You are on page 1of 21

PENGARUH EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR

TERHADAP KUALITAS UDARA

MUHAMMAD RIDHA ANSHARY

Program Studi Teknik Lingkungan, Universitas Lambung Mangkurat, Banjarbaru,


Kalimantan Selatan, Indonesia.

ABSTRACT

A control of air contamination of pollution for the result of vehicle’s emissions is


a part of a control of air contamination of pollution from transportation’s
system. In this part, vehicle’s emissions is a producent that delivers a most air
contamination on the air of most big city over the world, wheraeas a rute of trip
for vehicle, type of engine, and road’s condition for each kilometer give a big
influence for the air pollution from engine’s emissions of vehicles.

Most air pollution is dangering our’s life in every daily activities we have in the
city. We must aware and know how to keep our life healty. But now, most of
people seem passive and do nothing but tend to accuse the government for the
lack of air quality. This is bad which means the control of air contamination that
government held can be fail and no avail.

To control the air contamination for the result of vehicle’s emissions we need a
solid cooperation between government (department of transportation and
communication), people and the producents of vehicle in order that make the
efficient movements for the control and minimization of the mistakes.

Keyword : control, air contamination, vehicle, emission.

ABSTRAK

Usaha pengendalian pencemaran udara akibat dari adanya gas buang kendaraan
bermotor merupakan bagian dari pengendalian pencemaran udara pada sistem
transportasi. Dalam hal ini kendaraan bermotor merupakan produsen yang
menghasilkan pencemar udara terbanyak hampir di seluruh kota-kota besar di
dunia, dimana pola perjalanan kendaraan bermotor, tipe mesin dan kondisi jalan
yang dilalui setiap kilometernya memberikan pengaruh yang besar terhadap
pembuangan hasil pembakaran pada mesin kendaraan bermotor.
Pencemaran udara yang seperti apapun akan dapat membahayakan kehidupan
kita di setiap aktivitas kita sehari-hari di kota. Kita harus sadar dan tahu akan
bagaimana menjaga kehidupan kita agar tetap sehat. Tapi sekarang, banyak
orang yang terlihat pasif dan tidak melakukan apa-apa tapi cenderung dan kerap
menyalahkan pemerintah terhadap buruknya kualitas lingkungan. Ini berbahaya
karena dapat menyebabkan usaha pengendalian pencemaran udara yang
dilakukan oleh pemerintah gagal dan tidak berguna.

Untuk mengendalikan pencemaran udara akibat dari adanya gas buang


kendaraan bermotor kita memerlukan kerja sama yang kuat antara pemerintah
(dinas perhubungan dan transportasi), masyarakat luas dan produsen dari
kendaraan bermotor itu sendiri agar dapat membuat langkah-langkah yang
efisien dalam pengendalian dan meminimalisasi kesalahan.

Kata kunci : pengendalian, pencemaran udara, kendaraan bermotor, gas


buang.

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Selama kita hidup tentu membutuhkan udara untuk bernapas. Di dalam


udara terkandung dari gas yang terdiri dari 78% nitrogen, 20% oksigen, 0,93%
argon, 0,03% karbon dioksida, dan sisanya terdiri dari neon, helium, metan dan
hidrogen. Gas oksigen merupakan komponen esensial bagi kehidupan makhluk
hidup, termasuk manusia. Komposisi seperti itu dibilang sebagai udara normal
dan dapat mendukung kehidupan manusia.

Namun, akibat aktivitas manusia yang tidak ramah lingkungan, udara


sering kali menurun kualitasnya. Perubahan ini dapat berupa sifat-sifat fisis
maupun kimiawi. Perubahan kimiawi dapat berupa pengurangan maupun
penambahan salah satu komponen kimia yang terkandung dalam udara. Kondisi
seperti itu lazim disebut dengan pencemaran (polusi) udara.

Menurut penelitian oleh beberapa ahli, 70 persen pencemaran udara di


kota-kota besar pada umumnya disebabkan oleh kendaraan bermotor.
Permasalahan polusi udara akibat emisi kendaraan bermotor sudah mencapai titik
yang mengkhawatirkan terutama dikota-kota besar.

Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :

1. Mahasiswa, sebagai generasi penerus bangsa diharapkan dapat memahami


arti dari pencemaran udara akibat emisi gas buang kendaraan bermotor
sehingga kedepannya segala kemungkinan terburuk yang ditimbulkan
pencemaran ini dapat dicegah dan diatasi.
2. Mahasiswa, dengan segala kreativitasnya diharapkan dapat mengembangkan
inovasi dalam mengatasi permasalahan pencemaran udara.
3. Mahasiswa, sebagai agen pembawa perubahan (agent of change) diharapkan
dapat mensosialisasikan pengaruh dan dampak pencemaran udara oleh emisi
gas buang kendaraan bermotor kepada masyarakat luas agar masyarakat dapat
lebih memahami permasalahan mengenai pencemaran udara saat ini.

Batasan Masalah

Tingginya pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor di kota-kota besar di


Indonesia cukup tinggi yaitu berkisar 8-12% per tahun (Sumber : Kepolisian
Negara Republik Indonesia, Direktorat Lalu Lintas (Januari 2000)). Seiring
berkembang pesatnya jumlah kendaraan bermotor, maka polusi yang dihasilkan
juga semakin besar. Oleh karena itu, permasalahan pencemaran udara yang
dibahas dalam makalah ini dibatasi hanya yang berasal dari kendaraan bermotor.

