You are on page 1of 14

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul Karakteristik dan Lingkungan Sektor Publik yang disusun untuk
memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi Sektor Publik.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini.
Besar harapan penulis agar makalah ini dapat memberikan masukan untuk
menambah wawasan serta memberikan manfaat yang berguna untuk semua pihak
dan penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dan masih
banyak kekurangan dalam menyusun makalah ini karena keterbatasan pengetahuan,
kemampuan, dan pengalaman penulis. Walaupun demikian penulis telah berusaha
dengan segala daya upaya agar penulisan makalah ini dapat selesai dengan baik.
Kritik dan saran yang sifatnya membangun akan penulis terima dengan senang hati.

Malang, April 2009

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................. i
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 1
C. Tujuan Penulisan................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Ruang Lingkup Akuntansi Sektor Publik.............. 2
B. Sifat dan Karakteristik Akuntansi Sektor Publik............................. 3
C. Value for Money.................................................................................... 4
D. Tujuan Akuntansi Sektor Publik........................................................ 5
E. Perkembangan Akuntansi Sektor Publik........................................... 6
F. Akuntabilitas Publik............................................................................. 7
G. Privatisasi............................................................................................... 8
H. Otonomi Daerah.................................................................................... 9
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan...........................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan kegiatan pemerintahan atau dikenal akuntansi sektor publik


dan organisasi non-laba terus meningkat sejalan dengan perkembangan kegiatan
pembangunan, globalisasi dan era informasi. Dalam melaksanakan kegiatan yang
semakin rumit, informasi memegang peranan semakin penting. Salah satu informasi
yang dibutuhkan adalah informasi akuntansi sektor publik, baik untuk tujuan
pertanggungjawaban maupun manajerial.
Sebagai mahasiswa jurusan akuntansi, informasi mengenai akuntansi sektor
publik sangatlah penting. Oleh karena itu penulis berusaha menyajikan informasi
mengenai akuntansi sektor publik dalam bentuk makalah yang berjudul
“Karakteristik dan Lingkungan Sektor Publik”.

B. Rumusan Masalah

Dalam makalah ini akan dibahas tentang Karakteristik dan Lingkungan


Sektor Publik. Dari latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah dengan ruang
lingkup hanya sebatas tentang pengertian dan ruang lingkup akuntansi sektor
publik, tujuan akuntansi sektor publik, privatisasi dan otonomi daerah.

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan ini adalah agar para pembaca mendapatkan
pengetahuan mengenai pengertian dan ruang lingkup akuntansi sektor publik, sifat
dan karakteristik, tujuan dan perkembangan akuntansi sektor publik, akuntabilitas
publik, privatisasi serta otonomi daerah. Selain itu makalah ini bisa dijadikan
alternatif bacaan bagi mahasiswa.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP AKUNTANSI SEKTOR


