You are on page 1of 26

BAB I : ARTI DAN TUJUAN HUKUM

MANUSIA DAN MASYARAKAT

1. Manusia sebagai Mahluk Sosial


Manusia dalam keadaan apapun, dimanapun, dan pada zaman apapun selalu hidup
bersama/berkelompok. Aristoteles (384-322 SM), seoarang ahli fikir Yunani Kuno menyatakan
dalam ajarannya bahwa manusia adalah zoon politikon, artinya manusia adalah makhluk yang
pada dasarnya selalu ingin bergaul dan berkumpul dengan sesama manusia lainnya.

2. Masyarakat
Masyarakat merupakan persatuan manusia yang timbul dari kodrat yang sama dan lazim.
Masyarakat terbentuk bila ada dua orang atau lebih hidup bersama sehingga dalam pergaulan
hidup itu timbul berbagai hubungan atau pertalian yang mengakibatkan seseorang dan orang
lain saling mengenal dan saling mempengaruhi.

3. Golongan-Golongan dalam Masyarakat


Pada umumnya ada tiga golongan utama pada masyarakat antara lain.
1. Golongan yang berdasarkan hubungan kekeluargaan/perkumpulan keluarga.
2. Golongan yang berdasarkan hubungan kepentingan/pekerjaan.
3. Golongan berdasarkan hubungan tujuan/pandangan hidup.
Adapun golongan-golongan dalam masyarakat itu disebabkan antara lain.
a. Merasa tertarik pada orang lain tertentu.
b. Merasa mempunyai kesukaan yang sama dengan orang lain.
c. Merasa memerlukan kekuatan/bantuan orang lain.
d. Mempunyai hubungan daerah dengan orang lain.
e. Mempunyai hubungan kerja dengan orang lain.
Negara yang merupakan organisasi masyarakat yang berkekuasaan mempunyai kewajiban untuk
mengatur agar keamanan terjamin dan ada perlindungan atas kepentingan tiap orang agar
tercapai kebahagiaan yang merata dalam masyarakat.

4. Bentuk Masyarakat
Masyarakat sebagai bentuk pergaulan hidup bermacam-macam ragamnya. Antara lain.
a. Berdasarkan hubungan yang ditimbulkan para anggotanya.
b. Berdasarkan sifat pembentukannya.
c. Berdasarkan hubungan kekeluargaan.
d. Berdasarkan peri kehidupan dan kebudayaan.

5. Pendorong Hidup Bermasyarakat


Yang menyebabkan manusia selalu selalu hidup bermasyarakat adalah antara lain dorongan
kesatuan biologis yang terdapat dalam naluri manusia. Naluri dalam diri manusia itu sudah ada
sejak kita dilahirkan tanpa ada orang lain yang mengajarkan. Selain itu faktor-faktor lain yang
membuat manusia hidup bermasyarakay adalah ikatan pertalian darah, persamaan nasib,
persamaan agama, persamaan bahasa, persamaan cita-cita, dsb. Bagi tiap individu hidup
bersama merupakan suatu keharusan yang tidak dapat dielakkan.

6. Tata Hidup Bermasyarakat


Tiap manusia mempunyai keinginan dan watak sendiri-sendiri. Namun di dalam masyarakat,
manusia selalu mengadakan hubungan satu sama lain, mengadakan kerjasama, tolong-
menolong, bantu-membantu untuk memenuhi kebutuhan hidup masing-masing.
Seringkali keinginan manusia itu searah/sama, tapi tidak jarang juga keinginan manusia itu
berlawanan sehingga menimbulkan persaingan dan perselisihan. Apabila perselisihan itu
dibiarkan, bukan tidak mungkin terjadi perselisihan diantara masyarakat. Oelh karena itu
manusia membuat peraturan-peraturan yang sesuai dengan norma bermasyarakat. Peraturan
masyarakat yang bersifat memaksa untuk menjamin tata tertib dalam masyarakat dinamakan
peraturan hokum atau kaedah hukum.

PENGERTIAN HUKUM

1. Apa Sebenarnya Hukum Itu?


Menurut Prof. van Appeldoon tidak mungkin memberikan suatu definisi tentang apa yang
dinamakan hukum. Menurutnya, definisi hukum sangat sulit untuk dibuat karena tidak mungkin
untuk mengadakan definisi hukum sesuai dengan kenyataan.
Sudah banyak sarjana hukum yang mencari batasan tentang definisi hukum, namun sampai
sekarang hal itu masih belum memberikan hasil yang memuaskan.

2. Pendapat Para Sarjana tentang Hukum


Berikut ini beberapa definisi hukum menurut para ahli.
a. Prof. Mr. E. M. Meyers mengatakan “hukum ialah semua aturan yang mengandung
pertimbangan kesusilaan ditujukan kepada tingkah laku manusia dalam masyarakat dan
yang menjadi pedoman bagi penguasa Negara dalam melaksanakan tugasnya”.
b. Leon Duguit mengatakan “hukum ialah aturan tingkah laku para anggota masyarakat, aturan
yang daya penggunaannya pada saat tertentu diindahkan oleh sasuatu masyarakat sebagai
jaminan dari kepentingan bersama dan jika dilanggar menimbulkan reaksi bersama terhadap
orang yang melakukan pelanggaran itu”.
c. Utrech mengatakan “ Hukum adalah himpunan perintah dan larangan untuk mencapai
ketertiban dalam masyarakat dan oleh karenanya masyarakat harus mematuhinya.”
d. Tulius Cucerco mengatakan “Hukum adalah akal tertinggi yang ditanamkan oleh alam dalam
diri manusia untuk menetapkan apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan”.
e. Thomas Hobbes mengatakan “Hukum adalah perintah-perintah dari orang yang memiliki
kekuasaan untuk memerintah dan memaksakan perintahnya kepada orang lain”.
Beberapa definisi diatas merupakan definisi dari beberapa ahli hukum, namun karena hukum
memiliki segi dan bentuk yang sangat banyak maka sangat sulit memberikan definisi yang tepat
untuk hukum.

