Professional Documents
Culture Documents
2. Masyarakat
Masyarakat merupakan persatuan manusia yang timbul dari kodrat yang sama dan lazim.
Masyarakat terbentuk bila ada dua orang atau lebih hidup bersama sehingga dalam pergaulan
hidup itu timbul berbagai hubungan atau pertalian yang mengakibatkan seseorang dan orang
lain saling mengenal dan saling mempengaruhi.
4. Bentuk Masyarakat
Masyarakat sebagai bentuk pergaulan hidup bermacam-macam ragamnya. Antara lain.
a. Berdasarkan hubungan yang ditimbulkan para anggotanya.
b. Berdasarkan sifat pembentukannya.
c. Berdasarkan hubungan kekeluargaan.
d. Berdasarkan peri kehidupan dan kebudayaan.
PENGERTIAN HUKUM
2. Unsur-Unsur Hukum
Hukum meliputi beberapa unsur antara lain :
a. Peraturan mengenai tingkah laku manusia dalam pergaulan masyarakat.
b. Peraturan itu dilakukan oleh badan resmi yang berwajib.
c. Peraturan itu bersifat memaksa.
d. Sanksi terhadap pelanggaran tersebut adalah tegas.
3. Ciri-Ciri Hukum
Beberapa ciri hukum antara lain :
a. Adanya perintah dan/atau larangan.
b. Perintah dan/atau larangan itu harus dipatuhi oleh semua orang.
Hukum sebenarnya bertujuan untuk menjamin adanya kepastian hukum dalam masyarakat dan hukum
itu harus bersendikan pada keadilan, yaitu asas-asas keadlian dalam masyarakat itu. Berikut merupakan
tujuan hukum menurut beberapa pakar hukum :
Sumber hukum ialah apa saja yang menimbulkan aturan-aturan yang mempunyai kekuatan bersifat
memaksa, yakni aturan-aturan yang bila dilanggar mengakibatkan sanksi yang nyata.
Sumber hukum dapat kita lihat dari segi material dan formal :
3. Undang-Undang (Statue)
Suatu peraturan yang mempunyai kekuatan hukum yang mengikat diadakan dan dipelihara oleh
penguasa Negara.
a. Undang-Undang dalam arti formal : ialah setiap keputusan pemerintah yang memerlukan
Undang-Undang karena cara pembuatannya.
b. Undang-Undang dalam arti material : ialah setiap keputusan pemerintah yang menurut
isinya mengikat langsung setiap warga Negara.
Syarat mutlak berlakunya undang-undnag adalah diundangkan dalam Lembaran Negara (LN)
oleh Menteri atau Sekretaris Negara.
4. Kebiasaan (Custom)
Kebiasaan ialah perbuatan manusia yang tetap dilakukan berulang-ulang dalam hal sama.
Apabila suatu kebiasaan tertentu diterima oleh masyarakat dan kebiasaan itu selalu berulang-
ulang sehingga tindakan yang berlawanan dengan kebiasaan itu dianggap sebagai pelanggaran
perasaan hukum maka dengan demikian timbulah suatu kebiasaan hukum yang oleh pergaulan
hidup dipandang sebagai hukum.
6. Traktat (Traty)
Kesepakatan yg terjadi antara pihak-pihak yg bersangkutan terikat pada isi perjanjian yg mereka
adakan. Hal ini disebut Pacta Sunt Servanda yang berarti bahwa perjanjian mengikat pihak-pihak
yang mengadakannya atau setiap perjanjian harus ditaati dan ditepati.
Persoalan ketaatan terhadap hukum telah menimbulkan berbagai teori dan aliran pendapat atau
mazhab-mazhab dalam ilmu pengetahuan hukum.
2. Mazhab Sejarah
Menurut mazhab ini, hukum itu harus dipandang sebagai suatu penjelmaan dari jiwa atau
rohani suatu bangsa. Selalu ada hubungan yang kuat antara hukum dengan kepribadian suatu
bangsa.
3. Teori Teokrasi
Teori teokrasi atau biasa disebut teori ketuhanan merupakan teori yang mendasarkan
berlakunya hukum atas kehendak Tuhan Yang Maha Esa.
