh juta, dan tak sepeser pun untuk pengacara
klienku sendiri." Miss Glick muncul di pintu dan berkata,
"Wartawan dari The Wall Street Journal menelepon lagi."
Clay memandang Pace yang berkata, "Ajaklah mengobrol
Dan ingat, pihak lawan punya sepasukan humas yang
mengupayakan putaran." The Times dan The Post memuat
berita singkat tentang gugatan class action terhadap Dyloft
di halaman depan seksi bisnis mereka pagi berikutnya.
Keduanya menyebut nama Clay, kejutan yang diam-diam
dimkmattaya. Porsi artikel lebih banyak diberikan untuk
tanggapan tergugat. CEO-nya menyebut gugatan hukum itu
"mengada-ada" dan "contoh lain penyalahgunaan hukum
oleh profesi pengacara." Wakil Presiden bidang Riset
mengatakan, "Dyloft telah diriset tuntas tanpa bukti adanya
efek samping merugikan." Kedua koran itu memberitakan
bahwa saham Ackerman Labs, yang anjlok lima puluh
persen dalam tiga kuartal sebelumnya, kembali mengalami
pukulan karena gugatan kejutan itu. The Wall Street Journal
menulis dengan benar, setidaknya menurut pendapat Clay.
Pada tahap awal, wartawannya menanyakan umur Clay.
"Baru tiga puluh satu?" katanya, dan ini berkembang
menjadi pertanyaan-pertanyaan tentang pengalaman Clay,
biro hukumnya, dan lain-lain. Kisah David lawan Goliath
jauh lebih menarik untuk dibaca daripada data finansial
atau laporan laboratorium yang kering, dan berita itu
berkembang sendiri. Seorang fotografer dikirim, dan
sewaktu Clay berpose, stafnya menyaksikan dengan
perasaan senang. Di halaman depan, di kolom paling kiri,
judul beritanya berbunyi: ANAK KEMARIN SORE
MENANTANG ACKERMAN LABS. Di sebelahnya ada
karikatur dikomputerisasi, memperlihatkan Clay Carter
yang tersenyum. Alinea pertamanya berbunyi: "Kurang dari
dua bulan yang lalu, pengacara D.C. Clay Carter masih
bekerja keras di sistem peradilan pidana kota ini sebagai
pembela OPD bergaji rendah dan tak dikenal. Kemarin,
sebagai pemilik biro hukumnya sendiri, ia mengajukan
gugatan senilai satu miliar dolar terhadap perusahaan
farmasi ketiga ter-besar di dunia, menyatakan obat ajaib
terbarunya, Dyloft, bukan saja meringankan nyeri akut pan
penderita arthritis, tetapi juga menyebabkan tumoi dalam
kandung kemih mereka." Artikel itu dipenuhi pertanyaan
tentang bagaimana Clay menjalani transformasi radikal
secepat itu. Dan karena ia tak dapat menyebut Tarvan atau
apa pun yang berkaitan dengannya, ia samar-samar
menyinggung penyelesaian perkara gugatan yang
melibatkan orang-orang yang ia temui sebagai pengacara
OPD. Ackerman Labs mendapat bagian di tulisan itu
dengan mengungkapkan dalih biasa tentang
penyalahgunaan gugatan hukum dan para pengacara yang
mencari-cari perkara sehingga menghancurkan
perekonomian, tapi sebagian besar artikel itu tentang Clay
dan kariernya yang melambung dalam dunia gugatan
massal. Ada beberapa hal positif tentang ayahnya,
"litigator D.C. legendaris" yang telah "pensiun" ke Bahama.
Glenda di OPD memuji Clay sebagai "pembela kaum
miskin yang penuh komitmen", komentar bagus yang
memberinya makan siang di restoran mewah. Presiden
National Trial Lawyers Academy mengaku belum pernah
mendengar tentang Clay Carter, tapi toh "sangat terkesan
dengan hasil kerjanya". Seorang dosen hukum dari Yale
mengeluh, "Sam contoh lagi penyalahgunaan litigasi class
action," sementara dosen lain di Harvard mengatakan itu
adalah "contoh sempurna bagaimana class action
seharusnya dilakukan untuk memburu perusahaan besar
pembuat kesalahan." "Pastikan ini tercantum di situs
Web," Clay berkata sambil mengangsurkan artikel itu pada
Jonah. '-'Klien kita akan menyukainya" 222 1EQUILA
Watson menyatakan diri bersalah melakukan pembunuhan
terhadap Ramon Pumphrey dan divonis penjara seumur
hidup. Ia berhak mendapatkan pembebasan bersyarat
sesudah dua puluh tahun meskipun berita di Post tidak
menyebutkan hal itu. Namun koran itu menyebutkan
korbannya adalah salah saru dari beberapa korban
tembakan dalam serangkaian pembunuhan yang
tampaknya terlalu acak meskipun untuk kota yang terbiasa
dengan kekerasan tanpa nalar. Polisi tidak punya
penjelasan. Clay menyisihkan waktu untuk menelepon
Adelfa dan menanyakan kabarnya. Ia berutang sesuatu
pada Tequila, tapi ia tidak tahu pasti apa. Dan tak ada
cara untuk memberikan kompensasi pada mantan kliennya
itu. Ia bernalar Tequila menghabiskan sebagian besar
hidupnya mengkonsumsi obat terlarang dan mungkin
memang akan menghabiskan sisa hidupnya di balik jeruji
besi, dengan atau tanpa Tarvan, tapi dalih ini tidak terlalu
berhasil membuat Clay merasa terhormat. Ia telah menjual
kliennya, jelas dan sederhana. Ia mengambil uang itu dan
mengubur kebenaran. Dua halaman di belakang ada
artikel lain yang menarik perhatiannya dan membuatnya
melupakan Tequila Watson. Wajah gemuk Mr. Bennett Van
Horn tampak di foto, di bawah topi helmnya yang
berhiaskan monogram namanya, bekerja di lokasi
pembangunan di suatu tempat. Ia penuh perhatian
mengaman satu set gambar dengan laki-laki lain yang
diidentifikasikan sebagai insinyur proyek BVH Group.
Perusahaan itu terlibat pertarungan seru mengenai usulan
pengembangan daerah di dekat padang pertempuran
Chancellorsville, sekitar satu jam sebelah selatan D.C.
Bennett, seperti biasa, mengusulkan salah satu dari
koleksi rencana pembangunan rumah, kondominium,
apartemen, pertokoan,. taman bermain, lapangan tenis,
dan kolam, seluruhnya dalam jarak satu mil dari pusat
padang pertempuran itu dan sangat dekat dengan tempat
Jendral Stonewall Jackson ditembak prajurit Konfederasi.
Kaum pelestari situs bersejarah, pengacara, sejarawan
perang, pelestari lingkungan, dan Komunitas Konfederasi
mengacungkan pedang dan akan mencincang Bennett the
Bulldozer. Tidaklah mengejutkan, Post memuji-muji
kelompok ini tanpa menyebutkan apa pun yang baik
tentang Bennett. Namun demikian, lahan yang
diperdebatkan itu merupakan tanah pribadi yang dimiliki
beberapa petani tua, dan ia kelihatannya sedang di atas
angin, setidaknya untuk sementara ini. Artikel itu berlanjut
panjang dengan cerita tentang padang pertempuran lain di
seluruh penjuru Virginia yang dibangun para pengembang.
Organisasi bernama Civil War Trust memimpin
perlawanan. Pengacaranya digambarkan sebagai orang
radikal yang tidak takut menggunakan Mgasi untuk
melestarikan tempat ber224 sejarah. "Tapi kami butuh
uang untuk mengurus perkara di pengadilan," demikian ia
dikutip. Dua telepon lagi dan Clay berbicara dengannya di
telepon. Mereka berbicara selama setengah jam, dan
ketika menutup telepon, ia menulis selembar cek senilai
$100.000 untuk Civil War Trust, Chancellorsville Litigation
Fund. Miss Glick mengangsurkan pesan telepon tersebut
padanya saat ia berjalan melewati meja kerjanya Ia melihat
nama itu dua kali, dan masih merasa skeptis ketika duduk
di ruang rapat dan menekan nomor itu. "Mr. Patton
French," katanya ke telepon. Pesan telepon itu
mengatakan ini urusan mendesak. "Dari siapa ini?" "Clay
Carter, dari D.C." "Oh ya ia menunggu Anda." Sungguh
sulit membayangkan pengacara yang begitu berkuasa dan
sibuk seperti Patton French menunggu telepon dari Clay.
Dalam beberapa detik orang besar itu sendiri berbicara di
telepon. "Halo, Clay, terima kasih telah meneleponku
kembali," katanya begitu akrab sampai Clay terperangah.
"Cerita yang bagus di Journal, heh? Lumayan untuk mokie
— pemula. Omong-omong, maaf aku tidak sempat bicara
denganmu ketika kau di New Orleans." Ini suara yang
sama dengan yang didengarnya dari balik mikrofon, tapi
jauh lebih rileks. 'Tidak apa-apa," kata Clay. Saat itu ada
dua ratusan pengacara di pertemuan Circle of Barrister.
Tak ada alasan apa pun bagi Clay untuk menemui j Patton
French, dan tak ada alasan mengapa French \ perlu tahu
Clay ada di sana. Pria itu jelas telah mengerjakan riset.
"Aku ingin bertemu denganmu, Clay. Kupikir kita . bisa
mengerjakan bisnis bersama. Dua bulan lalu j aku sudah
mencium jejak Dyloft Kau memukulku j dengan telak, tapi
ada berton-ton uang di luar sana" 1 Clay tidak punya
keinginan bermitra dengan Patton French. Tapi di lain
pihak, cara-caranya memeras j uang penyelesaian perkara
dalam jumlah besar dari perusahaan farmasi sudah
melegenda. "Kita bisa J bicara," kata Clay. "Dengar, aku
akan ke New York sekarang juga j Bagaimana kalau aku
menjemputmu di D.C. dan kau j ikut denganku ke sana?
Aku punya Gulfstream 5 bara yang ingin kupamerkan. Kita
menginap di Manhattan, menikmati santap malam yang
hebat j malam ini. Bicara urusan bisnis. Kembali besok
siang. Bagaimana menurutmu?" "Well, aku cukup sibuk."
Clay ingat jelas perasaan muaknya di New Orleans ketika
French terus menyinggung-nyinggung "mainannya" dalam
pidato. | Pesawat Gulfstream baru, yacht, puri di
Skotlandia. "Aku tahu. Dengar, aku pun sibuk juga. Aduh, H
kita semua sibuk. Tapi ini bisa menjadi perjalanan I paling
menguntungkan yang pernah kaulakukan. Aku tidak mau
ditolak. Aku akan menemuimu di bandara ms nasional
Reagan tiga jam lagi. Setuju?" '• Selain beberapa telepon
yang harus ia lakukan dan permainan racquetbaU malam
ifu, tak banyak yang akan dikerjakan Clay. Telepon-telepon
kantor memang berdering nonstop dari para pemakai
Dyloft yang ketakutan, tapi Clay tidak menangani telepon-
telepon itu. Ia sudah beberapa tahun tidak ke New York
"Baiklah, mengapa tidak?" katanya hatinya dipenuhi
keinginan melihat Gulfstream 5 dan bersantap di restoran
mewah. "Langkah yang cerdas, Clay. Langkah cerdas."
Terminal pesawat pribadi di Reagan dipenuhi para
eksekutif dan birokrat yang sibuk datang dan pergi. Di
dekat konter penerimaan, gadis cantik berambut cokelat
dan berok pendek memegang plakat buatan tangan
bertuliskan nama Clay. Clay memperkenalkan diri
padanya. Perempuan itu Julia, tanpa nama belakang.
"Silakan ikuti saya," katanya dengan senyum sempurna.
Mereka melewati pinta keluar dan dibawa melintasi
landasan naik van. Puluhan pesawat Lear, Falcon, Hawker,
Challenger, dan Citation diparkir atau meluncur datang dan
pergi dari terminal. Kru landasan dengan hati-hati
membimbing jet-jet itu melewati satu sama lain, sayapnya
hanya terpisah beberapa inci. Mesin-mesin melengking
dan seluruh pemandangan itu menggetarkan saraf. "Dari
mana kau?" Clay bertanya. "Kami berkantor di Biloxi," kata
Julia "Di sana Mr. French menempatkan kantor utamanya."
"Aku mendengarnya berbicara dua minggu yang ialii di
New Orleans." "Ya kami ada di sana. Kami jarang di
rumah." "Ia kerja terus, ya?" "Sekitar seratus jam
seminggu.' i Mereka berhenti di sebelah jet terbesar d.
landasan. "Bb jet kita," kata Julia, dan mereka turun dari
van, Pilot menyambar tas Clay dan pergi membawanya.
Patton French, tentu saja, sedang bicara di telepon. Ia
melambaikan tangan menyambut Clay di pesawat
sementara Julia menerima jasnya dan menanyakan ia ingin
minum apa Air saja dengan jeruk nipis. Pengalaman
pertamanya di dalam jet pribadi tak mungkin lebih
mengguncang hati. Video-video yang ia saksikan di New
Orleans sama sekali tak bisa dibandingkan dengan
aslinya. Aromanya kulit ash, kulit yang sangat mahal.
Tempat duduknya sofa sandaran kepala panel, bahkan
meja-mejanya dilapisi kulit dengan berbagai nuansa biru
dan cokelat. Lampu-lampu, kenop, dan perangkat
kontrolnya semua disepuh emas. Kayu bingkainya
berwarna gelap dan dipelitur cermat, mungkin kayu
mahoni. Ini state mewah di hotel bintang lima tapi
dilengkapi sayap dan mesin.' Tinggi Clay 180 sentimeter,
tapi ruang di atas kepalanya masih lega Kabin itu panjang,
dengan entah kantor apa di belakang. French ada di
belakang sana, masih berbicara di telepon. Bar dan
dapurnya tepat di belakang kokpit Julia muncul membawa
air minum. "Silakan duduk," katanya. "Kita akan berangkat"
Ketika pesawat mulai bergerak, French sekonyong-
konyong mengakhiri percakapan dan berjalan ke depan. Ia
menyambut Clay dengan jabatan tangan kuat dan senyum
lebar serta permintaan maaf karena tidak menemuinya di
New Orleans. Ia berperawakan cukup besar, berambut
tebal berombak yang mulai beruban dengan bagus,
mungkin berumur 55 tahun I tapi belum menginjak enam
puluh. Kekuatan bagai merembes ke luar dari setiap pori-
pori dan embusan napasnya. Mereka duduk berhadapan di
salah satu meja. "Pesawat yang bagus, heh?" French
berkata, sambil melambaikan lengan kiri ke arah interior.
"Bagus sekali." "Kau sudah punya jet?" "Belum." Dan ia
benar-benar merasa kurang sebab tak memiliki pesawat
jet Pengacara macam apakah dirinya? "Itu takkan lama
lagi, Nak. Kau tidak bisa hidup tanpa jet. Julia, ambilkan
aku vodka, mi yang keempat, jet maksudku, bukan vodka.
Perlu dua belas pilot untuk menerbangkan empat jet Dan
lima Julia Ia cantik, heh?" "Benar;" "Biaya overhead-nya
besar, tapi toh banyak uang di luar sana. Apakah kau
mendengar aku bicara di New Orleans?" "Ya. Sangat
menyenangkan." Clay berbohong sedikit. Betapa pun
menyebalkan French di podium, ia toh menghibur dan
informatif. "Aku benci bicara terus soal uang seperti itu,
tapi aku harus bermain untuk orang banyak. Sebagian
besar dari orang-orang itu suatu saat akan membawakan
kasus gugatan ganti kerugian besar kepadaku. Harus terus
menyemangati mereka kau tahu. Aku telah membangun
biro hukum gugatan massal terbesar di Amerika, dan yang
kami lakukan hanyalah memburu perusahaan-perusahaan
besar. Bila kau memperkarakan perusahaan seperti
Ackerman Labs — 228 dan siapa saja yang termasuk
dalam Fortune 500, kau harus punya amunisi punya
kekuatan. Uang mereka tak ada habisnya. Aku hanya
sekadar mencoba menyeimbangkan kekuatan." Julia
membawakan minuman dan memakai sabuk pengaman
untuk lepas landas. "Kau makan siang?" French bertanya.
"Ia bisa memasak apa saja." 'Tidak, terima kasih. Aku
masih kenyang." French meneguk vodkanya banyak-
banyak, lalu riba-riba duduk bersandar, memejamkan
mata, dan kelihatan seperti berdoa sewaktu pesawat
Gulfstream itu melesat di landas pacu dan terangkat naik.
Clay menggunakan jeda itu untuk mengamati pesawat.
Pesawat ini begitu mewah dan mahal detailnya sehingga
rasanya hampir keterlaluan. Empat puluh, 45 juta dolar
untuk jet pribadi! Dan, menurut gosip di kalangan Circle of
Barristers, pabrik Gulfstream tidak bisa membuatnya
cukup cepat untuk melayani permintaan. Pesanan mereka
menumpuk untuk produksi dua tahun! Menit demi menit
berlalu hingga mereka mencapai ketinggian jelajah, lalu
Julia menghilang ke dapur. French terbangun dari
meditasinya, minum seteguk lagi. "Apakah semua yang
ditulis di Journal itu benar?" ia bertanya, jauh lebih tenang
sekarang. Clay mendapat kesan bahwa suasana hati
French berubah sangat cepat dan dramatis. "Mereka
benar." "Aku pernah dua kali dimuat di halaman depan, tak
ada yang bagus. Tidak mengherankan bahwa mereka
tidak menyukai pengacara gugatan massal seperti kita.
Sebetulnya, tak ada yang suka, kau akan segera
mengetahuinya. Uang akan menyingkirkan citra negatif itu
Kau akan terbiasa dengannya. Kami semua begitu. Aku
sebenarnya pernah bertemu dengan ayahmu sekali."
Matanya menyipit dan bergerak kian kemari saat ia
berbicara, seolah ia terus memikirkan tiga kalimat di
depan. "Benarkah?" Clay tidak yakin ia mempercayainya.
"Dua puluh tahun yang lalu, aku bekerja di Departemen
Kehakiman. Kami memperkarakan sejumlah lahan suku
Indian. Orang-orang Indian itu membawa Jarrett Carter dari
D.C. dan peperangan pun berakhir. Ia sangat hebat."
Terima kasih," kata Clay dengan perasaan bangga luar
biasa. "Harus kukatakan padamu, Clay, seranganmu
dengan kasus Dyloft ini sungguh bagus. Dan sangat luar
biasa. Pada kebanyakan kasus, kabar tentang obat yang
buruk menyebar perlahan-lahan bersama makin banyaknya
pasien yang mengeluh. Dokter-dokter itu lamban sekali
dalam berkomunikasi. Mereka bekerja sama erat dengan
pabrik farmasi, jadi mereka tidak. punya alasan apa pun
untuk mengangkat masalah. Plus, di kebanyakan wilayah
yurisdiksi, dokter ikut digugat karena meresepkan obat itu.
Perlahan-lahan, pengacara mulai terlibat. Tiba-tiba saja,
tanpa alasan apa pun, ada darah dalam air seni Paman
Luke, dan sesudah ia mengamatinya selama satu atau dua
bulan ia akan pergi ke dokternya di Podunk, Louisiana.
Dan si dokter akhirnya memerintahkannya berhenti
memata obat ajaib baru yang SuT resepkan. Paman Luke
mungkm perg, menemui pengacara keluarga, biasanya
pengacara kota kecil yang kerjanya mengurus surat wasiat
dan perceraian dan kebanyakan tidak tahu adanya peluang
menuntut ganti kerugian besar bila ia mendapat kasus.
Perlu waktu lama sampai obat-obat buruk ini ditemukan.
Apt yang kaulakukan sangatlah unik." Clay puas dengan
mengangguk dan mendengarkan. French puas dengan
memimpin pembicaraan. Ini tentu mengarah ke sesuatu.
R?^-< "Hal ini membuatku berkesimpulan bahwa kau
punya informasi dari dalam." Diam sejenak, jeda singkat di
mana Clay diberi kesempatan untuk meng-konfinnasikan
bahwa ia memang punya informasi dari dalam. Tapi ia
tidak memberi petunjuk apa pun. "Aku punya jaringan
pengacara dan kontak yang sangat luas di seluruh penjuru
negeri. Tak satu pun, tak seorang pun, pernah mendengar
ada masalah dengan Dyloft sampai beberapa minggu
yang lalu. Di biro hukumku aku punya dua pengacara yang
menggarap penelitian awal terhadap obat itu, tapi hasilnya
masih jauh untuk mengajukan gugatan ke pengadilan.
Sekonyong-konyong, aku melihat berita tentang
seranganmu dan wajahmu yang tersenyum di halaman
depan The Wall Street Journal. Aku tahu bagaimana
permainan ini dimainkan,- Clay, dan aku tahu kau punya
informasi dari dalam." "Benar. Dan aku takkan pernah
menceritakannya kepada siapa pun." "Bagus, bu
membuatku merasa lebih lega. Aku melihat iklan-iklanmu.
Kami memantau hal-hal semacam itu di setiap wilayah
pasar. Lumayan. Sesungguhnya, iklan lima belas detik
yang kaugunakah itu terbukti sebagai cara paling efektif.
Apakah kau tahu itu?" 'Tidak." "Hantam mereka keras-
keras di waktu malam dan dini hari. Pesan pendek untuk
menakuti mereka, lalu nomor telepon di mana mereka bisa
mendapatkan bantuan. Aku telah melakukannya seribu kali.
Berapa kasus yang sudah kaudapatkan?" "Sulit
menentukannya. Mereka harus melakukan analisis awal
pada urine mereka. Telepon tak pernah berhenti
berdering." "Iklanku sendiri akan mulai besok. Aku punya
enam orang yang tidak melakukan hal lain kecuali
menggarap iklan. Bisakah kau percaya? Enam orang
bekerja penuh hanya untuk menangani iklan. Dan mereka
tidak murah." Julia muncul membawa dua piring makanan
—satu berisi udang dan satu dipenuhi keju dan berbagai
macam daging—prosciutto, salami, dan beberapa
makanan lain yang namanya tidak diketahui Clay. "Sebotol
anggur putih Chili," Patton berkata "Pasti sudah dingin
sekarang. "Kau suka anggur?" ia bertanya sambil
menyambar udang pada buntutnya. "Sedikit. Aku bukan
pakar." "Aku sangat suka anggur. Di pesawat ini aku
menyimpan seratus botol." Udang lagi. "Omong-omong,
kami perhitungkan ada sekitar lima puluh sampai seratus
ribu kasus Dyloft. Angka itu rasanya cukup mendekati?" . . .
„ "Seratus ribu mungkin perkiraan tertinggi, Clay berkata
hati-hati. 233 232 "Aku agak khawatir dengan Ackerman
Labs, Sebelum ini aku pernah dua kali menggugat mereka,
kau tahu?" "Aku tidak tahu." "Sepuluh tahun lalu, waktu
mereka punya banyak uang. Mereka dulu punya satu-dua
CEO yang melakukan sejumlah akuisisi curang. Kini
mereka punya utang sebesar sepuluh miliar dolar. Sungguh
tolol. Khas kejadian tahun 1990-an. Bank menyodor-
nyodorkan uang kepada perusahaan-perusahaan blue
chip, yang langsung mengambilnya dan mencoba membeli
seluruh dunia. Bagaimanapun juga, Ackerman tidak dalam
bahaya mengalami kebangkrutan atau apa pun seperti itu.
Mereka punya asuransi." Sampai di sini French rupanya
memancing dan Clay memutuskan memakan umpan itu.
"Mereka sedikitnya punya asuransi sebesar tiga ratus juta
dolar," katanya. "Dan mungkin setengah miliar
dialokasikan untuk Dyloft." French tersenyum dan nyaris
meneteskan liur mendengar informasi ini. Ia tidak bisa dan
tidak berusaha menyembunyikan kekagumannya "Hebat
sekali, Nak, luar biasa. Sebagus apa informasi orang
dalam yang kaumiliki?" "Bagus sekali. Kami punya orang
dalam yang bersedia menumpahkan segala informasi, dan
kami punya laporan laboratorium yang tak seharusnya
mereka miliki Ackerman tidak mungkin berani membawa
Dyloft untuk diadili juri." "Mengagumkan," ia berkata sambil
memejamkan mata dan menyerap kata-kata ini.
Pengacara yang tak punya perkara lalu mendapatkan
kasus pertama af I menangani kecelakaan mobil tak
mungkin lebih bahagia dari ini. Julia kembali sambil
membawa anggur, yang ia mang ke dalam dua gelas
anggur yang tak terkirakan harganya. French membaurnya
baik-baik dan mengevaluasinya perlahan-lahan, dan ketika
sudah puas ia minum seteguk. Ia mendecakkan bibir dan
menganggukkan kepala, lalu mencondongkan badan untuk
meneruskan gosip. "Ada sensasi luar biasa ketika
mengetahui perusahaan besar, kaya, dan ternama
melakukan sesuatu yang buruk. Rasanya lebih hebat
daripada seks, Clay, lebih hebat daripada seks. Itu sensasi
terhebat yang -kukenal. Kau tangkap basah bangsat-
bangsat rakus itu mengedarkan produk buruk yang
mencelakai orang-orang tak berdosa dan kau, si
pengacara, harus menghukum mereka. Untuk itulah aku
hidup. Memang, uangnya sangat sensasional, tapi uang itu
datang sesudah kau menangkap mereka. Aku takkan
pernah berhenti, tak peduli berapa banyak uang yang
kuperoleh. Orang-orang berpendapat aku serakah sebab
aku bisa saja berhenti dan hidup -di pantai sepanjang sisa
hidupku. Membosankan! Aku lebih suka bekerja seratus
jam seminggu mencoba menangkap bajingan-bajingan
besar itu. Itulah hidupku." Pada saat itu, gelora
semangatnya terasa menular. Wajahnya bersinar-sinar
dengan fanatisme. Ia mengembuskan napas dengan berat,
lalu bertanya "Kau suka anggur ini?" '• "Tidak, rasanya
seperti minyak tanah," kata Clay. "Kau benar. Julia!
Singkirkan ini! Bawakan kami sebotol MeursauTt yang kita
beli kemarin." Tapi, pertama-tama Julia membawakan
telepon. "Dari Muriel." French menyambarnya dan berkata
"Halo." Julia membungkuk dan, hampir berbisik, ia
berkata, "Muriel sekretaris kepala, si Ibu Asrama. Muriel
selalu bisa menghubunginya sedangkan istri-istrinya tidak."
French menutup telepon dan berkata, "Coba kutawarkan
satu skenario untukmu, Clay. Dan kujanjikan padamu
bahwa ini dirancang agar kau mendapatkan lebih banyak
uang dalam waktu lebih singkat. Jauh lebih banyak." "Aku
mendengarkan." "Aku akhirnya akan menjaring kasus
Dyloft sebanyak dirimu. Kini sesudah kau membuka pintu,
ratusan pengacara lain akan memburu kasus ini. Kita, kau
dan aku. bisa mengendalikan litigasinya kalau kita
memindahkan gugatanmu dari D.C. ke wilayahku di
Mississippi. Itu akan membuat Ackerman Labs ketakutan
setengah mati, lebih daripada apa pun yang bisa
kaubayangkan. Mereka sekarang sudah khawatir sebab
kau menghantam mereka di D.C, tapi mereka juga
berpikir, 'Ah, ia cuma pelonco, belum pernah ke sini, belum
pernah menangani kasus gugatan massal, ini gugatan
class action-nya. yang pertama,' dan seterusnya Tapi kalau
kita gabungkan kasusmu dengan kasusku, gabungkan
semuanya menjadi satu gugatan class action, dan
memindahkan perkaranya ke Mississippi, maka Ackerman
akan mengalami serangan jantang hebat." Clay dipenuhi
keraguan dan pertanyaan. "Aku mendengarkan," itu saja
yang bisa dikatakannya. "Kau tetap tangani kasusmu,
aku*tangani milikku. 236 Kita gabungkan semuanya dan
sementara pengacara-pengacara lain ikut menjaring kasus
ini, aku akan menghadap hakim pengadilan dan
memintanya menunjuk suatu komite pengawas mewakili
semua penggugat. Aku selalu melakukannya. Aku akan
jadi ketuanya. Kau akan-duduk dalam komite itu sebab kau
yang pertama memasukkan gugatan. Kita akan memantau,
litigasi Dyloft, menyidangkannya, dan mengorganisir
segalanya meskipun pasti sangat sulit melakukannya bila
kita bekerja bersama segerombolan pengacara sombong.
Aku sudah puluhan kali melakukannya.. Komite itu akan
memberi kita kendali. Kita akan segera mulai bernegosiasi
dengan Ackerman. Aku kenal pengacara-pengacara
mereka. Kalau informasi dari orang dalam itu sekuat yang
kaukatakan, kita akan mendesak mereka dengan hebat
untuk menyelesaikan perkaranya segera." "Secepat apa?"
'Tergantung pada beberapa faktor. Berapa banyak kasus
sebenarnya ada di luar sana? Secepat apa kita bisa
menjaringnya? Berapa banyak pengacara lain yang ikut
memanfaatkan keramaian ini? Dan, yang paling penting,
sejauh mana obat itu merugikan kesehatan klien kita."
"Tidak terlalu hebat Sebetulnya semua tumor itu jinak."
French mendengarkan ini, mulanya mengernyit mendengar
kabar buruk itu, lalu dengan cepat melihat sisi baiknya.
"Lebih baik lagi. Pengobatannya adalah bedah
sitoskopis." "Benar. Prosedur rawat jalan yang bisa
dilakukan ' dengan biaya sekitar seribu dolar." "Dan
prognosis jangka panjangnya?" "Sembuh total
Menyingkirlah dari Dyloft dan hidup akan kembali menjadi
normal, yang bagi sejumlah pendenta arthritis ini tidaklah
menyenangkan." French membaui anggurnya, memutar-
mutar gelas, dan akhirnya menyesapnya. "Jauh lebih
bagus, bukan begitu menurutmu?" "Ya," kata Clay. "Tahun
lalu aku melakukan tur mencicip anggur di Burgundy.
Seminggu kuhabiskan untuk membaui dan
meludahkannya. Sungguh menyenangkan." Satu tegukan
lagi sementara ia merenung dan mengurutkan prioritas tiga
gagasan berikutnya, tanpa meludahkan anggurnya "Itu
lebih baik lagi," kata French. "Jelas lebih baik bagi pasien
kita sebab mereka tidak sakit terlalu parah. Lebih baik
bagi kita sebab uang penyelesaian perkaranya akan lebih
cepat beres. Kuncinya di sini adalah menjaring kasus-
kasus itu. Makin banyak kasus yang kita dapatkan, makin
besar kendali yang kita miliki atas gugatan class action ini.
Makin banyak kasus, makin besar uang jasa kita." "Aku
mengerti." "Berapa banyak uang yang kausisihkan untuk
iklan?" "Dua juta" "Lumayan, sangat lumayan." French ingin
menanyakan dari mana sebenarnya pelonco punya dua
juta dolar untuk biaya iklan? Tapi ia mengendalikan diri dan
tidak menanyakannya. Terasa tenaga pesawat terbang itu
berkurang saat hidungnya sedikit turun. "Berapa lama kita
sampai ke New York?" tanya Clay. 238 "Dari D.C. sekitar
empat puluh menit. Burung kecil ini terbang dengan
kecepatan enam ratus mil per jam." "Bandara mana?"
"Teterboro, di New Jersey. Semua pesawat jet pribadi
menuju ke sana." "Jadi itulah sebabnya aku belum pernah
mendengarnya." "Pesawat jetmu akan segera datang,
Clay, bersiaplah. Kau bisa mengambil semua mainanku,
sisakan saja satu jet untukku. Kau harus punya satu." "Aku
akan pakai punyamu saja." "Mulailah dengan pesawat Lear
kecil. Kau bisa membelinya kapan saja seharga dua juta
dolar. Kau perlu dua pilot, masing-masing gajinya tujuh
puluh lima ribu. Itu hanya bagian dari biaya overhead. Kau
harus punya. Kau akan tahu." Untuk pertama kali dalam
hidupnya Clay mendapat nasihat tentang pesawat jet. Julia
membereskan nampan-nampan makanan dan
mengatakan-mereka akan mendarat lima menit lagi. Clay
jadi terpesona oleh pemandangan kaki langit Manhattan di
sebelah timur. French tertidur. Mereka mendarat dan
meluncur melewati sederet terminal pesawat pribadi, di
mana puluhan jet bagus diparkir atau diservis. "Di sini kau
akan melihat lebih banyak jet pribadi daripada di tempat
lain mana pun di dunia," French menerangkan ketika
mereka memandang ke luar jendela. "Semua orang kaya
di Manhattan memarkir pesawat mereka di sini. Hanya 45
menit bermobil ke kota. Kalau kau benar-benar punya
uang, kau punya helikopter sendiri untuk membawamu dari
sini ke kota. Hanya butuh waktu. sepuluh menit" "Apakah
kita punya helikopter?" Clay bertanya. "Tidak. Tapi
seandainya aku tinggal di sini, aku akan punya satu."
Limusin menjemput mereka di landasan, hanya beberapa
meter dari tempat mereka turun dari pesawat. Para pilot
dan Julia tetap tinggal di pesawat, berberes dan pasti
sedang memastikan anggur didinginkan untuk
penerbangan berikutnya. The Peninsula," kata French
pada sopir. TYa, Sir, Mr. French," jawabnya. Apakah ini
limo sewaan atau milik Patton sendiri? Pengacara gugatan
massal terhebat di dunia pasti. tidak akan memakai mobil
sewaan. Clay memutuskan untuk membiarkan pertanyaan
itu lewat. Apa bedanya? "Aku ingin tahu tentang iklanmu,"
French berkata, sewaktu mereka bergerak di tengah
padatnya lalu lintas New Jersey. "Kapan kau mulai
menayangkannya?" "Malam Senin, di sembilan puluh
wilayah pasar, dari Pantai Barat ke Timur." "Bagaimana
kau memprosesnya?" "Sembilan orang menerima telepon
—tujuh paralegal, dua pengacara. Kami menerima dua ribu
telepon hari Senin kemarin, tiga ribu kemarin. Sims Web
Dyloft kami diakses delapan ribu orang setiap hari.
Dengan asumsi rasio hit yang biasa, kira-kira sudah ada
seribu Mien." "Dan berapa banyak orang yang mungkin
menderita efek sampingnya?" "Menurut sumberku, yang
sejauh ani cukup akurat, 240 jumlahnya antara lima puluh
sampai tujuh puluh lima ribu." "Aku ingin bertemu
sumbermu." "Lupakan saja." French membunyikan buku-
buku jari dan mencoba menerima penolakan ini. "Kita
harus menjaring kasus-kasus ini, Clay. Iklanku akan mulai
besok. Bagaimana kalau kita membagi negeri ini? Kau
ambil wilayah Utara dan Timur, beri aku wilayah Selatan
dan Barat. Akan lebih mudah membidik pasar yang lebih
sempit, dan jauh lebih mudah lagi menangani kasusnya.
Ada pengacara di Miami yang akan muncul di televisi
beberapa hari yang akan datang. Dan ada lagi di
California yang, berani kupastikan padamu, saat ini
sedang menjiplak iklanmu. Kita adalah ikan-ikan hiu, oke.
Burung-burung pemangsa, tidak lain tidak bukan.
Perlombaan menuju pengadilan sudah dimulai, Clay. Kita
sudah jauh mendahului, tapi gerombolan itu berlari
menyusul." "Aku kerja sebaik mungkin." "Beri aku
anggaranmu," kata French, seolah ia dan Clay sudah
berbisnis bersama selama bertahun-tahun. Apa salahnya?
pikir Clay. Duduk bersama di belakang limo itu, mereka
jelas seperti mitra. "Dua juta untuk iklan, dua juta lagi untuk
analisis urine." "Inilah yang akan kita lakukan," French
berkata tanpa sedikit pun jeda dalam percakapan.
"Alokasikan seluruh uangmu untuk iklan. Jaring kasus itu
sebanyak-banyaknya, oke! Aku akan menyetorkan uang
untuk urinalisis itu, seluruhnya, dan kita akan paksa
Ackerman Labs menggantinya saat kita membereskan
perkara di luar pengadilan. Itu bagian normal dari setiap
penyelesaian perkara, memaksa si perusahaan
membiayai semua biaya medis." "Satu tes biayanya tiga
ratus dolar." "Kau ditipu. Aku akan mencari analis dan kita
akan melakukannya dengan biaya lebih murah." Ini
mengingatkan French pada suatu cerita di awal litigasi
Skinny Ben. Ia mengubah empat bus Greyhound menjadi
klinik berjalan dan menjelajahi seluruh penjuru negeri untuk
melakukan screening terhadap klien-klien potensial. Clay
mendengarkan dengan minat yang semakin luntur
sementara mereka melintasi George Washington Bridge.
Sam cerita lain menyusul. Suite Clay di The Peninsula
menghadap ke Fifth Avenue. Segera setelah aman
terkunci di dalam, jauh dari Patton French, ia menyambar
telepon dan mulai mencari Max Pace. Nomor telepon
seluler ketiga mencapai Pace di lokasi yang dirahasiakan.
Laki-laki tanpa rumah itu makin jarang saja berada di D.C.
beberapa minggu terakhir ini. Tentu saja ia sedang
memadamkan kebakaran lain, membatalkan gugatan
perkara untuk klien lain yang nakal, meskipun ia tidak
mengakui hal itu. Memang tidak perlu. Saat ini Clay sudah
mengenalnya cukup baik untuk tahu ia pemadam
kebakaran yang banyak dicari. Tak ada kekurangan
produk cacat di luar sana. Clay terkejut ketika menyadari
betapa ia terhibur mendengar suara Pace. Ia menerangkan
bahwa ia berada di New York, bersama siapa dan
mengapa ia ada di sana. Kata pertama Pace
membuyarkan segalanya. "Cemerlang," katanya. "Sangat
cemerlang." "Kau kenal dia?" "Setiap orang dalam bisnis
ini kenal Patton French," kata Pace. "Aku tidak pernah
berurusan dengannya, tapi ia legenda." Clay menceritakan
persyaratan-persyaratan tawaran French. Pace dengan
cepat memahaminya dan mulai berpikir jauh ke depan.
"Kalau kau memasukkan gugatan lagi di Biloxi,
Mississippi, nilai saham Ackerman akan terpukul lagi,"
katanya. "Saat mi mereka sudah dalam tekanan luar biasa
—tekanan dari bank mereka dan dari pemegang saham.
Ini cemerlang, Clay. Lakukanlah!" "Oke. Baik." "Dan amati
New York Times besok pagi. Ada berita besar tentang
Dyloft. Laporan medis pertama sudah keluar. Ini pasti
menghancurkan." "Bagus." Ia mengambil bir dari mini bar
—harganya delapan dolar tapi siapa peduli—lama sekali
ia duduk di depan jendela dan mengamati hiruk-pikuk di
Fifth Avenue. Rasanya sama sekali tak enak, dipaksa
bergantung pada Max Pace guna mendapatkan nasihat,
tetapi tak ada orang lain baginya untuk tempat berpaling.
Tak seorang pun, bahkan tidak pula ayahnya, pernah
dihadapkan pada pilihan semacam ini: "Mari kita
pindahkan lima ribu kasusmu ke sini dan satukan dengan
lima ribu kasusku, dan kita tidak mengajukan dua gugatan
class action melainkan satu saja, dan aku akan sisihkan
satu atau dua juta dolar untuk pemeriksaan medis
sementara kau menambah anggaran iklanmu dua kati lipat,
dan kita akan meraup empat puluh persen dari uang
peerkara, lalu dipotong pengeluaran, maka kita akan
menangguk harta karun. Bagaimana pendapatmu, Clay?"
Dalam satu bulan terakhir ini ia memperoleh uang lebih
banyak daripada yang pernah diimpikannya. ¦ KM, setelah
segalanya berkembang di luar kendati, ia merasa seakan-
akan ia menghamburkannya lebih cepat lagi. Besarkan
nyalimu, ia terus berkata pada diri sendiri, ini peluang
langka. Besarkan nyali, hajar dengan cepat, ambil
kesempatan, lemparkan dadu, dan kau bisa kaya raya tak
terkira. Ada suara lain yang terus mendesaknya agar
memelankan langkah, jangan menghamburkan uang itu,
kuburkan dan milikilah selamanya. Ia telah memindahkan
satu juta dolar ke rekening di luar negeri, bukan untuk
menyembunyikannya tapi untuk melindunginya. Ia takkan
pernah menyentuhnya, bagaimanapun keadaannya.
Seandainya ia keliru mengambil pilihan dan menghabiskan
seluruh uangnya dalam pertaruhan, ia masih tetap punya
uang untuk menikmati hidup di pantai. Ia akan menyelinap
keluar dari kota seperti ayahnya dan takkan pernah
kembali lagi. Satu juta dolar di rekening rahasia itu adalah
kompromi yang ia ambil. Ia mencoba menelepon kantor
tetapi semua saluran telepon sibuk, pertanda baik. Dengan
ponsel ia menghubungi Jonah yang sedang duduk di
belakang meja kerjanya. "Di sini suasananya kisruh," kata
Jonah, sangat letih. "Kacau balau." "Bagus!" "Bagaimana
kalau kau kembali ke sini dan membantu?" "Besok." Pada
pukul 19.32, Clay menghidupkan televisi dan menemukan
iklannya pada sebuah saluran televisi. kabel. Dyloft
kedengaran lebih mengerikan lagi di New York. 245 Makan
malam dilakukan di Montrachet, bukan karena
makanannva. yang memang sangat enak, tetapi karena
daftar pilihan anggurnya, yang memang lebih tebal
daripada tempat-tempat lain di New York. French ingin
mencicipi beberapa jenis anggur merah burgundy dengan
daging sapi mudanya. Lima botol dibawa ke meja dengan
gelas yang berbeda untuk setiap jenis anggur. Tak banyak
tempat yang tersisa untuk roti dan mentega. Si sommelier,
pelayan khusus untuk menyajikan anggur, dan Patton
mengoceh dalam bahasa lain ketika membicarakan isi
masing-masing botol. Clay bosan dengan seluruh proses
itu. Segelas bir dan hamburger mungkin pilihan yang lebih
ia sukai, meskipun ia bisa melihat seleranya akan berubah
drastis dalam waktu dekat. Ketika anggur sudah dibuka
dan menyebarkan baunya French berkata "Aku menelepon
ke kantor. Pengacara di Miami itu sudah mengudara
dengan iklan Dyloft-hya Ia mendirikan dua klinik
pemeriksaan dan menggiring mereka ke sana seperti
ternak. Namanya Carlos Hernandez, dan ia sangat bagus."
"Orang-orangku tidak bisa menjawab semua telepon
masuk," kata Clay. "Apakah kita akan bekerja sama?" kata
French. "Mari kita bicarakan kerja samanya." Dengan
ucapan itu French langsung mengeluarkan dokumen
terlipat. "Itulah memo kerja samanya," ia berkata,
mengangsurkannya sambil meraih botol anggur pertama.
"Isinya ringkasan dari apa yang telah kita diskusikan
sejauh ini." Clay membacanya dengan cermat dan
membubuhkan tanda tangan di bagian bawah. French,
sambil meneguk anggur, menandatanganinya juga, dan
kemitraan itu pun lahirlah. "Mari kita masukkan gugatan
class action-nya di Biloxi besok," kata French. "Aku akan
segera melakukannya begitu aku pulang. Aku punya dua
pengacara yang sedang menggarapnya sekarang. Segera
sesudah dimasukkan ke pengadilan, kau bisa mencabut
gugatanmu di D.C. sini. Aku kenal penasihat hukum
Ackerman Labs. Kurasa aku bisa bicara dengannya. Kalau
perusahaan itu langsung bersedia bernegosisasi dengan
kita tanpa melibatkan penasihat hukum luar, maka mereka
bisa menghemat sangat banyak dan memberikan uang itu
pada kita. Dan itu akan sangat mempercepat urusan,
Kalau pengacara luar mereka yang bertanggung jawab
menangani negosiasi, maka kita bisa menghamburkan
setengah tahun dengan sia-sia" "Sekitar seratus juta dolar,
bukan?" "Sekitar itulah. Itu bisa jadi uang kita." Telepon
berdering di salah satu saku dan French mengeluarkannya
dengan tangan kiri sambil memegangi gelas anggur
dengan tangan kanan. "Maaf," katanya pada Clay. Itu
pembicaraan tentang Dyloft dengan pengacara lain,
seseorang di Texas, jelas teman lama orang yang bisa
bicara lebih cepat daripada Patton French. . Kelakarnya
sopan, tapi French bersikap hati-hati. Ketika menutup
telepon, ia berkata "Sialan!" "Ada pesaing?" 'Tesaing
serius. Namanya Vic Brcnnan, pengacara besar di
Houston, sangat cerdik dan agresif. Ia pun 247 terjun
dalam urusan Dyloft dan ingin tahu rencani permainan kita."
"Ia tidak mendapatkan apa pun darimu." 'Ia tahu. Ia akan
meluncurkan iklan besok—radio, televisi, koran. Ia akan
menangguk beberapa ribu kasus." Selama beberapa saat,
ia menghibur diri dengan seteguk anggur, tegukan yang
membuatnya tersenyum. 'Terlombaan ini sudah dimulai,
Clay. Kita harus menjaring kasus-kasus itu." "Keadaannya
akan lebih gila lagi," kata Clay. Mulut French terisi penuh
dengan Pinot Noir, sehingga ia tidak bisa berbicara.
"Apa?" wajahnya bertanya "Besok pagi, akan ada berita
besar di New York Times. Laporan penelitian pertama
tentang keburukan Dyloft, menurut sumberku." Keliru
menyebutkan itu dalam santap malam seperti ira. French
langsung melupakan daging sapinya, yang masih dimasak
di dapur. Dan ia lupa pada anggur-anggur mahal yang
memenuhi mejanya, meskipun berhasil juga
menghabiskannya selama tiga jam mendatang. Tetapi
pengacara gugatan massal macam apakah yang bisa
memusatkan perhatian pada makanan dan anggur bila
hanya beberapa jam lagi New York Times akan
mengungkapkan calon tersangkanya beserta obatnya yang
berbahaya? Telepon berdering dan cuaca di luar masih
gelap Ketika berhasil memusatkan pandangan ke jam
dinding, ia melihat waktu menunjukkan pukul enam kurang
seperempat. "Bangun!" geram French padanya "Dan buka
pintunya." Begitu ia membuka kunci, French
mendorongnya hingga terbuka dan berjalan lewat dengan
membawa koran dan secangkir kopi. "Sungguh tak bisa
dipercaya!" ia berkata, sambil melemparkan koran Times
itu ke atas ranjang Clay "Jangan tidur saja seharian, Nak.
Bacalah ini!" Ia memakai pakaian hotel, jubah mandi dari
kain handuk, dan sepatu mandi putih. "Sekarang belum
lagi pukul enam." "Tak pernah aku tidur sampai lewat pukul
lima selama tiga puluh tahun ini. Terlalu banyak kasus di
luar sana." Clay tidak memakai apa pun kecuali celana
dalam. French meneguk kopi dan membaca berita itu lagi,
memandang tajam ke bawah melalui hidungnya yang tidak
mancung dan kacamata yang bertengger di ujungnya. Tak
ada tanda-tanda sisa mabuk. Clay jadi bosan dengan
anggur-anggur itu, yang baginya toh terasa sama saja, dan
mengakhiri malam dengan minum air botolan. French
meneruskan pertempuran, bertekad mengumumkan
pemenang di antara lima anggur burgundy itu, meskipun
perhatiannya begitu terpikat oleh Dyloft sehingga hatinya
tidak tercurah ke sana. Atlantic Journal of Medicine
melaporkan bahwa dylofedamint, yang dikenal sebagai
Dyloft, dikaitkan dengan timbulnya tumor kandung kemih
pada sekitar enam persen pasien yang telah
menggunakannya selama setahun. "Naik dari lima persen,"
Clay berkata saat ia membaca "Bukankah itu bagus?"
tanya French. Tidak kalau kau termasuk dalam enam
persen itu." "Aku tidak." Beberapa dokter sudah menarik
obat itu. Ackerman Labs memberikan penyangkalan
lemah, mengalihkan kesalahan, seperti biasa ke
pengacara-pengacara rakus, meskipun perusahaan itu
tampak agak gentar. Tak ada komentar dari FDA.
Seorang dokter di Chicago menulis artikel setengah kolom
tentang betapa hebatnya obat itu, betapa puas pasien-
pasiennya menggunakan obat tersebut Kabar baiknya,
kalau memang bisa disebut demikian, tumor tersebut
tampaknya tidak ganas, setidaknya sampai sejauh ini.
Saat Clay membaca berita itu, ia merasa Max Pace
sepertinya sudah membaca itu sebulan yang lalu. Hanya
ada satu alinea tentang gugatan class action yang diajukan
di D.C. pada hari Senin, dan tidak disebut-sebut tentang
pengacara muda yang mengajukannya fiai£n Saham
Ackerman terjerembap dari $42,50 Senin pagi menjadi
132,50 pada penutupan hari Rabu. "Seharusnya kujual
saham keparat itu," gumam French. Clay menggigit lidah
dan menyimpan rahasia salah satu dari beberapa rahasia
yang disimpannya dalam 24 jam terakhir ini. "Kita bisa
membacanya lagi di pesawat," kata French. "Ayo kita
pergi dari sini." 250 Harga saham itu mencapaj $28 saat
Clay melangkah masuk ke kantornya dan mencoba
menyapa stafnya yang kecapekan. Ia online dengan suatu
situs Web di Internet untuk memantau informasi pasar
terakhir dan mengeceknya setiap lima belas menit,
menghitung keuntungan yang diperolehnya. Karena ia
menghamburkan uang di satu medan, rasanya melegakan
juga melihat ada keuntungan di medan lain. Jonah adalah
orang pertama yang mampir. "Kami di sini sampai tengah
malam kemarin," katanya. "Sungguh gila." 'Keadaan akan
jadi lebih gila lagi. Kita akan menggandakan iklan TV."
"Kita sudah tidak bisa melayani semuanya sekarang."
"Pekerjakan beberapa paralegal kontrak." "Kita butuh
orang-orang komputer, sedikitnya dua lagi. Kita tidak bisa
cukup cepat memasukkan data." "Bisakah kau
mendapatkan orang-orang itu?" * "Mungkin beberapa
pekerja kontrak. Aku kenal satu atau dua orang yang
mungkin bisa bekerja malam dan lembur." "Pekerjakan
mereka." Jonah hendak berlalu, lalu berbal i k dan menutup
pintu di belakangnya. "Clay, dengar, ini hanya antara kau
dan aku, ya?" Clay melihat sekeliling kantor dan tak melihat
ada orang lain. "Ada apa?" "Well kau memang orang yang
pintar. Tapi tahukah kau apa yang sedang kaulakukan di
sini? Maksudku, kau memakai uang lebih cepat «tanpsd.
siapa pun. Bagaimana kalau sampai terjadi apa-apa? 251
"Kau khawatir?** "Kami semua agak khawatir, oke? Biro
hukum ini melesat dengan awai yang hebat. Kami ingin
tetap di -sini, bersenang-senang dan menghasilkan uang
dan semua itu. Tapi bagaimana kalau kau keliru dan jatuh
terjengkang? Ini pertanyaan yang wajar." Clay berjalan
memutar ke pinggir meja tulisnya dan duduk di sudut. "Aku
akan sangat jujur denganmu. Kupikir aku tahu apa yang
kulakukan, tapi karena belum pernah melakukan hal ini
sebelumnya, aku tidak bisa pasti. Ini pertaruhan besar.
Kalau aku menang, kita semua akan meraup uang dalam
jumlah yang sangat besar. Kalau aku kalah, kita masih
tetap dalam bisnis ini. Cuma kita tidak akan kaya." "Kalau
kau ada waktu, katakan pada yang lain, oke?" "Ya"
Istirahat siang hanyalah jeda sepuluh menit untuk makan
sandwich di mang rapat. Jonah punya angka-angka
terakhir. Selama tiga hari pertama, sambungan hot tine
mereka menerima 7.100 telepon dan situs Web itu- rata-
rata menerima 8.000 pertanyaan setiap hari. Paket-paket
informasi dan kontrak untuk layanan hukum sudah
diposkan secepat mungkin, meskipun mereka tetap
ketinggalan. Clay memberi Jonah wewenang untuk
mempekerjakan dua asisten komputer parowaktu. Paulette
ditegaskan mencari tiga atau empat paralegal tambahan
untuk bekerja di Sweatshop mereka. Dan Miss Glick
diperintahkan menyewa juru tulis kontrak sebanyak yang
diperlukan untuk menangani korespondensi dengan klien.
Clay menceritakan pertemuannya dengan Patton French
dan menjelaskan strategi hukum baru mereka, la
memperlihatkan artikel di Times pada mereka; mereka
sebelumnya terlalu sibuk untuk memperhatikannya.
"Perlombaan sudah dimulai, Sobat," ia berkata, mencoba
sebisanya memotivasi orang-orang yang letih itu. "Ikan-
ikan hiu itu memburu klien kita" "Kitalah ikan hiu itu," kata
Paulette. Patton French menelepon menjelang sore dan
melaporkan bahwa gugatan class action itu sudah
diperbaiki sehingga mencantumkan juga penggugat dari
Mississippi dan kemudian didaftarkan di pengadilan Biloxi.
"Kita telah menempatkannya di tempat yang kita inginkan,
Sobat," katanya. "Aku akan mencabut yang di sini besok"
Clay berkata berharap sebaliknya. "Kau akan memberi
kisikan pada pers?" "Aku tidak berencana begitu," kata
Clay. Ia tidak tahu bagaimana cara memberi kisikan pada
pers. "Biar aku yang menanganinya" Perdagangan saham
Ackerman Labs dimtup hari itu dengan harga $26,25,
berarti di atas kertas Clay memperoleh keuntungan
sebesar $1.625.000 bila ia melakukan transaksi beli dan
menutup spekulasi penjualan jangka pendeknya. Ia
memutuskan menunggu. Kabar tentang pengajuan gugatan
di Biloxi akan muncui besok pagi, dan berita itu tidak akan
mengakibatkan apa-apa kecuali makin menjatuhkan nilai
saham itu. Tengah malam ia duduk di belakang meja tulis,
mengobrol dengan seorang laki-laki di Seattle yang sudah
hampir setahun memakai Dyloft dan kini ketakut» ia
mungkin meng,dap tumor Clav nya «gar secepatnya
menemui dokter unn i"*"88'1^ analisis urine, la member,
tahukan situs W »!*enjalani berjanji untuk mengirimkan
paket info J! • dan Pagi-pagi. Ketika mereka mengakhiri
teta ' bes°k lak, itu di ambang tangis. Cpon' 20 K, .ABAR
buruk terus membuntuti _— Dyloft, si obat ajaib. Dua
penelitian medis lain diterbitkan, salah satunya dengan
meyakinkan mengemukakan bahwa Ackerman Labs tidak
mengungkapkan risetnya secara lengkap dan
menggunakan segala koneksi yang dimilikinya agar obat
tersebut disetujui. FDA akhirnya memerintahkan Dyloft
ditarik dari pasaran. Berita buruk itu, tentu saja, merupakan
kabar baik bagi para pengacara, dan hiruk-pikuk itu makin
menggila sewaktu mereka yang terlambat mulai ikut
bergabung. Pasien-pasien yang memakai Dyloft menerima
peringatan tertulis dari Ackerman Labs dan dan dokter
mereka sendiri, dan pesan-pesan menakutkan ini hampir
selalu diikuti bujukan tak memenangkan dari pengacara-
pengacara gugatan massal. Surat langsung sangat efektif.
Iklan surat kabar digunakan di setiap wilayah pasar yang
besar. Dan nomor-nomor telepon hot line bertebaran di
televisi. Ancaman adanya tumor yang tumbuh liar
mendorong semua pemakai Dyloft untuk menghubungi
pengacara. Belum pernah Patton French menyaksikan
gugatan vassal class action sebagus itu. Karena ia dan
Clay memenangkan lomba memasukkan gugatan d, Biloxi,
®aka gugatan merekalah yang pertama disahkan. Semua
penggugat Dyloft tain « "«g-jukan 255 gugatan class action
itu akan dipaksa bergabung dengan mereka, dan Komite
Pengawas Penggugat ¦ mengeruk tambahan uang jasa.
Hakim yang punya j hubungan baik dengan French sudah
menunjuk suatu ] komite beranggotakan lima pengacara^
—French, Clay, ' Carlos Hernandez dari Miami, dan dua
kroni lain dari New Orleans. Dalam teori, komite ini akan
menangani sidang yang besar dan rumit terhadap
Ackerman Labs. Dalam kenyataannya, mereka berlima
hanya akan menangani dokumen dan urusan administrasi
agar lima ribuan klien itu dan pengacara mereka agak
terorganisir. Penggugat Dyloft selalu bisa memilih "keluar"
dari gugatan class action ini, dan menggugat sendiri
Ackerman Labs dalam persidangan terpisah. Sementara
para pengacara di seluruh penjuru negeri mengumpulkan
kasus dan menyusun koalisi, konflik yang tak terelakkan itu
pun muncul. Beberapa tidak setuju dengan gugatan di
Biloxi dan ingin melakukannya sendui. Beberapa orang
muak terhadap Patton French. Beberapa lainnya
menginginkan persidangan di yurisdiksi mereka, dengan
peluang mendapatkan vonis ganti kerugian besar. Tetapi
French sudah berkali-kali terjun dalam pertempuran seperti
ini Ia hidup di pesawat Gulfstream-nya, terbang dari pantai
ke pantai, menemui pengacara-pengacara yang
mengumpulkan ratusan kasus, dan entah bagaimana
menjaga keutuhan koalisi yang rapuh itu: Uang
penyelesaian perkaranya akan lebih besar di Biloxi, ia
berjanji. Ia setiap hari berbicara dengan penasihat hukum
tetap Ackerman Labs, petarung tua yang telah ditempa
berbagai pertempuran dan sudah dua kali mencoba
mengundurkan diri tapi tak diperkenankan sang CEO.
Pesan French jelas dan sederhana—mari kita bicarakan
uang penyelesaian perkaranya sekarang, tanpa pengacara
luarmu, sebab kau tahu kau takkan maju ke sidang dengan
obat seperti ini. Ackerman mulai mendengarkan. Pada
pertengahan Agustus, French menyelenggarakan
pertemuan tingkat tinggi di antara para pengacara Dyloft di
randi-nya yang luas dekat Ketchum, Idaho, la menjelaskan
pada Clay bahwa kehadirannya, sebagai salah satu
anggota Komite Pengawas Penggugat merupakan
kewajiban, dan, sama pentingnya dengan hal itu, para
pengacara lain sangat ingin berkenalan dengan bintang
muda yang mengungkapkan kasus Dyloft ini. "Ditambah
lagi, dengan orang-orang ini. kau jangan sampai
melewatkan satu pertemuan pun, kalau tidak mereka akan
menikammu dari belakang." "Aku akan datang ke sana,"
kata Clay. "Aku akan mengirimkan jet," French
menawarkan. 'Tidak, terima kasih. Aku akan ke sana."
Clay menyewa Lear 35, pesawat jet kecil yang indah,
kurang-lebih sepertiga ukuran Gulfstream 5, tapi karena ia
bepergian seorang diri, maka pesawat itu cukup memadai.
Ia menemui pilot-pilotoya di terminal pribadi di bandara
nasional Reagan, di mana ia bergabung dan berbaur
dengan orang-orang penting lain, semuanya lebih tua, dan
mencoba setengah mati untuk berlagak tak ada yang
istimewa naik pesawat jetnya sendiri. Memang pesawat itu
dimiliki perusahaan penyewaan, tetapi selama tiga hari
mendatang pesawat itu miliknya. 256 Saat naik ke udara
menuju utara, ia memandang sungai Potomac di bawah,
lalu Lincoln Memorial, dan semua gedung di pusat kota. Di
sanalah gedung kantornya, dan di kejauhan, tak jauh dari
sana, kantor OPD. Apa kata Glenda dan Jermaine dan
orang-orang yang ia tinggalkan itu seandainya mereka
melihatnya sekarang? Apa kata Rebecca? Seandainya
Rebecca mau bertahan sebulan saja Sedikit sekali waktu
yang ia miliki untuk memikirkan Rebecca. Pesawat masuk
ke awan dan pemandangan itu pun-menghilang. Tak lama
kemudian, Washington sudah tertinggal bermil-mil. Clay
Carter berangkat menuju rapat rahasia dengan pengacara-
pengacara paling kaya di Amerika, para spesialis gugatan
massal, orang-orang yang punya otak dan nyali untuk
memburu perusahaan-perusahaan paling berkuasa. Dan
mereka ingin bertemu dengannya! Pesawat jetnya yang
paling kecil di bandara Ketehum-Sun Valley di Friedman,
Idaho. Sewaktu pesawatnya meluncur melewati jet-jet
Gulfstream dan Challenger, pikiran konyol bahwa jetnya
tidaklah memadai melintas dalam benaknya, bahwa ia
perlu yang lebih besar. Kemudian ia menertawakan diri
sendiri—inilah dia, di dalam kabin berlapis kulit di dalam
jet Lear seharga tiga juta dolar, dan ia masih berdebat
dengan diri sendiri apakah ia seharusnya memakai
pesawat 258 yang lebih besar. Setidaknya ia masih bisa
tertawa. Akan jadi apa dirinya bila sudah tidak bisa
tertawa? Mereka parkir di sebelah pesawat yang sudah
famillier, jet dengan nomor ekor 000MT. Nol, Nol, Nol,
Mass Tort, rumah terbang Patton French Jet itu membuat
tumpangan Clay jadi kerdil, dan selama satu detik ia
menengadah iri saat melihat jet dengan kemewahan
terhebat di dunia itu. Sebuah van sudah menanti, dengan
sosok di belakang kemudi yang tampak seperti koboi
palsu. Untunglah sopir itu bukan orang yang suka bicara,
dan Clay menikmati perjalanan selama 45 lima menit itu
dalam keheningan. Mereka berkelok-kelok naik di jalanan
yang makin sempit. Tidaklah mengejutkan, ranch milik
Patton sempurna seperti gambar di kartu pos dan sangat
baru. Rumahnya berupa bangunan dengan cukup banyak
sayap dan tingkat untuk menampung biro hukum berukuran
lumayan. Koboi lain mengambil tas Clay. "Mr. French
menunggu di dek belakang," ia berkata, seolah Clay sudah
berkahkah ke sana. Swiss sedang jadi topik percakapan
ketika Clay menemui mereka—resor ski terpencil yang
mereka sukai. Ia mendengarkan sesaat ketika mendekat.
Empat anggota lain Komite Pengawas Penggugat itu
bersantai di kursi, menghadap ke pegunungan, menikmati
cerutu hitam dan meneguk minuman. Ketika menyadari
kehadiran Clay, mereka langsung berdiri seakan hakim
baru saja memasuki mang sidang. Dalam tiga menit
pertama percakapan penuh semangat itu, ia disebut
"cemerlang", "cerdik", "bernyali", dan, yang jadi favoritnya,
"punya visi". 259 "Kau harus menceritakan pada kami
bagaimana kau menemukan Dyloft," Carlos Hernandez
berkata. "Ia takkan mau menceritakannya," French berkata
sambil mencampur suatu ramuan memabukkan untuk Clay.
"Ayolah." kata Wes Saulsberry, teman terbaru Clay. Dalam
waktu beberapa menit saja, Clay jadi tahu bahwa Wes
pernah mendapat setengah miliar dolar dalam
penyelesaian perkara tembakau tiga tahun sebelumnya.
"Aku disumpah untuk tutup mulut," kata Clay. Pengacara
lain dari New Orleans adalah Damon Didier, salah satu
pembicara dalam sesi yang dihadiri Clay pada pertemuan
akhir pekan Circle of Barristers. Wajah Didier membatu
dan sorot matanya tajam, dan Clay ingat pernah bertanya
dalam hati bagaimana orang seperti ini bisa mengambil
hati juri. Dengan segera ia tahu bahwa Didier menangguk
kekayaan ketika perahu sungai yang penuh mahasiswa
tenggelam di Danau Pontchartrain. Peristiwa yang amat
menyedihkan. Mereka butuh tanda jasa dan medali, seperti
layaknya pahlawan perang. Yang ini mereka berikan
padaku karena ledakan kapal tanker yang menewaskan
dua puluh orang. Aku mendapatkan yang ini karena
kebakaran yang menghanguskan beberapa orang di
pengeboran lepas pantai Yang besar ini dari Skinny Ben.
Ini, dari pertempuran melawan perusahaan rokok besar. Ini,
dari pertempuran melawan organisasi kesehatan. Karena
Clay tidak punya cerita perang, ia hanya mendengarkan.
