Professional Documents
Culture Documents
Oleh :
1. Lya Martha Sari NIM. 098 694 063
2. Dewi Eriana NIM. 098 694 087
3. Nastiti Ulil Azmi NIM. 098 694 094
4. Wahyu Wibisono NIM. 098 694 096
S1 AKUNTANSI 2009 B
FAKULTAS EKONOMI
2010
i
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap puji dan syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena berkat
rahmat dan hidayah-Nya yang diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Kebijakan Dividen” ini.
Penulisan makalah ini merupakan salah satu kewajiban bagi mahasiswa
Universitas Negeri Surabaya, khususnya Fakultas Ekonomi dalam rangka memenuhi
salah satu tugas mata kuliah Manajemen Keuangan 2 yang diikuti pada semester tiga.
Hasil penulisan ini bukanlah kemampuan dari penulis semata, namun terwujud
berkat bantuan dari berbagai pihak. Tidak lupa penulis juga mengucapkan terima kasih
kepada Ibu Lintang Venusita selaku Dosen Manajemen Keuangan 2 di Fakultas Ilmu
Ekonomi, dan seluruh pihak yang membantu pembuatan makalah ini.
Ibarat setetes air di padang pasir, penulis sangat menyadari bahwa masih terdapat
banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak demi kesempurnaan
makalah ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR----------------------------------------------------------------------i
DAFTAR ISI--------------------------------------------------------------------------------ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang-----------------------------------------------------------------1
1.2 Rumusan Masalah-------------------------------------------------------------2
1.3 Tujuan Penulisan---------------------------------------------------------------2
1.4 Manfaat Penulisan-------------------------------------------------------------3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kebijakan Dividen-----------------------------------------------4
2.2 Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen--------------------------6
2.3 Kontroversi Kebijakan Dividen----------------------------------------------8
2.4 Teori Dividen-----------------------------------------------------------------12
2.5 Kebijakan Dividen dalam Praktek-----------------------------------------14
2.6 Stock Repuchase, Stock Split dan Dividen Saham----------------------15
2.7 Pembelian Kembali Saham-------------------------------------------------19
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan----------------------------------------------------------------------22
3.2 Saran---------------------------------------------------------------------------22
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
perusahaan, pemegang saham, sekaligus buruh yang berperan dalam kenaikan laba
perusahaan. Hal inilah yang melatarbelakangi penulis untuk mengulas makalah berjudul
“Kebijakan Dividen” ini.
5
a. Dapat semakin memahami materi tentang kebijakan dividen sehingga mampu
mengkorelasikan dengan kasus nyata yang terjadi di lapangan nanti.
b. Memperoleh masukan yang berupa materi struktur modal yang dapat digunakan
sebagai referensi dalam proses pendidikan.
6
BAB II
PEMBAHASAN
1. pembagian laba baik secara langsung ataupun tidak langsung, dengan nama dan
dalam bentuk apa pun;
2. pembayaran kembali karena likuidasi yang melebihi jumlah modal yang disetor;
3. pemberian saham bonus yang dilakukan tanpa penyetoran termasuk saham bonus
yang berasal dari kapitalisasi agio saham;
7
6. jumlah yang melebihi jumlah setoran sahamnya yang diterima atau diperoleh
pemegang saham karena pembelian kembali saham-saham oleh perseroan yang
bersangkutan;
7. pembayaran kembali seluruhnya atau sebagian dari modal yang disetorkan, jika
dalam tahun-tahun yang lampau diperoleh keuntungan, kecuali jika pembayaran
kembali itu adalah akibat dari pengecilan modal dasar (statuter) yang dilakukan
secara sah;
8
Sementara buruh sebagai pelaksana kerja berpandangan bahwa laba bersih adalah
hasil kerjanya. Buruh berpandangan bahwa tanpa tenaga kerjanya, kapital tidak ada
artinya apa-apa dan program kerja yang disusun oleh tim manajemen sia-sia saja. Semua
yang dimiliki perusahaan akan menjadi barang mati tanpa digerakkan oleh tenaganya.
Berdasarkan pandangan yang demikian itu, kaum buruh menuntut bagian laba bersih
yang dihasilkan.
Oleh sebab itu dalam pembagian laba bersih sering terjadi konflik kepentingan.