7. Asas Keseimbangan
Menurut asas ini tiap orang menerima keuntungan atau mendapat kerugian sebanyak dasar-
dasar yang telah ditetapkan atau diletakkan terlebih dahulu.
BAB IV : PENEMUAN HUKUM
Kodifikasi ialah pembukuan jenis-jenis hukum tertentu dalam kitab Undang-Undang secara sistematis
dan lengkap. Tujuan kodifikasi hukum adalah memperoleh kepastian hukum, penyederhanaan hukum,
serta kesatuan hukum. Dengan adanya kodifikasi, hukum menjadi beku, statis, dan sukar berubah.
Walaupun kodifikasi telah diatur selengkap-lengkapnya, tetapi tetap juga kurang sempurna dan masih
terdapat banyak kekuarangan-kekuarangan hingga menyulitkan dalam pelaksanaan hukum. Hakim
sebagai penegak hukum hanya memandang kodifikasi hukum sebagai suatu pedoman hukum agar ada
kepastian hukum. Dalam memberi keputusan hukum, hakim harus mempertimbangkan dan mengingat
perasaan keadilan yang hidup dalam masyarakat. Ada beberapa macam penafsiran hukum antara lain :
a. Penafsiran tata bahasa : cara penafsiran berdasarkan arti kata-kata dalam kalimat-kalimat
menurut tata bahasa
b. Penafsiran autentik : penafsiran oleh Undang-Undang dimana Undang-Undang sudah memiliki
pengertian tentang suatu kata
c. Penafsiran historis : penafsiran berdasarkan pada sejarah terjadinya hukum tersebut
d. Penafsiran sistematis : cara penafsiran berdasarkan susunan pasal yang berhubungan dengan
pasal lainnya
e. Penafsiran nasional : cara penafsiran dengan menyelidiki sesuai atau tidak dengan hukum yang
ada
f. Penafsiran teleologis : penafsiran dengan cara mengingat maksud dan tujuan Undang-Undang
g. Penafsiran ekstensif : penafsiran dengan memperluas arti kata dalam Undang-Undang
h. Penafsiran restriktif : penafsiran dengan cara mempersempit arti kata dalam Undang-Undang
i. Penafsiran analogis : penafsiran dengan cara memberi perumpamaan pada kata-kata sesuai
dengan asas hukumnya
j. Penafsiran peringkaran : cara penafsiran berdasarkan perlawanan pengertian antara masalah
yang dihadapi dengan permasalahan yang diatur dalam Undang-Undang
Karena peraturan perundangan yang statis dan masyarakat yang dinamis, maka hakim sering harus
memperbaiki Undang-Undang agar sesuai dengan kenyataan-kenyataan hidup dalam masyarakat.
Hukum positif adalah peraturan perundangan yang berlaku dalam suatu Negara dalam suatu waktu
tertentu. Hukum positif merupakan suatu sistem yang formal, yang sulit untuk mengubah atau
mencabut walaupun sudah tak sesuai lagi dengan perkembangan masyarakat yang harus diatur oleh
peraturan-peraturan tersebut.
2. Konstruksi Hukum
Dengan menggunakan konstrukis hukum, hakim dapat menyempurnakan sistem formal dari
hukum yaitu sistem peraturan perundnagna yang berlaku.
BAB V : PEMBIDANGAN ILMU PENGETAHUAN HUKUM
KODIFIKASI HUKUM
1. Hukum tidak tertulis adalah hukum yang masih hidup dalam kehidupan masyarakat tetapi tidak
tertulis, berlaku dan ditaati seperti peraturan perundangan.
2. Hukum tertulis yaitu hukum yang dicantumkan dalam peraturan perUndang-Undangan. Hukum
tertulis ada yang sudah dikodifikasikan dan belum dikodifikasikan.
Kodifikasi ialah pembukuan jenis-jenis hukum tertentu dalam kitab Undang-Undang secara
sistematis dan lengkap.
Unsur kodifikasi ialah sebagai berikut :
a. Jenis-jenis hukum tertentu
b. Sistematis
c. Lengkap
Dan tujuan kodifikasi hukum adalah sebagai berikut :
a. Kepastian hukum artinya tiap yang melanggar hukum pasti akan terkena sanksi
b. Penyederhanaan hukum artinya agar hukum itu tidak bertele-tele dan mudah dimengerti
c. Kesatuan hukum artinya disuatu daerah hanya ada satu hukum sehingga tidak
menyebabkan keambiguan.
