You are on page 1of 25

• : PENDAHULUAN

Potensi limbah pertanian, limbah perkebunan dan


limbah peternakan sering merupakanmasalah petani.
Petani menggangap bahwa limbah pertanian,
perkebunan, peternakan merupakan hambatan bidang
olah lahan, sehingga petani sering membakar limbah
atau bahan organik di dalam sawah atau ladang. untuk
itu lambah atau bahan organik lainnya dapat
dimanfaatkan untuk proses pembuatan fine compost.
• Banyak industri peternakan ayam yang
mengabaikan cara penanganan limbah yang
baik sehingga menimbulkan pencemaran dan
mengganggu lingkungan. Padahal, dalam
analisis mengenai dampak lingkungan, sebuah
industri harus menyertakan metode
pengelolaan limbahnya sehingga tidak
menimbulkan dampak negatif baik secara fisik,
sosial, ekonomi, maupun budaya
• Beberapa dampak negatif peternakan ayam, di antaranya adalah sebagai
berikut.
• 1.    Polusi udara.
Polusi berupa bau menyengat yang timbul dari proses aktivitas
mikroorganisme pada sisa-sisa pakan maupun kotoran ternak.
• 2.    Mengganggu kesehatan.
Lalat banyak mengerumuni lingkungan kandang yang tidak terjaga
kebersihannya. Lalat tersebut menyebarkan penyakit yang mengganggu
kesehatan.
• 3.    Endemi penyakit.
Flu burung yang belakangan ramai dibicarakan, adalah jenis penyakit ganas
yang virusnya berkembang pada populasi ayam. Peternakan ayam yang tidak
mengindahkan kebersihan dan pengelolaan limbah sering menjadi tempat
berkembangnya virus tersebut.
• Apabila limbah peternakan ayam diolah dengan
tepat, permasalahan tersebut bisa diatasi.
Bahkan, pengolahan limbah ekonomis
berpeluang meningkatkan penghasilan.
• Limbah Ekonomis
• Berdasarkan nilai ekonomis setelah pengolahan,
limbah bisa dikelompokkan menjadi dua, yaitu
limbah ekonomis dan non-ekonomis.
• Limbah ekonomis adalah limbah yang bisa
diproses menjadi produk baru yang memiliki
nilai jual, sedangkan limbah non-ekonomis
tidak. Pengolahan limbah non-ekonomis hanya
ditujukan agar limbah mudah diuraikan dan
tidak mencemari lingkungan.
• Pada peternakan ayam, salah satu limbah
ekonomis adalah kotoran ternak yang secara
praktis bisa digunakan untuk pupuk tanaman.
Namun belakangan ini, mulai dikembangkan
teknologi yang berfungsi meningkatkan nilai
ekonomis. Kotoran ternak bisa diproses
menjadi produk lain yang nilai jualnya lebih
tinggi.
• Dari kotoran ayam, ada beberapa produk yang bisa diperoleh, yaitu gas bio, pupuk padat, dan
pupuk cair.

Gas Bio
• Gas bio adalah gas yang dihasilkan oleh aktivitas mikroorganisme. Pada hewan ternak sapi dan
kambing, misalnya, kotorannya mengandung mikroba tertentu yang secara otomatis berproses
membentuk gas bio. Dalam teknik lingkungan, kotoran tersebut dicampur dengan air, kemudian
dimasukkan ke dalam tangki pencerna gas bio.

Kotoran ayam tidak tidak mengandung mikroba sebagaimana dalam kotoran sapi. Karena itu, perlu
pemrosesan lebih lanjut agar kotoran ayam bisa digunakan untuk memproduksi gas bio. Caranya
dengan memasukkan ragi ke dalam kotoran ayam tersebut. Ragi berupa kotoran yang telah diproses
sebelumnya dan memiliki kandungan mikroba cukup, sehingga berfungsi sebagai strarter.

Pupuk Padat

Kotoran ayam secara otomatis bisa digunakan sebagai pupuk. Namun, dalam pengolahan limbah,
pupuk padat yang dihasilkan memiliki kualitas yang
• lebih baik dan siap pakai. Pupuk tersebut merupakan endapan limbah dalam proses pembuatan gas bio.

Pada pupuk padat endapan tersebut, telah terjadi proses oksidasi oleh udara. Dampak terhadap
pembaruan unsur hara tanah bisa lebih maksimal. Indikasi pupuk padat yang baik adalah warnanya yang
kehitam-hitaman menyerupai tanah dan tidak mengeluarkan bau menyengat.

Dalam proses pengolahan gas bio, limbah yang telah dicampur dengan air, dilakukan penyaringan
menggunakan media pasir dan kerikil. Endapan di atas lapisan pasir inilah yang akan diproses menjadi
pupuk padat, sedangkan rembesannya akan diproses menjadi pupuk cair.

Pupuk Cair

Rembesan air dalam proses pengendapan gas bio memerlukan penanganan lanjutan untuk bisa digunakan
sebagai pupuk cair. Caranya dengan melakukan oksidasi pada kolam untuk meningkatkan kandungan
oksigennya. Proses ini memakan waktu sekitar seminggu.