PUBLIK

Akuntansi sektor publik memiliki kaitan yang erat dengan penerapan dan
perlakuan akuntansi pada domain publik. Domain publik sendiri memiliki
wilayah yang lebih luas dan kompleks dibandingkan dengan sektor swasta.
Keluasan wilayah publik tidak hanya disebabkan luasnya jenis dan bentuk
organisasi yang berbeda di dalamnya, akan tetapi juga karena kompleksnya
lingkungan yang mempengaruhi lembaga-lembaga publik tersebut. Secara
kelembagaan, domain publik antara lain meliputi badan-badan pemerintahan
(pemerintah pusat dan daerah serta unit kerja pemerintah), perusahaan milik
negara (BUMN, dan BUMD), yayasan, organisasi politik dan organisasi massa,
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), universitas, dan organisasi nirlaba
lainnya. Jika dilihat dari variabel lingkungan, sektor publik dipengaruhi oleh
banyak faktor tidak hanya faktor ekonomi semata, akan tetapi faktor politik,
sosial, budaya, dan historis juga memiliki pengaruh yang signifikan. Sektor
publik tidak seragam dan sangat heterogen.
Istilah ”sektor publik” sendiri memiliki pengertian yang bermacam-
macam. Hal tersebut merupakan konsekuensi dari luasnya wilayah publik,
sehingga setiap disiplin ilmu (ekonomi, politik, hukum, dan sosial) memiliki
cara pandang dan definisi yang berbeda-beda. Dari sudut pandang ilmu
ekonomi, sektor publik dapat dipahami sebagai suatu entitas yang aktifitasnya
berhubungan dengan usaha untuk menghasilkan barang dan pelayanan publik
dalam rangka memenuhi kebutuhan dan hak publik.
Beberapa tugas dan fungsi sektor publik sebenarnya dapat juga dilakukan
oleh sektor swasta, misalnya tugasnya untuk menghasilkan beberapa jenis
pelayanan publik, seperti layanan komunikasi, penarikan pajak, pendidikan,
transportasi publik, dan sebagainya. Akan tetapi, untuk tugas tertentu
keberadaan sektor publik tidak dapat digantikan oleh sektor swasta, misalnya
fungsi birokrasi pemerintahan. Sebagai konsekuensinya, akuntansi sektor publik
dalam beberapa hal berbeda dengan akuntansi pada sektor swasta.
Meskipun terdapat pebedaan di antara kedua sektor tersebut, yang perlu
ditekankan bukan pada mencari perbadaan dan mempertentangkan antara sektor
publik dengan sektor swasta. Fokus perhatian hendaknya lebih ditekankan pada
upaya untuk memajukan sektor publik yang dianggap kurang efisien dan kurang
menarik agar tidak tertinggal jauh dengan sektor swasta yang dipandang lebih
maju dan efisien.

4
B. SIFAT DAN KARAKTERISTIK AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

Akuntansi merupakan suatu aktivitas yang memiliki tujuan (purpose


activity). Tujuan akuntansi diarahkan untuk mencapai hasil tertentu, dan hasil
tersebut harus memiliki manfaat. Dalam beberapa hal, akuntansi sektor publik
berbeda dengan akuntansi pada sektor swasta. Perbedaan sifat dan karakteristik
akuntansi tersebut disebabkan karena adanya perbedaan lingkungan yang
mempengaruhi.
Organisasi sektor publik bergerak dalam lingkungan yang sangat
kompleks. Komponen lingkungan yang mempengaruhi organisasi sektor publik
meliputi faktor ekonomi, politik, kultur dan demografi.

a. Faktor Ekonomi
Faktor ekonomi yang mempengaruhi organisasi sektor publik antara lain :
• Pertumbuhan ekonomi
• Tingkat inflasi
• Pertumbuhan pendapatan per kapita (GNP / GDP)
• Struktur produksi
• Tenaga kerja
• Arus modal dalam negeri
• Cadangan devisa
• Nilai tukar mata uang
• Utang dan bantuan luar negeri
• Infrastruktur
• Teknologi
• Kemiskinan dan kesenjangan ekonomi
• Sektor informal

b. Faktor Politik
Faktor politik yang mempengaruhi sektor publik antara lain :
• Hubungan negara dan masyarakat
• Tipe rezim yang berkuasa
• Ideologi negara
• Elit politik dan masa
• Jaringan internasional
• Kelembagaan

c. Faktor Kultural
Faktor kultural yang mempengaruhi organisasi sektor publik antara lain :
• Keragaman suku, ras, agama, bahasa dan budaya
• Sistem nilai di masyarakat
• Historis
• Sosiologi masyarakat
• Karakteristik masyarakat

5
d. Faktor Demografi
Faktor demografi yang mempengaruhi organisasi sektor publik antara lain:
• Pertumbuhan penduduk
• Struktur usia penduduk
• Migrasi
• Tingkat kesehatan

C. VALUE FOR MONEY

Sektor publik sering dinilai sebagai sarang inefisiensi, pemborosan,


sumber kebocoran dana dan institusi yang selalu merugi. Tuntutan baru muncul
agar organisasi sektor publik memperhatikan value for money dalam
menjalankan aktivitasnya. Value for money merupakan konsep pengelolaan
organisasi sektor publik yang mendasarkan pada tiga elemen utama, yaitu
ekonomi, efisiensi dan efektivitas.

