You are on page 1of 20

BELAJAR BETERNAK IKAN GURAMI 

(A-Z)
14 September 2008 Tinggalkan komentar Go to comments

Pengantar:

Ini tulisan menarik tentang serba-serbi beternak gurami oleh kawan Mimbar Seputro. Semoga
bermanfaat.

Saya Mimbar Bambang Seputro, 47, ingin membagi pengalaman dalam beternak ikan Gurami.
Karena saya mulai dari nol besar, tiba-tiba harus menghadapi kenyataan bahwa ada suatu bidang
usaha yang berbeda dengan bidang usaha sebelumnya. Betapa tidak, hampir 20 tahun saya
bekerja di sebuah perusahaan jasa tiba-tiba saya harus bergelut dan melayani mahluk bernama
ikan Gurami. Padahal yang lulusan sekolah spesial ikan-pun banyak yang menyimpang kearah
jalan yang “tidak sesat”.

Lokasi saya beternak ada di daerah Citayam, Bogor, tempat dimana para petani beternak ikan
mulai dari Gurami, Lele, Mas, Tawes, Patin, Nila dan segala macam ikan. Petani-petani
sederhana sampai kaya raya ini patut diberi acungan jempol sebagai Universitas Perjuangan
Hidup.

Cuma waktu itu krisis moneter melanda para penduduk. Banyak peternak yang bangkrut lalu
pindah haluan. Celah ini saya manfaatkan sehingga saya bisa memilih peternak yang masih
bertahan, dan biasanya yang teruji kualitas kepakarannya. Segi positif lainnya, gurame adalah
vegetarian, sehingga makanan utamanya sejenis daul keladi, di jabar- namanya “sente” banyak
tersedia, kami tinggal meminta ijin pemiliknya untuk ikut membersihkan halaman kebunnya.

Namun sayang, ketika saya mencari informasi di Website, ternyata minim sekali informasi yang
saya dapatkan. Saya mencoba mencari dengan search engine dengan mengombinasikan kata
“gourami” menjadi “gurami”. Salah-salah saya malahan dapat software Gourami yang tidak ada
hubungannya dengan ikan Gurami.

Lalu saya mulai baca buku-buka dalam bahasa Indonesia, waw buku pertama menarik, tetapi
ketika mulai baca buku yang lain, mulai bingung sebab satu sama lain kadang-kadang berbeda.
Tapi perbedaan itulah kekuatan. Ikutan bahasa para politisi kita.

Secara kebetulan ada kolam seluas 400 meter persegi yang sudah “ditinggalkan” oleh
pengelolanya terdahulu. Alasannya harga ikan yang jatuh, banyak penyakit menyerang, di jarah
orang jahat, tertipu dan banyak lain alasan yang membuat saya berfikir dua tiga kali untuk terjun
ke area per guramian. Saya harus cari alasan yang tidak ada hubungannya dengan perikanan. Di
rumah sangat sederhana tempat kami menginap, Saya dapatkan, seorang bapak muda dengan
dengan isteri berumur 16 tahun dan anak bayinya, seorang ibu dengan cucunya yang semuanya
semula bergantung hidup dari kolam ini. Tekad saya semakin kuat, saya akan terjun ke dunia
perikanan. Lagian, kalau kontrak dengan maha kuasa sudah dijalani 47 tahun tetapi kontrak
dengan perusahaan tingal bisa dihitung dengan kedua jari.
Mulailah tabungan di ATM di dodol, dengan rasa was-was, kalau ini gagal juga habislah awak,
tapi mudah-mudahan tidak dedel duwel. Kolam sudah tersedia ada, air lumayan banyak, tinggal
cari benih ikan dari petani setempat.
Ah kebetulan kami berkenalan dengan seorang pemuda bernama Abel, yang belakangan ini
mepet terus kepada kami. Abel tinggal dengan neneknya yang juga rumah kami berdekatan. Abel
inilah yang mengatakan bahwa janganlah karena panen sekali gagal lalu stop jadi petani. Orang
naik sepeda juga bisa jatoh, katanya.

MENYIAPKAN KOLAM GURAMI

<!–[if supportFields]>PRIVATE<![endif]–><!–[if supportFields]><![endif]–>Menyiapkan


KOLAM IKAN, saya bingung setengah mampus (maafkan bahasa saya ikutan para ABG),
kolam is kolam, end of story. Isi air yang banyak, masukkan ikan, sama halnya seperti
memasukkan ikan di akuarium atau bak mandi kita sehari-hari.

Buku saya baca lagi, learning by doing kata orang Inggris. Kolam harus dekat rumah,
maksudnya mudah pengawasannya. Terutama sekali itu lho, ngintipin ikan gurame berahi,
dengan harapan kita mendapatkan banyak telur yang kemudian menetas menjadi “gonada”- baby
gourami. Oooo itu….

