You are on page 1of 20

1.

Perlunya Manajemen dalam Pendidikan


Salah satu agenda reformasi pendidikan adalah perbaikan mutu pendidikan yang
dimulai dari tingkat prasekolah SD, SLTP, SMU sampai perguruan tinggi dan kegiatan
non-formal di dalam kehidupan masyarakat. Masing-masing tingkatan memiliki
karakteristik dan aturan tersendiri dalam pelaksanaannya. Pada era sebelumnya,
masyarakat masih beranggapan bahwa pendidikan adalah persoalan yang hanya
diselesaikan oleh pemerintah dan para pengelola pendidikan. Tetapi memasuki abad ke 21
ini, khususnya di Indonesia pemahaman pentingnya pendidikan telah mengalami
kemajuan yang berarti dimana masyarakat telah berinisiatif sendiri dalam mengelola
pendidikan dan penyelenggaraannya, yakni dengan menggunakan pola manajemen
berbasiskan masyarakat (education based community), padahal pengelolaan pendidikan
sebelumnya dilakukan secara rutinitas tanpa ada pola manajemen sehingga pendidikan
tergantung pada penguasa (birokrasi) dan sentralistik.
Manajemen dalam pendidikan diperlukan untuk mengantisipasi perubahan
global yang disertai oleh kemajuan ilmu pengetahun dan teknologi informasi. Perubahan
itu sendiri sangat cepat dan pesat, sehingga perlu ada perbaikan yang berkelanjutan
(continous improvement) di bidang pendidikan sehingga output pendidikan dapat bersaing
dalam era globalisasi seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
khususnya teknologi informasi. Persaingan tersebut hanya mungkin dimenangkan oleh
lembaga pendidikan yang tetap memperhatikan kualitas/mutu pendidikan dalam
pengelolaannya.
Suatu sistem pendidikan dapat dikatakan berkualitas/bermutu, jika proses belajar-
mengajar berlangsung secara menarik dan menantang sehingga peserta didik dapat belajar
sebanyak mungkin melalui proses belajar yang berkelanjutan. Proses pendidikan yang
bermutu akan membuahkan hasil pendidikan yang bermutu dan relevan dengan
pembangunan.
Untuk mewujudkan pendidikan yang bermutu dan efisien perlu disusun dan
dilaksanakan program-program pendidikan yang mampu membelajarkan peserta didik
secara berkelanjutan, karena dengan kualitas pendidikan yang optimal, diharapkan akan
dicapai keunggulan sumber daya manusia yang dapat menguasai pengetahuan,
keterampilan dan keahlian sesuai dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus
berkembang.

Mid Test: Ikhsan (MM.09.004.1097) 1


Oleh karena itu demi tercapainya tujuan pendidikan yang berkualitas, diperlukan
manajemen pendidikan yang dapat menggerakkan segala sumber daya pendidikan.
Manajemen pendidikan itu terkait dengan manajemen peserta didik yang isinya
merupakan pengelolaan dan juga pelaksanaannya.
Manajamen pendidikan dapat didefinisikan sebagai seni dan ilmu mengelola
sumber daya pendidikan untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Husaini, 2010:9).
Manajemen pendidikan untuk saat ini merupakan hal yang harus diprioritaskan
untuk kelangsungan pendidikan sehingga menghasilkan out put yang berkualitas tinggi.
Kenyataan yang ada, sekarang ini banyak institusi pendidikan yang belum memiliki
manajemen yang bagus dalam pengelolaan pendidikannya.
Manajemen yang digunakan masih konvensional, sehingga kurang bisa menjawab
tantangan zaman dan terkesan tertinggal dari modernitas. Beberapa kendala manajemen
pendidikan Indonesia yang belum menunjukkan kemajuan sampai saat ini antara lain:
pertama, dampak manajemen yang sentralistik.
Meskipun banyak keberhasilan yang telah dicapai dunia pendidikan Indonesia namun
upaya untuk mengembangkan satu sistem pendidikan telah menimbulkan akibat-akibat
yang negatif. Kecenderungan tentang terjadinya sentralisasi yang berlebihan (over
centralization) pada perintah pusat telah dirasakan hampir pada semua aspek manajemen
pendidikan. Dalam banyak kasus adanya ketidakpercayaan timbal balik antara otoritas
pusat di satu pihak daerah menjadi kendala.
Kedua, mekanisme pendanaan oleh pemerintah. Komersialisasi pendidikan sekarang
sangat dirasakan oleh masyarakat mulai dari prasekolah, Sekolah Dasar (SD), Sekolah
Lanjutan Pertama (SLTP), maupun Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA). Dalam hal
ini dapat dirasakan bahwa pemerintah sama sekali belum optimal membuat aturan
penetapan biaya penyelenggaraan pendidikan. Sepertinya pemerintah membebaskan
pendidikan sehingga dijadikan lahan bisnis tanpa mempertimbangkan unsur
keterjangkauan masyarakat dan pemerataan pendidikan.
Ketiga, manajemen dan organisasi. Lembaga pendidikan, terutama yang di bawah
naungan Depdiknas harus tunduk pada peraturan- peraturan yang berlaku secara seragam
untuk semua lembaga pendidikan. Padahal kebijakan seperti ini telah menimbulkan
banyak pengaruh negatif terhadap kehidupan lembaga pendidikan.

Mid Test: Ikhsan (MM.09.004.1097) 2


Keempat, problem Sumber Daya Manusia (SDM) itu sendiri. Artinya, meskipun usaha
untuk meningkatkan mutu tenaga pendidikan terus dilakukan, secara umum kualifikasi
pendidikan para guru/ dosen di Indonesia masih belum memadai. Di samping suasana
akademik belum memuaskan dan mutu staf administrasi pendidikan masih jauh dari
memadai untuk mendukung tuntutan tugas administrasi pendidikan di setiap lembaga
pendidikan yang ada.