3. Contoh kodifikasi hukum
a. Di Eropa : Code Civil (mengenai hukum perdata) yang diusahakan oleh kaisar Napoleon di
Perancis tahun 1604
b. Di Indonesia : Kitab Undang-Undang hukum sipil (1 Mei 1848)
4. Perbedaan acara perdata (hukum acara perdata) dengan acara pidana (hukum acara pidana)
Hukum acara perdata adalah hukum yang mengatur bagaimana cara memelihara dan
mempertahankan hukum perdata material.
Hukum acara pidana adalah hukum yang mengatur bagaimana cara-cara memelihara dan
mempertahankan hukum pidana material.
1) Perbedaan mengadili
a) Hukum acara perdata mengatur cara-cara mengadili perkara-perkara di muka
pengadilan perdata oleh hakim perdata.
b) Hukum acara pidana mengatur cara-cara mengadili perkara-perkara di muka pengadilan
pidana oleh hakim pidana.
2) Perbedaan pelaksanaan
a) Pada acara perdata inisiatif datang dari pihak yang berkepentingan dirugikan.
b) Pada acara pidana inisiatifnya itu datang dari penuntut umum.
3) Perbedaan dalam penuntutan
a) Dalam acara perdata yang menuntut si tergugat adalah pihak yang dirugikan.
b) Dalam acara pidana jaksa menjadi penuntut terhadap terdakwa.
4) Perbedaan alat bukti
a) Dalam acara perdata sumpah merupakan alat pembuktian (tulisan, saksi, persangkaan,
pengakuan, dan sumpah).
b) Dalam acara pidana terdapat 4 alat pembuktian (tulisan, saksi, persangkaan, dan
pengakuan)
HAKEKAT KAEDAH
1. Norma agama
Norma agama ialah peraturan hidup yang diterima sebagai perintah, larangan, dan anjuran yang
berasal dari tuhan. Norma agama bersifat umum dan sedunia serta berlaku bagi seluruh
golongan manusia di dunia.
2. Norma kesusilaan
Norma kesusilaan ialah peraturan hidup yang dianggap sebagai suara hati sanubari manusia.
Norma kesusilaan inipun bersifat umum dan dapat diterima semua orang.
3. Norma kesopanan
Norma kesopanan ialah peraturan hidup yang timbul dari pergaulan sekumpulan manusia.
Norma ini tidak berlaku bagi seluruh manusia di dunia, melainkan bersifat khusus dan setempat
(regional) dan hanya berlaku bagi sebagian masyarakat tertentu saja.
4. Norma hukum
Peraturan-peraturan yang timbul dari norma hukum dibuat oleh penguasa negara. Isinya
mengikat semua orang dan pelaksanaannya dapat dipertahankan dengan segala paksaan oleh
alat-alat negara. Keistimewaan norma hukum terletak pada sifatnya yang memaksa, dengan
sanksinya yang berupa ancaman hukuman.
BAB VII : ILMU HUKUM SEBAGAI ILMU PENGERTIAN HUKUM
Dalam ilmu hukum sebagai ilmu pengertian hukum perlulah diketahui beberapa pengertian hukum
seperti : masyarakat hukum, subjek hukum, objek hukum, peristiwa hukum, dll.
MASYARAKAT HUKUM
Penduduk
Indonesia
I Golongan Eropa
II Orang Timur Asing (Cina, bukan Cina)
Orang Asing III Orang Indonesia (wanita yang kawin dengan orang
berasal dari : asing, Orang Indonesia yang menjadi tentara lain,
dll.)
3. Hubungan hukum perdata antara golongan-golongan penduduk di Indonesia
a. Hubungan hukum antara orang-orang dalam satu golongan sendiri misalnya :
1) Jika 2 orang atau lebih warganegara Indonesia dari 1 golongan penduduk mengadakan
hubungan hukum maka berlaku hukum perdata di Indonesia.
