Professional Documents
Culture Documents
Perbankan Indonesia
(Revisi 2008)
Cetakan Revisi
Desember 2008
Perpustakaan Nasional
Katalog Dalam Terbitan (KDT)
——
Tanggapan dan masukan tertulis atas ketentuan-ketentuan yang diatur dalam Pedoman Akuntansi
Indonesia Revisi 2008 dapat disampaikan ke Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankan,
Bank Indonesia. Up. Tim Pembinaan dan Pengawasan. Nomor fax. (021) 231 1672.
ii
Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia
GUBERNUR
BANK INDONESIA
Saya menyambut gembira atas selesainya Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia (PAPI)
revisi 2008, yang merupakan petunjuk lebih teknis dari standar akuntansi keuangan yang terkait
dengan perbankan. Sebagai badan usaha yang memiliki tanggung jawab publik, perbankan
dituntut untuk menyajikan laporan keuangan yang berkualitas tinggi sehingga dapat memberikan
informasi yang akurat dan komprehensif bagi seluruh pihak yang berkepentingan dan
mencerminkan kinerja bank secara utuh. Untuk mencapai tujuan tersebut, standar dan pedoman
akuntansi yang berlaku perlu terus disempurnakan sejalan dengan perkembangan transaksi dan
produk keuangan dewasa ini serta harmonisasi dengan standar akuntansi internasional.
Sebagaimana telah diketahui, Ikatan Akuntan Indonesia pada akhir Desember 2006 telah
menerbitkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 55 (Revisi 2006) tentang
Pengakuan dan Pengukuran Instrumen Keuangan dan PSAK No. 50 (Revisi 2006) tentang
Penyajian dan Pengungkapan Instrumen Keuangan, serta beberapa standar akuntansi lain
sebagai bagian dari proses konvergensi dengan International Financial Reporting Standards
(IFRS). Dengan penyempurnaan standar akuntansi dimaksud, maka PAPI sebagai petunjuk yang
sifatnya lebih teknis juga perlu disempurnakan dengan menambahkan penjelasan dan contoh-
contoh perhitungan yang diharapkan dapat mempermudah pemahaman terhadap PSAK yang
berlaku, khususnya PSAK 55 (Revisi 2006) dan PSAK 50 (Revisi 2006) yang disadari merupakan
standar akuntansi yang cukup kompleks karena berupaya mengakomodasi kebutuhan pengaturan
instrumen keuangan yang berkembang demikian pesat.
Dengan berbagai penyempurnaan tersebut, baik dari sisi PSAK maupun PAPI, diharapkan
kelengkapan, kewajaran, keakuratan, dan kejelasan informasi yang disajikan dalam laporan
keuangan bank dapat ditingkatkan, sehingga informasi tersebut lebih dipahami dan dipercaya
iii
Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia
Akhir kata pada kesempatan ini saya atas nama Dewan Gubernur Bank Indonesia meng-
ucapkan terima kasih kepada Pengurus Ikatan Akuntan Indonesia, Tim Penyempurnaan PAPI,
narasumber, praktisi perbankan, dan seluruh pihak yang telah memberikan kontribusi dan
masukan untuk penyempurnaan PAPI (Revisi 2008).
BOEDIONO
iv
Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia
Perkembangan kegiatan usaha tersebut agar dapat berjalan dengan baik memerlukan
berbagai infrastruktur pendukung yang memadai. Salah satu bentuk infrastruktur yang diperlukan
adalah ketentuan-ketentuan yang terkait dengan akuntansi. Akuntansi dipandang sebagai salah
satu infrastruktur yang penting karena melalui proses akuntansi inilah seluruh kegiatan, khususnya
yang bersifat kuantitatif, akan didokumentasikan. Selanjutnya, melalui proses akuntansi ini, juga
akan dihasilkan suatu laporan keuangan yang sangat berguna sebagai dasar untuk pengambilan
keputusan para stakeholder perbankan.
Laporan keuangan yang dapat digunakan untuk pengambilan keputusan usaha harus
memiliki kualitas yang baik. Suatu laporan keuangan dikatakan berkualitas jika memenuhi syarat
karakteristik kualitatif laporan keuangan yang terdiri dari andal, relevan, dapat diperbandingkan
(comparability), dan dapat dipahami (understandability). Untuk mencapai kualitas tersebut,
suatu laporan keuangan harus disusun berdasarkan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum
(PABU). Pondasi utama dari PABU di Indonesia adalah kerangka dasar (conceptual framework),
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) dan interpretasinya.
Sejalan dengan hal tersebut di atas dan terkait dengan penerapan revisi PSAK 50 (Revisi
2006): Instrumen Keuangan: Penyajian dan Pengungkapan dan PSAK 55 (Revisi 2006): Instrumen
Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran, maka menjadi sangat penting untuk revisi Pedoman
Akuntansi Perbankan Indonesia (PAPI). Revisi PAPI ini juga diperlukan untuk memutakhirkan
ketentuan dan peraturan perbankan yang diterbitkan oleh Bank Indonesia.
Pedoman ini diharapkan sangat membantu bagi para pelaksana perbankan dalam mencatat
transaksi perbankan sesuai dengan PSAK dan ketentuan perbankan terkini. Sehingga hal ini dapat
lebih meningkatkan kredibilitas dan transparansi dunia perbankan.
v
Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia
Akhirnya pada kesempatan ini kami Dewan Pengurus Nasional IAI mengucapkan terima
kasih dan memberikan penghargaan yang tinggi kepada Tim Penyusun dan Bank Indonesia,
khususnya Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankan, atas jerih payah dan kerja samanya
dalam merevisi buku Pedoman Akuntansi ini. Semoga kerja sama ini dapat terus ditingkatkan lagi
di masa mendatang.
AHMADI HADIBROTO
Ketua
vi
Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia
vii
Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia
Tim Penyusun
Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia
A. TIM PENGARAH
1. Siti Ch. Fadjrijah Bank Indonesia dan Ikatan Akuntan Indonesia
2. Muliaman D. Hadad Bank Indonesia
3. Halim Alamsyah Bank Indonesia
4. SWD Murniastuti Bank Indonesia
5. I Gde Made Sadguna Bank Indonesia
6. Ahdi Jumhari Luddin Bank Indonesia
7. Mustofa Ikatan Akuntan Indonesia
8. M. Jusuf Wibisana Ikatan Akuntan Indonesia
B. TIM PERUMUS
1. Agus Edy Siregar Bank Indonesia dan Ikatan Akuntan Indonesia
2. Teguh Supangkat Bank Indonesia
3. G.A. Indira Bank Indonesia
4. Lestari Shitadewi Bank Indonesia
5. Sri Yanita Dewi Irmawan Bank Indonesia
6. Khairani Syafitri Bank Indonesia
7. Bahrudin Bank Indonesia
8. Teddie Pramono Bank Indonesia
9. Faisal Muttaqien Issom Bank Indonesia
10. Sri Yanto Ikatan Akuntan Indonesia
11. Fathor Rachman Ikatan Akuntan Indonesia
12. Wisnu Kameswara A Ikatan Akuntan Indonesia
13. M. Jacobie Henry W PT. Bank Mandiri
14. Herdiana Achdan PT. Bank Mandiri
15. Rouli Erlyana A PT. Bank Rakyat Indonesia
16. Bintoro Nurcahyo PT. Bank Rakyat Indonesia
17. Hari Sundjojo PT. Bank Negara Indonesia
18. Darmawan PT. Bank Central Asia
19. Eko Bramantyo PT. Bank Niaga
20. Benny Hilman Citibank
21. Adri Triwicahyo PT. Rabobank International Indonesia
C. TIM TEKNIS
1. Lestari Shitadewi Bank Indonesia
2. Khairani Syafitri Bank Indonesia
3. Yakub Ikatan Akuntan Indonesia
4. Nurwidodo Pristwanto Ikatan Akuntan Indonesia
viii
Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia
Daftar Isi
Sambutan Gubernur Bank Indonesia .............................................................................. iv
Sambutan Ketua Dewan Pengurus Nasional Ikatan Akuntan Indonesia ........................... v
Kata Pengantar Tim Penyusun Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia ....................... vii
Tim Penyusun Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia ............................................... viii
ix
Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia
x
Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia
C. Penjelasan................................................................................................... 92
D. Perlakuan Akuntansi ................................................................................... 94
E. Ilustrasi Jurnal ............................................................................................. 95
F. Pengungkapan ............................................................................................ 96
G. Contoh kasus.............................................................................................. 96
5. Surat Berharga yang Diterbitkan ....................................................................... 98
A. Definisi ........................................................................................................ 98
B. Dasar Pengaturan ....................................................................................... 98
C. Penjelasan .................................................................................................. 105
D. Perlakuan Akuntansi ................................................................................... 107
E. Ilustrasi Jurnal ............................................................................................. 108
F. Pengungkapan ........................................................................................... 112
G. Contoh Kasus .............................................................................................. 112
xi
Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia
xii
Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia
xiii
Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia
xiv
Bab I I P e n d a h u l u a n
Bab I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Laporan keuangan bank bertujuan untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi
keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan. Selain itu laporan keuangan bank juga
bertujuan untuk pengambilan keputusan.
Suatu laporan keuangan akan bermanfaat apabila informasi yang disajikan dalam laporan
keuangan tersebut dapat dipahami, relevan, andal dan dapat diperbandingkan. Akan tetapi,
perlu disadari pula bahwa laporan keuangan tidak menyediakan semua informasi yang
mungkin dibutuhkan oleh pihak-pihak yang berkepentingan dengan bank, karena secara
umum laporan keuangan hanya menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian masa
lalu, dan tidak diwajibkan untuk menyediakan informasi non-keuangan. Walaupun demikian,
dalam beberapa hal bank perlu menyediakan informasi nonkeuangan yang mempunyai
pengaruh keuangan di masa depan.
f) pemerintah;
g) lembaga penjamin simpanan; dan
h) masyarakat.
2) Menilai prospek arus kas
Laporan keuangan bertujuan untuk memberikan informasi yang dapat men-
dukung deposan, investor, kreditur dan pihak-pihak lain dalam memperkirakan
jumlah, saat, dan kepastian dalam penerimaan kas di masa depan. Prospek
penerimaan kas sangat tergantung pada kemampuan bank untuk meng-
hasilkan kas guna memenuhi kewajiban yang telah jatuh tempo, kebutuhan
operasional, reinvestasi dalam operasi, dan pembayaran dividen. Persepsi
dari pihak-pihak yang berkepentingan atas kemampuan bank tersebut akan
mempengaruhi harga pasar efek bank yang bersangkutan. Persepsi mereka
umumnya dipengaruhi oleh harapan atas tingkat pengembalian dan risiko
dari dana yang mereka tanamkan. Deposan, investor, dan kreditur akan
memaksimalkan pengembalian dana yang telah mereka tanamkan dan akan
melakukan penyesuaian terhadap risiko yang mereka perkirakan akan terjadi
pada bank yang bersangkutan.
3) Memberikan informasi atas sumber daya ekonomi
Pelaporan keuangan bertujuan memberikan informasi tentang sumber daya
ekonomi bank (economic resources), kewajiban bank untuk mengalihkan
sumber daya tersebut kepada entitas lain atau pemilik saham, serta
kemungkinan terjadinya transaksi dan peristiwa yang dapat mempengaruhi
perubahan sumber daya tersebut.
b. Menciptakan keseragaman dalam penerapan perlakuan akuntansi dan penyajian
laporan keuangan, sehingga meningkatkan daya banding diantara laporan keuangan
bank.
c. Menjadi acuan minimum yang harus dipenuhi oleh perbankan dalam menyusun
laporan keuangan. Namun keseragaman penyajian sebagaimana diatur dalam PAPI
tidak menghalangi masing-masing bank untuk memberikan informasi yang relevan
bagi pengguna laporan keuangan sesuai kondisi masing-masing bank.
2. Ruang Lingkup
PAPI berlaku untuk bank umum konvensional. Dalam hal bank umum konvensional
mempunyai unit usaha syariah, maka unit usaha syariah tersebut menggunakan
Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia, kecuali untuk hal-hal yang tidak
diatur dalam Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia tersebut.
C. Acuan Penyusunan
Penyusunan PAPI didasarkan pada acuan yang relevan, yaitu:
1. Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan (KDPPLK), Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) dan Interpretasi Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan (ISAK).
2. Ketentuan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia.
3. International Accounting Standard (IAS)/International Financial Reporting Standards
(IFRS).
4. Peraturan perundang-undangan yang relevan dengan laporan keuangan.
5. Praktik-praktik akuntansi yang berlaku umum, kesepakatan antar negara dan standar
akuntansi negara lain.
Jika PSAK memberikan pilihan atas perlakuan akuntansi, maka diwajibkan untuk mengikuti
ketentuan Bank Indonesia.
E. Ketentuan Lain-lain
1. Jurnal dan pos yang digunakan dalam PAPI hanya merupakan ilustrasi dan tidak bersifat
mengikat. Dengan demikian bank dapat mengembangkan metode pencatatan dan
pembukuan sesuai sistem masing-masing sepanjang memberikan hasil akhir yang tidak
berbeda. Ilustrasi jurnal yang dicantumkan dalam PAPI menggambarkan akuntansi
secara manual dan tidak ada transaksi antar kantor/cabang.
2. Transaksi bank yang dicantumkan pada PAPI diprioritaskan pada transaksi yang umum
terjadi pada setiap bank.
3. PAPI secara periodik akan dievaluasi dan disesuaikan dengan perkembangan bisnis dan
produk perbankan, ketentuan PSAK, ketentuan Bank Indonesia, IAS/IFRS, dan ketentuan
lainnya yang terkait dengan sektor perbankan.
Bab II
Laporan Keuangan
A. Kerangka Dasar
1. Tujuan laporan keuangan
Tujuan laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi tentang posisi keuangan,
kinerja, perubahan ekuitas, arus kas dan informasi lainnya yang bermanfaat bagi
pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan ekonomi serta menunjukkan
pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan
kepada mereka.
2. Tanggung jawab atas laporan keuangan
Manajemen bertanggung jawab atas penyusunan dan penyajian laporan keuangan.
3. Komponen laporan keuangan
Laporan keuangan yang lengkap terdiri dari: neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan
ekuitas, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan.
4. Bahasa laporan keuangan
Laporan keuangan harus disusun dalam bahasa Indonesia. Jika laporan keuangan
juga disusun dalam bahasa lain selain dari bahasa Indonesia, maka laporan keuangan
dalam bahasa lain tersebut harus memuat informasi dan waktu yang sama (tanggal
posisi dan cakupan periode). Selanjutnya, laporan keuangan dalam bahasa lain tersebut
harus diterbitkan dalam waktu yang sama dengan laporan keuangan dalam bahasa
Indonesia.
5. Mata uang pelaporan
Pelaporan harus dinyatakan dalam mata uang rupiah. Apabila transaksi bank mengguna-
kan mata uang lain selain dari rupiah maka laporan tersebut harus dijabarkan dalam
mata uang rupiah dengan menggunakan kurs laporan yang ditetapkan oleh Bank
Indonesia.
Keuntungan atau kerugian dalam periode berjalan yang terkait dengan transaksi dalam
mata uang asing dinilai dengan menggunakan kurs laporan yang ditetapkan oleh Bank
Indonesia.
6. Kebijakan akuntansi
Kebijakan tersebut harus mencerminkan prinsip kehati-hatian dan mencakup semua hal
yang material dan sesuai dengan ketentuan dalam PSAK. Apabila PSAK belum mengatur
masalah pengakuan, pengukuran, penyajian atau pengungkapan dari suatu transaksi
atau peristiwa, maka manajemen harus menetapkan kebijakan untuk memastikan
bahwa laporan keuangan menyajikan informasi:
a. relevan terhadap kebutuhan para pengguna laporan untuk pengambilan keputusan;
dan
b. dapat diandalkan, dengan pengertian:
1) mencerminkan kejujuran penyajian hasil dan posisi keuangan perusahaan;
2) menggambarkan substansi ekonomi dari suatu kejadian atau transaksi dan
tidak semata-mata bentuk hukumnya;
3) netral, yaitu bebas dari keberpihakan;
4) mencerminkan kehati-hatian; dan
5) mencakup semua hal yang material.
Manajemen menggunakan pertimbangannya untuk menetapkan kebijakan akuntansi
yang memberikan informasi bermanfaat bagi pengguna laporan keuangan. Dalam
melakukan pertimbangan tersebut manajemen memperhatikan:
a. persyaratan dan pedoman PSAK yang mengatur hal-hal yang mirip dengan masalah
terkait;
b. definisi, kriteria pengakuan dan pengukuran aset, kewajiban, penghasilan dan
beban yang ditetapkan dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan
Keuangan (KDPPLK); dan
c. pernyataan yang dibuat oleh badan pembuat standar lain dan praktik industri yang
lazim sepanjang konsisten dengan huruf a dan b.
7. Penyajian
a. Laporan keuangan harus menyajikan secara wajar posisi keuangan, kinerja
keuangan, perubahan ekuitas, dan arus kas disertai pengungkapan yang diharuskan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
b. Aset disajikan berdasarkan karakteristiknya menurut urutan likuiditas, sedangkan
kewajiban disajikan menurut urutan jatuh temponya.
c. Saldo transaksi sehubungan dengan kegiatan operasi normal bank, disajikan dan
diungkapkan secara terpisah antara pihak-pihak yang mempunyai hubungan
sejenis dari aset, kewajiban, ekuitas, pendapatan, dan beban. Agar laporan keuangan
konsolidasi dapat menyajikan informasi keuangan dari kelompok perusahaan tersebut
sebagai satu kesatuan ekonomi, maka perlu dilakukan langkah-langkah berikut:
a. Transaksi dan saldo resiprokal antara induk perusahaan dan anak perusahaan harus
dieliminasi.
b. Keuntungan dan kerugian yang belum direalisasi, yang timbul dari transaksi antara
bank dan anak perusahaan harus dieliminasi.
c. Untuk tujuan konsolidasi, tanggal laporan keuangan anak perusahaan pada
dasarnya harus sama dengan tanggal laporan keuangan bank. Apabila tanggal
laporan keuangan tersebut berbeda maka laporan keuangan konsolidasi per tanggal
laporan keuangan bank masih dapat dilakukan sepanjang:
1) perbedaan tanggal pelaporan tersebut tidak lebih dari 3 (tiga) bulan; dan
2) peristiwa atau transaksi material yang terjadi di antara tanggal pelaporan
tersebut diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan konsolidasi.
d. Laporan keuangan konsolidasi disusun dengan menggunakan kebijakan akuntansi
yang sama untuk transaksi, peristiwa dan keadaan yang sama atau sejenis.
e. Hak minoritas (minority interest) harus disajikan tersendiri dalam neraca konsolidasi
antara kewajiban dan modal sedangkan hak minoritas dalam laba disajikan dalam
laporan laba rugi konsolidasi.
Bab III
Penjelasan Umum
A. Aset Keuangan
1. Kategori Aset Keuangan
a. Diukur pada Nilai Wajar melalui Laporan Laba Rugi
Aset keuangan yang memenuhi salah satu kondisi berikut:
1) Diklasifikasikan dalam kategori Diperdagangkan, yaitu:
a) Diperoleh atau dimiliki terutama untuk tujuan dijual atau dibeli
kembali dalam waktu dekat (lazimnya 90 hari);
b) Merupakan bagian dari portofolio instrumen keuangan tertentu yang
dikelola bersama dan terdapat bukti mengenai pola ambil untung
dalam jangka pendek (short term profit taking); atau
c) Merupakan derivatif (kecuali derivatif yang merupakan kontrak jaminan
keuangan atau instrumen lindung nilai yang ditetapkan dan efektif).
Istilah diperdagangkan umumnya mencerminkan aktivitas pembelian dan
penjualan yang bersifat aktif dan berulang, dan instrumen keuangan yang
diklasifikasikan dalam kategori Diperdagangkan umumnya digunakan untuk
tujuan memperoleh laba atau fluktuasi harga jangka pendek atau marjin.
2) Pada saat pengakuan awal telah ditetapkan bank untuk diukur pada nilai
wajar melalui laporan laba rugi (fair value option/FVO).
Keputusan bank untuk menetapkan aset keuangan atau kewajiban
keuangan untuk diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi serupa
dengan pilihan kebijakan akuntansi.
FVO hanya dapat digunakan:
a) Untuk pengukuran instrumen yang digabungkan atau instrumen
campuran (combined/hybrid instrument) yang mengandung satu atau
lebih derivatif melekat yang ditetapkan oleh bank untuk diukur pada
nilai wajar melalui laporan laba rugi.
oleh bank ditetapkan sebagai aset keuangan yang Diukur pada Nilai
Wajar melalui Laporan Laba Rugi;
b) Aset keuangan yang pada saat pengakuan awal ditetapkan dalam
kategori Tersedia untuk Dijual; atau
c) Aset keuangan dalam hal pemilik mungkin tidak akan memperoleh
kembali investasi awal secara substansial selain yang disebabkan
oleh penurunan kualitas aset keuangan, dan diklasifikasikan dalam
kategori Tersedia untuk Dijual.
2) Aset keuangan yang dapat memenuhi definisi aset keuangan dalam
kategori Pinjaman yang Diberikan dan Piutang antara lain mencakup:
a) Kredit yang diberikan, baik yang berasal dari pembelian maupun
penerbitan oleh bank sendiri;
b) Piutang usaha;
c) Penempatan pada Bank Indonesia;
d) Penempatan pada bank lain; dan
e) Penempatan dalam bentuk saham preferen di bank lain dengan pem-
bayaran tetap atau telah ditentukan, tidak dikuotasikan di pasar aktif,
dan tidak memenuhi definisi instrumen ekuitas sebagaimana diatur
dalam PSAK 50 (Revisi 2006) tentang Instrumen Keuangan: Penyajian
dan Pengungkapan.
3) Tidak termasuk aset keuangan dalam kategori Pinjaman yang Diberikan
dan Piutang antara lain mencakup:
a) Aset keuangan dimana bank tidak akan dapat memperoleh kembali
seluruh investasi awalnya selain karena penurunan kualitas kreditnya.
Misalnya, investasi dalam fixed rate interest only strip yang dibeli
melalui transaksi sekuritisasi dan merupakan subyek dari risiko
pelunasan dipercepat;
b) Investasi dalam reksadana atau yang serupa; dan
c) Investasi dalam instrumen utang yang dicatatkan di pasar aktif.
4) Perbedaan utama antara kategori Pinjaman yang Diberikan dan Piutang
dengan kategori aset keuangan lainnya adalah bahwa kategori Pinjaman
yang Diberikan dan Piutang bukan merupakan subyek dari tainting rule
yang berlaku bagi kategori Dimiliki Hingga Jatuh Tempo.
(2) dalam hal aset keuangan tidak memiliki jatuh tempo yang tetap,
maka keuntungan atau kerugian tetap diakui dalam ekuitas
sampai aset keuangan tersebut dijual atau dilepaskan dan pada
saat itu keuntungan atau kerugian diakui pada laporan laba rugi.
c) Nilai wajar aset keuangan pada tanggal reklasifikasi menjadi biaya
perolehan yang baru atau biaya perolehan diamortisasi, mana yang
dapat diterapkan.
B. Kewajiban Keuangan
Kewajiban keuangan dapat dikategorikan sebagai:
1. Diukur pada Nilai Wajar melalui Laporan Laba Rugi
a. Kewajiban keuangan yang memenuhi salah satu kondisi yang sama dengan
kondisi penetapan aset keuangan dalam kategori Diukur pada Nilai Wajar
melalui Laporan Laba Rugi.
b. Kewajiban keuangan yang masuk kategori Diperdagangkan antara lain men-
cakup:
1) Kewajiban derivatif yang tidak dilaporkan sebagai instrumen lindung
nilai;
2) Kewajiban untuk menyerahkan aset keuangan yang dipinjam oleh short
seller, yaitu bank yang menjual aset keuangan yang dipinjamnya meski
belum memiliki aset tersebut;
3) Kewajiban keuangan yang diterbitkan dengan suatu intensi untuk dibeli
kembali dalam waktu dekat (misalnya instrumen utang yang memiliki
pasar aktif, dimana penerbitnya dapat membeli kembali instrumen ter-
sebut dalam waktu dekat, tergantung pada perubahan nilai wajarnya);
dan
4) Kewajiban keuangan yang merupakan bagian dari portofolio instrumen
keuangan tertentu yang dikelola bersama-sama dan atas bagian tersebut
ditemukan bukti adanya pola ambil untung jangka pendek terkini.
2. Kewajiban lainnya
Kewajiban keuangan selain yang memenuhi kriteria kewajiban keuangan dalam
kategori Diukur pada Nilai Wajar melalui Laporan Laba Rugi.
2. Ketentuan Transisi
A. Penerapan Secara Prospektif
PAPI diterapkan secara prospektif untuk penyusunan laporan keuangan yang dimulai
pada 1 Januari 2010. Penerapan secara prospektif dilakukan untuk transaksi yang
dilakukan mulai 1 Januari 2010. Sedangkan untuk transaksi yang terjadi sebelum 1
Januari 2010 dan masih memiliki saldo pada 1 Januari 2010, maka perlakuan akuntansi
sebagai berikut:
1. Instrumen keuangan selain surat berharga
Pengukuran
Kategori Pengukuran Awal Keterangan
Selanjutnya
- Nilai tercatat pada 1 Januari 2010
Diukur pada
dianggap sebagai harga perolehan
Nilai Wajar
Nilai tercatat 1 (deemed cost).
melalui Nilai wajar
Januari 2010 - Saldo biaya transaksi dan premi/diskon
Laporan Laba
pada 1 Januari 2010 langsung diakui
Rugi
dalam laporan laba rugi.
- Nilai tercatat pada 1 Januari 2010
dianggap sebagai harga perolehan
(deemed cost).
Tersedia
Nilai wajar - Biaya transaksi dan premi/diskonto
untuk Dijual
yang telah diakui dalam laporan
laba rugi periode sebelumnya tidak
Nilai tercatat 1 dilakukan jurnal balik.
Januari 2010
Pinjaman ditambah/dikurangi - Nilai tercatat pada 1 Januari 2010
yang biaya transaksi dan dianggap sebagai harga perolehan
Diberikan dan premi/diskonto yang (deemed cost).
Biaya
Piutang belum diamortisasi - Biaya transaksi dan premi/diskonto
perolehan
(nilai tercatat awal) yang telah diakui dalam laporan
yang
laba rugi periode sebelumnya tidak
diamortisasi
Dimiliki dilakukan jurnal balik.
dengan suku
Hingga Jatuh - Suku bunga efektif dihitung
bunga efektif
Tempo berdasarkan arus kas masa depan
setelah 1 Januari 2010 terhadap nilai
tercatat awal.
Dampak reklasifikasi pada 1 Januari 2010 diakui dalam laporan laba rugi atau
ekuitas tahun 2010 dan pengukuran awal adalah sebagai berikut:
Dampak
Reklasifikasi Dampak
Terhadap Nilai Tercatat Awal Setelah
Terhadap
Laporan Reklasifikasi
Ekuitas
Dari Ke Laba Rugi
Diukur pada Nilai - Nilai tercatat pada 1 Januari
Wajar melalui 2010 dianggap sebagai harga
Laporan Laba perolehan (deemed cost).
Rugi - - - Saldo biaya transaksi dan
premi/diskon pada 1 Januari
2010 langsung diakui dalam
laporan laba rugi.
Tersedia untuk - Nilai tercatat pada 1 Januari
Dijual 2010 dianggap sebagai harga
perolehan (deemed cost).
- Biaya transaksi dan premi/dis-
- -
konto yang telah diakui dalam
laporan laba rugi periode sebe-
Diperda-
lumnya tidak dilakukan jurnal
gangkan
balik.
Dimiliki Hingga - Nilai tercatat pada 1 Januari
Jatuh Tempo 2010 dianggap sebagai harga
Pinjaman yang perolehan (deemed cost).
Diberikan dan - Biaya transaksi dan premi/dis-
Piutang konto yang telah diakui dalam
laporan laba rugi periode
- -
sebelumnya tidak dilakukan
jurnal balik.
- Suku bunga efektif dihitung
berdasarkan arus kas masa
depan setelah 1 Januari 2010
terhadap nilai tercatat awal.
Saldo selisih penilaian dike-
Diukur pada Nilai
luarkan dari ekuitas dan diakui
Wajar melalui La- Sda
langsung pada laporan laba
poran Laba Rugi
rugi
Tersedia Tersedia untuk
- - Sda
untuk Dijual
Dijual Dimiliki Hingga
Saldo selisih penilaian di ekui- Sda
Jatuh Tempo
tas diamortisasi dan diakui
Pinjaman yang pada laporan laba rugi sampai
Diberikan dan dengan jatuh tempo Sda
Piutang
Reklasifikasi Dampak
Dampak
Terhadap Nilai Tercatat Awal Setelah
Terhadap
Dari Ke Laporan Reklasifikasi
Ekuitas
Laba Rugi
Diukur pada Nilai Selisih antara
Wajar melalui nilai wajar dan
Laporan Laba nilai tercatat
Rugi diakui secara - Sda
langsung
pada laporan
laba rugi
Dimiliki
Hingga Tersedia untuk Selisih antara
Jatuh dijual nilai wajar dan
Tempo - nilai tercatat Sda
diakui pada
ekuitas
Dimiliki Hingga
- - Sda
Jatuh Tempo
Pinjaman yang
Diberikan dan - - Sda
Piutang
Bab IV
Surat Berharga
1. Surat Berharga
A. Definisi
1. Surat berharga adalah surat pengakuan utang, wesel, obligasi, sekuritas kredit,
atau setiap derivatifnya, atau kepentingan lain, atau suatu kewajiban dari penerbit,
dalam bentuk yang lazim diperdagangkan dalam pasar modal dan pasar uang.
2. Efek beragun aset adalah surat berharga yang diterbitkan oleh penerbit berdasarkan
aset keuangan yang dialihkan oleh kreditur asal.
3. Reksa dana adalah wadah yang digunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat
pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer
investasi.
4. Obligasi konversi (convertible bond) adalah obligasi yang mengandung fitur opsi
konversi (convertible option) yang memberikan hak kepada pembeli obligasi untuk
mengkonversi obligasi ke dalam sejumlah saham tertentu pada tanggal yang telah
ditetapkan dan harga konversi yang telah disepakati.
5. Nilai wajar adalah nilai dimana suatu aset dapat dipertukarkan atau suatu kewajiban
diselesaikan antara pihak yang memahami dan berkeinginan untuk melakukan
transaksi wajar (arm’s length transaction).
B. Dasar Pengaturan
1. Entitas mengakui aset keuangan atau kewajiban keuangan pada neraca, jika
dan hanya jika, entitas tersebut menjadi salah satu pihak dalam ketentuan pada
kontrak instrumen tersebut (lihat paragraf 38 yang berkaitan dengan pembelian
aset keuangan yang lazim (reguler)). (PSAK 55: Paragraf 14)
2. Pembelian atau penjualan aset keuangan yang lazim (reguler) diakui dan dihentikan
pengakuannya menggunakan salah satu di antara akuntansi tanggal perdagangan
atau akuntansi tanggal penyelesaian (lihat Pedoman Aplikasi paragraf PA68–PA71).
(PSAK 55: Paragraf 38)
3. Pembelian atau penjualan yang lazim (reguler) aset keuangan diakui menggunakan
akuntansi tanggal perdagangan atau akuntansi tanggal penyelesaian sebagaimana
dijabarkan dalam paragraf PA70 dan PA71. Metode yang digunakan diterapkan
secara konsisten terhadap seluruh pembelian dan penjualan aset keuangan
yang masuk dalam kategori aset keuangan yang sama sebagaimana didefinisikan
dalam paragraf 8. Untuk tujuan ini, aset yang diklasifikasikan dalam kelompok
diperdagangkan membentuk kategori yang terpisah dari aset yang ditetapkan
untuk diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi. (PSAK 55: PA68)
4. Pada saat pengakuan awal aset keuangan atau kewajiban keuangan, entitas
mengukur pada nilai wajarnya. Dalam hal aset keuangan atau kewajiban keuangan
tidak diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi, nilai wajar tersebut ditambah
biaya transaksi yang dapat diatribusikan secara langsung dengan perolehan atau
penerbitan aset keuangan atau kewajiban keuangan tersebut. (PSAK 55: Paragraf
43)
5. Biaya perolehan diamortisasi dari aset keuangan atau kewajiban keuangan adalah
jumlah aset keuangan atau kewajiban keuangan yang diukur pada saat pengakuan
awal dikurangi pembayaran pokok, ditambah atau dikurangi dengan amortisasi
kumulatif menggunakan metode suku bunga efektif yang dihitung dari selisih
antara nilai awal dan nilai jatuh temponya, dan dikurangi penurunan (baik secara
langsung maupun menggunakan perkiraan cadangan) untuk penurunan nilai atau
nilai yang tidak dapat ditagih. (PSAK 55: Paragraf 8)
6. Bukti terbaik dari nilai wajar adalah harga kuotasi di pasar yang aktif. Apabila pasar
untuk suatu instrumen keuangan tidak aktif, entitas menetapkan nilai wajar dengan
menggunakan teknik penilaian... (PSAK 55: Paragraf 49)
7. Nilai wajar aset keuangan pada saat pengakuan awal biasanya sama dengan harga
transaksinya (yaitu nilai wajar pembayaran yang diserahkan atau diterima, lihat
juga paragraf 91)... (PSAK 55: PA 79)
8. ...Biaya transaksi meliputi fee dan komisi yang dibayarkan pada para agen (termasuk
karyawan yang berperan sebagai agen penjual/selling agent), konsultan, perantara
efek dan pedagang efek; pungutan wajib yang dilakukan oleh pihak regulator dan
bursa efek, serta pajak dan bea yang dikenakan atas transfer yang dilakukan. Biaya-
biaya transaksi tidak termasuk premium atau diskonto utang, biaya pendanaan
(financing costs), atau biaya administrasi internal atau biaya penyimpanan (holding
costs). (PSAK 55: PA26)
9. Aset keuangan atau kewajiban keuangan yang dinilai pada nilai wajar melalui
laporan laba rugi adalah aset keuangan atau kewajiban keuangan yang memenuhi
salah satu kondisi berikut ini:
a. Diklasifikasikan dalam kelompok diperdagangkan, yaitu jika:
(i) diperoleh atau dimiliki terutama untuk tujuan dijual atau dibeli kembali
dalam waktu dekat;
(ii) merupakan bagian dari portofolio instrumen keuangan tertentu yang
dikelola bersama dan terdapat bukti mengenai pola ambil untung dalam
jangka pendek (short term profit taking); atau
(iii) merupakan derivatif (kecuali derivatif yang merupakan kontrak jaminan
keuangan atau sebagai instrumen lindung nilai yang ditetapkan dan
efektif).
b. Pada saat pengakuan awal telah ditetapkan oleh entitas untuk diukur pada
nilai wajar melalui laporan laba rugi. Entitas dapat menggunakan penetapan
ini hanya bila memenuhi paragraf 11, atau ketika melakukannya akan
menghasilkan informasi yang lebih relevan, karena:
(i) mengeliminasi atau mengurangi secara signifikan ketidak-konsistenan
pengukuran dan pengakuan (kadang diistilahkan sebagai accounting
mismatch) yang dapat timbul dari pengukuran aset atau kewajiban atau
pengakuan keuntungan dan kerugian karena penggunaan dasar-dasar
yang berbeda; atau
(ii) kelompok aset keuangan, kewajiban keuangan atau keduanya dikelola dan
kinerjanya dievaluasi berdasarkan nilai wajar, sesuai dengan manajemen
risiko atau strategi investasi yang didokumentasikan, dan informasi tentang
kelompok tersebut disediakan secara internal kepada manajemen kunci dari
entitas (sebagaimana didefinisikan dalam PSAK 7 tentang Pengungkapan
Pihak-pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa), misalnya Direksi. (PSAK
55: Paragraf 8)
10. Investasi yang dimiliki hingga jatuh tempo adalah aset keuangan non derivatif
dengan pembayaran tetap atau telah ditentukan dan jatuh temponya telah
ditetapkan, serta entitas mempunyai intensi positif dan kemampuan untuk memiliki
aset keuangan tersebut hingga jatuh tempo (lihat Pedoman Aplikasi paragraf PA29–
PA38), kecuali:
13. Pinjaman yang diberikan dan piutang adalah aset keuangan non derivatif dengan
pembayaran tetap atau telah ditentukan dan tidak mempunyai kuotasi di pasar
aktif... Kepemilikan atas kelompok aset yang bukan merupakan pinjaman yang
diberikan atau piutang (seperti kepemilikan atas Reksadana atau yang serupa)
tidak dapat diklasifikasikan sebagai pinjaman yang diberikan atau piutang. (PSAK
55: Paragraf 8)
14. Aset keuangan non derivatif dengan pembayaran yang telah ditetapkan atau
pembayaran yang dapat ditentukan (termasuk aset pinjaman yang diberikan,
piutang dagang, investasi dalam instrumen utang, dan simpanan pada bank) dapat
berpotensi untuk memenuhi definisi pinjaman yang diberikan dan piutang. Namun,
suatu aset keuangan yang memiliki kuotasi di pasar aktif (seperti instrumen utang
yang memiliki kuotasi di Bursa, lihat paragraf PA86) tidak memenuhi kriteria
untuk diklasifikasikan sebagai suatu pinjaman yang diberikan atau piutang. Aset
keuangan yang tidak memenuhi definisi pinjaman yang diberikan dan piutang
dapat diklasifikasikan sebagai investasi dalam kelompok dimiliki hingga jatuh tempo
apabila aset keuangan memenuhi persyaratan/kriteria untuk pengklasifikasian
tersebut (lihat paragraf 8 dan PA29–PA38)... (PSAK 55: PA39).
15. Aset keuangan yang diklasifikasikan dalam kelompok tersedia untuk dijual adalah
aset keuangan non derivatif yang ditetapkan sebagai tersedia untuk dijual atau
yang tidak diklasifikasikan sebagai (a) pinjaman yang diberikan atau piutang, (b)
investasi yang diklasifi kasikan dalam kelompok dimiliki hingga jatuh tempo, atau
(c) aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi. (PSAK 55:
Paragraf 8)
16. Jika suatu aset keuangan tersedia untuk dijual memiliki pembayaran tetap atau
yang telah ditentukan, maka biaya-biaya transaksi diamortisasi ke laporan laba rugi
menggunakan metode suku bunga efektif. Jika suatu aset keuangan tersedia untuk
dijual memiliki pembayaran tetap atau yang telah ditentukan, maka biaya-biaya
transaksi diakui dalam laporan laba rugi apabila aset tersebut kemudian dihentikan
pengakuannya atau mengalami penurunan nilai. (PSAK 55: PA82)
17. ... Untuk aset keuangan tersedia untuk dijual, biaya transaksi diakui dalam ekuitas
sebagai bagian dari perubahan nilai wajar pada penilaian kembali. Jika aset
keuangan tersedia untuk dijual memiliki pembayaran tetap atau telah ditentukan
dan tidak memiliki jangka waktu yang tidak terbatas, maka biaya transaksi
diamortisasi ke dalam laporan laba rugi menggunakan metode suku bunga efektif.
Jika aset keuangan tersedia untuk dijual tidak memiliki pembayaran tetap atau telah
ditentukan dan memiliki jangka waktu yang tidak terbatas, maka biaya transaksi
diakui dalam laporan laba rugi ketika aset tersebut dihentikan pengakuannya atau
mengalami penurunan nilai. (Panduan Implementasi No.2: E.1.1)
18. Instrumen keuangan dianggap memiliki kuotasi di pasar aktif, jika harga yang
dikuotasikan tersedia sewaktu-waktu dan dapat diperoleh secara rutin dari bursa,
pedagang efek (dealer), perantara efek (broker), kelompok industri, badan pengawas
(pricing service or regulatory agency), dan harga tersebut mencerminkan transaksi
pasar yang aktual dan rutin dalam suatu transaksi yang wajar. (PSAK 55: PA86)
19. Kuotasi harga pasar yang sesuai bagi aset yang dimiliki atau kewajiban yang akan
diterbitkan biasanya sama dengan harga penawaran yang berlaku, sementara untuk
aset yang akan diperoleh atau kewajiban yang dimiliki adalah harga permintaanya.
Jika entitas memiliki aset yang dan kewajiban dimana risiko pasarnya saling hapus,
maka entitas dapat menggunakan nilai tengah dari harga pasar sebagai dasar untuk
menentukan nilai wajar posisi risiko yang saling hapus tersebut dan menerapkan
harga penawaran atau harga permintaan terhadap posisi terbuka neto, mana yang
lebih sesuai. Apabila harga penawaran dan harga permintaan tidak tersedia, maka
harga yang digunakan dalam transaksi terkini memberi bukti mengenai nilai wajar
saat ini, sepanjang kondisi ekonomi tidak mengalami perubahan yang signifikan
sejak transaksi tersebut terjadi. (PSAK 55: PA87)
20. Setelah pengakuan awal, entitas mengukur aset keuangan, termasuk derivatif yang
diakui sebagai aset, pada nilai wajarnya, tanpa harus dikurangi biaya transaksi yang
mungkin timbul saat penjualan, atau pelepasan lain... (PSAK 55: Paragraf 46)
21. Metode suku bunga efektif adalah metode yang digunakan untuk menghitung
biaya perolehan diamortisasi dari aset keuangan atau kewajiban keuangan
(atau kelompok aset keuangan atau kewajiban keuangan) dan metode untuk
mengalokasikan pendapatan bunga atau beban bunga selama periode yang
relevan. Suku bunga efektif adalah suku bunga yang secara tepat mendiskontokan
estimasi pembayaran atau penerimaan kas di masa datang selama perkiraan umur
dari instrumen keuangan, atau jika lebih tepat, digunakan periode yang lebih
singkat untuk memperoleh nilai tercatat bersih dari aset keuangan atau kewajiban
keuangan. Pada saat menghitung suku bunga efektif, entitas mengestimasi arus
kas dengan mempertimbangkan seluruh persyaratan kontraktual dalam instrumen
keuangan tersebut (seperti pelunasan dipercepat, opsi beli (call option) dan opsi
serupa lainnya), namun tidak mempertimbangkan kerugian kredit di masa datang.
Perhitungan ini mencakup seluruh komisi dan bentuk lain yang dibayarkan atau
diterima oleh para pihak dalam kontrak yang merupakan bagian tak terpisahkan
dari suku bunga efektif (lihat PSAK 23: Pendapatan), biaya transaksi, dan seluruh
premium atau diskonto lainnya... (PSAK 55: Paragraf 8)
22. Jika, karena perubahan intensi atau kemampuan entitas, instrumen tersebut
tidak tepat lagi diklasifikasikan sebagai investasi dalam kelompok dimiliki hingga
jatuh tempo, maka investasi tersebut harus direklasifikasi menjadi investasi dalam
kelompok tersedia untuk dijual dan diukur kembali pada nilai wajarnya... (PSAK 55:
Paragraf 52)
23. Jika terjadi penjualan atau reklasifikasi atas investasi dalam kelompok dimiliki
hingga jatuh tempo dalam jumlah yang lebih dari jumlah yang tidak signifikan yang
tidak memenuhi salah satu kriteria paragraf 8, maka sisa investasi dalam kelompok
dimiliki hingga jatuh tempo harus direklasifikasikan menjadi investasi dalam
kelompok tersedia untuk dijual (tainting rule)... (PSAK 55: Paragraf 53)
24. Jika entitas merevisi estimasi pembayaran atau penerimaannya, maka entitas
menyesuaikan nilai tercatat aset keuangan atau kewajiban keuangan (atau kelompok
instrumen keuangan) untuk mencerminkan arus kas aktual dan arus kas estimasi
yang telah direvisi. Entitas menghitung kembali nilai tercatat dengan menghitung
nilai kini dari estimasi arus kas masa datang menggunakan suku bunga efektif awal
dari instrumen keuangan tersebut. Penyesuaian ini diakui sebagai pendapatan atau
beban dalam laporan laba rugi. (PSAK 55: PA20)
25. Untuk aset keuangan dan kewajiban keuangan yang dicatat pada biaya perolehan
diamortisasi (lihat paragraf 46 dan 47), keuntungan atau kerugian diakui pada
laporan laba rugi ketika aset keuangan atau kewajiban keuangan tersebut
dihentikan pengakuannya atau mengalami penurunan nilai, dan melalui proses
amortisasi... (PSAK 55: Paragraf 57)
26. Pada setiap tanggal neraca entitas mengevaluasi apakah terdapat bukti yang obyektif
bahwa aset keuangan atau kelompok aset keuangan mengalami penurunan nilai.
