You are on page 1of 17

Psikologi Pendidikan

Psikologi pendidikan adalah studi ilmiah tentang perilaku dan proses mental. Psikologi pendidikan adalah cabang ilmu psikologi yang mengkhususkan diri pada cara memahami
pengajaran dan pembelajaran dalam lingkungan pendidikan. Psikologi pendidikan adalah bidang yang sangat luas sehingga dibutuhkan satu buah bahasan tersendiri untuk
menjelaskannya.

Awal mula munculnya psikologi pendidikan berawal dari tokoh pertama, William James (1842-1910) memberikan serangkaian kuliah bertajuk “Talks to Teachers”. Dalam kuliah
ini ia mendiskusikan aplikasi psikologi untuk mendidik anak. Ia menegaskan pentingnya mempelajari proses belajar dan mengajar di kelas guna meningkatkan mutu pendidikan.
Salah satu rekomendasinya adalah mulai mengajar pada titik yang sedikit lebih tinggi di atas tingkat pengetahuan dan pemahaman anak dengan tujuan untuk memperluas
cakrawala pemikiran anak.

Tokoh kedua, John Dewey (1859-1952) merupakan motor penggerak pengaplikasian psikologi dalam tingkat praktis, sehingga kemudian ia membangun laboratorium psikologi
pendidikan pertama di Universitas Columbia Amerika Serikat (1894). Beberapa kajian yang penting darinya adalah pertama, kita mendapatkan pandangan tentang anak sebagai
pembelajar aktif (active learning), dimana anak bukan pasif duduk diam menerima pelajaran tetapi juga aktif agar proses belajar anak akan lebih baik.

Kedua, pendidikan harus difokuskan pada anak secara keseluruhan dan kemampuan anak untuk beradaptasi dengan lingkungannya. Dewey percaya bahwa anak-anak seharusnya
tidak mendapatkan pelajaran akademik saja, tetapi juga harus mempelajari cara untuk berpikir dan beradaptasi dengan lingkungan luar sekolah, seperti mampu untuk memecahkan
masalah dengan baik. Ketiga, ia berpendapat bahwa semua anak berhak mendapatkan pendidikan yang selayaknya, mulai dari kaya dan miskin, laki-laki dan perempuan, semua
golongan etnis, sampai pada semua lapisan ekonomi-sosial.

Tokoh ketiga, E.L Thorndike (1874-1949) berpendapat bahwa salah satu tugas pendidikan di sekolah yang paling penting adalah menanamkan keahlian penalaran anak. Thorndike
sangat ahli dalam melakukan studi belajar dan mengajar secara ilmiah. Thorndike mengajukan gagasan bahwa psikologi pendidikan harus punya basis ilmiah dan harus berfokus
pada pengukuran.

Mengajar : Antara Seni dan Ilmu Pengetahuan

Seberapa ilmiahkah pendekatan mengajar yang dipakai seorang guru? Baik sains maupun seni dan pengalaman keahlian mengajar berperan penting bagi keberhasilan seorang guru.
Bidang psikologi pendidikan banyak mengambil sumber teori dan riset psikologi yang lebih luas. Misalnya, teori perkembangan kognitif dan bicara dalam rangka memberikan
informasi bagi guru tentang bagaimana mendidik anak.

Psikologi pendidikan juga banyak memanfaatkan teori dan riset yang disusun dan dilakukan langsung oleh para ahli psikologi pendidikan dan dari pengalaman praktis para guru.
Misalnya, motivasi, mengajar dan pembelajaran yang seharusnya diterapkan dalam proses pendidikan. Ahli psikologi pendidikan juga mengakui bahwa mengajar terkadang harus
mengabaikan saran-saran ilmiah, tetapi menggunakan improvisasi dan spontanitas.

Sebagai sebuah ilmu, tujuan psikologi pendidikan adalah memberi kita pengetahuan riset yang dapat secara efektif di aplikasikan untuk situasi mengajar. Tetapi, pengajaran kita
tetap merupakan sebuah seni mengajar. Selain hal-hal yang bisa kita pelajari dari riset, kita juga akan terus-menerus membuat penilaian penting di kelas berdasarkan keahlian dan
pengalaman pribadi kita, dan juga berdasarkan saran yang bijak dari guru-guru lain yang lebih berpengalaman.

Daftar Pustaka:
santrock, W John. 2004. Educational Psychology: 2nd Edition. McGraw-Hill Company, inc.

Secara etimologis, psikologi berasal dari kata “psyche” yang berarti jiwa atau nafas hidup, dan “logos” atau ilmu. Dilihat dari arti kata tersebut seolah-olah psikologi merupakan
ilmu jiwa atau ilmu yang mempelajari tentang jiwa. Jika kita mengacu pada salah satu syarat ilmu yakni adanya obyek yang dipelajari, maka tidaklah tepat jika kita mengartikan
psikologi sebagai ilmu jiwa atau ilmu yang mempelajari tentang jiwa, karena jiwa merupakan sesuatu yang bersifat abstrak dan tidak bisa diamati secara langsung.
Berkenaan dengan obyek psikologi ini, maka yang paling mungkin untuk diamati dan dikaji adalah manifestasi dari jiwa itu sendiri yakni dalam bentuk perilaku individu dalam
berinteraksi dengan lingkungannya. Dengan demikian, psikologi kiranya dapat diartikan sebagai suatu ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu dalam berinteraksi dengan
lingkungannya.

Psikologi terbagi ke dalam dua bagian yaitu psikologi umum (general phsychology) yang mengkaji perilaku pada umumnya dan psikologi khusus yang mengkaji perilaku individu
dalam situasi khusus, diantaranya :

 Psikologi Perkembangan; mengkaji perilaku individu yang berada dalam proses perkembangan mulai dari masa konsepsi sampai dengan akhir hayat.
 Psikologi Kepribadian; mengkaji perilaku individu khusus dilihat dari aspek – aspek kepribadiannya.
 Psikologi Klinis; mengkaji perilaku individu untuk keperluan penyembuhan (klinis)
 Psikologi Abnormal; mengkaji perilaku individu yang tergolong abnormal.
 Psikologi Industri; mengkaji perilaku individu dalam kaitannya dengan dunia industri.
 Psikologi Pendidikan; mengkaji perilaku individu dalam situasi pendidikan

Disamping jenis – jenis psikologi yang disebutkan di atas, masih terdapat berbagai jenis psikologi lainnya, bahkan sangat mungkin ke depannya akan semakin terus berkembang,
sejalan dengan perkembangan kehidupan yang semakin dinamis dan kompleks.
Psikologi pendidikan dapat dikatakan sebagai suatu ilmu karena didalamnya telah memiliki kriteria persyaratan suatu ilmu, yakni :

 Ontologis; obyek dari psikologi pendidikan adalah perilaku-perilaku individu yang terlibat langsung maupun tidak langsung dengan pendidikan, seperti peserta didik,
pendidik, administrator, orang tua peserta didik dan masyarakat pendidikan.
 Epistemologis; teori-teori, konsep-konsep, prinsip-prinsip dan dalil – dalil psikologi pendidikan dihasilkan berdasarkan upaya sistematis melalui berbagai studi
longitudinal maupun studi cross sectional, baik secara pendekatan kualitatif maupun pendekatan kuantitatif.
 Aksiologis; manfaat dari psikologi pendidikan terutama sekali berkenaan dengan pencapaian efisiensi dan efektivitas proses pendidikan.

Dengan demikian, psikologi pendidikan dapat diartikan sebagai salah satu cabang psikologi yang secara khusus mengkaji perilaku individu dalam konteks situasi pendidikan
dengan tujuan untuk menemukan berbagai fakta, generalisasi dan teori-teori psikologi berkaitan dengan pendidikan, yang diperoleh melalui metode ilmiah tertentu, dalam rangka
pencapaian efektivitas proses pendidikan.

Pendidikan memang tidak bisa dilepaskan dari psikologi. Sumbangsih psikologi terhadap pendidikan sangatlah besar. Kegiatan pendidikan, khususnya pada pendidikan formal,
seperti pengembangan kurikulum, Proses Belajar Mengajar, sistem evaluasi, dan layanan Bimbingan dan Konseling merupakan beberapa kegiatan utama dalam pendidikan yang di
dalamnya tidak bisa dilepaskan dari psikologi.

Pendidikan sebagai suatu kegiatan yang di dalamnya melibatkan banyak orang, diantaranya peserta didik, pendidik, adminsitrator, masyarakat dan orang tua peserta didik. Oleh
karena itu, agar tujuan pendidikan dapat tercapai secara efektif dan efisien, maka setiap orang yang terlibat dalam pendidikan tersebut seyogyanya dapat memahami tentang
perilaku individu sekaligus dapat menunjukkan perilakunya secara efektif.