2) Jika 2 orang atau lebih orang asing di Indonesia dari 1 golongan penduduk mengadakan
hubungan hukum maka berlaku hukum perdata yang berlaku di negara asalnya.
b. Hubungan hukum antara orang-orang yang berasal dari golongan penduduk berlainan
misalnya :
1) Jika 2 orang atau lebih warganegara Indonesia yang masing-masing berasal dari
golongan penduduk berlainan mengadakan hubungan hukum maka berlaku hubungan
hukum antar golongan (Hukum Intergentil).
2) Jika 2 orang atau lebih orang asing di Indonesia yang masing-masing berlainan golongan
penduduknya atau masing-masing berlainan kewarganegaraan mengadakan hubungan
hukum maka berlaku hukum perdata internasional.
5. Persamaan hak
Persamaan hak mengakibatkan seorang bukan Eropa berubah statusnya menjadi orang Eropa.
Orang yang sebelumnya termasuk orang bukan Eropa dan tunduk pada hukumnya sendiri lalu
kedudukannya disamakan dengan orang Eropa dan tunduk kepada seluruh Hukum Perdata
maupun Hukum Publik.
1. Subjek hukum
Subjek hukum merupakan sesuatu yang mempunyai hak dan kewajiban.
Subjek hukum terdiri dari :
a. Manusia : merupakan keseluruhan manusia sejak dia lahir sampai meninggal dunia.
b. Badan hukum : memiliki hak dan kewajiban yang sama dengan manusia
Selain itu ada objek hukum yang dirasa tidak cakap hukum antara lain :
a. Orang yang masih dibawa umur.
b. Orang yang tak sehat pikirannya.
c. Orang perempuan dalam pernikahan.
Badan hukum ada 2 antara lain :
1) Badan hukum publik misalnya : negara, kotamadya, desa, dll
2) Badan hukum perdata misalnya : perusahaan, masjid, yayasan, dll.
2. Objek hukum
Objek hukum ialah segala sesuatu yang berguna bagi subjek hukum dan dapat menjadi objek
perhubungan suatu hukum. Biasanya objek hukum adalah benda.
Benda dapat dibagi menjadi :
a. Benda yang berwujud, misalkan : rumah, buku, dll.
b. Benda yang tidak berwujud, misalkan : hak cipta, hak merk, dll.
Dan ada juga yang mengklasifikasikan benda dalam :
a. Benda tidak bergerak, misalnya : tanah, gedung, rumah, dll.
b. Benda bergerak, misalnya : sepeda, meja, hewan, dll.
PERBUATAN HUKUM
Segala perbuatan manusia yang secara sengaja dilakukan oleh seorang untuk menimbulkan hak
dan/atau kewajiban dinamakan perbuatan hukum. Perbuatan hukum terdiri dari :
1. Pengertian Hak
Hak ialah hukum yang dihubungkan dengan seorang manusia atau subjek hukum tertentu dan
dengan demikian menjelma menjadi sebuah kekuasaan.
2. Hak Mutlak
Hak mutlak ialah hak yang memberikan wewenang kepada seseorang untuk melakukan suatu
perbuatan hak mana dapat dipertahankan terhadak siapapun, dan sebaliknya setiap orang juga
harus menghormati hak tersebut.
Hak mutlak dapat dibagi menjadi :
a. Hak Asasi Manusia
b. Hak Publik Mutlak
c. Hak Keperdataan
3. Hak Nisbi
Hak nisbi atau hak relatif ialah hak yang memberi wewenang kepada orang tertentu untuk
menuntut agar orang lain memberikan sesuatu, melakukan sesuatu, atau tidak melakukan
sesuatu.
PERISTIWA HUKUM
Perbuatan hukum
yang bersegi satu
(wasiat)
Perbuatan hukum
Perbuatan hukum yang bersegi dua
(perjanjian)
Perbuatan subjek
hukum Perbuatan yang bukan
perbuatan hukum
Peristiwa
hukum
Perbuatan seperti
“zaacwaarneming”
Perbuatan yang
bertentangan dengan
Peristiwa yang Kematian hukum
bukan hukum Kelahiran
Lewat waktu
RANGKUMAN BAB I – BAB VII
OLEH :
I – AA / 06
2010