Metode Penulisan

Metode penulisan yang digunakan adalah sebagian besar menggunakan


metode kepustakaan yakni menggunakan sebuah jurnal utama dengan beberapa
jurnal pendukung dan beberapa literatur lainnya. Tidak lupa pula artikel-artikel
ilmiah dari internet yang relevan dengan tema makalah ini yakni seputar
pencemaran udara oleh emisi gas buang kendaraan bermotor.

KAJIAN PUSTAKA

Definisi Udara Tercemar / Batas Pengukuran Pencemaran Terendah dan


Teratas

Udara merupakan faktor yang penting dalam kehidupan, namun dengan


meningkatnya pembangunan fisik kota dan pusat-pusat industri, kualitas udara
telah mengalami perubahan. Udara yang dulunya segar, kini kering dan kotor.
Perubahan lingkungan udara pada umumnya disebabkan pencemaran udara, yaitu
masuknya zat pencemar (berbentuk gas-gas dan partikel kecil/aerosol) ke dalam
udara.

Udara tercemar adalah perbedaan komposisi udara aktual dengan kondisi


udara normal dimana komposisi udara aktual tidak mendukung kehidupan
manusia. Bahan atau zat pencemaran udara sendiri dapat berbentuk gas dan
partikel. Dalam bentuk gas dapat dibedakan dalam golongan belerang (sulfur
dioksida, hidrogen sulfida, sulfat aerosol), golongan nitrogen (nitrogen oksida,
nitrogen monoksida, amoniak, dan nitrogen dioksida), golongan karbon (karbon
dioksida, karbon monoksida, hidrokarbon), dan golongan gas yang berbahaya
(benzene, vinyl klorida, air raksa uap).

Sehingga pencemaran udara dapat didefinisikan sebagai hadirnya substansi


di udara dalam konsentrasi yang cukup untuk menyebabkan gangguan pada
manusia, hewan, tanaman maupun material. Substansi ini bisa berupa gas, cair
maupun partikel padat. Ada lima jenis polutan di udara, yaitu partikulat dengan
diameter kurang dari 10 µm (PM10), sulfur dioksida (SO2), nitrogen dioksida
(NO2), karbon monoksida (CO) dan timbal (Cooper,1994).

Jenis pencemaran udara berbentuk partikel dibedakan menjadi tiga.


Pertama, mineral (anorganik) dapat berupa racun seperti air raksa dan timah.
Kedua, bahan organik terdiri dari ikatan hidrokarbon, klorinasi alkan, benzene.
Ketiga, makhluk hidup terdiri dari bakteri, virus, telur cacing. Sementara itu, jenis
pencemaran udara menurut tempat dan sumbernya dibedakan menjadi dua, yaitu
pencemaran udara bebas dan pencemaran udara ruangan. Kategori pencemaran
udara bebas meliputi secara alamiah (letusan gunung berapi, pembusukan, dan
lain-lain) dan bersumber kegiatan manusia, misalnya berasal dari kegiatan
industri, rumah tangga, asap kendaraan bermotor. Sedangkan pencemaran udara
ruangan meliputi dari asap rokok, bau tidak sedap di ruangan.

Jenis parameter pencemar udara didasarkan pada baku mutu udara ambien
menurut Peraturan Pemerintah Nomor 41 tahun 1999, yang meliputi : Sulfur

dioksida (SO , Karbon monoksida (CO), Nitrogen dioksida (NO ), Ozon (O ),


2) 2 3
Hidro karbon (HC), PM 10, Partikel debu ( PM 2,5 ), TSP (debu dan abu), Pb
(Timah Hitam).

Daerah perkotaan merupakan salah satu sumber pencemaran udara utama,


yang sangat besar peranannya dalam masalah pencemaran udara. Kegiatan
perkotaan yang meliputi kegiatan sektor-sektor permukiman, transportasi,
komersial, industri, pengelolaan limbah padat, dan sektor penunjang lainnya
merupakan kegiatan yang potensial dalam merubah kualitas udara perkotaan.
Pembangunan fisik kota dan berdirinya pusat-pusat industri disertai dengan
melonjaknya produksi kendaraan bermotor, mengakibatkan peningkatan
kepadatan lalu lintas dan hasil produksi sampingan, yang merupakan salah satu
sumber pencemar udara.

Berada di beberapa tempat yang berpolusi udara cukup tinggi sangatlah


membahayakan kesehatan dan diperlukan beberapa pedoman yang menunjukkan
seberapa lama kita boleh berada dalam daerah paparan polusi udara tersebut (bila
kita terpaksa harus memasuki daerah tersebut). Adapun pedoman yang dibuat oleh
Bapedal dapat dirincikan dalam tabel berikut ini

.
Tabel I.

Sumber dan Standar Kesehatan Gas Emisi Buang

Sektor Transportasi Perkotaan

Dari berbagai sektor yang potensial dalam mencemari udara, pada


umumnya sektor transportasi memegang peran yang sangat besar dibandingkan
dengan sektor lainnya. Di kota-kota besar, kontribusi gas buang kendaraan
bermotor sebagai sumber polusi udara mencapai 60-70%. Sedangkan kontribusi
gas buang dari cerobong asap industri hanya berkisar 10-15%, sisanya berasal dari
sumber pembakaran lain, misalnya dari rumah tangga, pembakaran sampah,
kebakaran hutan, dan lain-lain.           