Oh masih banyak lagi, selain manusia jahil, banyak musuh ikan yang lain, binatang sejenis
lingsang, burung blekok, burung elang, ular, bahkan kodok budug-pun menjadi musuh sang
Gurami. Kalau anda menonton filem discover, anda bilang “oh itu hukum alam, mereka musti
memangsa binatang lainnya, agar mereka hidup”. tapi dalam perikanan its totally different
things!. Anda tidak akan membiarkan terjadi, biarlah hukum alam terjadi, tapi jangan disini, di
balongku, di tebatku.

Mula-mula kolam dipaculi dan dibentuk pematang-pematang yang berbentuk trapesium. Bentuk
trapesium sudah diterima masyarakat luas, maksudnya massa air biasanya lebih menekan
dibagian bawah daripada bagian atas. Apalagi dibagian bawah sering longsor, dilubangi oleh
belut, lele, kepiting nakal dan bandelnya minta ampuun.

Kemiringan kaki trapesium biasanya 45 derajat, kata Zulkifli Jangkaru, tapi pak Slamet Soeseno
bilang lain lagi. Bagian luar boleh tegak lurus, bagian dalam agak landai 1: 1,5 atau 1:1,75

Kolam-kolam kita nantinya akan diisi air sampai 60 cm. Jadi dengan pematang, bibir tegalan
maka paling tidak 80-90 cm dianggap cukup ideal. Setelah tanah di cangkuli, biasanya dibiarkan
kering sampai retak-retak, biar kalau ada hama pengganggu ikut mati kepanasan. Tapi Kalau
ternyata masih ada yang staminanya kuat, dibantu dengan pemberian “cengkaling” sejenis kapur
beracun, yang disebarkan disudut dan penjuru kolam. Biasanya belut, udang, kepiting pada
kepanasan dan keluar untuk ditangkap para petani dan dibantai seperti layaknya dukun santet.

Kolam kemudian didiisi air, dibiarkan semalaman agar racu-racun “cengkaling” nya luntur
kehebatannya lantaran mengendap. Kemudian air dibuang dan kolam dikeringkan sekali lagi.
Maka kolam siap dipergunakan.

Air umumnya berlimpah, tetapi mengingat sistem pengairan kita dasarnya dalah gotong royong,
maka kerja sama dengan penduduk setempat yang sesama petani harus terjaga. Kapan
pembagian air, kapan kita harus menahan diri. Semua tidak tertulis dibuku, tetapi dijalankan
secara turun temurun. Peternak harus mau “siskamlong”, sistem keamanan pengairan balong,
modalnya lampu senter dan sebungkus rokok serta komunikasi.

Kalau air sudah masuk, harus di saring agar supaya ikan gabus, lele, kepiting, kodok budug,
udang bisa masuk kedalam kolam kita. Biasanya dipipa pralon para petani memasang saringan
(sosok) yang terbuat dari anyaman bambu. Air ditunggu sampai tingginya 60 cm, baru sisanya
dialirkan ketempat lain atau ke parit pembuangan.

Secara teori, ikan gurami menyukai air dengan kadar keasaman 6,5 sampai 7.0 dan suhu air 24-
28 derajat Celcius.

Di habitatnya, gurami hidup di rawa-rawa, ini bisa dilihat bahwa gerakan Gurami umumnya
vertikal. Anggun dan hanya menimbulkan suara haluuuus sekali, kecuali kalau dia terkejut.

Makanan GURAMI

<!–[if supportFields]>PRIVATE<![endif]–><!–[if supportFields]><![endif]–>Seperti dikatakan


bahwa Gurami adalah mahluk Vegetarian, atau kata anak saya Herbivor. Keuntungannya segala
macam daun-daunan yang lembut strukturnya bisa di “empan” kan kepada gurami dewasa.

Petani-petani jabar, selalu menjemur daun-daun yang akan diberikan kepada peliharannya
terlebih dahulu sehingga layu, dengan demikian getah yang beracun bisa dinetralisir.

 Daun talas/keladi atau sente (jabar) yang tua, biasanya seberapapun makanan ini diberikan,
akan ditarik-tarik oleh gurami sampai tinggal tulang-tulangnya.
Dianjurkan menanam sendiri talas ini di tegalan kolam, dihalaman rumah, karena gurame
tidak bisa hidup tanpa keladi, sampai menjadi tua-tua keladi.

 Daun ketela Singkong

 Daun Pepaya
Kurang dianjurkan diberikan untuk biang Gurame karena merusak kantung telur.

 Daun Kangkung

 Daun ubi jalar


juga tidak dianjurkan untuk diberikan kepada biang gurame.

 Ketimun
 Tauge, bisa tauge kacang hijau, tauge kacang merah dan tauge dari bibit padi muda.

 Labu

 Talas

 Pellets
Beberapa peternak membuat sendiri pellet yang terdiri Katul, tepung ikan, bungkil
kedelai, protein Tepung Daging dan tambahan 10 tablet anti biotik untuk per 100 kg
pelet.

