Professional Documents
Culture Documents
Bayangkan, para generasi awal Islam sangat merindukan bertemu dengan bulan suci
ini. Mereka berdo’a selama enam bulan sebelum kedatangannya agar mereka
dipanjangkan umurnya sehingga bertemu dengan Ramadhan. Saat Ramadhan tiba,
mereka sungguh-sungguh meraih kebaikan dan keuataman Ramadhan. Dan ketika
mereka berpisah dengan Ramadhan, mereka berdo’a selama enam bulan setelahnya,
agar kesungguhannya diterima Allah swt. Kerinduan itu ada pada diri mereka, karena
mereka sadar dan paham betul keutamaan dan keistimewaan Ramadhan.
1. Berdoa agar Allah swt. memberikan umur panjang kepada kita sehingga kita
berjumpa dengan bulan Ramadhan dalam keadaan sehat. Dengan keadaan sehat, kita
bisa melaksanakan ibadah secara maksimal: Puasa, shalat, tilawah, dan dzikir. Dari
Anas bin Malik r.a. berkata, bahwa Rasulullah saw. apabila masuk bulan Rajab selalu
berdoa, ”Allahuma bariklana fii rajab wa sya’ban, wa balighna ramadan. Ya Allah,
berkahilah kami pada bulan Rajab dan Sya’ban, dan sampaikan kami ke bulan
Ramadan.” (HR. Ahmad dan Tabrani)
2. Pujilah Allah swt. karena Ramadhan telah diberikan kembali kepada kita. Imam An
Nawawi dalam kitab Adzkar-nya berkata: ”Dianjurkan bagi setiap orang yang
mendapatkan kebaikan dan diangkat dari dirinya keburukan untuk bersujud kepada
Allah sebagai tanda syukur; dan memuji Allah dengan pujian yang sesuai dengan
keagungannya.” Dan di antara nikmat terbesar yang diberikan Allah swt. kepada
seorang hamba adalah ketika dia diberikan kemampuan untuk melakukan ibadah dan
ketaatan.
7. Kondisikan qalbu dan ruhiyah kita dengan bacaan yang mendukung proses
tadzkiyatun-nafs –pemberishan jiwa-. Hadiri majelis ilmu yang membahas tentang
keutamaan, hukum, dan hikmah puasa. Sehingga secara mental, dan jiwa kita siap
untuk melaksanakan ketaatan kepada Allah swt. di bulan Ramadhan.
8. Tinggalkan dosa dan maksiat. Isi Ramadhan dengan membuka lembaran baru yang
bersih. Lembaran baru kepada Allah, dengan taubat yang sebenarnya taubatan
nashuha. “Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang
beriman, supaya kamu beruntung.” An-Nur:31. Lembaran baru kepada Muhammad
saw., dengan menjalankan sunnah-sunnahnya dan melanjutkan risalah dakwahnya.
Kepada orang tua, istri-anak, dan karib kerabat, dengan mempererat hubungan
silaturrahim. Kepada masyarakat, dengan menjadi orang yang paling bermanfaat bagi
mereka. Sebab, “Manusia yang paling baik adalah yang paling bermanfaat bagi
orang lain.”
Semoga Allah swt. memanjangkan umur kita sehingga berjumpa dengan Ramadhan.
Dan selamat meraih kebaikan-kebaikannya. Amin ya Rabbana. Allahu a’lam
dakwatuna.com - Bulan Sya’ban secara urutan bulan hijriah jatuh sebelum bulan
Ramadhan. Dalam riwayat Imam Bukhari, Aisyah ra. menceritakan, bahwa Rasulullah
saw. selalu memperbanyak puasa di bulan Sya’ban? Bahkan dalam riwayat lain
dikatakan bahwa tidak ada bulan melebihi bulan Sya’ban di dalamnya Rasulullah saw.
berpuasa. Dalam hadits lain disebutkan bahwa Nabi saw. berpuasa mayoritas hari-hari
bulan Sya’ban. Mengapa?
Pertama, puasa adalah kebutuhan fitrah manusia. Karena itu Allah mewajibkan
hamba-hamba-Nya berpuasa. Dalam surah Al Baqarah 183 Allah swt. menyebutkan
bahwa puasa tidak hanya diwajibkan kepada umat manusia tertentu tetapi juga kepada
umat manusia terdahulu. Ini menunjukkan bahwa puasa merupakan ibadah yang tidak
bisa tidak harus dilakukan. Ilmu kedokteran modern membuktikan bahwa dengan
puasa pencernaan seseorang akan istirahat dari rasa lelah yang sekian lama terus
menerus digunakan untuk mengolah makanan. Maka semakin sering seseorang
berpuasa ia akan semakin sehat. Sebab kemungkinan timbulnya penyakit yang
seringkali disebabkan oleh makanan akan tercegah secara otomatis ketika ia berpuasa.