DEFINISI HUKUM SEBAGAI PEGANGAN

1. Beberapa Definisi Hukum


Utrech memberi batasan hukum sebagai berikut “hukum merupakan himpunan peraturan-
peraturan (perintah dan larangan) yang mengurus tata tertib suatu masyarakat dank arena itu
harus ditaati oleh masyarakat”.
Selain itu juga ada beberapa ahli hukum Indonesia yang mencoba merumuskan definisi hukum
antara lain :
a. S.M. Amin, S.H. mengatakan hukum merupakan kumpulan peraturan yang terdiri dari norma
dan sanksi dan bertujuan untuk mengadakan ketertiban dalam pergaulan manusia, sehingga
keamanan dan ketertiban terjaga.
b. J.C.T. Simorangkir, S.H. dan Woerjono Sastropranoto, S.H. mengatakan hukum ialah
peraturan-peraturan yang bersifat memaksa, yaitu menentukan tingkah laku manusia dalam
lingkungan masyarakat yang dibuat oleh bdan resmi yang berwajib, pelanggaran mana
terhadap peraturan tadi berakibat diambilnya tindakan, yaitu dengan hukuman tertentu.
c. M.H. Tirtaamidjaja, S.H. mengatakan hukum ialah semua aturan yang harus dituruti dalam
tingkah laku tindakan-tindakan dalam pergaulan hidup dengan ancaman mesti mnegganti
kerugian , jika melanggar aturan tersebut akan membahayakan diri sendiri atau harta.

2. Unsur-Unsur Hukum
Hukum meliputi beberapa unsur antara lain :
a. Peraturan mengenai tingkah laku manusia dalam pergaulan masyarakat.
b. Peraturan itu dilakukan oleh badan resmi yang berwajib.
c. Peraturan itu bersifat memaksa.
d. Sanksi terhadap pelanggaran tersebut adalah tegas.

3. Ciri-Ciri Hukum
Beberapa ciri hukum antara lain :
a. Adanya perintah dan/atau larangan.
b. Perintah dan/atau larangan itu harus dipatuhi oleh semua orang.

4. Sifat dari Hukum


Hukum itu mempunyai sifat mengatur dan memaksa. Ia merupakan peraturan-peraturan hidup
kemasyarakatan yang dapat memaksa orang supaya menaati tata tertib dalam masyarakat serta
memberikan sanksi yang tegas terhadap siapa yang tidak mau patuh menaati hukum.
TUJUAN HUKUM

Hukum sebenarnya bertujuan untuk menjamin adanya kepastian hukum dalam masyarakat dan hukum
itu harus bersendikan pada keadilan, yaitu asas-asas keadlian dalam masyarakat itu. Berikut merupakan
tujuan hukum menurut beberapa pakar hukum :

1. Prof. Subekti, S.H.


Mengatakan bahwa hukum itu mengabdi pada tujuan Negara yang dalam pokoknya ialah
mendatangkan kemakmuran dan kebahagiaan pada rakyatnya.
2. Prof. Mr. Dr. L. J. van Apeldoorn
Mengatakan bahwa tujuan hukum adalah mengatur pergaulan hidup masyarakat secara damai.
Hukum menghendaki perdamaian.
3. Teori Etis
Adalah teori yang mengajarkan bahwa hukum itu semata-mata menghendaki keadilan. Menurut
teori ini, hukum semata-mata harus ditentukan oleh kesadaran etis kita mengenai apa yang adil
dan apa yang tidak adil.
4. Geny
Hukum bertujuan semata-mata untuk mencapai keadilan. Dan sebagai unsur dari keadilan
disebutkannya kepentingan daya guna dan kemanfaatan.
5. Bentham (Teori Utilitis)
Mengatakan bahwa hukum bertujuan semata-mata untuk mewujudkan apa yang berfaedah bagi
masyarakat.
BAB II : SUMBER-SUMBER HUKUM

SUMBER HUKUM FORMAL DAN MATERIAL

Sumber hukum ialah apa saja yang menimbulkan aturan-aturan yang mempunyai kekuatan bersifat
memaksa, yakni aturan-aturan yang bila dilanggar mengakibatkan sanksi yang nyata.

Sumber hukum dapat kita lihat dari segi material dan formal :

1. Sumber Hukum Material


Dapat ditinjau dari berbagai sudut misalnya sudut ekonomi, sejarah, sosiologi, filsafat dan
sebagainya.

2. Sumber Hukum Formal


Antara lain :
a. Undang-Undang (statue)
b. Kebiasaan (custom)
c. Keputusan hakim (juresprudensi)
d. Traktat (traty)
e. Pendapat para sarjana (doktrin)

3. Undang-Undang (Statue)
Suatu peraturan yang mempunyai kekuatan hukum yang mengikat diadakan dan dipelihara oleh
penguasa Negara.
a. Undang-Undang dalam arti formal : ialah setiap keputusan pemerintah yang memerlukan
Undang-Undang karena cara pembuatannya.
b. Undang-Undang dalam arti material : ialah setiap keputusan pemerintah yang menurut
isinya mengikat langsung setiap warga Negara.
Syarat mutlak berlakunya undang-undnag adalah diundangkan dalam Lembaran Negara (LN)
oleh Menteri atau Sekretaris Negara.

4. Kebiasaan (Custom)
Kebiasaan ialah perbuatan manusia yang tetap dilakukan berulang-ulang dalam hal sama.
Apabila suatu kebiasaan tertentu diterima oleh masyarakat dan kebiasaan itu selalu berulang-
ulang sehingga tindakan yang berlawanan dengan kebiasaan itu dianggap sebagai pelanggaran
perasaan hukum maka dengan demikian timbulah suatu kebiasaan hukum yang oleh pergaulan
hidup dipandang sebagai hukum.

5. Keputusan hakim (Juresprudensi)


Juresprudensi adalah keputusan haki m terdahulu yang sering diikuti dan dijadikan dasar
keputusan bagi hakim kemudian mengenai masalah yang sama.
Juresprudensi ada 2 yaitu :
a. Juresprudensi tetap : keputusan hakim yang terjadi karena rangkaian keputusan serupa dan
yang menjadi dasar bagi penadilan untuk mengambil keputusan.
b. Juresprudensi tidak tetap : hakim mengambil keputusan dari hakim terdahulu karena dia
sependapat dengan isi keputusannya dan itu hanya digunakan sebagai pedoman.

6. Traktat (Traty)
Kesepakatan yg terjadi antara pihak-pihak yg bersangkutan terikat pada isi perjanjian yg mereka
adakan. Hal ini disebut Pacta Sunt Servanda yang berarti bahwa perjanjian mengikat pihak-pihak
yang mengadakannya atau setiap perjanjian harus ditaati dan ditepati.