Kendaraan bermotor yang menjadi alat transportasi, dalam konteks


pencemaran udara dikelompokkan sebagai sumber yang bergerak. Dengan
karakteristik yang demikian, penyebaran pencemar yang diemisikan dari sumber-
sumber kendaraan bermotor ini akan mempunyai suatu pola penyebaran spasial
yang meluas. Faktor perencanaan sistem transportasi akan sangat mempengaruhi
penyebaran pencemaran yang diemisikan, mengikuti jalur-jalur transportasi yang
direncanakan.

Faktor penting yang menyebabkan dominannya pengaruh sektor


transportasi terhadap pencemaran udara perkotaan di Indonesia antara lain:

1. Perkembangan jumlah kendaraan yang cepat (eksponensial)


2. Tidak seimbangnya prasarana transportasi dengan jumlah kendaraan yang
ada ( misalnya jalan yang sempit).
3. Pola lalu lintas perkotaan yang berorientasi memusat, akibat terpusatnya
kegiatan-kegiatan perekonomian dan perkantoran di pusat kota
4. Masalah turunan akibat pelaksanaan kebijakan pengembangan kota yang
ada,  misalnya daerah pemukiman penduduk yang semakin menjauhi pusat
kota
5. Kesamaan waktu aliran lalu lintas
6. Jenis, umur dan karakteristik kendaraan bermotor
7. Faktor perawatan kendaraan dan jenis bahan bakar yang digunakan.
8. Jenis permukaan jalan dan struktur pembangunan jalan.
9. Siklus dan pola mengemudi (driving pattern)

Di samping faktor-faktor yang menentukan intensitas emisi pencemar


sumber tersebut, faktor penting lainnya adalah faktor potensi dispersi atmosfer
daerah perkotaan, yang akan sangat tergantung kepada kondisi dan perilaku
meteorologi.

BBM (Bahan Bakar Minyak) Sebagai Sumber Energi dan Pencemar

Sektor transportasi mempunyai ketergantungan yang tinggi terhadap


sumber energi. Seperti diketahui penggunaan energi inilah yang terutama
menimbulkan dampak terhadap lingkungan. Hampir semua produk energi
konvensional dan rancangan motor bakar yang digunakan dalam sektor
transportasi masih menyebabkan dikeluarkannya emisi pencemar ke udara.
Penggunaan BBM (Bahan Bakar Minyak) bensin dalam motor bakar akan selalu
mengeluarkan senyawa-senyawa seperti CO (karbon monoksida), THC (total
hidro karbon), TSP (debu), NOx (oksida-oksida nitrogen) dan SOx (oksida-oksida
sulfur). Premium yang dibubuhi TEL, akan mengeluarkan timbal (Lead). Solar
dalam motor diesel akan mengeluarkan beberapa senyawa tambahan di samping
senyawa tersebut di atas, yang terutama adalah fraksi-fraksi organik seperti
aldehida, PAH (Poli Alifatik Hidrokarbon), yang mempunyai dampak kesehatan
yang lebih besar (karsinogenik), dibandingkan dengan senyawa-senyawa lainnya.
Pertumbuhan Produksi Kendaraan Bermotor dan Konsumsi BBM Untuk
Transportasi

Pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor yang terjadi di kota-kota besar


mencapai 8-12% per tahun. Dimana data mengenai pertumbuhan dari berbagai jenis
kendaraan dari tahun 1990 hingga tahun 1999 dapat dilihat pada tabel II.

Tabel II.
Jumlah kendaraan di Indonesia mulai tahun 1990 – 1999
(Tidak termasuk kendaraan ABRI dan kendaraan Dinas)

Sumber : Kepolisisan Negara Republik Indonesia, Direktorat Lalu Lintas ( Januari 2000)

Dari data pada tahun 1990 hingga tahun 1998 dapat dilihat bahwa jenis
kendaraan yang mendominasi adalah sepeda motor. Dan yang menjadi masalah
dalam pencemaran udara adalah emisi kendaraan bermotor dimana sebagian besar
kendaraan bermotor ini menggunakan bahan bakar minyak (BBM) berupa Premix,
Premium atau Solar yang mengandung timah hitam (Leaded) berperan sebagai
penyumbang polusi cukup besar terhadap kualitas udara dan kesehatan.
Pengaruh Emisi Bahan Bakar Minyak (BBM) Terhadap Makhluk Hidup di
Sekitarnya

Sulfur Oksida (SO)

Pencemaran oleh sulfur oksida terutama disebabkan oleh dua komponen


sulfur bentuk gas yang tidak berwarna, yaitu sulfur dioksida (SO 2) dan Sulfur
trioksida (SO3), yang keduanya disebut sulfur oksida (SOx). Pengaruh utama
polutan SOx terhadap manusia adalah iritasi sistem pernafasan. Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa iritasi tenggorokan terjadi pada kadar SO2 sebesar
5 ppm atau lebih, bahkan pada beberapa individu yang sensitif iritasi terjadi pada
kadar 1-2 ppm. SO2 dianggap pencemar yang berbahaya bagi kesehatan terutama
terhadap orang tua dan penderita yang mengalami penyakit khronis pada sistem
pernafasan kadiovaskular (penyebab utama penyakit “bronchoconstriction”).