2. Keuntungan Manajemen Strategi Jasa Pendidikan


Manajemen strategi dalam dunia pendidikan bisa diibaratkan sebagai sebuah upaya
membangun input untuk menghasilkan output; input dalam dunia pendidikan adalah
berupa tenaga pengajar/dosen yang berkualitas, ketersediaan sarana dan prasarana
pendidikan, administrasi yang baik, sedangkan outputnya adalah berupa lulusan suatu
institusi pendidikan yang berkualitas yang sesuai dengan kebutuhan zaman. Untuk
mencapai output ini, dibutuhkan suatu proses, yang disebut dengan proses manajemen
strategi.
Manajemen Strategi merupakan rangkaian dua perkataan terdiri dari
kata “Manajemen” dan “Strategi” yang masing–masing memiliki pengertian
tersendiri, yang setelah dirangkaikan menjadi satu terminologi berubah dengan memiliki
pengertian tersendiri pula. Menurut Hadari Nawawi (2005:148-149), pengertian
manajemen strategi ada 4 (empat). Pengertian pertama Manajemen Strategi adalah
“proses atau rangkaian kegiatan pengambilan keputusan yang bersifat mendasar dan
menyeluruh, disertai penetapan cara  melaksanakannya, yang dibuat oleh manajemen
puncak dan dimplementasikan oleh seluruh jajaran di dalam suatu organiasasi, untuk
mencapai tujuannya”. Dari pengertian tersebut terdapat beberapa aspek yang penting,
antara lain :
(a) Manajemen Strategi merupakan proses pengambilan keputusan. (b) Keputusan
yang ditetapkan bersifat mendasar dan menyeluruh yang berarti berkenaan dengan aspek
– aspek yang penting dalam kehidupan sebuah organisasi, terutama tujuannya dan
cara melaksanakan atau cara mencapainya. (c) Pembuatan keputusan tersebut harus
dilakukan atau sekurang – kurangnya melibatkan pimpinan puncak (kepala sekolah),
sebagai penanggung jawab utama pada keberhasilan atau kegagalan organisasinya.
(d) Pengimplementasian keputusan tersebut sebagai strategi organisasi untuk mencapai
tujuan strateginya dilakukan oleh seluruh jajaran organisasi (warga sekolah), seluruhnya

Mid Test: Ikhsan (MM.09.004.1097) 3


harus mengetahui dan menjalankan peranan sesuai wewenang dan tanggung jawab
masing – masing. (e) Keputusan yang ditetapkan manajemen puncak (kepala sekolah)
harus diimplementasikan oleh seluruh warga sekolah dalam bentuk
kegiatan/pelaksanaan pekerjaan yang terarah pada tujuan strategi organisasi. 
Pengertian manajemen strategi yang kedua adalah “usaha
manajerial menumbuhkembangkan kekuatan organisasi untuk mengeksploitasi peluang
yang muncul guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan sesuai dengan misi yang
telah ditentukan”. Dari pengertian tersebut terdapat konsep yang secara relatif luas dari
pengertian pertama yang menekankan bahwa “manajemen strategi merupakan
usaha manajerial menumbuhkembangkan kekuatan organisasi”, yang mengharuskan
kepala sekolah dengan atau tanpa bantuan manajer bawahannya (Wakasek, Pembina
OSIS, Kepala Tata Usaha), untuk mengenali aspek–aspek kekuatan organisasi yang
sesuai dengan misinya yang harus ditumbuhkembangkan guna mencapai tujuan strategi
yang telah ditetapkan. Untuk setiap peluang atau kesempatan yang terbuka harus
dimanfaatkan secara optimal.
Pengertian yang ketiga, Manajemen Strategi adalah “arus keputusan dan tindakan yang
mengarah pada pengembangan strategi yang efektif untuk membantu mencapai tujuan
organisasi”. Pengertian ini menekankan bahwa arus keputusan dari para pimpinan
organisasi (Ka Dinas, Kepala Sekolah) dan tindakan berupa pelaksanaan keputusan, harus
menghasilkan satu atau lebih strategis, sehingga dapat memilih yang paling efektif atau
yang paling handal dalam usaha mencapai tujuan organisasi. 
Pengertian yang keempat, “manajemen strategi adalah perencanaan berskala besar
(disebut Perencanaan Strategi) yang berorientasi pada jangkauan masa depan yang jauh
(disebut VISI), dan ditetapkan sebagai keputusan manajemen puncak (keputusan yang
bersifat mendasar dan prinsipil), agar memungkinkan organisasi berinteraksi secara
efektif (disebut MISI), dalam usaha menghasilkan sesuatu (Perencanaan Operasional)
yang berkualitas, dengan diarahkan pada optimalisasi pencapaian tujuan (disebut Tujuan
Strategi) dan berbagai sasaran (Tujuan Operasional) organisasi.”
Pengertian yang cukup luas ini menunjukkan bahwa Manajemen Strategi merupakan
suatu sistem yang sebagai satu kesatuan memiliki berbagai komponen yang saling
berhubungan dan saling mempengaruhi, dan bergerak secara serentak ke arah yang sama
pula. Komponen pertama adalah Perencanaan Strategi dengan unsur–unsurnya yang
terdiri dari Visi, Misi, Tujuan Strategi organisasi. Sedang komponen kedua adalah
Perencanaan Operasional dengan unsur – unsurnya adalah Sasaran atau Tujuan

