Professional Documents
Culture Documents
ABSTRAK
ABSTRACT
Accretion of resident accompanied with urbanization current height to urban have
caused its excelsior of waste volume which must be managed every day. On one
hand, waste as considered as having no economic value, thus disposed, on the other
hand it is viewed as useful material. Beside the problem of that waste happened in
urban area, hence conducted by research. This research represent development of
system management of municipal solid waste in Parepare with three district and 20
village in a region of 99,33 km2. The collected data form primary data which survai
to get existing condition and the secondary data collected from various related
institutions . Responden indicate that age and education level have an effect in
perception of waste management . Waste management in Parepare for this time
unequal because low participation, poor implementation of law and less of human
1
source to organize of waste management. Therefore designed a correct waste
management system for Parepare which waste management with 3R+1P, that is
reduce, reuse, and recycle by participation base on enableness of society.
Keyword : reduce, reuse, and recycle, waste management
PENDAHULUAN
LatarBelakang
2
sampah, dan lahan penampung sampah yang lokasinya jauh dari pemukiman
domestik, serta sejumlah insinerator (INS) untukpembakaran sampah.
BatasanMasalah
Tujuan
Tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan ini adalah mengetahui definisi,
komposisi, sumber-sumber serta timbulan sampah, mengetahui teknis oprasional
pengelolaan persampahan, merencanakan pengelolaan sampah dalam perspektif
keberlanjutan, mengetahui dan menerapkan sistem pengelolaan sampah dengan pola
3R+1P, serta mengetahui penentuan dan pengembangan sistem pengelolaan sampah
yang tepat di kota Parepare.
Metode Penulisan
3
Dalam pembuatan tulisan ini, metode yang digunakan adalah metode
kepustakaan, metode ini menggunakan buku-buku yang berkaitan serta metode
Internet, metode ini menggunakan media online sebagai bahan referensi.
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi Sampah
4
Sumber-Sumber Sampah
Pengolahan sampah
Konsumen
Pembuangan Akhir
5
Gambar 2. Proses Pembentukan Sampah
Jenis Sampah
Dari definisinya dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya sampah itu tidak
diproduksi, tetapi ditimbulkan (solid waste is generated, not produced). Oleh karena
itu dalam menentukan metode penanganan yang tepat, penentuan besarnya timbulan
sampah sangat ditentukan oleh jumlah pelaku dan jenis dan kegiatannya.
Idealnya, untuk mengetahui besarnya timbulan sampah yang terjadi, harus
dilakukan dengan suatu studi. Tetapi untuk keperluan praktis, telah ditetapkan suatu
standar yang disusun oleh Departemen Pekerjaan Umum. Salah satunya adalah SK
SNI S-04- 1993-03 tentang Spesifikasi timbulan sampah untuk kota kecil dan kota
6
sedang. Dimana besarnya timbulan sampah untuk kota sedang adalah sebesar 2,75-
3,25 liter/orang/hari atau 0,7-0,8 kg/orang/hari.
Adapun faktor-faktor yang memepengaruhi macam, jenis, dan besarnya
timbulan sampah yaitu :
1. Jenis bangunan yang ada
2. Tingkat aktivitas
3. Iklim
4. Musim
5. Letak Geografis
6. Topografi
7. Jumlah Penduduk
8. Sosial-Ekonomi
9. Perkembangan Teknologi
Pengelolaan Persampahan
Hirarki Sampah - hirarki sampah merujuk kepada " 3 M " mengurangi sampah,
menggunakan kembali sampah dan daur ulang, yang mengklasifikasikan strategi
pengelolaan sampah sesuai dengan keinginan dari segi minimalisasi sampah.
Hirarki sampah tetap menjadi dasar dari sebagian besar strategi minimalisasi
sampah. Tujuan hirarki ini adalah untuk mengambil keuntungan maksimum dari
produk-produk praktis dan untuk menghasilkan limbah dalam jumlah minimum.
Perpanjangan tanggung jawab penghasil sampah / Extended Producer
Responsibility (EPR). (EPR) adalah suatu strategi yang dirancang untuk
mempromosikan integrasi semua biaya yang berkaitan dengan produk-produk
mereka di seluruh siklus (termasuk akhir-of-pembuangan biaya hidup) ke dalam
pasar harga produk. Tanggung jawab produser diperpanjang dimaksudkan untuk
menentukan akuntabilitas atas seluruh Lifecycle produk dan kemasan yang
diperkenalkan ke pasar. Ini berarti perusahaan yang manufaktur, impor dan / atau
menjual produk diminta untuk bertanggung jawab atas produk mereka berguna
setelah kehidupan serta selama manufaktur.
