You are on page 1of 16

PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI KARET

DOSEN PEMBIMBING :
NOPI STIYATI P., S.Si, M.T

OLEH :
NIDYA PRASTIWI H1E108034

PROGAM STUDI S-1 TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU

2010
ABSTRAK

Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah pusat maupun pemerintah daerah


untuk menanggulangi kerusakan lingkungan hidup sejak tahun 1980, namun demikian
degradasi lingkungan hidup masih dirasakan saat ini. Salah satu penyebab kerusakan
lingkungan ini adalah akibat pencemaran terhadap lingkungan yang dapat menyebabkan
menurunnya kualitas lingkungan hidup adalah bersal dari kegiatan industri, yaitu
pembuangan limbah industri yang belum memenuhi baku mutu lingkungan.
Saat ini kondisi pabrik karet sebagian besar berada di daerah yang cukup padat
pemukimannya, kapasitas produksinya semakin hari semakn besa, lahan yang tersedia
untuk mengolah limbah, rata-rata tidak mencukupi karena volume air yang digunakan
semakin besar dan kualitas limbah semakin kotor dan upaya pabrik secara sendiri-
sendiri melakukan pemilihan bahan baku yang bersih untuk memperbaiki mutu,
meningkatkan efesiensi, mengurangi pemakaian air dan pencemaran yang kurang
berhasil.
Kata Kunci : Limbah, Karet
ABSTRACT

Various efforts have been made the central and local governments to tackle
environmental damage since 1980, however, the environmental degradation is still felt
today. One cause of this environmental damage is the result of environmental pollution
that can cause environmental degradation is bersal of indstri activities, ie industrial
waste embuangan not meet environmental quality standards.
Current condition of most of the rubber factory in the area quite dense
settlements, increasing its production capacity besa semakn day, land is available to
process the waste, the average is not sufficient because the volume of water used more
and more dirty waste quality and effort in the factory its own conduct elections a clean
raw material to improve quality, increase efficiency, reduce water consumption and
pollution are less successful.
Keywords: Waste, Rubber
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan negara dengan lahan perkebunan karet terluas di dunia.