Guru dalam menjalankan perannya sebagai pembimbing, pendidik dan pelatih bagi para peserta didiknya, tentunya dituntut memahami tentang berbagai aspek perilaku dirinya
maupun perilaku orang-orang yang terkait dengan tugasnya,–terutama perilaku peserta didik dengan segala aspeknya–, sehingga dapat menjalankan tugas dan perannya secara
efektif, yang pada gilirannya dapat memberikan kontribusi nyata bagi pencapaian tujuan pendidikan di sekolah.

Di sinilah arti penting Psikologi Pendidikan bagi guru. Penguasaan guru tentang psikologi pendidikan merupakan salah satu kompetensi yang harus dikuasai guru, yakni
kompetensi pedagogik. Muhibbin Syah (2003) mengatakan bahwa “diantara pengetahuan-pengetahuan yang perlu dikuasai guru dan calon guru adalah pengetahuan psikologi
terapan yang erat kaitannya dengan proses belajar mengajar peserta didik”

Dengan memahami psikologi pendidikan, seorang guru melalui pertimbangan – pertimbangan psikologisnya diharapkan dapat :
1. Merumuskan tujuan pembelajaran secara tepat.

Dengan memahami psikologi pendidikan yang memadai diharapkan guru akan dapat lebih tepat dalam menentukan bentuk perubahan perilaku yang dikehendaki sebagai tujuan
pembelajaran. Misalnya, dengan berusaha mengaplikasikan pemikiran Bloom tentang taksonomi perilaku individu dan mengaitkannya dengan teori-teori perkembangan individu.

2. Memilih strategi atau metode pembelajaran yang sesuai.

Dengan memahami psikologi pendidikan yang memadai diharapkan guru dapat menentukan strategi atau metode pembelajaran yang tepat dan sesuai, dan mampu mengaitkannya
dengan karakteristik dan keunikan individu, jenis belajar dan gaya belajar dan tingkat perkembangan yang sedang dialami siswanya.

3. Memberikan bimbingan atau bahkan memberikan konseling.

Tugas dan peran guru, di samping melaksanakan pembelajaran, juga diharapkan dapat membimbing para siswanya. Dengan memahami psikologi pendidikan, tentunya diharapkan
guru dapat memberikan bantuan psikologis secara tepat dan benar, melalui proses hubungan interpersonal yang penuh kehangatan dan keakraban.

4. Memfasilitasi dan memotivasi belajar peserta didik.

Memfasilitasi artinya berusaha untuk mengembangkan segenap potensi yang dimiliki siswa, seperti bakat, kecerdasan dan minat. Sedangkan memotivasi dapat diartikan berupaya
memberikan dorongan kepada siswa untuk melakukan perbuatan tertentu, khususnya perbuatan belajar. Tanpa pemahaman psikologi pendidikan yang memadai, tampaknya guru
akan mengalami kesulitan untuk mewujudkan dirinya sebagai fasilitator maupun motivator belajar siswanya.

5. Menciptakan iklim belajar yang kondusif.

Efektivitas pembelajaran membutuhkan adanya iklim belajar yang kondusif. Guru dengan pemahaman psikologi pendidikan yang memadai memungkinkan untuk dapat
menciptakan iklim sosio-emosional yang kondusif di dalam kelas, sehingga siswa dapat belajar dengan nyaman dan menyenangkan.

6, Berinteraksi secara tepat dengan siswanya.

Pemahaman guru tentang psikologi pendidikan memungkinkan untuk terwujudnya interaksi dengan siswa secara lebih bijak, penuh empati dan menjadi sosok yang menyenangkan
di hadapan siswanya.

7. Menilai hasil pembelajaran yang adil.

Pemahaman guru tentang psikologi pendidikan dapat mambantu guru dalam mengembangkan penilaian pembelajaran siswa yang lebih adil, baik dalam teknis penilaian,
pemenuhan prinsip-prinsip penilaian maupun menentukan hasil-hasil penilaian.

LANDASAN TEORI PSIKOLOGI

PENDAHULUAN
Keberhasilan pendidik dalam melaksanakan berbagai peranannya antara lain akan dipengaruhi oleh pemahamannya tentang perkembangan peserta didik. Oleh karena itu agar
sukses dalam mendidik, kita perlu memahami perkembangan, sebab hal ini membantu kita dalam memahami tingkah laku. Tingkah laku siswa sendiri dipelajari dalam suatu ilmu
yang disebut sebagai psikologi. Psikologi adalah ilmu yang mempelajari jiwa manusia.

Psikologi sebagai ilmu yang mempelajari perilaku manusia, karena ilmu pengetahuan menghendaki objeknya dapat diamati, dicatat dan diukur, jiwa dipandang terlalu abstrak, dan
jiwa hanyalah salah satu aspek kehidupan individu. Psikologi dapat disebut sebagai ilmu  yang mandiri karena memenuhi syarat berikut:

1)   Secara sistematis psikologi dipelajari melalui penelitian-penelitian ilmiah dengan menggunakan metode ilmiah

2)    Memiliki struktur kelimuan yang jelas

3)    Memiliki objek formal dan material

4)    Menggunakan metode ilmiah seperti eksperimen, observasi, case history, test and measurement

5)    Memliki terminologi khusus seperti bakat, motivasi, inteligensi, kepribadian

6)    Dapat diaplikasikan dalam berbagai adegan kehidupan

Psikologi dalam perkembangannya banyak dipengaruhi oleh ilmu-ilmu lain misalnya filsafat, sosiologi, fisiologi, antrpologi, biologi. Pengaruh ilmu tersebut terhadap psikologi
dapat dalam bentuk landasan epistimologi dan  metode yang digunakan.

Sumbangan Psikologi terhadap pendidikan, Subjek dan objek pendidikan adalah manusia (individu) psikologi memberikan wawasan bagaimana memahami perilaku individu
dalam proses pendidikan dan bagaimana membantu individu agar dapat berkembang secara optimal serta mengatasi permasalahan yang timbul dalam diri individu (siswa) terutama
masalah belajar yang dalam hal ini adalah masalah dari segi pemahan dan keterbatasan pembelajaran yang dialami oleh siswa. Psikologi dibutuhkan di berbagai ilmu pengetahuan
untuk mengerti dan memahami kejiwaan seseorang.  Psikologi juga merupakan suatu disiplin ilmu berobyek formal perilaku manusia, yang berkembang pesat sesuai dengan
perkembangan perilaku manusia dalam berbagai latar.

Belajar dengan cara menyenangkan bagi siswa, kurang mendapatkan perhatian para pendidik. Sebagian besar guru mengajar dengan metode ceramah dan “menjejali” anak dengan
materi pelajaran untuk mengejar target kurikulum. Akibatnya hasil pembelajaran kurang signifikan sesuai dengan kompetensi yang diharapkan sesuai kurikulum. Sebaiknya para
tenaga pendidik mulai berbenah diri agar beberapa kompetensi guru profesional dimiliki sehingga akan berpengaruh terhadap peningkatan mutu pembelajaran.

Di zaman kemajuan ilmu pengatahuan dan teknologi sekarang ini, para ahli berusaha untuk meningkatkan mengajar itu menjadi suatu ilmu atau science. Dengan metode mengajar
yang ilmiah, diharapkan proses belajar mengajar itu lebih terjamin keberhasilannya. Inilah yang sedang diusahakan oleh teknologi pendidikan. Sebuah obsesi bahwa pada suatu
saat, mengajar atau mendidik itu menjadi suatu teknologi yang dapat dikenal dan dikuasai langkah-langkahnya.

Sejak berabad-abad orang berusaha untuk mencari jalan meningkatkan mutu metode mengajar dengan mencari prinsip-prinsip atau asas-asas didaktik. Namun demikian dianggap
bahwa mengajar itu masih terlampau banyak merupakan seni yang banyak bergantung kepada bakat dan kepribadian guru.
Akibatnya hasil pembelajaran kurang signifikan sesuai dengan kompetensi yang diharapkan sesuai kurikulum.

Teknologi pendidikan keberadaanya sudah cukup lama, yaitu di era pertengahan 1970-an. Namun sekarang masih banyak tenaga pendidik yang kurang begitu memahami apalagi
menerapkannya dalam dunia pendidikan. Bahkan tidak dapat dipungkiri, masih banyak orang yang memiliki persepsi yang keliru terhadap disiplin ini. Mereka beranggapan bahwa
teknologi pendidikan hanya mengenai televisi, computer atau penggantian peran guru oleh seperangkat teknologi di kelas.
Teknologi pendidikan memberikan pendekatan yang sistematis dan kritis tentang proses belajar mengajar. Teknologi pendidikan memandangnya sebagai suatu masalah yang harus
dihadapi secara rasional dengan menerapkan metode pemecahan masalah. Di samping itu perkembangan teknologi pendidikan didukung oleh perkembangan yang pesat dalam
media komunikasi seperti radio, televisi, video, CCTV, computer, internet dan lain-lain yang dapat dimanfaatkan bagi tujuan instruksional. Dengan mempelajari teknologi
pendidikan, guru akan memilki pegangan yang lebih mantap dan pedoman yang lebih dapat dipercaya untuk memberi pengajaran yang efektif. Sikap ilmiah terhadap proses belajar
mengajar akan memberi sikap yang lebih kritis terhadap cara mengajar dan mendorong untuk mencari cara yang lebih menjamin keberhasilannya. Dengan mendalami teknologi
pendidikan, guru dapat meningkatkan profesinya sebagai guru dan meningkatkan keguruan menjadi suatu profesi dalam arti yang sebenarnya. Setelah mendalami diharapkan guru
mampu menerapkannya dalam pembelajaran karena memiliki nilai yang sangat penting dalam upaya peningkatan mutu pendidikan.

