You are on page 1of 14

Proses perkembangan Kolonialisme dan Imperialisme Barat

Pada dasarnya peradaban Islam dan Barat tidak hadir dengan sendirinya. Kedua peradaban
tersebut muncul melalui produksi makna. Objektifitas, dari karakter dari kaarakter yang
menempel(stereotype), bukan tidak mungkin dapat diungkap, sehingga ada nuansa lain yang bisa
didapat. Maksudnya, amat boleh jadi representasi Barat dan Islam tidaklah seburuk yang sudah
diketahui masyarakat dunia. Kolonialisme dan Radikalisme hanyalah permainan tanda yang
secara tidak kritis dilekatkan pada Barat dan Islam. Padahal sebagai suatu tanda (petanda atau
penanda) radikalisme dan kolonialisme memiliki ruang dan waktunya sendiri, artinya ada
problem sosial-politik yang mengitarinya, sehingga tidak bisa dinilai hitam putih begitu saja.

Pengetahuan tentang Islam ataupun Barat tidak bisa serta merta diyakini sebagai kebenaran.
Islam yang dikonotasikan sebagai terorisme, irasional, tidak menghormati kebebasan
berpendapat, dan diskriminatif terhadap perempuan umpamanya, tidak bisa dibenarkan secara
keseluruhan. Begitupula Barat yang dipersepsikan sebagai kolonialis imperialis. Semua,
merupakan definisi yang dibangun dan dikontrol oleh kelompok tertentu. Sedemikian rupa,
sehingga makna Barat dan Islam begitu kuat melekat menjadi semacam stereotype bagi
keduanya.

Fase “pertengahan” Barat melahirkan “perang Salib” (11-13 M), menurut Hasan Hanafi fase
tersebut dapat dikategorikan sebagai bentuk kolonialisme pertama. Dalam infasinya, Barat
menggunakan agama untuk melegitimasi tindakannya. Sedangkan bentuk kolonialisme modern
terjadi sejak permulaan abad ke-18 hingga awal abad ke-20. Dalam kaitannya dengan hal ini,
Samuel P Hutington mengatakan bahwa perbedaan peradaban bukan hanya suatu kenyataan,
melainkan juga mendasar, yang telah menimbulkan konflik paling keras, berkepanjangan dan
memakan korban yang tidak sedikit. Sepanjang abad ke-18 hingga 19, Barat mengivasi Negara-
negara Islam di Timur-Tengah. Tujuannya adalah sumber daya alam dan membuka pasar baru,
namun di samping itu juga dilatari oleh identitas peradaban yang berbeda. Menurut Hutington
peradaban terdiferensiasi oleh sejarah, bahasa, budaya, tradisi, dan yang lebih penting lagi,
agama. Trend Imperialisme Barat sekarang memanfaatkan agama tertentu untuk dak
mempedulikan kejelekan yang ditimbulkannya. Adapun perkembangan Imperialisme Barat
adalah:
Kolonialisme dan Imperialisme pada dasarnyan adalah penguasaan oleh satu wilayah
terhadap wilayah lainnya yang brtujuan mencari profit yang sebanyak-banyaknya dengan tidak
mempedulikan kejelekan yang ditimbulkannya. Adapun perkembangan Imperialisme Barat
adalah :

1. Pripatisasi (pemilikan pasilitas umum) Aset Negara oleh Individu.


2. Penanaman modal dalam bentuk utang Negara.
3. Imperialisme/ pengasaan terhadap wilayah yang akan dikuasai dengan menggunakan
perangkat militer (perang) contoh Irak yang diserang Amerika.

Merujuk pada penjelasan yang diungkapkan oleh Ted C. Lewellen, 1995, Dependency and
Development: An Introduction to the Third World, harus dibedakan tiga konsep yang saling
tumpang tindih: kolonisasi (colonization), kolonialisme (colonialism), dan imperialisme
(imperialism). Kolonisasi adalah penciptaan komunitas yang permanen di wilayah negara asing
(foreign lands). Sedangkan imperialisme adalah tindakan memperluas dominasi politik suatu
negara terhadap teritori negara lain, baik secara langsung maupun tidak, yang bertujuan untuk
memapankan kekuatan militer, melindungi perdagangan, atau kepentingan-kepentingan lain.