 Jagung rebus. Sangat baik untuk mempercepat kematangan “gonade” sehingga


memperpendek waktu pemijahan. Jumlah jagung rebus yang diberikan 3-5% berat badan
induk. Menurut Heru Susanto, telur yang matang pada usia 45-60 hari bisa diperpendek
menjadi 25-30 hari.
Cara pemberiannya dengan menempatkan jagung pada anyaman bambu 0,5 x 0,5 meter,
lalu ditenggelamkan sekitar 15 cm dengan jarak 0,5 m dari pinggir kolam. Pilih tempat
yang terlindung dan tempat ikan berkumpul.

Sekalipun kita beranggapan bahwa gurame adalah mahluk vegetarian, tetapi mereka tidak
menolak anak semut (kroto), dedak, ampas tahu, bungkil kacang. Bahkan beberapa petani
memasang lampu teplok dipinggiran kolam jika dilihatnya banyak serangka beterbangan.
Serangga-serangga ini tertarik kepada cahaya lampu, dan ketika mereka mendekat lalu
jatuh, maka gurame dengan suka cita melahapnya.

Telor Gurami
<!–[if supportFields]>PRIVATE<![endif]–><!–[if supportFields]><![endif]–>Sebelum
ikan gurami mampu bertelur, tentunya ikan harus dimasukkan secara berpasangan dan
kawin secara masal. Kawin campur dalam kolam tidak dibicarakan disini.
Sebagai “rule of thumb”, seekor biang gurami memerlukan kavling 15-20 meter persegi.
Pemacek (pejantan) boleh mengawini empat ekor biang. Mengintip gurami pacaran kata
yang sering melihat adalah pengalaman mengasyikkan. Bila pejantan sudah mulai
mengejar yang biang, maka kolam pemijahan harus disiapkan. Setahun, ikan bisa bertelur
sampai dua kali.
Beberapa petani berpengalaman bahkan bisa mencium bau amis yang ditimbulkan dari
kolam sebagai tanda kesiapan berpijah peliharaannya.

Perbaikan Kolam
Kolam harus sudah dikeringkan, dan ditaburi kapur 100-200 gr/meter persegi guna
membunuh hama dan parasit.
Kedalaman kolam harus 60-100 meter persegi

Mempersiapkan sarang, di Jawa Barat, petani biasanya menyiapkan pengki atau sosok
yang terbuat dari anyaman bambu, atau membuat lubang bergaris tengah 30 cm sedalam
35 cm untuk merangsang gurami menaruh telur ditempat yang sudah disediakan. Untuk
bahan pembuatan sarang dapat menggunakan ijuk halus atau sabut kelapa. Petani Jawa
Barat bahkan membuat bahan sarang dari karung plastik yang sudah di cabik-cabik
memanjang seperti kertas pelindung barang pecah belah.
Supaya tidak bertebaran di dalam kolam, maka ijuk yang sudah direndam semalaman dan
disisir halus, dijepit dengan sebilah bambu secara longgar agar supaya mudah ditarik-
tarik oleh ikan. Banyaknya ijuk sekitar 1-1,5 kg untuk sebuah sarang.
Untuk mengetahui bahwa gurami sudah bertelur, masukkan lidi kedalam sarang,
perhatikan apakah ada lapisan minyak keluar dari sarang untuk memastikan bahwa telur
sudah ditempatkan didalamnya

Penetasan Telur Gurami


<!–[if supportFields]>PRIVATE<![endif]–><!–[if supportFields]><![endif]–
>Membiarkan telur menetas secara alami biasanya tidak membawa hasil yang
menggembirakan. Campur tangan petani sangat diperlukan.
Memetik Sarang.
Mengambil telur dari sarangnya harus dilakukan secara perlahan-lahan. Bawa ember
berisi air , lalu dekatilah sarang seperti orang mau menangkap burung, sebab sarang
selalu dijaga oleh orang tuanya, sehingga diperlukan keahlian khusus.
Cara membawa sarang harus dengan tutup sarang berada diatas. Membersihkan telur.
Telur harus dipisahkan dari kotorannya. telur yang baik berwarna kuning mengkilat,
sedangkan yang busuk berwarna putih susu dan keruh. Ambil hanya telur yang baik.

Penetasan di petakan kolam

Kolam yang dipakai biasanya yang berukuran kecil atau lebih sering dinamakan “anak
kolam” atau petakan kolam.

Kolam petakan terlebih dahulu harus disterilkan dengan cara mengeringkan dasr kolam,
pemberian kapur sebanyak 100-200 gram per meter persegi, pemberian pupuk kandang
150-200 gr per meter persegi, pemberian pupuk urea 15-20 gr per meter persegi sehingga
terciptta suasana kolam yang bersih, namun subur akan mikroorganisme yang dibutuhkan
ikan kelak.

Alirkan air kedalam kolam setinggi 35 cm dan biarkan sekitar 7-10 hari untuk
memberikan kesempatan makanan alamiah pythoplankton berkembang biak dan
menetralkan racun akibat pemupukan dan pengapuran.