7. Pendapat Para Sarjana (Doktrin)


Doktrin merupakan pendapat para sarjana hukum yang ternama mempunyai kekuasaan dan
berpengaruh dalam pengambilan keputusan oleh hakim

PERATURAN PERUNDANGAN DI INDONESIA

1. Massa Sebelum Dekrit Presiden 5 Juli 1959


Berdasarkan Undang-Undang Sementara 1950 dan konstitusi RIS-1949, peraturan perundangan
di Indonesia terdiri dari :
a. Undang-Undang Dasar (UUD)
b. Undang-Undang (biasa) dan Undang-Undang Darurat
c. Peraturan Pemerintah Tingkat Pusat
d. Peraturan Pemerintah Tingkat Daerah

2. Massa Setelah Dekrit Presiden 5 Juli 1959


Menurut ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966 dan dikuatkan oleh ketetapan MPR No.
V/MPR/1973 bentuk dan tata urutan peraturan perundangan Republik Indonesia adalah sebagai
berikut :
a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD-1945)
Adalah peraturan Negara yang tertinggi dalam Negara yang memuat ketentuan-ketentuan
pokok dan menjadi salah satu sumber dari peraturan perundangan lainnya yang kemudian
dikeluarkan oleh negara.
b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)
Adalah salah satu bentuk perundangan yang diadakan untuk melaksanakan Undang-Undang
Dasar atau Ketetapan MPR.
c. Undang-Undang (UU) dan Peraturan Pemerintah sebagai Pengganti Undang-Undang
(PERPU)
Peraturan seperti ini perlu diadakan agar keselamatan Negara dijamin oleh pemerintah
dalam keadaan yang genting yang memaksa pemerintah untuk bertindak lekas dan cepat.
d. Peraturan Pemerintah (PP)
Peraturan Pemerintah memuat aturan-aturan umum untuk melaksanakan Undang-Undang,
sedangkan peraturan pemerintah daerah memuat aturan-aturan untuk melaksanakan
peraturanpemerintah pusat. Peraturan pemerintah daerah isinya tidak boleh bertentangan
dengan peraturan pemerintah pusat.
e. Keputusan Presiden
Presiden berhak mengeluarkan keputusan presiden yang berisi keputusan yang berisi
kaputusan yang bersifat khusus untuk melaksanakan ketentuan Undang-Undang yang
bersangkutan, ketetapan MPR dalam bidang eksekutif atau peraturan pemerintah pusat.
f. Peraturan-Peraturan Pelaksanaan Lainnya
Contohnya adalah keputusan menteri, keputusan panglima angkatan bersenjata,dll harus
dengan tegas berdasar dan bersumber pada peraturan perundangan yang lebih tinggi.
BAB III : MAZHAB-MAZHAB ILMU PENGETAHUAN HUKUM

MENGAPA ORANG MENAATI HUKUM?

Persoalan ketaatan terhadap hukum telah menimbulkan berbagai teori dan aliran pendapat atau
mazhab-mazhab dalam ilmu pengetahuan hukum.

1. Mazhab Hukum Alam


Hukum alam ialah hukum yang oleh orang-orang berpikiran sehat dirasa selaras dengan kodrat
alam. Teori tentang hukum alam telah ada sejak zaman dahulu yang antara lain diajarkan oleh
Aristoteles yang mengajarkan ada 2 macam hukum yaitu :
a. Hukum yang berlaku karena penetapan penguasa Negara
b. Hukum yang tidak tergantung dari pandangan manusia tentang baik buruknya hukum yang
asli
Hukum alam hanya memuat asas-asas umum seperti :
a. Berbuat baik dan jauhilah kejahatan
b. Bertindaklah menurut akal sehat
c. Cintailah sesamamu sperti engkau mencintai dirimu sendiri

2. Mazhab Sejarah
Menurut mazhab ini, hukum itu harus dipandang sebagai suatu penjelmaan dari jiwa atau
rohani suatu bangsa. Selalu ada hubungan yang kuat antara hukum dengan kepribadian suatu
bangsa.

3. Teori Teokrasi
Teori teokrasi atau biasa disebut teori ketuhanan merupakan teori yang mendasarkan
berlakunya hukum atas kehendak Tuhan Yang Maha Esa.

4. Teori Kedaulatan Rakyat


Berdasarkan teori ini Negara berdasar pada kemauan rakyat, demikian halnya dengan semua
peraturan adalah penjelmaan kemauan rakyat tersebut. Orang menaati hukum karena orang
sudah berjanji menaatinya. Teori ini juga disebut Teori Perjanjian Masyarakat.

5. Teori Kedaulatan Negara


Teori ini menyangkal bahwa hukum berasal dari kemauan rakyat. Hukum itu ditaati karena
negaralah yang menghendaki, hukum adalah kehendak Negara dan Negara mempunyai kekuaan
yang tidak terbatas.
6. Teori Kedaulatan Hukum
Menurut teori ini, hukum itu ada karena anggota masyarakat mempunyai perasaan bagaimana
seharusnya hukum itu. Hanyalah kaedah yang timbul dari perasaan hukum suatu anggota
masyarakat, mempunyai kewajiban/ kekuasaan.

7. Asas Keseimbangan
Menurut asas ini tiap orang menerima keuntungan atau mendapat kerugian sebanyak dasar-
dasar yang telah ditetapkan atau diletakkan terlebih dahulu.
BAB IV : PENEMUAN HUKUM

PEMBENTUKAN HUKUM OLEH HAKIM

1. Hakim Merupakan Faktor Pembentuk Hukum


Seorang hakim harus bertindak selaku pembentuk hukum dalam hal peraturan perundangan
yang tidak menyebutkan suatu ketentuan untuk menyelesaikan suatu perkara yang terjadi.
Hakim harus menyesuaikan Undang-Undang dengan hal-hal yang konkrit oleh karena peraturan-
peraturan tersebut tidak dapat mencakup segala peristiwa hukum yang timbul di masyarakat.

2. Keputusan Hakim Bukan Peraturan Umum


Keputusan hakim tidak mempunyai kekuatan hukum yang berlaku seperti peraturan umum.
Keputusan hakim hanya berlaku pada pihak yang bersangkutan. Keputusan hakim hanya berlaku
tentang hal-hal yang diputuskan dalam keputusan itu.

