Professional Documents
Culture Documents
EKONOMI
ABSTRAK
Di Indonesia, beberapa tahun yang lalu beberapa media masa mencatat kekerasan yang dilakukan
oleh anak perempuan. Pada tahun 2002 pertengahan bulan Juli, harian Kompas menampilkan artikel
tentang berita penculikkan dan penganiayaan beberapa siswi baru yang didalangi oleh sekelompok kakak
kelas dan alumni yang juga perempuan.
Setiap orang dapat melakukan agresi, baik orang kaya maupun orang miskin. Agresi yang
dilakukan dapat berbeda-beda, tergantung bagaimana seseorang menyikapi stimulus yang datang
kepadanya. Stimulus tersebut dapat berbeda pada setiap orang, dimana perbedaan tersebut terjadi karena
dipangaruhi oleh beberapa hal, salah satu diantaranya adalah kondisi status sosial ekonomi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana bentuk perilaku agresif pada remaja putri
dengan status sosial ekonomi atas dan status sosial ekonomi bawah, perbedaan perilaku agresif pada remaja
putri dengan status sosial ekonomi orang tua, dan faktor – faktor yang mempengaruhi timbulnya perilaku
agresif pada remaja putri yang berstatus sosial ekonomi atas dan status sosial ekonomi bawah. Dengan
tujuan tersebut, maka pendekatan penelitian yang tepat adalah pendekatan kualitatif. Pengumpulan data
dilakukan dengan metode observasi dan wawancara mendalam. Subjek dalam penelitian ini adalah dua
orang remaja putri yang berperilaku agresif dan berasal masing-masing berasal dari status sosial ekonomi
atas dan status sosial ekonomi bawah.
Dari hasil analisis data yang dilakukan, maka dapat diketahui bahwa tidak ada perbedaan perilaku
agresif antara subjek 1 yang berasal dari status sosial ekonomi atas dan subjek 2 yang berasal dari status
sosial ekonomi bawah. Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya perilaku agresif pada subjek penelitian
dengan status sosial ekonomi yang berbeda ini juga, akan tetapi pada umumnya faktor-faktor yang
mempengaruhi subjek untuk berperilaku agresif adalah pengaruh kelompok, kepribadian dan kondisi fisik.
1. PENDAHULUAN
Pada tahun 2002 pertengahan bulan Juli, harian Kompas menampilkan artikel tentang berita
penculikan dan penganiayaan beberapa siswi baru yang didalangi oleh sekelompok kakak kelas dan alumni
yang juga perempuan. Belasan siswi baru diculik dari halaman sekolah, disuruh masuk kedalam mobil
kakak kelas dan ditutup matanya. Dalam perjalanan mereka ditampari dan wajahnya dicoret-coret.
Kejadian tersebut dapat terkuak karena para korban melaporkan tindakan kekerasan tersebut kepada pihak
yang berwajib. Sangat mungkin banyak kejadian yang seperti itu terjadi di bumi ini tanpa sempat
terpublikasi. Bila dilihat dari berita diatas sepertinya remaja putri menggunakan agresifitas langsung untuk
menyakiti remaja putri yang lainnya (Rts, 2002)
Sarwono (1999) mendefinisikan perilaku agresif itu sendiri adalah perilaku yang merugikan atau
menimbulkan korban pada pihak lain. Sedangkan menurut Sears (1991) agresi adalah setiap tindakan yang
bertujuan menyakiti orang lain dalam diri seseorang. Baron & Byrne mengemukakan agresi dipengaruhi
oleh beberapa faktor yang berbeda, dimana faktor-faktor tersebut secara potensial dapat mengarah kepada
perilaku agresif. Provokasi adalah salah satu diantaranya, seringkali perilaku agresif merupakan hasil dari
provokasi verbal atau fisik. Biasanya perilaku agresif diawali dengan saling memprovokasi secara verbal
seperti mengejek dan menghina, akan tetapi hal tersebut dapat memicu menjadi suatu bentuk kekerasan
fisik. Faktor lain yang dapat menimbulkan terjadinya agresi adalah frustrasi, yaitu sesuatu yang dinilai
aversif, pengalaman yang tidak menyenangkan dan frustrasi dapat mengarah pada agresi (Berkowitz,
1994).
