You are on page 1of 16

BAB III

EMULSI

A. Pengertian Emulsi
Menurut FI Edisi IV, emulsi adalah sistem dua fase yang
salah satu cairannya terdispersi dalam cairan yang lain, dalam
bentuk tetesan kecil. Stabilitas emulsi dapat dipertahankan dengan
penambahan zat yang ketiga yang disebut dengan emulgator
(emulsifying agent)
Emulsi berasal dari kata emulgeo yang artinya menyerupai
milk, warna emulsi adalah putih. Pada abad XVII hanya dikenal
emulsi dari biji-bijian yang mengandung lemak, protein dan air.
Emulsi semacam ini disebut emulsi vera atau emulsi alam, sebagai
emulgator dipakai protein yang terdapat dalam biji tersebut.
Pada pertengahan abad ke XVIII, ahli farmasi Perancis
memperkenalkan pembuatan emulsi dari oleum olivarum, oleum
anisi dan eugenol oil dengan menggunakan penambahan gom arab,
tragacanth, kuning telur. Emulsi yang terbentuk karena
penambahan emulgator dari luar disebut emulsi spuria atau emulsi
buatan.

B. Komponen Emulsi
Komponen dari emulsi dapat digolongkan menjadi 2 macam yaitu :
1. Komponen dasar
Adalah bahan pembentuk emulsi yang harus terdapat didalam
emulsi. Terdiri atas :
 Fase dispers / fase internal / fase diskontinue
Yaitu zat cair yang terbagi- bagi menjadi butiran kecil ke
dalam zat cair lain.

 Fase kontinue / fase external / fase luar


Yaitu zat cair dalam emulsi yang berfungsi sebagai bahan
dasar (pendukung) dari emulsi tersebut.

38
 Emulgator.
Adalah bagian dari emulsi yang berfungsi untuk
menstabilkan emulsi.

2. Komponen tambahan
Bahan tambahan yang sering ditambahkan pada emulsi
untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Misalnya corrigen
saporis, odoris, colouris, preservative (pengawet), anti oksidan.
Preservative yang digunakan antara lain metil dan propil
paraben, asam benzoat, asam sorbat, fenol, kresol dan klorbutanol,
benzalkonium klorida, fenil merkuri asetas dan lain – lain.
Antioksidan yang digunakan antara lain asam askorbat,
L.tocopherol, asam sitrat, propil gallat , asam gallat.

C. Tipe Emulsi
Berdasarkan macam zat cair yang berfungsi sebagai fase
internal ataupun external, maka emulsi digolongkan menjadi dua
macam yaitu :
1. Emulsi tipe O/W ( oil in water) atau M/A ( minyak dalam air).
Adalah emulsi yang terdiri dari butiran minyak yang tersebar
kedalam air. Minyak sebagai fase internal dan air sebagai fase
external.

2. Emulsi tipe W/O ( water in oil ) atau A/M ( air dalam minyak)
Adalah emulsi yang terdiri dari butiran air yang tersebar
kedalam minyak. Air sebagai fase internal dan minyak sebagai
fase external.

D. Tujuan pemakaian emulsi


Emulsi dibuat untuk diperoleh suatu preparat yang stabil dan
rata dari campuran dua cairan yang saling tidak bisa bercampur.

Tujuan pemakaian emulsi adalah :


1. Dipergunakan sebagai obat dalam / per oral. Umumnya emulsi
tipe o/w

39
2. Dipergunakan sebagai obat
luar.
Bisa tipe o/w maupun w/o tergantung banyak faktor misalnya
sifat zatnya atau jenis efek terapi yang dikehendaki.