Sejak tahun 1450-an mulai marak fenomena kolonialisme, yang secara harfiah berarti
pencaplokan satu negara (establishment of full state) terhadap wilayah/negara lain. Pemikiran
terpenting pada jaman itu, kesejahteraan ekonomi suatu negara bisa dicapai dengan jalan
menguasai sebanyak mungkin sumberdaya ekonomi yang tersebar di banyak negara, dan itu baru
dapat diperoleh bila negara kaya ekonomi/sumberdaya alam tersebut dijajah. Pada prakteknya,
hal tersebut dilakukan dengan memeras sumberdaya ekonomi negara-negara jajahan. Negara
kolonial kemudian membeli bahan-bahan mentah tersebut dengan harga murah, untuk
selanjutnya diproses menjadi barang jadi di negaranya. Dengan harga yang tinggi, barang-barang
jadi tersebut kemudian dijual kembali ke negara-negara asal di tanah jajahan.

Oleh karenanya, beberapa wilayah kaya sumber daya alam seperti di Asia, Afrika dan
Amerika latin mengalami sejarah kolonialisme yang panjang. Negara-negara kaya saat ini,
seperti Inggris, Belanda, Rusia, Perancis, Belgia, Portugis, dan Spanyol, Jepang menjadi negara
penjajah yang menikmati hasil perampasan sumberdaya ekonomi yang sangat besar. Dari sejarah
itu pulalah, dapat dipelajari bahwa pembelahan strata ekonomi dunia sekarang tidak lepas dari
struktur politik (kolonialisme) yang terjadi di masa lampau. Ada negara kaya dan negara miskin,
negara pusat dan feri-feri, dan yang lainnya.

Sejarah kolonialisme kemudian berubah tatkala fondasi kapitalisme nampak semakin


goyah akibat dimulainya perang dunia ke II. Lewat proyek yang dikenal dengan Marshall Aid
(juga dikenal dengan istilah Marshall Plan), Amerika mulai membangun satu fondasi sistem
ekonomi-politik dunia di bawah kontrolnya. Melalui program ini, AS memulai satu proyek
rehabilitasi dan rekonstruksi ekonomi besar-besaran bagi negara-negara terkena dampak perang.
Di saat bersamaan, AS juga berupaya menjaga stabilitas perekonomian dunia melalui
pembentukan multilateral, seperti IMF (Internasional Monetary Fund), World Bank, dan PBB
(Perserikatan Bangsa-Bangsa). Kondisi ini membuat AS merupakan satu-satunya negara yang
kuat dan mampu mengendalikan laju perkembangan ekonomi dan politik dunia pada saat itu.
Walau demikian, nampak sejak awal bahwa program marshall plan mempunyai wajah ganda.
Pertama, pembangunan dipakai sebagai alat untuk menyebarkan tata ekonomi tunggal dunia
(dengan pelopor Amerika Serikat), di mana model ini mendasarkan diri pada mekanisme pasar
dan liberalisasi perdagangan. Tata ekonomi tersebut diharapkan bisa mengintegrasikan setiap
negara dalam sebuah ikatan perekonomian dan menimbulkan efisiensi alokasi sumberdaya pada
level internasional. Kedua, pembangunan juga memiliki tujuan politis untuk menahan perluasan
ide dan penerapan komunisme yang dianggap membahayakan kepentingan Amerika Serikat.

Sejak program marshal aid diluncurkan, sesungguhnya imperialisme modern mulai


membuat tonggak sejarah awalnya. Dominasi politik dan ekonomi negara-negara industri kaya
terhadap negara miskin dan berkembang terjadi dalam modus yang lebih canggih. Penjarahan
dan eksploitasi sumberdaya ekonomi di negara-negara dunia ketiga dilakukan tanpa melalui
aneksasi dan pendudukan langsung tentara bersenjata. Tetapi tidak berarti mengurangi bobot
penghisapan ekonomi yang terjadi, bahkan jauh lebih dahsyat. Secara sederhana imperialisme
merupakan sistem akumulasi modal yang didasarkan pada ekspor kapital dari negara maju ke
negara berkembang yang diikuti oleh penggunaan sumberdaya politik dan militer untuk
melindungi dan menjaga alat-alat produksi tersebut (Evans, 1979:16). Dua instrumen utama yang
digunakan dalam praktek imperialisme modern saat ini adalah utang luar negeri (ULN) dan
Penanaman Modal Asing (PMA).
Mengenai utang luar negeri, lebih jauh Teresa Hayter, penulis buku Aid as Imperialism
(1971) menyebutkan bahwa persyaratan yang menyertai dalam proses pembuatan utang luar
negeri sangat merugikan negara-negera debitor. Bahkan secara tegas Hayter menyimpulkan
bahwa, ''Utang luar negeri bukanlah transfer sumberdaya yang bebas persyaratan.''

