You are on page 1of 8

DAMPAK POSITIF JAMU

Terlahir dan
dibesarkan dalam
kalangan
keluarga yang
lebih
mengedepankan
pengobatan
tradisional, tentu
aroma jamu-jamuan sudah tidak asing lagi bagi indera penciuman saya.
Sejak kecil saya sudah dijejali atau istilah dalam bahasa jawa “dicekok”
dengan aneka jamu-jamuan, mulai dari jamu beras kencur untuk nafsu makan
dan menghindari masuk angin. Jamu asem kunyit agar badan segar terutama
selagi menstruasi, serta jamu sirih agar rahim sehat dan selaput
keperawanan tetap kencang. Sirih yang akan diracik menjadi jamu pun harus
yang tulang batang didaunnya bertaut satu sama lain. Entah alasan apa yang
mendasarinya, tapi mitos itu sangat dipercaya oleh para leluhur dan
keturunan yang terus melestarikannya. Ada pemikiran bahwa bentuk sirih
yang menyerupai area “V” perempuan dipercaya mempunyai kekuatan magis
dan zat antiseptik alami yang tak hanya memberi aroma segar pada daerah
sensitif perempuan, tapi juga mengencangkan panggul rahim sehabis
melahirkan. Disamping itu, ada jenis sirih merah yang berguna untuk
mengobati penyakit diabetes, darah tinggi, asam urat, maag, kencing manis
dan kelelahan. Caranya sangat sederhana, cukup minum 1 gelas rebusan
sirih merah setiap hari untuk mengobati berbagai macam penyakit tersebut.

Bagaimana dengan rasanya ? Namanya saja jamu tradisional yang bahan-


bahannya murni dari alam, tentu tidak ada yang rasa orange apalagi
strawberry. Karena tidak diramu secara kimiawi yang dengan menambahkan
bahan pemanis buatan. Semua rasa pahit harus ditelan dalam satu kali
tegukan agar aroma menyengat dan rasa pahit tidak berlama-lama ada di
tenggorokan kita.
Bila kita ingin mengkaji sejauh mana manfaat dari Jamu Tradisional
Indonesia, sepertinya akan menghabiskan bab demi bab yang begitu banyak
mengurai bahan-bahan alami jamu yang terdapat pada tumbuh-tumbuhan
yang ada di Indonesia. Apalagi pengetahuan tentang pengobatan tradisional
dengan jamu, sudah dikenal sejak periode kerajaan Hindu-Jawa. Hal ini
dibuktikan dengan adanya Prasasti Madhawapura dari jaman Majapahit yang
menyebut adanya tukang meramu jamu yang disebut Acaraki. Pada relief
candi Borobudur sekitar tahun 800 – 900 masehi, juga menggambarkan
adanya kegiatan membuat jamu.

Konon, pada zaman dahulu kala para selir raja yang jumlahnya bisa
mencapai 40 orang. Saling berlomba mempelajari ilmu meracik jamu.
Semakin bervariasi dan tinggi ilmu yang dimilikinya terutama untuk urusan
area ’V’. Maka kemungkinan untuk ‘didatangi’ sang raja akan semakin sering.
Hingga semakin berkembanglah metode dan racikan jamu untuk
menyenangkan kaum lelaki, bahkan akhir-akhir ini tampak semakin menjamur
salon V spa untuk ratus vagina yang memakai bahan dasar ramuan
tradisional jamu Indonesia.
Berikut adalah beberapa resep tradisional jamu Indonesia yang mungkin bisa
menjadi alternatif perawatan murah yang patut untuk dicoba, sebagai salah
satu penghargaan dan pelestarian kekayaan leluhur bangsa Indonesia.

1. Jamu Merapatkan Vagina

Bahan :
- 15 lembar daun sirih
- buah gambir
- Kulit pinang muda secukupnya
- Kapur sirih secukupnya

Cara Membuat:
Serpihkan kulit pinang dengan cara dicabuti, tumbuk gambir hingga halus dan ayak
kapur sirih hingga merata. Semua bahan dicampur jadi satu dalam air mendidih.
Diamkan beberapa jam hingga dingin dan mengendap.
Gunakan untuk membasuh area ‘V’ pada pagi, siang dan malam hari untuk
mendapatkan kualitas vagina yang selalu dalam keadaan rapat bak perawan keraton
setiap saat.
Jika resep tersebut diatas terlalu ribet, berikut ada racikan sederhananya :
Ambil satu biji buah pinang, kupas dan hancurkan. masukkan dalam gelas dan tuang
dengan air panas setengah gelas. Tunggu sampai air hangat lalu diminum. Bisa
ditambah gula jawa atau gula putih untuk mengurangi rasa sepet-nya. Diminum 1
jam sebelum bersenggama. Konon khasiatnya bisa menambah kemesraan dan
tentunya kelanggengan serta keharmonisan pasangan suami istri.