Mekanisme pembentukan SOx dapat dituliskan dalam dua tahap reaksi


sebagai berikut :

S + O2 SO2
2 SO2 + O2 2 SO3

SO3 di udara dalam bentuk gas hanya mungkin ada jika konsentrasi uap air
sangat rendah. Jika uap air terdapat dalam jumlah cukup, SO 3 dan uap air akan
segera bergabung membentuk droplet asam sulfat ( H2SO4 ) dengan reaksi sebagai
berikut :

SO2 + H2O2 H2SO4

Komponen yang normal terdapat di udara bukan SO3 melainkan H2SO4


Tetapi jumlah H2SO4 di atmosfir lebih banyak daripada yang dihasilkan dari emisi
SO3. Hal ini menunjukkan bahwa produksi H 2SO4 juga berasal dari mekanisme
lainnya. Setelah berada diatmosfir sebagai SO2 akan diubah menjadi SO3
(kemudian menjadi H2SO4) oleh proses-proses fotolitik dan katalitik. Jumlah SO 2
yang teroksidasi menjadi SO3 dipengaruhi oleh beberapa faktor termasuk jumlah
air yang tersedia, intensitas, waktu dan distribusi spektrum sinar matahari, jumlah
bahan katalik, bahan sorptif dan alkalin yang tersedia. Pada malam hari atau
kondisi lembab atau selama hujan SO2 di udara diaborpsi oleh droplet air alkalin
dan bereaksi pada kecepatan tertentu untuk membentuk sulfat di dalam droplet
dan menghasilkan hujan asam.

Karbon Monoksida (CO)

Karbon monoksida (CO) kerap disebut “the silent killer” karena


merupakan senyawa yang tidak berbau, tidak berasa dan pada suhu udara normal
berbentuk gas yang tidak berwarna. Sumber pencemaran umumnya berasal dari
aktivitas pembakaran tidak sempurna (gas, batubara, kayu), water heater, knalpot,
asap rokok. Tidak seperti senyawa lain, CO mempunyai potensi bersifat racun
yang berbahaya karena mampu membentuk ikatan yang kuat dengan pigmen
darah yaitu haemoglobin menghasilkan karboksi-haemoglobin (HbCO) dengan
afinitas CO terhadap Haemoglobin (Hb): 240–270 lebih besar daripada O2.

Sumber CO buatan antara lain kendaraan bermotor, terutama yang


menggunakan bahan bakar bensin. Berdasarkan estimasi, jumlah CO dari sumber
buatan diperkirakan mendekati 60 juta ton per tahun. Separuh dari jumlah ini
berasal dari kendaraan bermotor yang menggunakan bakan bakar bensin dan
sepertiganya berasal dari sumber tidak bergerak seperti pembakaran batubara dan
minyak dari industri dan pembakaran sampah domestik. Didalam laporan WHO
(1992) dinyatakan paling tidak 90% dari CO diudara perkotaan berasal dari emisi
kendaraan bermotor. Selain itu asap rokok juga mengandung CO, sehingga para
perokok dapat memapar dirinya sendiri dari asap rokok yang sedang dihisapnya.

Karbon monoksida yang bersumber dari dalam ruang (indoor) terutama


berasal dari alat pemanas ruang yang menggunakan bahan bakar fosil dan tungku
masak. Kadar nya akan lebih tinggi bila ruangan tempat alat tersebut bekerja,
tidak memadai ventilasinya. Namun umunnya pemaparan yang berasal dari dalam
ruangan kadarnya lebih kecil dibandingkan dari kadar CO hasil pemaparan asap
rokok.. Dalam beberapa penelitian ditemukan kadar CO yang cukup tinggi
didalam kendaraan sedan maupun bus.
Kadar CO diperkotaan cukup bervariasi tergantung dari kepadatan
kendaraan bermotor yang menggunakan bahan bakar bensin dan umumnya
ditemukan kadar maksimum CO yang bersamaan dengan jam-jam sibuk pada pagi
dan malam hari. Selain cuaca, variasi dari kadar CO juga dipengaruhi oleh
topografi jalan dan bangunan disekitarnya. Pemaparan CO dari udara ambien
dapat direfleksikan dalam bentuk kadar karboksi-haemoglobin (HbCO) dalam
darah yang terbentuk dengan sangat lambat karena butuh waktu 4-12 jam untuk
tercapainya keseimbangan antara kadar CO diudara dan HbCO dalam darah Oleh
karena itu kadar CO didalam lingkungan, cenderung dinyatakan sebagai kadar
rata-rata dalam 8 jam pemajanan Data CO yang dinyatakan dalam rata-rata setiap
8 jam pengukuran sepajang hari (moving 8 hour average concentration) adalah
lebih baik dibandingkan dari data CO yang dinyatakan dalam rata-rata dari 3 kali
pengukuran pada periode waktu 8 jam yang berbeda dalam sehari. Perhitungan
tersebut akan lebih mendekati gambaran dari respons tubuh manusia tyerhadap
keracunan CO dari udara.