Ketiga, ibadah puasa adalah ibadah menahan nafsu. Suatu perjuangan yang senantiasa
harus dilakukan oleh orang-orang beriman. Dalam surah An Nazi’at:40 Allah swt.
menjelaskan bahwa jalan ke surga adalah dengan upaya terus-menerus membangun
rasa takut kepada Allah dan menahan nafsu. Mengapa? Sebab Setan berkerja terus
menerus, siang dan malam untuk menjerumuskan manusia ke dalam dosa-dosa. Kerja
keras setan ini tidak bisa tidak menuntut kita untuk bekerja keras juga guna
mengimbanginya. Orang yang beriman kepada Allah dan hari Kiamat, tentu akan
selalu waspada dari godaan setan. Caranya dengan banyak berpuasa. Semakin sering
berpuasa, semakin sempit jalan-jalan setan untuk menggoda. Sebab dalam sebuah
riwayat dikatakan bahwa setan seringkali masuk melalui makanan. Maka semakin
banyak makan, semakin mudah digoda setan. Karenanya orang yang kekenyangan
akan selalu malas beribadah.
Keempat, Rasulullah saw. adalah contoh pribadi berakhlak mulia. Allah berfirman:
“Wainnaka la’alaa khuluqin adhiim (Dan sesungguhnya kamu (Muhammad) benar-
benar mempunyai akhlaq yang agung)” Al Qalam:4. Maka setiap yang dicontohkan
Rasulullah saw. pasti baik untuk kemanusiaan di dunia maupun di akhirat. Tidak ada
perbuatan yang dilakukan Rasulullah saw. kecuali membawa manfaat bagi
kehiduapan manusia jika diikuti. Dan bila kita teliti secara seksama, menejemen
modern yang mengantarkan munculnya negara-negara maju dan perusahaan-
perusahaan bisnis kelas dunia, di dalamnya akan kita temukan nilai-nilai universal
yang pada dasarnya itu adalah bagian dari ajaran Islam yang dibawa Rasulullah saw.
Maka dengan memperbanyak puasa di bulan Sya’ban, itu sungguh sangat baik dan
bermanfaat, tidak saja di dunia tetapi juga di akhirat.
Imam An Nasa’i meriwayatkan sebuah hadits dari Usamah bin Zaid tentang rahasia
memperbanyak puasa di bulan Sya’ban, Nabi bersabda: “Bulan Sya’ban adalah bulan
yang sering dilalaikan oleh banyak orang, karena itu terjepit antara Rajab dan
Ramadhan. Padahal ia adalah bulan di angkatnya amal manusia, maka aku suka
ketika amalku diangkat aku sedang berpuasa.” Wallahu a’lam bish shawab.
dakwatuna.com - Jiwa seorang mukmin pasti masih bergantung dengan bulan
Ramadhan nan penuh berkah… Kenapa tidak? Karena Ramadhan adalah bulan Al
Qur’an, bulan Lailatul Qadr, Bulan permulaan turunnya wahyu untuk misi besar di
dunia… keutamaan bulan Ramadhan masih sangat kuat melekat dalam pikiran setiap
muslim atau muslimah.
Sungguh, para sahabat ridhwanullahi ‘alaihim berdo’a kepada Allah swt. agar
dipertemukan kembali dengan bulan Ramadhan enam bulan sebelum kedatangannya.
Dan mereka bedo’a kepada Allah swt. selama enam bulan setelahnya agar Allah swt.
menerima amal perbuatan mereka. Oleh karena itu, mereka merasakan hubungan yang
sangat dekat dengan Ramadhan, sepanjang tahun.
Sebagaimana juga kita melihat klub sepak bola misalkan, mereka mempersiapkan tim
dengan sebaik-baiknya sebelum musim pertandingan tiba. Semakin optimal persiapan
itu, maka semakin optimis mereka meraih kemenangan, dan mereka pasti akan
menang sebanding dengan usaha mereka.
Kembali ke dunia olah raga, jika ada pemain tanpa lebih dahulu mengadakan
pemanasan, bisa dipastikan dirinya akan mengalami gangguan keseimbangan, keseleo
dan tidak bisa melanjutkan pertandingan. Contoh lain, olah raga lari maraton, pelari
yang cerdas tidak akan menghabiskan energinya di awal start. Jika kita amati
bersama, orang yang di awal start larinya kencang dan berada di depan, bisa
dipastikan ia tidak akan kelihatan dalam fisnish duluan, menjadi pemenang.
Begitu juga dengan Ramadhan, bahkan lebih mulia dan lebih utama dibandingkan
hanya sekedar permainan bola dan lari maraton.