Konsep dan prinsip teknologi pembelajaran sendiri dikembangkan dan diperkaya oleh ahli-ahli bidang Psikologi, seperti Bruner (1966), dan Gagne (1974), ahli Cybernetic seperti
Landa (1976), dan Pask (1976), serta praktisi seperti Gilbert (1969), dan Horn (1969), serta lembaga-lembaga pendidikan yang memiliki ketertarikan atas pengembangan program
pembelajaran. Walaupun teknologi pembelajaran termasuk masih prematur, akan tetapi usaha pengembangannya terus dilakukan secara kreatif dan teliti sehingga mampu
memecahkan permasalahan yang muncul dalam pembelajaran, sampai kepada hal-hal mikro dalam tahapan tingkahlaku belajar peserta didik.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan fakta dan data di atas, muncul pertanyaan mendasar menyangkut posisi pentingnya teknologi pendidikan (pengajaran) dalam pembelajaran. Untuk menjawab
persoalan tersebut, paper ini mencoba menghadirkan penerapan teknologi pendidikan sebagai langkah peningkatan mutu pembelajaran. Adapun masalah yang dirumuskan adalah
sebagai berikut:

1. Apa landasan psikologi dalam teknologi pendidikan ?


2. Mengapa penerapan landasan psikologi menjadi penting dalam pengembangan teknologi pendidikan dalam upaya peningkatan mutu pembelajaran ?

PEMBAHASAN

1. PENGERTIAN PSIKOLOGI

Psikologi berasal dari kata Yunani “psyche” yang artinya jiwa. Logos berarti ilmu pengetahuan. Jadi secara etimologi psikologi berarti : “ilmu yang mempelajari tentang jiwa, baik
mengenai gejalanya, prosesnya maupun latar belakangnya”. Namun pengertian antara ilmu jiwa dan psikologi sebenarnya berbeda atau tidak sama  (menurut Gerungan dalam
Khodijah : 2006) karena :

¨      Ilmu jiwa adalah : ilmu jiwa secara luas termasuk khalayan dan spekulasi tentang jiwa itu.

¨      Ilmu psikologi adalah ilmu pengetahuan mengenai jiwa yang diperoleh secara sistematis dengan metode-metode ilmiah

Beberapa definisi tentang psikologi yang dikemukakan oleh beberapa ahli antara lain :

1. Willhelm Wundt (dalam Khodijah, 2006) menyatakan bahwa psikologi adalah ilmu tentang kesadaran manusia (the science of human consciouness). Definisi ini sangat
membatasi tentang garapan psikologi karena tidur dan mimpi dianggap bukan sebagai kajian psikologi.
2. Woodworth dan Marquis (dalam Khodijah, 2006) menyatakan bahwa psikologi adalah ilmu tentang aktivitas-aktivitas individu mencakup aktivitas motorik, kognitif,
maupun emosional.
3. Branca (dalam Khodijah, 2006) dalam bukunya yang berjudul Psychology The Science of Behavior, mendefinisikan psikologi sebagai ilmu tentang perilaku.
4. Sartain dkk (dalam Khodijah, 2006) menyatakan bahwa psikologi merupakan ilmu tentang perilaku manusia.
5. Knight dan Knight (dalam Khodijah, 2006) menyatakan bahwa psikologi dapat didefinisikan sebagai suatu study sistematis tentang pengalaman dan perilaku manusia dan
hewan, normal dan abnormal, individu dan social.
6. Morgan dkk (dalam Khodijah, 2006) menyatakan bahwa psikologi adalah ilmu tentang perilaku manusia dan hewan, namun penerapan ilmu tersebut pada manusia (the
science of human and animal behavior; it includes the application of this science to human problems).

Dapat disimpulkan bahwa psikologi adalah ilmu yang memepelajari gejala kejiwaan yang ditampakkan dalam bentuk perilaku baik manusia ataupun hewan yang pemanfaatannya
untuk kepentingan manusia ataupun aktivitas-aktivitas individu baik yang disadari ataupun yang tidak disadari yang diperoleh melalui suatu proses atau langkah-langkah ilmiah
tertentu.

1. CABANG – CABANG PSIKOLOGI

Pada dasarnya terdapat dua cabang ilmu psikologi yang berkaitan erat dalam proses pengembangan teknologi pendidikan, yaitu psikologi perkembangan dan psikologi belajar.
Psikologi perkembangan merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu berkenaan dengan perkembangannya. Dalam psikologi perkembangan dikaji tentang hakekat
perkembangan, pentahapan perkembangan, aspek-aspek perkembangan, tugas-tugas perkembangan individu, serta hal-hal lainnya yang berhubungan perkembangan individu, yang
semuanya dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan mendasari pengembangan teknologi pendidikan. Psikologi belajar merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku
individu dalam konteks belajar. Psikologi belajar mengkaji tentang hakekat belajar dan teori-teori belajar, serta berbagai aspek perilaku individu lainnya dalam belajar, yang
semuanya dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan sekaligus mendasari pengembangan teknologi pendidikan.

Oleh sebab  itu, dalam pengembangan teknologi pendidikan yang senantiasa berhubungan dengan program pendidikan untuk kepentingan peserta didik, maka landasan psikologi
mutlak harus dijadikan dasar dalam proses pengembangan teknologi pendidikan. Perkembangan yang dialami oleh peserta didik pada umumnya diperoleh melalui proses belajar.
Guru sebagai pendidik harus mengupayakan cara/metode yang lebih baik untuk melaksanakan proses pembelajaran guna mendapatkan hasil yang optimal, dalam hal ini proses
pembelajaran mutlak diperlukan pemikiran yang mendalam dengan memperhatikan psikologi belajar

1. BEBERAPA TEORI DALAM PSIKOLOGI YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN.

Pembelajaran pada hakekatnya mempersiapkan peserta didik untuk dapat menampilkan tingkah laku hasil belajar dalam kondisi yang nyata, atau untuk memecahkan masalah yang
dihadapi dalam kehidupannya. Untuk itu, pengembang program pembelajaran selalu menggunakan teknik analisis kebutuhan belajar untuk memperoleh informasi mengenai
kemampuan yang diperlukan peserta didik. Bahkan setelah peserta didik menyelesaikan kegiatan belajar selalu dilakukan analisis umpan balik untuk melihat kesesuaian hasil
belajar dengan kebutuhan belajar. Menurut Lumsdaine (dalam Miarso 2009), ilmu perilaku merupakan ilmu yang utama dalam perkembangan teknologi pendidikan terutama ilmu
tentang psikologi belajar, sedangkan menurut Deterline (dalam miarso 2009) berpendapat bahwa teknologi pembelajaran merupakan pengembangan ataupun aplikasi dari teknologi
perilaku yang digunakan untuk menghasilkan suatu perubahan perilaku tertentu dari pebelajar secara sitematis guna pencapaian ketuntasan hasil belajar itu sendiri. Sedangkan
Harless (1968) menyebutnya dengan “front-end analysis”, sedangkan Mager dan Pape (1970) menyebutnya “performance problem analysis”. Dan Romizwoski (1986)
mengistilahkan kegitan tersebut sebagai “performance technology”. Belajar berkaitan dengan perkembangan psikologis peserta didik, pengalaman yang perlu diperoleh,
kemampuan yang harus dipelajari, cara atau teknik belajar, lingkungan yang perlu menciptakan kondisi yang kondusif, sarana dan fasilitas yang mendukung, dan berbagai faktor
eksternal lainnya. Untuk itu, Malcolm Warren (1978) mengungkapkan bahwa diperlukan teknologi untuk mengelola secara efektif pengorganisasian berbagai sumber manusiawi.
Romizowski (1986) menyebutnya dengan “Human resources management technology”. Penanganan berbagai pihak yang diperlukan dan memiliki perhatian terhadap
pengembangan program belajar dan penyelenggaraan kegiatan pembelajaran memerlukan satu teknik tertentu yang dapat mengkoordinir dan mengakomodasikannya sesuai dengan
potensi dan keahlian masing-masing.