Tingkatan pemaparan berdasarkan frekuensinya dapat dibagi sebagai


berikut :

a. Tingkat rendah, yakni munculnya gejala fatigue (kelelahan) dan sakit


dada yang diiringi sesak napas ( 250 ppm – 500 ppm terpapar dalam
waktu 5 jam).
b. Tingkat tinggi, yakni munculnya gejala sakit kepala, pusing, kesehatan
dan kondisi tubuh melemah, tidak bisa tidur, muntah-muntah, bingung,
kehilangan konsentrasi ( 500 ppm – 750 ppm terpapar dalam waktu 3
jam ).
c. Tingkat yang sangat tinggi, yakni pingsan dan meninggal ditempat ( <
750 ppm terpapar dalam waktu kurang dari 1 jam ).

Nitrogen Dioksida (NO2)


NO2 bersifat racun terutama terhadap paru. Kadar NO 2 yang lebih tinggi
dari 100 ppm dapat mematikan sebagian besar binatang percobaan dan 90% dari
kematian tersebut disebabkan oleh gejala pembengkakan paru (edema pulmonari).
Kadar NO2 sebesar 800 ppm akan mengakibatkan 100% kematian pada binatang-
binatang yang diuji dalam waktu 29 menit atau kurang. Percobaan dengan
pemakaian NO2 dengan kadar 5 ppm selama 10 menit terhadap manusia
mengakibatkan kesulitan dalam bernafas.

Ozon (O3)

Ozon merupakan salah satu zat pengoksidasi yang sangat kuat setelah
fluor, oksigen dan oksigen fluorida (OF2). Meskipun di alam terdapat dalam
jumlah kecil tetapi lapisan ozon sangat berguna untuk melindungi bumi dari
radiasi ultraviolet (UV-B). Ozon terbentuk di udara pada ketinggian 30km dimana
radiasi UV matahari dengan panjang gelombang 242 nm secara perlahan
memecah molekul oksigen (O2) menjadi atom oksigen, tergantung dari jumlah
molekul O2 atom-atom oksigen secara cepat membentuk ozon. Ozon menyerap
radiasi sinar matahari dengan kuat di daerah panjang gelombang 240-320 nm.

Diperkotaan, terutama dengan kepadatan lalu lintas yang tinggi, potensi


terbentuknya ozon besar sekali. Ozon ini kerap disebut ozon permukaan, yakni
ozon yang terbentuk akibat adanya gas HC, NO 2 dan NOX yang saling berikatan
dan terfotolistik oleh sinar matahari membentuk O3 yang bersifat oksidator dan
membahayakan kesehatan karena jaraknya dari permukaan bumi sangat dekat dan
berada di kawasan yang padat penduduknya (kota-kota besar pada umumnya).

Gas ini sangat berbahaya bagi kesehatan, sebagai contoh ditemukannya


sebuah pegangan besi di jembatan penyeberangan di Kota Jakarta yang berkarat
dan terus mengalami pengaratan akibat hasil oksidasi O3 padahal usianya belum 6
bulan.

Hidrokarbon (HC)
Hidrokarbon berasal dari hasil pembakaran tidak sempurna dari bahan
bakar yang mengandung unsur karbon. Hidrokarbon di udara akan bereaksi
dengan bahan-bahan lain dan akan membentuk ikatan baru yang disebut
“Plycyclic Aromatic Hidrocarbon” (PAH) yang banyak dijumpai di daerah
industri dan padat lalu lintas. Bila PAH ini masuk dalam paru-paru akan
menimbulkan luka dan merangsang terbentuknya sel-sel kanker.
Tabel. III
Berbagai Jenis Hidrokarbon Aromatik Dan
Pengaruhnya pada Kesehatan Manusia

Khlorin (Cl2)

Gas Khlorin ( Cl2) adalah gas berwarna hijau dengan bau sangat
menyengat. Berat jenis gas khlorin 2,47 kali berat udara dan 20 kali berat gas
hidrogen khlorida yang toksik. Gas khlorin sangat terkenal sebagai gas beracun
yang digunakan pada perang dunia ke-1. Selain bau yang menyengat, gas khlorin
juga dapat menyebabkan iritasi pada mata saluran pernafasan. Apabila gas khlorin
masuk dalam jaringan paru-paru dan bereaksi dengan ion hidrogen akan dapat
membentuk asam khlorida yang bersifat sangat korosif dan menyebabkan iritasi
dan peradangan. Gas khlorin juga dapat mengalami proses oksidasi dan
membebaskan oksigen seperti pada proses yang terjadi di bawah ini.

Cl2 + H2O HCL + HOCl

8HOCl 6HCL + 2HClO3 + O3

Partikel Debu
Partikel debu sering diistilahkan sebagai “Total Suspended Particulated
(TSP)”. Dapat berupa debu atau abu yang biasanya berasal dari penggunaan bahan
bakar batu bara pada kereta api yang menimbulkan jelaga. Pada umumnya ukuran
partikulat debu sekitar 5 mikron merupakan partikulat udara yang dapat langsung
masuk ke dalam paru-paru dan mengendap di alveoli. Keadaan ini bukan berarti
bahwa ukuran partikulat yang lebih besar dari 5 mikron tidak berbahaya, karena
partikulat yang lebih besar dapat mengganggu saluran pernafasan bagian atas dan
menyebabkan iritasi.