Jika terdapat bukti tersebut, maka entitas harus menerapkan paragraf 64 (untuk
aset keuangan yang ditatat pada biaya perolehan yang diamortisasi), paragraf 67
(untuk aset keuangan yang dicatat pada biaya perolehan), atau paragraf 68 (untuk
aset keuangan yang diklasifikaskan dalam kelompok tersedia untuk dijual) untuk
menentukan jumlah kerugian dari penurunan nilai tersebut. (PSAK 55: Paragraf
59)
27. Aset keuangan atau kelompok aset keuangan diturunkan nilainya dan kerugian penu-
runan nilai telah terjadi, jika dan hanya jika, terdapat bukti yang obyektif mengenai
penurunan nilai tersebut sebagai akibat dari satu atau lebih peristiwa yang terjadi
setelah pengakuan awal aset tersebut (peristiwa yang merugikan), dan peristiwa
yang merugikan tersebut berdampak pada estimasi arus kas masa depan atas aset
keuangan atau kelompok aset keuangan yang dapat diestimasi secara handal. Sulit
untuk mengidentifikasi satu peristiwa tertentu yang menyebabkan penurunan nilai.
Penurunan nilai pada dasarnya disebabkan oleh dampak kombinasi dari beberapa
peristiwa. Kerugian yang diperkirakan timbul akibat peristiwa di masa datang tidak
dapat diakui, terlepas hal tersebut sangat mungkin terjadi. Bukti obyektif bahwa
aset keuangan atau kelompok aset keuangan mengalami penurunan nilai meliputi
data yang dapat diobservasi yang menjadi perhatian dari pemegang aset tersebut
mengenai peristiwa-peristiwa yang merugikan berikut ini:
a. kesulitan keuangan signifikan yang dialami penerbit atau pihak peminjam;
b. pelanggaran kontrak, seperti terjadinya wanprestasi atau tunggakan pem-
bayaran pokok atau bunga;
c. pihak pemberi pinjaman, dengan alasan ekonomi atau hukum sehubungan
dengan kesulitan keuangan yang dialami pihak peminjam, memberikan
keringanan (konsesi) pada pihak peminjam yang tidak mungkin diberikan jika
pihak peminjam tidak mengalami kesulitan tersebut;
d. terdapat kemungkinan bahwa pihak peminjam akan dinyatakan pailit atau
melakukan reorganisasi keuangan lainnya;
e. hilangnya pasar aktif dari aset keuangan akibat kesulitan keuangan; atau
f. data yang dapat diobservasi mengindikasikan adanya penurunan yang dapat
diukur atas estimasi arus kas masa datang dari kelompok aset keuangan
30. Jika, pada periode berikutnya, jumlah kerugian penurunan nilai berkurang dan
pengurangan tersebut dapat dikaitkan secara obyektif pada peristiwa yang terjadi
setelah penurunan nilai diakui (seperti meningkatnya peringkat kredit penerbit),
maka kerugian penurunan nilai yang sebelumnya diakui harus dipulihkan, baik
secara langsung, atau dengan menyesuaikan pos cadangan. Pemulihan tersebut
tidak boleh mengakibatkan nilai tercatat aset keuangan melebihi biaya perolehan
diamortisasi sebelum adanya pengakuan penurunan nilai pada tanggal pemulihan
dilakukan. Jumlah pemulihan aset keuangan diakui pada laporan laba rugi. (PSAK
55: Paragraf 66)
31. Ketika penurunan nilai wajar atas aset keuangan yang diklasifikasikan dalam
kelompok tersedia untuk dijual telah diakui secara langsung dalam ekuitas dan
terdapat bukti obyektif bahwa aset tersebut mengalami penurunan nilai (lihat
paragraf 60), maka kerugian kumulatif yang sebelumnya diakui secara langsung
dalam ekuitas harus dikeluarkan dari ekuitas dan diakui pada laporan laba rugi
meskipun aset keuangan tersebut belum dihentikan pengakuannya. (PSAK 55:
Paragraf 68)
32. Jika, pada periode berikutnya, nilai wajar instrumen utang yang diklasifikasikan
dalam kelompok tersedia untuk dijual meningkat dan peningkatan tersebut dapat
secara obyektif dihubungkan dengan peristiwa yang terjadi setelah pengakuan
kerugian penurunan nilai pada laporan laba rugi, maka kerugian penurunan nilai
tersebut harus dipulihkan melalui laporan laba rugi. (PSAK 55: Paragraf 71)
33. Penghentian pengakuan adalah pengeluaran aset keuangan atau kewajiban
keuangan yang sebelumnya telah diakui dari neraca entitas. (PSAK 55: Paragraf 8)
34. Entitas menghentikan pengakuan aset keuangan, jika dan hanya jika:
a. hak kontraktual atas arus kas yang berasal dari aset keuangan tersebut berakhir;
atau
b. entitas mentransfer aset keuangan seperti dijelaskan pada paragraf 18 dan
19, dan transfer tersebut memenuhi kriteria penghentian pengakuan pada
paragraf 20. (PSAK 55: Paragraf 17)
35. Jika entitas mentransfer aset keuangan yang memenuhi kriteria penghentian
pengakuan untuk keseluruhan nilainya dan entitas tersebut masih memiliki hak
pengelolaan atas aset keuangan tersebut dengan imbalan tertentu (fee), maka
entitas mengakui kontrak pengelolaan tersebut sebagai aset jasa pengelolaan atau
kewajiban jasa pengelolaan. Jika imbalan (fee) yang akan diterima diperkirakan
tidak dapat secara memadai mengkompensasi penyediaaan jasa yang diberikan,
maka kewajiban jasa pengelolaan untuk kewajiban penyediaan jasa tersebut diakui
pada nilai wajar. Jika imbalan (fee) yang akan diterima diperkirakan lebih dari cukup
untuk mengkompensasi penyediaan jasa yang diberikan, maka aset jasa pengelolaan
diakui sebagai hak jasa pengelolaan dengan jumlah yang ditentukan berdasarkan
alokasi dari nilai tercatat aset keuangan yang lebih besar sesuai dengan paragraf
27. (PSAK 55: Paragraf 24)
C. Penjelasan
1. Surat berharga yang dapat dimiliki bank mengikuti peraturan perundang-undangan
dan ketentuan Bank Indonesia yang berlaku.
2. Dalam pengertian surat berharga termasuk, antara lain, Surat Utang Negara,
Sertifikat Bank Indonesia, Efek Beragun Aset (EBA), negosiasi wesel ekspor, credit
links notes, dan reksa dana (termasuk penempatan dana awal bank sebagai sponsor
dalam reksa dana).
3. Dalam pembukuan surat berharga, bank dapat menggunakan tanggal perdagangan
atau tanggal penyelesaian yang harus diterapkan secara konsisten terhadap seluruh
pembelian dan penjualan surat berharga yang masuk dalam kategori yang sama.
Surat berharga yang diklasifikasikan dalam kategori Diperdagangkan membentuk
kategori yang terpisah dari surat berharga yang ditetapkan untuk Diukur pada Nilai
Wajar melalui Laporan Laba Rugi.
Kategori Surat
No. Keterangan
Berharga
1) Surat berharga yang dimiliki/dibeli untuk dijual kem-
bali dalam waktu dekat, dan atau untuk memperoleh
keuntungan jangka pendek.
Diukur pada Nilai 2) Surat berharga yang pada saat dibeli ditetapkan
1 Wajar melalui Lapor- untuk Diukur pada Nilai Wajar melalui Laporan Laba
an Laba Rugi Rugi (fair value option) meskipun tidak dimaksudkan
untuk diperjualbelikan. Untuk dapat diukur pada nilai
wajar tersebut, bank harus memenuhi persyaratan
dalam PSAK 55 dan ketentuan yang berlaku lainnya
mengenai penggunaan fair value option.
1) Surat berharga dengan pembayaran tetap atau telah
ditentukan dan jatuh temponya telah ditetapkan.
Dimiliki Hingga
2 2) Bank memiliki intensi positif dan kemampuan untuk
Jatuh Tempo
memiliki surat berharga tersebut hingga jatuh
tempo.
Pinjaman yang Di- Surat berharga dengan pembayaran tetap atau telah
3
berikan dan Piutang ditentukan dan tidak memiliki kuotasi di pasar aktif.
1) Surat berharga yang pada saat pengakuan awal
ditetapkan dalam kategori Tersedia untuk Dijual.
b. Surat berharga yang dimiliki hingga jatuh tempo terbatas pada surat berharga
utang dengan tujuan memperoleh pendapatan bunga dan surat berharga utang
tersebut baru akan dicairkan pada saat jatuh tempo. Surat berharga utang
tidak boleh diklasifikasikan dalam kategori ini apabila maksud pemilikannya
hanya untuk periode yang tidak ditentukan dan Tersedia untuk Dijual untuk
menghadapi:
7. Instrumen Campuran
Surat berharga yang mengandung derivatif melekat (embedded derivative) me-
rupakan instrumen campuran yang diatur lebih lanjut dalam Bab mengenai
Derivatif.
8. Penurunan Nilai
a. Evaluasi penurunan nilai dilakukan terhadap surat berharga dalam kategori
selain yang Diukur pada Nilai Wajar melalui Laporan Laba Rugi.
b. Evaluasi penurunan nilai untuk surat berharga dapat mengacu pada penurunan
nilai sebagaimana dalam Bab mengenai Kredit.
D. Perlakuan Akuntansi
Pengakuan dan Pengukuran
1. Pada saat pembelian surat berharga, bank mengakui “Surat berharga yang dimiliki”
sebesar nilai wajar, yaitu:
2. Dalam hal surat berharga dibeli di antara tanggal pembayaran bunga, maka
pembayaran bunga tersebut bukan merupakan bagian dari biaya perolehan, tetapi
dimasukkan dalam pos pendapatan bunga yang masih akan diterima.
3. Setelah pembelian surat berharga, bank mencatat “Surat berharga yang dimiliki”
sebagai berikut:
Penyajian
Surat berharga disajikan di neraca sesuai kategori, yaitu:
E. Ilustrasi Jurnal
Surat Berharga yang Diukur pada Nilai Wajar melalui Laporan Laba Rugi (asumsi
menggunakan tanggal penyelesaian)
1. Pada tanggal transaksi
Db. Tagihan komitmen pembelian surat berharga
Kr. Rekening lawan - Tagihan komitmen pembelian surat berharga
2. Pencatatan biaya transaksi terkait pembelian surat berharga
Db/Kr. Beban/pendapatan
Kr/Db. Kas/Rekening.../Giro BI
3. Penyesuaian nilai wajar surat berharga
a. Jika nilai wajar lebih tinggi dari nilai tercatat
Db. Surat berharga - Diukur pada Nilai Wajar melalui Laporan Laba Rugi
Kr. Keuntungan karena peningkatan nilai wajar surat berharga - Diukur pada
Nilai Wajar melalui Laporan Laba Rugi
Surat Berharga yang Dimiliki Hingga Jatuh Tempo (asumsi menggunakan tanggal
perdagangan)
1. Surat berharga dengan sistem diskonto (bunga dibayar dimuka)
a. Pada saat membeli:
Db. Surat berharga - Dimiliki Hingga Jatuh Tempo
Kr. Kas/Rekening.../Giro BI
(Sebesar harga pembelian)
b. Pencatatan biaya transaksi yang dapat diatribusikan:
Db/Kr. Surat berharga – Dimiliki Hingga Jatuh Tempo
Kr/Db. Kas/Rekening.../Giro BI
atau
Db/Kr. Beban/Pendapatan bunga
Kr/Db. Kas/Rekening.../Giro BI
(apabila biaya transaksi tidak perlu diamortisasi)
c. Pada saat amortisasi diskonto dan biaya transaksi
Db/Kr. Surat berharga - Dimiliki Hingga Jatuh Tempo
Kr/Db. Pendapatan bunga
d. Pada saat menjual:
Db. Kas/Rekening.../Giro BI
Kr. Surat berharga - Dimiliki Hingga Jatuh Tempo
Db/Kr. Kerugian/keuntungan penjualan surat berharga
e. Pada saat jatuh tempo:
Db. Kas/Rekening.../Giro BI
Kr. Surat berharga - Dimiliki Hingga Jatuh Tempo
c. Pada saat pengakuan bunga dan amortisasi diskonto dan biaya transaksi:
Db. Pendapatan bunga yang akan diterima
Db/Kr. Surat berharga – Dimiliki Hingga Jatuh Tempo
(sebesar nilai amortisasi biaya transaksi)
Kr. Pendapatan bunga surat berharga
d. Pada saat realisasi penerimaan bunga:
Db. Kas/Rekening.../Giro BI
Kr. Pendapatan bunga yang akan diterima
e. Pada saat penjualan surat berharga
Db. Kas/Rekening.../Giro BI
Db/Kr. Kerugian/keuntungan penjualan surat berharga
Kr. Surat berharga – Dimiliki Hingga Jatuh Tempo
f. Pada saat jatuh tempo:
Db. Kas/Rekening.../Giro BI
Kr. Surat berharga – Dimiliki Hingga Jatuh Tempo
5. Pada saat terdapat bukti obyektif penurunan nilai. Asumsi penurunan nilai terjadi
pada periode berjalan.
a. Membentuk cadangan kerugian penurunan nilai
Db. Kerugian penurunan nilai surat berharga
Kr. Cadangan kerugian penurunan nilai surat berharga
b. Membatalkan pengakuan pendapatan bunga
Db. Pendapatan bunga surat berharga
Db./Kr. Surat berharga – amortised cost
(sebesar nilai amortisasi diskonto dan/atau biaya transaksi)
Kr. Pendapatan bunga yang akan diterima
Catatan:
Jurnal amortisasi dan pembebanan tagihan kepada issuer dijurnal balik jika
penerbit menunggak dan dalam jumlah yang sama dicatat pada catatan
extracomptable.
Penentuan saat penghentian pencatatan pembebanan bunga extracomptable
ditetapkan berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
Dalam hal ketentuan tersebut tidak diatur dalam perundang-undangan, maka
pelaksanaannya diserahkan kepada kebijakan masing-masing bank.
6. Pada saat terdapat bukti obyektif terjadinya peristiwa yang menguntungkan yang
menyebabkan jumlah penurunan nilai berkurang (misalnya meningkatnya issuer
rating).
a. Jika pemulihan penurunan nilai terjadi pada periode berjalan
Db. Cadangan kerugian penurunan nilai surat berharga
Kr. Kerugian penurunan nilai surat berharga
b. jika pemulihan penurunan nilai terjadi setelah tanggal neraca, tetapi sebelum
tanggal penyelesaian laporan keuangan dimana penyesuaian tersebut terjadi
sebelum atau pada tanggal neraca (adjusting subsequent event).
Db. Cadangan kerugian penurunan nilai surat berharga
Kr. Saldo laba
c. jika pemulihan penurunan nilai terjadi setelah tanggal neraca, dan bukan
merupakan adjusting subsequent event.
Db. Cadangan kerugian penurunan nilai surat berharga
Kr. Pendapatan
7. Pada saat penghapusbukuan surat berharga
Db. Cadangan kerugian penurunan nilai surat berharga
Kr. Surat berharga – Dimiliki Hingga Jatuh Tempo
8. Pada saat menerima pembayaran untuk surat berharga yang sudah dihapus buku.
a. Jika penerimaan kembali terjadi pada periode berjalan
Db. Kas/Rekening…/Giro BI
Kr. Kerugian penurunan nilai surat berharga
b. Jika penerimaan kembali terjadi setelah tanggal neraca, tetapi sebelum tanggal
penyelesaian laporan keuangan (adjusting subsequent event).
Db. Kas/Rekening…/Giro BI
Kr. Saldo laba
c. Jika penerimaan kembali terjadi setelah tanggal neraca, dan bukan merupakan
adjusting subsequent event.
Db. Kas/Rekening…/Giro BI
Kr. Pendapatan
Surat berharga yang Tersedia untuk Dijual (asumsi menggunakan tanggal penye-
lesaian)
1. Pada tanggal transaksi
Db. Tagihan komitmen pembelian surat berharga
Kr. Rekening lawan - Tagihan komitmen pembelian surat berharga
2. Pencatatan biaya transaksi terkait pembelian surat berharga
Db. Surat berharga – Tersedia untuk Dijual
Kr. Kas/Rekening.../Giro BI
atau
Db/Kr. Kas/Rekening.../Giro BI
Kr/Db. Pendapatan/Beban bunga
(apabila biaya transaksi tidak perlu diamortisasi)
3. Penyesuaian nilai wajar surat berharga
a. Jika nilai wajar lebih tinggi dari nilai tercatat
Db. Surat berharga – Tersedia untuk Dijual
Kr. Ekuitas - Pendapatan komprehensif lain
b. Jika nilai wajar lebih rendah dari nilai tercatat:
Db. Ekuitas - Pendapatan komprehensif lain
Kr. Surat berharga – Tersedia untuk Dijual
4. Pada saat penyelesaian
Db. Surat berharga – Tersedia untuk Dijual
Kr. Kas/Rekening.../Giro BI
(sebesar harga pembelian)
5. Jurnal balik komitmen pembelian surat berharga
Db. Rekening lawan - Tagihan komitmen pembelian surat berharga
Kr. Tagihan komitmen pembelian surat berharga
10. Apabila terdapat penurunan nilai. Asumsi bukti obyektif diperoleh pada periode
berjalan.
a. Melakukan jurnal balik pendapatan komprehensif lain pada ekuitas (jika
sebelumnya bank telah mengakui peningkatan nilai wajar)
Db. Ekuitas - Pendapatan komprehensif lain
Kr. Surat berharga - Tersedia untuk Dijual
b. Pengakuan kerugian penurunan nilai
Db. Kerugian penurunan nilai surat berharga
Kr. Cadangan kerugian penurunan nilai
atau
Melakukan reklasifikasi atas pendapatan komprehensif lain pada ekuitas ke
dalam laporan laba rugi (jika sebelumnya bank telah mengakui penurunan
nilai wajar)
Db. Kerugian penurunan nilai surat berharga
Kr. Ekuitas - Pendapatan komprehensif lain
c. Pada saat penghapusbukuan surat berharga
Db. Cadangan kerugian penurunan nilai surat berharga
Kr. Surat berharga – Tersedia untuk Dijual
d. Pada saat menerima pembayaran untuk surat berharga yang sudah dihapus
buku pada periode berjalan
Db. Kas/Rekening…/Giro BI
Kr. Pendapatan
2. Surat berharga yang dipindahkan dari surat berharga dalam kategori Tersedia untuk
Dijual ke dalam kategori Dimiliki Hingga Jatuh Tempo
a. Saat reklasifikasi
Db. Surat berharga - Dimiliki Hingga Jatuh Tempo
Kr. Surat berharga – Tersedia untuk Dijual
(sebesar nilai wajar pada saat pengalihan)
b. Amortisasi untuk penyesuaian nilai wajar surat berharga ke nilai nominal
sampai jatuh tempo
1) Apabila nilai wajar pada saat reklasifikasi lebih kecil dari nilai nominal
Db. Surat berharga - Dimiliki Hingga Jatuh Tempo
Kr. Pendapatan bunga
2) Apabila nilai wajar pada saat reklasifikasi lebih besar dari nilai nominal
Db. Pendapatan bunga
Kr. Surat berharga - Dimiliki Hingga Jatuh Tempo
c. Amortisasi atas selisih penilaian surat berharga yang belum direalisasi
(ekuitas)
1) Jika saldonya positif
Db. Ekuitas - Pendapatan komprehensif lain
Kr. Keuntungan dari perubahan nilai wajar
2) Jika saldonya negatif
Db. Kerugian dari perubahan nilai wajar
Kr. Ekuitas - Pendapatan komprehensif lain
F. Pengungkapan
Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain:
1. Ikhtisar kebijakan akuntansi yang penting yang termasuk namun tidak terbatas
pada:
a. Kategorisasi dan dasar pengukuran (measurement basis) surat berharga dalam
penyusunan laporan keuangan; dan
b. Kebijakan akuntansi lainnya yang relevan dengan surat berharga yang dapat
mendukung pemahaman terhadap laporan keuangan.
Pengungkapan kualitatif
8. Tujuan, kebijakan, dan proses pengelolaan risiko dan metode pengukuran risiko
surat berharga dan perubahan dari periode sebelumnya (jika ada)
Pengungkapan kuantitatif
9. Analisis terhadap surat berharga berdasarkan kategori surat berharga yang memiliki
karakteristik ekonomi yang sama. Analisis tersebut mencakup:
a. Jumlah yang mencerminkan eksposur risiko surat berharga pada tanggal
laporan tanpa memperhitungkan agunan atau bentuk mitigasi risiko lainnya;
b. Jenis dan jumlah agunan serta bentuk mitigasi risiko lainnya atas eksposur
surat berharga sebagaimana pada butir a diatas. Informasi lainnya yang harus
diungkapkan meliputi:
1) Kebijakan dan proses penilaian dan pengelolaan agunan dan bentuk
mitigasi risiko lainnya (seperti jaminan, dan credit derivative)
2) Jenis agunan dan mitigasi risiko lainnya;
3) Pihak lawan (counterparties) yang menerbitkan agunan dan mitigasi risiko
lainnya (misalnya penerbit surat berharga yang diagunkan, dan pihak
penjual proteksi surat berharga dalam transaksi credit derivative); dan
4) Informasi mengenai konsentrasi risiko dalam agunan dan mitigasi risiko
lainnya;
c. Informasi mengenai kualitas kredit diluar surat berharga yang mengalami
tunggakan bunga dan/atau pokok (past due) atau mengalami penurunan nilai,
yang meliputi:
1) Analisis eksposur surat berharga, baik menggunakan sistem pemeringkatan
internal (internal credit grading system) maupun peringkat yang diterbitkan
lembaga pemeringkat.
a) Apabila bank menggunakan peringkat dari lembaga pemeringkat
dalam mengelola dan memantau kualitas surat berharga, maka peng-
ungkapan mencakup:
(1) Jumlah eksposur surat berharga untuk setiap tingkatan pe-
ringkat;
(2) Lembaga pemeringkat yang menerbitkan peringkat;
(3) Jumlah ekposur surat berharga yang diperingkat dan yang tidak
diperingkat;
G. Ketentuan Lain-lain
Bank tetap menilai kualitas surat berharga sesuai ketentuan Bank Indonesia yang
berlaku mengenai kualitas aktiva untuk kepentingan penerapan prinsip kehati-hatian
dan perhitungan KPMM bank.
H. Contoh Kasus
1. Surat berharga dalam kategori Dimiliki Hingga Jatuh Tempo
Pada tanggal 1 Juni 2010 Bank XYZ membeli obligasi Rp.1.000.000.000 dengan
kupon bunga 8% pada 99,425 dengan tagihan bunga (purchased interest) sebesar
Rp.30.000.000. Obligasi ini dibeli untuk dimiliki hingga jatuh tempo pada tanggal 1
Juni 2011. Untuk membeli obligasi dimaksud, bank XYZ membayar brokerage fee
sebesar Rp. 15.000.000. Penyelesaian dilakukan pada tanggal 4 Juni 2010. Bank XYZ
mencatat transaksi pembelian surat berharga menggunakan pendekatan tanggal
penyelesaian.
Asumsi:
− Jumlah hari perhitungan bunga dalam satu tahun aktual/360 hari.
− Tidak terdapat perubahan nilai wajar antara tanggal perdagangan dengan
tanggal penyelesaian.
− Tingkat materialitas untuk biaya transaksi dan pendapatan yang dapat di-
atribusikan secara langsung pada surat berharga di bank XYZ sebesar Rp.
20.000.000.
(Lihat Tabel 1)
Jurnal Transaksi
a. Pencatatan komitmen pembelian surat berharga pada tanggal 1 Juni 2010
Db. Tagihan komitmen - pembelian surat berharga Rp. 994.250.000
Kr. Rekening lawan tagihan komitmen Rp. 994.250.000
b. Pencatatan brokerage fee pada tanggal 1 Juni 2010
Db. Beban pembayaran fee Rp. 15.000.000
Kr. Kas/Rekening.../Giro BI Rp. 15.000.000
c. Pencatatan surat berharga pada tanggal 4 Juni 2010
Db. Surat berharga – Dimiliki Hingga Jatuh Tempo Rp. 994.250.000
Db. Pendapatan bunga yang akan diterima - surat
berharga Rp. 30.000.000
Kr. Kas/Rekening.../Giro BI Rp. 1.024.250.000
d. Pada saat melakukan jurnal balik komitmen pembelian surat berharga tanggal
4 Juni 2010
Db. Rekening lawan tagihan komitmen Rp. 994.250.000
Kr. Tagihan komitmen - pembelian surat berharga Rp. 994.250.000
e. Pengakuan bunga dan amortisasi diskon pada tanggal 30 Juni 2010
1) Pengakuan bunga dan amortisasi diskon
Db. Pendapatan bunga yang akan diterima -
surat berharga Rp. 6.000.000
Db. Surat berharga – Dimiliki Hingga Jatuh Tempo Rp. 399.532
Kr. Pendapatan bunga surat berharga Rp. 6. 399.532
2) Pembayaran kupon obligasi
Db. Kas/Rekening.../Giro BI Rp. 36.399.532
Kr. Pendapatan bunga yang akan diterima -
surat berharga Rp. 36.399.532
d. Pada saat melakukan jurnal balik komitmen pembelian surat berharga tanggal
4 Juni 2010
Db. Rekening lawan tagihan komitmen Rp. 4.000.000.000
Kr. Tagihan komitmen - pembelian surat berharga Rp. 4.000.000.000
e. Pada saat pengakuan bunga pada tanggal 30 Juni 2010
Db. Pendapatan bunga yang akan diterima -
Surat berharga Rp. 24.000.000
Kr. Pendapatan bunga surat berharga Rp. 24.000.000
(4.000.000.000 X 0,08 X 27/360)
f. Pencatatan komitmen penjualan surat berharga pada tanggal 29 Juni 2010
Db. Rekening lawan - Kewajiban komitmen -
penjualan surat berharga Rp. 4.080.000.000
Kr. Kewajiban komitmen - penjualan surat berharga Rp. 4.080.000.000
g. Pencatatan brokerage fee pada tanggal 29 Juni 2010
Db. Beban pembayaran fee Rp. 15.000.000
Kr. Kas/Rekening.../Giro BI Rp. 15.000.000
h. Penyelesaian transaksi penjualan pada tanggal 1 Juli 2010
Db. Kas/Rekening.../Giro BI Rp. 4.080.000.000
Kr. Surat berharga - Tersedia untuk Dijual Rp. 4.000.000.000
Kr. Keuntungan penjualan surat berharga Rp. 80.000.000
68 I P e d o m a n
Bab IV I S u r a t
Jurnal Transaksi
a. Pencatatan komitmen pembelian surat berharga pada tanggal 6 Juli 2010
Db. Tagihan komitmen - pembelian surat berharga Rp. 990.000.000
Kr. Rekening lawan tagihan komitmen Rp. 990.000.000
b. Pencatatan brokerage fee pada tanggal 6 Juli 2010
Db. Beban pembayaran fee Rp. 15.000.000
Kr. Kas/Rekening.../Giro BI Rp. 15.000.000
c. Penyelesaian transaksi pada tanggal 9 Juli 2010
Db. Surat berharga – Tersedia untuk Dijual Rp. 990.000.000
Db. Pendapatan bunga yang akan diterima
[(1.000.000.000 x 0,05 x 8/360)] Rp. 1.250.000
Kr. Kas/Rekening.../Giro BI Rp. 991.250.000
d. Pengakuan bunga dan amortisasi diskon pada tanggal 31 Juli 2010
Db. Surat berharga – Tersedia untuk Dijual Rp. 476.449
Db. Pendapatan bunga yang akan diterima Rp. 3.194.444
[(1.000.000.000 x 0,05 x 23/360)]
Kr. Pendapatan bunga surat berharga Rp. 3.670.893
e. Pencatatan penerimaan bunga pada tanggal 31 Juli 2010
Db. Kas/Rekening.../Giro BI Rp. 4.444.444
Kr. Pendapatan bunga yang akan diterima Rp. 4.444.444
f. Penyesuaian nilai wajar pada tanggal 31 Juli 2010
Db. Surat berharga – Tersedia untuk Dijual Rp. 2.506.088*
Kr. Ekuitas - pendapatan komprehensif lain Rp. 2.506.088*
* Harga wajar 993.000.000
Nilai buku 990.493.922
Keuntungan yang belum direalisasi 2.506.088
g. Pencatatan pengakuan bunga (selama 4 hari) pada tanggal 4 Agustus 2010
Db. Pendapatan bunga yang akan diterima Rp. 555.556
[(1.000.000.000 x 0,05 x 4/360)]
Db. Surat berharga - Tersedia untuk Dijual Rp. 86.219
Kr Pendapatan bunga - surat berharga Rp. 641.775
Jurnal Transaksi
a. Pencatatan brokerage fee pada tanggal 14 Januari 2010
Db. Beban pembayaran fee Rp. 15.000.000
Kr. Kas/Rekening.../Giro BI Rp. 15.000.000
b. Pengakuan bunga pada tanggal 14 Januari 2010
Db. Pendapatan bunga yang akan diterima - surat berharga Rp. 3.333.333
Kr. Kas/Rekening.../Giro BI Rp. 3.333.333
[(1.000.000.000 x 0,08 x 15/360]
c. Pembelian surat berharga pada tanggal 14 Januari 2010
Db. Surat berharga – Diukur pada Nilai Wajar
melalui Laporan Laba Rugi Rp. 1.000.000.000
Kr. Kas/Rekening.../Giro BI Rp. 1.000.000.000
d. Pengakuan bunga pada tanggal 31 Januari 2010
Db Pendapatan bunga yang akan diterima - surat berharga Rp. 3.555.556
Kr. Pendapatan bunga surat berharga Rp. 3.555.556
(1.000.000.000 x 0,08 x 16/360)
e. Penyesuaian nilai wajar pada tanggal 31 Januari 2010
Db. Surat berharga – Diukur pada Nilai Wajar
melalui Laporan Laba Rugi Rp. 10.000.000
Kr. Keuntungan atas surat berharga Rp. 10.000.000
f. Pengakuan bunga pada tanggal 6 Februari 2010
Db Pendapatan bunga yang akan diterima- surat berharga Rp. 1.333.333
Kr. Pendapatan bunga surat berharga Rp. 1.333.333
(1.000.000.000 x 0,08 x 6/360)
g. Penjualan surat berharga pada tanggal 7 Februari 2010
Db Kas/Rekening.../Giro BI Rp. 1.028.222.222
Kr. Pendapatan bunga yang akan diterima - surat berharga Rp. 8.222.222
Kr. Surat berharga - Diukur pada Nilai Wajar
melalui Laporan Laba Rugi Rp. 1.010.000.000
Kr. Keuntungan penjualan surat berharga Rp. 10.000.000
B. Dasar Pengaturan
1. Maksud dan kemampuan entitas untuk memiliki instrumen utang hingga jatuh
tempo tidak serta merta menjadi terbatas jika instrumen tersebut digadaikan
sebagai agunan atau menjadi subyek repurchase agreement atau kesepakatan
peminjaman surat berharga. Namun demikian, entitas tidak mempunyai maksud
yang sungguh-sungguh dan kemampuan untuk memiliki instrumen utang tersebut
hingga jatuh tempo jika entitas memperkirakan tidak mampu mempertahankan
atau memperoleh kembali aksesnya terhadap instrumen tersebut. (Panduan
Implementasi No.2: B.18)
2. Contoh-contoh berikut mengilustrasikan penerapan prinsip penghentian pengakuan
dalam Pernyataan ini.
a. Perjanjian Penjualan Efek dengan Janji Dibeli Kembali dan Jaminan Surat
Berharga. Jika aset keuangan dijual dengan kesepakatan bahwa aset tersebut
akan dibeli kembali pada harga yang telah ditetapkan atau pada harga jual
semula ditambah keuntungan untuk pihak pemberi pinjaman, atau jika aset
keuangan tersebut dijaminkan dengan kesepakatan bahwa aset dimaksud
akan dikembalikan pada pihak yang mentransfer, maka aset tersebut tidak
dihentikan pengakuannya karena pihak yang mentransfer secara substansial
masih memiliki seluruh risiko dan manfaat atas kepemilikan aset dimaksud. Jika
pihak yang menerima transfer memiliki hak untuk menjual atau menggadaikan
aset dimaksud, maka pihak yang mentransfer akan mereklasifikasi aset
dimaksud di neracanya, misalnya sebagai aset yang dijaminkan atau piutang
pembelian kembali.
b. Perjanjian Penjualan Efek dengan Janji Dibeli Kembali dan Jaminan surat
berharga – aset yang secara substansial sama. Jika aset keuangan dijual dengan
kesepakatan bahwa aset yang sama atau yang secara substansial sama akan
dibeli kembali pada harga yang telah ditetapkan atau pada harga jual semula
ditambah keuntungan untuk pemberi pinjaman, atau jika aset keuangan
dipinjamkan atau dijaminkan dengan kesepakatan bahwa aset yang sama atau
yang secara substansial sama akan dikembalikan pada pihak yang mentransfer,
maka aset dimaksud tidak dihentikan pengakuannya, karena pihak yang
mentransfer secara substansial masih memiliki seluruh risiko dan manfaat atas
kepemilikan aset tersebut.
c. Perjanjian Penjualan Efek dengan Janji Dibeli Kembali dan Jaminan surat
berharga – hak substitusi. Jika perjanjian penjualan efek dengan janji dibeli
kembali dengan harga pembelian kembali yang sudah ditetapkan atau harga
yang setara dengan harga jual awal ditambah keuntungan pemberi pinjaman,
atau transaksi serupa untuk transaksi dengan jaminan surat berharga, memberi
hak kepada penerima transfer untuk mensubstitusi aset yang ditransfer dengan
aset serupa dan memiliki nilai wajar yang setara pada tanggal pembelian
kembali, maka aset yang dijual atau dijaminkan dalam transaksi pembelian
kembali atau transaksi dengan jaminan surat berharga tidak dihentikan
pengakuannya karena pihak yang mentransfer secara substansial masih
memiliki seluruh risiko dan manfaat atas kepemilikan aset dimaksud... (PSAK
55: PA66)
C. Penjelasan
1. Dalam transaksi penjualan surat berharga dengan janji dibeli kembali (repo), bank
menjual surat berharga kepada pihak lain dengan harga tertentu dan berjanji untuk
membeli kembali dalam jangka waktu tertentu dengan harga tertentu. Untuk
transaksi repo yang tidak memenuhi kriteria penghentian pengakuan (derecognition)
maka surat berharga tetap berada pada pihak bank penjual dan tetap disajikan
sebagai portofolio surat berharga bank. Selanjutnya, dana yang diterima oleh bank
penjual surat berharga pada transaksi repo diakui sebagai kewajiban pembelian
kembali surat berharga yang dijual dengan syarat repo.
2. Bank dapat melakukan transaksi repo atas surat berharga dalam seluruh kategori
surat berharga. Dalam hal bank melakukan transaksi repo atas surat berharga
dalam kategori Dimiliki Hingga Jatuh Tempo, maka bank harus memastikan
dapat mempertahankan atau memperoleh kembali aksesnya terhadap surat
berharga tersebut. Jika bank memperkirakan tidak mampu mempertahankan atau
memperoleh kembali aksesnya terhadap surat berharga tersebut, maka bank harus
mereklasifikasikan surat berharga tersebut.
3. Surat berharga yang dimiliki dan diserahkan sebagai jaminan pinjaman yang
diterima tanpa perjanjian repo tidak termasuk dalam surat berharga yang dijual
dengan janji dibeli kembali.
D. Perlakuan Akuntansi
Pengakuan dan pengukuran
1. Surat berharga yang dijual dengan janji dibeli kembali tetap diakui sebagai aset
keuangan dalam neraca bank.
2. Pengakuan dan pengukuran surat berharga yang dijual dengan janji dibeli kembali
mengacu pada perlakuan akuntansi untuk Surat Berharga.
3. Dana yang diterima oleh bank penjual surat berharga pada transaksi repo diakui
sebagai kewajiban.
Penyajian
Surat berharga yang dijual dengan janji dibeli kembali disajikan dalam pos yang terpisah
dari surat berharga lainnya yang tidak di-repo.
E. Ilustrasi jurnal
Pada awal transaksi penjualan surat berharga dengan janji dibeli kembali
1. Reklasifikasi surat berharga
Db. Surat berharga yang dijual dengan janji dibeli kembali
Kr. Surat berharga
2. Penerimaan dana dari transaksi penjualan surat berharga dengan janji dibeli
kembali
Db. Kas/Rekening.../Giro BI
Kr. Kewajiban atas surat berharga yang dijual dengan janji dibeli kembali
(Jika terdapat biaya transaksi yang dapat diatribusikan pada transaksi repo dan
memenuhi persyaratan amortisasi, maka bank harus melakukan amortisasi sampai
dengan jatuh tempo kontrak repo.)
F. Pengungkapan
Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain:
1. Ikhtisar kebijakan akuntansi yang penting yang termasuk namun tidak terbatas
pada:
a. Kategorisasi dan dasar pengukuran (measurement basis) surat berharga yang
dijual dengan janji dibeli kembali dalam penyusunan laporan keuangan; dan
b. Kebijakan akuntansi lainnya yang relevan dengan surat berharga yang dijual
dengan janji dibeli kembali yang dapat mendukung pemahaman terhadap
laporan keuangan.
2. Metode dan teknik penilaian (valuasi) yang antara lain mencakup:
a. Penggunaan kuotasi harga di pasar aktif atau teknik penilaian;
b. Asumsi penetapan nilai wajar surat berharga yang dijual dengan janji dibeli
kembali (dalam hal bank menggunakan nilai wajar dalam pengukuran surat
berharga) dan agunan, serta perubahan asumsi yang dapat mempengaruhi
laporan keuangan secara signifikan; dan
c. Penetapan tingkat diskonto (discount rate).
3. Kategorisasi dan nilai tercatat surat berharga yang dijual dengan janji dibeli kembali,
yaitu:
a. Diukur pada Nilai Wajar melalui Laporan Laba Rugi;
b. Tersedia untuk Dijual;
c. Dimiliki Hingga Jatuh Tempo; dan
d. Pinjaman yang Diberikan dan Piutang.
4. Perubahan nilai wajar atas surat berharga yang dijual dengan janji dibeli kembali
yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi.
5. Jumlah surat berharga yang dijual dengan janji dibeli kembali yang berpindah
dari atau ke setiap kategori dan latar belakang perpindahan kategori tersebut
(reclassification).
6. Informasi yang memungkinkan pengguna laporan keuangan mengevaluasi jenis
dan besarnya risiko yang timbul dari aktivitas surat berharga yang dijual dengan
janji dibeli kembali sebagaimana pada angka 7 sampai 8 di bawah.
Pengungkapan kualitatif
7. Tujuan, kebijakan, dan proses pengelolaan risiko dan metode pengukuran risiko
surat berharga yang dijual dengan janji dibeli kembali dan perubahan dari periode
sebelumnya (jika ada).
Pengungkapan kuantitatif
8. Analisis terhadap surat berharga yang dijual dengan janji dibeli kembali berdasarkan
klasifikasi surat berharga yang memiliki karakteristik ekonomi yang sama (misalnya
klasifikasi residential mortgage, consumer loans, commercial loans, dan sebagainya).
Analisis tersebut mencakup:
a. Jumlah yang mencerminkan eksposur risiko surat berharga yang dijual dengan
janji dibeli kembali pada tanggal laporan tanpa memperhitungkan agunan atau
bentuk mitigasi risiko lainnya;
b. Informasi mengenai kualitas kredit surat berharga yang dijual dengan janji
dibeli kembali, yang meliputi:
1) Analisis eksposur surat berharga yang dijual dengan janji dibeli kembali,
baik menggunakan sistem pemeringkatan internal (internal credit grading
system) maupun peringkat yang diterbitkan lembaga pemeringkat.
a) Apabila bank menggunakan peringkat dari lembaga pemeringkat
dalam mengelola dan memantau kualitas surat berharga yang dijual
dengan janji dibeli kembali, maka pengungkapan mencakup:
(1) Jumlah eksposur surat berharga yang dijual dengan janji dibeli
kembali untuk setiap tingkatan peringkat;
(2) Lembaga pemeringkat yang menerbitkan peringkat;
(3) Jumlah ekposur surat berharga yang dijual dengan janji dibeli
kembali yang diperingkat dan yang tidak diperingkat;
(4) Hubungan dan keterkaitan antara peringkat dari sistem peme-
ringkatan internal dan peringkat dari lembaga pemeringkat.
3. Tagihan Atas Surat Berharga yang Dibeli dengan Janji Dijual Kembali
A. Definisi
Tagihan atas surat berharga yang dibeli dengan janji dijual kembali adalah tagihan
kepada bank dan pihak ketiga bukan bank yang berasal dari kontrak pembelian surat
berharga dengan janji dijual kembali (reverse repo).
B. Dasar Pengaturan
1. Entitas mengakui aset keuangan atau kewajiban keuangan pada neraca, jika
dan hanya jika, entitas tersebut menjadi salah satu pihak dalam ketentuan pada
kontrak instrumen tersebut (lihat paragraf 38 yang berkaitan dengan pembelian
aset keuangan yang lazim (regular)). (PSAK 55: Paragraf 14)
2. Pada saat pengakuan awal aset keuangan atau kewajiban keuangan, entitas meng-
ukur pada nilai wajarnya. Dalam hal aset keuangan atau kewajiban keuangan tidak
diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi, nilai wajar tersebut ditambah biaya
transaksi yang dapat diatribusikan secara langsung dengan perolehan atau penerbitan
aset keuangan atau kewajiban keuangan tersebut. (PSAK 55: Paragraf 43)
3. Nilai wajar aset keuangan pada saat pengakuan awal biasanya sama dengan harga
transaksinya (yaitu nilai wajar pembayaran yang diserahkan atau diterima, lihat
juga paragraf PA91)... (PSAK 55: PA 79)
4. Bukti terbaik dari nilai wajar adalah harga kuotasi di pasar yang aktif. Apabila pasar
untuk suatu instrumen keuangan tidak aktif, entitas menetapkan nilai wajar dengan
menggunakan teknik penilaian... (PSAK 55: Paragraf 49)
5. Aset keuangan atau kewajiban keuangan yang dinilai pada nilai wajar melalui
laporan laba rugi adalah aset keuangan atau kewajiban keuangan yang memenuhi
salah satu kondisi berikut ini:
(a) Diklasifikasikan dalam kelompok diperdagangkan, yaitu jika:
(i) diperoleh atau dimiliki terutama untuk tujuan dijual atau dibeli kembali
dalam waktu dekat;
(ii) merupakan bagian dari portofolio instrumen keuangan tertentu yang
dikelola bersama dan terdapat bukti mengenai pola ambil untung dalam
jangka pendek (short term profit taking) yang terkini; atau
biaya transaksi diakui dalam laporan laba rugi apabila aset tersebut kemudian
dihentikan pengakuannya atau mengalami penurunan nilai. (PSAK 55: PA82)
9. Biaya perolehan diamortisasi dari aset keuangan atau kewajiban keuangan adalah
jumlah aset keuangan atau kewajiban keuangan yang diukur pada saat pengakuan
awal dikurangi pembayaran pokok, ditambah atau dikurangi dengan amortisasi
kumulatif menggunakan metode suku bunga efektif yang dihitung dari selisih
antara nilai awal dan nilai jatuh temponya, dan dikurangi penurunan (baik secara
langsung maupun menggunakan perkiraan cadangan) untuk penurunan nilai atau
nilai yang tidak dapat ditagih. (PSAK 55: Paragraf 8)
10. Biaya transaksi meliputi fee dan komisi yang dibayarkan pada para agen (termasuk
karyawan yang berperan sebagai agen penjual/selling agent), konsultan, perantara
efek dan pedagang efek; pungutan wajib yang dilakukan oleh pihak regulator dan
bursa efek, serta pajak dan bea yang dikenakan atas transfer yang dilakukan. Biaya-
biaya transaksi tidak termasuk premium atau diskonto utang, biaya pendanaan
(financing costs), atau biaya administrasi internal atau biaya penyimpanan (holding
costs). (PSAK 55: PA26)
11. Setelah pengakuan awal, entitas mengukur aset keuangan, termasuk derivatif yang
diakui sebagai aset, pada nilai wajarnya, tanpa harus dikurangi biaya transaksi yang
mungkin timbul saat penjualan, atau pelepasan lain, kecuali untuk aset keuangan
berikut ini:
(a) pinjaman yang diberikan dan piutang sesuai definisi paragraf 8, yang diukur
pada biaya perolehan diamortisasi dengan menggunakan metode suku bunga
efektif;
(b) investasi dimiliki hingga jatuh tempo sesuai definisi paragraf 8, yang diukur
pada biaya perolehan diamortisasi dengan menggunakan metode suku bunga
efektif; dan
(c) investasi dalam instrumen ekuitas yang tidak memiliki kuotasi harga di pasar
aktif dan nilai wajarnya tidak dapat diukur secara handal, serta derivatif
yang terkait dengan dan diselesaikan melalui penyerahan instrumen ekuitas
yang tidak memiliki kuotasi harga di pasar aktif tersebut, diukur pada biaya
perolehan... (PSAK 55: Paragraf 46)
12. Jika entitas merevisi estimasi pembayaran atau penerimaannya, maka entitas menye-
suaikan nilai tercatat aset keuangan atau kewajiban keuangan (atau kelompok
instrumen keuangan) untuk mencerminkan arus kas aktual dan arus kas estimasi
yang telah direvisi. Entitas menghitung kembali nilai tercatat dengan menghitung
nilai kini dari estimasi arus kas masa datang menggunakan suku bunga efektif awal
dari instrumen keuangan tersebut. Penyesuaian ini diakui sebagai pendapatan atau
beban dalam laporan laba rugi. (PSAK 55 : PA20)
13. … Aset keuangan atau kelompok aset keuangan diturunkan nilainya dan kerugian
penurunan nilai telah terjadi, jika dan hanya jika, terdapat bukti yang obyektif
mengenai penurunan nilai tersebut sebagai akibat dari satu atau lebih peristiwa
yang terjadi setelah pengakuan awal aset tersebut (peristiwa yang merugikan), dan
peristiwa yang merugikan tersebut berdampak pada estimasi arus kas masa depan
atas aset keuangan atau kelompok aset keuangan yang dapat diestimasi secara
handal ... (PSAK 55: paragraf 60)
14. Penghentian pengakuan adalah pengeluaran aset keuangan atau kewajiban
keuangan yang sebelumnya telah diakui dari neraca entitas. (PSAK 55: paragraf 8)
C. Penjelasan
1. Dalam transaksi pembelian surat berharga dengan janji dijual kembali (reverse
repo), bank membeli surat berharga dengan harga tertentu dan berjanji untuk
menjual kembali dengan harga tertentu.
