Professional Documents
Culture Documents
Dongeng
Koleksi 10 Cerita Dongeng terbaik
2/7/2011
Kerbau dan Kambing
Si Pelit
Lalu sang kerbau berkata kepada sang kambing, "Jangan berpikir bahwa saya akan menyerah dan
diam saja melihat tingkah lakumu yang pengecut karena saya merasa takut kepadamu. Saat singa
itu pergi, saya akan memberi kamu pelajaran yang tidak akan pernah kamu lupakan."
Bila saja dia berhenti untuk berpikir, dia akan tahu bahwa itu hanyalah bayangannya. Tetapi
anjing itu tidak berpikir apa-apa dan malah menjatuhkan tulang yang dibawanya dan langsung
melompat ke dalam sungai. Anjing serakah tersebut akhirnya dengan susah payah berenang
menuju ke tepi sungai. Saat dia selamat tiba di tepi sungai, dia hanya bisa berdiri termenung dan
sedih karena tulang yang di bawanya malah hilang, dia kemudian menyesali apa yang terjadi dan
menyadari betapa bodohnya dirinya.
Temannya yang berada di pohon tidak berbuat apa-apa untuk menolong temannya yang
berbaring. Entah hal ini benar atau tidak, beruang itu sejenak mengendus-endus di dekat
kepalanya, dan kelihatannya puas bahwa korbannya telah meninggal, beruang tersebutpun
berjalan pergi.
"Kelihatannya seolah-olah beruang itu membisikkan sesuatu di telingamu," katanya. "Apa yang di
katakan oleh beruang itu"
"Beruang itu berkata," kata pengembara yang berbaring tadi, "Tidak bijaksana berjalan bersama-
sama dan berteman dengan seseorang yang membiarkan dan tidak menghiraukan temannya yang
berada dalam bahaya."
Satu orang pengembara kebetulan lewat di tempat itu mendengarnya menangis dan bertanya apa
saja yang terjadi.
"Emasmu! di dalam lubang itu? Mengapa kamu menyimpannya disana? Mengapa emas tersebut
tidak kamu simpan di dalam rumah dimana kamu dapat dengan mudah mengambilnya saat kamu
ingin membeli sesuatu?"
"Membeli sesuatu?" teriak si Pelit dengan marah. "Saya tidak akan membeli sesuatu dengan emas
itu. Saya bahkan tidak pernah berpikir untuk berbelanja sesuatu dengan emas itu." teriaknya lagi
dengan marah.
Pengembara itu kemudian mengambil sebuah batu besar dan melemparkannya ke dalam lubang
harta karun yang telah kosong itu.
"Kalau begitu," katanya lagi, "tutup dan kuburkan batu itu, nilainya sama dengan hartamu yang
telah hilang!"
~Harta yang kita miliki sama nilainya dengan kegunaan harta tersebut~
Pemerah Susu dan Ember nya - Aesop
"Susu yang saya perah ini sangat baik mutunya," pikirnya menghibur
diri, "akan memberikan saya banyak cream untuk dibuat. Saya akan
membuat mentega yang banyak dari cream itu dan menjualnya ke
pasar, dan dengan uang yang saya miliki nantinya, saya akan
membeli banyak telur dan menetaskannya, Sungguh sangat indah
kelihatannya apabila telur-telur tersebut telah menetas dan ladangku
akan dipenuhi dengan ayam-ayam muda yang sehat. Pada suatu saat,
saya akan menjualnya, dan dengan uang tersebut saya akan membeli baju-baju yang cantik untuk
di pakai ke pesta. Semua pemuda ganteng akan melihat ke arahku. Mereka akan datang dan
mencoba merayuku, tetapi saya akan mencari pemuda yang memiliki usaha yang bagus saja!"
Ketika dia sedang memikirkan rencana-rencananya yang dirasanya sangat pandai, dia
menganggukkan kepalanya dengan bangga, dan tanpa disadari, ember yang berada di kepalanya
jatuh ke tanah, dan semua susu yang telah diperah mengalir tumpah ke tanah, dengan itu
hilanglah semua angan-angannya tentang mentega, telur, ayam, baju baru beserta
kebanggaannya.
Pedagang yang merasa marah, kemudian membawa keledainya tersebut kembali ke pasar, dimana
keledai tersebut di muati dengan keranjang-keranjang yang sangat besar dan berisikan spons.
Ketika mereka kembali tiba di tengah sungai, sang keledai kembali dengan sengaja menjatuhkan
diri, tetapi pada saat pedagang tersebut membawanya ke pinggir sungai, sang keledai menjadi
sangat tidak nyaman karena harus dengan terpaksa menyeret dirinya pulang kerumah dengan
beban yang sepuluh kali lipat lebih berat dari sebelumnya akibat spons yang dimuatnya menyerap
air sungai.
Saat salah satu kambing menapakkan kakinya ke jembatan itu, kambing yang lainnya pun tidak
mau mengalah dan juga menapakkan kakinya ke jembatan tersebut. Akhirnya keduanya bertemu
di tengah-tengah jembatan. Keduanya masih tidak mau mengalah dan malahan saling mendorong
dengan tanduk mereka sehingga kedua kambing tersebut akhirnya jatuh ke dalam jurang dan
tersapu oleh aliran air yang sangat deras di bawahnya.
~Lebih baik mengalah daripada mengalami nasib sial karena keras kepala~
Semut dan Belalang - Aesop
"Saya tidak mempunyai waktu untuk mengumpulkan makanan," keluh sang Belalang; "Saya
sangat sibuk membuat lagu, dan sebelum saya sadari, musim panas pun telah berlalu."
