Professional Documents
Culture Documents
Dosen Pembimbing
Oleh
H1E108051
FAKULAS TEKNIK
BANJARBARU
2009
2
ABSTRAK
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas udara setelah di
lakukan pengendalian pencemaran udara dengan penerapan penggunaan bahan
bakar bensin tanpa timbal yang dilakukan di Kota Denpasar Bali yang rentan akan
pencemaran udara oleh timbal karena merupakan kota wisata.
Batasan Masalah
Penulisan makalah ini menggunakan metode yang berupa media online yang
membantu penulis menyelesaikan isi dari tulisan ini.
TINJAUAN PUSTAKA
Baku mutu primer ditetapkan untuk melindungi pada batas keamanan yang
mencukupi (adequate margin safety) kesehatan masyarakat dimana secara umum
ditetapkan untuk melindungi sebagian masyarakat (15-20%) yang rentan terhadap
pencemaran udara. Baku mutu sekunder ditetapkan untuk melindungi
kesejahteraan masyarakat (material,tumbuhan, hewan) dari setiap efek negatif
pencemaran udara yang telah diketahui atau yang dapat diantisipasi. Baku Mutu
Kualitas Udara Ambien Indonesia yang ditetapkan dengan mempertimbangkan
5
dan mengacu baku mutu negara lain di antara Baku Mutu Kualitas Udara Ambien
USA disajikan pada Tabel berikut.
Tabel 2. Baku Mutu Udara Ambien (Indonesia)
Berdasarkan baku mutu kualitas udara ambien ditentukan baku mutu emisi
berdasarkan antisipasi bahwa dengan emisi cemaran dibawah baku mutu dan
adanya proses transportasi,konversi, dan penghilangan cemaran maka kualitas
udara ambien tidak akan melampaui baku mutunya.
Pencemaran Udara
mempergunakan performance factor atau faktor emisi yang dapat diperoleh dari
pustaka yang ada.
Lazimnya bahan bakar mengandung belerang, sehingga zat yang diemisikan
ke udara juga mengandung SO2, selain itu karena proses pembakaran bahan bakar
biasanya tidak sempurna maka sering kali diemisikan CO, aldehid serta sisa bahan
bakar yang tidak ikut terbakar.Emisi zat pencemar tersebut dapat diperhitungkan
dari sertifikat bahan bakar yang bersangkutan, atau dengan melakukan sampling
pada emisi zat pencemar yang dibuang melalui cerobong asap.
Untuk memperkirakan besarnya emisi zat pencemar dari kendaraan
bermotor dapat mempergunakan data-data yang terdapat pada pustaka. Biasanya
kuantitas zat pencemar yang diakibatkan kendaraan bermotor diperhitungkan
berdasarkan kecepatan, jenis bahan bakar yang dipergunakan dan umur kendaraan
yang bersangkutan. Dimensi zat pencemar yang diemisikan pada sumber stationer,
seperti pada cerobong asap adalah kg/NM2, namun untuk sumber bergerak, seperti
kendaraan bermotor, adalah kg/km panjang jalan. Sedangkan baku mutu yang
dipergunakan berbeda satu sama lain.
Kualitas udara disampaikan ke masyarakat dalam bentuk indeks standar
pencemar udara atau disingkat ISPU. ISPU adalah laporan kualitas udara kepada
masyarakat untuk menerangkan seberapa bersih atau tercemarnya kualitas udara
kita dan bagaimana dampaknya terhadap kesehatan kita setelah menghirup udara
tersebut selama beberapa jam atau hari. Penetapan ISPU ini mempertimbangkan
tingkat mutu udara terhadap kesehatan manusia, hewan, tumbuhan, bangunan, dan
nilai estetika. Berdasarkan Keputusan Badan Pengendalian Dampak Lingkungan
(Bapedal) Nomor KEP-107/Kabapedal/11/1997, penyampaian ISPU kepada
masyarakat dapat dilakukan melalui media massa dan elektronika serta papan
peraga di tempat-tempat umum. ISPU ditetapkan berdasarkan 5 pencemar utama,
yaitu: CO, SO2, NO2, Ozon permukaan (O3), dan partikel debu (PM10).