2. Mengencangkan wajah yang kusut

Bahan :

- ½ gelas beras (rendam semalaman)


- ½ ruas kunyit
- ½ ruas bangle
- Air mawar

Cara Membuat :

Tiriskan rendaman beras lalu haluskan bersama kunyit dan bangle, campur dengan
air mawar hingga mengental. Usapkan ke wajah setiap malam sebelum tidur seperti
menggunakan masker, diamkan selama 15 s.d 30 menit. Basuh dengan air hangat
kuku. Lakukan rutin niscaya akan mendapatkan wajah yang kencang, segar dan
awet muda.
DAMPAK NEGATIF

Mengonsumsi jamu kerap menjadi pilihan karena dianggap lebih alami dan
tidak ada efek samping. Tapi belakangan muncul tudingan jamu berbahaya
bagi kesehatan ginjal. Benarkah jamu berbahaya untuk ginjal?

dr. Dante Saksono, SpPD, PhD, dari RS Cipto Mangunkusumo mengakui


memang orang yang memiliki bakat ginjal harus lebih berhati-hati
mengonsumsi jamu.

Maka itu jika ingin minum jamu harus yang sudah benar-benar teruji secara
klinis. Minum jamu bisa berbahaya jika tidak disertai dengan banyak minum
air. Air putih ini membantu cairan yang disaring ke ginjal tidak terlalu pekat
sehingga tidak mengganggu kerja ginjal.
Menurut dr Dante, minum sembarangan jamu tanpa mengetahui
komposisinya bisa berbahaya. Karena materi-materi penyusunnya belum
dapat diidentifikasikan secara pasti. Sehingga belum dapat dipastikan apakah
material yang terkandung di dalamnya aman untuk ginjal.

"Saya tidak menganjurkan pasien yang sakit untuk minum jamu," ujar dr.

Dante Saksono, SpPD, PhD, dari RS Cipto Mangunkusumo.


Orang dengan penyakit ginjal lanjutnya, sangat tidak disarankan minum jamu.
Karena apabila telah terjadi kerusakan pada ginjal maka minum jamu akan
meningkatkan risiko dan mengakibatkan pasien tidak bisa bertahan lebih
lama.
dr Dante juga membantah anggapan orang bahwa obat-obat medis lah yang
lebih berbahaya bagi ginjal. Menurutnya jika obat yang diminum sesuai aturan
dan tidak dikonsumsi sembarangan maka risikonya minim.
Dijelaskan, ada dua jenis sistem ekskresi (pembuangan) dalam tubuh, yaitu
melalui ginjal dan sistem cerna. Jamu yang belum diuji klinis karena belum
diketahui komposisinya bisa membuat kerja ginjal berat jika senyawa
metabolitnya mengendap di ginjal atau saluran cerna.
Ginjal adalah penyakit kronis yang tidak menular yang bisa juga dipicu oleh
komplikasi penyakit kronis lainnya, seperti diabetes, darah tinggi, infeksi
saluran kemih, batu ginjal, penyakit autoimun (lupus).
Jadi jika ingin minum jamu sebaiknya benar-benar yang komposisinya aman
dan diimbangi dengan minum air yang banyak. Jangan sembarangan
membeli jamu di pasaran karena ada beberapa jamu yang kini banyak
mengandung bahan kimia berbahaya.
DAMPAK POSITIF JAMU

Terlahir dan
dibesarkan dalam
kalangan keluarga
yang lebih
mengedepankan
pengobatan
tradisional, tentu
aroma jamu-jamuan
sudah tidak asing
lagi bagi indera penciuman saya. Sejak kecil saya sudah dijejali atau istilah dalam
bahasa jawa “dicekok” dengan aneka jamu-jamuan, mulai dari jamu beras kencur
untuk nafsu makan dan menghindari masuk angin. Jamu asem kunyit agar badan
segar terutama selagi menstruasi, serta jamu sirih agar rahim sehat dan selaput
keperawanan tetap kencang. Sirih yang akan diracik menjadi jamu pun harus yang
tulang batang didaunnya bertaut satu sama lain. Entah alasan apa yang
mendasarinya, tapi mitos itu sangat dipercaya oleh para leluhur dan keturunan yang
terus melestarikannya. Ada pemikiran bahwa bentuk sirih yang menyerupai area “V”
perempuan dipercaya mempunyai kekuatan magis dan zat antiseptik alami yang tak
hanya memberi aroma segar pada daerah sensitif perempuan, tapi juga
mengencangkan panggul rahim sehabis melahirkan. Disamping itu, ada jenis sirih
merah yang berguna untuk mengobati penyakit diabetes, darah tinggi, asam urat,
maag, kencing manis dan kelelahan. Caranya sangat sederhana, cukup minum 1
gelas rebusan sirih merah setiap hari untuk mengobati berbagai macam penyakit
tersebut.

Bagaimana dengan rasanya ? Namanya saja jamu tradisional yang bahan-bahannya


murni dari alam, tentu tidak ada yang rasa orange apalagi strawberry. Karena tidak
diramu secara kimiawi yang dengan menambahkan bahan pemanis buatan. Semua
rasa pahit harus ditelan dalam satu kali tegukan agar aroma menyengat dan rasa
pahit tidak berlama-lama ada di tenggorokan kita.