Cerita Tarvan mungkin akan membuat mereka terenyak,
tapi ia tak pernah bisa menceritakannya. 260 Kepala
pelayan dengan kemeja model Roy Rogers memberitahu
Mr. French bahwa santap malam akan dihidangkan satu
jam lagi. Mereka pindah ke bawah, ke mang permainan
dengan meja biliar dan layar-layar lebar. Ada sekitar
selusin laki-laki kulit putih sedang minum dan berbicara,
beberapa memegangi tongkat biliar. "Anggota lain
persekongkolan im," Hernandez berbisik pada Clay.
Patton memperkenalkannya pada kelompok itu. Nama,
wajah, dan asal mereka dengan cepat menjadi kabur.
Seattle, Houston, Topeka, Boston, dan berbagai tempat
lain yang tidak ia tangkap. Dan Effingham, Illinois. Mereka
semua datang menghormati litigator muda "cemerlang"
yang telah mengguncang mereka dengan serangan gagah
berani terhadap Dyloft. "Aku menyaksikan iklan im pada
malam pertama ditayangkan," kata Bernie anu dari Boston.
"Aku belum pernah mendengar tentang Dyloft. Jadi aku
menelepon sambungan hot line-mu, diterima orang yang
ramah. Kuceritakan padanya bahwa selama ini aku
memakai obat itu, mengumpaninya, kau tahu. Kukunjungi
situs Web-nya. Bagus sekali. Kukatakan pada diri sendiri,
'Aku bara saja disergap.' Tiga hari kemudian aku
mengudara mengiklankan hot line Dyloft-ku sendiri."
Mereka semua tertawa, mungkin karena mereka masing-
masing bisa menuturkan cerita yang mirip. Tak pernah
terpikir oleh Clay bahwa pengacara lain akan menelepon
nomor hot /me-nya dan menggunakan situs Web-nya untuk
menjaring kasus, lapi mengapa ini mengejutkannya?
Ketika acara penghormatan im akhirnya selesai, French
berkata ada beberapa hal yang perlu dibicara kan sebelum
makan malam, yang, omong-omong akan menghidangkan
juga beberapa jenis anggur pilihan dari Australia. Clay
sudah pening karena cerutu Kuba berkualitas dan bom
double vodka pertama tadi. Ia memang pengacara
termuda di sana, dan ia merasa dirinya sebagai pelonco
dari segala segi. Terutama bila urusannya sampai pada
minuman keras. Ia berada di antara orang-orang
profesional. Pengacara termuda. Jet terkecil. Tanpa cerita
perang. Had paling lemah. Clay memutuskan sudah
saatnya menjadi dewasa. Mereka berkerumun di sekehling
French, yang menikmati saat-saat seperti ini. Ia mulai
berbicara, "Seperti kalian ketahui, aku menghabiskan
banyak waktu dengan Wicks, penasihat hukum Ackerman
Labs. Garis besarnya, mereka akan membayar uang
penyelesaian perkara, dan akan melakukannya dengan
cepat Mereka mendapat pukulan dari segala penjuru, dan
mereka ingin masalah ini beres secepatnya. Harga saham
mereka begitu rendah sekarang sehingga mereka takut
akan terjadi pengambilalihan. Burung-burung pemangsa
itu, termasuk kita, bergerak untuk melancarkan serbuan
mematikan. Kalau mereka- tahu berapa banyak biaya yang
harus mereka keluarkan untuk Dyloft, maka mereka bisa
merestrukturisasi utang dan mungkin bertahan. Yang tidak
mereka inginkan adalah perkara yang berlarut-larut di
banyak front, dengan vonis berjatuhan di mana-mana.
Mereka juga tidak ingin membuang puluhan juta dolar untuk
membayar pembela untuk perkara im." "Sungguh malang
nasib mereka," seseorang berkata. 262 "Business Week
menyebut-nyebut kemungkinan bangkrut," seseorang
berkata, "Apakah mereka sudah menggunakan itu sebagai
ancaman?" "Belum. Dan aku tidak mengharapkan mereka
melakukannya. Ackerman punya aset terlalu banyak. Kita
baru saja menyelesaikan analisis finansialnya— kita akan
pelajari angka-angkanya besok pagi—orang-orang kami
berpendapat perusahaan itu punya sekitar dua sampai tiga
miliar dolar untuk menyelesaikan perkara Dyloft."
"Berapakah pertanggungan asuransi yang tersedia?"
"Hanya tiga ratus juta. Perusahaan itu punya divisi
kosmetika yang sudah satu tahun dijual di pasar saham.
Mereka menginginkan satu miliar dolar. Nilai
sesungguhnya sekitar tiga perempatnya. Mereka bisa
melepasnya dengan harga setengah miliar dolar dan punya
cukup uang untuk memuaskan klien kita." Clay menyadari
bahwa para klien jarang sekali disebut. Burung-burung
pemangsa im merapat di sekeliling French, yang
meneruskan, "Kita perlu menentukan dua hal. Pertama,
berapa banyak penggugat potensial yang ada di luar sana.
Kedua, berapa nilai masing-masing kasus." "Mari kita
jumlahkan," seseorang dari Texas berkata dengan suara
sengau. "Aku punya seribu." "Aku punya seribu delapan
ratus," kata French. "Carlos,'" "Dua ribu," Hernandez
berkata sambil mulai mencatat. "Wes?' "Sembilan ratus."
263 Si pengacara dari Topeka punya enam ratus, angka
terendah. Dua ribu adalah angka tertinggi sampai French
menyisakan yang terbaik untuk yang terakhir. "Clay?" ia
berkata, dan setiap orang mendengarkan dengan penuh
perhatian. "Tiga ribu dua ratus," Clay berkata, berusaha
mempertahankan ekspresi muram datar. Tetapi, teman-
teman barunya itu tampak cukup senang. Atau setidaknya
begitulah tampaknya. "Dahsyat," seseorang berkata. Clay
curiga tepat di balik senyum lebar dan "Dahsyat" mereka
itu ada orang-orang yang sangat iri. "Itu berarti dua puluh
empat ribu," Carlos berkata sesudah menghitung dengan
cepat. "Kita bisa dengan aman mengasumsikan jumlahnya
dua kafi itu, berarti seluruhnya hampir lima puluh ribu,
jumlah yang sudah dipatok Ackerman. Dua miliar untuk
lima puluh ribu berarti empat puluh ribu dolar per kasus.
Bukan awal yang buruk." Clay dengan cepat melakukan
penghitungan sendiri—$30.000 kati 3.200 kasus miliknya
berarti sekitar $120 juta Dan sepertiga dari im, wah,
otaknya membeku dan lututnya jadi lemas. "Apakah
perusahaan itu tahu berapa banyak di antara kasus ini
yang melibatkan tumor ganas?" tanya Bemie dari Boston.
Tidak. Terkaan mereka sekitar saru persen." "Itu berarti
lima ratus kasus." "Dengan ganti kerugian minimum sejuta
dolar masing-masing." "Itu berarti setengah miliar lagi."
"Satu juta dolar im cuma lelucon." "Lima juta per kasus di
Seattle." "Kita bicara tentang kasus kematian tak wajar, di
sini." Tidaklah mengejutkan, masing-masing pengacara
ingin mengajukan pendapat dan mereka serentak
melakukannya. Setelah memulihkan ketertiban, French
berkata, "Saudara-saudara, mari kita makan." Makan
malam im bencana. Meja jamuan berupa kayu berpelitur
yang diambil dari sebatang pohon, batang pohon maple
merah raksasa dan megah yang bertahan berabad-abad
sampai ia dibutuhkan oleh Amerika yang kaya raya.
Sedikitnya empat puluh orang bisa duduk mengelilinginya.
Ada delapan belas orang yang ikut makan malam, dan
dengan bijaksana mereka didudukkan berpencar. Kalau
tidak, seseorang mungkin akan meninju yang lain. Di
dalam ruangan yang dipenuhi ego melambung, di mana
setiap orang merasa dirinya pengacara terbesar ciptaan
Tuhan, pembual paling menjengkelkan adalah Victor K.
Brennan, laki-laki Texas dengan suara keras dan sengau
dari Houston. Sesudah anggur gelas ketiga atau keempat,
sekitar setengah menghabiskan daging steak yang tebal
Brennan mulai mengeluh tentang rendahnya harapan uang
ganti kerugian untuk masing-masing kasus. Ia punya
pasien berumur empat puluh tahun yang berpenghasilan
besar dan kini mengidap tumor ganas gara-gara Dyloft.
265 "Aku bisa mendapatkan sepuluh juta dolar uanj ganti
kerugian dan dua puluh juta dolar lagi sebara ganjaran
kelalaian perusahaan dari juri mana pun d Texas," bualnya.
Hampir semua orang setuju. Beberapa orang bahkan
menambahkan bahwa mereka bisa mendapat lebih
banyak di daerah mereka. French berpegang teguh pada
teori bahwa bila minoritas mendapatkan jutaan dolar maka
yang mayoritas akan mendapatkan sedikit. Brennan tidak
mau menerima pendapat ini tapi kesulitan membalas
argumentasi tersebut Ia punya gambaran samar bahwa
Ackerman Labs memiliki lebih banyak uang daripada yang
mereka perlihatkan. Sampai pada titik ini kelompok im
terpecah. Garis batasnya bergeser begitu cepat dan
kesetiaan begitu sementara sehingga Clay kesulitan
menentukan di mana posisi kebanyakan dari mereka.
French menantang Brennan dengan pernyataannya bahwa
ke- ; lalaian perusahaan akan begitu gampang dibuktikan.
"Kau punya dokumennya, bukan?" Brennan bertanya j
"Clay sudah menyediakan sejumlah dokumen, j Ackerman
belum mengetahui soal im. Kalian belum melihatnya. Dan
mungkin tidak akan pernah me- 3 lihatnya kalau kalian
tidak tetap dalam kesepakatan class action." Pisau dan
garpu berhenti bergerak ketika tujuh j belas orang (tidak
termasuk Clay) mulai berteriak j bersamaan. Para pelayan
meninggalkan ruangan. Clay j hampir bisa melihat mereka
kembali ke dapur, mem- j bungkuk rendah di balik meja
untuk menyiapkan makanan. Brennan ingin berkelahi
dengan seseorang. Wes Saul8berry tidak mau mundur.
Bahasa yang •W 266 mereka gunakan jadi memburuk.
Dan di tengah ingar-bingar itu, Clay memandang ke ujung
meja dan menyaksikan Patton French mengendus gelas
anggur, mengirup seteguk, memejamkan mata, dan
kembali mengevaluasi anggur baru im. Berapa banyak
perkelahian seperti ini yang pernah dialami French?
Mungkin seratus. Clay memotong steak. Ketika suasana
mereda, Bernie dari Boston menceritakan lelucon tentang
pastor Katolik dan ruangan im pun meledak dalam tawa.
Makanan dan anggur dinikmati selama lima menit sampai
Albert dari Topeka menyarankan strategi untuk memaksa
Ackerman Labs mengumumkan kebangkrutan. Ia sudah
dua kali melakukan hal seperti im terhadap perusahaan
lain, dengan hasil yang memuaskan. Dalam dua
kesempatan itu, perusahaan sasarannya menggunakan
undang-undang kebangkrutan untuk menggasak uang bank
dan kreditor lain, jadi menyediakan lebih banyak uang
untuk Albert dan ribuan kliennya. Mereka yang berbeda
pendapat menyuarakan kekhawatiran mereka dan itu
menyinggung Albert, dan segera sesudah itu terjadilah
perkelahian lain. Mereka berkelahi tentang segala hal—
dokumen lagi, apakah mereka perlu mendesak agar
perkara segera disidangkan dan mengabaikan
penyelesaian kilat perkara, tempat perkara, iklan,
bagaimana menyatukan kasus-kasus lain, biaya uang jasa.
Perut Clay terasa nyeri dan ia tak pernah mengucapkan
sepatah kata pun. Yang lain tampak sangat menikmati
makanan sambil meneruskan dua atau tiga perdebatan
gecara bersamaan. Pengalaman, kala Clay pada diri
sendiri. Sesudah santap malam terpanjang dalam hidui
Clay, French memimpin mereka turun ke bawah, kembali
ke ruang biliar di mana cognac dan cerutu menunggu.
Mereka yang tadi saling mengumpat selama tiga jam kini
minum dan tertawa-tawa seperti layaknya teman
seasrama. Begitu ada kesempatan, Clay menyelinap pergi
dan, sesudah bersusah payah ia berhasil menemukan
kamarnya. Pertunjukan Barry dan Harry dijadwalkan pukul
10.00 hari Sabtu, waktu bagi setiap orang untuk
menghilangkan sisa mabuk dan menghabiskan sarapan
berat. French menyiapkan acara memancing ikan trout dan
menembak sasaran, tapi tak seorang pun dari pengacara-
pengacara itu tertarik. Barry dan Harry punya perusahaan
di New York yang tidak melakukan apa pun selain
menganalisis j keuangan perusahaan-perusahaan sasaran.
Mereka punya berbagai sumber, kontak, dan mata-mata,
juga j reputasi mampu menguliti rahasia perusahaan dan
menemukan kebenaran. French menerbangkan mereka j
ke sana untuk melakukan presentasi selama satu jam." j
"Biayanya dua ratus ribu dolar," bisiknya bangga j kepada
Clay, "dan akan kita buat Ackerman Labs j menggantinya.
Bayangkan." Presentasi mereka merupakan kerja tim,
Barry i memaparkan grafntgrafik, Harry bekerja dengan
pointer, dua dosen di podium. Keduanya berdiri di j depafi
teater kecil, satu tingkat di bawah ruang biliar. Kali ini, para
pengacara im diam. Ackerman Labs punya asuransi
dengan nilai pertanggungan paling sedikit $500 juta—$300
juta dari penanggung langsung mereka, dan $200 juta dari
reasuransi. Analisis cash-flowaya padat sehingga Harry
dan Barry harus berbicara sekaligus untuk
menyelesaikannya. Angka-angka dan presentasi
menyembur keluar dan tak lama kemudian
menenggelamkan semua orang di dalam mangan im.
Mereka bicara tentang divisi kosmetik Ackerman, yang
mungkin akan mengeruk $600 juta bila dijual cepat. Ada
divisi plastik di Meksiko yang ingin dilepas perusahaan ini
dengan harga $200 juta Dibutuhkan waktu lima belas menit
untuk menjelaskan struktur utang perusahaan im. Barry dan
Harry juga sarjana hukum, dan dengan demikian cukup
tangkas, menilai kemungkinan tanggapan suatu
perusahaan terhadap bencana gugatan massal seperti
Dyloft. Akan bijaksana bagi Ackerman untuk
menyelesaikan perkaranya dengan cepat, dalam beberapa
tahapan. "Penyelesaian perkara dengan sistem kue
dadar," kata Harry. Clay yakin ia satu-satunya dalam
mangan itu yang tidak tahu-menahu tentang apa yang
disebut "sistem kue dadar" im. "Tahap pertama adalah
dua miliar dolar untuk seluruh penggugat tingkat satu,"
Harry meneruskan, berbaik hati menggelar bagian-bagian
rencana itu. "Menurut kami, mereka mungkin akan
melakukan ini dalam sembilan puluh hari," Barry
menambahkan. 'Tahap dua adalah setengah miliar untuk
penggugat 269 tingkat dua, mereka yang menderita tumor
ganas tapi tidak mati." "Dan tahap tiga akan dibiarkan
terbuka selama lima tahun untuk mencakup kasus-kasus
kematian." ; "Kami pikir Ackerman sanggup membayar
sekitar dua koma lima sampai tiga miliar selama tahun
depan, lahi setengah miliar lagi selama lima tahun."
"Angka berapa pun melebihi itu, dan kalian bisa
berhadapan dengan pasal sebelas." "Langkah yang tidak
disarankan untuk perusahaan im. Terlalu banyak bank
punya hak prioritas atas gadai harta mereka." "Dan
pengajuan kebangkrutan akan menghentikan arus uang.
Perlu tiga sampai lima tahun untuk mendapatkan uang
penyelesaian perkara yang layak." Tentu saja pengacara-
pengacara itu ingin berdebat sebentar. Vincent dari
Pittburgh yang paling bertekad untuk membuat yang lain
terkesan dengan pengetahuan finansialnya, tapi Harry dan
Barry segera mengembalikannya ke tempat semula.
Sesudah saru jam, mereka pergi memancing. French
menggantikan tempat mereka di depan mangan. Setarah
argumentasi sudah diselesaikan. Pertarungan berakhir.
Saatnya menyepakati rencana. Langkah pertama adalah
menjaring kasus-kasus Z**'3? ^ Wwj» sendiri. Tak perlu
dan in mereka ba™ mendapatkan setengah pengacara kS
dt^Td ^ ^Th kasus, bawa merS U? pukh atau liSa Pulut
yang diperlukan untk *rgabun8- Akukan apa saja menjanng
kasus-kasus itu. 270 Langkah kedua adalah konferensi
penyelesaian kara dengan Ackerman Labs dalam enam
puluh Jigjj. Komite Pengawas Penggugat akan menyusun
jadwalnya dan mengirimkan pemberitahuan. ' Langkah
ketiga adalah upaya habis-habisan mempertahankan
setiap orang dalam gugatan class action ini. Kekuatannya
terletak pada jumlah. Mereka yang memilih untuk "keluar"
dari gugatan class action dan ingin membawa sendiri
perkara mereka ke sidang tidak akan memiliki akses ke
dokumen-dokumen mematikan tersebut Sesederhana
itulah. Permainan keras, tapi itulah litigasi. Setiap
pengacara di dalam ruangan itu punya keberatan tertentu
terhadap sebagian dari rencana tersebut, tapi persekutuan
im bertahan: Dyloft kelihatan akan jadi penyelesaian
perkara tercepat dalam sejarah gugatan massal, dan para
pengacara im mencium bau uang. Reorganisasi pada biro
hukum yang masih muda itu terjadi dengan gaya yang-
sama kacau balaunya dengan sebelumnya, dan karena
alasan-alasan yang sama— terlalu banyak klien, terlalu
banyak dokumen baru, tidak cukup tenaga kerja, dan garis
komando yang tidak jelas, juga gaya manajemen yang
sangat tidak pasti karena tak seorang pun di jajaran
puncak pernah jadi manajer, mungkin kecuali Miss Glick.
Tiga hari sesudah Clay kembali dari Ketchum, Paulette
dan Jonah menghadangnya di kantor dengan daftar
panjang berisi segala masalah mendesak. Pemberontakan
menghadang di depan mata. Saraf yang tegang Jan
keletihan membuat keadaan yang buruk menjadi lebih
buruk. Menurut perkiraan terbaik, biro hukum im kini
memiliki 3.320 kasus Dyloft, dan karena semua kasus im
baru, mereka butuh perhatian segera. Tanpa j menghitung
Paulette, yang dengan enggan menerima j perannya
sebagai manajer kantor, dan tanpa menghitung Jonah,
yang menghabiskan waktu sepuluh jam sehari untuk
menangani sistem komputer untuk bisa melayani seluruh
kasus tersebut, dan tentu saja tanpa menghitung Clay
sebab ia bos dan harus melakukan wawancara dan
bepergian ke Idaho, biro hukum itu telah mempekerjakan
dua pengacara dan kini punya sepuluh paralegal, yang tak
seorang pun, kecuali Rodney, punya pengalaman lebih dari
tiga bulan- "Aku tidak bisa membedakan mana yang baik
dan mana yang jelek," kata Paulette. "Masih terlalu pagi."
la memperkirakan masing-masing paralegal dapat
menangani seratus sampai dua ratus kasus. "Klien-klien ini
ketakutan," katanya. "Mereka ketakutan sebab menderita
tumor. Mereka ketakutan sebab berita tentang Dyloft
bertebaran di pers. Sialan, mereka ketakutan sebab kita
menakuti mereka setengah mati." "Mereka ingin diajak
berbicara," kata Jonah. "Dan mereka ingin pengacara
menjawab telepon mereka, bukan paralegal yang bekerja
kalang kabut di jalur perakitan. Aku khawatir tak lama lagi
kita akan kehilangan klien." "Kita tidak akan kehilangan
klien," kata Clay, memikirkan ikan-ikan hiu yang baru saja
ia temui di Idaho dan betapa gembiranya mereka
menjaring klien-kliennya yang tidak puas. "Kita tenggelam
dalam pekerjaan menangani dokumen," Paulette berkata,
mengambil alih pembicaraan dari Jonah dan tak
menghiraukan Clay. "Setiap tes medis awal harus-
dianalisis, lalu diuji ulang dengan tes susulan. Saat ini,
kami pikir kita punya sekitar empat ratus orang yang butuh
tes lebih lanjut. Ini bisa jadi kasus-kasus yang serius, bisa
jadi orang-orang ini sudah sekarat, Clay. Tapi seseorang
harus mengkoordinasikan perawatan medis mereka
dengan dokter. Im tidak dilaksanakan, Clay, oke?" "Aku
mendengarkan," katanya. "Berapa banyak pengacara yang
kita butuhkan?" Paulette melontarkan pandangan letih
pada Jonah. Keduanya tak punya jawaban. "Sepuluh,"
katanya "Sedikitnya sepuluh," kata Jonah. "Sepuluh untuk
sementara ini, sekarang juga, dan lebih banyak lagi nanti."
"Kita akan meningkatkan iklan," kata Clay. Suasana hening
diwarnai keletihan saat Jonah dan Paulette menyerap
ucapan itu. Ia sudah memberi mereka keterangan ringkas
tentang hal-hal penting hasil perundingan di Ketchum, tapi
tidak detailnya. Ia meyakinkan mereka bahwa setiap kasus
yang mereka jaring tak lama lagi akan mendatangkan
keutungan besar, tapi menyimpan strategi penyelesaian
perkara im untuk diri sendiri. Omongan yang tak dijaga
mengakibatkan kekalahan, French memperingatkannya,
dan dengan staf yang belum teruji seperti ini, langkah
terbaik adalah membiarkannya tak tahu-menahu. Biro
hukum di ujung jalan baru saja memberikan surat
pemberhentian kepada 35 associate-nya. Perekonomian
sedang lesu, tagihan merosot, merger direncanakan; apa
pun alasan sebenarnya, kabar seperti im laku di D.C.
karena pasaran tenaga kerja biasanya tahan banting.
Pengurangan tenaga kerja! Dalam profesi hukum? Di
D.C? Paulette menyarankan mereka mempekerjakan
beberapa associate itu—tawari mereka kontrak saru tahun
tanpa janji perpanjangan apa pun. Clay menawarkan diri
menelepon soal itu esok paginya. Ia juga akan mencari
ruang kantor dan perabotannya. Jonah punya gagasan
yang agak luar biasa untuk mempekerjakan dokter selama
satu tahun, orang untuk mengkoordinir semua tes dan bukti
medis. "Kita bisa cari dokter yang baru lulus dengan
bayaran seratus ribu setahun," katanya. "Ia mungkin tidak
punya banyak pengalaman, tapi siapa peduli? Ia tidak
akan melakukan operasi, hanya mengurus dokumen."
"Kerjakanlah," kata Clay. Hal berikutnya pada daftar Jonah
adalah masalah situs Web. Pengiklanan membuat situs
tersebut cukup populer tapi mereka butuh orang-orang
yang bekerja penuh untuk menanggapinya. Ditambah lagi,
situs Web im perlu diperbaharui hampir setiap minggu
untuk mencantumkan perkembangan gugatan class action
itu dan berita buruk terakhir tentang Dyloft. "Semua klien
sangat mengharapkan informasi, Clay," katanya Bagi
mereka yang tidak menggunakan Internet, dan Paulette
menduga sedikitnya setengah dari klien mereka termasuk
kelompok ini, buletin tentang Dyloft merupakan hal yang
sangat penting. "Kita butuh satu orang yang bekerja penuh
untuk menyunting dan mengirimkan buletin im," katanya.
"Bisakah kau mencari seseorang untuk im?" Clay
bertanya. "Kurasa bisa." "Kalau begitu kerjakanlah." Ia
memandang Jonah, seolah apa pun yang perlu dikatakan
seharusnya datang darinya. Jonah melemparkan buku tulis
ke atas meja dan membunyikan buku-buku jari. "Clay, kita
menghamburkan banyak uang di sini," ia berkata. "Apakah
kau yakin kau tahu apa yang kaulakukan?" "Tidak, tapi
kurasa aku cukup tahu. Percayalah saja padaku, oke? Kita
akan menangguk uang besar. Tapi untuk mencapainya,
kita harus mengeluarkan uang." "Dan kau punya uangnya?"
Paulette bertanya. Tap." Pace ingin malam-malam minum
di bar di Georgetown, dalam jarak tempuh jalan kaki dan
rumah Clay. Ia keluar-masuk kota ini, dan seperti biasanya,
sangat tidak jelas dari mana ia datang dan kebakaran apa
yang dipadamkannya. Pakaian yang dikenakannya
bernuansa lebih muda dan ia kini lebih suka warna cokelat
—sepatu lars kulit ular berujung lancip warna cokelat, jaket
kulit suede cokelat. Bagian dari penyamarannya, pikir Clay.
Setelah menghabiskan setengah gelas bir pertama, Pace
mulai bicara tentang Dyloft, dan jelaslah bahwa apa pun
proyeknya saat ini, proyek itu masih ada kaitannya dengan
Ackerman Labs. Clay, dengan gaya pengacara sidang
yang masih hijau, memberikan penjelasan panjang-lebar
tentang perjalanannya ke ranch milik French, dan
gerombolan maling yang ia temui di sana, juga santap
malam tiga jam yang ribut di mana setiap orang jadi mabuk
dan berdebat sekaligus, dan Pertunjukan Barry dan Harry.
Ia tak punya kebimbangan apa pun untuk memberi Pace
seluruh detail sebab Pace tahu lebih banyak daripada
siapa pun. "Aku tahu tentang Barry dan Harry," Pace
berkata, seolah mereka tokoh-tokoh dari dunia bawah.
"Mereka sepertinya tahu benar urusan mereka, dan untuk
dua ratus ribu dolar seharusnya memang begitu." Clay
bicara tentang Carlos Hernandez, Wes Saulsberry, dan
Damon Didier, teman-teman barunya di Komite Pengawas
Penggugat. Pace berkata ia pernah mendengar tentang
mereka semua. Menjelang gelas bir kedua, Pace bertanya,
"Kau menjual kosong Ackerman, bukan?" Ia melihat
sekeliling, tapi tak ada yang mendengarkan, ini bar untuk
mahasiswa pada malam yang tidak terlalu ramai. "Seratus
ribu saham dengan harga empat puluh dua setengah
dolar," kata Clay bangga. "Saham Ackerman ditutup hari
ini dengan harga dua puluh tiga dolar." "Aku tahu. Aku
menghitungnya setiap hari." "Sudah saatnya menutup
transaksi jangka pendek dan membelinya kembali.
Mungkin besok pagi-pagi." "Akan terjadi sesuatu?" "Ya,
dan karena kau sudah terjun di situ, belilah semua yang
bisa kau beli dengan harga dua puluh tiga dolar, lalu tahan
sampai naik." "Sampai sejauh mana kemungkinan
naiknya?" "Nilainya akan berlipat dua." - Enam jam
kemudian, Clay berada di kantor, sebelum matahari terbit,
mencoba mempersiapkan satu hari lagi yang penuh
kegilaan. Dan juga resah menunggu pasar saham buka.
Daftar berbagai hal yang harus ia lakukan mencapai dua
halaman, hampir 277 semuanya melibatkan tugas raksasa
untuk secepatnya mempekerjakan sepuluh pengacara baru
dan menemukan mang kantor untuk menampung mereka.
Tampaknya tanpa harapan, tapi ia tak punya pilihan; ia
menelepon agen real estat pada pukul setengah delapan
sehingga orang im terpaksa keluar dari kamar mandi.
Pada pukul setengah sembilan ia melakukan wawancara
dengan pengacara yang baru saja dipecat, namanya
Oscar Mulrooney. Laki-laki malang im dulu mahasiswa
cemerlang di Yale,, lalu direkrut dengan bayaran tinggi, dan
tersingkir dari pekerjaannya saat biro hukum raksasa
melakukan merger dengan perusahaannya Ia juga baru
dua bulan menikah dan sangat butuh pekerjaan. Clay
seketika itu juga mempekerjakannya dengan bayaran
$75.000 setahun. Mulrooney punya empat teman, juga dari
Yale, yang juga sedang menganggur dan mencari
pekerjaan. Pergi, panggillah mereka. Pada pukul sepuluh
pagi, Clay menelepon pialang sahamnya dan menutup
transaksi jual saham Ackerman, mengeduk laba sebesar
$1,9 juta lebih. Dalam percakapan telepon yang sama, ia
mengambil seluruh laba im dan membeli dua ratus ribu
saham lagi seharga $23, menggunakan margin dan
rekening kreditnya. Melalui Internet ia mengamati pasar
saham sepagian. Tak ada yang berubah. Oscar Mulrooney
kembali pada siang hari bersama rekan-rekannya, semua
penuh semangat seperti pramuka. Clay mempekerjakan
yang lainnya, lalu menugaskan mereka menyewa
perabotan, memasang sambungan telepon, mengerjakan
apa saja yang diperlukan untuk memulai karier baru
mereka sebagai 278 pengacara gugatan massal tingkat
rendah. Oscar bertugas mempekerjakan lima pengacara
lain yang harus menemukan ruang kantor sendiri, dan lain-
lain. Cabang Yale pun lahirlah. Pada pukul lima sore waktu
Amerika timur, Philo Products mengumumkan akan
membeli saham mayoritas Ackerman Labs dengan harga
$50 per lembar, merger dengan nilai $14 miliar. Clay
menyaksikan drama itu di televisi layar lebar di mang rapat
kantornya, seorang diri sebab yang lain menjawab telepon.
Saluran-saluran televisi berita keuangan melahap berita itu.
CNN bergegas mengirim reporterke White Plains, New
York, markas besar Ackerman Labs, di mana mereka hilir
mudik di gerbang depan seolah-olah perusahaan yang
terkepung im akan melangkah keluar dan menangis di
depan kamera. Pakar dan analis pasar yang tak terhingga
jumlahnya mengoceh tak habisnya tentang segala macam
pendapat yang tanpa dasar. Dyloft sejak awal sering
disebut-sebut. Meskipun selama bertahun-tahun Ackerman
Labs tidak dikelola dengan manajemen yang baik, tak
disangsikan bahwa Dyloft berhasil menariknya dari jurang
kehancuran. 'Apakah Philo pembuat Tarvan? Klien Pace?
Apa-Jcah Clay selama ini dimanipulasi untuk mewujudkan
pengambilalihan senilai $14 miliar im? Dan yang paling
meresahkan hati, apakah arti semua im bagi masa depan
Ackerman Labs dan Dyloft? Meskipun memang sangat
menggairahkan untuk menghitung keuntungan barunya dari
saham Ackerman, Clay harus bertanya pada diri sendiri
apakah ini berarti akhir mimpi Dyloft. Tetapi sesungguhnya
tidak ada cara apa pun untuk mengetahuinya. Ia pemain
kecil di tengah transaksi besar antara dua korporasi
raksasa. Ackerman Labs punya aset ia menghibur diri
sendiri. Dan perusahaan im membuat produk yang sangat
buruk dan mencelakai banyak orang. Keadilan akan
bertahan. Patton French menelepon dari pesawatnya, di
suatu tempat antara Florida dan Texas, dan meminta Clay
berada di tempat selama sattt-dua jam ini. Komite
Pengawas Penggugat perlu mengadakan konferensi
darurat lewat telepon. Sekretarisnya sedang menghubungi
semua orang. French kembali menelepon sejam
kemudian, kini di atas tanah di Beaumont, tempat ia akan
rapat besok pagi dengan pengacara-pengacara yang
punya kasus obat anti kolesterol yang membutuhkan
bantuannya, kasus-kasus bernilai luar biasa, tapi, akhirnya
ia tidak bisa menemukan anggota lain dalam steering
committee tersebut. Ia sudah bicara dengan Barry dan
Harry di New York dan mereka tidak khawatir dengan
pengambilalihan oleh Philo. "Ackerman masih memiliki
dua bela. juta saham sendiri, kini paling t fS^ lima Pratah
dolar selembar tapi mungkin W* tinggi lagi sebelum situasi
mereda. rZt:z^zhTr-moM segar r menyiju.nl^ dL "t ^M ^ an
ini dLertJi*" ^ **** -belum mengatakan ya. Selain itu, Philo
terkenal suka menghindari ruang sidang. Mereka
membereskan-perkara di luar peradilan dengan cepat dan
diam-diam." Kedengarannya seperti Tarvan, pikir Clay.
"Secara keseluruhan, ini kabar baik," French berkata,
dengan mesin faks mendengung di latar belakang. Clay
bisa melihatnya berjalan hilir mudik di dalam pesawat
Gulfsream miliknya sementara pesawat itu menunggu di
landasan Beaumont. "Aku akan terus mengabarimu." Dan
ia pun menghilang. 281 22 Rfx 1\EX Crittle ingin
mengomel, diyakin-——--- kan, menguliahi, mendidik, tapi
klien yang duduk di seberang meja kerjanya sepertinya
sedikit pun tak tergoyahkan oleh angka-angka itu. "Biro
hukum ini baru berumur enam bulan," Crittle berkata,
sambil menatap dari atas kacamata bacanya dengan
setumpuk laporan di depannya. Bukti! la punya bukti bahwa
biro hukum mendadak J. Clay Carter H sebetulnya dikelola
orang-orang idiot "Biaya overhead-ma mulai dengan
angka yang mengesankan, tujuh puluh hina ribu sebulan—
tiga pengacara, satu paralegal, satu sekretaris, uang sewa,
perabotan bagus. Sekarang jumlahnya mencapai setengah
juta dolar sebulan, dan terus bertambah setiap hari." "Kau
harus memakainya atau menghasilkannya," Clay berkata,
sambil meneguk kopi dan menikmati kejengkelan
akuntannya Itu tanda-tanda tukang hitung yang teliti—orang
yang tidur lebih sedikit daripada kliennya sendiri
memikirkan segala biaya. "Tapi kau tidak menghasilkan
apa-apa" Crittle berkata hati-hati. Tidak ada pemasukan
apa pun dalam tiga bulan terakhir." Tapi tahun ini tahun
yang baik." "Oh ya. Lima belas juta dolar uang jasa
memang menjadikan''ini sebagai tahun yang baik.
Masalahnya uang itu mulai menguap. Bulan lalu kau
menghabiskan empat belas ribu dolar untuk menyewa jet."
"Sekarang, karena kau menyebutnya, aku jadi berpikir-pikir
untuk membeli satu. Aku butuh kau untuk menghitung
angka-angkanya." "Aku sedang menghitungnya. Kau tidak
punya alasan untuk membelinya." "Bukan itu persoalannya.
Masalahnya adalah apakah aku mampu membayarnya
atau tidak." 'Tidak, kau tidak mampu membayarnya."
Tunggu sebentar, Rex. Penghasilan sudah di depan mata."
"Kuasumsikan yang kaumaksud kasus Dyloft? Empat juta
dolar untuk iklan. Tiga ribu sebulan untuk situs Web Dyloft.
Sekarang tiga ribu dolar sebulan untuk buletin Dyloft.
Semua paralegal di Manassas itu. Semua pengacara baru
im." "Kurasa pertanyaannya adalah, apakah aku sebaiknya
menyewanya untuk lima tahun atau langsung membelinya?"
"Apa?" "Gulfstream." "Apakah Gulfstream itu?" "Pesawat
jet pribadi terbaik di dunia." "Apa yang akan kaulakukan
dengan Gulfstream?" Terbang." "Sebenarnya, mengapa
menurut pendapatmu kau butuh pesawat im?" «Itu pesawat
jet yang disukai semua pengacara besar di bidang
gugatan massal." "Oh, itu masuk akal." 283 "Sudah kuduga
kau tentu akan mengerti." "Tahu berapa kira-kira
harganya?" "Empat puluh, empat puluh lima juta" "Aku
benci mengatakan kabar ini, Clay, tapi kau tidak punya
empat puluh juta dolar." "Kau benar. Kurasa aku akan
menyewa saja." Crittle menanggalkan kacamata bacanya
dan memijat-mijat hidungnya yang panjang, kurus, seolah
sakit kepala hebat sedang berkembang di sana. "Dengar,
day aku cuma akuntanmu. Tapi aku tidak yakin apakah ada
orang lain yang mengatakan kepadamu agar
mengendurkan langkah. Tenanglah, Sobat Kau baru saja
meraup keuntungan besar, nikmatilah. Kau tidak butuh biro
hukum besar dengan pengacara sebanyak itu. Kau tidak
butuh pesawat jet Apa yang berikutnya? Yacht?" "Ya" "Kau
serius?" "Ya." "Kukira kau benci perahu." "Memang. Ini
untuk ayahku. Bisakah aku men-depresias ikannya?" t#<
Tidak." "Berani bertaruh aku bisa." "Bagaimana?" "Aku
akan menyewakannya saat tidak memakainya." Ketika
Crittle selesai memijati hidung, ia mema- j sang kembali
kacamatanya dan berkata, Terserah. Im uangmu, Sobat."
Mereka bertemu di New York City, medan yang netral, di
ballroom kumuh hotel tua di dekat Central Park, tempat
yang tak diduga siapa pun untuk pertemuan sepenting im.
Di satu sisi meja duduk Dyloft Komite Pengawas
Penggugat, beranggotakan lima orang, termasuk Clay
Carter muda yang merasa tak pantas berada di sana, dan
di belakang mereka duduk segala jenis asisten, associate,
dan keroco yang dipekerjakan Mr. Patton French. Di
seberang meja duduk tim Ackerman, dikepalai Cal Wicks,
veteran terkemuka yang diapit suporter dengan jumlah
seimbang. Seminggu sebelumnya, pemerintah menyetujui
merger dengan Philo Products, dengan harga saham $53
per lembar, yang bagi Clay berarti laba lagi sekitar $6 juta.
Ia sudah menguburkan setengahnya di luar negeri untuk
tidak disenruh-sentuh. Jadi perusahaan terhormat yang
didirikan Ackerman bersaudara seabad yang lalu akan
ditelan Philo, perusahaan dengan pendapatan tahunan tak
sampai setengahnya tetapi dengan utang yang jauh lebih
sedikit dan manajemen yang lebih cerdas. Sewaktu Clay
mengambil tempat duduk dan menggelar berkas-
berkasnya dan mencoba meyakinkan diri sendiri bahwa,
ya, sialan, ia memang pantas di sini, ia merasa melihat
tatapan mata dengan alis dikernyitkan dari seberang.
Akhirnya orang-orang Ackerman Labs melihat langsung
orang kaya baru dari D.C. yang memulai mimpi buruk
Dyloft bagi mereka. Patton French mungkin punya banyak
pendukung, tapi ia tak membutuhkan seorang pun. Ia
menangani 285 sesi pertama im dan tak lama kemudian
setiap orang lain pun menutup mulut, kecuali Wicks, yang
ber- \ bicara hanya bila diperlukan. Mereka menghabiskan j
pagi im untuk menetapkan jumlah kasus yang ada di luar
sana Gugatan ciass action di Biloxi punya I 36.700
penggugat. Sekelompok pengacara murtad di Georgia
punya 5.200 dan mengancam akan menyodok dengan
gugatan class action lain. French merasa yakin ia bisa
membujuk mereka untuk membatalkannya. Pengacara-
pengacara lain memilih keluar dari gugatan class action itu
dan merencanakan persidangan solo di daerah mereka
sendiri, tapi sekali lagi, French tidak mengkhawatirkan
mereka. Mereka tidak memiliki dokumen-dokumen penting
itu, dan kecil kemungkinan mereka akan mendapatkannya.
Angka-angka tertuang cepat, dan Clay segera bosan
dengan semuanya. Satu-satunya angka yang penting
baginya adalah 5.380—perkara Dyloft bagiannya.
Punyanya masih lebih banyak daripada masing-masing
pengacara itu, meskipun French sendiri telah menambal
kesenjangan dengan sangat brilian dan menjaring 5.000
kasus lebih. Sesudah tiga jam nonstop membicarakan
statistik, mereka setuju untuk rehat makan siang selama
satu jam. Komite penggugat naik ke sebuah suite, di mana
mereka makan sandwich dan hanya minum air. Tak berapa
lama French sudah berbicara dan berteriak-teriak di
telepon. Wes Saulsberry ingin cari angin, dan mengajak
Clay berjalan-jalan di sekeliling blok ha Mereka berjalan
kaki di Fifth Avenue, di seberang teman. Saat itu
pertengahan November, udara dingin dan ringan,
dedaunan beterbangan 286 diembus angin di jalanan.
Saat yang menyenangkan untuk berada di kota ini. "Aku
senang datang ke sini dan aku senang meninggalkannya,"
Saulsberry berkata. "Saat ini suhu udara di New Orleans
masih delapan puluh lima derajat Fahrenheit,
kelembapannya masih sembilan puluh persen." Clay hanya
mendengarkan. Ia terlalu asyik dengan gejolak perasaan
saat itu, penyelesaian perkara yang hanya terpaut
beberapa jam lagi, uang jasa yang besar luar biasa,
kebebasan total karena berusia muda, lajang, dan begitu
kaya. "Berapakah umurmu, Clay?"-Wes berkata. 'Tiga
puluh satu." "Ketika aku umur tiga puluh tiga tahun, aku dan
partnerku meraup banyak sekali uang penyelesaian
perkara karena meledaknya sebuah kapal tanker. Kasus
yang mengerikan, ada selusin orang yang mari terbakar.
Kami membagi uang jasa sebesar dua puluh delapan juta
dolar sama rata Partnerku mengambil empat belas juta
dolarnya dan pensiun. Aku menanamkan uangku pada diri
sendiri. Aku membangun biro hukum yang penuh
pengacara berdedikasi, orang-orang berbakat yang
mencintai apa yang mereka kerjakan. Aku membangun
gedung di pusat kota New Orleans, teras mempekerjakan
orang-orang terbaik yang dapat kutemukan. Sekarang
kami punya sembilan puluh pengacara, dan dalam sepuluh
tahun terakhir kami mengeduk delapan ratus juta dolar
uang jasa Partner lamaku? Kasus yang menyedihkan. Kau
tidak pensiun saat berumur tiga puluh tiga tahun, im tidak
normal. Sebagian besar uang itu dihamburkan percuma
Tiga perkawinan yang gagal. Masalah judi. Aku mempe
kerjakannya dua tahun yang lalu sebagai paralega dengan
gaji enam puluh ribu dolar, padahal sebenarnyi nilainya
tidaklah sampai sejauh itu." "Aku belum berpikir untuk
pensiun," Clay berkata. Suatu kebohongan. "Jangan. Kau
akan meraup uang banyak, dan kau layak
mendapatkannya. Nikmatilah. Belilah pesawat terbang,
belilah perahu yang bagus, kondominium di tepi pantai,
rumah di Aspen, semua mainan itu. Tetapi curahkan
kembali seluruh uang im kembali ke biro hukummu.
Turutilah nasihat dari seseorang yang pernah
mengalaminya" "Terima kasih." Mereka belok ke jalan
Seventy-third dan menuju ke timur. Saulsberry belum
selesai. "Kau tahu tentang kasus-kasus cat bertimbal?''
"Tidak begitu." "Tidak setenar kasus-kasus obat, tapi
uangnya sangat besar. Aku memulai kegemparannya
sekitar sepuluh tahun yang lalu. Klien kami adalah sekolah,
gereja rumah sakit, gedung-gedung komersial, semua
yang dindingnya berlapis cat bertimbal. Zat yang sangat
berbahaya. Kami menggugat pabrik-pabrik cat,
membereskan perkara dengan beberapa di antaranya.
Sudah dua miliaran sejauh ini. Omong-omong, saat
mengungkapkan perkara ini pada salah satu perusahaan,
aku menemukan kasus gugatan massal lain yang mungkin
menarik bagimu. Aku tak dapat menanganinya karena ada
beberapa konflik kepentingan." "Aku mendengarkan."
"Perusahaan im ada di Reedsburg, Pennsylvania, j dan ia
membuat adukan semen yang dipakai tukang batu dalam
membangun rumah baru. Produk dengan teknologi rendah,
tapi tambang emas yang potensial. Sepertinya mereka
ada masalah dengan adukan semen mereka. Ada satu
batch produksi yang jelek. Sesudah sekitar tiga tahun,
bahan itu mulai runtuh. Saat semen im hancur, bata-
batanya pun mulai rontok. Pemakaiannya terbatas pada
wilayah Baltimore, mungkin digunakan pada sekitar dua
ribu rumah. Dan masalah ini baru saja diperhatikan orang."
"Berapa besar nilai kerugiannya?" "Butuh kira-kira lima
belas ribu dolar untuk membetulkan setiap rumah." Lima
belas ribu dolar kali dua ribu rumah. Dengan kontrak
senilai sepertiga uang ganti kerugiannya maka uang jasa
pengacaranya mencapai $10 juta. Clay mulai cepat
menghitung angka-angka. "Buktinya akan gampang
diperoleh," Saulsberry berkata. "Perusahaan im tahu kasus
ini mulai terungkap. Penyelesaian perkara semestinya
takkan jadi masalah." "Aku ingin memeriksanya." "Akan
kukirimkan berkasnya tapi kau hams menyimpan
rahasiaku." "Kau akan dapat bagian?" 'Tidak. Im uang
balas jasaku untuk Dyloft. Dan, tentu saja kalau kau punya
kesempatan untuk membalas jasa ini kelak, itu tentu akan
sangat dihargai. Beginilah cara sebagian dari kita bekerja,
Clay. Persaudaraan pengacara gugatan massal ini penuh
dengan tukang gorok leher dan egomamak, tapi beberapa
di antara kami mencoba untuk saling membantu." 289
Menjelang sore ban itu, Ackerman Labs menyepakati
minimum $62.000 untuk masing-masing penggugat Dyloft
dalam Kelompok Satu, orang-orang pengidap rumor jinak
yang bisa diangkat dengan prosedur bedah sederhana,
yang ongkosnya juga akan ditanggung perusahaan. Kira-
kira empat puluh ribu penggugat termasuk dalam kategori
ini, dan uangnya akan disediakan segera. Sebagian besar
dari tawar-menawar yang menyusul kesepakatan im
berputar sekitar cara yang digunakan untuk menetapkan
siapa yang berhak atas penggantian kerugian tersebut.
Perselisihan seru meledak ketika soal uang jasa
pengacara dikemukakan. Seperti kebanyakan pengacara
lain, Clay punya kontrak persiapan yang memberinya
sepertiga dari penggantian kerugian apa pun, tetapi dalam
penyelesaian perkara seperti ini biasanya persentasenya
dikurangi. Rumus yang sangat rumit digunakan dan
diperdebatkan, dengan French bersikap agresif luar biasa.
Bagaimanapun, itu uangnya. Ackerman akhirnya sepakat
dengan angka 28 persen uang jasa pengacara untuk
Kelompok Satu. Penggugat Kelompok Dua adalah mereka
yang menderita tumor ganas, dan karena pengobatan
mereka akan makan waktu berbulan-bulan atau bertahun-
tahun, penyelesaian perkaranya dibiarkan terbuka. Tidak
ada plafon untuk penggantian kerugian ini— bukti, menurut
Barry dan Harry, bahwa Philo Products ada di latar
belakang, menunjang Ackerman dengan uang ekstra Para
pengacara ini akan memperoleh 25 persen untuk
Kelompok Dua, meskipun Clay tidak tahu apa alasannya
French mengolah angka-angka itu terlalu cepat bagi siapa
pun. Penggugat Kelompok Tiga adalah mereka dari
Kelompok Dua yang meninggal karena Dyloft. Karena
sampai sejauh ini belum ada kasus kematian, kategori ini
pun dibiarkan terbuka. Uang jasa pengacaranya dipatok
pada angka 22 persen. Mereka bubar pukul tujuh dengan
rencana untuk bertemu kembali esok harinya guna
memastikan detail untuk Kelompok Dua dan Tiga. Di
dalam lift menuju ke bawah, French menyerahkan printout
padanya. "Lumayan juga kerja hari ini," ia berkata sambil
tersenyum. Im ringkasan kasus milik Clay dan uang jasa
yang akan diterima, termasuk tambahan tujuh peisen untuk
perannya di dalam Komite Pengawas Penggugat. Dari
Kelompok Satu saja ia mengharapkan uang jasa kotor
sebesar $106 juta. Ketika akhirnya sendirian, ia berdiri di
depan jendela kamarnya dan memandangi senja
menyelimuti Central Park. Jelas Tarvan tidak melatihnya
menghadapi guncangan mendapatkan kekayaan seketika
ini. Ia kebas, bisu, membeku selamanya di jendela im
sementara berbagai pikiran berkecamuk keluar-masuk
otaknya yang sangat kelebihan beban. Ia minum dua gelas
wiski dari mini bar tanpa efek apa pun. '2*^ Masih di depan
jendela, ia menelepon Paulette, yang mengangkatnya
sesudah setengah dering. "Bicaralah padaku," ia ^T^^Z^^ *
"Ronde pertama sudah selesai, katanya. 291 "Jangan
bicara berbelit-belit!" "Kau baru saja memperoleh sepuluh
juta dolar," Clay berkata, kata-kata itu keluar dari mulutnya
tapi dengan suara milik orang lain. "Jangan bohong
padaku. Clay." Kata-katanya melemah hilang. "Ini benar.
Aku tidak bohong." Suasana hening sesaat ketika Paulette
mulai menangis. Clay melangkah mundur dan duduk di
pinggir ranjang, dan untuk beberapa saat merasa dirinya
ingin menangis juga. "Oh Tuhan," Paulette berkata terbata-
bata dua kati. "Aku akan meneleponmu kembali beberapa
menit lagi," kata Clay. Jonah masih berada di kantor. Ia
mulai berteriak-teriak di telepon, lalu meletakkannya untuk
pergi memanggil Rodney. Clay mendengar mereka
berbicara di latar belakang. Pintu terbanting. Rodney
mengangkat gagang telepon dan berkata, "Aku
mendengarkan." "Bagianmu sepuluh juta," Clay berkata
untuk ketiga kalinya, berlagak seperti Sinterklas karena ia
tidak j akan pernah melakukannya lagi. "Mercy, mercy,
mercy," Rodney berkata. Jonah meneriakkan sesuatu di
latar belakang. , "Sulit untuk dipercaya," kata Clay, Sesaat
ia membayangkan Rodney duduk di meja kerjanya yang
lama di OPD, berbagai berkas dan dokumen di mana-
mana, foto-foto istri dan anak-anaknya menempel pada f
dinding, orang baik yang bekerja keras demi gaji yang E
sangat rendah, Apakah yang akan ia ceritakan pada
istrinya saat ia menelepon ke ramah beberapa menit lagi?
Jonah mengangkat sambungan telepon dan mereka
bercakap-cakap beberapa lama tentang rapat
penyelesaian perkara itu—siapa yang ada di sana, di
mana dilakukan, bagaimanakah keadaannya? Mereka tak
mau berhenti, tapi Clay mengatakan ia sudah berjanji
menelepon Paulette lagi. Ketika selesai menyampaikan
berita itu, lama ia duduk di ranjang, sedih menyadari tak
ada orang lain yang harus ditelepon. Ia bisa melihat
Rebecca, dan tiba-tiba mendengar suaranya dan
merasakannya dan menyentuhnya. Mereka bisa membeli
rumah di Tuscany atau Maui atau tempat mana saja yang
diinginkan Rebecca. Mereka bisa hidup bahagia di sana
dengan selusin anak dan tanpa mertua, dengan pengasuh,
pembantu, dan koki, bahkan mungkin pengurus rumah
tangga. Ia akan mengirim Rebecca pulang dengan jet dua
kati setahun supaya bisa bertengkar dengan orangtuanya.
Atau mungkin keluarga Van Horn tidak akan begitu
menyebalkan kalau ada seratus juta dolar dalam keluarga
mereka, di luar jangkauan mereka tapi cukup dekat untuk
dibuatkan. Ia mengertakkan geraham dan memutar nomor
Rebecca. Saat im hari Rabu, malam yang sepi di country
c/wo.Tentu saja ia ada di apartemennya. Sesudah tiga
dering Rebecca berkata, "Halo," dan mendengar suaranya
membuat Clay lemas. "Hai, ini Clay," ia berkata, berusaha
agar kedengaran biasa-biasa saja. Tak ada separah kata
pun dalam enam bulan ini, tetapi kekakuan itu segera
lumer. "Halo, Stranger," kata Rebecca. Ramah. "Apa
kabar?" "Baik, sibuk seperti biasa. Kau?" "Kurang-lebih
sama. Aku ada di New York, membereskan beberapa
kasus." "Kudengar keadaanmu sangat baik." Ucapan yang
mengecilkan keadaan sebenarnya. "Lumayan. Tak ada
yang kukeluhkan. Bagaimana pekerjaanmu?" "Aku masih
punya enam hari lagi." "Kau akan berhenti?" "Ya. Akan ada
pernikahan, kau tahu." "Begitulah yang kudengar. Kapan?"
"Tanggal dua puluh Desember." "Aku belum terima
undangan." "Well, aku tidak mengirimimu undangan.
Kurasa kau tidak ingin datang." "Mungkin tidak. Apakah
kau yakin kau ingin menikah?" "Mari kita bicara soal lain."
Tidak ada soal lain, sungguh." "Apakah kau sudah kencan
dengan seseorang?" "Banyak wanita mengejar-ngejarku.
Di mana kau bertemu laki-laki ini?" "Dan kau baru membeli
rumah di Georgetown?" "Itu berita lama." Tapi ia senang
Rebecca tahu. Mungkin ia ingin tahu tentang
keberhasilannya baru-^Jf*1*11 W»," katanya. Sudahlah,
Clay. Kita bicara baik-baik." ^vng dan kau tahu itu,
Rebecca." ^-telepon sekarang." <JesiTLm^dCnga^ Rebecl
Ada desa, »ia cacing. Ia homoseks. Apa lagi? Tumpahkan
emuanya, Clay, supaya kau merasa lebih lega." "Jangan
lakukan, Rebecca. Orangtuamu akan memakannya hidup-
hidup. Ditambah lagi, anak-anakmu nanti akan seperti
dirinya. Segerombolan ular kecil." Sambungan terputus. Ia
berbaring telentang di ranjang dan menatap langit-langit,
masih mendengar suara Rebecca, terpukul hebat oleh
kesadaran betapa ia merindukannya. Kemudian telepon
berdering keras dan menyentak-kannya. Dari Patton
French, menunggu di lobi dengan limo. Makan malam dan
anggur selama tiga jam mendatang. Seseorang harus
melakukannya. 295 Semua peserta sudah disumpah untuk
- menjaga rahasia. Dokumen-dokumen tebal
ditandatangani para pengacara yang menjanjikan
kerahasiaan total mengenai negosiasi dan penyelesaian
perkara Dyloft. Sebelum mereka meninggalkan New York,
Patton French berkata pada kelompoknya, "Beritanya akan
muncul di koran dalam empat puluh delapan jam. Philo
akan membocorkannya, dan harga saham mereka akan
melambung." Esok paginya, The Wall Street Journal
memuat berita itu; tentu saja, seluruh kesalahan ditimpakan
pada para pengacara. Judul beritanya berbunyi,
PENGACARA-PENGACARA gugatan massal
MEMAKSAKAN penyelesaian kilat kasus DYLOFT. Ada
banyak komentar dari sumber-sumber yang tak dapat
disebutkan namanya. Rinciannya akurat Dana sejumlah 2,4
miliar dolar akan disalurkan sebagai uang penyelesaian
perkara putaran pertama, dengan kemungkinan 1,5 miliar
lagi sebagai cadangan untuk kasus-kasus yang lebih
serma. Saham Philo Products dibuka dengan harga $82
dan dengan cepat melonjak ke $85. Seorang analis
mengatakan para investor merasa lega dengan kabar i
penyelesaian perkara tersebut. Perusahaaan itu akan bisa
mengendalikan biaya litigasi. Tak ada gugatan perkara
berkepanjangan. Tak ada ancaman munculnya vonis di luar
dugaan. Pengacara-pengacara itu berhasil dikendalikan,
dan sumber-sumber yang tak disebutkan namanya di Philo
menyebutnya sebagai kemenangan. Clay memantau berita
itu di televisi dalam kantornya. Ia juga menangani telepon
dari para reporter. Pada pukul sebelas, reporter'dari The
Journal tiba bersama fotografer. Dalam pembicaraan awal,
Clay menyadari bahwa si wartawan tahu tentang
penyelesaian perkara itu sebanyak yang diketahui Clay.
"Hal-hal seperti ini tidak pernah benar-benar
dirahasiakan," katanya. "Kami tahu di hotel mana kalian
bersembunyi." Off the record, Clay menjawab semua
pertanyaan. Lalu on the record, ia tidak bersedia
berkomentar tentang penyelesaian perkara itu. Tapi ia
memberikan beberapa keterangan tentang dirinya sendiri,
lompatan cepat dari kantor OPD menjadi miliarder dalam
gugatan massal, semuanya hanya dalam beberapa bulan,
dan biro hukum hebat yang didirikannya, dan lain-lain. Ia
bisa membayangkan cerita itu ditulis, dan im akan
spektakuler. Keesokan paginya, ia membaca cerita im di
Internet sebelum matahari terbit Di sana ada wajahnya,
dalam sketsa-sketsa mengerikan yang dipopulerkan The
Journal, dan tepat di atasnya tertulis judul RAJA GANTI
RUGI, DARI $40.000 KE $100.000 DALAM ENAM
BULAN. Di bawahnya ada keterangan kecil: "Kau pasti
cihta hukumi" Cerita im panjang, dan seluruhnya tantang
Clay. Latar belakangnya, besar di D.C, ayahnya. Sekolah
Hukum Georgetown, kutipan komentar positif dari Olenda
dan Jermaine di OPD, komentar dari dosen yang tak
diingatnya, ulasan singkat tentang iitigasi Dyloft. Bagian
terbaik adalah perbincangan panjang-lebar dengan Patton
French, di mana "pengacara gugatan massal yang terkenal
ganas" itu menyebut Clay Carter sebagai "bintang muda
paling cemerlang", "tak kenal takut", dan "kekuatan baru
yang harus diperhitungkan." "Korporasi Amerika pasti
gemetar mendengar namanya," demikian lanjutan
komentar bombastis itu. Dan. akhirnya, 'Tak disangsikan,
Clay adalah Raja Ganti Rugi terbaru." la membacanya dua
kali lalu mengirimkannya lewat e-mail kepada Rebecca
dengan catatan di atas dan bawah: "Rebecca, Tolong
tunggu, Clay." Ia mengirimkannya ke apartemen dan kantor
Rebecca, dan saat melalaikannya, ia membuang
tulisannya sendiri dan mengirimkan kabar im ke kantor-
kantor BVH Group lewat faksimili. Pernikahan im tinggal
sebulan lagi. .;5las: Ketika akhirnya ia tiba di kantor, Miss
Glick menyerahkan setumpuk pesan kepadanya—sekitar
setengahnya berasal dari teman-teman kubah yang
bercanda meminta pinjaman, sekitar setengahnya berasal
dari wartawan segala jenis. Kantor itu bahkan lebih kacau
balau daripada biasanya. Paulette, Jonah, dan Rodney
masih di awang-awang dan sama sekali tak bisa
memusatkan perhatian. Setiap klien menginginkan uang
hari itu juga. Untunglah ada Cabang Yale, di bawah Mr.
Oscar Mulrooney yang cemerlang, yang menangani tugas
itu dan menyusun rencana untuk bertahan hidup hingga
uang perkara itu dibayarkan. Clay memindahkan
Mulrooney ke kantor di lorong dekat kantornya, menaikkan
gajinya dua kali lipat, dan membiarkannya mengurus
segala kekacauan itu. Clay butuh istirahat. Karena paspor
Jarrett Carter diam-diam telah dicabut Departemen
Kehakiman AS, gerakannya jadi agak terbatas. Ia bahkan
tidak yakin bisa kembali ke negaranya sendiri, meskipun
dalam enam tahun ini ia tak pernah mencobanya. Ada
banyak lubang kelemahan dalam kesepakatan di bawah
meja yang ia lakukan agar bisa menyingkir dari kota tanpa
tuntutan hukum itu. "Kita lebih baik tetap di Bahama,"
katanya pada Clay di telepon. Mereka meninggalkan
Abaco dengan pesawat Cessna-Citation V, satu lagi
mainan dari armada pesawat terbang yang ditemukan
Clay. Mereka menuju Nassau, tiga puluh menit dari sana.
Jarrett menunggu sampai mereka mengudara sebelum
berkata, "Oke, tumpahkanlah unek-unekmu." Ia sudah
meneguk bir. Dan ia memakai celana pendek denim
kumal, sandal, dan topi pancing tua, sangat mirip orang
asing yang dikucilkan ke pulau-pulau itu dan menjalani
hidup seperti bajak laut. Clay sendiri membuka sekaleng
bir, lalu memulai ceritanya dengan Tarvan dan
mengakhirinya dengan Dyloft. Jarrett sudah mendengar
desas-desus tentang keberhasilan anaknya tapi ia tak
pernah membaca koran dan mencoba sebaik mungkin
mengabaikan 299 segala berita dari rumah. Satu kaleng
bir lagi sementara ia mencoba memahami gagasan
memiliki lima ribu klien sekaligus pada saat yang sama.
Angka $100 juta itu membuat matanya terpejam, wajahnya
memucat, atau setidaknya menjadi berwarna tembaga
terang, dan membuat keningnya yang bagaikan kulit
samak im mengernyit dalam gelombang kerut-merut tebal.
Ia menggeleng, meneguk bir lagi, lalu mulai tertawa. Clay
meneruskan, bertekad menyelesaikan kisahnya sebelum
mereka mendarat "Apa yang akan kaulakukan dengan
uang im?" Jarrett bertanya masih terguncang.
"Memakainya sepuas-puasnya" Di hiar bandara Nassau
mereka menemukan taksi, Cadillac kuning tahun 1974
dengan sopir yang merokok ganja Ia mengantar mereka
dengan selamat ke Sunset Hotel and Casino di Paradise
Island, yang menghadap ke Pelabuhan Nassau. Jarret
beranjak ke meja blackjack dengan bekal lima ribu dolar
tunai yang baru saja diberikan anaknya Clay menuju kolam
renang dan berjemur. Ia ingin matahari dan bikini. Perahu
itu katamaran ukuran 63 kaki yang dibangun pembuat
perahu layar terbaik di Fort Lauderdale.
Kapten/wiraniaganya adalah orang Inggris pemberang
bernama Maltbee yang dibantu pelaut Bahama kurus
kering. Maltbee menggeram dan ribut sampai mereka 300
keluar dari Pelabuhan Nassau dan masuk ke teluk. Mereka
menuju sisi selatan selat, menikmati setengah hari di
bawah matahari terang benderang dan air yang tenang, uji
coba panjang pada perahu yang kata Jarrett bisa
menghasilkan uang banyak. Ketika mesin dimatikan dan
layar dikembangkan. Clay turun untuk memeriksa kabin.
Perahu ini mestinya bisa menampung tidur delapan orang,
ditambah dua awak perahu. Bilik-bilik yang sempit tapi
memang semuanya ukuran junior. Kamar mandinya terlalu
sempit untuk memutar badan di dalamnya. Suite utamanya
seukuran lemarinya yang paling kecil. Itulah kehidupan di
kapal layar. Menurut Jarrett, mustahil mendapat
penghasilan dengan menangkap ikan. Bisnis seperti itu
sporadis sifatnya. Untuk memperoleh laba harus ada yang
menyewa setiap hari, tapi pekerjaannya terlalu berat.
Mustahil untuk mempertahankan awak perahu. Uang tip tak
pernah cukup. Kebanyakan kliennya memang cukup
menyenangkan tetapi banyak juga yang buruk sehingga
menjadikan pekerjaan ini merugi. Ia sudah lima tahun jadi
kapten perahu sewaan dan sudah jenuh. Uang besar dapat
dihasilkan dari perahu pribadi untuk disewakan kepada
kelompok-kelompok kecil orang kaya yang ingin bekerja,
bukan dimanja. Pelaut-pelaut semiserius. Pilih perahu yang
bagus—perahumu sendiri, lebih disukai tanpa jaminan hak
gadai—dan berlayar mengelilingi Karibia selama satu
bulan sekali jalan Jarrett punya teman dari Freeport yang
sudah bertahun-tahun mengelola perahu seperti im dan
•ndapatkan banyak uang. Klien-klien im sendiri . yang
menentukan jalur, memilih waktu dan rute mereka,
menentukan menu makanan dan minuman, dan
berangkatlah mereka dengan seorang kapten dan seorang
kelasi selama satu bulan. "Sepuluh ribu dolar seminggu,"
kata Jarrett. "Ditambah kau benar-benar berlayar,
menikmati angin, matahari, dan lautan, pergi ke mana saja.
Tidak seperti memancing, di mana kau harus menangkap
ikan marlin besar, kalau tidak semua orang akan marah."