Kajian ahli-ahli psikologi dan sosial psikologi dalam pendidikan berlangsung selama masa dan pasca perang dunia ke II, terutama menjadi fokus kajian di lingkungan pengajaran
militer (Lange, 1969). Hasil kajiannya membawa pengaruh terhadap penyelenggaraan pembelajaran, terutama dalam menetapkan tujuan pengajaran, memahami peserta didik,
pemilihan metode mengajar, pemilihan sumber belajar, dan penilaian. Kemudian berkembang beberapa kajian yang berkaitan dengan hubungan antara media audiovisual dengan
pembelajaran yang difokuskan pada persepsi peserta didik, penyajian pesan, dan pengembangan model pembelajaran. Studi masa itu kebanyakan diwarnai oleh aliran psikologi
behavior, sebagai contoh operant behavioral conditioning yang ditemukan BF Skinner (1953). Teori belajar dan psikologi behavior ini mempengaruhi teknologi pendidikan pada
masa itu dalam tiga hal, yaitu:

1. pengembangan dan penggunaan teaching machine dan program pembelajaran;


2. spesifikasi tujuan pendidikan ke arah behavioral objectives; dan
3. pencocokan konsep operant conditioning dengan konsep model komunikasi (Ely, 1963).

Dalam dunia pendidikan begitu banyak teori tingkah laku diantaranya yang sangat dikenal adalah teori “Classical Conditioning” dari Ivan Pavlov, “Connectionism: dari E. L.
Thorndike, “Hypothetic Deductive” dari Clark L. Hull dan “Operant Conditioning” dari BF. Skinner

1. Classical Conditioning (Ivan Pavlov)

Teori tingkah laku diawali oleh Ivan Pavlov dalam tahun-tahun akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 dengan teorinya “Classical Conditioning” yang menyatakan bahwa stimulus
baru dapat dibuat untuk menimbulkan refleks tertentu. Dalam penelitiannya yang dilakukan pada seekor anjing, ia memperhatikan perubahan tingkah laku pada waktu tertentu.
Dalam ekperimennya, menunjukkan bagaimana belajar dapat mempengaruhi perilaku yang selama ini disangka refleksif dan tidak dapat dikendalikan.

2. Connectionism (E. L. Thorndike)

Dalam studi Thorndike, ia memandang perilaku sebagai suatu respons terhadap stimulus-stimulus dan lingkungan, artinya stimulus-stimulus dapat memberikan respons sehingga
teorinya dikenal dengan teori S-R (Stimulus-Respons). Thorndike menghubungkan perilaku pada rekleks-refleks fisik, sehingga ia menyatakan bahwa perilaku ditentukan secara
refleksif oleh stimulus yang ada dan lingkungan, dan bukan oleh pikiran yang sadar atau tidak sadar. Dalam eksperimennya yang dilakukan pada kucing yang dimasukkan kedalam
kotak. Dari eksperimennya mengembangkan tiga hukumnya, yaitu : “Law of Effect” yang menyatakan “prnsip senang tidak senang. Suatu respon akan diperkuat apabila diikuti
oelh suatu perasaan senang terhadap sesuatu, dan respon akan diperlemah jika diikuti oleh suatu rasa tidak senang”, “Law of Exercise” yang menyatakan bahwa “semakin sering
suatu respon yang berasal dari suatu stimulus tertentu maka akan semakin besar kemungkinan respon tersebut untuk dicamkan atau diingat dalam suatu long term memory” dan
“Law of Readiness” yang menyatakan bahwa “perkembangan system syaraf akan menyebabkan unit perilaku tertentu akan lebih mudah dilakukan dibandingkan dengan unit
perilaku yang lainnya dengan kata lain pembelajaran yang diberikan kepada siswa disesuaikan dengan tingkat perkembangan peserta didik”.

Sedangkan menurut Saettler peranan ataupun kontribusi yang cukup besar oleh Thorndike dalam Teknologi Pembelajaran adalah dengan rumusannya tentang prinsip-prinsip 1)
aktivitas diri, 2) minat / motivasi, 3) kesiapan mental, 4) individualisasi dan 5) sosialisasi.

Adapun contoh penerapan teori Thorndike adalah Apabila hal yang dipelajari kemudian mempunyai banyak persamaan dengan hal yang dipelajari terdahulu, maka akan terjaid
transfer yang positif di mana hal yangbaru itu tidak akan terlalu sulit dipelajari. Misalnya orang yang sudah pernah belajar menunggang kuda, tidak akan terlalu sulit belajar
mengemudikan kereta berkuda. Sebaliknya, kalau antara hal yang dipelajari kemudian dan hal yang dipelajari terdahulu terdapat banyak perbedaan, maka akan sulitlah
mempelajari hal yang kemudian itu, dan di sini terjadi transfer yang negatif. Misalnya, seorang yang sudah biasa menulis dengan tangan kiri, karena menulis dengan tangan kiri
sama sekali lain caranya daripada menulis dengan tangan kanan.

3. B. F. Skinner

B.F. Skinner berkebangsaan Amerika dikenal sebagai tokoh behavioris dengan pendekatan model instruksi langsung dan meyakini bahwa perilaku dikontrol melalui proses operant
conditioning. Di mana seorang dapat mengontrol tingkah laku organisme melalui pemberian reinforcement yang bijaksana dalam lingkungan relatif besar. Dalam beberapa hal,
pelaksanaannya jauh lebih fleksibel daripada conditioning klasik. Gaya mengajar guru dilakukan dengan beberapa pengantar dari guru secara searah dan dikontrol guru melalui
pengulangan dan latihan.

Menajemen Kelas menurut Skinner adalah berupa usaha untuk memodifikasi perilaku antara lain dengan proses penguatan yaitu memberi penghargaan pada perilaku yang
diinginkan dan tidak memberi imbalan apapun pada perilaku yanag tidak tepat. Operant Conditioning adalah suatu proses perilaku operant ( penguatan positif atau negatif) yang
dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat berulang kembali atau menghilang sesuai dengan keinginan.

Asas-asas Skinner tentang kondisioning operan memberikan  pengaruh baru pada studi dan analisa tingkah laku. Landasan bagi asas-asas Skinner tantang kondisioning operan
adalah kepercayaannya tentang sifat hakekat ilmu perilaku dan cirri-ciri tingkah laku hasil belajar. Sehingga ia mendefinisikan belajar itu merupakan tingkah laku dimana ketika
subjek belajar, responnya meningkat dan bila terjadi sebaliknya responnya menurun.
Skinner menyatakan bahwa unsur terpenting dalam belajar adalah penguatan (reinforcement). Maksudnya adalah pengetahuan yang terbentuk melalui ikatan stimulu-respon akan
semakin kuat bila diberi penguatan.
Jenis Penguatan: Skinner membagi penguatan ini menjadi dua, yaitu penguatan positif. Penguatan positif sebagai stimulus, dapat meningkatkan terjadinya pengulangan tingkah
laku itu sedangkan penguatan negatif dapat mengakibatkan perilaku berkurang atau menghilang. Bentuk-bentuk penguatan positif adalah berupa hadiah (permen, kado, makanan,
dll), perilaku (senyum, menganggukkan kepala untuk menyetujui, bertepuk tangan, mengacungkan jempol), atau penghargaan (nilai A, Juara 1 dan sebagainya). Bentuk-bentuk
penguatan negatif antara lain: menunda/tidak memberi penghargaan, memberikan tugas tambahan atau menunjukkan perilaku tidak senang (menggeleng, kening berkerut, muka
kecewa dan lain lain).

Beberapa prinsip belajar Skinner antara lain:

1. Hasil belajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan, jika benar diberi penguat.
2. Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar.
3. Materi pelajaran, digunakan sistem modul.
4. Dalam proses pembelajaran, lebih dipentingkan aktivitas sendiri.
5. Dalam proses pembelajaran, tidak digunakan hukuman. Namun ini lingkungan perlu diubah, untuk menghindari adanya hukuman.
6. Tingkah laku yang diinginkan pendidik, diberi hadiah, dan sebagainya. Hadiah diberikan dengan digunakannya jadwal variable rasio reinforcer.
7. Dalam pembelajaran, digunakan shaping.

Kelebihan dan Kekurangan Teori Skinner

1. Kelebihan

Pada teori ini, pendidik diarahkan untuk menghargai setiap anak didiknya. hal ini ditunjukkan dengan dihilangkannya sistem hukuman. Hal itu didukung dengan adanya
pembentukan lingkungan yang baik sehingga dimungkinkan akan meminimalkan terjadinya kesalahan.

2. Kekurangan

Tanpa adanya sistem hukuman akan dimungkinkan akan dapat membuat anak didik menjadi kurang mengerti tentang sebuah kedisiplinan. hal tersebuat akan menyulitkan
lancarnya kegiatan belajar-mengajar. Dengan melaksanakan mastery learning, tugas guru akan menjadi semakin berat.

Beberapa Kekeliruan dalam penerapan teori Skinner adalah penggunaan hukuman sebagai salah satu cara untuk mendisiplinkan siswa. Menurut Skinner hukuman yang baik adalah
anak merasakan sendiri konsekuensi dari perbuatannya. Misalnya anak perlu mengalami sendiri kesalahan dan merasakan akibat dari kesalahan. Penggunaan hukuman verbal
maupun fisik seperti: kata-kata kasar, ejekan, cubitan, jeweran justru berakibat buruk pada siswa.