PENAFSIRAN HUKUM (INTERPRETASI HUKUM)

Kodifikasi ialah pembukuan jenis-jenis hukum tertentu dalam kitab Undang-Undang secara sistematis
dan lengkap. Tujuan kodifikasi hukum adalah memperoleh kepastian hukum, penyederhanaan hukum,
serta  kesatuan hukum. Dengan adanya kodifikasi, hukum menjadi beku, statis, dan sukar berubah.
Walaupun kodifikasi telah diatur selengkap-lengkapnya, tetapi tetap juga kurang sempurna dan masih
terdapat banyak kekuarangan-kekuarangan hingga menyulitkan dalam pelaksanaan hukum. Hakim
sebagai penegak hukum hanya memandang kodifikasi hukum sebagai suatu pedoman hukum agar ada
kepastian hukum. Dalam memberi keputusan hukum, hakim harus mempertimbangkan dan mengingat
perasaan keadilan yang hidup dalam masyarakat. Ada beberapa macam penafsiran hukum antara lain :

a. Penafsiran tata bahasa : cara penafsiran berdasarkan arti kata-kata dalam kalimat-kalimat
menurut tata bahasa
b. Penafsiran autentik : penafsiran oleh Undang-Undang dimana Undang-Undang sudah memiliki
pengertian tentang suatu kata
c. Penafsiran historis : penafsiran berdasarkan pada sejarah terjadinya hukum tersebut
d. Penafsiran sistematis : cara penafsiran berdasarkan susunan pasal yang berhubungan dengan
pasal lainnya
e. Penafsiran nasional : cara penafsiran dengan menyelidiki sesuai atau tidak dengan hukum yang
ada
f. Penafsiran teleologis : penafsiran dengan cara mengingat maksud dan tujuan Undang-Undang
g. Penafsiran ekstensif : penafsiran dengan memperluas arti kata dalam Undang-Undang
h. Penafsiran restriktif : penafsiran dengan cara mempersempit arti kata dalam Undang-Undang
i. Penafsiran analogis : penafsiran dengan cara memberi perumpamaan pada kata-kata sesuai
dengan asas hukumnya
j. Penafsiran peringkaran : cara penafsiran berdasarkan perlawanan pengertian antara masalah
yang dihadapi dengan permasalahan yang diatur dalam Undang-Undang

PENGISIAN KEKOSONGAN HUKUM

Karena peraturan perundangan yang statis dan masyarakat yang dinamis, maka hakim sering harus
memperbaiki Undang-Undang agar sesuai dengan kenyataan-kenyataan hidup dalam masyarakat.
Hukum positif adalah peraturan perundangan yang berlaku dalam suatu Negara dalam suatu waktu
tertentu. Hukum positif merupakan suatu sistem yang formal, yang sulit untuk mengubah atau
mencabut walaupun sudah tak sesuai lagi dengan perkembangan masyarakat yang harus diatur oleh
peraturan-peraturan tersebut.

1. Hakim Memenuhi Kekosongan Hukum


Hakim dapat dan bahkan harus memenuhi kekosongan hukum yang ada dalam sistem hukum
asalkan penambahan itu tidaklah membawa perubahan principal pada sistem hukum yang
berlaku.

2. Konstruksi Hukum
Dengan menggunakan konstrukis hukum, hakim dapat menyempurnakan sistem formal dari
hukum yaitu sistem peraturan perundnagna yang berlaku.
BAB V : PEMBIDANGAN ILMU PENGETAHUAN HUKUM

KODIFIKASI HUKUM

Menurut bentuknya hukum dibendakan menjadi 2 yaitu :

1. Hukum tidak tertulis adalah hukum yang masih hidup dalam kehidupan masyarakat tetapi tidak
tertulis, berlaku dan ditaati seperti peraturan perundangan.
2. Hukum tertulis yaitu hukum yang dicantumkan dalam peraturan perUndang-Undangan. Hukum
tertulis ada yang sudah dikodifikasikan dan belum dikodifikasikan.
Kodifikasi ialah pembukuan jenis-jenis hukum tertentu dalam kitab Undang-Undang secara
sistematis dan lengkap.
Unsur kodifikasi ialah sebagai berikut :
a. Jenis-jenis hukum tertentu
b. Sistematis
c. Lengkap
Dan tujuan kodifikasi hukum adalah sebagai berikut :
a. Kepastian hukum artinya tiap yang melanggar hukum pasti akan terkena sanksi
b. Penyederhanaan hukum artinya agar hukum itu tidak bertele-tele dan mudah dimengerti
c. Kesatuan hukum artinya disuatu daerah hanya ada satu hukum sehingga tidak
menyebabkan keambiguan.
3. Contoh kodifikasi hukum
a. Di Eropa : Code Civil (mengenai hukum perdata) yang diusahakan oleh kaisar Napoleon di
Perancis tahun 1604
b. Di Indonesia : Kitab Undang-Undang hukum sipil (1 Mei 1848)

MACAM-MACAM PEMBAGIAN HUKUM

1. Pembagian hukum menurut asas pembagiannya


Hukum dibagi dalam beberapa golongan menurut beberapa asas pembagian sebagai berikut :
1) Menurut sumbernya hukum dibagi dalam :
a. H ukum kebiasaan/adat : hukum yang terletak dalam peraturan peraturan kebiasaan.
b. Hukum kebiasaan/adat : hukum yang terletak dalam peraturan peraturan kebiasaan.
c. Hukum traktat : hukum yang ditetapkan oleh negara-negara di dalam suatu perjanjian
antar negara.
d. Hukum juresprudensi : hukum yang terbentuk akibat keputusan hakim.
2) Menurut bentuknya hukum dibagi dalam :
a. Hukum tertulis.
b. Hukum tidak tertulis.
3) Menurut tempat berlakunya hukum dibagi dalam :
a. Hukum nasional : hukum yang berlaku pada suatu negara.
b. Hukum internasional : hukum yang mengatur hubungan hukum dalam dunia
internasional.
c. Hukum asing : hukum yang berlaku di negara lain.
d. Hukum gereja : kumpulan norma-norma yang ditetapkan oleh gereja untuk para
anggota-anggotanya.
4) Menurut waktu berlakunya hukum dibagi dalam :
a. Ius constitutum : hukum yang berlaku sekarang bagi suatu masyarakat tertentu dalam
suatu daerah tertentu.
b. Ius constituendum : hukum yang diharapkan berlaku pada waktu yang akan datang.
c. Hukum asasi : hukum yang berlaku dimana-mana dalam semua waktu dan untuk segala
bangsa di dunia.
5) Menurut cara mempertahankannya hukum dibagi dalam :
a. Hukum material : hukum yang memuat peraturan-peraturan yang mengatur
kepentingan-kepentingan dan hubungan-hubungan berwujud perintah-perintah dan
larangan-larangan.
b. Hukum formal : hukum yang memuat peraturan-peraturan yang mengatur bagaimana
cara melaksanakan dan mempertahankan hukum material.
6) Menurut sifatnya hukum dapat dibagi dalam :
a. Hukum yang memaksa : hukum yang dalam keadaan bagaimanapun juga harus dan
mempunyai paksaan mutlak.
b. Hukum yang mengatur : hukum yang dapat dikesampingkan apabila pihak-pihak yang
bersangkutan telah membuat peraturan sendiri dalam suatu perjanjian.
7) Menurut wujudnya hukum dapat dibagi dalam :
a. Hukum objektif : hukum dalam suatu negara yang berlaku umum dan tidak mengenai
orang/golongan tertentu.
b. Hukum subjektif : huku m yang timbul dari hukum objektif dan berlaku bagi seseorang
tertentu atau lebih.
8) Menurut isinya hukum dapat dibagi dalam :
a. Hukum privat : hukum yang mengatur hubungan antara orang yang satu dengan orang
yang lain dengan menitikberatkan kepada kepentingan perseorangan.
b. Hukum publik : hukum yang mengatur hubungan antara negara dengan alat-alat
perlengkapan dan hubungan antara negara dengan warganegara.