Setelah telur dimasukkan kedalam kolam diberi tenda untuk melindungi telur dari
sengatan terik matahari, dalam jangka waktu 20-30 hari akan muncul larva gurami. Cara
ini memiliki kelemahan seperti sulit mengontrol adanya jamur parasit, kondisi air yang
berubah-ubah, ancaman hama pengganggu terhadap larva yang masih lemah.
Penetasan dalam wadah

Cara ini sekalipun memerlukan perhatian terus menerus namun hasilnya lebih
memuaskan karena selain lebih aman dari hama penyakit pengawasannya lebih mudah,
sehat dan kaya oksigen serta lebih banyak kemungkinan telur menetas.

Siapkan gentong, jamban dari tanah liat sebanyak dua buah, satu sarang memerlukan dua
gentong. Lalu isi dengan air jernih sekitar separuh lebih sedikit.

Letakkan gentong terapung diatas kolam penetasan, beri atap agar supaya tidak terkena
air hujan yang bisa menggagalkan telur.

Usahakan agar mendapat matahari pagi

Pindahkan sarang yang berisi telur kedalam gentong. lalu uraikan ijuk dan telur akan
jatuh kedalam gentong.

Letakkan daun tebu diatas permukaan air dalam gentong.

Air dalam pasu diganti setiap dua kali sehari. Caranya, masukkan saringan halus kedalam
air. Air yang terkumpul di dalam saringan dikeluarkan melalui selang. Usahakan
pergantian secara bertahap sehingga tidak terjadi goncangan pada telur dan tidak terjadi
perubahan suhu mendadak.

Minyak yang mengapung dalam gentong sebaiknya dibuang

Lama penetasan adalah 2 minggu, telur yang tidak menetas (busuk) dibuang karena akan
mencemarkan air.

Selesai menetas biarkan anak gurami selama 10 hari dan jangan diberi makan.

Setelah 10 hari diberi dedak campuran kuning telur.


Anatomi Kolam GURAMI
<!–[if supportFields]>PRIVATE<![endif]–><!–[if supportFields]><![endif]–
>Pengetahuan mengenai anatomi kolam dibutuhkan agar terhindar kesalahan konstruksi
setelah kolam diisi ikan.

PEMATANG

Membuat sebuah kolam sebetulnya membuat pematang atau tegalan. Bentuk pematang
yang disukai dewasa ini adalah trapesium yang melebar di bagian bawahnya. Pematang
retak atau bocor harus segera ditambal dengan tanah liat. Belut atau kepiting suka
membuat lubang di pematang sehingga harus ditutup secepatnya. Pada saat bertelur nanti,
gurami cenderung mengorek lunag berukuran 30 cm sedalam 30 cm sehingga hal-hal
seperti ini harus diantisipasi oleh peternak.
Idealnya bagian atas pematang dibuat selebar 1 meter, bagian bawahnya 1,5 meter
dengan ketinggian 1 meter.
Tegalan ini nantinya ditanami rumput untuk mencegah kelongsoran dan tanaman keladi,
tanaman singkong yang bisa dimanfaatkan sebagai catu makanan gurami.

SALURAN MASUK AIR

Parit-parit air dibuat harus lebih tinggi daripada kolam. Bila air dibendung dengan
bendungan sementara yang terdiri dari tumpukan bata, batu, papan dan bambu, maka
permukaan air akan naik sehingga bisa mengairi kolam. Untuk menahan parit agar tidak
longsor, sisi parit di tahan dengan anyaman bambu.

SALURAN PEMBUANGAN AIR atau drainase

Saluran pembuangan atau drainase sangat vital, biasanya saluran ini harus lebih besar
sehingga kalau terpaksanya harus mengeringkan lebih dari satu kolam secara bersamaan,
lubang saluran tidak kewalahan sampai sampai meluap.

Tentu saja saluran ini dibuat lebih rendah daripada kolam.

PINTU AIR MASUK

Dipilih yang terbuat dari bahan pralon 4″ yang dilengkali dengan elbo (knee) di kedua
ujungnya. Kalau elbo ini diarahkan keatas bisa berubah fungsi sebagai pintu penutup.
Sebuah saringan yang terbuat dari anyaman bambu kelak dipasang pada elbo sehingga
berfungsi menyaring sampah, menyaring ikan gabus, sepat, ikan sapu-sapu yang tidak
diinginkan memasuki kawasan kolam. Saluran air selain dibuat lebih tinggi dari 0,75 m,
juga menjorok kedalam kolam sehingga terjadi efek grojogan, yang akhirnya merupakan
suply oksigen

PINTU AIR KELUAR

Pintu ini harus dibuat agar supaya ikan kita tidak terbawa keluar.

KEMALIR

Sebuah parit kecil didalam kolam, tujuannya ketika kolam dikeringkan, ikan bisa digiring
mengumpul kesuatu tempat yang lebih miring sehingga mudah ditangkap. Menurut Heru
Susanto, ukuran yang ideal adalah lebar 40 cm, kedalaman 20 cm.