Pada daerah tertentu dapat mengurangi visibilitas pada perjalanan dan


dapat menghambat proses fotosintesis pada tumbuhan apabila terdapat banyak
debu yang menempel pada daun.

Timah Hitam (Timbal)

Timah hitam atau lebih sering disebut timbal (Pb) adalah salah satu jenis
logam berat. Warnanya putih keabu-abuan dan sudah dikenal sejak ribuan tahun
lalu. Bangsa Romawi menggunakannya sebagai bahan konstruksi untuk pipa dan
saluran air. Pb dapat berupa dalam 2 bentuk: inorganik dan organik. Dalam
bentuk inorganik Pb bisa dipakai untuk industri baterei, cat, percetakan, gelas,
polivinyl, plastik, pelapis kabel dan mainan anak-anak. Dan dalam bentuk organik
Pb dipakai untuk industri perminyakan. Dalam persenyawaannya Pb dapat berupa
lead alkyl compound: TML (tetra methil lead), TEL (tetra ethyl lead). TEL
dipakai untuk anti knocking agent yang berfungsi menaikkan angka oktan setelah
melalui proses blending. Setiap penambahan 0,1 gr/lt pada bahan bakar angka
oktan naik 1,5 – 2 satuan angka oktan.

Timbal (Pb) sebagai salah satu komponen polutan udara mempunyai efek
toksik yang luas pada manusia dan hewan dengan mengganggu fungsi ginjal,
saluran pencernaan, dan sistem saraf pada remaja, menurunkan fertilitas,
menurunkan jumlah spermatozoa, dan meningkatkan spermatozoa abnormal dan
aborsi spontan. Selain juga menurunkan Intellegent Quotient (IQ) pada anak –
anak , menurunkan kemampuan berkonsentrasi, gangguan pernapasan, kanker
paru–paru dan alergi. Dalam laporan Bank Dunia 1992, diketahui bahwa
pencemaran udara akibat timbal, menimbulkan 350 kasus penyakit jantung
koroner, 62.000 kasus hipertensi dan menurunkankan IQ hingga 300.000 point.
Juga Pb menurunkan kemampuan darah untuk mengikat oksigen.

Konsentrasi Pb dalam darah (PbB) pada taraf 40 – 50 ug/dL mampu


menghambat sintesis hemoglobin yang pada akhirnya merusak hemoglobin darah.
Debu Pb yang terhirup secara akumulatif dapat mengganggu fungsi ginjal, alat
reproduksi serta menyebabkan tekanan darah tinggi bahkan stress. Standar WHO
ambang batas kandungan Pb dalam darah 20 mikrogr/100 cc darah untuk dewasa
dan 10 – 30 mikrogr/100 cc anak-anak. Tingkat keracunan Pb dapat dipengaruhi
oleh umur, jenis kelamin dan musim. Makin muda seseorang semakin rentan
terhadap keracunan Pb, perempuan lebih rentan daripada laki-laki, dan musim
panas semakin meningkatkan daya racun pada anak-anak.

PEMBAHASAN

Analisis Pencemaran Udara di Sektor Transportasi

Emisi kendaraan bermotor mengandung berbagai senyawa kimia. Komposisi


dari kandungan senyawa kimianya tergantung dari kondisi mengemudi, jenis mesin,
alat pengendali emisi bahan bakar, suhu operasi dan faktor lain yang semuanya ini
membuat pola emisi menjadi rumit. Jenis bahan bakar pencemar yang dikeluarkan
oleh mesin dengan bahan bakar bensin maupun bahan bakar solar sebenarnya sama
saja, hanya berbeda proporsinya karena perbedaan cara operasi mesin. Secara visual
selalu terlihat asap dari knalpot kendaraan bermotor dengan bahan bakar solar, yang
umumnya tidak terlihat pada kendaraan bermotor dengan bahan bakar bensin.

Senyawa-senyawa di dalam gas buang terbentuk selama energi diproduksi


untuk mejalankan kendaraan bermotor. Beberapa senyawa yang dinyatakan dapat
membahayakan kesehatan adalah berbagai oksida sulfur, oksida nitrogen, dan oksida
karbon, hidrokarbon, logam berat tertentu dan partikulat. Pembentukan gas buang
tersebut terjadi selama pembakaran bahan bakar fosil-bensin dan solar didalam mesin.

Dibandingkan dengan sumber stasioner seperti industri dan pusat tenaga


listrik, jenis proses pembakaran yang terjadi pada mesin kendaraan bermotor tidak
sesempurna di dalam industri dan menghasilkan bahan pencemar pada kadar yang
lebih tinggi, terutama berbagai senyawa organik dan oksida nitrogen, sulfur dan
karbon. Selain itu gas buang kendaraan bermotor juga langsung masuk ke dalam
lingkungan jalan raya yang sering dekat dengan masyarakat, dibandingkan dengan
gas buang dari cerobong industri yang tinggi. Dengan demikian maka masyarakat
yang tinggal atau melakukan kegiatan lainnya di sekitar jalan yang padat lalu lintas
kendaraan bermotor dan mereka yang berada di jalan raya seperti para pengendara
bermotor, pejalan kaki, dan polisi lalu lintas, penjaja makanan sering kali terpapar
oleh bahan pencemar yang kadarnya cukup tinggi. Estimasi dosis pemaparan sangat
tergantung kepada tinggi rendahnya pencemar yang dikaitkan dengan kondisi lalu
lintas pada saat tertentu.