Namun bila ditinjau dari segi produktivitas, Indonesia masih berada di bawah Thailand
dan Malaysia. Ini memperlihatkan kurang efisiennya pengolahan karet di Indonesia
selama ini.
Karet adalah polimer hidrokarbon yang terbentuk dari emulsi kesusuan (dikenal
sebagai latex) yang diperoleh dari getah beberapa jenis tumbuhan pohon karet tetapi
dapat juga diproduksi secara sintetis. Sumber utama barang dagang dari latex yang
digunakan untuk menciptakan karet adalah pohon karet Heveaá brasiliensis
(Euphorbiaceae). Ini dilakukan dengan cara melukai kulit pohon sehingga pohon akan
memberikan respons yang menghasilkan lebih banyak latex lagi. Pohon jenis lainnya
yang mengandung lateks termasuk fig, euphorbia dan dandelion.. Lebih dari setengah
produksi karet yang digunakan sekarang ini adalah sintetik, tetapi beberapa juta ton karet
alami masih tetap diproduksi setiap tahun, dan masih merupakan bahan penting bagi
beberapa industri termasuk otomotif dan militer. Karet hypoallergenic dapat dibuat dari
Guayule. Eksperimen awal dari pengembangan karet sintetis membawa ke penemuan
Silly Putty.
Karet alam (polyisoprene) termasuk ke dalam elastomer yaitu bahan yang dapat
direnggangkan dan dapat kembali seperti bentuk semula. Selain karet alam, terdapat
beberapa bahan yang juga termasuk elastomer yaitu polybutadiene, polyisobutylene dan
polyurethanes, yang ketiganya merupakan polimer sintetis.
Elastomer memiliki potensi yang besar dalam dunia industri karena memiliki sifat
keliatan dan kelekatan yang tinggi, elatisitas tinggi, daya tarik yang kuat, daya lengket
yang baik dan daya pegas yang tinggi. Karena sifat-sifat tersebut polyisoprene banyak
dimanfaatkan untuk membuat sepatu boot tahan air, bola dan peluru karet.
Molekul karet alam terbentuk melalui reaksi adisi monomer-monomer isoprene
secara teratur yang terikat secara “kepala ke ekor”, memiliki susunan geometri 98% cis-
1,4 dan 2% trans-1,4 dengan berat molekul berkisar antara 1-2 juta dan mengandung
sekitar 15.000-20.000 ikatan tidak jenuh.
Karet alam dihasilkan dari tanaman karet Hevea brasiliensis. Tanaman karet
termasuk tanaman tahunan yang tergolong dalam famili Euphorbiaceae, tumbuh baik di
dataran rendah hingga menengah (0-400 dpl) dengan curah hujan 1500-2500 mm/tahun
dan mampu hidup di lahan dengan keasaman tinggi (pH 4.0-4.5), pada tanah bersolum
dalam dan miskin hara.
Untuk mendapatkan karet alam, dilakukan penyadapan terhadap batang pohon
tanaman karet hingga dihasilkan getah kekuning-kuningan yang disebut dengan lateks.
Lateks merupakan cairan atau sitoplasma yang berisi ±30% partikel karet. Pada tanaman
karet, lateks dibentuk dan terakumulasi dalam sel-sel pembuluh lateks yang tersusun pada
setiap jaringan bagian tanaman, seperti pada bagian batang dan daun. Penyadapan lateks
dapat dilakukan dengan mengiris sebagian dari kulit batang. Penyadapan ini harus
dilakukan secara hati-hati karena kesalahan dalam penyadapan dapat membahayakan
bahkan mematikan pohon karet.
Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi lateks dalam penyadapan antara lain
arah dan sudut kemiringan, panjang irisan sadap, letak bidang sadap, kedalaman irisan
sadap, ketabalan irisan sadap, frekuensi penyadapan dan waktu penyadapan. Waktu
penyadapan yang baik adalah dilakukan sepagi mungkin sekitar pukul 05.00-07.30.
Secara umum dalam lateks karet yang segar mengandung 20-60% karet, 0.3-0.7
% abu, 1-2% protein, 2% resin atau lipid dan 33-75% air. Adapun menurut Tangpakdee
(1998) lateks jika disentrifugasi pada 54.000 g (gravitasi) selama 1 jam akan terpisahkan
menjadi beberapa komponennya yaitu fraksi karet, frey wyssling, serum C (sitosol) dan
fraksi bawah yang terdiri atas partikel lutoid. Fraksi karet sebanyak 37% mengandung
protein, fosfolipid, sterol ester, lemak dan resin, sedangkan frey wyssling mengandung
karotenoid, plastokromanol, dan lipid. Fraksi frey wyssling ini berwarna kuning dan
mengandung partikel-partikel berbentuk spiral dengan diameter 3-6µm. Serum C adalah
cairan bening yang merupakan sitosol dari sel pembuluh lateks, mengandung berbagai
persenyawaan antara lain sukrosa, protein dan asam-asam organik. Fraksi bawah terdiri
atas protein, fosfolipid, sterol, trigonolein, labikuinon dan argothionin. Fraksi ini banyak
mengandung lutoid yang mengandung protein karet, lipid, ion Ca dan ion Mg.
Karet alam adalah jenis karet pertama yang dibuat sepatu. Sesudah penemuan
proses vulkanisasi yang membuat karet menjadi tahan terhadap cuaca dan tidak larut
dalam minyak, maka karet mulai digemari sebagai bahan dasar dalam pembuatan
berbagai macam alat untuk keperluan dalam rumah ataupun pemakaian di luar rumah
seperti sol sepatu dan bahkan sepatu yang semuanya terbuat dari bahan karet.
Usaha-usaha menggunakan karet untuk sepatu selalu gagal karena karet manjadi
kaku di musim hujan dan lengket serta berbau di musim panas seperti yang pernah
dilakukan oleh Roxbury Indian Rubber Company pada tahun 1833 dengan cara
melarutkan karet alam terpentin dan mencampurnya dengan hitam karbon untuk
menghasilkan karet keras yang tahan air. Struktur dasar karet alam adalah rantai linear
unit isoprene (C5H8) yang berat molekul rata-ratanya tersebar antara 10.000 – 400.000.
Sifat-sifat mekanik yang baik dari karet alam menyebabkannya dapat digunakan
untuk berbagai keperluan umum seperti sol sepatu dan telapak ban kendaraan. Pada suhu
kamar, karet tidak berbentuk kristal padat dan juga tidak berbentuk cairan. Perbedaan
karet dengan benda-benda lain, tampak nyata pada sifat karet yang lembut, fleksibel dan
elastis. Sifat-sifat ini memberi kesan bahwa karet alam adalah suatu bahan semi cairan
alamiah atau suatu cairan dengan kekentalan yang sangat tinggi.Namun begitu, sifat-sifat
mekaniknya menyerupai kulit binatang sehingga harus dimastikasi untuk memutus rantai
molekulnya agar menjadi lebih pendek. Proses mastikasi ini mengurangi keliatan atau
viskositas karet alam sehingga akan memudahkan proses selanjutnya saat bahan-bahan
lain ditambahkan.
Karet semakin banyak digunakan dalam kehidupan manusia, dalam rumah tangga,
perusahaan dan sebagainya. Hal ini yang mendorong kegiatan industri karet semakin
tinggi pula limbah yang akan dihasilkan dari produksi tersebut. Baik itu limbah padat
maupun limbah cairnya. Pengelolaan limbah karet ini harus ditangani dengan sebaik-
baiknya, karena sangat berdampak pada lingkungan sekitar. Limbah dari hasil produksi
karet ada yang dapat di manfaatkan kembali dan ada pula yang mana harus benar-benar
di buang agar tidak mengganggu kualitas lingkungan.
Dalam jurnal ilmiah ini dimuat tentang sumber, karakteristik, dan dampak limbah
industri karet, teknologi proses karet, konsep pengolahan limbah industri karet.
Batasan Masalah

Limbah dari hasil produksi karet harus ditangani secara baik dan benar. Semakin
tinggi produktivitas penghasil karet semakin tinggi pula limbah yang akan dihasilkan.
Memang sebagian limbah masih dapat digunakan manfaatnya, seperti limbah karet yang
berunsur bagus untuk menyuburkan tanaman. Dan ada pula limbah karet cair yang harus
dibuang sampai-sampai harus dibuat kolam limbah dari hasil produksi karet tersebut.
Ruang lingkup pembahasan dalam pedman ini meliputi: identifikasi sumber dan
karakteristik dan dampak limbah industri karet, teknologi proses karet, dan konsep
pengolahan limbah industri karet.

Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini adalah mengidentifikasi pengelolaan limbah


industri karet.

Metode Penulisan

Jurnal ilmiah ini bersifat diskriptif yang akan mengkaji industri karet beserta
pengelolaan limbah karet tersebut. Penyusunan makalah dilakukan dengan studi pustaka,
melalui tahapan pengumpulan pustaka yang diambil dari internet dan literature, data-data
pendukung dan pembuatan jurnal ilmiah.

TINJAUAN PUSTAKA

Industri Karet

Karet adalah polimer hidrokarbon yang terkandung pada lateks beberapa jenis
tumbuhan. Sumber utama produksi karet dalam perdagangan internasional adalah para
atau Hevea brasiliensis (suku Euphorbiaceae). Beberapa tumbuhan lain juga
menghasilkan getah lateks dengan sifat yang sedikit berbeda dari karet, seperti anggota
suku ara-araan (misalnya beringin), sawo-sawoan (misalnya getah perca dan sawo
manila), Euphorbiaceae lainnya, serta dandelion. Pada masa Perang Dunia II, sumber-
sumber ini dipakai untuk mengisi kekosongan pasokan karet dari para. Sekarang, getah
perca dipakai dalam kedokteran (guttapercha), sedangkan lateks sawo manila biasa
dipakai untuk permen karet (chicle). Karet industri sekarang dapat diproduksi secara
sintetis dan menjadi saingan dalam industri perkaretan.
Banyak sifat-sifat karet alam ini yang dapat memberikan keuntungan atau
kemudahan dalam proses pengerjaan dan pemakaiannya, baik dalam bentuk karet atau
kompon maupun dalam bentuk vulkanisat. Dalam bentuk bahan mentah, karet alam
sangat disukai karena mudah menggulung pada roll sewaktu diproses dengan open
mill/penggiling terbuka dan dapat mudah bercampur dengan berbagai bahan-bahan yang
diperlukan di dalam pembuatan kompon. Dalam bentuk kompon, karet alam sangat
mudah dilengketkan satu sama lain sehingga sangat disukai dalam pembuatan barang-
barang yang perlu dilapis-lapiskan sebelum vulkanisasi dilakukan.
Keunggulan daya lengket inilah yang menyebabkan karet alam sulit disaingi oleh
karet sintetik dalam pembuatan karkas untuk ban radial ataupun dalam pembuatan sol
karet yang sepatunya diproduksi dengan cara vulkanisasi langsung.
Karet alam mengandung beberapa bahan antara lain: karet hidrokarbon, protein,
lipid netral, lipid polar, karbohidrat, garam anorganik, dll.
Protein dalam karet alam dapat mempercepat vulkanisasi atau menarik air dalam
vulkanisat. Beberapa lipid ada yang merupakan bahan pencepat atau antioksidan. Protein
juga dapat meningkatkan heat build up tetapi dapat juga meningkatkan ketahanan sobek.
Karet alam lama kelamaan dapat meningkat viskositasnya atau menjadi keras.
Ada jenis karet alam yang sudah ditambah bahan garam hidroksilamin sehingga tidak
bisa mengeras dan disebut karet CV (contant viscosity). Karet alam bisa mengkristal pada
suhu rendah (misalkan -26°C) dan bila ini terjadi, diperlukan pemanasan karet sebelum
diolah pabrik barang jadi karet.