"Membuat lagu katamu ya?" kata sang Semut, "Baiklah, sekarang setelah lagu tersebut telah kamu
selesaikan pada musim panas, sekarang saatnya kamu menari!" Kemudian semut-semut tersebut
membalikkan badan dan melanjutkan pekerjaan mereka tanpa memperdulikan sang Belalang lagi.
~Walaupun sedikit, pengetahuan bisa menolong diri kita pada saat yang tepat~
Tujuh Burung Gagak - Brothers Grimm
Dahulu, ada seorang laki-laki yang memiliki tujuh orang anak laki-laki, dan laki-laki tersebut
belum memiliki anak perempuan yang lama diidam-idamkannya. Seriiring dengan berjalannya
waktu, istrinya akhirnya melahirkan seorang anak perempuan. Laki-laki tersebut sangat gembira,
tetapi anak perempuan yang baru lahir itu sangat kecil dan sering sakit-sakitan. Seorang tabib
memberitahu laki-laki tersebut agar mengambil air yang ada pada suatu sumur dan memandikan
anak perempuannya yang sakit-sakitan dengan air dari sumur itu agar anak tersebut memperoleh
berkah dan kesehatan yang baik. Sang ayah lalu menyuruh salah seorang anak laki-lakinya untuk
mengambil air dari sumur tersebut. Enam orang anak laki-laki lainnya ingin ikut untuk
mengambil air dan masing-masing anak laki-laki itu sangat ingin untuk mendapatkan air tersebut
terlebih dahulu karena rasa sayangnya terhadap adik perempuan satu-satunya. Ketika mereka tiba
di sumur dan semua berusaha untuk mengisi kendi yang diberikan kepada mereka, kendi tersebut
jatuh ke dalam sumur. Ketujuh anak laki-laki tersebut hanya terdiam dan tidak tahu harus
melakukan apa untuk mengambil kendi yang jatuh, dan tak satupun dari mereka berani untuk
pulang kerumahnya.
Ayahnya yang menunggu di rumah akhirnya hilang kesabarannya dan berkata, "Mereka pasti lupa
karena bermain-main, anak nakal!" Karena takut anak perempuannya bertambah sakit, dia lalu
berteriak marah, "Saya berharap anak laki-lakiku semua berubah menjadi burung gagak." Saat
kata itu keluar dari mulutnya, dia mendengar kepakan sayap yang terbang di udara, sang Ayah
lalu keluar dan melihat tujuh ekor burung gagak hitam terbang menjauh. Sang Ayah menjadi
sangat menyesal karena mengeluarkan kata-kata kutukan dan tidak tahu bagaimana
membatalkan kutukan itu. Tetapi walaupun kehilangan tujuh orang anak laki-lakinya, sang Ayah
dan Ibu masih mendapatkan penghiburan karena kesehatan anak perempuannya berangsur-
angsur membaik dan akhirnya anak perempuan tersebut tumbuh menjadi gadis yang cantik.
Gadis itu tidak pernah mengetahui bahwa dia mempunyai tujuh orang kakak laki-laki karena
orangtuanya tidak pernah memberitahu dia, sampai suatu hari secara tidak sengaja gadis tersebut
mendengar percakapan beberapa orang, "Gadis tersebut memang sangat cantik, tetapi gadis
tersebut harus disalahkan karena mengakibatkan nasib buruk pada ketujuh saudaranya." Gadis
tersebut menjadi sangat sedih dan bertanya kepada orangtuanya tentang ketujuh saudaranya.
Akhirnya orangtuanya menceritakan semua kejadian yang menimpa ketujuh saudara gadis itu.
Sang Gadis menjadi sangat sedih dan bertekad untuk mencari ketujuh saudaranya secara diam-
diam. Dia tidak membawa apapun kecuali sebuah cincin kecil milik orangtuanya, sebuah roti
untuk menahan lapar dan sedikit air untuk menahan haus.
Gadis tersebut berjalan terus, terus sampai ke ujung dunia. Dia menemui matahari, tetapi
matahari terlalu panas, lalu dia kemudian menemui bulan, tetapi bulan terlalu dingin, lalu dia
menemui bintang-bintang yang ramah kepadanya. Saat bintang fajar muncul, bintang tersebut
memberikan dia sebuah tulang ayam dan berkata, "Kamu harus menggunakan tulang ini sebagai
kunci untuk membuka gunung yang terbuat dari gelas, disana kamu akan dapat menemukan
saudara-saudaramu.
Tiba-tiba dia mendengar kepakan sayap burung di udara, dan saat itu orang kerdil itu berkata,
"Sekarang tuanku sudah datang." Saat ketujuh burung gagak akan mulai makan, mereka
menyadari bahwa seseorang telah memakan sedikit makanan dari piring mereka. "Siapa yang
telah memakan makananku, dan meminum minumanku?" kata salah satunya. Saat burung gagak
yang terakhir minum dari gelasnya, sebuah cincin masuk ke mulutnya dan ketika burung tersebut
memperhatikan cincin tersebut, burung gagak tersebut berkata, "Diberkatilah kita, saudara
perempuan kita yang tersayang mungkin ada disini, inilah saatnya kita bisa terbebas dari
kutukan." Sang Gadis yang berdiri di belakang pintu mendengar perkataan mereka, akhirnya
maju kedepan dan saat itu pula, ketujuh burung gagak berubah kembali menjadi manusia.
Mereka akhirnya berpelukan dan pulang bersama ke rumah mereka dengan bahagia.
Tamat