KOBAKAN

Sama dengan kemalir, hanya dibuat lebih lebar misalnya panjang 1 meter lebah 2 meter.
Tujuannya ya untuk menangkap ikan.
PELATARAN

Pelataran adalah kata lain dari dasar kolam secara keseluruhan. Pelataran dibuat miring
ke arah saluran pembuangan. Lumpur dalam kolam harus kaya akan unsur hara yang
sangat dibutuhkan ikan.

Untuk mendapatkan harga yang baik, umumnya gurami dijual dalam keadaan hidup-
hidup dan dagingnya tidak berbau lumpur.
Bau lumpur dalam tubuh Gurami diduga akibat senyawa geosmin akibat pekerjaan
bakteri dan plankton. Dalam kolam yang tidak mengalir, akan terjadi penumpukan bahan
organik secara terus menerus. Usia plankton sangat singkat, dan ketika mati
menimbulkan bau busuk pada kolam dan pada ikan.

MENCEGAH BAU LUMPUR

Mengurangi intensitas matahari


Jenis plankton akan tumbuh cepat bila terkena sinar matahari. Jika separuh kolam diberi
naungan, maka populasi plankton dapat ditekan.

Pemupukan yang seimbang


Pemberian pupuk N dan P dengan perbandingan 4:1 akan menghambat pertumbuhan alga
biru. Dosis pemberian adalah 7-14 mg setiap meter kubik air dapat dilakukan setiap
minggu

Pemberian pakan dalam jumlah yang tepat


Usahakan pakan ikan jangan sampai tersisa sebab akan menjadi penyebab peningkatan
mikro organisme

Penyaringan air kolam

Penebaran ikan pemakan plankton


Ikan mola, nilem dan sepat memiliki kemampuan memangsa plankton yang baik. Hanya
penebaran ikan pemangsa plangkton harus diperhatikan agr supaya tidak terjadi
perebutan pakan.

Pengendalian secara Kimiawi. Dengan pemberian planktonsida kuprisulfan dan


kuprisandoz.

MENGHILANGKAN BAU LUMPUR

Pemberaan
Selama 3-5 hari ikan disuruh berpuasa dalam air tawar yang mengalir. Hasil penelitian,
gurami yang berbobot setengah kiloan setelah diberakan dalam air tawar selama 7 hari
ternyata telah terbebas dari bau lumpur dan dagingnya menjadi lebih kenyal.
Pengolahan hasil Cara memasak gurami dengan menambahkan bumbu masak tradisional
seperti kunyit, bawang merah, daun salam, dan serai dapat mengurangi bau lumpur dalam
gurami.

JENIS GURAMI

<!–[if supportFields]>PRIVATE<![endif]–><!–[if supportFields]><![endif]–>Ikan


Gurami (giant Gourami), diberi nama di jawa sebagai Gurameh, Brami, di Sumatera
sebagai Kalui, dan di Kalimantan sebagai ikan Kali.

Ikan gurami (Osphronemus gourami) mempunyai bentuk gepeng (compressed), yang


muda bersikap agresif, tetapi sifat ini akan berkurang sejalan dengan umur gurami.

Ikan gurami muda berdahi yang normal dan rata, semakin dewasa dahi ini makin tebal
dan kelihatan menonjol. Pada ikan muda ada 8 buah garis tegak, yang akan hilang setelah
ikan mulai menginjak dewasa.

Petani mengenal dua jenis gurami, yaitu Gurami Soang (angsa) ikan ini yang bisa
mencapai panjang 65 centimeter dengan berat 8 kilogram. Jenis yang lain Gurami Jepang
hanya mampu tumbuh 3,5 kilogram dengan panjang maksimal 45 centimeter. Strain
(bakat) yang berbeda inilah yang harus diperhatikan (sayangnya sukar menengarainya)
jika ingin beternak Gurami.

Gurame bule dan belang juga tidak jarang dijumpai. Bagi yang suka rumit-rumit, dalam
kepengurusan partai kerajaan dunia hewan, ikan ini diklasifikasikan sbb:

Klas: Pisces Sub klas: Teleostei Ordo: Labyrinthici Sub ordo: Anabantoidae Famili:
Anabantidae Genus: Osphronemus Species: Osphronemus gouramy (Lacapede)
Buku mengenai ikan GURAMI
<!–[if supportFields]>PRIVATE<![endif]–><!–[if supportFields]><![endif]–>Buku-buku
yang saya baca umumnya buku berbahasa Indonesia, kadang merasa haru melihat
kenyataan bahwa buku yang bermutu, ditulis dengan penuh dedikasi, dan dijual dengan
harga yang terjangkau. Salut saya kepada para penulis buku, sehingga walaupun saya
tidak mengenalnya secara langsung saya pada kesempatan ini mengucapkan terimakasih.
Saya cantumkan harga buku tersebut pada Maret 2000

