You are on page 1of 31

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mengingat zaman semakin maju, sekarang ini banyak sekali
bermunculan permainan anak yang semakin beraneka ragam. Seiring
dengan kemajuan tersebut membawa dampak terkikisnya aneka permainan
tradisional, kalaupun ada hanya sedikit sekali yang masih memainkannya.
Perlu bagi kita untuk melestarikannya, mengingat itu semua termasuk
tradisi budaya peninggalan nenek moyang terdahulu. Selain itu perlu juga
ditanamkan kepada generasi d ibawah kita tentang perlunya pelestarian
hasil peninggalan nenek moyang yang terdahulu untuk dijadikan sebagai
budaya, dengan harapan tidak akan pernah pudar seiring dengan waktu dan
kemajuan technologi yang semakin membutakan generasi.
Disamping untuk melestarikan budaya nenek moyang, permainan
tradisional perlu dilestarikan karena memberikan banyak manfaat edukatif
bagi anak. Bermain sangat signifkan dengan perkembangan anak secara
fisik, sosial, emosional, dan kognitif. Bermain adalah cara untuk
mengeksplorasi dan mengembangkan kemampuan motorik anak, termasuk
memahami nilai-nilai kehidupan. Sayangnya, ruang bermain bagi anak
sangat terbatas terutama di kota-kota besar.
Tumbuh kembang anak tidak sepenuhnya menjadi tanggung jawab
orangtua melainkan juga guru. Terbukti, dalam memenuhi sarana dan
prasarana bermain untuk anak, sepatutnya sekolah memberikan kepedulian
kapada anak, meski tak lepas dari bimbingan orangtua. Dewasa ini pun
masih sangat jarang sekolah dasar yang memperhatikan masalah
permainan tradisional, untuk itu alangkah baiknya jika permainan
tradisional dimasukkan sekolah dasar dalam bentuk kegiatan
ekstrakurikuler. Selain menjadi kebutuhan dasar, bermain merupakan hak
setiap anak, seperti tertuang dalam UU No 23/2002 tentang Perlindungan
Anak dan dalam Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hak Anak
yang sudah diratifikasi oleh pemerintah Indonesia.
2

Untuk itu dalam makalah ini penulis menyajikan masalah inovasi


pendidikan dengan judul “Menggali Muatan Edukatif Permainan
Tradisional Dalam Ekstrakurikuler di Sekolah Dasar”

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang telah dikemukakan bahwa masalah utama dari
penulisan makalah ini adalah mengenai Permainan Tradisional dalam
Ekstrakurikuler di Sekolah Dasar.
1. Apakah hakekat bermain?
2. Apakah definisi permainan tradisional?
3. Apakah manfaat permainan tradisional?
4. Apa saja contoh permainan tradisional beserta cara memainkaannya?
5. Apakah definisi ekstrakurikuler?
6. Bagaimana analisis penerapan permainan tradisional dalam
ekstrakurikuler di Sekolah Dasar?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan permasalahan di atas maka tujuan penulisan
makalah ini dijabarkan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apakah hakekat bermain?
2. Untuk mengetahui apakah definisi permainan tradisional?
3. Untuk mengetahui apakah manfaat permainan tradisional?
4. Untuk mengetahui apa saja contoh permainan tradisional beserta cara
memainkaannya?
5. Untuk mengetahui apakah definisi ekstrakurikuler?
6. Untuk mengetahui bagaimana analisis penerapan permainan tradisional
dalam ekstrakurikuler di Sekolah Dasar?

D. Manfaat
1. Bagi Penulis
Sebagai dasar pelatihan dalam pembuatan karya ilmiah khususnya
yang berhubungan dengan kegiatan dunia pendidikan.
3

2. Bagi Siswa
Dapat meningkatkan daya tarik siswa terhadap permainan tradisional
3. Bagi Guru dan Sekolah
Dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk kemajuan sekolah.
Juga sebagai informasi yang akurat bagi semua pihak yang
berkepentingan.
4

BAB II
PEMBAHASAN

A. Hakekat Bermain
Menurut Hurlock dalam Kamtini (2005) bermain adalah setiap
kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkannya, tanpa
mempertimbangkan hasil akhir. Bermain dilakukan secara sukarela dan
tidak ada paksaan atau tekanan dari luar atau kajian.
Menurut Anggani Sudono dalam Kamtini (2005) bermain adalah
suatu kegiatanyang dilakukan dengan atau tanpa menggunakan alat yang
menghasilkan pengertian atau memberi informasi, memberi kesenangan
maupun mengembangkan imajinasi pada anak.
Bermain merupakan suatu kegiatan yang dilakukan secara
berulang-ulang dan menimbulkan kesenangan/kepuasan bagi seseorang.
Upaya melalui bermain mmeberi kepuasan kepada anak untuk
bereksplorasi, menemukan, mengekspresikan perasaan, berkreasi, dan
belajar secara menyenangkan. Selain itu, bermain membantu anak
mengenal dirinya sendiri, dengan siapa ia hidup, serta lingkungan tempat
ia hidup. Bermain memberikan kontribusi khusus pada semua aspek
perkembangan anak, sehingga semua kegiatan yang dilakukan anak harus
diwujudkan melalui aktivitas bermain. Bermain itu penting bagi anak
karena bisa membantu belajar tentang dunianya, belajar melakukan
sesuatu, memecahkan masalah, menguasai perasaan, menjadi percaya diri,
menjadi kuat, belajar bergaul dengan orang lain dan sebagainya.
Dalam kehidupan anak, bermain merupakan pertanda kesehatan.
Hampir setiap anak yang sehat senantiasa terdorong untuk melakukan
aktivitas bermain. Sehingga dapat dipastikan bahwaanak yang tidak aktif
bermainpada umumnya dalam keadaan sakit, baik jasmani maupun rohani.
Sebaliknya bila anak aktif bermain pertanda dirinya dalam keadaan sehat
dan pada umumnya kecerdasannya pun baik.
5