Mid Test: Ikhsan (MM.09.004.1097) 4


Operasional, Pelaksanaan Fungsi – fungsi manajemen berupa fungsi pengorganisasian,
fungsi pelaksanaan dan fungsi penganggaran, kebijaksanaan situasional, jaringan kerja
internal dan eksternal, fungsi kontrol dan evaluasi serta umpan balik.
Ada beberapa manfaat Manajemen Strategi di lingkungan organisasi pendidikan  yang
dapat memperkuat usaha mewujudkannya secara efektif dan efisien. Manfaat yang dapat
dipetik adalah : “manajemen strategi dapat mengurangi ketidakpastian dan kekomplekan
dalam menyusun perencanaan sebagai fungsi manajemen, dan dalam proses pelaksanaan
pekerjaan dengan menggunakan semua sumber daya yang secara nyata dimiliki melalui
proses yang terintegrasi dengan fungsi manajemen yang lainnya dan dapat dinilai
hasilnya berdasarkan tujuan organisasi.”
Secara terinci manfaat manajemen strategi jasa pendidikan adalah :
1) Organisasi pendidikan (sekolah) sebagai organisasi kerja menjadi dinamis,
karena RENSTRA dan RENOP harus terus menerus disesuaikan dengan kondisi
realistik organisasi (analisis internal) dan kondisi lingkungan (analisis eksternal) yang
selalu berubah terutama karena pengaruh globalisasi. Dengan kata lain
Manajemen Strategi sebagai pengelolaan dan pengendalian yang bekerja secara realistik
dalam dinamikanya, akan selalu terarah pada Tujuan Strategi dan Misi yang
realistik pula.
2) Implementasi Manajemen strategi melalui realiasi RENSTRA dan RENOP berfungsi
sebagai pengendali dalam mempergunakan semua sumber daya yang dimiliki secara
terintegrasi dalam pelaksanaan fungsi – fungsi manajemen, agar berlangsung sebagai
proses yang efektif dan efisien. Dengan demikian berarti Manajemen Strategi mampu
menunjang fungsi kontrol, sehingga seluruh proses pencapaian Tujuan Strategi dan
perwujudan Visi berlangsung secara terkendali.
3) Manajemen Strategi diimplementasikan dengan memilih dan menetapkan
strategi sebagai pendekatan yang logis, rasional dan sistematik, yang menjadi acuan
untuk mempermudah perumusan dan pelaksanaan program kerja. Strategi yang dipilih
dan disepakati dapat memperkecil dan bahkan meniadakan perbedaan dan pertentangan
pendapat dalam mewujudkan keunggulan yang terarah pada pencapaian tujuan strategi.
4) Manajemen Strategi dapat berfungsi sebagai sarana dalam
mengkomunikasikan gagasan, kreativitas, prakarsa, inovasi dan informasi baru serta cara
merespon perubahan dan perkembangan lingkungan operasional, nasional dan global,
pada semua pihak sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya. Dengan
demikian akan memudahkan dalam menyepakati perubahan atau pengembangan strategi

Mid Test: Ikhsan (MM.09.004.1097) 5


yang akan dilaksanakan, sesuai dengan atau tanpa merubah keunggulan yang
akan diwujudkan oleh organisasi.
5) Manajemen Strategi sebagai paradigma baru di lingkungan organisasi
pendidikan, dapat mendorong perilaku proaktif semua pihak untuk ikut serta sesuai
posisi, wewenang dan tanggungjawab masing – masing. Dengan demikian setiap unit
dan atau satuan kerja akan berusaha mewujudkan keunggulan di bidangnya
untuk memperkuat keunggulan organisasi.
6) Manajemen Strategi di dalam organisasi pendidikan menuntut semua yang
terkait untuk ikut berpartisipasi, yang berdampak pada meningkatnya perasaan
ikut memiliki (sense of belonging), perasaan ikut bertanggungjawab (sense
of responsibility), dan perasaan ikut berpartisipasi (sense of participation). Dengan kata
lain manajemen strategi berfungsi pula menyatukan sikap bahwa keberhasilan bukan
sekedar keberhasilan manajemen puncak, tetapi merupakan keberhasilan bersama atau
keberhasilan keseluruhan organisasi dan bahkan untuk masyarakat yang dilayani.

4. Strategi Pemasaran Jasa Pendidikan


Lingkungan pendidikan dalam hal ini sekolah mengalami perubahan besar, yaitu
lingkungan global pendidikan atau sering diistilahkan dengan globalisasi pendidikan.
Globalisasi berarti suatu proses keterbukaan yang seluas-luasnya, bebas dari
keterbelengguan kultural, bebas dari ketertutupan. Globalisasi dengan ciri pasar bebasnya
tidak hanya menjual barang produksi industri saja, melainkan juga sumberdaya manusia
yang siap kerja. Oleh karena itu kualitas menjadi acuan utama. Barang (produk
pendidikan) yang tidak berkualitas akan dicampakkan oleh konsumen, persaingan pasar
semacam ini menuntut barang dagangan yang berkualitas. Masyarakat sudah mulai
mempertanyakan dan memilih sekolah-sekolah berkualitas, karena mereka takut putra-
putrinya tidak mampu bahkan kalah bersaing di era globalisasi ini. (Radar Sulteng,
26/01/2011).
           Pemasaran, yang lebih dikenal dengan istilah asing “marketing” adalah suatu
metode baru untuk memajukan dan mengembangkan potensi sebuah organisasi dengan
memusatkan sasaran atau target, terutama pada masyarakat yang benar-benar
membutuhkan dan menginginkan organisasi kita, dan tujuan dari pemasaran adalah
membantu pengelola suatu organisasi untuk memutuskan produk apa yang mesti
ditawarkan terlebih dahulu.

Mid Test: Ikhsan (MM.09.004.1097) 6


            Mula-mula pemasaran dikenal dan dikembangkan oleh perusahaan multi nasional
besar dengan kekuatan ekonomi super. Tapi sekarang, setiap perusahaan dan bahkan
setiap orang telah menggunakannya, tidak ketinggalan pula organisasi-organisasi non-
profit seperti lembaga pendidikan yang berfungsi sebagai pencetak biro jasa masa depan
telah memanfaatkan segi keunggulan pemasaran untuk meningkatkan kerjasama atau
transaksi mereka dengan pembeli, langganan dan publik. Suatu organisasi yang
memutuskan tetap eksis dan survive digelanggang persaingan yang ketat ini, mau tidak
mau, tidak akan sukses tanpa memiliki strategi pemasaran yang baik. (David W. Cravens,
Strategic Marketing, 1982).
Kotler mendefinisikan Pemasaran sebagai suatu proses sosial dan manajerial di
mana individu dan kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan mereka dengan
menciptakan, menawarkan dan bertukar sesuatu yang bernilai satu sama lain. Dengan
demikian pemasaran produk dan jasa, termasuk sekolah akan terkait kepada konsep:
permintaan, produk, nilai dan kepuasan pelanggan. 
Konsep produk dalam dunia pendidikan terbagi atas jasa kependidikan dan
lulusan. Jasa kependidikan sendiri terbagi atas jasa: kurikuler, penelitian, pengembangan
kehidupan bermasyarakat, ekstrakurikuler dan administrasi. Bentuk produk-produk
tersebut hendaknya sejalan dengan permintaan pasar atau keinginan pasar yang diikuti
oleh kemampuan dan kesediaan dalam membeli jasa kependidikan.
Sekolah hendaknya dapat berorientasi kepada kepuasan pelanggan. Selain itu juga
perlu mencermati pergeseran konsep ‘keuntungan pelanggan’ menuju ‘nilai’ (value) dari
jasa yang terhantar. Sekolah mahal tidak menjadi masalah sepanjang manfaat yang
dirasakan siswa melebihi biaya yang dikeluarkan. Dan sebaliknya sekolah murah bukan
jaminan akan diserbu calon siswa apabila dirasakan nilainya rendah.
Langkah-langkah dalam pengelolaan pemasaran sekolah dapat diilustrasikan dalam
gambar berikut:
Visi Misi sekolah