8
Prinsip pengotor membayar - prinsip pengotor membayar adalah prinsip di
mana pihak pencemar membayar dampak akibatnya ke lingkungan. Sehubungan
dengan pengelolaan limbah, ini umumnya merujuk kepada penghasil sampah
untuk membayar sesuai dari pembuang.
2. Aspek Pembiayaan
Aspek ini merupakan komponen sumber dalam arti supaya sistem mempunyai
kinerja yang baik. Sub sistem ini diatur dengan struktur pembiayaan dalam bentuk
anggaran serta alternatif sumber pendanaan.
3. Aspek Pengaturan
9
Aspek ini merupakan komponen yang menjaga pola / dinamika sistem agar dapat
mencapai sasaran secara efektif. Umumnya kompleksitas permasalahan justru
diredam oleh penerbitan peraturan yang mengatur seluruh komponen yang secara
umum dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu :
Aspek ini merupakan komponen yang paling dekat dengan obyek pengelolaan
sampah. Aspek ini terdiri dari perangkat keras, misalnya : sarana pewadahan,
pengumpulan, pengangkutan dan pembuangan akhir. Disini permasalahan yang
timbul pada umumnya berkisar pada perbedaan yang jauh antara kebutuhan dan
kapasitas operasi yang dapat disediakan oleh sistem.
10
Tchobanolous dkk. (1993), berdasarkan 6 komponen utama dalam sistem
pengelolaan sampah terpadu, maka teknik operasional persampahan terdiri dari :
Timbulan Sampah
11
Alasan utama diperlukannya penentuan/perhitungan jumlah timbulan sampah
adalah untuk mendapatkan informasi/data yang dapat digunakan sebagai dasar untuk
perencanaan dan pengoperasian sistem pengelolaan persampahan terpadu yang efektif
dan efisien. Jumlah timbulan sampah bisa ditentukan berdasarkan volume (m3) atau
berat sampah (kg). Penggunaan ukuran berat sampah lebih disarankan, karena
penggunaan ukuran volume sampah sangat dipengaruhi oleh kondisi sampah pada
saat pengukuran (dipadatkan atau tidak dipadatkan). Namun, penggunaan ukuran
volume sampah sebagai besaran timbulan sampah akan sangat berguna dalam
penentuan kapasitas lahan pengolahan akhir (landfill). Selain jumlah timbulan
sampah, hal yang perlu diketahui adalah laju timbulan sampah. Laju timbulan sampah
merupakan besaran yang digunakan untuk menjelaskan jumlah timbulan sampah
yang dihasilkan setiap orang per-hari dengan satuan berat (kg/orang/hari) atau dengan
satuan volume (m³/orang/hari). Beberapa metode penentuan/perhitungan jumlah
timbulan maupun laju timbulan sampah yang umum digunakan antara lain :
1. Load-Count Analysis
2. Material-Balance Analysis
3. Statistical Analysis
12
Kegiatan pada tahap ini bervariasi menurut jenis sampahnya meliputi pemilahan
(shorting), pemanfaatan kembali (reuse) dan daur ulang (recycle). Tujuan utama dan
kegiatan di tahap ini adalah untuk mereduksi besarnya timbulan sampah (reduce).
Pewadahan
13
4. Bak dari bis beton, biasanya digunakan didaerah dengan kepadatan relatif rendah,
ukuran relatif kecil dan relatif murah. Ukuran yang biasa digunakan adalah
diameter 1 m.
5. Drum 200 liter, pemanfaatan dari bekas drum minyak atau semacamnya. Bagian
dalam drum di cat dengan bitumen. Untuk jenis ini pengambilan dilakukan setiap
hari.
6. Bin baja yang mudah diangkat, biasanya dipergunakan di daerah pemukiman
kalangan atas, bin digalvanis dengan kapasitas 100 liter untuk 10 keluarga.