Sumber Limbah Industri Karet

Apabila dilihat dari tahapan poduksi baik dari bahan baku berasal dari lateks dan
bahan olahan karet rakyat (bokar), maka limbah yang terbentuk pada industri karet dapat
berupa limbah padat, limbah cair, dan limbah gas. Kualitas bahan baku berpengaruh
terhadap tingkat kuantitas dan kualitas limbah yang akan terjadi dengan rincian sebagai
berikut :
1. makin kotor bahan karet olahan akan mkin banyak air yang diperlukan untuk proses
pembersihannya, sehingga debit limbah cairpun meningkat.
2. makin kotor dan makin tinggi kadar air dari bahan baku karet olahan, akan makin
mudah terjadinya pembusukan, sehingga kuantitas limbah gas/bau pun meningkat.
3. bahan baku karet olahan yang kotor menyebabkan kuantitas lumpur, tatal dan pasir
relatif tinggi.
Pembersihan dilakukan melalui pengecilan ukuran, proses ini juga bertujuan untuk
memperbesar luas pemukaan karet agar waktu pengeringan relatif singkat. Dengan
demikian, limbah yang terbentuk dominan berbentuk limbah cair.
Sumber limbah cair dapat dikategorikan dari proses produksi dengan rincian
sebagai berikut:
1. Bahan baku olahan karet rakyat
Bahan baku karet rakyat berbentuk koagulum (bongkahan) yang telah dibubuhi asam
semut, dan banyak mengandung air dan unsur pengotor dari karet baik disengaja maupun
tidak disegaja oleh kebun rakyat. Sumber limbahnya antara lain:
a. penyimpanan koagulum
b. sebelum produksi terlebih dulu karet disempot air sehingga menghasilkan limbah
c. pencacahan koagulum lalu di cuci dengan air lagi
d. proses peremahan dengan hammer mill juga menghasilkan limbah cair, waaupun
jumlahnya relatif kecil
2. Bahan baku berasal dari lateks kebun
Dalam proses produksi untuk meghasilkan karet digunakan air lebih sedikit, tetapi
mempunyai bahan kimia didalam air limbahnya. Sumber limbahnya adalah dari proses
pencacahan dan peremahan.
Pengaruh tiap parameter terhadap lingukungan dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. BOD
BOD merupakan salah satu parameter limbah yang ,e,beri gambaran atas tingkat polusi
air. Semakin tinggi nilai BOD menunjukkan makin besar oksigen yang dibutuhkan oleh
mikroorganisme merubah organik. Makin tinggi kandungan bahan organik akan
menyebabkan makn berkurangnya konsentrasi oksigen terlarut di dalam air yang
akhirnya berakibat kematian berbagai biota air. Pengurangan konsentrasi oksigen terlarut
menyebabkan kondisi aerob bergeser ke kondisi anaerob.
b. COD
COD mirip dengan BOD, bedanya osigen yang diperlukan merupakan oksigen
kimiawi seperti O2 atau oksidator lainnya untuk mengoksidasi secara kimia bahan
organik menjadi senyawa lain seperti gas metan, amoniak, dan karbon dioksida. Nilai
COD selalu lebih tinggi daripada nilai BOD karena hampir seluruh jenis bahan organik
dapat teroksidasi secara kimia termasuk bahan organik yang teroksidasi secara biologis.
c. Padatan Terendap
Padatan terendap menunjukkan jenos padatan yang terkandung di dalam cairan limbah
yang mampu mengendap di dasar cairan secara gravitasi dalam waktu paling lama sekitar
1 jam.
d. Padatan Tersuspensi
Padatan tersuspensi adalah padatan yang membentuk suspensi atau koloid. Secara
kasat mata padatan ini terlihat mengapung atau mengambang serta mengeruhkan air
karena berat jenisnya relatif rendah.
e. Padatan Terlarut
Padatan ini bersama-sama dengan suspensi koloid tidak dapat dipisahkan secara
penyaringan. Pemisahannya hanya dapat dilakukan dengan proses oksidasi biologis atau
koagulasi kimia.
f. Kandungan Nitrogen
Bentuk senyawa nitrogen yang paling umum adlah protein amonia, nitrit dan nitrat.
Ketiga jenis terakhir ini dihasilkan dari perombakan protein, sisa tanaman dan pupuk
yang tersisa di dalam cairan limbah.
g. Derajat Keasaman (pH)
Suatu cairan dikatan bersifat normal bila pH = 7 . makin rendah nilai pH artinya air
makin bersifat asam, sebaliknya makin tinggi bersifat basa.

Karakteristik dan Dampak Limbah Cair

Karakteristik dan jumlah limbah yang dihasilkan dari proses produksi karet
dipengaruhi oleh bahan baku yang digunakan
1. Perkiraan Debit Limbah Cair
Proses pengolahan karet tergolong proses basah, banyaknya kebutuhan air untuk
keperluan pngolahan akan menentukan banyaknaya limbah cair yang dihasilkan,
sekaligus menetukan rancangan ukuran sarana pengolah limbah. Jumlah air yang
digunakan dalam proses produksi, hampir seluruhnya menjadi limbah, karena
karet baik berupa bahan baku maupun setengah jadi tidak menyerap air. Pengaruh
kebutuhan air adalah tingkat kotoran yang ada dalam bahan baku, serta efesiensi
kinerja sarana pengolahan. Nilai parameter limbah pada setiap bagian proses
pengolahan berbeda-beda. Nilai parameter BOD atau COD yang sangat besar dari
air buangan menunjukkan tingginya kadar bahan organiknya, peningkatan kadar
bahan organik akan makin mengganggu ekosistem lingkungan yang menerima air
buangan karena oksigen banyak digunakan oleh bakteri pengurai untuk
menghancurkan bahan organik tersebut. Total padatan merupakan bahan yang
berasal dari emecahan komponen organik, sedangkan padatan tersuspendi
merupakan bahan yang tidak larut d dalam air dan cenderung mengalami
pembusukan jika suhu air meningkat (musim panas). Dampak negatif juga timbul
jika air limbah langsung dibuang ke sungai atau perairan umum. Bagi pabrik yang
berlokasi di areal perkebunan, penanganan limbah cair relatif mudah, bahkan
dapat dimanfaatkan menjadi pupuk tanaman karetnya.
2. Karakteristik dan Dampak Limbah Padat
Secara umum limbah padat yang terbentuk pada pengolahan karet tidak tergolong
limbah beracun. Limbah biasanya hanya berupa tatal, lumpur, pasir rotan, kayu,
daun, dan plastik bekas kemasan. Bokar yang kotor merupakan sumber utama
pembawa limbah padat. Beberapa jenis padatan dalam jumlah yang sudah
sedemikian besar akan mengganggu keseimbangan ekosistem. Limbah tersebut
jika dibuang ke sungai, dalam jangka waktu tertentu akan menyebabkan
pendangkalan badan air. Limbah padat akan dikirim ke TPA dalam keadaan sudah
cukup kering, lebih baik lagi jika sudah bersifat kompos, sehingga di TPA tinggal
proses pelapukan akhir.