E. Teori Terjadinya Emulsi


Untuk mengetahui proses terbentuknya emulsi dikenal 4
macam teori , yang melihat proses terjadinya emulsi dari sudut
pandang yang berbeda-beda. Teori tersebut ialah :

1. Teori Tegangan Permukaan (Surface Tension)


Molekul memiliki daya tarik menarik antara molekul yang
sejenis yang disebut daya kohesi. Selain itu molekul juga memiliki
daya tarik menarik antara molekul yang tidak sejenis yang disebut
daya adhesi.
Daya kohesi suatu zat selalu sama, sehingga pada permukaan
suatu zat cair akan terjadi perbedaan tegangan karena tidak adanya
keseim -bangan daya kohesi. Tegangan yang terjadi pada
permukaan tersebut dinamakan tegangan permukaan (surface
tension).
Dengan cara yang sama dapat dijelaskan terjadinya
perbedaan tegangan bidang batas dua cairan yang tidak dapat
bercampur (immicible liquid). Tegangan yang terjadi antara dua
cairan tersebut dinamakan tegangan bidang batas (interfacial
tension).
Semakin tinggi perbedaan tegangan yang terjadi pada bidang
mengakibatkan antara kedua zat cair itu semakin susah untuk
bercampur. Tegangan yang terjadi pada air akan bertambah dengan
penambahan garam-garam anorganik atau senyawa elektrolit, tetapi
akan berkurang dengan penambahan senyawa organik tertentu
antara lain sabun (sapo).
Dalam teori ini dikatakan bahwa penambahan emulgator akan
menurunkan menghilangkan tegangan yang terjadi pada bidang
batas sehingga antara kedua zat cair tersebut akan mudah
bercampur.

40
2. Teori Orientasi Bentuk Baji (Oriented Wedge)
Setiap molekul emulgator dibagi menjadi dua kelompok
yakni :
• Kelompok hidrofilik, yaitu bagian dari emulgator yang suka
pada air.
• Kelompok lipofilik , yaitu bagian yang suka pada minyak.

Masing-masing kelompok akan bergabung dengan zat cair


yang disenanginya, kelompok hidrofil kedalam air dan kelompok
lipofil kedalam minyak. Dengan demikian emulgator seolah-olah
menjadi tali pengikat antara air dan minyak. Antara kedua
kelompok tersebut akan membuat suatu keseimbangan.
Setiap jenis emulgator memiliki harga keseimbangan yang
besarnya tidak sama.Harga keseimbangan itu dikenal dengan istilah
H.L.B. (Hydrophyl Lipophyl Balance) yaitu angka yang
menunjukkan perbandingan antara kelompok lipofil dengan
kelompok hidrofil .
Semakin besar harga HLB berarti semakin banyak
kelompok yang suka pada air, itu artinya emulgator tersebut lebih
mudah larut dalam air dan demikian sebaliknya.
Dalam tabel dibawah ini dapat dilihat keguaan suatu
emulgator ditinjau dari harga HLB-nya.

HARGA HLB KEGUNAAN


1 - 3 Anti foaming agent
4 – 6 Emulgator tipe w/o
7 – 9 Bahan pembasah ( wetting agent)
8 – 18 Emulgator tipe o/w
13 - 15 Detergent
10 – 18 Kelarutan (solubilizing agent)

Untuk menentukan komposisi campuran emulgator sesuai


dengan nilai HLB yang dikehendaki , dapat dilakukan dengan
contoh perhitungan seperti tersebut dibawah ini.

41
Contoh :
Pada pembuatan 100 ml emulsi tipe o/w diperlukan emulgator
dengan harga HLB 12. Sebagai emulgator dipakai campuran Span
20 (HLB 8,6) dan tween 20 (HLB 16,7) sebanyak 5 gram.
Berapa gram masing-masing berat Span 20 dan Tween 20 ?