2. Hukum Sipil dan Hukum Publik


Dari segala macam hukum yang disebutkan diatas, hukum yang paling penting adalah hukum
privat dan publik.
a. Hukum privat, terdiri dari :
1. Hukum sipil dalam arti luas yang meliputi hukum perdata dan hukum dagang.
2. Hukum sipil dalam arti sempit yang meliputi hukum perdata.
b. Hukum publik
1. Hukum tata negara
2. Hukum administrasi negara
3. Hukum pidana
4. Hukum internasional
a) Hukum perdata internasional
b) Hukum publik internasional

3. Pembedaan hukum perdata (sipil) dengan hukum pidana


a. Perbedaan isinya
- Hukum perdata mengatur hubungan hukum antara orang yang satu dengan orang yang
lain dengan menitikberatkan kepada kepentingan perorangan.
- Hukum pidana hubungan hukum antara seorang anggota masyarakat dengan negara
yang menguasai tata tertib masyarakat itu.
b. Perbedaan pelaksanaannya
- Pelanggaran terhadap norma-norma perdata baru diambil tindakan oleh pengadilan
setelah ada pengaduan oleh pihak berkepentingan yang merasa dirugikan.
- Pelanggaran pada norma hukum pdana pada umumnya segera diambil tindakan oleh
pengadilan tanpa ada pengaduan dari pihak yang dirugikan.
c. Perbedaan menafsirkan
- Hukum perdata memperbolehkan untuk mengadakan macam-macam interpretasi
terhadap Undang-Undang hukum perdata.
- Hukum pidana hanya boleh ditafsirkan menurut arti kata dalam Undang-Undang pidana
itu sendiri.

4. Perbedaan acara perdata (hukum acara perdata) dengan acara pidana (hukum acara pidana)
Hukum acara perdata adalah hukum yang mengatur bagaimana cara memelihara dan
mempertahankan hukum perdata material.
Hukum acara pidana adalah hukum yang mengatur bagaimana cara-cara memelihara dan
mempertahankan hukum pidana material.
1) Perbedaan mengadili
a) Hukum acara perdata mengatur cara-cara mengadili perkara-perkara di muka
pengadilan perdata oleh hakim perdata.
b) Hukum acara pidana mengatur cara-cara mengadili perkara-perkara di muka pengadilan
pidana oleh hakim pidana.
2) Perbedaan pelaksanaan
a) Pada acara perdata inisiatif datang dari pihak yang berkepentingan dirugikan.
b) Pada acara pidana inisiatifnya itu datang dari penuntut umum.
3) Perbedaan dalam penuntutan
a) Dalam acara perdata yang menuntut si tergugat adalah pihak yang dirugikan.
b) Dalam acara pidana jaksa menjadi penuntut terhadap terdakwa.
4) Perbedaan alat bukti
a) Dalam acara perdata sumpah merupakan alat pembuktian (tulisan, saksi, persangkaan,
pengakuan, dan sumpah).
b) Dalam acara pidana terdapat 4 alat pembuktian (tulisan, saksi, persangkaan, dan
pengakuan)

5) Perbedaan penarikan kembali suatu perkara


a) Dalam acara perdata sebelum ada keputusan hakim pihak-pihak yang bersangkutan
boleh menarik kembali perkaranya.
b) Dalam acara pidana tidak dapat ditarik kembali.
6) Perbedaan kedudukan para pihak
a) Dalam acara perdata pihak-pihak mempunyai kedudukan yang sama.
b) Dalam acara pidana jaksa kedudukannya lebih tinggi dari terdakwa.
7) Perbedaan dalam dasar keputusan dasar
a) Dalam acara perdata putusan hakim cukup dengan mendasarkan diri kepada krbrnaran
formal saja.
b) Dalam acara pidana putusan hakim harus mencari kebutuhan material.
8) Perbedaan macam hukuman
a) Dalam acara perdata tergugat yang terbukti kesalahannya dihukum denda atau
hukuman kurungan sebagai pengganti denda.
b) Dalam acara pidana terdakwa yang terbukti kesalahannya dipidana mati, penjara,
kurungan atau denda, mungkin juga ditambah dengan hukum pidana tambahan.
9) Perbedaan dalam bandingan
a. Bandingan perkara perdata dari pengadilan negeri ke pengadilan tinggi disebut appel
b. Bandingan perkara pidana dari pengadilan negeri ke pengadilan tinggi disebut revisi

5. Golongan hukum pedata lainnya


Hukum perdata itu berlaku berlaku terhadap penduduk dalam suatu negara yang tunduk pada
hukum yang bersamaan. Jika penduduk dalam suatu negara tunduk pada hukum perdata yang
berlainan, maka yang berlaku adalah hukum perselisisihan atau hukum koalisi atau hukum
konflik atau hukum antar tata hukum. Hukum perselisihan adalah semua kaidah hukum yang
menentukan hukum apakah yang berlaku apabila dalam suatu peristiwa hukum tersangkut lebih
dari satu sistem hukum.
Hukum perselisihan ada beberapa jenis antara lain :
a. Hukum antar golongan atau hukum intergenital
Hukum yang mengatur hubungan hukum antar orang-orang dalam satu negara/masyarakat
yang tunduk kepada hukum perdata berlainan.
b. Hukum antar tempat atau hukum interlocal
Peraturan-peraturan hukum yang menentukan hukum apakah dan hukum manakah yang
berlaku apabila dalam suatu peristiwa hukum tersangkut dua hukum atau lebih yang
berlainan, disebabkan karena perbedaan tempat dari warganegara-warganegara dalam
suatu negara.
c. Hukum antar bagian atau hukum interregional
Peraturan-peraturan hukum yang menentukan hukum apakah dan hukum manakah yang
berlaku apabila dalam suatu peristiwa hukum tersangkut dua hukum atau lebih yang
berlainan disebabkan karena perbedaan bagian negara dalam suatu negara.
d. Hukum antar agama atau hukum interreligious
Peraturan-peraturan hukum yang menentukan hukum apakah dan hukum manakah yang
berlaku apabila dalam suatu peristiwa hukum tersangkut dua hukum atau lebih yang
berlainan disebabkan karena perbedaan agama dalam suatu negara.
e. Hukum antar waktu atau hukum intertemporal
Peraturan-peraturan hukum yang menentukan hukum apakah dan hukum manakah yang
berlaku apabila dalam suatu peristiwa hukum tersangkut dua hukum atau lebih yang
berlainan disebabkan karena perbedaan waktu berlakunya dalam suatu negara.