Strategi Pengelolaan Sekolah

Pesaing Riset Pasar Konsumen Pendidikan

Strategi Pemasaran Sekolah

Mid Test: Ikhsan (MM.09.004.1097) 7


Strategi pemasaran apa yang hendaknya diacu untuk dijadikan pijakan oleh lembaga
pendidikan, tentunya harus menyesuaikan dengan perkembangan lingkungan.  Sebab
perkembangan lingkungan akan selalu menghasilkan tantangan-tantangan baru dan
kesempatan-kesempatan baru bagi lembaga pendidikan.
Salah satu strategi pemasaran pendidikan dapat dilakukan dengan menggunakan strategi
5 P: Product, Price, Place, Promotion, Personal Trait. Strategi tersebut dikenal dengan
Bauran Pemasaran (Marketing Mix).
Menurut Stanton (1999), Bauran Pemasaran adalah “Suatu kombinasi dari empat
variabel atau kegiatan yang merupakan inti dari sasaran pemasaran perusahaan yakni
produk, struktur harga, kegiatan promosi, dan sistem distribusi”.
Marketing mix pada produk barang yang diketahui berbeda dengan marketing mix
untuk produk jasa. Hal ini terkait dengan perbedaan karakteristik jasa dan barang.
Marketing mix untuk barang dikenal dengan 4 P sedangkan untuk jasa, keempat hal
tersebut masih dirasa kurang mencukupi. Menurut Lupiyoadi (2002) ada variabel
tambahan untuk produk jasa yaitu orang(people), proses(procces), dan pelayanan
(customer service).
1. Product
Pengertian produk menurut Stanton (1999): “Produk adalah apa saja yang ditawarkan
kedalam pasar untuk diperhatikan, digunakan atau dikonsumsi sehingga dapat
memuaskan keinginan atau kebutuhan konsumen termasuk di dalamnya objek fisik, jasa,
orang, tempat, organisasi dan gagasan-gagasan”.
Menurut Lamb, Hair dan Mc. Daniel (2001): Produk adalah segala sesuatu, baik
menguntungkan atau tidak yang diperoleh seseorang melalui pertukaran.
Empat tingkat produk jasa menurut Kotler (2000) adalah:
1. Produk inti atau generik.
Terdiri dari jasa dasar, seperti ruangan kelas dan tempat duduk.
2. Produk yang diharapkan.
Terdiri dari produk inti bersama pertimbangan keputusan pembelian minimal yang harus
dipenuhi seperti ruang tunggu.
3. Produk tambahan.
Area yang memungkinkan suatu produk didiferensiasi terhadap yang lain.
4. Produk potensial.
Tampilan dan manfaat tambahan yang berguna bagi konsumen atau mungkin menambah
kepuasan konsumen.

Mid Test: Ikhsan (MM.09.004.1097) 8


Menurut Fandy Tjiptono (1997) menyatakan secara garis besar strategi produk dapat
dikelompokkan sebagai berikut :
1. Strategi posisi produk.
Strategi posisi ini merupakan strategi yang berusaha menciptakan diferensiasi yang unik
dalam benak pelanggan sasaran, sehingga terbentuk citra(image) merek atau produk yang
lebih unggul dibandingkan merek atau produk pesaing. (menciptakan soft skill sekolah)
2. Strategi meninjau kembali posisi produk.
Strategi ini dilaksanakan dengan jalan meninjau kembali posisi produk dan bauran
pemasaran saat ini, serta berusaha mencari posisi baru yang lebih tepat bagi produk
tersebut.
3. Strategi lingkup produk.
Strategi ini berkaitan dengan perspektif terhadap bauran produk suatu perusahaan
4. Strategi desain produk.
Strategi ini berkaitan dengan tingkat standarisasi produk.
5. Strategi eliminasi produk.
Strategi ini melakukan penghapusan pada produk yang tidak sukses karena produk
yang tidak sukses bila dipertahankan bisa merugikan perusahaan.
2. Harga (Price)
Secara garis besar strategi penetapan harga dapat dibagi menjadi beberapa bagian :
1. Strategi penetapan harga produk baru.
Harga yang ditetapkan pada suatu produk baru harus dapat memberikan pengaruh yang
baik bagi pertumbuhan pasar, selain itu juga dapat mencegah timbulnya persaingan
sengit.
2. Strategi kepemimpinan harga.
Dengan melakukan penilaian kembali terhadap strategi penetapan harga yang telah
dilakukan, perusahaan memiliki tiga alternatif strategi, yaitu : mempertahankan harga,
menurunkan harga dan menaikkan harga.
3. Strategi kepemimpinan harga.
Strategi ini digunakan oleh pemimpin pasar (market leader) dalam suatu industri untuk
melakukan perubahan harga yang diikuti oleh perusahaan-perusahaan lain dalam industri
tersebut.