Untuk menghindari konflik tersebut laba bersih seharusnya dibagi menjadi empat
bagian :
4. Bagian untuk perusahaan itu sendiri yang dikenal sebagi laba ditahan
Tim manajemen sebagai pihak yang mengetahui kondisi perusahaan, kondisi bisnis,
dan kondisi perekonomian masa yang akan datang mengadakan usulan tentang berapa
besarnya dividen yang harus dibagi dari laba bersih yang dihasilkan.
2. Perarturan hokum
9
Peraturan hukum tentang PT mengatur pembagian laba bersih agar pemegang saham
minoritas tidak dirugikan.
4. Pengembangan usaha
Jika perusahaan mengembangkan usahanya maka laba bersih yang dibagi harus kecil
karena perluasan usaha yang baik dibiayai dengan laba ditahan.
Jika perusahaan memiliki utang jangka panjang yang besar dan jumlah angsuran yang
besar maka laba bersih yang dibagi harus kecil sehingga laba ditahan besar dan bisa
digunakan untuk membayar angsuran utang jangka panjang..
6. Perjanjian Hutang
Tidak ada pembayaran dividen untuk saham biasa jika dividen saham preferan
belum dibayar.
8. Tersedianya kas
Dividen berupa uang tunai (cash dividend) hanya dapat dibayar jika tersedianya
uang tuani yang cukup. Jika likuiditas baik, perusahaan dapat membayar
dividen.
1
Perusahaan yang berkembang selalu membutuhkan dana baru untuk
diinvestasikan pada proyek – proyek yang menguntungkan. Sumber dana baru
yang merupakan modal sendiri (equity) dapat berupa penjualan sham baru dan
laba ditahan. Manajemen cenderung memanfaatkan laba ditahan karena
penjualan saham baru menimbulkan biaya peluncuran saham (flotation cost) .
Oleh karena itu semakin besar kebutuhan dana investasi, semakin kecil dividen
payout ratio.
Jika laba perusahaan dapat membagikan dividen yang relatif besar tanpa takut
harus menurunkan dividen jika laba tiba–tiba merosot. Sebaliknya jika laba
perusahaan berfluktuasi, dividen sebaiknya kecil agar kestabilannya terjaga.
Selain itu, perusahaan dengan laba yang berfluktuasi sebaiknya tidak banyak
menggunakan hutang guna mengurangi risiko kebangkrutan. Konsekuensinya
laba ditahan menjadi besar dan dividen mengecil.
Dividen kas merupakan masalah yang sering kali menjadi topik pembicaraan
hangat di antara pemegang saham dan juga pihak manajemen perusahaan emiten, bahkan
cenderung terjadi kontroversi antara pemegang saham dan perusahaan
emiten.Kontroversi yang ada adalah antara pendapat bahwa kebijakan dividen tidak
1
mempengaruhi nilai perusahaan, yang dijadikan Mileer dan Modigliani (MM) yang
sering disebut teori irrelevansi dividen, sementara argumen lain menyatakan bahwa
dividen yang rendah yang akan meningkatkn nilai perusahan.
Miller dan Modigliani berpendapat bahwa kebijakan dividen tidak relevan pada
kondisi keputusan investasi yang given pembayaran dividen tidak relevan untuk
diperhitungkan, karena tidak akan meningkatkan kesejhteran pemegang saham. Menurut
MM, kenaikan nilai perusahaan dipengaruhi oleh kemampuan perusahaan untuk
mendapatkan keuntungan atau earning power dari asset perusahaan. Oleh karena itu, nilai
perusahaan ditentukan oleh keputusan investasi. Sementara keputusan apakah laba yang
diperoleh akan dibagi dalam bentuk cash dividen atau laba ditahan tida mempengaruhi
nilai perusahaan. Pendapat MM ini ditekankan bahwa pengaruh pembayaran dividen
terhadap kemakmuran pemegang saham akan diimbangi dengan jumlah yang sama
dengan sumber dana yang lain, artinya bila perusahaan membayar dividen maka
perusahaan harus mengganti dengan mengeluarkan saham baru sebagai pengganti
sejumlah dividen tersebut. Dengan demikian, adanya kenaikan pembayaran dividen akan
diimbangi dengan penurunan harga saham sebagai akibat penjualan saham baru.