Teknologi Proses Karet

Bahan baku yang diperoleh industri karet berasal dari industri perkebunan, bahan
baku tersebut berbentuk lateks dan dari perkebunan rakyat berbentuk koagulum yang
sudah diawetkan dengan asam sulfit. Bahan baku tersebut harus dibersihkan dan juga
harus dalam kondisi stabil. Dalam proses pencucian dan penstabilan karet tersebut
diperlukan bahan pencucinya adalah air bersih cukup banyak, dan umumnya diambil dari
air pemukaan sungai.
Sebelum dilakukan proses pencacahan karet yang berbentuk koagulum terlebih
dahulu dilakukan pencucian dengan menyemprotkan air ke tumpukan koagulum karet
tersebut, selanjutnya dilakukan pemecahan (breaker), dan pencacahan rextunderyang
ditindaklanjuti dengan mixing tank. Kemudian dilakukan proses penggilingan di crapper
berulang-ulang sampai diperoleh karet yang benar-benar murni atau berdih dan kondisi
stabil. Kemudian dilakukan pengeringan selama kurang lebih dari 8 jam, kemudian
dipotong-potong.
Proses produksi karet meliputi hal-hal berikut :
1. Bahan baku (lateks kebun)
2. Penerimaan lateks di gudang pabrik
3. Pengenceran Lateks
4. Penambahan bahan kimia
5. Penggumpalan
6. Penggilingan
7. Pengemasan
Pasokan air bagi proses produksi maupun untuk penunjang memerlukan jumah
yang besar/banyak dengan fungsinya sebagai pembersih atau pencuci. Apabila air yang
diperoleh dari sumbernya sudah layak sebagai pencuci maka langsung digunakan atau
sebaliknya. Pembakuan air bertujuan untuk menghilangkan kontaminan yang berada dala
air baku berupa padatan tersuspensinya, padat terlarutnya dan kontaminasi logam.
Apabila tidak ditemukan unsur logam, maka pengbakuan air dilakukan secara fisika saja
yaitu cara filtrasi dan sedimentasi.