2. Dalam hal transaksi reverse repo memenuhi kriteria penghentian pengakuan,
dimana surat berharga tetap diakui oleh bank penjual, maka bank pembeli akan
mencatat sebagai tagihan reverse repo.
Kategori Tagihan
No. Keterangan
Reverse repo
1) Tagihan reverse repo yang dimiliki untuk dijual kembali
dalam waktu dekat, dan atau untuk memperoleh
keuntungan jangka pendek.
2) Tagihan reverse repo yang pada saat pengakuan awal
Diukur pada Nilai Wajar melalui ditetapkan untuk Diukur pada Nilai Wajar melalui
1 Laporan Laba Rugi (fair value option) meskipun
Laporan Laba Rugi
tidak dimaksudkan untuk diperjualbelikan. Untuk
dapat diukur pada nilai wajar tersebut, bank harus
memenuhi persyaratan dalam PSAK 55 dan ketentuan
yang berlaku lainnya mengenai penggunaan fair value
option.
1) Tagihan reverse repo dengan pembayaran tetap atau
telah ditentukan dan jatuh temponya telah ditetapkan.
2 Dimiliki Hingga Jatuh Tempo 2) Bank memiliki intensi positif dan kemampuan untuk
memiliki tagihan reverse repo tersebut hingga jatuh
tempo.
Pinjaman yang Diberikan dan Tagihan reverse repo dengan pembayaran tetap atau telah
3
Piutang ditentukan dan tidak memiliki kuotasi di pasar aktif.
b. Dalam hal tidak terdapat pasar aktif, bank dapat menggunakan teknik penilaian
yang meliputi:
1) Harga dari transaksi pasar terkini yang dilakukan secara wajar;
2) Harga dari transaksi pasar terkini dari instrumen lain yang secara substantial
sama; atau
3) Penggunaan analisa arus kas yang didiskonto dan model penetapan harga
opsi.
6. Penurunan Nilai
a Evaluasi penurunan nilai dilakukan terhadap tagihan reverse repo dalam
kategori selain yang Diukur pada Nilai Wajar melalui Laporan Laba Rugi.
b Evaluasi penurunan nilai untuk tagihan reverse repo dapat mengacu pada
penurunan nilai sebagaimana dalam Bab mengenai Kredit.
7 Penghentian Pengakuan
Penghentian pengakuan tagihan reverse repo dapat mengacu pada penghentian
pengakuan sebagaimana dalam Bab mengenai Kredit.
D. Perlakuan Akuntansi
Pengakuan dan Pengukuran
1. Pada saat melakukan transaksi reverse repo, bank mengakui “Tagihan reverse repo”
sebesar nilai wajar, yaitu:
2. Setelah pengakuan awal bank mencatat “Tagihan reverse repo” sebagai berikut:
Penyajian
Tagihan reverse repo disajikan di neraca sesuai kategori, yaitu:
E. Ilustrasi Jurnal
1. Pada awal transaksi tagihan reverse repo:
Db. Tagihan reverse repo
Kr. Kas/Rekening.../Giro BI
(sebesar jumlah yang dibayarkan)
2. Pencatatan biaya transaksi yang dapat diatribusikan:
Db/Kr. Tagihan reverse repo
Kr/Db. Kas/Rekening.../Giro BI
atau
Db/Kr. Beban bunga/Pendapatan bunga
Kr/Db. Kas/Rekening.../Giro BI
(apabila nilainya tidak material untuk dilakukan amortisasi)
3. Pada saat pengakuan bunga dan amortisasi biaya transaksi:
Db. Tagihan reverse repo
(sebesar pendapatan bunga dan amortisasi biaya transaksi)
Kr. Pendapatan bunga tagihan reverse repo
4. Pada saat jatuh tempo transaksi reverse repo
Db. Kas/Rekening.../Giro BI
Kr. Tagihan reverse repo
F. Pengungkapan
Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain:
1. Ikhtisar kebijakan akuntansi yang penting yang termasuk namun tidak terbatas
pada:
a. Kategorisasi dan dasar pengukuran (measurement basis) tagihan reverse repo
dalam penyusunan laporan keuangan; dan
b. Kebijakan akuntansi lainnya yang relevan dengan tagihan reverse repo yang
dapat mendukung pemahaman terhadap laporan keuangan.
2. Metode dan teknik penilaian (valuasi) yang antara lain mencakup:
a. Penggunaan kuotasi harga di pasar aktif atau teknik penilaian;
b. Asumsi penetapan nilai wajar tagihan reverse repo (dalam hal bank meng-
gunakan nilai wajar dalam pengukuran tagihan reverse repo) dan agunan,
serta perubahan asumsi yang dapat mempengaruhi laporan keuangan secara
signifikan; dan
c. Penetapan tingkat diskonto (discount rate).
3. Kategorisasi dan nilai tercatat tagihan reverse repo, yaitu:
a. Diukur pada Nilai Wajar melalui Laporan Laba Rugi;
b. Tersedia untuk Dijual;
c. Dimiliki Hingga Jatuh Tempo; dan
d. Pinjaman yang Diberikan dan Piutang.
4. Perubahan nilai wajar atas tagihan reverse repo yang diukur pada nilai wajar melalui
laporan laba rugi.
5. Jumlah tagihan reverse repo yang berpindah dari atau ke setiap kategori dan latar
belakang perpindahan kategori tersebut (reclassification).
6. Informasi yang memungkinkan pengguna laporan keuangan mengevaluasi jenis
dan besarnya risiko yang timbul dari aktivitas tagihan reverse repo sebagaimana
pada angka 7 sampai 8 di bawah.
Pengungkapan kualitatif
7. Tujuan, kebijakan, dan proses pengelolaan risiko dan metode pengukuran risiko
tagihan reverse repo dan perubahan dari periode sebelumnya (jika ada).
Pengungkapan kuantitatif
8. Analisis terhadap tagihan reverse repo berdasarkan klasifikasi tagihan reverse repo
yang memiliki karakteristik ekonomi yang sama. Analisis tersebut mencakup:
a. Jumlah yang mencerminkan eksposur risiko tagihan reverse repo pada tanggal
laporan tanpa memperhitungkan agunan atau bentuk mitigasi risiko lainnya;
b. Jenis dan jumlah agunan serta bentuk mitigasi risiko lainnya atas eksposur
tagihan reverse repo sebagaimana pada butir a) di atas. Informasi lainnya yang
harus diungkapkan meliputi:
1) Kebijakan dan proses penilaian dan pengelolaan agunan dan bentuk
mitigasi risiko lainnya (seperti jaminan, dan credit derivative)
2) Jenis agunan dan mitigasi risiko lainnya;
3) Pihak lawan (counterparties) yang menerbitkan agunan dan mitigasi risiko
lainnya; dan
4) Informasi mengenai konsentrasi risiko dalam agunan dan mitigasi risiko
lainnya;
c. Informasi mengenai kualitas kredit diluar tagihan reverse repo yang mengalami
tunggakan bunga dan/atau pokok (past due) atau mengalami penurunan nilai,
yang meliputi:
1) Analisis eksposur tagihan reverse repo, baik menggunakan sistem pemering-
katan internal (internal credit grading system) maupun peringkat yang
diterbitkan lembaga pemeringkat.
a) Apabila bank menggunakan peringkat dari lembaga pemeringkat da-
lam mengelola dan memantau kualitas tagihan reverse repo, maka
pengungkapan mencakup:
(1) Jumlah eksposur tagihan reverse repo untuk setiap tingkatan
peringkat;
(2) Lembaga pemeringkat yang menerbitkan peringkat;
(3) Jumlah ekposur tagihan reverse repo yang diperingkat dan yang
tidak diperingkat;
(4) Hubungan dan keterkaitan antara peringkat dari sistem peme-
ringkatan internal dan peringkat dari lembaga pemeringkat.
b) Apabila bank menggunakan peringkat berdasarkan sistem pemering-
katan internal dalam mengelola dan memantau kualitas tagihan
reverse repo, maka pengungkapan mencakup:
G. Contoh kasus
Karena kelebihan dana (likuiditas), pada tanggal 1 Januari 2010 Bank A dan Bank
B membuat perjanjian penempatan dana dalam bentuk transaksi pembelian surat
berharga yang dibeli dengan janji dijual kembali, dimana Bank A setuju untuk melakukan
pembelian surat berharga dengan janji dijual kembali kepada Bank B sebesar Rp.
1.000.000.000 dengan jangka waktu 45 hari dan tingkat suku bunga sebesar 8%. Untuk
membeli surat berharga dimaksud, Bank A membayar brokerage fee sebesar Rp.
5.000.000. Penyelesaian dilakukan pada tanggal 2 Januari 2010.
Asumsi:
− Jumlah hari perhitungan bunga dalam satu tahun aktual/360 hari.
− Tingkat materialitas untuk biaya transaksi dan pendapatan yang dapat diatribusikan
secara langsung sebesar Rp. 20.000.000.
Jurnal Transaksi
1. Pencatatan brokerage fee pada tanggal 1 Januari 2010
Db. Beban pembayaran fee – tagihan reverse repo Rp. 5.000.000
Kr. Kas/Rekening.../Giro BI Rp. 5.000.000
2. Penyelesaian transaksi pada tanggal 2 Januari 2010
Db. Tagihan reverse repo Rp. 1.000.000.000
Kr. Kas/Rekening.../Giro BI Rp. 1.000.000.000
3. Pengakuan bunga tanggal 31 Januari 2010
Db. Tagihan reverse repo Rp. 6.666.6667
Kr. Pendapatan bunga – tagihan reverse repo Rp. 6.666.6667
4. Pengakuan bunga tanggal 15 Februari 2010
Db. Tagihan reverse repo Rp. 3.333.333
Kr. Pendapatan bunga – tagihan reverse repo Rp. 3.333.333
5. Pada saat jatuh tempo transaksi reverse repo tanggal 15 Februari 2010
Db. Kas/Rekening.../Giro BI Rp. 1.010.000.000
Kr. Tagihan reverse repo Rp. 1.010.000.000
A. Definisi
Kewajiban atas surat berharga yang dijual dengan janji dibeli kembali adalah kewajiban
kepada bank dan pihak ketiga bukan bank yang berasal dari kontrak penjualan surat
berharga dengan janji dibeli kembali (repo).
B. Dasar Pengaturan
1. Kewajiban keuangan adalah setiap kewajiban berupa:
a) Kewajiban kontraktual:
(i) Untuk menyerahkan kas atau aset keuangan lain kepada entitas lain; atau
(ii) Untuk mempertukarkan aset keuangan atau kewajiban keuangan dengan
entitas lain dengan kondisi yang berpotensi tidak menguntungkan entitas
tersebut; ... (PSAK 50: Paragraf 7)
2. Entitas mengakui aset keuangan atau kewajiban keuangan pada neraca, jika
dan hanya jika, entitas tersebut menjadi salah satu pihak dalam ketentuan pada
kontrak instrumen tersebut (lihat paragraf 38 yang berkaitan dengan pembelian
aset keuangan yang lazim (regular)). (PSAK 55: Paragraf 14)
3. Aset keuangan atau kewajiban keuangan yang dinilai pada nilai wajar melalui
laporan laba rugi adalah aset keuangan atau kewajiban keuangan yang memenuhi
salah satu kondisi berikut ini:
a. Diklasifikasikan dalam kelompok diperdagangkan, yaitu jika:
(i) diperoleh atau dimiliki terutama untuk tujuan dijual atau dibeli kembali
dalam waktu dekat;
(ii) merupakan bagian dari portofolio instrumen keuangan tertentu yang
dikelola bersama dan terdapat bukti mengenai pola ambil untung dalam
jangka pendek (short term profit taking) yang terkini; atau
(iii) merupakan derivatif (kecuali derivatif yang merupakan kontrak jaminan
keuangan atau sebagai instrumen lindung nilai yang ditetapkan dan
efektif).
b. Pada saat pengakuan awal telah ditetapkan oleh entitas untuk diukur pada
nilai wajar melalui laporan laba rugi. Entitas dapat menggunakan penetapan
ini hanya bila memenuhi paragraf 11, atau ketika melakukannya akan
menghasilkan informasi yang lebih relevan, karena:
(i) mengeliminasi atau mengurangi secara signifikan ketidakkonsistenan
pengukuran dan pengakuan (kadang diistilahkan sebagai accounting
mismatch) yang dapat timbul dari pengukuran aset atau kewajiban atau
pengakuan keuntungan dan kerugian karena penggunaan dasar-dasar
yang berbeda; atau
(ii) kelompok aset keuangan, kewajiban keuangan atau keduanya dikelola dan
kinerjanya dievaluasi berdasarkan nilai wajar, sesuai dengan manajemen ri-
siko atau strategi investasi yang didokumentasikan, dan informasi tentang
kelompok tersebut disediakan secara internal kepada manajemen kunci
dari entitas (sebagaimana didefinisikan dalam PSAK 7: Pengungkapan
Pihak-pihak yang mempunyai Hubungan Istimewa), misalnya Direksi. (PSAK
55: Paragraf 8)
4. Kewajiban keuangan yang diklasifikasikan dalam kelompok diperdagangkan meli-
puti:….
b) kewajiban untuk menyerahkan aset keuangan yang dipinjam oleh short seller
(yaitu entitas yang menjual aset keuangan yang dipinjamnya meski belum
memiliki aset tersebut);
c) kewajiban keuangan yang diterbitkan dengan suatu intensi untuk dibeli
kembali dalam waktu dekat (misalnya instrumen utang yang memiliki pasar
aktif, dimana penerbitnya dapat membeli kembali instrumen tersebut dalam
waktu dekat, tergantung pada perubahan nilai wajarnya); ... (PSAK 55: PA28)
5. Pada saat pengakuan awal aset keuangan atau kewajiban keuangan, entitas
mengukur pada nilai wajarnya. Dalam hal aset keuangan atau kewajiban keuangan
tidak diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi, nilai wajar tersebut ditambah
biaya transaksi yang dapat diatribusikan secara langsung dengan perolehan atau
penerbitan aset keuangan atau kewajiban keuangan tersebut. (PSAK 55: Paragraf
43)
6. Biaya perolehan diamortisasi dari aset keuangan atau kewajiban keuangan adalah
jumlah aset keuangan atau kewajiban keuangan yang diukur pada saat pengakuan
awal dikurangi pembayaran pokok, ditambah atau dikurangi dengan amortisasi
kumulatif menggunakan metode suku bunga efektif yang dihitung dari selisih
antara nilai awal dan nilai jatuh temponya, dan dikurangi penurunan (baik secara
langsung maupun menggunakan perkiraan cadangan) untuk penurunan nilai atau
nilai yang tidak dapat ditagih. (PSAK 55: Paragraf 8)
7. Untuk aset keuangan dan kewajiban keuangan yang dicatat pada biaya perolehan
diamortisasi (lihat paragraf 46 dan 47), keuntungan atau kerugian diakui pada
laporan laba rugi ketika aset keuangan atau kewajiban keuangan tersebut dihentikan
pengakuannya atau mengalami penurunan nilai, dan melalui proses amortisasi...
(PSAK 55: Paragraf 57)
8. Penghentian pengakuan adalah pengeluaran aset keuangan atau kewajiban
keuangan yang sebelumnya telah diakui dari neraca entitas. (PSAK 55: Paragraf 8)
9. Entitas mengeluarkan kewajiban keuangan (atau bagian dari kewajiban keuangan)
dari neracanya, jika dan hanya jika, kewajiban keuangan tersebut berakhir, yaitu
ketika kewajiban yang ditetapkan dalam kontrak dilepaskan atau dibatalkan atau
kadaluwarsa. (PSAK 55: Paragraf 39)
C. Penjelasan
1. Kewajiban atas surat berharga yang dijual dengan janji dibeli kembali dapat timbul
dari:
a. transaksi penjualan surat berharga dengan janji dibeli kembali yang dilakukan
bank repo; atau
b. transaksi short sell yang dilakukan oleh bank reverse repo, yaitu bank yang
membeli surat berharga dengan janji dijual kembali.
2. Kategori Kewajiban atas Surat Berharga yang Dijual dengan Janji Dibeli Kembali
Kewajiban atas surat berharga yang dijual dengan janji dibeli kembali merupakan
kewajiban keuangan yang dapat diklasifikasikan dalam 2 kategori, yaitu:
Kategori Kewajiban
No. Keterangan
Keuangan
1) Kewajiban atas surat berharga yang dijual dengan janji dibeli
kembali yang timbul dari transaksi short sell (sebagaimana
pada angka 1) b).
Diukur pada Nilai Wajar 2) Kewajiban atas surat berharga yang dijual dengan janji dibeli
1 melalui Laporan Laba kembali yang ditetapkan untuk Diukur pada Nilai Wajar
Rugi melalui Laporan Laba Rugi (fair value option) meskipun
tidak dimaksudkan untuk diperjualbelikan. Untuk dapat
diukur pada nilai wajar tersebut, bank harus memenuhi
persyaratan dalam PSAK 55 dan ketentuan yang berlaku
lainnya mengenai penggunaan fair value option.
Biaya Perolehan Kewajiban atas surat berharga yang dijual dengan janji dibeli
2 Diamortisasi (amortised kembali yang tidak Diukur pada Nilai Wajar melalui Laporan
cost) Laba Rugi.
3. Reklasifikasi Kewajiban Atas Surat Berharga yang Dijual dengan Janji Dibeli
Kembali
Penjelasan mengenai reklasifikasi surat berharga dapat mengacu pada Bab
mengenai Penjelasan Umum.
4. Penetapan Nilai Wajar
Penetapan nilai wajar atas kewajiban yang timbul dari transaksi short selling
dilakukan berdasarkan hirarki berikut
a. Kuotasi dipasar aktif, yaitu berdasarkan bid price (harga beli yang dikuotasikan
oleh broker atau dealer) atau ask price (harga jual yang dikuotasikan oleh
broker atau dealer).
b. Dalam hal tidak terdapat pasar aktif, bank dapat menggunakan teknik penilaian
yang meliputi:
1) Harga dari transaksi pasar terkini yang dilakukan secara wajar;
2) Harga dari transaksi pasar terkini dari instrumen lain yang secara substantial
sama; atau
3) Penggunaan analisa arus kas yang didiskonto dan model penetapan harga
opsi.
D. Perlakuan Akuntansi
Pengakuan dan pengukuran
1. Pada saat timbul kewajiban atas surat berharga yang dijual dengan janji dibeli
kembali, bank mengakui “kewajiban atas surat berharga yang dijual dengan janji
dibeli kembali” sebesar nilai wajar, yaitu:
Diukur pada Nilai Wajar Sebesar nilai wajar yang pada saat pengakuan awal umumnya
1
melalui Laporan Laba Rugi sama dengan jumlah pembayaran yang diterima.
2. Setelah pengakuan awal, bank mencatat “kewajiban atas surat berharga yang dijual
dengan janji dibeli kembali” sebagai berikut:
Kategori Kewajiban
No. Keterangan
Keuangan
Sebesar nilai wajar. Keuntungan atau kerugian yang timbul
Diukur pada Nilai Wajar
1 dari perubahan nilai wajar surat berharga diakui pada laporan
melalui Laporan Laba Rugi
laba rugi.
3. Pengertian biaya transaksi dan perlakuan amortisasi atas biaya transaksi untuk
surat berharga mengacu pada pengertian biaya transaksi dan perlakuan amortisasi
atas biaya transaksi untuk kredit.
4. Perlakuan akuntansi untuk penghentian pengakuan surat berharga yang diterbitkan
mengacu pada perlakuan akuntansi untuk kredit.
Penyajian
Kewajiban atas surat berharga yang dijual dengan janji dibeli kembali disajikan di neraca
sesuai kategori kewajiban keuangan, yaitu:
E. Ilustrasi Jurnal
1. Pada awal transaksi penjualan surat berharga dengan janji dibeli kembali
Db. Kas/Rekening.../Giro BI
Kr. Kewajiban atas surat berharga yang dijual dengan janji dibeli kembali (kewajiban
repo)
(sebesar jumlah pembayaran yang diterima)
2. Mencatat pembayaran beban yang dapat diatribusikan
Db. Kewajiban repo
Kr. Kas/Rekening.../Giro BI
atau
Db. Beban bunga
Kr. Kas/Rekening.../Giro BI
(apabila nilainya tidak material untuk dilakukan amortisasi)
3. Amortisasi beban bunga dan biaya transaksi
Db. Beban bunga
Kr. Kewajiban repo
4. Pada saat jatuh tempo transaksi repo
Db.Kewajiban repo
Kr. Kas/Rekening.../Giro BI
F. Pengungkapan
Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain:
1. Ikhtisar kebijakan akuntansi yang penting yang termasuk namun tidak terbatas
pada:
a. Kategorisasi dan dasar pengukuran (measurement basis) Kewajiban atas surat
berharga yang dijual dengan janji dibeli kembali dalam penyusunan laporan
keuangan; dan
b. Kebijakan akuntansi lainnya yang relevan dengan Kewajiban atas surat berharga
yang dijual dengan janji dibeli kembali yang dapat mendukung pemahaman
terhadap laporan keuangan.
2. Kategorisasi dan nilai tercatat kewajiban atas surat berharga yang dijual dengan
janji dibeli kembali, yaitu:
a. Diukur pada Nilai Wajar melalui Laporan Laba Rugi
b. Diukur pada Biaya Perolehan Diamortisasi.
3. Jumlah transaksi kewajiban atas surat berharga yang dijual dengan janji dibeli
kembali yang diterbitkan kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa.
G. Contoh kasus
Karena kekurangan dana (likuiditas), pada tanggal 1 Januari 2010 Bank A dan Bank B
membuat perjanjian perolehan dana dalam bentuk transaksi penjualan surat berharga
dengan janji dibeli kembali, dimana Bank A setuju untuk melakukan penjualan surat
berharga dengan janji dibeli kembali dari Bank B sebesar Rp. 1.000.000.000 dengan
jangka waktu 45 hari dan tingkat suku bunga sebesar 8%. Untuk menjual surat berharga
dimaksud, Bank A membayar brokerage fee sebesar Rp. 5.000.000. Penyelesaian
dilakukan pada tanggal 2 Januari 2010.
Asumsi:
− Jumlah hari perhitungan bunga dalam satu tahun aktual/360 hari.
− Tingkat materialitas untuk biaya transaksi dan pendapatan yang dapat diatribusikan
secara langsung pada kredit di bank A sebesar Rp. 20.000.000.
Jurnal transaksi
a. Pencatatan brokerage fee pada tanggal 1 Januari 2010
Db. Beban pembayaran fee Rp. 5.000.000
Kr. Kas/Rekening.../Giro BI Rp. 5.000.000
b. Pencatatan penyelesaian transaksi repo pada tanggal 2 Januari 2010
Db. Kas/Rekening.../Giro BI Rp. 1.000.000.000
Kr. Kewajiban repo Rp. 1.000.000.000
c. Pengakuan beban bunga pada tanggal 31 Januari 2010
Db. Beban bunga – kewajiban repo Rp. 6.666.667
Kr. Kewajiban repo Rp. 6.666.667
d. Pengakuan beban bunga pada tanggal 15 Februari 2010
Db. Beban bunga – Kewajiban repo Rp. 3.333.333
Kr. Kewajiban repo Rp. 3.333.333
e. Pada saat jatuh tempo transaksi repo tanggal 31 Januari 2010
Db. Kewajiban repo Rp. 1.010.000.000
Kr. Kas/Rekening.../Giro BI Rp. 1.010.000.000
B. Dasar Pengaturan
1. Kewajiban keuangan adalah setiap kewajiban berupa:
a. Kewajiban kontraktual:
(i) untuk menyerahkan kas atau aset keuangan lain kepada entitas lain; atau
(ii) untuk mempertukarkan aset keuangan atau kewajiban keuangan dengan
entitas lain dengan kondisi yang berpotensi tidak menguntungkan entitas
tersebut;
b. kontrak yang akan atau mungkin diselesaikan dengan menggunakan instrumen
ekuitas yang diterbitkan entitas dan merupakan suatu:
(i) non derivatif dimana entitas harus atau mungkin diwajibkan untuk
menerima suatu jumlah yang bervariasi dari instrumen ekuitas yang
diterbitkan entitas; atau
(ii) derivatif yang akan atau mungkin diselesaikan selain dengan memper-
tukarkan sejumlah tertentu kas atau aset keuangan lain dengan sejumlah
tertentu instrumen ekuitas yang diterbitkan entitas. Untuk tujuan ini,
instrumen ekuitas yang diterbitkan entitas tersebut tidak termasuk
instrumen yang merupakan kontrak untuk menerima atau menyerahkan
instrumen ekuitas yang diterbitkan entitas tersebut di masa yang akan
datang. (PSAK 50: Paragraf 7)
2. Fitur penting dalam membedakan antara kewajiban keuangan dan instrumen
ekuitas adalah adanya kewajiban kontraktual satu pihak dari instrumen keuangan
(penerbit), untuk menyerahkan kas atau aset keuangan lain kepada pihak lainnya
(holder), atau untuk mempertukarkan aset keuangan atau kewajiban keuangan
dengan pemegang instrumen ekuitas (holder) dalam kondisi yang berpotensi tidak
menguntungkan pihak penerbit. Walaupun pemegang instrumen ekuitas mungkin
berhak menerima dividen atau bentuk distribusi ekuitas lainnya secara pro rata,
pihak penerbit tidak memiliki kewajiban kontraktual untuk melakukan distribusi
b. Pada saat pengakuan awal telah ditetapkan oleh entitas untuk diukur pada
nilai wajar melalui laporan laba rugi. Entitas dapat menggunakan penetapan
ini hanya bila memenuhi paragraf 11, atau ketika melakukannya akan
menghasilkan informasi yang lebih relevan, karena:
(i) mengeliminasi atau mengurangi secara signifikan ketidakkonsistenan peng-
ukuran dan pengakuan (kadang diistilahkan sebagai accounting mismatch)
yang dapat timbul dari pengukuran aset atau kewajiban atau pengakuan
keuntungan dan kerugian karena penggunaan dasar-dasar yang berbeda;
atau
(ii) kelompok aset keuangan, kewajiban keuangan atau keduanya dikelola dan
kinerjanya dievaluasi berdasarkan nilai wajar, sesuai dengan manajemen
risiko atau strategi investasi yang didokumentasikan, dan informasi tentang
kelompok tersebut disediakan secara internal kepada manajemen kunci
dari entitas (sebagaimana didefinisikan dalam PSAK 7: Pengungkapan
Pihak-pihak yang mempunyai Hubungan Istimewa), misalnya Direksi.
(PSAK 55: Paragraf 8)
13. Kewajiban keuangan yang diklasifikasikan dalam kelompok diperdagangkan
meliputi:
...
(c) kewajiban keuangan yang diterbitkan dengan suatu intensi untuk dibeli
kembali dalam waktu dekat (misalnya instrumen utang yang memiliki pasar
aktif, dimana penerbitnya dapat membeli kembali instrumen tersebut dalam
waktu dekat, tergantung pada perubahan nilai wajarnya);... (PSAK 55: PA28)
14. Biaya perolehan diamortisasi dari aset keuangan atau kewajiban keuangan adalah
jumlah aset keuangan atau kewajiban keuangan yang diukur pada saat pengakuan
awal dikurangi pembayaran pokok, ditambah atau dikurangi dengan amortisasi
kumulatif menggunakan metode suku bunga efektif yang dihitung dari selisih
antara nilai awal dan nilai jatuh temponya, dan dikurangi penurunan (baik secara
langsung maupun menggunakan perkiraan cadangan) untuk penurunan nilai atau
nilai yang tidak dapat ditagih. (PSAK 55: Paragraf 8)
15. Biaya transaksi adalah biaya tambahan yang dapat diatribusikan secara langsung
pada perolehan, penerbitan atau pelepasan aset keuangan atau kewajiban
keuangan (lihat Pedoman Aplikasi paragraf 13). Biaya tambahan adalah biaya yang
tidak akan terjadi apabila entitas tidak memperoleh, menerbitkan atau melepaskan
instrumen keuangan. (PSAK 55: Paragraf 8)
Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia I 101
Bab IV I S u r a t Berharga
16. Selain yang dinyatakan dalam paragraf 10, jika kontrak memiliki satu atau lebih
derivatif melekat, entitas dapat menetapkan keseluruhan kontrak dari instrumen
yang digabungkan atau instrumen campuran sebagai aset keuangan atau kewajiban
keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi, kecuali:
(a) derivatif melekat tersebut tidak memodifikasi secara signifikan arus kas yang
dipersyaratkan oleh kontrak; atau
(b) terlihat jelas dengan sedikit atau tanpa analisa ketika instrumen yang digabungkan
atau instrumen campuran yang serupa pertama kali dipertimbangkan bahwa
pemisahan derivatif melekat tidak diperkenankan, seperti opsi pelunasan lebih
awal yang melekat dalam pinjaman yang memungkinkan pemegangnya untuk
melunasi lebih awal pinjamannya sebesar kurang lebih biaya yang diamortisasi.
(PSAK 55: Paragraf 11)
17. Jika entitas diharuskan oleh Pernyataan ini untuk memisahkan derivatif melekat
dari kontrak utamanya, namun entitas tersebut tidak dapat mengukur derivatif
melekatnya secara terpisah, baik pada saat perolehan ataupun pada tanggal
pelaporan keuangan berikutnya, maka entitas memperlakukan keseluruhan kontrak
dari instrumen yang digabungkan atau instrumen campuran tersebut sebagai aset
keuangan atau kewajiban keuangan yang ditetapkan untuk diukur pada nilai wajar
melalui laporan laba rugi. (PSAK 55: Paragraf 12)
18. Biaya transaksi meliputi fee dan komisi yang dibayarkan pada para agen (termasuk
karyawan yang berperan sebagai agen penjual/selling agent), konsultan, perantara
efek dan pedagang efek; pungutan wajib yang dilakukan oleh pihak regulator dan
bursa efek, serta pajak dan bea yang dikenakan atas transfer yang dilakukan. Biaya-
biaya transaksi tidak termasuk premium atau diskonto utang, biaya pendanaan
(financing costs), atau biaya administrasi internal atau biaya penyimpanan (holding
costs). (PSAK 55: PA26)
19. Setelah pengakuan awal, entitas mengukur seluruh kewajiban keuangan pada biaya
perolehan diamortisasi dengan menggunakan metode suku bunga efektif, kecuali
untuk:
(a) kewajiban keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi.
Kewajiban tersebut, termasuk derivatif yang diakui sebagai kewajiban, diukur
pada nilai wajarnya, kecuali untuk derivatif kewajiban yang terkait dengan dan
diselesaikan melalui penyerahan instrumen ekuitas yang tidak memiliki kuotasi
harga di pasar aktif seperti diatas dan nilai wajarnya tidak dapat diukur secara
handal, diukur pada biaya perolehan.
(b) kewajiban keuangan yang timbul ketika sebuah transfer aset keuangan
tidak memenuhi syarat penghentian pengakuan atau transfer yang dicatat
menggunakan pendekatan keterlibatan berkelanjutan. paragraf 29 dan 31
diterapkan dalam pengukuran kewajiban keuangan tersebut... (PSAK 55:
Paragraf 47)
20. Metode suku bunga efektif adalah metode yang digunakan untuk menghitung
biaya perolehan diamortisasi dari aset keuangan atau kewajiban keuangan
(atau kelompok aset keuangan atau kewajiban keuangan) dan metode untuk
mengalokasikan pendapatan bunga atau beban bunga selama periode yang
relevan. Suku bunga efektif adalah suku bunga yang secara tepat mendiskontokan
estimasi pembayaran atau penerimaan kas di masa datang selama perkiraan umur
dari instrumen keuangan, atau jika lebih tepat, digunakan periode yang lebih
singkat untuk memperoleh nilai tercatat bersih dari aset keuangan atau kewajiban
keuangan. Pada saat menghitung suku bunga efektif, entitas mengestimasi arus
kas dengan mempertimbangkan seluruh persyaratan kontraktual dalam instrumen
keuangan tersebut (seperti pelunasan dipercepat, opsi beli (call option) dan opsi
serupa lainnya), namun tidak mempertimbangkan kerugian kredit di masa datang.
Perhitungan ini mencakup seluruh komisi dan bentuk lain yang dibayarkan atau
diterima oleh para pihak dalam kontrak yang merupakan bagian tak terpisahkan
dari suku bunga efektif (lihat PSAK 23: Pendapatan), biaya transaksi, dan seluruh
premium atau diskonto lainnya. Secara umum arus kas dan perkiraan umur dari
kelompok instrumen keuangan yang serupa dapat diestimasi secara handal. Namun
demikian, dalam kasus yang jarang terjadi, apabila tidak mungkin mengestimasi
arus kas atau perkiraan umur instrumen keuangan (atau kelompok instrumen
keuangan) secara handal, maka entitas menggunakan arus kas kontraktual selama
periode kontraktual dari instrumen keuangan (atau kelompok instrumen keuangan)
tersebut. (PSAK 55: Paragraf 8)
21. Untuk aset keuangan dan kewajiban keuangan dengan suku bunga mengambang;
estimasi ulang yang dilakukan secara berkala atas arus kas guna mencerminkan
pergerakan suku bunga pasar akan mempengaruhi suku bunga efektifnya. Apabila
aset keuangan atau kewajiban keuangan dengan suku bunga mengambang
pertama kali diakui pada nilai setara dengan jumlah pokok piutang atau utang saat
jatuh tempo, maka estimasi ulang yang dilakukan atas pembayaran bunga di masa
datang biasanya tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap nilai tercatat
aset atau kewajiban tersebut. (PSAK 55: PA19)
22. Jika entitas merevisi estimasi pembayaran atau penerimaannya, maka entitas
menyesuaikan nilai tercatat aset keuangan atau kewajiban keuangan (atau kelompok
instrumen keuangan) untuk mencerminkan arus kas aktual dan arus kas estimasi
yang telah direvisi. Entitas menghitung kembali nilai tercatat dengan menghitung
nilai kini dari estimasi arus kas masa datang menggunakan suku bunga efektif awal
dari instrumen keuangan tersebut. Penyesuaian ini diakui sebagai pendapatan atau
beban dalam laporan laba rugi. (PSAK 55: PA20)
23. Untuk aset keuangan dan kewajiban keuangan yang dicatat pada biaya perolehan
diamortisasi (lihat paragraf 46 dan 47), keuntungan atau kerugian diakui pada lapor-
an laba rugi ketika aset keuangan atau kewajiban keuangan tersebut dihentikan
pengakuannya atau mengalami penurunan nilai, dan melalui proses amortisasi...
(PSAK 55: Paragraf 57)
24. Penghentian pengakuan adalah pengeluaran aset keuangan atau kewajiban keuang-
an yang sebelumnya telah diakui dari neraca entitas. (PSAK 55: Paragraf 8)
25. Entitas mengeluarkan kewajiban keuangan (atau bagian dari kewajiban keuangan)
dari neracanya, jika dan hanya jika, kewajiban keuangan tersebut berakhir, yaitu
ketika kewajiban yang ditetapkan dalam kontrak dilepaskan atau dibatalkan atau
kadaluwarsa. (PSAK 55: Paragraf 39)
26. Pertukaran diantara peminjam dan pemberi pinjaman yang saat ini ada atas
instrumen utang dengan persyaratan yang berbeda secara substansial dicatat
sebagai penghapusan (extinguishment) kewajiban keuangan awal dan pengakuan
kewajiban keuangan baru. Demikian juga, modifikasi secara substansial atas
ketentuan kewajiban keuangan yang saat ini ada atau bagian dari kewajiban
keuangan tersebut (terlepas ada atau tidak keterkaitannya dengan kesulitan
keuangan debitur) dicatat sebagai penghapusan kewajiban keuangan awal dan
pengakuan kewajiban keuangan baru. (PSAK 55: Paragraf 40)
27. Selisih antara (a) nilai tercatat kewajiban keuangan (atau bagian dari kewajiban ke-
uangan) yang berakhir atau yang ditransfer pada pihak lain, dengan (b) jumlah yang
dibayarkan, termasuk aset non kas yang ditransfer atau kewajiban yang ditanggung,
diakui dalam laporan laba rugi. (PSAK 55: Paragraf 41)
28. Jika entitas membeli kembali bagian dari kewajiban keuangan, maka entitas meng-
alokasikan nilai tercatat sebelumnya dari kewajiban keuangan tersebut kepada
bagian yang tetap diakui dan bagian yang dihentikan pengakuannya berdasarkan
nilai wajar relatif dari kedua bagian tersebut pada tanggal pembelian kembali.
Selisih antara (a) nilai tercatat yang dialokasikan pada bagian yang dihentikan
pengakuannya, dengan (b) jumlah yang dibayarkan, termasuk aset non kas
yang ditransfer atau kewajiban yang ditanggung, untuk bagian yang dihentikan
pengakuannya tersebut diakui dalam laporan laba rugi. (PSAK 55: Paragraf 42)
C. Penjelasan
1. Bank yang menerbitkan surat berharga pada saat pengakuan awal harus menetapkan
apakah surat berharga tersebut merupakan kewajiban keuangan atau instrumen
ekuitas yang didasarkan pada substansi perjanjian kontraktual dan bukan pada
bentuk hukumnya.
2. Kategori Surat Berharga
Surat berharga yang diterbitkan yang merupakan kewajiban keuangan dapat
diklasifikasikan dalam 2 kategori kewajiban keuangan, yaitu:
Biaya perolehan diamortisasi Surat berharga yang tidak Diukur pada Nilai Wajar melalui
2
(amortised cost) Laporan Laba Rugi.
D. Perlakuan Akuntansi
Pengakuan dan Pengukuran
1. Pada saat penerbitan surat berharga, bank mengakui “Surat Berharga yang
Diterbitkan” sebesar nilai wajar, yaitu:
2. Setelah penerbitan surat berharga, bank mencatat “Surat Berharga yang Diterbitkan”
sebagai berikut:
Kategori Kewajiban
No. Keterangan
Keuangan
Sebesar nilai wajar. Keuntungan atau kerugian yang
Diukur pada Nilai Wajar melalui
1 timbul dari perubahan nilai wajar surat berharga diakui
Laporan Laba Rugi
pada laporan laba rugi.
3. Pengertian biaya transaksi dan perlakuan amortisasi atas biaya transaksi untuk surat
berharga yang diterbitkan mengacu pada pengertian biaya transaksi dan perlakuan
amortisasi atas biaya transaksi sebagaimana pada Bab mengenai Kredit.
4. Perlakuan akuntansi untuk penghentian pengakuan surat berharga yang diterbitkan
mengacu pada perlakuan akuntansi pada Bab mengenai Kredit.
Penyajian
Surat berharga yang diterbitkan disajikan di neraca sesuai kategori kewajiban keuangan,
yaitu:
Kategori Kewajiban
No. Keterangan
Keuangan
Diukur pada Nilai Wajar melalui
1 Sebesar nilai wajar.
Laporan Laba Rugi
Sebesar biaya perolehan diamortisasi (amortised cost), yaitu
nilai wajar surat berharga yang diukur pada saat pengakuan
Biaya Perolehan Diamortisasi
2 awal, ditambah atau dikurangi dengan amortisasi kumulatif
(amortised cost)
menggunakan metode suku bunga efektif yang dihitung dari
selisih antara nilai awal dan nilai jatuh temponya.
E. Ilustrasi Jurnal
Surat Berharga yang Diukur pada Nilai Wajar melalui Laporan Laba Rugi
1. Pada saat menerbitkan
Db. Kas/Rekening.../Giro BI
Kr. Surat berharga - Diukur pada Nilai Wajar melalui Laporan Laba Rugi
(sebesar harga penerbitan)
2. Pencatatan biaya transaksi terkait penerbitan surat berharga
Db. Beban
Kr. Kas/Rekening.../Giro BI
3. Pada saat pengakuan beban bunga
Db. Beban bunga
Kr. Beban bunga yang masih harus dibayar
4. Pada saat realisasi beban bunga
Db. Beban bunga yang masih harus dibayar
Kr. Kas/Rekening.../Giro BI
Surat Berharga yang Diukur pada Biaya Perolehan Diamortisasi (Amortised Cost)
1. Surat berharga dengan sistem diskonto (bunga dibayar dimuka)
a. Pada saat menerbitkan
Db. Kas/Rekening.../Giro BI
Kr. Surat berharga – amortised cost
(Sebesar harga penerbitan dikurangi bunga dibayar dimuka)
b. Pencatatan biaya transaksi yang dapat diatribusikan
Db. Surat berharga – amortised cost
Kr. Kas/Rekening.../Giro BI
atau
Db. Beban bunga
Kr. Kas/Rekening.../Giro BI
(apabila biaya transaksi tidak perlu diamortisasi)
c. Pada saat amortisasi diskonto dan biaya transaksi
Db. Beban bunga
Kr. Surat berharga – amortised cost
d. Pada saat jatuh tempo
Db. Surat berharga – amortised cost
Kr. Kas/Rekening.../Giro BI
c. Pada saat pengakuan beban bunga dan amortisasi premium dan biaya
transaksi
Db./Kr. Surat berharga – amortised cost
(sebesar nilai amortisasi premium dan biaya transaksi)
Kr./Db. Beban bunga
Kr. Beban bunga yang masih harus dibayar
d. Pada saat realisasi beban bunga
Db. Beban bunga yang masih harus dibayar
Kr. Kas/Rekening.../Giro BI
e. Pada saat jatuh tempo
Db. Surat berharga – amortised cost
Kr. Kas/Rekening.../Giro BI
4. Surat berharga dengan sistem bunga (at discount)
a. Pada saat menerbitkan
Db. Kas/Rekening.../Giro BI
Kr. Surat berharga – amortised cost
(Sebesar harga penerbitan)
b. Pencatatan biaya transaksi yang dapat diatribusikan
Db. Surat berharga – amortised cost
Kr. Kas/Rekening.../Giro BI
atau
Db. Beban bunga
Kr. Kas/Rekening.../Giro BI
(apabila biaya transaksi tidak perlu diamortisasi)
c. Pada saat pengakuan beban bunga dan amortisasi diskonto dan biaya
transaksi
Db. Beban bunga
Kr. Surat berharga – amortised cost
(sebesar nilai amortisasi diskonto dan biaya transaksi)
Kr. Beban bunga yang masih harus dibayar
d. Pada saat realisasi beban bunga
Db. Beban bunga yang masih harus dibayar
Kr. Kas/Rekening.../Giro BI
F. Pengungkapan
Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain:
1. Ikhtisar kebijakan akuntansi yang penting yang termasuk namun tidak terbatas
pada:
a. Kategorisasi dan dasar pengukuran (measurement basis) kewajiban atas surat
berharga yang dijual dengan janji dibeli kembali dalam penyusunan laporan
keuangan; dan
b. Kebijakan akuntansi lainnya yang relevan dengan kewajiban atas surat berharga
yang dijual dengan janji dibeli kembali yang dapat mendukung pemahaman
terhadap laporan keuangan.
