You are on page 1of 18

 

Mekanikal & elektrikal (m&e)

Dalam Arsitektur, tidak terlepas dari disiplin ilmu yang sering disebut Mekanikal &
Elektrikal. 
Mekanikal & Elektrikal untuk gedung meliputi:
MEKANIKAL
- Tata Udara (AC dan Vent)
- Plumbing 
a. Sumur dalam
b. Ruang Pompa
c. Instalasi Air bersih dan air panas
d. Instalasi air bekas, kotor, hujan dan ventilasi
e. Instalasi Hydrant + Sprinkle
f. STP
g. Instalasi Gas
h. Instalasi Gas Medis
ELEKTRIKAL
- Instalasi penerangan dan daya
- Panel dan kabel distribusi
- Catu daya (Genset) & Penyambungan PLN
- Penangkal Petir
- Pentanahan
ELEKTRONIK
- Instalasi fire alarm
- Instalasi telepon
- Instalasi data
- Instalasi CCTV
- Instalasi Sound system
- Instalasi MATV
- Mesin antrian
dll

Air conditioning

Air Conditioning
istilah yang sering muncul dalam instalasi Air conditioning.
* Btuh = Satuan pendinginan (British thermal unit/jam)
* 1 PK = 9.000 Btu/h

* CFM = satuan aliran udara (cubic feet/min)


* CMH = satuan aliran udara (cubic meter/jam)
ini sering muncul pas kita beli exhaust fan kamar mandi, kitchen exhaust dan macem
macem fan.
perbandingannya adalah: 1 cmh = 0.5883 cfm

Cara menghitung kebutuhan AC dalam ruangan


kalo mo hitung santai, maka luas ruangan dikalikan dengan 500 btuh, maka dihasilkan
xx btuh = xPK
misal ruang 4mx4m x 500 btuh/m2 = 8.000btuh
= 8.000btuh /9.000btuh/pk = 0,9pk 
dipasaran adanya 3/4pk dan 1 pk, pilih salah satu...

menghitung yang lebih serius:


Rumusnya:
(W x H x L x I x E) / 60 = kebutuhan BTUh
W = Panjang Ruang (dalam feet)
H = Tinggi Ruang (dalam feet)
L = Lebar Ruang (dalam feet)
I = Nilai 10 jika ruang terlindungi (berada di lantai bawah, atau berhimpit dengan ruang
lain).
Nilai 18 jika ruang tidak berinsulasi (di lantai atas).
E = Nilai 16 jika dinding terpanjang menghadap utara; nilai 17 jika menghadap timur;
Nilai 18 jika menghadap selatan; dan nilai 20 jika menghadap barat.
1 Meter = 3,28 Feet

menghitung yang lebih serius lagi:


besarnya nilai pendinginan diperoleh dari total beban kalor ruangan tersebut;
a. beban kalor yang melalui bidang kaca
b. beban kalor yang melalui bidang dinding dan atap
c. beban kalor dari dalam, baik dari orangnya maupun peralatan didalamnya (lampu,
komputer, printer, fotocopy dll)
d. beban kalor akibat ventilasi ( ruangan yang sehat haruslah berganti udara minimum
2x dalam 1 jam. Udara bersih yang masuk ini suhunya lebih tinggi dari suhu ruang,
sehingga menjadi beban kalor.

* untuk mengetahui berapa cfm sebuah unit ac, bia dipakai rumus sederhana:
-----------> CFM = btuh / ~30
misal, AC 18.000 btuh berapa CFM ?
jawab : 18.000 btuh / ~30 = 600 cfm
mengetahui cfm ini diperlukan saat membuat perencanaan ducting AC sentral.

Fresh air

Kalau ingin rumah kita segar, maka ruangan ruangan didalamnya harus mendapatkan
aliran udara segar dari luar yang cukup. bila secara alami, ruangan itu haruslah memiliki
bukaan 5% dari luas ruang (ini kata orang orang).
bila hal diatas tidak bisa dilakukan, maka digunakan fan untuk memasukkan udara segar
dan mengeluarkannya. ini sedikit cara yang saya ambil dari situs KDK. 
kebutuhan Fan CMH = P.L.T(m3) ruang x B (lihat tabel) sesuai fungsi ruang.

PLUMBING

maksudnya memeriksa instalasinya atau merencanakan instalasinya?


kalau memeriksa instalasi yang sudah ada, 
untuk air bersih, yang diperiksa adalah:
- kualitas air, apakah berlumut, gatal, keruh, berbau besi dll (bisa juga di tes di lab),
- kebocoran dengan memeriksa tekanan air turun apa tidak saat semua titik plumbing
ditutup. 

untuk air bekas, ya bisa dicek mampat apa bocor.

sedangkan untuk perencanaan plumbing, bermula dari titik peralaan plumbing yang
dipakai. dari titik itu dapat diketahui berapa kebutuhan airnya. kemudian bisa dihitung
berapa ukuran saluran pembuangannya.

menghitung yang lebih serius:


Rumusnya:
(W x H x L x I x E) / 60 = kebutuhan BTUh
W = Panjang Ruang (dalam feet)
H = Tinggi Ruang (dalam feet)
L = Lebar Ruang (dalam feet)
I = Nilai 10 jika ruang terlindungi (berada di lantai bawah, atau berhimpit dengan ruang
lain).
Nilai 18 jika ruang tidak berinsulasi (di lantai atas).
E = Nilai 16 jika dinding terpanjang menghadap utara; nilai 17 jika menghadap timur;
Nilai 18 jika menghadap selatan; dan nilai 20 jika menghadap barat.
1 Meter = 3,28 Feet

ruang terlindungi/terinsulasi = gampangnya, ruangan yang berada ditengah2 ruang lain.


untuk nilai E sisi selatan dan utara bisa ditukar tergantung posisi bangunan ada di LS
atau LU. kalau di LS berarti dinding sebelah Utara lebih banyak terkena sinar matahari
daripada yang di dinding selatan, begitu juga sebaliknya.

dinding timur nilainya kecil, karena cahaya matahari saat pagi masih belum begitu
berpengaruh dibanding setelah terik sampai sore (energinya dipakai menghangatkan
setelah dingin saat malam hari.) 

Home > Artikel > Bidang Keahlian > Elektrikal >
 
04 /02 /11 14:24:49
Rangkuman Diskusi
Pengaruh pemakaian motor 60 Hz di sistem 50 Hz
Oleh Administrator
 
Tanya - eko "batman

Bapak2/Ibu2,

Mohon bantuan penjelasannya bila ada motor dengan spek 60 Hz dipakai ke sistem listrik 50 Hz, apakah ada
pengaruh/rugi2 terhadap konsumsi power dan performance motornya. Satu lagi, bila sistem tegangan power
listrik lebih rendah dengan spek input power motor, apa ada pengaruh terhadap performancenya. Demikian,
mohon pencerahannya.

Tanggapan 1 - faried mustawan

Pak Eko,

Pengaruh beda frequency akan berakibat pada (dari 60 Hz ke 50Hz)

1. Rotasional speed akan turun, probably 20%.

2. Cooling rate akan mengikuti speed, turun juga

3. Load Horse power akan turun....

4. V/f akan naik yang berarti ada draw current tambahan.

yang penting apakah load motor masih bisa memenuhi kriteria yang diharapkan kalau speed turun?