METODE PENELITIAN

Seiring dengan keinginan manusia menggunakan barang yang bersifat tahan dari
pecah dan elastis maka kebutuhan akan karet saat ini akan terus berkembang dan
meningkat sejalan dengan pertumbuhan industri otomotif, kebutuhan rumah sakit, alat
kesehatan dan keperluan rumah tangga dan sebagainya. Diperkirakan untuk masa yang
akan datang kebutuhan akan karet akan terus meningkat. Tentu hal ini akan menjadi
peluang yang baik bagi Indonesia mengekspor karet dan hasil olahan industri karet yang
ada di Indonesia ke negara-negara lainnya.
Dengan memperhatikan adanya peningkatan permintaan akan bahan karet alami
di negara-negara industri terhadap komoditi karet dimasa yang akan datang, maka upaya
untuk meningkatkan persediaan akan karet alami dan industri produksi karet merupakan
langkah yang bagus untuk dilaksanakan. Guna mendukung hal ini semua, perlu
diperhatikan perkembangan perkebunan karet, industri hilir guna memberi nilai tambah
dari hasil industri hulu.
Karet tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia saat ini dan yang akan
datang. Barang yang berbahan dasar karat diperlukan di seluruh negara di dunia baik
untuk kehidupan sehari-hari, maupun keperluan khusus yang berkaitan dengan teknologi
tinggi. Penggunaan karet alam untuk berbagai keperluan yang semakin meningkat seiring
dengan kemajuan industri, di sisi lain menimbulkan dampak negatif berupa pencemaran.
Salah satu dampak negatif tersebut adalah menumpuknya/tidak terolahnya limbah padat
karet alam. Limbah padat karat alam adalah produk jadi atau setengah jadi berbahan baku
karet alam, yang telah kadaluwarsa, cacat atau tidak dipergunakan lagi karena tidak
dikehendaki.
Limbah lateks memiliki kandungan bahan organik yang sangat tinggi seperti
terlihat pada tingginya kadar COD dan nitrogen totalnya, sehingga merupakan sumber
pencemaran yang potensial dan berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai medium
pertumbuhan mikroba, khususnya untuk produksi biomassa protein sel tunggal. Dengan
demikian kadar cemaran dapat diturunkan dan sekaligus diperoleh nilai tambah.
Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan
menggunakan lima taraf perlakuan dan tiga ulangan yaitu A. Limbah lateks 0%, B.
Limbah lateks 2,5%, C. Limbah lateks 5%, D. Limbah lateks 7,5% dan E. Limbah lateks
10%. Parameter yang diamati adalah berat biomassa kering dan kadar protein Spirulina
platensis. Data dihitung dengan analisis varians satu jalan dan diuji lanjut dengan LSD.
Hasil analisis statistik dengan Anava Satu Jalan untuk berat rata-rata biomassa kering dan
rata-rata kadar protein Spirulina platensis,F hitung > F tabel. Hasil uji lanjut LSD
terhadap berat rata-rata Spirulina platensis dan didapatkan hasil yaitu kelompok A tidak
berbeda signifikan dengan kelompok B. Hal yang sama juga terjadi pada kelompok D dan
E. Kelompok C berbeda signifikan dengan kelompok A, B, D dan E. Uji lanjut dengan
LSD terhadap kadar protein Spirulina platensis dan didapatkan hasil yaitu kelompok A
berbeda signifikan dengan kelompok B. Kelompok B tidak berbeda signifikan dengan
kelompok C. Kelompok D tidak berbeda signifikan dengan kelompok B dan C.
Sedangkan kelompok E berbeda signifikan dengan kelompok A, B, C dan D.
Disimpulkan bahwa konsentrasi limbah lateks berpengaruh terhadap produksi protein sel
tunggal (Spirulina platensis) dan kadar protein sel tunggal (Spirulina platensis). Kadar
terbaik untuk produksi Spirulina platensis terdapat pada konsentrasi limbah lateks
sebesar 10%. Perlu dilakukan penelitian serupa dengan konsentrasi limbah lateks di atas
10% dengan rentangan suhu dan pH yang bervariasi dan penelitian serupa dengan spesies
alga yang lain. Disamping itu perlu dilakukan penelitian dengan menggunakan limbah
lain yang tersedia di lingkungan sehingga didapatkan hasil yang bermanfaat bagi
masyarakat luas.
Beberapa akibat merugikan yang disebabkan oleh adanya limbah produk karet
alam adalah :
1. Gangguan terhadap kesehatan;
2. Gangguan terhadap kehidupan biotik;
3. Gangguan terhadap keindahan dan kenyamanan.
Limbah padat ini karena tidak dapat didaur-ulang, maka biasanya dibiarkan menumpuk
begitu saja, ditimbun atau dibakar. Hal ini disebabkan karena karat alam merupakan
bahan polimer yang bersifat termoset atau bahan polimer yang tidak dapat diolah kembali
dengan cara pemanasan dan pengepresan. Selain itu karat alam juga merupakan bahan
polimer yang sulit terdegradasi dialam, sehingga limbah karet alam tersebut akan
menumpuk di permukaan bumi.
Dalam mengatasi limbah produk karet alam, beberapa upaya telah dilakukan
antara lain pembakaran ataupun penimbunan, di mana hal ini menimbulkan masalah baru
karena dengan pembakaran (insenerasi) selain biayanya cukup mahal juga menghasilkan
asap hitam yang mengganggu pernafasan dan mengganggu kenyamanan. Sedangkan bila
ditimbun di dalam tanah, akan mengganggu masuknya unsur hara dan menghambat
resapan air kedalam tanah. Untuk mengantisipasi semakin menumpuknya limbah karet,
saat ini sedang dikembangkan bermacam-macam penelitian untuk menanggulangi limbah
tersebut sesuai dengan kebijakan pemerintah yang tertuang dalam Pedoman Minimisasi
Limbah (BAPEDAL,1992).
Limbah lateks pekat merupakan polutan yang potensial jika tidak ditangani
dengan baik. Pengolahan limbah lateks untuk memenuhi persyaratan lingkungan semata,
akan membutuhkan biaya yang cukup besar.
Kini limbah lateks dapat dikonversi secara mikrobiologis untuk menghasilkan
berbagai produk yang bernilai tambah ekonomis tinggi seperti: IAA (hormon tumbuhan),
pupuk bio organik, dan biomassa mikroalga.
Proses biokonversi dapat dibuat berlangsung simultan dengan pengolahan limbah,
sehingga bisa mengurangi volume limbah dan sekaligus menghilangkan bau busuk.
Pupuk bio organik yang dihasilkan terbukti dapat menghemat sampai 50% pupuk kimia
pada tanaman pangan, tanaman perkebunan, serta tanaman penutup tanah