2. Kategorisasi dan nilai tercatat kewajiban atas surat berharga yang dijual dengan
janji dibeli kembali, yaitu:
a. Diukur pada Nilai Wajar melalui Laporan Laba Rugi
b. Diukur pada Biaya Perolehan Diamortisasi.
3. Jumlah transaksi kewajiban atas surat berharga yang dijual dengan janji dibeli
kembali yang diterbitkan kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa.
G. Contoh Kasus
Pada tanggal 1 Desember 2010 Bank XYZ menerbitkan obligasi Rp.1.000.000.000
dengan kupon bunga 7,5% pada 99,375. Obligasi tersebut jatuh tempo pada tanggal
24 Agustus 2020. Bunga dibayarkan setiap tanggal 24 Februari dan 24 Agustus. Untuk
menerbitkan obligasi dimaksud, Bank XYZ membayar brokerage fee sebesar Rp.
20.000.000. Penyelesaian dilakukan pada tanggal 3 Desember 2010. Bank XYZ mencatat
transaksi pembelian surat berharga menggunakan pendekatan tanggal penyelesaian.
Asumsi:
− Jumlah hari perhitungan bunga dalam satu tahun aktual/360 hari.
− Tingkat materialitas untuk biaya transaksi dan pendapatan yang dapat diatribusikan
secara langsung pada kredit di bank XYZ sebesar Rp. 20.000.000.
(lihat tabel)
Diskonto/
Amortisasi
Beban Bunga Beban Bunga Premium Pengakuan
Tanggal Pokok Diskonto/ Nilai Tercatat
Bab IV I S u r a t
114 I P e d o m a n
Kupon (a) Premium (f) = (a) + (e)
(b) Bunga Efektif Diamortisasi dalam L/R
(d) = (c) - (b)
(e)
3-Dec-10 - 1.000.000.000 - - - (26.250.000) 973.750.000 -
Berharga
Ilustrasi Jurnal
1. Pencatatan pembayaran brokerage fee tanggal 1 Desember 2010
Db. Surat berharga yang diterbitkan – amortised cost Rp. 20.000.000
Kr. Kas/Rekening.../Giro BI Rp. 20.000.000
2. Pencatatan pada saat penyelesaian tanggal 3 Desember 2010
Db. Kas/Rekening.../Giro BI Rp. 993.750.000
Kr. Surat berharga yang diterbitkan – amortised cost Rp. 993.750.000
3. Pengakuan bunga, amortisasi diskonto dan biaya transaksi pada tanggal 31
Desember 2010
Db. Beban bunga – surat berharga yang diterbitkan Rp. 5.973.969
Kr. Surat berharga yang diterbitkan – amortised cost Rp. 140.636
Kr. Beban bunga yang masih harus dibayar –
surat berharga yang diterbitkan Rp. 5.833.333
4. Pengakuan bunga, amortisasi diskonto dan biaya transaksi pada tanggal 31 Januari
2011
Db. Beban bunga – surat berharga yang diterbitkan Rp 6.614.992
Kr. Surat berharga yang diterbitkan – amortised cost Rp 156.659
Kr. Beban bunga yang masih harus dibayar –
surat berharga yang diterbitkan Rp 6.458.333
5. Pengakuan bunga, amortisasi diskonto dan biaya transaksi pada tanggal 24 Februari
2011
Db. Beban bunga – surat berharga yang diterbitkan Rp 5.122.108
Kr. Surat berharga yang diterbitkan – amortised cost Rp 122.108
Kr. Beban bunga yang masih harus dibayar –
surat berharga yang diterbitkan Rp 5.000.000
6. Pembayaran bunga pada tanggal 24 Februari 2011
Db. Beban bunga yang masih harus dibayar – surat berharga
yang diterbitkan Rp 17.291.666
Kr. Kas/Rekening.../Giro BI Rp 17.291.666
Jurnal untuk pengakuan dan pembayaran bunga serta amortisasi selanjutnya sama
dengan jurnal di atas
7. Pencatatan amortisasi diskonto dan biaya transaksi pada tanggal 24 Agustus 2020
Db. Beban bunga – surat berharga yang diterbitkan Rp 39.584.088
Kr. Surat berharga yang diterbitkan – amortised cost Rp 1.875.754
Kr. Beban bunga yang masih harus dibayar - surat berharga
yang diterbitkan Rp 37.708.333
h) Pencatatan pelunasan obligasi pada saat jatuh tempo pada tanggal 24 Agustus 2020
Db. Surat berharga yang diterbitkan – amortised cost Rp. 1.000.000.000
Db. Beban bunga yang masih harus dibayar -
surat berharga yang diterbitkan Rp 37.708.333
Kr. Kas/Rekening.../Giro BI Rp 1.037.708.333
Bab V
Kredit
rintah dan pemberi dana (lender). Bank tetap menanggung risiko atas kegagalan
pemberian kredit tersebut atau sesuai perjanjian.
4. Kredit yang Dijamin adalah kredit yang seluruh atau sebagian risikonya ditanggung
oleh pemerintah/asuransi atau pihak lain.
5. Kartu Kredit (Credit Card) adalah fasilitas/kredit yang diberikan oleh bank yang
penarikannya dilakukan melalui pembayaran transaksi jasa dan perdagangan serta
penarikan tunai (cash advance) sampai dengan jumlah tertentu sesuai dengan
batas/limit yang ditentukan oleh bank.
6. Anjak Piutang (Factoring) adalah jenis pembiayaan dalam bentuk pembelian
dan/atau pengalihan piutang atau tagihan jangka pendek suatu perusahaan dari
transaksi usaha.
7. EBA (Efek Beragun Aset) adalah Instrumen keuangan yang sumber utama
pembayarannya berasal dari aliran kas yang dihasilkan oleh underlying asetnya dan
bukan dari kemampuan membayar dari perusahaan yang memiliki aset tersebut
(originator).
B. Dasar Pengaturan
1. Catatan atas laporan keuangan meliputi penjelasan naratif atau rincian jumlah yang
tertera dalam neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, dan laporan perubahan
ekuitas serta informasi tambahan seperti kewajiban kontinjensi dan komitmen...
(PSAK 1: Paragraf 70)
2. Dalam rangka membantu pengguna laporan memahami laporan keuangan dan
membandingkannya dengan laporan keuangan perusahaan lain, catatan atas
laporan keuangan umumnya disajikan dengan urutan sebagai berikut:
...
(c) pengungkapan lain termasuk kontinjensi, komitmen, dan pengungkapan
keuangan lainnya serta pengungkapan yang bersifat non-keuangan...
(PSAK 1: Paragraf 71)
3. Pinjaman yang diberikan dan piutang adalah aset keuangan non derivatif dengan
pembayaran tetap atau telah ditentukan dan tidak mempunyai kuotasi di pasar
aktif, kecuali:
a. pinjaman yang diberikan dan piutang yang dimaksudkan oleh entitas untuk dijual
dalam waktu dekat, yang diklasifikasikan dalam kelompok diperdagangkan,
serta pinjaman yang diberikan dan piutang yang pada saat pengakuan awal
oleh entitas ditetapkan sebagai aset keuangan yang diukur pada nilai wajar
melalui laporan laba rugi;
b. pinjaman yang diberikan dan piutang yang pada saat pengakuan awal
ditetapkan dalam kelompok tersedia untuk dijual; atau
c. pinjaman yang diberikan dan piutang dalam hal pemilik mungkin tidak
akan memperoleh kembali investasi awal secara substansial kecuali yang
disebabkan oleh penurunan kualitas pinjaman yang diberikan dan piutang,
dan diklasifikasikan sebagai kelompok tersedia untuk dijual.
Kepemilikan atas kelompok aset yang bukan merupakan pinjaman yang diberikan
atau piutang (seperti kepemilikan atas Reksadana atau yang serupa) tidak dapat
diklasifikasikan sebagai pinjaman yang diberikan atau piutang. (PSAK 55: Paragraf 8)
4. Aset keuangan non derivatif dengan pembayaran yang telah ditetapkan atau
pembayaran yang dapat ditentukan (termasuk aset pinjaman yang diberikan,
piutang dagang, investasi dalam instrumen utang, dan simpanan pada bank) dapat
berpotensi untuk memenuhi definisi pinjaman yang diberikan dan piutang. Namun,
suatu aset keuangan yang memiliki kuotasi di pasar aktif (seperti instrumen utang
yang memiliki kuotasi di Bursa, lihat paragraf PA86) tidak memenuhi kriteria
untuk diklasifikasikan sebagai suatu pinjaman yang diberikan atau piutang. Aset
keuangan yang tidak memenuhi definisi pinjaman yang diberikan dan piutang
dapat diklasifikasikan sebagai investasi dalam kelompok dimiliki hingga jatuh tempo
apabila aset keuangan memenuhi persyaratan/kriteria untuk pengklasifikasian
tersebut… (PSAK 55: PA39)
5. Jika, karena perubahan intensi atau kemampuan entitas, instrumen tersebut
tidak tepat lagi diklasifikasikan sebagai investasi dalam kelompok dimiliki hingga
jatuh tempo, maka investasi tersebut harus direklasifikasi menjadi investasi dalam
kelompok tersedia untuk dijual dan diukur kembali pada nilai wajarnya… (PSAK 55:
Paragraf 52)
6. Jika terjadi penjualan atau reklasifikasi atas investasi dalam kelompok dimiliki
hingga jatuh tempo dalam jumlah yang lebih dari jumlah yang tidak signifikan yang
tidak memenuhi salah satu kriteria paragraf 8, maka sisa investasi dalam kelompok
dimiliki hingga jatuh tempo harus direklasifikasikan menjadi investasi dalam
kelompok tersedia untuk dijual (tainting rule)… (PSAK 55: Paragraf 53)
7. ... Entitas tidak boleh mengklasifikasikan aset keuangan sebagai investasi dimiliki
hingga jatuh tempo, jika dalam tahun berjalan atau dalam kurun waktu dua tahun
sebelumnya, telah menjual atau mereklasifikasi investasi dimiliki hingga jatuh tempo
dalam jumlah yang lebih dari jumlah yang tidak signifikan (more than insignificant)
sebelum jatuh tempo (lebih dari jumlah yang tidak signifikan dibandingkan dengan
total nilai investasi dimiliki hingga jatuh tempo)… (PSAK 55: Paragraf 8)
8. …Pada saat pengakuan awal suatu aset keuangan yang tidak diklasifikasikan
sebagai suatu pinjaman yang diberikan atau piutang, entitas dapat menetapkan
aset keuangan tersebut sebagai aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui
laporan laba rugi, atau aset keuangan yang diklasifikasikan dalam kelompok tersedia
untuk dijual. (PSAK 55: PA39)
9. Pada saat pengakuan awal aset keuangan atau kewajiban keuangan, entitas meng-
ukur pada nilai wajarnya. Dalam hal aset keuangan atau kewajiban keuangan tidak
diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi, nilai wajar tersebut ditambah bia-
ya transaksi yang dapat diatribusikan secara langsung dengan perolehan atau pe-
nerbitan aset keuangan atau kewajiban keuangan tersebut. (PSAK 55: Paragraf 43)
10. Bukti terbaik dari nilai wajar adalah harga kuotasi di pasar yang aktif. Apabila pasar
untuk suatu instrumen keuangan tidak aktif, entitas menetapkan nilai wajar dengan
menggunakan teknik penilaian. … (PSAK 55: Paragraf 49)
11. Nilai wajar aset keuangan pada saat pengakuan awal biasanya sama dengan harga
transaksinya (yaitu nilai wajar pembayaran yang diserahkan atau diterima, lihat
juga paragraf 91)… (PSAK 55: PA 79)
12. Biaya transaksi adalah biaya tambahan yang dapat diatribusikan secara langsung
untuk perolehan, penerbitan atau pelepasan aset keuangan atau kewajiban keuang-
an (lihat Pedoman Aplikasi paragraf 13). Biaya tambahan adalah biaya yang tidak
akan terjadi apabila entitas tidak memperoleh, menerbitkan atau melepaskan
instrumen keuangan. (PSAK 55: Paragraf 8 )
13. Biaya transaksi meliputi fee dan komisi yang dibayarkan pada para agen (termasuk
karyawan yang berperan sebagai agen penjual/selling agent), konsultan, perantara
efek dan pedagang efek, pungutan wajib yang dilakukan oleh pihak regulator dan
bursa efek, serta pajak dan bea yang dikenakan atas transfer yang dilakukan. Biaya-
biaya transaksi tidak termasuk premium atau diskonto utang, biaya pendanaan
(financing costs), atau biaya administrasi internal atau biaya penyimpanan (holding
costs). (PSAK 55: PA 26)
14. Jika entitas memberikan pinjaman dengan suku bunga diluar suku bunga pasar
(misalnya 5 persen sedangkan suku bunga pasar untuk pinjaman serupa adalah
8 persen) dan menerima fee dimuka sebagai kompensasinya, maka entitas meng-
akui pinjaman tersebut pada nilai wajarnya, yaitu nilai setelah dikurangi fee
yang diterimanya. Entitas mengakui diskon yang terjadi pada laporan laba rugi
menggunakan metode suku bunga efektif. (PSAK 55: PA 80)
15. Untuk tujuan pengukuran nilai aset keuangan setelah pengakuan awal. Pernyataan
ini mengklasifikasikan aset keuangan dalam empat kategori sebagaimana didefinisi-
kan pada paragraf 8:
(a) aset keuangan yang ditetapkan untuk diukur pada nilai wajar melalui laporan
laba rugi
(b) investasi dimiliki hingga jatuh tempo
(c) pinjaman yang diberikan atau piutang, dan
(d) aset keuangan tersedia untuk dijual
Keempat kategori diatas menggunakan pengukuran dan pengakuan laba atau rugi
berdasarkan Pernyataan ini... (PSAK 55: Paragraf 45)
16. Setelah pengakuan awal, entitas mengukur aset keuangan, termasuk derivatif yang
diakui sebagai aset, pada nilai wajarnya, tanpa harus dikurangi biaya transaksi yang
mungkin timbul saat penjualan, atau pelepasan lain, kecuali untuk aset keuangan
berikut ini:
(a) pinjaman yang diberikan dan piutang sesuai definisi paragraf 8, yang diukur
pada biaya perolehan diamortisasi dengan menggunakan metode suku bunga
efektif; ... (PSAK 55: Paragraf 46)
17. Biaya perolehan diamortisasi dari aset keuangan atau kewajiban keuangan adalah
jumlah aset keuangan atau kewajiban keuangan yang diukur pada saat pengakuan
awal dikurangi pembayaran pokok, ditambah atau dikurangi dengan amortisasi
kumulatif menggunakan metode suku bunga efektif yang dihitung dari selisih
antara nilai awal dan nilai jatuh temponya, dan dikurangi penurunan (baik secara
langsung maupun menggunakan perkiraan cadangan) untuk penurunan nilai atau
nilai yang tidak dapat ditagih. (PSAK 55: Paragraf 8)
18. Metode suku bunga efektif adalah metode yang digunakan untuk menghitung
biaya perolehan diamortisasi dari aset keuangan atau kewajiban keuangan
(atau kelompok aset keuangan atau kewajiban keuangan) dan metode untuk
mengalokasikan pendapatan bunga atau beban bunga selama periode yang
relevan. Suku bunga efektif adalah suku bunga yang secara tepat mendiskontokan
estimasi pembayaran atau penerimaan kas di masa datang selama perkiraan umur
dari instrumen keuangan, atau jika lebih tepat, digunakan periode yang lebih
singkat untuk memperoleh nilai tercatat bersih dari aset keuangan atau kewajiban
keuangan. Pada saat menghitung suku bunga efektif, entitas mengestimasi arus
kas dengan mempertimbangkan seluruh persyaratan kontraktual dalam instrumen
keuangan tersebut (seperti pelunasan dipercepat, opsi beli (call option) dan opsi
serupa lainnya), namun tidak mempertimbangkan kerugian kredit di masa datang.
Perhitungan ini mencakup seluruh komisi dan bentuk lain yang dibayarkan atau
diterima oleh para pihak dalam kontrak yang merupakan bagian tak terpisahkan
dari suku bunga efektif (lihat PSAK 23: Pendapatan), biaya transaksi, dan seluruh
premium atau diskonto lainnya. Secara umum arus kas dan perkiraan umur dari
kelompok instrumen keuangan yang serupa dapat diestimasi secara handal. Namun
demikian, dalam kasus yang jarang terjadi, apabila tidak mungkin mengestimasi
arus kas atau perkiraan umur instrumen keuangan (atau kelompok instrumen
keuangan) secara handal, maka entitas menggunakan arus kas kontraktual selama
periode kontraktual dari instrumen keuangan (atau kelompok instrumen keuangan)
tersebut. (PSAK 55: Paragraf 8)
19. Dalam beberapa kasus, aset keuangan diperoleh dengan diskon yang sangat besar
yang pada dasarnya mencerminkan kerugian kredit yang terjadi. Entitas harus
memasukkan kerugian kredit yang terjadi tersebut dalam estimasi arus kas ketika
menghitung suku bunga efektif. (PSAK 55: PA17)
20. Apabila entitas menerapkan metode suku bunga efektif, maka entitas tersebut
biasanya mengamortisasi setiap fee, poin yang dibayarkan atau diterima, biaya
transaksi, dan premium atau diskonto lainnya yang termasuk dalam perhitungan
suku bunga efektif selama perkiraan umur instrumen tersebut. Namun, periode
yang lebih singkat digunakan apabila periode tersebut terkait dengan fee, poin yang
dibayarkan atau diterima, biaya transaksi, dan premium atau diskonto lainnya. Hal
ini dapat terjadi apabila variabel yang terkait dengan fee, poin yang dibayarkan atau
diterima, biaya transaksi, dan premium atau diskonto lainnya disesuaikan dengan
suku bunga pasar sebelum perkiraan jatuh tempo atas instrumen tersebut. Dalam
kasus tersebut, periode amortisasi yang tepat adalah periode sampai dengan
tanggal penyesuaian nilai berikutnya...(PSAK 55: PA18)
21. Untuk aset keuangan dan kewajiban keuangan dengan suku bunga mengambang;
estimasi ulang yang dilakukan secara berkala atas arus kas guna mencerminkan
pergerakan suku bunga pasar akan mempengaruhi suku bunga efektifnya. Apabila
aset keuangan atau kewajiban keuangan dengan suku bunga mengambang per-
tama kali diakui pada nilai setara dengan jumlah pokok piutang atau utang saat
jatuh tempo, maka estimasi ulang yang dilakukan atas pembayaran bunga di masa
datang biasanya tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap nilai tercatat
aset atau kewajiban tersebut. (PSAK 55: PA19)
22. Jika entitas merevisi estimasi pembayaran atau penerimaannya, maka entitas
menyesuaikan nilai tercatat aset keuangan atau kewajiban keuangan (atau kelompok
instrumen keuangan) untuk mencerminkan arus kas aktual dan arus kas estimasi
yang telah direvisi. Entitas menghitung kembali nilai tercatat dengan menghitung
nilai kini dari estimasi arus kas masa datang menggunakan suku bunga efektif awal
dari instrumen keuangan tersebut. Penyesuaian ini diakui sebagai pendapatan atau
beban dalam laporan laba rugi. (PSAK 55: PA20)
23. Contoh berikut ini mengilustrasikan akuntansi untuk biaya-biaya transaksi
yang terjadi saat pengukuran awal dan setelahnya untuk aset keuangan yang
diklasifikasikan dalam kelompok tersedia untuk dijual. Suatu aset diperoleh dengan
harga UMU100 ditambah komisi pembelian UMU2. Awalnya, aset tersebut diakui
pada UMU102. Tanggal pelaporan keuangan berikutnya terjadi sehari setelah
pengakuan awal ketika harga kuotasi pasar atas aset tersebut adalah UMU100.
Jika aset tersebut dijual, komisi yang harus dibayarkan adalah UMU3. Pada tanggal
tersebut, aset dinilai sebesar UMU100 (tanpa memperhitungkan besarnya komisi
pada saat penjualan) dan kerugian sebesar UMU2 harus diakui dalam ekuitas...
(PSAK 55: PA82)
24. …Jika suatu aset keuangan tersedia untuk dijual memiliki pembayaran tetap atau
yang telah ditentukan, maka biaya-biaya transaksi diamortisasi ke laporan laba rugi
menggunakan metode suku bunga efektif. Jika suatu aset keuangan tersedia untuk
dijual tidak memiliki pembayaran tetap atau yang telah ditentukan, maka biaya-
biaya transaksi diakui dalam laporan laba rugi apabila aset tersebut kemudian
dihentikan pengakuannya atau mengalami penurunan nilai. (PSAK 55: PA82)
25. Penghentian pengakuan adalah pengeluaran aset keuangan atau kewajiban keuang-
an yang sebelumnya telah diakui dari neraca entitas (PSAK 55: Paragraf 8)
26. Entitas menghentikan pengakuan aset keuangan, jika dan hanya jika:
a. hak kontraktual atas arus kas yang berasal dari aset keuangan tersebut berakhir; atau
b. entitas mentransfer aset keuangan seperti dijelaskan pada paragraf 18 dan
19, dan transfer tersebut memenuhi kriteria penghentian pengakuan pada
paragraf 20. (PSAK 55: Paragraf 17)
27. Jika entitas mentransfer aset keuangan yang memenuhi kriteria penghentian
pengakuan untuk keseluruhan nilainya dan entitas tersebut masih memiliki hak
pengelolaan atas aset keuangan tersebut dengan imbalan tertentu (fee), maka
entitas mengakui kontrak pengelolaan tersebut sebagai aset jasa pengelolaan atau
kewajiban jasa pengelolaan. Jika imbalan (fee) yang akan diterima diperkirakan
tidak dapat secara memadai mengkompensasi penyediaaan jasa yang diberikan,
maka kewajiban jasa pengelolaan untuk kewajiban penyediaan jasa tersebut diakui
pada nilai wajar. Jika imbalan (fee) yang akan diterima diperkirakan lebih dari cukup
untuk mengkompensasi penyediaan jasa yang diberikan, maka aset jasa pengelolaan
diakui sebagai hak jasa pengelolaan dengan jumlah yang ditentukan berdasarkan
alokasi dari nilai tercatat aset keuangan yang lebih besar sesuai dengan paragraf
27. (PSAK 55: Paragraf 24)
C. Penjelasan
1. Kredit berdasarkan pengertiannya antara lain memiliki unsur-unsur sebagai
berikut:
a. persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam;
b. aktivitas peminjaman uang atau tagihan sebesar plafon yang disepakati;
c. jangka waktu tertentu;
d. pendapatan berupa bunga atau imbalan atau pembagian keuntungan;
e. risiko; dan
f. jaminan dan atau agunan (jika ada)
2. Jenis kredit menurut penggunaannya, antara lain:
a. Kredit investasi;
b. Kredit modal kerja; dan
c. Kredit konsumsi.
3. Penggolongan kredit menurut kualitas, terdiri dari kredit dengan kualitas lancar (L),
dalam perhatian khusus (DPK), kurang lancar (KL), diragukan (D), dan macet (M).
Penggolongan ini dilakukan untuk kepentingan penerapan prinsip kehati-hatian
bank (prudential regulation).
4. Jenis kredit berdasarkan evaluasi mengenai terdapat atau tidaknya bukti obyektif
bahwa kredit mengalami penurunan nilai terdiri dari:
a. Kredit yang mengalami penurunan nilai, yaitu jika terdapat bukti obyektif
mengenai penurunan nilai tersebut sebagai akibat dari satu atau lebih
peristiwa yang terjadi setelah pengakuan awal kredit tersebut (peristiwa yang
merugikan); dan
b. Kredit yang tidak mengalami penurunan nilai.
5. Termasuk dalam pengertian kredit yang diberikan adalah kredit dalam rangka
pembiayaan bersama, kredit dalam restrukturisasi, pembelian surat berharga
debitur yang dilengkapi dengan note purchase agreement (NPA), kredit yang
berasal dari bank garansi, L/C, atau fasilitas lainnya yang tidak dapat diselesaikan
(wanprestasi) dan dialihkan menjadi kredit, serta cerukan.
6. Plafon adalah jumlah maksimum kredit yang diterima oleh debitur sebagaimana
tercantum dalam surat perjanjian/kredit.
7. Kelonggaran tarik adalah fasilitas kredit yang masih dapat ditarik oleh debitur dari
plafon yang tersedia.
8. Pokok kredit adalah saldo kredit yang telah digunakan debitur dan belum dilunasi
oleh debitur (biasa disebut sebagai baki debet).
9. Cerukan (overdraft) adalah jumlah penarikan yang melebihi dana yang tersedia
pada pos giro atau penggunaan kredit yang melebihi plafon yang disetujui.
10. Kewajiban debitur adalah seluruh kewajiban debitur kepada bank berupa pokok
kredit ditambah tagihan bunga, denda (penalty), dan biaya lainnya sesuai dengan
perjanjian kredit.
11. Bunga kredit adalah imbalan yang dibayarkan oleh debitur atas kredit yang
diterimanya dan biasanya dinyatakan dalam persentase.
12. Bunga cerukan adalah imbalan yang harus dibayar oleh debitur atas penggunaan
kredit yang melebihi plafon yang telah ditentukan dan biasanya dinyatakan dalam
persentase.
13. Provisi kredit adalah biaya yang harus dibayar debitur pada saat kredit disetujui
dan biasanya dinyatakan dalam persentase.
14. Denda (penalty) adalah imbalan yang harus dibayar oleh debitur atas keterlambatan
pembayaran pokok dan atau bunga atau kewajiban lainnya.
15. Commitment fee adalah biaya yang harus dibayar debitur atas bagian kredit yang
belum digunakan.
16. Dalam aktivitas kredit sindikasi, bank yang terlibat dalam pemberian kredit tersebut
dapat bertindak sebagai:
a. Arranger: bank yang mensponsori/memfasilitasi terbentuknya kelompok
“Bank Sindikasi”.
b. Agent: bank yang bertindak sebagai pemimpin kelompok bank peserta
sindikasi atau disebut juga Bank Induk.
c. Participant: bank yang ikut serta mendanai pemberian kredit sindikasi
tersebut.
Berdasarkan fungsi tersebut, maka pendapatan provisi yang diterima bank berbeda-
beda bentuknya.
a. Bank sebagai arranger akan menerima arranger fee.
b. Bank sebagai agent akan menerima agent fee dan atau management fee.
c. Bank sebagai Participant akan menerima provisi kredit dari maksimum kredit
dan commitment fee dari kredit yang belum ditarik (undrawn portion) secara
proporsional dengan bank peserta lain.
17. Dalam kredit chanelling, bank dapat:
a. hanya bertindak sebagai administrator terhadap kredit yang diberikan oleh
pihak ketiga, tidak terdapat aliran dana masuk atau keluar melalui bank,
sehingga bank tidak mencatat aset maupun kewajiban keuangan.
b. bertindak sebagai administrator dan menerima aliran dana masuk (mencatat
kewajiban keuangan) dan saat menyalurkan kredit mengurangi kewajiban
keuangannya (risiko kredit ditanggung oleh pihak ketiga).
18. Dalam kredit executing, selain bertindak sebagai administrator, bank menerima
aliran dana masuk (mencatat kewajiban keuangan) dan saat menyalurkan kredit
bank menanggung sebagian atau seluruh risiko kredit, untuk itu bank mencatat
sebagai aset keuangan (executing) sebesar risiko kredit yang ditanggung.
19. Secara umum, kredit yang diberikan dapat dibukukan dalam 4 kategori aset
keuangan, yaitu:
20. Penjelasan mengenai reklasifikasi kredit mengacu pada Bab Penjelasan Umum
mengenai Reklasifikasi Aset Keuangan.
21. Pada saat pengakuan awal, kredit diukur pada nilai wajar atau nilai wajar ditambah
biaya transaksi. Penentuan nilai wajar menggunakan hirarki berikut:
a. Kuotasi dipasar aktif;
CF CF CF
PV = ———— + ———— + · · · · + ————
(1 + r)1 (1 + r)2 (1 + r)t
dimana:
PV = nilai wajar yang merupakan present value dari kredit yang diberikan, yaitu
sebesar arus kas keluar (pokok ditambah/dikurangi biaya transaksi berupa
pendapatan dan/atau beban yang dapat diatribusikan secara langsung dan/
atau premium atau diskonto)
CF = arus kas bersih berdasarkan persyaratan kontraktual (seperti penerimaan
pokok, bunga, denda, pelunasan dipercepat, call option dan lainnya)
r = suku bunga efektif (effective interest rate)
t = jangka waktu
Contoh:
Pada tanggal 1 Januari 2010 bank memberikan fasilitas kredit kepada PT. ABC
sebesar Rp. 50 juta. Dalam pemberian fasilitas tersebut, bank menerima provisi
kredit sehingga dana yang dibayarkan kepada debitur sebesar 98% dari total kredit.
Kredit berjangka waktu 5 tahun dan akan jatuh tempo pada 31 Desember 2014.
Suku bunga kredit sebesar 10% yang dibayarkan setiap tahun.
Suku bunga efektif (r) adalah = 10,53482%, yang berdasarkan formula tersebut di
atas, yaitu:
23. Jika bagian dari penyerahan dana kepada debitur ditujukan untuk hal selain
pemberian/pembelian kredit tersebut, maka nilai wajar kredit harus diestimasi
menggunakan teknik penilaian, yaitu berdasarkan estimasi arus kas masa datang
yang didiskontokan menggunakan suku bunga pasar yang berlaku untuk jenis kredit
serupa (dalam hal mata uang, syarat-syarat, jenis suku bunga, dan faktor lainnya)
dan memiliki peringkat kredit yang serupa.
24. Suku bunga efektif yang dihitung berdasarkan arus kas kontraktual pada dasarnya
tidak dapat diubah sampai dengan seluruh kewajiban debitur dibayar lunas,
termasuk ketika bank memberikan keringanan suku bunga melalui restrukturisasi
kredit atau melakukan revisi estimasi pembayaran atau penerimaan bunga dan
pokok. Ketentuan penetapan suku bunga efektif adalah sebagai berikut:
a. Kredit dengan suku bunga tetap memiliki satu suku bunga efektif yang dihitung
pada awal pemberian kredit.
b. Kredit dengan suku bunga tetap dengan penyaluran secara bertahap atas jumlah
plafon kredit memiliki suku bunga efektif tersendiri untuk setiap tahapan
penarikan kredit kecuali pada awal pemberian kredit, waktu penarikan dan
jumlah pada setiap penarikan telah diketahui.
c. Apabila bank memberikan kredit dengan skema bunga meningkat atau menurun
(step up/down) yang sudah diketahui sejak awal (sudah diperjanjikan), maka
hal tersebut sudah harus diperhitungkan pada saat perhitungan awal arus kas
untuk menentukan suku bunga efektif.
d. Kredit dengan suku bunga mengambang, perhitungan suku bunga efektif
didasarkan pada arus kas dengan menggunakan suku bunga yang diestimasi
pada awal pemberian kredit. Selanjutnya suku bunga efektif akan disesuaikan
pada saat penyesuaian suku bunga berikutnya. Suku bunga efektif akan berubah
setiap kali dilakukan perubahan estimasi arus kas masa datang yang dihasilkan
dari perubahan tingkat suku bunga. Amortisasi pendapatan dan/atau beban
yang dapat diatribusikan secara langsung dilanjutkan dengan menggunakan
suku bunga efektif yang baru.
25. Dalam menghitung suku bunga efektif, bank harus memperhatikan secara cermat
biaya transaksi yang meliputi pendapatan dan beban selain bunga (yang dapat
diatribusikan secara langsung dengan pemberian/pembelian kredit) yang harus
diperhitungkan dalam estimasi arus kas masa datang. Jenis-jenis pendapatan dan
beban tersebut antara lain:
a. Fee yang terkait dengan jangka waktu kredit, antara lain fee (seperti origination
fee dan commitment fee) dan provisi kredit yang tertuang dalam perjanjian
kredit, sepanjang fee/provisi tersebut secara langsung timbul pada saat
pemberian/pembelian kredit (akuisisi aset). Jika fee/provisi kredit diterima
sekaligus untuk kredit dengan penarikan secara bertahap maka fee/provisi
tersebut dialokasikan secara proporsional sesuai jumlah penarikan kredit
dalam setiap tahap;
b. Denda (penalty) yang dikenakan kepada debitur atas opsi pelunasan sebelum
jatuh tempo yang tertuang dalam perjanjian kredit, karena opsi tersebut
menyebabkan bank tidak dapat menerima bunga secara penuh hingga jatuh
tempo. Denda/penalty yang dikenakan terkait dengan biaya administrasi
tidak diperhitungkan dalam estimasi arus kas masa datang. Opsi pelunasan
sebelum jatuh tempo harus dievaluasi lebih lanjut apakah merupakan derivatif
melekat yang memenuhi persyaratan untuk dipisahkan dari Kredit sebagai
kontrak utamanya (host contract) (lebih lanjut lihat Bab mengenai Tagihan dan
Kewajiban Derivatif);
c. Biaya yang dikeluarkan bank dalam rangka pemberian/pembelian kredit seperti:
1) Fee atau imbalan yang dibayarkan kepada developer, karyawan atau pihak
lain untuk setiap aplikasi kredit yang disetujui; dan
2) Biaya konsultan untuk notaris dan hukum, tinjauan lokasi debitur (on-the-
spot), biaya appraisal dan lain-lain.
26. Jenis-jenis pendapatan dan beban yang tidak dapat diperhitungkan dalam estimasi
arus kas masa datang antara lain:
a. Seluruh pendapatan dan beban yang dapat diakui sekaligus sebagaimana
dimaksud pada angka 12 Perlakuan Akuntansi - Pengakuan dan Pengukuran;
dan/atau
b. Pendapatan dan beban lainnya yang tidak dapat diatribusikan secara langsung
dengan pemberian/pembelian kredit.
27. Dalam laporan keuangan, bank dapat menghentikan pengakuan (derecognition)
atas kredit yang diberikan jika dan hanya jika:
a. Bank tidak lagi memiliki hak kontraktual atas arus kas masa datang dari kredit
tersebut; atau
b. Bank telah mentransfer kredit tersebut dimana transfer tersebut memenuhi
kriteria penghentian pengakuan.
28. Kriteria penghentian pengakuan atas kredit sebagaimana dimaksud pada angka 27
b antara lain:
a. Terdapat pass-through-arrangement yang dipenuhi dengan 3 kondisi yaitu:
1) Bank tidak wajib membayar penerima akhir, kecuali jika bank memperoleh
jumlah yang setara dari kredit awalnya;
2) Bank tidak diperkenankan menjual atau mengagunkan kredit yang di-
transfer kecuali untuk menjamin hak penerima akhir untuk menerima
arus kas masa datang;
3) Bank berkewajiban untuk menyerahkan setiap arus kas masa datang yang
ditagihnya untuk dan atas nama penerima akhir tanpa penundaan yang
signifikan. Bank hanya dapat menempatkan dana tersebut pada kas, giro
pada Bank Indonesia, dan giro pada bank lain selama periode penyelesaian
jangka pendek, yaitu antara tanggal penagihan dan tanggal pembayaran
kepada penerima akhir, dan pendapatan bunga yang diperoleh dari
penempatan tersebut (jika ada) harus diserahkan kepada penerima akhir.
b. Jika bank mentransfer atau mengalihkan kredit, maka bank mengevaluasi
sejauh mana bank tetap memiliki risiko dan manfaat atas kepemilikan kredit
tersebut. Dalam hal ini:
1) Jika bank secara substansial mentransfer seluruh risiko dan manfaat atas
kepemilikan kredit, baik dengan mentransfer hak kontraktual atau tetap
memiliki hak kontraktual namun menanggung kewajiban kontraktual (pass-
through arrangement), maka bank menghentikan pengakuan kredit dan
mengakui secara terpisah sebagai aset atau kewajiban untuk setiap hak
dan kewajiban yang timbul atau yang masih dimiliki dalam transfer tersebut
(contoh penjualan kredit tanpa syarat; penjualan kredit dengan opsi untuk
membeli kembali pada nilai wajarnya saat pembelian kembali).
2) Jika bank secara substansial tidak mentransfer dan tidak memiliki selu-
ruh risiko dan manfaat atas kepemilikan kredit tersebut, sehingga bank
menentukan apakah bank masih memiliki pengendalian atas kredit
tersebut. Dalam hal ini:
a) Jika bank tidak lagi memiliki pengendalian, maka bank menghentikan
pengakuan kredit tersebut, dan secara terpisah mengakui sebagai
aset atau kewajiban untuk setiap hak dan kewajiban yang timbul atau
yang masih dimiliki dalam transfer tersebut.
D. Perlakuan Akuntansi
Pengakuan dan Pengukuran
1. Pada saat penandatanganan perjanjian kredit dengan debitur, bank mengakui
sebagai ”Kewajiban komitmen fasilitas kredit yang diberikan kepada debitur”
sebesar plafon kredit yang diperjanjikan atau yang dapat ditarik sesuai jadwal
penarikan/penggunaan kredit yang disepakati bank dengan debitur, kecuali untuk
penerusan kredit.
Jumlah kewajiban komitmen fasilitas kredit tersebut dapat berkurang atau bertam-
bah selama jangka waktu kredit sesuai jenis kreditnya, yaitu:
a. Kredit modal kerja/rekening koran akan berkurang pada saat dilakukan
penarikan dan akan bertambah pada saat diterima setoran.
b. Kredit investasi, kredit modal kerja (KMK) plafon menurun atau kredit konsumsi,
akan berkurang pada saat dilakukan penarikan dan tetap/tidak bertambah
pada saat diterima setoran.
2. Pada saat pencairan kredit, bank mengakui sebagai ”Kredit yang diberikan” sebesar
nilai wajar, yaitu:
2 Tersedia untuk Dijual Sebesar nilai wajar kredit yang pada saat
3 Dimiliki Hingga Jatuh pengakuan awal sama dengan harga transaksi,
Tempo yaitu sebesar pokok kredit yang dicairkan,
dikurangi atau ditambah pendapatan dan/atau
4 Pinjaman yang Diberikan beban yang dapat diatribusikan secara langsung
dan Piutang pada pemberian kredit tersebut.
3. Pada saat pencairan kredit, bank tidak perlu melakukan kapitalisasi atas pendapatan
dan/atau beban pada biaya perolehan kredit dan dapat mengakui secara langsung
sebagai pendapatan atau beban pada periode berjalan jika:
a. Pendapatan dan/atau beban tersebut tidak terkait dengan jangka waktu kredit;
dan/atau
b. Pendapatan dan/atau beban tersebut tidak dapat diatribusikan secara langsung
pada pemberian/pembelian kredit.
Misalnya, pendapatan fee atas pengelolaan rekening debitur, biaya talangan,
dan/atau biaya yang dikeluarkan bank karena debitur tidak dapat memenuhi
kewajibannya.
4. Kredit dalam rangka pembiayaan bersama (kredit sindikasi) diakui sebesar pokok
kredit yang merupakan porsi tagihan bank yang bersangkutan (baik sebagai bank
induk maupun sebagai bank peserta) dikurangi atau ditambah pendapatan dan/
atau beban yang dapat diatribusikan secara langsung pada pembiayaan bersama
tersebut. Apabila bank menjadi bank induk sindikasi (agent) dan menerima transfer
dana dari bank peserta sindikasi (participant bank), maka atas dana tersebut tidak
dapat diakui sebagai “Pinjaman yang diterima dari bank peserta”, tetapi langsung
dikreditkan ke pos giro debitur di bank induk (escrow account). Demikian juga
bank peserta sindikasi tidak mengakui sebagai “Tagihan kepada bank induk”, tetapi
sebagai “Kredit yang diberikan” kepada debitur.
10. Selisih antara nilai tercatat kredit (yang merupakan biaya perolehan diamortisasi)
dengan nilai kredit yang akan diterima pada saat jatuh tempo kredit diamortisasi
selama periode berjalan menggunakan metode suku bunga efektif.
11. Bank dapat menggunakan metode garis lurus dalam melakukan amortisasi untuk:
a. kredit dengan skedul penarikan dan pembayaran (arus kas) yang sulit diprediksi,
misalnya kredit yang bersifat revolving, pinjaman rekening koran, dan kartu
kredit; dan
b. besarnya:
1) pendapatan dan biaya transaksi yang dapat diatribusikan secara langsung
pada pemberian/pembelian kredit;
2) perbedaan suku bunga kredit yang diberikan dan suku bunga pasar atas
kredit sejenis; dan/atau
3) diskonto atau premium atas pemberian/pembelian kredit,
material.
12. Bank dapat tidak melakukan amortisasi atas pendapatan dan biaya transaksi
yang dapat diatribusikan secara langsung pada pemberian/pembelian kredit dan
mengakui sekaligus sebagai pendapatan atau beban pada periode berjalan jika
besarnya pendapatan dan biaya transaksi tersebut tidak material.
13. Bank harus menetapkan tingkat materialitas dan mendokumentasikan dalam ke-
bijakan akuntansi. Tingkat materialitas ditetapkan secara agregat dengan mem-
bandingkan total biaya transaksi dengan laba sebelum pajak. Total biaya transaksi
sebesar 5% atau kurang dari rata-rata laba sebelum pajak selama 3 tahun terakhir
dianggap tidak material. Tingkat materialitas secara individu ditetapkan oleh
manajemen dengan berdasarkan kepada estimasi angka agregat. Dalam hal bank
mengalami kerugian, laba sebelum pajak menggunakan rata-rata 3 tahun terakhir
sebelum bank mengalami kerugian untuk menentukan tingkat materialitas secara
agregat. Sebagai contoh, apabila bank memiliki laba sebelum pajak sebesar Rp.
100.000.000.000, maka biaya transaksi secara agregat sebesar Rp. 5.000.000.000
(5% x 100.000.000.000) dianggap tidak material. Total biaya transaksi secara
agregat ini merupakan batas maksimal dari akumulasi biaya transaksi individual
yang dianggap tidak material.
14. Penghentian pengakuan kredit
a. Dalam hal hak kontraktual atas arus kas masa datang dari kredit yang diberikan
telah berakhir dan/atau bank telah mentransfer keseluruhan kredit yang
Penyajian
1. Kredit disajikan di neraca sesuai kategori, yaitu:
2. Kredit sindikasi disajikan berdasarkan porsi kredit yang risikonya ditanggung bank,
termasuk biaya transaksi yang terkait dengan porsi kredit dimaksud.
3. Kredit yang dijamin disajikan berdasarkan kredit yang disalurkan bank.
4. Kredit kelolaan disajikan pada pos kredit yang diberikan berdasarkan porsi kredit
yang risikonya ditanggung bank termasuk biaya transaksi yang terkait dengan porsi
kredit dimaksud.
5. Pendapatan bunga dari kredit (yang diperhitungkan dalam estimasi arus kas masa
datang pada saat pengakuan awal kredit atau pada saat penyesuaian suku bunga
kredit) yang telah diakui sebagai pendapatan tetapi belum diterima pembayarannya,
disajikan sebagai tagihan bunga kredit atau pendapatan bunga kredit yang akan
diterima. Sementara itu, pendapatan bunga dari kredit yang tidak diperhitungkan
dalam estimasi arus kas masa datang yang dibuat pada saat pengakuan awal kredit
atau pada penyesuaian suku bunga kredit dicatat pada rekening administratif.