Agar lebih mudah dipahami ISPU dapat dibayangkan seperti penggaris
angka 1 hingga 1000. Semakin tinggi nilai ISPU maka semakin tinggi tingkat
pencemaran dan semakin berbahaya dampaknya terhadap kesehatan. Sebagai
contoh, ISPU 30 menunjukkan kualitas udara baik dan tidak ada dampak yang
berbahaya terhadap kesehatan. Ketika kondisi ISPU di bawah 100 dipandang
tidak berbahaya terhadap masyarakat secara umum. Namun ketika ISPU beranjak
melebihi 100 maka pertama-tama kelompok masyarakat yang sensitif seperti
penderita asma dan anak-anak serta orang dewasa yang aktif di luar ruangan, akan
paling awal merasakan dampak kualitas udara yang tidak sehat. Sejalan dengan
meningkatnya ISPU maka akan semakin banyak yang merasakan dampak, hingga
akhirnya seluruh masyarakat akan menderita karena dampak kesehatan yang
terjadi.
jutaan uang bensin di jalanan, akan tetapi juga mempertebal pencemaran udara,
akibat gas buang kendaraan bermotor.
Bahan bakar kendaraan bermotor di Indonesia sampai saat ini nyaris semua
masih mengandung konsentrasi timbal yang lebih tinggi dari ukuran minimum
internasional. Menurut spesifikasi resmi Ditjen Migas, kandungan maksimum
timbal dalam bahan bakar yang diizinkan adalah 0,45 gram perliter. Sementara,
menurut ukuran internasional, ambang batas maksimum kandungan timbal adalah
0,15 gram per liter. Timbal, atau Tetra Etil Lead (TEL) yang banyak pada bahan
bakar terutama bensin, diketahui bisa menjadi racun yang merusak sistem
pernapasan, sistem saraf, serta meracuni darah.
Penggunaan timbal dalam bahan bakar semula tak lain tak bukan adalah
untuk meningkatkan oktan bahan bakar. Penambahan kandungan timbal dalam
bahan bakar, dilakukan sejak sekitar tahun 1920-an oleh kalangan kilang minyak.
Tetra Etil Lead (TEL), selain meningkatkan oktan, juga dipercaya berfungsi
sebagai pelumas dudukan katup mobil (produksi di bawah tahun 90-an), sehingga
katup terjaga dari keausan, lebih awet, dan tahan lama.
Penggunaan timbal dalam bensin lebih disebabkan oleh keyakinan bahwa
tingkat sensitivitas timbal tinggi dalam menaikkan angka oktan. Setiap 0,1 gram
timbal perliter bensin, menurut ahli tersebut mampu menaikkan angka oktan 1,5
samapai 2 satuan. Selain itu, harga timbal relatif murah untuk meningkatkan satu
oktan dibandingkan dengan senyawa lainnya. Penggunaan timbal juga dapat
menekan kebutuhan senyawa aromatik, sehingga proses produksi relatif lebih
murah dibandingkan memproduksi bansin tanpa timbal.
Pencemaran udara merupakan permasalahan yang rumit, karena
menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan karakteristik fisik, sumber emisi zat
pencemar (macam sumber, laju pencemaran, kecepatan dan tinggi emisi, elemen
iklim yang mempengaruhi penyebaran zat pencemar di lokasi di mana zat
pencemar diemisikan maupun kondisi iklim lokal di daerah penerima pencemaran
udara).
Polusi udara dapat disebabkan oleh aktivitas manusia yaitu antara lain oleh
industri, alat transportasi, power plant, aktivitas rumah tangga dan perkantoran.
Diantara sumber polutan tersebut kendaraan bermotor merupakan sumber polutan
terbesar, dimana pada kota besar 98 % polutan udara berasal dari kendaraan
bermotor.
Pb sebagai gas buang kendaraan bermotor dapat membahayakan kesehatan
dan merusak lingkungan. Pb yang terhirup oleh manusia setiap hari akan diserap,
disimpan dan kemudian ditabung da dalam darah. Bentuk Kimia Pb merupakan
faktor penting yang mempengaruhi sifat-sifat Pb di dalam tubuh. Komponen Pb
organik misalnya tetraethil Pb segara dapat terabsorbsi oleh tubuh melalui kulit
dan membran mukosa. Pb organik diabsorbsi terutama melalui saluran pencernaan
dan pernafasan dan merupakan sumber Pb utama di dalam tubuh.
Tidak semua Pb yang terisap atau tertelan ke dalam tubuh akan tertinggal di
dalam tubuh. Kira-kira 5-10 % dari jumlah yang tertelan akan diabsorbsi melalui
saluran pencernaan, dan kira-kira 30 % dari jumlah yang terisap melalui hidung
akan diabsorbsi melalui saluran pernafasan akan tinggal di dalam tubuh karena
dipengaruhi oleh ukuran partikel-partikelnya. Di dalam tubuh Pb dapat
menyebabkan keracunan akut maupun keracunan kronik. Jumlah Pb minimal di
dalam darah yang dapat menyebabkan keracunan berkisar antara 60-100 mikro
8
gram per 100 ml darah. Pada keracunan akut biasanya terjadi karena masuknya
senyawa timbal yang larut dalam asam atau menghirup uap Pb tersebut. Gejala-
gejala yang timbul berupa mual, muntah, sakit perut hebat, kelainan fungsi otak,
anemi berat, kerusakan ginjal bahkan kematian dapat terjadi dalam 1-2 hari.