Jawab :
Rumus I

( x − HLBb )
A%b = x 100 %
HLBa − HLBb

B % a = ( 100% - A%)

Keterangan :
x = Harga HLB yang diminta ( HLB Butuh)
A = Harga HLB tinggi
B = Harga HLB rendah

(12 −8,6)
% Tween = X 100% = 42%
(16 ,7 −8,6

42
X 5 gram = 2,1 gram
100
% Span = 100 % - 42 % = 58 %
58
X 5 gram = 2,9 gram
100

42
Rumus II.

(B1 x HLB1) + (B2 x HLB2) = (B campuran x HLB campuran)

B = Berat emulgator

Misalnya berat tween = X


Berat span = 5–X
(X x 16,7) + (5-X) x 8,6 = 5 x 12
16,7 X + 43 – 8,6 X = 60
8,1X = 60 – 43
17
X = 8,1 = 2,1 gram ( tween)

Berat span = 5 – 2,1 = 2,9 gram

Cara menghitung nilai HLB dari campuran surfaktan


Contoh :
R/ Tween 80 70% HLB = 15
Span 80 30% HLB = 4,5
Perhitungan :

Cara I
70
Tween 80 = x 15 = 10,5
100
30
Span 80 = x 4,5 = 01,35
100
HLB Campuran 11,85

43
Cara II. (Cara Aligatie)

Twee 15 (X – 4,5) (X – 4,5) : (15 – X) = 70 : 30 = 7 : 3


n 80 (X – 4,5) 3 = 7 (15 – X)
3X – 13,5 = 105 – 7X
10X = 118,5
X = 11,85
X
Jadi HLB Campuran = 11,85

Span 4, (15 – X)
80 5
Nilai HLB beberapa surfaktan

Zat HLB Zat HLB


Tween 20 16,7 Span 20 8,6
Tween 40 15,6 Span 60 4,7
Tween 80 15,0 Span 80 4,3
Tween 60 14,9 Arlacel 83 3,7
Tween 85 11,0 Gom 8,0
Tween 65 10,5 Trietanolamin 12,0

Nilai HLB Butuh beberapa zat yang sering dipakai.

Nama Zat HLB butuh HLB butuh


(type a/m) (type m/a)
Asam stearat 6 15
Setil alcohol 15
Paraffin 5 12
Vaselin 5 12
Cera alba 4 12

44
Teori Interparsial Film
Teori ini mengatakan bahwa emulgator akan diserap pada
batas antara air dan minyak, sehingga terbentuk lapisan film yang
akan membungkus partikel fase disper.
Dengan terbungkusnya partikel tersebut maka usaha antara
partikel yang sejenis untuk bergabung menjadi terhalang. Dengan
kata lain fase disper menjadi stabil.
Untuk memberikan stabilitas maksimum pada emulsi, syarat
emulgator yang dipakai adalah :
 dapat membentuk lapisan film yang kuat tapi lunak
 jumlahnya cukup untuk menutup semua permukaan partikel
fase- dispers
 dapat membentuk lapisan film dengan cepat dan dapat
menutup semua permukaan partikel dengan segera.

4. Teori electric double layer ( lapisan listrik rangkap)


Jika minyak terdispersi ke dalam air, satu lapis air yang
langsung berhubungan dengan permukaan minyak akan bermuatan
sejenis, sedangkan lapisan berikutnya akan mempunyai muatan
yang berlawanan dengan lapisan didepannya. Dengan demikian
seolah-olah tiap partikel minyak dilindungi oleh 2 benteng lapisan
listrik yang saling berlawanan. Benteng tersebut akan menolak
setiap usaha dari partikel minyak yang akan mengadakan
penggabungan menjadi satu molekul yang besar, karena susunan
listrik yang menyelubungi setiap partikel minyak mempunyai
susunan yang sama. Dengan demikian antara sesama partikel akan
tolak-menolak , dan stabilitas emulsi akan bertambah.
Terjadinya muatan listrik disebabkan oleh salah satu dari ke
tiga cara dibawah ini,
 terjadinya ionisasi dari molekul pada permukaan partikel
 terjadinya absorbsi ion oleh partikel dari cairan disekitarnya.
 terjadinya gesekan partikel dengan cairan disekitarnya.