• Ekonomi : pemerolehan input dengan kualitas dan kuantitas tertentu pada


harga yang terendah. Ekonomi merupakan perbandingan input dengan input
value yang dinyatakan dalam satuan moneter. Ekonomi terkait dengan sejauh
mana organisasi sektor publik dapat meminimalisir input resources yang
digunakan yaitu dengan menghindari pengeluaran yang boros dan tidak
produktif.
• Efisiensi : pencapaian output yang maksimum dengan input tertentu atau
penggunaan input yang terendah untuk mencapai output tertentu. Efisiensi
merupakan perbandingan output / input yang dikaitkan dengan standar kinerja
atau target yang telah ditetapkan.
• Efektivitas : tingkat pencapaian hasil program dengan target yang
ditetapkan. Secara sederhana efektifitas merupakan perbandingan outcome
dengan input.

Value for money dapat tercapai apabila organisasi telah menggunakan


biaya input paling kecil untuk mencapai output yang optimum dalam rangka
mencapai tujuan organisasi. Implementasi konsep value for money diyakini
dapat memperbaiki akuntabilitas sektor publik dan memperbaiki kinerja sektor
publik. Manfaat implementasi konsep value for money pada organisasi sektor
publik antara lain :

1. Meningkatkan efektivitas pelayanan publik, dalam arti pelayanan yang


diberikan tepat sasaran;
2. Meningkatkan mutu pelayanan publik;
3. Menurunkan biaya pelayanan publik karena hilangnya inefisiensi dan
terjadinya penghematan dalam penggunaan input;
4. Alokasi belanja yang lebih berorientasi pada kepentingan publik; dan
5. Meningkatkan kesadaran akan uang publik sebagai akar pelaksanaan
akuntabilitas publik.

6
D. TUJUAN AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

1. Memberikan informasi yang diperlukan untuk mengelola secara


tepat, efisien, dan ekonomis atas suatu operasi dan alokasi sumber daya
yang dipercayakan kepada organisasi. Tujuan ini terkait dengan
pengendalian manajemen (management control).
2. Memberikan informasi yang memungkinkan bagi manajer untuk
melaporkan pelaksanaan tanggung jawab mengelola secara tepat dan efektif
program dan penggunaan sumber daya yang menjadi wewenangnya; dan
memungkinkan bagi pegawai pemerintah untuk melaporkan kepada publik
atas hasil operasi pemerintah dan penggunaan dana publik. Tujuan ini
terkait dengan akuntabilitas (accountability).

Akuntansi sektor publik terkait dengan tiga hal pokok, yaitu penyediaan
informasi, pengendalian manajemen, dan akuntabilitas. Akuntansi sektor publik
merupakan alat informasi baik bagi pemerintah sebagai manajemen maupun alat
informasi bagi publik. Bagi pemerintah, informasi akuntansi digunakan dalam
proses pengendalian manajemen mulai dari perencanaan strategik, pembuatan
program, penganggaran, evaluasi kinerja, dan pelaporan kinerja.
Informasi akuntansi bermanfaat untuk pengambilan keputusan, terutama
untuk membantu manajer dalam melakukan alokasi sumber daya. Informasi
akuntansi dapat digunakan untuk menentukan biaya suatu program, proyek, atau
aktivitas serta kelayakannya baik secara ekonomis maupun teknis. Dengan
informasi akuntansi, pemerintah dapat menentukan biaya pelayanan (cost of
services) yang diberikan kepada publik, menetapkan biaya standar, dan harga
yang akan dibebankan kepada publik atas suatu pelayanan (charging for
services).
Selain itu, informasi dapat digunakan untuk membantu dalam pemilihan
program yang efektif dan ekonomis serta untuk penilaian investasi. Pemilihan
program yang tepat sasaran, efektif, dan ekonomis akan sangat membantu
dalam proses penganggaran. Pada sektor publik, penganggaran merupakan
tahap yang membutuhkan keahlian khusus karena penganggaran pada sektor
publik merupakan proses politik, sehingga manajer sektor publik dituntut untuk
memiliki political skill disamping pemahaman teknis akuntansi.
Untuk melakukan pengukuran kinerja, pemerintah memerlukan informasi
akuntansi terutama untuk menentukan indikator kinerja (performance indikator)
sebagai dasar penilaian kinerja. Manajemen akan kesulitan untuk melakukan
pengukuran kinerja apabila tidak ada indikator kinerja yang memadai. Indikator
kinerja tersebut dapat bersifat finansial maupun nonfinansial. Informasi
akuntansi memiliki peran utama dalam menentukan indikator kinerja sektor
publik.
Pada tahap akhir dari proses pengendalian manajemen, akuntansi
dibutuhkan dalam pembuatan laporan keuangan sektor publik berupa laporan
surplus/defisit pada pemerintah, laporan rugi/laba dan aliran kas pada