Imperialisme di Negeri Sendiri

Di Indonesia, sejarah masuknya imperialisme modern, dapat kita telusuri lewat


keterlibatan Amerika Serikat dalam melahirkan kesepakatan Konferensi Meja Bundar (KMB)
pada tahun 1949. Dari sejarah itu diketahui bahwa pengakuan kemerdekaan Republik Indonesia
oleh Belanda dan dunia internasional harus dibayar mahal dengan cara menanggung beban utang
luar negeri Belanda sebesar USD 4 miliar. Demikian seterusnya selama masa pemerintahan
Soekarno, utang luar negeri kerap menjadi hambatan untuk mewujudkan kemerdekaan Indonesia
yang hakiki. Sejak saat itulah kronik revolusi nasional dipenuhi dengan praktek intervensi negara
kreditor, khususnya AS dalam pembuatan kebijakan ekonomi dan politik di negeri ini.

Secara lebih meyakinkan, hegemoni politik dan ekonomi asing dimulai ketika masuknya
para teknokrat didikan universitas di Amerika sebagai pemegang kebijakan ekonomi dalam
pemerintahan Orde Baru. Mendapatkan kepercayaan dari rezim tangan besi, kelompok teknokrat,
atau lebih dikenal dengan sebutan Mafia Berkeley (MB) ini mendongkrak pertumbuhan ekonomi
nasional dengan cara mengundang investasi asing dan utang luar negeri. The Berkeley Mafia,
telah diimajinasi masyarakat luas, sebagai kelompok mazab ekonomi yang mengajarkan teori-
teori ekonomi neoklasikal, berdasar atas perorangan (individualisme, self-interestnya Adam
Smit), liberalisme ekonomi (ekonomi berdasar persaingan laissez-faire dan fundamentalisme
pasar) ala ekonomi bebasnya Amerika Serikat; jauh dari ideologi ekonomi nasional pancasila
yang meletakkan “keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia” sebagai dasar politik
perekonomian nasional Indonesia.

Atas keinginan lembaga keuangan internasional dan negara-negara kreditor, berbagai


kebijakan deregulasi dijalankan oleh Mafia Berkeley untuk mempermudah perusahaan-
perusahaan asing masuk ke Indonesia. Termasuk diantaranya menyerahkan kekayaan
sumberdaya alam, seperti pertambangan dan kehutanan ke tangan perusahaan asing, terutama
perusahaan-perusahaan Amerika. Saat ini, dua perusahaan tambang terbesar di AS, Freeport dan
Newmont memiliki konsesi tambang seluas 5,9 juta ha. Sebanyak 79% total produksi emas
Newmont berasal dari pertambangan Newmont di Indonesia. Freeport menguasai 50% cadangan
emas Indonesia. Dari tambangnya di Papua, Freeport menjadi pemasok emas nomor dua untuk
AS. Penanaman modal asing AS dalam 10 tahun terakhir mencapai USD 2,84 Milyar, di sektor-
sektor ekonomi Indonesia, khususnya sektor ekstraktif. Tetapi praktek-praktek buruk
beroperasinya investasi AS di Industri ekstraktif telah berlangsung lebih dari 30 tahun. Mulai
dari pengambilalihan aset, penghancuran lingkungan, pemiskinan hingga pelanggaran HAM
disekitar pertambangan Freeport, Newmont, Exxon Mobil, Unocal – Chevron dan lainnya.