Tanggapan 2 - "De"

Pak Eko,

jika tegangan yg disuply tetap maka motor dengan spek 60 Hz jika dipakai ke sistem listrik 50 Hz akan
mengakibatkan V/f semakin besar yg berarti fluks nya makin besar yang berarti inti besi akan makin panas..So..
jika ingin memakai motor dg spek 60hz ke 50 hz maka perlu diperhatikan ratio V/f nya..
Tanggapan 3 - eko "batman

Terima kasih Pak Faried, Pak Dewa dan Pak Mujibun,

Berarti bila menurunkan frekuensi yg penting untuk dipertimbangkan rasio V/f, tentunya dengan konsekwensi
akan menurunkan speed dan load horse powernya.

Diharapkan rasio V/f nya sama untuk meminimalkan rugi-rugi...

Terima kasih banyak.

Tanggapan 3 - mujibul.anam

sekedar menambahkan sedikit menyangkut tegangan, mohon dikoreksi apabila ada yang kurang tepat.

di dalam design basis, operating voltage suatu system biasanya dibatasi dengan nilai variance tertentu terhadap
system voltage yang ditetapkan, ini mungkin berkaitan dengan voltage drop atau over voltage yang terjadi di
dalam system.

electric motor sebaiknya beroperasi pada operating voltage yang tidak jauh berbeda dengan motor rated voltage
(nameplate).

dalam motor starting analysis, biasanya operating voltage dengan15% voltage drop terhadap system voltage
masih di ijinkan.

menyangkut quality, operating voltage suatu system dalam kondisi steady state perlu dijaga nilainya pada range
tertentu.

apakah yang dimaksud dgn Switchgear, apa bedanya dengan MCC..? lalu apakah LV Induction Motor itu
termasuk dlm package switchgear atau MCC..? kalau 480 VAC MCC itu apakah masih termasuk Low Voltage..?

Harap maklum rekan2, saya masih newbie di bidang Power Engineering.

Tanggapan 1 - Kunarta Djayaputra

Dear Yosep,

Sepengetahuan saya,

Yang namanya Switchgear itu adalah perangkat listrik yang fungsinya untuk men switch ON atau OFF. Jadi
melalukan atau memutuskan listrik. Sebenarnya sama dengan switch lampu di rumah. Tapi yang ini ampere nya
besar dan 3 phase. Bisa 3 pole atau 4 pole.

Switchgear bisa saja Low voltage maupun medium voltage.

Yang namanya MCC adalah kumpulan dari motor control atau starter dari Motor listrik. Sebenarnya motor starter
atau motor control bisa saja individual. Tapi lebih effisien kalau dikumpulkan disatu tempat seperti MCC. Bisa
dibayangkan kalau ada 50 motor listrik memakai individual control.

Sama dengan Switchgear, MCC bisa saja LV atau Medium Voltage kalau motor yang di control kapasitasnya
besar seperti misalnya 1500 HP atau 2000 HP.

Untuk IEC standard voltage, 50 HZ dibawah 1000V adalah Low Voltage seperti misalnya 380V, 440V

IEC voltage range AC DC

High voltage > 1000 Vrms > 1500 V


Low voltage 50–1000 Vrms 120–1500 V

Extra low voltage < 50 Vrms < 120 V

Tanggapan 2 - berlian syako

Mudah2an boleh menjelaskan lebih ya.

Sebagai tambahan,

Switchgear adalah perangkat listrik untuk operasi switching (sebagaimana yg dikatakan Pak Kunarta) atau
pemutus dan connecting beban baik beban individu maupun kelompok beban.

Untuk lebih detail berikut adalah fungsi dari switchgear:

1. Fungsi Switching (melalui Circuit Breaker atau Load Break Switch atau Disconnecting Switch, dll)

2. Fungsi Proteksi (switchgear dilengkapi dengan fuse atau relay untuk proteksi beban seperti overcurrent,
overload, reverse power, under/over voltage, dll)

3. Fungsi pengukuran (switchgear dilengkapi dengan meter untuk pengukuran besaran listrik seperti arus,
tegangan, kwh, frekwensi, Power Factor, dll)

4. Fungsi Monitoring (switchgear dilengkapi dengan pilot indicator/fasilitas monitoring untuk memonitor status
seperti status on/off maupun abnormal/trip), bisa untuk remote monitoring melalui PLC/DCS/SCADA.

Jadi switchgear umumnya dilengkapi dengan komponen2 untuk melaksanakan fungsi2 diatas. Komponen2
switchgear adalah sbb: Breaker/switch, relay proteksi, metering, pilot light, CT, and PT. Fungsi CT dan PT disini
adalah sebagai detektor untuk relay proteksi dan juga sebagai sensor pengukuran besaran listrik arus dan
tegangan.

Switchgear bisa individu atau juga kelompok yg terkoneksi melalui common busbar.

Motor Control Center (MCC) juga berfungsi kurang lebih seperti switchgear hanya saja bebannya umumnya
motor. Operasi on/off dilakukan dengan start/stop melalui motor starter. Secara ringkas Motor Control Center
(MCC) adalah kumpulan motor starter atau gabungan motor starter dan feeder breaker yg terkoneksi melalui
common busbar.

Motor starter di install didalam cubicle dan umumnya terdiri dari komponen2 berikut:

1. Circuit Breaker / Fuse Switch (berfungsi sebagai pemutus pengaman)

2. Contactor (berfungsi untuk operasi start/stop motor)

3. Overload Relay/Motor Protection Relay (berfungsi sebagai pengaman gangguan motor)

4. Control Circuit (Circuit pengaturan untuk meng energize/de-energize contactor maupun auxiliary relay untuk
fungsi lainnya seperti motor pilot light control, motor space heater control, time delay operation, motor sequence
operation, lead/lag operation, Wye Delta operation, soft start operation dll)

5. CPT (Control Power Transformer) untuk pencatu daya Control Circuit

6. Pilot Light (untuk indikasi status), status bisa juga untuk remote monitoring

7. Untuk motor2 besar dilengkapi juga dengan CT untuk metering maupun relay proteksi

Motor bisa dikontrol baik secara manual maupun automatic melalui penggunaan PLC atau DCS. Motor bisa di
start baik secara local maupun remote dengan menggunakan local start stop dan HOA (Hand Off Auto) selector
switch.
Dengan perkembangan teknologi saat ini solid state Modular relay banyak tersedia di pasaran yg membuat
dimensi relay semakin kecil tapi berbagai fungsi terintegrasi menjadi satu device, jadi satu modular relay sudah
mencakup semua fungsi proteksi, metering, dan monitoring, dengan demikian mengurangi jumlah komponen yg
terpasang baik di switchgear maupun di MCC. Bahkan kemajuan teknologi network seperti jaringan ethernet
dengan TCP/IP protocol juga bisa digunakan untuk inteligen control dan monitor dari perangkat2 listrik tsb.

Tanggapan 3 - Kunarta Djayaputra

More detail, sangat jelas. Mudah2 an banyak membantu teman2 yang baru terjun di site maupun engineering
design.

Make me jealous. Dulu waktu saya baru terjun ke actual job tidak ada fasilitas e-mail, internet. Semua harus
belajar sendiri.

Sekarang semua tersedia dan teman2 yang punya pengalaman mau sharing knowledge.

Tanggapan 4 - Mahadi Capah

Dear Pak Yosep,

Yang saya tau switchgear itu adlh sentral pengaturan power dari tegangan tinggi ke tegangan rendah atau
sebaliknya, contohnya dar 150kv ke 20 kv dengan memakai step up/dn transformer, sementara MCC atau Motor
Control Center adalah pusat power untuk motor/pompa yang di operasikan di Balance Of Plant(BOP), biasanya
dari 20kv nanti diturunkan lagi 6.6 kv dan ke 400 Volt Induction motor: Biasanya masuk paket MCC tetapi
jarngannya terpisah dari jaringan yang lain karena dalam kondisi emergency(black out) powernya didapat dari
Genset yang letakkan terpisah atau istilah kalau saya ga salah Black Stat.