Ketika Clay keluar dari kabin itu, Jarrett sedang
memegang kemudi, tampak sangat nyaman, seolah sudah
bertahun-tahun ia memacu yacht-yacht mahal. Clay pindah
ke dek dan berjemur telentang. Mereka mendapat angin
dan mulai membelah anyang tenang, menuju ke timur
sejajar teluk, dengan Nassau mulai menghilang di
kejauhan. Clay menanggalkan pakaian hingga tinggal
celana pendek dan berbalur krim; ia hampir tertidur ketika
Maltbee merayap ke sebelahnya "Ayahmu mengatakan
kaulah yang punya uang." Mata Maltbee tersembunyi di
balik kacamata hitam pekat. "Aku rasa ia benar," kata
Clay. "Perahu ini nilainya empat juta dolar, praktis masih
bara, salah satu perahu terbaik kami. Dibangun untuk salah
satu miliarder komputer yang menghabiskan uang lebih
cepat daripada menghasilkannya. Banyak yang bernasib
menyedihkan seperti im, kalau kau tanya aku. Pendeknya
kami terpaksa mengambil alih. Pasaran sedang lesu. Kami
akan melepasnya dengan harga tiga juta, dan dengan
harga seperti itu kau seharusnya dituntut karena melakukan
pencurian. Kalau kau mendaftarkan perahu ini di bawah
undang-undang Bahama sebagai perahu sewaan, maka
ada segala macam cara untuk mengakali pajak. Aku tidak
bisa menjelaskannya tapi kami punya pengacara di
Nassau yang menangani urusan dokumennya Kalau kau
bisa menemuinya dalam keadaan tidak mabuk." "Aku
pengacara." "Kalau begitu, mengapa kau tidak mabuk?"
Ha ha ha; mereka berdua tertawa terpaksa. "Bagaimana
dengan depresiasinya?" Clay bertanya. "Besar, lumayan
besar, tapi sekali lagi, rtu urusan pengacara seperti kau.
Aku cuma wiraniaga. Tapi kurasa ayahmu menyukainya.
Perahu-perahu seperti ini sangat digemari dari sini hingga
Bermuda dan Amerika selatan. Ia akan menghasilkan
uang." Begitulah kata si wiraniaga dan caranya membujuk
tidaklah meyakinkan. Kalau Clay sampai membelikan
perahu untuk ayahnya, maka impian satu-satunya adalah
perahu itu akan impas dan tidak jadi lubang hitam yang
terus menyedot uang. Maltbee menghilang secepat ia tadi
muncul. Tiga hari kemudian, Clay menandatangani kontrak
akan membayar $2,9 juta untuk perahu itu. Si pengacara,
yang sesungguhnya tidak sepenuhnya bebas dari mabuk
dalam dua pertemuannya dengan Clay, meregistrasikan
perahu im sebagai perusahaan Bahama atas nama Jarrett.
Perahu im merupakan hadiah dari anak kepada ayah, aset
untuk disembunyikan di kepulauan tersebut, sama seperti
Jarrett sendiri. Saat bersantap pada malam terakhir
mereka di Nassau, di belakang kedai lusuh penuh
pengedar obat bius, pengelak pajak, dan penghindar
kewajiban membayar tunjangan cerai, semuanya orang
Amerika, Clay memecah cangkang kepiting dan akhirnya
mengajukan pertanyaan yang sudah berminggu-minggu ia
pertimbangkan. "Apakah ada kemungkinan kau bisa
kembali ke Amerika?" "Untuk apa?" "Untuk praktik hukum.
Untuk jadi partnerku. Untuk melakukan litigasi dan
bertarung lagi." Pertanyaan itu membuat Jarrett tersenyum.
Membayangkan ayah dan anak bekerja bersama.
Gagasan bahwa Clay menginginkannya kembali; kembali
ke kantor, kembali pada sesuatu yang terhormat. Anak ini
hidup di bawah bayangan awan kelabu yang ditinggalkan
si ayah. Akan tetapi, dengan keberhasilannya baru-baru
im, awan gelap itu jelas menyusut. "Aku meragukannya,
Clay. Aku sudah menyerahkan izin praktikku dan berjanji
untuk menyingkir." "Apakah kau ingin kembali?" "Mungkin
untuk membersihkan nama, tapi tidak untuk menjalankan
praktik hukum lagi. Terlalu banyak beban, terlalu banyak
musuh lama yang mengintai. Aku berumur lima puluh lima,
dan im sedikit terlambat untuk memulai kembali." "Akan
berada di manakah kau sepuluh tahun lagi?" "Aku tidak
berpikir seperti itu. Aku tidak percaya dengan kalender,
jadwal, dan daftar hal-hal yang harus dikerjakan.
Menentukan tujuan adalah kebiasaan tolol khas Amerika.
Tidak untukku. Aku mencoba hidup hari demi hari, mungkin
sedikit memikirkan bagaimana betok, dan itu saja.
Merencanakan masa depan adalah sesuatu yang
menggelikan." "Maaf aku bertanya." "Hiduplah untuk saat
ini, Clay. Urusan besok adalah untuk besok. Menurutku,
tanganmu sudah sangat penuh sekarang." "Uang itu
mestinya akan membuatku sibuk" "Jangan kauhabiskan,
Nak. Aku tahu im kelihatannya mustahil, tapi kau akan
terkejut. Teman-teman baru akan muncul di mana-mana.
Wanita akan berjatuhan dari langit." "Kapan?" "Tunggu
saja. Aku pernah membaca buku—Fool's Gold, atau
seperti itulah judulnya. Sam kisah disusul kisah lain tentang
kekayaan yang ditandaskan orang-orang tolol yang
memilikinya. Bacaan yang menarik. Belilah buku itu."
"Kurasa aku tidak mau." Jarrett melemparkan seekor
udang ke dalam mulut dan mengganti pokok pembicaraan,
"Apakah kau akan membantu ibumu?" "Mungkin tidak. Ia
tidak butuh bantuan. Suaminya kaya raya, ingat?" "Kapan
kau bicara dengannya?" "Sudah sebelas tahun yang lalu,
Dad. Mengapa kau begitu peduli?" "Hanya ingin tahu.
Rasanya aneh. Kau menikahi seorang wanita, hidup
dengannya selama dua puluh lima tahun, dan kau kadang-
kadang ingin tahu apa yang ia lakukan." "Mari kita bicara
soal lain." "Rebecca?" "Berikutnya." "Ayo kita main lempar
dadu. Aku masih empat ribu dolar." Ketika Mr. Ted Worley
dari Upper Marlboro, Maryland, menerima amplop tebal
dari Kantor Hukum J. Clay Carter U, ia langsung
membukanya Ia sudah menyaksikan berbagai laporan
berita tentang penyelesaian perkara Dyloft. Ia sudah
mengamati situs Web Dyloft dengan sepenuh hati,
menunggu tanda-tanda bahwa sudah tiba saatnya untuk
mengambil uang dari Ackerman Labs. Surat itu dimulai
dengan, "Mr. Worley yang terhormat Selamat. Gugatan
class action Anda terhadap Ackerman Labs sudah
diselesaikan di Pengadilan Distrik AS di Southern District
of Mississippi. Sebagai penggugat dalam Kelompok'.
Pertama bagian uang penyelesaian perkara Anda adalah
$62.000. Sesuai dengan Perjanjian Layanan Hukum antara
Anda dan biro hukum ini, maka pembayaran untuk biaya
jasa pengacaranya adalah 28 persen. Di samping itu,
pengadilan telah menyetujui potongan sebesar $1.400
untuk biaya gugatan. Angka bersih dari uang penyelesaian
perkara Anda adalah $43.240. Harap tanda-tangani
perjanjian dan formulir kesediaan terlampir dan
kembalikanlah segera dalam amplop terlampir. Hormat
kami, Oscar Mulrooney, Pengacara." Tiap kali
pengacaranya berbeda" Mr. Worley i berkata sambil terus
membalik-balik halaman. Di sana ada kopi surat perintah
pengadilan yang mengesahkan penyelesaian perkara im,
dan pengumuman kepada semua penggugat class action,
dan beberapa dokumen lain yang membuat ia mendadak
tak berselera membacanya. $43.240! Im jumlah total yang
akan ia terima dari perusahaan farmasi raksasa busuk
yang sengaja memasarkan obat yang mengakibatkan
tumor tumbuh di kandung kemihnya? $43.240 sebagai
imbalan berbulan-bulan ketakutan, stres, dan
ketidakpastian akan hidup atau mati? $43.240 untuk
penderitaan diiris pisau mikroskopis dan penis dijejali
slang hingga ke kandung kemih di mana empat gumpal
tumor diambil satu persatu dan dikeluarkan lewat penis
lagi? $43.240 untuk tiga hari penderitaan ketika darah dan
gumpalan keluar bersama urinenya? Ia terenyak
memikirkannya. Ia menelepon enam kali dan meninggalkan
enam pesan mendesak dan menunggu enam jam sampai
Mr. Mulrooney balas meneleponnya. "Siapakah ini?" Mr.
Worley mulai dengan menyenangkan. Dalam sepuluh hari
terakhir ini, Oscar Mulrooney telah jadi pakar dalam
menangani telepon semacam itu. Ia menerangkan bahwa
ia pengacara yang bertanggung jawab atas kasus Mr.
Worley. "Uang penyelesaian perkara ini lelucon!" Mr.
Worley berkata. "Empat puluh tiga ribu dolar adalah tindak
kejahatan." "Uang ganti kerugian Anda adalah enam puluh
dua ribu dolar, Mr, Worley," Oscar berkata. "Aku menerima
empat puluh tiga, Nak." Tidak, Anda mendapatkan enam
puluh dua. Anda setuju memberikan sepertiganya kepada
pengacara 307 Anda. yang tanpa mereka Anda tentu
takkan men. dapatkan apa-apa. Bagian ini sudah dikurangi
menjadi dua puluh delapan persen oleh perjanjian
penyelesaian perkara ini. Kebanyakan pengacara
mengambil empat puluh lima atau lima puluh persen."
"Wah, aku sungguh bangsat yang beruntung. Aku tidak
akan menerimanya." Menanggapi ini, Oscar memberikan
uraian singkat dan telah terlatih baik tentang bagaimana
Ackerman Labs hanya bisa membayar sebanyak im tanpa
jadi bangkrut keadaan yang akan mengakibatkan Mr.
Worley menerima lebih sedikit lagi, bahkan mungkin sama
sekati tidak mendapatkan apa-apa. "Im sungguh
menyenangkan," Mr. Worley berkata. "Tapi aku tidak akan
menerima uang penyelesaian perkara ini." "Anda tidak
punya pilihan." "Peduli amat" "Lihatlah Perjanjian
Pelayanan Hukum itu, Mr. Worley. Di halaman sebelas
dalam paket yang Anda terima. Pasal delapan itu disebut
Preautorisasi. Bacalah persyaratannya, Sir, dan Anda
akan lihat bahwa Anda telah memberikan wewenang pada
biro hukum m» untuk menyelesaikan perkara dengan ganti
kerugian di atas tam puluh ribu dolar." Aku ingat hn, tapi
waktu im dijelaskan kepadaku «bagai angka awal. Aku
mengharapkan lebih banyak." «^anPT,e?aa perkara A^a
sudah disahkan penerimaan, ZT**"** ^ t dan akhWalt
dVkan * °»>enkan pada orang lain." -Kalian gerombolan
penipu, kau tahu im? Aku tidak tahu siapa yang lebih busuk
—perusahaan yang membuat obat im atau pengacara-
pengacaraku sendiri yang mengecohku sehingga tidak
mendapatkan ganti •rugi yang adil." "Kami prihatin Anda
merasa begitu," "Kau tidak prihatin sedikit pun. Kata koran
kalian mendapatkan seratus juta dolar. Dasar maling!" Mr.
Worley membanting telepon dan melemparkan dokumen-
dokumen itu ke seberang dapur. Ik kJAMPUL majalah
Capitol Magazim edisi Desember menampilkan Clay
Carter, tampak cokelat terbakar matahari dan cukup
tampan mengenakan setelan jas Armani, duduk di sudut
meja kerjanya di dalam kantor yang ditata bagus. Itu
pengganti mendadak untuk artikel berjudul "Natal di
Potomac," edisi liburan biasanya di mana seorang senator
tua dan kaya dengan istri terbarunya yang cantik membuka
rumah pribadinya yang besar untuk dilihat semua orang.
Pasangan itu, dan dekorasi, kucing, dan resep fevorimya,
tersisih ke halaman dalam, sebab D.C. adalah ibu kota
tentang uang dan kekuasaan. Seberapa sering majalah im
punya kesempatan mendapatkan cerita hiar biasa tentang
pengacara muda dan miskin yang menjadi kaya begitu
cepat? Ada gambar Clay di beranda bersama anjing yang
ia pinjam dari Rodney, dan Clay berpose di sebelah boks
juri di dalam ruang sidang kosong seolah ia baru saja
mendapatkan vonis besar untuk menghukum orang-orang
jahat, dan tentu saja, Clay sedang mencuci Porsche
barunya. Ia mengaku bahwa kegemarannya adalah
berlayar, dan ada perahu baru yang bersandar di Bahama.
Tak ada kisah cinta yang serius saat ini, dan cerita tin
langsung memberinya predikat pria lajang paling
diidamkan di kota. 310 Mendekati bagian belakang adi
foto para calon pengantin wanita, diikuti berbagai
pengumuman pernikahan yang akan berlangsung. Setiap
wanita muda, gadis murid sekolah swasta, dan kalangan
country club di metropolitan D.C, memimpikan dirinya
muncul di halaman Capitol Magazine. Makin besar fotonya,
makin pentinglah keluarga itu. Para ibu yang ambisius
diketahui suka mengambil penggaris dan mengukur foto
putri mereka dan foto si rival, lalu kalau bukan berpuas diri
karena merasa lebih hebat dari yang lain, tentulah mereka
diam-diam menyimpan sakit hati sampai bertahun-tahun.
Ada foto Rebecca Van Horn, gemilang duduk di bangku
rotan di taman entah di mana, foto yang indah tapi dirusak
wajah pengantin laki-laki dan calon suaminya, Yang
Terhormat Jason Shubert Myers IV, duduk rapat di
sebelahnya dan jelas menikmati kamera. Berita
pernikahan itu untuk pengantin wanita, bukan untuk laki-
laki. Mengapa mereka berkeras menampilkan wajah
mereka dalam pengumuman juga? Bennett dan Barbara
tentu memakai pengaruh mereka; pengumuman Rebecca
nomor dua terbesar di antara selusin lainnya. Enam
halaman sesudahnya, Clay melihat iklan BVH. Group
sehalaman penuh. Itu imbalannya. Clay bersuka ria
menikmati penderitaan yang diakibatkan majalah im di
keluarga Van Horn saat ini. Pernikahan Rebecca, peristiwa
sosial yang memungkinkan Bennett dan Barbara
menghamburkan uang dan mengesankan dunia, ternyata
dikalahkan musuh lama mereka. Berapa kali putri mereka
tampil dalam pengumuman pernikahan Capitol Magazine?
Betapa 311 kens mereka telah berusaha untuk
memastikan ditampilkan secara menonjol? Dan semua itu.
ki tersisih oleh gelegar Ctay. Dan sorotan pada dirinya
belum berakhir. Jonah mengumumkan bahwa pensiun
merupakan kemungkinan serius. Ia menghabiskan sepuluh
hari di Antigua bukan dengan satu perempuan tapi dua,
dan ketika kembali ke D.C. dalam badai salju awal bulan
Desember, ia mengaku pada Clay bahwa secara mental
dan psikologis ia tidak mampu melakukan praktik hukum
lagi. Ia sudah mendapatkan segala yang bisa ia raih.
Karier hukumnya sudah berakhir. Ia merencanakan hidup
di perahu layar sendiri. Ia telah menemukan wanita yang
suka berlayar dan, karena wanita itu memasuki ambang
bubarnya perkawinan, ia pun butuh waktu banyak-banyak
di lautan. Jonah berasal dari Annapolis dan, tidak seperti
Clay, sudah berlayar seumur hidupnya. "Aku butuh boneka
hidup, lebih disukai yang berambut pirang," kata Clay
sambil duduk 'di kursi di i seberang meja tulis Jonah.
Pintunya dikunci. Saat itu pukul 18.00 lebih hari Rabu dan
Jonah sudah membuka I botol bir pertama. Mereka
berkompromi untuk menaati peraturan tak tertulis bahwa
tidak ada minuman keras j sebelum pukul 18.00. Kalau
tidak, Jonah tentu akan i langsung mulai sesudah makan
siang. "Laki-laki lajang paling diidamkan di kota ini
mengalami kesulitan menggaet perempuan?" "Aku sudah
beberapa lama keluar dari peredaran. Aku akan
menghadiri pernikahan Rebecca, dan aku butuh wanita
yang bisa mencuri perhatian." "Oh, ini sungguh bagus," ia
berkata sambil tertawa dan meraih ke dalam laci meja
kerjanya. Hanya Jonah yang menyimpan berkas data
tentang wanita. Ia mengaduk-aduk dokumen dan
menemukan apa yang ia inginkan. Ia melemparkan surat
kabar terlipat ke seberang meja. Di sana ada iklan
pakaian dalam untuk sebuah toserba. Dewi berusia muda
yang menawan itu bisa dibilang tidak memakai apa-apa di
bawah pinggang dan hanya menutupi buah dadanya
dengan lengan terlipat. Clay ingat jelas pernah melihatnya
pada pagi hari ketika iklan tersebut pertama kali dimuat.
Berbulan-bulan yang lalu. "Kau kenai dia?" "Tentu saja aku
kenal dia. Kaupikir aku menyimpan iklan pakaian dalam
hanya sekadar iseng?" "Takkan mengejutkanku."
"Namanya Ridley. Setidaknya begitulah namanya yang
dikenal orang." "Ia tinggal di sini?" Clay masih memelototi
si cantik mencengangkan dalam gambar hitam-putih yang
ia pegangi. "Ia berasal dari Georgia" "Oh, gadis Selatan."
"Bukan, Rusia. Negara Georgia Ia datang sebagai peserta
program pertukaran mahasiswa dan tak pernah
meninggalkan negeri ini." "Kelihatannya ia masih berumur
delapan belas. 'Tertengahan dua puluh." "Berapa
tingginya? "Sekitar seratus tujuh puluh lima sentimeter."
Tangkarnya kelihatan seperti satu setengah met
panjangnya" "Apakah kau tidak suka?" Dalam usaha agar
tampak tak acuh, Clay melempa kan kertas im kembali ke
meja. "Ada kekurangan?" "Ya. ia didesas-desuskan
sebagai switch-hitter." "ApaT Ta suka laki-laki dan
perempuan." "Oh" "Belum ada yang memastikan, tapi
banyak mode wanita yang begitu. Setahuku, bisa jadi
hanya sekadai desas-desus." • "Kau pernah kencan
dengannya." Tidak. Teman dan teman. Ia memang ada
dalam daftarku. Aku masih menunggu konfirmasi. Cobalah.
Kalau kau tidak menyukainya, kita akan cari perempuan
lain.' "Bisakah kau yang menelepon?" Tentu saja, tidak ada
masalah. Im tentu mudah, karena kau sekarang Cowok
Sampul, lajang paling diidamkan, Raja Ganti Rugi. Entah
mereka tahu atau tidak istilah ganti ragi di Georgia sana."
"Tidak kalau mereka beruntung. Telepon saja." Mereka
bertemu untuk makan malam di restoran bulan ini, restoran
Jepang yang banyak dikunjungi kaum muda dan kaya,
Ridley tampak lebih bebat lagi daripada dalam foto.
Banyak kepala menoleh dan leher berputar sewaktu
mereka dibawa ke tengah restoran dan ditempatkan di
meja yang sangat istimewa. Banyak percakapan terhenti di
tengah kalimat Pelayan-pelayan merubung mereka.
Bahasa Inggris Ridley yang sedikit beraksen im sempurna
dan cukup eksotis untuk menambah kesan seksi pada
dirinya, seolah ia masih membutuhkannya saja. Pakaian
bekas yang usang dari pasar loak sekalipun akan tampak
hebat pada tubuh Ridley. Tantangan yang ia hadapi adalah
bagaimana berpakaian sederhana, sehingga pakaian im
tidak akan bersaing dengan rambut pirang, mata biru laut,
tulang pipi yang tinggi, dan segala lekuk wajahnya yang
sempurna. Nama sebenarnya Ridai Petashnakol, yang
harus diejanya dua kali sebelum Clay menangkapnya.
Untungnya, para model, seperti pemain sepak bola bisa
bertahan hidup hanya dengan satu nama maka ia hanya
dikenal sebagai Ridley. Ia tidak minum alkohol, tapi
memesan sari buah cranberry. Clay berharap ia tidak
memesan sepiring wortel untuk makan malam. Ridley
punya kecantikan dan Clay punya uang. dan karena
mereka tidak bisa membicarakan keduanya maka selama
beberapa menit mereka sibuk mencari-cari topik yang
aman. Ia orang Georgia, bukan Rusia, dan tak peduli pada
politik atau terorisme atau sepak bola. Ah. film! Ia
menonton apa saja dan menyukai semuanya Bahkan film-
film mengerikan yang tak ditonton orang huh. Film-film yang
gagal dalam box-office sangat disukai Ridley, dan Clay
mulai merasakan keragu-raguan, ia cuma bimbo, kata Clay
pada diri sendiri. Makan 1 malam sekarang, pernikahan
Rebecca nanti, dar Ridley pun jadi sejarah. Ia bisa lima
bahasa, tapi karena kebanyakan adalah bahasa-bahasa
Eropa timur, rasanya kemampuan itu tak ada manfaatnya
untuk memperbaiki karier. Yang sungguh melegakan hati
Clay, ia memesan sajian pertama kedua dan makanan
penutup. Percakapan tidaklah mudah, tapi kedua belah
pihak berusaha keras. Latar belakang mereka begitu
berbeda. Jiwa pengacara di dalam dirinya menginginkan
pemeriksaan mendalam terhadap sang saksi; nama
sebenarnya, umur, golongan darah, pekerjaan ayah, gaji,
sejarah perkawinan, sejarah seksual—benarkah kau
switch' hitter? Tapi dengan susah payah ia berhasil
mengendalikan diri dan sama sekali tidak membongkar-
bongkar masalah im. Ia menyinggung-nyinggung sedikit
sekali atau dua kali, tak mendapatkan apa-apa dan
kembali pada soal film. Ridley kenal setiap j aktor kelas
dua berumur dua puluhan dan siapa yang dikencaninya
saat ini—omongan yang sangat membosankan tapi
mungkin tidaklah begitu membosankan juga seperti
mendengarkan segerombolan pengacara berbicara
tentang kemenangan terakhir mereka di persidangan atau
penyelesaian ganti rugi limbah beracun. Clay meneguk
anggur dan membuat dirinya lebih santai. Anggur itu
anggur merah burgundy. Patton French tentu akan bangga.
Seandainya saja rekan-rekannya sesama pengacara
gugatan massal im bisa melihatnya sekarang, duduk di
depan boneka Barbie ini. Satu-satunya hal negatif adalah
desas-desus busuk itu. Tidak mungkin ia menyukai
sesama wanita. Ia terlalu sempurna, terlalu elok, terlalu
menarik bagi lawan jenis. Ia ditakdirkan menjadi istri untuk
dipamerkan! Tetapi ada 'sesuatu pada dirinya yang terus
membuat Clay curiga. Begitu rasa terpesona pertama
pada penampilannya mulai luntur, dan itu butuh sedikitnya
dua jam serta sebotol anggur, Clay menyadari bahwa ia
tidak pernah tahu' lebih dari yang ada di permukaan. Baik
karena tidak ada kedalaman apa pun, atau mungkin hal im
dilindungi dengan hati-hati. Saat menyantap makanan
penutup, chocolate mousse yang dimain-mainkan Ridley
tapi tidak dimakannya Clay mengundangnya menghadiri
resepsi pernikahan. Ia mengaku bahwa si pengantin wanita
adalah mantan pacarnya, tapi berbohong ketika ia
mengatakan hubungan mereka sekarang hanyalah teman
biasa. Ridley mengangkat pundak seakan lebih suka pergi
ke bioskop. "Kenapa tidak?" katanya Sewaktu belok ke
jalan masuk Potomac Country Club, Clay teringat
kenangan lama. Kunjungan terakhirnya ke tempat celaka
ini barulah tujuh bulan yang lalu, makan malam menyiksa
bersama orangtua Rebecca. Waktu im ia menyembunyikan
Honda tuanya di belakang lapangan tenis. Kini, ia
memamerkan Porsche Carrera baru. Waktu im, ia
menghindari valet untuk menghemat uang. Kini ia memberi
tip ekstra pada juru parkir itu. Waktu itu, ia seorang diri dan
ketakutan menghadapi beberapa jam mendatanj bersama
keluarga Van Horn. Kini ia bersama Ridley dengan
kecantikannya yang tak ternilai, yang memegangi sikunya
dan menyilangkan kaki sedemikian rupa sehingga belahan
roknya memperlihatkan keindahan sosoknya hingga ke
pinggang; dan di mana pun orangtua Ridley kini berada
pasti mereka tidak akan ikut campur dalam hidup Clay.
Waktu im, ia merasa seperti gelandangan di tempat
terhormat. Kini Potomac Country Club pasti akan
menyetujui keanggotaannya besok bila ia menulis cek
dengan jumlah yang tepat. "Resepsi pernikahan Van Horn,"
ia berkata pada penjaga yang mempersilakannya masuk.
Mereka terlambat satu jam, saat yang sempurna. Ruang
resepsi im penuh dan band rhythm and blues bermain di
salah satu ujungnya. "Dekat-dekatlah denganku," Ridley
berbisik sewaktu mereka masuk. "Aku tidak akan kenal
siapa pun di sini." "Jangan khawatir," kata Clay. Dekat-
dekat dengannya takkan jadi masalah. Dan meskipun
berpura-pura sebaliknya ia pun tak kenal siapa-siapa di
sini. Kepala-kepala mulai menoleh. Mulut ternganga.
Dalam keadaan setengah mabuk, pria-pria im tidak ragu
untuk melotot memandangi Ridley sewaktu ia dan
kencannya berjalan ke depan. "Hai, Clay!" seseorang
berseru, dan Clay berpaling untuk melihat wajah Randy
Spino yang sedang tersenyum, teman kuliah yang bekerja
di biro hukum raksasa dan, dalam keadaan normal, takkan
pernah bicara dengan I Clay dalam lingkungan seperti ini.
Seandainya kebetulan berpapasan di jalan, mungkin Spino
akan berkata, "Apa kabar?" tanpa memelankan langkah.
Tapi sapaan seperti im takkan pernah terjadi di country
club yang penuh orang, terutama klub yang begitu
didominasi orang-orang dari biro-biro hukum besar. Tetapi
itu dia, menyodorkan satu tangan ke arah Clay sambil
memamerkan setiap giginya pada Ridley. Gerombolan
kecil mengikuti. Spino memimpin, mem-perkenal semua
teman baiknya pada teman baiknya juga, Clay Carter dan
Ridley tanpa nama belakang. Ridley lebih mengeratkan
pegangannya pada siku Clay. Semua laki-laki im ingin
beramah taman. Agar bisa mendekati Ridley, mereka perlu
bercakap-cakap dengan Clay, maka hanya butuh
beberapa detik sebelum seseorang berkata "Hai, Clay,
selamat, kau berhasil mengalahkan Ackerman Labs." Clay
tak pernah kenal orang yang memberi selamat kepadanya
itu. Ia menduga orang im pengacara, mungkin dari biro
hukum besar, mungkin biro hukum besar yang mewakili
perusahaan-perusahaan besar seperti Ackerman Labs,
dan ia tahu sebelum kalimat im selesai bahwa pujian palsu
im didorong perasaan iri. Dan keinginan untuk
memandangi Ridley. 'Terima kasih," kata Clay, seolah itu
hanya kejadian sehari-hari di kantor. "Seratus juta dolar.
Wah!" Wajah ini pun milik orang yang tak dikenal,
seseorang yang tampaknya mabuk. " "Ah setengahnya
untuk pajak, kata Clay. Siapakah zaman" sekarang ini-
yang bisa cukup hanya dengan $30 juta? 319 Kerumunan
im meledak tertawa, seolah Clay baru saja mengucapkan
lelucon paling lucu. Lebih banyak lagi orang datang
berkerumun, seluruhnya laki-laki, semuanya beringsut maju
ke arah wanita pirang memesona yang samar-samar
kelihatan seperti sudah mereka kenal. Mungkin mereka tak
mengenalinya dalam tampilan full color dengan pakaian
lengkap. Seseorang yang pongah dan suka bicara
berkata, "Kami punya Philo. Aduh, sungguh senang
perkara Dyloft sudah diselesaikan." Itu penyakit yang
diderita kebanyakan pengacara di D.C. Setiap
perusahaan di dunia punya penasihat hukum di D.C.
meskipun hanya nama, dan begitu pula setiap perselisihan
atau setiap transaksi punya konsekuensi serius di
kalangan pengacara-pengacara kota itu. Sebuah kilang
minyak meledak di Thailand dan seorang pengacara akan
berkata, "Yeah, kita punya Exxon." Sebuah real estat besar
bangkrut—"Kami punya Disney." Sebuah mobil SUV
terguling dan menewaskan lima orang—"Kami punya
Ford" ''Kami Punya" adalah permainan yang selama ini
didengar Clay sampai ia muak. Aku punya Ridley, ia ingin
berkata, jadi singkirkan tanganmu. Suatu pengumuman
disampaikan dari panggung dan i ruangan jadi lebih
tenang. Pengantin pria dan wanita I akan berdansa,
kemudian pengantin wanita dan ayahnya, I lalu pengantin
pria dan ibunya, dan seterusnya. Orang I banyak
berkerumun untuk menonton. Band mulai 11 memainkan
"Smoke Gets in Your Eyes." Ia sangat cantik," Ridley
berbisik, sangat dekat I di telinga kanan Clay. Memang
Rebecca sangat cantik, j I Dan ia berdansa dengan Jason
Myers, yang meskipun I 320 I lebih pendek lima sentimeter,
di mata Rebecca tampaknya ia satu-satunya penghuni
dunia ini. Rebecca tersenyum dan berseri-seri saat
mereka berputar perlahan-lahan di lantai dansa, si
pengantin wanita yang meng-atur gerakan sebab
pengantin prianya sekaku papan. Clay ingin menyerang,
ingin menyerbu menerobos kerumunan dan menonjok
Myers dengan sepenuh kekuatan yang bisa ia kerahkan. Ia
akan menyelamatkan pacarnya dan membawanya pergi,
menembak ibunya kalau ia menemukan mereka. "Kau
masih mencintainya, bukan?" Ridley berbisik. 'Tidak,
semua sudah berakhir," ia balas berbisik. "Kau masih
mencintainya. Aku tahu." 'Tidak." Malam ini, pengantin baru
im akan pergi ke suatu tempat dan tidur bersama untuk
menyempurnakan perkawinan mereka, meskipun karena
telah mengenal Rebecca secara intim, ia tahu Rebecca
selama ini pasti tidak hidup tanpa seks. Ia mungkin sudah
mengajak si ular Myers ini dan mendidiknya bennain di
ranjang. Laki-laki yang beruntung. Berbagai hal yang
pernah diajarkan Clay padanya kini diturunkannya pada
orang lain. Sungguh tidak adil. Dua orang im sungguh
menyakitkan untuk dilihat, dan Clay bertanya pada diri
sendiri mengapa ia ada di sana. Penutupan, apa pun arti
kata itu. Salam perpisahan. Tapi ia ingin Rebecca
melihatnya, dan melihat Ridley, dan tahu bahwa Clay baik-
baik saja dan tidak merindukannya. Menyaksikan Bennett
the Bulldozer berdansa juga menyakitkan karena alasan
lain. Ia menganut teori bahwa laki-laki kulit putih berdansa
tanpa meng. gerakkan kaki, dan ketika ia mencoba
menggoyang pantat band benar-benar tertawa. Pipinya
sudah merah tua karena terlalu banyak minum Chivas.
Jason Myers berdansa dengan Barbara Van Horn yang.
dari kejauhan, tampak seolah baru saja menjalani satu atau
dua kali bedah plastik dengan ongkos didiskon, ia
dibungkus gaun yang, meskipun indah, sebenarnya
beberapa ukuran terlalu kecil, sehingga gelambir lemaknya
menyembul di tempat-tempat yang salah dan sepertinya
siap melepaskan diri dan membuat setiap orang muntah.
Ia menghiasi wajahnya dengan senyum paling palsu yang
pernah ia tunjukkan—namun tanpa kerut di mana pun
karena Botox yang berlebihan—dan Myers balas
tersenyum seakan mereka berdua akan jadi teman akrab
selamanya, la menikam punggung menantunya dan laki-
laki ha terlalu tolol untuk mengetahuinya. Sedihnya Barbara
sendiri mungkin tidak mengetahuinya juga. Begitulah sifat
sejati binatang buas. "Maukah kau berdansa?" seseorang
bertanya pada Ridley. "Enyah sana," kata Clay, htiu ia
memimpinnya ke lantai dansa di mana aerombongan
orang bergoyang mengikuti irama musik Motown yang
lumayan bagus, j Bila Ridley yang berdiri diam merupakan
karya seni, j maka Ridley yang bergerak adalah harta
nasional. Ia I berdansa dengan irama alami dan
keanggunan yang j mtth», ditambah gaun berpotongan
leher pendek yang sekadar cukup tinggi dan belahan rok
yang berkibaran terbuka untuk memperlihatkan berbagai
bagian tubuh. Kerumunan laki-laki berkumpul untuk
menonton. Dan Rebecca ikut menonton. Sambil
beristirahat untuk bercakap-cakap dengan tamunya, ia
memperhatikan hadirin dan memandang orang banyak, di
sana ia melihat Clay berdansa dengan bidadari Ia pun
tertegun melihat Ridley, tapi karena alasan lain. Ia
meneruskan bercakap-cakap beberapa lama. lalu kembali
ke lantai dansa. Sementara itu, mata Clay terus sibuk
mengamati Rebecca tanpa selangkah pun ketinggalan
irama dengan Ridley. Lagu im berakhir, lagu lain berirama
lambat dimulai, dan Rebecca melangkah di antara mereka.
"Halo, Clay," ia berkata tanpa menghiraukan teman
kencannya. "Bagaimana kalau kita berdansa?" Tentu,"
katanya. Ridley mengangkat bahu dan bergeser menjauh,
hanya sendirian selama satu detik sebelum kerumunan
laki-laki mengepungnya. Ia memilih yang paling tinggi,
melingkarkan lengannya, dan mulai bergoyang. "Aku tidak
ingat bahwa aku mengundangmu." Rebecca berkata
dengan lengan pada pundak Clay. "Kau ingin aku pergi?"
Clay menariknya sedikit lebih rapat tapi gaun pengantin
yang tebal im mencegah kontak yang ia inginkan. "Orang-
orang melihat," kata Rebecca, sambil tersenyum untuk
mereka "Mengapa kau ke sini?" "Untuk merayakan
pernikahanmu. Dan untuk melihat suami barumu im."
"Jangan jahat, Clay. Kau cuma cemburu." "Aku lebih dari
cemburu. Aku ingin mematahkan lehernya." "Dari mana
kau mendapatkan perampuan im?" "Sekarang siapa yang
cemburu?" "Jangan khawatir. Rebecca, b tidak bisa menyc
ruhmu di ranjang." Kalau dipikir lagi. harangk Rniley mgm
melakukannya Tapi. "Aku sama sekait tidak ingin
mendengar rentan itu. Pokoknya jangan sampai hamil,
oke?" Itu sama sekait bukan urusanmu." "Itu sepenuhnya
urusanku." Ridley dan pasangan dansanya melewati
mereka Untuk pertama kalinya Clay bisa melihat jelas
punggungnya, yang hampir seluruhnya kelihatan karena
gaunnya terbuka sampai hanya beberapa inci di atas
bokongnya yang bulat dan sempurna. Rebecca melihatnya
juga. "Apakah namanya tercantum dalam daftar gaji
karyawanmu?" ia bertanya. -Behm" "Apakah ia di bawah
umur?" "Ok, tidak, ia benar-benar sudah dewasa Katakan
padaku kau masih mencintaiku." "Aku tidak mencintaimu."
"Kau bohong." "Mungkin sebaiknya kau pergi sekarang
juga, dan bawalah ia denganmu." "Baiklah, ini pestamu.
Aku tidak bermaksud merusak suasana." "Itulah satu-
satunya alasan kau ada di sini, Clay." j Rebecca menarik
diri sedikit lebih menjauh tapi terus berdansa Tunggulah
setahun, <**T kata Clay "Saat im aku I akan punya doa
ratos juta Kita bisa naik jetku, meledakkan tempat ini,
menghabiskan sisa hidup kita di mcht. Orangtuamu takkan
pernah menemukan kita." Rebecca berhenti bergerak dan
berkata, "Selamat tinggal, Clay." "Aku akan menunggu."
Clay berkata, lalu tertabrak ke pinggir oleh Bennett yang
berkata, "Maaf." Ia menyambar putrinya dan
menyelamatkannya dengan membimbingnya ke sisi lain
lantai dans*. Barbara yang berikutnya. Ia memegang
tangan Clay dan menebarkan senyum palsu. Tidak perlu
ribut dan jadi tontonan orang," ia berkata tanpa
menggerakkan bibir. Mereka mulai bergerak kaku, tak
seorang pun bakal keliru menganggapnya sebagai dansa.
Dan bagaimana kabar Anda Mrs. Van Horn?" Clay
bertanya, dalam cengkeraman ular beludak. "Baik-baik
saja, sampai aku melihatmu. Aku yakin k«u tidak diundang
menghadiri pesta kecil ini." "Aku hendak pergi." "Bagus.
Aku benci memanggil satpam" "Itu tidak perlu." "Jangan
merusak suasana demi dirinya, kumohon." "Seperti tadi
kukatakan. Aku sudah hendak pergi." Musik berhenti dan
Clay tersentak menjauh dari Mrs. Van Horn. Rombongan
kecil muncul mengitari Ridley, tapi Clay menuntunnya pergi.
Mereka mundur ke belakang ruangan di mana ada bar
yang menarik lebih banyak penggemar daripada band.
Clay menyambar segelas bir dan sedang menyusun
rencana keluar ketika serombongan penonton lain
mengepung mereka. Gerombolan pengacara Im
berbondong-bondong ingin bicara tentang Benangnya
menangani gugatan massal sambil merapat kc Ridley.
Sesudah beberapa menit basa-basi konyol dene orang-
orang yang ia benci, laki-laki muda ber perawakan tegap
dalam tuxedo sewaan muncul * sebelah Clay dan berbisik.
"Saya petugas keamanan" Ia memiliki wajah yang ramah
dan tampak sangat "Aku hendak pergi," Clay balas
berbisik. Diusir dan resepsi pernikahan Van Horn.
Dilempar keluar dari Potomac Country Club yang megah.
Me- i ngemudikan mobil pergi dari sana. dengan Ridley
meringkuk rapat padanya, ia diam-diam menyatakan itu
adalah salah satu saat terindah baginya. 326
PeNGUMUMAN im mengatakan pengantin baru im akan
berbulan madu di Meksiko. Clay sendiri memutuskan untuk
bepergian. Kalau ada orang yang layak berlibur sebulan di
pulau, maka dialah orangnya. Tim kerjanya yang dulu
tangguh i m telah kehilangan arah. Mungkin gara-gara
liburan, mungkin karena uangnya. Apa pun alasannya,
Jonah, Paulette. dan Rodney makin sedikit menghabiskan
waktu di kantor. Demikian juga Clay. Tempat itu dipenuhi
ketegangan dan percekcokan. Begitu banyak klien Dyifot
yang tidak puas dengan sedikitnya uang penyelesaian
Perkara mereka. Surat-suratnya brutal. Mengelak dari
telepon sudah jadi semacam permainan. Beberapa feuen
berhasil menemukan tempat im dan menghadap Miss
Glick dengan tuntutan menemui Mr. Carter, yang kebetulan
selalu menghadiri persidangan besar di suatu tempat.
Biasanya, ia duduk di dalam kantornya dengan pintii
terkunci melewati badai lain. Sesudah suatu hari yang luar
biasa meresahkan, ia menelepon Patton French untuk
meminta nasib at "Tegarkan diri, Sobat" kata French.
"Selalu begitu Persoalannya. Kau mendapat harta
mehmpahdalam Perkara gugatan massal, inilah aan
negattrhya. Me-rnang perlu kulit yang tebal." 327 Kulit
paling tebal di biro hukum ¦ ini dimiliki 1 Oscar Mulrooney,
yang terus mencengangkan Clay j dengan keterampilan
organisasi dan ambisinya. ' Mulrooney bekerja lima belas
jam sehari dan men- j dorong anak buahnya di Cabang
Yale untuk mengumpulkan uang Dyloft secepatnya. Ia siap
menangani oigas-tugas . tak menyenangkan apa pun.
Dengan Jonah yang tidak menyembunyikan rencananya
untuk berlayar mengelilingi dunia, Paulette memberikan
isyarat akan pergi ke Afrika selama satu tahun untuk
belajar seni, dan Rodney mengikuti mereka dengan
ocehan samar-samar untuk berhenti begitu saja, maka
jelaslah bahwa tak lama lagi akan ada tempat kosong di
jajaran puncak. Sama jelasnya bahwa Oscar berjuang
secepatnya untuk menjadi partner, atau setidaknya
memperoleh bagian. Ia mempelajari litigasi besar-besaran
yang masih berkecamuk hebat terhadap Skinny Ben, pil
diet yang jadi tak keruan, dan ia yakin sedikitnya masih
ada sepuluh ribu kasus di luar sana yang masih belum
diklaim, meskipun publisitas sudah berlangsung nonstop
selama empat tahun. Cabang Yale kini punya sebelas
pengacara, tujuh di antaranya benar-benar pernah kuliah di
Yale. Sweatshop berkembang, mempekerjakan dua belas
paralegal, semuanya terkubur dalam berkas dan dokumen.
Clay sedikit pun tidak sangsi untuk menyerahkan tanggung
jawab pengelolaan dua unit itu pada Mulrooney selama
beberapa minggn. la yakin saat kembali nanti, kantor im
akan lebih baik keadaannya daripada ketika ia pergi. A
328 Natal jadi perayaan yang dicoba diabaikannya,
meskipun hal im sulit, la tak punya keluarga untuk
merayakannya bersama-sama. Rebecca selalu berusaha
keras menyertakannya dalam apa saja yang dilakukan
keluarga Van Horn, namun meskipun menghargai usaha
itu, ia mendapati bahwa duduk seorang diri di apartemen
kosong sambil minum anggur murah an dan menonton film-
film lama di malam Natal jauh lebih menyenangkan
daripada membuka kado bersama orang-orang itu. Di
antara kado-kado yang pernah ia berikan, tak satu pun
yang cukup baik di mata mereka. Keluarga Ridley masih di
Georgia, dan kemungkinan akan tetap di sana. Pada
mulanya, Ridley yakin ia tidak bisa mengatur kembali
jadwal tugas modelingnya dan meninggalkan kota selama
beberapa minggu. Namun tekadnya untuk melakukan hal
im menghangatkan hati Clay. Ridley benar-benar ingin
terbang dengan jet ke pulau-pulau im dan bermain
dengannya di pantai. Ridley akhirnya mengatakan pada
salah satu kliennya untuk tidak sungkan-sungkan
memecatnya; ia tidak peduli. Ini perjalanan pertama Ridley
dengan pesawat jet pribadi. Clay mendapati dirinya ingin
membuat Ridley terkesan dengan berbagai cara. Terbang
nonstop dari Washington ke St. Lucia, empat jam dan
sejuta mil. Cuaca D.C. dingin dan kelabu ketika mereka
meninggalkannya, dan ketika mereka melangkah turun dari
pesawat, matahari dan hawa panas menerpa mereka
dengan keras. Mereka berjalan melewati lari. grasi hampir
tanpa ada yang melirik ke arah mereka, setidaknya tak
ada yang diarahkan pada Clay. Kepala setiap laki-laki
selalu menoleh untuk mengagumi Ridley. Anehnya, Clay
jadi terbiasa dengannya Ridley sendiri seperti tak
menyadarinya. Im sudah begitu lama jadi bagian hidupnya
sehingga ia tak menghiraukan siapa pun, yang justru
membuat mereka yang memelototinya jadi makin
penasaran. Makhluk yang begitu indah, sempurna dari
kepala hingga kaki, tapi begitu tinggi, begitu tak tersentuh.
Mereka naik pesawat penumpang menempuh perjalanan
lima belas menit ke Mustique, pulau eksklusif yang dimiliki
kaum kaya dan ternama pulau dengan segalanya kecuali
landas pacu yang cukup panjang untuk pesawat jet pribadi.
Bintang-bintang rock dan para aktris serta miliarder punya
rumah besar di sana. Rumah mereka selama satu minggu
ini dulunya milik pangeran yang menjualnya pada seorang
dotcommer, orang kaya baru di dunia Internet, yang
menyewakannya saat ia sendiri tak memakainya. Pulau itu
gunung yang dikelilingi perairan Karibia yang tenang. Dari
ketinggian tiga ribu kaki, ia tampak berwarna gelap dan
rimbun, bak gambar pada kartu pos. Ridley mencari-cari
dan berpegangan erat-erat saat mereka turun dan
lapangan terbang kecil itu mulai kelihatan. Si pilot
memakai topi anyaman dan mestinya bisa mendaratkan
pesawat dengan mata ditutup. Marshall, si sopir/ kepala
pelayan, sudah menunggu dengan senyum lebar dan Jeep
terbuka. Mereka melemparkan tas-tas mereka yang agak
ringan di belakang dan mulai menyusuri jalan yang
berkelok-kelok. Tak 330 ada hotel, tak ada kondominium,
tak ada turis, tak ada lalu lintas. Selama sepuluh menit
mereka tak melihat kendaraan lain. Rumah itu terletak di
sisi gunung, begitulah menurut Marshall, meskipun
sebenarnya im cuma bukit. Pemandangannya sangat
menakjubkan— dua ratus kaki di atas air dan bermil-mil
lautan yang tak berujung. Tak ada pulau lain yang bisa
dilihat: tak ada perahu di sana, tak ada orang. Ada empat
atau lima kamar tidur, Clay tidak bisa menghitungnya
tersebar di sekeliling bangunan utama dan dihubungkan
dengan jalan setapak berlapis tegel. Makan siang dipesan;
apa pun yang mereka inginkan, sebab di sana ada koki
tetap. Dan seorang tukang kebun, dua pengurus rumah,
dan seorang kepala pelayan. Staf terdiri atas lima orang—
ditambah Marshall—dan mereka semua tinggal entah di
mana di tempat tersebut. Belum lagi mereka membongkar
barang bawaan di suite utama Ridley sudah melucuti
pakaian sampai nyaris tak memakai apa-apa dan masuk
ke kolam renang. Topless, dan seandainya tidak memakai
cawat kecil bertali yang nyaris tak terlihat, ia tentu sudah
telanjang bulat Baru saja Clay merasa sudah biasa
melihatnya tapi ia mendapati dirinya nyaris berkunang-
kunang. Ridley menutupi tubuhnya untuk makan siang.
Hidangan laut segar, tentu saja—udang dan kerang
panggang. Sesudah minum dua kaleng bir, Clay pun
terhuyung-huyung ke ayunan untuk tidur siang. Besok
malam Natal, dan ia tak peduli. Rebecca berada di hotel
turis entah di mana, bermesraan dengan si kecil Jason.
Dan ia tak peduli. Dua hari sesudah Natal, Max Pace tiba
bersama seorang rekan. Namanya Valeria, wanita kekar,
jenis yang suka pemajangan di luar rumah, dengan pundak
lebar dan tanpa makeup, dengan senyum yang sangat
enggan. Max adalah lelaki yang sangat tampan, tapi tak
ada yang menarik pada temannya Mudah-mudahan
Valeria tetap memakai pakaiannya di kolam renang.
Ketika menjabat tangannya Clay merasakan kulit yang
kapalan. Ah, setidaknya ia tidak akan jadi godaan bagi
Ridley. Pace segera berganti memakai celana pendek dan
pergi ke kolam renang. Valeria memakai sepatu lars untuk
hiking dan menanyakan trek untuk joging. Marshall harus
dimintai keterangan, tapi ia mengatakan tidak tahu ada
trek seperti itu. Tentu saja ini membuat Valeria tak senang
tapi toh ia pergi juga mencari dinding karang untuk
dipanjat. Ridley j menghilang ke dalam ruang duduk rumah
utama, di mana ia punya setumpuk video untuk ditonton.
Karena Pace tidak punya berita apa pun, maka tak banyak
yang mereka bicarakan. Setidaknya, pada i mulanya Akan
tetapi, tak lama kemudian jelaslah bahwa ia punya sesuatu
yang penting dalam benak- j nya "Mari kita bicara urusan
bisnis," ia berkata se-sudah tidur sebentar di bawah
matahari. Mereka pindah k* bar dan Marshall
membawakan minuman, j "Ada satu obat lagi di luar sana,"
Pace mulai, dan Clay langsung mulai melihat uang. "Dan
ini besar" ] "Baiklah, kita malai lagi." 'Tapi kali ini
rencananya sedikit berbeda. Aku ingin bagian." "Untuk
siapa kau bekerja?" "Aku sendiri. Dan kau. Aku dapat dua
puluh lima persen dari nilai kotor uang jasa pengacaranya."
"Apa sisi positifnya?" "Ini bisa lebih besar daripada Dyloft."
"Kalau begitu kau boleh ambil dua puluh lima persen. Lebih
kalau kau mau." Mereka berdua sama-sama menyimpan
begitu banyak rahasia busuk, bagaimana mungkin Clay
menolak? "Dua puluh lima persen angka yang adil," Max
berkata, dan mengulurkan tangan untuk berjabatan.
Kesepakatan pun tercapai. "Mari kita tangani." "Ada obat
hormon wanita bernama Maxatil. Digunakan sedikitnya
empat juta wanita menjelang atau sesudah menopause,
berusia antara empat puluh lima sampai tujuh puluh lima
tahun. Ia muncul lima tahun yang lalu sebagai obat ajaib
lain. Obat ini meredakan serangan rasa gerah dan gejala-
gejala menopause lainnya. Sangat efektif. Ia juga
digembar-gemborkan mampu mempertahankan kekuatan
tulang, menurunkan hipertensi dan risiko penyakit jantung.
Perusahaannya adalah Ooffman." "Goffman? Pembuat
pisau cukur dan obat kumur?" "Benar. Nilai penjualannya
tahun lalu mencapai dua puluh satu miliar dolar. Yang
paling diminati di antara perusahaan-perusahaan blue-
chip. Utangnya sangat sedikit, manajemennya mantap.
Tradisi Amereka lapi mereka agak terburu-buru dengan
Maxatil. cerita biasa—labanya tampak sangat besar, obat
itu kelihatan 333 ¦m-a uan mcrckj mendesakkannya ke
FDA untuk mendapati» um P**nasaran dan selama
beberan» tahun pertama semua pihak bahagia. Dokter
m«s Wanita-wanita im jatuh cinta padang sebab oi a
beberapa masalah. Masalah besar. Peli pemerintah
mengamati dua puluh ribu ! memakai obat ini selama
empat tahun. Penelitian im baru saja selesai, dan
laporannya akan diumumkan beberapa minggu lagi. Hasil
penelitian itu pasti mengguncang. Pada beberapa persen
di antara para wanita itu. obat tersebut meningkatkan risiko
kanker payudara, serangan jantung, dan stroke." "Berapa
persen?" "Sekitar delapan persen." "Siapa saja yang tahu
tentang laporan itu?" "Sangat sedikit Aku punya kopinya."
"Mengapa aku tidak terkejut?" Clay minum dari botol bir
dalam tegukan panjang dan melihat sekeliling mencari
Marshall. Denyut nadinya terpacu Ia sekonyong-konyong
bosan dengan Mustique. "Ada beberapa pengacara yang
mengamatinya, tapi mereka belum melihat laporan
pemerintah itu," Pace meneruskan. "Ada gugatan yang
sudah diajukan di Arizona, tapi itu bukan gugatan class
action. " "Cuma kasus tuntutan ganti kerugian model kuno.
Urusan sekali beres." "Sungguh membosankan." "Sama
sekali tidak. Pengacaranya seseorang bernama Dale
Mooneyham, dart Tucson. Ia menangani ih la kini perkara
satu persatu, dan tidak pernah dalam jalur yang tepat
sebagai orang pnramai yang akan membidik Gofi'man.
Perkara ini bisa menentukan hitarn-putihnyt seluruh
penyelesaian perkara. Kuncinya adalah jadi yang pertama
dalam memasukkan gugatan class action. Kau sudah
belajar soal itu dan Patton French." "Kita bisa jadi yang
pertama memasukkan gugatan itu," Clay berkata, seolah
sudah bertahun-tahun melakukannya. "Dan kau bisa
melakukannya seorang diri, tanpa French dan bangsat-
bangsat itu. Masukkanlah gugatan-an di D.C, lalu hantam
cepat dengan iklan Hasilnya akan besar." "Sama seperti
Dyloft." "Kecuali bahwa kali ini kau yang bertanggung
jawab. Aku akan berada di belakang layar, ikut mengatur
kendali, membereskan pekerjaan kotornya. Aku punya
banyak kontak dengan orang-orang yang tepat. Ini gugatan
kita, dan dengan namamu di baliknya, Goftman pasti akan
ketakutan." "Penyelesaian perkara secepatnya?" "Mungkin
tidak secepat Dyloft, tapi kasus itu memang cepat luar
biasa Kau harus mengerjakan pekerjaan rumahmu,
mengumpulkan segala bukti, menyewa pakar-pakar,
menggugat dokter-dokter yang selama ini meresepkan
obat itu, mendorong kuat-kuat agar diadakan sidang
pertama. Kau harus meyakinkan Goffman bahwa kau tidak
tertarik menyelesaikan perkara ini di luar pengadilan,
bahwa kau menginginkan persidangan—«idang besar
yang akan menarik perhatian umum di wilayahmu sendiri."
335 -Sisi rwgatifnya?" Chy bertanya, mencoba i&s
kelihatan hati-hati. "Sejauh yang bisa kulihat, tidak ada.
kecuali kau harus mengeluarkan biaya beberapa juta dolar
untuk iklan dan persiapan sidang." 'Tidak ada masalah."
"Kau sepertinya punya kecakapan istimewa untuk j
menghamburkan uang." "Aku masih kelas teri." "Aku ingin
uang panjar sebesar satu juta dolar. I Dipotong dari jatahku
nanti." Pace minum seteguk. "Aku sedang membersihkan
beberapa urusan lama di kandangku." Fakta bahwa Pace
menginginkan uang dirasakan Clay sebagai sesuatu yang
janggal. Akan tetapi, dengan begitu banyak yang
dipertaruhkan, dan dengan rahasia Tarvan di antara
mereka, ia tidak berada dalam posisi untuk menolak,
"Setuju," katanya. Mereka tidur-tiduran di ayunan ketika
Valeria kembali, basah kuyup oleh keringat dan kelihatan
agak rileks, la menanggalkan seluruh pakaian dan
melompat ke dalam kolam renang. "Gadis California," kata
Pace hnh. "Ada hubungan serius?" Clay bertanya sepintas.
• "Sudah putus-sambung selama beberapa tahun."
mennrtuskan pembicaraan sampai di situ. daeL ivS
California meminta santap malam tanpa nS atSS J***' -«P-
«S- la j«* lain. Acara tak'7 T*3?* ,km bakar untuk yang
Ridley tak S malam itu selesai dengan cepa-^ ^ wbar untuk
1^ dan bersernbunyi * 336 kamarnya dan Clay sama tak
sabarnya untuk menyingkir dari Valeria face dan temannya
tinggal selama dua hari, dan im sedikitnya sehari terlalu
lama. Tujuan perjalanan itu sepenuhnya untuk bisnis, dan
karena kesepakatan sudah dicapai maka Pace pun siap
berlalu. Clay mengamati mereka melesat pergi, Marshall
mengemudi lebih cepat daripada kapan pun. "Apakah ada
tamu lain?" Ridley bertanya waswas. ".ft.paa.au ~ «Aduh,
tidak," kata Clay "Bagus" 337 SeLURUH lantai di atas
kantor hukumnya kosong menjelang akhir tahun. Clay
menyewa setengahnya dan meng-konsohdasikan
operasinya Ia memindahkan dua belas paralegal dan lima
sekretaris dari Sweatshop ke sana; pengacara-pengacara
dari Cabang Yale yang selama ini bekerja di tempat lain
pun ditransfer ke Connecticut Avenue, ke tempat dengan
sewa yang lebih tinggi, di mana mereka merasa lebih
betah Ia ingin seluruh biro hukum itu berada di bawah satu
atap. dan berada dekat kendali, sebab ia merencanakan
mempekerjakan mereka semua sampai semaput. Ia
menyerbu tahun baru. dengan jadwal kerja yang ganas—
datang ke kantor pukul enam dan sarapan, makan siang,
dan kadang makan malam di meja kerjanya. Ia biasanya
tinggal di sana hingga pukul 20.00 atau 21.00, dan tak
meninggalkan sedikit pun keraguan bahwa ia
mengharapkan jadwal kerja yang serupa dari mereka yang
ingin tinggal di biro hukum itu. Jonah tidak melakukannya.
Ia pergi pada pertengahan Januari, kantornya dibersihkan
dan dikosongkan, ucapan perpisahannya singkat saja.
Kapal layar sudah menunggu. Tak usah repot-repot
menelepon. Transfer saja uangnya lewat teleks ke rekening
di Aruba. 338 Oscar Mulrooney mengukur kantor Jonah
sebelum ia keluar dari pintu. Ruangan itu lebih besar dan
pemandangannya lebih baik, bukan sesuatu yang berarti
baginya, tetapi letaknya lebih dekat ke kantor Clay dan
itulah yang penting. Mulrooney mencium bau uang, dalam
jumlah besar. Ia ketinggalan dalam kasus Dyloft, tapi ia
takkan ketinggalan lagi. Ia dan seluruh anggota cabang
Yale sudah tersisih dari dunia hukum korporasi yang dulu
mereka dambakan, dan kini mereka bertekad melakukan
pembalasan. Dan apakah cara yang terbaik selain
menjaring dan menangani perkara obat-obatan? Tak ada
yang lebih memuakkan bagi orang-orang pongah di biro-
biro hukum kaum berdarah biru itu. Litigasi gugatan massal
bukanlah praktik hukum. Im bentuk wiraswasta yang licik.
Playboy tua yang dulu menikahi Paulette Tullos dan
kemudian meninggalkannya tampaknya mendapat kabar
tentang uang yang baru saja diperolehnya Ia muncul di D.C,
menelepon Paulette ke kondominium megah yang dulu ia
hadiahkan, dan meninggalkan pesan pada mesin
penjawab. Ketika Paulette mendengar suaranya ia
bergegas meninggalkan rumah dan terbang ke London, di
mana ia menghabiskan liburan dan terus bersembunyi. Ia
berkali-kali mengirim e-mail kepada Clay sewaktu berada
di Mustique, memberitahukan kesulitannya dan
menginstruksikan bagaimana harus menangani
perceraiannya saat Clay kembali. Clay memasukkan
dokumen-dokumen yang diperlukan ke pengadilan, tapi
lelaki Yunani itu tak bisa ditemukan. Paulette pun tidak. Ia
mungkin akan kembali beberapa bulan lagi; mungkin 339
tidak. "Maaf. Clay," katanya di telepon. 'Tapi aki sungguh
tidak ingin bekerja lagi" Maka Mulrooney pun jadi tangan
kanannya partna tak resmi dengan ambisi besar. Ia dan
timnya mempelajari pergeseran peta litigasi class action.
Mereka mempelajari undang-undang dan prosedurnya.
Mereka membaca artikel-artikel ilmiah para akademisi,
dan membaca kisah-kisah perang di pengadilan oleh para
pengacara. Di Internet ada puluhan situs Web—ada yang
bertujuan mendaftar semua gugatan class action yang saat
ini masih belum diselesaikan di Amerika Serikat,
seluruhnya ada sebelas ribu kasus; yang lainnya
memberikan instruksi kepada para penggugat potensial
bagaimana cara bergabung dalam gugatan semacam itu
dan menerima uang ganti rugi; satu lagi mengkhususkan
diri dalam gugatan yang berkaitan dengan kesehatan
kaum wanita; lainnya lagi untuk kaum pria, beberapa
mengenai pil diet Skinny Ben; beberapa lagi tentang
gugatan kasus tembakau Tak pernah begitu banyak
kepintaran, didukung begitu banyak uang, ditujukan ke
pembuat produk-produk yang buruk. Mulrooney punya
rencana. Dengan begitu banyaknya gugatan class action
yang diajukan ke pengadilan, biro hukum ini bisa
membelanjakan dananya untuk menjaring klien bani.
Karena Clay punya uang untuk iklan dan pemasaran,
mereka bisa memilih gugatan class action yang paling
menguntungkan dan membidik penggugat-penggugat yang
belum ditangani pengacara lain Mengenai kasus Dyloft,
hampir setiap gugatan yang sudah diselesaikan dengan
uang ganti rugi dibiarkan terbuka selama beberapa tahun
agar 340 penggugat baru bisa mengumpulkan apa yang
menjadi nak mereka. Biro hukum Clay bisa saja
mendompleng ketenaran pengacara-pengacara gugatan
massal lain, mengumpulkan remah-remah, tetapi dengan
uang jasa yang besar. Ia memakai Skinny Ben sebagai
contoh. Jumlah penggugat potensial diperkirakan
mencapai tiga ratus ribu orang, dengan kemungkinan
seratus ribu lainnya masih tak teridentifikasi dan tentu saja
belum diwakili pengacara mana pun. Litigasi im sudah
diselesaikan perkaranya; perusahaan itu mencurahkan
miliaran dolar. Penggugat hanya perlu mendaftar pada
administrator class action, membuktikan catatan medisnya,
dan mengambil uangnya. Seperti jenderal menggerakkan
pasukan, Clay menugaskan dua pengacara dan seorang
paralegal untuk menangani Skinny Ben. Ini tak sesuai
dengan yang diminta Mulrooney, tapi Clay punya rencana
lebih besar. Ia menggelar rencana perang terhadap
Maxatil, gugatan hukum yang akan ia tangani sendiri.
Laporan penelitian pemerintah itu, yang masih belum
diumumkan dan jelas dicuri Max Pace, terdiri atas 148
halaman dan dipenuhi data yang menghancurkan. Clay
membacanya dua kali sebelum memberikannya kepada
Mulrooney. Pada suatu malam bersalju di akhir bulan
Januari, mereka bekerja hingga lewat tengah malam, lalu
menyusun rencana terperinci untuk melancarkan serangan.
Clay menugaskan Mulrooney dan dua pengacara lain, dua
paralegal, dan tiga sekretaris untuk menangani litigasi
Maxatil. Pada pukul dua dini hari, dengan salju yang turun
lebat memukul-mukul jendela ruang rapat, Mulrooney 341
berkala ada sesuatu yang tak menyenangkan yan hendak
ia bicarakan. "Kita butuh uang lebih banyak. "Berapar
tanya Clay. "Sekarang kita bertiga belas, semuanya dari
biro biro hukum besar di mana kami mendapat imbalan
cukup. Sepuluh di antara kami sudah menikah,
kebanyakan punya anak. kami mulai merasakan
tekanannya Clay. Kau memberi kami kontrak satu tahun
dengan imbalan tujuh puluh lima ribu dolar, dan, percayalah
padaku, kami senang menerimanya Kau tidak tahu
bagaimana rasanya kuliah di Yale, atau universitas seperti
itu, dijamu biro-biro hukum besar, mendapat pekerjaan,
menikah, lalu dilempar begitu saja ke jalan tanpa apa-apa
Melukai ego kami, kau tatar "Aku mengerti." "Kau sudah
menaikkan gajiku dua kali lipat dan aku menghargainya
lebih daripada yang kau tahu. Aku cukup. Tapi yang lain
harus berkutat. Dan mereka orang-orang yang sangat
memegang harga diri." "Berapar "Aku tidak ingin
kehilangan siapa pun di antara mereka. Mereka orang-
orang yang cemerlang. Mereka bekerja mati-matian/' "Mari
kita selesaikan seperti ini, Oscar. Aku orang yang sangat
murah hati belakangan ini. Akan kuberi kalian semua
kontrak baru selama satu tahun dengan gaji dua ratus ribu.
Sebagai imbalan, aku akan mendapatkan jam kerja lebih
banyak. Kita sekarang berada di ambang sesuatu yang
besar, jauh lebih besar I daripada tahun Mu. Kalian berikan
basilnya, dan ASL k i aku akan berikan bonus. Bonus
besar. Aku suka bonus, Oscar, karena alasan yang jelas.