Pendapat kedua yang sering menjadi kontroversi dalam kebijakan dividen adalah
teori relevansi dividen yang dikemukakan oleh Myron J. Gordon dan John Litner. Dasar
pemikirannya adalah bahwa investor umumnya menghindari resiko, dan dividen yang
diperoleh sekarang mempunyai resiko yang lebih kecil daripada dividen yang diterima di
masa yang akan datang. Pembayaran dividen sekarang dipercaya dapat mengurangi
ketidakpastian investor. Sebaliknya, jika dikurangi atau tidak dibayarkan, tingkat
ketidakpastian investor akan meningkat dan menyebabkan peningkatan pengembalian
yang diinginkan serta mengurangi nilai saham. Dalam praktek, tindakan manajer
cenderung menunjang kepercayaan bahwa kebijakan dividen mempengaruhi nilai saham,
karenanya sesuai dengan teori relevansi dividen, maka setiap perusahaan harus
mengemangkan kebijakan dividen untuk memenuhi sasaran dari pemilik dan
memaksimalkan kekayaan yang dicerminkan dengan harga saham perusahaan.
1
floation cost mendasari argumen tersebut. Di negara tertentu, seperti Amerika Serikat,
pajak untuk capital gain lebih rendah dibandingkan pajak untuk dividen. Disamping itu,
pajak atas capital gain akan efektik jika capital gain tersebut direalisir (dijual). Dengan
kata lain, pajak efektif atas capital gain dapat ditunda, sedangkan pajak untuk dividen
akan dibayarkan pada saat dividen diterima. Berdasarkan argumen tersebut, dividen
seharusnya dibayar rendah, karena akan menghemat pajak. Perusahaan disarankan untuk
memberikan dividen yang rendah kepada pemegang saham.
Ditinjau dari kepentingan perusahaan emiten, pendapat yang pertama dan ketiga,
yaitu bahwa kebijakan dividen tidak relevan dengan nilai perusahaan dan bahwa dividen
yang rendah kan meningkatkan nilai perusahaan yang disukai, dikarenakan perusahaan
tidak perlu mempersiapkan pengeluaran yang tinggi untuk pembayaran dividen, sehingga
dividen yang seharusnya dibagikan dapat digunakan modal perusahaan.
Dilain pihak, ditinjau dari kepentingan pemegang saham, pendapat kedua lebih
disukai, yaitu dividen dibagikan sekarang, khusunya bagi pemegang saham yang
membeli saham untuk kepentingan jangka menengah. Kepentingan jangka menengah
yang dimaksud adalah bahwa pemegang saham ingin menikmati hasil saham. Di lain
pihek, bagi pemegang saham yang membeli saham untuk kepentingan jangka panjang,
relatif lebih menginginkan pengembangan modal perusahaan, sehingga tidak terlalu
menuntut untuk dibagikan dividen.
• Seberapa banyak laba yang harus dibagikan secara rata – rata selama
jangka waktu tertentu.
1
Besarnya dividen yang dibagikan akan tergantung pada laba yang diperoleh
perusahaan. Maksimum jumlah dividen yang dibagikan akan sama dengan
laba yang diperoleh, hal tersebut tidak benar. Laba tidak perlu dibagiakan
kalau memang diharapakan bias dipergunakan untuk dapat diinvestasikan
kembali
1
ada dan kebijakan investasi perusahaan tidak mungkin tidak berubah.
2. Teori Bird In The Hand
Menurut Myron Gordon dan John Litner biaya modal sendiri perusahaan akan naik
sebagai akibat penurunan pembanyaran dividen. Investor merasa lebih aman untuk
memperoleh pendapatan berupa pembanyaran dividen yang lebih pasti daripada
menunggu capital gain yang lebih beresiko.
3. Teori Preferensi Pajak
Menurut Litzenberger dan ramaswamy ada tiga alasan yang berkaitan dengan pajak
untuk beranggapan bahwa investor mungkin lebih menyukai pembagian dividen yang
rendah daripada yang tinggi, yaitu karena adanya pajak terhadap dividen dan capital
gain investor lebih menyukai capital gain karena pajak yang atas capital gain dibayar
setelah saham dijual sementara pajak atas dividen dibayar setiap tahun setelah
pembayaran dividen. Kedua, umumnya pajak atas dividen lebih besar daripada capital
gain karena adanya pajak ini investor lebih menyukai manajemen perusahaan untuk
menahan sebagian labanya. Ketiga, investor juga mengisyaratkan return yang lebih
tinggi pada saham yang memberikan dividend yield tinggi dan capital gain rendah.