7
BUMN/BUMD, laporan pelaksanaan anggaran, laporan alokasi sumber dana,
dan neraca. Laporan keuangan sektor publik merupakan bagian penting dari
proses akuntabilitas publik.

E. PERKEMBANGAN AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

Berbagai kritik mengenai peran organisasi sektor publik dalam


pembangunan telah mengalami perubahan yang dramatis. Pada tahun 1950-an
dan 1960-an sektor publik memainkan peran utama sebagai pembuat dan
pelaksana strategi pembangunan. Istilah ”sektor publik” mulai dipakai pertama
kali pada tahun 1952. Pada waktu itu, sektor publik sering dikaitkan sebagai
bagian dari manajemen ekonomi makro yang terkait dengan pembangunan dan
lembaga pelaksana pembangunan.
Pada tahun 1970-an, adanya kritikan dan serangan dari pendukung teori
pembangunan radikal menunjukkan kesan ingin mempertanyakan kembali
peran sektor publik dalam pembangunan. Benarkah sektor publik dapat
menggerakkan dan mempertahankan pembangunan? Berbagai kritik muncul
terhadap sektor publik yang keberadaannya dianggap tidak efisien dan jauh
tertinggal dengan kemajuan dan perkembangan yang terjadi di sektor swasta.
Sektor publik dianggap lebih rendah kedudukannya dibandingkan dengan sektor
swasta dan bahkan dianggap mengganggu pembangunan ekonomi dan sosial itu
sendiri dengan alasan sektor publik sering dijadikan sebagai sarang pemborosan
dan inefisiensi ekonomi. Kedudukan sektor publik bertambah lemah karena
orientasi pembangunan lebih diarahkan pada pembangunan sektor swasta dan
cenderung mengabaikan pembangunan sektor publik.
Baru pada tahun 1980-an reformasi sektor publik dilakukan di negara-
negara industri maju sebagai jawaban atas berbagai kritikan yang ada. Berbagai
perubahan dilakukan misalnya dengan mengadopsi pendekatan New Public
Management (NPM) dan reinventing government di banyak negara.
Untuk memperbaiki kinerja sektor publik perlu diadopsi beberapa praktik
dan teknik manajemen yang diterapkan sektor swasta ke dalam sektor publik,
seperti pengadopsian mekanisme pasar, kompetisi tender, dan privatisasi
perusahaan-perusahaan publik.
Lembaga sektor publik masih memiliki kesempatan yang luas untuk
memperbaiki kinerjanya dan memanfaatkan sumber daya secara ekonomis,
efisien dan efektif. Memperbaiki kinerja sektor publik memang bukan sekedar
masalah teknis belaka, akan tetapi akuntansi sektor publik sebagai alat untuk
menciptakan good public and corporate governance memiliki peran yang
sangat vital dan signifikan. Akuntansi sektor publik akan terus berkembang
seiring dengan meningkatnya tuntutan dilakukannya transparansi dan
akuntabilitas publik oleh lembaga-lembaga sektor publik.

