You are on page 1of 4

1

A. Pendahuluan

Dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan


Nasional, pasal 40, ayat 2 berbunyi sebagai berikut. ”Guru harus dapat
menciptakan pembelajaran yang bermakna, kreatif, inovatif, menyenangkan, dan
dialogis. Pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran yang dapat
memberikan manfaat bagi siswa bekal bagi siswa dalam menjalani hidup dan
kehidupan pada masa sekarang dan yang akan datang.
Pembelajaran yang kreatif dan inovatif adalah pembelajaran yang mampu
melibatkan seluruh siswa dengan menggunakan pendekatan, metode/ model, atau
teknik pembelajaran yang inovatif. Pembelajaran yang menyenangkan dan
dislogis adalah pembelajaran yang mampu membawa ke dalam situasi kehidupan
nyata atau realitik yang ditandai dengan adanya dialog atau komunikasi antara
siswa dengan siswa, bahan ajar, dan atau guru. Pembelajaran yang terjadi bukan
dalam laboratorium yang bersifat formal, yang memenjarakan siswa dalam
lingkungan ruang belajar yang sempit dan menjemukan. Bagaimana cara
menciptakannya?
Depdiknas,(2003:37) menjelaskan, materi yang dipelajari dikaitkan
dengan konteks kehidupan siswa akan membentuk kecakapan hidup. Kecakapan
hidup itulah yang nantinya digunakan oleh siswa dalam kehidupan nyata di
masyarakat. Itu berarti materi yang dipelajari adalah alat, sedangkan yang ingin
dicapai adalah pembentukan kecakapan hidup. Depdiknas, (2003:7) Kecakapan
hidup dan belajar sepanjang hayat harus dicapai oleh peserta didik melalui
pengalaman belajar.
Kecakapan hidup adalah kemampuan dan keberanian menghadapi
problema kehidupan, kemudian secara proaktif dan kreatif mencari dan
menemukan solusi untuk mengatasinya, melalui (1) kesadaran eksistensi dan
potensi diri; (2) kecakapan sosial; (3) kecakapan berpikir akademik; dan (4)
kecakapan vokasional.
Pengalaman belajar adalah perpaduan antara KD dan indikator (Kurikulum
2004) dengan pengalaman nyata siswa. Pengalaman nyata siswa merupakan
2

bagian dari kehidupan nyata masyarakat sekitar yang sekaligus merupakan bagian
dari keunggulan daerah dan kebutuhan masyarakat, Depdiknas,(2003:37).
Mengapa masih Kurikulum 2004? Dalam Permen Diknas No. 24 Tahun
2006 tentang pelaksanaan SI dan SKL, pasal 2 tentang jadwal pelaksanaan Si dan
SKL dijelaskan sebagai berikut:
• Satuan pendidikan dasar dan menengah dapat menerapkan Permen No. 22
dan 23 (KTSP) mulai tahun ajaran 2006/2007.

• Satuan pendidikan dasar dan menengah dapat menerapkan Permen No. 22


dan 23 (KTSP) secara bertahap mulai tahun ajaran 2006/2007.
• Satuan pendidikan dasar dan menengah yang telah melaksanakan uji
coba kurikulum 2004 secara menyeluruh dapat menerapkan secara
menyeluruh Permen No. 22 dan 23 untuk semua tingkatan kelas mulai
tahun ajaran 2006/2007.
• Satuan pendidikan dasar dan menengah harus sudah mulai menerapkan
Permen No. 22 dan 23 (KTSP) paling lambat tahun ajaran 2009/2010.

B. Tujuan Pembelajaran
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai (1)
tujuan, (2) isi dan bahan pelajaran, serta (3) cara yang digunakan, sebagai
pedoman penyelanggaraan kegiatan pembelajaran (di sekolah) untuk mencapai
tujuan pendidikan tertentu. Tujuan pendidikan tertentu tersebut meliputi tujuan
pendidikan nasional, dan kesesuaian dengan keunggulan daerah, kebutuhan
masyarakat, dan pengembangan daerah (BSNP,2006:3).
Tujuan pendidikan nasional dapat dicapai melalui dapat dicapai melalui
pencapaian indikator hasil belajar Kurikulum 2004. Indikator hasil belajar adalah
hasil belajar yang menggambarkan hal-hal yang khusus yang harus dapat
dilakukan oleh siswa sebagai hasil belajar. Depdiknas, (2002:8) menjelaskan
bahwa penguasaan terhadap semua indikator akan menunjukkan bahwa
kompetensi dasar tersebut telah dikuasai oleh siswa secara memuaskan.
3

Keunggulan daerah dan kebutuhan masyarakat dapat dicapai melalui


Silabus Mata Pelajaran Muatan Lokal (keunggulan daerah,kebutuhan masyarakat,
atau pengembangan daerah) pengintegrasian keunggulan daerah, kebutuhan
masyarakat, atau pengembangan daerah ke dalam standar kompetensi, kompetensi
dasar, dan indikator Kurikulum 2004. Dengan demikian, maka tujuan pendidikan
tertentu di atas dapat dicapai melalui kurikulum muatan lokal dan pengintegrasian
keunggulan daerah, kebutuhan masyarakat, atau pengembangan daerah ke dalam
standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator Kurikulum 2004, (BSNP,
2006) menjadi Kurikulum Operasional/ Kurilukum Sekolah, atau KTSP.
Apa yang harus dilakukan/ dikerjakan oleh siswa untuk menguasai KD
adalah kegiatan yang tertulis dalam INDIKATOR. Cara siswa mengerjakannya
adalah dengan meniru kegiatan yang dilakukan oleh orang lain dalam kehidupan
nyata (kehidupan keluarga, masyarakat, maupun dunia kerja) dan disesuaikan
dengan taraf perkembangan siswa atau tingkat sekolah, sebagai seting
pembelajaran, bukan bagaimana cara mengajarnya.
Kegiatan yang dilakukan oleh orang lain dalam kehidupan nyata pada
hakikatnya adalah pengalaman siswa. Pengalaman siswa tersebut dimanfaatkan
untuk menguasai KD disebut pengalaman belajar. Pengalaman belajar adalah cara
belajar dengan mengembangkan pengalaman belajar berarti kita memberikan
kesempatan yang seluas-luasnya kepada setiap siswa agar mereka berkembang
secara maksimal sesuai dengan potensi yang dimilikinya, (Depdiknas, 2002:13).
Pengalaman belajar merupakan proses pencapaian tujuan pendidikan
nasional dan keunggulan daerah, kebutuhan masyarakat, dan pengembangan
daerah (pengalaman siswa) sebagai hasil belajar yang berbentuk kompetensi.
Keduanya harus menjadi unsur visi sekolah. Kompetensi adalah kemampuan
bertindak dan berpikir secara konsisten akibat pengaruh dari keterampilan,
pengetahuan, dan sikap yang tertulis dalam kompetensi dasar yang dipelajari dan
dicapai oleh siswa secara bertahap.

C. Visi Sekolah
4

You might also like