4. Teori Dividen Residual
Teori ini ditentukan dengan cara : mempertimbangkan kesempatan investasi
perusahaan, mempertimbangkan target struktur modal perusahaan untuk menentukan
besarnya modal sendiri yang digunakan untuk membiayai investasi perusahaan,
memanfaatkan laba ditahan semaksimal mungkin untuk membiayai investasi
perusahaan, jika ada sisa laba maka dividen baru dibayar. Dengan demikian besarnya
dividen akan fluktuatif. Model ini berkembang karena pendanaan emisi saham baru
lebih mahal dari pemanfaatan laba ditahan karena adanya biaya-biaya emisi sahm dan
penerbitan saham diartikan investor bahwa perusahaan mengalami kesulitan
keuangan sehingga menyebabkan penurunan harga.
Oleh karena itu perusahaan mengutamakan pendanaan perusahaan berasal dari laba
ditahan. Sehingga akibatnya perusahaan baru akan membayar dividen setelah
kebutuhan dana investasi terpenuhi dengan kata lain jika ada pendapatan yang tersisa.
5. Teori Signaling Hypothesis
Kkenaikan dividen sering diikuti dengan kenaikan harga saham. MM berpendapat
1
bahwa kenaikan dividen merupakan sinyal pada investor bahwa manajemen
perusahaan meramalkan suatu penghasilan yang baik di masa dating. Sebaliknya
penurunan dividen atau kenaikan di erndah dari biasanya merupakan sinyal
perusahaan akan menghadapi masa sulit dimasa mendatang.
6. Teori Clientele Effect
Menyatakan bahwa kelompok pemegang saham yang berbeda akan memiliki
preferensi yang berbeda terhadap kebijakan perusahaan. Kelompok pemegang saham
yang membutuhkan penghasilan saat ini lebih menyukai dividend payout ratio yang
tinggi. Sebaliknya pemegang saham yang tidak membutuhkan penghasilan saat ini
lebih senang jika perusahaan menahan sebagian laba.
rupiah EPS
DPR
waktu
1
Pada umumnya, perusahaan akan menaikkan dividen hingga pada level dimana
perusahaan akan dapat mempertahankannya di masa datang. Artinya, jika terjadi kondisi
terburuk sekalipun, perusahaan dapat mempertahankan pembayaran dividennya.
Ada perusahaan yang menggunakan model “residual dividend“ dimana
dividen ditentukan dengan cara :
1. Mempertimbangkan kesempat investasi perusahaan ;
2. Mempertimbangkan target struktur modal perusahaan untuk
menentukan besarnya modal sendiri yang dibutuhkan untuk investasi.
3. Memanfaatkan laba ditahan untuk memenuhi kebutuhan akan modal
sendiri tersebut semaksimal mungkin
4. Membayar dividen hanya jika ada sisa laba.
1
Sebagai alternatif terhadap pemberian dividen berupa uang tunai (cash dividen),
perusahaan dapat mendistribusikan pendapatan kepada pemegang saham dengan
cara membeli kembali saham perusahaan (repuchasing stock).
Harga stock repurchase pada ekilibrium dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
( S x Pc )
P* =
(S–n)
dimana:
P* : harga stock repurchase equilibrium
S : jumlah saham beredar sebelum stock repurchase
Pc : harga saham saat ini sebelum stock repurchase
N : jumlah lembar saham yang akan dibeli kembali oleh perusahaan.
1
dividen yang lebih kecil (pada masa sulit atau banyak kebutuhan dana
investasi) yang dapat memberi petanda negatif. Stoc repuchase
merupakan alternatif yang baik untuk mendistribusikan penhasilan yang
diatas normal (extraordinary earnings) kepada pemegang saham.
2) Dapat digunakan sebagai strategi untuk mengacau usaha pengambil–
alihan perusahaan (yang biasanya dilakukan dengan cara membeli saham
sebanyak –b anyaknya hingga mencapai jumlah saham mayoritas) Stock
repuchase dapat menggalkan usaha ini.
3) Mengubah struktur modal perusahaan. Misalnya, perusahaan ingin
meningkatkan rasio hutang dengan cara menggunakan hutang baru
untuk membeli kembali saham yang beredar.
4) Saham yang ditarik kembali dapat dijual kembali ke pasar jika
perusahaan membutuhkan tambahan dana.