Pengumpulan
14
Gambar 5. Sistem Pengumpulan Sampah
Keterangan :
Kendaraan pengumpul
Transfer Depo
Kendaraan Pengangkut
Wadah komunal
16
Pengangkutan adalah kegiatan pemindahan sampah dan TPS menuju lokasi
pembuangan pengolahan sampah atau lokasi pembuangan akhir. Operasi
pengangkutan yang ekonomis ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain :
a. Dipilih rute yang sependek-pendeknya dan sedikit hambatan.
b. Mempergunakan truck yang kapasitas daya angkutan maksimal yang
memungkinkan.
c. Mempergunakan kendaraan yang hemat bahan bakar.
d. Jumlah trip pengangkutan sebanyak mungkin dalam waktu yang diizinkan.
Persyaratan untuk kendaraan pengangkutan sampah adalah :
Sampah harus tertutup selama pengangkutan, minimal ditutup dengan jaring.
Tinggi bak maksimum 1,6 m.
Sebaiknya ada alat ungkit.
Disesuaikan dengan kondisi jalan yang akan dilalui.
Sistem pengangkutan sampah dapat dilakukan dengan metode Hauled Container
System (HCS) adalah sistem pengumpulan sampah yang wadah pengumpulannya
dapat dipindah-pindah dan ikut dibawa ke tempat pemrosesan akhir. HCS merupakan
sistem wadah angkut untuk daerah komersil. Stationary Container System (SCS)
adalah sistem pengumpulan sampah yang wadah pengumpulannya tidak dibawa
berpindah-pindah (tetap). Wadah pengumpulan ini dapat berupa wadah yang dapat
diangkat atau yang tidak dapat diangkat. SCS merupakan sistem wadah tinggal
ditujukan untuk melayani daerah permukiman.
Pola pengangkutan sampah dapat berupa langsung maupun tidak langsung.
Terdapat enam model pengangkutan sampah yang masing-masing memiliki kelebihan
dan kekurangan dalam aspek yang berbeda-beda baik dalam efisiensi waktu maupun
efisiensi daerah pelayanan. Jenis kendaraan pengangkut yang digunakan yaitu berupa
truk terbuka, dump truck, arm-roll truck, roll-on truck, multi-loader truck, compactor
truck.
Arm-roll Truck Dump Truck
17
Compactor Truck Truck with Separator
Pengolahan
Bergantung dari jenis dan komposisinya, sampah dapat diolah. Berbagai alternatif
yang tersedia dalam pengolahan sampah, di antaranya adalah transformasi fisik,
pembakaran (incinerate), pembuatan kompos (composting), Energy recovery, dan
pembuangan akhir.
18
Strategi Pelayanan
Mendahulukan pencapaian keseimbangan pelayanan dilihat dari segi
kepentingan sanitasi dan ekonomis, kuantitas dan kualitas pelayanan
Frekuensi Pelayanan
Berdasarkan hasil penentuan skala kepentingan daerah pelayanan, frekuensi
pelayanan dapat dibagi dalam beberapa kondisi sebagai berikut :
1) Wilayah dengan pelayanan intensif adalah daerah di jalan protokol, pusat
kota,kawasan pemukiman tidak teratur dan daerah komersial
2) Wilayah dengan pelayanan menengah adalah kawasan pemukiman teratur
3) Wilayah dengan pelayanan rendah adalah daerah pinggiran kota
METODE PENELITIAN
Berdasarkan rumus Stroin dan Bag (Fauzy 2001), dengan batas kesalahan untuk
penelitian deskriptif sebesar 10% dengan rumus :
Maka jumlah populasi kepala keluarga yang tinggal dilokasi penelitian yakni 97
kepala keluarga. Hasil jumlah kepala keluarga tersebut dibulatkan menjadi 100
kepala keluarga dengan pertimbangan untuk memudahkan perhitungan. Dengan
banyak kepala keluarga tiap kelurahan yang berbeda-beda.
19
Jenis dan Sumber Data :
Analisis Data
Data primer dan data sekunder yang terdiri dari keadaan jumlah penduduk,
jumlah sampah, sampah organik dan anorganik, jumlah TPS dan container,
jumlah armada dan jumlah tenaga lapang. Data yang diperoleh diolah dengan
cara tabulasi dan dianalisis secara deskriptif ( Sevilla et al, 1993)
Pemodelan. Analisis model pengelolaan sampah perkotaan dilakukan dengan
memperhatikan variabel yang berkaitan dengan pengelolaan sampah. Analisis
simulasi dilakukan untuk melihat perilaku dari model. Rancangan model
disusun menggunakan perangkat lunak program Powersim. (Arne et al,1996
dan Muhammadi et al, 2001).