Kelainan fungsi otak terjadi karena Pb ini secara kompetitif menggantikan
mineral-mineral utama seperti seng, tembaga, dan besi dalam mengatur fungsi
mental kita.
Melihat betapa besarnya dampak negatif oleh pencemaran timbal tersebut
maka perlu mendapat perhatian khusus. Pada awal keracunan timbal biasanya
tidak jelas, sehingga perlu pengukuran kandungan timbal dalam tubuh orang yang
terpapar. Bila kadar timbal dalam darah sudah ditentukan maka dapat dilakukan
terapi dengan kelator (suatu antagonis logam berat yang berkompetisi dengan
gugus reaktif logam berat tersebut sehingga peningkatan pengeluaran logam dari
tubuh dan mencegah/menghilangkan efek toksiknya).
Menurut Umar Fahmi Achmad menyatakan pengendalian Pb yang
merupakan sebagian dari gas buang kendaraan bermotor cukup sulit karena cukup
banyak variabel yang mempengaruhinya di antaranya cara mengemudi, ketaatan
perawatan, Kemacetan, banyaknya kendaraan pribadi, kendaraan dapat berpindah-
pindah, dan terkonsentrasi pada suatu wilayah. Untuk itu perlu dilakukan
beberapa pendekatan antara lain :
1. Pendekatan Teknis
2. Pendekatan Planatologi, administrasi dan hukum
3. Pendekatan Edukatif
METODE PENELITIAN
Terkait akan hasil penelitian diatas terhadap kebisingan dan kualitas udara, secara
keseluruhan dapat dilakukan beberapa cara untuk pencegahan dan
penanggulangan kebisingan dan penurunan kualitas udara yaitu:
1. Melakukan pengaturan arus lalu lintas agar tidak terlalu padat atau
menumpuk pada satu jalur padat
2. Membuat pedestarian pada jalur lalu lintas yang padat.
3. Melakukan pengaturan jam kerja yang berbeda masing-masing instansi
sehingga tidak terjadi kepadatan lalu lintas pada jam-jam tertentu saja.
4. Untuk Dinas Perhubungan, perlu dilakukan pengujian asap yang ketat
terhadap semua kendaraan umum dan pribadi serta pembatasan umur
kendaraan yang layak operasi maksimal 10 tahun dari tahun produksi.
KESIMPULAN
Dari hasil pengukuran terhadap kualitas lingkungan untuk komponen udara, hasil
analisis laboratorium secara menyeluruh untuk semua parameter-parameter di
wilayah pemerintah kota Denpasar dapat disimpulkan bahwa:
1. Kualitas udara di Kota Denpasar untuk parameter kualitas udara yaitu debu
total, konsentrasinya di udara ambient sudah melebihi standar baku mutu
lingkungan untuk semua lokasi sampling di Kota Denpasar, sedangkan
untuk parameter lainnya yaitu: Timbal (Pb), Carbon Monoksida (CO),
Sulfur Dioksida (SO2), dan Nitrogen Dioksida (NO2), konsentrasi gas-gas
tersebut masih dibawah standar baku mutu lingkungan.
2. Konsentrasi gas-gas polutan pada hari-hari tertentu, terjadi perbedaan yang
signifikan, hal ini disebabkan oleh banyaknya jumlah kendaraan roda empat
11
DAFTAR PUSTAKA
Agung Gede Sugiarta. 2008. Dampak Bising dan Kualitas Udara Pada
Lingkungan Kota Denpasar
http:// pdf-search-engine.com/jurnal-pencemaran udara.pdf.html
diakses tanggal: 13 Maret 2010
Adolf Leopold. 2008. Metode Prediksi Komponen Kualitas Udara
http://Adolf Leopold’s.blogspot.com
diakses tanggal: 15 Maret 2010
Anonim 1. 2009. Polusi Udara
http:// www.wikipedia.com
diakses tanggal: 13 Maret 2010
Bushido. 2007. ISPU (Indeks Standar Pencemaran Udara)
http:// www.wordpress.com
diakses tanggal: 15 Maret 2010
Devi Nurani Santi. 2001. Pencemaran Udara Oleh Timbal (Pb) Serta
Penanggulangannya
http://pdf-search-engine.com/jurnal-pencemaran udara.pdf.html
diakses tanggal: 16 Maret 2010
Supani Setyawati Rahayu, 2009. Pencemaran Udara Ambient
http://www.chem-is-try.org
diakses tanggal: 15 Maret 2010