Jika harus memilih antara stock repuchase dan pembayaran dividen tunai,
pada pasar yang sempurna (dimana tidak ada pajak , biaya komisi untuk jual –
beli saham dan efek sinyal dari pemberian dividen), investor akan indifferent
terhadap ke 2 pilihan. Pada pasar yang tidak sempurna, investor mungkin akan
memiliki preferensi terhadap salah satu dari ke 2 alternatif tersebut.
1
Ada 3 metode yang dapat digunakan untuk membeli kembali saham :
1. Saham dapat dibeli pada pasar terbuka (open market)
2. Perusahaan membuat penawaran formal untuk membeli saham
perusahaan dalam jumlah tertentu dan harga tertentu (pendekatan tender
offer)
3. Perusahaan membeli sejumlah sahamnya kembali dari satu atau
beberapa pemegang saham besar (pendekatan negotiated basis)
2
Nilai saham turun dari Rp 10 menjadi Rp 9,09
2
Yaitu membeli saham pada satu atau lebih pemegang saham.
Saham yang dibeli kembali oleh perusahaan yang mengeluarkan disebut saham
treasury (treasury stock). Dengan demikian makin sedikit saham beredar dampaknya
akan menaikan pendapatan persahaan. Jika pendapatan per saham naik, maka nilai saham
akan naik.
Contoh, perusahaan memperoleh laba bersih Rp 2.000, dividend payout ratio
50%, jumlah saham yang beredar 1.000, harga pasar saham Rp 4. Perusahaan dapat
menggunakan 50% laba bersih untuk membeli saham yang beredar dengan harga Rp 5
atau akan mendapat 200 lembar saham dan akan mengurangi jumlah saham yang beredar.
EPS dapat dihitung sebagai berikut :
2
2. Dapat digunakan untuk menggagalkan usaha pengambilalihan
perusahaan dengan cara membeli kembali saham sebanyak-banyaknyasehingga
menjadi pemegang saham mayoritas.
3. Mengubah struktur modal perusahaan
4. Saham yamg dibeli dapat dijual kembali jika perusahaan
membutuhkan uang.
Kerugaian bagi perusahaan yang telah membali kembali sahamnya,yaitu :
1. Dapat merusak image perusahaan karena bagi investor pembelian
kebali saham merupakan sinyal bahwa perusahaan tidak mempunyai proyek-proyek
investasi yang bagus.
2. Pasar mungkin akan mersa bahwa resiko pereusahaan akan
meningkat sehingga menurunkan harga sahamnya.
2
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
• Kebijakan dividen menyangkut keputusan untuk membagikan laba sebagai dividen atau
menahannya guna diinvestasikan kembali di dalam perusahaan (laba ditahan).
• Kebijakan dividen pada umumnya dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain, usulan
tim manajemen, perarturan hokum, kondisi likuiditas perusahaan, pengembangan usaha,
pembayaran kembali utang jangka panjang, perjanjian hutang, pembatasan saham
preferen, tersedianya kas, kebutuhan dana untuk investasi, dan fluktuasi laba
• Ada tiga pendapat yang bertentangan dengan kebijakan dividen yaitu, dividen dibagikan
sebesar – besarnya, dividen tidak relevan, dan dividen dibagikan sekecil mungkin
• Dalam kebijakan dividen ada 6 teori dividen yaitu, teori ketidakrelevanan Dividen, Teori
Bird In The Hand, Teori Preferensi Pajak, Teori Dividen Residual, Teori Signaling
Hypothesis, dan Teori Clientele Effect,
• Stock split adalah tindakan peusahaan memecahkan saham yang beredar menjadi bagian
yang lebih kecil. Deviden saham adalah deviden yang dibayar dalam bentuk saham.
• Ada 3 metode untuk membeli kembali saham, yaitu open market, tender offer, dan
negotiated basis
3.2 Saran
• Pembaca hendaknya memahami kebijakan dividen, teori-teorinya, dan metode-
metode yang digunakan sehingga mampu melakukan analisa bagaimana suatu perusahaan
membuat keputusan tentang pembagian dividen.
2
• Perusahaan yang akan melakukan kebijakan dividen hendaknya mempertimbangkan
berbagai faktor yang ada sehingga tidak merugikan pihak manapun.
• Makalah ini sebaiknya digunakan sebagai bahan referensi untuk mekalah-makalah
selanjutnya yang lebih membangun dan lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Machowicz, John M dan James C. Van Horne. 2007. Prinsip-Prinsip Manajemen Keuangan II.