20
HASIL DAN PEMBAHASAN
Profil Responden
21
Timbulan sampah kota Parepare terus meningkat seiring dengan meningkatnya
jumlah penduduk, pola konsumsi dan tingkat kesejahteraan masyarakat. Data DKP
kota Parepare tahun 2007, timbulan sampah sebanyak 153.360 m3/th atau sekitar 426
m3/hari. Jumlah tersebut berasal dari sampah rumah tangga (65,5%), sampah pasar
(15,7%), sampah pertokoan, hotel dan restoran (5,7%), sampah industry (4,8%)
sampah fasilitas umum (4,5%) dan sampah sapuan jalan (3,8%). Pengelolaan sampah
yang dilakukan saat ini dengan cara memindahkan sampah dari sumbernya ke TPA
tanpa melakukan pemilahan sampah.
Zero waste merupakan suatu konsep yang mendukung agar segala tindakan atau
usaha sama sekali tidak menghasilkan sampah yang dapat mencemari lingkungan.
Widyatmoko dan Sintorini (2002) mengemukakan bahwa prinsip pengelolaan sampah
asal buang tanpa memilah-milah dan mengolahnya terlebih dahulu akan
menghabiskan lahan yang sangat luas sebagai TPA juga merupakan pemborosan
energy dan bahan baku yang tersedia sangat terbatas di alam. Berdasarkan hal
tersebut maka perlu dilakukan pengelolaan sampah dengan benar yakni dengan
melakukan pola 3R+1P yakni : reduce, reuse, recycle dan partisipasi.
KESIMPULAN
24
Kesimpulan yang dapat ditarik adalah :
1. Sampah adalah semua buangan yang timbul akibat aktifitas manusia dan hewan
yang biasanya berbentuk padat yang dibuang karena tidak dibutuhkan atau tidak
diinginkan lagi (tchobanoglous, 1993)
2. Sistem pengelolaan sampah terdiri dari aspek manajemen pengelolaan
persampahan, aspek pembiayaan, , aspek pengaturan, aspek peran serta
masyarakat, dan aspek teknik oprasional
3. Teknik oprasional dalam pengelolaan sampah perkotaan terdiri dari
penentuan/perhitungan jumlah timbulan sampah, penanganan dan pengolahan
sampah di sumbernya, pengumpulan sampah, pemisahan, proses pengolahan dan
perubahan sampah, pemindahan dan pengangkutan sampah dan pengolahan akhir
sampah.
4. Model pengelolaan sampah yang ideal di Kota Parepare adalah pengelolaan
sampah dengan pola 3R+1P yaitu reduce, reuse dan recycle yang dilakukan
secara partisipasif berbasis pada pemberdayaan masyarakat. Karakteristik 3R+1P
yakni reduce dengan melakukan pengurangan jumlah sampah dengan
menghindari penggunaan bungkus yang berlebihan, reuse dengan melakukan
pemakaian kembali barang berdasarkan ide dan penemuannya, recycle dengan
melakukan daur ulang barang bekas sehingga menjadi barang yang bermanfaat.
DAFTAR PUSTAKA
Aji, Mukti, 2008. Sistem Pengelolaan Sampah Terpadu. (Available from URL:
http: //mukti-aji.blogspot.com/2008/05/system-pengelolaan-sampah-
terpadu.html,diakses tanggal 10 Maret 2010)
Anonim, 1991. Tata Cara Pengelolaan Teknik Sampah Perkotaan, (SNI 19-2454-
1991). Departemen Pekerjaan Umum. Jakarta.
Anonim, 2009.Pengelolaan Sampah. (Available from URL:
http://id.wikipedia.org/wiki/index.php?
title=Pengelolaan_sampah&action=edit&redlink=1,diakses tanggal 10 Maret
2010)
Hadiwiyoto. S, 1983. Penanganan dan Pemanfaatan Sampah. Yayasan Idayu.
Jakarta.
25
Jefrihutagalung, 2009. Sampah. (Available from URL:
http://jefrihutagalung.wordpress.com/2009/06/24/sampah.html,diakses
tanggal 10 Maret 2010)
Tchobanoglous. G. Theisen. H & Vigil. S.A, 1993. Integrated Solid Waste
Management Engineering Principles and Management Issues. Mc Graw-Hill.
Singapore.
26