Setelah itu, limbah cair diberi bibit ganggang Chlorella untuk meningkatkan oksidasi. Di sisi lain, ganggang
tersebut bisa dipanen untuk campuran pakan ayam karena mengandung protein dalam jumlah cukup
tinggi. Bisa juga digunakan untuk makanan ikan.
• Limbah ternak adalah sisa buangan dari suatu
kegiatan usaha peternakan seperti usaha
pemeliharaan ternak, rumah potong hewan,
pengolahan produk ternak, dll.  Limbah tersebut
meliputi limbah padat dan limbah cair seperti feses,
urine, sisa makanan, embrio, kulit telur, lemak,
darah, bulu, kuku, tulang, tanduk, isi rumen, dll
(Sihombing, 2000).  Semakin berkembangnya usaha
peternakan, limbah yang dihasilkan semakin
meningkat.
•           Limbah ternak masih mengandung nutrisi atau zat padat
yang potensial untuk mendorong kehidupan jasad renik yang
dapat menimbulkan pencemaran.  Suatu studi mengenai
pencemaran air oleh limbah peternakan melaporkan bahwa
total sapi dengan berat badannya 5000 kg selama satu hari,
produksi manurenya dapat mencemari 9.084 x 10 7 m3 air.  Selain
melalui air, limbah peternakan sering mencemari lingkungan
secara biologis yaitu sebagai media untuk berkembang biaknya
lalat.  Kandungan air manure antara 27-86 % merupakan media
yang paling baik untuk pertumbuhan dan perkembangan larva
lalat,  sementara kandungan air manure 65-85 % merupakan
media yang optimal untuk bertelur lalat (Dyer, 1986).
• Kehadiran limbah ternak dalam keadaan
keringpun dapat menimbulkan pencemaran yaitu
dengan menimbulkan debu.  Pencemaran udara
di lingkungan penggemukan sapi yang paling
hebat ialah sekitar pukul 18.00, kandungan debu
pada saat tersebut lebih dari 6000 mg/m3, jadi
sudah melewati ambang batas yang dapat
ditolelir untuk kesegaran udara di lingkungan
(3000 mg/m3) (Lingaiah dan Rajasekaran, 1986).
•           Salah satu akibat dari pencemaran air oleh
limbah ternak ruminansia ialah meningkatnya kadar
nitrogen.  Senyawa nitrogen sebagai polutan
mempunyai efek polusi yang spesifik, dimana
kehadirannya dapat menimbulkan konsekuensi
penurunan kualitas perairan sebagai akibat
terjadinya proses eutrofikasi, penurunan konsentrasi
oksigen terlarut sebagai hasil proses nitrifikasi yang
terjadi di dalam air yang dapat mengakibatkan
terganggunya kehidupan biota air (Farida, 1978).
• Hasil penelitian Wibowomoekti (1997) dari limbah cair Rumah Pemotongan Hewan
Cakung, Jakarta yang dialirkan ke sungai Buaran mengakibatkan kualitas air
menurun, yang disebabkan oleh kandungan sulfida dan amoniak bebas di atas
kadar maksimum kriteria kualitas air.  Selain itu adanya Salmonella spp. yang
membahayakan kesehatan manusia.
•           Tinja dan urine dari hewan yang tertular dapat sebagai sarana penularan
penyakit, misalnya saja penyakit anthrax melalui kulit manusia yang terluka atau
tergores.  Spora anthrax dapat tersebar melalui darah atau daging yang belum
dimasak yang mengandung spora.  Kasus anthrax sporadik pernah terjadi di Bogor
tahun 2001 dan juga pernah menyerang Sumba Timur tahun 1980 dan burung unta
di Purwakarta tahun 2000 (Soeharsono, 2002).
•           Dampak limbah ternak memerlukan penanganan yang serius.  Skema berikut
ini (Gambar 1) memberi gambaran akibat yang ditimbulkan oleh limbah secara
umum dan manajemennya (Chantalakhana dan Skunmun, 2002).
•  
• Penanganan Limbah Ternak
• Penanganan limbah ternak akan spesifik pada jenis/spesies, jumlah ternak, tatalaksana pemeliharaan, areal tanah
yang tersedia untuk penanganan limbah dan target penggunaan limbah. Penanganan limbah padat dapat diolah
menjadi kompos, yaitu dengan menyimpan atau menumpuknya, kemudian diaduk-aduk atau dibalik-balik. Perlakuan
pembalikan ini akan mempercepat proses pematangan serta dapat meningkatkan kualitas kompos yang dihasilkan.
Setelah itu dilakukan pengeringan untuk beberapa waktu sampai kira-kira terlihat kering. Penanganan limbah cair
dapat diolah secara fisik, kimia dan biologi. Berikut merupakan penjelasannya :
• Pengolahan fisik
• Pengolahan secara fisik disebut juga pengolahan primer (primer treatment). Proses ini merupakan proses termurah
dan termudah, karena tidak memerlukan biaya operasi yang tinggi. Metode ini hanya digunakan untuk memisahkan
partikel-partikel padat di dalam limbah. Beberapa kegiatan yang termasuk dalam pengolahan secara fisik antara
lain seperti floatasi, sedimentasi, dan filtrasi.
• Pengolahana kimia
• Pengolahan secara kimia disebut juga pengolahan sekunder (secondary treatment) yang bisanya relatif lebih mahal
dibandingkan dengan proses pengolahan secara fisik. Metode ini umumnya digunakan untuk mengendapkan bahan-
bahan berbahaya yang terlarut dalam limbah cair menjadi padat. Pengolahan dengan cara ini meliputi proses-proses
sperti netralisasi, flokulasi, koagulasi, dan ekstrasi.
• Pengolahan biologi
• Pengolahan secara biologi merupakan tahap akhir dari pengolahan sekunder bahan-bahan organik yang terkandung
di dalam limbah cair. Limbah yang hanya mengandung bahan organik saja dan tidak mengandung bahan kimia yang
berbahaya, dapat langsung digunakan atau didahului denghan pengolahan secara fisik.

You might also like