Mid Test: Ikhsan (MM.09.004.1097) 9


3. Tempat (Place)
Menurut Lupiyoadi (2001) lokasi untuk menyediakan jasa kepada pasar sasaran
adalah dua kunci area keputusan. Keputusan lokasi dan saluran mencakup bagaimana
menyampaikan jasa kepada konsumen dan dimana terjadinya. Hal ini memiliki relevansi
yang besar karena jasa tidak disimpan serta diproduksi dan dikonsumsi ditempat yang
sama.
Lokasi yaitu keputusan yang dibuat perusahaan berkaitan dengan di mana
operasi dan stafnya ditempatkan. Pentingnya lokasi bagi perusahaan jasa tergantung tipe-
tipe interaksi konsumen dan jasa yang disediakan. Terdapat tiga tipe interaksi antara
penyedia jasa dan konsumen menurut Lupoyoadi (2001), yaitu :
1. Konsumen mendatangi penyedia jasa.
Misalnya pada jasa lembaga pendidikan, rumah sakit, bioskop dan lain-lain. Pada
kelompok ini, tempat menjadi aspek yang sangat penting. Karena konsumen harus
mendapatkan kemudahan akses dan melihat langsung kondisi perusahaan. Penyedia jasa
yang ingin mengembangkan bisnis dapat mempertimbangkan lebih dari satu tempat
lokasi.
2. Penyedia jasa yang mendatangi konsumen.
Pada kelompok ini faktor lokasi menjadi kurang penting. Dalam beberapa kasus
penyedia jasa tidak leluasa pergi kepada konsumen karena penyedia jasa harus didahului
panggilan konsumen.
3. Transaksi bisnis jasa dilakukan melalui ‘kepanjangan tangan’ perusahaan.
Dalam hal ini, lokasi tidak relevan. Yang penting adalah sarana komunikasi dan surat
menyurat yang efisien. Kadang-kadang dibutuhkan interaksi fisik tertentu antara
penyedia jasa dan konsumen.
Menurut, Lupoyoadi (2001), ada beberapa faktor yang mempengaruhi penilaian
konsumen, dalam hal ini adalah :
1.Faktor ambient (temperature, penerangan dan lain-lain).
2.Layout ( pengaturan, ukuran, kesesuaian perabot).
3.Signage (tanda yang menunjukkan keberadaan suatu lokasi).
Sementara, menurut Ghosh (1999), ada empat langkah dalam mengembangkan kebijakan
lokasi dengan faktor-faktor yang perlu diperhatikan yaitu sebagai berikut :
1. Strategi pemasaran.
Target pasar dan posisi dalam shopping opportunity line.
2. Analisis regional.

Mid Test: Ikhsan (MM.09.004.1097) 10


Variasi regional dalam potensi ekonomi dan tingkat kompetensi.
3. Analisis area.
Demografik populasi di sekitar tempat potensial.
4. Evaluasi tempat.
Tipe lokasi, arus lalu lintas, akses, biaya okupansi dan lain-lain.

4. Promosi.
Promosi merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan suatu program
pemasaran. Betapapun berkualitasnya suatu produk, bila konsumen belum pernah
mendengarkannya dan tidak yakin bahwa produk itu tidak akan berguna bagi mereka,
maka mereka tidak akan pernah membelinya.
Menurut Lamb, Hair dan Mc. Daniel (2001) terjemahan David Octaveria. Strategi
Promosi adalah rencana untuk penggunaan yang optimal dari elemen-elemen promosi,
periklanan, humas, penjualan pribadi dan promosi penjualan.
Menurut Kotler (2000) terjemahan Hendra Teguh, SE. Promosi adalah terdiri dari
kumpulan kuat insentif yang beragam, kebanyakan berjangka pendek dirancang untuk
mendorong pembelian suatu produk atau jasa tertentu secara lebih cepat dan lebih besar
oleh konsumen.
Menurut Lamb, Hair dan Mc. Daniel (2001) terjemahan David Octarevia, tugas promosi
adalah :
1. Promosi informatif:
- Meningkatkan kesadaran atas produk baru.
- Menjelaskan bagaimana produk tersebut bekerja.
- Menyarankan kegunaan baru suatu produk.
- Membangun citra suatu perusahaan.
2. Promosi persuasif:
- Mendorong perpindahan merek.
- Merubah persepsi pelanggan atas atribut produk.
- Mempengaruhi pelanggan untuk membeli sekarang.
- Merayu pelanggan untuk datang.
Bentuk-bentuk promosi adalah :
1. Personal Selling.
Personal Selling adalah komunikasi langsung (tatap muka) antara penjual dan calon
pelanggan untuk memperkenalkan suatu produk.

Mid Test: Ikhsan (MM.09.004.1097) 11


2.Mass Selling.
Mass Selling merupakan pendekatan yang menggunakan media komunikasi untuk
memperkenalkan suatu produk.
3. Promosi Penjualan.
Penjualan adalah bentuk persuasi langsung melalui penggunaan berbagai insentif yang
dapat diatur untuk merangsang pembelian produk dengan segera.
4. Public Relations.
Public Relations merupakan upaya komunikasi menyeluruh dari suatu perusahaan untuk
mempengaruhi persepsi, opini, keyakinan, dan sikap berbagai kelompok terhadap
perusahaan tersebut.
5. Direct Marketing.
Direct Marketing adalah sistem pemasaran yang bersifat interaktif, yang memanfaatkan
suatu atau beberapa media iklan untuk menimbulkan respon yang terukur atau transaksi
disembarang lokasi.

5. People Trait
Dalam pemasaran jasa, kesuksesannya juga sangat tergantung pada SDM yang
dimiliki. Apalagi untuk mencapai hasil yang optimal diperlukan keterlibatan langsung
antara penyedia jasa dengan konsumennya. Perusahaan juga harus mengantisipasi segala
kemungkinan terjadi permasalahan dalam pengelolaan SDM mulai dari tahap seleksi
hingga proses manajemen SDM yang lebih kompleks.
Peran penting SDM dalam perusahaan jasa harus dibedakan untuk pengelolaannya lebih
lanjut, Payne (1983), yang pada umumnya dapat dikelompokkan atas :
1.Contactors (Hubungan).
Sumber Daya Manusia yang berhubungan erat dengan konsumen dan memilih aktivitas
memasarkan secara konvensional. SDM yang terlibat dalam peran ini memerlukan
pelatihan, persiapan, dan motivasi yang tinggi untuk melayani konsumen sehari-hari.
Selain itu, dituntut memiliki kemampuan untuk bersikap responsif dalam memenuhi
kebutuhan konsumen
1.Modifiers (Sesekali).
SDM yang tidak terlibat secara langsung dalam aktivitas pemasaran, kontak dengan
konsumen hanya dilakukan sesekali saja. Peran ini sangat penting, oleh karena itu harus
mempunyai pandangan yang sangat luas tentang strategi pemasaran jasa
perusahaan.Modifiers memerlukan keahlian untuk dapat menjalin kerja sama yang erat