Untuk lengkapnya bisa di lihat di Key Single Line Diagram di perusahaan pa yoseph sekarang.

Saya juga masih baru, CMIIW...

Salam Power...

Tanggapan 5 - Darwis Sabari

Pak Yosef,

Saya coba bantu jawab,

Switch Gear itu adalah seluruh Panel yang ada di dalam MCC (Motor Central Control) terkecuali UPS
(Uninterrupter Panel System) Switch Gear itulah tempatnya incoming dan outgoing distribution system. 480 VAC
itu benar termasuk LV (low voltage)

Semoga membantu

Tanggapan 6 - faried mustawan

Mas Yosef,

kalau definisi kita bisa cari di wikipedia:

http://en.wikipedia.org/wiki/Motor_controller

http://en.wikipedia.org/wiki/Switchgear

http://en.wikipedia.org/wiki/Category:Electric_power_distribution

http://en.wikipedia.org/wiki/Single-line_diagram
Generally,

switchgear adalah power distribution utamanya terdiri dari incoming circuit breaker, outgoing circuit breaker
breaker, bus coupler (tie breaker), outgoing/ incoming transformer circuit breaker. Dimana circuit breaker disini
bisa ACB (Air Circuit Breaker) ataupun VCB (Vacuum Circuit Breaker), sementara MCC (Motor Control Center)
adalah outgoing motor starter, yang biasanya kombinasi circuit breaker dan contactor. Motor starter bisa direct
online starter ataupun variable speed drive, atau delta wye starter. Phisically MV/LV switchgear dan MCC
tergabung menjadi satu kesatuan, detail bisa dilihat di single line diagram.

Perkembangan switchgear/MCC sudah sedemikian pesat yang memungkinkan remote monitoring dan control,
dengan smart relay protection, dimana satu relay bisa mengcover semua type protection (50, 51, 51N, 87, etc),
demikian halnya protection untuk motor, generic name PMU (Protection Motor unit). Conventional switchgear
juga masih banyak ditemukan, terutama di existing installation.

untuk 480VAC masih digolongkan low voltage, sementara medium voltage biasanya di range 3.3kV, 5kV,
6.6kV, ...13.8kV Untuk induction motor, biasanya milik package tertentu semisal HVAC system, instrument air
compresssor etc yang terdapat di lapangan (field), dimana antara motor di field dan MCC terkonek lewat power
cable.

selamat belajar

Tanggapan 7 - Eko Prast.

Mhn ijin nimbrung pak;

Switchgear ndak selalu berurusan dgn step up atau step down saja lho pak, memang utk skala besar berlaku
seperti itu.

Ada juga Low Voltage switchgear yg gak merubah tegangannya sama skali, contoh kecil ya di platform kecil2 yg
pakai 3 phase 415V itu, sejak dari generator sampai motor & beban2 lain tegangan tetap sama.

Gampangnya membedakan antara switchgear dgn MCC adalah hirarki-nya, switchgear bisa saja mempunyai
bagian yg mengatur switching & supply ke motor, itulah MCC, cmiiw;

LV induction motor harusnya dikontrol & disuplai lewat MCC, sedangkan suplai MCC diperoleh dari switchgear;

Low voltage itu spengetahuan sy smua tegangan <1kV, 1kV-20kV itu middle, 20kV-70kV itu high voltage, lebih
dari itu extra high voltage, trgantung acuan standar yg dipakai, krn standar high voltage di US & Indonesia beda
jauh;

Tanggapan 8 - zoel.boelank

Ikut nimbrung,

Switchgear pada intinya sebagai pemutus arus/pengaman level akhir. Bisa dipakai utk menghubungkan dari HV
ke MV, MV ke LV, kemudian disalurkan ke beban (MCC). Di MCC itu sendiri merupakan satu atau lebih control
plus pengaman untuk mengoperasikan peralatan elmot. Bisa di tempat dalam satu ruangan atau terpisah.

Tanggapan 10 - Saleh Rustam

Switchgear pada umumnya bagi kebanyakan org adalah Circuit Breaker khususnya untuk tegangan menengah
dan tinggi, namun saya juga sepakat kalau Disconnecting Switch juga merupakan bagian dr Switchgear dan
merupakan switch untuk mengisolasi jaringan meski dalam kondisi OFF Line tdk serupa dengan rekan
sejawatnya Circuit Breaker.

Untuk sistem kelistrikan di Indonesia, dari transmission line katakanlah 150 kV dgn menggunakan transformer
stepdown diturunkan menjadi 11 kV, 33 kV, dll. Kemudian line 11 kV atau 33 kV ini akan menuju ke panel
distribution board yg terdiri dari Main CB sbg upstream breaker dan kemudian beban didistribusikan ke beberapa
downstream circuit breaker. Pada dasarnya panel distribusi ini mirip dgn MCC namun panel distribusi tegangan
menengah ini tdk disebut sebagai MCC tetapi panel distribusi yg memiliki beberapa switchgear. Salah satu
cabang atau downstream breaker panel distrbusi medium voltage akan menuju ke transformer stepdown lagi
katakanlah dari 11 kV ke 380 volt dan output dr transformer ini akan menuju ke MCC, nah....di MCC sendiri
punya Main CB kemudian ada horisontal busbar dan dari horisontal busbar ini ada beberapa vertikal busbar
tempat menjepitkan kontak dari MCC modul sebagai input power MCC modul tsb. Pada MCC modul sendiri
memiliki disconnecting switch, contactor, atau CB, dan fuse....hampir mirip dgn medium voltage power
distribution cuma berbeda rating pemutusnya atau switchgearnya....so saya juga susah akhirnya membedakan
apakah istilah switchgear bisa juga dipakai oleh low voltage CB dan DSnya???

Low voltage induction motor bukan merupakan bagian dari switchgear tetapi lebih tepat beban dari switchgear itu
sendiri. LV induction motor diluar dari panel distribusi. Untuk induction motor kapasitas besar terkadang dijumpai
dihubungkan atau disuplai dari panel distribusi tegangan menengah separti 3.3 kV misalnya. Motor tersebut
dihubungkan ke CB tegangan menengah, fuses dan Disconnecting Switch yg terletak di dalam panel distribusi
tegangan menengah sdgkan untuk LV Induction Motor kapasitas rendah hingga 200 HP dihubungkan ke MCC
module yg juga didalamnya terdapat DS, contactor, fuse or CB.

Berdasarkan standar yg umum penbagian level voltage sbb:

110 - 1000 volt = low voltage

>1000 - 52 kV = Medium Voltage

>52 kV - up = High Voltage

>500 kV = Extra

Misal genset merk A daya 1KVA dg Merk B 500VA jika ingin di gabung jadi satu, baiknya seri atau paralel?

Apakah kelemahannya berhubung merk dan kapasitasnya berbeda? dan ternyata beban masih besar sehingga
beli genset merk A 1KVA. nah Ke3 Genset tersebut dipasang bagaimana?

sebaiknya...?

Tanggapan 1 - Muhammad Sutomo

Dear P'Budi kartika.