Setuju?" "Baiklah, Chief." Salju turun terlalu lebat untuk
mengemudi di jalan, jadi mereka meneruskan kerja
maraton itu. Clay punya laporan awal tentang perusahaan
di Rcedsburg. Pennsylvania, yang membuat semen yang
tidak sempurna. Wes Saulsberry memberikan berkas
rahasia yang ia sebutkan di New York dulu. Semen perekat
bata tidaklah begitu menarik seperti tumor kandung kemih
atau gumpalan darah atau klep jantung bocor, tapi toh
uangnya sama hijau: Mereka menugaskan dua pengacara
dan seorang paralegal untuk menyiapkan gugatan class
action dan pergi mencari penggugat. Selama sepuluh jam
penuh mereka bersama-sama di ruang rapat itu, meneguk
kopi, makan bagel basi, menyaksikan hujan salju berubah
menjadi badai, menyusun rencana tahun itu. Meskipun
awalnya dimulai sebagai pertukaran gagasan, sesi im
berubah jadi sesuatu yang jauh lebih serius. Biro hukum
baru mulai terbentuk, biro hukum dengan gagasan jelas
akan pergi ke mana dan apa yang ingin dicapai. Presiden
membutuhkannya! Kendati pemilihan umum masih dua
tahun lagi, lawan-lawannya sudah mulai mengumpulkan
uang. Ia tetap teguh berpihak pada para pengacara sejak
masih menjadi senator baru, h dulu litigator kota kecil, dan
masih membangga343 k arm ya. dan ia fcmi butuh bantuan
Clay untuk menangkis minat egois bisnts-bisnts besar
Wahana yang diusulkannya untuk mengenai Clay secani
pribadi adalah apa yang dinamakan Presidential Renew,
kelompok pengacara terkemuka dan pimpinan serikat
pekerja yang bisa menubs cek dalam jumlah besar dan
melewatkan waktu untuk berbincang. Musuh-musuh sedang
merencanakan serangan besar yang dinamai Tort Reform
Now—Reformasi Peraturan Ganti Rugi. Mereka ingin
menentukan batasan penggantian kerugian aktual maupun
punitif dalam gugatan. Mereka ingin membongkar sistem
gugatan class actum yang selama ini membantu mereka
(para pengacara gugatan massal itu) dengan begitu baik.
Mereka ingin mencegah orang menggugat dokter.
Presiden akan berdiri teguh, seperti biasanya, tetapi ia
tentu saja buruh bantuan Surat tiga halaman dengan kop
bertinta emas yang indah itu diakhiri dengan permintaan
dana. dalam jumlah yang tidak sedikit Clay menelepon
Patton French, yang anehnya kebetulan berada di
kantornya di Biloxi. French bicara lugas, seperti biasa.
Tulis cek keparat itu," katanya. Pembicaraan telepon
berlangsung bolak-balik antara Clay dan Direktur
Presidential Review. Sesudah itu, ia tidak ingat lagi berapa
banyak yang mula-mula ingin disumbangkannya tapi jelas
sama sekali tidak mendekati angka $250.000 yang
akhirnya ia tulis. Kurir mengambil dan mengantarnya ke
Gedung Putih. Empat jam kemudian, kurir lam
mengantarkan amplop sees) dari Gedung Putih kepada
Clay. Catatan im berisi tulisan tangan pada* kartu
korespondensi Presiden: Dear Clay: Aku sedang dalam
rapel Kabinet («Bantal berusaha agar tetap terjaga), kasau
tidak akn tentu sudah menelepon. Terima kasih .u.i-,
dukungannya Nt.in kita makan malam bersama dan
berbincang-bincang. Ditandatangani Presiden.
Menyenangkan, tapi untuk seperempat juta dolar ia tidak
mengharapkan kurang dari itu. Keesokan harinya kurir lain
mengirimkan undangan tebal dan Gedung Putih. Stempel
HARAP DIBALAS SECEPATNYA tertera di bagian luar.
Clay dan para tamu diminta menghadiri jamuan makan
malam resmi untuk menyambut Presiden Argentina.
Dengan jas dan dasi. tentu saja RSVP segera sebab
acara ini hanya empat hari lagi. Sungguh mencengangkan
apa yang bisa dibeli dengan $250.000 di Washington.
Ridley, tentu saja perlu gaun yang pantas, dan karena Clay
yang membayar, maka Clay pergi berbelanja bersamanya.
Dan ia melakukannya tanpa mengeluh sebab ingin
memberi beberapa masukan mengenai apa yang akan
dipakai wanita im. Kalau tidak diawasi, Ridley bisa-bisa
akan mengejutkan orang-orang Argentina itu dan semua
yang lainnya dengan kain tembus pandang dan belahan
rok hingga pinggang. No sir. Clay ingin melihat pakaian itu
sebelum Ridley membelinya. Tapi sungguh mengejutkan
bahwa Ridley ternyata sederhana saja dalam selera dan
harga. Segala hal tampak indah pada dirinya: lag' Pu,a «
J* <»°dcl-Spun sepertinya ia makin lama mak,n jarang l
Rid|cy akhirnya memilih gaun merah yang indah tapi
sederhana dan memamerkan lebih sedik kulitnya daripada
yang biasa ia lakukan. Denga harga $3.000. gaun im
lumayan murah. Sepatu, kaluti; mutiara kecik gelang emas
dan berlian, dan Clai pun selamat dengan pengeluaran di
bawah $15.000. Duduk di dalam limusin di luar Gedung
Putih, menunggu orang-orang di depan mereka diperiksa
segerombolan penjaga Ridley berkata "Sungguh tak bisa
kupercaya aku melakukan hal ini. Aku, gadis miskin dari
Georgia pergi ke Gedung Putih." Ia berada dalam pelukan
tangan kanan Clay. Tangan Clay menumpang di pahanya.
Aksen Ridley jadi lebih tegaa yang terjadi saat ia resah.
"Sulit dipercaya" kata Clay, perasaannya sendai cukup
bergelora. Ketika mereka keluar dan limo, di bawah
awning Sayap Timur, seorang Marinir berseragam parade
menggandeng lengan Ridley dan mengawal mereka
menuju Ruang Timur Gedung Putih, di mana para tamu
berkumpul dan menikmati minuman. Clay mengikuti,
sambil mengamati sosok Ridley dari belakang, menikmati
setiap detik. Marinir im dengan enggan melepaskannya,
dan pergi untuk menjemput orang lain. Fotografer
memotret mereka. Mereka bergerak ke kelompok pertama
yang sedang bercakap-cakap dan memperkenalkan diri
kepada orang-orang yang takkan pernah mereka jumpai
lagi. Makan malam diumumkan, dan para tamu pindah ke
Ruang Jamuan Makan, di mana lima belas meja j untuk
sepuh* orang diatur rapat dan dipenuhi j porselen, perak,
dan kristal lebih daripada yang pernah dikumpulkan di satu
tempat. Tempat duduk sudah 346 diatur sebelumnya, dan
tak seorang pun duduk di sebelah pasangan atau tamunya.
Clay mengantar Ridley ke mejanya, menemukan tempat
duduknya, membantunya duduk, lalu mencium pipinya dan
berkata "Semoga berhasil." Ridley melontarkan senyum
model, berseri-seri dan penuh percaya dm. tapi Clay tahu
ia saat ini cuma gadis kecil dan Georgia yang sedang
ketakutan. Belum lagi Clay menjauh sampai tiga meter,
dua laki-laki sudah menghampiri Ridley, menjabat
tangannya dengan perkenalan yang sangat hangat. Clay
sudah siap untuk malam yang panjang. Di kanannya duduk
ram masyarakat dari Manhattan, perempuan keriput yang
begitu lama membiarkan diri kelaparan hingga tampak
seperti mayat. Ia tuli dan berbicara dengan suara keras. Di
sebelah kirinya ada putri konglomerat pemilik mal dari
Midwestern yang dulu kuliah bersama Presiden. Clay
mengalihkan perhatian padanya dan dengan susah payah
membuka percakapan sebelum menyadari bahwa
perempuan itu tak punya apa pun untuk dibicarakan. Jam
berhenti bergerak. Clay membelakangi Ridley; ia tidak tahu
bagaimana keadaan wanita itu. Presiden berbicara, lalu
makan malam dihidangkan. Penyanyi opera di seberang
Clay mulai merasakan pengaruh anggur yang diminumnya
dan mulai menceritakan lelucon-lelocon jorok. Pria itu
bicara dengan suara keras dan aksen sengau daerah
pegunungan entah di mana. dan sama sekati tidak
sungkan-sungkan menggunakan kata-kata jorok di depan
wanita bahkan di Gedung Putih. 347 Tiga jam sesudah ia
duduk. Clay akhirnya berdiri dan mengucapkan selamat
tinggal pada semua teman barunya yang hebat im. Makan
malam selesai; band sedang menyetem alat musik di
belakang Ruang Timur. Ia menyambar Ridley dan mereka
beranjak ke sana untuk menikmati musik. Tak lama
menjelang tengah malam, saat orang-orang makin sedikit
hingga tinggal beberapa lusin. Presiden dan Ibu Negara
bergabung dengan orang-orang yang lebih ceria itu untuk
berdansa. Ia tampak benar-benar senang bertemu Mr. Clay
Carter. "Aku sudah membaca ulasan pers tentang kau.
Nak. bagus," katanya. Terima kasih, Mr. President," "Siapa
si manis im?" Teman." Apa akan dilakukan kaum feminis
seandainya mereka tahu Presiden memakai kata si
manis? "Boleh aku berdansa dengannya?" Tentu saja Mr.
President." Dan dengan itu, Ms. Ridai Petashnakol,
mantan mahasiswi program pertukaran pelajar dari
Georgia berusia 24 tahun, dipegang, dipeluk rapat, dan
berkenalan dengan Presiden Amerika Serikat. 27 __.
IENGIR1MAN pesawat Gulfstream 5 membutuhkan paling
sedikit 22 bulan sejak pemesanan, mungkin lebih lama
lagi, tapi itu bukanlah halangan terbesar. Harga terakhirnya
$44 juta, tentu saja dilengkapi segala perangkat dan
mainan terbaru, itu harga yang terlalu mahal, meskipun
Clay benar-benar tergoda. Si pialang menerangkan bahwa
pesawat G-5 terbaru biasanya dibeli pemsahaan-
perusahaan besar dengan kekayaan miliaran dolar yang
memesan dua atau tiga sekaligus dan terus
menerbangkannya. Tawaran yang lebih baik untuknya,
sebagai pemilik tunggal, adalah melakukan sewa beli
pesawat yang sedikit lebih tua untuk jangka waktu,
katakanlah, enam bulan, untuk memastikan itulah yang ia
inginkan. Kemudian ia bisa membelinya, dengan harga jual
dipotong 90 persen uang sewa yang telah dibayarkan. Si
pialang punya pesawat yang tepat. Model G-4 SP (Special
Performance) tahun 1998 yang baru saja ditukar tambah
salah satu perusahaan dalam daftar Fortune 500. Ketika
Clay melihatnya berdiri anggun di landasan bandara
Reagan National, jantungnya serasa melompat dan denyut
nadinya makin cepat. Warnanya putih salju, dengan garis-
garis biru muda 349 yang anggun. Pans dalam enam jam.
London lima jam. la naik bersama si pialang. Kalau
pesawat itu satu inci lebih kecil daripada pesawat G-5
milik Patton French, maka Clay tidak bisa merasakannya.
Di mana-mana ada kulit asli. kayu mahoni, dan kuningan.
Ada dapur. bar. dan kamar kecil di belakang; perangkat
avionik terbaru di depan untuk pilotnya. Sofa yang bisa
dibuka menjadi ranjang, dan sepintas ia membayangkan
Ridley, mereka berdua di balik selimut pada ketinggian
empat ribu kaki. Sistem stereo, video, dan telepon yang
canggih. Faks, PC, akses ke Internet Pesawat im kelihatan
seperti baru, dan si wiraniaga menjelaskan bahwa
pesawat tersebut baru saja keluar dari pabriknya di mana
bagian luarnya dicat ulang dan interiornya diperbaharui.
Ketika didesak, ia akhirnya berkata "Ini jadi milik Anda
dengan harga tiga puluh juta." Mereka duduk di meja kecil
dan memulai transaksi. Gagasan untuk melakukan sewa
beli perlahan-lahan menguap ke luar jendela. Dengan
pemasukan Clay, ia tidak akan mendapat kesulitan untuk
memperoleh paket pendanaan yang menarik. Uang
cicilannya hanya $300.000 sebulan, cuma sedikit lebih
tinggi daripada pembayaran sewa Dan setiap saat kalau
Clay ingin tukar tambah, si broker akan mengambil- ] nya
kembali untuk ditawarkan pada pasar yang memberikan
nilai tertinggi, dan menyediakan apa pun j yang ia inginkan.
Dua pilot memerlukan biaya $200.000 setahun, termasuk
tunjangan tahunan, pelatihan, apa saja Clay i 350 bisa
mempertimbangkan untuk mendaftarkan pesawat im
sebagai pesawat perusahaan carter. Tergantung berapa
banyak Anda memakainya Anda bisa memperoleh
penghasilan sejuta dolar setahun dengan
menyewakannya," kata si pialang, bergerak menutup
transaksi Itu akan menutup biaya pilot, sewa hangar, dan
pemeliharaan." 'Tahu kira-kira berapa banyak aku akan
memakainya?" Clay bertanya otaknya berputar dengan
berbagai kemungkinan. "Saya sudah menjual banyak
pesawat kepada pengacara," si wiraniaga berkata
mengingat-ingat riset yang tepat. Tiga ratus jam setahun
adalah angka maksimal. Anda bisa menyewakannya dua
kali lipat jumlah im." Wah, pikir Clay. Benda ini mungkin
bisa benar-benar menghasilkan pemasukan. Ada suara
mengingatkan untuk berhati-hati, tapi mengapa
menunggu? Dan kepada siapakah ia bisa berpaling untuk
mendapatkan nasihat? Kenalannya yang memiliki
pengalaman dalam soal im adalah teman-temannya
sesama pengacara gugatan massal, dan mereka masing-
masing akan mengatakan, "Kau belum punya pesawat jet
sendiri? Belilah!" Maka ia pun membelinya. Penghasilan
Goffman pada kuartal keempat meningkat Iri tahun
sebelumnya dengan tingkat penjualan me-mecahka^ rekor.
Harga sahamnya mencapai $65; 351 angka tertinggi
dalam dua tahun. Dimulai dari minggu rxnarna bulan
Januari, perusahaan tersebut meluncurkan kampanye iklan
di luar kebiasaan, yang bukan mempromosikan satu di
antara banyak produknya, tetapi perusahaan itu sendiri.
"Gofrman selalu setia," demikianlah slogan dan temanya,
dan setiap iklan televisi diisi berbagai montase tayangan
produk terkenal yang digunakan untuk menenangkan dan
melindungi Amerika: ibu menempelkan plester pada luka
putranya yang masih kecil; lelaki muda tampan dengan
perut datar, bercukur dan menikmatinya; pasangan yang
sudah beruban bersenang-senang di pantai, bebas dari
wasir; pelari yang kesakitan, meraih obat penahan sakit;
dan seterusnya. Daftar produk konsumen tepercaya yang
diproduksi Goffman sangatlah panjang. Mulrooney
mengamati perusahaan itu lebih cermat daripada analis
saham, dan ia yakin kampanye iklan itu. tak lain tak bukan
adalah cara untuk mempersiapkan investor dan konsumen
menghadapi guncangan Maxatil. Risetnya menemukan
bahwa tak pernah ada pesan "feel-good" lain dalam
sejarah pemasaran Goffman. Perusahaan itu adalah saru
di antara pengiklan paling top di negeri ini, tapi biasanya
selalu mencurahkan uangnya untuk produk tertentu pada
masa tertentu, dengan hasil yang luar biasa. Max Pace,
yang tinggal di Hotel Hay-Adams, juga sependapat. Clay
mampir ke suite-nya untuk makan malam bersama, makan
malam yang dipesan dari layanan kamar. Pace resah dan
tak sabar untuk menjatuhkan bom pada Goffman. Ia
membaca revisi terakhir gugatan clcui actum yang akan
dimasukkan di pengadilan D.C Seperti biasanya, ia
menuliskan catatan di pinggirnya. "Apa rencananya?** ia
berkata, mengabaikan makanan dan anggurnya. Clay tidak
mengabaikan makanannya. "Iklannya akan dimulai pukul
delapan pagi," ia berkata dengan mulut penuh daging sapi
muda. "Serangan mendadak di delapan wilayah pasar,
dari Pantai Timur ke Barat. Sambungan hot line sudah
dipasang. Situs Web sudah siap. Biro hukumku yang kecil
ini telah siaga. Aku akan berjalan kaki ke pengadilan
sekitar pukul sepuluh dan memasukkan gugatan itu sendiri"
"Kedengarannya bagus." "Kita pernah melakukannya.
Kantor Hukum J. Clay Carter II adalah mesin gugatan
massal, terima kasih banyak." 'Teman-teman barumu im
tidak tahu-menahu tentang ini?" Tentu saja tidak. Mengapa
aku harus memberi tahu mereka? Kami memang bekerja
sama dalam perkara Dyloft, tapi French dan orang-orang
im juga pesaingku. Aku dulu membuat mereka terguncang,
aku akan buat mereka terperanjat sekarang. Aku sudah tak
sabar." "Ini bukan Dyloft, ingat im. Waktu im kau beruntung
karena menohok perusahaan yang lemah pada saat yang
tak menguntungkan mereka. Goflman akan jauh lebih
tangguh." Pace akhirnya melemparkan berkas gugatan im
ke bufet dan duduk untuk makan. Tapi mereka membuat
obat yang buruk," Clay berkata. "Dan orang tidak akan
maju ke pengadilai dengan obat semacam im." 'Tidak
dalam gugatan class action. Sumber-sumberku
mengatakan Goffman mungkin ingin membawa kasus di
Flagstaff itu ke persidangan karena hanya ada satu
penggugat tunggal." "Kasus Mooneyham?" "hu dia Kalau
mereka kalah, mereka akan bersikap lebih lunak dalam
merundingkan penyelesaian perkara lewat penggantian
uang kerugian. Kalau mereka menang, maka ini bisa jadi
pertarungan panjang." "Kau pernah mengatakan
Mooneyham tidak pernah kalah." "Selama dua puluh tahun
atau lebih. Juri menyukainya. Ia memakai topi koboi, jaket
kulit, sepatu bot merah, dan semacam itulah.
Mengingatkan orang pada zaman ketika pengacara benar-
benar menyidangkan kasus mereka. Benar-benar kerja
keras. Kau harus pergi menemuinya. Itu layak dilakukan."
"Aku akan cantumkan itu dalam daftar tugasku." j
Gulfstream itu hanya bertengger di hangar, tak sabar |
untuk terbang. Telepon berdering dan Pace menghabiskan
lima menit dalam pembicaraan dengan suara lirih di sisi
lain state. "Valeria" katanya ketika ia kembali ke meja.
Clay sepintas membayangkan makhluk tanpa , jenis
kelamin itu menggerogoti wortel. Max yang malang. Ia bisa
memilih yang jauh lebih baik. Clay tidur di kantor. Ia
menambahkan kamar tidur kecil dan kamar mandi di
sebelah ruang rapat. Ia I sering bekerja hingga lewat
tengah malam, lalu tidur beberapa jam sebelum mandi
cepat-cepat, dan kembali j I af%. L ' ke meja kerja pada
pukul enam. Kebiasaan kerjan itu jadi legenda bukan saja
di biro hukumnya sendiri, tapi sampai di seluruh penjuru
kota juga. Banyak gosip di kalangan hukum tentang dirinya,
setidaknya untuk saat ini, dan kebiasaanya bekerja enam
belas jam sehari sering dilebih-lebihkan sampai delapan
belas atau dua puluh jam oleh orang-orang di bar atau
pesta. Dan mengapa tidak bekerja siang-malam? Ia baru
32 tahun, masih lajang, tanpa kewajiban serius yang
menyita waktunya. Lewat keberuntungan dan sedikit
kepintaran ia diberi peluang unik untuk meraih
keberhasilan seperti Sedikit orang lain. Mengapa tidak
mencurahkan seluruh tenaga pada biro hukumnya ini
selama beberapa tahun, lalu bubarkan semuanya dan
pergi bermain sepanjang sisa hidupnya? Mulrooney tiba
tak lama setelah pukul enam, sudah berbekal empat
cangkir kopi di dalam perutnya dan seratus gagasan di
dalam kepala. "Hari H?" ia bertanya ketika menerobos ke
kantor Clay. "Hari H!" "Mari kita hajar mereka!" Pada pukul
tujuh, tempat im penuh para associate dan paralegal yang
asyik mengamati jam, menunggu invasi im. Para sekretaris
membawa kopi dan bagel dari kantor ke kantor. Pukul
delapan, mereka berkumpul di ruang rapat dan menonton
TV layar lebar. Afiliasi ABC untuk metro D.C.
menayangkan Man pertama: Seorang wanita menarik
berumur awal enam puluhan, rambut pendek kelabu yang
dipotong rapi, berkacamata 355 tawan desainer, duduk di
balik meja dapur kecil, menerawang sedih ke luar jendela.
Suara narasi [terdengar menakutkan]: "Bila selama ini
Anda memakai obat hormon wanita Maxatil. Anda mungkin
berisiko lebih tinggi mengidap kanker payudara, penyakit
jantung, dan stroke." Sorotan lebih dekat ke tangan si
wanita: di atas meja, gambar close-up botol pil dengan
tulisan MAXATIL dalam huruf tebal. (Gambar tengkorak
dan tulang bersilang tak mungkin lebih mengerikan dari
ini.) Suara: "Segeralah berkonsultasi dengan dokter Anda.
Maxatil mungkin menimbulkan ancaman serius terhadap
kesehatan Anda." Chse-up wajah wanita itu, lebih sedih
lagi sekarang lalu matanya jadi basah. Suara: "Untuk
infonnasi lebih lanjut hubungi Maxatil Hot Line." Nomor
telepon berawalan 800 tampak di dasar layar. Gambar
terakhir, si wanita menanggalkan kacamata dan menyeka
setitik air mata dari pipi. Mereka bertepuk tangan dan
bersorak seolah uangnya akan segera dikirimkan dengan
kurir. Kemudian Clay mengirim mereka semua ke pos
mereka, untuk duduk di dekat telepon dan mulai
mengumpulkan klien. Dalam beberapa menit, telepon
mulai berdatangan. Tepat pukul sembilan, seperti
dijadwalkan, kopi berkas gugatan im dikirim lewat faks ke
redaksi berbagai surat kabar dan stasiun-stasiun televisi
kabel khusus berita finansial. Clay menelepon teman
lamanya di The Wall Street Journal dan membocorkan
kabar tersebut. Ia mengatakan ia mungkin
mempertimbangkan wawancara satu atau dua hari lagi.
Perdagangan saham Goffman dibuka pada angka $65
tetapi langsung merosot karena berita gugatan Maxatil di
DC. Clay membiarkan dirinya difoto 356 wartawan
setempat sewaktu ia memasukkan gugatan tersebut di
pengadilan. Siangnya, saham Goffman anjlok ke $61.
Perusahaan itu buru-buru merilis pernyataan pers yang
dengan teguh menyangkal Maxatil menimbulkan segala hal
mengerikan yang dituduhkan tanpa dasar dalam gugatan
itu. Mereka akan membela kasus im mati-matian. Patton
French menelepon saat "makan siang". Clay sedang
makan sandwich sambil berdiri di belakang meja kerja dan
memandangi pesan telepon yang terus menumpuk.
"Kuharap kau tahu apa yang kaulakukan," French berkata
curiga. "Aduh, aku pun berharap begitu, Patton. Apa
kabar?" ggr-V 'Hebat. Kami sudah enam bulan yang lalu
mengamati Maxatil cermat-cermat. Kami putuskan untuk
membiarkannya. Membuktikannya sebagai penyebab
kanker akan jadi masalah serius." Clay meletakkan
sandwich-nya dan mencoba bernapas. Patton French
menolak suatu gugatan massal? la membiarkan saja
gugatan dass action terhadap salah satu korporasi paling
kaya di negeri ini? Clay tersadar tak ada yang diucapkan,
jeda percakapan yang terasa menyesakkan. "Well, uh,
Patton, kami melihat persoalan dengan cara yang
berbeda." Ia mengulurkan tangan ke belakang, mencari-
cari kursi. Akhirnya ia menjatuhkan diri ke sana.
"Sebenarnya, setiap orang membiarkannya, sampai kau
Saulsberry, Didier, Carlos di Miami. Ada satu nencacara di
Chicago yang punya beberapa kasus. J, a belum
mengajukan gugatan resmi ke pengadilan. Entahlah, aku
tidak tahu, mungkin kau benar Cuma kami tidak melihat
peluangnya, itu saja." French memancing informasi. "Kami
punya data bagus tentang mereka." kata Clay. Laporan
penelitian pemerintah itu! itu dia? Clay memilikinya dan
French tidak. Akhirnya, tarikan napas panjang, dan darah
mulai terpompa lagi. "Kau sebaiknya benar-benar
menyiapkannya. Clay. Orang-orang ini sangat hebat.
Mereka membuat si Wicks tua dan orang-orang di
Ackerman tampak sepera anak-anak pramuka." "Kau
kedengarannya ketakutan, Patton, aku sung"Sama sekali
tidak takut. Tapi kalau sampai ada satu lubang saja dalam
teorimu tentang tanggung jawab mereka, maka mereka
akan menelanmu hidup-hidup. Dan, jangan pernah berpikir
akan mencapai penyelesaian perkara secepatnya di luar
pengadilan." "Apakah kau akan ikut?" "tidak. Aku tidak
menyukainya enam bulan yang lalu, dan tetap tak
menyukainya sekarang. Ditambah lagi, aku masih punya
banyak besi panas yang harus segera ditempa. Selamat"
Clay menutup dan mengunci pintu kantornya. Ia berjalan ke
jendela dan berdiri di sana paling sedikit lima menit
sebelum merasakan kemejanya yang dingin lembap
menempel ke punggungnya. Kemudian ia menyeka kening
dan mendapati butiran-butiran keringat. judul berita di
koran Daily Profit itu bagai menjerit: seratus juta DOLAR
BUSUK TIDAKLAH cukup. Dan segalanya jadi makin
buruk sesudah itu. Cerita itu dimulai dengan alinea singkat
tentang gugatan "tak keruan" yang dimasukkan ke
pengadilan D.C. terhadap Goffman, salah satu perusahaan
pembuat produk konsumen terbaik di Amerika. Maxatil,
obatnya yang bagus itu, telah menolong kaum wanita yang
jumlahnya tak terhitung untuk menjalani masa menopause,
tapi kini obat itu diserang ikan-ikan hiu yang sama dengan
yang telah membangkrutkan A.H. Robins, Johns Manville,
Owens-Illinois, dan praktis seluruh industri asbes Amerika.
Cerita itu mulai memanas ketika sampai pada si hiu
pemimpinnya, jagoan muda dan kurang ajar dari D.C.
bernama Clay Carter yang, menurut sumber-sumber
mereka, tak pernah mengikuti sidang gugatan perdata di
hadapan juri. Namun demikian, tahun lalu ia berhasil
meraup $100 juta lebih dalam lotre gugatan massal.
Jelaslah bahwa si reporter punya sumber-sumber tetap
yang dapat dipercaya. Yang pertama adalah eksekutif
pada Kamar Dagang AS. yang mencerca segala gugatan
pada umumnya dan pengacara-pengacara pada
khususnya. "Para Clay Carter lain di dunia hanya akan
mengilhami orang-orang lain untuk mengajukan gugatan
mengada-ada ini. Ada sejuta pengacara di negeri ini. Bila
seseorang tak dikenal seperti Mr. Carter dapat
memperoleh uang begitu banyak dalam waktu begitu
cepat, maka tak ada saru pun perusahaan yang aman."
Dosen hukum pada universitas yang tak pernah didengar
Clay berkata» "Orang-orang ini tak kenal kasihan.
Keserakahannya luar biasa, dan karena itu mereka
akhirnya akan mencekik mati angsa bertelur emas."
Seorang anggota Kongres bermulut besar dari Connecticut
memanfaatkan kesempatan untuk mendesak diterimanya
perombakan undang-undang gugatan yang La rancang.
Akan ada berbagai sidang komite, dan Mr. Carter mungkin
akan dipanggil untuk memberikan kesaksian di depan
Kongres. Sumber-sumber di dalam Goffman yang tak
disebutkan namanya mengatakan perusahaan itu akan
membela diri mati-matian, bahwa ia tidak akan menyerah
pada pemerasan class action, dan bahwa pada saat yang
tepat ia akan menuntut ganti pembayaran untuk biaya
penasihat hukum dan litigasi karena klaim yang keterlaluan
dan mengada-ada ini. Saham perusahaan itu sudah anjlok
sebelas persen, modal investor sebesar $2 miliar hilang,
semua gara-gara kasus hasil rekayasa ini. "Mengapa para
pemegang saham Goffman tidak menuntut orang-orang
seperti Cby Carter?" tanya si profesor dari tekolah hukum
tak dikenal itu. Artikel itu sungguh berat antuk dibaca, tapi
Clay tentu saja tidak bisa mengabaikannya. Tajuk di
Investment Time» mengimbau Kongres untuk secara serius
mempertimbangkan reformasi litigasi. Tajuk itu pun
panjang-lcbar menyoroti fakta bahwa Mr Carter muda
berhasil menangguk kekayaan luar biasa dalam waktu
kurang dari setahun. Ia tak lebih hanyalah "tukang peras"
dengan jarahan yang hanya akan mengilhami pengacara-
pengacara jalanan untuk memperkarakan setiap orang
yang dilihatnya. Julukan "tukang peras" itu melekat
beberapa hari di kantor, untuk sementara waktu
menggantikan julukan "Sang Raja". Clay tersenyum dan
berlagak seolah itu pujian, "Setahun yang lalu tak ada
seorang pun yang bicara tentang diriku," bualnya. "Kini.
mereka tidak pernah merasa cukup." Namun di balik pintu
kantor yang terkunci ia merasa cemas dan resah dengan
ketergesaannya menggugat Goffman. Fakta bahwa rekan-
rekan sesama pengacara gugatan massal tidak ikut
merubung terasa sangat menyesakkan hati. Buruknya
pemberitaan pers menggerogoti perasaannya. Sejauh ini,
belum ada seorang pun yang membelanya. Pace
menghilang, bukan sesuatu yang luar biasa, tapi Clay
sama sekali tidak menginginkannya saat ini. Enam hari
sesudah memasukkan gugatan ke pengadilan, Pace
mengecek dari California. "Besok adalah hari besar,"
katanya. "Aku butuh kabar baik," kata Clay. "Laporan
pemerintah itu." .__ «Tidak bisa kupastikan." jawab Pace
Dan jangan ada lagi pembicaraan telepon. Mungkin ada
yang j Lrkan Aku akan menjelaskan begitu ada di
mendengarkan. a*« kota. Nanti." mendengarkan? Di
sebelah Mungkin ada yang mana—Clay atau Pace? Dan
siapakah orangnya Lenyaplah lagi kesempatan tutur
malam. Penelitian Ameni-an Council on Aging itu awalnyi
dirancang untuk menguji dua puluh ribu wanita antara usia
45 sampai 75 tahun selama jangka waktu tujuh tahun.
Kelompok itu dibagi dua sama rata, dengan kelompok
pertama diberi satu dosis Maxatil setiap hari kelompok lain
diberi plasebo. Tetapi sesudah empat tahun, para peneliti
meninggalkan proyek ini karena hasilnya sungguh burak.
Mereka menemukan adanya kenaikan risiko kanker
payudara, penyakit jantung, dan stroke pada beberapa
persen peserta peneunan. Bagi mereka yang memakai
obat itu, risiko kanker payudara melonjak 33 persen,
serangan jantung 21 persen, dan stroke 20 persen.
Penelitian itu memperkirakan dari seratus ribu wanita yang
memakai Maxatil selama empat tahun atau lebih, empat
ratus di antaranya akan kena kanker payudara, toga ratus
akan menderita penyakit jantung sampai taraf tertentu, dan
tiga ratus mengalami stroke ringan sampai berat. Pagi
berikutnya laporan itu dipublikasikan. Saham Goffman
terpukul lagi, jatuh hingga $51 per lembar gara-gara berita
itu. Clay dan Mulrooney melewatkan siang itu memantau
situs Web dan saluran TV kabel, menunggu tanggapan dari
perusahaan tersebut, tapi ternyata tidak ada apa-apa.
Reporter bisnis yang mengupas Clay dengan pedas ketika
ia memasukkan gugatan itu ternyata tidak meminta
reaksinya terhadap penelitian tersebut. Mereka hanya
menyinggungnya sepintas keesokan harinya. Harian Post
memuat ringkasan singkat tentang publikasi laporan
tersebut, tapi nama cny nuak disinggung. Ia merasa
namanya seperti dibersihkan, tetapi diabaikan. Begitu
banyak yang ingin ia katakan untuk menanggapi mereka
yang mengkritiknya, tapi tak ada seorang pun yang ingin
mendengarkan. Kecemasannya diredakan banjir telepon
dan pasien-pasien Maxatil. Pesawat Gulfstream itu
akhirnya terbang. Delapan hari di dalam hangar, dan Clay
sudah gatal untuk bepergian. Ia membawa Ridley dan
terbang ke barat, pertama ke Las Vegas, meskipun tak
ada seorang pan di kantor yang tahu ia mampir ke sana. Itu
perjalanan bisnis yang sangat penting. Ia punya janji
pertemuan dengan Dale Mooneyham yang hebat itu di
Tucson untuk bicara tentang Maxatil. Mereka
menghabiskan dua malam di Vegas, di hotel dengan
cheetah dan macan kumbang asli diperagakan di taman
safari palsu di luar pintu masuk depan. Clay kalah $30.000
dalam permainan blackjack dan Ridley menghabiskan
$25.000 untuk membeli pakaian di butik-butik desainer
yang berderet di atrium hotel. Pesawat Gulfstream itu
terbang ke Tucson. Mott & Mooneyham mengubah stasiun
kereta api lama di pusat kota menjadi gedung perkantoran
yang lusuh tapi menyenangkan. Lobinya adalah bekas
ruang rummu, ruangan dengan kubah panjang di mana dua
sekretaris didudukkan di sudut yang berseberangan.
seolah mereka harus dipisahkan untuk menjaga
ketenang»». Diamati lebih cermat, mereka sepertinya tak
mampu bertarung; keduanya sudah berumur tujuh puluhan
dan tenggelam dalam dunia mereka sendiri. Tempat itu
semacam museum, kumpulan berbagai produk yang
pernah dibawa Dale Mooneyham ke pengadilan dan
diperlihatkan pada juri. Di salah satu lemari tinggi ada
pemanas air berbahan bakar gas, dan plakat perunggu di
atas pintunya mencantumkan nama kasus dan jumlah
vonisnya—$4,5 juta, 3 Oktober 1988, Stone County,
Arkansas. Ada kendaraan roda tiga rusak yang
menyebabkan Honda harus mengeluarkan $3 juta di
California, dan senapan murah yang pernah menggusarkan
juri Texas sehingga menghadiahkan $11 juta kepada si
penggugat. Puluhan produk—pemotong rumput, rangka
Toyota Celica yang terbakar, alat bor tekan, jaket
penyelamat yang tak sempurna, tangga yang runtuh. Dan di
dinding-dindingnya ada banyak kliping koran serta foto
besar laki-laki hebat itu sedang menyerahkan cek kepada
kliennya yang pernah celaka. Clay, seorang diri karena
Ridley berbelanja, berpindah-pindah mengamati setiap
peragaan, terpesona oleh berbagai kemenangan itu dan
tak menyadari bahwa sudah hampir satu jam ia dibiarkan
menunggu. Seorang asisten akhirnya menjemput dan
membawanya menyusuri lorong lebar dengan jajaran
kantor-kantor luas. Dindingnya ditutupi potongan judul
berita dan artikel koran yang dibesarkan dan dibingkai,
semua menceritakan berbagai kemenangan
menggemparkan di ruang sidang. Siapa pun yang
bernama Mott, ia pasti bukanlah pemain penting. Kop
suratnya hanya mencantumkan nama empat pengacara
lain. 364 Dale Mooneyham duduk di balik meja kerja dan
hanya setengah berdiri ketika Clay masuk, tanpa
diumumkan dan sangat merasa seperti gelandangan Jabat
tangan itu dingin dan sekadarnya. Ia tidak diterima dengan
tangan terbuka di sana, dan bingung oleh penerimaannya.
Mooneyham sedikitnya berumur tujuh puluh tahun, laki-laki
berperawakan besar dengan dada tebal dan perut buncit
Blue jeans, sepatu lars merah mencolok, kemeja koboi
kusut, dan tentu saja tanpa dasi. Ia mencat hitam
rambutnya yang beruban, tetapi butuh pengecatan lagi
karena bagian sisinya sudah memutih, bagian atasnya
masih hitam dan disisir licin ke belakang dengan terlalu
banyak minyak rambut. Wajahnya panjang dan lebar,
matanya bengkak, mata peminum. "Kantor yang bagus,
sungguh unik," Clay berkata, mencoba sedikit mencairkan
suasana. "Aku membelinya empat puluh tahun lalu,"
Mooneyham berkata, "dengan harga lima ribu dolar."
"Koleksi barang kenangan itu juga mengesankan." "Hasil
kerjaku lumayan, Nak. Selama dua puluh satu tahun aku
belum pernah kalah dalam persidangan yang diputuskan
juri. Kurasa kalau sampai kalah pun sudah saatnya,
setidaknya begitulah kata lawan-lawanku." Clay melihat
sekeliling dan mencoba bersantai di kursi rendah berjok
kulit yang sudah tua. Kantor itu sedikitnya lima kali lebih
besar daripada kantornya, dengan awetan kepala binatang
buruan menghiasi dinding dan mengawasi setiap
geraknya. Tidak ada telepon yang berdering, tidak ada
mesin faks berbunyi berisik di kejauhan. Tidak ada
komputer di kantor Mooneyham. 365 "Sebenarnya aku ke
sini untuk bicara tentang Maxatil," kata Clay, merasa ia
bisa setiap saat diusir. Ada kebimbangan sejenak, tapi tak
ada gerakan apa pun. ia hanya menggerakkan matanya
yang hitam kecil. Itu obat yang buruk," katanya datar,
seolah Clay tidak tahu. "Aku memasukkan gugatan sekitar
lima bulan yang lalu di Flagstaff. Di Arizona sini ada jalur
cepat yang dikenal sebagai rocket-docket, maka
persidangan seharusnya akan dimulai awal musim gugur.
Tidak seperti kau, aku tidak memasukkan gugatan sampai
kasus perkara itu diri set cermat dan disiapkan, dan aku
siap untuk maju sidang. Kerjakanlah dengan cara seperti
itu maka pihak lain takkan pernah bisa mengejar. Aku
sudah menulis buku tentang persiapan sebelum
mengajukan gugatan. Masih sering aku membacanya. Kau
pun seharusnya membacanya." Haruskah aku pergi
sekarang juga? Clay ingin bertanya. "Bagaimana dengan
klienmu?" "Aku cuma punya satu. Gugatan class action
adalah penipuan belaka, setidaknya bila ditangani seperti
caramu dan rekan-rekanmu. Gugatan massal adalah
penggelapan, perampokan terhadap konsumen, lotre yang
didorong keserakahan yang suatu hari kelak akan
mencelakakan kita semua. Keserakahan tanpa kendali
akan mengayun pendulum ke sisi lain. Reformasi undang-
undang akan terjadi, dan pasti akan jadi sangat tegas.
Kalian akan gulung tikar tapi tentunya kalian ¦ takkan peduli
karena sudah mengangguk uangnya. Orang-orang yang
akan dirugikan adalah para calon penggugat di h*» sana,
semua orang kecil yang takkan mampu menggugat produk
jelek sebab kalian telah mempermainkan undang-undang,''
••Aku bertanya tentang klienmu." "Wanita kulit putih
berumur enam puluh enam tahun, tidak merokok, memakai
Maxatil selama empat tahun. Aku bertemu dengannya
setahun yang lara. Di sini kami tidak terburu-buru, kami
melakukan persiapan sebelum mulai melepas tembakan."
Clay tadinya berniat bicara tentang hal-hal besar, gagasan-
gagasan besar, seperti berapa banyak klien potensial dari
Maxatil di luar sana, apa yang diharapkan Mooneyham dari
Goffman. dan pakar-pakar macam apa yang rencananya
akan ia gunakan dalam persidangan. Tapi, ia malah
mencari cara keluar secepatnya. "Kau tidak
mengharapkan penyelesaian perkara di luar
persidangan?" ia bertanya, mencoba kedengaran agak
prihatin. Aku tidak menempuh penyelesaian perkara di luar
sidang. Nak. Klien-klienku tahu sejak dari awal. Setahun
aku hanya menerima tiga kasus, semuanya aku pilih
sendiri dengan hari-hari. Aku suka kasus yang berlainan,
produk dan teori yang belum pernah kubawa ke sidang.
Pengadilan yang belum pernah kulihat. Aku punya pilihan
sebab banyak pengacara meneleponku setiap hari. Dan
aku selalu maju bersidang. Saat menerima suatu kasus
aku tahu perkara itu tidak akan diselesaikan di luar sidang
pengadilan. Itu menyisihkan satu gangguan besar.
Kukatakan sejak awal kepada tergugat, "Tak perlulah kita
menghamburkan waktu memikirkan penyelesaian perkara
ini di luar persidangan, ©ke?" Ia akhirnya bergerak, hanya
sedikit menggeser berat badan ke satu sisi, seakan sakit
punggung. "Itulah kabar baik untukmu, Nak. Akulah yang
pertama mukui ooffman. dan kalau juri melihat
persoalannya 367 seperti caraku melihatnya maka mereka
akan memberikan vonis besar untuk klienku. Semua
tukang tiru seperti kalian akan berbondong-bondong,
mengekor memasang iklan untuk mendapatkan lebih
banyak klien, lalu menyelesaikan perkaranya dengan
sedikit uang dan kalian menangguk bagian kalian. Aku
akan memberi kalian uang lebih banyak lagi." "Aku ingin
maju sidang,9 kata Clay. "Kalau apa yang kubaca benar,
kau bahkan tidak tahu di mana letak gedung pengadilan."
"Aku bisa menemukannya." Ia mengangkat pundak.
"Mungkin kau tidak akan perlu melakukannya. Begitu aku
selesai dengan Goffman. mereka pasti akan lari
menyingkir dari juri mana pun." "Aku tidak perlu
menyelesaikan perkaranya di luar sidang." Tapi kau akan
melakukannya. Kau akan punya ribuan kasus. Kau takkan
punya nyali untuk maju sidang." Dan setelah mengucapkan
itu ia perlahan-lahan berdiri, menyodorkan satu tangan
tanpa gairah, dan berkata, "Ada pekerjaan yang harus
(diselesaikan." Clay buru-buru meninggalkan kantor itu,
menyusuri gang, melewati museum/lobi, dan keluar ke
ganasnya panas udara gurun. Nasib buruk di Vegas dan
bencana di Tucson, tapi perjalanan fflt diselamatkan di
suatu tempat 42.000 368 i lay di atas Oklahoma. Ridley
tidur di sofa, di balik selimut dan tak sadar terhadap dunia,
ketika mesin faks mulai berdengung. Clay berjalan ke
bagian belakang kabin yang gelap dan mengambil
selembar faks. Kiriman dari Oscar Mulrooney, di kantor. Ia
mengambil tulisan dari Internet—peringkat tahunan
berbagai biro hukum dan uang jasa mereka dari majalah
American Attorney. Dalam daftar dua puluh pengacara
dengan bayaran tertinggi di negeri ini tercantum nama Mr.
Clay Carter, bertengger di urutan kedelapan, diperkirakan
meraup pendapatan $110 juta tahun lalu. Di situ bahkan
ada foto kecil Clay dengan tulisan: "Rookie of the Year".
Tebakan yang lumayan, pikir Clay dalam hari. Sayangnya,
$30 juta dari uang penyelesaian perkara Dyloft telah
dibayarkan sebagai bonus untuk Pauiette, Jonah, dan
Rodney, imbalan yang pada mulanya terasa murah hati tapi
bila dipikir kembali terasa tolol. Takkan pernah terjadi lagi.
Orang-orang baik di American Attorney takkan tahu
tentang bonus murah hati seperti itu. Bukan berarti Clay
mengeluh. ' Tak ada pengacara lain dari wilayah D.C. yang
masuk dalam daftar dua puluh besar. Nomor satu adalah
legenda dari Amarillo bernama Jock Ramsey yang berhasil
menegosiasikan kasus pembuangan limbah beracun yang
melibatkan perusahaan minyak dan kimia besar. Kasus itu
berlarut-larut hingga sembilan tahun. Bagian Ramsey
diperkirakan mencapai $450 juta. Pengacara kasus
tembakau dari Palm Beach diduga memperoleh
penghasilan $400 juta. Satu lagi dari New York menduduki
urutan ketiga dengan penghasilan $325 juta. Patton 369
French mendarat di urutan keempat, fakta yang pasti
sangat mengesalkannya. Duduk dalam privasi jet
Gulfstream miliknya, memandangi artikel majalah yang
memuat fotonya, Clay lagi-lagi berkata kepada diri sendiri
bahwa semua itu mimpi. Ada 76.000 pengacara di D.C.,
dan ia nomor saru. Setahun yang lalu ia tak pernah
mendengar tentang Tan an atau Dyloft atau Maxatil, dan
tidak pula menaruh banyak perhatian pada litigasi gugatan
massal. Setahun yang lalu impian terbesarnya adalah
kabur dari OPD dan mendapat pekerjaan di biro hukum
terhormat, yang akan memberinya cukup gaji untuk
membeli setelan jas baru dan mobil yang lebih baik.
Namanya yang tercantum pada kop surat akan membuat
Rebecca terkesan dan menjinakkan orangtuanya. Kantor
yang lebih bagus dengan klien dan kelas yang lebih tinggi
sehingga ia tak perlu menghindari teman-teman kuliahnya
dulu. Impian yang begrtu sederhana. Ia memutuskan tidak
memperlihatkan artikel itu pada Ridley. Wanita itu mulai
tergiur pada uang dan jadi makin tertarik pada perhiasan
dan perjalanan. Ia belum pernah ke Italia, dan ia sudah
menyinggung-nyinggung tentang Roma dan Florence.
Setiap orang di Washington akan membicarakan nama
Clay yang masuk daftar dua puluh besar itu. Ia memikirkan
teman-teman dan rival-rivalnya, teman-teman kuliahnya di
sekolah hukum dan geng lama di OPD. Namun, ia
kebanyakan memikirkan Rebecca. a% 370 H.ANNA
Portland Cement Company didirikan di Reedsburg,
Pennsylvania, pada tahun 1946, tepat pada waktunya untuk
menjawab ledakan pembangunan rumah sesudah perang.
Ia segera menjadi perusahaan yang mempekerjakan
paling banyak orang di kota kecil itu. Hanna bersaudara
mengelolanya dengan tangan besi, tapi mereka adil
terhadap pekerja mereka, yang jadi tetangga mereka juga.
Ketika bisnis sedang bagus, para pekerja itu menerima
gaji yang banyak. Ketika keadaan melamban, setiap orang
mengencangkan ikat pinggang dan bertahan.
Pengurangan pegawai sangat langka dan digunakan
hanya sebagai langkah terakhir. Para pekerjanya puas dan
tak pernah bergabung dalam serikat buruh. Keluarga
Hanna menanamkan kembali keuntungan mereka dalam
pabrik dan peralatan, dan dalam masyarakat Mereka
membangun pusat kegiatan masyarakat, rumah sakit,
teater, dan lapangan sepak bola untuk sekolah menengah
terbaik di wilayah itu. Selama bertahun-tahun itu, ada satu-
dua godaan untuk menjual perusahaan tersebut, untuk
meraup uang besar dan kemudian bermain golf tanpa perlu
bekerja, tapi Hanna bersaudara tak pernah yakin pabrik
mereka akan tetap berada di Reedsburg. Jadi mereka
mempertahankannya. Sesudah lima puluh tahun dengan
manajemen yanj baik. perusahaan itu mempekerjakan
empat ribu dari sebelas nbu penduduk kota tersebut.
Angka penjualannya per tahun mencapai $60 juta,
meskipun labanya tidak seberapa. Persaingan ketat dari
luar negeri dan lesunya pembangunan rumah baru
menekan keadaan keuangan mereka. Bisnis ini bersifat
naik-turun mengikuti siklus, persoalan yang sudah dicoba
dipecahkan oleh generasi Hanna yang lebih muda dengan
melakukan diversifikasi ke berbagai produk yang
berkaitan. Neraca keuangan mereka belakangan ini
menunjukkan lebih banyak utang daripada biasanya.
Marcus Hanna adalah CEO yang sekarang, meskipun ia
tidak pernah memakai nama jabatan itu. Ia hanya dikenal
sebagai si bos, si honeho nomor saru. Ayahnya adalah
salah satu pendiri, dan Marcus menghabiskan hidupnya di
pabrik tersebut Tak kurang dan delapan anggota keluarga
Hanna lainnya terlibat dalam manajemen, dengan
beberapa generasi berikutnya bekerja di pabrik, menyapu
lantai dan melakukan pekerjaan kasar lain seperti dulu
diharapkan dari orangtua mereka. Pada hari gugatan itu
tiba, Marcus sedang di tengah rapat dengan sepupu
pertamanya, Joel Hanna, pengacara tak resmi di pabrik itu.
Petugas pengadilan dengan garang melewati resepsionis
dan sekretaris di depan dan menghadap Marcus serta Joel
dengan membawa amplop tebal. "Apakah Anda Marcus
Harma?" "Benar. Siapa katfT "Petugas pengadilan. Inilah
surat gugatan Anda" i Ia menyerahkannya dan berlalu, Itu
gugatan class action yang didaftarkan di pengadilan
Howard County, Maryland, menuntut ganti ragi bagi
sekelompok pemilik nanah yang mengalami kerugian
karena semen Portland cacat yang diproduksi Hanna. Joel
membacanya perlahan-lahan dan menjelaskannya pada
Marcus, dan ketika ia selesai, dua laki-laki itu duduk lama
dan mengutuki pengacara pada umumnya. Sekretaris
melakukan pencarian cepat dan menemukan koleksi
artikel terbaru yang mengesankan tentang pengacara
pihak penggugat, seseorang bernama Clay Carter dari
D.C. Bukanlah sesuatu yang mengejutkan bahwa ada
masalah di Howard County. Satu lot produksi semen
Portland mereka yang tidak sempurna beberapa tahun lalu
terjual ke sana. Melalui saluran distribusi normal, semen
tersebut digunakan berbagai kontraktor untuk memasang
bata pada rumah-rumah baru. Keluhannya masih baru;
perusahaan sedang mencoba memperhitungkan seberapa
besar masalah itu. Jelas butuh tiga tahun sebelum semen
itu melemah dan batu-batu bata mulai runtuh. Baik Marcus
maupun Joel sudah pergi ke Howard County dan berunding
dengan pemasok dan kontraktor mereka. Mereka sudah
memeriksa beberapa rumah. Perhitungan saat itu
memperkirakan lima ratus klaim potensial, dan biaya
perbaikan untuk setiap unitnya berkisar antara $12.000.
Perusahaan itu punya asuransi product liability yang akan
menanggung klaim pertama hingga senilai $5 juta. Tetapi
gugatan itu pada pokoknya mencakup "sedikitnya dua ribu
penggugat potensial", yang masing-masing menuntut ganti
rugi senilai $25.000. 373 Ttu berani lima puluh juta." kata
Marcus. "Dan pengacara keparat itu akan mengeruk emp»
puluh persen." tambah Joel. Ta tidak bisu melakukan hal
itu," kata Markus. "Mereka melakukannya setiap hari."
Lebih banyak lagi umpatan kepada pengacara
seumumnya Lalu yang lebih spesifik ditujukan kepada Mr.
Carter. Joel pergi membawa surat gugatan itu. Ia akan
membentahu perusahaan asuransi mereka, yang pada
gilirannya akan menyerahkan urusan pada biro hukum,
mungkin yang ada di Philadelphia. Hal semacam ini terjadi
sedikitnya sekali dalam setahun, tapi belum pernah
sebesar ini. Karena tuntutan ganti ruginya jauh lebih tinggi
daripada yang ditanggung asuransi, maka Hanna akan
terpaksa menyewa biro hukum sendiri untuk bekerja
bersama perusahaan asuransi itu. Tak ada satu pun di
antara pengacara-pengacara itu yang murah. Iklan
sehalaman penuh di Larktn Gazette itu menimbulkan
kehebohan di kota kecil di tengah pegunungan barat daya
Virginia yang terpencil dari seluruh dunia. Karena Larkin
punya tiga pabrik, jumlah penduduknya berkisar sepuluh
ribuan orang lebih sedikit, pusat populasi biasa di daerah
pertambangan. Sepuluh ribu adalah batas minimal untuk
iklan sehalaman penuh dan screening Skinny Ben yang
ditetapkan Oscar Mulrooney Ia sudah mempelajari
masalah periklanan dan sampai pada keputusan bahwa
pasar-pasar yang lebih kecil terlewat Risetnya juga
mengungkapkan bahwa wanita pedesaan dan wanita
Appalachia berbobot lebih berat daripada wanita kota.
Wilayah Skinny Ben! Menurut iklan itu, screening akan
berlangsung besok pagi di motel di sebelah utara kota dan
akan dilakukan dokter asli. Gratis. Pemeriksaan itu
tersedia bagi siapa saja yang pernah memakai
benafoxadil, alias Skinny Ben. Ini rahasia. Dan bisa
membuka kemungkinan ke arah uang ganti rugi dari pabrik
obat tersebut. Di bagian bawah halaman itu, dalam huruf-
huruf yang lebih kecil, tercantum nama, alamat, dan nomor
telepon Kantor Hukum J. Clay Carter II di D.C., meskipun
saat sampai di situ kebanyakan pembaca biasanya sudah
berhenti membaca atau terlalu terguncang hatinya
mengenai screening tersebut Nora Tackett tinggal di rumah
mobil satu mil di luar Larkin. Ia tidak melihat iklan itu sebab
ia memang tidak membaca koran. Ia tidak membaca apa-
apa. Ia menonton televisi enam belas jam sehari,
kebanyakan sambil makan. Nora tinggal dengan dua anak
tiri yang ditinggalkan mantan suaminya ketika pria itu
minggat dua tahun sebelumnya. Mereka anak-anak si
mantan suami, bukan anak-anaknya, dan ia masih tidak
tahu bagaimana tepatnya ia jadi bisa mengurus mereka.
Tetapi laki-laki itu sudah pergi; tanpa sepatah kata pun,
tanpa sepeser pun tunjangan anak tanpa sepucuk surat
atau kartu atau telepon untuk mengecek bagaimana
keadaan dua berandal yang ia lupakan ketika minggat.
Maka Nora pun terus makan. 375 Ia jadi klien J. Clay
Carter ketika saudara pe rernpuannya membaca Larkin
Gazette dan membual janji untuk menjemputnya dan
mengikuti screening. Nora pernah memakai Skinny Ben
selama satu tahun, sampai dokternya berhenti
meresepkannya sebab obat tersebut sudah tak beredar
lagi di pasaran. Seandainya berat badannya turun karena
pil itu, ia tak bisa mengetahuinya. Saudara perempuannya
membawanya naik minivan dan menyodorkan iklan
sehalaman penuh itu ke hadapannya. "Bacalah ini,"
perintah MaryBetn. MaryBeth mulai menempuh jalan
menuju obesitas dua puluh tahun yang lalu, tetapi stroke
yang dialaminya pada usia dua puluh enam tahun telah
menjadi peringatan baginya. Ia sudah bosan meng-kotbahi
Nora; mereka bertengkar selama bertahun-tahun. Dan
mereka mulai bertengkar begitu me- j ngendarai mobil
memasuki Larkin dan menuju motel I itu. The Village Inn
dipilih sekretaris Oscar Mulrooney J sebab tempat itu
tampak seperti motel terbaru di j kota itu. Ia satu-satunya
motel yang tercantum di i Internet, dan mudah-mudahan itu
berarti sesuatu, j Malam sebelumnya Oscar tidur di sana,
dan sewaktu sarapan di kafe motel yang kotor itu, ia sekali
lagi bertanya-tanya dalam bati bagaimana ia bisa jatuh I
sejauh dan secepat ini. Ranking tiga di kelasnya di
Sekolah Hukum Yale! j Disayang biro-biro hukum kaya di
Wall Street dan j perusahaan-perusahaan terkemuka di
Washington. Ayahnya dokter terhormat di Buffalo-
Pamannya be- 11 kerja di Pengadilan Tinggi Vermont.
Saudara laki-jfiBai 376 lakinya adalah partner di salah satu
biro hukum paling kaya di Manhattan. Istrinya merasa malu
karena ia kembali ke daerah terpencil untuk mencari-cari
kasus. Dan ia pun merasakan hal yang sama! Mitra
kerjanya adalah dokter Bolivia yang sedang kuliah
spesialisasi dan bisa berbahasa Inggris dengan aksen
yang begitu kental sampai-sampai ¦ "Good Morning"-nya
saja sulit dipahami. Ia berumur dua puluh lima tahun dan
tampak seperti baru enam belas tahun, bahkan dengan
pakaian rumah sakit, yang dipaksa Oscar agar dipakainya
untuk menambah kredibilitas. Kuliah kedokterannya di
Grenada, pulau di Karibia. Oscar mendapatkan Dr. Livan
dari iklan baris dan membayarnya $2.000 sehari. Oscar
menangani bagian depan dan Livan menguras bagian
belakang. Ruang pertemuan satu-satunya di hotel itu punya
partisi lipat yang dengan susah payah mereka tarik
membatasi ruangan, membaginya kurang-lebih menjadi
dua bagian sama besar. Ketika Nora masuk ke bagian
depan pada pukul 08.45, Oscar melirik arloji, lalu berkata
dengan suara ramah, "Selamat pagi, Ma'am." Nora datang
lima belas jnenit lebih awal, tapi para peserta memang
biasanya muncul sebelum waktu yang ditentukan. Sapaan
"Ma'am" itu dilatihnya sewaktu ia bermobil menjelajahi
D.C. Ia tak pernah dididik untuk menggunakan kata itu.
Uang di bank, katanya pada diri sendiri ketika melihat
Nora. Sedikitnya seratus lima puluh kilogram dan mungkin
hampir mencapai dua ratus. Sungguh menyedihkan bahwa
ia bisa menebak bobot mereka seperti pedagang kaki
lima di karnaval. Menyedihkan bahwa ia benar-benar
melakukannya. "Kau pengacaranya?" MaryBeth bertanya
dengan penuh kecurigaan. Oscar sudah seribu kali
mengalami hal ini. "Ya, Ma'am, dokternya ada di belakang.
Saya \ punya beberapa dokumen untuk Anda." Ia
menyodorkan clipboard berisi kuesioner yang dirancang
untuk pembaca paling sederhana. "Kalau ada pertanyaan,
beri tahukan saja pada saya." MaryBeth dan Nora duduk di
kursi lipat. Nora menjatuhkan diri dengan berat ke kursinya;
ia sudah berkeringat Tak lama kemudian mereka asyik
mengisi formulh-formulir itu. Suasana hening sampai' pintu
terbuka kembali dan satu lagi wanita bertubuh gemuk
melongok ke dalam. Pandangannya langsung terkunci
pada Nora, yang juga balas menatap, bak rusa disorot
lampu mobil. Dua wanita gemuk tepergok dalam upaya
mereka mendapatkan uang ganti rugi. "Silakan masuk,"
Oscar berkata dengan senyum hangat, mirip sekali
wiraniaga mobil. Ia membujuknya masuk, menyodorkan
formulir-formulir ke tangannya, dan membimbingnya ke sisi
lain ruangan. Antara 125 kilogram sampai 135 kilogram. •¦
Biaya setiap tes adalah seribu dolar. Satu dari sepuluh
orang akan jadi klien Skinny Ben. Nilai rata-rata per kasus
berkisar antara $150.000 sampai $200.000. Dan mereka
memunguti remah-remah yang tersisa sebab delapan
puluh persen dari kasus ini sudah ditangani berbagai
kantor hukum di seluruh penjuru negeri. Tetapi nilai ceceran
remah-remah itu masih sangat besar. Tidak seperti Dyloft,
tapi toh masih berjuta-juta dolar. Ketika pertanyaan-
pertanyaan sudah dijawab, Nora dengan susah payah
bangkit. Oscar mengambil formulir-formulir itu,
memeriksanya, memastikan perempuan itu benar-benar
pernah memakai Skinny Ben, lalu mencoretkan tanda
tangannya di bawah. "LeWat pintu itu,Ma'am, dokternya
sudah menunggu." Nora berjalan melewati celah besar
pada partisi itu; MaryBeth tetap tinggal dan mulai
mengobrol dengan si pengacara. Livan memperkenalkan
diri pada Nora, yang tak mengerti apa pun yang ia katakan.
Si dokter juga tak mengerti apa pun yang diucapkan Nora.
Ia mengukur tekanan darah, dan menggelengkan kepala
dengan prihatin—180/140. Denyut nadinya mencapai 130
per menit yang mematikan. Ia menunjuk timbangan daging
untuk industri, dan dengan enggan Nora J naik ke atasnya
—194 kilogram. Empat puluh empat tahun. Dalam
kondisinya sekarang, beruntunglah ia bila bisa
menyaksikan ulang tahunnya yang kelima puluh. Si dokter
membuka pintu samping dan membimbingnya ke luar,
tempat mobil van pemeriksaan diparkir dan menunggu.
"Kami melakukan tesnya di sini," katanya. Pintu belakang
van itu dalam keadaan terbuka; dua operator sonografi
menunggu, keduanya memakai jas putih. Mereka
membantu Nora naik ke dalam 'l van dan
membaringkannya di ranjang. "Apa itu?" ia bertanya
ketakutan sambil menunjuk alat terdekat. Tni
echocardiogram:' salah satunya berkata dalam bahasa
Inggris yang bisa ia pahami. "Kami akan melarik dada
Anda dengan ini," kata satunya lagi. wanita, "dan kami
akan mengambil gambar digital jantung Anda. Prosedur ini
akan selesai dalam sepuluh menit" "Tidak sakit." yang saru
tadi menambahkan. Nora memejamkan mata dan berdoa
agar ia selamat. Litigasi Skinny Ben begitu
menguntungkan karena pembuktiannya begitu mudah.
Dalam pemakaian jangka panjang, obat yang sebenarnya
sedikit sekali membantu mengurangi berat badan itu
melemahkan aorta. Dan kerusakan itu bersifat permanen.
Kelemahan aorta, atau mitral valve regurgitation, sebanyak
minimal 20 persen, otomatis menimbulkan gugatan. Dr.
livan membaca hasil tes Nora sementara wanita iru masih
berdoa, dan mengacungkan jempol pada sonografer itu:
22 persen. Ia membawanya ke j depan di mana Oscar
sibuk membagikan dokumen untuk para kandidat yang
memenuhi ruangan. Oscar kembali bersamanya ke
belakang, tempat Nora kini j duduk, tampak pucat dan
meneguk sari jeruk. Ia ingin mengatakan, "Selamat, Ms.
Tackett, aorta Anda cukup rusak," tetapi ucapan selamat
itu hanyalah untuk pengacara. MaryBeth dipanggil dan
Oscar menuntun mereka memahami skenario litigasi itu, j I
hanya memberikan tekanan pada poin-poin penting.
Echocardiogram mi akan diteliti kardiolog yang I ditunjuk
dan laporannya akan diajukan pada admi- f nistrator clou
action. Jumlah ganti ruginya sudah fl disetujui Hakim.
"Berapa7" tanya MaryBeth, yang sepertinya lebih peduli
dengan uang itu daripada saudaranya. Nora kelihatan
berdoa lagi. "Berdasarkan umur Nora, jumlahnya sekitar
seratus ribu dolar," kata Oscar, untuk sementara itu
menghilangkan keterangan bahwa 30 persen dari jumlah
itu akan masuk Kantor Hukum J. Clay Carter II. Nora, yang
terjaga penuh, berkata, "Seratus ribu dolar!" "Ya, Ma'am."
Seperti ahli bedah sebelum operasi rutin, Oscar belajar
untuk tidak memberikan harapan terlalu muluk tentang
peluang keberhasilannya Biarkan harapan mereka tetap
rendah, dengan begitu kewajiban membayar uang jasa
pengacara tidak akan menjadi guncangan hebat. Nora
membayangkan trailer baru yang dua kali lebih besar dan
antena parabola MaryBeth membayangkan satu truk penuh
Ultra Slim Fast Dokumen-dokumen selesai diisi dan Oscar
mengucapkan terima kasih atas kedatangan mereka.
"Kapan kami mendapatkan uang itu?" MaryBeth bertanya.
"Kami?" tanya Nora. "Dalam enam puluh hari," kara Oscar
sambil mengantar mereka keluar dari pintu samping.
Sayangnya, tujuh belas orang berikutnya tidak mengalami
kerusakan aorta cukup parah dan Oscar pergi mencari
minuman. Terapi keberuntungannya datang pada nomor
sembilan belas, laki-laki muda yang membuat jarum
timbangan melonjak sampai 207 kilogram.