Keterkaitan antara pencemaran udara di perkotaan dan kemungkinan adanya


resiko terhadap kesehatan, baru dibahas pada beberapa dekade belakangan ini.
Pengaruh yang merugikan mulai dari meningkatnya kematian akibat adanya smog
sampai pada gangguan estetika dan kenyamanan. Gangguan kesehatan lain diantara
kedua pengaruh yang ekstrim ini, misalnya kanker pada paru-paru atau organ tubuh
lainnya, penyakit pada saluran tenggorokan yang bersifat akut maupun khronis, dan
kondisi yang diakibatkan karena pengaruh bahan pencemar terhadap organ lain sperti
paru, misalnya sistem syaraf. Karena setiap individu akan terpapar oleh banyak
senyawa secara bersamaan, sering kali sangat sulit untuk menentukan senyawa mana
atau kombinasi senyawa yang mana yang paling berperan memberikan pengaruh
membahayakan terhadap kesehatan.

Bahan pencemar yang terutama terdapat didalam gas buang buang kendaraan
bermotor adalah karbon monoksida (CO), berbagai senyawa hindrokarbon, berbagai
oksida nitrogen (NOx) dan sulfur (SOx), dan partikulat debu termasuk timbel (PB).
Bahan bakar tertentu seperti hidrokarbon dan timbel organik, dilepaskan keudara
karena adanya penguapan dari sistem bahan bakar.

Lalu lintas kendaraan bermotor, juga dapat meningkatkan kadar partikular


debu yang berasal dari permukaan jalan, komponen ban dan rem. Setelah berada di
udara, beberapa senyawa yang terkandung dalam gas buang kendaraan bermotor
dapat berubah karena terjadinya suatu reaksi, misalnya dengan sinar matahari dan uap
air, atau juga antara senyawa-senyawa tersebut satu sama lain. Proses reaksi tersebut
ada yang berlangsung cepat dan terjadi saat itu juga di lingkungan jalan raya, dan
adapula yang berlangsung dengan lambat.

Reaksi kimia di atmosfer kadangkala berlangsung dalam suatu rantai reaksi


yang panjang dan rumit, dan menghasilkan produk akhir yang dapat lebih aktif atau
lebih lemah dibandingkan senyawa aslinya. Sebagai contoh, adanya reaksi di udara
yang mengubah nitrogen monoksida (NO) yang terkandung di dalam gas buang
kendaraan bermotor menjadi nitrogen dioksida (NO2 ) yang lebih reaktif, dan reaksi
kimia antara berbagai oksida nitrogen dengan senyawa hidrokarbon yang
menghasilkan ozon dan oksida lain, yang dapat menyebabkan asap awan fotokimia
(photochemical smog). Pembentukan smog ini kadang tidak terjadi di tempat asal
sumber (kota), tetapi dapat terbentuk di pinggiran kota. Jarak pembentukan smog ini
tergantung pada kondisi reaksi dan kecepatan angin.

Untuk bahan pencemar yang sifatnya lebih stabil sperti limbah (Pb), beberapa
hidrokarbon-halogen dan hidrokarbon poliaromatik, dapat jatuh ke tanah bersama air
hujan atau mengendap bersama debu, dan mengkontaminasi tanah dan air. Senyawa
tersebut selanjutnya juga dapat masuk ke dalam rantai makanan yang pada akhirnya
masuk ke dalam tubuh manusia melalui sayuran, susu ternak, dan produk lainnya dari
ternak hewan. Karena banyak industri makanan saat ini akan dapat memberikan
dampak yang tidak diinginkan pada masyarakat kota maupun desa.

Emisi gas buang kendaraan bermotor juga cenderung membuat kondisi tanah
dan air menjadi asam. Pengalaman di negara maju membuktikan bahwa kondisi
seperti ini dapat menyebabkan terlepasnya ikatan tanah atau sedimen dengan
beberapa mineral/logam, sehingga logam tersebut dapat mencemari lingkungan.

Dibawah ini merupakan tabel yang memuat standar baku pencemaran udara
yang dikeluarkan oleh Bapedal yang disesuaikan dengan berbagai daerah perkotaan di
seluruh Indonesia.
Tabel. IV

Indeks Standar Pencemaran Udara

Penanggulangan Pencemaran Udara oleh Emisi Buang Kendaraan Bermotor

Untuk menanggulangi pencemaran udara akibat kendaraan bermotor,


diperlukan usaha yang membutuhkan dukungan dari segala pihak. Contohnya
seperti mensosialisasikan pemasangan “catalyst and converter kit” yakni
converter yang dipasang di saluran pembuangan (knalpot) pada kendaraan
bermotor.

Catalyst and converter kit yang sekarang dikembangkan menggunakan


bahan Rhodium yang mampu mengubah NOx dan COx menjadi NO2 (Nitrogen +
Oxygen) dan CO2 (Carbon + Oxygen).

Untuk di sekitar daerah perkotaan dan jalan raya yang padat, dapat
ditanami tanaman atau pepohonan yang memiliki banyak daun agar proses
fotosintesis oleh tumbuhan di siang hari dapat menyerap karbondioksida dengan
lebih banyak.