45
F. Bahan Pengemulsi (Emulgator)

• Emulgator alam
Yaitu emulgator yang diperoleh dari alam tanpa proses yang
rumit. Dapat digolongkan menjadi tiga golongan yaitu :

1. Emulgator alam dari tumbuh-tumbuhan.


Pada umumnya termasuk karbohydrat dan merupakan
emulgator tipe o/w, sangat peka terhadap elektrolit dan alkohol
kadar tinggi, juga dapat dirusak bakteri. Oleh sebab itu pada
pembuatan emulsi dengan emulgator ini harus selalu ditambah
bahan pengawet.

a. Gom Arab
Sangat baik untuk emulgator tipe o/w dan untuk obat
minum. Emulsi yang terbentuk sangat stabil dan tidak
terlalu kental. Kestabilan emulsi yang dibuat dengan gom
arab berdasarkan 2 faktor yaitu
• kerja gom sebagai koloid pelindung (teori plastis film)
• terbentuknya cairan yang cukup kental sehingga laju
pengendapan cukup kecil sedangkan masa mudah
dituang (tiksotropi)
Bila tidak dikatakan lain maka emulsi dengan gom arab
menggunakan gom arab sebanyak ½ dari jumlah
minyaknya.
Untuk membuat corpus emulsi diperlukan air 1,5 X berat
gom, diaduk keras dan cepat sampai putih , lalu diencerkan
dengan air sisanya. Selain itu dapat disebutkan :

• Lemak-lemak padat : PGA sama banyak dengan lemak


padat
Cara pembuatan .
Lemak padat dilebur lalu ditambahkan gom, buat corpus
emulsi dengan air panas 1,5 X berat gom . Dinginkan

46
dan encerkan emulsi dengan air dingin. Contoh : cera,
oleum cacao, parafin solid
• Minyak atsiri : PGA sama banyak dengan minyak atsiri

• Minyak lemak : PGA ½ kali berat minyak, kecuali


oleum ricini karena memiliki gugus OH yang bersifat
hidrofil sehingga untuk membuat emulsi cukup
dibutuhkan 1/3 nya saja. Contoh : Oeum amygdalarum

• Minyak Lemak + minyak atsiri + zat padat larut dalam


minyak lemak
Kedua minyak dicampur dulu, zat padat dilarutkan
dalam minyaknya, tambahkan gom ( ½ x myk lemak +
aa x myk atsiri + aa x zat padat )

• Bahan obat cair BJ tinggi, contohnya chloroform,


bromoform :
Ditambah minyak lemak 10 x beratnya, maka BJ
campuran mendekati satu. Gom sebanyak ¾ kali bahan
obat cair.

• Balsam-balsam
Gom sama banyak dengan balsam.

• Oleum Iecoris Aseli


Menurut Fornas dipakai gom 30 % dari berat minyak.

b. Tragacanth
Dispersi tragacanth dalam air sangat kental sehingga untuk
memperoleh emulsi dengan viskositas yang baik hanya
diperlukan trgacanth sebanyak 1/10 kali gom arab.
Emulgator ini hanya bekerja optimum pada pH 4,5 – 6.

47
Tragacanth dibuat corpus emulsi dengan menambahkan
sekaligus air 20 x berat tragacanth. Tragacanth hanya
berfungsi sebagai pengental tidak dapat membentuk koloid
pelindung.

c. Agar-agar
Emulgator ini kurang efektif apabila dipakai sendirian. Pada
umumnya zat ini ditambahkan untuk menambah viskositas
dari emulsi dengan gom arab.
Sebelum dipakai agar-agar tersebut dilarutkan dengan air
mendidih Kemudian didinginkan pelan-pelan sampai suhu
tidak kurang dari 45oC (bila suhunya kurang dari 45oC
larutan agar-agar akan berbentuk gel). Biasanya
digunakan 1-2 %

d. Chondrus
Sangat baik dipakai untuk emulsi minyak ikan karena dapat
menutup rasa dari minyak tersebut. Cara mempersiapkan
dilakukan seperti pada agar.

e. Emulgator lain
Pektin, metil selulosa, karboksimetil selulosa 1-2 %.