Macam Bermain/Permainan
1. Permainan Aktif
a. Bermain bebas dan spontan atau eksplorasi
Dalam permainan ini anak dapat melakukan segala hal yang
diinginkannya, tidak ada aturan-aturan dalam permainan tersebut.
Anak akan terus bermain dengan permainan tersebut selama
permainan tersebut menimbulkan kesenangan dan anak akan
berhenti apabila permainan tersebut sudah tidak
menyenangkannya. Dalam permainan ini anak melakukan
eksperimen atau menyelidiki, mencoba, dan mengenal hal-hal
baru.
b. Drama
Dalam permainan ini, anak memerankan suatu peranan,
menirukan karakter yang dikagumi dalam kehidupan yang nyata,
atau dalam mass media.
c. Bermain musik
Bermain musik dapat mendorong anak untuk mengembangkan
tingkah laku sosialnya, yaitu dengan bekerja sama dengan teman-
teman sebayanya dalam memproduksi musik, menyanyi,
berdansa, atau memainkan alat musik.
d. Mengumpulkan atau mengoleksi sesuatu
Kegiatan ini sering menimbulkan rasa bangga, karena anak
mempunyai koleksi lebih banyak daripada teman-temannya. Di
samping itu, mengumpulkan benda-benda dapat mempengaruhi
penyesuaian pribadi dan sosial anak. Anak terdorong untuk
bersikap jujur, bekerja sama, dan bersaing.
e. Permainan olah raga
Dalam permainan olah raga, anak banyak menggunakan energi
fisiknya, sehingga sangat membantu perkembangan fisiknya. Di
samping itu, kegiatan ini mendorong sosialisasi anak dengan
belajar bergaul, bekerja sama, memainkan peran pemimpin, serta
menilai diri dan kemampuannya secara realistik dan sportif.
6

2. Permainan Pasif
a. Membaca
Membaca merupakan kegiatan yang sehat. Membaca akan
memperluas wawasan dan pengetahuan anak, sehingga anakpun
akan berkembang kreativitas dan kecerdasannya.
b. Mendengarkan radio
Mendengarkan radio dapat mempengaruhi anak baik secara positif
maupun negatif. Pengaruh positifnya adalah anak akan bertambah
pengetahuannya, sedangkan pengaruh negatifnya yaitu apabila
anak meniru hal-hal yang disiarkan di radio seperti kekerasan,
kriminalitas, atau hal-hal negatif lainnya.
c. Menonton televisi
Pengaruh televisi sama seperti mendengarkan radio, baik pengaruh
positif maupun negatifnya.

Bentuk Bermain/Permainan
1. Bermain Sosial
Bermain sosial dapat dilakukan sendiri dengan alat bermain atau
bersama orang lain dengan menggunakan alat bermain. Bentuk ini
dapat dibedakan menjadi:
a. Bermain sendiri
Anak bermain dengan menggunakan alat yang ada, namun tidak
memperhatikan kegiatan anak yang lain di tempat yang sama.
b. Bermain sebagai penonton
Anak bermain sambil melihat temannya bermain dalam satu
tempat. Anak mungkin berbicara dengan temannya, mengamati
temannya lalu bermain sendiri. Ada yang duduk, ada yang aktif
bermain.
c. Bermain paralel
Kegiatan ini dilakukan oleh sekelompok anak dengan
menggunakan alat bermain yang sama, tetapi anak bermain sendiri-
sendiri.
7

d. Bermain asosiatif
Anak bermain bersama tetapi tidak ada aturannya. Tiap anak
memilih perannya sendiri.
e. Bermain kooperatif
Dalam permainan ini setiap anak bermain sesuai dengan perannya.
Tiap anak sesuai dengan perannya menampilkan kebolehannya dan
keterampilannya. Anak bertanggungjawab atas tindakannya.
2. Bermain dengan Benda
Bentuk bermain ini bersifat praktis, sebab semua anak dapat
menggunakan alat bermain secara bebas. Anak senang, dapat
berimajinasi dan bekerja sama dengan temannya. Alat bermain ada
yang digunakan sendiri atau oleh beberapa anak sekaligus. Beberapa
persyaratan alat bermain yaitu:
a. Tidak berbahaya
b. Mudah diperoleh
c. Sebaiknya dibuat sendiri
d. Berwarna dominan
e. Tidak mudah rusak
f. Ringan atau berat tetapi tidak mudah dipindahkan oleh anak
3. Bermain Sosiodramatik
Bermain sosiodramatik memiliki beberapa elemen, yaitu:
a. Bermain dengan melakukan imitasi
Anak melakukan peran orang di sekitarnya dengan menirukan
tingkah laku dan pembicaraannya.
b. Bermain pura-pura
Bermain berpura-pura terhadap objek tertentu misalnya, mobil,
anak yang bersangkutan menjadi mobil, ia lari sambil menderu-
deru seperti suara mobil.
c. Bermain peran
Anak bermain dengan memerankan sebagai guru, bapak, ibu, anak
manja, anak nakal, kakek, nenek, tamu, dan sebagainya.
8

d. Persisiten
Anak melakukan kegiatan bermain dengun tekun sedikitnya selama
sepuluh menit.
e. Interaksi
Bermain antarteman dalam satu adegan paling sedikit dilakukan
oleh dua orang.
f. Komunikasi verbal
Bermain yang dilakukan antaranak dengan cara berkomunikasi,
jadi terdapat interaksi verbal.

Fungsi Bermain
1. Meningkatkan afiliasi anak dengan teman sebayanya
2. Meredakan ketegangan karena memungkinkan anak menyalurkan
energinya sehingga ketegangan mereda
3. Meningkatkan kemampuan kognitif
4. Meningkatkan eksplorasi anak akan perilaku tertentu
Nilai yang terkandung dalam bermain:
1. Nilai fisik dan kesehatan
Melalui bermain anak dapat melatih mengembangkan otot-ototnya
dan bagian tubuh lainnya yang nantinya akan menyehatkan dirinya.
2. Nilai Pendidikan
Berbagai problem solving dapat diperoleh anak melalui bermain.
3. Nilai Kreatif
Anak dapat mencobakan berbagai kemampuannya.
4. Nilai Sosial
Sikap kerjasama, menghargai, sportivitas, disiplin dapat dipupuk
melalui bermain.
5. Nilai Moral
Bermain merupakan latihan pengembangan moral, karena anak belajar
untuk jujur, menerima kekalahan, menjadi pemimpin yang baik.
9

6. Nilai Pengenalan Diri


Anak berkesempatan mengenali kekuatan dan kelemahan dirinya
melalui kegiatan bermain.