Setiap orang dapat melakukan agresi, baik orang kaya maupun orang miskin. Agresi yang dilakukan
dapat berbeda-beda, tergantung bagaimana seseorang menyikapi stimulus yang datang kepadanya. Stimulus
tersebut dapat berbeda pada setiap orang, dimana perbedaan tersebut terjadi karena dipengaruhi oleh
beberapa hal, salah satu diantaranya adalah kondisi status sosial ekonomi. Status sosial ekonomi memiliki
kaitan yang signifikan dengan indeks perilaku agresif (Voekl, 1996)
Menurut Shadily (dalam Luth & Fernandez, 2000 ) kelas sosial adalah golongan yang terbentuk
karena adanya perbedaan kedudukan yang tinggi dan rendah, dan karena adanya rasa segolongan dalam
kelas itu masing-masing sehingga kelas yang satu dapat dibedakan dari kelas lainnya.
Status sosial dalam masyarakat dapat dibedakan dalam tiga kelompok sosial, yaitu kelas atas yang
ditandai dengan besarnya kekayaan, penghasilan yang tinggi, kehidupan yang stabil, dan tingkat pendidikan
yang tinggi. Kelas menengah ditandai dengan pendapatan dan tingkat pendidikan yang tinggi, memiliki
pekerjaan tetap, punya rencana masa depan, dan memiliki penghargaan yang tinggi terhadap kebutuhan
menabung. Sedangkan kelas bawah merupakan masyarakat yang paling rendah. Para anggotanya hampir
dapat dikatakan tidak mempunyai penghasilan dan kalau pun ada, penghasilannya sangat kecil. Pada
umumnya mereka miskin, buta huruf, kesehatan kurang baik, dan tidak mempunyai mata pencaharian
lengkap ( Luth & Fernandez, 2000). Dalam penelitian ini peneliti membatasi pembahasan hanya pada
masyarakat dengan status sosial ekonomi atas dan status sosial ekonomi bawah hal ini didasari
pertimbangan bahwa masyarakat dengan status sosial ekonomi menengah dapat mencukupi kebutuhan
hidupnya dan keberadaannya di masyarakat tidak terlalu menonjol yang terlihat dari harta kekayaan yang
dimilikinya, dan tidak menonjol dalam perilaku agresi.
Luth & Fernandez (2000) menjelaskan, faktor yang utama dalam menentukan kelas sosial
diantaranya adalah jenis aktivitas ekonomi, pendapatan, tingkat pendidikan, tipe rumah tinggal, jenis
kegiatan rekreasi, jabatan dalam organisasi, dan lain sebagainya. Masing-masing kelas tersebut mempunyai
nilai dan pengakuan yang berbeda dalam pandangan masyarakat.
Menurut Koeswara (1988), perilaku agresi pada remaja berasal dari lingkungan keluarga dengan
status sosial ekonomi bawah yang pada umumnya mereka mengalami kesulitan dalam memenuhi
kebutuhan hidup mereka. Mereka dapat bertindak apa saja demi untuk memenuhi kebutuhan mereka seperti
kosmetik, untuk makan, atau untuk kegiatan senang-senang lainnya yang semuanya tidak bisa mereka
dapatkan dari orang tua mereka, dikarenakan keterbatasan uang saku yang mereka terima dari orang tua
mereka. Orang–orang dari kelas bawah yang dibesarkan dalam kemiskinan seringkali berbicara kasar
dengan aksen yang berat dan kosakata yang terbatas.
Menurut Sears, Freedman dan Peplau (1994) pada seseorang dengan status sosial ekonomi atas,
perilaku agresif yang ditampilkan akan dipikirkan terlebih dahulu dampaknya, karena perilaku agresif
tersebut dapat merusak reputasi didalam masyarakat dikarenakan memiliki kedudukan yang terhormat
didalam masyarakat.
Lubis (2005) mengemukakan bahwa remaja pria merupakan sosok yang bernalar, independen,
perintis, ambisius, bijak, cerdas, dan kuat. Sedangkan remaja wanita merupakan sosok yang emosional,
tidak bernalar, bergantung, pasif, lemah, dan juga penakut.
Jhon Whiting dan Pope (dalam Koeswara, 1988) mengemukakan bahwa pria lebih agresif
dibandingkan wanita adalah realitas yang universal. Terlepas dari gejala peningkatan dan sebab-sebabnya,
agresi yang dilakukan oleh wanita tetap berbeda dengan agresi yang dilakukan pria, yakni taraf agresifitas
serta intensitas dan frekuensi tingkah laku agresif pada wanita lebih rendah dibanding dengan pria.
Oleh karena itu, berdasarkan uraian di atas bahwa perilaku agresif tidak dilakukan oleh ramaja
pria saja akan tetapi dapat dilakukan oleh remaja putri dan juga bahwa kemungkinan terdapat perilaku
agresif pada remaja yang berbeda status sosial ekonomi, peneliti bermaksud untuk meneliti perilaku agresif
pada remaja putri yang berbeda status sosial ekonomi.