E Ilustrasi Jurnal
1. Kredit diukur pada biaya perolehan diamortisasi
a. Pada saat penandatanganan perjanjian kredit/akad kredit
1) Menerima provisi kredit dari debitur
Db. Kas/Rekening…/Giro BI
Kr. Kredit - amortised cost
atau
Kr. Pendapatan bunga
(Apabila nilai provisi kredit yang diterima tidak material untuk dilakukan
amortisasi)
2) Pembayaran beban yang dapat diatribusikan
Db. Kredit - amortised cost
Kr. Kas/Rekening…/Giro BI
3) Mencatat kewajiban komitmen fasilitas kredit
Db. Rekening lawan - fasilitas kredit yang belum digunakan
Kr. Kewajiban komitmen - fasilitas kredit yang belum digunakan
b. Pada saat pencairan kredit kepada debitur
Db. Kredit - amortised cost
Kr. Kas/Rekening…/Giro BI
e. Pada saat membayar biaya kredit (antara lain biaya notaris, premi asuransi
barang agunan)
Db. Tagihan biaya - biaya kredit (apabila merupakan beban debitur dan tidak
atas beban pokok kredit)
atau
Db. Beban operasional (apabila merupakan beban bank)
Kr. Nasabah notaris/perusahaan asuransi
f. Pada saat menerima pembayaran dari debitur atas biaya kredit yang menjadi
beban debitur
Db. Kas/Rekening…/Giro BI
Kr. Tagihan biaya - biaya kredit
g. Pada saat klaim kepada perusahan asuransi
Db. Tagihan klaim asuransi
Kr. Kredit - amortised cost - hasil klaim asuransi
h. Pada saat menerima klaim asuransi dari perusahaan asuransi
Db. Kas/Rekening.../Giro BI
Kr. Tagihan klaim asuransi
2. Kredit sindikasi/kredit dalam rangka pembiayaan bersama sebagai Bank Induk/
agent/lead manager
a. Pada saat menerima pembayaran arranger fee, agent/management fee dan
provisi kredit sindikasi dari debitur
1) Arranger fee
Db. Kas/Rekening…/Giro BI
Kr. Pendapatan arranger fee kredit sindikasi
2) Agent/management fee
Db. Kas/Rekening…/Giro BI
Kr. Pendapatan agent/management fee kredit sindikasi
Kr. Giro BI (berdasarkan porsi bank lain yang menjadi wakil agent)
3) Provisi kredit
Db. Kas/Rekening…/Giro BI
Kr. Kredit sindikasi-bank induk (berdasarkan porsi bank tersebut)
Kr. Giro BI (berdasarkan porsi bank peserta)
b. Mencatat kewajiban komitmen fasilitas kredit (berdasarkan porsi bank
tersebut)
Db. Rekening lawan - kewajiban komitmen fasilitas kredit yang belum diguna-
kan debitur
Kr. Kewajiban komitmen - fasilitas kredit yang belum digunakan
c. Pada saat pencairan kredit kepada debitur
1) Penyediaan dana oleh bank induk
Db. Kredit sindikasi (berdasarkan porsi bank induk)
Kr. Rekening escrow debitur
2) Penerimaan dana dari bank peserta
Db. Giro BI/Bank peserta
Kr. Rekening escrow debitur
d. Pada saat melakukan amortisasi dan perhitungan dan pembebanan bunga
kredit sindikasi yang besarnya sesuai dengan porsi kredit bank bersangkutan,
dicatat sama dengan butir 1. c
e. Pada saat menerima setoran dari debitur dicatat sama dengan butir 1. d dengan
tambahan jurnal untuk penerimaan bunga dan pokok porsi bank peserta
Db. Kas/Rekening…/Giro BI
Kr. Rekening perantara kredit sindikasi
f. Pada saat meneruskan penerimaan bunga dan atau pokok kredit sindikasi porsi
bank peserta
Db. Rekening perantara kredit sindikasi
Kr. Kas/Rekening…/Giro BI
g. Pada saat membayar biaya kredit (antara lain biaya notaris, premi asuransi
barang agunan), dicatat sama dengan butir 1. e dengan asumsi penagihan
kepada debitur dilakukan oleh bank induk sindikasi
h. Pada saat menerima commitment fee atas bagian kredit yang belum ditarik
(undrawn portion) oleh debitur
Db. Kas/Rekening…/Giro BI
Kr. Pendapatan commitment fee kredit
(berdasarkan porsi bank bersangkutan)
Kr. Rekening perantara kredit sindikasi
(berdasarkan porsi bank peserta)
i. Pada saat meneruskan pembayaran commitment fee kredit sindikasi porsi
bank peserta
Db. Rekening perantara kredit sindikasi
Kr. Kas/Rekening…/Giro BI
3. Kredit sindikasi/kredit dalam rangka pembiayaan bersama sebagai bank peserta
(Participant Bank)
Pada prinsipnya akuntansi pada bank peserta kredit sindikasi sama dengan
akuntansi Kredit, dengan perbedaan:
a. Penarikan kredit oleh debitur pada hakekatnya dilakukan sesuai dengan per-
janjian kredit sindikasi. Namun demikian, pada umumnya penarikan kredit
oleh debitur dilakukan melalui bank induk/agent dan bank peserta harus me-
mindahkan (transfer) dana atau kredit yang akan ditarik kepada bank induk/
agent.
b. Pembayaran kredit (pokok, bunga dan biaya) oleh debitur dibukukan melalui
bank induk/agent dan bank peserta akan menerima transfer dana pembayaran
(pokok, bunga dan biaya) dari bank induk/agent.
4. Penerusan kredit tanpa risiko
a. Bank menerima dana dari penyedia dana untuk disalurkan
1) Pada saat menerima dana dari penyedia dana
Db. Kas/Rekening…/Giro BI
Kr. Dana untuk penyaluran kredit (rekening penampungan dana semen-
tara)
2) Pada saat penandatanganan penyaluran kredit dengan debitur
Karena risiko kredit ditanggung penyedia dana, maka Bank tidak menerima
provisi kredit (debitur tidak membayar provisi kredit).
b. Bank tidak menerima dana dari penyedia dana untuk disalurkan. Penarikan
kredit sudah dilakukan oleh debitur langsung ke penyedia dana, bank hanya
diminta mengadministrasikannya.
1) Pada saat menerima perintah untuk membukukan bukti penarikan kredit
dicatat pada extracomptable.
2) Tata cara pembukuan lainnya sama seperti apabila bank menerima dana
dari penyedia dana.
5. Kredit kelolaan
a. Pada saat menerima dana dari penyedia dana
Db. Kas/Rekening…/Giro BI
Kr. Dana kelolaan (Pinjaman yang Diterima)
b. Pada saat penandatanganan penyaluran kredit dengan debitur.
Karena sebagian risiko kredit ditanggung bank, maka bank mencatat kewajiban
komitmen fasilitas kredit yang belum digunakan berdasarkan porsi yang
ditanggung bank.
c. Pada saat penarikan kredit oleh debitur
Db. Dana kelolaan (Pinjaman yang Diterima)
Db. Kredit kelolaan (sebesar dana yang ditanggung oleh bank)
Kr. Kas/Rekening…/Giro BI
Bersamaan dengan itu mencatat extracomptable kredit kelolaan yang dananya
berasal dari penyedia dana.
d. Pada saat perhitungan dan pembebanan bunga kredit kepada debitur
(1) Untuk dana yang berasal dari bank sama, dicatat sama dengan butir 1. c.
(2) Untuk dana yang berasal dari penyedia dana dicatat pada extra-
comptable.
e. Pada saat penerimaan pendapatan bunga dari debitur
Db. Kas/Rekening…/Giro BI
Kr. Pendapatan bunga kredit kelolaan yang akan diterima (berdasarkan porsi
yang ditanggung bank)
Kr. Kewajiban lain - Setoran bunga kredit kelolaan (berdasarkan porsi penyedia
dana)
Bersamaan dengan itu, dilakukan jurnal balik atas catatan extracomptable
e. Pada saat membayar biaya kredit (antara lain biaya notaris, premi asuransi
barang agunan)
Db. Tagihan biaya-biaya kredit (apabila merupakan beban debitur dan tidak
atas beban pokok kredit)
atau
Db Beban operasional (apabila merupakan beban bank)
Kr. Kas/Rekening…/Giro BI
f. Pada saat menerima pembayaran dari debitur atas biaya kredit yang menjadi
beban debitur
Db. Kas/Rekening …/Giro BI
Kr. Tagihan biaya-biaya kredit
g. Pada saat klaim kepada perusahan asuransi
Db. Tagihan klaim asuransi
Kr. Kredit - hasil klaim asuransi
h. Mencatat penerimaan klaim asuransi dari perusahaan asuransi.
Db. Kas/Rekening …/Giro BI
Kr. Tagihan klaim asuransi
i. Pada saat melakukan penyesuaian dengan harga pasarnya (dihitung dari selisih
antara nilai tercatat dengan harga pasar)
Peningkatan nilai wajar
Db. Kredit – Tersedia untuk Dijual
Kr. Ekuitas - Pendapatan komprehensif lain
Penurunan nilai wajar
Db. Ekuitas – Pendapatan komprehensif lain
Kr. Kredit – Tersedia untuk Dijual
j. Pada saat menjual kredit
Db. Kas/Rekening …/Giro BI
Db/Kr. Ekuitas - Pendapatan komprehensif lain
Kr. Kredit - Tersedia untuk Dijual
Kr/Db. Keuntungan (kerugian) penjualan kredit
F. Pengungkapan
Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain:
1. Ikhtisar kebijakan akuntansi yang penting, termasuk namun tidak terbatas pada:
a. Kategorisasi dan dasar pengukuran (measurement basis) kredit dalam penyu-
sunan laporan keuangan; dan
b. Kebijakan akuntansi lainnya yang relevan dengan perkreditan yang dapat
mendukung pemahaman terhadap laporan keuangan.
2. Metode dan teknik penilaian (valuasi) yang antara lain mencakup:
a. Penggunaan kuotasi harga di pasar aktif atau teknik penilaian;
b. Asumsi penetapan nilai wajar kredit (dalam hal bank menggunakan nilai wajar
dalam pengukuran kredit) dan agunan, serta perubahan asumsi yang dapat
mempengaruhi laporan keuangan secara signifikan; dan
c. Penetapan tingkat diskonto (discount rate).
3. Kategorisasi dan nilai tercatat kredit, yaitu:
a. Diukur pada Nilai Wajar melalui Laporan Laba Rugi;
b. Tersedia untuk Dijual;
c. Dimiliki Hingga Jatuh Tempo; dan
d. Pinjaman yang Diberikan dan Piutang.
4. Perubahan nilai wajar atas kredit yang Diukur pada Nilai Wajar melalui Laporan
Laba Rugi.
5. Jumlah kredit yang berpindah dari atau ke setiap kategori dan latar belakang
perpindahan kategori tersebut (reclassification).
6. Pengalihan kredit yang tidak memenuhi kualifikasi penghentian pengakuan
(derecognition) baik sebagian atau seluruh kredit, dengan rincian berikut:
a. Jenis kredit;
b. Jenis risiko dan manfaat (risk and reward) atas kepemilikan kredit yang masih
tetap berada di bank;
c. Nilai tercatat kredit dan kewajiban terkait, jika bank tetap mengakui seluruh
bagian kredit;
d. Total nilai tercatat kredit awal yang dialihkan, nilai tercatat kredit yang tetap
diakui bank, dan nilai tercatat kewajiban terkait, jika bank tetap mengakui
sebagian kredit sebesar keterlibatan berkelanjutan (continuing involvement).
7. Informasi yang memungkinkan pengguna laporan keuangan mengevaluasi jenis
dan besarnya risiko yang timbul dari aktivitas perkreditan sebagaimana pada angka
8 sampai 9 di bawah.
Pengungkapan kualitatif
8. Tujuan, kebijakan, dan proses pengelolaan risiko dan metode pengukuran risiko
kredit dan perubahan dari periode sebelumnya (jika ada).
Pengungkapan kuantitatif
9. Analisis terhadap kredit berdasarkan klasifikasi kredit yang memiliki karakteristik
ekonomi yang sama (misalnya klasifikasi residential mortgage, consumer loans,
commercial loans, dan sebagainya). Analisis tersebut mencakup:
a. Jumlah yang mencerminkan eksposur risiko kredit pada tanggal laporan tanpa
memperhitungkan agunan atau bentuk mitigasi risiko lainnya;
b. Jenis dan jumlah agunan serta bentuk mitigasi risiko lainnya atas eksposur kredit
sebagaimana pada butir a) di atas. Informasi lainnya yang harus diungkapkan
meliputi:
1) Kebijakan dan proses penilaian dan pengelolaan agunan dan bentuk
mitigasi risiko lainnya (seperti jaminan dan credit derivative);
2) Jenis agunan dan mitigasi risiko lainnya;
3) Pihak lawan (counterparties) yang menerbitkan agunan dan mitigasi risiko
lainnya (misalnya penerbit surat berharga yang diagunkan, dan pihak
penjual proteksi kredit dalam transaksi credit derivative); dan
4) Informasi mengenai konsentrasi risiko dalam agunan dan mitigasi risiko
lainnya.
c. Informasi mengenai kualitas kredit diluar kredit yang mengalami tunggakan
bunga dan/atau pokok (past due) atau mengalami penurunan nilai, yang
meliputi:
G. Contoh Kasus
1. Kredit diukur pada biaya perolehan diamortisasi (ilustrasi kredit modal kerja dengan
suku bunga tetap)
Pada tanggal 1 Januari 2010, Bank XYZ memberikan kredit kepada Debitur ABC
dengan data sesuai perjanjian kredit sebagai berikut:
Tujuan kepemilikan Pinjaman yang Diberikan dan Piutang
Maksimum kredit Rp. 14.500.000.000
Jangka waktu 1 tahun atau 12 bulan
Jenis kredit Modal Kerja
Bunga 15%/tahun atau 1,25%/bulan
Provisi 0,1 % atau Rp. 14.500.000
Beban bank yang dapat diatribusikan secara langsung Rp. 35.000.000.
Bank membebankan fee pengelolaan rekening sebesar Rp.20.000/bulan.
Pelunasan kredit dilakukan diakhir periode kredit.
Tingkat materialitas untuk biaya transaksi dan pendapatan yang dapat diatribusikan
secara langsung pada kredit di Bank XYZ sebesar Rp. 20.000.000.
Berdasarkan data di atas, total dana yang dikeluarkan bank sebesar
Rp. 14.520.500.000 = (Rp. 14.500.000.000 - Rp.14.500.000 + Rp. 35.000.000).
Asumsi:
− Debitur memenuhi seluruh kewajibannya (lancar).
− Suku bunga kredit sama dengan suku bunga pasar.
Lihat Tabel 1: Estimasi Arus Kas Masa Datang Kredit Modal Kerja – Amortised Cost
dan Tabel 2: Mutasi Rekening Koran Debitur Kredit Modal Kerja.
154 I P e d o m a n
Saldo Awal Saldo Akhir Akrual Angsuran Outstanding
Mutasi Tagihan Tagihan
Pokok Pokok Bunga bunga Debitur
Bunga Bunga
J K L M=K+L N O=pxi P Q=N+O+P R=N+Q
1-Jan-10 - 14.500.000.000 14.500.000.000 - - - - 14.500.000.000
2. Kredit diukur pada biaya perolehan diamortisasi (ilustrasi kredit modal kerja dengan
suku bunga mengambang)
Pada tanggal 1 Januari 2010, Bank XYZ memberikan kredit kepada Debitur ABC
dengan data sesuai perjanjian kredit sebagai berikut:
Tujuan kepemilikan Pinjaman yang Diberikan dan Piutang
Maksimum kredit Rp. 14.500.000.000
Jangka waktu 1 tahun atau 12 bulan
Jenis kredit Modal Kerja
Bunga 15%/tahun atau 1,25%/bulan
Provisi 0,1 % atau Rp. 14.500.000
Beban bank yang dapat diatribusikan secara langsung Rp. 35.000.000.
Bank membebankan fee pengelolaan rekening sebesar Rp.20.000/bulan.
Pelunasan kredit dilakukan diakhir periode kredit.
Tingkat materialitas untuk biaya transaksi dan pendapatan yang dapat diatribusikan
secara langsung pada kredit di Bank XYZ sebesar Rp. 20.000.000.
Berdasarkan data di atas, total dana yang dikeluarkan bank sebesar
Rp. 14.520.500.000 = (Rp. 14.500.000.000 - Rp.14.500.000 + Rp. 35.000.000).
Asumsi:
− Pada tanggal 1 Januari 2010 diasumsikan bahwa suku bunga diprediksikan
akan meningkat menjadi 1,35%/bulan pada tanggal 31 Juli 2010.
− 1 Juli 2010, suku bunga berubah menjadi 1,5%/bulan.
Lihat Tabel 3 sampai dengan Tabel 6.
158 I P e d o m a n
Cashflow Pokok Bunga
Kredit Efektif (EIR) dgn EIR Kredit
A B C D E = D x EIR F G=pxi H=E-G I=D+E+F+G
1 1-Jan-10 (14.520.500.000)
2 31-Jan-10 181.250.000 14.520.500.000 186.631.456 (181.250.000) 5.381.456 14.525.881.456
3 28-Feb-10 181.250.000 14.525.881.456 186.700.623 (181.250.000) 5.450.623 14.531.332.079
4 30-Mar-10 181.250.000 14.531.332.079 186.770.680 (181.250.000) 5.520.680 14.536.852.759
5 30-Apr-10 181.250.000 14.536.852.759 186.841.637 (181.250.000) 5.591.637 14.542.444.397
6 31-May-10 181.250.000 14.542.444.397 186.913.506 (181.250.000) 5.663.506 14.548.107.903
Keterangan
p = pokok
i = suku bunga kontraktual
Tabel 4 : Mutasi Rekening Koran Debitur Kredit Modal Kerja dengan Suku Bunga Mengambang
160 I P e d o m a n
Cashflow Pokok Bunga
Kredit Efektif (EIR) dengen EIR Kredit
A B C D E = D x EIR F G=pxi H=E-G I=D+E+F+G
1 1-Jan-10 (14.520.500.000) 14.520.500.000
2 31-Jan-10 181.250.000 14.520.500.000 186.631.456 (181.250.000) 5.381.456 14.525.881.456
3 28-Feb-10 181.250.000 14.525.881.456 186.700.623 (181.250.000) 5.450.623 14.531.332.079
4 30-Mar-10 181.250.000 14.531.332.079 186.770.680 (181.250.000) 5.520.680 14.536.852.759
5 30-Apr-10 181.250.000 14.536.852.759 186.841.637 (181.250.000) 5.591.637 14.542.444.397
6 31-May-10 181.250.000 14.542.444.397 186.913.506 (181.250.000) 5.663.506 14.548.107.903
Keterangan
p = pokok
i = suku bunga kontraktual
Tabel 6: Mutasi Rekening Koran Debitur Kredit Modal Kerja dengan Suku Bunga Mengambang
Jurnal transaksi:
a. Tanggal 1 Januari 2010, pada saat penandatanganan perjanjian kredit/akad
kredit
1) Menerima provisi kredit dari nasabah
Db. Kas/Rekening.../Giro BI Rp. 14.500.000
Kr. Kredit - amortised cost Rp. 14.500.000
2) Pembayaran beban yang dapat diatribusikan
Db. Kredit - amortised cost Rp. 35.000.000
Kr. Kas/Rekening.../Giro BI Rp. 35.000.000
3) Mencatat kewajiban komitmen fasilitas kredit
Db. Rekening lawan -
fasilitas kredit yang belum digunakan Rp. 14.500.000.000
Kr. Kewajiban komitmen -
fasilitas kredit yang belum digunakan Rp. 14.500.000.000
4) Pada saat penarikan kredit oleh debitur
Db. Kredit - amortised cost Rp. 14.500.000.000
Kr. Kas/Rekening.../Giro BI Rp. 14.500.000.000
Bersamaan dengan itu dilakukan jurnal untuk mengurangi kewajiban
komitmen fasilitas kredit yang belum digunakan debitur.
Db. Kewajiban komitmen -
fasilitas kredit yang belum digunakan Rp. 14.500.000.000
Kr. Rekening lawan -
fasilitas kredit yang belum digunakan Rp. 14.500.000.000
b. Tanggal 31 Januari 2010, pada saat pembebanan fee kelolaan rekening, bunga
kepada nasabah dan amortisasi berdasarkan suku bunga efektif.
1) Pada saat pembebanan fee kepada debitur
Db. Tagihan fee pengelolaan rekening Rp. 20.000
Kr. Pendapatan fee pengelolaan rekening Rp. 20.000
2) Pada saat menerima setoran fee dari debitur
Db. Kas/Rekening.../Giro BI Rp. 20.000
Kr. Tagihan fee pengelolaan rekening Rp. 20.000
166 I P e d o m a n
2 31-Jan-10 1.250.000.000 99.920.000.000 1.254.982.050 (1.250.000.000) 4.982.050 99.924.982.050
3 28-Feb-10 1.250.000.000 99.924.982.050 1.255.044.624 (1.250.000.000) 5.044.624 99.930.026.674
4 31-Mar-10 1.250.000.000 99.930.026.674 1.255.107.984 (1.250.000.000) 5.107.984 99.935.134.658
5 30-Apr-10 1.250.000.000 99.935.134.658 1.255.172.139 (1.250.000.000) 5.172.139 99.940.306.797
6 31-May-10 1.250.000.000 99.940.306.797 1.255.237.101 (1.250.000.000) 5.237.101 99.945.543.898
7 30-Jun-10 26.250.000.000 99.945.543.898 1.255.302.878 (25.000.000.000) (1.250.000.000) 5.302.878 74.950.846.776
8 31-Jul-10 937.500.000 74.950.846.776 941.372.772 (937.500.000) 3.872.772 74.954.719.547
9 31-Aug-10 937.500.000 74.954.719.547 941.421.413 (937.500.000) 3.921.413 74.958.640.960
10 30-Sep-10 937.500.000 74.958.640.960 941.470.666 (937.500.000) 3.970.666 74.962.611.626
11 31-Oct-10 937.500.000 74.962.611.626 941.520.537 (937.500.000) 4.020.537 74.966.632.163
I 167
Bab V I K r e d i t
Jurnal transaksi:
a. Tanggal 1 Januari 2010, pada saat penandatanganan perjanjian kredit/akad
kredit
1) Menerima provisi kredit dari nasabah
Db. Kas/Rekening.../Giro BI Rp. 100.000.000
Kr. Kredit - amortised cost Rp. 100.000.000
2) Pembayaran beban yang dapat diatribusikan
Db. Kredit - amortised cost Rp. 20.000.000
Kr. Kas/Rekening.../Giro BI Rp. 20.000.000
3) Mencatat kewajiban komitmen fasilitas kredit
Db. Rekening lawan -
fasilitas kredit yang belum digunakan Rp. 100.000.000.000
Kr. Kewajiban komitmen -
fasilitas kredit yang belum digunakan Rp. 100.000.000.000
4) Pada saat penarikan kredit oleh debitur
Db. Kredit - amortised cost Rp. 100.000.000.000
Kr. Kas/Rekening.../Giro BI Rp. 100.000.000.000
Bersamaan dengan itu dilakukan jurnal untuk mengurangi kewajiban
komitmen fasilitas kredit yang belum digunakan debitur.
Db. Kewajiban komitmen -
fasilitas kredit yang belum digunakan Rp. 100.000.000.000
Kr. Rekening lawan -
fasilitas kredit yang belum digunakan Rp. 100.000.000.000
b. Tanggal 31 Januari 2010, pada saat pembebanan fee kelolaan rekening, bunga
kepada nasabah dan amortisasi berdasarkan suku bunga efektif
1) Pada saat pembebanan fee kepada debitur
Db. Tagihan fee pengelolaan rekening Rp. 20.000
Kr. Pendapatan fee pengelolaan rekening Rp. 20.000
2) Pada saat menerima setoran fee dari debitur
Db. Kas/Giro/Giro BI Rp. 20.000
Kr. Tagihan fee pengelolaan rekening Rp. 20.000
Jurnal transaksi:
a. Tanggal 1 Januari 2010, pada saat pembelian kredit atau pada awal ditetapkan
sebagai kredit yang diukur pada nilai wajar, sebesar nilai wajarnya
Db. Kredit - Diukur pada Nilai Wajar melalui
Laporan Laba Rugi Rp. 13.500.000.000
Kr. Kas/Rekening.../Giro BI Rp. 13.500.000.000
b. Tanggal 31 Januari 2010, pada saat pembebanan tagihan kepada debitur
Db. Pendapatan bunga kredit yang akan diterima Rp. 187.500.000
Kr. Pendapatan bunga kredit Rp. 187.500.000
c. Tanggal 31 Januari 2010, pada saat menerima setoran dari debitur
Db. Kas/Rekening…/Giro BI Rp. 187.500.000
Kr. Pendapatan bunga kredit yang akan diterima Rp. 187.500.000
d. Tanggal 31 Januari 2010, pada saat melakukan penyesuaian dengan harga
pasarnya,
Db. Kredit - Diukur pada Nilai Wajar melalui
Laporan Laba Rugi Rp. 500.000.000
Kr. Peningkatan nilai wajar
kredit - Diukur pada Nilai Wajar melalui
Laporan Laba Rugi Rp. 500.000.000
e. Tanggal 1 Februari 2010, pada saat menjual kredit
1) Jurnal balik penyesuaian nilai wajar
Db. Peningkatan nilai wajar
kredit - Diukur pada Nilai Wajar melalui
Laporan Laba Rugi Rp. 500.000.000
Kr. Kredit - Diukur pada Nilai Wajar melalui
Laporan Laba Rugi Rp. 500.000.000
2) Realisasi keuntungan penjualan kredit
Db. Kas/Rekening.../Giro BI Rp. 14.100.000.000
Kr. Kredit - Diukur pada Nilai Wajar melalui
Laporan Laba Rugi Rp. 13.500.000.000
Kr. Keuntungan penjualan kredit Rp. 600.000.000
Keterangan
I 173
Bab V I K r e d i t
Tabel 10: Mutasi Rekening Koran Debitur Kredit Investasi - Tersedia Untuk Dijual
174 I P e d o m a n
Pokok Pokok Bunga bunga Debitur
Bunga Bunga
J K L M=K+L N O=pxi P Q=N+O+P R=N+Q
1-Jan-10 - 100.000.000.000 100.000.000.000 - - - - 100.000.000.000
31-Jan-10 100.000.000.000 100.000.000.000 - 1.250.000.000 (1.250.000.000) - 100.000.000.000
28-Feb-10 100.000.000.000 100.000.000.000 - 1.250.000.000 (1.250.000.000) - 100.000.000.000
31-Mar-10 100.000.000.000 100.000.000.000 - 1.250.000.000 (1.250.000.000) - 100.000.000.000
30-Apr-10 100.000.000.000 100.000.000.000 - 1.250.000.000 (1.250.000.000) - 100.000.000.000
31-May-10 100.000.000.000 100.000.000.000 - 1.250.000.000 (1.250.000.000) - 100.000.000.000
30-Jun-10 100.000.000.000 (25.000.000.000) 75.000.000.000 - 1.250.000.000 (1.250.000.000) - 75.000.000.000
31-Jul-10 75.000.000.000 75.000.000.000 - 937.500.000 (937.500.000) - 75.000.000.000
Jurnal transaksi:
a. Tanggal 1 Januari 2010, pada saat penandatanganan perjanjian kredit/akad
kredit dan penarikan kredit oleh debitur
1) Menerima provisi kredit dari nasabah
Db. Kas/Rekening.../Giro BI Rp. 100.000.000
Kr. Kredit - Tersedia untuk Dijual Rp. 100.000.000
2) Pembayaran beban yang dapat diatribusikan
Db. Kredit - Tersedia untuk Dijual Rp. 20.000.000
Kr. Kas/Rekening.../Giro BI Rp. 20.000.000
3) Mencatat kewajiban komitmen fasilitas kredit
Db. Rekening lawan -
fasilitas kredit yang belum digunakan Rp. 100.000.000.000
Kr. Kewajiban komitmen -
fasilitas kredit yang belum digunakan Rp. 100.000.000.000
4) Pada saat penarikan kredit oleh debitur
Db. Kredit - Tersedia untuk Dijual Rp. 100.000.000.000
Kr. Kas/Rekening.../Giro BI Rp. 100.000.000.000
Bersamaan dengan itu dilakukan jurnal balik untuk menghilangkan
kewajiban komitmen fasilitas kredit.
Db. Kewajiban komitmen fasilitas
kredit yang belum digunakan Rp. 100.000.000.000
Kr. Rekening lawan -
fasilitas kredit yang belum digunakan Rp. 100.000.000.000
b. Tanggal 31 Januari 2010, pada saat pembebanan fee kelolaan rekening, bunga
kepada nasabah dan amortisasi berdasarkan suku bunga efektif
1) Pada saat pembebanan fee kepada debitur
Db. Tagihan fee pengelolaan rekening Rp. 20.000
Kr. Pendapatan fee pengelolaan rekening Rp. 20.000
2) Pada saat menerima setoran fee dari debitur
Db. Kas/Rekening.../Giro BI Rp. 20.000
Kr. Tagihan fee pengelolaan rekening Rp. 20.000
A Definisi
1. Penurunan nilai adalah suatu kondisi dimana terdapat bukti obyektif terjadinya
peristiwa yang merugikan sebagai akibat dari satu atau lebih peristiwa yang terjadi
setelah pengakuan awal kredit tersebut, dan peristiwa yang merugikan tersebut
berdampak pada estimasi arus kas masa datang atas aset keuangan atau kelompok
aset keuangan yang dapat diestimasi secara andal.
2. Cadangan kerugian penurunan nilai kredit adalah penyisihan yang dibentuk apabila
nilai tercatat kredit setelah penurunan nilai kurang dari nilai tercatat awal.
3. Penghapusbukuan kredit (hapus buku) adalah tindakan administratif bank untuk
menghapus buku kredit macet dari neraca sebesar kewajiban debitur tanpa
menghapus hak tagih bank kepada debitur.
4. Penghapusan hak tagih kredit (hapus tagih) adalah tindakan bank menghapus
semua kewajiban debitur yang tidak dapat diselesaikan.
5. Nilai tercatat kredit adalah nilai kredit neto pada tanggal pelaporan setelah dikurangi
cadangan kerugian penurunan nilai atau nilai wajar kredit pada tanggal pelaporan
untuk kredit dengan klasifikasi diukur pada nilai wajar melalui rugi laba.
B. Dasar Pengaturan
1. Pada setiap tanggal neraca entitas mengevaluasi apakah terdapat bukti yang obyektif
bahwa aset keuangan atau kelompok aset keuangan mengalami penurunan nilai.
Jika terdapat bukti tersebut, maka entitas harus menerapkan paragraf 64 (untuk
aset keuangan yang dicatat pada biaya perolehan yang diamortisasi), paragraf 67
(untuk aset keuangan yang dicatat pada biaya perolehan), atau paragraf 68 (untuk
aset keuangan yang diklasifikasikan dalam kelompok Tersedia untuk Dijual) untuk
menentukan jumlah kerugian dari penurunan nilai tersebut. (PSAK 55: Paragraf 59)
2. Aset keuangan atau kelompok aset keuangan diturunkan nilainya dan kerugian
penurunan nilai telah terjadi, jika dan hanya jika, terdapat bukti yang obyektif
mengenai penurunan nilai tersebut sebagai akibat dari satu atau lebih peristiwa
yang terjadi setelah pengakuan awal aset tersebut (peristiwa yang merugikan), dan
peristiwa yang merugikan tersebut berdampak pada estimasi arus kas masa datang
atas aset keuangan atau kelompok aset keuangan yang dapat diestimasi secara
handal. Sulit untuk mengidentifikasi satu peristiwa tertentu yang menyebabkan
penurunan nilai. Penurunan nilai pada dasarnya disebabkan oleh dampak kombinasi
dari beberapa peristiwa. Kerugian yang diperkirakan timbul akibat peristiwa di
masa datang tidak dapat diakui, terlepas hal tersebut sangat mungkin terjadi. Bukti
obyektf bahwa aset keuangan atau kelompok aset keuangan mengalami penurunan
nilai meliputi data yang dapat diobservasi yang menjadi perhatian dari pemegang
aset tersebut mengenai peristiwa-peristiwa yang merugikan berikut ini:
a. kesulitan keuangan signifikan yang dialami penerbit atau pihak peminjam;
b. pelanggaran kontrak, seperti terjadinya wanprestasi atau tunggakan pem-
bayaran pokok atau bunga;
c. pihak pemberi pinjaman, dengan alasan ekonomi atau hukum sehubungan
dengan kesulitan keuangan yang dialami pihak peminjam, memberikan
keringanan (konsesi) pada pihak peminjam yang tidak mungkin diberikan jika
pihak peminjam tidak mengalami kesulitan tersebut;
d. terdapat kemungkinan bahwa pihak peminjam akan dinyatakan pailit atau
melakukan reorganisasi keuangan lainnya;
e. hilangnya pasar aktif dari aset keuangan akibat kesulitan keuangan; atau
f. data yang dapat diobservasi mengindikasikan adanya penurunan yang dapat
diukur atas estimasi arus kas masa datang dari kelompok aset keuangan
sejak pengakuan awal aset dimaksud, meskipun penurunannya belum dapat
diidentifikasi terhadap aset keuangan secara individual dalam kelompok aset
tersebut, termasuk:
1) memburuknya status pembayaran pihak peminjam dalam kelompok
tersebut (misalnya meningkatnya tunggakan pembayaran atau meningkat-
nya jumlah pihak peminjam kartu kredit yang mencapai batas kreditnya
dan hanya mampu membayar cicilan bulanan minimal); atau
2) kondisi ekonomi nasional atau lokal yang berkorelasi dengan wanprestasi
atas aset dalam kelompok tersebut (misalnya bertambahnya tingkat
pengangguran di area geografis pihak peminjam, turunnya harga properti
untuk kredit properti di wilayah yang relevan, turunnya harga minyak untuk
pinjaman yang diberikan kepada produsen minyak, atau memburuknya
kondisi industri yang mempengaruhi pihak peminjam dalam kelompok
tersebut). (PSAK 55: Paragraf 60)
3. Jika terdapat bukti obyektif bahwa kerugian penurunan nilai telah terjadi atas
pinjaman yang diberikan dan piutang atau investasi dalam kelompok dimiliki hingga
jatuh tempo yang dicatat pada biaya perolehan diamortisasi, maka jumlah kerugian
tersebut diukur sebagai selisih antara nilai tercatat aset dengan nilai kini estimasi
arus kas masa datang (tidak termasuk kerugian kredit di masa datang yang belum
terjadi) yang didiskonto menggunakan suku bunga efektif awal dari aset (yaitu suku
bunga efektif yang dihitung pada saat pengakuan awal). Nilai tercatat aset tersebut
dikurangi, baik secara langsung maupun menggunakan pos cadangan. Jumlah
kerugian yang terjadi diakui pada laporan laba rugi. (PSAK 55: Paragraf 64)
4. Entitas pertama kali menentukan bahwa terdapat bukti obyektif mengenai
penurunan nilai secara individual atas aset keuangan yang signifikan secara
individual, dan untuk aset keuangan yang tidak signifikan secara individual
terdapat bukti penurunan nilai secara individual atau kolektif (lihat paragraf 59).
Jika entitas menentukan tidak terdapat bukti obyektif mengenai penurunan nilai
atas aset keuangan yang dinilai secara individual, terlepas aset keuangan tersebut
signifikan atau tidak, maka entitas memasukkan aset tersebut ke dalam kelompok
aset keuangan yang memiliki karakteristik risiko kredit yang serupa dan menilai
penurunan nilai kelompok tersebut secara kolektif. Aset yang penurunan nilainya
dinilai secara individual, dan untuk itu kerugian penurunan nilai diakui atau tetap
diakui, tidak termasuk dalam penilaian penurunan nilai secara kolektif. (PSAK 55:
Paragraf 65)
5. Jika, pada periode berikutnya, jumlah kerugian penurunan nilai berkurang dan
pengurangan tersebut dapat dikaitkan secara obyektif pada peristiwa yang terjadi
setelah penurunan nilai diakui (seperti meningkatnya peringkat kredit debitur),
maka kerugian penurunan nilai yang sebelumnya diakui harus dipulihkan, baik
secara langsung, atau dengan menyesuaikan pos cadangan. Pemulihan tersebut
tidak boleh mengakibatkan nilai tercatat aset keuangan melebihi biaya perolehan
diamortisasi sebelum adanya pengakuan penurunan nilai pada tanggal pemulihan
dilakukan. Jumlah pemulihan aset keuangan diakui pada laporan laba rugi. (PSAK
55: Paragraf 66)
6. Ketika penurunan nilai wajar atas aset keuangan yang diklasifikasikan dalam
kelompok tersedia untuk dijual telah diakui secara langsung dalam ekuitas dan
terdapat bukti obyektif bahwa aset tersebut mengalami penurunan nilai (lihat
paragraf 60), maka kerugian kumulatif yang sebelumnya diakui secara langsung
dalam ekuitas harus dikeluarkan dari ekuitas dan diakui pada laporan laba rugi
meskipun aset keuangan tersebut belum dihentikan pengakuannya. (PSAK 55:
Paragraf 68)
7. Jumlah kerugian kumulatif yang dikeluarkan dari ekuitas dan diakui pada laporan
laba rugi sesuai paragraf 68 merupakan selisih antara biaya perolehan (setelah
dikurangi pelunasan pokok dan amortisasi) dengan nilai wajar kini, dikurangi
kerugian penurunan nilai aset keuangan yang sebelumnya telah diakui pada laporan
laba rugi. (PSAK 55: Paragraf 69)
8. Kerugian penurunan nilai yang diakui pada laporan laba rugi atas investasi instrumen
ekuitas yang diklasifikasikan sebagai instrumen ekuitas yang tersedia untuk dijual
tidak boleh dipulihkan melalui laporan laba rugi. (PSAK 55: Paragraf 70)
9. Jika, pada periode berikutnya, nilai wajar instrumen utang yang diklasifikasikan
dalam kelompok tersedia untuk dijual meningkat dan peningkatan tersebut dapat
secara obyektif dihubungkan dengan peristiwa yang terjadi setelah pengakuan
kerugian penurunan nilai pada laporan laba rugi, maka kerugian penurunan nilai
tersebut harus dipulihkan melalui laporan laba rugi. (PSAK 55: Paragraf 71)
10. Proses estimasi terhadap penurunan nilai mempertimbangkan seluruh eksposur
pinjaman yang diberikan, bukan hanya yang berkualitas rendah. Sebagai contoh,
jika entitas menggunakan sistem pemeringkatan kredit internal, maka entitas
tersebut harus mempertimbangkan seluruh peringkat pinjaman yang diberikan,
dan tidak hanya peringkat yang mencerminkan penurunan kualitas pinjaman yang
diberikan yang tajam. (PSAK 55: PA 101)
11. Proses estimasi terhadap jumlah kerugian penurunan nilai dapat menghasilkan
satu nilai kerugian atau kisaran (range) nilai kerugian yang mungkin terjadi… (PSAK
55: PA 102)
12. Pengukuran aset keuangan yang mengalami penurunan nilai mencerminkan
nilai wajar agunannya. Agunan tersebut tidak diakui sebagai aset secara terpisah
dari aset keuangan yang mengalami penurunan nilai kecuali memenuhi kriteria
pengakuan aset sesuai dengan PSAK lain. (Panduan Implementasi No. 2 E.4.8)
C. Penjelasan
1. Evaluasi penurunan nilai dilakukan terhadap kredit dalam kategori selain yang
Diukur pada Nilai Wajar melalui Laporan Laba Rugi.
2. Dalam melakukan evaluasi penurunan nilai, bank harus memperhatikan hal-hal
berikut:
a. Sistematis dan konsisten sepanjang waktu
Evaluasi harus dilakukan secara periodik dan konsisten sesuai dengan kebijakan
dan prosedur yang ditetapkan bank, yang antara lain mencakup:
1) Periode evaluasi kredit (loan reviews);
2) Identifikasi bukti obyektif penurunan nilai;
3) Metode estimasi penurunan nilai kredit secara individual maupun
kolektif;
4) Penilaian agunan/jaminan;
5) Pembentukan cadangan; dan
6) Proses dokumentasi.
b. Sejalan dengan kriteria yang bersifat obyektif
1) Evaluasi, termasuk pengakuan dan pengukuran penurunan nilai, harus
sejalan dengan kriteria yang telah ditetapkan. Kriteria dimaksud tidak
hanya didasarkan pada aturan dan formula, namun juga mencakup
gabungan antara aturan formal dan judgement/diskresi manajemen.
2) Untuk membatasi judgement/diskresi yang cenderung bersifat subyektif,
maka diperlukan suatu kerangka evaluasi yang memadai dan terdokumen-
tasi dengan baik yang menekankan obyektivitas dalam melakukan evaluasi
penurunan nilai.
c. Didukung dengan dokumentasi yang memadai
1) Evaluasi harus disertai dengan dokumentasi yang bertujuan untuk:
a) mendorong kedisiplinan dalam proses estimasi; dan
b) memfasilitasi proses kaji ulang dan validasi.
2) Bank harus memiliki standar pendokumentasian atas seluruh analisa,
asumsi, estimasi, keputusan dan proses evaluasi. Beberapa jenis doku-
mentasi yang terkait dengan evaluasi penurunan nilai dapat mencakup
hal-hal berikut:
2) Dalam hal tidak terdapat bukti obyektif penurunan nilai dari kredit yang
dievaluasi secara individual, maka kredit tersebut harus dimasukkan ke
dalam kategori kredit yang akan dievaluasi penurunan nilainya secara
kolektif.
3) Dalam hal terdapat bukti obyektif penurunan nilai dari kredit yang di-
evaluasi secara individual namun tidak terdapat kerugian penurunan nilai,
maka kredit tersebut tidak dimasukkan ke dalam kategori kredit yang
akan dievaluasi penurunan nilainya secara kolektif. Contoh: ketika debitur
berada dalam kondisi macet (tidak ada estimasi arus kas selain arus kas
dari agunan), dimana nilai kini arus kas agunan sama dengan atau lebih
besar dari nilai tercatat kredit.
4) Evaluasi secara individual didasarkan pada 2 konsep, yaitu:
a) estimasi jumlah kerugian kredit; dan
b) estimasi jumlah yang dapat diperoleh kembali (recoverable amount).
5) Estimasi jumlah kerugian kredit didasarkan pada seluruh informasi yang
tersedia dan experienced credit judgement, serta memperhatikan berbagai
faktor seperti:
a) kekuatan finansial dan kemampuan debitur untuk membayar kembali
kewajiban (repayment capacity);
b) jenis dan jumlah agunan;
c) ketersediaan garansi; dan
d) prospek usaha debitur di masa datang.
6) Estimasi jumlah yang dapat diperoleh kembali didasarkan pada identifikasi
arus kas masa datang dan estimasi nilai kini dari arus kas tersebut.
b. Secara kolektif
1) Evaluasi penurunan nilai secara kolektif mencakup seluruh kredit yang:
a) tidak dievaluasi secara individual; dan
b) dievaluasi secara individual, namun tidak terdapat bukti obyektif
terjadinya penurunan nilai.
Kerugian
Periode Pengembalian
penurunan nilai
2010 yang diterima Kerugian bersih (Rp)
berdasarkan
(Rp)
death rate (Rp)
Tw. 1 1.000.000.000 200.000.000 800.000.000 (2,6%)
Tw. 2 800.000.000 400.000.000 400.000.000 (1,3%)
Tw. 3 1.100.000.000 500.000.000 600.000.000 (2%)
Contoh:
10) Untuk selanjutnya, bank dapat menggunakan data kerugian historis dari
peer group atas kelompok kredit yang serupa sampai bank dapat memiliki
data sendiri, yaitu dalam hal bank:
a) tidak memiliki data kerugian historis yang cukup memadai atas
kelompok kredit;
b) tidak pernah mengalami kerugian dari kelompok kredit atau tidak
memiliki pengalaman kerugian yang memadai;
c) memberikan kredit kepada industri atau sektor yang belum dilakukan
sebelumnya; dan/atau
d) baru didirikan.
11) Tingkat kerugian historis kadangkala bukan merupakan indikator kemung-
kinan kerugian yang cukup memadai. Oleh karena itu, tingkat kerugian
historis harus disesuaikan agar mencerminkan kondisi terkini yang
tidak terjadi pada periode perolehan data kerugian historis dan untuk
menghilangkan pengaruh kondisi yang terjadi pada periode tersebut yang
saat ini sudah tidak relevan lagi.
a) Penyesuaian terhadap kerugian historis dapat mencakup:
(1) Kondisi eksternal, misalnya tingkat produk domestik bruto
(PDB); inflasi; suku bunga; tingkat pengangguran; permasalahan
industri; pengalaman bank lain dalam peer; dan perundangan-
undangan mengenai kepailitan
(2) Kondisi internal, misalnya perubahan dalam standar/prosedur
pemberian dan pemantauan kredit; praktek pengelolaan risiko;
prosedur audit internal; konsentrasi portofolio; tingkat tunggakan
bunga dan kredit bermasalah saat ini; kecukupan dan kepatuhan
terhadap prosedur yang terkait dengan penagihan, hapus
buku dan perolehan kembali kredit (recoveries); ketersediaan
dan kecukupan agunan; dan pengalaman serta kemampuan
manajemen dan loan officer.
b) Penyesuaian terhadap kondisi terkini dilakukan berdasakan data dan
informasi yang dapat diobservasi, dan pertimbangan manajemen.
