Professional Documents
Culture Documents
Pengelompokan malpraktik :
Sebetulnya wanprestasi atau ingkar janji dalam hubungan kontraktual antara dokter
dan pasien dapat dilakukan oleh masing-masing pihak. Pasien dapat menggugat
dokter jika ternyata dokter tidak dapat melaksanakan kewajibannya dan sebaliknya
dokter dapat menggugat pasien jika ternyata pasien tidak melaksanakan
kewajibannya. Gugatan harus berdasarkan atas kerugian yang terjadi, baik materiil
maupun immateriil sebagai akibat tidak dilaksanakannya sesuatu kewajiban oleh
pihak lain.
Khusus gugatan kepada dokter yang melakukan wanprestasi atau lebih dikenal dengan
malpraktik, maka gugatan itu dibenarkan jika memenuhi syarat 4 D: Penyatuan istilah
Malpraktik dengan Kelalaian Medik
Kelalaian Medik terdapat 4 kriteria “4D” yang secara kumulatif semuanya harus
terbukti untuk menjatuhkan sanksi dokter harus membayar ganti rugi kepada
pasien/keluarganya dalam forum pengadilan. Ke 4 D tersebut adalah sebagai berikut :
1. Duty of care by the doctor to the injured patient (kewajiban) = D1, dokter yang
digugat memang mempunyai kewajiban (duty) sebagai akibat adanya hubungan
kontraktual.
Involves the physician’s failure to conform to the standard of care for treatment of the
patient’s condition, or a lack of skill, or negligence in providing care to the patient,
which is the direct cause of an injury to the patient
Criminal Malpractice
Masuk kategori ini, bila memenuhi rumusan delik pidana. Pertama, perbuatan tersebut
(baik positf maupun negatif) harus merupakan perbuatan tercela (actus reus). Kedua,
dilakukan dengan sikap batin yang salah (mens rea); yaitu berupa kesengajaan
(intensional), kecerobohan (recklessness) atau kealpaan (negligence).
o Melakukan euthanasia
o Alpa atau kurang hari-hati sehingga meninggalkan gunting dalam perut pasien.
o Alpa atau kurang hati-hati sehingga pasien menderita luka-luka (termasuk cacat)
atau meninggal dunia.
Civil Malpractice
Jika dokter tidak melaksanakan kewajibannya (ingkar janji), yaitu tidak memberikan
prestasinya sebagaimana yang telah disepakati.
1. Tidak melakukan (negative act) apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan
2. Melakukan (positive act) apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan tetapi
terlambat.
Administrative Malpractice
Dikatakan Administrative Malpractice bila dokter melanggar hukum tata usaha
negara. Perlu diketahui bahwa dalam rangka melaksanakan police power (the power
of state to protect the health, safety, morals and general welfare of its citizen) yang
menjadi kewenangannya, pemerintah berhak mengeluarkan berbagai macam
peraturan di bidang kesehatan, seperti tentang persyaratan bagi tenaga kesehatan
untuk menjalankan profesi medik, batas kewenangan serta kewajibannya. Apabila
aturan tersebut dilanggar maka tenaga kesehatan yang bersangkutan dapaat
dipersalahkan.
o Menjalankan tindakan medik yang tidak sesuai lisensi atau izin yang dimiliki.
o Melakukan praktik kedokteran dengan menggunakan lisensi atau izin yang sudah
kedaluwarsa.
Pembuktian Malpraktik
Criminal Malpractice
Pembuktian berdasarkan atas dipenuhi tidaknya unsur pidananya, sehingga tergantung
dari jenis dari criminal malpractice yang dituduhkan. Dalam hal dokter dituduh
melakukan kealpaan sehingga pasien yang ditangani meninggal dunia, menderita luka
berat atau luka sedang maka yang harus dibuktikan adalah adanya unsur perbuatan
tercela (salah) yang dilakukan dengan sikap batin berupa alpa atau kurang hati-hati
(kurang praduga).
Civil Malpractice
Pembuktiannya melalui dua cara :
1. Cara langsung
Yaitu membuktikan ke empat unsurnya (4D) secara langsung ; yang terdiri atas unsur
kewajiban (duty), menelantarkan kewajiban (dereliction of duty), rusaknya kesehatan
(damage) dan adanya hubungan langsung antara tindakan menelantarkan dengan
rusaknya kesehatan (direct causation).
Kewajiban dokter timbul jika secara afirmatif menerima suatu tanggung jawab untuk
melakukan tindakan medik melalui hubungan kontraktual (a contract basis), baik
yang dibuat atas beban atau dengan Cuma-Cuma (gratuitous service). Kedua, jika
berdasarkan ketentuan yang ada wajib melakukan tindakan medis (a tort basis).
Menelantarkan kewajiban terbukti jika dokter melakukan tindakan medik yang
kualitasnya di bawah standar yaitu suatu tindakan yang mutunya tidak
menggambarkan telah diterapkannya ilmu, keterampilan, perhatian dan pertimbangan
yang layak sebagaimana dilakukan oleh kebanyakan dokter dengan keahlian yang
sama ketika menghadapi situasi dan kondisi yang sama pula. Untuk membuktikan ini
diperlukan kesaksian ahli dari dokter yang sama keahliannya dengan dokter yang
sedang diadili.
Rusaknya kesehatan terbukti jika pasien meninggal dunia, cacat, lumpuh, mengalami
luka berat atau luka sedang. Jika pasien meninggal dunia perlu dilakukan otopsi dan
bila masih hidup perlu dilakukan pemeriksaan oleh dokter lain yang akan bertindak
sebagai saksi ahli.
Sedangkan hubungan langsung terbukti jika ada hubungan kausalitas antara rusaknya
kesehatan dengan tindakan dokter yang kualitasnya di bawah standar. Untuk
membuktikan ini juga diperlukan kesaksian ahli.
Cara ini adalah yang paling mudah yaitu dengan mencari fakta-fakta yang
berdasarkan doktrin Res Ipsa Loquitor (the thing speaks for itself) dapat membuktikan
adanya kesalahan di pihak dokter. Namun tidak semua kelalaian dokter meninggalkan
fakta semacam itu. Doktrin Res Ipsa Loquitor ini sebetulnya merupakan varian dari
’doctrine of common knowledge” hanya saja di sini masih diperlukan sedikit bantuan
kesaksian dari ahli untuk menguji apakah fakta yang ditemukan memang dapat
dijadikan bukti adanya kelalaian dokter.
Perlu diketahui bahwa doktrin Res Ipsa Loquitor hanya dapat diterangkan jika fakta
yang ditemukan memenuhi kriteria berikut :
o Pasien tidak ikut menyumbang timbulnya fakta itu atau dengan kata lain tidak ada
contributory negligence.
Jika misalnya ada gunting atau tang tertinggal dalam perut pasien yang menjalani
operasi, maka gunting atau tang itu berdasarkan doktrin Res Ipsa Loquitor, dapat
dijadikan fakta yang secara tidak langsung dapat membuktikan kesalahan dokter,
mengingat :
o Gunting atau tang itu tak mungkin tertinggal kalau tidak ada kelalaian.
o Gunting atau tang yang tertinggal itu berada di bawah tanggung jawab dokter.
o Pasien dalam keadaan terbius sehingga tidak mungkin dapat memberikan andil
terhadap tertinggalnya alat-alat tersebut.