HASIL DAN PEMBAHASAN

Perusahaan harus menyadari bahwa apabila limbah yang dihasilkan dibuang ke


linkungan sekitarnya akan mempengaruhi keseimbangan alam atau lingkungan hidup
dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Dalam jangka pendek dapat dirasakan oleh
masyarakat setempat secara langsung maupun secara tidak langsung yag membuat respon
negatif terhadap perusahaan dan jangka menengah dan panjang akan mempengaruhi
lingkungan yang lebih luas.
Pengolahan limbah dapat dikelompokkan edalam pengolahan dari sumbernya
yang disebut sebagai proses produksi bersih, dan pengelolaan saat limbah tersebut keluar
dari proses produksi.
1. pengolahan limbah dari sumbernya
pengolahan limbah dapat dilakukan mulai dari sumber limbah itu dihasilkan, yaitu
dengan meminimalisasi limbah yang dihasilkan, reuse, reycling. Dalam industri
karet meminimalisasi limbah cair dapat dilakukan dengan cara:
a. gudang penyimpanan bahan baku sebaiknya beratap dan air yang keluar
dari bahan baku berupa limbah dialirkan langsung ke IPAL
b. limbah yang berasal dari pencucian awal koagulum dan pencacahan di
mesin Pre Beaker, dan di Hammer Mill dipisahkan saluran airnya serta
diarahkan langsung ke IPAL.
c. Air limbah yang berasal dari proses di tahap ke dua atau ketiga di creper,
tngkat kualitas air tersebut masih dapat digunakan pencucian tanpa
pengolahan.
d. Pemisahan dari saluran air limbah yang haus diolah terpisah dengan air
limbah yang masih dapat digunakan
e. Air yang keluar dari IPAL dapat digunakan kembali sebagai pencuci di
lantai gudang baha baku.
2. IPAL
Dalam pengolahan limbah cair dari industri karet adalah karakteristik limbahnya
dan teknologi prosesnya serta jenis produk yang dihasilkan sehingga dapat
dihasilkan keandalannya, keamanan berproduksi.
Dalam pengolahan limbah cair ini perlu diperhatikan menajemen pengolahan
limbah di perusahaan an pengolahan fisik limbah sebagai efluen dari proses
produksi.
 Pengolahan limbah pendahuluan bertujuan untuk memisahkan zat atau unsur
padatan kasar yang ada dalam air limbah dengan cara penyaringan untuk
meminimalisasi gangguan dalam proses pengolahan limbah berikutnya. Proses
pengolaha awal ini juga disebut sebagai pengolahan proses fisika
a. penyaringan
bertujuan untuk memisahkan pengotor yang berupa padatan kasar atau serpihan
yang terbawa oleh limbah cair.
b. sedimentasi
sedimentasi adalah proses pemisahan padatan dari cairannya dengan cara
mengendapkan secara gravitasi. Proses ini juga dapat memisahkan jenis padatan
berupa flok hasil proses kimiawi dan hasil proses biologi
c. netralisasi
limbah cair industri pengolahan karet bersifat asam, maka proses penetralan perlu
dilakukan terlebih daulu sebelum pengolahan lanjutan.
d. Equalisasi
Pross equalisasi sangat dibutuhkan agar aliran relatif konstan dan kinerja proses
operasi pada sistem pengolahan meningkat.
 Pengolahan limbah lanjutan dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu :
a. pengolahan secara kimiawi
b. pengolahan secara sistim kolam/flokulasi (aerob atau anaerob)
c. pengolahan secara lumpur aktif (biologi)
d. pengolahan secara pemanenan ganggang
 pengolahan secara kimia
a. koagulasi
proses koagulasi adalah perlakuan kimiawi terhadap limbah cair dengan cara
penambahan bahan elektrolit yang berlawanan muatan dengan koloid. Bahan
kimia yang bisa digunakan sebagai koagulan adalah tawas/ alum, fero sulfat, feri
sulfat dan feri khlorida.
b. flokulasi
flokulasi adalah proses pengadukan lambat dan terus meneris terhadap air yang
dikoagulasikan dengan tujuan membentuk flok.
 Pengolahan secara sekunder
Pengolahan secara sekunder juga disebut pengolahan secara biologi yang
bertujuan untuk mengirangi senyawa organik terlarut dalam air limbah.
 Pengolahan secara kolam fakultatif
Pabrik karet yang terletak di lokasi dengan ketersediaan lahan terbuka yang masih
luas seperti di PT Perkebunan atau perkebunan swasta bes, sistem kolam
arobik/anaerobik yang dilanjutkan dengan kolam fakultatif dinilai merupakan
sistem penanganan limbah yang paling memadai.
a. proses aerob
bahan-bahan organik terlarut akan masuk ke dalam sel secara absorpsi, sedangkan
yang bersifat koloid masuk secara adsorpsi. Proses espirasi sel mengoksidasi
senyawa organik dan menghasilan senyawa fosfat yang digunakan sebagai
sumber tenaga.
1. kolam stabilisasi
proses pengolahan limbah cair dengan cara kolam stabilisasi berdasarkan
konsep pemurnian di alam. Proses biologis dapat terjadi secara aerobik,
fakultatif dan anaerobik.
Lumpur-lumpur yang mengendap dan organik terlarut yang berada di bagian
bawah akan didegradasi oleh bakteri anaerobik menghasilkan bahan-bahan
anorganik dan komponen-komponen lain yang berbau.
2. kolam aerasi
kolam aerasi merupakan engolahan degan sistem aerasi dimana pelarutan
oksige diperoleh dari alat-alat mekanis. Alat-alat untuk aerasi ada yang di
permukaan dan ada pula ditempatkan di dalam air. Pada bagian akhir kolam
aerasi harus dilengkapi dengan alat pengendapan untuk pemisahan lumpur
yang dihasilkan dari proses.
b. proses anaerob
pada kolam anaerobik berlangsung serangkaian reaksi seperti hidrolisis senyawa
organik – organik oleh enzym ekstraselular menjadi organik terlarut, reaksi
aeidogenesis terhadap produk hidrolisis oleh bakteri fakultatif/obligat anaerob
menjadi molekul – molekul.
 Pengolahan secara lumpur aktif
Proses lumpur aktif banyak diterapkan karena mempunyai efisiensi pengolahan
yang tinggi dan lahan yang diperlukan tidak seluas seperti pengolahan sistem kolam.
Biomassa lumpur dlam tangki sedimentasi akan terpisah dan cairan sebagai endapan.
Sebagian lumpur tersebut didaur ulang dan sisanya dibuang.
Konsentrasi oksigen terlarut dalam proses lumpur aktif diperlukan untuk
kehidupan mikroorgansma, yaitu untuk melakukan oksidasi sumber karbon (BOD)
dan oksidasi senyawa nitrogen (nitrifikasi)
 Perlakuan lumpur
Lumpur yang dikeluarkan dari unit pengolahan limbah cair dibedakan atas lumpur
primer dan lumpur sekunder. Lumpur primer berasal dari hasil perlakuan fsika atau
kimia, sedangkan lumpur sekunder berasal dari perlakuan biologi. Lumpur sekunder
umumnya masih memiliki kadar air yang cukup tinggi. Perlakuan ini dengan
pengurangan kadar air danmeningkatkan kestabilan sift lumpur menjadi lebih aik agar
penanganan selanjutnya tidak menimbulkan permasalahan baru dalam lingkungan
a. Pemekatan
b. Stabilisasi
 Pemanfaatan sludge
Sludge merupakan padatan hasil pengolahan limbah cai yang perlu dilakukan
penangannya atau tempat penyimpanan. Sludge ini selain mengandung berbagai jenis
mikroorganisme juga mengandung berbagai jenis senyawa organik yang tidaj dapat
diuraikan oleh mikroorganisme. Lumpur yang dibiarkan di tempat terbuka tanpa
penanganan lebih lanjut berpotensi sebagai sumber pencemar.
Pemanfaatan lumpur sebagai pupuk tanaman merupakan salah satu alternatif yang
dapat dilakukan sebagai upaya untuk pengelolaan lingkungan. Pemanfaatan limbah
lumpur sebagai pupuk juga harus memperhatikan kondisi yang mendukung aktivitas
mikroorganisme dalam proses melepaskan nutrien yang dapat dimanfaatkan untuk
tanaman, yaitu kondisi lembab dan hangat, serta kecukupan bahan makanannya.
Meski berpotensi sebagai pupuk, namun ”sludge” mempunyai berbagai sifat yang
kurang baikyaitu : tekstur yang halus, unsur hara.
KESIMPULAN