· Budi Daya Ikan Gurame oleh Heru Susanto, Penerbit Kanisius harga sekitar Rp.
9300

· Petunjuk Praktis Budi Daya Ikan Gurami oleh Heri Respati dan Budi Santoso,
Penerbit Kanisius harga sekitar Rp. 4000

· Membudidayakan Gurami Secara Intensif oleh Harsono Puspowardoyo dan


Abbas Siregar, penerbit Kanisius harga sekitar 5600
· Memelihara Ikan Bersama Ayamoleh Kusno, penerbit Penebar Swadaya, seri
perikanan XXIII/197/89 harga sekitar 3800

· Usaha Budidaya Ikan GURAMIoleh Taufiq Rusdi, CV Simplex – Jakarta, harga


sekitar Rp. 5000

· Makanan Ikanoleh Ahmad Mujiman, penerbit Panebar Swadaya, seri perikanan –


XV/83/87, harga sekitar Rp. 15.400

· Budidaya Ikan di Pekaranganoleh Heru Susanto, penerbit Panebar Swadaya harga


sekitar Rp. 12350

· Memacu Pertumbuhan Guramioleh Zulkifli Jangkaru, penerbit Panebar Swadaya


harga sekitar Rp. 9250

· Budidaya Ikan Guramioleh Maloedyn Sitanggang, penerbit Panebar Swadaya


harga sekitar Rp. 6350

Persiapan ternak, pembibitan, panen dan penyakit


ikan gurami
7 Maret 2010 Tinggalkan komentar Go to comments

(Sumber foto gurungeblog.wordpress.com)

Ketika saya menurunkan tulisan tentang beternak ikan gurami atau gurame atau gurameh
(grameh-Jawa) banyak tanggapan yang menunjukkan ketertarikan. Pertanyaan paling banyak
adalah pengelolaan anakan yang banyak mati karena penyekit dan beberapa faktor lainnya.
Berikut ini saya turunkan lagi tulisan mengenai budidaya ikan gurami yang saya ambil dari milis
agromania sedangkan sumber gambar gurungeblog.wordpress.com dan bibitgurami.com. Dalam
tulisan ini, disinggung tentang beberapa penyakit dan hama yang biasa menyerang ikan gurami
dan penanganannya. Semoga bermanfaat.

Gurami dikenal sebagai ikan yang lambat pertumbuhannya. Untuk membesarkan benih ukuran 2-
3 cm Sampai siap konsumsi (500 g) diperlukan waktu sekitar 1,5 tahun. Wajar bila banyak yang
enggan mengusahakannya. Kini hal ltu bisa diatasi dengan menerapkan pola budidaya secara
bertahap. Pemeliharaan di kolam intensif selama 12-14 bulan Osphronemus gouramy, itu
mencapai bobot 500 g/ekor. Ini adalah beternak dengan cara segmentasi. Dengan segmentasi ini,
“Beternak gurami lebih cepat, setiap tahap 3-4 bulan,“ ujar Azhari, petani di Dramaga, Bogor.

Pemilik 10 petak kolam ukuran 200 m2 itu menebar berbagai ukuran. “Kalau ada yang
membutuhkan, tinggal dipanen. Tak perlu dibesarkan hingga ukuran konsumsi”. Untung yang
diraih per segmen budidaya pun jelas. Misalnya, benih ukuran wadah korek (4-5 cm) dibeli
seharga Rp 1.250/ekor. Jika ditebar 3.000 benih di kolam seluas 100 m2. (Maaf, ini adalah arsip
lama, jadi untuk masalah harga bisa diabaikan – Om Kicau).

3 bulan berikutnya dipanen ukuran bungkus rokok (10 cm). Harganya bisa 2 kali lipat. Dengan
kematian 10% petani bisa mengantongi Rp 3 juta belum termasuk biaya pakan dan tenaga kerja.

Pemeliharaan gurami di kolarn intensif per segmen menghemat waktu 2-4 bulan. Dengan cara itu
“Perputaran modal juga cepat,” tegas Julius Tirta Sendjaya petani di Parung. Selain itu ukuran
kolam budidaya tidak luas, 100-500 m2 tapi dalam jumnlah banyak. Selain kolam pendederan.
ada yang untuk pembesaran. Kesehatan ikan dapat dikontrol sehingga kegagalan panen akibat
penyakit dapat diminimkan.

TERGANTUNG MODAL
Petani bermodal minim bisa memulai usaha dan pembenihan. Modal besar, pembesaran. Semua
segmen budidaya pun tidak masalah. Toh, jika tidak ada permintaan benih bisa dibesarkan lagi
hingga siap konsumsi.

Pembenih hanya menghasilkan benih ukuran kuku (2-3 cm). Modal yang diperlukan sepasang
induk dan wadah penetasan, seperti ember, bak fiber, atau akuarium. Perawatan larva sampai
burayak di akuarium lebih mudah. Selain kesehatannya mudah di kontrol juga bisa diusahakan di
lahan terbatas. Pembesaran pilihannya lebih banyak.