Genset di pasang paralel dgn menggunakan synschronize relay atau dipisahkan group beban listriknya.gampang
itu. Cuma saya punya pertanyaan jika berkenan menjawab:

1. Mengapa pembelian genset tdk menghitung dahulu beban listrik total yg terpasang?

2. Bagaimana membeli genset berpatokan pada merk?

Hal ini saya tanyakan dengan pertimbangan cost pada peralatan schyncronizing yg lumayan mahal & space
untuk penempatan genset yg lebih byk/lebih besar.bila sebelum membeli genset telah diketahui total beban
maka ada baiknya membeli genset sesuai dengan byknya beban serta cukup tambahan 1 unit emegency
generator.

Tanggapan 2 - Ahmad Imron

Dear pak budi,

Untuk menghubungkan genset tersebut jelas dengan pararel, supaya voltage nya tetap 400v, tapi syarat syarat
mempararel adalah

1. Voltage harus sama

2.Sudut phasenya (R,S,T) harus sama


3. Frekuensinya harus sama.

Untuk pararel genset tersebut bisa menggunakan remote control panel (RCP).
 
Apa saja yg harus di assessment pada suatu power plant khususnya steam power plant jika mengalami derating
baik dari sisi mekanik, elektrikal dan instrument control? (derated dari 25 MW menjadi 15 MW) Mohon
penerangannya,
Tanggapan - Deny Setiyawan
Yth. Mas Beno dan rekan2 Migas,
Sekedar urun rembug...
Yang dimaksud dengan Derating adalah penurunan daya mampu suatu unit pembangkit terhadap daya
terpasang.
Hal yang harus dilakukan untuk mengetahui penyebab derating, sbb:
1. Performance test atau Audit Energy
Performance test adalah serangkaian kegiatan pada saat unit on-line dan kondisi beban steady kemudian
dilakukan pengambilan data pada titik tertentu, spt:
- Mains Steam Temperature & Pressure,
- Feedwater inlet Temp & Press,
- Flow Bahan Bakar & Analisa Gas Buang dari Boiler
- Vacuum Condenser, dll.
Dari data tersebut, dapat dilakukan perhitungan secara thermodinamika untuk mengetahui Efisiensi Thermal Unit
Pembangkit atau Net Plant Heat Rate, Effisiensi Boiler, Efisiensi Isentropik Turbin, Efisiensi Boiler Feed Pump,
Heat Load Condenser, dll. Sebagaimana kita ketahui bersama, bahwa efisiensi thermal suatu unit pembangkit
dipengaruhi oleh efisiensi dari masing-masing alat pendukungnya sept:Boiler, Steam turbine, feedwater heater,
dan condenser, sehingga penurunan efisiensi dari masing2 peralatan akan menyebabkan penurunan efisiensi
unit dan dapat menyebabkan derating unit. Dari analisa heat balance yang diperoleh, bandingkan dengan data
saat Commisioning. Teliti kembali apakah ada data pengukuran yang mengalami deviasi dari data saat
commisioning, jika ada, maka dapat dipastikan pada titik tersebut terjadi inefisiensi. mis: Penurunan Vacuum
Condenser sebesar 1 mmHg dapat menurunkan daya mampu unit sebesar 1 MW. Standar performance test
dapat mengacu pada ASME Performance Test Code 6.
2. Selain dari metode di atas, dapat pula dilakukan analisa dari pemakaian sendiri, dengan cara mengukur
Arus/Ampere Motor penggerak pompa-pompa besar, seperti: Motor BFP, Motor Condensate Pump, Motor FD
Fan, dan Auxiliary. Periksa apakah terdapa kenaikan Ampere pada motor-motor tersebut.
3. Analisa Bahan Bakar, spt pengukuran HHV (High Heating Value), Specific Gravity, dll. untuk mapakah
terdapat penurunan kualitas bahan bakar.
Demikian kami sampaikan, atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.
 

Fan kami dengan spec 400/460 V, 50-60Hz, yang ada di Philipina sekarang lagi bermasalah. Fan banyak yang
terbakar. Frekuensi di Filipina adalah 60 Hz. Fan tersebut terbuat dari German dan terpasang pada unit HE. Jika
ada diantara rekan milist yang tahu vendor atau penyedia Jasa yang bias mengetes performance fan kami
sekaligus jika bisa mencari solusinya. Terimakasih sebelumnya.

Tanggapan 1 - Sugiharno Setiawan

Terbakarnya fan, berkaitan dengan temperature yang tinggi, ini sebagai indikasi adanya kegagalan pada system
fan. Kegagalan system fan dan temperature saling berkaitan (akan dijelaskan di bawah).

Maka dari itu, untuk memutuskan apakah fan harus segera dioverhaul atau masih normal, dilakukanlah
Predictive Maintenance, salah satunya dengan Thermography Infrared-kah untuk melihat kondisi fan secara
thermal? PdM Infrared digunakan sebagai early warning, pendukung untuk memutuskan prioritas perbaikan pada
Preventive Maintenance.

Coba dilihat dari segi thermalnya, mungkin Mas Imam sudah tahu hal2 berikut ini tapi coba kita kupas lagi kalau2
bisa memberi ide2 :

Bagaimana ambient temperaturenya? Mas Imam mungkin tahu bahwa Ambient temperature adalah temperature
udara yang menyelimuti Fan atau temperature ruangan di sekitar Fan. Ini nilai ambang atau temperature yang
akan dialami Fan ketika Fan tersebut off dan betul2 "dingin".

Biasanya sih 40C adalah maximum ambientnya. 40C ini ruangan yang sangat hangat.
Saya coba lihat Fan sebagai Motor...(Asal kita tahu limit temperature atau Insulation Class & Ambient yang
diijinkan, maka bisa dipakai untuk obyek2 lainnya): Coba Cek Insulation Class apa, apakah A, B, F, H atau
diantara A & B yaitu E.

Biasanya Insulation Class yang tertera di name plate obyek adalah yang terendah dari insulation komponen yang
menyusun obyek tersebut, jika ada yang H atau F lalu ada bagian terkecil saja yang B, maka obyek
diklasifikasikan Insulation Class B.

Kenaikan temperature adalah perubahan temperature dari bagian2 elektrik yang kritikal dalam Motor ketika
dioperasikan pada beban penuh. Kalau ruangan 30C, dan Fan diletakkan di sana, maka ketika distart dan
dioperasikan kontinyu pada beban penuh, temperatur belitan kumparan akan mengalami kenaikan dari 30C ke
temperature yang lebih tinggi. Nah Delta T dari 30C ke Temperature akhirnya inilah yang disebut kenaikan
temperature. Delta T inilah salah satu yang jadi concern kita untuk memutuskan Fan atau Motor harus segera di
overhaul atau masih bisa dipertahankan.

Dengan mengetahui Temperature Motor (dengan Thermography FLIR ThermaCAM biasanya dari temperature
yang terbaca pada body motor ditambahkan 15C s.d. 20C untuk menentukan temperature di dalamnya), maka
kita bisa analisa bahwa motor masih baik atau sudah memburuk.

Setelah proses pelaporan data thermagram, bisa dilanjutkan PdM lainnya misalnya Vibrasi, Shaft Alignment atau
bisa langsung diputuskan langsung overhaul karena temperature dalam thermagram dirasa kritikal dan cukup
untuk diajukan ke pihak manajemen untuk meminta waktu, SDM, sparepart saat overhaul. Atau harus dicari cara
supaya bisa mempertahankan umur motor/obyek selagi menunggu back-upnya tiba. Sebab sering kejadian
bahwa manajemen tidak menginginkan padam sampai "Turn Around" berikutnya. Salah satu caranya misalnya
dengan menurunkan ambient temperature, dengan blower seperti pernah dilakukan di Dinding Reformer Heater
Pertamina Balongan.