Echocardiogram-^ bagus—kerusakan sebesar 40 persen.
Ia memakai Skinny Ben selama dua tahun. Karena
umurnya baru 26 tahun, dan menurut perhitungan statistik,
ia akan hidup 31 tahun lagi dengan jantung lemah, maka
kasusnya paling sedikit bernilai $500.000. Menjelang sore
itu terjadi peristiwa yang tak menyenangkan. Seorang
wanita muda yang tambun menjadi gusar ketika Dr. Livan
memberitahunya bahwa jantungnya baik-baik saja. Tak
ada kerusakan apa pun. Tetapi ia sudah mendengar dari
seluruh penjuru kota bahwa Nora Tackett akan
mendapatkan $100.000. sebenarnya ia mendengar hal im
di salon kecantikan. Dan meskipun bobotnya lebih ringan
daripada Nora, ia pun pernah memakai pil im dan berhak
mendapat uang ganti rugi yang sama. "Aku sungguh butuh
uang itu," ia berkeras. "Maaf." Dr. Livan terus-menerus
berkata. Oscar dipanggil. Wanita muda im jadi ribut dan
vulgar, dan untuk mengeluarkannya dari motel, Oscar
berjanji akan meminta kardiolog memeriksa ulang
echocardiogram-vya. "Kami akan melakukan pemeriksaan
kedua dan meminta dokter-dokter Washington menelitinya
lagi," katanya, seolah tahu apa yang » katakan. Janji ini
cukup memuaskannya sehingga ia memutuskan untuk
pergi. tJ^f* yang ^^akan di sini? Oscar terus bef ^ya-tenya
pada m fa kan ada orang rneral L"!"8 PCrpah di Yale,
tetapi toh ia » kalau sampai ada tenis mengu,^^ Piki*an
saja uang itu, * Mereka melakui pemakai Skinny n empat
puluh satu 60 dl Larkin. Tiga menandatanga"1 382
transaksi. Oscar menerima mereka dan meninggalkan
kota itu dengan prospek cerah akan memperoleh uang
jasa sebesar $200.000. Bukan perjalanan yang sia-sia. Ia
memacu BMW-nya dan mengemudikannya langsung ke
D.C. Penggerebekan selanjurnya ke daerah merupakan
perjalanan rahasia yang serupa ke West Virginia. Ia sudah
merencanakan selusin perjalanan seperti itu untuk bulan
depan. Pokoknya, cari uang. Ini gampang. Tak ada
sangkut pautnya dengan jadi pengacara. Temukan
mereka, tanda tangani kontrak dengan mereka, selesaikan
perkaranya, ambil uangnya, dan kabur. I ADA tanggal 1
Mei, Rex Crittk - meninggalkan kantor konsultan akuntansi
tempat ia sudah bekerja selama delapan belas tahun dan
pindah ke lantai atas untuk jadi manajer bisnis JCC.
Dengan tawaran kenaikan gaji dan tunjangan yang besar,
ia sama sekali tak bisa menolak. Biro hukum im luar biasa
berhasil, tapi dalam hiruk-pikuk im ia tumbuh begitu
cepatnya sehingga bisnis seperti di luar kendali. Clay
memberinya wewenang besar dan meletakkannya di ruang
kantor di seberang kantornya sendiri. Meskipun Crittle
bersyukur dengan gajinya sendiri yang besar, ia merasa
skeptis dengan gaji orang lain di sekitarnya. Menurut
pendapatnya, yang sementara mi ia simpan untuk diri
sendiri, sebagian besar pegawai itu digaji terlalu besar.
Biro hukum itu kini punya empat belas pengacara,
semuanya berpenghasilan paling sedikit $200.000
setahun; 21 paralegal masing-masing $75,000; 26
sekretaris dengan bayaran $50.000, dengan Miss Glick
sebagai perkecualian, mendapat $60.000; sekitar selusin
juru tulis berbagai jenis, rata-rata berpenghasilan $20.000;
dan empat pesuruh dengan gaji $15.000 masing-masing.
Jumlah seluruhnya 77 orang, tidak termasuk Crittle dan
Clay, j Tambahkan biaya tunjangan, maka biaya tahunan
untuk gaji saja mencapai $8,4 juta, dan angka itu terus
berkembang hampir setiap minggu. Biaya sewa $72.000
per bulan. Pengeluaran untuk kantor—komputer, telepon,
air, dan listrik, daftarnya cukup panjang—berkisar $40.000
sebulan. Pesawat Gulfstream im merupakan
penghamburan terbesar dan aset yang tak bisa disisihkan
Clay. Setiap bulan biro hukum itu harus mengeluarkan
$300.000 untuk cicilan bulanan dan $30.000 lagi untuk
pilot, perawatan, serta sewa hangar. Pemasukan yang
diharapkan Clay dari menyewakannya masih belum juga
muncul dalam pembukuan. Salah satu alasannya adalah ia
sesungguhnya tidak ingin orang lain memakai pesawatnya
itu. Menurut angka-angka yang dipantau Crittle setiap hari,
biro hukum itu menghamburkan $1,3 juta sebulan untuk
biaya overhead— $15,6 juta setahun, kurang-lebih. Tentu
cukup untuk membuat akuntan mana pun ketakutan, tapi
sesudah kejutan penyelesaian perkara Dyloft dan besarnya
uang jasa yang membanjir masuk, ia tidak pantas
mengeluh. Belum, la kini rapat dengan Clay sedikitnya tiga
kali seminggu, dan pengeluaran yang parut dipertanyakan
selalu disambut dengan tanggapan biasanya, "Kau hams
mengeluarkan uang untuk mendapatkan uang." Dan
mereka pun beramai-ramai membelanjakannya. Kalau
biaya overhead itu membuat Crittle menggeliat resah,
maka biaya iklan dan tes membuatnya menderita tukak
lambung. Untuk Maxatil, biro hukum itu sudah
menghabiskan $6.2 juta selama empat bulan terakhir untuk
iklan radio, televisi, dan Internet. Yang ini pernah la
keluhkan. "Maju dengan kecepatan 385 penuh," adalah
tanggapan Clay. "Aku ingin 25 ribu kasus.'" Perhitungan
saat itu sudah berkisar delapan belas ribu. dan
sesungguhnya tak mungkin dipantau sebab angka tersebut
berubah setiap jam. Menurut salah satu buletin industri
yang diamati Crittle sedap hari di internet, alasan mengapa
biro j hukum Carter di D.C. mendapatkan begitu banyak]
kasus Maxatil adalah sedikitnya pengacara lain yang j
dengan agresif mengejarnya. Tetapi ia menyimpan gosip
im untuk diri sendiri. "Maxatil akan jauh lebih besar
daripada Dyloft,"| kata Clay berulang-ulang di seluruh-
penjuru kantor untuk menyemangati pasukannya. Dan ia
kelihatan 1 benar-benar mempercayainya. Skinny Ben
memang lebih sedikit menghamburkan biaya, tapi
pengeluaran untuk itu terus menumpuk dan uang jasanya
tidak. Sampai tanggal I Mei, mereka menghabiskan
$600.000 untuk iklan dan kurang-lebih jumlah yang sama
untuk tes medis. Biro hukum itu punya 150 klien, dan Oscar
Mulrooney sudah mengedarkan memo yang mengatakan
setiap kasus itu rata-rata bernilai $180.000. Dengan tarip
30 persen, Mulrooney memperkirakan bang jasanya bakal
mencapai $9 juta dalam "beberapa bulan" mendatang.
Fakta bahwa salah satu cabang biro hukum tersebut akan
mendapatkan hasil seperti itu membuat setiap orang
bergairah, tetapi saat-saat menunggu jadi meresahkan
hati. Belum sepeser pun didapat dari penyelesaian
perkara efatt action Skinny Ben, prosedur yang seharusnya
otomatis. Beratus-ratus pengacara terlibat di dalamnya,
dan tidaklah mengejutkan, timbul berbagai perbedaan
pendapat tajam, Crittle tidak me„gertj rumitnya urusan
hukum, tetapi ia belajar, la fasih dalam menguraikan
besarnya biaya overhead dan kurangnya pemasukan dari
uang jasa. Sehari sesudah Crittle bergabung, Rodney
keluar, meskipun dua kejadian tersebut tidak berkaitan.
Rodney hanya berniat mundur dan pertaruhan dan pindah
ke pinggiran kota, ke rumah yang sangat nyaman di jalanan
yang sangat aman. dengan gereja di salah satu ujungnya,
sekolah di ujung lain, taman di balik belokan. Ia
merencanakan menjadi pelatih yang bekerja penuh untuk
empat anaknya. Pekerjaan mungkin akan jadi
pertimbangan kelak, dan mungkin tidak. Ia sudah
.melupakan rencananya menyelesaikan kuliah hukum.
Dengan $10 juta di bank, belum dipotong pajak, ia tidak
punya rencana jelas, cuma tekad untuk jadi ayah dan
suami, dan orang kikir. Im dan Clay menyelinap pergi' ke
toko roti di jalan itu, hanya beberapa jam sebelum ia
meninggalkan kantor untuk selamanya, dan mengucapkan
selamat tinggal. Mereka telah bekerja bersama selama
enam tahun— lima di OPD, satu tahun yang terakhir di biro
hukum baru itu. "Jangan hamburkan semuanya, Clay," ia
memperingatkan sahabatnya. "Aku tidak bisa
melakukannya. Jumlahnya terlalu banyak." "Jangan tolol."
Sejujurnya, biro hukum itu tidak lagi membutuhkan orang
seperti Rodney. Para lulusan Yale dan pengacara lain itu
sopan dan menghormatinya, terutama karena
persahabatannya dengan Clay, tap. ia cuma paralegal.
Dan Rodney tidak lagi butuh biro hukum itu. Ia 387 rngm
menyembunyikan uangnya dan melindunginya. Ia diam-
diam ngeri menyaksikan cara Clay raeng-hamburkan
kekayaan seperti itu. Orang harus memDengan Jonah di
kapal layar dan Paulette masih bersembunyi di London dan
rupanya tidak akan pulang, geng awal itu kini bubar sudah.
Sedih, tapi Clay terlalu sibuk untuk bernostalgia. Patron
French memerintahkan untuk menghadiri rapat komite
pengawas, masalah logistik yang butuh satu bulan untuk
dibereskan. Clay bertanya mengapa mereka tidak bisa
melakukannya melalui telepon, faks. e-mail, dan lewat
sekretaris, tapi French mengatakan mereka perlu saru hari
berkumpul bersama, mereka berlima di ruangan yang
sama. Karena gugatan itu diajukan di pengadilan Biloxi, ia
ingin mereka ke sana. Ridley siap untuk perjalanan im.
Kerjanya sebagai model sudah sama sekali berhenti; ia
menghabiskan waktu di tempat latihan kebugaran dan
menyisihkan beberapa jam sehari untuk berbelanja. Clay
tidak punya keluhan apa pun dengan waktu untuk latihan
kebugaran, itu menambah hiasan pada kuenya Kegiatan
belanja itu memprihatinkannya, tapi Ridley memperlihatkan
sikap mengendalikan diri yang luar biasa. Ia bisa
berbelanja berjam-jam dan hanya menghabiskan jumlah
yang pantas. Sam bulan sebelumnya, sesudah akhir pekan
panjang dt New York, mereka kembali ke D.C. dan
bermobil ke rumah Clay. Ridley menginap di sana, bukan
untuk pertama kalinya dan jelas bukan untuk yang terakhir.
Meskipun lak ada yang diucapkan tentang kepindahannya
ke sana. hai itu terjadi begitu saja. Clay tak bisa mengingat
kapan ia menyadari bahwa mantel mandi, sikat gigi,
makeup, dan pakaian dalam milik Ridley ada di sana. Ia
tak pernah menaat Ridley mengangkuti barang-barang ke
apartemennya, semuanya begitu saja muncul. Ridley bukan
orang yang suka mendesak; tak ada apa pun yang
diucapkan. Ia tinggal tiga malam berturut-turut, melakukan
segala hal yang benar dan tidak mengganggu, lalu ia
berbisik bahwa ia butuh waktu semalam di rumah sendiri
Mereka tidak berbicara selama dua hari, lalu ia kembali.
Pernikahan tak pernah disebut-sebut, meskipun Clay
sudah membelikan cukup banyak perhiasan dan pakaian
untuk sebuah harem. Tak satu pun di antara mereka
tampak menginginkan sesuatu yang permanen. Mereka
saling menikmati kehadiran yang lain dan hubungan
mereka, tapi keduanya tetap membiarkan mata mereka
mengembara. Ada misteri seputar diri Ridley yang tak
ingin dipecahkan day. Ia bebat dan menyenangkan dan
oke di tempat tidur, dan sepertinya bukan pencari
keuntungan. Tapi ia punya rahasia Demikian pula Clay.
Rahasia terbesarnya adalah bila Rebecca menelepon
pada saat yang tepat, ia akan menjual segalanya kecuali
pesawat Gulfsteram itu, membawa Rebecca, dan terbang
ke Mars. Tapi ia malah terbang ke Biloxi bersama Ridley,
yang untuk perjalanan itu memilih rok mini kulit yang
sekadar menutupi bagian-bagian vital, yang tidak benar-
benar ingin ditutupinya sebab hanya ada mereka berdua di
pesawat itu. Di suatu tempat di atas West Virginia, Clay
punya gagasan sepintas 389 untuk menarik sofa dan
menyerangmu Pikiran itu terus melekat, tapi ia berhasil
menyisihkannya, sebagian karena frustrasi. Mengapakah
ia selalu yang mengambil inisiatif untuk bersenang-senang
dan bermain? Ridley pemain yang tak pernah menolak,
tapi ia tak pernah memulai apa-apa. Di samping itu, tas
kerjanya penuh dokumen Limo menjemput mereka di
bandara Biloxi. Mobil itu mengantar mereka beberapa mil
ke pelabuhan, di mana speedboat sudah menunggu.
Patton French menghabiskan sebagian besar waktunya di
yacht, sepuluh mil di Teluk. Ia kini di antara dua istri.
Perceraian sengit sedang berkecamuk. Istri yang sekarang
ingin setengah uangnya dan seluruh simpanannya. Hidup
jauh lebih tenang di atas perahu, begitulah ia menyebut
yacht mewah berukuran dua ratus kaki Mereka menyambut
mereka dengan bercelana pendek dan bertelanjang kaki.
Wes Saulsberry dan Damon Didier sudah ada di sana,
dengan minuman kera» «b tangan. Carlos Hernandez dari
Miami akan tiba setiap saat. French mengantar mereka
melihat-lihat yacht im dan selama tur tersebut Clay
menghitung sedikitnya ada delapan orang dalam pakaian
pelani yang putih bersih, semuanya berdiri siaga kalau-
kalau ia membutuhkan sesuatu. Perahu itu terdiri atas him
tingkat, enam kamar mewah, dan harganya $20 juta, dan
seterusnya dan seterusnya. Ridley menyelinap ke kamar
tidur dan mulai berganti pakaian. Para pria itu bertemu
untuk minum "di beranda", demikianlah istilah French—dek
kayu di tingkat paling atas. Dalam dua minggu ini French
benar-benar akan maju bersidang, sesuatu yang langka
baginya sebab perusahaan-perusahaan yang jadi tergugat
biasanya langsung melempar uang kepadanya karena
ketakutan. Ia menyatakan ia gembira menyambut sidang
itu, dan sesudah satu putaran vodka, membuat mereka
bosan dengan segala rincian sidang Ia terhenti di tengah
kalimat ketika melihat sesuatu <ti bawah. Di dek yang lebih
rendah, Ridley muncul. topless dan, pada pandangan
pertama seperti tak memakai apa pun di bawah. Tetapi di
sana ada bikini bertali kecil, menggelantung nada tempat
yang tepat. Tiga laki-laki yang lebih tua itu melonjak
menegakkan badan dan terengah mencari napas. "Ia
orang Eropa," Clay menjelaskan sementara menunggu
serangan jantung pertama "tiap kati ia berada di dekat air,
pakaiannya copot" "Kalau begitu belikan ia perahu." kata
Saulsberry. "Lebih baik lagi, ia boleh punya yang ini,"
French berkata, mencoba menenangkan diri. Ridley
menengadah, melihat keributan yang ia timbulkan, lalu
menghilang. Tak disangsikan ia tentu diikuti pandangan
setiap pelayan dan staf yang ada di atas perahu itu. _.
____ >int tnd ? kata French, bernapas "Sampai mana aku
»u" kaututurkan." kata Dtdier. f . . datan§ menghampiri. Itu
Hernandez, bukan diikuti satu wanita muda. melainkan dua.
Sesudah mereka menyimpan barang-barang dan French ¦
menempatkan mereka, Carlos menemui mereka di "Siapa
perempuan-perempuan itu?" Wes bertanya. "Paralegalku."
kata Carlos. "Tapi jangan jadikan mereka partner," French
berkata. Mereka berbincang tentang wanita selama
beberapa menit. Ternyata mereka berempat pernah punya
beberapa istri. Mungkin karena itulah mereka terus bekerja
begitu keras. Clay tidak ikut dalam percakapan dan hanya
mendengarkan. "Bagaimana dengan Maxatil?" Carlos
bertanya. "Aku punya seribu kasus dan tidak tahu pasti apa
yang harus kulakukan dengannya." "Kau bertanya padaku
apa yang harus dilakukan dengan kasus-kasusmu?" Clay
berkata. "Berapa banyak yang kaupunya?" French
bertanya. Suasana berubah secara dramatis; keadaan jadi
serius sekarang. "Doa puluh ribu," kata Clay, berbohong
sedikit Sebetulnya, ia tidak tahu berapa kasus yang
terkumpul di kantornya. Apa salahnya sedikit melebih-
lebihkan dengan pengacara-pengacara gugatan massal
seperti mereka? "Aku belum memasukkan gugatanku ke
pengadilan," Carlos berkata. "Membuktikan bahwa obat itu
penyebab masalah bisa jadi mimpi buruk." Kata-kata yang
sudah cukup sering didengar Clay dan tak ingin
didengarnya lagi. Selama hampir empat bulan, ,a
menunggu nama besar lain terjun ke kubangan Maxatil.
"Aku masih tidak menyukainya, kata French. "Kemarin aku
bicara dengan Scotty Gaines di Dallas. la punya dua ribu
kasus, tapi juga tidak tahu pasti apa yang hendak ia
lakukan." "Sangat sulit untuk membuktikan penyebabnya
hanya berdasarkan satu penelitian," Didier berkata ke arah
Clay, nyaris seperti menguliahi. "Aku pun tidak
menyukainya." "Masalahnya, penyakit yang disebabkan
Maxatil juga disebabkan banyak faktor lain," Carlos
berkata. "Aku punya empat pakar untuk meneliti obat ini.
Mereka semua mengatakan bila seorang wanita memakai
Maxatil dan mengidap kanker payudara, tidaklah mungkin
untuk mengaitkan penyakit tersebut dengan obat itu." "Ada
tanggapan dari Goffman?" French bertanya. Clay, yang
rasanya siap untuk terjun ke laut meneguk panjang-panjang
minumannya yang sangat keras dan berusaha tampil
seolah perusahaan tersebut sudah terkunci dalam bidikan.
'Tidak ada apa-apa," katanya. "Laporan wajib baru saja
dimulai. Aku kira kita semua menunggu Mooneyham." "Aku
bicara dengannya kemarin," Saulsberry berkata. Mereka
mungkin memang tidak suka dengan Maxatil, tapi mereka
jelas memantaunya. Clay sudah cukup lama jadi
pengacara gugatan massal untuk mengetahui bahwa
ketakutan terbesar mereka semua adalah tertinggal dalam
kasus besar. Dan Dyloft mengajarkan padanya bahwa
gelora perasaan terhebat didapatkan dengan melancarkan
serangan mendadak sementara semua orang lain masih
tidur. h belum yakin apa yang mungkin diajarkan Maxatil
padanya. Orang-orang ini merubung di pinggiran,
menimbang-nimbang, berharap mengetahui sesuam dan
garis depan. Tetapi karena Goffman begitu rapat
membentengi gugatan im sejak ia mengajukannya ke
pengadilan, maka Clay tidak punya apa-apa untuk
diberikan kepada mereka. Saulsberry berkata, "Aku kenal
baik dengan Mooneyham. Kami pernah sama-sama
menyidangkan beberapa kasus bertahun-tahun yang lalu."
"Ia besar mulut," French berkata, seolah pengacara pada
umumnya adalah orang yang rapat mulut dan mereka yang
bermulut besar merupakan aib bagi profesi itu. "Benar, tapi
ia sangat bagus. Si tua im belum pernah kalah dalam dua
puluh tahun ini." "Dua puluh saru," kata Clay. "Setidaknya
itulah yang ia katakan padaku," Terserahlah," Saulsberry
berkata, menyisihkan mereka semua sebab ia punya
kabar baru. "Kau benar, Clay, setiap orang mengawasi
Mooneyham. Bahkan Goffman juga. Sidangnya akan
dimulai bulan September. Mereka mengatakan
menginginkan sidang itu. Bila Mooneyham bisa
menghubungkan berbagai fakta dan membuktikan obat itu
sebagai penyebab dan bertanggung jawab atas penyakit
itu, maka ada peluang besar perusahaan itu akan
menyusun rencana pemberian kompensasi secara
nasional. Tetapi bila jari berpihak pada Goffman, rnaka
peperangan akan berkobar karena perusahaan itu takkan
membayar scpescr pun pada siapa pun "Semua ini
menurut Mooneyham?" French bertanya. 'Ya." "Ia orang
yang besar mulut." 'Tidak, aku pernah mendengarnya juga,"
Carlos berkata. "Aku punya sumber, dan ia mengatakan
hal yang tepat sama dengan yang dikatakan Wes." "Aku
tidak pernah mendengar tergugat mendesak untuk maju ke
sidang," French berkata. "Goffrnan memang tangguh,"
Didier menambahkan. "Aku pernah menggugat mereka
lima belas tahun yang lalu» Kalau kau bisa membuktikan
mereka bertanggung jawab atas kesalahan, mereka
bersedia membayar uang penyelesaian perkara dalam
jumlah yang pantas. Tapi kalau kau tak bisa melakukannya,
kau akan dihabisi." Sekali lagi, Clay merasa ingin
berenang. Untunglah. Maxatil seketika terlupakan ketika
dua paralegal Kuba itu berjingkrak-jingkrak di dek bawah
dengan pakaian yang sangat minim. "Paralegal apa,"
French berkata, sambil menajamkan pandangan untuk bisa
melihat lebih jelas. "Yang mana punyamu?" Saulsberry
bertanya, mencondongkan badan dari kursinya "Kalian
boleh pilih, Sobat," Carlos berkata. "Mereka orang-orang
profesional. Aku membawa mereka sebagai hadiah. Kita
bisa bergantian." Dan mendengarnya, semua mulut besar
di dek atas mi jadi bungkam. Badai tiba tepat sebelum
fajar dan mengganggu ketenangan yacht. French, yang
masih mabuk, dan paralegal yang telanjang di balik
selimut, menelepon kapten dan ranjang dan
memerintahkannya menepi ke pantai. Sarapan ditunda,
lagi pula tak ada yang merasa lapar. Makan malam
merupakan maraton empat jam. lengkap dengan kisah
pertempuran di ruang sidang, lelucon jorok, dan
percekcokan larut malam yang harus ada karena terlalu
banyak alkohol. Clay dan Ridley mengundurkan diri ke
kamar dan menggerendel pintu mereka sebelum larut
malam. Ditambat di pelabuhan Biloxi sambil menunggu
badai, komite pengawas im dengan susah payah berhasil
membahas semua dokumen dan memo yang harus
dibahas. Ada beberapa perintah dari administrator class
action dan puluhan kolom kosong yang harus
ditandatangani. Clay mual ketika mereka selesai, dan tak
sabar untuk berdiri di tanah yang kokoh. Tidak hilang di
antara semua dokumen itu adalah J~^al Jasa terbaru
bereka. Clay, atau lebih ^mT'u"0 hukuTnm/a< tak lama lagi
akan rne-tidakyaV ^ Cukup menggembirakan, tetapi ia
masuk i'tu a^kah akan menyadarinya saat uang >tu tapi
hanya14';3" **** fflenutuP biaya overhead, Crittle agar
tidT"* * akan menyingkirkan Re* n*Bggu Selama .
men8anggurrya selama beberapa "» Rex terus mondar-
mandir d' gang seperti ayah menunggu kelahiran bayinya,
mencari-cari pemasukan uang jaaa. Takkan pernah lagi, ia
bersumpah pada diri tendiri saat melangkah turun dari
yacht itu. Takkan pernah lagi ia membiarkan dirinya
terkurung semalaman bersama orang-orang yang tak ia
sukai. Limo membawa mereka ke bandara. Gulfstream itu
membawa mereka ke Karibia 397 IfiEREKA menyewa vila
itu untuk se-- minggu, meskipun Clay sangsi ia bisa
meninggalkan kantor selama itu. Vila tersebut terselip di
sisi bukit, menghadap ke kota pelabuhan Gustavia yang
sibuk, tempat yang hiruk-pikuk dengan lalu lintas, turis, dan
segala macam perahu datang dan pergi. Ridley
menemukannya dari katalog penyewaan pribadi eksklusif.
Rumah itu bagus—arsitektur khas Karibia, atap
bergenteng merah beranda dan teras yang panjang. Terlalu
banyak kamar tidur dan kamar mandi, dan ada seorang
koki, dua pembantu rumah tangga, serta • seorang tukang
kebun. Mereka berbenah dengan cepat, dan Clay mulai
membalik-balik buku petunjuk real estat yang ditinggalkan
seseorang. Pertemuan pertama Clay dengan pantai nudis
merupakan kekecewaan besar. Perempuan telanjang
pertama yang ia lihat adalah seorang nenek, sosok tua
keriput, yang dengan nasihat tepat, seharusnya menutupi
lebih banyak dan memperlihatkan lebih sedikit bagian
tubuhnya. Kemudian suaminya berjalan lewat, perut besar
yang menggelantung rendah dan menutupi bagian
pribadinya, ruam pada pantatnya, dan lebih banyak lagi
Ketelanjangan tak memperlihatkan keindahan apa pun.
Tentu saja, Ridley seperti berada di habitatnya, mondar-
mandir di pantai sementara semua kepala menoleh ke
arahnya. Sesudah satu-dua jam di pasir, mereka
mengundurkan diri dari panas dan menikmati dua jam
makan siang di restoran Prancis yang hebat. Semua
restoran yang baik di sana adalah restoran Prancis, dan
ada di mana-mana di pulau itu. Gustavia sedang sibuk.
Saat im panas dan bukanlah musim turis, tapi orang
rupanya lupa memberitahu turis-turis itu. Mereka memenuhi
trotoar sambil berjalan dari satu toko ke toko lain, dan
mereka menyesaki-jalanan dalam Jeep serta mobil-mobil
kecil sewaan mereka. Pelabuhan im tak pernah sepi,
perahu-perahu nelayan kecil hilir mudik ke seputar yacht
kaum kaya dan terkenal. Kalau Mustique terpencil dan
pribadi, St. Barth terlalu banyak dibangun dan dikunjungi
orang. Tetapi tetap pulau yang menarik. Clay menyukai
keduanya. Ridley, yang memperlihatkan minat besar pada
real estat pulau, lebih menyukai St. Barth karena toko-toko
dan makanannya. Ia suka kota-kota kecil yang sibuk dan
orang-orang. Harus ada yang ternganga memandanginya.
* Sesudah tiga hari, Clay menanggalkan- arloji dan mulai
tidur di ayunan di beranda. Ridley berlama-lama membaca
buku dan menonton film-film kuno. Kebosanan mulai
merayap ketika Jarrett Carter berlayar memasuki
pelabuhan Gustavia dengan katamar-annya yang megah.
77«? ExLitigator. Clay duduk-duduk di bar dekat dok,
meneguk soda, menunggu ayahnya. Awak kapalnya terdiri
atas wanita Jerman berusia empat puluhan dengan tungkai
sepanjang milik Ridley, 399 dan lelaki Skotlandia lucu
bernama Mackenzie sebagai inscruJcrur berlayarnya.
Irmgard, perempuan itu. awalnva disebut sebagai
kelasinya, yang dalam j istilah pelayaran memiliki arti
sangat kabur. Clay menaikkan mereka ke Jeep dan
membawa mereka ke j vilanya, di mana mereka berlama-
lama mandi dan 1 mmum-rmnum sementara matahari
menghilang ke dalam laut MacKenzie overdosis bourbon
dan tak j lama kemudian mendengkur di ayunan. Bisnis
pelayaran itu lesu. sama seperti bisnis carter j pesawat
terbang. Selama enam bulan The ExLMgator j bara disewa
empat kali. Pelayaran terjauhnya adalah dari Nassau ke
Aruba dan kembali ke Nassau, perjalanan tiga hari dengan
hasil $30.000 dari sepasang pensiunan dan Inggris. Yang
terpendek adalah pesiar ke Jamaika, di mana mereka
nyaris kehilangan perahu itu dalam badai. MacKenzie,
yang sedang tidak mabuk, menyelamatkan mereka Di
dekat Kuba mereka berurusan dengan bajak laut. Cerita itu
bergulir. Tidaklah mengejutkan, Jarrett terpesona pada
Ridley. Ia bangga dengan putranya. Irmgard sepertinya
merasa cukup puas minum-minum, merokok, dan
mengamati lampu-lampu di Gustavia. Lama sesudah
makan malam, dan setelah para wanita mengundurkan diri
untuk tidur, Jarrett dan Clay pindah ke beranda lain untuk
minum lagi. "Di mana kau menemukannya?" Jarrett
bertanya, dan Clay menceritakan sejarahnya secara
ringkas. Mereka praktis Mdtrp bersama, tapi tak satu pun
di antara mereka pernah menyinggung apa pun yang lebih
permanen dari itu. Irmgard juga sementara. Mengenai
masalah hukum, Jarrett punya seratus pertanyaan. Ia
waswas melihat besarnya biro hukum Clay, dan merasa
wajib memberikan nasihat tanpa diminta tentang
bagaimana cara mengelola berbagai bal. Clay
mendengarkan dengan sabar. Perahu layar itu punya
komputer dengan akses Internet, dan Jarrett tahu tentang
litigasi Maxatil dan pemberitaan pers yang buruk
tentangnya. Ketika Clay melaporkan bahwa ia kini punya
dua puluh ribu kasus, ayahnya berpendapat im terlalu
banyak untuk ditangani sebuah biro hukum. "Kau tidak
mengerti tentang gugatan massal," kata Clay. "Bagiku,
kedengarannya seperti pemaparan massal." balas Jarrett,
"Berapa batas pertanggungan asuransimu
malapraktikmu?" "Sepuluh juta." "Itu tidak cukup." "Hanya
sebegitulah perusahaan asuransi mau menanggung.
Tenanglah, Dad, aku tahu apa yang kulakukan." Dan Jarrett
tak bisa mendebat dengan sukses. Uang yang dicetak
anaknya itu membuatnya rindu pada hari-hari kejayaan di
mang sidang. Ia bisa mendengar kata-kata ketua juri yang
lamat-lamat dan magis itu, "Yang Mulia, kami, juri,
memutuskan penggugat berhak mendapatkan ganti rugi
berjumlah sepuluh juta dolar." Ia akan memeluk penggugat
dan mengucapkan kata-kata ramah pada penasihat hukum
tergugat, dan Jarrett Carter akan meninggalkan ruang
sidang dengan satu lagi piala kemenangan. Suasana
hening beberapa lama. Dua laki-laki itu buruh tidur. Jarrett
berdiri dan berjalan ke pinggir 401 beranda. "Pernahkah
kau memikirkan bocah kU|j( hitam im?" ia bertanya sambil
menatap kegelapan malam "Pemuda yang menembaki
orang dan tidak tahu-menahu apa sebabnya?" Tequila?"
"Yeah, kau pernah menceritakan dia padaku di \ Nassau
ketika kita membeli perahu im." "Yeah. aku kadang-
kadang memikirkannya" "Bagus. Uang bukanlah
segalanya." Dan dengan ucapan itu, Jarrett pergi tidur.
Pesiar mengelilingi pulau itu memakan waktu hampir
seharian. Si kapten sepertinya memahami dasar-dasar
bagaimana perahu im beroperasi dan bagaimana angin
mempengaruhinya, tetapi bila bukan karena MacKenzie
mereka mungkin telah terseret ke lautan dan tak pernah
ditemukan lagi. Si kapten bekerja keras menangani
kapalnya, tetapi ia juga sangat terusik oleh Ridley, yang
menghabiskan waktu seharian memanggang diri
bertelanjang bulat di bawah matahari. Jarrett tak dapat
mengalihkan pandangan darinya. Begitu pula MacKenzie,
tetapi ia bisa mengendalikan perahu layar itu dalam tidur.
Makan siang mereka lakukan di teluk kecil terpencil di sisi
utara pulau. Di dekat St. Maarten, Clay mengambil alih
kemudi sementara ayahnya menenggak bir. Selama
sekitar delapan jam, Clay merasa setengah mual, dan
bermain sebagai kapten tidak meredakan perasaan tak
nyaman itu. Kehidupan di atas perahu bukanlah untuknya.
Romantika berlaya menjelajahi dunia tidak menarik
hatinya; ia akai terus muntah di lautan-lautan besar. Ia lebih
suks pesawat terbang. Dua malam di darat dan Jarrett pun
siap untuk kembali melaut Mereka mengucapkan selamat
berpisah keesokan paginya dan katamaran si ayah
meluncur meninggalkan pelabuhan Gustavia, menuju suatu
tempat tanpa tujuan tertentu. Clay bisa mendengar ayahnya
dan MacKenzie bertengkar ketika mereka menuju perairan
terbuka. Ia tidak tahu persis bagaimana agen real estat itu
muncul di beranda vila. Ia sudah ada di sana ketika Clay
kembali, wanita Prancis yang menarik yang bercakap-
cakap dengan Ridley dan menikmati kopi. Ia mengatakan
kebetulan berada di sekitar situ, sekadar mampir untuk
memeriksa keadaan rumah, yang dimiliki salah satu
kliennya, pasangan suami-istri Kanada yang sedang
berada di tengah perceraian sengit, dan bagaimana
keadaan di sini? Tak bisa lebih baik lagi," Clay berkata
sambil duduk. "Rumah yang hebat" "Bukankah ini sangat
bagus?" agen real estat itu bertanya penuh semangat.
"Salah satu properti terbaik kami. Saya baru saja
menceritakan pada Ridley bahwa vila ini baru empat tahun
yang lalu dibangun pasangan Kanada im. Mereka baru dua
kali ke sini, saya kira. Bisnisnya mundur. Si istri mulai main
mata dengan dokternya, sungguh kacau keadaan di
Ottawa sana, jadi mereka memutuskan untuk menjualnya *
dengan harga yang sangat bagus." Ridley melontarkan
lirikan persekongkolan. Clay 403 402 mengajukan
pertanyaan yang menggelantung di udara. "Berapa?"
"Hanya tiga juta. Penawaran awalnya lima juta, tapi terus
terang, keadaan pasar kurang bergairah saat ini."
Sesudah perempuan itu berlalu, Ridley menyerang Clay di
kamar tidur. Seks di pagi hari tadinya tak terbayangkan,
tapi mereka melakukannya dengan sangat mengesankan.
Siangnya juga. Makan malam di restoran yang bagus;
Ridley tak bisa melepaskan tangannya dari Ciay. Sesi
tengah malam dimulai di kolam renang, pindah ke Jacuzzi,
lalu ke kamar tidur, dan sesudah acara semalam suntuk, si
agen real estat kembali sebelum makan siang. Clay
kehabisan tenaga dan sama sekali tidak ber- I minat
membeli properti lagi. Namun karena Ridley menginginkan
rumah im lebih daripada apa pun yang ia inginkan selama
ini, maka Clay membelinya Harga im sebenarnya murah; di
bawah harga pasaran, saat pasar menguat lagi ia selalu
bisa menjualnya untuk mendapatkan keuntungan. Saat
penandatangan dokumen, Ridley secara pribadi menanyai
Clay apakah mungkin lebih bijaksana untuk membeli rumah
im atas namanya, karena alasan pajak. Pengetahuan
Ridley tentang undang-undang pajak Prancis dan Amerika
kurang-lebih sama banyaknya seperti pengetahuan Clay
tentang hukum waris Georgia, kalau hal seperti im
memang ada. Aduh, tidak, katanya pada diri sendiri, tapi
pada Ridley ia berkata tegas, Tidak, itu tidak akan bisa,
karena alasan pajak." Ridley kelihatan terluka, tapi
kepedihan im hilang dengan cepat saat Clay mengambil
alih kepemilikan. Clay pergi ke bank di Gustavia, seorang
diri. mentransfer uang dari rekening luar negeri. Ketika
bertemu pengacara properti im, ia melakukannya tanpa
Ridley. "Aku ingin tinggal di sini beberapa lama lagi," kata
Ridley saat mereka menghabiskan siang yang panjang
dengan bersantai di beranda. Clay merencanakan
berangkat keesokan paginya, dan ia mengasumsikan
Ridley akan berangkat juga. "Aku ingin membereskan
rumah ini," katanya. "Menemui dekorator. Dan bersantai
satu-dua minggu." Kenapa tidak? pikir Clay. Sekarang
setelah aku memiliki tempat keparat ini, tak ada salahnya
memanfaatkannya. Ia kembali ke D.C. seorang diri, dan
untuk pertama kalinya dalam beberapa minggu ini ia
menikmati keheningan rumahnya di Georgetown. Selama
beberapa hari Joel Hanna mempertimbangkan untuk
melakukan permainan solo—hanya dirinya, seorang diri di
satu sisi meja, menghadapi sepasukan kecil pengacara
beserta asisten mereka di sisi lain. Ia akan
mempresentasikan rencana kelanjuran perusahaan itu; ia
benar-benar tidak butuh bantuan karena ini permainannya
sejak kanak-kanak. Akan tetapi Babcock, penasihat hukum
perusahaan asuransi mereka, berkeras hadir di sana.
Kliennya akan mengklaim $5 juta, dan kalau ia ingin hadir
di sana, maka Joel tak bisa menahannya. Bersama-sama
mereka berjalan kaki memasuki 405 gedung di
Connecticut Avenue. Lift berhenti di lantai empat dan
mereka memasuki suite yang mewah dan indah milik
Kantor Hukum J. Clay Carter II. Logo "JCC" dengan huruf-
huruf panjang dari perunggu yang disiarkan ke seluruh
dunia itu tergantung pada dinding yang sepertinya terbuat
dari kayu ceri atau bahkan mungkin kayu mahoni. Mebel di
ruang penerimaan tamu im mewah dan buatan Italia
Wanita I muda cantik berambut pirang di balik meja kaca
berangka krom menyambut mereka dengan senyum
efisien dan menunjuk ke ruangan di ujung gang. Pengacara
bernama Wyatt menyambut mereka di pintu, mengantar
mereka masuk, menangani per- j kenalan kepada dan dari
geng di sisi lain, dan sementara Joel serta Babcock
mengeluarkan isi tas j kerja mereka, seorang wanita muda
cantik lainnya muncul entah dari mana dan menerima
pesanan kopi mereka. Ia menyajikannya dengan perangkat
minum kopi dari perak dengan logo JCC terukir pada teko
dan pada cangkir-cangkir porselen halus itu Ketika semua
sudah siap dan tak ada persiapan lain, Wyatt menyalak
kepada asistennya, "Beritahu Clay kita semua sudah di
sini." Satu menit yang canggung berlalu sewaktu Mr. JCC
membiarkan setiap orang menunggu. Akhirnya, ia masuk
dengan terbum-buru, jas ditanggalkan, berbicara kepada
sekretaris sambil menoleh, benar-benar orang yang sangat
sibuk. Ia langsung menghampiri Joel Hanna dan Babcock
dan memperkenalkan diri seolah mereka semua ada di
sana secara sukarela dan akan terlibat suatu kerja sama.
Kemudian ia berjalan ke H seberang dan menduduki
singgasana raja di tengah timnya yang terpisah 2,5 meter
jauhnya Joel Hanna mau tak mau berpikir, "Orang ini
meraup seratus juta dolar tahun lalu." Babcock punya
pikiran yang sama, tapi ia menambah hal im dengan gosip
bahwa bocah ini tak pernah menyidangkan gugatan
perdata. Ia memang pernah menghabiskan waktu lima
tahun bersama jagoan-jagoan di pengadilan pidana, tetapi
belum pernah sekali pun ia meminta sepeser pun dari juri
Dengan segala lagak im, Babcock melihat tanda-tanda
kegelisahan. "Anda bilang Anda sudah punya rencana,"
Mr. JCC mulai. "Mari kita dengarkan." Rencana
penyelamatan im cukup sederhana Perusahaan im
bersedia mengakui, untuk keperluan rapat ini saja, bahwa
mereka pernah memproduksi saru batch semen Portland
yang tak memenuhi standar htahtas, dan karena itu,
sejumlah X rumah baru di wilayah Baltimore terpaksa harus
dibangun ulang. Diperlukan dana untuk memberikan
kompensasi kepada para pemilik rumah, tetapi tidak
mencekik perusahaan im sampai mati. Meski hanya
sesederhana im-rencananya, Joel buruh waktu setengah
jam untuk mempresentasikannya. Babcock berbicara atas
nama perusahaan asuransi. Ia mengakui ada dana
pertanggungan sejumlah $5 juta, sesuatu yang jarang ia
ungkapkan dalam tahap seawal ini. Kliennya dan
perusahaan Hanna akan berperan serta dalam
pengumpulan dana im. Joel Hanna menjelaskan bahwa
perusahaannya sedang kekurangan uang, tetapi bersedia
meminjam dalam jumlah besar untuk memberikan
kompensasi pada para korban. "Ini kesalahan kami, dan
kami berniat memperbaikinya," katanya lebih dari satu kali.
"Apakah Anda punya angka yang tepat menyangkut jumlah
rumah-rumah im?" JCC bertanya, dan setiap bawahannya
mencatat ucapan ini. "Sembilan ratus dua puluh dua," kata
Joel. "Kami sudah mengunjungi para grosir, lalu para
kontraktor, lalu subkontraktor pembangunannya. Saya kira
itu j angka yang akurat, tetap bisa lebih besar sekitar lima
persen." JCC membuat catatan. Ketika berhenti ia
berkata, ] "Jadi kalau kita asumsikan kompensasi yang
memadai bagi masing-masing klien adalah dua puluh lima
ribu dolar, kita perkirakan dana seluruhnya sekitar dua
puluh tiga juta dolar." "Kami cukup yakin bahwa biaya untuk
memperbaiki rumah-rumah itu tidak akan mencapai dua
puluh lima nbu dolar," Joel berkata. Seorang asisten
menyerahkan dokumen kepada JCC. "Kami punya surat
pernyataan dari empat sub-' kontraktor di wilayah Howard
County. Masing-masing dari empat sub itu sudah ke
lapangan untuk memeriksa kerusakannya. Masing-masing
menyerahkan angka perkiraan. Yang terendah adalah
delapan belas ribu sembilan ratus, yang tertinggi adalah
dua puluh satu lima ratus. Rata-rata dari keempatnya
adalah dua puluh ribu dolar." "Saya ingin melihat perkiraan
itu," Joel berkata. "Mungkin nanti. Ditambah lagi, masih
ada kerugian lain. Para pemilik rumah ini berhak
mendapatkan aanti kerugian atas kekesalan mereka, rasa
mahi, hilangnya kenyamanan, dan stres emosional. Salah
satu klien kami menderita sakit kepala hebat memikirkan
hal ini. Satu lagi kehilangan peluang menjual rumahnya
dengan harga yang menguntungkan karena batanya
rontok." "Kami punya perkiraan bahwa kisarannya adalah
sekitar dua belas ribu dolar," kata Joel. "Kami tidak akan
menyelesaikan kasus ini dengan ganti ragi dua belas ribu
dolar," JCC berkata, dan setiap kepala di sisi lain
menggeleng. Lima belas ribu dolar adalah kompromi yang
pantas dan cukup untuk membelikan bata baru- bagi setiap
rumah. Tapi penyelesaian seperti itu hanya akan
menyisakan sembilan ribu dolar untuk klien sesudah JCC
memotong sepertiga bagiannya Sepuluh ribu dolar akan
cukup untuk mencopot bata lama dan membeli bata bara
sampai di tempat, tetapi tidak cukup untuk membayar
tukang batu- menyelesaikan pekerjaannya. Sepuluh ribu
dolar hanya akan membuat persoalan makin parah—
rumah im akan dibongkar, halaman depannya jadi lumpur
acak-acakan, bata-bata bara bertumpuk di jalan masuk
tapi tak .ada seorang pun yang memasangnya. Sembilan
rams dua puluh dua kasus, dengan uang jasa pengacara
masing-masing $5.000—total $4,6 juta. JCC melakukan
perhitungan matematika itu dengan cepat, kagum sendiri
melihat betapa tangkas dirinya menjalin deretan angka nol
im. Sembilan puluh persen akan jadi miliknya; ia harus
membagi sebagian jumlah im dengan beberapa
pengacara yang datang belakangan dalam permainan im.
Uang jasa yang lumayan. 409 Itu akan menutup biaya
pembelian vila baru di St Barth. tempat Ridley masih
bersembunyi tanpa minat untuk pulang, dan sesudah
dipotong pajak hanya tinggal sedikit saja yang tersisa.
Pembayaran SI5.006 untuk setiap klaim, Hanna bisa
bertahan. Mengambil S5 juta dari klien Babcock,
perusahaan itu bisa menambah sekitar $2 juta dari uang
yang saat ini ada di tangan, dana yang disisihkan untuk
pabrik dan peralatan. Dana sejumlah $15 juta dibutuhkan
untuk membayar setiap klaim potensial. Delapan juta
sisanya bisa dipinjam dari bank-bank di Pittsburgh. Akan
tetapi, informasi ini disimpan antara Hanna dan Babcock.
Ini baru pertemuan pertama, bukan saatnya untuk
memainkan setiap kartu. Permasalahannya akan bergolak
seputar berapa banyak yang Mr. JCC inginkan untuk
usahanya. Ia bisa menjadi pialang untuk pembayaran uang
penyelesaian perkara yang adil, mungkin dengan
mengurangi prosentase untuk dirinya, masih tetap meraup
beberapa juta dolar, melindungi kliennya, membiarkan
perusahaan lama yang baik tetap hidup, dan menyebutnya
sebagai kemenangan. Atau, ia bisa mengambil garis
keras dan setiap pihak akan menderita. Miss Glick
kedengaran sedikit gemetar di interkom. "Ada dua orang,
Clay," ia berkata, nyaris berbisik. "FBI." Mereka yang
masih b am dalam permainan gugatan massal ini sering
menoleh ke belakang seolah apa yang mereka lakukan
ilegal. Namun, bersama lewatnya waktu, kulit mereka jadi
begitu tebal sehingga mereka merasa seperti Teflon. Baru
mendengar kata "FBI" saja Clay langsung terlonjak, lalu ia
tertawa sendiri atas kepengecutannya. Sudah jelas ia tidak
melakukan kesalahan apa pun. Kelihatan jelas mereka
agen baru; dua agen muda yang rapi, memperlihatkan
lencana dan mencoba membuat terkesan setiap orang
yang mungkin menyaksikan. Yang berkulit hitam adalah
Agen Spooner dan yang putih adalah Agen Lohse. Dibaca
LOOSH. Mereka serentak membuka kancing jas mereka
sewaktu duduk di kursi di sudut kantor Clay. "Kenalkah
Anda dengan seseorang bernama Martin Grace?"
Spooner mulai. "Tidak." "Mike Packer?" tanya Lohse. .
"Tidak." "Nelson Martin?" 'Tidak." 411 "Max Pacer Ta~
"Mereka semua orang yang sama,** Spooner bor-kata.
"Tahu di mana ia mungkin berada?" l idak "Kapan terakhir
Anda bertemu dengannya?" Gay berjalan ke meja
kerjanya, menyambar kalender, lalu kembali ke kursinya, la
mengulur-ulur waktu untuk mengatur pikiran. Dalam
keadaan apa pun. ia sebenarnya tidak harus menjawab
pertanyaan mereka. Ia bisa minta mereka pergi kapan saja
dan kembali bila ia sudah punya pengacara di sana. Bila
mereka menyebut-nyebut Tawan, maka ia akan minta
berhenti Tidak begitu pasti," katanya, sambil membalik-
balik halaman. "Kejadiannya sudah beberapa bulan yang
lalu. Sekitar pertengahan Februari" Lohse berperan
sebagai si penulis catatan; Spooner si mterogator. "Di
mana Anda bertemu dengannya?" j "Makan malam, di
hotelnya." "Hotel mana?" "Saya tidak ingat Mengapa kalian
tertarik pada Max Pacer Mereka berdua bertukar pandang
sepintas. Spooner meneruskan. Tas bagian dan
penyelidikan SEC. Pace punya sejarah melakukan
penipuan sekuritas, insider trading Apakah Anda tahu latar
belakangnya?" "Tidak, la misterius." "Bagaimana dan
mengapa Anda menemuinya?" Clay melemparkan
kalender ke meja kopi. "Sebut saja itu urusan bisnis."
'Sebagian besar mitra bisnisnya masuk penjara. Anda
lebih baik memikirkan alasan lain." Itu cukup untuk
sekarang Mengapa kalian ke sini?" Tfjnri sedang
memeriksa para taksi Kami tahu ia pernah beberapa lama
di D.C. Kami tabu it mengunjungi Anda di Mustiquc Natal
tam. Kami tahu pada bulan Januari ia melakukan transaksi
jual kosong saham Goffman seharga enam puluh dua
seperempat dolar per lembar sehari sebelum Anda
memasukkan gugatan Anda ke pengadilan. Membelinya
kembali pada harga lima puluh sembilan per lembar dan
mengeruk beberapa juta dolar Menurut kami ia punya
akses pada laporan rahasia pemerintah tentang salah satu
obat produksi Goffman bernama Maxatil, dan ia
menggunakan informasi im untuk melakukan penipuan
saham." "Apa lagi lainnya?" Lohse berhenti menulis dan
berkata, "Apakah Anda juga melakukan transaksi jual
kosong atas saham Goffinan sebelum memasukkan
gugatan?" Tidak." "Apakah Anda pernah memiliki saham
Goffman?" Tidak." "Apakah ada anggota keluarga, partner,
perusahaan selubung, dana di luar negeri yang Anda
kendalikan?" 'Tidak, tidak, tidak." Lohse memasukkan
pena ke saku. Polisi yang baik selalu mengusahakan
pertemuan pertama berlangsung singkat. Biarkan
saksi/sasaran/tersangka gelisah dan mungkin melakukan
tindakan tolol. Pertemuan kedua akan jauh lebih panjang.
Mereka berdiri dan beranjak ke pintu. "Bila Anda dengar
kabar dan Pace, kami ingin mengetahuinya," Spooner
berkata. "Jangan terlalu berharap." kata Clay. Ia tidak akan
pernah bisa mengkhianati Pace sebab mereka sama-
sama menyimpan begitu banyak rahasia. "Oh. kami sangat
berharap, Mr. Carter. Pada kunjungan berikutnya kami
akan bicara tentang Ackerman Labs. Sesudah
menghabiskan dua tahun dan S8 miliar untuk membayar
ganti rugi, Healthy Living akhirnya menyerah. Perusahaan
itu, menurut pendapatnya sendiri, telah melakukan upaya
berdasarkan itikad baik untuk memberikan ganti rugi atas
mimpi buruk akibat pil diet Skinny Ben buatannya Ia
berusaha dengan gagah berani memberi kompensasi
sekitar setengah juta dolar kepada orang yang celaka
karena memakai obat im setelah melihat iklannya yang
agresif tanpa mengungkapkan seluruh fakta. Ia dengan
sabar menanggung serangan ganas bertubi-tubi dari ikan-
ikan hiu itu—para pengacara gugatan massal, la telah
membuat mereka kaya. Dalam keadaan babak-belur, ciut,
dan bagai telur di ujung tanduk, perusahaan itu kembali
dipukuli dan tak mampu lagi menerimanya. Serangan
terakhir adalah gugatan cUum action Max yang diajukan
penga^ra-pengacara tak dikenal yang mewakili ^^mS^srt
meng*unakan y «n tapi tak mengalami efek merugikan. iMI
414 Mereka menginginkan berjuta-juta dolar sebagai ganti
rugi hanya karena mereka telah mengkonsumsi pil
tersebut, kini khawatir dengannya, dan mungkin akan terus
khawatir di masa mendatang sehingga meruntuhkan
kesehatan emosional mereka yang sudah rapuh. Healthy
Living meminta perlindungan ke pengadilan dengan
menyatakan diri bangkrut menurut Undang-Undang Pasal
11 dan berjalan pergi meninggalkan kekacauan im. Tiga
divisinya sudah ditutup, dan tak lama lagi perusahaan
tersebut akan lenyap, la melambaikan tangan kepada
semua pengacara,itu dan semua klien mereka dan
meninggalkan gedung. Berita im merupakan kejutan bagi
komunitas finansial, tetapi tak ada kelompok lain yang
lebih terguncang daripada pengacara-pengacara gugatan
massal itu. Mereka akhirnya mencekik mati angsanya yang
bertelur emas. Oscar Mulrooney melihatnya lewat Internet
di meja kerjanya dan mengunci pintu. Dengan
perencanaannya yang bervisi jauh, biro hukum im telah
menghabiskan $2,2 juta untuk iklan dan tes medis, yang
sejauh ini berhasil menjaring 215 klien Skinny Ben yang
sah. Dengan nilai ganti rugi sebesar $180.000, maka
kasus-kasus im sedikitnya akan menghasilkan $15 juta
sebagai uang jasa pengacara, yang akan menjadi basis
untuk bonus akhir tahun yang sangat ia harapkan. Dalam
tiga bulan terakhir, ia tidak bisa mendapatkan persetujuan
dari administrator class actio* atas Waimnya Ada desas-
desus tentang pertikaian antara para pengacara yang tak
terhitung jumlahnya itu kesulitan mendapatkan uang yang
semestinya sudah Berkeringat, ia menelepon ke sana
kemari, menghubungi pengacara-pengacara lain yang
terlibat dalam class action itu. mencoba bicara dengan si
administrator, lalu sang Hakim. Ketakutan terhebatnya
dikonfirmasi seorang pengacara di Nashville, yang punya
beberapa Tarus kasus, seluruhnya diajukan ke pengadilan
sebelum kasus Oscar. "Kita tertipu habis," pengacara itu
berkata. "HL punya utang pembayaran empat kali lipat
lebih besar daripada asetnya, dan tak ada uang. Kita
tertipu habis." Oscar menenangkan diri. meluruskan dasi,
me- j ngancingkan lengan kemeja, mengenakan jas, dan
pergi untuk memberi tahu Clay. Sam jam kemudian ia
menyiapkan sepucuk surat untuk masing-masing dari 215
kliennya. Ia tidak memberikan harapan kosong kepada
mereka. Keadaan benar-benar tampak suram. Biro hukum
itu akan memantau cermat prosedur kebangkrutan dan
perusahaan tersebut Ia akan mengusahakan secara
agresif segala cara yang memungkinkan untuk
mendapatkan uang ganti rugi im. Tetapi sedikit sekali
alasan untuk optimis. Dua hari kemudian, Nora Tackett
menerima Suralaya. Karena tukang posnya kenal dengan
Nora, ia tahu bahwa Nora sudah pindah alamat. Nora kini
tinggal di trailer baru berukuran ekstrabesar yang terletak
lebih dekat ke kota. Ia ada di rumah, seperti selamanya,
mungkin menonton opera sabun pada televisi layar
lebarnya yang baru, makan kue-kue I rendah lemak, ketika
si tukang pos meletakkan «e-pucuk surat dari sebuah biro
hukum, tiga surat I tagihan, dan beberapa brosur penjualan
ke dalam j kotak surat Ia belakangan ini menerima banyak
surat dari pengacaraa-pengacara di DC. dan setiap orang
di Larkin tahu apa sebabnya. Pada mulanya uang
penggantian kerugian dan pabrik pil diet itu didesas-
desuskan mencapai $100.000. lalu ia memberi tahu
seseorang di bank bahwa jumlahnya mungkin mencapai
$200.000. Angka im melompat lagi saat digunjingkan di
seluruh penjuru Larkin. Ear! Jeter, yang tinggal di selatan
kota. menjual trailer barunya pada Nora ketika mendengar
kabar bahwa wanita im akan mendapatkan hampir
setengah juta dolar, dan dalam waktu dekat Ditambah lagi.
saudarinya, MaryBeth, sudah menandatangani giro mundur
sembilan puluh hari. Tukang pos im tahu benar uang
tersebut telah menimbulkan segala macam masalah bagi
Nora. Setiap orang bermarga Tackett di county itu
meneleponnya untuk meminta uang jaminan pembebasan
bila ada penangkapan. Anak-anaknya, atau anak-anak
yang ia asuh, dijemput di sekolah sebab ibu mereka begitu
gendut dan kaya. Ayah mereka, laki-laki yang tak pernah
terlihat batang hidungnya di daerah itu selama dua tahun
terakhir, kini kembali ke kota. Ia bilang pada orang-orang
di salon bahwa Nora adalah wanita paling manis yang
pernah dinikahinya. Ayah Nora pernah mengancam akan
membunuh laki-laki im dan itulah alasan lain mengapa
Nora tetap tinggal di "dalam dengan pintu terkunci Tapi
hampir semua tagihannya sudah lewat jatuh ora? Itu
rvrt.unaan bc«J ifth keluar satu jam kern tak aria seorang
pun dj ke dalam *mitr. Teleponnya kepada N Rapat itu
berlangsung larut malam, tepat ketika Clay hendak
meninggalkan kantor. Pembicaraan dimulai dengan urusan
yang tidak menyenangkan dan keadaan tidak membaik.
Crittle berjalan masuk dengan wajah masam dm
mengumumkan, "Penanggung asuransi kerugian kita
memberi tahu bahwa mereka membatalkan tanggungan
asuransinya." "Apa!" Clay berteriak. "Kau mendengarku."
"Mengapa kau baru memberitahukannya sekarang? Aku
sudah terlambat makan malam." "Seharian aku berbicara
dengan mereka." Jeda sejenak ketika Clay melemparkan
jasnya ke sofa dan berjalan ke jendela "Mengapa?" ia
bertanya. "Mereka telah mengevaluasi praktik kerjamu dan
tidak «ha dengan yang mereka lihat. Dua puluh ribu kaut
Maxatil membuat mereka ketakutan. Tcr4IS kta besar
jumlah yang ditanggung kalau sampai otjJi sesuatu yang
tidak beres Sepuluh juta dolar „„fa hanya akan jadi setetes
air rit dalam ember, jadi mereka kabur." "Bisakah mereka
melakukan itu'" Tentu saja bisa. Perusahaan asuransi bata
menghentikan pertanggungan mereka kapan saja mereka
mau. Mereka berutang pengembalian premi kepada kita.
tapi jumlahnya kecil sekali. Kita sama sekali telanjang.
Clay. Tidak ada perlindungan asuransi " "Kita tidak akan
butuh perlindungan " "Aku mendengarmu, tapi aku tetap
khawatir" "Seingatku, kau juga khawatir dengan Dvlofi."
"Dan aku keliru." "Nah, Rex sobatku, kau pun keliru tentang
Maxatil. Sesudah Mr. Mooneyham selesai dengan Goffintn
di Flagstaff, mereka pasti tak sabar untuk menyelesaikan
perkara ini. Mereka sudah menyisihkan dana miliaran dolar
untuk menangani gugatan e/e» metiom ini. Tahu berapa
besar nilai dua puluh empat ribu kasus itu? Cobalah terka."
"Beri aku kejutan." "Hampir satu miliar dolar. Rex. Dan
Goffman sanggup membayarnya." "Aku masih khawatir.
Bagaimana kalau terjadi sesuatu yang tidak beres?" "Kau
harus punya sedikit keyakinan, Sobat Soal seperti ini butuh
waktu. Persidangan di sana direncanakan mulai bulan
September. Saat sidang im selesai uang akan kembali
membanjir masuk." "Kita sudah menghabiskan delapan
juta untuk iklan ¦ Tidak bisakah kita setidaknya mengurungi
41P kecepatan? Mengapa kau tidak bisa berpikir bahwa
24 ribu kasus sudah cukup?" "Sebab itu belum cukup."
Dan dengan ucapan itu Clay terseny-urrt, mengambil
jasnya, menepuk pundak Crittle. dan pergi untuk makan
malam. Ia seharusnya menemui mantan teman sekamar di
college dulu di Old Ebbitt Grille, di Fifteenth Street, pukul
setengah sembilan, la menunggu di bar sampai hampir
satu jam sebelum ponselnya berdering. Teman
sekamaraya im terikat rapat yang tampaknya takkan
pernah berakhir. Ia mengucapkan permintaan maaf seperti
biasanya. Ketika beranjak pergi, Clay melontarkan
pandangan sepintas ke dalam restoran dan melihat
Rebecca makan malam dengan dua perempuan lain. ia
melangkah kembali ke bar, menemukan kursinya, dan
memesan segelas ale. Ia menyadari benar bahwa
Rebecca sekali lagi menghentikan langkahnya Ia ingin
sekali berbicara dengannya, tapi bertekad untuk tidak
menyela. Perjalanan ke kamar kecil pasti akan ada
hasilnya. Ketika Clay berjalan melewati mejanya, Rebecca
mengangkat muka dan langsung tersenyum. Ia
memperkenalkan Clay pada dua temannya, dan Clay
menjelaskan ia sedang di bar, menunggu teman kuliah
lama untuk makan malam. Teman im terlambat, mungkin
cukup lama, maaf telah menyela. Oh well, haru» perg,.
Senang bertemu denganmu. Lima belas menit kemudian,
Rebecca muncul di bar yang penuh orang dan berdiri rapat
di sebelahnya. Sangat dekat "Aku cuma punya waktu
sebentar," katanya. "Mereka menunggu." Ia mengangguk
ke arah restoran. "Kau kelihatan hebat," Clay berkata, tak
sabar untuk mulai mencari peluang. "Kau juga." "Mana
Myers?** Ia mengangkat pundak seolah tidak peduli.
"Bekerja. Ia selalu bekerja" "Bagaimana kehidupan
perkawinan?" "Sangat kesepian," katanya sambil
memalingkan muka. Clay minum. Seandainya tidak di bar
yang penuh orang, dengan teman-teman menunggu di
dekatnya. Rebecca tentu sudah menumpahkan segala
unek-unek. Terlalu banyak yang hendak ia katakan.
Perkawinan im tidak berjalan sukses.' Clay berjuang untuk
menahan senyum. "Aku masih menunggu," katanya. Mata
Rebecca basah ketika ia mencondongkan badan dan
mencium pipinya Kemudian ia pergi tanpa sepatah kata
lagi. Dengan orioles enam angka di bawah Devil Rays—
padahal Devil Rays payah—Mr. Ted Worley terjaga dari
tidur siang yang langka dan berdebat sendiri apakah akan
pergi ke toilet saat im juga atau menunggu sampai inning
ketujuh. Ia tertidur selama satu jam, sesuatu yang tidak
biasa baginya sebab tiap siang ia selalu tidur tepat pukul
dua. Orioles memang membosankan tapi tak pernah
membuatnya tertidur. Namun sesudah mimpi buruk Dyloft
itu, ia tidak pernah memaksakan kandung kemihnya
sampai batas kemampuan. Tidak minum terlalu banyak,
tidak minum bir sama sekali. Dan jangan ada tekanan
pada instalasi pipa di bawah sana; kalau ia perlu buang ari
kecil, maka ia tidak akan ragu. Dan apa masalahnya kalau
ia tidak menonton beberapa pitcM la berjalan ke kamar
kecil untuk tamu di ujung gang, di sebelah kamar tidur
tempat Mrs. Worley duduk di kursi goyang, mengerjakan
rajutan yang mengisi sebagian besar hidupnya. Ia menutup
pintu di belakangnya, membuka ritsleting celana, dan mulai
buang air. Ada sedikit rasa panas yang menyebabkannya
melihat ke bawah, dan ketika melakukan hal ft», ia hampir
jatuh pingsan. Kencingnya berwarna seperti karat besi—
cairan merah kecokelatan, la terengah dan menyangga diri
dengan satu tangan di dinding. Ketika selesai, ia tidak
mengguyurnya; ia duduk di toilet selama beberapa menit
untuk menenangkan diri. ' "Apa yang kaukerjakan di
sana?" istrinya berseru. "Bukan urusanmu," balasnya
membentak. "Kau tidak apa-apa, Ted?" "Aku baik-baik
saja." Tapi keadaannya tidak baik-baik saja. Ia
mengangkat penutup kloset, sekali lagi melihat alarm
mematikan yang baru saja dikeluarkan tubuhnya, lalu
mengguyurnya, dan berjalan kembali ke ruang duduk. Devil
Rays kini memimpin delapan angka, tetapi permainan itu
telah kehilangan makna apa pun yang tadi ada pada inning
pertama. Dua puluh menit kemudian, sesudah tiga gelas
air, ia menyelinap turun ke lantai bawah dan buang air kecil
di kamar mandi kecil, sejauh mungkin dari istrinya. Im
darah, ia memutuskan. Tumor im kembali, dan apa pun
bentuknya, kini tumor im jauh lebih serius daripada
sebelumnya Ia menuturkan kejadian sebenarnya pada
istrinya keesokan paginya, sambil makan roti panggang
dan selai. Ia lebih suka merahasiakannya dari si istri
selama mungkin, tapi hubungan batin mereka begitu erat
sehingga rahasia apa pun, tamtama yang berkaitan
dengan kesehatan, sangatlah sulit untuk disimpan sendiri.