Pertama, membesarkan benih ukuran kuku hingga sebesar wadah korek (4-5cm).
Petani juga bisa memulai usaha dan benih ukuran wadah korek, lalu dibesarkan hingga seukuran
bungkus rokok (9-10cm). Atau dimulai dan benih ukuran bungkus rokok sampai siap konsumsi.

Sebelum mulai usaha perlu mengetahui syarat-syarat gurami tumbuh dengan baik. Di antaranya
pemilihan lokasi, konstruksi kolam, benih berkualitas, dan perawatan yang benar.

SYARAT LOKASI
Gurami termasuk ikan yang mudah dibudidayakan. Ia bisa hidup di sembarang tempat. Meskipun
demikian, pemilihan lokasi yang tepat juga perlu diperhatikan. Di lokasi berketinggian 20-400 m
dpl pertumbuhan ikan cukup baik. Namun, di dataran tinggi, 800 m dpl pertumbuhannya agak
lambat.

Lokasi budidaya harus memiliki suhu dan kualitas air sesuai kemauan gurami. Ia tumbuh baik di
daerah bersuhu 25- 28C. Meskipun demikian, ia sangat peka terhadap perubahan suhu. Lokasi
yang memiliki perbedaan suhu siang dan malam tinggi kurang baik untuk gurami.  Apalagi
daerah yang suhunya seringkali berubah-ubah bisa menyebabkan ikan stres.

Kepekaan gurami terhadap suhu dapat diatasi dengan merekayasa lingkungan hidupnya.
Penyebab naiknya suhu adalah panas matahari.

Ketika cuaca panas tinggi air yang umum digunakan 70 80 cm, ditingkatkan l0-20 cm. Saat
penghujan tiba biasanya suhu dingin dan diatasi dengan menurunkan tinggi air.
Kualitas air di lokasi mendukung pertumbuhan ikan. Ia harus mengandung cukup mineral dan
zat-zat hara yang dibutuhkan.

Ketersediaan pakan alami yang cukup bisa meningkatkan kelulusan hidup benih pada tahap awal
budidaya.

Kadar oksigen tidak berpengaruhi terhadap kehidupan gurami. Ia memiliki labirin yang berfungsi
untuk mengambil udara. Angka pH air ideal 6,5- 7, kesadahan 7HD. Air dan sungai atau irigasi
teknis bisa dipakai asal tidak tercemar limbah pestisida atau sisa-sisa pembuangan rumah tangga.

Gurami menyukai air yang bersih. Air kerub dikhawatirkan mengandung kotoran. Jika kotoran
itu bercampur sisa-sisa pakan akan terjadi pembusukan. Hal itu memicu timbulnya bakteri,
parasit, dan cacing.

Pakan gurami harus tersedia secara kontinyu di lokasi. Pelet bisa didatangkan dan daerah lain.
Namun, daun sente (Alocasia macrorrhiza), kegemaran gurami terkadang langka. Karena
kebutuhan daun-daunan itu cukup besar sebaiknya petani menanamnya di sepanjang pematang
kolam.

PERSIAPAN KOLAM
Persiapan kolam merupakan langkah awal proses budidaya. Ada 2 cara yang bisa dilakukan,
yakni membuat kolam baru dan pengolahan tanah seusai panen. Jika membuat kolam baru,
konstruksi dibuat kuat dan kokoh. Bentuk kolam umumnya sama dengan ikan lain. Ukurannva
tergantung kemampuan modal dan luas lahan. Dinding kolam dirancang agar tak mudah bocor
atau terkikis. Kemiringannya 60 derajat dan dasar kolam.

Pematang antar kolam dibuat kuat dan lebar untuk mengantisipasi longsor. Tinggi pematang
kurang lebih 125 cm diukur dari dasar kolam. Permukaan dasar kolam dibuat agak miring.
Tujuannya untuk memudah pembuangan air dan panen. Saluran pemasukan dan pengeluaran air
pada setiap kolam dibuat terpisah. Tujuannya untuk menghindari penularan penyakit ke kolam
lain.
Kedua saluran diletakkan di kedua dinding secara diagonal atau menyilang. Pralon pvc atau
bambu umum digunakan. Jumlahnya tergantung luas kolam, ukuran 100 m2 cukup 2 saluran air.
Lubang air ditutup kasa agar kotoran tidak ikut masuk ke kolam.
Kualitas tanah yang baik menciptakan kondisi lingkungan yang layak untuk gurami. Karena itu
keasamannya harus dipertahankan. Caranya dengan menaburkan kapur sebanyak 100 g/m2 dan
200 g/m2 garam dapur.

Penanganan kolam yang sudah produksi lain lagi. Sebelum digunakan air dibuang habis lalu
dasar kolam dijemur hingga kering. Tujuannya untuk mematikan bakteri, jamur, dan cacing.
Kotoran atau sisa-sisa pakan yang menumpuk dibuang.