Hubungan Bermain dengan Perkembangan Anak


1. Perkembangan fisik
Ketika seorang anak bermain, misalnya bermain permainan tradisional
"gobak sodor" atau galah asin, maka akan terjadi koordinasi gerakan
otot, terutama otot-otot tungkai dan otot-otot gerakan bola mata.
Sehingga otot-otot ini terlatih dan berkembang dengan baik.
2. Penyaluran bagi energi emosional yang terpendam
Sering kali, seorang anak berhadapan dengan kenyataan-kenyataan
yang tidak menyenangkan, termasuk pembatasan lingkungan atas
perilaku mereka, yang secara tidak sadar menimbulkan ketegangan
dalam dirinya. Ketegangan ini berkurang ketika anak bermain.
3. Dorongan berkomunikasi
Seorang anak memiliki kesempatan berlatih berkomunikasi melalui
sebuah permainan. Mereka belajar mengungkapkan ide-ide serta
memberikan pemahaman pada teman-teman sepermainannya tentang
aturan dan teknis permainan yang akan dilakukan. Dengan demikian
permainan dapat berlangsung berdasarkan kesepakatan-kesepakatan
yang dibuat para peserta, melalui penyampaian pesan yang efektif dan
dimengerti antar peserta bermain.
4. Penyaluran bagi kebutuhan dan keinginan
Ada begitu banyak keingingan dan kebutuhan anak yang tidak dapat
dipenuhi dengan cara lain, namun sering kali bisa diwujudkan melalui
kegiatan bermain. Seorang anak, bisa menjadi siapapun yang ia
inginkan ketika bermain. Ia mampu mewujudkan keinginannya
menjadi seorang dokter, tentara maupun seorang pemimpin pasukan
perang, yang mustahil mereka wujudkan dalam kehidupan nyata.
10

5. Sumber belajar
Melalui bermain, seorang anak dapat mempelajari banyak hal, yang
tidak selalu mereka peroleh di institusi pendidikan formal. Mereka
belajar tentang arti bekerja sama, sportivitas, menyenangkannya
sebuah kemenangan maupun kesedihan ketika mengalami kekalahan.
6. Rangsangan bagi kreativitas
Ketika anak-anak bermain, mereka kerap merasakan adanya kejenuhan
ataupun rasa bosan. Pada saat seperti inilah mereka biasanya mencoba
melakukan sebuah variasi permainan. Di sini mereka belajar untuk
mengembangkan daya kreativitas dan imajinasinya. Ide-ide spontan
yang dikemukakan oleh seorang anak, dan jika kemudian diterima oleh
teman sepermainannya, akan menimbulkan adanya rasa penghargaan
dari lingkungan serta menjadi motivasi munculnya ide-ide kreatif
lainnya. Permainan pun akan kembali terasa menyenagkan.
7. Perkembangan wawasan diri
Melalui bermain, seorang anak dapat mengetahui kemampuan teman-
teman sepermainannya, kemudian membandingkannya dengan
kemampuan yang ia miliki. Hal ini memungkinkan terbangunnya
konsep diri yang lebih jelas dan pasti. Ia akan berusaha meningkatkan
kemampuannya, jika ternyata ia jauh tertinggal dibandingkan teman-
teman sepermainannya. Hal ini menjadi faktor pendorong yang sehat
dalam pengembangan diri seorang anak.
8. Belajar bersosialisasi
Bersosialisasi dengan teman-teman sebaya merupakan hal penting
yang perlu dilakukan oleh anak. Kegiatan bermain menjadikan proses
bersosialisai tersebut terbangun dengan cara yang wajar dan
menyenangkan. Tidak jarang timbul beberapa masalah ketika anak-
anak bermain. Mereka belajar untuk menghadapi dan memecahkan
persoalan yang timbul dalam sebuah permainan secara bersama-sama.
11

B. Definisi Permainan Tradisional


Permainan tradisional adalah permainan yang dimainkan oleh
anak-anak dengan alat-alat yang sederhana, tanpa mesin, asalkan anak
tersebut sehat, maka ia bisa ikut bermain. Permainan tradisional adalah
permainan yang penuh nilai-nilai dan norma-norma luhur yang berguna
bagi anak-anak untuk memahami dan mencari keseimbangan dalam
tatanan kehidupan. Oleh karena itu, permainan tradisional yang diciptakan
oleh nenek moyang bangsa ini pun berdasarkan atas banyak pertimbangan
dan perhitungan. Hal ini karena nenek moyang kita mempunyai harapan
agar nilai-nilai yang disisipkan pada setiap permainan tersebut dapat
dilaksanakan anak-anak dalam setiap tindakan dan perbuatannya dengan
penuh kesadaran atau tanpa adanya paksaan.

C. Manfaat Permainan Tradisional


Adapun manfaat dari permainan tradisional bagi anak adalah:
1. Anak menjadi lebih kreatif
Permainan tradisional biasanya dibuat langsung oleh para
pemainnya. Mereka menggunakan barang-barang, benda-benda, atau
tumbuhan yang ada di sekitar para pemain. Hal itu mendorong mereka
untuk lebih kreatif menciptakan alat-alat permainan. Selain itu, permainan
tradisioanal tidak memiliki aturan secara tertulis. Biasanya, aturan yang
berlaku, selain aturan yang sudah umum digunakan, ditambah dengan
aturan yang disesuaikan dengan kesepakatan para pemain. Di sini juga
terlihat bahwa para pemain dituntut untuk kreatif menciptakan aturan-
aturan yang sesuai dengan keadaan mereka.
2. Dapat digunakan sebagai terapi terhadap anak
Saat bermain, anak-anak akan melepaskan emosinya. Mereka
berteriak, tertawa, dan bergerak. Kegiatan semacam ini bisa digunakan
sebagai terapi untuk anak-anak yang memerlukannya kondisi tersebut.
3. Mengembangkan kecerdasan majemuk anak
a. Mengembangkan kecerdasan intelektual anak
12