2. Emulgator alam dari hewan

a. Kuning telur
Kuning telur mengandung lecitin (golongan protein / asam
amino) dan kolesterol yang kesemuanya dapat berfungsi
sebagai emulgator. Lecitin merupakan emulgator tipe o/w.
Tetapi kemampuan lecitin lebih besar dari kolesterol
sehingga secara total kuning telur merupakan emulgator tipe
o/w. Zat ini mampu mengemulsikan minyak lemak empat
kali beratnya dan minyak menguap dua kali beratnya.

b. Adeps Lanae

48
Zat ini banyak mengandung kholesterol , merupakan
emulgator tipe w/o dan banyak dipergunakan untuk
pemakaian luar. Penambahan emulgator ini akan menambah
kemampuan minyak untuk menyerap air. Dalam keadaan
kering dapat menyerap air 2 X beratnya.

Contoh resep emulsi dengan adeps lanae :


R/ Adeps lanae 100
Ol. Olivarum 400 ml
Zinc. Oxyd 100
Talc. 100
Sol. Pb. Acet. 28 ml
Aq. Calcis ad 1000 ml

3. Emulgator alam dari tanah mineral.

a. Magnesium Aluminium Silikat/ Veegum


Merupakan senyawa anorganik yang terdiri dari garam -
garam magnesium dan aluminium. Dengan emulgator ini,
emulsi yang terbentuk adalah emulsi tipe o/w. Sedangkan
pemakaian yang lazim adalah sebanyak 1 %. Emulsi ini
khusus untuk pemakaian luar.

b. Bentonit
Tanah liat yang terdiri dari senyawa aluminium silikat yang
dapat mengabsorbsikan sejumlah besar air sehingga
membentuk massa sepert gel. Untuk tujuan sebagai
emulgator dipakai sebanyak 5 %.

• Emulgator buatan

1. Sabun.
Sangat banyak dipakai untuk tujuan luar, sangat peka terhadap
elektrolit. Dapat dipergunakan sebagai emulgator tipe o/w

49
maupun w/o, tergantung dari valensinya. Bila sabun tersebut
bervalensi 1, misalnya sabun kalium, merupakan emulgator
tipe o/w, sedangkan sabun dengan valensi 2 , missal sabun
kalsium, merupakan emulgator tipe w/o.

2. Tween 20 : 40 : 60 : 80

3. Span 20 : 40 : 80

Emulgator dapat dikelompokkan menjadi :


• Anionik : sabun alkali, natrium lauryl sulfat
• Kationik : senyawa ammmonium kuartener
• Non Ionik : tween dan span.
• Amfoter : protein, lesitin.

G. Cara Pembuatan Emulsi


Dikenal 3 metode dalam pembuatan emulsi , secara singkat
dapat dijelaskan :

1. Metode gom kering atau metode kontinental.


Dalam metode ini zat pengemulsi (biasanya gom arab)
dicampur dengan minyak terlebih dahulu, kemudian
ditambahkan air untuk pembentukan corpus emulsi, baru
diencerkan dengan sisa air yang tersedia.

2. Metode gom basah atau metode Inggris.


Zat pengemulsi ditambahkan ke dalam air (zat pengemulsi
umumnya larut) agar membentuk suatu mucilago, kemudian
perlahan-lahan minyak dicampurkan untuk mem-bentuk
emulsi, setelah itu baru diencerkan dengan sisa air.

3. Metode botol atau metode botol forbes.


Digunakan untuk minyak menguap dan zat –zat yang bersifat
minyak dan mempunyai viskositas rendah (kurang kental).