6. Hukum yang dikodifikasikan dan hukum yang tidak dikodifikasikan


Hukum yang dikodifikasikan itu merupakan hukum tertulis, tapi tidak semua hukum tertulis itu
dikodifikasikan sehingga hukum tertulis dapat dibedakan menjadi :
1. Hukum tertulis yang sudah dikodifikasikan, misalnya :
a. Hukum pidana
b. Hukum sipil
c. Hukum dagang
d. Hukum acara pidana
2. Hukum tertulis yang belun dikodifikasikan :
a. Peraturan tentang hak merk perdagangan
b. Peraturan tentang ikatan perkreditan
c. Peraturan tentang kepailitan
d. Peraturan tentang hak cipta
BAB VI : ILMU HUKUM SEBAGAI ILMU KAEDAH HUKUM

HAKEKAT KAEDAH

1. Tata Tertib Masyarakat


Peraturan hidup ialah yang memimpin kehidupan bersama, yang mengatur tingkah laku manusia
dalam masyarakat. Di masyarakat ada aturan-aturan yang yang menjadi pedoman bagi segala
tingkah laku manusia dalam pergaulan hidup sehingga kepentingan masing-masing dapat
terpelihara dan terjamin disebut dengan norma. Norma itu mempunyai dua macam isi, dan
menurut isinya berwujud :
a. Perintah : merupakan keharusan bagi seseorang untuk berbuat sesuatu oleh karena itu
akibat-akibatnya dipandang baik.
b. Larangan : merupakan keharusan bagi seseorang untuk tidak berbuat sesuatu oleh karena
akibat-akibatnya dipandang tidak baik.
Norma berguna untuk memberi petunjuk kepada manusia bagaimana harus bertindak dalam
masyarakat serta perbuatan-perbuatan mana yang harus dijalankan dan perbuatan-perbuatan
mana yang harus dihindari.

2. Kaedah dalam masyarakat


Di dunia ini manusia terikat oleh peraturan hidup yang disebut norma tanpa atau disertai sanksi.
Bila seseorang melanggar suatu norma maka orang itu akan mengalami sanksi yang berbeda
sifat dan bentuknya.
Norma hukum disertai sanksi berupa hukuman yang sifatnya memaksa jika peraturan hidup itu
dilanggar. Sanksi hukum dapat berupa :
a. Pidana penjara (hukuman badan)
b. Penggantian kerugian (pidana denda)

KAEDAH HUKUM DAN KAEDAH LAINNYA

Pergaulan hidup dibedakan dalam 4 macam norma antara lain :

1. Norma agama
Norma agama ialah peraturan hidup yang diterima sebagai perintah, larangan, dan anjuran yang
berasal dari tuhan. Norma agama bersifat umum dan sedunia serta berlaku bagi seluruh
golongan manusia di dunia.

2. Norma kesusilaan
Norma kesusilaan ialah peraturan hidup yang dianggap sebagai suara hati sanubari manusia.
Norma kesusilaan inipun bersifat umum dan dapat diterima semua orang.
3. Norma kesopanan
Norma kesopanan ialah peraturan hidup yang timbul dari pergaulan sekumpulan manusia.
Norma ini tidak berlaku bagi seluruh manusia di dunia, melainkan bersifat khusus dan setempat
(regional) dan hanya berlaku bagi sebagian masyarakat tertentu saja.

4. Norma hukum
Peraturan-peraturan yang timbul dari norma hukum dibuat oleh penguasa negara. Isinya
mengikat semua orang dan pelaksanaannya dapat dipertahankan dengan segala paksaan oleh
alat-alat negara. Keistimewaan norma hukum terletak pada sifatnya yang memaksa, dengan
sanksinya yang berupa ancaman hukuman.
BAB VII : ILMU HUKUM SEBAGAI ILMU PENGERTIAN HUKUM

Dalam ilmu hukum sebagai ilmu pengertian hukum perlulah diketahui beberapa pengertian hukum
seperti : masyarakat hukum, subjek hukum, objek hukum, peristiwa hukum, dll.

MASYARAKAT HUKUM

1. Macam-macam pembagian penduduk Indonesia


Penduduk Indonesia dapat dibagi berdasarkan :
a. Undang-Undang kewarganegaraan Indonesia yang sekarang berlaku yaitu Undang-Undang
No. 62 Tahun 1958
Penduduk dibagi dalam warganegara dan orang asing.
a) Warganegara ialah setiap orang yang menurut Undang-Undang Kewarganegaraan
adalah termasuk warga negara.
b) Orang asing ialah orang yang bukan warga negara.
b. Peraturan ketatanegaraan Hindia Belanda atau Indische Staatsregeling (I.S.) tahun 1958
Penduduk Indonesia dibagi dalam 3 golongan penduduk yaitu :
1) Golongan Eropa adalah :
a) Bangsa Belanda
b) Bukan Bangsa Belanda tapi orang yang asalnya dari Eropa
c) Bangsa Jepang
d) Orang-orang dari negara lain yang hukum keluarganya sama dengan Hukum
Keluarga Belanda (Amerika, Australia, dll)
e) Keturunan mereka yang disebut diatas
2) Golongan Timur Asing yang meliputi :
a) Golongan Cina (Tionghoa)
b) Golongan timur asing bukan Cina (Arab, India, Pakistan, Mesir, dll)
3) Golongan Bumiputera (Indonesia) ialah :
a) Orang-orang Indonesia asli serta keturunannya yang tidak memasuki golongan
rakyat lain.
b) Orang yang mula-mula golongan rakyat lain lalu masuk dan menyesuaikan hidupnya
dengan golongan Indonesia asli.