Permainan tradisional seperti permainan Gagarudaan dan Oray-


Orayan, mampu membantu anak untuk mengembangkan
kecerdasan intelektualnya. Sebab, permainan tersebut akan
menggali wawasan anak terhadap beragam pengetahuan.
b. Mengembangkan kecerdasan emosi dan antar personal anak
Hampir semua permainan tradisional dilakukan secara
berkelompok. Dengan berkelompok anak akan mengasah emosinya
sehingga timbul toleransi dan empati terhadap orang lain, nyaman
dan terbiasa dalam kelompok. Beberapa permainan tradisional
yang dilakukan secara berkelompok di antaranya:
 Bebentengan
 Anjang-Anjangan
 Kasti
c. Mengembangkan kecerdasan logika anak
Beberapa permainan tradisional melatih anak untuk berhitung dan
menentukan langkah-langkah yang harus dilewatinya, misalnya:
 Engklek
 Congkak
 Macan/Dam Daman
 Lompat tali/Spintrong
 Encrak/Entrengan
 Bola bekel
 Tebak-tebakan
d. Mengembangkan kecerdasan kinestetik anak
Pada umumnya, permainan tradisional mendorong para pemainnya
untuk bergerak, seperti melompat, berlari, menari, berputar, dan
gerakan-gerakan lainnya. Anak juga menjadi banyak bergerak
sehingga terhindar dari masalah obesitas anak. Contoh
permainannya adalah:
 Nakaluri
 Adang-Adangan
13

 Lompat tali
 Baleba
 Pulu-Pulu
 Sorodot Gaplok
 Tos Asya
 Petak umpet
 Enggrang
e. Mengembangkan kecerdasan natural anak
Banyak alat-alat permainan yang dibuat/digunakan dari tumbuhan,
tanah, genting, batu, atau pasir. Aktivitas tersebut mendekatkan
anak terhadap alam sekitarnya sehingga anak lebih menyatu
terhadap alam. Contoh permainannya adalah:
 Anjang-Anjangan/dadagangan dengan membuat minyak dari
daun bunga sepatu, mie baso terbuat dari tumbuhan parasit
berwarna kuning yang bisanya tumbuh di tumbuhan anak
nakal.
 Mobil-mobilan terbuat dari kulit jeruk bali
 Engrang terbuat dari bambu
 Engklek menggunakan batu
 Bola sodok menggunakan bambu
 Parise terbuat dari bambu
 Calung terbuat dari bambu
 Agra/Sepak takraw, bolanya terbuat dari rotan
f. Mengembangkan kecerdasan spasial anak
Bermain peran dapat ditemukan dalam permainan tradisional
Anjang-Anjangan. Permainan itu mendorong anak untuk mengenal
konsep ruang dan berganti peran (teatrikal).
g. Mengembangkan kecerdasan musikal anak
Nyanyian atau bunyi-bunyian sangat akrab pada permainan
tradisional. Permainan-permainan yang dilakukan sambil
bernyanyi di antaranya:
14

 Ucang-Ucang Angge
 Ambil-Ambilan
 Tari Tempurung
 Berbalas Pantun
 Wayang
 Pur-Pur Sadapur
 Oray-Orayan
h. Mengembangkan kecerdasan spiritual anak
 Dalam permainan tradisional mengenal konsep menang dan
kalah. Namun menang dan kalah ini tidak menjadikan para
pemainnya bertengkar atau minder. Bahkan ada
kecenderungan, orang yang sudah bisa melakukan permainan
mengajarkan tidak secara langsung kepada teman-temannya
yang belum bisa.
 Permainan tradisional dilakukan lintas usia, sehingga para
pemain yang usianya masih belia ada yang menjaganya, yaitu
para pemain yang lebih dewasa.
 Para pemain yang belum bisa melakukan permainan dapat
belajar secara tidak langsung kepada para pemain yang sudah
bisa, walaupun usianya masih di bawahnya.
 Permainan tradisional dapat dilakukan oleh para pemain
dengan multi jenjang usia dan tidak lekang oleh waktu
 Tidak ada yang paling unggul. Karena setiap orang memiliki
kelebihan masing-masing untuk setiap permainan yang
berbeda. Hal tersebut meminimalisir pemunculan ego di diri
para pemainnya.

D. Contoh Permainan Tradisional dan Cara Memainkannya


1. Congklak/Dakon
Permainan congklak menggunakan papan permainan yang
memiliki 14 lubang dan 2 lubang induk yang ukurannya lebih besar.
Satu lubang induk terletak pada ujung papan dan lubang induk lainnya
15

terletak di ujung lainnya. Diantara kedua lubang induk terdapat 2 baris


yang tiap barisnya berisi 7 lubang yang jumlahnya 14 lubang.
Dimainkan oleh 2 orang.

Cara bermain:
Tiap lubang kecil diisi dengan 7 biji yang biasanya terbuat dari
kerang atau plastik. Kecuali lubang induk yang dibiarkan kosong.
Setelah menentukan siapa yang akan mulai lebih dulu, maka
permainan dimulai dengan memilih salah satu lubang dan
menyebarkan biji yang ada di lubang tersebut ke tiap lubang lainnya
searah jarum jam. Masing-masing lubang diisi dengan 1 biji. Bila biji
terakhir jatuh di lubang yang ada biji-bijian lain maka biji yang ada di
lubang tersebut diambil lagi untuk diteruskan mengisi lubang-lubang
selanjutnya. Jangan lupa untuk mengisikan biji ke lubang induk kita
setiap melewatinya. Sedangkan lubang induk lawan tidak perlu diisi.
Bila biji terakhir ternyata masuk dalam lubang induk kita, berarti kita
bisa memilih lubang lainnya untuk memulai lagi, tetapi bila ternyata
saat biji terakhir diletakkan pada salah satu lubang kosong, berarti
giliran untuk lawan kita. Bila lubang tempat biji terakhir itu ada di
salah satu dari 7 lubang yang ada di baris kita, maka biji yang ada di
seberang lubang tersebut beserta 1 biji terakhir yang ada di lubang
kosong akan menjadi milik kita dan akan masuk dalam lubang induk
kita. Setelah semua baris kosong, maka permainan dimulai lagi
16

dengan mengisi 7 lubang milik kita, masing-masing dengan 7 biji dari


biji yang ada di lubang induk kita. Dimulai dari lubang yang terdekat
dengan lubang induk, bila tidak mencukupi maka lubang lainnya
dibiarkan kosong dan selama permainan tidak boleh diisi.
2. Gasing
Gasing menggunakan mainan yang terbuat dari kayu berbentuk
kerucut dan tali.