8
F. AKUNTABILITAS PUBLIK

Pengertian Akuntabilitas Publik


Akuntabilitas Publik adalah kewajiban pihak pemegang amanah (agen)
untuk memberikan pertanggungjawaban, menyajikan, melaporkan, dan
mengungkapkan segala aktifitas dan kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya
kepada pihak pemberi amanah (principal) yang memiliki hak dan kewenangan
untuk meminta pertanggungjawaban tersebut. Akuntabilitas publik terdiri atas
dua macam, yaitu: (1) akuntabilitas vertikal (vertical accountability), dan (2)
akuntabilitas horisontal (horizontal accountability).
Pertanggungjawaban vertikal (vertical accountability) adalah
pertanggungjawaban atas pengelola dana kepada otoritas yang lebih tinggi,
misalnya pertanggungjawaban unit kerja (dinas) kepada pemerintah daerah,
pertanggungjawaban pemerintah daerah kepada pemerintah pusat, dan
pemerintah pusat kepada MPR. Pertanggungjawaban horizontal (horizontal
accountability) adalah pertanggungjawaban kepada masyarakat luas.
Dalam konteks organisasi pemerintah, akuntabilitas publik adalah
pemberian informasi dan disclosure atas aktifitas dan kinerja finansial
pemerintah kepada pihak-pihak yang berkepentingan dengan laporan tersebut.
Akuntabilitas (accountability) merupakan konsep yang lebih luas dari
stewardship. Stewardship mengacu pada pengelolaan atas suatu aktifitas secara
ekonomis dan efisien tanpa dibebani kewajiban untuk melaporkan, sedangkan
accountability mengacu pada pertanggungjawaban oleh seorang steward kepada
pemberi tanggungjawab.
Akuntabilitas merupakan konsep yang kompleks yang lebih sulit
mewujudkannya daripada memberantas korupsi (turner and humle, 1997).
Terwujudnya akuntabilitas merupakan tujuan utama dari reformasi sektor
publik. Tuntutan akuntabilitas publik mengharuskan lembaga-lembaga sektor
publik untuk lebih menekankan pada pertanggungjawaban horizontal
(horizontal accountability) bukan hanya pertanggungjawaban vertikal (vertical
accountability). Tuntutan yang kemudian muncul adalah perlunya dibuat
laporan keuangan eksternal yang dapat menggambarkan kinerja lembaga sektor
publik.
Akuntabilitas publik yang harus dilakukan oleh organisasi sektor publik
terdiri atas beberapa dimensi. Ellwod (1993) menjelaskan terdapat empat
dimensi akuntabilitas yang harus dipenuhi oleh organisasi sektor publik, yaitu:
1. Akuntabilitas kejujuran dan akuntabilitas hukum (accountability for probity
and legality)
2. Akuntabilitas proses (process accountability)
3. Akuntabilitas program (program accountability)
4. Akuntabilitas kebijakan (policy accountability)

9
Akuntabilitas kejujuran dan akuntabilitas hukum (accountability for
Probity and legality)
Akuntanbilitas kejujuran terkait dengan penghindaran penyalahgunaan
jabatan, sedangkan akuntanbilitas hukum terkait dengan jaminan adanya
kepatuhan terhadap hukum dan peraturan lain yang diisyaratkan dalam
penggunaan sumber dana public.

Akuntabilitas proses (process accountability)


Akuntanbilitas proses terkait dengan apakah prosedur yang digunakan
dalam melaksanakan tugas sudah cukup baik dalam hal kecukupan sistem
informasi akuntansi, sistem informasi manajemen dan prosedur administrasi.
Akuntanbilitas proses termanifestasikan melalui pemberian pelayanan publik
yang cepat, responsive dan murah biaya. Pengawasan dan pemeriksaan terhadap
pelaksanaan akuntabilitas proses dapat dilakukan, misalnya dengan memeriksa
ada tidaknya mark up dan pungutan-pungutan lain di luar yang telah ditetapkan,
serta sumber-sumber inefisiensi dan pemborosan yang menyebabkan mahalnya
biaya pelayanan public dan kelambanan dalam pelayanan.