Fakta ini menguatkan keyakinan bahwa jejak imperialisme dapat dengan mudah
ditemukan di negeri ini. Bukan konspirasi atau sesuatu yang mengada-ada. Praktek pembuatan
utang luar negeri dan investasi asing sejak lama telah menjadi instrumen untuk meminggirkan
dan menghegemoni negara berkembang seperti Indonesia.
Pendahuluan

Latar Belakang

Restorasi meiji tahun 1868 menandakan titik awal keterbukaan jepang terhadap dunia luar
dan modernisasi ala Barat dalam hampir segala bidang. Setelah lebih dalam dua abad tertutup
dalam isolasi, jepang mengejar ketinggalannya dari Barat dengan berprinsip pada semangat
Fukoku kyohei.
Selain mengimpor tehnologi dan pemikiran Barat, Jepang juga mengirimkan putra-putra
terbaiknya untuk belajar langsung berasal. Dari merekalah ilmu-ilmu Barat dibawa pulang yang
kemudian diterjemahkan dan dibukukan dalam bahasa Jepang. Yang menonjol dari hasil studi
para duta pelajar Jepang adalah penerapan dan pengadaptasian ssejumlah system kehidupan
Barat. Bidang-bidangnya mencakup teknologi, sistem hukum dan pengadilan (Perancis), sistem
pendidikan (Perancis dan Amerika), sistem militer (Perancis dan Inggris), dan juga sistem politik
(Inggris, Jerman, Perancis).
Serangkaian perubahan pun dilakukan pemerintahan Meiji untuk mewujudkan visi Negara
modern melalui fukoku kyohei, diantaranya adalah memodernisasi sistem politik imperial
Jepang. Modernisasi ini juga dicontoh dari sistem Barat dengan cara membuat undang-undang
dasar yang dikenal dengan Konstitusi Imperial Meiji, yang kemudian menjjadikan Jepang
sebagai Negara Monarki Konstitusional. Landasan Negara ini merupakan langkah awal bagi
kehidupan perpolitikan modern Jepang, dimana Konstitusi Meiji menjadikan jepang sebagai
Negara di Asia yang pertama kali berdasarkan konstitusi serta Negara pertama yang berhasil
menerapkan sistem demokrasi parlemen di luar Eropa.
Walaupun mengalami goncangan pada awal perkembangannya, sistem yang berjalan di
Jepang cukup fleksibeel dalam melakukan pertumbuhan yang revolusioner. Aselanjutnya,
gerakan demokrasi mulai semakin berkembang di Jepang yang dapat dilihat dari pertumbuhan
demokrasi pada zaman Taisho (1912-1926). Akan tetapi, tentunya selama perkembangan
tersebut terjadi berbagai permasalahan dan friksi dari faktor internal serta eksternal. Faktor
internalnya berupa tarik menarik antara berbagai pihak yang ingin berkuasa, sedangkan factor
eksternalnya disebabkan oleh kalahnya Jepang dalam Perang Dunia II.
Jepang terpaksa mengganti Kontitusi Meiji dengan Kontitusi Nasional 1947 butan Amerika
Serikat karena menjadi pihak yang kalah perang. Sejak saat itu, terjadi perubahan yang cukup
signifikan dalam perpolitikan Jepang. Posisi serta kekuasaan Kaisar, lembaga legislative dan
lembaga eksekutif bergeser, dan bermunculan berbagai partai politik.
Oleh karena itu, dalam esai ini penulis hendak membahas secara singkat bagaimana
perkembangan politik dan demokrasi di Jepang dilihat dari sisi historis, terutama perpolitikan
yang berdasarkan Kontitusi Imperial Meiji dan Kontitusi Nasional 1947 yang berfokus pada
peran dan posisi Kaisar, lembaga legislatif dan eksekutif. Selain itu, juga dibahas mengenai
karekteristik budaya Jepang dalam perpolitikan.