Contoh:
Bank memiliki rata-rata tingkat kerugian historis atas kelompok kredit
kendaraan bermotor sebesar 10% selama 5 tahun terakhir. Dalam
kondisi perekonomian yang mengalami resesi dimana tingkat inflasi
dan pengangguran meningkat, bank perlu meningkatkan persentase
kemungkinan kerugian sebesar 2,5% dan meningkatkan cadangan
kerugian untuk mengantisipasi tekanan ekonomi yang dialami
kelompok debitur. Di lain pihak, bank telah memperketat standar dan
prosedur persetujuan kredit kendaraan bermotor sehingga dapat
menurunkan tingkat kerugian historis sebesar 1%. Dengan demikian,
tingkat kerugian historis disesuaikan dengan peningkatan sebesar
1,5%, yaitu menjadi 11,5%.
12) Selanjutnya, tingkat kerugian historis yang telah disesuaikan dengan
kondisi terkini tersebut digunakan untuk menyesuaikan nilai tercatat
kredit dalam kelompok kredit.
13) Metodologi dan asumsi yang digunakan dalam mengukur tingkat kerugian
historis harus dikaji ulang secara berkala untuk mengurangi perbedaan
antara estimasi jumlah kerugian dengan jumlah kerugian aktual.
7. Estimasi arus kas masa datang
a. Untuk meningkatkan konsistensi dalam melakukan estimasi arus kas masa
datang, bank harus memperhatikan hal-hal berikut:
1) dilakukan secara akurat dalam hal jumlah dan waktu realisasi arus kas
masa datang;
2) meliputi jangka waktu sampai jatuh tempo dan tidak hanya satu tahun;
3) sejalan dengan perubahan kondisi terkini berdasarkan data dan informasi
yang dapat diobservasi dari waktu ke waktu;
4) dikaji ulang secara periodik untuk memastikan metodologi dan asumsi
yang digunakan dapat diandalkan, serta meminimalkan perbedaan antara
estimasi jumlah kerugian dan jumlah kerugian aktual; dan
5) kerugian historis harus digunakan sebagai basis untuk mengestimasi arus
kas masa datang.
b. Estimasi arus kas masa datang antara lain dapat bersumber dari ekspektasi:
1) Penerimaan pokok dan bunga;
a) Estimasi arus kas masa datang terhadap kredit yang mengalami pe-
nurunan nilai harus mempertimbangkan apakah bank akan melakukan
skenario penyelamatan kredit melalui restrukturisasi kredit.
b) Dalam restrukturisasi kredit, berdasarkan pertimbangan ekonomi
atau hukum, bank memberikan konsesi khusus kepada debitur, yaitu
konsesi yang tidak akan diberikan apabila tidak terdapat kesulitan
keuangan di pihak debitur.
c) Estimasi terbaik atas arus kas masa datang harus didiskonto de-
ngan menggunakan suku bunga kontrak sebelum kredit tersebut
direstrukturisasi. Selisih antara nilai tercatat dengan nilai kini dari
arus kas masa datang merupakan cadangan yang harus dibentuk
untuk kerugian penurunan nilai.
d) Apabila kredit diperkirakan akan dibayar penuh, termasuk denda
bunga, maka nilai kini arus kas masa datang mungkin tidak akan
berada di bawah nilai tercatat, sehingga bank tidak perlu membentuk
cadangan kerugian penurunan nilai. Namun, bank harus melakukan
evaluasi secara periodik dan obyektif terhadap kemungkinan pe-
rubahan kemampuan debitur dalam memenuhi persyaratan re-
strukturisasi yang telah disepakati.
2) Jaminan dari pihak ketiga dan ganti rugi dari perusahaan asuransi;
a) Estimasi arus kas masa datang dari kredit yang mengalami penurunan
nilai dapat bersumber dari jaminan finansial dari pihak ketiga
(termasuk perusahaan asuransi).
b) Untuk dapat diperhitungkan sebagai arus kas masa datang, bank harus
menilai kemungkinan penjamin tersebut memenuhi kewajibannya.
c) Persyaratan penjaminan dan kondisi keuangan penjamin harus diiden-
tifikasi sebelum memperhitungkan jaminan atau ganti rugi dalam
perhitungan estimasi arus kas masa datang.
3) Realisasi agunan
a) Estimasi arus kas masa datang dari kredit yang mengalami penurunan
nilai dapat bersumber dari realisasi agunan terlepas apakah bank
akan mengambil alih dan menjual agunan atau tidak.
d. Perubahan dalam jumlah dan waktu realisasi arus kas masa datang dapat
berdampak pada perubahan estimasi terjadinya penurunan nilai dan jumlah
cadangan kerugian penurunan nilai yang harus dibentuk. Dengan demikian,
nilai kini dari arus kas masa datang tidak hanya diestimasi pada saat pertama
kali terdapat bukti obyektif terjadinya penurunan nilai, melainkan secara
periodik sebagaimana pada angka 5 di atas.
e. Perhitungan estimasi arus kas masa datang harus didokumentasikan dan
didasarkan atas kebijakan internal bank yang memadai untuk kepentingan
pemeriksaan oleh audit internal maupun eksternal.
8. Pembentukan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai
a. Dalam mengukur dan membentuk cadangan kerugian penurunan nilai, bank
harus memperhatikan hal-hal berkut:
1) Cadangan kerugian penurunan nilai dibentuk berdasarkan selisih antara
nilai tercatat kredit dan nilai kini dari estimasi arus kas masa datang yang
didiskonto menggunakan suku bunga efektif;
2) Bank tidak diperbolehkan membentuk cadangan kerugian penurunan
nilai melebihi jumlah yang dapat dikaitkan pada kredit individual atau
kelompok kredit kolektif dan didukung dengan bukti obyektif penurunan
nilai;
3) Cadangan kerugian penurunan nilai dibentuk sesuai dengan mata uang
denominasi kredit yang diberikan.
b. Dalam kasus tertentu, bank mungkin tidak perlu membentuk cadangan kerugian
penurunan nilai, khususnya jika nilai wajar agunan yang diperhitungkan dalam
estimasi arus kas jauh melebihi baki debet dari kredit.
9. Pembayaran Setelah Kredit Mengalami Penurunan Nilai
a. Setelah kredit mengalami penurunan nilai, maka setiap penerimaan pemba-
yaran dari debitur akan langsung mengurangi nilai tercatat kredit. Nilai tercatat
kredit setelah penurunan nilai merupakan nilai kini estimasi arus kas masa
datang yang mencakup arus kas yang bersumber dari pokok dan bunga yang
didiskonto menggunakan suku bunga efektif. Oleh karena itu, tidak diperlukan
proses pengalokasian atas pembayaran yang diterima dari debitur untuk mem-
bayar pokok atau bunga.
D. Perlakuan Akuntansi
Pengakuan dan Pengukuran
1. Pada saat terdapat bukti obyektif terjadinya penurunan nilai kredit yang diukur
berdasarkan biaya perolehan diamortisasi, maka bank:
a. mengakui sebagai ”Kerugian penurunan nilai kredit” pada laporan laba rugi
dan sebagai ”Cadangan kerugian penurunan nilai” pada neraca; dan
b. membatalkan pendapatan bunga yang telah diakui dan belum diterima
pembayarannya dengan melakukan:
1) jurnal balik; atau
2) koreksi saldo laba, jika bukti obyektif penurunan nilai kredit yang diperoleh
setelah tanggal neraca tetapi sebelum tanggal penyelesaian laporan
keuangan menunjukkan terjadinya penurunan nilai sebelum atau pada
tanggal neraca (adjusting subsequent event); atau
3) jika penurunan nilai terjadi pada periode berjalan dan Bank masih memiliki
saldo tagihan bunga yang pendapatannya telah diakui pada periode
sebelumnya, maka saldo tagihan bunga tersebut dijurnal balik dan bank
mengakui kerugian penurunan nilai pada periode berjalan;
c. mengakui pendapatan bunga yang baru yang dihitung dengan menggunakan
suku bunga efektif atas dasar nilai kredit setelah memperhitungkan penurunan
nilai.
2. Pada saat terdapat bukti obyektif terjadinya penurunan nilai kredit yang diklasifi-
kasikan dalam kategori Tersedia untuk Dijual, maka bank:
a. mengakui sebagai ”Cadangan kerugian penurunan nilai” pada neraca dan
mengakui ”Kerugian penurunan nilai kredit” pada laporan laba rugi yang
sebelumnya telah diakui secara langsung dalam ekuitas; dan
b. membatalkan pendapatan bunga yang telah diakui dan belum diterima
pembayarannya dengan melakukan:
1) jurnal balik; atau
2) koreksi saldo laba, jika bukti obyektif penurunan nilai kredit yang diperoleh
setelah tanggal neraca tetapi sebelum tanggal penyelesaian laporan
keuangan menunjukkan terjadinya penurunan nilai sebelum atau pada
tanggal neraca (adjusting subsequent event); atau
3) jika penurunan nilai terjadi pada periode berjalan dan bank masih memiliki
saldo tagihan bunga yang pendapatannya telah diakui pada periode
sebelumnya, maka saldo tagihan bunga tersebut dijurnal balik dan bank
mengakui kerugian penurunan nilai pada periode berjalan;
c. mengakui pendapatan bunga yang baru yang dihitung dengan menggunakan
suku bunga efektif atas dasar nilai kredit setelah memperhitungan penurunan
nilai.
3. Jika berdasarkan evaluasi secara periodik diketahui bahwa jumlah penurunan nilai
berkurang yang disebabkan terjadinya suatu peristiwa tertentu setelah pengakuan
penurunan nilai, maka bank memulihkan kerugian penurunan nilai yang telah diakui
tersebut dengan menjurnal balik ”Kerugian penurunan nilai kredit” pada laporan
laba rugi dan ”Cadangan kerugian penurunan nilai” pada neraca, yaitu paling tinggi
sebesar cadangan kerugian penurunan nilai yang telah dibentuk.
4. Pada saat penerimaan ganti rugi dari perusahaan asuransi atau lembaga penjamin
kredit diakui, maka bank:
a. memperhitungkan ganti rugi tersebut dalam estimasi arus kas masa datang
yang akan diterima; dan
b. melakukan jurnal balik atas ”Cadangan kerugian penurunan nilai” pada
neraca.
5. Kredit yang dihapus buku wajib dicatat secara extracomptable.
6. Apabila aset yang dijaminkan diambil alih, maka bank:
a. melakukan jurnal balik atas ”Cadangan kerugian penurunan nilai” pada neraca;
dan
b. mengakui aset yang diambil alih yang perlakuan akuntansinya mengacu pada
PSAK yang berlaku, yang mengatur mengenai aset tetap yang tersedia untuk
dijual.
7. Kredit yang telah dihapus buku dapat direstrukturisasi dengan terlebih dahulu
membukukan kembali ”Kredit” dan ”Cadangan kerugian penurunan nilai” di
neraca.
8. Penerimaan kas atas kredit yang telah dihapusbuku diakui sebagai pendapatan
operasional selain bunga.
9. Kredit yang telah dihapus buku dapat dihapus tagih antara lain apabila dalam
jangka waktu tertentu tidak diperoleh pembayaran setelah dilakukan usaha-usaha
penagihan dan merupakan keputusan manajemen.
Penyajian
1. Cadangan kerugian penurunan nilai kredit disajikan sebagai pos pengurang dari
“Kredit” sebesar selisih antara nilai tercatat kredit dengan nilai kini estimasi arus
kas masa datang yang didiskonto menggunakan suku bunga efektif awal dari kredit
tersebut.
2. Kerugian penurunan nilai kredit disajikan sebagai beban operasional pada pos
“Kerugian penurunan nilai kredit”.
E. Ilustrasi Jurnal
1. Pada saat terdapat bukti obyektif penurunan nilai
a. Kredit diukur pada biaya perolehan diamortisasi
1) Membentuk cadangan kerugian penurunan nilai
Db. Kerugian penurunan nilai kredit
Kr. Cadangan kerugian penurunan nilai kredit
2) Membatalkan pendapatan bunga yang telah diakui dan belum diterima
pembayarannya dengan melakukan jurnal balik apabila penurunan nilai
terjadi pada periode berjalan:
Db. Pendapatan bunga kredit
Db./Kr. Kredit - amortised cost
Kr. Pendapatan bunga kredit yang akan diterima
atau
mengoreksi saldo laba, jika bukti obyektif penurunan nilai kredit yang
diperoleh setelah tanggal neraca tetapi sebelum tanggal penyelesaian
laporan keuangan menunjukkan terjadinya penurunan nilai sebelum atau
pada tanggal neraca (adjusting subsequent event);
Db. Saldo laba
Db./Kr. Kredit - amortised cost
Kr. Pendapatan bunga kredit yang akan diterima
atau
jika penurunan nilai terjadi pada periode berjalan dan bank masih memiliki
saldo tagihan bunga yang pendapatannya telah diakui pada periode
sebelumnya, maka saldo tagihan bunga tersebut dijurnal balik dan bank
mengakui kerugian penurunan nilai pada periode berjalan.
Db. Kerugian penurunan nilai
Kr. Pendapatan bunga kredit yang akan diterima
Kr. Cadangan kerugian penurunan nilai kredit
b. Kredit yang diklasifikasikan dalam kategori Tersedia untuk Dijual
1) Mengakui kerugian penurunan nilai yang sebelumnya dicatat pada
ekuitas
Db. Kerugian penurunan nilai kredit
Kr. Ekuitas – Pendapatan komprehensif lain
2) Untuk pembatalan pengakuan pendapatan bunga mengacu pada huruf a
di atas
2. Pada saat terdapat bukti obyektif terjadinya peristiwa yang menguntungkan yang
menyebabkan jumlah penurunan nilai berkurang (misalnya meningkatnya peringkat
kredit debitur)
a. Jika pemulihan penurunan nilai terjadi pada periode berjalan
Db. Cadangan kerugian penurunan nilai kredit
Kr. Kerugian penurunan nilai
b. Jika pemulihan penurunan nilai diketahui setelah tanggal neraca tetapi
sebelum tanggal penyelesaian laporan keuangan dimana peristiwa tersebut
terjadi sebelum atau pada tanggal neraca (adjusting subsequent event)
Db. Cadangan kerugian penurunan nilai kredit
Kr. Saldo laba
c. Jika pemulihan penurunan nilai terjadi setelah tanggal neraca dan bukan
merupakan adjusting subsequent event.
Db. Cadangan kerugian penurunan nilai kredit
Kr. Pendapatan
3. Pada saat penghapusbukuan kredit
Db. Cadangan kerugian penurunan nilai kredit
Kr. Kredit
4. Pada saat menerima pembayaran untuk kredit yang sudah dihapus buku
a. Jika penerimaan kembali terjadi pada periode berjalan
Db. Kas/Rekening…/Giro BI
Kr. Kerugian penurunan nilai kredit
b. Jika penerimaan kembali terjadi setelah tanggal neraca, tetapi sebelum tanggal
penyelesaian laporan keuangan (adjusting subsequent event)
Db. Kas/Rekening…/Giro BI
Kr. Saldo laba
c. Jika penerimaan kembali terjadi setelah tanggal neraca dan bukan merupakan
adjusting subsequent event.
Db. Kas/Rekening…/Giro BI
Kr. Pendapatan
F. Pengungkapan
Hal-hal yang harus diungkapkan, antara lain:
1. Ikhtisar kebijakan akuntansi yang penting yang terkait dengan pembentukan
cadangan kerugian penurunan nilai, penyisihan, penghapusan, dan penanganan
kredit yang mengalami penurunan nilai.
2. Pendekatan yang digunakan untuk melakukan evaluasi penurunan nilai kredit
secara individual maupun kolektif.
3. Analisis terhadap kredit berdasarkan klasifikasi kredit yang memiliki karakteristik
ekonomi yang sama (misalnya klasifikasi residential mortgage, consumer loans,
commercial loans, dan sebagainya). Analisis tersebut mencakup:
a. Kredit dengan tunggakan bunga dan/atau pokok (past due) tetapi tidak
mengalami penurunan nilai berdasarkan skala waktu tunggakan. Bank dapat
menentukan sendiri skala waktu tunggakan yang sesuai, misalnya tunggakan
< 3 bulan, 3–6 bulan, 6–12 bulan, dan lebih dari 12 bulan;
b. Kredit yang berdasarkan evaluasi secara individual telah mengalami penurunan
nilai, termasuk faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam menetapkan penu-
runan nilai, yang meliputi:
1) Nilai tercatat sebelum dikurangi kerugian penurunan nilai;
2) Jumlah kerugian penurunan nilai; dan
c. Jenis serta nilai wajar agunan dan bentuk mitigasi risiko lainnya untuk setiap
pengungkapan pada butir a dan b diatas.
4. Cadangan kerugian penurunan nilai kredit berdasarkan segmentasi tertentu.
5. Ikhtisar perubahan pos cadangan kerugian penurunan nilai (baik cadangan kerugian
untuk penurunan nilai kredit secara individual maupun kolektif) untuk setiap
kategori kredit yang menunjukkan:
a. saldo awal tahun (a);
b. selisih kurs karena penjabaran cadangan dalam mata uang asing (b);
c. cadangan yang dibentuk selama tahun berjalan (c);
d. pemulihan cadangan selama tahun berjalan (d);
e. penerimaan kembali kredit yang telah dihapus buku (e);
f. penghapusbukuan kredit selama tahun berjalan (f);
g. saldo akhir tahun (a) + (b) + (c) – (d) – (e) – (f).
6. Jumlah kredit yang sudah dihentikan pembebanan bunganya.
7. Ikhtisar kredit yang dihapus buku, yang menunjukkan saldo awal tahun, penghapus-
bukuan kredit dalam tahun berjalan, penerimaan kembali kredit yang telah dihapus
buku, kredit yang telah dilakukan hapus tagih dan saldo akhir tahun.
G. Ketentuan Lain-lain
Bank tetap menilai kualitas kredit sesuai ketentuan Bank Indonesia yang berlaku
mengenai kualitas aktiva untuk kepentingan penerapan prinsip kehati-hatian dan
perhitungan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) bank.
H. Contoh Kasus
Contoh kasus untuk penurunan nilai menggunakan contoh yang sama pada Bagian
mengenai Pemberian dan Penyaluran Kredit, yaitu contoh 3 berupa kredit investasi
yang diukur pada biaya perolehan diamortisasi, dengan tambahan informasi sebagai
berikut:
208 I P e d o m a n
1 1-Jan-10 (99.920.000.000) 99.920.000.000
2 31-Jan-10 1.250.000.000 99.920.000.000 1.255.066.208 (1.250.000.000) 5.066.208 99.925.066.208
3 28-Feb-10 1.250.000.000 99.925.066.208 1.255.129.843 (1.250.000.000) 5.129.843 99.930.196.051
4 31-Mar-10 1.250.000.000 99.930.196.051 1.255.194.277 (1.250.000.000) 5.194.277 99.935.390.328
5 30-Apr-10 1.250.000.000 99.935.390.328 1.255.259.521 (1.250.000.000) 5.259.521 99.940.649.850
6 31-May-10 1.250.000.000 99.940.649.850 1.255.325.585 (1.250.000.000) 5.325.585 99.945.975.434
7 30-Jun-10 26.250.000.000 99.945.975.434 1.255.392.478 (25.000.000.000) (1.250.000.000) 5.392.478 74.951.367.912
8 31-Jul-10 937.500.000 74.951.367.912 941.442.445 (937.500.000) 3.942.445 74.955.310.357
9 31-Aug-10 937.500.000 74.955.310.357 941.491.965 (937.500.000) 3.991.965 74.959.302.322
Terdapat bukti obyektif penurunan nilai
10 30-Sep-10 937.500.000 72.569.997.965 72.569.997.965
Suku Bunga Efektif Awal 1,256% Perhitungan cadangan kerugian penurunan nilai kredit adalah sebagai berikut:
Nilai tercatat sebelum penurunan nilai 74.959.302.322
(Original Effective Interest Rate / EIR) Nilai kini estimasi arus kas masa datang 72.569.997.965
Jurnal transaksi:
Diasumsikan pula bahwa estimasi arus kas masa datang tidak berubah hingga
penyelesaian akhir kredit.
a. Tanggal 30 September 2010, pada saat terdapat bukti obyektif terjadinya
penurunan nilai kredit
1) Mencatat kerugian penurunan nilai
Db. Kerugian penurunan nilai Rp. 2.389.304.357
Kr. Cadangan kerugian penurunan nilai Rp. 2.389.304.357
(apabila masih terdapat tagihan bunga pada saat penurunan nilai, maka
dilakukan jurnal balik)
2) Pengakuan bunga pada saat terjadi penurunan nilai
(tidak ada pengakuan bunga pada saat bank tidak menerima pembayaran
dari debitur)
b. Tanggal 31 Oktober 2010, pada saat pengakuan amortisasi bunga (interest
unwinding)
Db. Kredit – amortised cost Rp. 911.530.746
Kr. Pendapatan bunga Rp. 911.530.746
c. Tanggal 30 November 2010, pada saat pengakuan amortisasi bunga
Db. Kredit – amortised cost Rp. 922.980.220
Kr. Pendapatan bunga Rp. 922.980.220
d. Tanggal 31 Desember 2010, pada saat pengakuan amortisasi bunga dan
penerimaan arus kas sesuai estimasi
1) Mencatat pengakuan amortisasi bunga
Db. Kredit – amortised cost Rp. 934.573.507
Kr. Pendapatan bunga Rp. 934.573.507
2) Penerimaan arus kas sesuai estimasi
Db. Kas/Rekening…/Giro BI Rp. 28.750.000.000
Kr. Kredit – amortised cost Rp. 28.750.000.000
e. Jurnal untuk transaksi no. 14 sampai dengan no. 24 dalam Tabel 11 sama
dengan jurnal untuk transaksi no. 11 sampai dengan no. 13 dengan asumsi
debitur membayar sesuai dengan estimasi arus kas.
I 211
Bab V I K r e d i t
Jurnal transaksi:
Diasumsikan bahwa estimasi arus kas masa datang tidak berubah hingga
penyelesaian akhir kredit.
a. Tanggal 31 Desember 2010, pada saat terdapat bukti obyektif terjadinya
penurunan nilai kredit
1) Mencatat tambahan cadangan kerugian penurunan nilai
Db. Kerugian penurunan nilai Rp. 23.958.163.331
Kr. Cadangan kerugian penurunan nilai Rp. 23.958.163.331
(Rp. 23.958.163.331 = Rp. 74.404.508.931 – Rp. 50.446.345.600)
2) Pengakuan bunga pada awal penurunan nilai
(tidak ada pengakuan bunga pada saat awal pencatatan nilai kini estimasi
arus kas masa datang)
3) Mencatat penerimaan arus kas
Db. Kas/Rekening.../Giro BI Rp. 15.000.000.000
Kr. Kredit – amortised cost Rp. 15.000.000.000
b. Tanggal 31 Januari 2011, pada saat pengakuan amortisasi bunga
Db. Kredit – amortised cost Rp. 445.231.291
Kr. Pendapatan bunga Rp. 445.231.291
c. Tanggal 28 Februari 2011, pada saat pengakuan amortisasi bunga
Db. Kredit – amortised cost Rp. 450.823.712
Kr. Pendapatan bunga Rp. 450.823.712
d. Tanggal 31 Maret 2011, pada saat pengakuan amortisasi bunga dan penerimaan
arus kas sesuai estimasi
1) Mencatat pengakuan amortisasi bunga
Db. Kredit – amortised cost Rp. 456.486.378
Kr. Pendapatan bunga Rp. 456.486.378
2) Penerimaan arus kas sesuai estimasi
Db. Kas/Rekening…/Giro BI Rp. 5.000.000.000
Kr. Kredit – amortised cost Rp. 5.000.000.000
e. Jurnal untuk transaksi no. 17 sampai dengan no. 25 dalam Tabel 12 sama
dengan jurnal untuk transaksi no. 14 sampai dengan no. 16, dengan asumsi
debitur membayar sesuai dengan estimasi arus kas.
3. Terjadi perubahan estimasi arus kas masa datang dan hapus buku
Jika pada saat evaluasi dan estimasi kembali arus kas masa datang pada bulan
Maret 2011, bank mengestimasikan bahwa tidak terdapat penerimaan atau sangat
sulit bagi bank untuk memperoleh kembali arus kas masa datang dari kredit yang
mengalami penurunan nilai tersebut. Oleh karenanya, bank harus membentuk
tambahan cadangan kerugian penurunan nilai untuk menyesuaikan nilai tercatat
sebelumnya menjadi nihil.
Lihat Tabel 13.
214 I P e d o m a n
1 1-Jan-10 (99.920.000.000) 99.920.000.000
2 31-Jan-10 1.250.000.000 99.920.000.000 1.255.066.208 (1.250.000.000) 5.066.208 99.925.066.208
3 28-Feb-10 1.250.000.000 99.925.066.208 1.255.129.843 (1.250.000.000) 5.129.843 99.930.196.051
4 31-Mar-10 1.250.000.000 99.930.196.051 1.255.194.277 (1.250.000.000) 5.194.277 99.935.390.328
5 30-Apr-10 1.250.000.000 99.935.390.328 1.255.259.521 (1.250.000.000) 5.259.521 99.940.649.850
6 31-May-10 1.250.000.000 99.940.649.850 1.255.325.585 (1.250.000.000) 5.325.585 99.945.975.434
7 30-Jun-10 26.250.000.000 99.945.975.434 1.255.392.478 (25.000.000.000) (1.250.000.000) 5.392.478 74.951.367.912
8 31-Jul-10 937.500.000 74.951.367.912 941.442.445 (937.500.000) 3.942.445 74.955.310.357
9 31-Aug-10 937.500.000 74.955.310.357 941.491.965 (937.500.000) 3.991.965 74.959.302.322
Terdapat bukti obyektif penurunan nilai
10 30-Sep-10 937.500.000 72.569.997.965 72.569.997.965
11 31-Oct-10 72.569.997.965 911.530.746 911.530.746 73.481.528.711
Jurnal transaksi
a. Tanggal 31 Maret 2011, pada saat terdapat bukti obyektif terjadinya penurunan
nilai kredit
Db. Kerugian penurunan nilai Rp. 36.342.400.602
Kr. Cadangan kerugian penurunan nilai Rp. 36.342.400.602
Dengan pembentukan cadangan tersebut maka nilai kini kredit menjadi nihil
b. Pada saat manajemen bank memutuskan untuk menghapus buku kredit
1) Penghapusbukuan kredit
Db. Cadangan kerugian penurunan nilai kredit Rp. 62.689.868.290
Kr. Kredit – amortised cost Rp. 62.689.868.290
(Rp. 62.689.868.290 = Rp. 2.389.304.357 + Rp. 23.958.163.331 +
Rp. 36.342.400.602)
2) Pencatatan extracomptable atau rekening memorial
Db. Memorial kredit yang dihapus buku Rp. 62.689.868.290
Kr. Rekening lawan-memorial kredit
yang dihapus buku Rp. 62.689.868.290
Setelah pencatatan jurnal di atas maka nilai tercatat kredit adalah nihil.
Nilai tersebut merupakan nilai tercatat sebelum penurunan nilai yang
dikurangi dengan cadangan kerugian penurunan nilai yang telah dibentuk,
dengan rincian sebagai berikut:
Rekonsiliasi atas nilai kini kredit adalah sebagai berikut:
a) Nilat tercatat kredit diamortisasi
Nilai tercatat sebelum penurunan nilai 74.959.302.322
amortisasi bunga (31-Okt-10) 911.530.746
amortisasi bunga (30-Nov-10) 922.980.220
Penerimaan arus kas masa datang
(31-Dec-10) (15.000.000.000)
amortisasi bunga (31-Jan-11) 445.231.291
amortisasi bunga (28-Feb-11) 450.823.712
62.689.868.290
Bab VI
Transaksi DerivaƟf
A. Definisi
1. Derivatif adalah suatu instrumen keuangan atau kontrak keuangan lain dengan karak-
teristik sebagai berikut:
a. Nilainya berubah sebagai akibat dari perubahan variabel yang telah ditentukan/
yang mendasari (underlying)
b. Tidak memerlukan investasi awal neto atau memerlukan investasi awal neto dalam
jumlah yang lebih kecil dibandingkan dengan jumlah yang diperlukan untuk kontrak
serupa lainnya yang diharapkan akan menghasilkan dampak yang serupa sebagai
akibat perubahan faktor pasar; dan
c. Diselesaikan pada tanggal tertentu di masa depan
2. Derivatif melekat (embedded derivative) adalah instrumen derivatif yang melekat pada
kontrak lainnya yang merupakan kontrak utama (host contract) yang dapat menyebabkan
perubahan sebagian atau seluruh arus kas yang dipersyaratkan dalam kontrak utama
sejalan dengan perubahan variabel tertentu yang mendasari (underlying variable).
3. Nilai wajar adalah nilai dimana suatu aset dapat dipertukarkan atau suatu kewajiban
diselesaikan antara pihak yang memahami dan berkeinginan untuk melakukan transaksi
wajar (arm’s length transaction)
4. Tagihan derivatif adalah tagihan yang merupakan potensi keuntungan berdasarkan
proses valuasi atas perjanjian/kontrak derivatif yang mencerminkan selisih positif
antara nilai kontrak dengan nilai wajar transaksi derivatif pada tanggal laporan.
5. Kewajiban derivatif adalah kewajiban yang merupakan potensi kerugian berdasarkan
proses valuasi atas perjanjian/kontrak derivatif yang mencerminkan selisih negatif
antara nilai kontrak dengan nilai wajar transaksi derivatif pada tanggal laporan.
6. Lindung nilai (hedging) adalah strategi pengelolaan risiko dengan menggunakan
instrumen keuangan (hedging instrument) untuk melakukan saling hapus (offset) atas
perubahan nilai wajar atau arus kas dari aset atau kewajiban keuangan tertentu, suatu
komitmen pasti (firm commitment), prakiraan transaksi yang sangat mungkin terjadi
(highly probable forecast transaction) atau investasi neto pada operasi di luar negeri
(net investment in a foreign operation) yang merupakan item yang dilindung nilai
(hedged item)
7. Komitmen pasti (firm commitment) adalah perjanjian yang mengikat untuk memper-
tukarkan sumber daya dalam kuantitas tertentu pada tingkat harga tertentu dan pada
tanggal atau tanggal-tanggal tertentu di masa datang.
8. Prakiraan transaksi (forecast transaction) adalah transaksi di masa datang yang belum
mengikat namun telah diantisipasi.
9. Valuasi adalah suatu proses pengukuran nilai wajar yang dapat didasarkan pada harga
kuotasi di pasar yang aktif (mark to market) maupun didasarkan pada teknik penilaian
(valuation technique).
B. Dasar Pengaturan
1. Derivatif
a. Derivatif adalah suatu instrumen keuangan atau kontrak lain yang termasuk dalam
ruang lingkup Pernyataan ini (lihat paragraf 2–7) dengan tiga karakteristik berikut
ini:
1) nilainya berubah sebagai akibat dari perubahan variabel yang telah ditentukan
(sering disebut dengan variabel yang mendasari/underlying), antara lain:
suku bunga, harga instrumen keuangan, harga komoditas, nilai tukar mata
uang asing, indeks harga atau indeks suku bunga, peringkat kredit atau indeks
kredit, atau variabel lainnya. Untuk variabel non keuangan, variabel tersebut
tidak berkaitan dengan pihak-pihak dalam kontrak:
2) tidak memerlukan investasi awal neto atau memerlukan investasi awal neto
dalam jumlah yang lebih kecil dibandingkan dengan jumlah yang diperlukan
untuk kontrak serupa lainnya yang diharapkan akan menghasilkan dampak
yang serupa sebagai akibat perubahan faktor pasar; dan
3) diselesaikan pada tanggal tertentu di masa mendatang. (PSAK 55 paragraf 8)
b. Transaksi dalam mata uang asing dibukukan dengan mengunakan kurs pada saat
terjadinya transaksi. (PSAK 10 paragraf 7)
c. Pada setiap tanggal neraca:
1) Pos aset dan kewajiban moneter dalam mata uang asing dilaporkan ke dalam
mata uang rupiah dengan menggunakan kurs tanggal neraca. Apabila terdapat
kesulitan dalam menentukan kurs tanggal neraca, dapat digunakan kurs tengah
Bank Indonesia sebagai indikator yang objektif;
2. Derivatif Melekat
a. “Derivatif melekat merupakan komponen dari instrumen keuangan campuran
(hybrid instrument) atau instrumen keuangan yang digabungkan (combined
instrument) dimana didalamnya termasuk pula kontrak utama non derivatif yang
mengakibatkan sebagian arus kas yang berasal dari instrumen yang digabungkan
bervariasi seperti derivatif yang berdiri sendiri. Derivatif melekat menyebabkan
sebagian atau seluruh arus kas yang dipersyaratkan dalam kontrak, dimodifikasi
menurut variabel yang telah ditentukan, antara lain: suku bunga, harga instrumen
keuangan, nilai tukar mata uang asing, indeks harga atau indeks suku bunga,
peringkat kredit atau indeks kredit, atau variabel lainnya...” (PSAK 55 paragraf 9)
b. Derivatif melekat harus dipisahkan dari kontrak utamanya dan dicatat sebagai
derivatif berdasarkan Pernyataan ini, jika dan hanya jika:
1) karakteristik ekonomi dan risiko dari derivatif melekat tidak berkaitan erat
dengan karakteristik ekonomi dan risiko dari kontrak utama;
2) instrumen terpisah yang memiliki persyaratan yang sama dengan derivatif
melekat memenuhi definisi sebagai derivatif; dan
3) instrumen campuran (instrumen yang digabungkan) tidak diukur pada nilai
wajar melalui laporan laba rugi (dengan kata lain derivatif yang melekat pada
aset keuangan atau kewajiban keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui
laporan laba rugi tidak dipisahkan).
Jika derivatif melekat dipisahkan, maka kontrak utamanya harus dicatat berdasarkan
PSAK 55 jika kontrak utamanya merupakan instrumen keuangan, namun jika kontrak
utamanya bukan merupakan instrumen keuangan, maka harus dicatat berdasarkan
Pernyataan lain yang sesuai tetapi PSAK 50 tidak mengatur apakah derivatif melekat
disajikan secara terpisah dalam laporan keuangan. (PSAK 55 paragraf 10)
c. Selain yang dinyatakan dalam paragraf 10, jika kontrak memiliki satu atau lebih
derivatif melekat, entitas dapat menetapkan keseluruhan kontrak dari instrumen
yang digabungkan atau instrumen campuran sebagai aset keuangan atau kewajiban
keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi, kecuali:
1) derivatif melekat tersebut tidak memodifikasi secara signifikan arus kas yang
dipersyaratkan oleh kontrak; atau
2) terlihat jelas dengan sedikit atau tanpa analisa ketika instrumen campuran
yang digabungkan atau instrumen campuran yang serupa pertama kali diper-
timbangkan bahwa pemisahan derivatif melekat tidak diperkenankan, seperti
opsi pelunasan lebih awal yang melekat dalam pinjaman yang memungkinkan
3. Lindung Nilai
a. Akuntansi lindung nilai mengakui pengaruh saling hapus pada laporan laba rugi
atas perubahan nilai wajar dari instrumen lindung nilai dan item yang dilindung
nilai. (PSAK 55 paragraf 87)
4) Efektivitas lindung nilai dapat diukur secara andal, yaitu nilai wajar atau arus
kas dari item yang dilindung nilai yang dapat diatribusikan pada risiko yang
dilindung nilai, dan nilai wajar instrumen lindung nilai tersebut harus dapat
diukur secara andal.
5) Lindung nilai dinilai secara berkesinambungan dan ditentukan bahwa
efektivitasnya sangat tinggi sepanjang periode pelaporan keuangan di mana
lindung nilai tersebut ditetapkan. (PSAK 55 paragraf 90)
d. “Lindung nilai dianggap sangat efektif jika kedua kondisi di bawah ini terpenuhi:
1) Pada saat dimulainya lindung nilai dan periode-periode sesudahnya, lindung
nilai tersebut diharapkan akan sangat efektif untuk saling hapus terhadap
perubahan nilai wajar atau arus kas yang diatribusikan pada risiko yang
dilindung nilai selama periode lindung nilai tersebut. Harapan tersebut dapat
ditunjukkan melalui beberapa cara, termasuk dengan:
a) membandingkan perubahan nilai wajar atau arus kas di masa lalu dari
item yang dilindung nilai yang diatribusikan pada risiko yang dilindung nilai
dengan perubahan nilai wajar atau arus kas di masa lalu dari instrumen
lindung nilai; atau
b) menunjukkan korelasi statistik yang tinggi antara nilai wajar atau arus
kas dari item yang dilindung nilai dengan nilai wajar atau arus kas dari
instrumen lindung nilai. Entitas dapat memilih rasio lindung nilai selain
satu banding satu dalam rangka meningkatkan efektivitas lindung nilai
sebagaimana yang dijabarkan dalam paragraf PA120.
2) Hasil aktual dari lindung nilai berada dalam kisaran 80–125 persen...” (PSAK 55
PA125)
e. Efektivitas dievaluasi, minimal, pada waktu entitas menyiapkan laporan keuangan
tahunan atau interim. (PSAK 55 PA126)
Uang Asing (untuk instrumen lindung nilai non derivatif) diakui pada laporan
laba rugi; dan
2) keuntungan atau kerugian atas item yang dilindung nilai yang dapat diatribusikan
pada risiko yang dilindung nilai dengan menyesuaikan nilai tercatat item yang
dilindung nilai dan diakui pada laporan laba rugi. Ketentuan ini berlaku jika item
yang dilindung nilai tidak diukur pada biaya perolehan. Pengakuan keuntungan
atau kerugian yang dapat diatribusikan pada risiko yang dilindung nilai pada
laporan laba rugi diterapkan jika item yang dilindung nilai merupakan aset
keuangan yang diklasifikasikan dalam kelompok tersedia untuk dijual. (PSAK
55 paragraf 91)
b. Entitas secara prospektif menghentikan penerapan akuntansi lindung nilai wajar
sebagaimana dijelaskan dalam paragraf 91 jika:
1) instrumen lindung nilai kadaluwarsa atau dijual, dihentikan atau dilaksanakan
(untuk tujuan ini, penggantian atau perpanjangan terhadap instrumen lindung
nilai dengan instrumen lindung nilai lainnya tidak dapat dianggap sebagai telah
kadaluwarsa atau telah dihentikan apabila penggantian atau perpanjangan
tersebut merupakan bagian dari strategi lindung nilai yang didokumentasikan
entitas);
2) lindung nilai tidak lagi memenuhi kriteria akuntansi lindung nilai; atau
3) entitas membatalkan penetapan yang telah dilakukan. (PSAK 55 Paragraf 94)
a. bagian dari keuntungan atau kerugian atas instrumen lindung nilai yang ditetapkan
sebagai lindung nilai yang efektif diakui secara langsung dalam ekuitas melalui
laporan perubahan ekuitas (lihat PSAK 1 tentang Penyajian Laporan Keuangan);
dan
b. bagian yang tidak efektif diakui pada laporan laba rugi.
Keuntungan atau kerugian atas instrumen lindung nilai yang terkait dengan bagian
lindung nilai yang efektif yang sebelumnya telah diakui secara langsung dalam
ekuitas harus diakui pada laporan laba rugi ketika investasi dalam operasi luar
negeri tersebut dilepaskan. (PSAK 55 paragraf 105)
7. Proporsi dari keseluruhan instrumen lindung nilai, misalnya 50 persen dari jumlah
nosional, dapat ditetapkan sebagai instrumen lindung nilai dalam suatu hubungan
lindung nilai. Namun demikian, hubungan lindung nilai tidak dapat ditetapkan hanya
untuk satu bagian saja dari periode waktu dimana instrumen lindung nilai masih
berjalan. (PSAK 55 paragraf 76)
8. Satu instrumen lindung nilai dapat ditetapkan sebagai lindung nilai atas lebih dari satu
jenis risiko sepanjang (a) risiko yang dilindung nilai dapat diidentifikasi secara jelas; (b)
efektivitas dari lindung nilai dapat dibuktikan; dan (c) dimungkinkan untuk memastikan
bahwa terdapat penetapan yang spesifik dari instrumen lindung nilai dan posisi risiko
yang berbeda. (PSAK 55 paragraf 77)
9. Jika entitas tidak memenuhi kriteria efektivitas lindung nilai, maka entitas harus meng-
hentikan akuntansi lindung nilainya sejak tanggal terakhir entitas tersebut mampu
memenuhi kriteria efektivitas lindung nilai tersebut. Namun, jika entitas dapat meng-
identifikasi peristiwa atau perubahan keadaan yang menyebabkan hubungan lindung
nilai gagal memenuhi kriteria efektivitas, dan dapat membuktikan bahwa lindung nilai
telah berjalan efektif sebelum peristiwa atau perubahan keadaan tersebut terjadi,
entitas menghentikan akuntansi lindung nilai sejak tanggal terjadinya peristiwa atau
perubahan keadaan tersebut. (PSAK 55 PA 134)
10. Pengukuran Nilai Wajar
Dalam menentukan nilai wajar aset keuangan atau kewajiban keuangan untuk
menerapkan Pernyataan ini atau PSAK 50 (revisi 2006) Instrumen Keuangan: Penyajian
dan Pengungkapan, entitas menerapkan Pedoman Aplikasi PA84 – PA98. (PSAK 55
paragraf 48)
C. Penjelasan
1. Derivatif
a. Instrumen keuangan derivatif adalah instrumen keuangan yang memberikan hak
(kewajiban) kepada pemegang (penerbit) untuk menerima (membayar) kas atau
instrumen keuangan lainnya dalam jumlah yang ditentukan berdasarkan perubahan
variabel yang mendasari (underlying) dimasa yang akan datang.
b. Karakteristik derivatif
1) Perubahan nilai sebagai akibat dari perubahan variabel yang mendasari
(underlying)
a) Variabel yang mendasari (underlying) adalah suatu variabel yang ber-
sama dengan suatu nilai nosional atau suatu syarat pembayaran akan
menentukan jumlah yang akan diselesaikan dalam suatu derivatif.
Contoh variabel yang mendasari antara lain:
Transaksi Keterangan
Forward adalah suatu perjanjian antara 2 pihak untuk membeli atau
menjual suatu instrumen keuangan pada tanggal tertentu dimasa
depan pada harga tertentu. Suatu kontrak forward diperdagangkan
secara over the counter (OTC) dan jangka waktu penyelesaian
transaksi forward adalah lebih dari dua hari kerja setelah tanggal
transaksi.
Forward
Dalam transaksi forward terdapat satu pihak yang setuju untuk
membeli suatu instrumen keuangan yang mendasari (underlying
asset) pada tanggal tertentu dimasa depan pada suatu harga tertentu
(long position), sedangkan pihak lawan setuju untuk menjual suatu
instrumen keuangan yang bersangkutan pada tanggal dan harga
yang sama (short position).
Transaksi Keterangan
Secara umum suatu swap mata uang mempunyai arus kas sebagai
berikut:
1) Pertukaran arus kas pokok pada awal kontrak
2) Pembayaran arus kas bunga diantara periode kontrak. Dalam
suatu periode pembayaran bunga, satu pihak akan membayar
pada suku bunga tetap/mengambang dan pihak lainnya akan
menerima pada suku bunga mengambang/tetap. Pembayaran
biasanya secara neto.
3) Pertukaran arus kas pokok pada akhir periode kontrak.
Transaksi Keterangan
Dalam transaksi opsi, pembeli opsi harus membayar premi. Risiko
kerugian bagi pembeli opsi adalah sebatas premi yang dibayarkan,
dan bagi penjual opsi tidak terbatas.
Secara umum terdapat 2 jenis kontrak opsi yaitu: Standard option dan
Exoctic option. Standard option juga dikenal sebagai Vanilla option
mempunyai persyaratan yang sudah diketahui pada awal transaksi
sedangkan Exoctic option mempunyai beberapa persyaratan yang
tergantung pada kondisi tertentu selama periode opsi.
Terdapat 2 tipe Standard option yaitu:
1) Call option memberikan hak kepada pemegang kontrak, tetapi
bukan kewajiban, untuk membeli suatu aset yang mendasari
pada suatu harga tertentu sebelum atau pada waktu jatuh
tempo.
2) Put option memberikan hak kepada pemegang kontrak, tetapi
bukan kewajiban, untuk menjual suatu aset yang mendasari
pada suatu harga tertentu sebelum atau pada waktu jatuh
tempo.
Futures adalah suatu perjanjian untuk membeli atau menjual suatu
aset pada tanggal tertentu dimasa depan pada harga tertentu.
Transaksi futures mempunyai banyak kemiripan dengan forward.