Selain itu kesalahan dalam reinforcement positif juga terjadi didalam situasi pendidikan seperti penggunaan rangking Juara di kelas yang mengharuskan anak menguasai semua
mata pelajaran. Sebaliknya setiap anak diberi penguatan sesuai dengan kemampuan yang diperlihatkan sehingga dalam satu kelas terdapat banyak penghargaan sesuai dengan
prestasi yang ditunjukkan para siswa: misalnya penghargaan di bidang bahasa, matematika, fisika, menyanyi, menari atau olahraga.

Teori dan prinsip Skinner ini diaplikasikan dalam bentuk “mesin pengajar”  (teaching machine ) Skinner mengungkapkan bahwa teaching machine sangat mendasar dalam proses
pembelajaran, terutama dalam memperkuat (reinforcement) pembelajaran. Menurutnya bahwa teaching machine adalah instrumen yang simpel dan menyatu dengan usaha
penguatan pembelajaran, sehingga peserta didik dapat memperkuat perolehan pengalaman belajarnya. Prinsip Teaching Mesin ini hingga sekarang masih banyak dipakai dalam
membuat Pembelajaran Berbantuan Komputer (PBK) atau  Computer Assisted Instruction (CAI). Konsep reinforcement dalam pengajaran ini banyak diwarnai oleh hukum operant
conditioning yang mengikuti Thorndike’s law effect.
Menurut Skinner untuk mengendalikan belajar pada manusia secara efektif dan efisien guna mencapai tujuan pembelajaran dan Mastery Learning diperlukan bantuan peralatan,
yang akan bertindak selaku mekanisme penguatan supaya stimulus yang diberikan kepada pembelajar dapat bertahan dalam waktu yang lama dan dapat lebih mudah diterima dan
dipahami.

Keterkaitan teori belajar ini terus dikaji oleh para ahli teknologi pendidikan, sehingga tidak hanya psikologi behavior saja yang memiliki kontribusi terhadap teknologi pendidikan
akan tetapi bergeser ke arah psikologi kognitif sebagaimana dikembangkan oleh Robert M Gagne (The Conditions of Learning and theory of instruction, 1916).

Teori Perkembangan Kognitif, dikembangkan oleh Jean Piaget, seorang psikolog Swiss yang hidup tahun 1896-1980. Teorinya memberikan banyak konsep utama dalam lapangan
psikologi perkembangan dan berpengaruh terhadap perkembangan konsep kecerdasan, yang bagi Piaget, berarti kemampuan untuk secara lebih tepat merepresentasikan dunia dan
melakukan operasi logis dalam representasi konsep yang berdasar pada kenyataan. Teori ini membahas munculnya dan diperolehnya schemata (skema) tentang bagaimana
seseorang mempersepsi lingkungannya dalam tahapan-tahapan perkembangan, saat seseorang memperoleh cara baru dalam merepresentasikan informasi secara mental. Teori ini
digolongkan ke dalam konstruktivisme, yang berarti, tidak seperti teori nativisme (yang menggambarkan perkembangan kognitif sebagai pemunculan pengetahuan dan kemampuan
bawaan), teori ini berpendapat bahwa kita membangun kemampuan kognitif kita melalui tindakan yang termotivasi dengan sendirinya terhadap lingkungan. Untuk pengembangan
teori ini, Piaget memperoleh Erasmus Prize. Piaget membagi skema yang digunakan anak untuk memahami dunianya melalui empat periode utama yang berkorelasi dengan dan
semakin canggih seiring pertambahan usia:

 Periode sensorimotor (usia 0–2 tahun)


 Periode praoperasional (usia 2–7 tahun)
 Periode operasional konkrit (usia 7–11 tahun)
 Periode operasional formal (usia 11 tahun sampai dewasa)

Kedudukan teori belajar dijadikan sumber inspirasi di dalam pengembangan model pembelajaran, terutama di dalam penetapan tingkah laku yang harus dikuasai peserta didik,
karakteristik peserta didik, kondisi-kondisi pembelajaran yang harus dirancang, beserta berbagai fasilitas belajar yang dapat memperkuat pengalaman belajar peserta didik.

Teknologi Pembelajaran merupakan gabungan dari tiga aliran yang saling berkepentingan, yaitu media dalam pendidikan, psikologi pembelajaran dan pendekatan sistem dalam
pendidikan.

Adalah Edgar Dale dan James Finn merupakan dua tokoh yang berjasa dalam pengembangan Teknologi Pembelajaran modern. Edgar Dale mengemukakan tentang Kerucut
Pengalaman (Cone of Experience)  sebagaimana tampak dalam gambar 1 berikut ini :

Gambar 1. Kerucut Pengalaman Dale

(dalam http://hassansitam.net/tekpembelajaran.doc)

Dari gambar tersebut dapat kita lihat rentangan tingkat pengalaman  dari yang bersifat langsung hingga ke pengalaman melalui simbol-simbol komunikasi, yang merentang dari
yang bersifat kongkrit ke abstrak, dan tentunya memberikan implikasi tertentu terhadap pemilihan metode dan bahan pembelajaran, khususnya dalam pengembangan Teknologi
Pembelajaran.

Pemikiran Edgar Dale tentang Kerucut Pengalaman (Cone of Experience) ini merupakan upaya awal untuk memberikan alasan atau dasar tentang keterkaitan antara teori belajar
dengan komunikasi audiovisual. Kerucut Pengalaman Dale telah menyatukan teori pendidikan John Dewey (salah satu tokoh aliran progresivisme)  dengan gagasan – gagasan
dalam bidang psikologi yang tengah populer pada masa itu.

Sedangkan, James Finn  seorang mahasiswa tingkat doktoral dari Edgar Dale berjasa dalam mengusulkan bidang komunikasi audio-visual menjadi Teknologi Pembelajaran yang
kemudian berkembang hingga saat ini menjadi suatu profesi tersendiri, dengan didukung oleh penelitian, teori dan teknik tersendiri. Gagasan Finn mengenai terintegrasinya sistem
dan proses mampu mencakup dan memperluas gagasan Edgar Dale tentang keterkaitan antara bahan dengan proses pembelajaran.
KESIMPULAN

Psikologi adalah ilmu yang memepelajari gejala kejiwaan yang ditampakkan dalam bentuk perilaku baik manusia ataupun hewan yang pemanfaatannya untuk kepentingan manusia
ataupun aktivitas-aktivitas individu baik yang disadari ataupun yang tidak disadari yang diperoleh melalui suatu proses atau langkah-langkah ilmiah tertentu.

Ilmu psikologi itu sendiri juga berkembang dalam dua cabang, antara lain sebagai berikut:

1. Psikologi umum: mempelajari gejala psikis pada manusia seperti motivasi, intelegensi, minat dan sebagainya.
2. Psikologi terapan: mempelajari gejala psikis manusia menurut aspek-aspek tertentu sesuai dengan tujuannya. Psikologi terapan meliputi psikologi pendidikan, psikologi
belajar, psikologi komunikasi dan sebagainya.

Beberapa teori psikologi yang mempengaruhi langsung penerapan Teknologi Pendidikan:

1. Tingkah laku yang diperkuat lebih besar kemungkinannya untuk muncul kembali
2. Penguatan yang positif cenderung lebih berhasil dari yang negatif
3. Mengulang segera sesudah mempelajari sesuatu, mengurangi kemungkinan untuk melupakan
4. Belajar lebih sering terjadi bila tugas yang diberikan berarti bagi subyek, serta dalam batas kemampuannya
5. Pemberian bantuan yang terlalu banyak menyebabkan berkembangnya rasa tidak mampu, dll.

Aplikasi Psikologi Pendidikan dalam Teknologi Pendidikan adalah yang menyangkut dengan aspek-aspek perilaku dalam ruang lingkup belajar mengajar. Secara psikologis,
manusia adalah mahluk individual namun juga sebagai makhluk social dengan kata lain manusia itu sebagai makhluk yang unik. Maka dari itu kajian psikologi pendidikan dalam
Teknologi pendidikan seharusnya memperhatikan keunikan yang dimiliki oleh setiap individu baik ditinjau dari segi tingkat kecerdasan, kemampuan, sikap, motivasi, perasaan
serta karakteristik-karakteristik individu lainnya.  Dan strategi belajar seperti itu terdapat dalam kajian ilmu Teknologi Pendidikan.

Di dalam Teknologi Pendidikan diajarkan tentang berbagai teori seperti behavioristik dan kognitif. behavioristik sendiri untuk mengetahui sejauh mana respon atau rangsang yang
di alami oleh objek. Maka dari pada itu rangsangan awal tidak boleh hilang, dan harus diteruskan dengan rangsangan yang dapat membuat si objek merespon. Untuk merangsang si
objek agar mau belajar, maka dibutuhkanlah ilmu psikologi pendidikan. Begitu juga Dengan adanya teori kognitif, kita dapat mengetahui keadaan psikis si objek, perasaan objek
yang mempengaruhi bagaimana dan apa yang ia pelajari. Karena pada dasarnya, teori kognitif  lebih memfokuskan pada proses belajar untuk mengerti dunia yang membutuhkan
psikologi yang kuat.