Demokrasi masa Imperial Jepang Pasca Perang Dunia II

Demokrasi ala Barat pertama kali diterapkan di zaman imperial Jepang saat diajukannya
petisi tahun 1847 oleh delapan orang pejabat pemerintahan Meiji yang menolak kebijakan
peyerangan Korea. Petisi ini berisi tuntutan kepada pemerintah untuk mendirikan sebuah dewan
perwakilan. Konsep ini berdasarkan rancangan Fukuzawa Uruo yang mengadakan perjalanan ke
Eropa dan mendalami Kontitusi pemerintahan Barat.
Ekspansi agresif yang dilakukan oleh pemerintahan militer ke Negara lain di Asia pada
akhirnya harus berhenti karena kalah dalam perang Dunia II. Jepang dipaksa menyerah dengan
pengeboman Hiroshima dan Nagasaki pada tahun 1945. Hal ini berakibat pada lepasnya daerah
kekuasaan ekspansi Jepang di Asia, dan Jepang terpaksa tunduk pada Amerika Serikat yang
merupakan pihak pemenang perang.
Salah satu cara penjegalan Jepang agar tidak melakukan ekspansi militer lagi adalah dengan
menghapus sumber semangat ultranasionalisme Jepang, yaitu Konstitusi Meiji yang sangat
menjunjung kaisar, Kemudian digantikan dengan Konstitusi Nasional 1947.
Konstitusi baru ini dibuat pada tanggal 3 November 1946 dan mulai berlaku pada 3 mei
1947. Konstitusi ini menyatakan bahwa kedaulatan ada pada tangan rakyat dan Kaisar hanya
sebagai simbol Negara. Walaupun melalui proses yang cukup menyakitkan bagi jepang,
Konstitusi 1947 ini yang menjadikan sistem politik Jepang lebih demokratis.
Imperial diet yang berfungsi sebagai badan penasihat Kaisar di bawah Konstitusi Imperial,
digantikan dengan National Diet yang berfungsi sebagai organ kekuasaan Negara tertinggi dan
badan pembuat undang-undang. Di bawah Konstitusi ini, untuk pertama kalinya wanita
diprbolehkan ikut serta dalam Pemilu dan House of Peers dihapuskan dan digantikan dengan
pemilihan langsung house of Councilors. Kekuasaan Kaisar sejak saat itu dibatasi hanya sebatas
peran seremonial dan diet diumumkan sebagai organ tertinggi darin kekuasaan Negara.
Konstitusi Jepang 1947 tidak menyebutkan secara spesifik jumlah anggota dari tiap majelis
di Diet, sistem voting,ataupun kualifikasi dari pemberi suara atau pemilihan parlemen, sehingga
hal ini kemudian diatur oleh hukum. Bagaimanapun, peraturan ini tetap menjamin hak pemilih
secara universal dan menjamin kerahasiaan bilik suara. Dalam Konstitusi 1947 mencakup
peraturan bahwa dalam pemilihan umum, pemilih/pemberi suara harus tidak diskriminatif baik
dalam konteks ras, jenis kelamin, keyakinan, status sosial, asal keluarga, pendidikan, dan
besarnya pendapatan.