Cara bermain:
Memainkannya adalah dengan memutarnya, dengan cara melilitkan
tali pada ujung kerucut, kemudian dilemparkan ke bawah sampai tali
tertarik dan gasing berputar. Lemparan juga boleh diarahkan ke gasing
lain agar terjatuh. Dibuat lingkaran untuk arena melemparkan gasing.
Gasing yang berputar tidak boleh keluar dari lingkaran tersebut.
Gasing yang berputar paling lama adalah pemenangnya.
3. Bekel
Permainan bekel menggunakan bola berwarna-warni yang terbuat dari
karet dan biji berbentuk khusus yang terbuat dari kuningan.
Cara bermain:
Setelah menentukan giliran siapa yang mulai lebih dulu, permainan
dimulai dengan melemparkan bola keatas dan menghamparkan biji.
Setelah bola memantul sekali, bola harus diambil kembali. Kemudian,
pemain harus mengambil satu per satu biji yang terhampar secara
langsung. Setelah terambil semua, biji dihamparkan kembali dan
diambil kali ini sekaligus dua buah biji. Begitu selanjutnya sampai
sejumlah biji yang dimainkan. Setalah mengambil biji secara langsung
selesai, maka kini pemain harus mengubah biji menjadi bentuk
tertentu sebelum diambil. Urutan posisinya adalah pit (bentuk seperti
17

kursi), ro (kebalikan posisi pit), cin (singkatan licin yaitu posisi miring
tanpa ada bintik di permukaan biji) dan peng (singkatan bopeng yaitu
posisi miring dengan ada bintik di permukaan biji). Biji yang
dipergunakan umumnya berjumlah 6 sampai 10 biji. Pemain akan
kehilangan gilirannya apabila bola memantul lebih dari sekali, tidak
dapat menangkap bola, lupa mengubah salah satu biji menjadi posisi
tertentu saat sudah mencapai tahap pit, ro, cin atau peng, atau
menyentuh biji lain saat mengambil biji yang harus diambil.
Pemenangnya adalah yang mencapai tahap paling tinggi.
4. Petak Umpet
Petak umpet dimainkan oleh banyak anak.

Cara bermain:
Satu orang pemain yang kalah akan menutup matanya pada salah satu
tempat yang dianggap sebagai benteng, sementara yang lain mencari
tempat untuk bersembunyi. Setelah menghitung sampai jumlah
tertentu, maka mulailah pemain yang menutup mata tersebut mencari
tiap orang yang bersembunyi. Bila telah menemukan orang yang
bersembunyi, pencari ini harus cepat-cepat berlari ke benteng sambil
menyebut nama orang yang ketahuan persembunyiannya. Begitu juga
dengan anak yang ketahuan, karena bila berhasil lebih dulu
menyentuh benteng, maka pada tahap selanjutnya dia tidak akan jaga.
Anak lain yang bersembunyi dapat pula menyentuh benteng agar tidak
jaga pada tahap selanjutnya, asalkan tidak ketahuan dengan pencari.
18

Setelah semua telah ketahuan persembunyiannya, maka pencari akan


menutup matanya kembali pada benteng dan anak-anak lain
membentuk barisan di belakangnya. Pencari akan menyebut salah satu
nomor. Anak yang ada di urutan nomor yang disebut akan menjadi
pihak yang kalah bila tadi dia tidak berhasil lebih dulu mencapai
benteng. Sedangkan bila anak pada urutan yang disebut ternyata
adalah anak yang berhasil mencapai benteng lebih dulu pada saat
ketahuan tempat persembunyiannya, maka si pencari tetap dalam
posisi kalah dan permainan dilanjutkan.
5. Petak Jongkok
Petak jongkok dimainkan oleh banyak anak dan tidak memerlukan
alat bantu.
Cara bermain:
Tentukan satu orang yang akan mengejar. Untuk menghindari
pengejar, setiap anak boleh jongkok. Bila jongkok berarti dia tidak
dapat disentuh oleh pengejar. Anak yang berdiri dapat membangunkan
anak yang jongkok. Tetapi, anak yang terakhir jongkok berarti akan
menjadi pengejar menggantikan pengejar yang lama. Begitu juga
dengan anak yang tidak jongkok namun berhasil disentuh oleh
pengejar akan menjadi pengejar selanjutnya.
6. Galah Asin/Gobak Sodor
Permainan galah asin atau gobak sodor (kadang disebut galasin) ini
biasa dilakukan di lapangan. Arena bermain merupakan kotak persegi
panjang dan diberi garis di dalamnya.
19

Cara bermain:
Anak-anak dibagi menjadi 2 tim. Setelah menentukan tim mana yang
jaga, permainan dapat dimulai. Anggota tim jaga harus menjaga di
masing-masing garis yang telah ditentukan dan boleh bergerak
sepanjang garis tersebut untuk menyentuh anggota tim lawan. Tim
yang tidak berjaga berdiri di garis yang paling depan dan berusaha
menerobos garis-garis tersebut dan tidak boleh sampai tersentuh oleh
tim yang jaga. Setelah berhasil menerobos garis paling akhir, mereka
harus berusaha kembali ke tempat pertama mereka mulai. Bila
berhasil, mereka akan mendapatkan satu nilai. Sedangkan bila ada
anggota tim yang tersentuh berarti giliran berganti. Tim yang
tersentuh akan bertugas untuk menjaga. Tim yang menang adalah
yang mengumpulkan nilai paling banyak.
7. Petak Benteng
Permainan berkelompok yang terbagi menjadi 2 tim.
Cara bermain:
Masing-masing tim menentukan bentengnya, dapat berupa pohon,
tiang, atau tembok. Mereka berusaha menawan anggota tim lawan
agar dapat merebut benteng lawan. Permainan dimulai dengan salah
satu anggota keluar dari benteng, maka anggota tim lawan akan
berusaha menyentuh orang tersebut. Tetapi anggota tim pertama dapat
langsung menyerang dengan berusaha menyentuh pemain yang keluar
tersebut begitu pula dengan tim lawan. Untuk menghindari disentuh,
20

mereka dapat kembali ke benteng masing-masing. Siapa yang


tersentuh akan ditawan di benteng lawan. Teman satu tim dapat
berusaha menyelamatkan teman-teman yang tertawan dengan
mendatangi benteng lawan dan menyentuh teman-temannya, tetapi
tentu saja tidak boleh tersentuh lawannya. Harus ada anggota tim yang
menjaga bentengnya. Bila benteng lawan tidak ada yang menjaga,
maka pemain dapat menyentuh benteng tersebut yang berarti tim
tersebut menjadi pemenangnya.