50
Serbuk gom dimasukkan ke dalam botol kering, kemudian
ditambahkan 2 bagian air, tutup botol kemudian campuran
tersebut dikocok dengan kuat. Tambahkan sisa air sedikit demi
sedikit sambil dikocok.

Alat – alat yang digunakan dalam pembuatan emulsi


Untuk membuat emulsi biasa digunakan :

1. Mortir dan stamper


Mortir dengan permukaan kasar merupakan mortir pilihan
untuk pembuatan emulsi yang baik.

2. Botol
Mengocok emulsi dalam botol secara terputus-putus lebih baik
daripada terus menerus, hal tersebut memberi kesempatan pada
emulgator untuk bekerja sebelum pengocokan berikutnya.

3. Mixer, blender
Partikel fase disper dihaluskan dengan cara dimasukkan
kedalam ruangan yang didalamnya terdapat pisau berputar
dengan kecepatan tinggi , akibat putaran pisau tersebut,
partikel akan berbentuk kecil-kecil.

4. Homogeniser
Dalam homogenizer dispersi dari kedua cairan terjadi karena
campuran dipaksa melalui saluran lubang kecil dengan tekanan
besar.

5. Colloid Mill
Terdiri atas rotor dan stator dengan permukaan penggilingan
yang dapat diatur. Coloid mill digunakan untuk memperoleh
derajat dispersi yang tinggi cairan dalam cairan

51
H. Cara Membedakan Tipe Emulsi
Dikenal beberapa cara membedakan tipe emulsi yaitu :

1. Dengan pengenceran fase.


Setiap emulsi dapat diencerkan dengan fase externalnya.
Dengan prinsip tersebut, emulsi tipe o/w dapat diencerkan
dengan air sedangkan emulsi tipe w/o dapat diencerkan dengan
minyak.

2. Dengan pengecatan/pemberian warna.


Zat warna akan tersebar rata dalam emulsi apabila zat tersebut
larut dalam fase external dari emulsi tersebut. Misalnya
(dilihat dibawah mikroskop)
- Emulsi + larutan Sudan III dapat memberi warna merah
pada emulsi tipe w/o, karena sudan III larut dalam minyak
- Emulsi + larutan metilen blue dapat memberi warna biru
pada emulsi tipe o/w karena metilen blue larut dalam air.

3. Dengan kertas saring.


Bila emulsi diteteskan pada kertas saring , kertas saring
menjadi basah maka tipe emulsi o/w, dan bila timbul noda
minyak pada kertas berarti emulsi tipe w/o.

4. Dengan konduktivitas listrik


Alat yang dipakai adalah kawat dan stop kontak, kawat dengan
K ½ watt lampu neon ¼ watt semua dihubung- kan secara seri.
Lampu neon akan menyala bila elektroda dicelupkan dalam
cairan emulsi tipe o/w, dan akan mati dicelupkan pada emulsi
tipe w/o

52
I. KESTABILAN EMULSI.
Emulsi dikatakan tidak stabil bila mengalami hal-hal seperti
dibawah ini :

1 1. Creaming yaitu terpisahnya emulsi menjadi 2 lapisan,


dimana yang satu mengandung fase dispers lebih banyak
daripada lapisan yang lain. Creaming bersifat reversible
artinya bila digojok perlahan-lahan akan terdispersi kembali.
2
3 2. Koalesen dan cracking (breaking) adalah pecahnya emulsi
karena film yang meliputi partikel rusak dan butir minyak
akan koalesen(menyatu).Sifatnya irreversible ( tidak bisa
diperbaiki). Hal ini dapat terjadi karena :
• Peristiwa kimia, seperti penambahan alkohol, perubahan
pH, penambahan CaO/CaCl2 exicatus.
• Peristiwa fisika, seperti pemanasan, penyaringan,
pendinginan, pengadukan.

3. Inversi adalah peristiwa berubahnya sekonyong-konyong tipe


emulsi w/o menjadi o/w atau sebaliknya. Sifatnya irreversible.
4

53

You might also like