Kesimpulan
Perkembangan politik dan demokrasi di Jepang sejak zaman Konstitusi Meiji hingga
Konstitusi Nasional 1947 yang masih berlaku hingga saat ini, dari sisi sejarah memberikan
pelajaran bahwa Jepang mengalami perjalanan yang sangat panjang, dengan pengalaman
demokrasi selama lebih dari 100 tahun. Tentu saja perjalanan itu tidak mulus, karena Jepang
sempat mengalami masa-masa dimana mereka berada di bawah kepemimpinan kaisar, militer
dan juga PM sipil.
Partai politik pada era Meiji dapat disebut sebagai demokrasi yang belum penuh, karena
parlemen imperial Jepang memilikin kekuasaan terbatas dan kekuasaan berada di pihak
Kekaisaran. Namun seiring dengan proses sejarah, politik Jepang masa kini telah
bertransformasi menjadi sebuah Negara dengan politik dan bentuk demokrasi monarki yang
lebih matang, dengan sistem perwakilan prrlemen dimana perdana Menteri menjadi Kepala
pemerintahan dan memiliki sistem multi partai. Demikian legislatif Jepang masa kini telah
menunjukkan kekuatan yang sebenarnya dengan landasan hukum yang kuat,Konstitusi Nasional
1947.
Walaupun sistem politik Jepang sudah lebih matang,namun sepertinya demokrasi yang sejati
masih menjadi sebuah perjalanan yang panjang bagi kehidupan perpolitikan dan demokrasi
Jepang. Dan darin pengalaman jepang tersebut, kita dapat mengambil pelajaran bagi demokrasi
dan kehidupan politik Indonesia yang lebih baik.
VOC, KORPORATOKRASI GLOBAL, DAN NEO- KOLONIALISME
Pada awal abad 17 Masehi, perjalanan mencari daerah jajahan telah dimulai oleh sebuah
korporasi besar asal negeri Belanda. Korporasi pertama bernama VOC (Vereenidge Oost-
Indische Compaignie) melakukan penjelajahan mencari ladang bisnis baru bagi mereka. Pada
tahun 1669 VOC telah menjelma menjadi korporasi raksasa dengan kekuatan militer terbesar
yang memiliki 150 kapal dagang, 40 kapal perang, 50.000 karyawan, dan angkatan darat swasta
sebesar 10.000 prajurit. Tepat berada di Nusantara, VOC ibarat menemukan surga dunia. Betapa
tidak, Indonesia yangb pada saat itu kaya rempah-rempah menjadi ‘primadona’ bagi Negara-
negara penjajah. Dengan dukungan militer serta kewenangan besar yang diberikan oleh
pemerintah Belanda saat itu menjadikan VOC sebagai satu-satunya korporasi Eropa yang
memiliki ‘mandat’ dari Negara untuk melakukan ekspansi dalam rangka memprluas daerah
jajahan.
Itulah awal mula petaka bagi penduduk pribumi Nusantara saat itu, VOC dengan
arogansinya bukan hanya mengekploitasi sumber daya alam,tapi juga mengekploitasi sumber
daya manusia. Menjadikan rakyat jajahan sebagai tenaga kerja murah. Walhasil, karena
diperlakukan dengan tidak manusiawi para penduduk pribumi pun melakukan perlawanan.
Sehingga berlanjut dengan peperangan dua bangsa. Yang satu bertujuan ingin merampas dan
merampok kekayaan alam, sedangkan sebagian yang lain berusaha mempertahankan apa yang
menjadi hak milik mereka. Maka, kurun waktu 3,5 abad Nusantara diwarnai dengan peperangan
fisik dari berbagai etnis dan suku untuk melawan satu musuh bersama yaitu VOC-Belanda.

VOC yang didirikan pada tahun 1602 denga kekuatan militernya telah berhasil menguasai
Selat Malaka yang merupakan jalur perdagangan stategis saat itu. Sehingga menyebabkan
perdagangan rakyat pribumi terhambat. Inilah awal mula kolonialisme masuk ke Indonesia, yaitu
dengan melakukan liberalisasi misalnya dengan adanya sistem kerja upahan yang diperkenalkan
oleh VOC serta kepemilikan tanah secara privat. Aset vital publik milik masyarakat pribumi pun
diambil alih dengan paksa menjadi milik privat dan tentu dengan bantuandan kerjasama dari
golongan masyarakat kelas atas yang menjadi agen mereka. Setelah masa VOC ini berakhir
ternyata praktik-praktik kolonialisme yang dicontohkan mereka terus menjelma dalam semangat
penjajahan Negara-negara pemenang Perang Dunia II yang kemudian mendirikan IMF dan
World Bank yang sejatinya merupakan peralihan bentuk kolonialisme menjadi neo-kolonialisme
dengan melakukan penjajahan structural. Ternyata sejarah kembali berulang.
Simpulan

Awal mulanya Neo-Kolonialisme muncul dengan adanya kekuatan koalisi antara Negara
adidaya AS, Lembaga Keuangan Internasional (IMF & World Bank) dan Korporasi Internasional
atau apa yang disebut oleh John Perkins dalam bukunya Confession of an Economic Hitman
(2004) sebagai Korporatokrasi.

Selama 63 tahun Negara ini merdeka ternyata masih belum lepas dari penjajahan. Dan
bahkan untuk disebut sebagai sebuah Negara yang merdeka, berdaulat, dan mandiri pun masih
belum layak. Kolonialisme yang pada zaman pra kemerdekaan hanya merampas tanah dan bahan
baku industry, tapi kini kolonialisme telah merampas seluruh kehidupan. Sudah sepatutnya
sekarang kita melepaskan Negara ini dari genggaman Kapitalisme Global. Serta membersihkan
pemerintahan dari para komprador-komprador asing yang menjadi abddi Washington.tidak
cukup hanya menghadirkan pemimpin yang jujur dan amanah, akan tetapi juga mengganti sistem
dan ketatanegaraan yang sekuleristik-kapitalistik dengan sistem alternative lain. Slogan ganti
rezim-ganti sistem sangat tepat untuk kita suarakan.