Sementara perbedaan antara kontrak futures dan forward antara
lain:
1) Futures diperdagangkan melalui bursa (exchange) dan mem-
Futures
punyai syarat yang telah distandardisasi, sementara forward
diperdagangkan secara over the counter.
2) Risiko transaksi forward relatif lebih besar karena bersifat bila-
teral dimana terdapat risiko kegagalan pihak lawan memenuhi
kewajiban, sementara risiko futures lebih kecil karena adanya
jaminan dari bursa.
b. Dalam hal tidak terdapat pasar aktif, bank dapat menggunakan teknik penilaian
yang meliputi:
1) Harga dari transaksi pasar terkini yang dilakukan secara wajar;
2) Harga dari transaksi pasar terkini dari instrumen lain yang secara substantial
sama; atau
3) penggunaan analisa arus kas yang didiskonto dan model penetapan harga
opsi.
g. Berdasarkan bagan tersebut, derivatif melekat harus dipisahkan dari kontrak utama
jika memenuhi seluruh kriteria berikut:
1) Instrumen campuran tidak diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi;
2) Jika derivatif melekat dipisahkan dapat merupakan instrumen derivatif yang
berdiri sendiri (freestanding derivative) yang memenuhi kriteria derivatif
sesuai PSAK 55; dan
3) Karakteristik ekonomi dan risiko dari derivatif melekat tidak secara jelas dan
erat berkaitan dengan kontrak utama.
“Tidak berkaitan secara jelas dan erat” “Berkaitan secara jelas dan erat”
Opsi jual pada instrumen utang dengan strike
price yang terkait dengan perubahan kurs Interest rate swap yang melekat pada
mata uang, atau harga/indeks saham atau instrumen utang
komoditas
Opsi beli pada instrumen ekuitas atau
Kontrak sewa yang terkait dengan tingkat
instrumen utang dengan strike price yang
inflasi (inflation-indexed)
telah ditentukan
Opsi perpanjangan (extension option) pada Cap dan floor dalam kontrak penjualan dan
instrumen utang bersuku bunga tetap pembelian
“Tidak berkaitan secara jelas dan erat” “Berkaitan secara jelas dan erat”
Instrumen utang dengan suku bunga yang
Obligasi dengan dua mata uang (dual currency
terkait (linked) ke kurs mata uang, atau
bonds)
harga/indeks saham atau komoditas
Opsi konversi menjadi saham (equity
Instrumen utang dalam mata uang asing
conversion) pada instrumen utang
Opsi beli, opsi jual, atau opsi percepatan
pelunasan (prepayment option) pada
Opsi beli, opsi jual, atau opsi percepatan instrumen utang dimana harga eksekusi opsi
pelunasan (prepayment option) pada (exercise price) diperkirakan sama dengan
instrumen utang biaya perolehan diamortisasi (amortised cost)
atas instrumen utang pada setiap tanggal
eksekusi
Cap dan floor atas suku bunga dalam
instrumen utang jika cap ditetapkan pada atau
Credit derivatives yang melekat pada
diatas suku bunga pasar dan floor ditetapkan
instrumen utang
pada atau dibawah suku bunga pasar pada
saat instrumen utang diterbitkan.
Penjualan atau pembelian barang atau jasa
dalam mata uang asing yang:
bukan merupakan mata uang fungsional
bagi ke dua pihak;
Kontrak forward mata uang asing dengan
secara rutin digunakan atas penjualan
pembayaran dalam mata uang dari salah satu
atau pembelian produk dalam
pihak yang bertransaksi
perdagangan internasional; atau
tidak digunakan secara umum dalam
kegiatan perekonomian dimana
transaksi terjadi.
4) Dalam hal terdapat instrumen campuran dan derivatif melekat yang tidak
masuk dalam contoh di atas, maka bank harus melakukan analisa apakah ada
hubungan yang jelas dan erat antara kontrak utama dan derivatif melekat.
Contoh:
a) Bank A menerbitkan surat berharga sebesar Rp. 100 milyar dengan suku
bunga mengambang LIBOR + 0,75%. Surat berharga tersebut mempunyai
batas maksimal suku bunga (cap) 7%. Suku bunga LIBOR saat penerbitan
adalah 5%.
Bank A tidak harus memisahkan derivatif melekat (Interest Rate Cap)
dari kontrak utama (surat berharga). Hal ini disebabkan variabel yang
mendasari derivatif melekat adalah tingkat suku bunga yang berkaitan
jelas dan erat dengan kontrak utama, dan derivatif melekat tersebut
tidak menggandakan hasil dari suku bunga pasar ketika surat berharga
diterbitkan.
b) Bank D membeli surat berharga yang diterbitkan oleh Bank E sebesar
Rp 100 milyar dengan suku bunga tetap. Bank D mempunyai opsi untuk
mengkonversikan surat berharga tersebut dengan 1 juta saham Bank E.
Bank D harus mencatat secara terpisah antara kontrak utama (surat
berharga) dan derivatif melekat (opsi untuk mengkoversi ke saham Bank
E). Sementara itu, bagi Bank E, instrumen yang diterbitkan harus dicatat
sebagai instrumen utang atau ekuitas sesuai PSAK 50.
c) Bank F menerbitkan deposito berjangka USD 1.000.000 dengan tingkat
suku bunga tetap sebesar 10%. Tingkat suku bunga pasar pada saat
penerbitan adalah 4,5%. Kontrak tersebut memberikan hak kepada Bank
F untuk memilih mata uang (USD atau IDR) yang akan digunakan untuk
mengembalikan nilai pokok deposito pada saat jatuh tempo.
Bank F harus memisahkan derivatif melekat (opsi mata uang) dari kontrak
utama (deposito berjangka) karena:
(1) derivatif melekat yang merupakan suatu opsi mata uang tidak
berkaitan erat dan jelas dengan kontrak utama yang berbasis tingkat
suku bunga;
(2) opsi mata uang memenuhi persyaratan sebagai suatu derivatif; dan
(3) keseluruhan instrumen campuran tidak diukur pada nilai wajar
melalui laporan laba rugi.
d) Bank G di Indonesia menerima pinjaman dari Bank H di Singapura dalam
mata uang Yen, meskipun ke dua pihak tidak melakukan transaksi di Jepang
dalam jumlah yang signifikan. Pinjaman yang diterima Bank G merupakan
kontrak utama dengan derivatif melekat dalam bentuk foreign exchange
forward untuk membeli Yen. Bank G harus memisahkan derivatif melekat
dari kontrak utama karena karakteristik ekonomi dan risiko dari pinjaman
yang diterima tidak berkaitan erat dengan foreign exchange forward.
i. Meskipun derivatif melekat berkaitan erat dan jelas dengan kontrak utama, namun
dapat dianggap tidak berkaitan dan harus dipisahkan apabila memenuhi kondisi
berikut:
1) instrumen campuran dapat diselesaikan dengan cara yang mengakibatkan
pemegang instrumen campuran tidak akan memperoleh kembali seluruh nilai
investasi secara substansial; atau
3) Bank dapat menetapkan suatu hubungan lindung nilai baru atas item yang
dilindung nilai tersebut sepanjang semua persyaratan akuntansi lindung nilai
dipenuhi, yang dapat dilakukan antara lain dengan menetapkan:
a) instrumen lindung nilai lainnya; dan/atau
b) risiko lain yang akan dilindung nilai.
c. Instrumen lindung nilai (hedging instrument)
1) Instrumen keuangan dapat digunakan sebagai instrumen lindung nilai hanya
jika instrumen tersebut memenuhi kondisi berikut, yaitu:
a) Instrumen derivatif yang ditetapkan (designated derivative) untuk tujuan
lindung nilai
(1) PSAK 55 mendefinisikan instrumen lindung nilai sebagai suatu instru-
men derivatif yang ditetapkan untuk lindung nilai dimana perubahan
nilai wajar atau arus kas diharapkan saling hapus dengan perubahan
nilai wajar atau arus kas dari item yang ditetapkan untuk dilindung
nilai.
(2) Instrumen yang ditetapkan sebagai instrumen lindung nilai juga dapat
mencakup derivatif melekat yang dipisahkan dari kontrak utamanya.
(3) Khusus untuk lindung nilai atas risiko nilai tukar, instrumen lindung
nilai juga dapat berupa aset atau kewajiban keuangan non derivatif.
b) Instrumen melibatkan pihak eksternal
(1) Untuk tujuan akuntansi lindung nilai, hanya instrumen yang melibat-
kan pihak eksternal bank yang dapat memenuhi kualifikasi sebagai
instrumen lindung nilai.
(2) Meskipun perusahaan dalam grup usaha bank saling melakukan
transaksi lindung nilai, transaksi tersebut akan tereliminasi dalam
laporan keuangan konsolidasi. Transaksi lindung nilai intra-group
tersebut dapat memenuhi persyaratan akuntansi lindung nilai untuk
laporan keuangan setiap perusahaan secara tersendiri (individual),
namun tidak memenuhi persyaratan akuntansi lindung nilai untuk
laporan keuangan konsolidasi dari grup usaha bank.
2) Penetapan instrumen keuangan sebagai instrumen lindung nilai.
Penetapan instrumen derivatif sebagai instrumen lindung nilai harus memper-
hatikan hal-hal berikut:
a) Instrumen derivatif harus ditetapkan sebagai instrumen lindung nilai
secara keseluruhan.
1
Nilai intrinsik adalah perbedaan antara harga eksekusi (strike price) dan harga pasar saat ini dari variabel yang mendasari. Jika harga eksekusi
lebih besar dari harga pasar saat ini, maka nilai intrinsik sama dengan nol.
2
Nilai waktu adalah perbedaan antara nilai wajar opsi (premi) dan nilai intrinsik. Jika nilai intrinsik nol, maka nilai wajar opsi sama dengan nilai
waktu.
Sebagai contoh:
Bank memiliki portofolio aset dan kewajiban keuangan yang dilindung nilai
terhadap risiko pelunasan dipercepat (prepayment risk). Dalam setiap
periode pelaporan, jumlah aset dan kewajiban keuangan akan berubah
berdasarkan ekpektasi pelunasan dipercepat, penghentian pengakuan
aset dan kewajiban keuangan, dan pengakuan instrumen keuangan baru.
Hal ini berarti dalam suatu portofolio, nilai item yang dilindung nilai dapat
berubah dari waktu ke waktu. Namun, bank tidak perlu merubah nilai
instrumen lindung nilai, melainkan menambah instrumen lindung nilai
baru ke dalam hubungan lindung nilai.
e) Hubungan lindung nilai tidak dapat ditetapkan hanya untuk bagian tertentu
dari periode waktu berlakunya instrumen lindung nilai. Sebagai contoh,
instrumen derivatif dengan jangka waktu 5 tahun tidak boleh ditetapkan
sebagai instrumen lindung nilai hanya untuk 3 tahun pertama saja.
3) Instrumen keuangan yang tidak memenuhi persyaratan sebagai instrumen
lindung nilai antara lain mencakup:
a) Instrumen bukan derivatif (non-derivative)
Instrumen non derivative tidak memenuhi persyaratan sebagai instrumen
lindung nilai, kecuali instrumen non derivative yang digunakan untuk
lindung nilai atas risiko nilai tukar. Sebagai contoh, aset keuangan dalam
mata uang asing digunakan sebagai instrumen lindung nilai atas kewajiban
keuangan dalam mata uang asing.
b) Instrumen yang tidak memiliki kuotasi (unquoted instrument)
Instrumen derivatif yang dikaitkan pada instrumen ekuitas yang tidak
memiliki kuotasi dan harus diselesaikan dengan penyerahan instrumen
ekuitas tersebut tidak dapat ditetapkan sebagai instrumen lindung nilai
karena nilai wajar instrumen tersebut tidak dapat diukur secara andal
c) Instrumen ekuitas yang diterbitkan bank (own equity instrument)
d) Opsi yang diterbitkan (written option)
Opsi yang diterbitkan tidak bisa digunakan sebagai instrumen lindung
nilai kecuali digabungkan dengan opsi yang dibeli (purchased option),
dimana selisih bersih dari ke dua opsi tersebut merupakan opsi yang dibeli
(purchased option).
(1) Aset atau kewajiban non keuangan hanya dapat ditetapkan sebagai
item yang dilindung nilai secara keseluruhan atas seluruh jenis
risiko. Hal ini dikarenakan perubahan nilai dari suatu komponen
pada item non keuangan yang dilindung nilai tidak dapat diukur dan
mempengaruhi nilai dari item non keuangan tersebut, seperti halnya
perubahan suku bunga pasar yang dapat mempengaruhi nilai dari
surat berharga.
(2) Aset atau kewajiban non keuangan hanya dapat ditetapkan sebagai
item yang dilindung nilai atas perubahan nilai wajar yang dapat
diatribusikan pada risiko nilai tukar. Hal ini dikarenakan eksposur
mata uang asing dari aset atau kewajiban non keuangan dalam mata
uang asing dapat diukur secara terpisah.
d) Suatu prakiraan transaksi dapat ditetapkan sebagai item yang dilindung
nilai sepanjang kemungkinan besar akan terjadi.
Dalam mengukur kemungkinan terjadinya transaksi, bank harus memper-
hatikan fakta-fakta yang dapat diobservasi dan kondisi-kondisi seperti:
(1) frekuensi transaksi serupa di masa lalu;
(2) kemampuan keuangan dan operasionl bank dalam melakukan
transaksi tersebut;
(3) adanya komitmen sumber daya yang substansial/nyata bagi aktivitas
tertentu;
(4) besarnya kerugian atau gangguan yang dapat terjadi jika transaksi
tidak dilakukan;
(5) kemungkinan dilakukannya alternatif transaksi lain. Sebagai contoh:
jika ingin memperoleh pendanaan (funding), bank dapat melakukan
dengan berbagai cara seperti menerbitkan saham atau memperoleh
pinjaman. Kedua cara tersebut memiliki karakteristik yang berbeda
serta tingkat kemungkinan terjadi yang berbeda;
(6) kuantitas dan rentang waktu transaksi. Semakin besar kuantitas
(jumlah atau nilai) yang akan ditransaksi, semakin besar kemungkinan
terjadinya transaksi tersebut. Sebaliknya, semakin panjang rentang
waktu perkiraan (forecast), semakin kecil kemungkinan terjadinya
transaksi tersebut; dan/atau
(7) rencana bisnis bank.
4) Untuk memenuhi kualifikasi akuntansi lindung nilai, lindung nilai harus terkait
dengan risiko yang telah diidentifikasi dan ditetapkan secara spesifik dan
mempengaruhi laporan laba rugi.
5) Jika risiko yang dilindung nilai hanya risiko-risiko tertentu yang dapat
diatribusikan pada item yang dilindung nilai, maka perubahan yang diakui
dalam nilai wajar item yang dilindung nilai yang tidak berkaitan dengan risiko
yang dilindung nilai diakui berdasarkan kategori item yang dilindung nilai,
yaitu diakui pada laporan laba rugi untuk instrumen dalam kategori Diukur
pada Nilai Wajar melalui Laporan Laba Rugi atau diakui secara langsung dalam
ekuitas untuk instrumen dalam kategori Tersedia untuk Dijual.
f. Efektivitas lindung nilai (hedge effectiveness)
1) Efektivitas lindung nilai merupakan penilaian sejauh mana perubahan nilai
wajar atau arus kas dari item yang dilindungi yang dapat diatribusikan pada
risiko yang dilindung nilai dapat saling hapus dengan perubahan nilai wajar
atau arus kas dari instrumen lindung nilai.
2) Lindung nilai dianggap sangat efektif jika kedua kondisi di bawah ini
terpenuhi:
a) Lindung nilai tersebut diharapkan akan sangat efektif untuk saling hapus
terhadap perubahan nilai wajar atau arus kas yang diatribusikan pada
risiko yang dilindung nilai pada saat dimulainya lindung nilai dan periode
selanjutnya selama periode lindung nilai tersebut; dan
b) Hasil aktual dari perubahan nilai wajar instrumen lindung nilai dan
perubahan nilai wajar atau arus kas yang diharapkan dari item yang
dilindung nilai saling menghapus pada kisaran 80%– 125%.
3) Penilaian efektivitas hubungan lindung nilai (effectiveness test)
Penilaian efektivitas hubungan lindung nilai harus dilakukan secara prospektif
dan retrospektif yang meliputi penilaian kualitatif maupun kuantitatif. Bank
dapat menggunakan berbagai metode penilaian yang didasarkan pada strategi
manajemen risiko dan didokumentasikan dengan jelas. Metode penilaian
tersebut harus ditetapkan pada awal hubungan lindung nilai dan pada periode-
periode selanjutnya.
a) Penilaian secara prospektif (prospective test) yang dilakukan pada tanggal
awal penetapan hubungan lindung nilai dan pada periode-periode
selanjutnya (lihat Bagan di bawah).
tanggal jatuh tempo yang sama) serta memiliki nilai wajar nol pada saat
pengakuan awal.
Sebagai contoh:
Bank A menerbitkan floating rate note (FRN) dengan suku bunga
mengambang. Untuk melindung nilai terhadap perubahan arus kas yang
disebabkan perubahan suku bunga, bank melakukan transaksi interest rate
swap (IRS). Untuk mengukur efektivitas lindung nilai, bank menggunakan
hypothetical derivative yang menyerupai FRN sebagai item yang dilindung
nilai. Hasil dari transaksi lindung nilai dapat dilihat pada tabel berikut.
Kumulatif
Perubahan Kumulatif Efektivitas
Perubahan Perubahan Efektivitas
Nilai Wajar Perubahan Lindung
Tanggal Nilai Wajar Nilai Wajar Lindung
Hypothetical Nilai Wajar Nilai
IRS Hypothetical Nilai
Derivative IRS Kumulatif
Derivative
14 Jul 09 0 0 0 0 0
31 Jul 09 111.340,60 111.254,81 111.340,81 111.254,81 99,92% 99,92%
31 Aug 09 196.496,60 204.020,27 307.837,20 315.275,08 103,83% 102,42%
30 Sep 09 196.098,95 199.275,52 503.936,15 514.550,70 101,62% 102,11%
31 Oct 09 205.918,14 205.918,14 709.854,29 720.468,83 100,00% 101,50%
Lindung nilai dinilai efektif karena rasio lindung nilai secara kumulatif
berada pada kisaran 80%-125%.
4) Bagian yang tidak efektif dalam lindung nilai yang efektif
Meskipun rasio lindung nilai secara prospektif dan restrospektif berada dalam
kisaran 80% - 125% sehingga dikatakan sangat efektif, namun terdapat bagian
dari lindung nilai yang tidak efektif yang harus diakui dalam laporan laba rugi.
a) Dalam Lindung Nilai atas Nilai Wajar (Fair Value Hedge)
Bagian dari lindung nilai yang tidak efektif secara otomatis diakui pada
laporan laba rugi.
b) Dalam Lindung Nilai atas Arus Kas (Cash Flow Hedge)
Bagian dari lindung nilai yang tidak efektif diukur berdasarkan Dollar
Offset Method yang diakui pada laporan laba rugi.
(1) Jika keuntungan atau kerugian kumulatif dari instrumen lindung nilai
lebih besar dari pada perubahan nilai wajar (nilai kini) kumulatif dari
arus kas masa depan dari item yang dilindung nilai (over hedge), maka
selisih lebih tersebut merupakan bagian yang tidak efektif dan diakui
pada laporan laba rugi.
(2) Jika keuntungan atau kerugian kumulatif dari instrumen lindung nilai
lebih kecil dari pada perubahan nilai wajar (nilai kini) kumulatif dari
arus kas masa depan dari item yang dilindung nilai (under hedge),
maka tidak terdapat bagian yang tidak efektif.
Nilai Wajar
Rasio
Kondisi Instrumen Item yang Lindung Keterangan
Lindung Dilindung Nilai
Nilai Nilai
1 7 (10) 70% Lindung nilai tidak efektif
- Lindung nilai efektif
2 - Bagian yang tidak
12 (10) 120%
(overhedge) efektif sebesar 2 diakui
dalam laba rugi
- Lindung nilai efektif
3
8,5 (10) 85% - Tidak terdapat bagian
(underhedge)
yang tidak efektif
tanggal evaluasi terakhir yang menunjukan hubungan lindung nilai efektif atau
tanggal terjadinya perubahan kondisi yang menyebabkan hubungan lindung
nilai menjadi tidak efektif.
3) Bank membatalkan penetapan hubungan lindung nilai. Pembatalan penetapan
hubungan lindung nilai dapat dilakukan jika dianggap sudah tidak relevan lagi.
Selanjutnya, bank dapat menggunakan instrumen lindung nilai tersebut untuk
ditetapkan sebagai instrumen lindung nilai pada hubungan lindung nilai yang
baru.
3) Lindung nilai atas komitmen pasti untuk membeli atau menjual aset atau
kewajiban non keuangan dalam mata uang asing.
c. Penghentian akuntansi lindung nilai atas arus kas
Akuntansi lindung nilai atas arus kas dapat dihentikan secara prospektif dalam
kondisi-kondisi berikut, yaitu:
1) Tiga kondisi sebagaimana pada penghentian akuntansi lindung nilai atas nilai
wajar pada angka 5 huruf e) di atas; dan
2) Prakiraan transaksi tidak diharapkan akan terjadi sehingga lindung nilai dapat
dihentikan.
Penghentian tidak dapat dilakukan jika transaksi diperkirakan masih akan terjadi
namun kemungkinannya tidak besar (no longer highly probable), karena masih
diharapkan dapat terjadi.
7. Akuntansi Lindung Nilai atas Investasi Neto pada Operasi di Luar Negeri
a. Lindung nilai atas investasi neto pada operasi di luar negeri merupakan lindung
nilai atas kepentingan (interest) bank pelapor atas aset bersih pada operasi di
luar negeri, yang mencakup perusahaan anak, perusahaan asosiasi, perusahaan
patungan, dan/atau cabang dari bank pelapor yang melakukan kegiatan usaha di
luar negeri atau dalam mata uang yang berbeda dengan bank pelapor.
b. Investasi neto pada operasi di luar negeri mencakup item moneter yang merupakan
piutang dari atau utang pada operasi di luar negeri yang berjangka panjang. Item
moneter dapat merupakan item yang penyelesaiannya tidak direncanakan maupun
tidak akan mungkin terjadi di masa datang.
c. Instrumen derivatif (seperti forwards dan swaps) dan non derivatif (seperti Kredit
dalam mata uang asing) dapat digunakan sebagai instrumen lindung nilai atas
investasi neto pada operasi di luar negeri.
Sebagai contoh:
Bank A di Indonesia mempunyai perusahaan anak di Hong Kong dengan mata uang
fungsional HKD. Nilai bersih aset perusahaan anak tersebut adalah HKD 50 milyar.
Untuk melindungi nilai investasi di perusahaan anak terhadap risiko nilai tukar, Bank A
melakukan transaksi jual forward sebesar HKD 50 milyar dan membeli IDR pada harga
yang telah ditentukan. Bank A dapat menerapkan akuntansi lindung nilai atas investasi
neto pada perusahaan anak di Hong Kong sebesar HKD 50 milyar dengan transaksi
foreign exchange forward.
7) Pengukuran efektivitas lindung nilai pada saat penetapan awal dan periode
selanjutnya untuk memastikan bahwa lindung nilai sangat efektif. Bank harus
memiliki prosedur dan dokumentasi untuk memastikan efektivitas lindung
nilai.
8) Pengukuran perubahan nilai wajar dari item yang dilindung nilai yang terkait
dengan risiko yang dilindung nilai dan instrumen lindung nilai.
9) Pengakuan efektivitas lindung nilai. Jika lindung nilai 100% efektif, maka
dampak neto terhadap laporan laba rugi adalah nol. Namun, jika lindung nilai
tidak efektif, maka perbedaan antara perubahan nilai instrumen lindung nilai
dan item yang dilindung nilai diakui dalam laporan laba rugi.
D. Perlakuan Akuntansi
Pengakuan dan pengukuran
1. Derivatif
a. Pada saat pengakuan awal (inception date) dan pengukuran selanjutnya, instrumen
derivatif diakui di neraca dan diukur pada nilai wajar terlepas apakah memenuhi
kriteria akuntansi lindung nilai atau tidak, kecuali:
1) Instrumen derivatif dengan variabel yang mendasari (underlying) dalam bentuk
instrumen ekuitas yang tidak mempunyai kuotasi harga pasar (unquoted equity
instrument), yang diakui dan diukur pada harga perolehan sampai tanggal
berakhirnya transaksi tersebut; dan
2) Instrumen derivatif yang nilai wajarnya tidak dapat diukur secara andal, yang
diakui pada harga perolehan sampai tanggal berakhirnya transaksi tersebut.
b. Umumnya, nilai wajar instrumen derivatif pada saat pengakuan awal adalah
nol. Pada saat pengukuran selanjutnya, nilai wajar instrumen derivatif harus
diukur menggunakan harga penawaran (bid price) untuk long position atau harga
permintaan (ask price) untuk short position pada setiap akhir hari. Bank dapat
menggunakan nilai tengah (mid price) dari harga pasar untuk menentukan nilai
wajar dari setiap long maupun short position yang terekspos pada risiko pasar
yang saling hapus (yaitu jika memiliki kesamaan pada variable yang mendasari
dan tanggal jatuh tempo) dan melakukan penyesuaian ke harga penawaran atau
permintaan (bid-ask spread adjustment) atas posisi terbuka neto pada setiap
tanggal laporan, baik laporan interim maupun laporan tahunan.
2. Derivatif Melekat
a. Derivatif melekat yang memenuhi kriteria untuk dipisahkan dari kontrak utama
diakui sebagai derivatif dan diukur berdasarkan nilai wajar sebagaimana pada
angka 1) di atas.
b. Kontrak utama diakui dan diukur berdasarkan PSAK yang sesuai, termasuk PSAK 55.
c. Pemisahan derivatif melekat dari kontrak utama pada instrumen campuran tidak
harus dilakukan, misalnya karena berbagai pertimbangan, antara lain:
(1) tidak memenuhi seluruh kriteria pemisahan (bifurcation);
(2) pemisahan sulit dilakukan atau menimbulkan beban tambahan; dan/atau
(3) pemisahan tidak memberikan manfaat karena dapat memberikan informasi
yang tidak andal mengenai nilai wajar derivatif.
Selanjutnya, bank dimungkinkan untuk menetapkan seluruh instrumen campuran
tersebut untuk diukur pada nilai wajar (fair value option).
3. Lindung Nilai
a. Lindung Nilai atas Nilai Wajar
1) Perlakuan akuntansi untuk lindung nilai atas nilai wajar yang memenuhi seluruh
persyaratan adalah sebagai berikut:
a) Untuk instrumen lindung nilai
(1) Instrumen lindung nilai yang umumnya merupakan instrumen deri-
vatif diakui dalam neraca dan diukur berdasarkan nilai wajar.
(2) Keuntungan atau kerugian dari perubahan nilai wajar instrumen
derivatif diakui dalam laporan laba rugi.
laporan laba rugi pada periode yang sama atau pada periode-periode
dimana aset keuangan yang diperoleh atau kewajiban keuangan yang
diterbitkan mempengaruhi laporan laba rugi, misalnya jika terdapat
pengakuan pendapatan atau beban bunga atau penurunan nilai aset
atau kewajiban keuangan tersebut.
(2) Aset atau kewajiban non keuangan
Ketika prakiraan traksaksi yang dilindung nilai mengakibatkan peng-
akuan aset dan kewajiban non keuangan, maka bank dapat memilih
diatara 2 perlakuan akuntansi berikut:
(a) Perlakuan akuntansi yang sama yang digunakan untuk pengakuan
aset atau kewajiban keuangan. Hal ini berarti bank dapat segera
mereklasifikasi keuntungan atau kerugian dari instrumen lindung
nilai ke ddalah laporan laba rugi, atau tetap mengakui dalam
ekuitas dan mereklasifikasi ke dalam laporan laba rugi ketika aset
atau kewajiban non keuangan tersebut mempengaruhi laporan
laba rugi, misalnya jika terdapat pengakuan beban penyusutan
atau penurunan nilai aset non keuangan.
(b) Penerapan penyesuaian dasar (basis adjustment) atas aset atau
kewajiban non keuangan yang akan diperoleh dan prakiraan
transaksi. Dalam perlakuan akuntansi ini, keuntungan atau
kerugian dari instrumen lindung nilai yang semula diakui dalam
ekuitas direklasifikasi dan diakui sebagai bagian dari nilai tercatat
awal aset atau kewajiban non keuangan, karena dianggap
mewakili bagian dari harga perolehan.
Pendekatan apapun yang dipilih harus diterapkan secara kon-
sisten.
c) Jika instrumen lindung nilai dihentikan atau lindung nilai tidak lagi meme-
nuhi persyaratan penerapan akuntansi lindung nilai (misalnya prakiraan
transaksi kemungkinan tidak akan terjadi), maka keuntungan atau kerugian
yang sebelumnya diakui dalam ekuitas tetap diakui dalam ekuitas sampai
prakiraan transaksi terjadi. Jika prakiraan transaksi tidak diharapkan akan
terjadi, maka keuntungan atau kerugian kumulatif yang diakui dalam
ekuitas akan direklasifikasi dan diakui dalam laporan laba rugi.
Penyajian
1. Tagihan dan Kewajiban Derivatif
Derivatif disajikan sebesar nilai wajar pada neraca sebagai tagihan atau kewajiban
derivatif.
2. Derivatif Melekat
Instrumen campuran (hybrid instrumen) disajikan sebagai berikut:
a. Instrumen campuran dimana derivatif melekat harus dipisahkan dari kontrak
utama, maka:
1) Kontrak utama disajikan di neraca sesuai dengan standar akuntansi yang
berlaku; dan
2) Derivatif melekat disajikan sebagai tagihan atau kewajiban derivatif sebesar
nilai wajar.
b. Jika instrumen campuran dimana derivatif melekat tidak harus dipisahkan dari
kontrak utama, maka keseluruhan instrumen campuran yang diukur pada nilai
wajar melalui laporan laba rugi disajikan sebagai satu kesatuan di neraca dan masuk
dalam kategori Diukur pada Nilai Wajar melalui Laporan Laba Rugi.
c. Jika instrumen campuran memiliki lebih dari satu derivatif melekat dan derivatif-
derivatif tersebut berkaitan dengan eksposur risiko yang berbeda dan dapat
dipisahkan sewaktu-waktu serta independen antara satu dengan lainnya, maka
derivatif-derivatif melekat tersebut disajikan secara terpisah satu dengan lainnya.
3. Lindung Nilai
Keuntungan atau kerugian atas suatu derivatif yang ditentukan sebagai instrumen
lindung nilai terdiri dari dua komponen yaitu, bagian dari lindung nilai yang efektif
dan bagian dari lindung nilai yang tidak efektif. Bagian keuntungan atau kerugian
dari derivatif yang ditentukan sebagai instrumen lindung nilai yang efektif disajikan
dalam pos yang sama dengan keuntungan atau kerugian dari item yang dilindung nilai,
sedangkan bagian keuntungan atau kerugian dari derivatif yang ditentukan sebagai
instrumen lindung nilai yang tidak efektif disajikan pada pos yang sama dengan derivatif
yang tidak ditentukan sebagai instrumen lindung nilai.
4. Lindung Nilai Portofolio (Portfolio Hedging)
Dalam lindung nilai portofolio atas risiko suku bunga, penyesuaian yang timbul dari
keuntungan atau kerugian yang dapat diatribusikan pada risiko yang dilindung nilai
disajikan sebagai berikut:
a. pada pos aset yang terpisah dalam neraca, jika item yang dilindung nilai pada suatu
periode jatuh tempo tertentu merupakan aset; atau
b. pada pos kewajiban yang terpisah dalam neraca, jika item yang dilindung nilai pada
suatu periode jatuh tempo tertentu merupakan kewajiban.
E. Ilustrasi Jurnal
1. Transaksi pembelian foreign exchange forward untuk tujuan perdagangan (trading)
a. Mencatat komitmen pada tanggal transaksi sebesar jumlah nosional
Db. Kontrak berjangka forward beli valuta lawan3
Kr. Contra account
Db. Contra account
Kr. Kontrak berjangka forward jual valuta dasar4
Dalam prakteknya, bank dapat tidak menggunakan rekening antara.
b. Pada saat melakukan valuasi pada akhir hari kerja berdasarkan nilai wajar
1) Potensi keuntungan bagi bank
Db. Tagihan derivatif forward
Kr. Keuntungan transaksi derivatif
2) Potensi kerugian bagi bank
Db. Kerugian transaksi derivatif
Kr. Kewajiban derivatif forward
Pada awal hari berikutnya, seluruh jurnal yang berkaitan dengan valuasi
dilakukan jurnal balik dan selanjutnya dilakukan valuasi kembali sesuai dengan
nilai wajar pada akhir hari.
3
Valuta lawan adalah valuta yang diterima
4
Valuta dasar adalah valuta yang diserahkan
4) Mencatat valuasi atas opsi pada akhir hari berdasarkan nilai wajar
a) Potensi keuntungan bagi bank
Db. Tagihan derivatif – call option
Kr. Keuntungan transaksi derivatif – call option
b) Potensi kerugian bagi bank
Db. Kerugian transaksi derivatif – call option
Kr. Kewajiban derivatif – call option
Pada awal hari berikutnya, seluruh jurnal yang berkaitan dengan valuasi
dilakukan jurnal balik dan selanjutnya dilakukan valuasi kembali sesuai
dengan nilai wajar pada akhir hari.
5) Pada saat option dilaksanakan/exercise (sebelum atau pada saat kontrak
berakhir)
a) Jurnal balik atas komitmen:
Db. Kontrak pembelian put option – valuta dasar
Kr. Contra account
Db. Contra account
Kr. Kontrak pembelian call option – valuta lawan
b) Jurnal balik tagihan atau kewajiban derivatif
(1) Potensi keuntungan bagi bank
Db. Keuntungan transaksi derivatif – call option
Kr. Tagihan derivatif – call option
(2) Potensi kerugian bagi bank
Db. Kewajiban derivatif – call option
Kr. Kerugian transaksi derivatif – call option
6) Mencatat penerimaan
Db. Kas/Rekening ..../Giro BI – valuta lawan
Kr. Kas/Rekening ..../Giro BI – valuta dasar
7) Pada saat option tidak dilaksanakan/exercise
Db. Kontrak pembelian put option – valuta dasar
Kr. Contra account
Db. Contra account
Kr. Kontrak pembelian call option – valuta lawan
4. Transaksi penjualan foreign exchange forward untuk tujuan lindung nilai, dimana
lindung nilai memenuhi persyaratan penerapan akuntansi lindung nilai.
a. Mencatat komitmen pada tanggal transaksi sebesar jumlah nosional
Db. Contra account
Kr. Kontrak berjangka forward jual dasar
Db. Kontrak berjangka forward beli valuta lawan
Kr. Contra account
Dalam prakteknya, bank dapat tidak menggunakan rekening antara.
b. Pada saat melakukan valuasi pada akhir hari kerja berdasarkan nilai wajar
1) Dalam lindung nilai atas nilai wajar
a) Valuasi terhadap foreign exchange forward sebagai instrumen lindung
nilai
(1) Potensi keuntungan bagi bank
Db. Tagihan derivatif forward
Kr. Keuntungan transaksi derivatif
(2) Potensi kerugian bagi bank
Db. Kerugian transaksi derivatif
Kr. Kewajiban derivatif forward
F. Pengungkapan
Hal-hal yang harus diungkapkan, antara lain:
1. Kebijakan akuntansi
Ikhtisar kebijakan akuntansi yang penting yang antara lain deskripsi mengenai tujuan
dan kebijakan manajemen risiko, termasuk kebijakan lindung nilai atas setiap jenis risiko
dan jenis lindung nilai yang digunakan.
2. Informasi kualitatif untuk setiap jenis risiko atas instrumen derivatif, yang antara lain
mencakup:
a. eksposur risiko dan bagaimana risiko tersebut timbul;
b. tujuan, kebijakan, dan proses pengelolaan risiko, termasuk metode pengukuran
risiko tersebut; dan
c. setiap perubahan pada a atau b dari periode sebelumnya
3. Informasi kuantitatif untuk setiap jenis risiko atas instrumen derivatif, yang antara lain
mencakup:
a. ikhtisar data kuantitatif mengenai eksposur risiko pada tanggal pelaporan.
Pengungkapan tersebut harus didasarkan pada informasi yang disajikan secara
internal kepada manajemen (seperti didefinisikan dalam PSAK 7: Pengungkapan
Pihak-pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa), misalnya dewan direksi atau
Direktur Utama.
b. risiko kredit, risiko pasar dan risiko likuditas, kecuali risiko tersebut tidak material;
dan
c. konsentrasi risiko, jika tidak terlihat dari a dan b.
4. Derivatif Melekat
a. Jika bank menerbitkan instrumen yang mengandung komponen kewajiban dan
ekuitas (lihat paragraf 28 PSAK 50) dan instrumen tersebut memiliki beberapa derivatif
melekat yang nilainya saling tergantung satu sama lain (seperti callable convertible
debt instrument), maka bank harus mengungkapkan keberadaan fitur tersebut.
b. Dalam hal derivatif melekat tidak dipisahkan dan disajikan sebagai bagian dari
instrumen campuran, maka bank perlu mengungkapkan metode valuasi terhadap
nilai wajar instrumen campuran tersebut.
G. Contoh Kasus
1. Transaksi foreign exchange forward
Pada tanggal 31 Januari 2009, Bank A melakukan transaksi foreign exchange forward
USD/Rp. dengan nasabahnya dengan forward rate USD1 = Rp. 9.330,- dimana bank A
setuju untuk membeli USD 16.200 dan menjual Rp. 151.146.000,- pada tanggal 31 Maret
2009. Diasumsikan tingkat diskonto (discount rate) sebesar 10%. Informasi selanjutnya
adalah sebagai berikut:
Jurnal transaksi
a. Pada tanggal transaksi 31 Januari 2009
Db. Kontrak forward beli Rp. 151.146.000
Kr. Contra account Rp. 151.146.000
Db. Contra account Rp. 151.146.000
Kr. Kontrak forward jual Rp. 151.146.000
atau tanpa rekening antara (single entry)
Db. Kontrak forward beli Rp. 151.146.000
Kr. Kontrak forward jual Rp. 151.146.000
b. Pada saat melakukan valuasi akhir hari berdasarkan nilai wajar
Db. Tagihan derivatif forward Rp. 318.666,76
Kr. Keuntungan transaksi derivatif Rp. 318.666,76
Pada awal hari berikutnya, seluruh jurnal yang berkaitan dengan valuasi dilakukan
jurnal balik dan selanjutnya dilakukan valuasi kembali sesuai dengan nilai wajar
pada akhir hari.
c. Pada saat melakukan valuasi akhir hari tanggal 28 Februari 2009 berdasarkan nilai
wajar
Db. Kerugian transaksi derivatif Rp. 481.983,47
Kr. Kewajiban derivatif forward Rp. 481.983,47
Pada awal hari berikutnya, seluruh jurnal yang berkaitan dengan valuasi dilakukan
jurnal balik dan selanjutnya dilakukan valuasi kembali sesuai dengan nilai wajar
pada akhir hari.
d. Pada saat kontrak jatuh tempo
1) Jurnal balik atas komitmen
Db. Contra account Rp. 151.146.000
Kr. Kontrak forward beli Rp. 151.146.000
Db. Kontrak forward jual Rp. 151.146.000
Kr. Contra account Rp. 151.146.000
2) Pencatatan penerimaan
Db. Kas/Rekening ..../Giro BI *) Rp. 151.470.000
Kr. Keuntungan revaluasi Rp. 324.000
Kr. Kas/Rekening ..../Giro BI Rp. 151.146.000
*)
Spot rate USD 1=Rp. 9.350-
tercatat obligasi sampai tanggal jatuh tempo yang diamortisasi menggunakan suku
bunga efektif sebesar 7,15% serta nilai wajar opsi konversi.
Pembayaran Perubahan
Beban Nilai tercatat Nilai wajar
Nilai tercatat beban nilai wajar
Periode bunga akhir Opsi
awal Obligasi bunga Opsi
(7,15%) Obligasi Konversi
(5%) Konversi
01/01/09 8.500.000 - 8.500.000 1.500.000
31/12/09 8.500.000 607.797 (500.000) 8.607.797 1.519.023 19.023
31/12/10 8.607.797 615.505 (500.000) 8.723.301 1.539.406 20.383
31/12/11 8.723.301 623.764 (500.000) 8.847.065 1.561.247 21.841
31/12/12 8.847.065 632.614 (500.000) 8.979.679 1.584.649 23.402
31/12/13 8.979.679 642.096 (500.000) 9.121.775 1.609.725 25.076
31/12/14 9.121.775 652.257 (500.000) 9.274.032 1.636.594 26.869
31/12/15 9.274.032 663.144 (500.000) 9.437.177 1.665.384 28.790
31/12/16 9.437.177 674.810 (500.000) 9.611.987 1.696.233 30.849
31/12/17 9.611.987 687.310 (500.000) 9.799.296 1.729.288 33.055
31/12/18 9.799.296 700.704 (500.000) 10.000.000 1.764.706 35.418
Jurnal transaksi
Kerugian
Kewajiban Beban
Tanggal Kas Obligasi (Keuntungan)
Derivatif Bunga
Transaksi Derivatif
Db (Kr) Db (Kr) Db (Kr) Db (Kr) Db (Kr)
01/01/09 10.000.000 (8.500.000) (1.500.000) - -
31/12/09 (500.000) (107.797) (19.023) 607.797 19.023
31/12/10 (500.000) (115.505) (20.383) 615.505 20.383
31/12/11 (500.000) (123.764) (21.841) 623.764 21.841
31/12/12 (500.000) (132.614) (23.402) 632.614 23.402
31/12/13 (500.000) (142.096) (25.076) 642.096 25.076
31/12/14 (500.000) (152.257) (26.869) 652.257 26.869
31/12/15 (500.000) (163.144) (28.790) 663.144 28.790
31/12/16 (500.000) (174.810) (30.849) 674.810 30.849
31/12/17 (500.000) (187.310) (33.055) 687.310 33.055
31/12/18 (500.000) (200.704) (35.418) 700.704 35.418
(11.764.706) 10.000.000 1.764.706
IRS untuk
31 Desember 2013 Nilai wajar
Nilai wajar IRS
Obligasi
JIBOR (Rp.)
Fixed (Rp.)
(6 bulan) + 1%
01/01/2009 10% 9% 500.000.000.000 0
30/06/2009 10% 9,5% 491.115.222.905 8.884.777.095 1)
31/12/2009 10% 11% 517.769.554.189 (17.769.554.189) 2)
1
) 9
Σ
[ (10% - 9,5%) x (Rp. 500.000.000.000)/2]
n (1 + 10%/2)n
2
) 8
Σ
[ (10% - 11%) x (Rp. 500.000.000.000)/2]
n (1 + 10%/2)n
Jurnal transaksi
a. Tanggal 1 Januari 2008
1) Penerbitan obligasi
Db. Kas/Rekening.../Giro BI Rp. 500.000.000.000
Kr. Obligasi Rp. 500.000.000.000
Asumsi:
- Bank D memenuhi seluruh kondisi akuntansi lindung nilai atas nilai wajar, baik
secara prospektif maupun retrospektif.
- Untuk memudahkan perhitungan, dalam contoh kasus ini tidak dilakukan estimasi
perubahan suku bunga mengambang.
- Discount rate yang digunakan untuk mengukur nilai intrinsik opsi adalah
sebesar 9%.
Informasi selanjutnya adalah sebagai berikut:
Forward rate SUN Nilai wajar Opsi Beli Nilai wajar Opsi Beli
untuk posisi 31 (nilai waktu) (nilai intrinsik)
Desember 2009 Rp. Rp.
01/01/2009 9% 14.000.000 0
30/06/2009 8% 8.000.000 4.055.447.890 1)
31/12/2009 - 0 -
1
) 9
Σ
[ (9% - 8%) x (Rp. 100.000.000.000)/2]
n (1 + 4,5%/2)n
Jurnal transaksi
a. Tanggal 1 Januari 2009
(1) Pembelian opsi beli (call option)
Db. Tagihan derivatif opsi Rp. 14.000.000
Kr. Kas/Rekening ..../Giro BI Rp. 14.000.000
b. Tanggal 30 Juni 2009
1) Mengakui keuntungan atas perubahan nilai wajar opsi (nilai intrinsik) karena
forward rate suku bunga SUN meningkat 1%
Db. Tagihan derivatif opsi Rp. 3.634.395.248
Kr. Ekuitas – Pendapatan Komprehensif lain Rp. 3.634.395.248
2) Mengakui kerugian atas perubahan nilai wajar opsi
Db. Kerugian transaksi derivatif – opsi Rp. 6.000.000
Kr. Tagihan derivatif opsi Rp. 6.000.000
Pada awal hari berikutnya, seluruh jurnal yang berkaitan dengan valuasi
dilakukan jurnal balik dan selanjutnya dilakukan valuasi kembali sesuai dengan
nilai wajar pada akhir hari.