Jadi dengan PdM Thermography, kita bisa menentukan prioritas perbaikan dan mengetahui kondisi peralatan
kita untuk mencari cara mempertahankannya sampai waktu tertentu. Kecuali sudah sangat kritikal, maka padam
diwajibkan...daripada meledak...merusak aset.

Perlu disadari bahwa Thermography adalah Predictive Maintenance jadi tidak bisa dalam pelaporan ditulis "Pasti
ada kegagalan di...", sebab kepastian itu baru bisa diperoleh saat overhaul dilaksanakan.

Untuk Motor Analisanya kira2 begini:

Class B (biasanya T Frame Motor ) itu max total temperature = 130C (ambient + kenaikan+toleransi 10C), jadi di
temperature ruang 40C, maka kenaikan yang diijinkan 80C dengan 10C toleransi hot spot.

10C ini diperuntukkan untuk toleransi jika ambient temperaturenya lebih dari 40C, kenaikan temperature akibat
overload, Tegangan naik atau rendah, Ketidakseimbangan Tegangan, Ventilasi yang tertutup (bisa karena debu),
beban inersia yang tinggi, start yang berulang-ulang, Lubrikasi bearing yang tidak tepat, Letak shaft yang tidak
tepat, dll.

Semua gejala di atas dapat mengakibatkan naiknya temperature, dan kenaikan temperature adalah indikasi
adanya gejala tadi. (Menjelaskan kalimat awal di paragraf pertama).

Untuk umur insulasi, kira2 20 ribu jam. Jika Class B 130C dan terpakai semuanya (ambient+Delta T+10C), maka
umur insulasinya 20 ribu jam. Setiap 10C yang tidak terpakai, maka umurnya bisa bertambah jadi dua
kalilipatnya, Untuk Class B yang dipakai 120C maka bisa 40 ribu jam, dan sebaliknya jika naik 10C maka
berkurang hingga setengahnya. Misalnya Class B 140, jadi umurnya tinggal 10 ribu jam.

Dari sisi thermography untuk motor/fan seperti itu, namun kegagalan insulasi (memperpendek umur) juga bisa
karena faktor lembab, zat kimia, oli, vibrasi, jamur, partikel2 yang dapat membuat aus, keausan karena
mekanikal (strat yang berulang-ulang dan sering).

Kesimpulannya :

1. Pastikan Supply Tegangan cocok dengan Rating Motor, Tegangan seimbang, Tidak Overload, (Power Quality
Audit - selain mendapatkan data juga analisa "mengapa - karena - solusi")

2. Ventilasi tidak terhalang,


3. Jika ingin umur motor/fan lebih panjang maka salah satunya bisa dengan: Oversize, Insulation Class dinaikkan
(Dari B ke F misalnya) - rewinding.

Apakah ada hubungan secara matematis antara volt dan coulomb? apakah dua satuan tsb bisa dikonversikan
sesamanya? mohon penerangannya.

Tanggapan 1 - Mohammad Darwis

Pak Beno,

Seingat saya, sewaktu belajar Fisika di SMA & semester II di kampus, hubungannya :

Q=C.V

dimana :

Q = muatan listrik, satuannya : coulomb

V = tegangan listrik, satuannya : volt

C = kapasitas capasitor, satuannya : farad

Jika digunakan satuan mili volt untuk tegangan listrik, rumusnya bisa diubah menjadi :

Q = 1000 . C . V

Ok, semoga bermanfaat, koreksi dan tambahan rekan-rekan lainnya sangat diharapkan.

Tanggapan 2 - Nugroho Wibisono

Dear pak asliBeno,

Kalau membicarakan hubungan "kekerabatan" antara volt dan coulomb didalam kapasitor:

C=Q/V

C dalam farad, Q dalam coulomb dan V dalam volt.

Semoga bermanfaat. Terima kasih.

Tanggapan 3 - Allienins

Dear pak Beno,

Hubungan lain antara Muatan listrik dan tegangan dapat juga dari definisi :

I = Q/t

dan

I = V/R

Dimana : t = waktu(s); Q = muatan listrik ; V(tegangan); R(Hambatan); I(arus listrik)

Semoga bermanfaat,

Tanggapan 4 - Neni Tri


Sepengetahuan saya volt dirumuskan seperti ini:

V (Volt) = I (arus listrik)*R (hambatan)

Sedangkan i (arus listrik ) didefinisikan sebagai banyaknya muatan (Q= satuannya Coulomb) yang lewat dalam
satu satuan waktu. Sehingga perumusannya bisa dituliskan:

V = Q/t*R.

Dari rumus diatas bisa dilihat volt=coulomb.ohm/seconds

Mohon pencerahan mengenai kode untuk hazardous area, misalnya seperti kode EEx d IIC T6 apakah ini
termasuk explosion proof?. atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih

Tanggapan 1 - cahyo@migas-indonesia

Cuma tahu dikit ttg elektrical sewaktu CBTA (competency-based training assesment) di laut natuna dulu...

Ex kalau tidak salah artinya emang proteksi terhadap ledakan atau explosion proof (Ex) dan huruf d
dibelakangnya adalah salah satu metoda proteksi yang lumayan populer, yaitu flame proof. Selain itu kalau tidak
salah ada e, n, p, dll. Ex d kalau tidak salah menggunakan proteksi yang mampu menahan tekanan dari dalam
yang diakibatkan oleh ledakan dari campuran flammable gas ttt, melepaskan tekanan dari dalam ruang melalui
suatu flame path seperti cover dan lubang2 si sekeliling baut. Makanya tidak heran, barangnya biasanya
berat....tampangnya engga meriah pokoke..Biasanya direkomendasikan di motor2 listrik, trafo, kapasitor, switch
gear, control gear, dll (orang listrik lebih tahu nih..). dan kelas Exd ini katanya API 505 tidak direkomendasikan di
zone 0 (menurut standard eropa) Kalau IIC itu asal muasalnya adalah menurut kode API 505/NEC/Eropa yang
deal dgn gas seperti asetilen, H2, Etilen oksida, etc....Dan T6 adalah kode temperatur, yang baik menurut API
RP 500 atau RP 505/NEC /dll dipakai untuk temperatur tidak lebih dari atau sama dgn 85 C. kalau ada T6,
tentunya ada T1 s/d T5.

Orang listrik mungkin lebih detil bisa memberi tahu anda.

Tanggapan 2 - feriansyah abubakar

Apa kabar Pak Cahyo? cuma nambahin sedikit, menurut reference yang saya punya; "EEx d IIC T6" artinya:

"E" : alat tersebut di sertifikasi oleh CENELEC (Standard Eropa). "Ex" : Explosion Protected (Explosion proof) "d"
: Protection concept yang digunakan adalah "Flame Proof", artinya kalo enggak salah apabila terjadi ledakan
didalam enclosure dari alat tersebut, maka energy panas yang timbul tidak akan keluar dari enclosure tersebut.
"IIC": Ini adalah klasifikasi jenis gas, kalo IIC artinya peralatan tsb. dapat digunakan unruk daerah dimana
terdapat gas "Acetylene" atau "Hydrogen". "T6": ini adalah klasifikasi temperatur, artinya maximum surface
temperature adalah 85 Derajat Celcius. Kebeneran saya punya chart untuk peralatan "explosion proof", kalo ada
yang berminat silahkan, tapi filenya lumayan gede approx. 1.8 MB ajdi lewat Japri aja.