Mid Test: Ikhsan (MM.09.004.1097) 12


dengan para konsumen, oleh karena itu manajemen harus mengarahkan dan mengadakan
pelatihan serta pengembangan kerja sama secara intensif.
2.Influencers (Pengaruh).
Peran SDM ini lebih terfokus pada implementsi dari strategi pemasaran perusahaan.
Seoranginfluencers harus memiliki potensi kemampuan untuk menarik kosumen melalui
hasil yang diperolehnya.
3.Isolateds (Tak Langsung).
SDM yang berada pada peran ini tampaknya akan sulit berhasil apabila tidak
mendapatkan dukungan yang memadai dari manajemen terutama untuk memotivasi.
SDM harus diarahkan untuk mengetahui perannya serta strategi pemasaran sehingga
dapat berkontribusi lebih optimal.

5. Penerapan Prinsip-Prinsip Total Quality Manajemen (TQM) dalam Pendidikan


Dalam dunia persaingan global yang tajam saat ini, orang banyak berbicara tentang
“mutu” terutama berhubungan dengan pekerjaan yang menghasilkan produk dan/atau
jasa. Suatu produk dibuat karena ada yang membutuhkan, dan kebutuhan tersebut
berkembang seiring dengan tuntutan mutu penggunanya.
Total Quality Management (TQM) atau disebut Manajemen Mutu Terpadu (MMT) hadir
sebagai jawaban atas kebutuhan akan mutu tersebut. Suatu produk dan/atau jasa dibuat
sedemikian rupa agar dapat memenuhi kebutuhan dan harapan pelanggannya. Titik
temunya antara harapan dan kebutuhan pelanggan dengan hasil produk dan/atau jasa
itulah yang disebut “bermutu.” Jadi ukuran bermutu tidaknya suatu produk dan/atau jasa
adalah pada terpenuhi tidaknya harapan dan kebutuhan pengguna/ pelanggan. Semakin
tinggi tuntutan pengguna maka semakin tinggi kualitas mutu tersebut.
Mutu terpadu atau disebut juga Total Quality Management (TQM) dapat didefinisikan
dari tiga kata yang dimilikinya yaitu: Total (keseluruhan), Quality (kualitas,
derajat/tingkat keunggulan barang atau jasa), Management (tindakan, seni, cara
menghendel, pengendalian, pengarahan). Dari ketiga kata yang dimilikinya, definisi
TQM adalah: “sistem manajemen yang berorientasi pada kepuasan pelanggan (customer
satisfaction) dengan kegiatan yang diupayakan benar sekali (right first time), melalui
perbaikan berkesinambungan (continous improvement) dan memotivasi karyawan “ (Kid
Sadgrove, 1995).

Mid Test: Ikhsan (MM.09.004.1097) 13


Pengertian lain dikemukakan oleh Drs. M.N. Nasution, M.S.c., A.P.U. mengatakan
bahwa Total Quality Management merupakan suatu pendekatan dalam menjalankan
usaha yang mencoba untuk memaksimumkan daya saing organisasi melalui perbaikan
terus-menerus atas produk, jasa, tenaga kerja, proses, dan lingkungannya.

Sedang yang dimaksud dengan Pengeloaan Mutu Total (PMT) Pendidikan (bisa pula
sekolah) adalah cara mengelola lembaga pendidikan berdasarkan filosofi bahwa
meningkatkan mutu harus diadakan dan dilakukan oleh semua unsur lembaga sejak dini
secara terpadu berkesinambungan sehingga pendidikan sebagai jasa yang berupa proses
pembudayaan sesuai dengan dan bahkan melebihi kebutuhan para pelanggan baik masa
kini maupun yang akan datang.

Dalam MMT sekolah dipahami sebagai Unit Layanan Jasa,  yakni pelayanan
pembelajaran. Sebagai unit layanan jasa, maka yang dilayani sekolah (pelanggan sekolah
) adalah: 1) Pelanggan internal : guru, pustakawan, laboran, teknisi dan tenaga
administrasi, 2) Pelanggan eksternal terdiri atas : pelanggan primer (siswa), pelanggan
sekunder (orang tua, pemerintah dan masyarakat), pelanggan tertier (pemakai/penerima
lulusan baik diperguruan tinggi maupun dunia usaha).[

Langkah-langkah Penerapan TQM di dunia pendidikan


1. Fokus pada Pengguna Jasa Pendidikan (Pelanggan)
Kepuasan pengguna jasa pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dalam
TQM. Oleh sebab itu, identifikasi pengguna jasa pendidikan dan kebutuhan mereka
merupakan aspek yang krusial. Adapun langkah pertama TQM adalah memandang
siswa/mahasiswa sebagai pelanggan yang harus dilayani dengan baik.
2. Kepemimpinan