8. Taplak
Dapat digunakan kapur untuk menggambar arena yang akan
digunakan untuk bermain. Arena berbentuk kotak-kotak, ada satu
kotak dan kotak yang terbagi 2 dengan gambar setengah lingkaran
pada bagian atas yang menyerupai gunung. Ada pula arena bermain
yang berbentuk kotak-kotak seperti jaring-jaring kubus.
Cara bermain:
Tiap anak mengambil batu kecil dan berusaha melemparkan ke arena,
mulai dari kotak yang pertama. Lalu anak akan berjinjit masuk ke
dalam kotak-kotak tersebut. Setalah berhasil sampai ujung, anak akan
berusaha kembali ke tempat asal, sampil memungut batu miliknya
pada kotak sebelum kotak yang terdapat batu miliknya. Giliran akan
berganti bila saat anak berjinjit, dia menyentuh garis atau salah
melemparkan batu. Setelah berhasil menempatkan batu sampai ujung,
dia akan mendapatkan bintang. Dimana bintang diletakkan, ditentukan
dengan melemparkan batu ke kotak yang diinginkan. Kotak yang
terdapat bintang miliknya tidak boleh diinjak oleh lawan-lawannya
sehingga akan menyulitkan lawan. Anak yang paling banyak
mendapatkan bintang adalah pemenangnya.
9. Pasaran/Jual Beli
Cara bermain:
 Dimainkan dua orang atau lebih
21

 Menggunakan property layaknya orang berdagang (timbangan,


dagangan, uang mainan)
 Lebih banyak menggunakan dialog
 Umumnya dimainkan anak perempuan, walaupun pada
pengembangannya dapat juga melibatkan laki-laki.
10. Jamuran (Konfigurasi  Jamur)
Cara bermain:
 Dimainkan sekelompok anak
 Tidak banyak menggunakan property
 Diiringi nyanyian “jamuran gege”
 Mengutamakan gerakan melingkar layaknya jamur
 Umumnya dimainkan oleh anak perempuan
11. Jaran Teji
Cara bermain:
 Dimainkan oleh sekelompok laki-laki
 Menggunakan ‘kuda-kudaan’
 Diiringi nyanyian dan gerakan
12. Dayoh-Dayohan/mbedhayoh (Bertamu)
Cara bermain:
 Dimainkan oleh dua orang atau lebih
 Menggunakan property kursi, meja, dan perlengkapan bertama
lainnya.
 Mengutamakan dialog
 Pemain laki-laki atau perempuan atau campuran.
13. Manten-mantenan (Pengantin)
Cara bermain:
 Dimainkan oleh sekelompok besar anak, terdapat sepasang anak
yang memerankan pengantin laki-laki dan pengantin perempuan.
 Terdapat peraga orang tua mempelai dan besan
 Diiringi musik-musik sederhana, nyanyian, dan dialog-dialog
 Bisa diselingi gerakan-gerakan atau tarian.
22

Pada praktiknya, jenis-jenis permainan tersebut dapat


dikembangkan lagi menjadi lebih bervariasi.

E. Definisi Ekstrakurikuler
Ekstrakurikuler adalah kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran
dan pelayanan konseling untuk membantu siswa sesuai dengan kebutuhan,
potensi, bakat, dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus
diselenggarakan oleh pendidik dan tenaga kependidikan yang
berkemampuan dan berwenang di sekolah.

Muatan Kegiatan Ekstrakurikuler


1. Program keagamaan
2. Pelatihan profesional
3. Organisasi siswa
4. Rekreasi dan waktu luang
5. Kegiatan kultural/budaya
6. Program perkemahan
7. Program live in exposure, yaitu program yang sengaja dirancang
untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyingkap nilai-
nilai yang berkembang di masyarakat.
Fungsi Kegiatan Ekstrakurikuler
1. Pengembangan, yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk
mengembangkan kemampuan dan kreativitas siswa sesuai dengan
potensi, bakat, dan minat mereka.
2. Sosial, yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk mengembangkan
kemampuan dan rasa tanggung jawab sosial siswa.
3. Rekreatif, fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk mengembangkan
suasana rileks, menggembirakan dan menyenangkan bagi siwa yang
menunjang proses perkembangan.
4. Persiapan karir, fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk
mengembangkan kesiapan karir siswa.
23

Kegiatan ekstrakurikuler sangat penting dalam pendidikan nilai


karena dalm kegiatan tersebut siswa mendapatkan pengalaman secara
langsung, terlibat secara aktif dalam kegiatan tersebut dan menyediakan
cukup waktu diluar jam efektif pelajaran, sehingga pendidikan nilai lebih
terakomodasi melalui kegiatan ekstrakurikuler.

F. Analisis Penerapan Permainan Tradisional dalam Ekstrakurikuler di


Sekolah Dasar

 Faktor Pendukung Permainan Tradisional dalam Ekstrakurikuler di SD


Aneka permainan tradisional diusulkan dijadikan sebagai kegiatan
ekstrakurikuler pada sekolah setidaknya permainan tradisional dapat
diperkenalkan sejak Sekolah Dasar, guna meredam dampak perubahan
peradaban yang cenderung kearah negatif. Banyak sekali faktor yang
mendukung pengadaan kegiatan ekstrakurikuler permainan tradisional di
Sekolah Dasar, antara lain:
1. Sebagai alat pengembangan semua potensi yang dimiliki anak
Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa permainan tradisional
memiliki banyak manfaat bagi anak, seperti mengasah kemampuan
otak, kemampuan membuat strategi, sikap mudah bersosialisasi, dan
membangun EQ dan sebagainya.
2. Sebagai sarana pendidikan
Permainan tradisional dalam ekstrakurikuler di Sekolah Dasar selain
sebagai sarana hiburan juga sebagai sarana pendidikan.
3. Sebagai sarana hiburan
Permainan tradisional bisa menjadikan hiburan bagi anak.
4. Sebagai salah satu upaya pelestarian peninggalan budaya
24

Dengan masuknya permainan tradisional ke sekolah juga sekaligus


mengantisipasi musnahnya aneka permainan yang merakyat dan
mendidik itu. Seiring dengan kemajuan zaman, tersebut membawa
dampak terkikisnya aneka permainan tradisional, kalaupun ada hanya
sedikit sekali yang masih memainkannya. Perlu bagi kita untuk
melestarikannya, mengingat itu semua termasuk tradisi budaya
peninggalan nenek moyang terdahulu. Selain itu perlu juga
ditanamkan kepada generasi d ibawah kita tentang perlunya
pelestarian hasil peninggalan nenek moyang yang terdahulu untuk
dijadikan sebagai budaya.