Sang istri langsung mengambil tindakan,' menelepon
urolog mereka, berbicara galak pada sekretaris yang
membuat janji, mendaftar untuk datang sesudah makan
siang. Ini darurat dan besok sama sekali tidak bisa
diterima. Empat hari kemudian, tumor ganas ditemukan
dalam ginjal Mr. Worley. Selama pembedahaan yang
berlangsung lima jam. nara dokter mengangkat semua
Kepala bagian urologi memantau si pasien dengan cermat
Seorang kolega di rumah sakit Kansas City melaporkan
kasus yang sama sebulan sebelumnya; munculnya rumor
ginjal pasca pemakaian Dyloft. Si pasien di Kansas City
kini menjalani kemoterapi dan keadaannya memburuk
dengan cepat Hal yang sama kemungkinan bisa terjadi
pada Mr. j Worley, meskipun spesialis onkologinya
bersikap sangat hati-hati dalam kunjungan pertamanya
sesudah operasi. Mrs. Worley merajut sambil mengeluh
tentang kualitas makanan rumah sakit yang memang tak j
diharapkan lezat tapi mestinya setidaknya hangat Dengan
harga seperti ini? Mr. Worley bersembunyi di balik selimut
dan menonton televisi. Dengan penuh pengertian ia
mematikan suara televisi ketika spesialis onkologi itu tiba,
meskipun ia terlalu sedih dan tertekan untuk bercakap-
cakap. Ia boleh pulang sekitar seminggu lagi, dan segera
setelah ia cukup kuat, mereka akan memulai terapi yang
agresif untuk menangkal kankernya. Mr. Worley menangis
ketika pertemuan im selesai. Dalam pembicaraan lanjutan
dengan kolega di Kansas Chy, si kepala bagian urologi itu
mendapat satu kasus lain. Ketiga pasien tersebut dulunya
penggugat Dyloft dalam Kelompok Sam. Kini mereka
sekarat. Nama seorang pengacara disebut. Pasien dari -
Kansas City itu diwakili biro hukum kecil di New YeekCtty.
Sungguh pengalaman yang langka dan menyenangkan
bagi seorang dokter untuk bisa menyampaikan nama
pengacara yang mau menggugat pengacara lain. dan
kepala bagian urologi im bertekad untuk menikmati hal itu.
Ia masuk ke kamar Mr. Worley. memperkenalkan diri
sebab mereka belum pernah bertemu, dan menjelaskan
perannya dalam pengobatan itu. Mr. Worley sudah muak
dengan dokter dan. seandainya bukan karena segala
macam slang yang simpang siur pada tubuhnya yang
rusak, ia tentu sudah mengumpulkan barang-barangnya
dan meninggalkan rumah sakit Tak lama kemudian
percakapan im pun sampai pada Dyloft, lalu uang
penyelesaian perkara, lalu lahan subur profesi hukum. Ini
memicu lelaki tua itu; wajahnya merona, matanya berapi-
api. Uang penyelesaian perkara itu, betapa pun sedikitnya,
telah dibereskan tak sesuai keinginannya. Sedekah
$43.000, dengan si pengacara mengambil sisanya! Ia
sudah menelepon dan menelepon dan akhirnya terhubung
dengan pengacara muda bermulut licin yang mengatakan
padanya untuk memeriksa persyaratan-persyaratan dalam
tumpukan dokumen yang telah ia tandatangani. Di situ ada
klausul pemberian otorisasi yang mengizinkan pengacara
menyelesaikan perkara im bila uangnya melebihi ambang
yang sangat rendah. Mr. Worley pernah mengirim dua surat
penuh racun kepada Mr. Clay Carter, tapi tak satu pun
berhasil memancing tanggapan. "Aku memang tidak setuju
dengan penyelesaian perkara im." Mr. Worley tema
berbicara. "Kurasa sudah terlambat sekarang." Mrs.
Worley menambahkan. "Mungkin tidak." si dokter berkata.
Ia menceritakan pada mereka tentang pasien dari Kansas
City itu, laki-laki yang sangat mirip Ted Worley. "la
membayar pengacara untuk menggugat pengacaranya
sendiri," si dokter berkata dengan perasaan puas luar
biasa. "Aku sudah terlalu banyak berurusan dengan
pengacara," Mr. Worley berkata. Dengan dokter juga,
kalau mau terus terang, tetapi ia menahan lidahnya.
"Apakah Anda punya nomor teleponnya?" Mrs. Worley
bertanya. Ia berpilar jauh lebih jenuh daripada suaminya.
Sedihnya, ia juga membayangkan satu atau dua tahun ke
depan saat Ted pergi. Spesialis urologi im kebetulan
punya nomor tersebut Satu-satunya hal yang ditakuti
pengacara-pengacara gugatan massal im adalah sesama
pengacara seperti mereka. Predator. Pengkhianat yang
menguntit di belakang untuk membereskan kekeliruan
mereka. Subspesialisasi yang berkembang di mana
beberapa pengacara yang sangat cakap dan sangat keji
memburu sesama mereka karena menangani
penyelesaian perkara dengan tidak benar. Helen Warshaw
sedang menulis buku panduannya. Bagi golongan yang
mengaku begitu cinta pada ruang sidang, pengacara-
pengacara gugatan massal itu langsung merasa lemas
membayangkan diri sendiri duduk d. meja tergugat,
memandang malu-malu pada juri sementara informasi
keuangan pribadi mereka dikupas habis di pengadilan
terbuka. Bagi Helen Warshaw, menyeret mereka ke sana
merupakan panggilan tugas. Namun demikian, hal itu
jarang terjadi. Pekik perang mereka: Gugat Seluruh Dunia!
dan Kami Cinta Juri! rupanya berlaku bagi orang lain.
Ketika dihadapkan dengan bukti kesalahan, tak ada yang
menyelesaikan perkara di luar persidangan lebih cepat
daripada pengacara gugatan massal. Tak seorang pun.
bahkan dokter yang bersalah sekalipun, yang mengelak
dari ruang sidang dengan energi sehebat pengacara
TVIbillboard yang ketahuan melakukan kecurangan dalam
penyelesaian perkara yang melibatkan uang ganti rugi.
Warshaw punya empat kasus Dyloft di kantornya di New
York dan sedang meneliti tiga lainnya ketika menerima
telepon dari Mrs. Worley. Biro hukum kecilnya punya
berkas data tentang Clay Carter dan berkas yang lebih
tebal lagi tentang Patton French. Ia memantau dua puluh
biro hukum gugatan massal paling top di negeri ini dan
puluhan kasus ciass action terbesar. Ia punya banyak klien
dan memperoleh banyak uang jasa, tapi tak ada yang lebih
menggairahkannya daripada bencana Dyloft. Beberapa
menit bercakap-cakap di telepon dengan Mrs. Worley, dan
Helen pun tahu persis apa yang telah terjadi. "Saya akan
ke sana pukul lima," katanya. "Hari ini?" "Ya. Sore ini." . ..
Ia naik pesawat penumpangke bandara^Dulles. Ia tidak
punya pesawat jet sendiri, karena dua ajasan yang sangat
haik. Pertama, ia hemat dengan uang dan tidak percaya
dengan penghamburan seperti itu. Kedua, kalau sampai ia
diperkarakan ke pengadilan, ia tidak ingin juri mendengar
tentang pesawat jet Tahun sebelumnya, pada satu-satunya
kasus yang bisa ia bawa ke sidang, ia memperlihatkan
pada juri foto-foto berwarna ukuran besar dari pesawat jet
pengacara tergugat keduanya, luar-dalam. Ditambah juga
foto-foto yatAr-nya. rumah peristirahatan di Aspen. dan
lain-lain. Juri sangat terkesan. Ganjarannya adalah dua
puluh juta dolar punitif. Ia menyewa mobil—bukan limusin—
dan menemukan rumah sakit im di Bethesda. Mrs. Worley
sudah mengumpulkan dokumen-dokumen mereka, yang
dipelajari Warshaw selama satu jam saat Mr. Worley tidur
sore. Ketika ia terjaga, ia tidak ingin bicara. Ia sudah letih
dengan pengacara, terutama pengacara perempuan dari
New York yang suka mendesak. Akan tetapi, istrinya punya
banyak waktu dan merasa lebih mudah untuk mencurahkan
perasaan pada wanita. Mereka berdua pergi ke lounge
untuk minum kopi dan bercakap-cakap. Pelaku kejahatan
utamanya adalah Ackerman Labs, dulu dan selamanya.
Mereka membuat obat yang buruk, mempercepat proses
pemberian izin, meng-iklankannya besar-besaran, tidak
cukup mengujinya, tidak sepenuhnya mengungkapkan
segala yang mereka ketahui tentang obat rto. Kini dunia
belajar bahwa Dyloft ternyata lebih berbahaya daripada
perkiraan senada. Ms. Warshaw sudah memperoleh bukti
medis yang meyakinkan bahwa kambuhnya tumor
berkaitan dengan pemakaian Dyloft. Pelaku kejahatan
kedua adalah dokter yang meresepkan obat itu, meskipun
tingkat kejahatannya rendah. Ia mengandalkan Ackerman
Labs. Obat im sangat manjur. Dan seterusnya. Sayangnya,
dua pelaku pertama itu sudah sepenuhnya dibebaskan dari
segala tanggung jawab ketika Mr. Worley menyelesaikan
perkara gugatannya dalam gugatan class action Biloxi.
Meskipun dokter arthritis Mr. Worley tidak pernah digugat,
pembebasan tanggung jawab menyeluruh im meliputi
dirinya juga. 'Tetapi Ted sebenarnya tidak ingin
menyelesaikan perkara im di luar sidang," Mrs. Worley
berkata lebih dari satu kali. Tidak jadi soal. Ia sudah
melakukannya. Ia telah memberikan wewenang kepada
kuasa hukumnya untuk menyelesaikan perkara im. Si
pengacara sudah melakukannya, dan dengan demikian
jadi pelaku kejahatan ketiga. Dan yang teiakhir yang masih
tersisa. Satu minggu kemudian,- Ms. Warshaw
mengajukan gugatan terhadap J. Clay Carter, F. Patron
French, M. Wesley Saulsberry, dan semua pengacara lain,
dikenal maupun tak dikenal, yang telah secara prematur
menyelesaikan perkara Dyloft dengan uang ganti rugi.
Sekali lagi, penggugat utamanya adalah Mr. Ted Worley
dari Upper Marlboro, Maryland, mewakili dan atas nama
semua pihak lain yang dirugikan, dikenal atau tidak dikenal
pada saat itu. Gugatan itu didaftarkan di Pengadilan Distrik
Amerika Serikat untuk Dvstrik Columbia, tidak terlalu jauh I
dan kantor JCC. Meminjam satu halaman dari buku
permainan ter- i gugat sendiri, Ms. Warshaw mengirimkan
salinan gugatannya dengan faks kepada selusin surat
kabar terkemuka lima belas menit sesudah ia
memasukkannya ke pengadilan. Petugas pengadilan yang
kasar dan bertubuh kekar mendatangi resepsionis kantor
Clay dan menuntut untuk menemui Mr. Carter. "Ini
mendesak," ia ber-keras. la dikirim ke gang di mana ia
harus berurusan dengan Miss Glick. Ia memanggil bosnya,
yang dengan enggan keluar dari kantor dan mengambil
dokumen yang akan merusak suasana hari ini. Mungkin
tahun ini. Para reporter sudah menelepon saat Clay selesai
membaca gugatan class action itu. Oscar Mulrooney
bersamanya; pintunya dikunci. "Belum pernah aku
mendengar yang seperti ini," Clay menggumam, dengan
pedih menyadari ada begitu banyak yang tidak ia ketahui
tentang permainan gugatan massal ini. >¦%¦ Tak ada yang
salah dengan sergapan mendadak, tetapi setidaknya
perusahaan-perusahaan yang ia perkarakan tahu mereka
punya masalah yang sedang menggelegak. Ackerman
Labs tahu ia punya obat yang buruk sebelum Dyloft masuk
pasar. Hanna Portland Cement Company sudah mengirim
orang-orang ke Howard County untuk menghitung klaim
awal. Ooftrnan sudah digugat Dale Mooneyham karena
Maxatil, dan pengacara-pengacara lain mengerubungi.
Tetapi yang ini? Clay tidak tahu bahwa Ted Worley sakit
lagi. Tak ada sedikit pun tanda-tanda masalah di mana pun
di seluruh penjuru negeri. Ini tidak adil. Mulrooney terlalu
kaget untuk berbicara. Melalui interkom Miss Glick
mengumumkan, 'Clay, di sini ada reporter dari Washington
Post.*' 'Tembak saja bangsat im," geram Clay. "Apakah im
berarti 'Tidak'?" "Itu"Sama sekali tidak!"' "Katakan
padanya Clay tidak ada di sini," Oscar dengan susah
payah berkata. "Dan panggil satpam," Clay
menambahkan. Kematian tragis teman dekat tidak akan
menimbulkan suasana yang lebih murung daripada ini.
Mereka bicara tentang pengendalian situasi—bagaimana
menanggapi, dan kapan? Haruskah mereka cepat-cepat
menyusun penyangkalan agresif terhadap gugatan itu dan
mengajukannya ke pengadilan hari im juga? Mengirimkan
kopinya dengan faks kepada pers? Haruskah Clay
berbicara kepada reporter? Tak ada yang diputuskan
sebab mereka tidak bisa membuat keputusan. Keadaan
jungkir balik; ini wilayah bara. Oscar mengajukan diri
secara sukarela untuk menyebarkan kabar im di biro
hukum, memutar segalanya menjadi positif untuk
mempertahankan semangat. "Kalau aku keliru, aku akan
membayar klaim itu," kata Clay. "Semoga saja Mr. Worley
adalah satu-satunya dari biro hukum ini." 431 "Itulah
pertanyaan besarnya, Oscar. Ada berapa Ted Worley di
luar sana?" Tidur mustahil dilakukan. Ridley ada di St
Barth, merenovasi vila, dan untuk itu Clay merasa
bersyukur. Ia dihina dan dipermalukan: setidaknya Ridley
tidak tahu tentang im. Pikirannya tertuju pada Ted Worley.
Ia tidak marah, jauh dan itu. Tuduhan tanpa dasar dalam
suatu gugatan biasanya jarang tepat, tetapi yang ini
kedengarannya akurat. Mantan kliennya tidak akan
menyatakan diri menderita rumor ganas kalau tumor im
tidak benar-benar ada. Kanker Mr. Worley disebabkan
obat yang buruk, bukan pengacara yang buruk. Tetapi
secara tergesa-gesa menyelesaikan suatu kasus di luar
persidangan untuk imbalan $62.000 padahal kasus itu
sesungguhnya bernilai jutaan dolar merupakan mala-
praktik dan keserakahan. Siapa yang bisa menyalahkan
laki-laki itu jika melakukan pukulan balasan? Sepanjang
malam yang panjang itu, Clay tenggelam dalam perasaan
kasihan pada diri sendiri—egonya yang terluka hebat;
hinaan di antara rekan-rekan, teman, dan pegawai;
kegembiraan musuh-musuhnya, kengerian esok, dan
cercaan masyarakat yang akan ia terima di surat kabar,
tanpa seorang pun membelanya. Kadang-kadang ia
ketakutan. Mungkinkah ia benar-benar kehilangan
segalanya? Apakah ini awal dari akhir riwayatnya?
Persidangan tentulah akan mendapatkan simpati besar
dari juri—untuk pihak lain! mn berapa banyakkah
penggugat potensial yang ada J; luar sana? Masing-
masing kasus bernilai jutaan dolar. ., Omong kosong.
Dengan 25 ribu kasus Maxatil menunggu, ia bisa
menanggung apa saja. Tetapi semua pemikiran im
akhirnya kembali pada Mr. Worley, klien yang tidak
dilindungi pengacaranya sendiri. Rasa bersalah begitu
berat sehingga ia merasa ingin menelepon laki-laki im dan
meminta maaf. Mungkin ia akan menulis sepucuk surat
untuknya. Ia ingat membaca dua surat yang ia terima dari
mantan kliennya. Ia dan Jonah menertawakannya. Tak
berapa lama setelah pukul empat dini hari. Clay membuat
satu teko kopi pertama. Pada pukul lima, ia memeriksa
Internet dan membaca Post Tidak ada serangan teroris
dalam 24 jam terakhir. Tidak ada pembunuh berantai yang
beraksi. Kongres sudah pulang. Presiden sedang berlibur.
Sam hari yang kurang berita, jadi mengapa tidak
memasang wajah "Raja Ganti Rugi" yang sedang
tersenyum pada halaman depan, separo halaman bagian
kawah? PENGACARA GUGATAN MASSAL DIGUGAT
MASSA adalah judul yang cerdik. Alinea pertamanya
berbunyi: J. Clay Carter, pengacara dari Washington yang
dijuluki Raja Ganti Rugi terbaru, kena batunya kemarin
ketika ia digugat beberapa kliennya yang kecewa.
Gugatan itu menyatakan bahwa Carter yang dikabarkan
tahun lalu memperoleh uang jasa sebesar $110 juta.
secara prematur menyelesaikan kasus-kasusnya dengan
ganti rugi kecil, padahal sebenarnya nilainya mencapai
Juta» dolar. 433 DeJapan alinea sisanya tidaklah lebih
baik. Diare berat melanda di wakru malam, dan Clay
terpaksa berlari ke kamar mandi. Sobatnya di The Wall
Street Journal ikut menyerang dengan artileri berat.
Halaman depan, sisi kiri, sketsa mengerikan wajah Clay
yang berpuas diri. Judul beritanya APAKAH RAJA GANTI
RUGI AKAN DIGULINGKAN? Nada artikel im seolah Clay
seharusnya digugat di pengadilan pidana dan
dipenjarakan, bukan sekadar diturunkan dari tahta. Setiap
kelompok bisnis di Washington punya pendapat sendiri
tentang persoalan itu. Kegembiraan mereka hampir tak
dimmp-mmpi. Betapa ironisnya bahwa mereka begitu
gembira melihat satu gugatan lagi. Presiden National Trial
Lawyers Academy tidak berkomentar. No comment.' Dari
safu-satunya kelompok yang tak pernah melepaskan
dukungannya pada pengacara. Alinea berikutnya
menjelaskan apa sebabnya. Helen Warshaw adalah
anggota aktif New York Trial Lawyers Academy.
Sesungguhnya, kredensialnya sangat mengesankan.
Advokat pengadilan besertifikat Editor Law Review di
Columbia. Ia berumur 38 tahun, ikut maraton sekadar untuk
hobi, dan digambarkan "biantan lawannya sebagai orang
yang "cemerlang dan ulet". Kombinasi yang mematikan,
pikir Clay sewaktu ia berlari kembali ke kamar mandL
Duduk di toilet, ia menyadari para pengacara itu tidak akan
memihak siapa pun dalam perkara ini. Ini perselisihan
antaranggota keluarga. Ia tidak bisa meng- . j harapkan
simpati ataupun pembela. Sumber yang tidak disebutkan
namanya menyatakan penggugatnya mencapai jumlah saru
lusin. Diharapkan akan ada sertifikasi class action, karena
^'perkirakan kelompok penggugat ini akan lebih besar lagi.
"Seberapa besar?" Clay bertanya pada diri sendiri
sewaktu membuat kopi lagi. "Ada berapa banyak Worley
di luar sana?" Mr. Carter, berusia 32 tahun, tidak ada di
tempat untuk memberikan komentar. Patron French
menyebut gugatan im "mengada-ada tak keruan",
deskripsi yang menurut artikel im ia pinjam dari delapan
perusahaan yang pernah ia gugat selama empat tahun
terakhir. Ia melangkah lebih jauh dengan mengatakan
gugatan itu "...berbau persekongkolan antara pendukung
reformasi undang-undang gugatan massal dan pihak-pihak
yang diuntungkan, industri asuransi." Mungkin wartawan im
mewawancarai Patton sesudah beberapa gelas vodka.
Keputusan harus diambil. Karena ia benar sakit, maka ia
bisa bersembunyi di rumah dan menunggu badai lewat.
Atau ia bisa melangkah ke dalam dunia yang kejam dan
menghadapi segala cemooh. Ia benar-benar ingin minum
obat dan kembali ke ranjang dan terbangun seminggu
kemudian dengan mimpi buruk itu di belakangnya Lebih
baik lagi, melompat ke pesawat dan pergi menemui
Ridley. Ia sudah di kantor pada pukul rujuh, dengan
ekspresi wajah dibuat sewajar mungkin, meneguk kopi
banyak-banyak, hilir mudik di gang bersenda gurau dan
tertawa-tawa dengan pekerja shrfi pagi membuat rV Z.
taruna lucu tentang kemungkinan ada petugas lelucon
kurang ^ ^ reporter raengendus. pengadilan 435 eooux aan
panggilan Pengadilan beterbangan di sana-SIM. Itu
pertunjukan yang hebat dan herani, sesuatu yang
dibutuhkan dan dihargai biro hukumnya. HaJ itu berian t ui
hingga menjelang lengah hari ketika Mtss Glick
menghentikannya seketika dengan menusuki kantornya
yang terbuka sambil berkala Tlay, dua agen FBI im kembali
lagi." "Bagus sekali!" katanya* sambil menggosok-
gosokkan kedua belah tangan seolah akan menampar
Spooner dan Lohse muncul dengan senyum dingin j dan
tanpa jabatan tangan. Clay menutup pintu, me-ngertakkan
gigi, dan memerintahkan diri sendui agar meneruskan
pertunjukan. Tetapi keletihan menerpa dengan keras. Dan
ketakutan juga. Kali ini Lohse yang berbicara sementara
Spooner menulis catatan. Rupanya foto Clay di halaman
depan sarat kabar telah mengingatkan mereka bahwa ia
pantas dikunjungi lagi. Itulah harga ketenaran. "Ada tanda-
tanda dari teman Anda. Pace?" Lohse 'Tidak, sedikit pun
tidak " Dan im benar Betapa ia butuh nasihat Pace dalam
krisis seperti ini. "Anda yakin?" "Apakah kaitan tali?" balas
Clay. Ia tiap meminta mereka pergi bila pertanyaan-
pertanyaan mereka jadi berbelit Mereka cuma penyelidik,
bukan jaksa. "Aku sudah bilang tidak." "Kami pikir ia ada
di kota minggu lalu." *BagusMi. Aku belum bertemu
dengannya." "Anda memasukkan gugatan pada Ackerman
Labs pada tanggal dus fon tahun lalu, benarT "Ya. "Apakah
Anda punya saham perusahaan im sebelum Anda
mengajukan gugatan'' Tidak." "Apakah Anda melakukan
transaksi jual. lalu membelinya kembali dengan harga lebih
rendah?" Tentu saja ia melakukannya, atas saran Pace,
teman baiknya Mereka tahu jawaban atas pertanyaan itu.
.Mereka punya data transaksi tersebut, ia yakin. Sejak
kunjungan pertama mereka, ia sudah melakukan riset
mendalam tentang penipuan sekuritas dan insider trading.
Menurut pendapatnya, posisinya berada di daerah yang
tidak jelas, abu-abu, memang bukan tempat yang baik
tetapi jauh dan bersalah. Bila direnungkan kembali, ia
seharusnya tidak melakukan transaksi jual-beli saham im.
Seribu kali disesalinya, seandainya saja ia tak melakukan
hal itu. "Apakah aku dalam pemeriksaan atas sesuatu?" ia
bertanya Spooner sudah mengangguk sebelum Lohse
berkata, "Ya." "Kalau begitu pertemuan ini selesai.
Pengacaraku akan menghubungi kalian." Clay berdiri dan
beranjak ke pintu. IT UNTUK, rapat Komite Pengawas
penggugat Dyloft berikutnya, tergugat Patton French
memilih hotel di pusat kota Vtlanta. di mana ia sedang
berperan dalam salah iatu di antara banyak seminarnya
tentang bagaimana nenjadi kaya dengan memburu pabrik-
pabrik farmasi, im adalah rapat darurat. French tentu saja
menempati Presidential Suite, ruangan norak di lantai
paling atas hotel itu yang tak terpakai, dan di sanalah
mereka berkumpul Ini pertemuan yang tidak biasa karena
tidak ada saling membandingkan catatan tentang mobil
mewah terbaru atau ranch mereka, tak ada sedikit pun.
Tidak pula ada minat di antara mereka berlima untuk
membual tentang kemenangan-kemenangan terakhir
mereka dalam persidangan. Keadaan tegang sejak saat
Clay memasuki suite, dan tidak pernah membaik. Bocah-
bocah kaya "m ketakutan. Dan karena alasan yang tepat.
Carlos Hernandez dari Miami tahu ada tujuh dari para
penggugat Dyloft Kelompok Satu yang diwakilinya kini
mengidap tumor ganas pada ginjal. Mereka bergabung
dalam class actum 'M dan kini diwakili Helen Warshaw.
"Mereka bermunculan di mana-mana," katanya panik, la
kelihatan seperti sudah berhari-hari tidak tidur.
Sesungguhnya, mereka berlima tampak lusuh dan letih. Ia
perempuan yang tak kenal ampun." Wcs Saulsberry
berkata, dan yang lain menganggukkan kepala
menyetujuinya. Jelas legenda tentang Ms. Warshaw
dikenal luas. Seseorang lupa memberi tahu Clay. Wes
punya empat mantan klien yang kini menggugatnya.
Damon Didier punya tiga. French punya lima. Clay merasa
luar biasa lega hanya punya satu. tetapi kelegaan seperti
im hanya sementara. "Sebenarnya, kau punya tujuh,"
French berkata, dan mengangsurkan printout dengan nama
Clay di atasnya serta daftar mantan klien/sekarang
penggugat di bawahnya. "Aku diberi tahu Wicks di
Ackerman bahwa kita boleh bersiap daftarnya akan
bertambah," kata French. "Bagaimana reaksi mereka?"
Wes bertanya. 'Terguncang hebat Obat mereka
membunuhi orang di mana-mana. Philo menyesal mereka
pernah mendengar tentang Ackerman Labs." "Aku
sependapat dengan mereka," Didier berkata, melontarkan
pandangan sebal ke arah Clay, seolah mengatakan,
"semua ini salahmu." Clay mengamati kembali tujuh nama
pada daftarnya Selain Ted Worley, ia tidak mengenali yang
lain. Kansas, South Dakota, Maine, dua dari Oregon.
Georgia, Maryland. Bagaimanakah ia bisa mewakili orang-
orang ini? Sungguh cara yang ganjil dalam melakukan
praktik hukum—menggugat dan menyelesaikan perkara
bagi orang-orang yang tak pernah ia temuil Dan kini
mereka menggugatnya! "Apakah aman untuk berasumsi
bukti medisnya kuat?" Wes bertanya. "Maksudku, apakah
ada peluang untuk melawan, untuk mencoba dan
membuktikan bahwa kambuhnya kanker ini tidak berkaitan
dengan Dyloft? Kalau memang begitu, ini akan
membebaskan kita dari jerat, dan Ackerman juga. Aku
tidak ingin berurusan dengan badut-badut, tapi di sinilah
kita sekarang." Tidak! Kita sudah terjerat." kata French.
Kadang-kadang ia bisa begitu berterus terang sehingga
terasa menyakitkan. Tak ada gunanya membuang waktu, j
"Wicks mengatakan padaku obat ini lebih berbahawa j
daripada sebutir peluru yang menembus kepala. Orang- J
orang riset mereka sendiri mengundurkan diri gara- j gara
mi Karier mereka hancur. Perusahaan im mungkin takkan
bertahan hidup." "Maksudmu Philo?" Ta, ketika Philo
membeli Ackerman, mereka pikir mereka sanggup
mengendalikan masalah Dyloft. Kini tampaknya Kelompok
Dua dan Tiga akan jadi lebih besar jumlahnya dan jauh
lebih mahal. Mereka setengah mati" "Bukankah kita semua
begitu?" Carlos menggumam, lata ia memandang Clay
seolah peluru pantas menembus kepalanya. "Kalau kita
bertanggung jawab, maka tidak akan ada jalan bagi kha
untuk membela dari dalam kasus iai" Wes berkata,
menyatakan sesuatu yang sudah jelas. '*na harus
bernegosiasi," kata Didier. 'Kita bicara i soal hidup-mati di
sira." "Berapa nilai satu kasusnya?" Clay bertanya,
suaranya masih bisa keluar. "Di depan juri, nilainya bisa
dua sampai sepuluh juta, tergantung seberapa besar
hukumannya" kata French. "Itu masih rendah," kata Carlos.
'Tak ada juri mana pun yang akan melihat wajahku di
pengadilan," Didier berkata, "tidak dengan semua fakta
ini." "Rata-rata penggugat im berumur enam puluh delapan
tahun dan sudah pensiun," Wes berkata. "Jadi. secara
ekonomis, kerugiannya tidaklah besar bila penggugat im
meninggal. Kesakitan dan penderitaan akan menambah
perhitungan. Tetapi tanpa persoalan lain, kau bisa
menyelesaikan perkara ini dengan ganti ragi satu juta dolar
untuk masing-masing kasus." "Masalahnya tidak begitu,"
tukas Didier. "Jelas," bentak Wes. 'Tapi coba dapatkan
tergugat yang begitu bagus, misalnya segerombolan
pengacara gugatan massal yang rakus, maka nilainya
akan melonjak ke awan." "Aku lebih suka di pihak
penggugat daripada pihakku sendiri," Carlos berkata
sambil menggosok-gosok matanya yang letih. Clay
memperhatikan mereka tidak mengkonsumsi setetes pun
alkohol; hanya ada kopi dan air. Ia setengah mati
menginginkan salah satu ramuan vodka French. "Kita
mungkin akan kalah dalam ciass action kita," French
berkata. "Semua yang masih bergabung mencoba
melepaskan diri. Seperti kalian tahu, sedikit sekali
penggugat Kelompok Dua dan Tiga yang sudah
meTierima ganti rugi. dan alasannya jelas, mereka tidak
ingin ikut dalam gugatan ini. Aku tahu sedikitnya ada hma
kelompok pengacara yang siap meminta pengadilan
membatalkan gugatan class ¦ action kita dan
menyingkirkan lata. Tak bisa benar-benar menyalahkan
mereka." "Kita bisa bertarung melawan mereka," Wes
berkata. "Kita punya uang jasa di luar sana. Dan kita bakal
membutuhkannya.1* Tapi mereka tidak berminat
bertarung, setidaknya saat im Tak peduli berapa banyak
uang yang mereka akui mereka punya masing-masing
merasa khawatir, tapi dengan kadar yang berlainan. Clay
kebanyakan hanya mendengarkan, dan ia merasa ingin
tahu bagaimana empat orang lainnya bereaksi Patton
French mungkin punya uang lebih banyak daripada siapa
pun di sana, dan ia sepertinya yakin mampu menanggung
tekanan finansial gugatan ini. Sama dengan Wes, yang
memperoleh penghasilan $500 juta dari industri rokok
Carlos kadang-kadang pongah, tetapi ia tidak bisa
berhenti bergerak-gerak gelisah. Didier yang berwajah
keras itulah yang paling ketakutan. Mereka semua punya
uang lebih banyak daripada Clay, dan Clay punya lebih
banyak kasus Dyloft daripada siapa pun di antara mereka.
Ia tidak suka perhitungan itu. la memilih angka S3 juta
sebagai kemungkinan uang ganti rugi untuk menyelesaikan
masalah ini. Kalau daftarnya berhenti dengan tujuh nama,
maka ia bisa menanggung pukulan pengeluaran dalam
kisaran $20 juta. Tapi bila daftarnya terus bertambah...
Clay mengemukakan topik asuransi, dan terguncang ketika
mengetahui tak satu pun di antan empat orang itu yang
memilikinya. Sudah bertahun-tahun sebelumnya mereka
ditolak perusahaan asuransi Sedikit sekali asuransi
penanggung risiko malapraktik di dunia hukum yang mau
menyentuh pengacara gugatan massal. Dyloft adalah
contoh yang sempurna mengapa mereka tak mau
melakukannya. "Bersyukurlah kau punya sepuluh juta itu,"
kata Wes. "Uang im tidak akan keluar dari sakumu." Rapat
im tak lebih dari acara berkeluh kesah dan bertangis-
tangisan. Mereka ingin ditemani kesedihan yang lain,
tetapi hanya sebentar. Mereka menyepakati rencana yang
sangat umum untuk berbicara dengan Ms. Warshaw pada
waktu yang belum ditetapkan di masa mendatang dan
dengan hati-hati menjajaki kemungkinan negosiasi. Ms.
Warshaw menegaskan ke mana-mana bahwa ia tidak
ingin menyelesaikan perkara dengan uang ganti rugi. Ia
ingin sidang di pengadilan—pemandangan sensasional,
mentereng, heboh, di mana para Raja Ganti Rugi sekarang
dan masa lalu akan diseret masuk dan ditelanjangi di
hadapan juri. Clay melewatkan siang dan malam tanpa
berbuat apa-apa di Atlanta, di mana tak seorang pun
mengenalnya . u„„ m,,sn kerjanya di OPD, Clay melakukan
ranisw WaWBcaro seperti itu biasanya ny» «lakukan di
penjara443 mulai dengan lamban, dengan si tersangka,
yang hampir selalu orang kulit hitam, tidak yakin berapa
banyak yang seharusnya ia katakan pada pengacaranya
yang kulit putih. Informasi latar belakang biasanya agak
mencairkan suasana, tetapi segala fakta, rincian, dan
kebenaran tentang tindak kejahatan yang dituduhkan itu
jarang diberikan pada penemuan pertama. Sungguh ironis
bahwa Clay, kini sebagai tersangka kulit putih, berjalan
gelisah untuk menghadiri wawancara awalnya dengan
seorang pengacara kulit hitam Dengan tarif S750 per jam,
Zack Battle sebaiknya bersiap mendengarkan dengan
cepat Tidak perlu basa-basi, memancing-mancing, dan
melantur dengan tarif seperti itu. Battle akan langsung
mendapatkan cerita sebenarnya, secepat ia bisa
mencatatnya. Tetapi Battle ingin bergosip. Ia dan Jarrett
adalah teman minum bertahun-tahun sebelumnya, jauh
sebelum Battle berhenti dan jadi pengacara pidana
terbesar di D£.. Oh betapa banyak cerita yang bisa ia
tuturkan tentang Jarrett Carter. Tidak dengan tarif $750,
Clay ingin berkata. Mati- \ kan jam itu dan kita bisa
mengobrol selamanya. Kantor Battle menghadap ke
Lafayette Park, dengan Gedung Putih di latar belakang.
Suatu malam ia dan Jarrett mabuk dan memutuskan untuk
minum bir bersama gelandangan dan tuna wisma di taman
itu. Polisi menciduk mereka, menyangka mereka orang-
orang dengan kecenderungan sesat sedang mencari
kesempatan beraksi. Mereka berdua ditahan dan butuh
bantuan banyak orang di bank agar kabar itu tidak tersiar
di serat kabar. Clay tertawa sebab ia diharapkan tertawa.
Battle berhenti minum minuman keras dan beralih merokok
pipa, dan kantornya yang penuh barang berserakan dan
kotor im berbau asap rokok yang sudah lama. Bagaimana
kabar ayahmu? ia ingin tahu. Clay dengan cepat
menceritakan gambaran murah hati dan nyaris romantis
tentang Jarrett yang berlayar menjelajahi dunia. Ketika
akhirnya mereka selesai, Clay bercerita tentang Dyloft,
dimulai dengan Max Pace dan diakhiri dengan FBI. Ia tidak
bicara tentang Tarvan, tetapi ia akan melakukannya kalau
keadaan memaksa. Anehnya, Battle tidak membuat
catatan. Ia hanya mendengarkan, mengernyit dan
mengisap pipa, sesekali menerawang dalam renungan
dalam, tapi tak pernah mengungkapkan apa yang ia
pikirkan. "Hasil riset curian yang Max Pace miliki itu," ia
berkata, lalu berhenti sejenak, lalu menyedot pipa. "Apakah
kau sudah memilikinya ketika kau menjual saham dan
memasukkan gugatan?" "Tentu saja. Aku harus tahu
bahwa aku bisa membuktikan kesalahan Ackerman kalau
kita sampai maju sidang." "Kalau begitu, im insider trading.
Kau bersalah. Lima tahun dalam penjara. Tapi ceritakanlah
padaku, bagaimana FBI bisa membuktikannya." , Ketika
jantungnya mulai berdetak lagi, Clay berkata, "Max Pace
bisa memberi tahu mereka, kurasa." "Siapa lagi yang
punya hasil riset im?" "Patton French, mungkin satu atau
dua orang lagi dari mereka." "Apakah Patton French tahu
kau sudah punya informasi ini sebelum kau memasukkan
gugatan?" 445 "Aku tidak tabu. Aku tidak pernah
mengatakan padanya kapan aku mendapatkannya." "Jadi
si Max Pace inilah satu-satunya orang yang bisa
menjeratmu." Sejarahnya cukup jelas, day sudah
mempersiapkan gugatan class action Dyloft, tapi tak
bersedia mendaftarkannya ke pengadilan kecuali Pace
bisa memberikan cukup bukti. Beberapa kali mereka
bertengkar. Suatu hari Pace masuk dengan dua tas kerja
tebal bensi berbagai dokumen dan berkas dan berkata.
"Ini dia, dan kau tidak mendapatkannya darika." Ia
langsung berlalu. Clay mempelajari materi hu, iaJu
meminta seorang teman kuliah untuk mengevaluasi
keabsahannya. Teman im dokter terkemuka di Baltimore.
"Bisakah dokter ini dipercaya?" Battle bertanya. Sebelum
ia bisa mengatakan apa-apa. Battle menolongnya
menjawabnya. "inilah pokok persoalannya, Clay. Kalau FBI
tidak tahu kau punya hasil riset rahasia ini ketika kau |
menjual kosong saham itu, maka mereka tidak bisa
menuduhmu melakukan insider trading. Mereka punya
catatan transaksi saham, tetapi itu saja tidak cukup.
Mereka harus membuktikan kau tahu." "Haruskah aku
bicara dengan temanku di Baltimore?" "Tidak. Kalau FBI
tahu tentang dia, mungkin ia akan disadap. Lalu kau akan
masuk ke penjara selama tujuh tahun, bukannya lima."
"Bisakah kau berhenti mengatakan ituT" "Dan kalau FBI
tidak tahu tentang dia, maka kau mungkin ceroboh
menuntun mereka kepadanya. Mereka mungkin
mengawasimu. Mereka mungkin menyadap teleponmu.
Aku akan membuang hasil riset itu, Membersihkan berkas-
berkas dokumenku, berjaga-jaga kalau mereka mendadak
datang dengan surat perintah pengadilan. Dan aku juga
akan banyak berdoa supaya Max Pace mati atau
bersembunyi di Eropa," "Ada lainnya?" Clay bertanya, siap
untuk mulai berdoa. "Pergilah temui Patton French,
pastikan hasil riset itu tidak bisa dilacak sampai
kepadamu. Dilihat dan keadaannya, litigasi Dyloft ini baru
saja dimulai" "Itulah yang mereka katakan padaku." Alamat
si pengirimnya adalah penjara. Meskipun ia punya banyak
bekas klien di balik jeruji besi. Clay tidak bisa mengingat
seseorang bernama Paul Watson. Ia membuka amplop im
dan mengeluarkan sehelai surat, sangat rapi dan dibuat
dengan komputer. Bunyinya: Dear Mr. Carter: Anda
mungkin mengingat saya sebagai Tequila Watson. Saya
berganti nama sebab nama lama itu sudah tidak cocok
lagi. Saya membaca Injil setiap hari dan tokoh favorit saya
adalah Rasul Paulus, jadi saya pinjam namanya. Saya
minta petugas catatan sipil ke Sini untuk
mengescdtkannya. Saya ingin minta tolong. Kalau Anda
kebetulan bisa menyampaikan kabar kepada keluarga
Pumpkin, katakan bahwa saya sangat menyesal atas apa
yang terjadi. Saya berdoa kepada Tuhan dan la
memaafkan saya. Saya akan merasa jauh lebih lega kalau
keluarga Pumpkin bisa melakukan hai yang sama. Saya
masih tidak percaya bahwa saya membunuhnya begitu
saja Bukan sayalah yang melakukan penembakan, tetapi
iblislah, saya kira. Tetapi saya tidak punya dalih. Saya
masih bersih. Banyak sekali narkoba di penjara, banvak
barang busuk, tapi Tuhan membantu saya melewati setiap
hari. Akan sangat menyenangkan kalau Anda bisa menulis
surat kepada saya. Saya tidak menerima banvak surat.
Sungguh sayang Anda harus berhenti jadi pengacara saya.
Saya pikir Anda orang yang menyenangkan. Salam, Paul
Watson Tunggu sebentar, Paul, gumam Clay pada diri
sendiri. Dengan kecepatan ku jatuh saat ini, kita mungkin
akan jadi teman satu sel. Telepon itu mengejutkannya.
Ternyata dari Ridley, di St. Barth dan ingin pulang. Bisakah
Clay mengirimkan jet besok? Tidak ada masalah, Sayang.
Biayanya cuma $3.000 per jam untuk menerbangkan
benda im. Empat jam ke sana, empat jam kembali—
$24.000 untuk terbang bolak-balik, tetapi itu cuma setetes
kecil dibandingkan berapa yang telah ia habiskan untuk
vila tersebut. JJ hidup dari bocoran, kau mati karena
bocoran. Clay sudah beberapa kali memainkan permainan
itu, secara off the record memberikan gosip hangat pada
reporter, lalu dengan puas mengatakan "No comment"
yang dicetak beberapa baris di bawah cerita sebenarnya.
Hal itu terasa menyenangkan waktu itu; tapi kini terasa
menyakitkan. Ia tidak bisa membayangkan siapa yang
ingin mempermalukannya lebih jauh. Untunglah ia
mendapat sedikit peringatan. Reporter dari Post
menelepon kantor Clay, di mana ia diper-suakan
menghubungi Zack Battle. Ia menemukannya dan
mendapat jawaban standar. Zack menelepon Clay dengan
laporan tentang pembicaraan im Beritanya muncul di rubrik
Metro, halaman tiga, dan im merupakan kejutan yang
menyenangkan sesudah berbagai cerita, heroik di
halaman depan, lalu" disusui skandal. Karena begitu
sedikitnya fakta yang ada sedangkan tempat kosong im
hams diisi, maka dipasanglah foto Clay. RAJA GANTI
RUGI DALAM PENYELIDIKAN SBC. "Menurut sumber-
sumber yang tak mau disebutkan namanya..." Zack dikutip
beberapa kali, semuanya membuat Clay kedengaran lebih
bersalah lagi. Sewaktu membaca artikel itu ia ingat betapa
seringnya ia menyaksikan Zack melaku» 449 kan yang
sama—menyangkal, menangkis, dan menjanjikan
pembelaan hebat, selalu melindungi bajingan-bajingan
terbesar di. kota. Makin buruk bajingan itu, makin cepatlah
ia berlari ke kantor Zack Battle, dan untuk pertama kalinya,
Clay berpikir j mungkin ia menyewa pengacara yang salah.
Ia membacanya di rumah di mana ia bisa sendirian i
karena Ridley sedang melewatkan satu atau dua hari j di
apartemen barunya, apartemen yang kontrak sewa J
belinya ditandatangani Clay. Ridley menginginkan 1
kebebasan hidup di dua tempat, apartemennya sendiri I
dan rumah Gay, dan karena flat lamanya sudah j terlalu
sesak, Ciay setuju untuk menyediakan apar- I temen yang
lebih bagus. Sebenarnya, kebebasan 1] Ridley menuntut
tempat ketiga-—vila di St Barth, j I yang selalu disebut
wanita itu sebagai milik "kita". i Bukannya Ridley suka
membaca surat kabar. Se- II sungguhnya, ia sepertinya
hanya tahu sedikit tentang J masalah Clay. Perhatiannya
lebih terpusat pada cara j membelanjakan uang day, tanpa
terlalu peduli bagai- / mana Clay memperolehnya
Seandainya ia melihat j artikel berita di halaman tiga itu, ia
sama sekali tak I menyinggungnya. Begitu pula Clay. *
Sementara saru hari sial lagi bergulir, Clay mulai I
menyadari betapa sedikitnya orang yang sepertinya j
menanggapi berita itu. Seorang bekas teman kuliah j dulu
menelepon dan mencoba menggembirakan hari- W nya,
dan itu saja. Ia bersyukur dengan telepon itu, 1 tapi
percakapan tersebut hanya sedikit membantu. Di j
manakah teman-teman lainnya? Meskipun ia sekuat
tenaga berusaha tidak melaku I kannya, ia tak tahan untuk
tidak memikirkan Rebecca I keluarga Van Horn. Tak
diragukan lagi muka mereka pasti berubah hijau karena
perasaan in dan mual oleh penyesalan ketika Raja Ganti
Rugi yang baru im dinobatkan, rasanya baru beberapa
minggu yang lahi. Apa pendapat mereka sekarang? Ia
tidak peduli, katanya pada diri sendiri berkali-kali. Tetapi
kalau ia tidak peduli, mengapa ia tidak bisa menghapus
mereka dari benaknya? Paulette Tullos mampir menjelang
siang dan membangkitkan semangatnya. Ia tampak hebat
—beberapa kilogram sudah hilang, pakaiannya mahal.
Beberapa bulan terakhir ini ia berkelana keliling Eropa,
menunggu perceraiannya beres. Desas-desus tentang
Clay ada di mana-mana, dan ia prihatin mendengarnya.
Sewaktu makan siang panjang yang dibayari Paulette,
perlahan-lahan terungkaplah bahwa ia juga khawatir
dengan dirinya sendiri. Uang jatahnya dari kasus Dyloft
mencapai $10 juta lebih sedikit, dan ia ingin tahu apakah
ia mungkin tersangkut Clay meyakinkannya bahwa ia sama
sekali tak tersangkut apa-apa. Ia bukan partner di biro
hukum im saat penyelesaian perkara im dilakukan, hanya
associate. Nama Clay ada di semua surat penyataan dan
dokumen untuk pengadilan. "Kaulah yang cerdik," kata
Clay. "Kau ambil uang im dan kabur." "Aku merasa tidak
enak hati." "Jangan. Segala kesalahan akulah yang
membuatnya, bukan kau." , . Meskipun Dyloft akan sangat
mahal bagmya-sedikitnya ada dua puluh gabung dengan
class a » Warshaw—ia masih 451 meninamkm banyak
uang untuk MtOUtSL DlTloa„ 23 ribu kasus, imbalannya
akan besar luar biasa. "Jalanku agak berbatu-baru
sekarang, tapi keadaan akan membaik. Dalam satu tahun,
aku akan me. "Dan FBI?" ia bertanya Paulette sepertinya
mempercayai ucapan ini dan kelegaan harinya tampak
jelas. Seandainya benar ia mempercayai segala yang
dikatakan Clay, ia satuRapat ketiga im akan jadi yang
terakhir, meskipun day maupun semua orang yang duduk
di sisinya tak menyadari hal UU. Joel Hanna membawa
serta sepupunya, Marcus. CEO perusahaan im, dan
meninggalkan Babcock. penasihat hukum perusahaan
asuransi mereka. Seperti biasa, dua orang itu menghadapi
pasukan kecil di seberang meja, dengan Mr. JCC duduk di
tengah Sang raja. Sesudah basa-basi pemanasan. Joel
mengumumkan. "Kami sudah menemukan delapan belas
rumah lagi i yang harus ditambahkan pada daftar. Jadi
jumlah keseluruhannya sembilan ratus empat puluh. Kami
merasa sangat yakin takkan ada lag) lainnya." "Bagas,"
Clay berkata tanpa perasaan. Daftar yang lebih panjang
berarti lebih banyak klien baginya. I lebih banyak ganti rags
yang dibayar perusahaan J Hanna day mewakili hampir
sembilan puluh persen I jari seluruh penggugat, dengan
beberapa pengacara ! ).„„ di pinggiran. Timnya yang
menangani kasus Hanna ini bekerja sangat baik dalam
meyakinkan para pemilik rumah untuk tetap bersama biro
hukumnya Mereka diyakinkan bahwa mereka akan men-'
dapatkan lebih banyak uang sebab Mr. Carter adalah
pakar dalam litigasi massal. Setiap klien potensial sudah
menerima paket informasi bensi pujian tentang berbagai
keberhasilan Raja Ganti Rugi terbaru ini. Itu memang iklan
dan bujukan yang tak kenal malu. ! inilah aturan permainan
sekarang. Dalam pertemuan terakhir. Clay menurunkan
tuntutannya dari $23.000 per klaim menjadi S22.500. ganti
rugi yang akan memberinya uang jasa sekitar $74 juta.
Perusahaan Hanna memberikan penawaran sebesar
$17.000, yang berarti merentang habis kapasitasnya untuk
mendapatkan utang. Dengan $17.000 per rumah, Mr. JCC
akan mem» ' peroleh uang jasa sekitar $4,8 juta, bila ia
bertahan dengan jatah tiga puluh persen. Akan tetapi, bila
bagian jatahnya hanya dua puluh persen maka masing-
masing kliennya akan mendapatkan $13.600 bersih.
Pengurangan seperti itu akan memangkas pendapatan
uang jasanya sekitar $1,5 juta. Marcus Hanna sudah
mendapatkan kontraktor ternama yang setuju untuk
memperbaiki setiap nimah dengan biaya $13.506. Telah
jelas dalam pertemuan terakhir bahwa bayaran pengacara
menjadi persoalan yang sama pentingnya dengan masalah
pemberian ganti rugi kepada pemilik rumah. Akan tetapi,
sejak rapat terakhir itu muncul beberapa berita tentang Mr.
JCC di sunt kabar, tak satu pun di antaranya bagus.
Pengurangan uang jasa pengacara bukanlah sesuatu yang
siap dirundingkan biro hukumnya. "Ada penambahan lagi
dari pihak Anda?" Clay bertanya, tanpa basa-basi.
Bukannya mengatakan 'Tidak" Joel menguraikan langkah-
langkah yang telah diambil perusahaan itu untuk
mengevaluasi kembali situasi keuangannya, ]
pertanggungan dari asuransi, dan kemampuannya un-1 tuk
meminjam paling sedikit $8 juta guna menambah j dana
penggantian kerugian tersebut. Tetapi, sedihnya, .J tak ada
yang benar-benar berubah. Bisnis sedang merosot.
Pesanan lesu. Pembangunan rumah baru bahkan lebih
lesu lagi, setidaknya di pasar mereka. Kalau keadaan
kelihatan muram bagi Hanna Portland Cement Company,
maka di sisi lain meja im pun keadaannya tidak lebih' baik.
Clay sekonyong-konyong menghentikan semua iklan untuk
menjaring klien Maxatil baru, langkah yang sangat
melegakan seluruh biro hukumnya. Rex Critde bekerja
lembur ] untuk memangkas biaya, meskipun budaya kerja
JCC masih harus beradaptasi dengan gagasan radikal
seperti rtu. Ia bahkan mulai membicarakan masalah
pengurangan pegawai, dan dengan berbuat demikian
memancing tanggapan pedas dari bosnya. Tak ada
pemasukan uang jasa yang berarti. Bukannya
menghasilkan uang banyak, bencana Skinny Ben im malah
menghamburkan jutaan dolar. Karena mantan klien Dyloft
mereka menemukan jalan ke Helen Warshaw, biro hukum
im pun terhuyung-huyung. Tadi tidak ada perubahan?" Clay
bertanya ketika Joel selesai. Tidak. Tujuh belas ribu adalah
batas maksimal kami. Ada pembahan dari pihak Anda?"
"Dua puluh dua ribu lima rams adalah ganti ragi yang adil,"
Clay berkata tanpa mengubah air muka ataupun berkedip.
"Kalau Anda tidak bergeser, maka kami pun tidak."
Suaranya keras seperti baja. Stafnya terkesan pada
ketegarannya, tetapi juga cemas, berharap akan ada
kompromi. Tetapi Clay membayangkan Patton French di
New York, di dalam ruangan penuh petinggi Ackerman
Labs, berbicara keras dan menekan, sangat memegang
kendali. Ia yakin bila ia terus mendesak, Hanna akan
bertekuk lutut Satu-satunya yang ragu dan vokal di pihak
Clay adalah pengacara muda bernama Ed Wyatt, kepala
Tim Hanna. Sebelum pertemuan itu, ia sudah menjelaskan
pada Clay bahwa, menurut pendapatnya, Hanna akan
memperoleh keuntungan dari perlindungan dan
reorganisasi menurut Pasal 11 undang-undang
kebangkrutan. Penggantian kerugian kepada pemilik
rumah akan ditunda sampai dewan pengawas bisa menilai
klaim mereka dan memutuskan berapa kompensasi yang
pantas. Wyatt berpendapat pihak penggugat akan
beruntung bila mendapatkan $10.000 berdasarkan Pasal
11. Perusahaan tersebut belum pernah mengancam akan
mengajukan gugatan bangkrut, cara yang normal dalam
situasi seperti ini. Clay sudah mempelajari pembukuan
Hanna dan merasa perusahaan ini punya aset terlalu
banyak dan harga diri terlalu besar untuk
mempertimbangkan langkah sedrastis itu. Ia melempar
dadu untuk bertaruh. Biro hukum ini membutuhkan
««masukan sebanyak yang bisa mereka peras. Marcus
Hanna sekonyong-konyong berkata, "Well, 455 kalau
begffu, sudah waktunya untuk pergi." Ia dan sepupunya
bersama-sama melempar dokumen-dokumen mereka dan
menerobos keluar dari ruang pertemuan. Clay mencoba
keluar dengan cara dramatis juga, seakan memperlihatkan
pada pasukannya bahwa tak ada yang menggentarkannya.
Dua jam kemudian, di pengadilan kebangkrutan AS untuk
Distrik Timur Pennsylvania Hanna Portland Cement
Company mengajukan petisi Pasal II, me- j minta
perlindungan dari para kreditornya, dengan j kreditor
terbesar adalah mereka yang terkumpul dalam j gugatan
class action yang diajukan J. Clay Carter U dan
Washington D.C. Rupanya salah saru dari keluarga Hanna
itu mengerti juga pentingnya membocorkan berita. Koran
Baltimore Press memuat benta panjang tentang
kebangkrutan dan reaksi seketika para pemilik rumah.
Rinciannya sangat akurat, bukti bahwa ada seseorang
yang sangat dekat dengan negosiasi penyelesaian
perkara itu telah memberikan kisikan pada reporter.
Perusahaan itu menawarkan $17.000 untuk tiap penggugat
padahal perkiraan kasar untuk memperbaiki masing-
masing rumah itu adalah $15.000. Gugatan itu sebenarnya
bisa diselesaikan dengan baik kalau bukan gara-gara
uang jasa untuk pengacara. Sejak awal Hanna sudah
mengakui tanggung jawabnya. Ia bersedia meminjam uang
dalam jumlah besar untuk memperbaiki kesalahan. Dan
seterusnya. Para penggugat sangat tidak senang. Reporter
itu menjelajah ke pinggiran kota dan mendapati rapat
spontan di garasi.- Ia diantar melihat-lihat beberapa rumah
untuk meneliti kerusakannya. Ia mengumpulkan berbagai
komentar "Kita seharusnya berurusan langsung dengan
Hanna." "Perusahaan im sudah datang ke sini sebelum
pengacara im terlibat." 'Tukang batu yang kuajak bicara
mengatakan ia bisa menyingkirkan bata yang lama dan
memasang yang baru dengan biaya sebelas ribu dolar.
Dan kita menolak tujuh belas ribu dolar? Aku sungguh tidak
mengerti." 'Aku tidak pernah bertemu pengacara itu." "Aku
tidak pernah tahu bahwa aku termasuk dalam cms action
im sampai gugatan im dimasukkan ke pengadilan:" "Kami
tidak ingin perusahaan itu bangkrut" 'Tidak, mereka orang
baik. Mereka berusaha menolong kita." Bisakah kita
menggugat pengacara im?" "Aku mencoba meneleponnya,
tapi sambungannya sibuk." Reporter im merasa wajib
memberitahukan /atar belakang Clay Carter, dan tentu saja
ia mulai dengan uang jasa dari Dyloft. Dari sana segalanya
jadi makin buruk saja. Tiga foto membantu menceritakan
berita im; yang pertama petailik ramah menunjuk bata-
batanya yang runtuh; yaiig kedua rapat pertemuan di garasi
im; dan yang ketiga Clay memaka, tuksedo lrT Ridley
memakai gaun yang indah berpose di Suun Putih
menjelang jamuan makan malam. Si 457 wanita cantik
mengagumkan; Clay sendiri cukup tampan, meskipun
kalau dilihat konteksnya sulit untuk menganggap mereka
sebagai pasangan menarik. Sungguh bualan murah an
"Mr. Carter, yang dalam gambar di atas terlihat menghadiri
jamuan makan malam Gedung Putih, tidak bisa dihubungi
untuk memberikan komentar." • Mereka sama sekali tidak
bisa menyentuhku, pikir day Dan dengan demikian
mulailah satu hari lagi di kantor JCC. Telepon berdering
nonstop sewaktu klien j yang gusar mencari sasaran untuk
dimaki. Satpam ditempatkan di lobi untuk berjaga-jaga.
Para associate 'i bergosip dalam kelompok-kelompok
kecil tentang mdup-mati tempat ini. Setiap pegawai
menerka-nerka. Si bos mengunci diri di dalam kantornya
Tak ada kasus yang harus ditangani sebab saat ini yang
dimiliki biro hukum im hanyalah bertumpuk-tumpuk berkas
Maxatil, dan tak banyak yang bisa dilakukan dengannya
sebab GofTman pun tak membalas telepon. Olok-olok dan
gurauan tentang Clay beredar di seluruh penjuru Distrik,
meskipun Clay sendiri tidak mengetahuinya sampai berita
im dimuat di Press. Awalnya kisah-kisah Dyloft di The Wall
Street Journal, beberapa faks dikirim ke sana-sini di
seluruh penjuru kota untuk memastikan semua yang
mengenal Clay, baik di college, sekolah hukum, ayahnya,
atau OPD, mendapatkan berita terbaru. Ceritanya makin
heboh ketika American Attorney menempatkannya di
urutan kedelapan sebagai pengacara berpendapatan
terbesar— lebih banyak lagi faks, e-mait, beberapa lelucon
ditambahkan sebagai bumbu. Kisah itu jadi lebih populer
lagi ketika Helen Warshaw memasukkan gugatannya yang
keji. Seorang pengacara yang punya terlalu banyak waktu
di kota im menulis artikel berjudul "The King of Shorts",
membuatnya dalam format kasar dan cepat, dan mulai
mengirimkannya lewat faks. Seseorang dengan sedikit
bakat seni menambahkan kartun yang menggambarkan
Clay telanjang dengan celana dalam melorot hingga mata
kaki dan tampak kebingungan. Berita apa pun tentang
dirinya akan memicu edisi lain. Penerbitnya mengambil
cerita dari Internet mencetaknya dalam format buletin, dan
membagikannya. Penyelidikan pidana merupakan berita
besar. Di situ ada foto dari Gedung Putih, gosip tentang
pesawat terbangnya, dan cerita tentang ayahnya. Editor
anonim im mengirimkan faks ke kantor Clay sejak awal,
tapi Miss Gtick menghancurkannya. Beberapa pengacara
lulusan Yale im juga menerima faks, dan mereka pun
melindungi bos mereka. Oscar membawakan edisi terakhir
dan melemparkannya ke ¦ meja kerja Clay. "Supaya kau
tahu saja," karanya. Edisi terbaru im adalah reproduksi
berita di Press. 'Tahu siapa kira-kira di belakang semua
ini?" Clay bertanya. "Tidak. Ini difakskan ke seluruh penjuru
kota, mirip surat berantai." "Tidakkah oraag-orans ini pmy
pakoj"» y°itbl §8 Memang selalu ^'i^pobadi. Aduh. aduh,
oela-"Jadi aku Vf** Wu o* seorang pun kenal pan belas
bulan yang namaku.' 459 Ada keributan di luar—suara-
suara marah dan keras. Clay dan Oscar berlari dari
kantornya menuju 1 gang di mana satpam bergulat dengan
laki-laki yang 1 sangat marah. Para associate dan
sekretaris ber- 1 datangan. "Mana Clay Carter!" laki-laki im
berteriak. "Di sini!" Clay balas berseru dan berjalan meng-
hampvri. "Apa yang kauinginkan?" Laki-laki im sekonyong-
konyong tertegun diam, meskipun satpam tetap
memeganginya. Ed Wyatt j dan associate lam bergerak
mendekatinya "Aku salah satu klienmu." laki-laki im
berkata, napasnya ter-ensah-engah berat. "Lepaskan aku,"
ia membentak dan mengguncang lepas pegangan si
satpam. "Biarkan dia," Clay berkata. "Aku ingin bicara
dengan pengacaraku," kata laki-laki itu. "Bukan begun cara
menjadwalkan pertemuan," balas Clay dengan sangat
tenang. Ia sedang diamati pegawai-pegawainya. "Yeah,
well, aku sudah coba cara lain, tapi semua sambungan
sibuk. Kau mengkhianati kami sehingga tidak bisa
mendapatkan ganti rugi yang baik dari pabrik semen itu.
Kami ingin tahu apa sebabnya. Uangnya tidak cukup
untukmu?" "Kurasa kau percaya segala yang kaubaca di
koran," kata Clay. "Aku percaya kami dtperdaya"
pengacara kami sendiri. Dan kami tidak akan
menerimanya tanpa melawan." "Kaitan sertu bersantai dan
berhenti membaca koran. Kami naasi» mengurus ganti
rugi penyelesaian perkara itu" Ini kebohongan, tetapi
dikemukakan dengan niat baik. Pemberontakan tersebut
perlu diredam, setidaknya di kantor ini. "Potong uang
jasamu dan beri kami uang." kata laki-laki im geram. "Dan
im dari klien-klienmu." "Aku akan mendapatkan uang ganti
rugi untukmu," Clay berkata dengan senyum dibuat-buat.
'Tenanglah." "Kalau tidak, kita akan mengadukanmu ke
asosiasi pengacara." "Tetaplah tenang." Laki-laki mi
melangkah mundur, lalu berbalik dan meninggalkan suite.
"Semuanya kembali bekerja," Clay berkata sambil
bertepuk tangan seolah semua orang punya banyak
pekerjaan. Rebecca tiba satu jam kemudian, sekadar
pengunjung biasa yang mampir. Ia melangkah masuk ke
suite JCC dan memberikan secarik catatan pada
resepsionis. 'Tolong berikan ini kepada Mr. Carter,"
katanya. "Ini sangat penting." Resepsionis im memandang
sepintas ke satpam, yang berjaga waspada, dan
dibutuhkan waktu beberapa derik untuk memastikan wanita
muda yang menarik im mungkin bukanlah ancaman, "Aku
teman lama," kata Rebecca. Siapa pun dirinya, ia berhasil
menarik Mr. Carter keluar dari belakang sana lebih cepat
daripada suipa pun dalam sejarah pendek b.ro h^Mc" (juii
*«» * . kantornya; Rebecca di sofa, «ka duduk ,dl f^edctet
mungkin. Beberapa day di ^/^^rueap. Perasaan Clay terlalu
lama tak ™^ mengucapkan kalimat yang sesuai,
bergejouuc ui 461 Kehadiran Rebecca bisa merniliki
seratus makna yang berbeda, dan tak ada satu pun yang
buruk. b ingin menubruknya, merasakan tubuhnya lagi,
mencium parfum pada lehernya, mcmbelaikan tangan
pada kakinya. Tak ada yang berubah—gaya rambutnya
sama. makeup-nya sama, lipstiknya sama, gelangnya 1
sama. "Kau memelototi kakiku." Rebecca akhirnya
berkata. ' "Ya" "Clay, kau tidak apa-apa? Begitu banyak
pemberitaan jelek tentang dirimu sekarang ini." "Dan
itukah sebabnya kau ke sini?" "Ya Aku pnhann." Trihatm
berarti kau masih peduli padaku." "Benar." "Jadi kau
belum melupakan aku." "Belum. Saat ini memang
perhatianku sedang teralih, karena perkawinan dan segala
persoalan, tapi aku masih memikirkanmu." "Sefator "Ya,
makin lama makin sering." Clay memejamkan mata dan
meletakkan satu tangan pada lutut Rebecca, yang
langsung ditolak dan disisihkan wanita itu. "Aku wanita
bersuami, Clay." "Kalau begitu, mari kita berselingkuh."