Tanggapan 3 - Djohan Arifin

meskipun lambat, rasanya kok ngganjel kalo nggak nambahin, okaylah byar lebih terang, en dahmudahan
bermanfaat...

mari kita mulai dari segitiga api yang terdiri atas: bahan bakar, oksigen dan sumber api. Maksudnya nyala api
akan terjadi jika ketiga komponen ada secara bersama, jika salah satunya hilang, matilah api itu. Dalam suatu
lingkungan terbuka (dimana udara/oksigen selalu ada) dan mengandung bahan mudah terbakar (hazardous
area), hanya diperlukan sepercik bunga api (sumber panas) untuk mengakibatkan kebakaran. Maka didalam
daerah tersebut tidak boleh ada api telanjang, spark ataupun sumber panas yang temperaturnya lebih tinggi dari
titik nyala dari gas yang berkeliaran itu. Mangkanya semua peralatan elektris yang terletak didaerah hazardous
area harus disembunyikan didalam enclosure dengan sertikasi kode seperti "EEx'd' IIC T6". Dengan kata lain
segitiga api diputus sumber apinya.

Seperti ditulis bang Feriansyah bahwa alat tersebut disertifikasi di Eropa (CENELEC) dengan kategori
Flameproof (di Amerika proteksi yang sama disebut sebagai explosionproof), dipakai untuk daerah gas hydrogen
atau acetylene dengan maximum surface temperature T6 = 85 oC.
Ini aneh, kalau gasnya hydrogen / acetylene seharusnya pakai T1 dengan maximum temperature 450 oC sudah
cukup. Maksudnya, meskipun sudah terjadi campuran hydrogen / acetylene dengan udara, adanya peralatan
dengan suhu maximum 450 oC tersebut, masih belum akan menghasilkan kebakaran. Lalu kenapa memilih T6?
kenapa nggak T1 yang lebih tinggi (yang harganya lebih murah), aneh kan? Logikanya untuk aplikasi yang
sama, enclosure T6 lebih mahal karena kemungkinan dinding lebih tebal (jadi lebih berat) atau ada tambahan
sirip agar surface temperature jadi rendah.

Kalau sebagai orang Operasi, kasus ini gak masalah, karena lebih safe, bisa dipakai lessons learnt untuk
pembelian berikutnya. Tapi sebagai bohir yang mengapprove design, wajib tanya pada design engineernya,
kenapa designnya boros.

semoga bermanfaat

Tanggapan 4 – Juliansyah

Sekadar menambahkan, coba link ini: Guide of Good Practice for implementing of the European Parliament and
Council Directive 1999/92/EC on minimum requirements for improving the safety and health protection of workers
potentially at risk from explosive atmospheres. Semoga bermanfaat.

http://europa.eu.int/eur-lex/en/com/cnc/2003/act0515en02/1.pdf

Tanggapan 5 - Crootth Crootth

Wah ini baru kejutan....

saya kutip pernyataan pak Djohan....

"Ini aneh, kalau gasnya hydrogen / acetylene seharusnya pakai T1 dengan maximum temperature 450 oC sudah
cukup. Maksudnya, meskipun sudah terjadi campuran hydrogen / acetylene dengan udara, adanya peralatan
dengan suhu maximum 450 oC tersebut, masih belum akan menghasilkan kebakaran. Lalu kenapa memilih T6"

Saya heran bukan kepalang masak Acetylen/Hydrogen campur udara tidak meledak? pada temperatur 450 C
pula? sebagai chemical engineer rasanya saya tidak pernah diajari fakta ganjil seperti ini....

Apakah kondisinya beku? atau peralatan T6 tersebut mengeluarkan Apakah peralatan T6 tersebut mengeluarkan
udara 40 kali lipat volume setiap gas acetylene yang terdapat di dalamnya?

Apakah peralatan tersebut mensuppress fire secara langsung dengan misalnya menyemprot CO2 sehingga
kandungan acetylen kurang dari 2.4 % volume?

Mohon diklarifikasi secepatnya Pak Djohan biar keresahan saya berakhir....

Tanggapan 6 - feriansyah abubakar

nambahin dikit pak Crootth Crootth, Menurut ref. yang saya punya "auto ignition temp." untuk acetylene adalah
305 Deg. C, jadi rasanya kalo pake T1 yang max surface temp nya 450 Deg. C kurang aman.........

Tanggapan 7 - Djohan Arifin

Mas DAM ysh,

terimakasih atas perhatian dan responsenya.

biar nyambung silahkan lihat Institute of Petroleum, Area Classification Code For Installations Handling
Flammable Fluids, Part- 15, August 2002 2nd Edition. Pasal 7.3 disitu diterangkan "there is no simple link
between ignition sensitivity and ignition temperature. As an example, hydrogen is extremely sensitive to ignition
by sparks, but has a high ignition temperature". Pada Table 7.2 ada daftar fluida dengan temperature classnya;
minyak tanah (kerosene) punya temperature class T3 (ignition temp = 200 oC) lebih tinggi daripada H2.

Tanggapan 8 - feriansyah abubakar


Pak Djohan mungkin bisa share "Institute of Petroleum, Area Classification Code For Installations Handling
Flammable Fluids, Part-15, August 2002 2nd Edition" nya

Tanggapan 9 - Crootth Crootth

Pak Djohan,

Betul pernyataan dari IP tersebut...

Namun saya kira Standar IP ini ngga nyebutin tentang campuran Asetilen/Hydrogen dengan UDARA bukan???

bukan begitu bukan?

Tanggapan 10 - Djohan Arifin

bukankah Institute of Petroleum itu dipakai di petroleum industry? kira2 dimana ya lokasi industri yang tidak ada
udara disekitarnya?

katakanlah udara (oxygen) memang tidak ada, lalu pada temperature berapa hydrogen / acetylene akan
terbakar? bukankah dari dalil segitiga api, hydrogen / acetylene tersebut tidak akan terbakar tanpa oxygen,
meskipun temperaturenya mencapai 1000 oC atau berapapun?

bukan begitu bukan?

Tanggapan 11 - Alvin Alfiyansyah

Mungkin yg dikhawatirkan Mas DAM disini adanya reaksi exotermic (melepaskan panas) dari reaksi
Asetilen/Hydrogen dicampur Udara, yg berarti dapat terbakar sendiri tanpa adanya oksigen.

Dalil segitiga apinya memang benar, tapi mungkin reference Mas DAM yg perlu di-share tentang persen v/v utk
Asetilen tersebut dalam udara yg dapat terbakar sendiri bagaimana bunyinya ? Karena saya belum belajar reaksi
Asetilen lebih dalam, yach mungkin saja AIT-nya kena....

"The autoignition temperature of a substance is the lowest temperature at which it will spontaneously combust in
a normal atmosphere, without an external source of ignition, such as a flame or spark. The lowest temperature at
which a substance will ignite in the presence of an external source of ignition is known as its flash point.

Autoignition temperatures are measured using the same closed cup apparatus used for measuring flash points."

Semoga membantu atau membuat tambah bingung.