2. TINJAUAN PUSTAKA
Secara umum Myers (dalam Sarwono, 2002) membagi agresi sebagai berikut:
a. Agresi rasa benci atau agresi emosi (hostile aggression) adalah perilaku agresi yang ditandai
dengan emosi yang tinggi dan dilakukan semata-mata sebagai pelampiasan keinginan untuk
melukai atau menyakiti.
b. Agresi instrumental adalah perilaku agresi yang dilakukan oleh individu sebagai alat untuk
mencapai tujuan tertentu.
Berkowitz (1995), membedakan agresi menurut sasarannya kedalam dua
jenis, yaitu:
a. Agresi Instrumental, yaitu agresi yang dilakukan oleh individu sebagai alat atau cara untuk
mencapai tujuan tertentu.
b. Agresi Impulsif, yaitu agresi yang dilakukan semata-mata sebagai pelampiasan keinginan untuk
melukai, menyakiti dan juga meninbulkan efek kerusakan, kematian pada korban.
3. METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif melakukan penelitian
pada latar belakang alamiah. Bogdan & Taylor (dalam Moleong, 1990), mendefinisikan metode kualitatif
sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata dari orang-orang dan
perilaku yang dapat diamati.
Pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi dan wawancara mendalam. Subjek dalam
penelitian ini adalah 2 orang remaja putri yang berasal dari status sosial ekonomi atas dan status sosial
ekonomi bawah yang berusia antara 15 sampai 18 tahun dan memiliki perilaku agresif.
4. HASIL PENELITIAN
Bedasarkan hasil analisis wawancara dari dua orang subjek dan dua orang significant other, maka
dalam bab ini dapat digambarkan bentuk-bentuk perilaku agresif dan faktor-faktor yang mempengaruhi
perilaku agresif pada remaja putri yang berbeda status sosial ekonomi orang tuanya.
1. Gambaran bentuk-bentuk perilaku agresif pada subjek remaja putri dengan status sosial ekonomi orang
tua atas dan status sosial ekonomi bawah dalam penelitian ini tampaknya sama. Hal ini dapat
disimpulkan berdasarkan bentuk-bentuk perilaku agresif yang dimunculkan oleh kedua remaja putri
tersebut. Subjek dengan status sosial ekonomi atas memiliki bentuk perilaku agresif yaitu agresi fisik
aktif langsung seperti melukai dengan cara menggigit, memukul dengan cara menampar, atau
menembak orang lain menggunakan pistol plastik yang menyebabkan korban terluka. Agresi fisik
aktif tidak langsung seperti menjebak orang lain dengan cara menyengkat kaki orang yang tidak
disukai subjek dan memberikan perintah kepada orang lain seperti memberikan perintah kepada teman
untuk memukul orang yang tidak disukai oleh subjek. Agresi fisik pasif langsung yaitu berdemonstrasi
dengan aksi duduk di jalanan di kantor Gubernur, Walikota atau DPRD, agresi fisik pasif tidak
langsung yaitu menolak perintah orang untuk melakukan seperti menolak untuk belajar. Agresi verbal
aktif langsung seperti berkata-kata kasar dengan Satpol PP, memaki kakak kelas, dan menghina orang
lain yang tidak disukai oleh subjek. Subjek dengan status sosial ekonomi atas tidak pernah melakukan
agresi verbal aktif tidak langsung seperti menyebarkan gosip. Subjek juga pernah melakukan agresi
verbal pasif langsung seperti sering menolak untuk berbicara ketika memiliki suasana hati yang jelek
dan menolak menjawab pertanyaan ke orang lain. Agresi verbal pasif tidak langsung seperti menolak
berbicara pada orang yang telah menyerang subjek secara tidak fair dan tidak masuk akal. Sedangkan
subjek yang berasal dari status sosial ekonomi bawah memiliki bentuk perilaku agresi fisik aktif
langsung seperti melukai dengan cara melemparkan serokan sampah hingga korban berdarah,
memukul dengan cara menampar. Agresi fisik aktif tidak langsung seperti menjebak orang yang tidak
disukai oleh subjek dengan menguncinya di kamar mandi dan memberikan perintah kepada kakak
kelas untuk menyakiti orang lain. Agresi fisik pasif langsung yaitu berdemonstrasi dengan aksi duduk
di sekolah. Agresi fisik pasif tidak langsung yaitu menolak perintah orang seperti malas belajar. Agresi
verbal aktif langsung seperti berkata-kata kasar dengan menyebutkan nama-nama binatang, memaki
supir angkot yang terkadang tidak mau mengangkut anak sekolah, dan menghina orang yang tidak
disukai subjek. Akan tetapi subjek tidak pernah melakukan agresi verbal aktif tidak langsung yaitu
menyebarkan gosip. Subjek juga pernah melakukan agresi verbal pasif langsung seperti sering
menolak untuk berbicara kepada orang-orang yang tidak disukai dan menolak menjawab pertanyaan
ketika ada adikmkelas yang semena-mena terhadap subjek. Agresi verbal pasif tidak langsung seperti
menolak berbicara pada orang yang telah menyerang secara tidak fair dan pernah menyerang ketika
subjek dikritik mengenai badan subjek.