Sistem bangsa kita memang layak untuk mengganti tatanan dan sistem yang ada sekarang.
Dengan sistem ini kita memerdekakan diri dari seluruh pemikiran, sistem dan aturan kehidupan
yang bukan berasal dari Negara lain. Secara historis telah membuktikan kemampuannya dalam
mengatur kehidupan manusia. Sistem ini juga tidak akan membiarkan dan melarang kaum diluar
bangsa ini menjadikan orang-orang Barat sebagai pemimpin dan pemelihara urusan mereka,
apalagi merelakan hak-hak mereka dirampas. Sistem ini tidak akan menyerahkan juga melarang
aset publik dimiliki individu, sehingga sector publik (air, tambang, dan lainnya), industry dan
perusahaan milik Negara yang menguasi hajat hidup orang banyak akan tetap terjaga dengan
dikelola oleh pemerintah secara amanah sehingga hasilnya pun dapat dinikmati rakyat.
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmatnya
penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Ekspansi Neo-Kolonialisme” tepat pada
waktunya. Terima kasih juga saya ucapkan kepada dosen pengajar yang telah membimbing serta
mendidik penulis dalam menyelesaikan makalah ini.

Pada kesempatan ini pula penulis diucapkan mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-
kata penulisan makalah ini. Penulis menyadari bahwa laporan ini masih kurang sempurna, karena
adanya keterbatasan waktu, bahan, tenaga dan biaya. Untuk itu, kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat diharapkan untuk penyempurnaan makalah ini.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Bukit Jimbaran, oktober 2009

Penulis
REVOLUSI INDUSTRI

Revolusi adalah perubahan sosial dan kebudayaan yang berlangsung secara cepat dan
menyangkut dasar atau pokok-pokok kehidupan masyarakat. Di dalam revolusi, perubahan yang
terjadi dapat direncanakan atau tanpa direncanakan terlebih dahulu dan dapat dijalankan tanpa
kekerasan atau melalui kekerasan. Ukuran kecepatan suatu perubahan sebenarnya relatif karena
revolusi pun dapat memakan waktu lama. Misalnya revolusi industri di Inggris yang memakan
waktu puluhan tahun, namun dianggap 'cepat' karena mampu mengubah sendi-sendi pokok
kehidupan masyarakat —seperti sistem kekeluargaan dan hubungan antara buruh dan majikan—
yang telah berlangsung selama ratusan tahun. Revolusi menghendaki suatu upaya untuk
merobohkan, menjebol, dan membangun dari sistem lama kepada suatu sistem yang sama sekali
baru. Revolusi senantiasa berkaitan dengan dialektika, logika, romantika, menjebol dan
membangun.

Dialektika revolusi mengatakan bahwa revolusi merupakan suatu usaha menuju perubahan
menuju kemaslahatan rakyat yang ditunjang oleh beragam faktor, tak hanya figur pemimpin,
namun juga segenap elemen perjuangan beserta sarananya. Logika revolusi merupakan
bagaimana revolusi dapat dilaksanakan berdasarkan suatu perhitungan mapan, bahwa revolusi
tidak bisa dipercepat atau diperlambat, ia akan datang pada waktunya. Kader-kader revolusi
harus dibangun sedemikian rupa dengan kesadaran kelas dan kondisi nyata di sekelilingnya.
Romantika revolusi merupakan nilai-nilai dari revolusi, beserta kenangan dan kebesarannya, di
mana ia dibangun. Romantika ini menyangkut pemahaman historis dan bagaimana ia
disandingkan dengan pencapaian terbesar revolusi, yaitu kemaslahatan rakyat. Telah banyak tugu
peringatan dan museum yang melukiskan keperkasaan dan kemasyuran ravolusi di banyak
negara yang telah menjalankan revolusi seperti yang terdapat di Vietnam, Rusia, China,
Indonesia, dan banyak negara lainnya. Menjebol dan membangun merupakan bagian integral
yang menjadi bukti fisik revolusi. Tatanan lama yang busuk dan menyesatkan serta
menyengsarakan rakyat, diubah menjadi tatanan yang besar peranannya untuk rakyat, seperti di
Bolivia, setelah Hugo Chavez menjadi presiden ia segera merombak tatanan agraria, di mana
tanah untuk rakyat sungguh diutamakan yang menyingkirkan dominasi para tuan tanah di banyak
daerah di negeri itu.