"Tidak." 'Terhatianmu sedang teralih? Kedengarannya
seperti untuk sementara. Apa yang terjadi, Rebecca?"
"Aku ke sini bukan untuk membicarakan perkawinanku.
Aku sedang berada di sekitar sini, teringat padamu, dan
sekadar mampir" "Seperti anjing yang tersesat? Aku tidak
percaya." 462 "Memang tak perlu. Bagaimana kabar
perempuan piaraanmu?" Ta datang dan pergi. Itu
kesepakatan kami." Rebecca merenungkan hal itu, jelas
tidak senang dengan kesepakatan tersebut. Tidak apa-
apa jika ia sendui menikahi orang lain, tapi ia tidak suka
Clay berhubungan dengan orang lain. "Bagaimana kabar si
ular?" Clay bertanya. "Biasa saja." "Itu omongan istri baru
yang mesra sekali. Sekadar biasa saja?" "Hubungan kami
lumayan." "Menikah kurang dari setahun dan itukah yang
terbaik yang bisa kaulakukan? Hubungan kalian lumayan?"
"Ya." "Kau tidak memberinya seks, bukan?" "Kami
menikah." "Tapi ia sungguh payah. Aku menyaksikan
kalian berdansa pada pesta pernikahan dan aku ingin
muntah. Katakan padaku ia menyebalkan di ranjang." "Ia
menyebalkan di ranjang. Bagaimana dengan piaraanmu
itu?" Ta suka perempuan." Mereka berdua tertawa, dan itu
tidak berlangsung lama. Sesudahnya mereka terdiam lagi,
sebab begitu banyak yang hendak diucapkan. Rebecca
menyilangkan kembali kakinya sementara Clay mengawasi
tanpa berkedip. Ia nyaris bisa menyentuhnya. "Apakah kau
akan mampu bertahan?" Ridley bertanya. 463 "Jangan
bicara tentang aku. Mari kita bicara tentang kita." "Aku
tidak berniat melibatkan diri dalam persi lingkuhan,"
katanya. Tapi kau menimbang-nimbang kemungkinan itu.
bukan?" Tidak, tapi aku tahu kau memikirkan hal itu." Tapi
im tentu menyenangkan, bukan?" "Mungkin, dan mungkin
tidak. Aku tidak mau hidup seperti itu." ""Aku pun tidak.
Rebecca. Aku tidak mau berbagi. Dulu aku memilikimu
seutuhnya dan aku membiarkanmu pergi. Aku akan
menunggu sampai kau kembali jadi lajang. Tapi maukah
kau bergegas?" "Itu mungkin tidak akan terjadi, Clay." "Ya,
pasti terjadi." 464 D ENGAN Ridley di sampingnya di -—
ranjang, sepanjang malam im Clay memimpikan Rebecca.
Ia berkali-kali terjaga, selalu bangun dengan senyum konyol
tersungging di wajah. Tetapi semua senyum lenyap ketika
telepon berdering beberapa saat sesudah pukul 05.00. Ia
menjawabnya di ranjang, lalu mengalihkannya ke pesawat
telepon di ruang kerja. Dari Mei Snelling, rekan sekamar
waktu kuliah di college, kini dokter di Baltimore. "Kita harus
bicara, Sobat," katanya, "Ini sangat mendesak." "Baiklah,"
Clay berkata, lututnya lemas. "Pukul sepuluh pagi di depan
Lincoln Memorial." "Aku bisa melakukannya." "Dan
kemungkinan besar seseorang akan membuntuti aku,"
katanya, lalu sambungan im terputus. Dr. Snelling-lah yang
meneliti hasil riset Dyloft curian itu bagi Clay, sebagai
bantuan untuk teman. Kini FBI 'telah menemukannya. .__
Untuk pertama kalinya terlintas gagasan g.ta dalam benak
Clay untuk kabur begitu saja. Tranter u^ . „ nnfnh berantah,
tlnggaiKan yang tersisa ke negara "«JJ*"^ tentu saja> kota,
pelihara janggut, menghilang. > bawa Rebecca
bersamanya. FBr. Ibunya akan menemukan mere** 465 b
membuat kopi dan berlama-lama mandi. [a memakai jins.
dan sebetulnya hendak mengucapkan selamat tinggal
pada Ridlev tapi perempuan itu sama sekali tak bergerak.
Ada kemungkinan besar Mei dipasangi perangkat
penyadap. Karena FBI sudah menemukannya, mereka
tentu akan mencoba berbagai tipuan busuk yang mereka
miliki. Mereka pasti mengancam akan menggugatnya juga
kalau ia menolak buka mulut tentang temannya Mereka
merecokinya dengan kunjungan bertubi-tubi. telepon,
pengawasan. Mereka tentu menekannya untuk memakai
alat penyadap dan menggelar perangkap bagi Cby. Zack
Battle sedang ke luar kota, jadi Clay sendirian, b tiba di
Lincoln Memorial pukul 09.20 dan berbaur dengan
beberapa wisatawan yang ada di sana. Beberapa menit
kemudian Mei muncul, yang menurut Cby ganjil. Mengapa
ia datang ke sana setengah jam sebelum janji pertemuan
mereka? Apakah penyergapan au diatur? Apakah Agen
Spooner dan Lohse ada di dekat-dekat sana dengan
mikrofon, kamera, dan senjata? Begitu melihat paras Mei,
tahulah Cby bahwa kabar yang dibawanya buruk. Mereka
berjabat tangan, bertukar salam, dan mencoba bersikap
hangat. Cby curiga setiap patah kata direkam. Saat im
awal bulan September, udara dingin tapi tidak terlalu
menusuk; namun Mei terbungkus pakaian tebal seolah
akan turun hujan salju. Bisa jadi ada kamera di balik
pakaiannya. "Ayo kita pergi jalan-jalan," kata Cby, sepintas
menunjuk ke ujung The Mali menuju Washington Monument.
"Baiklah," Met berkata sambil mengangkat pundak. U tak
peduli Jelas tidak ada jebakan apa pun yang direncanakan
di dekat Mr. Lincoln. "Apakah mereka menguntitmu?" Clay
bertanya. "Kurasa tidak. Aku terbang dari Baltimore
menuju Pittsburgh, dari Pittsburgh ke Reagan National, lalu
naik taksi. Kurasa tidak ada siapa pun di belakangku."
"Apakah mereka Spooner dan Lohse?" "Ya, kau kenal
mereka?" "Mereka pernah beberapa kali mampir." Mereka
berjalan di sebelah Reflecting Pool, di trotoar sisi selatan.
Cby tidak berniat mengatakan apa pun yang tidak ingin
didengarnya lagi. "Mei, aku tahu bagaimana FBI bekerja.
Mereka suka menekan saksi. Mereka suka memasangi
orang dengan alat penyadap dan mengumpulkan bukti
dengan peralatan dan permainan hi-tech. Apakah mereka
memintamu memakai alat penyadap?" "Ya." "Dan?" "Aku
katakan pada mereka, 'Persetan, tidak.'" 'Terima kasih."
"Aku punya pengacara yang hebat Clay. Aku sudah bicara
dengannya, menceritakan segalanya. Aku tidak melakukan
kesalahan apa pun sebab aku tidak memperdagangkan
saham im. Aku tahu kau melakukannya dan aku yakin kau
tentu akan mengambil langkah yang berbeda seandainya
mendapat kesempatan. Mungkin aku punya beberapa
informasi dari dalam, tapi aku tidak berbuat apa-apa
dengannya. Aku bersih. Tetapi persoalannya akan muncul
bila aku dipanggil menghadap grand jury" Kasus ini belum
diajukan ke grand jury. Mel 467 memang benar
mendengarkan^pasihat pengacara yang bebat. Untuk
pertama kalinya selama empat jam ini, irama napas Clay
jadi sedikit lebih santai. 'Teruskan," katanya hati-hati.
Tangannya dibenamkan dalam-dalam ke saku jinsnya. Di
balik kacamata hitam matanya mengawasi setiap orang di
sekitar mereka Kalau Mei sudah menceritakan segalanya
kepada FBI. mengapa mereka butuh alat perekam dan
penyadap? 'Tertanyaan terbesarnya adalah bagaimana
mereka menemukan aku? Aku tak mengatakan kepada
siapa j pun bahwa aku meneliti berkas im. Siapakah yang
kaubentahu?" "Sama sekali tidak ada, Mei." "Sungguh sulit
dipercaya" "Sumpah. Buat apa aku menceritakan soal ini
pada orang lain?" Mereka berhenti sesaat untuk
membiarkan lalu lintas lewat di Seventeenth Street. Ketika
berjalan kembali, mereka menuju ke kanan, menjauh dari
orang banyak. Mei berkata, hampir dengan napas tertahan,
"Kalau aku berbohong pada grand jury tentang riset itu,
mereka akan sulit mendakwa dirimu. Tapi kalau aku
ketahuan berbohong, maka aku sendiri akan masuk
penjara. Siapa lagi yang tahu aku yang mempelajari riset
itu?" ia bertanya lagi. Dan dengan itu, Clay menyadari tidak
ada alat perekam, penyadap, tak ada yang mendengarkan.
Mei tidak sedang memburu bukti—ia cuma ingin
diyakinkan. "Namamu tak ada di mana pun, Mei," kata
Clay. "Aku mengirimkan hasil penelitian itu kepadamu.
Kau. tidak mengkopi apa pun, bukan?" "Tidak." "Kau
mengirimkannya kembali kepadaku. Aku mempelajarinya
lagi. Tidak ada sedikit pun jejakmu di mana-mana. Kita
bicara di telepon lima-enam kali. Semua pemikiran dan
pendapatmu tentang riset tersebut disampaikan secara
lisan." "Bagaimana dengan pengacara-pengacara lain
dalam kasus ini?" "Beberapa di antara mereka sudah
melihat riset itu. Mereka tahu aku mendapatkannya
sebelum mengajukan gugatan. Mereka tahu ada seorang
dokter yang mempelajarinya untukku, tapi mereka.sama
sekali tidak tahu siapa orangnya." "Bisakah FBI mendesak
mereka untuk bersaksi bahwa kau mendapatkan riset im
sebelum kau mengajukan gugatan?" 'Tidak mungkin.
Mereka bisa mencoba, tapi orang-orang ini pengacara,
ahli hukum, Mei. Mereka tidak gampang ditakut-takuti.
Mereka tidak melakukan kesalahan apa pun—mereka
tidak memperdagangkan saham im—dan mereka takkan
memberikan apa pun pada FBI. Dalam hal ini aku
terlindung." "Kau yakin?" Mei bertanya, jelas tak yakin.
"Aku yakin." "Jadi apa yang harus kulakukan?"\ 'Terus
dengarkan pengacaramu. Besar kemungkinan masalah ini
tidak akan sampai ke grand jury " kata Clay, ucapannya
lebih berupa doa permohonan daripada fakta. "Kalau kau
tetap teguh, mungkin masalah ini akan hilang." Mereka
berjalan seratus meter tanpa sepatah kata pun.
Washington Monument makin dekat. '.'Kalau 469 aku
mendapat perintah menghadap pengadilan," Mei berkata
lambat-lambat. "kita sebaiknya bicara lagi." Tentu." "Aku
tidak ingin masuk penjara karena urusan ini, CUy." "Aku
pun tidak." Mereka berhenti di tengah orang banyak di
trotoar dekat monumen tersebut. Mei berkata. "Aku akan
menghilang. Selamat tinggal. Dariku, tidak ada kabar
berarti kabar baik." Gedung Pengadilan Coconino County
di Flagstaff relatif tenang pada hari sebelum sidang.
Kegiatannya rutin; tidak ada tanda-tanda historis dari
konflik tak terduga yang tak lama lagi akan berkecamuk di
sana. Saat im minggu kedua bulan September, suhu udara
mencapai 105 derajat Fahrenheit, Clay dan Oscar
berjalan-jalan di daerah pusat kota, lalu dengan cepat
memasuki gedung pengadilan im untuk mencari hawa
sejuk AC. Akan tetapi, di dalam ruang sidang itu, berbagai
mosi pra persidangan sedang diperdebatkan dan keadaan
cukup tegang. Tak ada juri duduk di boks; proses
pemilihannya akan segera dimulai pukul sembilan esok
pagi. Dale Mooneyham dan timnya menguasai satu sisi
arena. Gerombolan Goffman, dipimpin litigator mahal dari
LA bernama Roger Redding, mendudaki setengah bagian
lainnya. Roger the Rocket, sebab ia menyerang dengan
cepat dan keras. Roger the Dodger, sebab ia menjelajahi
seluruh penjuru negeri, bertarung melawan pengacara-
pengacara terbesar yang bisa ia temukan, berkelit dari
vonis-vonis besar. Clay dan Oscar duduk bersama
penonton lain yang jumlahnya cukup mengesankan untuk
standar sidang yang memperdebatkan mosi. Wall Street
akan mengawasi persidangan ini dengan cermat Ini akan
jadi berita bersambung di kalangan pers keuangan. Dan,
tentu saja, burung-burung bangkai seperti Clay pun merasa
ingin tahu. Di dua deret terdepan duduk selusin orang
bisnis, tak disangsikan pastilah orang-orang Goffman yang
sangat gelisah. Mooneyham berjalan berat ke" sekeliling
ruang sidang im bak jagoan di bar, berbicara keras pada
Hakim, lalu pada Roger. Suaranya dalam dan enak
didengar dan kata-katanya selalu menantang. Ia pejuang
tua, dengan jalan sedikit pincang yang kadang ada kadang
tidak. Sekali-sekali, ia mengambil tongkat untuk dipakai
hilir mudik, lalu kadang-kadang seperti melupakannya.
Roger berpenampilan seperti bintang Hollywood—
pakaian yang bagus rapi, kepala yang ditebari rambut
beruban, dagu yang kokoh, profil yang sempurna Mungkin
suatu saat dulu ia ingin jadi aktor. Ia berbicara dengan
prosa yang lancar, kalimat-kalimat indah yang bergulir
keluar tanpa keraguan. Tak pernah ada "Uh" atau "Ah"
atau "Well..." Tak ada awal yang salah. Ketika ia mulai
memperdebatkan suatu pokok persoalan, ia menggunakan
kosa kata luar biasa yang bisa dipahami siapa saja, dan ia
punya kecakapan untuk membiarkan tiga- atau empat
argu471 men hidup bersamaan sebelum mengaitkan
semuanya dalam saru pokok pemikiran yang logis luar
biasa. Tak ada rasa takut terhadap Dale Mooneyham. tak
ada rasa takut terhadap sang Hakim, tak ada rasa takut
terhadap fakta-fakta kasus tersebut. Saat Redding
mengajukan argumentasi tentang suatu pokok persoalan
terkecil sekalipun. Clay mendapati dirinya bagai terulur.
Pikiran yang menakutkan menerpanya: Seandainya Clay
terpaksa bersidang di D.C.. maka Gorirnan tidak akan
ragu mengirim Roger the Rocket untuk bertempur di sana.
Sewaktu ia merasa terhibur menyaksikan dua pengacara
hebat di atas panggung di hadapannya, Cby j dikenali
orang. Salah satu pengacara di meja di j belakang
Redding mengedarkan pandang ke sekeliling ruang sidang
dan merasa melihat wajah yang dikenalnya, b menyenggol
rekannya, dan bersama-sama mereka melakukan
identifikasi positif Catatan-catatan kecil ditulis dan
disampaikan pada tokoh-tokoh di deretan depan. Hakim
mengumumkan reses lima belas menit supaya ia bisa
pergi ke toilet. Clay meninggalkan ruang sidang dan pergi
mencari soda. b diikuti dua laki-laki yang akhirnya
menyudutkannya di ujung lorong. "Mr. Carter," yang
pertama berkata dengan suara menyenangkan. "Saya Bob
Mitchell, wakil presiden dan penasihat hukum tetap di
Goffman." la menyodorkan tangan dan meremas tangan
Clay dengan erat. "Senang bertemu Anda," kata Clay.
"Daa ari Sterling Gibb, salah saru penasihat hukum kam
dari New York." Cby terpaksa berjabat tangan dengan
Gibb juga. "Kami sekadar ingin berkenalan," Mitchell
berkata. •Tidaklah mengejutkan melihat Anda di sini."
"Saya agak tertarik dengan sidang ini," kata Clay. "Itu
terlalu mengecilkan persoalan. Berapa kasus yang Anda
punyai sekarang?" "Oh, saya tidak tahu. Ada beberapa."
Gibb cukup puas hanya dengan menyeringai dan menatap
"Kami mengamati situs Web Anda setiap hari." Mitchell
berkata. "Ada dua puluh enam ribu pada penghitungan
terakhir." Gibb mengubah seringainya; jelaslah ia benci
dengan permainan gugatan massal ini. "Kurang-lebih
seperti itulah," kata Cby. "Sepatinya iklan Anda berhasil
Akhirnya Anda mendapatkan cukup banyak kasus, saya
rasa." Gh, Anda takkan pernah merasa cukup. Mr.
Mitchell." "Apakah yang akan Anda lakukan dengan semua
kasus im kalau kami memenangkan sidang ini?" tanya.
Gibb yang akhirnya berbicara juga. "Apakah yang akan
kalian lakukan kalau kalian kalah dalam sidang ini?" balas
Clay. Mitchell maju selangkah lebih dekat "Kalau kami
menang di sini, Mr. Carter, Anda akan punya banyak waktu
untuk mencari pengacara malang yang menginginkan dua
puluh enam ribu kasus Anda itu. Nilainya takkan
seberapa." "Dan kalau kalian kalah?" Clay bertanya. Gibb
maju selangkah lebih dekat. Kalau kam. kalah di sini. kami
akaa datang ke D.Cuntuk mem-l. I t i t^rhadan gugatan
class action y mg mengada473 "Oh, saya akan siap " Clay
berkata, kewalahan menghadapi serangan itu. "Bisakah
Anda menemukan gedung pengadilan-j nya?" Gibb
bertanya "Saya main golf dengan hakimnya," kata Clay.
"Dan saya berkencan dengan wartawan pengadilan." j
Semua dusta! Tapi im berhasil menahan mereka sesaat.
Mitchell berhasil menguasai diri, mengulurkan tangan
kanannya lagi. dan berkata, "Oh baiklah, hanya ingin
kenal." Clay menjabatnya dan berkata, "Sungguh senang
mendengar sesuatu dari Goffman. Selama ini kalian
hampir tak menanggapi gugatanku." Gibb berbalik dan
berjalan pergi. "Biarkan kami selesaikan yang ini," kata
Mitchell. "Sesudah im baru kita bicara." Clay hendak
memasuki ruang sidang lagi ketika seorang reporter nekat
menghadangnya Ia Derek anu dari Financial Weekly dan
ingin bicara sata-dua patah kata. Korannya berhaluan
kanan, pembenci pengacara sidang, suka gugatan massal,
juru bicara perusahaan, dan Clay tahu diri untuk tidak
mengatakan "No comment atau "Kiss off untuk
mengusirnya. Nama Derek samar-samar sudah
dikenalnya. Diakah reporter yang menulis begitu banyak
bal buruk tentang Clay? "Boleh kutanya apa yang
kaukerjakan di sini?" Derek berkata. "Kurasa bisa."
"Apakah yang kaulakukan di sini?" "Sama seperti yang
kaulakukan di sini." "Dan apakah itu?" 474 "Menikmati
keramaian." "Benarkah kau punya dua puluh lima ribu
kasus Maxatil?" •Tidak." "Berapa banyak?" "Dua puluh
enam ribu." "Berapakah nilai keselunmannya?" "Antara nol
sampai dua miliar." Clay tidak tahu Hakim telah
memberlakukan larangan bicara terhadap pengacara dari
kedua belah pihak mulai saat im sampai akhir
persidangan. Karena ia bersedia berbicara, maka ia
menarik kerumunan orang banyak. Ia terperanjat
menyaksikan dirinya dikerumuni wartawan. Ia menjawab
beberapa pertanyaan lagi tanpa mengatakan banyak hal.
Arizona Ledger, mengutipnya bahwa kasusnya bisa
bernilai $2 miliar. Koran im menampilkan foto Clay di luar
ruang sidang, mikrofon berjejalan di depannya, dengan
keterangan "Raja Ganti Rugi Turun Gunung." Foto im
disusul uraian ringkas mengenai kunjungan Clay, dengan
beberapa alinea tentang persidangan besar im sendiri. Si
reporter tidak secara langsung menyebutnya pengacara
yang rakus dan oportunis, tetapi implikasinya menyiratkan
ia burung pemakan bangkai, terbang berputar-putar,
kelaparan, menunggu I! untuk menyerang bangkai
Goftman. Ruang sidang dipenuhi penonton dan orang-
orang yang berpotensi menjadi anggota juri. Pukul
sembilan 475 pagi tiba dan berlalu tanpa tanda-tanda dari
para 1 pengacara atau sang Hakim. Mereka masih di
ruang ] belakang, tak disangsikan masih memperdebatkan
j persoalan-persoalan pra persidangan. Polisi pengadilan |
dan jura tulis menyibukkan dari di seputar meja hakim, j
Seorang laki-laki muda yang mengenakan setelan jas 1
muncul dari belakang, melewati pagar, dan berjalan j
menyusuri lorong tengah. Ia mendadak berhenti,!
memandang lurus ke arah Clay, lalu membungkukkan
badan dan berbisik, "Apakah Anda Mr. Carter?"
Terperanjat, Clay menganggukkan kepala. "Hakim ingin
menemui Anda." Koran im ada di tengah meja tubs sang
Hakim Dale Mooneyham berdiri di salah saru sudut kantor
yang luas tersebut. Roger Redding bersandar pada meja
di dekat jendela. Sang Hakim berayun-ayun di kursi
putarnya. Tak seorang pun di antara mereka bertiga
tampak gembira. Perkenalan berlangsung dengan sangat
canggung. Mooneyham menolak melangkah maju dan
menjabat tangan Clay, ia hanya menawarkan sedikit
anggukan kepala dan tatapan yang menyiratkan
kebencian. "Apakah Anda tahu adanya larangan yang saya
tetapkan untuk berbicara pada orang luar, Mr. Carter?"
tanya sang Hakim 'Tidak, Sir." "Nah, larangan itu sudah
ditetapkan." "Saya bukan salah satu pengacara dalam
kasus ini" kata Clay. "Kami bekerja keras untuk
menyelenggarakan pengadilan yang adil di Arizona, Mr.
Carter. Kedua belah pihak menginginkan juri yang sebisa
mungkin tidak tahu-menahu tentang kasus ini dan tidak
berpihak. Sekarang, gara-gara Anda, orang-orang yang
berpotensi menjadi anggota juri jadi tahu bahwa seducitnya
ada dua puluh enam ribu kasus yang hampir sama di luar
sana." Clay tidak mau kelihatan lemah atau menyesal,
tidak karena ada Roger Redding yang mengawasi setiap
gerakan. "Mungkin im tak dapat dihindari," kata Clay. Ia
takkan pernah bersidang dengan hakim ini. Jangan
biarkan dirinya terintimidasi. "Bagairnana kalau kau
meninggalkan negara bagian Arizona?" Mooneyham
berkata dengan suara menggelegar dari sudut. "Aku sama
sekali tak perlu melakukannya," balas Clay. "Kau ingin aku
kalah?" Dan dengan ucapan im, Clay sudah mendengar
cukup banyak. Ia tidak tahu pasti bagaimana kehadirannya
mungkin merugikan Mooneyham, tetapi mengapa ambil
risiko? "Baiklah, Yang Mulia, saya rasa saya akan bertemu
lagi dengan Anda." "Gagasan yang sangat bagus," kata si
Hakim. Clay memandang Roger Redding dan berkata,
"Sampai jumpa di D.C." Roger tersenyum sopan, tetapi
perlahan-lahan menggelengkan kepala menolak. Oscar
setuju untuk tetap di Flagstaff dan memantau persidangan
itu. Clay naik ke pesawat Gulfstream, menempuh
perjalanan pulang dalam kemurungan. Diusir dari Arizona,
477 Dl Reeds burg, kabar bahwa Hanna memutuskan
hubungan kerja dengan 1-200 pekerja membuat kota itu
berhenti berdenyut Pengumuman im disampaikan dengan
surat yang ditulis Marcus Hanna dan diberikan kepada
seluruh karyawan. Dalam lima puluh tahun, perusahaan itu
hanya empat kali melakukan perampingan. Ia bertahan
melewati pasang-surut dan selalu berusaha keras
mempertahankan setiap orang. Kini karena urusannya
adalah gugatan pailit maka aturannya berbeda.
Perusahaan im berada dalam tekanan untuk membuktikan
pada pengadilan dan kreditornya bahwa keadaan
finansialnya punya masa depan. Kesalahan ditimpakan
pada peristiwa-peristiwa di luar kendali pihak manajemen.
• Tingkat penjualan yang rendah merupakan suatu faktor,
tetapi hal itu bukan sesuatu yang belum pernah dialami
perusahaan. Pukulan yang mematikan adalah kegagalan
untuk mencapai kesepakatan ganti rugi dalam gugatan
class action. Perusahaan tersebut telah melakukan tawar-
menawar dengan itikad baik, tetapi sebuah biro hukum di
D.C. yang terlalu bersemangat dan rakus mengajukan
tuntutan-tuntutan yang tak masuk akal. Kelangsungan
perusahaan tersebut dipertaruhkan, dan Marcus
meyakinkan orang-orangnya bahwa perusahaan im takkan
mati. Akan perlu dilakukan pemotongan biaya secara
drastis. Pengurangan anggaran pengeluaran yang
menyakitkan untuk tahun depan mungkin akan menjamin
keuntungan di masa depan. Kepada 1.200 pegawai yang
mendapatkan surat pemberitahuan merah jambu, Marcus
menjanjikan segala bantuan yang bisa diberikan oleh
perusahaan itu. Pesangon dari PHK bisa membiayai hidup
mereka selama satu tahun. Jelas Hanna akan
mempekerjakan mereka kembali secepat mungkin, tetapi
tidak ada janji apa pun yang diberikan. PHK itu mungkin
akan jadi permanen. Di berbagai kafe dan tempat tukang
cukur, di lorong-lorong sekolahan dan bangku-bangku
gereja, di bangku stadion sepak bola, di trotoar di
sekeliling alun-alun kota, di bar dan rumah biliar, tak ada
hal lain yang dibicarakan seluruh kota itu. Setiap orang dari
sebelas ribu penduduknya kenal seseorang yang baru saja
kehilangan pekerjaan mereka di Hanna PHK massal im
bencana terbesar dalam sejarah Reedsburg yang tenang.
Meskipun kota kecil itu terpencil jauh di daerah
AUeghenies, kabar toh bocor keluar. Reporter koran
Baltimore Press yang menulis tiga artikel tentang gugatan
class action Howard County masih mengawasi. Ia
memantau gugatan pailit im. la masih bercakap-cakap
dengan para pemilik ramah sementara bata rumah mereka
rontok berjatuhan. Kabar tentang PHK massal itu
memancingnya untuk i ke Reedsburg. Ia mendatangi
berbagai kate, mah biliar, dan pertandingan sepak bola.
Tulisan pertama dari dua artikelnya itu hampir 479
sepanjang novel pendek. Pengarang yang sengaja berniat
memfitnah tidak mungkin lebih keji dari ini. Segala
penderitaan di Reedsburg ini sebenarnya bisa dengan
mudah dihindari seandainya pengacara class action itu. J.
Clay Carter II dari D.C, tidak begitu serakah memburu uang
jasa yang besar. Karena Clay tidak membaca koran
Baltimore Press, dan pada kenyataannya ta menghindari
hampir semua koran dan majalah, ia sebenarnya mungkin
dapat menghindarkan dari dari kabar tentang Reedsburg,
setidaknya untuk sementara. Akan tetapi, editor tak dikenal
dan buletin tak resmi dan tak diharapkan itu mengirimkan
berita tersebut dengan faks. Edisi ter- i akhir dan The King
of Shorts", yang jelas dibuat dengan terburu-buru itu,
memuat benta dari Baltimore Press Cby membacanya dan
ingin menggugat koran itu. Akan tetapi ta segera
melupakan Baltimore Press sebab mimpi buruk yang lebih
hebat mendatanginya. Seminggu sebelumnya, reporter
dari Newsweek menelepon dan, seperti biasanya, dicegat
Miss Glick. Setiap pengacara memimpikan pemberitaan
nasional, tetapi hanya bila beritanya tentang kasus
menggemparkan atau vonis bernilai miliaran dolar. Cby
punya dugaan bahwa pemberitaan mi tidaklah menyangkut
keduanya, dan ia benar. Newsweek tidak benar-benar
tertarik pada Clay Carter, melainkan lebih berminat pada
pembalasan terhadapnya. Beritanya menyanjung Helen
Warshaw, dua halaman berisi liputan menyanjung yang
bisa membuat pengacara manapun rela membunuh antuk
mendapatkannya. Foto yang mengesankan menampakkan
Ms. Warshaw di ruang sidang entah di mana, berdiri di
depan boks juri yang kosong, tampak tangguh dan
cemerlang, tetap juga sangat bisa dipercaya. Cby belum
pernah melihatnya, dan ia tadinya berharap perempuan im
berpenampilan selayaknya "ruthless bitch", bajingan tak
kenal ampun, seperti istilah Saulsberry. Ternyata tidak, la
sangat menarik—pendek, rambut hitam dan mata cokelat
sedih yang akan menarik perhatian juri mana pun. Clay
menatapnya dan berangan-angan seandainya dirinyalah
yang menangani kasus perempuan im dan bukan
sebaliknya Semoga saja mereka takkan pernah bertemu.
Dan seandainya terjadi, janganlah di ruang sidang. Ms.
Warshaw adalah satu dari tiga partner di biro hukum New
York yang mengkhususkan diri pada perkara malapraktik
pengacara, ceruk yang langka tapi makin berkembang.
Kini ia memburu pengacara-pengacara terbesar dan
terkaya di negeri ini, dan ia tidak akan berdamai di luar
pengadilan. "Belum pernah aku menyaksikan satu kasus
pun yang begitu meyakinkan bagi juri," katanya, dan Clay
ingin mengiris nadi sendiri. Ia punya lima puluh klien Dyloft,
semuanya sedang sekarat, semuanya menggugat Artikel
itu menguraikan sejarah singkat dan kotor litigasi class
action tersebut. Dari lima puluh klien itu, karena alasan
tertentu si reporter memusatkan perhatian pada Mr. Ted
Worley dari Upper Marlboro, Maryland, dan memuat foto
laki-laki malang tersebut duduk di halaman belakang
rumah dengan sang istri di belakangnya, tangan mereka
bersedekap, wajah keduanya sedih dan mengernyit Mr.
Worley, yang lemah, gemetar, dan gusar, 481 menguraikan
kontak pertamanya dengan Clay Carter telepon mendadak
entah dan mana sewaktu ia mencoba menikmati
pertandingan Orioles, berita mengeri-kan tentang Dyloft
unnalisis itu, kunjungan si pengacara muda, pengajuan
gugatan ke pengadilan. Segalanya. "Saya tidak ingin
menyelesaikan perkara dengan uang ganti rugi," katanya
lebih dari sekali. Untuk Newsweek Mr. Worley
memperlihatkan seluruh dokumen—catatan medis,
dokumen gugatan ke pengadilan, kontrak busuk dengan
Carter yang memberi si pengacara wewenang untuk
menyelesaikan gugatan dengan uang ganti rugi di atas
$50.000. Segalanya, termasuk salinan dua pucuk surat
yang pernah ditulis Mr. Worley kepada Mr. Carter sebagai j
protes karena telah "menjual" dirinya Si pengacara tidak
menjawab surat-surat tersebut Menurut para dokternya,
hidup Mr. Worley hanya tinggal kurang dari enam bulan.
Perlahan-lahan membaca setiap kara yang menyesakkan
dalam artikel nu, Clay merasa seakan-akan dirinyalah yang
bertanggung jawab atas kanker tersebut. Helen
menerangkan juri akan mendengarkan kesaksian
sebagian besar kliennya itu dari video, karena mereka
mungkin takkan bertahan hingga sidang. Sungguh ucapan
yang sangat kejam, pikir Clay, rapi memang segala yang
ada dalam cerita itu kejam. Mr. Carter menolak
berkomentar. Sekadar sebagai tambahan, mereka
memuat foto Clay dan Ridley di Gedung Putih, dan mereka
tidak tahan untuk tidak menceritakan bahwa ia pernah
menyumbangkan $250.000 untuk Presidential Review. "Ia
akan butuh teman-teman seperti Presiden," i kata Helen
Warshaw, dan Clay nyaris bisa merasakan peluru
menembus di antara dua matanya la melemparkan majalah
itu ke seberang mang kantornya. Dengan menyesal ia
berangan andai saja ia tak pernah pergi ke .Gedung Putih,
tak pernah bertemu Presiden, tak menulis cek terkutuk itu,
tak pernah bertemu Ted Worley, tak pernah bertemu Max
Pace, tak pernah berangan masuk sekolah hukum. Ia
menelepon pilot-pilotnya dan menyuruh mereka bergegas
ke bandara. "Pergi ke mana, Sir?" "Entahlah. Ke mana
kalian ingin pergi?" "Maaf?" "Biloxi, Mississippi." "Sam
atau dua orang?" "Hanya aku." Sudah 24 jam ia tidak
melihat Ridley dan tidak punya keinginan untuk
membawanya serta. Ia butuh waktu untuk pergi dari kota im
dan apa saja yang mengingatkannya padanya Tetapi dua
hari di yacht milik French sedikit sekali menolong. Clay
butuh kehadiran anggota lain dari persekongkolan itu, tapi
Patton sedang terlalu asyik dengan gugatan class action
lainnya. Mereka makan dan minum terlalu banyak. French
menempatkan dua associate di ruang sidang di Phoenix
dan mereka terus mengirim e-maii setiap jam. Ia tetap
mengabaikan Maxatil sebagai sasaran yang potensial,
tetapi ia terus mengawasi setiap gerakan. Im
pekerjaannya, katanya, karena ia pengacara gugatan
massal terbesar di antara mereka semua. Ia punya
pengalaman, uang, dan reputasi. Semua gugatan massal
cepat atau lampat, akhirnya akan mendarat di meja
kerjanya. 483 Cby membaca berbagai email im, dan
berbicara dengan MuJrooney. Pemilihan anggota juri
berlangsung sehari penuh. Dale Mooneyham sekarang
perlahan-lahan menggelar kasus penggugat terhadap obat
im. Hasil penelitian pemerintah rtu menjadi bukti yang
sangat kuat. Juri sangat tertarik padanya. "Sejauh mi
sangat bagus," kata Oscar. "Mooneyham memang aktor
yang bagus, tapi Roger memiliki keterampilan lebih baik di
ruang sidang." Sementara French berakrobat dengan tiga
telepon sekaligus, dengan kepala mau pecah karena
minuman. Clay berjemur di dek atas dan mencoba melupa-
j kan masalahnya. Sore hari kedua, sesudah dua gelas ,
vodka di atas dek, French bertanya, "Berapa banyak yang
masih kaumiliki?" "Entahlah. Aku takut menghitung
angkanya" "Terka saja." "Dua puluh juta, mungkin." "Dan
berapa yang ditanggung asuransi?" "Sepuluh juta. Mereka
sudah membatalkan asuransiku, tapi mereka masih
bertanggung jawab untuk Dyloft" French menyesap jeruk
nipis dan berkata, "Aku tidak yakin tiga puluh juta cukup
untukmu." Tampaknya tidak cukup, bukan?" "Ya. Kau
punya dua puluh satu gugatan sekarang, dan jumlahnya
hanya bisa bertambah. Kita akan beruntung kalau bisa
menyelesaikan masalah ini dengan ganti rugi sebesar tiga
juta untuk masing-masing gugatan." ^Berapa banyak yang
kau punya?" "Sembilan belas, menurut perhitungan
kemarin." '"Dan berapa banyak uang yang kau punya?"
"Dua ratus juta. Tak akan ada masalah denganku." Kalau
begitu mengapa kau tidak meminjamiku, katakan saja,
lima puluh juta? Cby kesal bercampur geli ketika
menyadari bagaimana mereka membicarakan angka-
angka itu. Pelayan membawakan alkohol lebih banyak lagi,
sesuatu yang mereka butuhkan. "Dan yang lain?" Clay
bertanya. "Wes tidak akan apa-apa. Carlos bisa bertahan
kalau angkanya tetap di bawah tiga puluh. Dua istri Didier
yang terakhir sudah menguras habis uangnya Ia sudah
tamat. Dialah yang pertama pailit, yang pernah malaminya
sebelumnya." Yang pertama? Dan siapakah yang kedua?
Sesudah keheningan yang cukup lama, Clay bertanya,
"Apa yang terjadi kalau Goffman menang di < Flagstaff?
Aku punya seluruh kasus ini." Kau akan jadi anak anjing
yang sakit, itu sudah pasti. Pernah menimpaku sepuluh
tahun yang lalu dengan beberapa kasus bayi cacat Aku
mencari kian kemari, menjaring mereka, menggugat terlalu
cepat, lalu urusan berantakan dan tidak ada cara untuk
memulihkannya. Para klienku mengharapkan jutaan dolar
karena mereka punya bayi-bayi kecil yang cacat, kau tahu,
jadi mereka jadi sangat emosional dan tak mungkin
ditenangkan. Banyak di antara mereka menggugatku, tapi
aku tak pernah membayarnya. Pengacara tidak bisa
menjanjikan hasil apa pun. Tapi bagaimanapun aku tetap
keluar uang cukup banyak." "Bukan im yang ingin
kudengar." "Berapa banyak yang sudah kaukeJuarkan
untuk Maxatil?" 485 "Delapan juta hanya untuk iklan." "Aku
akan mendiamkannya dulu, sambil melihat-hhat apa yang
dilakukan Goffinan. Aku sangsi mereka akan menawarkan
apa pun. Mereka gerombolan yang "keras hati. Bersama
lewatnya waktu, para klienmu akan berontak dan kau bisa
mengatakan kepada mereka bahwa mereka boleh
minggat." Satu tegukan vodka Tapi berpikirlah positif.
Mooneyham belum pernah kalah selama bertahun-tahun.
Sam vonis besar, dan seluruh dunia akan jadi berbeda.
Kau, sekali lagi. duduk di atas tambang emas." "Goffinan
berkata kepadaku bahwa berikutnya ' mereka akan datang
langsung ke D.C." "Bisa jadi mereka menggertak,
tergantung apa yang terjadi di Flagstaff. Kalau mereka
kalah besar, maka mereka harus mempertimbangkan
untuk menyelesaikan perkara im dengan ganti rugi. Bila
vonisnya didapat bukan dengan keputusan bulat—
dinyatakan bertanggung jawab tapi hanya dengan sedikit
denda— maka mereka mungkin ingin mencoba lagi maju
ke sidang. Kalau mereka memilih kasusmu, maka kau bisa
mengundang jagoan di ruang sidang dan menggilas
mereka." "Kau tidak menyarankan aku sendiri yang maju
sidang?" "Tidak. Kau tidak punya pengalaman. Perlu waktu
bertahun-tahun di mang sidang sebelum kau siap untuk
masuk ke liga utama, Clay. Bertahun-tahun yang panjang,"
Meskipun suka berapi-api bicara tentang berbagai perkara
besar, jelaslah bagi Clay bahwa Patton sama sekah tidak
antusias dengan skenario yang baru saja digelarnya. Ia
tidak sukarela mengajukan diri untuk jadi jagoan mang
sidang im di kasus D.C. ini. It membahas mosi-mosinya
dalam usaha menenangkan hati koleganya yang masih
muda im Keesokan harinya Clay berangkat agak siang
dan terbang ke Pittsburgh, ke mana saja kecuali D.C.
Dalam perjalanan, ia berbicara dengan Oscar, dan
membaca e-mail dan laporan berita persidangan di
Flagstaff. Penggugat, wanita berusia 65 tahun dengan
kanker'payudara, memberikan kesaksian dan
menguraikan kasusnya dengan sangat bagus. Ia sangat
simpatik, dan Mooneyham memainkannya bak biola. Ayo
bekuk mereka, Sobat, Clay terus bergumam kepada diri
sendiri. Ia menyewa mobil dan mengendarainya ke arah
timur laut selama dua jam, memasuki jantung Pegunungan
Allegheny. Menemukan letak Reedsburg di peta nyaris
sesulit menemukannya di jalan raya. Sewaktu ia mendaki
bukit di pinggiran kota, ia melihat pabrik raksasa di
kejauhan. SELAMAT DATANG DI REEDSBURG,
PENNSYLVANIA, begitu tulisan di papan besar. DOMISILI
HANNA CEMENT COMPANY. DIDIRIKAN TAHUN 1946.
Dua cerobong asap raksasa menyemburkan debu kapur
yang mengapung perlahan-lahan bersama angin.
Setidaknya pabrik im masih beroperasi, pikir Clay. Ia
mengikuti rambu-rambu menuju pusat kota dan
menemukan tempat parkir di Main Street. Memakai iins
dan topi bisbol, dengan janggut yang tiga hari jira ur
khawatir dikenali orang. Ia bertok dlC L Ethel's Coffee
Shop dan duduk di Jalan, mlT di depan konter. Ethel
sendiri yang kursi reyoi menyambut dan melayani
pesanannya. Kopi dan roti panggang isi keju. Di meja di
belakangnya ada dua lelaki tua yang berbincang tentang
football. Reedsburg High Cougars sudah tiga kali berturut-
turut menelan kekalahan, dan mereka berdua bisa lebih
baik mengatur strategi permainan daripada si pelatih
kepala. Menurut jadwal yang tertempel eh dinding dekat
mesin kasir, akan ada pertandingan menjamu lawan
malam itu. Ketika Ethel membawakan kopi, ia berkata,
"Kau hanya lewat?" "Ya," kata Clay, menyadari perempuan
ini kenal setiap orang dari sebelas ribu jiwa penduduk
Redsburg. "Dari mana asalmu?" "Pittsburgh." Ia tidak bisa
mencerna apakah itu baik atau buruk, tapi Ethel berlalu
tanpa pertanyaan lebih jauh. Di meja lainnya, dua laki-laki
yang lebih muda mengobrol tentang pekerjaan. Tak lama
kemudian jelaslah bahwa tak satu pun di antara mereka
punya pekerjaan. Salah sarunya memakai topi denim
dengan logo Hanna Cement di bagian depan. Sementara
Clay makan roti keju panggangnya, ia mendengar mereka
berkeluh kesah tentang uang pesangon, cicilan rumah,
tagihan kartu kredit, pekerjaan parowaktu. Yang satu lagi
merencanakan menyerahkan pickup Ford-nya kepada
dealer setempat yang berjanji menjualkannya kembali
untuknya. Pada dinding di sebelah pintu depan terdapat
meja lipat dengan botol air plastik di atasnya.' Poster
buatan tangan mengimbau semua orang untuk
memberikan sumbangan kepada "Hanna Fund". Uang
logam dan kertas mengisi setengah botol itu. "Untuk apa
itu?" Clay bertanya pada Ethel ketika ia mengisi kembali
cangkirnya. "Oh itu. Im pengumpulan sumbangan untuk
membantu keluarga-keluarga yang di-PHK dari pabrik"
"Pabrik apa?" Clay bertanya, berlagak tak tahu-menahu.
"Hanna Cement, perusahaan dengan pekerja terbanyak di
kota ini. Seribu dua ratus orang di-PHK minggu lalu. Kami
di sini selalu bergotong royong. Yang semacam itu ada di
seluruh penjuru kota—di toko, kafe, gereja, bahkan di
sekolah. Sampai sejauh ini sudah terkumpul enam ribu
dolar. Uang im akan digunakan untuk membayar tagihan
listrik dan belanja kalau keadaan jadi makin parah. Kalau
tidak, uangnya akan disumbangkan ke rumah sakit."
"Apakah bisnisnya merugi?" Clay berkata sambil
mengunyah. Memasukkan sandwich ke dalam mulut adalah
urusan gampang; menelannya merupakan urusan yang
lebih sulit. "Tidak, pabrik im selama ini dikelola dengan
baik. Keluarga Hanna tahu apa yang mereka lakukan.
Mereka mendapat gugatan dari suatu tempat di Baltimore.
Pengacara-pengacara im jadi rakus, ingin terlalu banyak
uang, dan memaksa Hanna, pailit." "Sungguh sayang,"
kata salah satu lelaki tua itu. Percakapan-percakapan di
kedai kopi diikuti semua yang hadir. "Seharusnya tak perlu
terjadi. Keluarga Hanna mencoba menyelesaikan gugatan
im baik-baik dengan itikad bagi, tapi bangsat-bangsat di n
C itu menodongnya. Hanna bersaudara itu berkata, 489
Terkutuklah kau', dan berjalan meninggalkan
perundungan." Sekilas itu Clay berpikir Cukup tepat
ringkasan cerita itu. "Aku sudah empat puluh tahun bekerja
di sana, tak pernah sekali pun terlambat menerima gaji.
Sungguh sayang." Karena Clay diharapkan mengucapkan
sesuatu agar percakapan berlanjut ia berkata, "PHK jarang
terjadi, huh?" "Keluarga Hanna tidak suka PHK." "Apakah
mereka akan mempekerjakan mereka kembali?" "Mereka
akan berusaha. Tetapi pengadilan kepailit-anlah yang
sekarang berwenang." Clay mengangguk dan cepat-cepat
kembali makan sandwich-nya. Dua laki-laki yang lebih
muda itu berdiri, beranjak ke mesin kasir. Ethel mengusir
mereka pergi. Tidak usah bayar, Kawan. Kali ini gratis."
Mereka mengangguk sopan, dan ketika hendak berlalu
keduanya menjatuhkan beberapa uang logam ke dalam
kotak Dana Hanna. Beberapa menit kemudian, Clay
mengucapkan selamat tinggal pada beberapa orang tua
itu, membayar tagihan, mengucapkan terima kasih kepada
Ethel, dan memasukkan selembar $100 ke botol air
tersebut. Sesudah gelap, ja duduk seorang diri di bangku
ffj***tim dan menyaksikan Reedsburg Cougars itu.ngar-
bmSlPeT,Uh- Bandnya ke**> orang-orang Namun pertandi
***** ^«inginkan kemenangan ngan football itu gagal
memikat perhatiannya. Ia melihat daftar pemain dan
bertanya-tanya dalam hati berapa banyak di antara para
pemain yang terdaftar di sana berasal dari keluarga yang
kena pemecatan massal. Ia memandang ke seberang
lapangan pada berderet-deret penggemar Reedsburg dan
dalam hati bertanya-tanya siapakah dari mereka yang
punya pekerjaan dan siapa yang tidak. Sebelum
tendangan pertama dilakukan, dan tak lama sesudah lagu
kebangsaan dinyanyikan, pendeta setempat memanjatkan
doa untuk keselamatan seluruh pemain dan untuk
bangkitnya kekuatan ekonomi masyarakat im. Ia
mengakhiri doanya dengan, Tuhan, tolonglah kami
melewati saat-saat sulit ini. Amin." Apabila Clay pernah
merasa hatinya lebih tak keruan daripada saat itu, ia tidak
bisa mengingat kapan im terjadi. 49I Ridley menelepon
hari Sabtu menjelang malam dengan agak marah. Ia tidak
bisa menghubungi Clay selama empat hari! Tak seorang
pun di kantor yang tahu di mana ia berada, atau
seandainya tahu mereka tak mau mengatakan kepadanya.
Di lain pihak, Clay sama sekali tidak berusaha
meneleponnya Mereka berdua punya lebih dari saru
telepon. Inikah cara untuk meneruskan hubungan lebih
lanjut? Sesudah mendengarkan keluh kesah selama
beberapa menit, Clay mendengar sesuatu berdengung di
sambungan telepon itu dan bertanya, "Di mana kau?" "St.
Barth. Di vila kita." "Bagaimana kau pergi ke sana?" Clay/"
tentu saja, selama ini memakai pesawat Gulfstream itu.
"Aku menyewa jet yang lebih kecil. Terlalu kecil sebetulnya,
kami harus berhenti di San Juan untuk mengisi bahan
bakar. Pesawat itu tidak mungkin nonstop sampai ke sini."
Kasihan. Clay tidak tahu pasti bagaimana Ridley tahu
nomor telepon perusahaan penyewaan pesawat.
"Mengapa kau ke sana?" ia bertanya, pertanyaan tolol. ¦
"Aku begitu stres sebab tidak bisa menemukanmu. Kau
tidak boleh melakukannya lagi, Clay." Clay mencoba
mengaitkan dua hal tersebut—menghilangnya dirinya dan
kepergian Ridley ke St. Barth. tapi dengan cepat ia
menyerah. "Maaf," katanya "Aku pergi terburu-buru. Patton
French memerlukan aku di Biloxi. Aku terlalu sibuk untuk
menelepon." Mereka terdiam beberapa lama sementara
Ridley berdebat dengan diri sendiri apakah ia sebaiknya
langsung memaafkannya atau menunggu satu-dua hari.
"Berjanjilah padaku kau takkan melakukannya lagi." ia
merajuk. Clay tidak berminat berkeluh kesah atau berjanji,
dan ia mendapati dirinya merasa lega Ridley ada di luar
negeri. "Itu takkan terjadi lagi. Bersantailah, bersenang-
senanglah di sana." "Bisakah kau datang ke sini?" ia
bertanya tapi tanpa perasaan apa pun. Seperti permintaan
asal saja. 'Tidak mungkin karena sidang di Flagstaff akan
mulai." Ia sangat meragukan apakah Ridley menaruh minat
terhadap persidangan di Flagstaff. "Maukah kau
meneleponku besok?" ia bertanya. "Tentu.-' Jonah sudah
kembali ke kota, dengan banyak pemalangan pelayaran
untuk dilaporkan. Mereka janji bertemu pukul sembilan di
bistm di Wisconsin Avenue untuk makan malam panjang.
Sekitar pukul setengah sembilan, telepon berdering, tapi si
penelepon langsung memutus sambungan tanpa separah
kata pun. Kemudian telepon itu berdering lagi, dan Clay
menyambarnya sambil mengancingkan kemeja. "Apakah
ini Clay Carter?" suara laki-laki bertanya. "Ya, siapa ini?"
Karena banyaknya klien yang tidak puas di luar sana—
Dyloft dan Skinny Ben dan, 493 kini yang paling utama,
para pemilik rumah di Howard County yang sangat gusar—
Clay sudah dua kali mengganti nomor teleponnya dalam
dua bulan terakhir, la sanggup menanggung segala
cercaan di kantor, tapi ia lebih suka hidup dengan tenang.
"Aku dari Reedsburg. Pennsylvania, dan aku punya
informasi berharga tentang perusahaan Hanna." Kata-kata
itu membuat bulu kuduk meremang, dan Clay duduk di
pinggir ranjang. Pancing agar ia . terus bicara di telepon,
katanya pada diri sendiri '¦, sementara mencoba berpikir
jernih. "Oke, aku mendengarkan." Seseorang dari
Reedsburg, entah bagaimana berhasil mendapatkan
nomor telepon barunya yang tak terdaftar. "Kita tidak bisa
bicara di telepon," suara itu 1 berkata. Tiga puluh tahun,
laki-laki kulit putih, pendidikan sekolah menengah aras.
"Mengapa tidak?" "Ceritanya panjang. Ada beberapa
dokumen." "Di manakah kau?" "Aku ada di kota ini. Aku
akan menemuimu di lobi Hotel Four Seasons di M Street.
Kira bisa bicara di sana." Bukan rencana yang buruk. Akan
banyak pejalan kaki lalu-lalang di lobi, kalau-kalau
seseorang ingin mencabut senjata dan mulai menembaki
pengacara. "Kapan?" Clay bertanya. "Secepatnya. Aku
akan sampai di sana dalam lima menit. Berapa lama
waktu yang kauperlukan?" Clay tidak berniat mengatakan
fakta bahwa ia tinggal hanya enam blok dari sana,
meskipun alamat„ya bukanlah rahasia. "Aku akan sampai
ke sana dalam sepuluh menit." "Bagus. Aku memakai jins
dan topi Steelers hitam." "Aku akan menemukanmu," Clay
berkata, lalu menutup telepon. Ia menyelesaikan
berpakaian dan bergegas keluar dari rumah. Sambil
berjalan cepat di sepanjang Dumbarton, ia mencoba
membayangkan informasi apakah yang mungkin ia
butuhkan atau bahkan inginkan tentang perusahaan Hanna.
Ia baru saja menghabiskan delapan belas jam di
Reedsburg, dan sedang berusaha, meskipun tidak
berhasil, melupakan tempat tersebut Ia belok ke selatan di
Thirty-first Street, bergumam pada diri sendiri, tenggelam
dalam dunia penuh skenario persekongkolan dan sogok-
menyogok dan mata-mata. Seorang wanita lewat dengan
membawa anjing kecil yang mencari-cari tempat yang.
tepat di trotoar itu untuk kencing. Lelaki.muda dalam jaket
hitam untuk bersepeda dengan sebatang rokok
menggantung dari mulurnya bergerak mendekat, meskipun
Clay hampir tak melihatnya Sewaktu mereka berdua
berpapasan, di depan rumah yang temaram dan di bawah
cabang-cabang pohon maple merah, laki-laki im
sekonyong-konyong, dengan perhitungan waktu dan
ketepatan yang sempurna, melontarkan pukulan pendek
menyilang yang mengenai Clay tepat di dagu. Clay tak
pernah melihatnya. Ia ingat mendengar suara berderak
keras pada wajahnya, dan kepalanya menabrak pagar
besi tempa. Ada semacam tongkat, dan laki-laki lain,
mereka berdua menghunjamkan pukulan bertubi-tubi. Clay
berguling bertumpu pada sisi tubuhnya dan berhasil
menopang tubuh dengan 495 s»*" hitut, lalu tongkat itu
mendarat di belakang tengkoraknya bagaikan ledakan
pistol. Ia mendengar suara wanita di kejauhan, lalu ia pun
tak sadarkan diri. Perempuan im sedang berjalan-jalan
dengan anjing-nya ketika mendengar keributan di
belakangnya. Ada perkelahian entah apa. dua lawan saru,
dengan satu orang tergeletak di tanah, mengalami
penganiayaan, (a berian mendekat dan tertegun ngeri
menyaksikan dua laki-laki memakai jaket hitam memukuli
korbannya dengan tongkat hitam. Ia berteriak, dan mereka
berlari. Ia mengeluarkan ponselnya dan menghubungi 911.
Dua laki-laki im berlari ke ujung blok dan menghilang di
balik sudut gereja di N Street. Perempuan mi mencoba
menolong laki-laki muda yang tergeletak di tanah, yang tak
sadarkan diri dan mengalami perdarahan hebat. Clay
dibawa ke Rumah Sakit Universitas George Washington,
di mana tim dokter menstabilkan keadaannya.
Pemeriksaan awal menunjukkan adanya dua luka besar di
kepala yang diakibatkan benda tumpul, sobekan pada
miang pipi kanan, sobekan di telinga kiri, dan memar di
sana-sini. Tulang betis kanannya retak dengan rapi jadi
dua. Tempurung lutut kirinya remuk dan pergelangan kaki
kirinya patah. Kepalanya dicukur gundul dan dibutuhkan 81
jahitan untuk menutup dua koyakan besar itu,
Tengkoraknya memar 496 hebat tetapi tidak retak. Enam
jahitan di tulang pipi. sebelas di telinga, dan mereka
memasukkannya ke kamar bedah untuk membereskan
kakinya. Jonah mulai menelepon sesudah menunggu tak
sabar selama tiga puluh menit. Ia meninggalkan restoran
im setelah satu jam dan berjalan kaki menuju rumah town
house milik Clay. Ia mengetuk pintu, lalu membunyikan bel,
mengumpat dengan suara tertahan, dan siap melemparkan
batu ke jendela ketika ia melihat mobil Clay diparkir di
antara dua mobil lain di jalan tersebut. Yah, ia menebak im
mobil Clay. Ia berjalan perlahan-lahan menghampirinya.
Ada yang tidak beres di sana, cuma ia tidak tahu pasti
apa. Benar mobil im Porsche Carrera hitam, tetapi mobil
im tertutup debu putih. Ia menelepon polisi. Kantong semen
Portland Hanna ditemukan dalam keadaan robek dan
kosong di kolong Porsche im. Jelas seseorang sengaja
menaburi mobil im dengan semen, lalu menyiramnya
dengan air. Di beberapa tempat, terutama di atap dan
tutup mesin, gumpalan-gumpalan besar mengering dan
menempel pada mobil. Sewaktu polisi memeriksanya,
Jonah mengatakan pada mereka bahwa pemiliknya tidak
diketahui. Sesudah pencarian dengan komputer, nama
Clay pun muncul, dan Jonah berangkat ke rumah sakit, la
menelepon Paulette, dan Paulette sudah berada di sana
sebelum ia sendiri tiba. Clay sedang menjalani
pembedahan, tetapi hanya karena patah miang dan
mungkin gegar otak. Tampaknya cederanya tidak
mengancam jiwanya. Wanita dengan anjing im bercerita
pada polisi bahwa dua penyerang tersebut sama-sama
berkulit putih. Tiga mahasiswa yang memasuki bar di
Wisconsin Avenue melaporkan melihat dua laki-laki kulit
putih berjaket hitam belok tergesa-gesa di sudut N Street.
Mereka naik ke van hijau metalik, di mana pengemudinya
sudah menunggu. Saat im terlalu gelap untuk melihat pelat
nomornya. Telepon yang diterima Clay pada pukul 20.39
malam im dilacak ke telepon umum di M Street, sekitar
lima menit dari rumahnya. Jejak petunjuk im mendingin
dengan cepat. Lagi pula im hanyalah kasus pemukulan.
Pemukulan yang terjadi pada malam Minggu. Pada malam
yang sama mungkin terjadi dua pemerkosaan di kota itu,
dua penembakan dari mobil yang melukai lima orang, dan
dua pembunuhan, keduanya seperti dilakukan secara
acak. Karena Clay tidak punya keluarga di kota ini, Jonah
dan Paullete mengambil peran sebagai juru bicara dan
pembuat keputusan. Pada pukul 01.30, dokter melaporkan
kepada mereka bahwa operasi berlangsung lancar, semua
miang sudah ditata dan siap untuk pemulihan, beberapa
sekrup dan pin sudah dipasang, keadaan tak mungkin
lebih baik daripada itu. Mereka akan memantau kegiatan
otaknya dengan cermat. Mereka yakin telah terjadi gegar
otak tapi tidak tahu seberapa parah. Ta kelihatan parah,"
ia memperingatkan mereka. Dua jam berlalu, sementara
Clay perlahan-lahan 498 dipindahkan ke lantai atas. Jonah
berkeras meminta kamar pribadi. Mereka akhirnya
melihatnya sesudah pukul 04.00. Balutan pada mumi pun
mungkin kalah banyak. Kedua kakinya dibungkus gips
tebal dan digantung beberapa inci dari ranjang dengan
serangkaian kabel dan katrol. Selembar seprai
menyembunyikan dada dan lengannya. Perban tebal
menutupi tengkorak dan setengah wajahnya. Matanya
bengkak dan tertutup; untunglah ia masih tak sadarkan diri.
Dagunya bengkak, bibirnya lebam dan biru. Darah
mengering pada lehernya. Mereka berdiri diam membisu,
memperhatikan parahnya luka-luka im, mendengarkan
monitor berdetik dan berdenyut, mengawasi dadanya
bergerak naik-turun, sangat lambat. Kemudian Jonah mulai
tertawa. "Lihatlah keparat itu," katanya. "Hus, Jonah,"
Paulette mendesis, siap menamparnya. "Di sinilah
berbaring Raja Ganti Rugi," Jonah berkata, tubuhnya
terguncang-guncang karena tawa ditahan. Kemudian,
Paulette pun melihat sisi lucu tersebut. Ia tertawa tanpa
membuka mulut, dan beberapa lama mereka berdua
berdiri di kaki ranjang Clay, berusaha keras
mengendalikan perasaan geli mereka. Ketika perasaan
geli im mereda, Paulette berkata. "Kau seharusnya malu."
"Aku memang malu. Maaf." Perawat mendorong ranjang
masuk. Paulette akan menjaga pasien pada malam
pertama Jonah mendapat giliran malam kedua. Untungnya,
penyerangan im terlalu larut untuk • 499 dimuat di Post
edisi Minggu. Miss Glick menelepon setiap anggota biro
hukum itu dan meminta mereka tidak mengunjungi rumah
sakit dan tidak mengirim bunga. Im mungkin akan
dibutuhkan nanti, tetapi untuk sementara ini harap
panjatkan saja doa. Clay akhirnya kembali dari dunia lain
sekitar tengah hari Minggu. Paulette sedang berbalik di
ranjang lipat ketika ia bertanya, "Siapa itu?" Paulette
melompat berdiri dan berlari ke sisinya. "Ini aku. Clay."
Dari matanya yang bengkak dan kabur ia bisa melihat
seraut wajah hitam. Sudah pasti itu bukan Ridley. Ia
mengulurkan satu tangan dan bertanya, "Siapa?" "Paulette,
Clay. Tidak bisakah kau melihat?" Tidak. Paulette? Apa
yang kaulakukan di sini?" Kata-katanya kental, lambat, dan
nyeri. "Sekadar merawatmu, Bos." "Di manakah aku?"
"Rumah Sakit Universitas George Washington."
"Mengapa, apa yang terjadi?" "Inilah yang mereka sebut
sebagai penganiayaan gaya kuno." "Apa?" "Kau diserang.
Dua laki-laki dengan tongkat. Kau perlu pil penahan sakit?"
mg -. "Ya." Ia bergegas keluar dari kamar dan menemui
perawat. Dokter muncul beberapa menit kemudian dan,
dengan rincian yang menyakitkan, menjelaskan kepada
Clay separah apa dirinya dianiaya. Sebutir pil lagi, dan
Clay kembali hanyut tertidur. Sebagian besar hari Minggu
itu dihabiskan dalam kabut yang menyenangkan, dengan
Paulette dan Jonah mengasuhnya sambil membaca koran
dan menonton pertandingan football profesional. Cerita im
merebak hebat pada hari Senin, dan semuanya sama.
Paulette mematikan suara televisi dan Jonah
menyembunyikan surat kabar. Miss Glick dan seluruh
anggota biro hukum mengamankan kantor dan
memberikan ucapan "No comment" kepada semua orang.
Wanita itu menerima e-mail dari kapten kapal layar yang
menyatakan diri sebagai ayah Clay. Ia berada di
Semenanjung Yucatan di Teluk Meksiko dan minta tolong
agar seseorang memberinya kabar terbaru tentang kondisi
Clay. Miss Glick melakukannya—kondisinya stabil,
beberapa tulangnya patah, gegar otak. Ia mengucapkan
terima kasih kepada Miss Glick dan berjanji akan
mengecek lagi keesokan harinya. Ridley tiba Senin siang.
Paulette dan Jonah menyingkir, gembira meninggalkan
rumah sakit im beberapa lama. Rupanya jelas bahwa
orang-orang Georgia tidak mengerti ritual yang pantas
untuk menunggu di rumah sakit. Kalau orang Amerika
menunggui kekasih mereka yang sakit dan terluka sampai
menginap, orang-orang dari budaya lain merasa lebih
praktis untuk mampir selama satu jam, lalu membiarkan
rumah sakit merawat pasiennya. Ridley memperlihatkan
kasih sayang luar biasa selama beberapa menit dan
mencoba membuat Clay terkesan dengan renovasi terakhir
vila mereka. Kepala Clay berdenyut lebih nyeri dan ia
meminta saru pil lagi. Ridley bersantai di ranjang lipat dan
mencoba untuk tidur siang, katanya lelah karena
penerbangan pulang. 501 Nonstop. Naik pesawat
Gulfstream. Clay tertidur juga, dan ketika ia terjaga Ridley
sudah pergi. Seorang detektif datang berkunjung untuk
pemeriksaan lanjutan. Segala kecurigaan mengarah pada
sejumlah preman dari Reedsburg. tetapi tak ada setitik pun
buku. Clay tak mampu menjelaskan seperti apa laki-laki
yang melakukan pukulan pertama kepadanya. "Aku tak
pernah melihatnya," katanya sambil menggosok-gosok
dagu. Untuk membuat perasaan Clay lebih lega, polisi itu
menunjukkan empat foto berwarna ukuran besar Porche
hitam tersebut, penuh bercak semen putih, dan Clay pun
butuh satu pil lagi. Bunga berdatangan. Adelfa Pumphrey,
Glenda di OPD, Mr. dan Mrs. Rex Crittle, Rodney, Patton
French, Wes Saulsberry, hakim yang dikenal Clay di
Pengadilan Tinggi. Jonah membawakan laptop, dan Clay
lama bet-chatting dengan ayahnya. Buletin The King of
Shorts" terbit tiga edisi pada hari Senin, masing-masing
diisi berita dan gosip koran terbaru tentang pemukulan
terhadap Clay. Ia tak membaca satu pun di antaranya.