Pengolahan limbah dapat dikelompokkan kedalam pengolahan dari sumbernya


yang disebut sebagai proses produksi bersih, dan pengelolaan saat limbah tersebut keluar
dari proses produksi. Pengolahan limbah pendahuluan bertujuan untuk memisahkan zat
atau unsur padatan kasar yang ada dalam air limbah dengan cara penyaringan untuk
meminimalisasi gangguan dalam proses pengolahan limbah berikutnya.
Teknik pengelolaan air limbah secara efektif dan efisien serta berkesinambungan
harus dilaksanakan dalam melakukan pengkajian dan inovasi penerapan teknologi
produksi bersih, untuk mendukung terwujudnya undustri karet yang berdaya saing tinggi
dan berwawasan lingkungan.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2007. gambaran sekilas industri karet.


http://www.depperin.go.id/PaketInformasi/Karet/Karet.pdf.
Di akses pada tanggal 8 Maret 2010
Kresnawaty, Irma dkk. 2008. Optimisasi produksi biogas dari limbah lateks cair pekat
dengan penambahan logam.
http://docs.google.com/viewer?
a=v&q=cache:rmBjBZMz4jEJ:www.ibriec.org/menara_perkebunan/download.ph
p%3Fid
%3D63+Optimisasi+produksi+biogas+dari+limbah+lateks+cair+pekat+dengan+p
enambahan+logam&hl=id&gl=id&pid=bl&srcid=ADGEESiGxTR3au70V3ReX0
faVoI8khJ-9ta8XZiXXoat6feBwWZzzWjh3mL5iWCfpz4jTlQmagaUkr9B_wG-
cTp7Lb_X-rhPXpVJKUw-
0SBtMhqf8sx5DHiY2v0Fik8kv74JjXnMhl81&sig=AHIEtbQbX2dtDazQC16pEa
snnj-csSAeBQ
Di akses pada tanggal 8 Maret 2010
Suhartini, Meri. Modifikasi produk dan daur-ulang limbah karet alam
http://www.digilib.ui.ac.id//opac/themes/libri2/detail.jsp?id=77852&lokasi=lokal
Di akses pada tanggal 8 Maret 2010
Infokito.2007. Limbah Cair Industri Karet Ancam Perikanan
http://infokito.wordpress.com/2007/12/01/limbah-cair-industri-karet-ancam-
perikanan/
Di akses pada tanggal 8 Maret 2010
Rollit. 2009. Pemanfaatan Limbah Karet Menjadi Pupuk.
http://automotive.id.finroll.com/asuransi/21-berita-terkini/14021-__pemanfaatan-
limbah-karet-jadi-pupuk____.html
Di akses pada tanggal 8 Maret 2010
Damayanti, reskha dan Retno Martini. Proses Pembuatan Bahan Bakar Cair Dengan
Menggunakan Limbah Ban Bekas Menggunakan Katalis Zeolit Y dan ZSM-5
http://www.docstoc.com/docs/25101463/PROSES-PEMBUATAN-BAHAN-
BAKAR-CAIR-DENGAN-MEMANFAATKAN-LIMBAH-BAN

You might also like