Adapun orang yang tidak menyiapkan diri untuk menjemputnya, kecuali ketika
Ramadhan sudah datang menghadap, boleh jadi kita lihat di awal bulan ia berada di
barisan shalat paling depan, namun kemudian kita tidak melihat batang hidungnya di
akhir bulan!
Petani yang mahir, ia akan memulai menggarap sawahnya dengan membersihkan
ladang dari tanaman liar, menggemburkan ladang dan mengairinya, kemudian ia
menanam benih, merawat dan menjaganya. Ketika waktu musim panen tiba, ia akan
mendapatkan hasil panen yang sangat memuaskan.
Mari, kita semua mempersiapkan diri sesuai kadar optimal kemampuan kita dalam
peribadatan dan keta’atan, guna menyambut Ramadhan, guna panen kebaikan
Ramadhan.
Mari, kita hilangkan sikap malas, futur, leha-leha, dan terlenakan dengan dunia… kita
ganti dengan menebar benih, benih semangat dan tekad kuat… Ketika bulan Sya’ban
menyapa kita, kita telah mengkondisikan jiwa dan hati kita dengan semangat dan
tekad kuat untuk ta’at… Sehingga ketika Allah swt. menakdirkan kita berjumpa
dengan Ramadhan, kita akan panen… Panen taqwa, panen wara’, panen tangisan
karena takut kepada Allah swt, panen interaksi bersama Al Qur’an, panen kebaikan,
panen amal shaleh, panen berbuat baik kepada sesama… dan panen semua nilai
kebaikan.
Ya Allah, sampaikan kami berjumpa dengan bulan Ramadhan, Amin. Allahu a’lam.
dakwatuna.com - Apa yang dirasakan oleh juara Euro 2008, Tim Spanyol, ketika ia
dipastikan menjadi juara dalam event besar itu? Tentu luapan kegembiraan dan suka
cita menyatu dalam diri mereka. Tidak hanya pemain, pelatih, dan tim saja, bahkan
semua warga negara Spanyol menyatu dalam kegembiraan itu. Dunia memujinya,
publik menyanjungnya. Spanyol jadi buah bibir.
Keberhasilan itu hasil jerih perjuangan panjang dan melelahkan. Penantian selama
empat puluh tiga tahun untuk merebut kembali predikat sang juara. Penuh
kesungguhan dan kedisiplinan.
Bagaimana jika piala itu datangnya dari Tuhannya manusia?. Bagaimana jika predikat
juara itu disematkan oleh Pemilik alam raya ini?. Bagaimana jika yang menyanjung
itu adalah Penentu kehidupan semua makhluk?.
Secara fitriyah dan imaniyah, pasti orang akan berebut piala dan predikat juara dari
Tuhannya. Tentu jauh lebih mulia, istimewa dibandingkan dengan sanjungan manusia.
Ya, itulah peraih sukses Ramadhan. Orang yang mampu melewati event besar ini
sampai finish dengan kesungguhan. Ia meraih predikat taqwa, sebagai identitas
tertinggi manusia. Ia meraih piala Ar Royyan, surga spesial bagi shaaimin dan
shaaimat.
Bahkan tidak hanya itu, orang yang sukses Ramadhan, mengisinya dengan
kesungguhan, akan meraih berbagai keistimewaan dan kemuliaan.
Nabi saw. bersabda: “Bila Ramadhan tiba, pintu-pintu surga dibuka, dan pintu-pintu
neraka ditutup, sementara setan-setan diikat.” (HR. Bukhari-Muslim).
“Setiap amal anak Adam -selama Ramadhan- dilipatgandakan menjadi sepuluh kali
lipat, bahkan sampai tujuh ratus kali lipat. Kecuali puasa, Allah swt. berfirman:
Puasa itu untuk-Ku, dan Aku langsung yang akan memberikan pahala untuknya.”
(HR. Muslim).
“Siapa yang berpuasa Ramadhan dengan kesadaran iman dan penuh harapan ridha
Allah, akan diampuni semua dosa-dosa yang lalu.” (HR. Bukhari-Muslim).
“Orang yang berpuasa doanya tidak ditolak, terutama menjelang berbuka.” (HR. Ibn
Majah, sanad hadits ini sahih).
Yang lebih penting untuk diperhatikan di sini adalah, persiapan dan pengkondisian
sebelum Ramadhan datang.
Seperti Tim Spanyol, yang harus berjibaku sepanjang waktu mempersiapkan diri
menghadapi musim pertandingan.
Persiapan fikriyah atau pemahaman tentang Ramadhan. Persiapan ruhiyah atau ibadah
ritual. Persiapan maddiyah atau fisik dan material.
Imam al-Nasa’i dan Abu Dawud meriwayatkan, disahihkan oleh Ibnu Huzaimah.
Usamah berkata pada Nabi saw.