Tersembunyi di kamar rumah sakit, ia dilindungi teman-
temannya. Selasa pagi, Zack Battle mampir dalam
perjalanan ke kantornya dan menyampaikan beberapa
berita menggembirakan. Pihak SEC menangguhkan
penyelidikannya terhadap Clay. Ia sudah bicara dengan
pengacara Mei Snelhrig di Baltimore. Mel bergeming tak
menyerah terhadap tekanan FBI. Dan tanpa Mei, mereka
tidak bisa menyusun pembuktian yang diperlukan. "Aku
kira FBI melihatmu di koran-koran dan 502 merasa kau
sudah cukup menerima hukuman," kata Zack. "Aku masuk
koran?" Clay bertanya. "Ada beberapa berita." "Apakah
aku ingin membacanya?" "Aku sarankan tidak." Kejemuan
terkurung di rumah sakit mulai terasa hebat—kaki
digantung, ranjang sorong, kunjungan perawat yang tak
ada hentinya setiap jam, percakapan-percakapan pendek
yang menyesakkan dengan para dokter, empat dinding itu,
makanan yang memuakkan, penggantian perban yang tak
ada hentinya, pengambilan darah untuk tes lagi, kejemuan
berbaring di sana, tak mampu bergerak. Gips itu akan
tetap menempel padanya selama beberapa minggu, dan
ia tidak dapat membayangkan hidup di kota im dengan
kursi roda dan tongkat penopang. Sudah direncanakan
sedikitnya ada dua operasi tambahan, operasi kecil, janji
mereka padanya. Guncangan sesudah pemukulan im mulai
menghantuinya, dan ia ingat lebih banyak tentang bunyi
dan sensasi fisik ketika dipukuli. Ia melihat wajah laki-laki
yang melontarkan pukulan pertama, tapi tak bisa
memastikan apakah itu nyata atau cuma mimpi. Jadi ia
tidak mengatakannya pada si detektif. Ia mendengar
jeritan-jeritan dari kegelapan, tapi semua im pun bisa saja
merupakan bagian dari mimpi buruk. Ia ingat melihat
tongkat hitam seukuran pemukul bisbol terangkat ke udara.
Untunglah, ia sudah pingsan dan tidak bisa mengingat
sebagian besar pukulan lainnya. Bengkak-bengkak im
mulai mereda; kepalanya 503 mulai berpilar jernih. Ia
berhenti memakai i sakit supaya bisa berpikir dan
mencoba Penahan kantornya dengan telepon dan e-mail
Read"10"8*'018 sibuk di sana. kata setiap orang yang
ia^aiTK^ Tetapi ia curiga yang sebaliknya. Cara Rkfley
himayan menyenangkan untuk kw saru jam menjelang
siang dan sam jam lari 1 "gan sore la berdiri di samping
ranjang dan rSnunSk^ kasih sayang luar biasa, terutama
bila ada ^T^* dekat-dekat sana. Paulette benci patrTy ST"*
* cepat menghilang ketika Ridley memasuk, rZT~ Ta
mengincar uangmu," kata Paulette pada S J** aku
mengincar tubuhnya," kata Clay * Hfah, saat mi ia jauh lebih
untung." UnTUK membaca, setengah bagian - ranjangnya
terpaksa dinaikkan, dan karena kakinya sudah mengarah
ke atas. ia jadi terlipat seperti huruf V. Posisi yang
menyakitkan. Ia bisa bertahan dalam posisi hu tak lebih
dari sepuluh menit sebelum menurunkan ranjang dan
menghilangkan tekanan. Dengan menyandarkan laptop
Jonah pada kedua gips, ia sepintas membaca artikel-
artikel dari koran Arizona ketika Paulette menjawab
telepon. "Dari Oscar," katanya. Minggu malam im mereka
sempat bercakap-cakap sebentar, tapi Clay dalam
pengaruh obat dan tidak teratur bicaranya Kini ia benar-
benar sadar dan siap untuk mendengarkan rinciannya.
"Coba kita dengarkan," katanya, sambil menurunkan
ranjang dan mencoba menggeliat. "Mooneyham selesai
menyampaikan gugatan dan pemeriksaan saksinya hari
Sabtu pagi. Gugatannya tak mungkin lebih sempurna lagi.
Orang itu benar-benar cemerlang, dan ia menuntun
anggota juri dengan tangannya. Orang-orang Goffinan
begitu angkuh ketika sidang dimulai, kini kukira mereka
berlanan mencan lubang perlindungan. Roger Redding
mengajukan satei ahli mereka kemarin siang, periset yang
membenkan kesaksian bahwa tidak ada kaitan langsung
antara obat ¦i aengan kanker payudara si penggugat.
Kurasa orang itu sangat bagus, sangat bisa dipercaya, ia
punya tiga gelar doktor. Juri memperhatikan Kemudian
Mooneyham mengoyaknya berkeping-keping. Ia
mengeluarkan beberapa riset buruk yang dilakukan orang
itu dua puluh tahun lalu. Ia menyerang kredibilitasnya. Saksi
itu benar-benar terbantai habis ketika pemeriksaan
selesai. Aku sampai berpikir. Tolong teleponkan 911,
singkirkan orang ini dari sini.' Tak pernah aku melibat saksi
dipermalukan habis-habisan seperti itu Roger pucat pasi.
Orang-orang Goffman duduk di sana seperti segerombolan
bajingan dijajarkan untuk diperiksa polisi." "Bagus, bagus,"
Clay terus berkata, telepon itu menempel pada kain kasa
di sisi kiri wajahnya, kebajikan dan telinganya yang koyak.
"Inilah bagian yang bagus. Aku mengetahui di mana orang-
orang Goffinan menginap, maka aku pindah hotel. Aku
melihat mereka sarapan. Aku melihat mereka di bar larut
malam. Mereka tahu siapa aku, jadi kami seperti dua
anjing gila yang saling mengitari. Mereka punya pengacara
tetap bernama Fleet yang memergoki aku di lobi hotel
kemarin ¦ sesudah sidang selesai, sekitar satu jam
sesudah saksi ahli mereka dibantai. Ia berkata ingin
minum, la minum segelas, aku minum tiga. Alasan ia hanya
minum satu adalah karena ia harus kembali ke suite
Goffman di lantai paling atas tempat mereka
menghabiskan malam itu untuk mondar-mandir sambil
berpikir, menimbang-nimbang kemungkinan untuk
menyelesaikan perkara dengan uang ganti rugi." Tolong
ulangi lagi," km Clay Mh. "Kau sudah mendengarku,
GofTman saat ini sedang menimbang-nimbang untuk
menyelesaikan perkara dengan Mooneyham. Mereka
ketakutan. Mereka yakin, seperti setiap orang lain di ruang
sidang itu, bahwa juri ini akan menghabisi perusahaan
mereka. Uang ganti ruginya pasti sangat besar jumlahnya
sebab si tua itu tak mau menyelesaikan perkara tersebut di
luar sidang. Clay, ia melahap makan siang mereka! Roger
memang luar biasa, tapi ia bukan tandingan Mooneyham."
WJth "Kembali ke uang ganti rugi im." "Kembali ke uang
ganti rugi itu. Fleet ingin tahu berapa banyak di antara
kasus kita yang sah. Aku katakan, 'Semua dari dua puluh
enam ribu im.' Ia memancing-mancing sebentar, lalu
bertanya apakah menurutku kau mau mempertimbangkan
untuk me nyelesaikaa perkara ini dengan ganti rugi sekitar
. seratus ribu dolar untuk tiap kasus. Im berani dua koma
enam miliar, Clay. Apakah kau menghitungnya?". "Sudah."
"Dan uang jasa kita?" "Ya." Dan mendengar im rasa sakit
langsung menghilang. Tengkorak yang berdenyut-denyut
nyeri itu mereda. Gips- yang berat itu jadi seringan bulu.
Memar-memar kedi im tidak lagi ada Clay merasa ingin
menangis. "Bagaimanapun, ini jelas bukan tawaran untuk
menyelesaikan perkara, cuma penjajakan pertama.
Penjajakan yang menegangkan. Kau mendengar banyak
desas-desus di seputar pengadilan, terutama dari para
pengacara dan analis pasar saham. Menurut gosip yang
beredar, Goffman sanggup membayar ganti ragi total
hingga tujuh miliar dolar. Kalau perusahaan im
membereskan perkara sekarang, maka harga sahamnya
mungkin akan tetap stabil sebab mimpi buruk Maxatil ini
akan berakhir. Im salah satu teori, tapi sesudah babak
belur kemarin, maka ini rasanya sangat masuk akal. Fleet
datang padaku sebab kitalah yang paling besar
menangani gugatan class action ini. Gosip pengadilan
mengatakan jumlah yang mungkin mengajukan klaim
berkisar sekitar enam puluh ribu. jadi kita punya sekitar
empat puluh persen dan seluruhnya Kalau kita bersedia
menerima penyelesaian perkara ini dengan ganti rugi
sekitar seratus ribu per kasus, maka mereka bisa
memperhitungkan biaya mereka." "Kapan kau akan
menemuinya lagi?" "Sekarang sudah hampir pukul delapan
di sini, sidang akan dimulai lagi dalam satu jam. Kami
setuju untuk bertemu di luar ruang sidang." Teleponlah aku
secepatnya" "Jangan khawatir, Grief. Bagaimana tulang-
tulang yang patah itu?" "Jauh lebih baik sekarang."
Paulette mengambil telepon. Beberapa detik kemudian,
telepon tersebut berdering lagi. Ia menjawabnya, lalu
kembali mengangsurkannya kepada Clay, dan berkata, "Ini
untukmu, dan aku akan keluar dari sini." Dari Rebecca, di
lobi rumah sakit, dengan menggunakan ponsemya,
menanyakan apakah tidak apa-apa untuk berkunjung
sebentar. Beberapa menit kemudian, ia berjalan
memasuki kamar Clay dan 508 langsung terguncang
melihat keadaannya. Ia mencium pipi Clay, di antara
memar-memar itu. "Mereka bawa tongkat," kata Clay.
"Agar seimbang. Kalau tidak, tentu tidak adil karena aku
pasti lebih kuat." la menekan tuas kontrol ranjang dan
mengangkat tubuhnya ke posisi huruf V. "Kau tampak tak
keruan," kata Rebecca. Matanya basah: 'Terima kasih.
Kau, sebaliknya, tampak spektakuler." Rebecca
menciumnya lagi, di tempat yang sama, dan mulai
menggosok-gosok lengan kiri Clay. Sesaat berlalu tanpa
suara. "Boleh aku mengajukan satu pertanyaan?" Clay
bertanya. "Tentu." "Di manakah suamimu saat ini?" "Kalau
tidak di Sao Paulo. tentu di Hong Kong. Aku tidak bisa
mengikuti jejaknya" "Apakah ia tahu kau ada di sini?"
"Tentu saja tidak,"' "Apakah kiranya yang akan ia lakukan
seandainya tahu kau ada di sini?" "Ia akan marah. Aku
yakin kami akan bertengkar." "Apakah im luar biasa?"
"Aku khawatir hal itu selalu terjadi. Perkawinan ini tidak
harmonis, Clay. Aku mau putus." Dengan berbagai luka
sepera itu, Clay menikmati hari yang sangat
menyenangkan. Uang dalam jumlah besar sudah ada
dalam jangkauannya, seperti juga halnya Rebecca. Pintu
ke kamarnya terbuka tanpa suara dan Ridley, masuk. Ia
ada di kaki ranjangnya, tak diperhatikan, ketika ia berkata,
"Maaf menyela," "Hai, Ridley." Clay berkata lemah. Dua
wanita im saling melontarkan tatapan yang akan membuat
ular kobra sekalipun ketakutan. Ridley pindah ke sisi lain
ranjang, berhadapan langsung dengan Rebecca, yang
tetap memegang lengan Clay yang memar. "Ridley, ini
Rebecca. Rebecca, ini Ridley," kata Clay, lalu serius
mempertimbangkan untuk menarik selimut menutupi
kepala dan berpura-pura man. Tak seorang pun tersenyum.
Ridley mengulurkan tangan hanya beberapa inci dan mulai
menggosok-gosok lembut lengan kanan Clay. Meskipun
dimanja dua wanita cantik, ia merasa seperti binatang
yang bara saja ditabrak sebelum kawanan serigala datang
beberapa detik kemudian. Karena selama beberapa detik
sama sekali tak ada yang bisa diucapkan siapa pun. Clay
mengangguk ke kiri dan berkata, Ta teman lama," lalu ke
kanan, dan berkata, Ta teman baru." Dua wanita itu,
setidaknya pada saat itu, merasa jauh lebih dekat pada
Clay daripada sekadar teman. Keduanya merasa kesal.
Tak satu pun menjauhkan diri atau bergeser meski hanya
sernci. Posisi mereka sudah dipancangkan. "Aku yakin
kami hadir di resepsi pernikahanmu," Ridley akhirnya
berkata. Peringatan yang tidak terlalu halus pada Rebecca
bahwa ia sudah bersuami. Tak diundang, seingatku," kata
Rebecca. "Oh, aduh, waktu untuk suntikan urus-urus," kata
Cby, dan tak seorang pun tertawa kecuali dirinya. Kalau
sampai meletus perkelahian di kedua sisi ranjangnya
maka ia akan teraniaya lebih bebat lagi. Lhna menit
sebelumnya ia berbicara di telepon 510 dengnn Oscar,
memimpikan rekor uang jasa sebagai pengacara. Kini,
dua wanita saling mencabut pedang Dua wanita yang
sangat cantik Keadaan bisa lebih buruk, katanya pada diri
sendiri. Di mana para perawat? Setiap saat mereka
menerobos masuk sepanjang hari, tak memedulikan
privasi atau pola tidur. Kadang-kadang mereka datang
berpasangan. Dan bila pengunjung kebetulan sedang
berada di kamar Clay, dijamin akan ada perawat yang
melongok tanpa tujuan tertentu. "Ada yang bisa kami
ambilkan untuk Anda, Mr. 'Carter?" "Perlu mengatur tempat
tidur Anda? "Mau menghidupkan TV?" "Atau
mematikannya?" Lorong-lorong im sunyi. Dua wanita im
siap mencakarnya. Rebecca yang pertama berkedip, la tak
punya pilihan. Bagaimanapun, ia memang punya suami.
"Kurasa aku akan pergi." Ia meninggalkan kamar im
perlahan-lahan, seolah tak ingin berlalu, tak mau
menyerahkan wilayah. Perasaan Clay melambung oleh hal
im. Segera setelah pintu menutup, Ridley mundur ke
jendela, di mana ia berdiri beberapa lama dengan
pandangan menerawang. Clay membaca surat kabar,
sama sekali tak peduli dengannya dan apa pun perasaan
hatinya. Sikap dingin yang dengan susah payah
ditunjukkan Ridley im kebetulan disambut baik. "Kau
mencintainya, bukan?" Ridley bertanya, sambil masih
memandang ke luar jendela, mencoba kelihatan tcrluka.
"Siapa?" "Rebecca." 511 "Oh, dia. Tidak, ia cuma teman
lama," Mendengar ucapan im Ridley berbalik dan berjalan
ke sisi ranjangnya. "Aku tidak tolol. Clay!" "Aku tidak
mengatakan begitu." Ia masih membaca koran, tak
tergoyahkan oleh usaha penampilan drama . im. Ridley
menyambar dompet dan mengentakkan kaki. berjalan
keluar dari kamar, tumit sepatunya berdetak sekeras
mungkin. Tak lama kemudian perawat masuk, untuk
memeriksa apakah terjadi sesuatu padanya. Oscar
menelepon beberapa menit kemudian, dengan telepon
selulernya di luar ruang sidang. Hakim memerintahkan
reses singkat. "Ada desas-desus bahwa Mooneyham
menolak sepuluh juta dolar pagi ini," katanya. "Fleet yang
mengatakan ini kepadamu?" "Bukan, kami tidak bertemu.
Ia sibuk menangani beberapa mosi Aku akan mencoba
dan menemuinya saat makan siang." "Siapa yang maju
bersaksi?" "Saksi ahli lain dari Goffinan, profesor wanita
dan Duke yang mendiskreditkan penelitian pemerintah
terhadap Maxatil. Mooneyham sedang mengasari
pisaunya. Ini pasti mengerikan." "Apakah kau percaya
desas-desus im?" "Aku tidak tahu pasti apa yang harus
kupercaya. Orang-orang Wall Street im sepertinya sangat
bergairah dengannya. Mereka ingin penyelesaian perkara
di luar sidang sebab mereka pikir itulah cara terbaik untuk
meramalkan biaya. Aku akan menelepon lagi saat makan
siang." Ada tiga hal yang mungkin terjadi di Flagstaff; 312
dua di antaranya tentu menyenangkan. Vonis bersalah
terhadap Goffman akan memberikan tekanan luar biasa
pada perusahaan im untuk menyelesaikan perkara dengan
uang ganti rugi dan menghindari proses peradilan
bertahun-tahun dan rentetan vonis besar. Penyelesaian
perkara di tengah persidangan di sana kemungkinan besar
berarti rencana ganti rugi bagi semua penggugat secara
nasional. Vonis tidak bersalah bagi Goffman akan
memaksa Clay cepat-cepat putar haluan dan bersiap
menghadapi persidangannya sendiri di D.C. Kemungkinan
im kembali menghunjamkan rasa sakit ke dalam tengkorak
dan kakinya. Berbaring tak bergerak selama berjam-jam di
ranjang rumah sakit sudah merupakan siksaan tersendiri.
Kini, telepon yang diam tak bersuara im membuat keadaan
jadi jauh lebih parah. Setiap saat, Goftman bisa
menawarkan cukup uang kepada Mooneyham untuk
membuatnya berdamai. Egonya mungkin akan mendorong
dirinya untuk sampai pada vonis hakim, tapi bisakah ia
mengabaikan kepentingan kliennya? Perawat menutup
tirai, mematikan lampu dan TV. Ketika ia sudah pergi, Clay
meletakkan telepon di perutnya, menarik selimut hingga ke
atas kepala, dan menunggu. ESOKAN paginya, Clay
dibawa kembali menjalani pembedahan untuk penyesuaian
kecil pada pin dan sekrup di kakinya. "Sedikit tarik-tarik,"
demikian dokter menyebutnya Apa pun namanya, prosedur
itu memerlukan anastesi dengan dosis penuh, yang
menyapu habis sebagian besar hari itu. Ia kembali ke
kamarnya tak lama sesudah tengah hari, dan tidur selama
tiga jam sebelum obat bius im habis efeknya. Paulette,
bukan Ridley dan bukan Rebecca, menungguinya ketika ia
akhirnya sadar. "Ada kabar dari Oscar?" tanyanya dengan
lidah kelu. Ta menelepon, katanya persidangan
berlangsung baik. Im saja," Paulette melaporkan. Ia
mengatur tempat tidur dan bantal Clay dan memberinya air,
dan sesudah Clay benar-benar sadar, ia pergi untuk
melakukan beberapa pekerjaan. Dalam perjalanan keluar,
ia menyerahkan amplop kiriman kilat yang belum dibuka.
Dari Patton French. Secarik surat pendek menyampaikan
ucapan semoga cepat sembuh, dan sesuatu lainnya yang
tak dapat dipahami Clay. Memo yang terlampir im
ditujukan kepada Komite Pengawas Penggugat Dyloft (kini
jadi Tergugat). Helen Warshaw sudah memasukkan
tambahan kasus baru dalam 514 gugatan class action-nya.
Daftar itu terus membengkak. Kerusakan residual- akibat
Dyloft bermunculan di seluruh penjuru negeri, dan para
Tergugat jadi tenggelam makin dalam di pasir apung.
Sekarang sudah ada 381 anggota dalam gugatan class
action tersebut, 24 di antaranya adalah mantan klien JCC
yang sudah mengikat kontrak dengan Ms. Warshaw,
bertambah tiga orang dari jumlah minggu sebelumnya.
Seperti biasa, Clay perlahan-lahan membaca nama-nama
tersebut, dan sekali lagi bertanya-tanya dalam hati
bagaimana nasib mereka pernah dipertemukan. Pasti
para mantan kliennya im senang melihatnya terbaring di
rumah sakit—luka-luka, remuk, dan memar. Mungkin salah
satu ada di ujung lorong sana, mengidap tumor dan organ
tubuhnya diangkat, berkumpul dengan orang-orang yang
dicintai sementara jam terus berdetak keras. Ia tahu ia
tidak menyebabkan penyakit mereka tetapi karena alasan
tertentu ia merasa bertanggung jawab atas penderitaan
mereka. Ridley akhirnya mampir dalam perjalanan pularig
dari tempat latihan kebugaran. Ia membawa beberapa
buku dan majalah dan mencoba tampak prihatin. Sesudah
beberapa menit ia berkata, "Clay, dekoratornya
menelepon. Aku perlu kembali ke vila." Apakah dekorator
im laki-laki atau perempuan? Ia merenungkan pertanyaan
im tetapi tidak mengemukakannya. . Sungguh gagasan
yang sempurna! "Kapan?" ia bertanya. "Besok, mungkin.
Kalau pesawatnya bisa dipakai." Mengapa tidak bisa?
Clay jelas tidak akan pergi ke mana-mana. 515 "Baiklah.
Aku akan rnendepon pitanya." Menyingkirkannya keluar
kota akan membual hidup Clay lebih mudah Tak ada
gunanya Ridley ada di rumah Terima kasih." ia berkata,
lalu duduk di kursi dan mulai membalik-balik halaman
majalah. Sesudah tiga puluh menit waktunya pun habis. Ia
mencium Detektif im adalah pengunjung berikutnya. Tiga
laki-laki dan Reedsburg telah ditahan hari Minggu pagi di
luar bar di Hagerstown, Maryland. Terjadi perkelahian.
Mereka mencoba meninggalkan tempat kejadian dengan
minivan hijau tua, tetapi si pengemudi keliru
memperhitungkan sesuatu dan mereka terperosok ke
dalam selokan. Detektif im memperlihatkan tiga foto
berwarna para tersangka—semuanya orang bertampang
kasar. Clay tak bisa mengidentifikasi siapa pun di antara
mereka. Mereka bekerja di pabrik Hanna. demikian
menurut Kepala Kepolisian di Reedsburg. Dua orang baru-
baru ini di-PHK, tapi hanya itulah informasi yang berhasil
didapatkan si detektif dari pihak yang berwajib di sana
"Mereka sangat tidak kooperatif," katanya. Karena pernah
pergi ke Reedsburg, Clay mengerti apa sebabnya. "Kalau
kau tidak bisa mengidentifikasi orang-orang ini, maka aku
tidak punya pilihan selain menutup kasus ini," si detektif
berkata. "Aku belum pernah melihat mereka sebelumnya,"
kata Clay, Si detektif memasukkan kembali foto-foto itu ke
berkasnya dan berlalu untuk selamanya. Barisan perawat
dan dokter datang dengan lebih banyak pemeriksaan, dan
sesudah satu jam Clay jatuh tertidur Oscar menelepon
sekitar pukul 21.30. Sidang hari im baru saja selesai.
Setiap orang kelelahan, terutama karena Dale Mooneyham
telah menyebabkan pembantaian besar-besaran di ruang
sidang. Goffman dengan enggan mengajukan saksi ahlinya
yang ketiga, peneliti laboratorium berkacamata tanduk
yang bertanggung jawab atas percobaan klinis Maxatil. dan
sesudah pemeriksaan yang hebat dan kreatif dari Roger
the Dodger, Mooneyham mulai membantai lelaki malang
im dalam pemeriksaan silang. "Ini gaya penyiksaan model
kuno," Oscar tertawa. "GofTman semestinya ketakutan
untuk memanggil saksi lagi." "Penyelesaian perkara
dengan ganti rugi?" Clay bertanya, masih terpengaruh
obat. lamban, dan mengantuk, tapi dengan susah payah
mencoba menangkap rinciannya. Tidak ada, tapi malam ini
akan jadi malam yang panjang. Desas-desusnya GofTman
mungkin akan mengajukan satu saksi ahli lagi besok, lalu
masuk ke lubang perlindungan dan merunduk menantikan
vonis. Mooneyham menolak bicara dengan mereka.
Penampilan dan tindak-tanduknya menunjukkan seolah ia
menantikan vonis yang akan jadi rekor." Clay jatuh tertidur
dengan telepon terjepit di sisi kepalanya Perawat
mengambilnya satu jam kemudian. CEO Goffinan tiba di
Flagstaff hari Rabu larut malam dan langsung dibawa ke
bangunan tinggi di pusat kota di mana para pengacaranya
berkumpul menyusun strategi. Ia diberi penjelasan ringkas
oleh Roger Redding dan semua anggota rim pembela dan
ditunjukkan angka-angka terakhir oleh orang-orang bagian
keuangan. Setiap pembicaraan berpusat di seputar
skenario han kiamat. Karena Redding telah dilecut habis-
habisan, ia berteras pembelaan tetap dilakukan sesuai
rencana semula dan memanggil saksi-saksi yang tersisa.
Pasti gelombang pasang akan berbalik. Pasti ia akan
menemukan peluang dan mendapatkan beberapa angka
dan juri. Tetapi Bob Mitchell, kepala pengacara tetap dan
wakil presiden perusahaan itu, dan Sterling Gibb,
pengacara kawakan perusahaan dan teman main golf
sang CEO, sudah melihat cukup banyak. Sekali lagi
pembantaian saksi oleh Mooneyham, maka juri akan
melompat berdiri dari kursi mereka dan menyerang
eksekutif Goffinan yang duduk paling dekat Ego Reddmg
benar-benar terhika. Ia ingin terus maju, sambil
mengharapkan mukjizat. Mengikutinya adalah nasihat yang
buruk. Mitchell dan Gibb rapat dengan sang CEO
sendirian, sekitar pukul 03.00, sambil makan donat. Hanya
mereka bertiga. Betapa pun buruk keadaan saat itu bagi
perusahaan, masih ada sejumlah rahasia tentang Maxatil
yang tak pernah bisa diungkapkan. Seandainya
Mooneyham punya informasi ini, atau seandainya ia bisa
memerasnya keluar dari saksi, maka langit benar-benar
akan runtuh menimpa Goffinan. Sampai tahapan
persidangan ini, mereka tidak bisa mengemukakan dalih
apa pun untuk mengungguli Mooneyham. Sang ceo
akhirnya mengambil keputusan untuk menghentikan
pertumpahan darah. Ketika sidang dimulai pukul 09.00,
Roger Redding mengumumkan bahwa pihak tergugat
selesai dengan pengajuan saksinya. "Tidak ada saksi
lain?" sang Hakim bertanya. Sidang yang dijadwalkan
berlangsung lima belas hari baru saja dipangkas jadi
setengahnya. Bolehlah ia berharap bisa main golf
seminggu penuh? "Benar, Yang Mulia," Redding berkata
dengan seulas senyum ke arah juri, seolah keadaan baik-
baik saja. "Ada bantahan, Mr. Mooneyham?" Pengacara
pihak penggugat perlahan-lahan berdiri. Ia menggaruk
kepala, menatap tajam pada Redding, dan berkata, "Kalau
mereka sudah selesai, maka demikian pula kami." Hakim
menjelaskan pada juri bahwa mereka akan reses selama
satu jam sementara ia akan membicarakan beberapa
persoalan dengan para pengacara. Ketika mereka
kembali,, mereka akan mendengarkan argumentasi
penutup, dan saat makan siang kasus im akan diserahkan
kepada mereka. Bersama setiap orang lainnya, Oscar lari
ke lorong, memegangi ponsel. Tak ada jawaban dari
kamar Clay di rumah sakit. Ia menghabiskan waktu tiga
jam untuk menunggu pemotretan sinar X tiga jam berbaring
di ranjang dorong di lorong yang sibuk di mana para
perawat dan mantri mur mudik sambil mengobrolkan
segala hal. Ia meninggalkan telepon selulernya di kamar,
maka selama tiga jam itu ia terisolasi dari dunia sementara
ia menunggu jauh di dalam Rumah Sakit Universitas
George Washington. Pengambilan foto sinar X itu buruh
waktu hampir saru jam, tapi seharusnya bisa lebih singkat
kalau saja si pasien tidak begitu rewel dan agresif dan,
kadang-kadang, sangat tidak sopan. Perawat
mendorongnya kembali ke kamarnya dan dengan gembira
meninggalkannya di sana. Clay sedang tidur ketika Oscar
menelepon. Saat itu pukul lima lewat dua puluh menit waktu
setempat, berarti pukul tiga lewat dua puluh di Phoenix.
"Dari mana saja kau?" Oscar bertanya. "Jangan tanya."
"Goffman melempar handuk pagi tadi, mencoba
menyelesaikan perkara dengan uang ganti rugi, tapi
Mooneyham tidak bersedia diajak bicara. Segalanya
terjadi sangat cepat sesudah itu. Argumentasi penutup
dimulai sekitar pukul sepuluh, kurasa, iuri menerima kasus
itu untuk diputuskan tepat tengah hari" "Jun masih
mempertimbangkannya?" Clay bertanya, praktis berteriak
ke telepon. "Sudah selesai." "Sudah
mempertimbangkannya. Sudah selesai Mereka berunding
selama tiga jam dan memutuskan Goffinan tidak bersalah.
Aku menyesal. Clay. Setiap orang di sini juga terguncang."
'Tidak." "Aku khawatir begitulah halnya." "Katakan padaku
kau bohong, Oscar." "Andaikan saja begitu. Aku tidak tahu
apa yang terjadi. Tak adat seorang pun yang tahu. Redding
menyampaikan argumentasi penutup yang spektakuler,
tapi aku terus mengawasi anggota jari Aku kira
Mooneyham berhasil menawan mereka." "Dale
Mooneyham kalah perkara?" "Bukan sembarang perkara.
Clay. Ia kalah dalam menangani perkara kita." "Tapi kok
bisa?" "Aku tidak .tahu. Tadinya aku berani
mempertaruhkan seluruh kekayaanku melawan Goffman."
"Kita baru saja melakukannya" "Maaf." "Dengar, Oscar,
aku berbaring di ranjang sini, seorang diri. Aku
memejamkan mata sekarang, dan aku ingin kau berbicara
padaku, oke. Jangan tinggalkan aku. Tak ada orang lain di
sini. Bicaralah saja padaku. Katakan sesuatu padaku."
"Sesudah vonis dijatuhkan, aku disudutkan Fleet, dan dua
orang lain—Bob Mitchell dan Starling Gibb. Benar-benar
manis sikap mereka. Mereka begitu gembira sampai
rasanya akan meledak. Mereka mulai dengan menanyakan
apakah kau masih hidup—bagaimana pendapa tmu
dengan pertanyaan im? Kemudian mereka kirim salam,
sepertinya benar-benar tulus. Mereka katakan kepadaku
mereka akan membawa pertunjukan mereka turun ke jalan
—Roger the Dodger and Company-dan sidang berikutnya
adalah di D.C., melawan Mr. Clay Carter, Raja Ganti Rugi,
yang seperti kita semua tahu. belum pernah menyidangkan
satu pun perkara gugatan massal. Apa yang bisa
kukatakan? Mereka baru saja mengalahkan pengacara
hebat di kandangnya sendiri." "Semua perkara kita itu tak
ada nilainya, Oscar." "Jelas demikian pendapat mereka.
Kata Mitchell mereka tidak akan menawarkan satu sen pun
untuk kasus Maxatil di mana pun di negeri ini. Mereka
menginginkan persidangan. Mereka ingin pembalasan
dendam Nama yang bersih. Segala omong kosong itulah."
Ia menahan Oscar berbicara di telepon selama satu jam
sementara kamarnya yang tak berpenerangan jadi gelap.
Oscar memainkan kembali argumentasi penutup itu dan
ketegangan luar biasa saat menunggu vonis. Ia
menguraikan guncangan pada wajah penggugat, wanita
yang sedang sekarat dengan pengacara yang menolak
untuk mengambil berapa pun yang ditawarkan Goffman,
diperkirakan jumlahnya $ 10 juta. Dan Mooneyham, yang
sudah begitu lama tak pernah kalah sepertinya ia lupa
bagaimana rasanya kalah, menuntut agar dewan jun
diharuskan mengisi kuesioner dan menjelaskan Keputusan
mereka. Sesudah Mooneyham berhenti untuk wLrt^ bangkh
^ angkatnya ^isan WanTrPermalukan dki sendiri habis"
mana •eromrxmin^1^in^ P11^ Goffinan, di duduk dengan
k^i dengan setelan jas hitam KCpala tertunduk seperti
memanjatkan doa bersama sampai juru bicara juri
mengucapkan kata-katanya yang hebat. Sesudah im orang
berbondong-bondong keluar dari ruang sidang saat para
analis Wall Street bergegas menelepon ke sana kemari."
Oscar mengakhiri narasinya dengan, "Aku akan pergi ke
bar' sekarang." Clay memanggil perawat dan meminta
sebutil pil tidur. v Sesu D AH sebelas hari hidup terkurung.
Clay akhirnya dibebaskan. Gips yang lebih ringan
dipasang pada kaki Ionnya dan meskipun tak bisa
berjalan, ia setidaknya bisa sedikit n* lakukan manuver.
Paulette mendorong kursi rodanya keluar dan rumah sakit
menuju van sewaan yang dikemudikan Oscar. Lima belas
menit kemudian mereka mendorongnya memasuki rumah
town house-uya. dan mengunci pintu. Paulette dan Miss
Glick mengubah ruang baca lantai bawah jadi kamar tidur
sementara. Telepon, faks, dan komputernya drpmdahkan
ke meja lipat di dekat ranjangnya. Pakaiannya ditumpuk
rapi di rak plastik di sebelah perapian. Selama dua jam
pertama beTada di rumah, ia membaca surat, laporan
keuangan, dan kliping, tapi hanya bacaan yang sudah
diseleksi Paulette. Hampir semua yang telah diterbitkan
tentang Clay dijauhkan darinya. Sesudah vtu, setelah tidur
siang, ia duduk di meja dapur sementara Paulette dan
Oscar mengumumkan sudah tiba saatnya untuk mulai.
Segala kekusutan mulai diurai. Persoalan pertama adalah
biro hukumnya. Crittle sudah bersusah payah
merampingkan pengeluaran, tetapi biaya overhead-nyt
masih melaju dengan angka satu juta dolar sebulan. Tanpa
pemasukan baru, dan tak ada pemasukan untuk
diharapkan, maka pemecatan tak dapat dihindari. Mereka
meneliti daftar pegawai—pengacara, paralegal, sekretaris,
juru tulis, pekerja serabutan—dan menyusun daftar
pemotongan yang menyakitkan itu. Meskipun mereka
sudah menganggap kasus Maxatil tak ada harganya lagi,
toh mereka tetap perlu bekerja untuk menutup berkas-
berkas itu. Clay mempertahankan empat pengacara dan
empat paralegal untuk melaksanakan pekerjaan itu. la
bertekad menghormati setiap kontrak kerja yang pernah ia
tandatangani dengan pegawainya, tapi melakukan hal im
berarti akan melahap uang yang amat sangat dibutuhkan.
Clay melihat nama-nama pegawai yang harus pergi, dan
hal im membuatnya mual. "Aku ingin mempertimbangkan
ini," katanya, tak mampu mengambil keputusan akhir.
"Hampir semua dari mereka sudah memperkirakannya,
Clay," Paulette berkata Ia memandangi nama-nama im dan
mencoba membayangkan gosip yang merebak di lorong-
lorong biro hukumnya sendiri. Dua hari sebelumnya, Oscar
dengan enggan menyetujui pergi ke New York dan
berunding dengan Helen Warshaw. Ia menyampaikan
gambaran kasar 525 tentang aset Clay Carter dan
tanggung jawabnya, dan pada dasarnya memohon belas
kasihan. Bosnya tidak ingin mengajukan gugatan pailit,
tetapi bila didorong terlalu keras oleh Ms. Warshaw maka
ia takkan punya pilihan lain. Ms. Warshaw sama sekali tak
terkesan. Clay adalah salah saru anggota dari sekelompok
pengacara, tergugatnya, yang menurut perkiraannya
memiliki kekayaan bersama sejumlah $1,5 miliar. Ia tidak
bisa membiarkan Clay menyelesaikan gugatan ini dengan
ganti rugi, sebut saja, SI juta dolar untuk masing-masing
kliennya, sementara kasus yang sama terhadap Patton
French mungkin akan menangguk tiga kafi jumlah itu.
Ditambah lagi, ia tidak berniat menyelesaikannya dengan
ganti rugi. Persidangannya merupakan sesuatu yang
penting— upaya berani untuk merombak penyalahgunaan
sistem peradilan, sesuatu yang amat disorot media. Ia
merencanakan menikmati setiap detiknya Oscar kembali
ke D.C. seperti anjing berlari dengan buntut dilipat di
selangkangan, yakin Helen Warshaw, sebagai pengacara
kelompok kreditor Clay yang paling besar, menginginkan
darah! Kata pailit yang ditakuti im untuk pertama kalinya
diucapkan Rex Crittle di dalam kamar Clay di rumah sakit
Kata im memotong udara bak sebutir peluru dan mendarat
seperti mortir. Kemudian ia digunakan lagi. Clay mulai
mengucapkannya, tapi hanya pada diri sendiri. Paulette
mengatakannya satu kali. Oscar sudah menggunakannya
di New York. Kata itu tidak cocok dan mereka tidak
menyukainya, tapi selama minggu terakhir ia jadi bagian
kota kata mereka, gewa kantor bisa dihentikan, melalui
kepailitan Kontrak kerja bisa dikompromikan, melalui
kepailitan. Pesawat Gulfstream im bisa dikembalikan
dengan persyaratan yang lebih baik, melalui kepailitan.
Klien-klien Maxatil yang sangat tidak puas dapat
dibungkam, melalui kepailitan. Para penggugat Hanna
yang tidak puas dapat diyakinkan untuk menyelesaikan
perkara mereka dengan ganti rugi uang, melalui kepailitan.
Dan, yang paling penting, Helen Warshaw dapat
dikendalikan, melalui kepailitan. Oscar hampir sama
tertekannya dengan Clay, dan sesudah beberapa jam
penuh penderitaan ia pergi ke kantor. Paulette mendorong
Clay keluar, ke beranda kecil tempat mereka minum
secangkir teh hijau dengan madu. "Ada dua hal yang ingin
kukatakan," ia berkata, duduk sangat dekat dan menatap
Clay. "Pertama, aku akan memberimu sebagian dari
uangku." 'Tidak." "Ya. Kau membuatku kaya padahal kau
tidak wajib melakukannya. Aku tak bisa apa-apa kalau kau
bocah putih yang tolol dan kehilangan segalanya, tapi aku
masih menyayangimu. Aku akan menolongmu, Clay."
"Bisakah kau mempercayai semua ini, Paulette?" 'Tidak.
Semua ini di luar yang bisa kita percayai, tapi ini nyata.
Sudah terjadi. Dan keadaan akan jauh lebih buruk lagi
sebelum membaik. Jangan baca koran, Clay. Aku mohon.
Berjanjilah padaku." "Jangan khawatir." "Aku akan
membantumu. Kalau kau kehilangan segalanya, aku akan
bersamamu untuk memastikan kau baik-baik saja." "Aku
tak tahu apa yang harus kukatakan." "Jangan katakan apa-
apa." Mereka berpegangan tangan dan Clay berjuang
menahan air mata. Beberapa saat berlalu. "Nomor dua."
katanya "Aku sudah bicara dengan Rebecca. Ia takut
menenunmu sebab ia mungkin akan tepergok. Ia punya
ponsel baru yang tak diketahui suaminya. Ia memberikan
nomornya kepadaku. Ia ingin kau meneleponnya" "Saran
seorang wanita?" "Tidak dariku. Kau tahu bagaimana
perasaanku terhadap pelacur Rusia itu. Rebecca wanita
yang manis, tapi ia punya beban, begitulah istilah halusnya.
Kau sendirian" Terima kasih." "Sama-sama Ia ingin kau
meneleponnya siang ini. Suaminya sedang ke luar kota.
Aku akan pergi beberapa menit lagi." Rebecca parkir di
balik tikungan dan bergegas menyusuri Dumbarton Street
ke pintu rumah Clay. Ia tidak pintar sembunyi-sembunyi;
tidak pula Clay. Hal pertama yang mereka putuskan adalah
mereka tidak akan meneruskannya, la dan Jason Myers
memutuskan untuk membubarkan perkawinan mereka
secara bersahabat. Pada mulanya Jason Myers ingin
mengikuti konseling dan menunda perceraian, tetapi ia
juga lebih suka bekerja delapan belas jam sehari, apakah
itu di D.C, New York, Palo Alto, atau Hong Kong.
Perusahaannya yang sangat besar itu punya berbagai
kantor di 32 kota, dan ia punya klien di seluruh penjuru
dunia. Kerja jauh lebih penting daripada apa pun lainnya, la
begitu saja meninggalkan Rebecca, tanpa permintaan
maaf dan tanpa rencana untuk mengubah cara hidupnya.
Dokumen-dokumen akan diajukan ke pengadilan dalam
dua hari. Rebecca sudah mengemasi tas-tasnya. Jason
tetap memiliki kondominium itu; Rebecca masih samar-
samar tentang ke mana ia akan pergi. Dalam setahun usia
perkawinan mereka, mereka hanya mengumpulkan sedikit
kekayaan. Jason mitra dalam perusahaannya dengan
penghasilan $800.000 setahun, tapi Rebecca tak
menginginkan sesen pun uangnya. Menurut Rebecca,
orangtuanya tidak ikut campur. Mereka tidak punya
kesempatan. Myers tidak menyukai mereka, dan im bukan
kejutan, dan Clay curiga salah satu alasan mengapa ia
lebih menyukai kantor cabangnya di Hong Kong karena
kantor im begitu jauh dari keluarga Van Horn. Keduanya
punya alasan untuk lari. Dalam keadaan apa pun, Clay
tidak, akan menetap di D.C. pada tahun-tahun mendatang.
Rasa malu yang ditanggungnya begitu menyakitkan dan
mendalam, dan ada dunia besar di luar sana, di mana
orang-orang tak mengenalnya. Ia rindu tidak dikenal orang.
Untuk pertama kali dalam hidupnya, Rebecca hanya ingin
menyingkir—menyingkir dari perkawinan yang be-
rantakan, menyingkir dari keluarganya, menyingkir dari
country chib itu dan orang-orang tak tertahankan yang pergi
ke sana. menyingkir dari tekanan untuk bekerja
menghasilkan uang dan mengumpulkan kekayaan,
menyingkir dari McLean dan sedikit teman yang pernah ia
kenal. Butuh satu jam bagi Clay untuk membawanya ke
ranjang, rapi seks mustahil dilakukan dengan gips dan
segala perban im. Ia hanya ingin memeluknya dan
menciuminya dan membayar waktu yang hilang. Rebecca
menginap malam im dan memutuskan untuk pergi lagi.
Sambil minum kopi keesokan paginya, Clay mulai dengan
kisah Tequila Watson dan Tarvan dan menururkan
segalanya. Paulette dan Oscar kembali dengan membawa
lebih banyak berita buruk dan kantor. Penghasut di Howard
County membujuk para pemilik rumah im untuk
mengajukan keluhan etika terhadap Otty karena kacaunya
pemberian ganti rugi dalam perkara dengan Hanna.
Beberapa lusin sudah diterima Asosiasi Pengacara O.C.
Enam gugatan terhadap Cby telah diajukan ke pengadilan,
seluruhnya oleh pengacara yang sama yang secara aktif
mencari lebih banyak penggugat lagi. Kantor Clay sedang
menyusun rencana penyelesaian perkara untuk diajukan
kepada hakim dalam perkara kepailitan Hanna.
Janggalnya, biro hukum im mungkin akan memperoleh
uang jasa, meskipun jauh lebih kecil daripada yang dulu
ditolak Clay. Ada mosi mendesak dari Warshaw yang
menuntut dikumpulkannya kesaksian di mar ruang sidang
dan beberapa penggugat Dyloft. Urusan ini mendesak
sebab mereka menjelang ajal dan kesaksian dalam video
itu akan sangat penting dalam persidangan nanti, yang
diperkirakan akan berlangsung setahun. Menggunakan
taktik pembelaan dengan cara menunda-nunda, mengulur
waktu, dan menangguhkan urusan tentulah sangat tidak
adil bagi para penggugat ini. Clay setuju untuk
menjadwalkan pengambilan kesaksian sesuai yang
disarankan Ms. Warshaw. meskipun ia tidak punya
rencana untuk menghadirinya. Dengan tekanan dari Oscar,
Clay akhirnya setuju memberhentikan sepuluh pengacara
dan hampir semua paralegal, sekretaris, serta juru tulis. Ia
menandatangani surat untuk setiap orang—singkat dan
penuh penyesalan..Ia menerima tanggung jawab
sepenuhnya atas matinya biro hukum itu. Terus terang,
tidak ada orang lain yang bisa disalahkan. Surat kepada
para klien Maxatil dibuat. Di dalamnya, Clay menguraikan
persidangan Mooneyham di Phoenix. Ia berkeyakinan obat
im benar berbahaya, tetapi kini membuktikan obat itu
sebagai penyebab masalah kesehatan adalah "sangat
sulit, kalau bukan mustahil". Perusahaan im tidak bersedia
mempertimbangkan penyelesaian perkara di luar
pengadilan, dan, mengingat masalah kesehatan Clay saat.
m. ia tidak dalam posisi untuk menyiapkan persidangan
yang berkepanjanganl« benci memakai pemukulan
terhadap dinnya itu sebagai dalih, namun Oscar berkeras.
Hal itu kedengaran dapat dipercaya di dalam surat. Di titik
bawah kariernya ini, ia terpaksa menyambar keuntungan
apa saja yang bisa ia dapatkan. Karena itu ia melepas
setiap klien, dan melakukan hal im dalam tempo yang
cukup bagi masing-masing untuk menyewa pengacara lain
dan memburu Goffinan fa bahkan mengucapkan selamat
kepada mereka. Surat-surat im akan memicu badai
kontroversi. "Kami akan menanganinya,'* Oscar terus
berkata. "Setidaknya kita akan lepas dari orang-orang ini."
Mau tidak mau Clay memikirkan Max Pace, teman
lamanya yang membawanya ke dalam bisnis Maxatil ini.
Pace, salah satu dari sedikitnya lima nama alias, telah
dituntut karena melakukan penggelapan surat-surat
berharga, tetapi belum dapat ditemukan. Tuntutan
kepadanya im menyatakan ia menggunakan informasi dan
dalam untuk menjual hampir saru juta saham GofTman
sebelum Clay memasukkan gugatan. Sesudah itu, ia
menutup transaksi itu dan menyelinap ke luar negeri
dengan uang sekitar SIS juta. Lari, Max. lari. Kalau ia
sampai tertangkap dan diseret ke pengadilan, maka ia
mungkin akan menumpahkan segala rahasia kotor
mereka. Ada seratus hal lain dalam daftar Oscar, tapi Clay
mulai letih. "Apakah aku harus jadi perawat malam ini?"
Paulette berbisik di dapur "Tidak, Rebecca ada di sini."
"Kau memang suka cari masalah, ya7" "fa akan
memasukkan gugatan cerai besok. Perceraian baik-baik."
"Bagaimana perempuan jalang itu?" »Ia tamat begitu
kembali dari St. Barth." Selama seminggu berikutnya, Clay
tak pernah meninggalkan rumah. Rebecca mengemasi
seluruh barang Ridley ke dalam tiga puluh kantong sampah
dan mcnjejalkannya di gudang bawah tanah. Ia membawa
beberapa barangnya sendiri, meskipun Clay
memperingatkan bahwa ia akan kehilangan rumah
tersebut. Rebecca memasak berbagai masakan lezat dan
merawatnya kapan saja ia membutuhkan perawatan.
Mereka menonton film-film lama hingga tengah malam, lalu
tidur saat dini hari. Ia mengantar Clay menemui dokternya.
Ridley menelepon dua hari sekali dari pulau. Clay tidak
mengatakan padanya bahwa wanita itu sudah kehilangan
tempatnya, ia lebih suka melakukan bal i m secara pribadi,
ketika dan seandainya Ridley kembali Renovasi berjalan
dengan baik. meskipun Clay telah melakukan pemotongan
besar-besaran terhadap anggarannya. Perempuan itu
sepertinya tak tahu-menahu tentang masalah finansial Clay.
Pengacara terakhir yang memasuki kehidupan Clay adalah
Mark Munson, pakar kepailitan yang mengkhususkan diri
dalam kasus-kasus kepailitan perorangan berskala besar
dan rumit Crittle yang menemukannya. Sesudah Clay
memberikan uang muka padanya, Crittle memperlihatkan
kepadanya seluruh pembukuan, bukti sewa, kontrak,
gugatan hukum, aset. dan utang. Segalanya. Ketika
Munson dan Crittle datang ke rumahnya. Clay minta
Rebecca pergi, la mgm membebaskan Rebecca dari
rincian data yang Dalam tujuh belas bulan sejak ia
meninggalkan OPD. Clay telah memperoleh uang jasa
sebesar $121 juta—530 juta dibayarkan kepada Rodney.
Paulette. dan Jonah sebagai bonus; $20 juta habis untuk
biaya kantor dan pembelian Gulrstnnun; $16 juta terbuang
habis untuk iklan dan uji Dyloft. Maxatil. dan Skinny Ben
$34 juta untuk pajak, baik yang terbayar atau yang
ditambahkan. S4 juta untuk vila: $ 3 juta untuk kapal layar.
Sam juta di sana-sini—rumah itu. "pinjaman" untuk Max
Pace, dan kemewahan biasa Perahu katamaran baru yang
indah milik Jarrett merupakan persoalan yang menarik.
Clay yang membayarnya, tetapi perahu im atas nama
perusahaan Bahama yang sepenuhnya dimiliki ayahnya
Munson berpendapat pengadilan kepailitan akan
mengambil satu dan dua keputusan—bahwa perahu im
hadiah, yang berarti Clay harus membayar pajak hadiah,
atau perahu itu milik orang lain dan dengan demikian
bukan bagian dari kekayaan Clay. Apa pun putusannya,
perahu itu tetap menjadi milik Jarrett Carter Clay juga
memperoleh $7,1 juta dengan memperdagangkan saham
Ackerman. dan meskipun sebagian darinya sudah dikubur
di luar negeri, uang itu harus diangkut kembali "Kalau kau
menyembunyikan aset apa pun, kas akan masuk penjara/'
Munson menguliahi, tanpa sedikit pun meninggalkan
keraguan bahwa ia tidak mentolerir pemikiran semacam
rtu Neraca keuangannya menunjukkan kekayaan total
sebesar $19 juta. dengan sedikit kreditor Akan tetapi,
tanggung jawab yang harus dibayar benar-benar bencana.
Dua puluh enam mantan klien yang kini menggugat karena
kekacauan penyelesaian perkara Dyloft. Angka itu
diperkirakan akan meningkat, dan meskipun mustahil untuk
menebak berapa nilai masing-masing kasus tersebut, yang
harus dibayarkan Clay jelas jauh lebih banyak daripada
seluruh kekayaannya. Penggugat class action dalam kasus
Hanna mulai mendidih dan terorganisir. Akibat susulan
kasus Maxatil akan sangat tidak menyenangkan dan
berkepanjangan. Tak satu pun pengeluaran untuk itu bisa
diramalkan. "Biarkan pengawas kepailitan yang
menanganinya," kata Munson. "Kau pergi hanya dengan
pakaian yang menempel pada tubuhmu, tapi setidaknya
kau takkan berutang apa pun." "Wah, terima kasih," kata
Clay, sambil masih memikirkan perahu layar im. Kalau
mereka berhasil menjauhkannya dari perkara kepailitan ini,
maka Jarrett bisa menjualnya, membeli yang lebih kecil,
dan Clay bisa punya uang untuk hidup. Sesudah dua jam
bersama Munson dan Crittle, meja dapur im dipenuhi
spreadsheet, printout, dan catatan-catatan yang sudah tak
terpakai, saksi atas kehidupannya yang penuh gejolak
selama tujuh belas bulan terakhir. Ia jengah pada
keserakahannya dan malu pada ketololannya. Sungguh
memuakkan apa yang telah dilakukan uang terhadapnya.
Pikiran untuk pergi membantunya bertahan hidup setiap
hari. 535 Ridley menelepon dari St Barth dengan kabar
gempar bahwa ada papan DIJUAL muncul di depan vila
"mereka". "Karena sekarang vila itu memang dijual," kata
Clay. "Aku tak mengerti." "Pulanglah dan akan kujelaskan
padamu." "Apakah ada masalah?" "Boleh dibilang begitu."
Sesudah lama terdiam, Ridley berkata, "Aku lebih suka
tinggal di sini." "Aku tidak bisa memaksamu palang,
Ridley." "Memang tidak." "Baiklah. Tinggallah di vila itu
sampai terjual. Aku tidak peduli." "Berapa lamakah itu?" la
bisa melihat Ridley melakukan apa yang bisa dibayangkan
untuk menyabot kemungkinan penjualan. Pada saat ini,
Clay sama sekali tak peduli. "Mungkin sebulan, mungkin
setahun. Entahlah." "Aku akan tinggal," katanya. "Baiklah."
Rodney mendapati sahabat lamanya duduk di tangga
depan rumah town house yang indah, tongkat penyangga
di sisinya, sehelai syal di pundak untuk menepis hawa
dingin musim gugur. Angin berpusing memutar dedaunan
di sepanjang Dumbarton Street. "Aku butuh udara segar,"
kata Clay. "Sudah tiga minggu aku terkurung di dalam
sana." "Bagaimana mlang-mlangmu?" Rodney bertanya
saat ia duduk di sebelah Clay dan memandang ke jalan.
"Pulih dengan baik." Rodney sudah pindah meninggalkan
kota dan benar-benar jadi penduduk pinggiran kota.
Bercelana khaki dan bersepatu olahraga, dengan mobil
SUV bagus untuk mengantar anak-anak. "Bagaimana
kepalamu?" "Tidak ada kerusakan otak tambahan."
"Bagaimana jiwamu?" 'Tersiksa, untuk tidak membesar-
besarkannya. Tapi aku akan bertahan hidup." "Kata
Paulette kau akan pergi." "Setidaknya untuk beberapa
lama. Aku akan memasukan gugatan pailit minggu depan,
dan aku takkan berada di sekitar sini saat hal itu terjadi.
Paulette punya flat di London yang bisa kupakai selama
beberapa bulan. Kami akan bersembunyi di sana." "Kau
tidak bisa menghindari kepailitan?" 'Tidak mungkin. Terlalu
banyak tuntutan, dan semuanya sah. Ingat Ted Worley,
penggugat Dyloft yang pertama kita wakili?" 'Tentu." "la
meninggal, kemarin. Bukan aku yang menarik picu, tetapi
jelas aku juga tak melindunginya. Di depan juri, kasusnya
bernilai lima juta dolar. Ada dua puluh enam kasus seperti
im. Aku akan pergi ke London." "Clay, aku ingin
membantu." "Aku takkan mengambil uangmu. Itulah
sebabnya kau ke sini, dan aku tahu itu. Sudah dua kali aku
bicara soal ini dengan Paulette dan sekali dengan Jonah.
Kau mendapatkan uangmu dan kau cukup pintar untuk
keluar. Aku tidak.** Tapi kami tidak akan membiarkanmu
mati. man. Kau tidak perlu memberi kami sepuluh juta
dolar. Tapi kau melakukannya. Kami akan mengembalikan
sebagian" .' *V Tidak" . Ta Kami bertiga sudah bicara
tentang ini. Kami akan menunggu sampai kasus kepailitan
ini selesai, lalu kami masing-masing akan mentransfernya
Hadiah." "Kau bekerja untuk mendapat uang itu, Rodney.
Simpanlah." "Tak ada "orang bekerja enam bulan dan
mendapatkan sepuluh juta dolar. Clay. Kau mungkin bisa
memenangkannya, mencurinya, atau mendapatkannya
jatuh dan langit, tapi tak seorang pun bekerja dengan
penghasilan seperti itu. Tidak wajar dan tidak pantas. Aku
akan mengembalikan sebagian. Begitu juga Paulette. Aku
tidak tahu pasti dengan Jonah, tapi ia akan datang."
"Bagaimana kabar anak-anak?" "Kau mengalihkan
pembicaraan." Ta, aku mengalihkan pembicaraan." Jadi
mereka mengobrol tentang anak-anak, teman-teman lama
di OPD, dan klien serta kasus-kasus lama di sana. Mereka
duduk di tangga depan itu hingga hari gelap, ketika
Rebecca datang dan saat makan malam tiba. 538
Reporter koran Post itu adalah Art Mariani, laki-laki muda
yang kenal baik dengan Clay Carter sebab dialah yang
mendokumentasikan kariernya yang melambung sangat
mencengangkan dan kejatuhannya yang sama
menakjubkan dengan penuh perhatian terhadap rincian
dan dengan sikap yang cukup berimbang. Ketika Mariani
tiba di rumah Clay, ia disambut Paulette dan diantar
menyusuri lorong sempit menuju dapur di mana orang-
orang menunggu. Clay tertatih bangkit dan
memperkenalkan diri, lalu memperkenalkan orang-orang di
sekeliling meja—Zack Battle, pengacaranya; Rebecca Van
Horn, temannya; dan Oscar Mulrooney, mitranya. Tape
recorder dipasang. Rebecca menuangkan kopi dari teko.
"Ceritanya panjang," kata Clay, "tapi kita punya banyak
waktu." "Aku tidak punya tenggat," kata Mariani. Clay
meneguk kopi, menarik napas panjang, dan terjun ke
dalam cerita Ia mulai dengan penembakan Ramon
"Pumpkin" Pumphrey oleh kliennya, Tequila Watson.
Tanggal, jam, tempat, Clay punya catatan untuk segalanya
dan seluruh berkasnya. Kemudian Washad Porter dan dua
pembunuhnya. Lalu empat lainnya. Camp Deliverance,
Clean Streets, hasil yang mencengangkan dari obat
bernama Tarvan. Meskipun ndak pernah menyebut nama
Max Pace, ia secara terperinci menjelaskan sejarah Tan
an sesuai cerita Pace—;percobaan-percobaan klinis
rahasia di Mexico •City, Belgrade, dan Singapura, niat
pabrik obat untuk mengujicobakannya pada orang-orang
keturunan Afrika, lebih disukai yang ada di Amerika
Serikat. Kedatangan obat itu di D.C. "Siapakah yang
membuat obat itu?" tanya Mariani, jelas terguncang.
Sesudah terdiam lama di mana ia sepertinya tak mampu
berbicara. Clay menjawab, "Aku tidak tahu pasti. Tapi
kurasa itu adalah Philo." Thilo Products?" Ta." Clay meraih
setumpuk dokumen tebal dan menyorongkannya kepada
Mariani. "Ini satu dari perjanjian penyelesaian perkara itu.
Seperti akan kaulihat, di situ disebut dua perusahaan luar
negeri Kalau kau bisa menembus mereka, melacak
jejaknya, maka itu mungkin akan menuntunmu ke
perusahaan kosong di Luxemburg, lalu ke Philo." "Oke,
tapi mengapa kau mencurigai Philo?" "Aku punya sumber.
Itu saja yang bisa kukatakan padamu." Sumber misterius
ini memilih Clay di antara semua pengacara di D,C. Dan
meyakinkannya agar menjual jiwa dengan harga SI5 juta.
Dengan cepat ia berhenti dari OPD dan membuka biro
hukum sendiri. Mariani tahu banyak tentang ini. Clay
menghubungi keluarga keenam korban itu, dengan
gampang meyakinkan mereka untuk mengambil $5 juta
dan tutup mulut, dan dalam tiga puluh hari ia membereskan
semuanya. Rincian cerita itu mengalir keluar, demikian
pula segala dokumen dan perjanjian penyelesaian perkara
itu. "Saat aku menerbitkan cerita ini, apa yang akan terjadi
pada klienmu, keluarga para korban itu?" Mariani bertanya.
" "Selama ini aku tak bisa tidur mengkhawatirkan hal itu,
tapi kurasa mereka akan baik-baik saja," kata Clay.
"Pertama, mereka sudah mengantongi uang itu selama
setahun, jadi kiranya aman untuk mengasumsikan bahwa
banyak yang sudah mereka pakai. Kedua, gilalah pembuat
obat itu kalau berniat maju ke pengadilan dan
membatalkan perjanjian penyelesaian perkara ini."
"Dengan begitu keluarga-keluarga itu bisa menggugat
langsung perusahaan tersebut," Zack menambahkan. "Dan
vonisnya bisa menghancurkan perusahaan besar mana
pun. Belum pernah aku menyaksikan rangkaian fakta yang
begitu mudah berubah." "Perusahaan itu takkan menyentuh
perjanjian penyelesaian perkara itu," kata Clay. "Mereka
beruntung berhasil lolos, dengan membayar lima puluh juta
dolar sebagai ganti rugi." "Bisakah para keluarga itu
melanggar perjanjian itu saat mereka tahu fakta yang
sebenarnya?" Mariani bertanya. "Sulit." "Bagaimana
dengan kau? Kau menandatangani perjanjian untuk
menjaga kerahasiaan?" "Aku bukan faktor penting lagi.
Aku akan bang-krut. Aku akan menyerahkan surat izinku
untuk melakukan praknk hukum Mereka tidak bisa
menyentuhku.*' Itu pengakuan yang menyedihkan,
pengakuan yang menyakitkan bagi teman-teman Clay dan
bagi dirinya sendiri. Mariani menulis beberapa catatan dan
berganti persneling. "Apa yang terjadi pada Tequila
Watson, Was had Porter, dan beberapa orang lain yang
divonis bersalah atas pembunuhan-pembunuhan itu?"
"Pertama, mereka mungkin bisa menggugat pabrik
pembuat obat tersebut dan itu tidak banyak manfaatnya
bagi mereka di penjara. Kedua, ada kemungkinan kasus
mereka dapat dibuka kembali, setidaknya dalam aspek
vonisnya." Zack Battle berdeham dan setiap orang
menunggu. "Off the record. Sesudah kau menerbitkan apa
saja yang kauputuskan untuk diterbitkan, dan sesudah
badai mi reda, aku merencanakan mengambil kasus ini
dan meminta peninjauan kembali. Aku akan menggugat
atas nama tujuh terdakwa itu, kalau kami bisa
mengidentifikasi perusahaan farmasi tersebut Aku
mungkin akan mengajukan petisi ke pengadilan pidana
untuk meninjau kembali vonis mereka." "Ini sangat
eksplosif," kata Mariani, mengutarakan sesuatu yang
sudah jelas. Ia mengamati catatannya beberapa lama.
"Apa yang menyebabkan timbulnya gugatan kasus Dyloft?"
"Itu bab lain untuk hari lain," kata Clay. "Lagi pula, kau
sudah mendokumentasikan hampir seluruhnya. Aku tidak
akan bicara tentang itu." "Baiklah. Apakah cerita ini sudah
habis?" "Bagiku sudah" kata Clay. 542 aulcttc dan Zack
mengantar mereka ke bandara, ke Reagan National di
mana pesawat Gulfstrearn kesayangan yang dulu dimiliki
Clay bertengger sangat dekat di tempat ia pertama kali
melihatnya. Karena mereka akan pergi sedikitnya selama
enam bulan, barang bawaan mereka cukup banyak,
terutama milik Rebecca. Clay, yang sudah menyingkirkan
begitu banyak barang dalam satu bulan terakhir ini.
bepergian tanpa banyak beban. Ia bisa bergerak leluasa
dengan tongkat ketiak, tetapi ia tidak bisa membawa apa-
apa. Zack bertindak sebagai portir. Dengan tabah ia
memamerkan pesawatnya kepada mereka, meskipun
mereka semua tahu ini adalah perjalanan terakhir. Clay
memeluk Paulette dan merangkul Zack, mengucapkan
terima kasih pada mereka berdua dan berjanji menelepon
beberapa hari lagi. Ketika kopi lot mengunci pintu. Clay
menarik penutup jendela sehingga ia tidak akan sedikit
pun melihat Washington ketika mereka terbang. Bagi
Rebecca, jet itu lambang mengerikan kekuatan destruktif
keserakahan. Ia merindukan flat mungil di London, di mana
tak seorang pun mengenal mereka, dan tak seorang pun
peduli apa yang mereka pakai, kendarai, beli, makan, atau
di mana mereka bekerja, berbelanja, atau berlibur, la tidak
akan pulang. Ia telah bertengkar dengan orangtuanya untuk
terakhir kali. Clay merindukan dua kaki yang baik dan buku
catatan yang bersih, la berhasil selamat dari salah 543
satu keruntuhan karier paling hebat dalam sejarah hukum
Amerika, dan persoalan itu makin jauh dan ,auh di
belakangnya la memiliki Rebecca untuk diri sendiri, dan
tak ada hal ban yang lebih penting. Di suatu tempat di atas
Newfoundland, mereka membuka sob bpat dan tertidur di
bawah selimut<PIXTEL_MMI_EBOOK_2005>1

You might also like