Namun selain cara diatas, sebenarnya banyak yang dapat dilakukan untuk
mengatasi permasalahan akibat pencemaran udara yang disebabkan oleh
kendaraan bermotor. Namun hanya sedikit yang mau menerapkannya karena
kurangnya kesadaran akan lingkungan. Yang perlu diperbaiki sebenarnya adalah
manusia yang melakukan pencemaran udara itu sendiri. Kesadaran akan
lingkungan yang kurang menyebabkan manusia itu tidak mau tahu akan kerusakan
lingkungan yang dilakukannya. Namun terlepas dari semua itu apabila ada
kesadaran akan lingkungan, sebenarnya ada beberapa usaha yang dapat dilakukan
guna mengurangi dampak dari pencemaran udara itu sendiri yang diantaranya
adalah:

a) Usaha dari Pihak Pemerintah dan Dinas Perhubungan:

 Pemberian keringanan pajak untuk bea-impor conversion kit, sehingga


harga jualnya dapat ditekan dan terjangkau oleh masyarakat.
 Peraturan pemerintah yang mewajibkan kepada Agen Tunggal
Pemegang Merk (ATPM) untuk memasang Catalytic Converter pada
setiap kendaraan baru yang sudah diproduksi.
 Penerbitan surat intruksi agar diadakan penelitian pengembangan
bahan bakar nabati (BBN) yang lebih intensif oleh intansi-intansi
bidang energi.
 Penerbitan surat keputusan mengenai jumlah kendaraan bermotor
yang diperbolehkan diproduksi di Indonesia dan masing-masing
daerah.
 Penarikan dan pembatasan mobil dinas pribadi dan pengadaan bus-bus
angkutan bagi pegawai negeri sipil di masing-masing intansi guna
menekan jumlah kendaraan bermotor.
 Melakukan perluasan jalan raya agar tidak terjadi kemacetan, karena
dalam kemacetan emisi buang kendaraan bermotor relatif tinggi.
b) Usaha dari Pihak Masyarakat
 Hindari pemakaian kendaraan bermotor apabila dapat ditempuh
dengan jalan kaki (ke mesjid misalnya).
 Lakukan perawatan terhadap kendaraan bermotor anda agar mesinnya
tetap berfungsi baik dan dapat melakukan pembakaran dengan
sempurna dan memasang filter atau “catalyst kit” yang dianjurkan
pada knalpot
 Mengurangi aktivitas di luar rumah yang tidak perlu dan
mempergunakan kendaran bermotor.
c) Usaha dari Pihak Swasta (Produsen Kendaraan Bermotor)
 Memasang filter atau “catalyst kit” pada kendaraan yang diproduksi.
 Pengurangan kapasitas mesin agar pembakaran lebih sedikit, efisien
dan hemat BBM.

KESIMPULAN

Dampak pencemaran udara pada kesehatan masyarakat yang dapat penulis


simpulkan adalah antara lain :
1. Peningkatan morbiditas. Beberapa bahan pencemar dapat melemahkan
sistem daya tahan tubuh, sehingga memudahkan terjadinya berbagai
penyakit, terutama infeksi.
2. Penyakit tersembunyi tidak jelas, tidak spesifik, antara sakit dan tidak
sehingga mengganggu pertumbuhan perkembangan, serta umur.
Contohnya, pencemaran debu dikaitkan dengan peningkatan
mortalitas.
3. Gangguan fungsi fisiologis organ tubuh, seperti paru – paru, syarat,
transfor oksigen ke seluruh jaringan, serta kemampuan sensorik.
4. Kemunduran kenampilan, aktivitas atlet, kemampuan motorik, dan
aktivitas belajar.
5. Iritasi sensorik.
6. Penimbunan berbagai bahan pencemar dalam tubuh, yang pada
akhirnya dapat menimbulkan gangguan kesehatan di usia senja. Ini
lazim dikenal sebagai peristiwa geriatrik.
7. Kenyaman dan keindahan, misalnya bau, debu, asap dan lain-lain
adalah komponen yang tidak indah dan nyaman karena
keberadaannya.
8. Biaya kesehatan seperti poliklinik, perawatan, peluang kerja dan
produktivitas, dan lain – lain.

Adapun dalam penanggulangannya, dan setelah disadari bahwa tingkat


polusi udara dari sektor transportasi sudah melebihi baku mutu lingkungan, sehingga
diperlukan kerjasama yang komprehensif dari pemerintah terutama Departemen
Perhubungan, masyarakat dan produsen kendaraan bermotor guna mengurangi,
mencegah serta menanggulangi dampak berbahaya udara yang tercemar akibat
penggunaan kendaraan bermotor.

DAFTAR PUSTAKA

Komite Penghapusan Bensin Bertimbal. 1999. Dampak Pemakaian Bensin


Bertimbal dan Kesehatan. Jakarta
Moestikahadi, Soedomo. 2001. Kumpulan Karya Ilmiah mengenai Pencemaran
Lingkungan
Moore, Curtis. 2008. Mutu Udara Kota - Cara Lain Menangani Polusi Akibat
Kendaraan Bermotor. Boston
Tugaswati, Tri. Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor dan Dampaknya
Terhadap Kesehatan.

You might also like