2. Berlakunya macam-macam hukum perdata


I Golongan Indonesia
II Golongan Timur
Warganegara Asing (cina, bukan
Indonesia berasal cina)
dari : III Golongan Eropa

Penduduk
Indonesia

I Golongan Eropa
II Orang Timur Asing (Cina, bukan Cina)
Orang Asing III Orang Indonesia (wanita yang kawin dengan orang
berasal dari : asing, Orang Indonesia yang menjadi tentara lain,
dll.)
3. Hubungan hukum perdata antara golongan-golongan penduduk di Indonesia
a. Hubungan hukum antara orang-orang dalam satu golongan sendiri misalnya :
1) Jika 2 orang atau lebih warganegara Indonesia dari 1 golongan penduduk mengadakan
hubungan hukum maka berlaku hukum perdata di Indonesia.
2) Jika 2 orang atau lebih orang asing di Indonesia dari 1 golongan penduduk mengadakan
hubungan hukum maka berlaku hukum perdata yang berlaku di negara asalnya.
b. Hubungan hukum antara orang-orang yang berasal dari golongan penduduk berlainan
misalnya :
1) Jika 2 orang atau lebih warganegara Indonesia yang masing-masing berasal dari
golongan penduduk berlainan mengadakan hubungan hukum maka berlaku hubungan
hukum antar golongan (Hukum Intergentil).
2) Jika 2 orang atau lebih orang asing di Indonesia yang masing-masing berlainan golongan
penduduknya atau masing-masing berlainan kewarganegaraan mengadakan hubungan
hukum maka berlaku hukum perdata internasional.

4. Penggantian dan pilihan hukum perdata


Hukum Perdata barat id Indonesia dinyatakan berlaku bagi orang Eropa dan juga bagi golongan
lain dari golongan Eropa. Ada beberapa cara dimana orang-orang yang bukan golongan Eropa
dapat tunduk pada Hukum Perdata Barat di Indonesia antara lain :
a. Persamaan hak
b. Pernyataan berlakunya hukum
c. Penundukan sukarela terhadap Hukum Perdata Eropa

5. Persamaan hak
Persamaan hak mengakibatkan seorang bukan Eropa berubah statusnya menjadi orang Eropa.
Orang yang sebelumnya termasuk orang bukan Eropa dan tunduk pada hukumnya sendiri lalu
kedudukannya disamakan dengan orang Eropa dan tunduk kepada seluruh Hukum Perdata
maupun Hukum Publik.

6. Kewarganegaraan Republik Indonesia


Rakyat suatu negara meliputi semua orang yang bertempat tinggal di dalam wilayah kekuasaan
negara dan tunduk pada kekuatan negara itu. Sedangkan orang-orang yang berada di suatu
negara dapat dibagi menjadi penduduk dan bukan penduduk.
Penduduk dapat dibagi atas :
a. Penduduk warganegara
b. Penduduk buka warganegara
Asas yang digunakan untuk menentukan termasuk tidaknya seseorang sebagai warganegara
adalah :
a. Ius sanguinis : menetapkan kewarganegaraan seseorang dari keturunan orang yang
bersangkutan.
b. Ius soli : menetapkan kewarganegaraan seseorang menurut daerah atau negara ia
dilahirkan.
7. Undang-Undang Kewarganegaraan Indonesia
a. Penggolongan penduduk pada zaman Belanda
Menurut peraturan Hindia Belanda penghuni tanah air Indonesia yang bukan orang asing
disebut kaulanegara Belanda. Kaulanegara Belanda ini dibedakan menjadi :
1) Kaulanegara Belanda orang Belanda
2) Kaulanegara Belanda bukan orang Belanda tetapi yang termasuk Bumiputera
3) Kaulanegara Belanda bukan orang Belanda tetapi juga bukan Bumiputera
b. Undang-Undang RI No. 3 Tahun 1946
Menurut undang-undnag ini penduduk ialah mereka yang bertempat tinggal di Indonesia
selama satu tahun berturut-turut. Dijelaskan warga Indonesia pada pokoknya adalah :
1) Penduduk asli dalamdaerah RI, termasuk anak-anak dari penduduk asli itu.
2) Istri seorang warganegara Indonesia
3) Keturunan dari seorang warganegara yang kawin dengan wanita warganegara asing.
4) Anak-anak yang lahir dalam daerah RI yang oleh orang tuanya tidak diakui dengan cara
yang sah.
5) Anak-anak yang lahir dalam daerah Indonesia dan tidak diketahui siapa orangtuanya.
6) Anak-anak yang lahir dalam waktu 300 hari setelah ayahnya yang berkebangsaan
indonesia meninggal.
7) Orang bukan penduduk asli yang paling akhir telah bertempat tinggal di Indonesia
selama 5 tahun berturut-turut dan telah berumur 21 tahun atau telah kawin.
8) Masuk menjadi warga Indonesia dengan cara naturalisasi.
c. Persetujuan kewarganegaraan dalam KMB
Menurut KMB warganegara Indonesia adalah :
1) Penduduk asli Indonesia.
2) Orang Indonesia, kaulanegara Belanda yang bertempat tinggal di Suriname atau Antillen
(koloni Belanda).
3) Orang Cina dan Arab yang tinggal di Indonesia atau sedikit-dikitnya 6 bulan bertempat
tinggal di Indonesia.
4) Orang Belanda yang dilahirkan di wilayah Indonesia atau sedikit-dikitnya 6 bulan
bertempat tinggal di Indonesia.
5) Orang asing yang lahir di Indonesia dan bertempat tinggal di Indonesia.

8. UU no.62 tahun 1958 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia


Merupakan Undang-Undang yang berlaku sekarang. Menurut UU itu warganegara Indonesia
adalah :
a. Mereka yang telah menjadi warga Indonesia berdasarkan peraturan sebelumnya.
b. Mereka yang memenuhi syarat tertentu yang diharapkan dalam UU itu.
9. Pewarganegaraan (Naturalisasi)
a. Cara naturalisasi
Negara Indonesia memberi kesempatan kepada orang asing untuk menjadi warganegara.
Caranya ialah dengan naturalisasi. Syarat- syarat yang harus dipenuhi dalam naturalisasi
adalah :
1) Sudah berumur 21 tahun.
2) Lahir dalam wilayah RI atau sudah tinggal di Indonesia selama 5 tahun berturut-turut
atau 10 tahun tidak berturut-turut.
3) Apabila lelaki yang sudah kawin, perlu mendapat persetujuan istrinya.
4) Dapat berbahasa Indonesia, tahu pengetahuan tentang Indonesia, dan tidak pernah
dihukum karena merugikan Indonesia.
5) Dalam keadaan sehat jasmani dan rohani.
6) Bersedia membayar sejumlah kas pada negara.
7) Mempunyai mata pencaharian tetap.
8) Tidak mempunyai kewarganegaraan lain.
b. Akibat naturalisasi
Naturalisasi membawa akibat hukum bagi anak dan istri (bila sudah menikah) karena
naturalisasinya.

