You are on page 1of 3

Menggenggam Matahari, Menggapai Impian

Judul buku : 9 Matahari


Pengarang : Adenita
Penerbit : Grasindo
Tahun terbit : 2008
Tempat terbit : Jakarta
Ukuran buku : 14 cm x 20 cm x 2,2 cm
Jumlah halaman : xiii + 352 halaman
No. ISBN : 9789790255739

Seorang gadis kelahiran 3 Juli 1989, Yuli Anita, yang lebih dikenal dengan nama
Adenita telah menyumbangkan sebuah novel yang dapat memuaskan dan menginspirasi para
pembaca di Indonesia. Beliau mengeyam pendidikan di Politeknik ITB dan melanjutkan ke
Jurusan Public Relations, Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjajaran, Bandung. Gadis
yang gemar membaca dan menulis ini aktif dalam berbagai kegiatan semenjak masa SMA
hingga sekarang. Berkat kegemarannya, pada bulan November 2008 terbitlah karyanya yang
pertama berjudul 9 Matahari.

Novel ini bercerita tentang perjuangan Matari Anas, seorang perempuan yang
mempunyai tekad kuat dalam menimba ilmu. Kondisi keluarganya yang kekurangan dari segi
finansial dan emosional yang tidak stabil ini ternyata tidak menyurutkan keinginannya dalam
menempati bangku kuliah. Walaupun orang tua dan kakaknya memintanya berhenti
bermimpi, Tari tidak memperdulikan mereka. Ia mencari berbagai cara yang bisa
membukakan jalan untuk bisa kuliah tanpa merepotkan orang tua. Melihat kebulatan tekad
Tari, kakaknya pun menyerah. Kakaknya membantu Tari hingga akhirnya ia bisa
mendapatkan pinjaman untuk membayar uang masuk di fakultas yang didambakannya,
fakultas ilmu komunikasi, di Universitas Panaitan.

Selanjutnya Tari masih harus mencari jalan lagi untuk menutup biaya uang SKS per
semester, biaya operasional, dan biaya hidupnya sendiri. Karena ia kuliah di Bandung
sementara keluarganya di Jakarta, biaya hidup terpaksa Tari tanggung sendiri. Untuk
menutupi sebagian kebutuhannya, Tari harus kuliah sambil bekerja menjadi penyiar radio.
Namun, gajinya itupun belum dapat mencukupi kebutuhannya dan uang kuliahnya,
Tari masih harus terus berhutang kesana kemari. Tari sempat ingin mencari beasiswa untuk
meringankan biaya kuliahnya, namun beasiswa tidak berlaku untuk mahasiswa program
ekstensi, karena dianggap dapat membayar biaya kuliahnya sendiri.

Di antara semua beban itu Tari harus mengatur waktu dan tenaga untuk tetap fokus
kuliah dan rutin siaran. Sayangnya kejiwaan Tari ternyata juga bermasalah. Kondisi stress
memikirkan kuliah, keluarga, kerja, dan hutang membuat Tari terpuruk dan membuatnya
sempat jatuh sakit. Akhirnya Tari memutuskan istirahat sementara dari kuliah, ia ingin
bekerja dulu mengumpulkan uang untuk nantinya digunakan meneruskan kuliah. Untung Tari
selalu dikelilingi banyak teman dan kenalan yang bisa memberikan energi positif dan
motivasi agar Tari terus maju mengejar mimpinya.

Saat kembali kuliah, Tari harus turun tingkat karena sudah tertinggal jauh dengan
teman-teman seangkatannya. Namun ternyata, Tari lebih nyaman belajar bersama adik-adik
kelasnya dulu ini ketimbang teman-teman seangkatannya sebelumnya. Kali ini, biaya kuliah
Tari juga ditanggung oleh keluarga seorang temannya, sehingga ia dapat fokus kuliah tanpa
memikirkan lagi biaya kuliahnya, sehingga akhirnya Tari dapat meraih impian yang begitu ia
dambakan: menjadi seorang sarjana jurusan ilmu komunikasi.

Kekuatan novel ini adalah kebulatan tekad Matari Anas dalam menggapai apa yang
sudah ia canangkan sebagai cita-cita hidupnya. Walaupun banyak kesulitan menghadang,
Tari tetap ingin melangkah terus, Ia tidak mundur. Sempat jatuh tak mampu melangkah lagi,
bahkan juga akhirnya sempat memutuskan berhenti sejenak, tapi cita-citanya tetap terpancang
di dada Tari.

Mungkin akan ada pihak-pihak yang mengatakan bahwa jadi sarjana itu bukan
jaminan sukses, banyak sarjana yang nganggur dan banyak yang putus sekolah bisa sukses.
Walaupun begitu, yang terpenting adalah tekad. Tekad Tari dalam kisah ini perlu diteladani.

Terkadang, ada beberapa bagian kisahnya keluar dari fokus cerita. Membahas secara
detil tentang suatu hal yang ternyata tidak memberikan sumbangan terhadap kerangka cerita
yang sudah tersusun dari awal. Namun, hal inilah yang makin mendekatkan novel ini dengan
kehidupan nyata. Karena memang begitulah kisah kehidupan yang sebenarnya, ada banyak
hal yang terjadi tetapi tidak selalu berhubungan.
Setelah membaca biografi penulis, saya berpikir bahwa kisah yang tertuang dalam
novel 9 Matahari ini adalah pengalaman pribadi penulis. Meskipun nama dan tempat berbeda,
namun dapat ditemukan banyak kesamaan dari cerita dalam novel dan biografi penulis.

Yuli Anita mempunyai kemampuan bercerita yang bagus. Pembaca akan dengan
mudah terhanyut dalam emosi para tokohnya, karena ia bisa menjabarkan pemikiran dan
suasana hati tokoh-tokohnya dengan baik. Dialog-dialognya mengalir mudah dipahami.
Hanya saja kadang ia memberikan penjabaran yang terlalu panjang untuk menjelaskan hal
yang sudah pernah dibahas, atau menjelaskan hal yang tidak terlalu penting, sehingga
termembuat kesan bertele-tele bagi pembaca.

Ia juga pandai menyusun dan menyisipkan pandangan-pandangan hidup yang penuh


hikmah dalam kalimat-kalimat yang filosofis melalui beberapa tokohnya. Tentang
keikhlasan, tentang persahabatan, tentang hubungan anak dan orangtua, tentang tekad
menggapai cita-cita, tentang tujuan hidup dan tentang 9 matahari.

Dibuat oleh : Tiffany Iwantoro X4/35

You might also like