Bila kita ingin mengkaji sejauh mana manfaat dari Jamu Tradisional Indonesia,
sepertinya akan menghabiskan bab demi bab yang begitu banyak mengurai bahan-
bahan alami jamu yang terdapat pada tumbuh-tumbuhan yang ada di Indonesia.
Apalagi pengetahuan tentang pengobatan tradisional dengan jamu, sudah dikenal
sejak periode kerajaan Hindu-Jawa. Hal ini dibuktikan dengan adanya Prasasti
Madhawapura dari jaman Majapahit yang menyebut adanya tukang meramu jamu
yang disebut Acaraki. Pada relief candi Borobudur sekitar tahun 800 – 900 masehi,
juga menggambarkan adanya kegiatan membuat jamu.
Konon, pada zaman dahulu kala para selir raja yang jumlahnya bisa mencapai 40
orang. Saling berlomba mempelajari ilmu meracik jamu. Semakin bervariasi dan
tinggi ilmu yang dimilikinya terutama untuk urusan area ’V’. Maka kemungkinan untuk
‘didatangi’ sang raja akan semakin sering. Hingga semakin berkembanglah metode
dan racikan jamu untuk menyenangkan kaum lelaki, bahkan akhir-akhir ini tampak
semakin menjamur salon V spa untuk ratus vagina yang memakai bahan dasar
ramuan tradisional jamu Indonesia.
Berikut adalah beberapa resep tradisional jamu Indonesia yang mungkin bisa
menjadi alternatif perawatan murah yang patut untuk dicoba, sebagai salah satu
penghargaan dan pelestarian kekayaan leluhur bangsa Indonesia

1. Menghilangkan Bekas Luka

Bahan :

- 50 gr beras (rendam selama 15 menit)


- 1 ruas Kencur

Cara Membuat :

Tiriskan beras dan tumbuk halus bersama kencur. Usapkan pada bekas luka dan
lakukan rutin selama 2 minggu. Niscaya bekas luka akan hilang tanpa bekas.

2. Penambah Darah

Jamu ini baik sekali di konsumsi oleh perempuan yang tengah menstruasi, untuk
mencegah kekurangan darah (anemia), serta menghindari keluhan letih dan lesu.

Bahan :

- 3 tangkai daun pepaya muda


- 1 biji temu ireng

Cara membuat :

Cuci bersih tangkai daun pepaya muda, tambahkan temu ireng lalu tumbuk hingga
halus. Beri segelas air matang lalu saring. Minum sehari sekali selama periode
menstruasi atau setelahnya. Alhasil akan mendapatkan tubuh yang segar, bugar dan
enerjik.

Semoga uraian tentang kekayaan dan manfaat Jamu Tradisional Indonesia bisa
menambah wawasan dan merubah wacana berpikir kita untuk beralih atau
setidaknya, tidak meninggalkan begitu saja warisan berharga para leluhur untuk kita
wariskan dan teruskan kepada anak cucu kita kelak.

.
DAMPAK NEGATIF

Ganggu Lambung
Dua obat yang sering dicampurkan dalam jamu nakal, yakni golongan obat encok
golongan NSAID (non-steroid-anti-inflammatory drug), dan obat golongan
kortikosteroid. Keduanya bikin badan jadi enteng dan hilang pegal-linunya. Dalam
dunia medis, pemakaian gabungan kedua jenis obat ini tidak lazim mengingat masing-
masing efek samping yang disandangnya.

Obat encok golongan itu punya efek samping, terlebih bagi mereka yang sudah usia
lanjut, mengganggu lambung dan saluran cerna. Kasus usia lanjut mengalami
perdarahan usus sehabis mengonsumsi obat encok, bukan kejadian yang jarang.

Demikian pula obat encok impor nakal pun, termasuk sebagian jamu pereda pegal-
linu, mencampurkan jenis obat ini. Tidak jarang mencampurnya dengan obat
golongan kortikosteroid. Obat jenis ini tergolong "obat dewa" karena membuat yang
mengonsumsi merasa lebih segar. Ini jenis hormon (produksi kelenjar anak ginjal
suprarenalis), yang dibutuhkan tubuh dalam kondisi siap-siaga-waspada.

Obat ini juga berkhasiat antiperadangan, umum dipakai untuk kasus alergi, pereda
penyakit autoimun, dan tentu siap memikul efek sampingnya, yakni pengeroposan
tulang (osteoporosis), memperburuk darah tinggi dan diabetes, selain menjadikan
kulit jadi kasar berbulu.

Pemakaian golongan obat jenis ini dibatasi tak lebih dari seminggu. Kalau perlu lebih
lama, tak boleh berhenti mendadak (tapering off) agar tak berefek buruk terhadap
tubuh. Dalam dunia medis, pemakaian obat apa pun selalu mempertimbangkan risiko-
maslahatnya. Apalagi jenis obat yang buruk efek sampingnya.

You might also like