Bab VII
Transaksi Ekspor Impor
A. Definisi
1. Ekspor adalah perdagangan dengan cara mengeluarkan barang dari wilayah pabean
Indonesia sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
2. Impor adalah perdagangan dengan cara memasukkan barang dari luar daerah pabean ke
dalam wilayah pabean Indonesia sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
3. Beneficiary adalah eksportir yaitu pihak kepada siapa LC dibuka (penerima LC).
4. Importir adalah pembeli yaitu pihak yang memberi amanat kepada issuing bank untuk
membuka LC.
5. Issuing bank adalah bank penerbit LC.
6. Advising bank adalah bank yang diminta oleh issuing bank untuk menyampaikan LC
kepada Beneficiary.
7. Paying bank adalah bank yang melakukan pembayaran sight LC atau deferred payment
LC.
8. Confirming bank adalah bank yang ikut menjamin pembayaran LC kepada beneficiary
atas penyerahan dokumen-dokumen yang sesuai syarat LC dengan membubuhkan
konfirmasinya pada LC yang bersangkutan.
9. Accepting bank adalah bank yang menjamin pembayaran wesel ekspor berjangka
yang diterbitkan atas dasar usance LC dengan melakukan akseptasi pada wesel yang
bersangkutan.
10. Negotiating bank adalah bank yang melakukan pembayaran kepada eksportir dan
mengajukan reimbursement claim kepada issuing bank atau paying bank atau
reimbursing bank.
11. Reimbursing bank adalah bank yang telah mendapat otorisasi dari issuing bank untuk
membayar reimbursement claim dari negotiating bank.
Catatan: Dalam Bab VII termasuk pengaturan transaksi Surat Kredit Berdokumen Dalam Negeri (SKBDN).
12. Discounting bank adalah bank yang mendiskonto wesel yang ditarik berdasarkan LC.
13. Bank Koresponden (corresponding bank) adalah bank yang mempunyai hubungan
korespondensi (misal pertukaran kode swift, test key).
14. Letter of credit (LC) adalah setiap janji tertulis yang dikeluarkan/diterbitkan oleh
bank atas permintaan importir (applicant) dimana bank berjanji akan melaksanakan
pembayaran kepada eksportir (beneficiary) jika telah memenuhi syarat-syarat yang
diminta dalam LC.
15. Surat Kredit Berdokumen Dalam Negeri (SKBDN) atau lazim dikenal sebagai “Letter of
credit” (LC) Dalam Negeri adalah setiap janji tertulis berdasarkan permintaan tertulis
pemohon (applicant) yang mengikat bank pembuka (issuing bank) untuk:
a. melakukan pembayaran kepada Penerima atau ordernya, atau mengaksep dan
membayar wesel yang ditarik oleh Penerima;
b. memberi kuasa kepada bank lain untuk melakukan pembayaran kepada Penerima
atau ordernya, atau mengaksep dan membayar wesel yang ditarik oleh Penerima;
atau
c. memberi kuasa kepada bank lain untuk menegosiasi wesel yang ditarik oleh
Penerima, atas penyerahan dokumen, sepanjang persyaratan dan kondisi SKBDN
dipenuhi sesuai dengan peraturan Bank Indonesia yang berlaku mengenai SKBDN.
16. Irrevocable LC adalah LC yang tidak dapat diubah atau dibatalkan tanpa persetujuan
terlebih dahulu dari beneficiary dan pihak-pihak terkait lainnya.
17. Sight LC adalah LC yang pembayarannya kepada beneficiary dilakukan pada saat
dokumen-dokumen LC diajukan kepada bank.
18. Deferred payment LC adalah LC yang pembayarannya kepada beneficiary dilakukan pada
waktu yang ditentukan setelah tanggal pengajuan dokumen-dokumen yang disyaratkan
LC.
19. Acceptance LC adalah LC yang mengharuskan wesel yang ditarik oleh beneficiary diaksep
oleh accepting bank yang akseptasinya dilakukan sepanjang dokumen-dokumen yang
diajukan telah memenuhi syarat LC.
20. Negotiation LC adalah LC yang pembayarannya kepada Beneficiary dilakukan pada saat
pengajuan dokumen-dokumen yang disyaratkan LC dan pembayaran tersebut terlebih
dahulu atas beban dana negotiating bank.
21. Wesel adalah alat penarikan pembayaran yang diterbitkan oleh eksportir atas dasar
suatu LC.
22. Nostro adalah rekening/simpanan bank pada suatu bank di luar negeri dalam bentuk
mata uang negara tersebut.
B. Dasar Pengaturan
1. Catatan atas laporan keuangan meliputi penjelasan naratif atau rincian jumlah yang
tertera dalam neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, dan laporan perubahan
ekuitas serta informasi tambahan seperti kewajiban kontinjensi dan komitmen... (PSAK
1: paragraf 70)
2. Dalam rangka membantu pengguna laporan memahami laporan keuangan dan mem-
bandingkannya dengan laporan keuangan perusahaan lain, catatan atas laporan
keuangan umumnya disajikan dengan urutan sebagai berikut:
...
(c) pengungkapan lain termasuk kontinjensi, komitmen, dan pengungkapan keuangan
lainnya serta pengungkapan yang bersifat non-keuangan... (PSAK 1: paragraf 71)
3. Aset diakui dalam neraca kalau besar kemungkinan bahwa manfaat ekonominya di
masa depan diperoleh perusahaan dan aset tersebut mempunyai nilai atau biaya yang
dapat diukur dengan andal. (KDPPLK: paragraf 89)
4. Kewajiban diakui dalam neraca kalau besar kemungkinan bahwa pengeluaran sumber
daya yang mengandung manfaat ekonomi akan dilakukan untuk menyelesaikan
kewajiban (obligation) sekarang dan jumlah yang harus diselesaikan dapat diukur
dengan andal. Dalam praktik, kewajiban (obligations) menurut kontrak yang belum
dilaksanakan oleh kedua belah pihak (misalnya, kewajiban atas pesanan persediaan
yang belum diterima) pada umumnya tidak diakui sebagai kewajiban dalam laporan
keuangan. Namun demikian, kewajiban (obligation) semacam itu dapat memenuhi
definisi kewajiban dan, kalau dalam keadaan tertentu kriteria pengakuan terpenuhi,
maka kewajiban (obligation) tersebut dapat dianggap memenuhi syarat pengakuan.
Dalam kasus ini, pengakuan kewajiban mengakibatkan pengakuan aset atau beban yang
bersangkutan. (KDPPLK: paragraf 91)
5. Penghasilan diakui dalam laporan laba rugi kalau kenaikan manfaat ekonomi di masa
depan yang berkaitan dengan kenaikan aset atau penurunan kewajiban telah terjadi
dan dapat diukur dengan andal. Ini berarti pengakuan penghasilan terjadi bersamaan
dengan pengakuan kenaikan aset atau penurunan kewajiban (misalnya, kenaikan bersih
aset yang timbul dari penjualan barang atau jasa atau penurunan kewajiban yang timbul
dari pembebasan pinjaman yang masih harus dibayar). (KDPPLK: paragraf 92)
Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia I 291
Bab VII I E k s p o r Impor
6. Beban diakui dalam laporan laba rugi kalau penurunan manfaat ekonomi masa depan
yang berkaitan dengan penurunan aset atau kenaikan kewajiban telah terjadi dan dapat
diukur dengan andal... (KDPPLK: paragraf 94)
7. Kewajiban diestimasi harus diakui apabila ketiga kondisi berikut dipenuhi:
a. perusahaan memiliki kewajiban kini (baik bersifat hukum maupun bersifat
konstruktif) sebagai akibat peristiwa masa lalu;
b. besar kemungkinan (probable) penyelesaian kewajiban tersebut mengakibatkan
arus keluar sumber daya; dan
c. estimasi yang andal mengenai jumlah kewajiban tersebut dapat dibuat. (PSAK 57:
paragraf 15)
8. Perusahaan tidak diperkenankan mengakui kewajiban kontinjensi. (PSAK 57: paragaf
28)
9. Entitas mengakui aset keuangan atau kewajiban keuangan pada neraca, jika dan hanya
jika, entitas tersebut menjadi salah satu pihak dalam ketentuan pada kontrak instrumen
tersebut (lihat paragraf 38 yang berkaitan dengan pembelian aset keuangan yang lazim
(reguler)). (PSAK 55: paragraf 14)
10. Pada saat pengakuan awal aset keuangan atau kewajiban keuangan, entitas mengukur
pada nilai wajarnya. Dalam hal aset keuangan atau kewajiban keuangan tidak diukur
pada nilai wajar melalui laporan laba rugi, nilai wajar tersebut ditambah biaya transaksi
yang dapat diatribusikan secara langsung dengan perolehan atau penerbitan aset
keuangan atau kewajiban keuangan tersebut. (PSAK 55: paragraf 43)
11. Nilai wajar aset keuangan pada saat pengakuan awal biasanya sama dengan harga
transaksinya (yaitu nilai wajar pembayaran yang diserahkan atau diterima … (PSAK 55:
PA 79)
12. Aset keuangan non derivatif dengan pembayaran yang telah ditetapkan atau pembayaran
yang dapat ditentukan (termasuk aset pinjaman yang diberikan, piutang dagang,
investasi dalam instrumen utang, dan simpanan pada bank) dapat berpotensi untuk
memenuhi definisi pinjaman yang diberikan dan piutang. Namun, suatu aset keuangan
yang memiliki kuotasi di pasar aktif (seperti instrumen utang yang memiliki kuotasi di
Bursa, lihat paragraf PA86) tidak memenuhi kriteria untuk diklasifikasikan sebagai suatu
pinjaman yang diberikan atau piutang. Aset keuangan yang tidak memenuhi definisi
pinjaman yang diberikan dan piutang dapat diklasifikasikan sebagai investasi dalam
kelompok dimiliki hingga jatuh tempo apabila aset keuangan memenuhi persyaratan/
kriteria untuk pengklasifikasian tersebut. (PSAK 55: PA39)
13. Biaya perolehan diamortisasi dari aset keuangan atau kewajiban keuangan adalah
jumlah aset keuangan atau kewajiban keuangan yang diukur pada saat pengakuan awal
dikurangi pembayaran pokok, ditambah atau dikurangi dengan amortisasi kumulatif
menggunakan metode suku bunga efektif yang dihitung dari selisih antara nilai awal
dan nilai jatuh temponya, dan dikurangi penurunan (baik secara langsung maupun
menggunakan perkiraan cadangan) untuk penurunan nilai atau nilai yang tidak dapat
ditagih. (PSAK 55: paragraf 8)
14. Biaya transaksi meliputi fee dan komisi yang dibayarkan pada para agen (termasuk
karyawan yang berperan sebagai agen penjual/selling agent), konsultan, perantara efek
dan pedagang efek; pungutan wajib yang dilakukan oleh pihak regulator dan bursa efek,
serta pajak dan bea yang dikenakan atas transfer yang dilakukan. Biaya-biaya transaksi
tidak termasuk premium atau diskonto utang, biaya pendanaan (financing costs), atau
biaya administrasi internal atau biaya penyimpanan (holding costs). (PSAK 55: PA26)
15. Pinjaman yang diberikan dan piutang adalah aset keuangan non derivatif dengan
pembayaran tetap atau telah ditentukan dan tidak mempunyai kuotasi di pasar aktif,
kecuali:
a. pinjaman yang diberikan dan piutang yang dimaksudkan oleh entitas untuk dijual
dalam waktu dekat, yang diklasifikasikan dalam kelompok diperdagangkan, serta
pinjaman yang diberikan dan piutang yang pada saat pengakuan awal oleh entitas
ditetapkan sebagai aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba
rugi;
b. pinjaman yang diberikan dan piutang yang pada saat pengakuan awal ditetapkan
dalam kelompok tersedia untuk dijual; atau
c. pinjaman yang diberikan dan piutang dalam hal pemilik mungkin tidak akan mem-
peroleh kembali investasi awal secara substansial kecuali yang disebabkan oleh
penurunan kualitas pinjaman yang diberikan dan piutang, dan diklasifikasikan
sebagai kelompok tersedia untuk dijual... (PSAK 55: paragraf 8)
16. Setelah pengakuan awal, entitas mengukur aset keuangan, termasuk derivatif yang
diakui sebagai aset, pada nilai wajarnya, tanpa harus dikurangi biaya transaksi yang
mungkin timbul saat penjualan, atau pelepasan lain, kecuali untuk aset keuangan
berikut ini:
a) pinjaman yang diberikan dan piutang sesuai definisi paragraf 8, yang diukur pada
biaya perolehan diamortisasi... (PSAK 55: paragraf 46)
17. Untuk aset keuangan dan kewajiban keuangan yang dicatat pada biaya perolehan diamor-
tisasi (lihat paragraf 46 dan 47), keuntungan atau kerugian diakui pada laporan laba rugi
ketika aset keuangan atau kewajiban keuangan tersebut dihentikan pengakuannya atau
mengalami penurunan nilai, dan melalui proses amortisasi... (PSAK 55: paragraf 57)
18. Pada setiap tanggal neraca entitas mengevaluasi apakah terdapat bukti yang obyektif
bahwa aset keuangan atau kelompok aset keuangan mengalami penurunan nilai.
Jika terdapat bukti tersebut, maka entitas harus menerapkan paragraf 64 (untuk aset
keuangan yang ditatat pada biaya perolehan yang diamortisasi), paragraf 67 (untuk aset
keuangan yang dicatat pada biaya perolehan), atau paragraf 68 (untuk aset keuangan
yang diklasifikasikan dalam kelompok tersedia untuk dijual) untuk menentukan jumlah
kerugian dari penurunan nilai tersebut. (PSAK 55: paragraf 59)
19. Aset keuangan atau kelompok aset keuangan diturunkan nilainya dan kerugian penu-
runan nilai telah terjadi, jika dan hanya jika, terdapat bukti yang obyektif mengenai
penurunan nilai tersebut sebagai akibat dari satu atau lebih peristiwa yang terjadi
setelah pengakuan awal aset tersebut (peristiwa yang merugikan), dan peristiwa
yang merugikan tersebut berdampak pada estimasi arus kas masa depan atas aset
keuangan atau kelompok aset keuangan yang dapat diestimasi secara handal. Sulit
untuk mengidentifikasi satu peristiwa tertentu yang menyebabkan penurunan nilai.
Penurunan nilai pada dasarnya disebabkan oleh dampak kombinasi dari beberapa
peristiwa. Kerugian yang diperkirakan timbul akibat peristiwa di masa datang tidak
dapat diakui, terlepas hal tersebut sangat mungkin terjadi. Bukti obyektif bahwa aset
keuangan atau kelompok aset keuangan mengalami penurunan nilai meliputi data
yang dapat diobservasi yang menjadi perhatian dari pemegang aset tersebut mengenai
peristiwa-peristiwa yang merugikan berikut ini:
a. kesulitan keuangan signifikan yang dialami penerbit atau pihak peminjam;
b. pelanggaran kontrak, seperti terjadinya wanprestasi atau tunggakan pembayaran
pokok atau bunga;
c. pihak pemberi pinjaman, dengan alasan ekonomi atau hukum sehubungan
dengan kesulitan keuangan yang dialami pihak peminjam, memberikan keringanan
(konsesi) pada pihak peminjam yang tidak mungkin diberikan jika pihak peminjam
tidak mengalami kesulitan tersebut;
d. terdapat kemungkinan bahwa pihak peminjam akan dinyatakan pailit atau mela-
kukan reorganisasi keuangan lainnya;
e. hilangnya pasar aktif dari aset keuangan akibat kesulitan keuangan; atau
f. data yang dapat diobservasi mengindikasikan adanya penurunan yang dapat diukur
atas estimasi arus kas masa datang dari kelompok aset keuangan sejak pengakuan
awal aset dimaksud, meskipun penurunannya belum dapat diidentifikasi terhadap
aset keuangan secara individual dalam kelompok aset tersebut, termasuk:
(i) memburuknya status pembayaran pihak peminjam dalam kelompok tersebut
(misalnya meningkatnya tunggakan pembayaran atau meningkatnya jumlah
pihak peminjam kartu kredit yang mencapai batas kreditnya dan hanya mampu
membayar cicilan bulanan minimal); atau
(ii) kondisi ekonomi nasional atau lokal yang berkorelasi dengan wanprestasi atas
aset dalam kelompok tersebut (misalnya bertambahnya tingkat pengangguran
di area geografis pihak peminjam, turunnya harga properti untuk kredit pro-
perti di wilayah yang relevan, turunnya harga minyak untuk pinjaman yang
diberikan kepada produsen minyak, atau memburuknya kondisi industri
yang mempengaruhi pihak peminjam dalam kelompok tersebut). (PSAK 55:
paragraf 60)
20. Jika terdapat bukti obyektif bahwa kerugian penurunan nilai telah terjadi atas pinjaman
yang diberikan dan piutang atau investasi dalam kelompok dimiliki hingga jatuh tempo
yang dicatat pada biaya perolehan diamortisasi, maka jumlah kerugian tersebut diukur
sebagai selisih antara nilai tercatat aset dengan nilai kini estimasi arus kas masa datang
(tidak termasuk kerugian kredit di masa datang yang belum terjadi) yang didiskonto
menggunakan suku bunga efektif awal dari aset tersebut (yaitu suku bunga efektif yang
dihitung pada saat pengakuan awal). Nilai tercatat aset tersebut dikurangi, baik secara
langsung maupun menggunakan pos cadangan. Jumlah kerugian yang terjadi diakui
pada laporan laba rugi. (PSAK 55: paragraf 64)
21. Entitas pertama kali menentukan bahwa terdapat bukti obyektif mengenai penurunan
nilai secara individual atas aset keuangan yang signifikan secara individual, dan untuk aset
keuangan yang tidak signifikan secara individual terdapat bukti penurunan nilai secara
individual atau kolektif (lihat paragraf 59). Jika entitas menentukan tidak terdapat bukti
obyektif mengenai penurunan nilai atas aset keuangan yang dinilai secara individual,
terlepas aset keuangan tersebut signifikan atau tidak, maka entitas memasukkan aset
tersebut ke dalam kelompok aset keuangan yang memiliki karakteristik risiko kredit
yang serupa dan menilai penurunan nilai kelompok tersebut secara kolektif. Aset yang
penurunan nilainya dinilai secara individual, dan untuk itu kerugian penurunan nilai
diakui atau tetap diakui, tidak termasuk dalam penilaian penurunan nilai secara kolektif.
(PSAK 55: paragraf 65)
22. Jika, pada periode berikutnya, jumlah kerugian penurunan nilai berkurang dan pengu-
rangan tersebut dapat dikaitkan secara obyektif pada peristiwa yang terjadi setelah
penurunan nilai diakui (seperti meningkatnya peringkat kredit debitur), maka kerugian
penurunan nilai yang sebelumnya diakui harus dipulihkan, baik secara langsung, atau
dengan menyesuaikan pos cadangan. Pemulihan tersebut tidak boleh mengakibatkan
nilai tercatat aset keuangan melebihi biaya perolehan diamortisasi sebelum adanya
pengakuan penurunan nilai pada tanggal pemulihan dilakukan. Jumlah pemulihan aset
keuangan diakui pada laporan laba rugi. (PSAK 55: paragraf 66)
23. Penghentian pengakuan adalah pengeluaran aset keuangan atau kewajiban keuangan
yang sebelumnya telah diakui dari neraca entitas. (PSAK 55: paragraf 8)
24. Entitas menghentikan pengakuan aset keuangan, jika dan hanya jika:
a. hak kontraktual atas arus kas yang berasal dari aset keuangan tersebut berakhir;
atau
b. entitas mentransfer aset keuangan seperti dijelaskan pada paragraf 18 dan 19, dan
transfer tersebut memenuhi kriteria penghentian pengakuan pada paragraf 20.
(PSAK 55: paragraf 17)
C. Penjelasan
1. Mekanisme transaksi ekspor-impor
Sight LC/SKBDN
Langkah Tindakan
1 Importir (applicant) dan eksportir (beneficiary) menandatangani sales contract
2 Applicant mengajukan permohonan pembukaan sight LC kepada issuing bank
3 Issuing bank menerbitkan sight LC kepada beneficiary melalui perantaraan advising bank
4 Advising bank meneruskan sight LC kepada beneficiary
Beneficiary melakukan pengiriman barang dan mempersiapkan dokumen-dokumen yang
5
disyaratkan dalam LC
6 Beneficiary mempresentasikan dokumen-dokumen ke negotiating bank
Apabila dokumen sesuai dengan syarat dan kondisi LC, negotiating bank akan melakukan
7 pembayaran terlebih dahulu kepada beneficiary dengan hak recourse. Proses ini dikenal
dengan istilah negosiasi
8 Negotiating bank akan mengirimkan dokumen-dokumen tersebut ke issuing bank
Issuing bank akan memeriksa dokumen. Apabila dokumen clean, issuing bank akan
9
melakukan pembayaran ke negotiating bank
Applicant melakukan pelunasan ke issuing bank dan mengambil dokumen untuk keperluan
10 & 11
pengeluaran barang.
Usance LC/SKBDN
Langkah Tindakan
1 Pihak importir (applicant) dan eksportir (Beneficiary) menandatangani kontrak penjualan
2 Applicant mengajukan permohonan pembukaan usance LC kepada issuing bank
3 Issuing bank menerbitkan usance LC kepada Beneficiary melalui perantaraan advising bank
4 Advising bank meneruskan usance LC kepada Beneficiary
Beneficiary melakukan pengiriman barang dan mempersiapkan dokumen-dokumen yang
5
diisyaratkan dalam LC
6 Beneficiary mempresentasikan dokumen-dokumen ke negotiating bank
Apabila dokumen sesuai dengan syarat dan kondisi LC, negotiating bank dapat melakukan
7 pembayaran di muka kepada Beneficiary sebesar nilai dokumen dikurangi diskon/bunga.
Proses ini dikenal dengan istilah diskonto.
8 Negotiating bank akan mengirimkan dokumen-dokumen tersebut ke issuing bank
Issuing bank akan memeriksa dokumen. Apabila dokumen clean, issuing bank akan
9
mengirimkan teleks akseptasi ke negotiating bank
Applicant menyerahkan surat aksep ke issuing bank dan mengambil dokumen untuk keperluan
10
pengeluaran barang
11 Applicant melakukan pelunasan ke issuing bank pada saat jatuh tempo
12 Issuing bank akan melakukan pembayaran ke negotiating bank
Langkah Tindakan
1 Pihak importir (applicant) dan eksportir (beneficiary) menandatangani kontrak penjualan
2 Applicant mengajukan permohonan pembukaan LC/SKBDN kepada issuing bank
3a Issuing bank menerbitkan LC/SKBDN kepada beneficiary melalui perantaraan advising
bank
3b Issuing bank memberikan reimbursement authorization kepada reimbursing bank
4 Advising bank meneruskan LC/SKBDN kepada beneficiary
5 Beneficiary mengirimkan/mengapalkan barang sesuai permintaan dalam LC/SKBDN
6 Beneficiary mempresentasikan dokumen-dokumen ke negotiating bank
7a Negotiating bank mengirimkan dokumen kepada issuing bank
7b Negotiating bank melakukan claim kepada reimbursing bank untuk melakukan pembayaran.
8 Reimbursing melakukan pembayaran kepada negotiating bank (claiming bank)
9 Negotiating bank melakukan pembayaran kepada beneficiary
10 Issuing bank melakukan pembayaran kepada reimbursing bank
11 Applicant melakukan pelunasan LC/SKBDN kepada issuing bank
12 Issuing bank menyerahkan dokumen kepada applicant untuk menebus/mengambil barang
D. Perlakuan Akuntansi
Pengakuan dan Pengukuran
Transaksi Ekspor
1. Pada saat menerima LC/SKBDN dari issuing bank, advising bank mengadministrasikan
LC/SKBDN yang diterima. Advising bank mengakui pendapatan provisi (advising fee)
yang dipungut, dan pendapatan administrasi atas telex/swift atau pengiriman dokumen
pada saat terjadinya.
2. Dalam hal advising bank juga bertindak sebagai confirming bank untuk menjamin
pembayaran LC/SKBDN maka advising bank mengakui kewajiban komitmen kepada
beneficiary dan pada saat yang sama mengakui tagihan komitmen kepada issuing bank.
Confirming bank mengakui pendapatan provisi (advising fee dan/atau confirming fee)
secara sekaligus atau dialokasikan selama jangka waktu komitmen.
3. Untuk LC/SKBDN atas unjuk (Sight LC/SKBDN), pada saat pembayaran dokumen-
dokumen yang diajukan beneficiary, bank pembayar mengakui sebagai tagihan kepada
issuing bank dalam pos tagihan lainnya sight LC/SKBDN kepada bank.
4. LC/SKBDN berjangka (usance) dan LC dengan pembayaran kemudian (deferred
payment)
a. Pada saat bank menerima akseptasi dari accepting bank, bank mengakui tagihan
kepada accepting bank sebagai pos tagihan akseptasi dan kewajiban kepada
beneficiary sebagai pos kewajiban akseptasi.
b. Apabila sebelum jatuh tempo bank melakukan pendiskontoan/negosiasi dan
bank terlebih dahulu “telah menerima” akseptasi dari accepting bank, maka
bank melakukan pembayaran kepada beneficiary dan membukukan wesel ekspor
sebesar nilai realisasi LC/SKBDN dikurangi diskonto dan diamortisasi selama jangka
waktu wesel ekspor. Pada saat yang sama bank menjurnal balik tagihan akseptasi
dan kewajiban akseptasi.
c. Apabila sebelum jatuh tempo bank melakukan pendiskontoan/negosiasi dan
bank ”belum menerima” akseptasi dari accepting bank, maka bank melakukan
pembayaran kepada beneficiary sebesar nilai realisasi LC/SKBDN dikurangi diskonto
dan mengakui tagihan kepada beneficiary sebesar nilai realisasi LC/SKBDN serta
mengakui pendapatan yang ditangguhkan sebesar nilai diskonto dan diamortisasi
selama jangka waktu tagihan.
Pada saat bank menerima akseptasi dari accepting bank, maka bank membukukan
tagihan akseptasi dan kewajiban akseptasi. Pada saat yang sama bank membukukan
wesel ekspor berjangka dan melakukan jurnal balik atas tagihan kepada beneficiary
serta menjurnal balik kewajiban akseptasi dan tagihan akseptasi.
Pada saat jatuh tempo, apabila bank yang melakukan pembayaran (paying
bank) kepada beneficiary menerima pembayaran dari issuing bank, maka bank
membukukan pada pos nostro/giro B.I/Rekening Antar cabang dan menjurnal balik
pos wesel ekspor berjangka.
7. Setelah pengakuan awal, bank mengakui tagihan akseptasi dan tagihan lainnya sebagai
berikut:
8. Perlakuan akuntansi untuk amortisasi biaya transaksi mengacu pada Bab mengenai
Kredit.
9. Pada saat pengakuan awal, bank mengakui kewajiban akseptasi dan kewajiban lainnya
sebesar nilai wajar yaitu:
10. Setelah pengakuan awal, bank mencatat kewajiban akseptasi dan kewajiban lainnya
sebagai berikut:
Transaksi Impor
1. Pada saat membuka LC/SKBDN, bank mencatat ke dalam pos:
a. kewajiban komitmen LC/SKBDN dalam mata uang asing sebesar nilai LC/SKBDN;
b. setoran jaminan impor (jika ada) sesuai mata uang asing dalam LC/SKBDN sebesar
setoran yang diterima;
c. pendapatan provisi penerbitan LC/SKBDN sebesar provisi yang diterima.
2. Pendapatan provisi penerbitan LC/SKBDN yang diterima diakui sebagai pendapatan
pada saat diterima.
Penyajian
Transaksi Ekspor
1. Tagihan akseptasi dan tagihan lainnya disajikan di neraca sesuai kategori aset keuangan,
yaitu:
Transaksi Impor
1. Kewajiban komitmen atas penerbitan LC/SKBDN diungkapkan dalam catatan atas
laporan keuangan sebesar jumlah penerbitan LC/SKBDN.
2. Setoran jaminan impor disajikan di neraca sebesar jumlah setoran jaminan.
3. Tagihan akseptasi kepada applicant disajikan di neraca sebesar nilai wajar dikurangi
amortisasi kumulatif pendapatan/beban yang dapat diatribusikan.
4. Penyajian tagihan dan kewajiban akseptasi serta tagihan dan kewajiban lainnya mengacu
kepada penyajian transaksi ekspor.
E. Ilustrasi Jurnal
1. Transaksi Ekspor
a. Sight atau LC/SKBDN - Pembayaran kepada eksportir setelah terima pembayaran
dari issuing/reimbursing bank – on collection
Negosiasi LC/SKBDN
No Status Bank Negosiasi LC/SKBDN atas unjuk (sight)
atas unjuk (sight)
1 Saat terima LC/SKBDN Advising bank Tidak ada penjurnalan
Db. Kas/rekening..../Giro BI
2 Provisi advising Advising bank
Kr. Pendapatan komisi advising LC/SKBDN
3 Pengiriman dokumen Negotiating bank Tidak ada penjurnalan
Db. Tagihan lainnya – sight LC/SKBDN kepada
bank koresponden
Kr. Kas/rekening..../Giro BI
4 Saat negosiasi dokumen Negotiating bank Pembebanan komisi negosiasi, kiriman dokumen
dan biaya telex (bila ada)
Db. Kas/rekening..../Giro BI
Kr. Pendapatan administrasi
Db. Nostro/Giro BI/Rekening antar cabang
Saat terima pembayaran Negotiating bank/
5 Kr. Tagihan lainnya – sight LC/SKBDN kepada
dari issuing bank claiming bank*)
bank koresponden
Bila issuing bank terlambat Negotiating bank/ Db. Kas/rekening..../Giro BI/Nostro
6
bayar claiming bank Kr. Pendapatan bunga – sight LC/SKBDN
Bila sight LC/SKBDN sudah
Db. Kredit yang diberikan
jatuh tempo dan melebihi 14 Negotiating bank/
7 Kr. Tagihan lainnya-sight LC/SKBDN kepada
hari, dimana issuing bank claiming bank
bank koresponden
belum membayar
*) Negotiating bank dapat bertindak sebagai claiming bank bila dipersyaratkan dalam LC/
SKBDN untuk melakukan klaim kepada reimbursing bank
Amortisasi:
Db. Tagihan akseptasi kepada bank
koresponden/cabang
Kr. Pendapatan fee yang diamortisasi
*) Negotiating bank disebut juga discounting bank bila melakukan diskonto atas wesel ekspor.
2. Transaksi Impor
a. LC/SKBDN Atas Unjuk (Sight LC/SKBDN)
4 Terima promes dari Issuing bank Bank melakukan jurnal balik atas kewajiban
importir/applicant komitmen (off balance sheet):
sementara dokumen impor Db. Kewajiban komitmen LC/SKBDN
belum diterima oleh issuing Kr. berjangka kepada bank koresponden
bank
Rek. lawan - kewajiban komitmen
LC/SKBDN berjangka kepada bank
koresponden
5 Penerimaan dokumen
impor dan pelunasan
kewajiban kepada bank
koresponden
Penerimaan dokumen Issuing bank Bank melakukan jurnal balik atas kewajiban
komitmen (off balance sheet):
Db. Kewajiban komitmen LC/SKBDN
Kr. berjangka kepada bank koresponden
Rek. lawan - kewajiban komitmen LC/SKBDN
berjangka kepada bank koresponden
Saat akseptasi Accepting bank Bila biaya transaksi diakui langsung atau tidak
ada biaya:
Db. Tagihan akseptasi kepada applicant
Kr. Kewajiban akseptasi kepada bank
koresponden/cabang
Mengakui amortisasi:
Db. Tagihan akseptasi kepada applicant
Kr. Pendapatan fee yang diamortisasi
b. Bila issuing bank bukan Accepting bank Bila biaya transaksi diakui langsung atau tidak
accepting bank ada biaya:
Db. Tagihan akseptasi kepada bank
koresponden - issuing bank
Kr. Kewajiban akseptasi kepada bank
koresponden - negotiating bank
Mengakui amortisasi
Db. Tagihan akseptasi kepada bank
koresponden - issuing bank
Kr. Pendapatan fee yang diamortisasi
Mengakui amortisasi
Db. Tagihan akseptasi kepada applicant
Kr. Pendapatan fee yang diamortisasi
b. Bila issuing bank bukan Accepting bank Menerima pembayaran dari issuing bank
accepting bank Db. Giro BI/nostro (issuing bank)
Kr. Tagihan akseptasi kepada bank
koresponden - issuing bank
F. Pengungkapan
Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain:
1. Ikhtisar kebijakan akuntansi yang penting yang termasuk namun tidak terbatas pada:
a. Kategorisasi dan dasar pengukuran (measurement basis) tagihan atau kewajiban
LC/SKBDN dalam penyusunan laporan keuangan; dan
b. Kebijakan akuntansi lainnya yang relevan yang dapat mendukung pemahaman
terhadap laporan keuangan.
2. Metode dan teknik penilaian (valuasi) yang antara lain mencakup:
a. Penggunaan kuotasi harga di pasar aktif atau teknik penilaian;
b. Asumsi penetapan nilai wajar tagihan LC/SKBDN (dalam hal bank menggunakan
nilai wajar dalam pengukuran tagihan atau kewajiban LC/SKBDN) dan agunan, serta
perubahan asumsi yang dapat mempengaruhi laporan keuangan secara signifikan;
dan
c. Penetapan tingkat diskonto (discount rate).
3. Kategorisasi dan nilai tercatat tagihan atau kewajiban LC/SKBDN, yaitu:
a. Diukur pada Nilai Wajar melalui Laporan Laba Rugi;
b. Tersedia untuk Dijual;
c. Dimiliki Hingga Jatuh Tempo;
d. Pinjaman yang Diberikan dan Piutang.
4. Perubahan nilai wajar tagihan LC/SKBDN yang diukur pada nilai wajar melalui laporan
laba rugi
5. Jumlah tagihan LC/SKBDN yang berpindah dari atau ke setiap kategori dan latar belakang
perpindahan kategori tersebut (reclassification).
6. Pengalihan tagihan LC/SKBDN yang tidak memenuhi kualifikasi penghentian pengakuan
(derecognition) baik sebagian atau seluruh LC/SKBDN, dengan rincian berikut:
a. Jenis LC/SKBDN;
b. Jenis risiko dan manfaat (risk and reward) atas kepemilikan LC/SKBDN yang masih
tetap berada di bank;
c. Nilai tercatat tagihan LC/SKBDN dan kewajiban terkait, jika bank tetap mengakui
seluruh bagian tagihan LC/SKBDN
d. Total nilai tercatat tagihan LC/SKBDN awal yang dialihkan, nilai tercatat tagihan
LC/SKBDN yang tetap diakui bank, dan nilai tercatat kewajiban terkait, jika bank
tetap mengakui sebagian tagihan LC/SKBDN sebesar keterlibatan berkelanjutan
(continuing involvement).
7. Informasi yang memungkinkan pengguna laporan keuangan mengevaluasi jenis dan
besarnya risiko yang timbul dari aktivitas LC/SKBDN sebagaimana pada angka 8 sampai
9 dibawah.
Pengungkapan kualitatif
8. Tujuan, kebijakan, dan proses pengelolaan risiko dan metode pengukuran risiko tagihan
LC/SKBDN dan perubahan dari periode sebelumnya (jika ada).
Pengungkapan kuantitatif
9. Analisis terhadap tagihan LC/SKBDN berdasarkan klasifikasi yang memiliki karakteristik
ekonomi yang sama (misalnya berdasarkan industri, geografis). Analisis tersebut
mencakup:
a. Jumlah yang mencerminkan eksposur risiko tagihan LC/SKBDN pada tanggal
laporan tanpa memperhitungkan agunan atau bentuk mitigasi risiko lainnya;
b. Jenis dan jumlah agunan serta bentuk mitigasi risiko lainnya atas eksposur
tagihan LC/SKBDN sebagaimana pada butir a diatas. Informasi lainnya yang harus
diungkapkan meliputi:
1) Kebijakan dan proses penilaian dan pengelolaan agunan dan bentuk mitigasi
risiko lainnya (seperti jaminan, dan credit derivative);
2) Jenis agunan dan mitigasi risiko lainnya;
3) Pihak lawan (counterparties) yang menerbitkan agunan dan mitigasi risiko
lainnya (misalnya penerbit surat berharga yang diagunkan, dan pihak penjual
proteksi LC/SKBDN dalam transaksi credit derivative); dan
4) Informasi mengenai konsentrasi risiko dalam agunan dan mitigasi risiko
lainnya;
c. Informasi mengenai kualitas tagihan LC/SKBDN di luar yang mengalami tunggakan
bunga dan/atau pokok (past due) atau mengalami penurunan nilai, yang meliputi:
1) Analisis eksposur tagihan LC/SKBDN, baik menggunakan sistem pemeringkatan
internal (internal credit grading system) maupun peringkat yang diterbitkan
lembaga pemeringkat.
G. Ketentuan Lain-lain
1. Ketentuan UCP yang berlaku.
2. Bank tetap menilai kualitas tagihan sesuai ketentuan Bank Indonesia yang berlaku
mengenai kualitas aktiva untuk kepentingan penerapan prinsip kehati-hatian dan
perhitungan KPMM bank.
H. Contoh kasus
Impor
1. LC atas unjuk (Sight) - Pengambilan barang dengan Shipping Guarantee (SSG)
PT Maju, nasabah Bank XYZ Jakarta hendak mengimpor barang dari luar negeri.
Untuk kebutuhan impor tersebut, pada tanggal 2 Februari 2012 PT Maju membuka LC
sebesar USD 10,000 dengan setoran jaminan sebesar 10 %. Bank XYZ memungut komisi
pembukaan LC sebesar 0,25%.
Pada tanggal 14 Pebruari 2012 barang sudah tiba di pelabuhan dan importir menebus
barang dengan meminta bank membuat SSG. PIB (bea masuk,PPN &PPNBM, PPh)
sebesar Rp 20.000.000,00. Biaya/komisi penerbitan SSG Rp. 200.000 dan komisi PIB
sebesar Rp 50.000. Tanggal 18 Februari 2012 dokumen asli diterima oleh Bank XYZ dan
penyelesain kepada bank koresponden.
Jurnal transaksi
a. Tanggal 2 Februari 2012
1) Penerbitan LC/SKBDN
Db. Rekening lawan - kewajiban komitmen LC/SKBDN
sight kepada bank koresponden USD 10.000
Kr. Kewajiban komitmen LC/SKBDN Sight kepada
bank koresponden USD 10.000
2) Mengakui pendapatan provisi pembukaan LC/SKBDN
Db. Kas/rekening..../Giro BI USD 25
Kr. Pendapatan provisi LC/SKBDN USD 25
3) Mengakui penerimaan setoran jaminan impor 10%
Db. Kas/rekening..../Giro BI USD 1.000
Kr. Setoran jaminan impor USD 1.000
Jika tingkat materialitas untuk biaya transaksi dan pendapatan yang dapat
diatribusikan secara langsung pada transaksi ekspor-impor di Bank XYZ adalah
USD 50 (= IDR 500.000).
Db. Tagihan akseptasi kepada applicant USD 9.975
Db. Kas/rekening..../Giro BI 25
Kr. Kewajiban akseptasi kepada bank
koresponden/cabang USD 10.000
Ekspor
1. LC atas unjuk (sight)
Pada tanggal 2 Februari 2012, PT Aneka (eksportir), menerima LC sebesar USD10,000.
Pengiriman barang keluar negeri dilakukan pada tanggal 10 Februari 2012. Pada tanggal
11 Februari 2012 PT Aneka mempresentasikan dokumen pengiriman barang kepada
Bank XYZ. Dokumen diperiksa oleh Bank XYZ dan dokumen dikirim ke issuing bank.
Komisi advising LC Rp100.000,00. Biaya pengiriman dokumen sebesar USD25, komisi/
biaya administrasi 0,125%, Bank XYZ menerima pembayaran dari issuing bank pada
tanggal 19 Februari 2012.
Jurnal transaksi
a. Tanggal 11 Februari 2012
Menerima pendapatan provisi advising
Db. Kas/rekening..../Giro BI USD 100.000
Kr. Pendapatan komisi advising LC/SKBDN USD 100.000
Perhitungan: lihat tabel amortisasi di bawah)
b. Tanggal 19 Februari 2012
1) Menerima pembayaran dari reimbursing/issuing bank dan pembayaran kepada
eksportir/beneficiary
Db. Nostro/Giro BI/Rek. Antar Cabang USD 100.000
Kr. Kas/rekening..../Giro BI USD 9.962,50
Kr. Pendapatan administrasi (komisi negosiasi,
kiriman dokumen, biaya telex) USD 37,50
Perhitungan: USD 25 + (0,125% x USD 10.000) = USD 37,50
2. LC berjangka (usance) yang dinegosiasi/didiskonto
Pada tanggal 2 Februari 2012, PT Aneka (eksportir) menerima LC dengan pembayaran
dilakukan 2 bulan setelah tanggal pengapalan barang sebesar USD 10.000. Pengiriman
barang keluar negeri dilakukan pada tanggal 6 Februari 2012. Pada tanggal 07 Februari
2012, PT Aneka mempresentasikan dokumen pengiriman barang kepada Bank XYZ.
Setelah dokumen diperiksa, bank XYZ membebankan biaya advising LC Rp100.000.
Biaya pengiriman dokumen USD25, komisi negosiasi 0,25%.
Pada tanggal 15 Februari 2012 Bank XYZ menerima akseptasi dari issuing bank.
Tanggal 16 Februari 2012 PT Aneka mendiskontokan tagihannya kepada Bank XYZ. Atas
pendiskontoan tersebut Bank XYZ membebankan bunga/diskonto 4% p.a. Pada tanggal
6 April 2012 bank XYZ menerima pembayaran dari issuing.
Asumsi untuk wesel ekspor dalam kategori Diukur pada Nilai Wajar melalui Laporan
Laba Rugi dan Tersedia untuk Dijual.
Pada tanggal 5 Maret 2012 wesel ekspor tersebut dijual kepada bank ABC dengan
diskonto 2% (dalam hal ini diasumsikan menggunakan rumus true discount) untuk
kondisi 1 dan 4.
Jurnal transaksi
a. Tanggal 7 Februari 2012
Menerima provisi advising
Db. Kas/rekening..../Giro BI Rp 100.000
Kr. Pendapatan komisi advising LC/SKBDN Rp 100.000
b. Tanggal 15 Februari 2012
Menerima akspetasi dari accepting bank
Db. Tagihan akseptasi kepada bank koresponden/cabang USD 10.000
Kr. Kewajiban akseptasi kepada beneficiary USD 10.000
Saldo Amor-
No. Estimasi awal Suku bunga Tagihantisasi Saldo akhir
Tanggal Pelunasan
Trx. arus kas Wesel efektif (EIR) bungadengan Wesel Ekspor
Ekspor EIR
A B C D E = D x EIR F G=pxi H=E-G I=D+E+F+G
37 23-Mar-12 - 9.983,67 1,09 - 1,09 9.984,76
38 24-Mar-12 - 9.984,76 1,09 - 1,09 9.985,85
39 25-Mar-12 - 9.985,85 1,09 - 1,09 9.986,94
40 26-Mar-12 - 9.986,94 1,09 - 1,09 9.988,03
41 27-Mar-12 - 9.988,03 1,09 - 1,09 9.989,11
42 28-Mar-12 - 9.989,11 1,09 - 1,09 9.990,20
43 29-Mar-12 - 9.990,20 1,09 - 1,09 9.991,29
44 30-Mar-12 - 9.991,29 1,09 - 1,09 9.992,38
45 31-Mar-12 - 9.992,38 1,09 - 1,09 9.993,47
46 01-Apr-12 - 9.993,47 1,09 - 1,09 9.994,56
47 02-Apr-12 - 9.994,56 1,09 - 1,09 9.995,64
48 03-Apr-12 - 9.995,64 1,09 - 1,09 9.996,73
49 04-Apr-12 - 9.996,73 1,09 - 1,09 9.997,82
50 05-Apr-12 - 9,997,82 1,09 - 1,09 9.998,91
51 06-Apr-12 10.000,00 9.998,91 1,09 (10.000,00) - 1,09 0,00