Mid Test: Ikhsan (MM.09.004.1097) 14


Kesadaran akan kualitas dalam lembaga pendidikan tergantung kepada faktor
intangibles, terutama sikap manajemen tingkat atas (pimpinan lembaga pendidikan
dasar menengah, kepala sekolah, dan pemimpin perguruan tinggi/rektorat) terhadap
kualitas jasa pendidikan. Pencapaian tingkat kualitas bukan hasil penerapan jangka
pendek untuk meningkatkan daya saing, melainkan melalui implementasi TQM yang
mensyaratkan kepemimpinan yang kontinyu. Dewan sekolah, pengawas dan
administrator berperan dalam memfokuskan dan memberi arahan pada wilayah dan
sekolah. Merekalah yang memiliki visi masa depan, dan  mereka jugalah yang
berkemampuan mengajak para guru dan staf untuk mau menerima visi itu sebagai
miliknya. Ini mengacu pada tanggung jawab bersama. Para guru dan staf memiliki
komitmen untuk mewujudkan visi tersebut. Pemimpin perlu memiliki karakteristik
pribadi yang mencakup dorongan, motivasi untuk memimpin, kejujuran dan
integritas, kepercayaan diri, inisiatif, krativitas/originalitas, adaptabilitas/fleksibikitas,
kemampuan kognitif, serta pengetahuan dan charisma. Kualitas manajerial pimpinan
harus dapat memberikan inspirasi pada semua jajaran manajemen agar mampu
memperagakan kualitas kepemimpinan yang sama, yang diperlukan untuk
mengembangkan budaya TQM. Oleh sebab itu, keterlibatan langsung pemimpin
lembaga pendidikan sangatlah penting.
3. Perbaikan yang Berkesinambungan
Perbaikan yang berkesenimbangunan berkaitan dengan komitmen (continuous quality
improvement atau CQI) dan proses (continuous process improvement). Komitmen
terhadap kualitas dimulai dengan pernyatann dedikasi pada misi dan visi bersama,
serta pemberdayaan semua partisipan untuk secara inkremental mewujudkan visi
tersebut (Lewis dan Simth, 1994). Perbaikan yang berkesinambungan tergantung
kepada dua unsur. Pertama, mempelajari proses, alat, dan ketrampilan yang tepat.
Kedua, menerapkan ketrampilan baru pada small achieveable projects. Upaya
perbaikan kualitas secara berkesinambungan dalam lembaga pendidikan harus
menggunakan pendekatan sistem terbuka atas fungsi inti lembaga pendidikan, student
learning. Ada tiga pendekatan yang digunakan untuk menjamin kualitas lembaga
pendidikan, yaitu (1) Pendekatan akreditas, (2) Pendekatan outcome assessment, dan
(3) Pendekatan sistem terbuka (Lewish & Smith, 1994).[19]
Perbaikan berkelanjutan merupakan hal penting untuk setiap organisasi mutu.
Perbaikan tersebut hanya dapat dicapai bila setiap orang disekolah atau wilayah
bekerja bersama-sama dan:

Mid Test: Ikhsan (MM.09.004.1097) 15


    * Menerapkan roda mutu pada setiap aspek kerja
    * Memahami manfaat jangka panjang pendekatan biaya mutu
    * Mendorong semua perbaikan baik besar maupun kecil
    * Mefokuskan pada upaya pencegahan dan bukab penyelesaian masalah
4. Manajemen SDM
Selain merupkan aset organisasi yang paling vital, sumber daya manusia merupakan
pelanggan internal yang menetukan kualitas akhir sebuah jasa dan lembaganya. Oleh
sebab itu, sukses tidaknya implementasi TQM sangat ditentukan oleh kesiapan,
kesediaan, dan kompetensi sumber daya manusia dalam lembaga pendidikan yang
bersangkutan untuk merealisasikannya secara sungguh-sungguh.
5. Manajemen Berdasarkan Fakta
Pengambilan keputusan harus didasarkan pada fakta yang nyata tentang kualitas yang
didapatkan dari berbagai sumber di seluruh jajaran organisasi. Jadi, tidak semata-mata
atas dasar intuisi, praduga, atau organizational politics. Berbagai alat telah dirancang
dan dikembangkan untuk mendukung pengumpulan dan analisi data, serta
pengambilan keputusan berdasarkan fakta.

Mid Test: Ikhsan (MM.09.004.1097) 16


Referensi
Arcaro,  Jerome S, Pendidikan Berbasis Mutu; Prinsip-Prinsip Perumusan dan Tata
Langkah Penerapan, (Yoyakarta: Pustaka Pelajar, 2007)

Bambang H. Hadi Wiardjo dan Sulistijarningsih Wibisono, Memasuki Pasar Internasional


Dengan ISO 9000, Sistem Manajemen Mutu, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1996).

Depdiknas, Standar Nasional Pendidikan, (Jakarta: Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun


2005)

Dr. Umedi, M.Ed., Manajemen Mutu Berbasis Sekolah/Madrasah (MMBS/M), (Jakarta: Pusat
Kajian Mutu Pendidikan, 2004)

Drs. Zulian Yamit, Msi, Manajemen Kualitas Produk  Dan Jasa, (Yogyakarta: CV Adipura,
2001)

Fandy Tjiptono & Anastasia Diana, Total Quality Management, (Yogyakarta: Penerbit
ANDI, 2003)

Lupiyoadi, Rambat, Manajemen Pemasaran Jasa, (Jakarta, Penerbit Salemba Empat, 2001)

Nasution, M, Nur, Manajemen Mutu Terpadu, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2005)

Rochaety, Eti, dkk, Sistem Informasi Manajemen Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006)

Radar Sulteng, edisi Rabu 26/01/2011

Ikhsan Madjido, http//topengawu.blogspot.com, diakses 28/01/2011 jam 23.05 WITA

http://www.uns.ac.id/data/0022.pdf

http://www.jurnalnet.com/konten.php?nama=Popular&topik=10&id=239

Mid Test: Ikhsan (MM.09.004.1097) 17


6. Stakeholder Lembaga Pendidikan

Sebuah pepatah menyatakan bahwa sesuatu yang paling abadi di dunia adalah perubahan.
Tiada sesuatu yang bertahan statis di dunia, segalanya mengalami perubahan, demikian
pula dengan kondisi lembaga termasuk sekolah/madrasah juga memiliki kemampuan
untuk berubah. Oleh karena itu, hanya perubahan itu sendirilah yang akan abadi.
Secara empirik, mutu madrasah/sekolah selama ini hanya dipandang pada model
pembelajarannya saja. Sempat mencuat bahwa sekolah/madrasah dikatakan favorit
manakala pengajarnya profesional dalam mengajar atau dibilang lulusannya setara strata-
2 atau juga pernah kuliah diluar negeri. Wajar jika bermunculan sekolah/madrasah ingin
berubah dengan mengembangkan sistem berstandart internasional agar dikatakan sebagai
sekolah/madrasah yang favorit.