10. Masalah dwi kewarganegaraan di Indonesia


Di wajibkan bagi setiap orang yang mempunyai kewarganegaraan ganda untuk menentukan
pilihannya, apakah ia memilih negara lain atau memilih Indonesia.

11. Kehilangan kewarganegaraan Indonesia


Seorang warga negara Indonesia dapat kehilangan kewarganegaraannya dengan alas an sebagai
berikut :
a. Kawin dengan laki-laki asing.
b. Putusnya perkawinan wanita asing dengan laki-laki Indonesia.
c. Anak seorang orangtua yang kehilangan kewarganegaraannya.
d. Memperoleh kewarganegaan lain karena keinginannya sendiri.
e. Tidak menolak atau melepas kewarganegaraan lain.
f. Diakui oleh orang asing sebagai anaknya.
g. Diangkat anak secara sah oleh orang asing.
h. Dinyatakan hilang kewarganegaraannya oleh Menteri Kehakiman dengan persetujuan
Dewan Menteri.
i. Masuk dalam dinas asing tanpa izin pada menteri Kehakiman RI sebelumnya.
j. Menyatakan sumpah atau janji setia pada negara lain.
k. Turut serta dalam pemilihan sesuatu yang bersifat kenegaraan dari negara asing.
l. Mempunyai paspor dari negara asing.
m. Bertempat tinggal di negara asing selama 5 tahun berturut-turut dan tidak menyatakan ingin
tetap menjadi warga Indonesia.
SUBJEK HUKUM DAN OBJEK HUKUM

1. Subjek hukum
Subjek hukum merupakan sesuatu yang mempunyai hak dan kewajiban.
Subjek hukum terdiri dari :
a. Manusia : merupakan keseluruhan manusia sejak dia lahir sampai meninggal dunia.
b. Badan hukum : memiliki hak dan kewajiban yang sama dengan manusia
Selain itu ada objek hukum yang dirasa tidak cakap hukum antara lain :
a. Orang yang masih dibawa umur.
b. Orang yang tak sehat pikirannya.
c. Orang perempuan dalam pernikahan.
Badan hukum ada 2 antara lain :
1) Badan hukum publik misalnya : negara, kotamadya, desa, dll
2) Badan hukum perdata misalnya : perusahaan, masjid, yayasan, dll.

2. Objek hukum
Objek hukum ialah segala sesuatu yang berguna bagi subjek hukum dan dapat menjadi objek
perhubungan suatu hukum. Biasanya objek hukum adalah benda.
Benda dapat dibagi menjadi :
a. Benda yang berwujud, misalkan : rumah, buku, dll.
b. Benda yang tidak berwujud, misalkan : hak cipta, hak merk, dll.
Dan ada juga yang mengklasifikasikan benda dalam :
a. Benda tidak bergerak, misalnya : tanah, gedung, rumah, dll.
b. Benda bergerak, misalnya : sepeda, meja, hewan, dll.

PERBUATAN HUKUM

Segala perbuatan manusia yang secara sengaja dilakukan oleh seorang untuk menimbulkan hak
dan/atau kewajiban dinamakan perbuatan hukum. Perbuatan hukum terdiri dari :

1. Perbuatan hukum sepihak


Perbuatan hukum yang dilakukan oleh satu pihak saja dan menimbulkan hak dan kewajiban
pada satu pihak pula.
2. Perbuatan hukum dua pihak
Perbuatan hukum yang dilakukan oleh dua pihak dan menimbulkan hak dan kewajiban bagi
kedua pihak.
PENGERTIAN DAN MACAM-MACAM HAK

1. Pengertian Hak
Hak ialah hukum yang dihubungkan dengan seorang manusia atau subjek hukum tertentu dan
dengan demikian menjelma menjadi sebuah kekuasaan.

2. Hak Mutlak
Hak mutlak ialah hak yang memberikan wewenang kepada seseorang untuk melakukan suatu
perbuatan hak mana dapat dipertahankan terhadak siapapun, dan sebaliknya setiap orang juga
harus menghormati hak tersebut.
Hak mutlak dapat dibagi menjadi :
a. Hak Asasi Manusia
b. Hak Publik Mutlak
c. Hak Keperdataan

3. Hak Nisbi
Hak nisbi atau hak relatif ialah hak yang memberi wewenang kepada orang tertentu untuk
menuntut agar orang lain memberikan sesuatu, melakukan sesuatu, atau tidak melakukan
sesuatu.

PERISTIWA HUKUM

1. Dalam hukum dua macam peristiwa hukum yaitu :


a. Perbuatan subjek hukum
b. Peristiwa lain yang bukan perbuatan subjek hukum
Dikenal dua macam perbuatan hukum yaitu :
a. Perbuatan hukum yang bersegi satu yaitu tiap perbuatan yang akibat hukumnya ditimbulkan
oleh kehendak dari yang melakukan perbuatan itu menjadi unsur pokok dari perbuatan
tersebut.
b. Perbuatan hukum bersegi dua yaitu tiap perbuatan yang akibat hukumnya ditimbulkan oleh
kehendak dari dua subjek hukum, dua pihak atau lebih. Tiap perbuatan yang bersegi dua
merupakan sebuah perjanjian.

2. Zaakwaarneming dan onrechtmatige daad


Zaakwaarneming merupakan perbuatan memperhatikan kepentingan orang lain dengan tidak
dimintai oleh orang yang bersangkutan untuk diperhatikan kepentingannya.
Onrechtmatige daad merupakan perbuatan yang bertentangan dengan hukum.
Uraian tentang peristiwa hukum dapat diikhtisarkan sebagai berikut :

Perbuatan hukum
yang bersegi satu
(wasiat)
Perbuatan hukum
Perbuatan hukum yang bersegi dua
(perjanjian)
Perbuatan subjek
hukum Perbuatan yang bukan
perbuatan hukum

Peristiwa
hukum
Perbuatan seperti
“zaacwaarneming”
Perbuatan yang
bertentangan dengan
Peristiwa yang Kematian hukum
bukan hukum Kelahiran
Lewat waktu
RANGKUMAN BAB I – BAB VII

OLEH :

ARIZALDHY SATRIA NUGRAHA

I – AA / 06

PENGANTAR ILMU HUKUM

SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA

2010

You might also like