Dalam pengertian umum, revolusi mencakup jenis perubahan apapun yang memenuhi syarat-
syarat tersebut. Misalnya Revolusi Industri yang mengubah wajah dunia menjadi modern. Dalam
definisi yang lebih sempit, revolusi umumnya dipahami sebagai perubahan politik.

Sejarah modern mencatat dan mengambil rujukan revolusi mula-mula pada Revolusi Perancis,
kemudian Revolusi Amerika. Namun, Revolusi Amerika lebih merupakan sebuah
pemberontakan untuk mendapatkan kemerdekaan nasional, ketimbang sebuah revolusi
masyarakat yang bersifat domestik seperti pada Revolusi Perancis. Begitu juga dengan revolusi
pada kasus perang kemerdekaan Vietnam dan Indonesia. Maka konsep revolusi kemudian sering
dipilah menjadi dua: revolusi sosial dan revolusi nasional.

Pada abad 20, terjadi sebuah perubahan bersifat revolusi sosial yang kemudian dikenal dengan
Revolusi Rusia. Banyak pihak yang membedakan karakter Revolusi Rusia ini dengan Revolusi
Perancis, karena karakter kerakyatannya. Sementara Revolusi Perancis kerap disebut sebagai
revolusi borjuis, sedangkan Revolusi Rusia disebut Revolusi Bolshevik, Proletar, atau Komunis.
Model Revolusi Bolshevik kemudian ditiru dalam Perang Saudara Tiongkok pada 1949

Karakter kekerasan pada ciri revolusi dipahami sebagai sebagai akibat dari situasi ketika
perubahan tata nilai dan norma yang mendadak telah menimbulkan kekosongan nilai dan norma
yang dianut masyarakat. Revolusi Industri adalah perubahan teknologi, sosioekonomi, dan
budaya pada akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19 yang terjadi dengan penggantian ekonomi
yang berdasarkan pekerja menjadi yang didominasi oleh industri dan diproduksi mesin. Revolusi
ini dimulai di Inggris dengan perkenalan mesin uap (dengan menggunakan batu bara sebagai
bahan bakar) dan ditenagai oleh mesin (terutama dalam produksi tekstil). Perkembangan
peralatan mesin logam-keseluruhan pada dua dekade pertama dari abad ke-19 membuat produk
mesin produksi untuk digunakan di industri lainnya.

Awal mulai Revolusi Industri tidak jelas tetapi T.S. Ashton menulisnya kira-kira 1760-1830.
Tidak ada titik pemisah dengan Revolusi Industri II pada sekitar tahun 1850, ketika kemajuan
teknologi dan ekonomi mendapatkan momentum dengan perkembangan kapal tenaga-uap, rel,
dan kemudian di akhir abad tersebut perkembangan mesin bakar dalam dan perkembangan
pembangkit tenaga listrik.

Efek budayanya menyebar ke seluruh Eropa Barat dan Amerika Utara, kemudian mempengaruhi
seluruh dunia. Efek dari perubahan ini di masyarakat sangat besar dan seringkali dibandingkan
dengan revolusi kebudayaan pada masa Neolitikum ketika pertanian mulai dilakukan dan
membentuk peradaban, menggantikan kehidupan nomadik.

Istilah "Revolusi Industri" diperkenalkan oleh Friedrich Engels dan Louis-Auguste Blanqui di
pertengahan abad ke-19.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………..

DAFTAR ISI…………………………………………………………………

PENDAHULUAN……………………………………………………………

1. LATAR BELAKANG………………………………………………..
2. PROSES PERKEMBANGAN KOLONIALISME DAN IMPERIALSME
BARAT……………………………………………………………….
3.

You might also like