Tanggapan 12 - Crootth Crootth

Alvin, Mas Djohan,

tentang UEL dan LEL Acetylene bisa dilihat di Estimating the Flammable Mass of vapor Cloud, 1998

Dalil Fire Triangle tidak berlaku bila:

1. Autoignition tercapai (tidak butuh flame/spark)

2. Terdapat reaksi oksidasi yang cepat, sumber O2 dari reaktan (tidak butuh O2 dari udara)

3. Untuk gas/liquid flammable yang memiliki UEL 100% (sumber NFPA 49, Daubert dan Danner pada tahun
1989 hanya menyebut 80% ) seperti asetilen misalnya (H2 sekitar 80%) (relatif tidak butuh O2 dari udara)

Setahu saya pada temperatur 400degC Asetilen akan kena AUTO IGNITIONnya (AIT nya 305 degC) dan Flash
Point nya -18 degC
Sementara lokasi industri yang tidak memiliki udara (oksigen) adalah antara lain

1. enclosure dengan tekanan positif

2. sistem pemadam Halon/CO2 yang sedang bekerja

3. inerting sistem menggunakan gas/N2

4. lain lain

Bukan begitu bukan mas?

Mungkin sebaiknya mas mas welding yang kita tanya... apa kalau menyalakan asetilen di ruang vakum bisa
menyala tanpa udara? (emang ada las vakum?)

Reference: Estimating the Flammable Mass of Vapor Cloud, CCPS concept books, 1998

Tanggapan 13 - Djohan Arifin

Menurut saya prinsip segitiga api tetap berlaku, pada self ignition komponen sumber api ada didalam process
fluid itu sendiri, untuk reaksi oksidasi cepat komponen oxygen ada dalam reaktan... dst.

Mas DAM dan Mas Alvin Ysh.

marilah mendarat, yang dibicarakan adalah enclosure untuk alat electric didalam hazardous area suatu oil & gas
industry. Mustinya ya terletak di daerah yang mengandung flammable gas dan udara (oxygen), lihat definisi
zone-0, 1, 2 dan non hazardous.

Electrical + process engineer melakukan assessment untuk hazardous area classification, dengan melihat gas
apa saja kemungkinan ter- released dari process equipment. Maka didapatlah hazardous zones dan apparatus
sub-group (IIA/B/C) plus temperature classnya (T1/T2/T3), lihat IP table-7.2. Ketika menulis spec./datasheet
untuk alat yang dibeli, kode ini harus dicantumkan sekaligus disebutkan certifying agentnya apa.

Ketika terima barang perlu dicek kodenya sama apa nggak, kalau dapat temperature class lebih tinggi (misal
spec.nya T1 dapatnya T3) ya nggak papa, lebih aman. Oh ya temperature class ini "based on ignition
temperature in accordance with IEC 60079-14 and determined by IEC 60079-4". Mohon maaf untuk acetylene,
saya telah salah kutip, seharusnya temperature class = T2, maximum temperature = 300 oC, juga gak perlu
specify T6.

semoga bermanfaat

Tanggapan 14 - Crootth Crootth

Pak Djohan,

OK lah saya bersepakat dengan anda untuk "tidak bersepakat" soal segitiga api, saya menganggap ada ketidak
berlakuan segitiga api dalam kasus kasus khusus yang telah saya sebut...sebagaimana ada fluida yang tidak
mengikuti hukum Newton, atau ketidakberlakuan hukum gravitasi di ruang angkasa... menurut saya pribadi
ALAM selalu menyediakan perkecualian perkecualian.. tapi yah sudahlah yang ini ngga usah dibahas terlalu
dalam...

Pak Djohan saya setuju kalau untuk menentukan class class peralatan electrical device itu adalah E/I Engineer
dan Process Engineer... Jika memang base-nya adalah (auto)ignition temperature, yah 300 degC sebenarnya
sangat mepet Mas, karena asetilen akan autoignition pada 305 degC, jika perlaatan ini dipasang di offshore sih
(mungkin akan) aman aman saja, coba bayangkan jika dipasang di Kawah Kamojang yang terletak diketinggian
lebih dari 2500m (CMIIW), bukankah tekanan akan menurun sehingga autoignition temperature dari asetilen pun
akan lebih rendah dari 305 degC... hati hati loh dengan yang mepet mepet Pak.....

Pilih Centrifugal atau Posistive Displacement


Posted by Pompa on 11:43 AM
Sekarang kita memiliki pemahaman yang lebih jelas perbedaan performance antara kedua
prinsip pompa, kapan kita akan memilih untuk menggunakan pompa PD? Daftar tabel berikut
beberapa contoh scenario.

a.Viskositas tinggi
Seperti digambarkan pada grafik sebelumnya, secara sederhana viskositas dramatis
mempengaruhi laju flow dan efisiensi dari pompa sentrifugal. Sementara banyak pompa
sentrifugal, mencatat hingga 1.000 cSt dan lebih tinggi, pompa PD jelas pilihan yang lebih baik
ketika mempertimbangkan biaya energi yang tinggi yang dihasilkan dari kehilangan efisiensi.

b.Beroperasi jauh dari tengah-tengah kurva


Pompa sentrifugal tidak beroperasi dengan baik ketika jalan terlalu jauh dari tengah kurva. Berita
baiknya, hasil ini dalam mengurangi efisiensi yang lebih besar akan kebutuhan motor dan biaya
energi yang lebih tinggi. Berita buruknya, ini dapat menyebabkan kerusakan kavitasi, defleksi
shaft, dan prematur kegagalan pompa. Pompa PD di sisi lain dapat dijalankan pada setiap titik
pada kurvanya tanpa merusak pompa atau mempengaruhi efisiensi.

c.Variasi dalam tekanan


Grafik sebelumnya jelas menggambarkan bahwa efek dari perubahan sederhana tekanan dapat
mempengaruhi laju flow pada sebuah pompa sentrifugal. Batasan-batasan tambahan seperti
endapan di saringan, pipa berkarat / kasar atau valve tertutup terlalu jauh (atau terbuka terlalu
jauh) dapat mempengaruhi efek dramatis pada laju flow dan efisiensi pompa sentrifugal. Pompa
PD mempertahankan flow dan efisiensinya bahkan perubahan signifikan pada tekanan.

d.Variasi dalam Viskositas 


Banyak variasi viskositas fluida tergantung pada suhu atau karena reaksi kimia. Peningkatan
viskositas akan secara independen mengubah laju flow dan efisiensi. Ditambahkan bahwa
peningkatan tekanan akibat peningkatan garis kerugian gesek dan pompa PD menjadi pilihan
yang tepat untuk aplikasi viskositas bervariasi.

e.Tekanan tinggi
Walaupun beberapa pompa sentrifugal dapat dijalankan secara seri untuk meningkatkan
tekanan-nya, namun tak satu pun dapat bersaing dengan pompa PD untuk aplikasi tekanan
tinggi. Batas tekanan akan tergantung pada desain masing-masing pompa, tetapi tekanan 250
PSI (580 kaki) tidak lazim bagi sebuah pompa PD, dengan beberapa model mencapai lebih dari
3.000 PSI (7.000 kaki). Kemampuan pompa PD untuk menghasilkan tekanan begitu besar
sehingga beberapa jenis sistem perlindungan tekanan berlebih diperlukan.

f.Pergeseran fluida sensitive yang masuk


Secara umum, pompa memelihara pergeseran fluida dari kecepatan yang lebih cenderung
meningkat dan sentrifugal adalah pompa dengan kecepatan tinggi. Hal ini membuat pompa PD
lebih mampu menangani fluida yang sensitif terhadap pergeseran.

g.Aplikasi Daya Isap


Berdasarkan sifatnya, pompa PD menghasilkan ruang hampa di sisi inlet, membuatnya mampu
menghasilkan daya isap. Standar ANSI pompa centrifugals tidak menghasilkan ruang hampa
dan tidak dapat menghasilkan daya isap. Ada desain self-priming pompa sentrifugal yang dapat
mengangkat fulida rata-rata 15 kaki ketika sebagian terisi (13" hg vakum). Banyak pompa PD
kering dapat mengangkat sama atau lebih baik lagi. Sedangkan pompa PD basah (pompa yang
tidak penuh dengan fluida tapi dengan sedikit fluida di dalamnya) Vacuums seringkali dapat
mencapai 25” sampai 28" hg. Pompa PD adalah pilihan logis ketika daya isap diperlukan.