5. Tidak membutuhkan biaya tinggi


Untuk memainkan permainan tradisional, tidak membutuhkan biaya
tinggi karena hanya memakai alat permainan sederhana tetapi penuh
makna (meaningful). Jika di sekolah sudah ada ekstrakurikuler
permainan tradisional, maka para orang tua tidak perlu lagi
mengeluarkan biaya mahal untuk memberikan permainan modern
seperti video game, play station, dll pada anaknya.
6. Adanya korelasi antara permainan tradisional dengan masa lalu guru
Besar kemungkinan bahwa masa kecil guru masih sempat bermain
dengan aneka permainan tradisional yang sekarang mulai punah.
Untuk itu, dalam pengadaan ekstrakurikuler permainan tradisional
cukup mudah karena ada sumber langsung yang berpengalaman yaitu
guru itu sendiri.
Aneka permainan tradisional tersebut memiliki nilai filosofis yang
sangat tinggi demi memupuk rasa kebersamaan. Nilai budaya tradisional
dan rasa sosial yang ada pada masyarakat kian lama semakin tersisih dari
kehidupan masyarakat terutama untuk anak-anak. Mengantisipasi hal itu
anak-anak pada usia sekolah terutama pada tataran SD hendaknya sudah
diperkenalkan permainan tradisional. Dengan begitu kebudayaan dan rasa
sosial yang tinggi dapat dimiliki anak-anak sejak dini. Untuk mewujudkan
25

hal itu disetiap sekolah, dinas pendidikan harus menjalin kerjasama


dengan dinas pariwisata agar muatannya lebih terpola terhadap anak didik,

 Faktor Penghambat Permainan Tradisional dalam Ekstrakurikuler di SD


Hambatan dari realisasi pengadaan permainan tradisional sebagai
kegiatan ekstrakurikuler antara lain:
1. Larangan dari orang tua. Mungkin sebagian orang tua takut anak-anak
mereka terluka, kotor atau kulit anak menjadi terbakar karena bermain di
lapangan terbuka. . Hasilnya, banyak orang tua yang memberikan mainan
elektronik yang disukai anak. Padahal permainan ini cenderung membuat
anak sulit bersosialisasi sehingga anak menjadi pemalu, penyendiri dan
individualistis. Juga makin banyak anak menjadi obesitas karena kurang
bergerak. Tetapi hal tersebut mungkin terjadi pada keluarga yang modern
dan terlalu memanjakan anaknya. Anggapan orang tua yang berpendapat
bahwa anak yang terlalu banyak bermain akan membuat anak menjadi
malas bekerja dan bodoh. Anggapan ini kurang nijaksana karena beberapa
ahli psikologi mengatakan bahwa permainan sangat besar pengaruhnya
terhadap perkembangan jiwa anak.
2. Pelaksanaan di lapangan akan sulit sekali terealisasi dengan baik jika dari
pihak sekolah (guru dan kepala sekolah) tidak mendukung adanya
ekstrakurikuler ini. Jadi semua pihak sekolah seharusnya kompak dalam
mendukung terlaksananya kegiatan tersebut.
3. Terbatasnya lapangan di kota-kota besar, misalnya jika sutu SD tidak
memiliki lahan yang cukup luas sementara banyak permainan yang
memerlukan arena yang luas.

 Implementasi Permainan Tradisional dalam Ekstrakurikuler di SD


Maraknya permainan semacam PS, Nintendo, X-box, dan
sejenisnya, membuat anak-anak saat ini tak lagi mengenal permainan
tradisional seperti petak umpet, galasin, dampu, bentengan, lompat tali,
cutik, congkak/dakon, atau bekel. Semakin sempitnya ruang untuk
bermain bagi anak-anak merupakan salah satu alasan mengapa permainan
26

tradisional yang dulu banyak dimainkan di halaman rumah menjelang sore


kini kian terpinggirkan. Belum lagi derasnya pengaruh modernisasi dan
globalisasi berupa aneka permainan elektronik. Aneh rasanya saat mainan
dan permainan tradisional khas budaya Indonesia menjadi asing manakala
mainan dan permainan tradisional semakin menjauh kehadirannya lantaran
kian terlupakan.
Seperti yang sudah dijelaskan diatas, permainan-permainan
tradisional memiliki banyak nilai positif, misalnya Sosialisasi mereka
dengan orang lain akan semakin baik karena dalam permainan dimainkan
oleh minimal 2 anak. Selain itu, dalam permainan berkelompok mereka
juga harus menentukan strategi, berkomunikasi dan bekerja sama dengan
anggota tim. Memberi kebebasan secara seimbang untuk anak bermain
bersama teman-temannya dapat memberikan nilai positif. Bermain dapat
menjadi sarana belajar dan mengembangkan nilai EQ pada anak. Tetapi,
tentu saja harus dalam pengawasan dan memberi batasan waktu yang jelas
agar tidak semua waktu digunakan untuk bermain.
Semakin sulitnya menemukan anak-anak bermain permainan
tradisional apalagi di daerah perkotaan, anak-anak lebih cenderung
bermain dalam permainan yang terkesan instan. Sehingga tidak tampak
rasa kegotongroyongan atau persaudaraannya. Jika kini diusulkan
permainan tradisional dimasukkan dalam sekolah dalam bentuk kegiatan
ekstrakurikuler terasa sangat tepat, sepanjang nilai-nilai yang ada di
belakang permainan itu berguna untuk kemajuan atau meningkatkan daya
imajinasi anak. Permainan tradisional tentu memiliki nilai tertentu untuk
menumbuhkan imajinasi dan rasa sportivitas persaudaraan. Yang
terpenting adalah menanamkan nilai-nilai apa yang dibutuhkan anak
dewasa ini. Kalau nilai-nilai menuju kebaikan walaupun sifatnya
tradisional akan menambah kepekaan anak terhadap kehidupan sosial
masyarakat ini.
Mengingat padatnya beban pelajaran sekolah, sehingga pihak
sekolah sebaiknyamembuat siswa tidak merasa terforsir dengan jenis
ekstrakurikuler yang bersifat memberatkan. Jadi, ragam ekstrakurikuler
27