Akuntabilitas program (program accountability)


Akuntabilitas program terkait dengan pertimbangan apakah tujuan yang
ditetapkan dapat dicapai atau tidak dan apakah telah mempertimbangkan
alternative program yang memberikan hasil yang optimal dengan biaya yang
minimal.

Akuntabilitas kebijakan (policy accountability)


Akuntabilitas kebijakan terkait dengan pertanggungjawaban pemerintah,
baik pusat maupun daerah atas kebijakan-kebijakan yang diambil pemerintah
terhadap DPR/DPRD dan masyarakt luas.

G. PRIVATISASI

Perusahaan publik juga tidak luput dari tudingan sebagai sarang korupsi,
kolusi, nepotisme, inefisiensi, dan sumber pemborosan negara. Keluhan
”birokrat tidak mampu berbisnis” ditujukan untuk mengkritik buruknya kinerja
perusahaan publik. Rendahnya kinerja perusahaan publik diperkuat dengan
bukti ambruknya sektor bisnis pemerintah dibanyak negara sehinga
menimbulkan pertanyaan publik mengenai kemampuan pemerintah dalam
menjalankan perusahaan publik secara ekonomis dan efisien (Nicholls, 1991).
Di Indonesia sendiri, masih banyak perusahaan milik negara (BUMN dan
BUMD) yang dijalankan secara tidak efisien. Inefisiensi yang dialami oleh
BUMN dan BUMD tersebut antara lain disebabkan adanya intervensi politik,
sentralisasi, rent seeking behaviour,dan manajemen yang buruk.
BUMN dan BUMD dalam era globalisasi akan menghadapi beberapa
tekanan dan tuntutan, yaitu :

10
• Regulation & political pressure. BUMN/BUMD dituntut untuk
memberikan bagian laba perusahaan kepada pemerintah. Tuntutan tersebut
diperkuat misalnya dengan adanya perda yang mewajibkan BUMD untuk
menyetorkan bagian laba perusahaan kepada pemerintah daerah untuk
menambah pendapatan asli daerah.
• Social pressure. BUMN dan BUMD akan menghadapi tekanan yang
semakin besar dari masyarakat (konsumen) untuk menghasilkan produk
yang murah dan berkualitas tinggi. Untuk itu, mekanisme penetapan harga
dan subsidi sangat penting.
• Rent seeking behaviour. BUMN dan BUMD akan berhadapan
dengan orang-orang (oknum) yang mencoba melakukan rent seeking,
korupsi, kolusi dan nepotisme.
• Economic & effeciency. BUMN dan BUMD di sisi lain dituntut
untuk ekonomis dan efisien agar menjadi entitas bisnis yang profesional.
Fokus yang harus diperhatikan manajemen BUMN dan BUMD adalah
”economy, efficiency, effectiveness, equity, quality and performance”.

Di sisi internal BUMN dan BUMD harus melakukan strategi efisiensi agar
bisa menjadi entitas bisnis yang tangguh dan profisional sehingga memiliki
daya saing. Harus dilakukan upaya-upaya efisiensi biaya, misalnya dengan
strategic cost manajement, dilakukan restrukturisasi organisasi, privatisasi, dan
rightsizing (downsizing), serta rekrutmen sumber daya manusia (SDM) yang
berkualitas dan memiliki integritas yang tinggi.
Privatisasi merupakan salah satu upaya mereformasi perusaan publik
untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas perusahaan-perusahaan publik.
Privatisasi berarti pelibatan modal swasta dalam struktur modal perusahaan
publik sehingga kinerja finansial dapat dipengaruhi waktu secara langsung oleh
infestor melalui mekanisme pasar uang. Privatisasi perusahaan publik memilki
fungsi ganda, yaitu mengurangi beban belanja publik, menaikkan pendapatan
negara, dan mendorong perkembangan sektor swasta.