2. Remaja putri dengan status sosial ekonomi atas dan status sosial ekonomi bawah dalam penelitian ini
memiliki perbedaan faktor-faktor yang mempengaruhi mereka untuk perilaku agresif . Faktor-faktor
yang mempengaruhi remaja putri dengan status sosial ekonomi atas untuk berperilaku agresif adalah
pengaruh kelompok, faktor kepribadian, dan kondisi fisik. Sedangkan remaja putri dengan status sosial
ekonomi bawah yaitu kondisi lingkungan sosial dan fisik, pengaruh kelompok, faktor kepribadian, dan
kondisi fisik.
Akan tetapi, secara umum pada subjek, perilaku agresif dipengaruhi oleh pengaruh kelompok dan
kepribadian dan kondisi fisik.
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, maka peneliti dapat memberikan saran sebagai berikut :
1. Bagi subjek diharapkan agar bisa lebih mengembangkan nilai-nilai dalam diri agar bisa menahan diri
untuk tidak berprilaku agresif dan tidak mudah untuk dipengaruhi kelompok bermainnya.
2. Subjek diharapkan lebih berempati terhadap orang lain sehingga subjek dapat mengurangi sifat
agresifnya.
3. Subjek diharapkan untuk tidak menggunakan kelebihan dan kekurangan kondisi fisik yang dimiliki
sebagai pemicu berperilaku agresif.
4. Bagi keluarga subjek, diharapkan dapat menjadi pembimbing dan pengontrol yang baik untuk perilaku
subjek, serta memberikan pemahaman mengenai kondisi fisik yang dimiliki subjek.
5. Bagi penelitian selanjutnya yang ingin mengembangkan atau melanjutkan penelitian hendaknya
meninjau agresi dari sisi tingkat pendidikan dan pekerjaan. Dalam menerapkan metode penelitian
disarankan agar menggunakan metode kuantitatif, sehingga hasil penelitian dapat digeneralisasikan.
6. DAFTAR PUSTAKA
Adi Wijaksana, 1992.Minat Remaja dalam Pemilihan Bidang Karir pada Status Sosial Ekonomi Keluarga
Tingkat Atas, Menengah dan Bawah. Sekripsi, Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.
Atkinson, Rita L, Atkinson, Richard C., Hilgard, Ernest R., 1993, Pengantar Psikologi I, Edisi kedelapan,
Jakarta:Erlangga.
Berkowitz, L.1994. Agresi I Sebab dan Akibatnya.Jakarta: PT. Pustaka Binaman Pressindo.
Coleman, James William and Cressey, Donald R. 1996. Social Problems : Sixth Edition, NY: Harper
Collins College Publishers.
Hurlock, E.B. 1980. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan, (edisi
kelima). Alih bahasa : Istiwidayanti & Soedjarwo. Jakarta: Erlangga.
Luth, Nursal.Fernandez, H. Daniel. Drs.2000.Sosiologi I: untuk SMU Kelas 2.Jakarta:PT. Galaxy Puspa
Mega.
.
Mukhtars; Ardiyanti, N, & Sulistiyaningsih. 2003. Konsep Diri Remaja: Menuju Pribadi yang Mandiri.
Jakarta: Rahasta Semesta.
Myers, David. G.1983. Social Psychologi, NY: Mc Graw Hill, Inc.
Orgs/Rts (2002,July 18).siswi SMU 82 Lapor ke Polisi karena Dianiaya Senior.Kompas dari
http://www.Kompas.com
Riyanti, Dwi. B.P, Prabowo, Hendro. 1998. Seri Diktat Kuliah Psikologi Umum 2. Jakarta: Gunadarma.
Sarwono.1999. Psikologi Sosial: Individu dan Teori – Teori Psikologi Sosial.Jakarta: Balai Pustaka.
Soerjono Soekanto, 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raya Grafindo Persada.
Voekl, Kristin E., Welte, J. W., Wieczorek, W. F. 1996. Persekolahan dan Delikuensi di Kalangan Remaja
Kulit Putih dan African American, Journal Of Urban Education, 34: 69-88, http : // www.JKD
Pedagagan.com