Intinya bahwa pengaplikasian psikologi pendidikan terhadap teknologi pendidikan sangat erat karena dalam membuat strategi belajar dan untuk mengetahui tehnik belajar yang
baik maka terlabih dahulu kita harus mengerti ilmu jiwa, dalam hal ini adalah psikologi pendidikan.

DAFTAR PUSTAKA

Dirgagunarsa, Singgih, 1983. Pengantar Psikologi. Jakarta : Mutiara

Khodijah, Nyayu, 2006. Psikologi Belajar. Palembang : IAIN Raden Fatah Palembang

Miarso, Yusufhadi, 2009. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan.Jakarta : Kencana

Pidarta, Made, 1997. Landasan Kependidikan. Jakarta : PT. Rineka Cipta

Prawiradilaga, Dewi Salma dan  Eveline Siregar. 2008. Mozaik Teknologi Pendidikan. Jakarta : Kencana
http://bambangriyantomath.wordpress.com/2009/05/29/teori-asosiasi-thondike-dan-penguatan-skinner/

http://damsku88.wordpress.com Konsep Dasar Teknologi Pendidikan

http://edwi.dosen.upnyk.ac.id/PSISOS.1.doc Pengertian Psikologi

http://e-majalah.com/ishak1108.html RANCANG BANGUN KONSEP TEKNOLOGI PENDIDIKAN

http://fisikaumm.blogspot.com/2009/01/teori-belajar-behavioristik.html

http://hassansitam.net/tekpembelajaran.doc Latar Belakang Sejarah Dan Definisi Teknologi Pembelajaran

http://ilmu-psikologi.blogspot.com/2009/05/pengertian-psikologi-pendidikan.html

http://id.wikipedia.org/wiki/Teori_perkembangan_kognitif

http://inayah-setiani-uin-bi-2b.blogspot.com/2008/04/teori-thorndike.html

http://junaedi2008.blogspot.com/2009/01/landasan-psikologi-pendidikan.html

http://laisalax.multiply.com/journal/item/13. Aplikasi Psikologi Pendidikan Pada Teknologi Pendidikan.

http://paisnews.blogspot.com/2009/04/pentingnya-teknologi-dalam-pembelajaran.html

http://t-goeh.blogspot.com/2008/03/teori-belajar-menurut-bf-skinner.html

http://www.blogger.com/feeds/208627639063949654/posts/default

http://www.ghina.0fees.net/index.php?option=com_content&view=article&id=46&Itemid=59

hhttp://www.stainbukittinggi.ac.id/index.php?option=com_content&view=article&id=61:pengembangan-kompetensi-siswa&catid=34:tulisan-ilmiah&Itemid=37

ttp://www.teknologi-pembelajaran.co.cc. pengertian-teknologi-pendidikan-tidak.html