Perubahan memamang ada, banyak para pengelolah sekolah/madrasah yang cenderung


akan hal yang bersifat favorit. Tetapi realitanya, pengelola hanya memikirkan menjadi
sekolah/madrasah yang favorit tidak sekolah/madrasah yang bermutu. Sebab, mutu
sekolah/madrasah menjadi prioritas penting untuk menjadi sekolah/madrasah menuju
perubahan ke arah favorit mutunya. Secara jelasnya, sekolah/madrasah tidak
membutuhkan favorit, tapi bermutu.

Karya Manajemen Pengembangan Mutu Sekolah/Madrasah mencoba memberikan


gagasan visioner untuk merubah dan membangun Indonesia dalam stakeholder
manajemen sekolah/madrasah. Selama ini banyak para stakeholder yang menjadikan
sekolah/madrasah sebagai lahan bisnis. Unsur mengabdi pada negara dan agama seraya
minta dibayar dengan gaji semata. Perselingkuhan stakeholder seperti ini yang
menjadikan mutu sekolah/madrasah hanya ditentukan dengan tarif pendidikan, sehingga
tidak ada lagi sekolah berstandart internasional tapi sekolah bertarif internasional.
Seyogyanya, perubahan lembaga dalam mengembangkan sekolah/madrasah perlu
digagaskan stakeholder potensial dan menformulasikan visi, misi serta tujuan
sekolah/madrasah yang tidak asal-asalan. Untuk mengetahui siapa stakeholder
sekolah/madrasah, manajer harus mengenal berbagai bentuk dan mutu layanan serta
produk yang dihasilkan oleh sekolah/madrasah. Sebab, berbagai bentuk mutu layanan dan
produk sekolah/madrasah akan memengaruhi stakeholder. Untuk itu, stakeholder bukan

Mid Test: Ikhsan (MM.09.004.1097) 18


lagi mengenal dan menentukan tarif gaji yang diterima tapi mutu sekolah/madrasah itu
sendiri.
Penetapan stakeholder dari lembaga pendidikan merupakan proses yang sangat penting
dalam manajemen lembaga. Kesalahan dalam menentukan stakeholder potensial tersebut
akan berdampak pada kesalahan dalam proses perubahan manajemen selanjutnya yang
pada akhirnya akan menimbulkan tidak terserapnya produk dan layanan lembaga
pendidikan di masyarakat. Itulah sebabnya sebelum dilakukan analisis, lembaga
pendidikan harus mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan sumber daya yang ada di
lembaga tersebut dengan memproyeksikan stakeholder utama ke depan.
Setelah diketahuinya dan ditetapkannya stakeholder utama, maka lembaga sudah mulai
lebih jelas berkaitan dengan hal utama. Kondisi ini akan sangat membantu dalam
pemilihan prioritas-prioritas lembaga. Ibaratnya, sekolah/madrasah akan disetir ke jalur
yang dituju. Namun demikian, agar operasional sekolah/madrasah tersebut lebih fokus
dan lebih tepat dalam menentukan prioritas-prioritas sekolah/madrasah maka
ditetapkanlah visi dan misi sekolah/madrasah. Visi dan misi sekolah merupakan tujuan
jauh yang harus dicapai oleh sekolah/madrasah dalam kurun waktu tertentu.
Sekolah/madrasah yang tidak memiliki visi dan misi atau memiliki visi dan misi yang
belum menjadi acuan kerja, maka setiap komponen sekolah/madrasah tersebut akan
bergerak ke arah yang menjadi visinya sendiri-sendiri. Sehingga sekolah/madrasah tidak
mempunyai arah karena setiap komponen menentukan arahnya sendiri –lembanga yang
tidak punya tujuan dan saling mementingkan ideologi sendiri-sendiri.
Selain itu, manajemen atau strategi dalam mengelolah sekolah/madrasah juga menjadi hal
yang vital. Strategi ini menjadi patokan utama sekolah/madrasah dalam pembuatan suatu
program-program kerja ke depan. Pengembangan strategi sekolah/madrasah harusnya
diutamakan pada hal yang bersifat kegiatan akademik dalam upaya untuk menghasilkan
lulusan atau produk sebagaimana yang dicitakan.
Dengan demikian, kemampuan dalam mencapai predikat sekolah/madrasah bermutu
harus memiliki manajemen pendidikan yang bermutu pula. Manakalah manajemen
sekolah/madrasah rendah, sudah bisa dipastikan lembaga akan mengalami kegagalan
berorganisir. Hal ini terkait pentingnya pengembangan mutu sekolah/madrasah
merupakan upaya yang harus dilakukan dalam rangka untuk meningkatkan kualitas
kehidupan bangsa Indonesia. Predikat positif yang disandangkan dari peningkatan
kualitas kehidupan pada akhirnya mengores pada sumber daya manusia (SDM) pada
suatu negara untuk lebih maju dan bermutu.

Mid Test: Ikhsan (MM.09.004.1097) 19


Namun, pengembangan mutu sekolah/madrasah bukanlah semuda yang dibayangkan.
Semuanya membutuhkan sebuah proses, tidak ada hal yang ‘kun fayakun’ langsung
jadi begitu saja. Oleh karena itu, faktor-faktor yang menjadikan sekolah/madrasah
bermutu harus memiliki tingkat stakeholder potensial yang mampu memberikan visioer
dan memanajemen strategi pengelolaan sebuah lembaga.
Sepantasnya, para stakeholder berkepribadian yang bermutu pula. Kemampuan
memimpin dalam melaksanakan perubahan terutama perubahan dalam mindset orang-
orang yang ada di sekolah/madrasah akan menjadi titik awal dalam meraih pendidikan
bermutu yang memiliki karakter sekolah/madrasah yang kompetitif dan unggul.
Relevansinya, setiap lembaga harus memiliki tipe pemimpin potensial yang mampu
mengelola manajemen lembaga untuk mencapai mutu yang dibaggakan. Untuk itu, tidak
ada apresiasi yang lebih spesial terhadap karya ini, kecuali dengan membacanya.

Mid Test: Ikhsan (MM.09.004.1097) 20

You might also like