H. OTONOMI DAERAH

Desentralisasi tidak hanya berarti pelimpahan wewenang dari pemerintah


pusat ke pemerintah yang lebih rendah, tetapi juga pelimpahan beberapa
wewenang pemerintahan ke pihak swasta dalam bentuk privatisasi.
Secara teoritis, desentralisasi ini diharapkan akan menghasilkan dua
manfaat nyata, yaitu: pertama, mendorong peningkatan partisipasi, prakarsa,
dan kreatifitas masyarakat dalam pembangunan, serta mendorong pemerataan
hasil-hasil pembangunan (keadilan) diseluruh daerah dengan memanfaatkan
sumber daya dan potensi dan bersedia di masing-masing daerah. Kedua,
memperbaiki alokasi sumber daya produktif melalui pergeseran peran
pengambilan keputusan publik ketingkat pemerintah yang paling rendah yang
memilki informasi yang paling meningkat. Hasil penelitian Huther dan Shah
(1998) di 80 negara menunjukkan bahwa desentralisasi memilki korelasi positif
dengan kualitas pemerintahan.

11
Implikasi otonomi daerah terhadap akuntansi sektor publik adalah bahwa
dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah, pemerintah daerah di tuntut untuk
mampu memberikan informasi keuangan sektor publik, DPRD dan pihak-pihak
yang menjadi stakeholder pemerintah daerah. Untuk itu, pemerintah daerah
perlu memiliki sistem akuntansi dan standar akuntansi keuangan pemerintah
daerah yang memadai. Selain itu, pemerintah daerah juga perlu melakukan
perbaikan mekanisme audit terhadap instansi pemerintah daerah.
Pengembangan sistem akuntansi pemerintah daerah merupakan suatu tantangan
karena lingkungan sektor publik yang sangat kompleks membutuhkan
kompetensi tersendiri untuk mendesain sistem akuntansi yang akan diterapkan.

BAB III

12
PENUTUP

A. Kesimpulan

Akuntansi sektor publik memiliki kaitan yang erat dengan penerapan dan
perlakuan akuntansi pada domain publik. Domain publik sendiri memiliki wilayah
yang lebih luas dan kompleks dibandingkan dengan sektor swasta. Dari sudut
pandang ilmu ekonomi, sektor publik dapat dipahami sebagai suatu entitas yang
aktivitasnya berhubungan dengan usaha untuk menghasilkan barang dan pelayanan
publik dalam rangka memenuhi kebutuhan dan hak publik.

Organisasi sektor publik bergerak dalam lingkungan yang sangat kompleks.


Komponen lingkungan yang mempengaruhi organisasi sektor publik meliputi faktor
ekonomi, politik, kultur dan demografi.

Sektor publik sering kali dinilai negatif oleh beberapa pihak, misalnya sebagai
sarang inefisiensi, pemborosan, sumber kebocoran dana dan institusi yang selalu
merugi. Tuntutan baru muncul agar organisasi sektor publik memperhatikan
kualitas dan profesionalisme serta value for money dalam menjalankan aktivitasnya.
Value for money merupakan konsep pengelolaan organisasi sektor publik yang
mendasarkan pada tiga elemen utama, yaitu : ekonomi, efisiensi dan efektivitas.
Selain itu, tuntutan yang lain adalah perlunya akuntabilitas publik dan privatisasi
terhadap perusahaan-perusahaan milik publik untuk menciptakan good public and
corporate governance.

DAFTAR PUSTAKA

13
Mardiasmo, 2002. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta : Andi.

Yasin, Fauzi Alvi, 1999. Perkembangan Akuntansi Pemerintah Daerah


Seminar IAI : Kontribusi Akuntan Sektor Publik Dalam Perwujudan
Good Governance. Jakarta.

Siregar, Baldric dan Bonni Siregar, 2001. Akuntansi Pemerintahan dengan


Sistem Dana. Yogyakarta : Salemba Empat.

14

You might also like