http://www.teknologi-pembelajaran.co.cc/2009/09/edward-lee-thorndike.html

http://zulherman12.blogspot.com/2008_12_01_archive.html Teori Behaviorisme

Ditulis dalam Uncategorized

Psikologi Pendidikan - Presentation Transcript


1. PSIKOLOGI PENDIDIKAN
Drs. Ahmad Thonthowi
Penerbit ANGKASA Bandung
Tahun 1993
144 halaman
2. Bab I A. Apakah Psikologi itu?
Istilah psikologi berasal dari bahasa inggris “psychology”. Istilah psychology sendiri berasal dari kata yunani ‘psyche”, yang dapat diartikan sebagai roh, jiwa atau daya
hidup dan “logos”, yang dapat diartikan ilmu. Jadi, secara harfiah psikologi berarti ilmu jiwa. Pengertian tingkah laku laku dalam batasan ini mempunyai arti yang luas,
meliputi tingkahlaku yang nyata (terbuka;eksplisit) dan tingkah laku tak nyata (tertutup;implisit). Dengan faktor lingkungan adalah segala faktor yang ada di luar individu,
yang mempunyai hubungan bermakna bagi tingkah laku itu.
3. Psikologi seringkali orang menyamakan pengetahuan dengan ilmu pengetahuan. Padahal keduanya tidak benar, meskipun ilmu pengetahuan itu disusun dari pengetahuan.
Jadi, pengetahuan itu belum tentu merupakan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, jika disebut kata psikologi sebelum masa itu, diartikan sebagai pemikiran tentang jiwa
atau sebagai pengetahuan. Untuk menjadi ilmu pengetahuan yang otonom, pengetahuan itu harus memenuhi syarat-syarat sekurang-kurangnya lima syarat, yaitu:
mempunyai objek dan pembatasan objek, mempunyai metode, mempunyai sistem, mempunyai sifat universal, dan dapat dibuktikan. Psikologi merupakan ilmu
pengetahuan yang masih muda usianya.
4. Refleksi
Peninjauan : Setelah saya meninjau buku ini maka peninjauan saya dengan faktor lingkungan adalah segala faktor yang ada di luar individu, yang mempunyai hubungan
bermakna bagi tingkah laku itu. Psikologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang tingkah laku organisme dalam hubungan manusia dengan lingkungan sekitar.
Penilaian Diri : Penilaian saya bahwa psikologi bukanlah ilmu pengetahuan tetapi ilmu pengetahuan disusun dari pengetahuan-pengetahuan.
Perencanaan Masa Mendatang : rencana saya untuk mesa mendatang diharapkan psikologi dapat membantu pendidik untuk merubah tingkah laku anak didik.
Saya mengaharapkan para pendidik lebih meperhatikan anak didik agar tingkah laku anak didik tidak menyimpang.
5. Bab IIPsikologi Pendidikan dan Beberapa Implisitnya
Dengan adanya cabang-cabang psikologi maka menukjukkan bahwa adanya suatu perbedaan lapangan yang dipelajari. Cabang psikologi diantara lain psikologi umum,
psikologi perkembangan, psikologi kepribadian, psikologi industri dan sebagainya. Ilmu pengetahuan murni adalah ilmu pengetahuan yang terutama berusaha untuk
memperoleh kebenaran-kebenaran ilmiah. Sedangkan ilmu pengetahuan terapan adalah ilmu pengetahuan yang terutama berupaya untuk dapat diterapkan dalam lapangan
tertentu. Tujuan psikologi yang utama adalah penerapannya secara nyata dalam pemecahan-pemecahan masalah tertentu. Sedangkan fungsi psikologi pendidikan yaitu
membantu proses pendidikan membantu para pendidik agar dalam menentukan tugas mendidiknya dapat dilakukan dengan cara yang lebih baik, karena dibantu dengan
pengetahuan tentang tingkah laku anak didik, yaitu psikologi pendidikan.
6. Sedikit akan saya jelaskan bagaimana sejarah dari psikologi itu. Sejarah tentang psikologi pendidikan, psikologi pendidikan merupakan cabang dari psikologi. Karena
psikologi sebagai ilmu pengetahauan masih muda usianya, maka psikologi pendidikan sebagai cabangnya lebih masih muda. Banyak pendapat tentang psikologi
pendidikan, bahkan ada yang mengatakan bahwa saat timbulnya yang mula-mula tentang spikologi pendidikan dapat diikuti jejaknya kembali pada Aritoteles. Akhir abad
19 penelitian-penelitian dalam lapangan psikologi pendidikan secara ilmiah sudah semakin maju. Lingkup psikologi pendidikan tidak hanya membahas tentang proses
belajar tetapi juga membahas tentang perkembangan, hereditas dan lingkungan, kesehatan mental, evaluasi belajar dan sebagainya. Psikologi merupakan ilmu pengetahuan
harus memenuhi syarat-syarat tertentu diantaranya : adanya objek pendidikan, metode psikologi pendidikan, sistem dalam psikologi pendidikan, universal dan dibuktikan.
Jika kita perhatikan psikologi pendidikan sebagai cabang psikologi, maka itu lebih merupakan ilmu pengetahuan yang dipraktekkan atau ilmu pengetahuan terpenuhi.
Psikologi memiliki metode diantaranya metode observasi,metode studi kasus, metode eksperimen, metode kuesioner dan intrview dan metode sosiametri. Setiap anak
didik memiliki berkembangan, pertumbuhan dan kematangan.
7. Refleksi
Penijauan : menurut meninjauan saya bahwa psikologi memilki objek, tujuan dan fungsi yang berbeda-beda. Dan menggunakan metode untuk tingkah laku anak didik.
Penilian Diri : ketika kita sebagai guru maka harus diperhatikan metode apa yang akan digunakan dalam proses belajar mengajar agar anak didik lebih mudah memahami
pelajaran yang diberikan oleh pendidik.
Perencanaan masa mendatang : diharapkan sebagai guru terhadap psikologi anak didik nya.
Semoga pendidik di negara kita dapt meningkatkan kualitas dan mutu sebagai guru.
8. Bab III Pertumbuhan dan Perkembangan
Pertumbuhan merupakan sebagai proses perubahan jasad yang meningkat dalam ukuran (size) sebagai akibat dari adanya perbanyakan (multiplication)sel-sel. Oleh karena
itu dalam psikologi, pertumbuhan lebih tepat digunakan untuk menyebabkan perubahan-perubahan dalam aspek jasmani. Perkembangan merupakan rangakaian perubaha-
perubahan yang bersifat progresif serta teratur dari fungsi-fungsi, baik fungsi jasmaniah maupun rohaniah, sebagai akibat pengaruh kerjasama antara kematangan dan
pelajaran. Kematangan merupakan proses serta saat tercapainya batas yang memadai bagi orang ataupun fungsi tertentu di dalam melaksanakan tugasnya dan oleh karena
itu merupakan juga saat yang tepat unutk mendapatkan latihan dan pelajaran.
9. Teori –teori perkembangan yaitu : teori menurut faham Nativisme, menurut faham Empirisme, menurut Konvergensi, menurut faham Naturalisme, menurut Rekapulasi.
Tipe-tipe perubahan dalam perkembangan itu pada garis besar menunjukkan corak-corak (types) perubahan sebagai berikut : perubahan dalam ukuran, perubahan dalam
perimbangan, perubahan dalam bentuk lenyapnya ciri-ciri lama, perubahan dalam bentuk memperoleh ciri-ciri baru.
Periode-periode perkembangan mengandung arti, bahwa terdapat suatu pola sifat yang khas perkembanga tertentu dalam satu kesatuan periode perkembangan. Manfaat
pengetahuan tentang konsep tugas perkembangan ada dua hal yaitu : menolong untuk menemukan dan menerangkan maksud dan tujuan pendidik di sekolah, dan sebagai
berfaedah dalam menetapkan waktu yag tepat bagi usaha-uasha pendidikan.
10. Refleksi
Penijauan : Setelah saya meninjau buku ini maka peninjauan saya anak didik sebagai pribadi meurpakan makhluk yang unik, setiap fase mempunyai pola psikis yang khas,
sehingga memerlukan perlakuan pendidikan yang tertentu.
Penilaian diri : setiap guru harus memerhatikan pertumbuhan, perkembangan dan kematangan anak didik nya agar dapat terarah.
Perencanaan masa mendatang : bahwa teori-teori yang digunakan perkembangan agar menjadi acuan untuk pendidikan.
Saya harap generasi yang akan yang akan menjadi guru lebih mempersiapkan terlebih dahulu motif dan bagaimana mendidik anak didik dengan baik.
11. Bab IV Hereditas dan lingkungan Pendidikan
Dalam biologi dan psikologi pembawaan itu lazim disebut potensi atau potensialitas, yaitu kemungkinan-kemungkinan untuk terwujud (tumbuh dan berkembang) menuju
ke arah tertentu. Faktor-faktor atau gen-gen melaui plasma benih dan merupakan bagian studi ilmu keturunan atau genetika. Hereditas merupakn proses pemindahan atau
penurunan faktor-faktor atau gen-gen melalui plasma benih telah banyak dipelajari oleh genetika. Dengan demikian dari percobaan mendel itu lahir hukum-hukum
mendel, diantaranya adalah sebagai berikut :
Hukum Dominan menyatakan bahwa salah satu dari dua sifat ada pada kedua induknya, pada keturunannya bersifat kuat pengaruhnya.
Hukum Segregasi menyatakan bahwa sifat-sifat yang berbeda yang dimiliki oleh kedua induk akan berpisah dalam menurun kepada keturunannya dalam perbandingan
(rasio) yang tertentu, sehingga hanya sifat yang dominan yang tampak pada generasi berikutnya.
Hukum ciri-cir unit bebas menyatakan bahwa determinan-determinan untuk satu pasangan sifa-sifat (yang berbeda) tidak ada hubungannya dengan sifat-sifat yang
berpasangan yang ada pada jenis itu.
12. Ada empat prinsip-prinsip hereditas yang penting yaitu: prinsip reproduksi, prinsip konformitas, prinsip variasi dan prinsip regresi filial. Lingkungan pendidikan
merupakan semua faktor yang terdapat di luar diri anak dan yang mempunyai arti bagi perkembangan serta senantiasa memberikan pengaruh terhadap dirinya.
Lingkungan dapat dibedakan beberapa macam yaitu lingkungan anorganis, lingkungan organis dan lingkungan abstrak. Lingkungan pendidikan dengan sendirinya
merupakan suatu jenis lingkungan tempat terjadinya proses pendidikan; yaitu proses yang sadar yang diadakan oleh pendidik dalam rangka memberikan bimbingan
mengenai perkembangan anak, jasmaniah maupun rohaniah menuju terwujudnya kepribadian yang mantap. Lingkungan pendidikan sifatnya dapat formal, informal dan
non formal.
13. Refleksi
Peninjauan : menurut saya bahwa pembawaan dan lingkungan tidak dapat dilihat secara terpisah dalam pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan perkembagan individu itu.
Penilian diri : adanya percobaan atau eksperimen dapat membantu anak didik lebih mudah mengerti.
Perencanaan masa mendatang : lingkungan yang dijadikan faktor utama terhadap di luar anak didik dan mempunyai perkembangan serta senantiasa memberikan pengaruh
terhadap dirinya.
Diadakan suatu percobaan dalam proses belajar diharapkan anak didik lebih memahami dan mengerti lagi.
14. Bab V Beberapa tingkah laku anak didik yang penting dalam proses pendidikan
Di dalam proses pendidikan adanya suatu motif yang merupakan suatu yang amat penting dalam pendidikan sehingga sering dikatakan bahwa tindakan yang sadar, yang
dilakukan oleh anak didik adalah yang bermotif. Dari penelitian-penelitian menunjukkan, bahwa sukses belajar tidak hanya tergantung pada inteligensi di anak, melainkan
tergantung pada banyak hal, diantaranya motif-motifnya. Seperti telah kita ketahui, latarbelakang motif terutama adalah adanya kebutuhan yang dirasakan oleh anak didik.
Manusia diberikan akal untuk berfikir sebagai proses menentukan hubungan-hubungan secara bermakna antara aspek-aspek sari suatu bagian pengetahuan. Ketika kita
berpikir adanya suatu penalaran jadi dalam menalar orang harus berpikir secara teratur dan akan diperoleh kesimpulannya. Perasaan dan emosi sangat berkaitan erat
dengan psikologi pendidikan.
15. Pembentukan pengertian
 PSIKOLOGI PENDIDIKAN C. DEFINISI PENDIDIKAN E. KONTRIBUSI PSIKOLOGI PENDIDIKAN
BAGI TEORI & PRAKTEK PENDIDIKAN
FAKULTAS PSIKOLOGI Definisi Awam 1. Kontribusi Bagi Proses Pendidikan

UNIVERSITAS GUNADARMA Definisi Psikologi Penggunaan audio visual aids

2004 Definisi Uu Sisdiknas No.2/2003 Membantu dalam pengelolaan sekolah

BAB I C. DEFINISI PENDIDIKAN Membantu dalam penyusunan jadwal pelajaran


PENDAHULUAN 1. Definisi Awam
Membantu terhadap produksi buku pelajaran
C. DEFINISI PENDIDIKAN
PENGANTAR 2. Definisi Psikologi Memberi dasar bagi penyusunan kurikulum

ASPEK-ASPEK PENDIDIKAN D. SEJARAH PSIKOLOGI PENDIDIKAN E. KONTRIBUSI PSIKOLOGI PENDIDIKAN


BAGI TEORI & PRAKTEK PENDIDIKAN
DEFINISI PENDIDIKAN DEMOCRITUS 2. Kontribusi Bagi Peserta Didik

SEJARAH PSIKOLOGI PENDIDIKAN PLATO&ARISTOTELES Mengerti hakekat belajar

KONTRIBUSI PSIKOLOGI PENDIDIKAN BAGI ARISTOTELES Pendidikan yang lebih kooperatif dan demokratif
TEORI & PRAKTEK PENDIDIKAN bagi siswa
JOHN AMOS COMENICUS
METODE-METODE DALAM PSIKOLOGI Membantu perkembangan kepribadian siswa melalui
PENDIDIKAN ROUSSEAU kegiatan ekstra/intra kurikuler

A. PENGANTAR JOHN LOCKE E. KONTRIBUSI PSIKOLOGI PENDIDIKAN


BAGI TEORI & PRAKTEK PENDIDIKAN
Manfaat Psikologi Pendidikan JOHN HEINRICH PESTALOZZI 3. Kontribusi Bagi Pendidik

Psikologi Pendidikan = Ilmu Terapan FRANCIS GALTON Pendidik lebih terbuka terhadap perbedaan individu