Elemen Fluida:

+ Fluida menggunakan tekanan ke semua arah. Pada titik tertentu dalam fluida diam, tekanan sama untuk semua arah.
Tekanan pada salah satu sisi harus sama dengan tekanan pada sisi yang berlawanan. Jika tidak sama, jumalah gaya yang
bekerja tidak akan sama dengan nol, dan benda akan bergerak sampai tekaanan yang bekerja menjadi sama.

{IMG(src="http://ccitonline.com/mekanikal/datamekflud/Stat-pers-hidrostatis_files/image002.gif")}{IMG}

@@ -Lines: 122-125 changed to +Lines: 124-130 @@

hal tersebut dikarenakan di dalam tubuh manusia terdapat pula fluida, yang besarnya sebanding dengan beban gaya yang
bekerja, sehingga tubuh manusia dianggap dalam kondisi kesetimbangan. Jika di dalam tubuh manusia tidak ada fluida
(vakum) maka tentu tubuh manusia hancur oleh tekanan fluida di sekitar (atmosfir)


+ Contoh lainnya, ketika kita berpindah dari tempat yang lebih rendah ke tempat yang lebih tinggi, misalnya daerah
pegunungan. Kita akan merasakan perubahan tekanan dalam tubuh kita, terutama pada daerah pendengaran. Ini
disebabkan karena tekanan di daerah pegunungan (dataran tinggi) memiliki tekanan udara yang lebih rendah bila
dibandingkan dengan dataran rendah. Begitupun sebaliknya, efek yang sama akan kita rasakan ketika kita berpindah dari
dataran tinggi ke dataran rendah.

Tekanan hidrostatika adalah tekanan dalam zat-alir yang diam. Jika terdapat zat-alir tertentu dengan massa jenis {img
src=/mekanikal/lib/fckeditor/editor/img/wiki_up/3.jpg height=20 width=18}, sedang tekanan udara luar adalah ''Po'', maka
tekanan pada kedalaman ''h ''dalam zat-alir tersebut adalah :

@@ -Lines: 151-155 changed to +Lines: 156-176 @@


1. Tekanan hidrostatik pada bidang batas dari fluida arahnya selalu kedalam serta tegak lurus terhadap bidang tersebut.
Keadaan ini timbul akibat dalam fluida diam tidak mungkin terjadi tegangan tarik (tensile) maupun tegangan geser
(shear). Tekanan hidrostatik arahnya normal permukaan batas. Jika ada komponen gaya yang sejajar dengan permukaan
benda padat, permukaan tersebut akan menggunakan gaya balik terhadap fluida yang juga mempunyai komponen sejajar
dengan permukaan tersebut. Komponen ini akan menyebabkan fluida tersebut mengalir, ini bertentangan dengan asumsi
bahwa fluida tersebut dalam keadaan diam. 
- 2. Tekanan hidrosatik pada setiap titik dalam massa fluida sama besarnya kesegala arah. Jadi tekanan dalam fluida tidak
terpengaruh oleh kemiringan dari bidang pada titik yang kita tinjau.
+ 2. Tekanan hidrosatik pada setiap titik dalam massa fluida, sama besarnya kesegala arah dalam arah horizontal. Jadi
tekanan dalam fluida tidak terpengaruh oleh kemiringan dari bidang pada titik yang kita tinjau.

sekedar menambahkan,
Tekanan hidrostatik bertambah secara konstan seiring dengan bertambahnya kedalaman air. Setiap kedalaman 10 m
tekanan hidrostatik bertambah sebesar 1 atm yang setara dengan 1,03 kg/cm2 atau 14,7 lbs/in2. Dengan demikian pada
kedalaman 100 m ikan akan mengalami tekanan sebesar 10 atm atau setara dengan 10,03 kg pada setiap luasan 1 cm2
dari tubuhnya yang berlaku secara proporsional, artinya tekanan hidrostatik yang dialami ikan tersebut sama pada seluruh
bagian tubuhnya (Helfman et al, 1997).

Besar tekanan hidrostatik pada permukaan air laut cenderung berubah-ubah setiap waktu yang disebabkan oleh adanya
ombak, sedangkan pada bagian yang lebih dalam tekanan secara konstan bertambah sesuai dengan bertambahnya
kedalaman. Tekanan hidrostatik berhubungan erat dengan mekanisme pengaturan daya apung pada ikan. Ikan-ikan yang
melakukan migrasi vertikal atau hidup dekat permukaan harus mampu mengatur daya apungnya untuk mengimbangi
perubahan tekanan hidrostatik yang drastis.
Ikan yang hidup di laut dalam mengalami tekanan hidrostatik yang sangat besar. Ikan-ikan yang hidup di laut pada
kedalaman lebih dari 6000 m akan mengalami tekanan sebesar 600 atm. Sehingga ikan-ikan tersebut harus melakukan
adaptasi morfologi maupun fisiologi agar mampu bertahan hidup. Perairan dekat permukaan mengalami fluktuasi
tekanan hidrostatik yang tinggi yang disebabkan oleh perbedaan tinggi gelombang.

Ikan-ikan yang hidup di alam umumnya mengalami tekanan hidrostatik berkisar 0,5 atm – 1100 atm. Ikan yang hidup di
perairan dengan arus deras di daerah dataran tinggi mengalami tekanan hidrostatik paling kecil, tekanan hidrostatik yang
sangat besar dialami oleh ikan-ikan yang hidup di daerah hadal (lebih dari 6000m). Beberapa jenis ikan air tawar yang
hidup di danau yang dalam (lebih dari 400m) mengalami tekanan lebih dari 40 atm. Ikan-ikan yang hidup di danau yang
dalam mengalami stratifikasi vertikal. Pada kedalaman 100-250m, lingkungan sudah bersifat anaerobik.

Habitat dengan tekanan hidrostatik tinggi, Helfman et al (1997), mengatakan bahwa secara vertikal kolom air laut terbagi
dalam 4 zona, yaitu:

- Mesopelagic (200-1000 m)
- Bathypelagic (1000-4000 m)
- Abyssal (4000-6000 m)
- Hadal (>6000 m)

__

@@ -Lines: 161-168 changed to +Lines: 182-196 @@

Gaya-gaya yang terjadi pada elemen fluida tersebut


+
1. Gaya yang bekerja di permukaan fluida dimana p+dp
- 2. Gaya akibat tekanan (p) yang disebabkan oleh cairan pada kedalaman h (dh), pada permukaan luas permukaan A
dimana:

2. Gaya akibat tekanan (p) yang disebabkan oleh cairan pada kedalaman h (dh), pada permukaan luas permukaan A 

dimana: 
F=m.g=ρ.A.g.h
+
F = ρ . g . A. d h
+
3. Tekanan fluida pada alas silinder (A) adalah dari luar dan tegak lurus alas dan memiliki arah keatas p, sehingga gaya
yang terjadi adalah F = p . A 

You might also like