pun dipilih yang benar-benar menyenangkan sekaligus mendidik, yakni


permainan tradisional.
Kegiatan ekstrakurikuler diberikan selama 60 menit, dengan
ditemani 2 guru pendamping. Tak bisa dipungkiri kalau permainan
tradisional merupakan sarana bersosialisasi anak dengan teman sebaya dan
juga sarana melatih berhitung, di samping motorik halus dan kasar.
Menurut Dra Mayke S Tedjasaputra, MSi., play therapiest dan psikolog
dari Lembaga Psikologi Terapan Universitas Indonesia, permainan-
permainan tradisional idealnya ditujukan bagi anak usia SD sampai kelas
1-2 SMP. Kalau di bawah usia SD, dikhawatirkan anak belum paham.
Pendampingan guru dalam permainan tradisional tetap diperlukan.
Di awal, guru harus mengenalkan kepada anak bagaimana cara
bermainnya, aturan mainnya seperti apa, bagaimana penggilirannya, dan
sebagainya. Bila anak sudah paham, guru cukup mengawasi dari jauh dan
segera menengahi tanpa memberikan komentar-komentar yang
memojokkan. Cukup katakan, “Kamu pengin menang ya? Tapi kan
enggak begitu caranya.”
Selain itu, pelaksanaan permainan-permainan tradisional sebaiknya
dimainkan di luar ruang sehingga anak bebas beraktivitas. Hanya saja,
aktivitas ini sebaiknya tak dibakukan sebagai pelajaran dalam kurikulum
sekolah. Sehingga ekstrakurikuler permainan tradisional menjadi sesuatu
yang benar-benar bisa dinikmati anak. Jadi, tak perlu dinilai, apalagi
sampai membebani anak, semisal keharusan menghafal secara mati
mengenai aturan dan hal remeh temeh lainnya. Menilainya dengan angka
justru akan membuat permainan tradisional kehilangan makna fun-nya.

 Prosedur Pelaksanaan Permainan Tradisional dalam Ekstrakurikuler di SD


Dewasa ini mayoritas anak begitu tertarik pada games yang
bersifat individualis. Padahal, permainan tradisional sangat bermanfaat, di
antaranya mengembangkan kemampuan bersosialisasi karena selalu
dimainkan bersama-sama, mengasah kemampuan kognitif anak, sekaligus
melatih kemampuan motorik kasar dan motorik halus. Selain itu, lewat
28

permainan tradisional anak pun belajar bekerja sama dan kejujuran.


Adapun prosedur pelaksanaan dari ekstrakurikuler permainan tradisional
di Sekolah Dasar secara garis besar sebagai berikut:
1. Kegiatan ini diikuti oleh seluruh siswa mulai dari kelas 1-6
2. Pengambilan jam di luar jam pelajaran, misalnya sepulang sekolah
pada hari sabtu atau hari lain (fleksibel sesuai dengan sekolah)
3. Durasi waktu ekstrakurikuler 60 menit (bisa lebih disesuaikan dengan
keadaan/jenis permainan)
4. Sebelum bermain, guru memberikan apersepsi atau mengenalkan
bagaimana aturan bermainnya
5. Ketika siswa bermain permainan tradisional guru hanya mengawasi
dan menengahi jika ada perselisihan
6. Di akhir permainan guru memberikan penjelasan makna dari permaina
yang telah dilakukan serta memberi nasihat bahwa tentu saja ada
batasan waktu yang jelas kapan kita belajar dan kapan bermain agar
tidak semua waktu digunakan anak untuk bermain.
29

BAB III
PENUTUP

Simpulan
Dewasa ini permainan modern seperti video game, play station, dll
semakin marak. Hal ini berdampak pada mulai punahnya permainan tradisional
yang merupakan salah satu budaya peninggalan nenek moyang bangasa. Padahal
manfaat dari permainan tradisional sangatlah banyak dibandingkan dengan
permainan modern. Permainan tradisional dapat mengembangkan semua potensi
yang dimiliki oleh anak dan sangat berperan bagi masa tumbuh kembang anak.
Untuk itu dibutuhkan pengadaan permainan tradisional di Sekolah Dasar,
dimana dunia bermain memang tidak dapat dipisahkan dengan masa anak-anak.
Permainan tradisional dalam sekolah dikemas dalam bentuk kegiatan
ekstrakurikuler. Sehingga permainan tradisional selain sebagai sarana hiburan
juga sebagai sarana pendidikan. Inovasi pendidikan melalui permainan tradisional
dalam ekstrakurikuler di SD diharapkan menjadi satu alternatif pelestarian
peninggalan budaya dari nenek moyang serta menjadi slah satu upaya
pengembangan potensi yang dimiliki anak.
30

DAFTAR RUJUKAN

Kamtini., Tanjung, Husni, Wardi. 2005. Bermain Melalui Gerak dan Lagu di
Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Ratnawati, Sintha. 2002. Sekolah Alternatif untuk Anak. Jakarta: Penerbit Buku
Kompas.

Sunarti, Euis., Purwani, Rulli. 2005. Ajarkan Anak Keterampilan Hidup Sejak
Dini. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

______________. 2007. Pengaruh Permainan pada Perkembangan anak.


http://www.resep.web.id/ibu-anak/pengaruh-permainan-pada-
perkembangan-anak.htm. (Online). Diakses tanggal 25 Mei 2010.
______________. 2008. Permainan Tradisional. http://www.pdf-search-
engine.com/permainan-tradisional-pdf.html. (Online). Diakses tanggal 25
Mei 2010.
______________. 2009. Peluang Kreatif Mainan dan Permainan Tradisional.
http://johnherf.wordpress.com/2007/07/18/peluang-kreatif-mainan-dan-
permainan -tradisional/. (Online). Diakses tanggal 25 Mei 2010.

Wahyu, Genis, Ginanjar. 2010. Arti Bermain bagi Anak. http://newspaper.pikiran-


rakyat.com/prprint.php?mib=beritadetail&id=75571. (Online). Diakses
tanggal 25 Mei 2010.

Yuri, Arief. 2009. Pentingnya Kegiatan Ekstrakurikuler.


http://ariefyuri.blogspot.com/2009/03/pentingnya-kegiatan-ekstrakurikuler.
html. (Online). Diakses tanggal 25 Mei 2010.
31

You might also like