Long Life Education STANLEY HALL Mengetahui metode mengajar yang efektif

B. ASPEK-ASPEK PENDIDIKAN WILLIAM JAMES Memahami permasalahan anak didik

Pendidikan Informal CATTEL Membantu dalam evaluasi belajar

Pendidikan Formal BINET Meningkatkan kemampuan meneliti

Pendidikan Non-formal ABAD KE-20 Mengarahkan pendidik dalam menangani anak-anak


khusus
B. ASPEK-ASPEK PENDIDIKAN E. KONTRIBUSI PSIKOLOGI PENDIDIKAN
1. Pendidikan Informal BAGI TEORI & PRAKTEK PENDIDIKAN F. METODE-METODE DALAM PSIKOLOGI
PENDIDIKAN
B. ASPEK-ASPEK PENDIDIKAN Kontribusi Bagi Proses Pendidikan
2. Pendidikan Formal
Kontribusi Bagi Peserta Didik
Introspeksi
B. ASPEK-ASPEK PENDIDIKAN
Kontribusi Bagi Pendidik
3. Pendidikan Non Formal Observasi
Metode Klinis B. INTELEGENSI
4. Pengukuran Intelegensi
Metode Diferensial Klasifikasi IQ Menurut Wechsler
A. PENDAHULUAN
Metode Ilmiah B. INTELEGENSI
5. Kurve Normal Dalam Intelegensi
Metode Eksperimen Bakat & intelegensi merupakan kemampuan mental
individu C. BAKAT
F. METODE-METODE DALAM PSIKOLOGI
PENDIDIKAN Sejarah Bakat
B. INTELEGENSI
1. Instrospeksi
Sejarah Intelegensi Pengertian Bakat
F. METODE-METODE DALAM PSIKOLOGI
PENDIDIKAN Pengertian Intelegensi Bakat & Intelegensi
2. Observasi
Teori-teori Intelegensi Pengukuran Bakat
F. METODE-METODE DALAM PSIKOLOGI
PENDIDIKAN Pengukuran Intelegensi C. Bakat
3. Metode Klinis 1. Sejarah Bakat
Kurve Normal Dalam Intelegensi
F. METODE-METODE DALAM PSIKOLOGI C. Bakat
PENDIDIKAN B. INTELEGENSI 2. Pengertian Bakat
4. Metode Diferensial 1. Sejarah Intelegensi
C. Bakat
F. METODE-METODE DALAM PSIKOLOGI B. INTELEGENSI 2. Pengertian Bakat
PENDIDIKAN 2. Pengertian Intelegensi
5. Metode Ilmiah C. Bakat
B. INTELEGENSI 2. Pengertian Bakat
F. METODE-METODE DALAM PSIKOLOGI 3. Teori-teori Intelegensi
PENDIDIKAN C. Bakat
6. Metode Eksperimen B. Intelegensi 3. Bakat dan Intelegensi
3. Teori-teori Intelegensi
BAB II D. LINGKUNGAN & HEREDITAS
BAKAT & INTELEGENSI B. INTELEGENSI
3. Teori-teori Intelegensi Studi terhadap keluarga
PENDAHULUAN
B. INTELEGENSI Studi terhadap anak kembar
INTELEGENSI 4. Pengukuran Intelegensi
E. KELAS SOSIAL
BAKAT B. INTELEGENSI
4. Pengukuran Intelegensi Havighurst ® kelas sosial & intelegensi, laki-laki &
LINGKUNGAN & HEREDITAS perempuan
B. INTELEGENSI
KELAS SOSIAL & IMPLIKASINYA DALAM 4. Pengukuran Intelegensi Makin tinggi kelas sosial, makin tinggi tingkat
PENDIDIKAN Klasifikasi IQ Menurut Stanford-Binet intelegensi

DIKOTOMI DESA-KOTA B. INTELEGENSI Tidak ada perbedaan laki-laki & perempuan


4. Pengukuran Intelegensi
JENIS KELAMIN F. DIKOTOMI DESA-KOTA
Crow & Crow (1989) ® intelegensi anak kota > anak B. PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT BAB V
desa 4. Model Identifikasi Triandis PROSES BELAJAR

Colleman, dkk ® prestasi anak metropolitan > anak C. MENTAL RETARDATION KOMUNIKASI
non metropolitan
Karakteristik MR PEMBELAJARAN AKTIF
G. JENIS KELAMIN
Kategori MR A. KOMUNIKASI
Intelegensi laki-laki = perempuan (Cage & Berliner,
1979;Crow & Crow, 1989) Faktor-faktor penyebab MR Pengertian komunikasi

G. JENIS KELAMIN BAB IV Unsur-unsur dalam komunikasi


PERENCANAAN KEGIATAN BELAJAR-
BAB III MENGAJAR Model proses persuasi
KEMAMPUAN KHUSUS INDIVIDU &
ANTISIPASI PENDIDIKAN PENDAHULUAN Komunikasi dalam proses belajar-mengajar

PENDAHULUAN TUJUAN INSTRUKSIONAL A. KOMUNIKASI


4. Komunikasi Dalam Proses Belajar-Mengajar
PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT MODEL INSTRUKSIONAL
A. KOMUNIKASI
PENDIDIKAN BAGI SLOW LEARNER KURIKULUM 4. Komunikasi Dalam Proses Belajar-Mengajar

PENDIDIKAN ANAK KHUSUS MODEL PEMILIHAN TUJUAN B. PEMBELAJARAN AKTIF

A. PENDAHULUAN A. PENDAHULUAN Latar belakang& pengertian

Aplikasi konsep-konsep bakat & intelegensi pada “Apa yang akan saya lakukan?” Untuk apa
lapangan pendidikan
“Perubahan apa yang saya inginkan dari siswa-siswa Mengapa
Pendidikan harus sesuai dengan kondisi peserta didik saya?”
Bagaimana
B. PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT B. TUJUAN INSTRUKSIONAL
Penilaian pembelajaran aktif yang bermakna
Kondisi di manca negara(AS, Jepang, Inggris, Korea, Guru yang efektif
Taiwan) dan di Indonesia B. PEMBELAJARAN AKTIF
Model tujuan instruksional yang bertujuan 1. Latar Belakang & Pengertian
Anak berbakat
Keuntungan model tujuan instruksional yang B. PEMBELAJARAN AKTIF
Identifikasi anak berbakat bertujuan
BAB VI
Model identifikasi C. MODEL INSTRUKSIONAL EVALUASI BELAJAR

Layanan pendidikan anak berbakat D. KURIKULUM PENDAHULUAN

B. PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT Definisi kurikulum FUNGSI EVALUASI PENDIDIKAN


1. Di Mancanegara dan Indonesia
Model pemilihan tujuan (Tyler) ANALISIS TAKSONOMIS
B. PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT
4. Model Identifikasi Renzulli TEKNIK PENILAIAN
A. PENDAHULUAN C. ANALISIS TAKSONOMIS

Usaha melakukan evaluasi terhadap hasil belajar Segi kognitif ( Tokoh : Bloom)
siswa
Segi afektif (Tokoh : Krathwohl)
Penilaian dan prediksi terhadap penguasaan materi
pada siswa Segi psikomotoris (Tokoh : E.J. Simpson)

A. PENDAHULUAN C. ANALISIS TAKSONOMIS


1. Usaha Melakukan Evaluasi Terhadap 1. SEGI KOGNITIF (Bloom)
Hasil
Belajar Siswa C. ANALISIS TAKSONOMIS
2.. SEGI AFEKTIF (Krathwohl)

C. ANALISIS TAKSONOMIS
3. SEGI PSIKOMOTORIS (E.J.
A. PENDAHULUAN
Simpson)
2. Penilaian Dan Prediksi Terhadap
Penguasaan Materi Pada Siswa D. TEKNIK PENILAIAN
B. FUNGSI EVALUASI PENDIDIKAN Tes subjektif
Dasar psikologis Tes objektif
Dasar didaktis D. TEKNIK PENILAIAN
1. Tes Subjektif
Dasar administratif
D. TEKNIK PENILAIAN
B. FUNGSI EVALUASI PENDIDIKAN
1. Tes Subjektif
1. Dasar Psikologis
D. TEKNIK PENILAIAN
B. FUNGSI EVALUASI PENDIDIKAN
2. Tes Objektif
1. Dasar Psikologis
a. Di pandang dari segi anak didik D. TEKNIK PENILAIAN
2. Tes Objektif
B. FUNGSI EVALUASI PENDIDIKAN
1. Dasar Psikologis D. TEKNIK PENILAIAN
b. Di pandang dari segi pendidik 2. Tes Objektif
B. FUNGSI EVALUASI PENDIDIKAN D. TEKNIK PENILAIAN
2. Dasar Didaktis 2. Tes Objektif
a. Ditinjau dari segi anak didik
TERIMA KASIH
B. FUNGSI EVALUASI PENDIDIKAN
2. Dasar Didaktis M. Fakhrurrozi & Praesti Sedjo
b. Ditinjau dari segi pendidik

B. FUNGSI EVALUASI PENDIDIKAN


2. Dasar Administratif

You might also like