Setelah kering, tanah dicangkul sedalam 10-20 cm lalu dibalik dan ratakan. Lapisan atas
dianggap sudah tidak kaya hara sehingga perlu diganti yang bawah. Jemur di terik matahari
sampai kering. Untuk menjaga keasaman tanah taburkan kapur 100 g/m2 dan 200g/m2 garam
dapur.

PENGISIAN AIR
Kolam yang sudah siap segera diisi air secara bertahap. Setelah mencapai tinggi 20 cm saluran
air ditutup. Taburkan pupuk kandang, seperti kotoran ayam (postal) sebanyak 500 g/m2.
Tujuannya untuk menumbuhkan plankton. Air dibiarkan menggenang selama beberapa hari agar
terjadi proses dekomposisi atau penguraian.

Yang perlu diperhatikan kehadiran anak katak/percil, burayak mujair, atau lele yang seringkali
ikut terbawa air. Untuk mengatasinya taburkan saponin sebanyak 5-10 kg. Alternatif lain dengan
pemberian daun lampesan (Hyptis suaveolens) secukupnya.
Saponin bisa mematikan hewan-hewan berdarah merah sedang lampesan hanya memabukan.

Pesaing atau predator yang sudah mati itu dibuang agar tidak busuk.

Beberapa hari kemudian air berubah menjadi hijau tanda bibit plankton sudah ada. Masukkan air
secara bertahap hingga mencapai tinggi 60- 80 cm. Pupuk buatan, seperti SP-36 sebanyak 20
g/m2 dapat diberikan untuk mempercepat pertumbuhan pakan alami. Diamkan selama 5-7 hari
sampai wama air berubah menjadi hijau segar. Saat itu benih sudah siap ditebar.

TABUR BENIH
Pilih benih sehat untuk ditebar. Ciri benih yang baik, gerakan renangnya lincah, sisik mengkilap,
bebas penyakit, dan ukuran seragam. Benih kurang seragam menyebabkan persaingan
mendapatkan pakan dan ruang gerak. Ikan berukuran lebih besar dipastikan tumbuh lebih cepat,
sementara yang kecil tetap kuntet.

Ada beberapa jenis gurami yang sudah dikembangkan, seperti paris, safir, merah, jepang, dan
soang. Setiap jenis memiliki kelebihan masing-masing. Yang perlu diperhatikan asal benih.

Usahakan jaraknya tidak jauh dengan lokasi supaya tidak “mabuk” selama pengangkutan.
Penebaran dilakukan pada pagi atau sore hari. Saat itu cuaca redup sehingga penyesuaian
berlangsung lebih cepat dan menghindari benih stres. Secara perlahan-lahan kantung benih
dimasukkan ke air.  Biarkan beberapa saat agar suhu di kantung sama dengan air kolam.

Buka kantung lalu tuang ke air. Biarkan benih berenang sendiri.

PERAWATAN BERTAHAP
Gurami yang dipelihara dari benih ukuran 2 cm sampai siap konsumsi memerlukan waktu lama.
Dengan segmentasi budidaya relatif lebih cepat. Tahapan itu dimulai dan pembenihan,
pendederan hingga pembesaran. Setiap segmen dilakukan di kolam terpisah dan penanganan
berbeda.

a. Pembenihan
Pembenih hanya menyediakan benih sebesar kuku atau ukuran 2-3 cm.  Modalnya sepasang
induk, kolam perkawinan. sarang telur, dan akuarium untuk penetasan sekaligus perawatan.

Induk siap kawin dimasukkan ke kolam. Sarang dan ijuk untuk melekatkan telur diletakkan di
pinggir. Keesokan han dicek, jika sudah berisi telur, angkat lalu dimasukkan ke akuarium. Sehari
kemudian telur sudah menetas.

Larva belum diberi pakan, toh, persediaan pakan di kantung telur (yolk sack) cukup selama 2
hari. Setelab cadangan makanannya mulai menipis, kutu air atau artemia diberikan. Usahakan
pemberian tidak terlambat. Larva yang terlanjur kelaparan kondisinya Iemah. Dua hari
berikutnya barulah diberi cacing rambut. Biasanya pertumbuhan ikan cepat setelah makan cacing
rambut. Dalam waktu 30 hari sejak tetas benih sudah sebesar biji oyong (1 cm).  Dengan cara ini
kelulusan hidupnya mencapai 95%.

Jika menginginkan benih agak besar, perawatan di akuarium dilanjutkan kembali. Populasi
dijarangkan dengan cara memindahkan sebagian benih ke tempat lain. Pakan utama tetap cacing
rambut.  Sistem pemeliharaan dengan air mengalir.
Setelah 1 bulan diperoleh benih ukuran kuku (1-3 cm). Benih ini bisa dipanen dan siap ditebar ke
kolam.

b. Pendederan
Pendederan dilakukan di kolam ukuran 50-100 m2. Benih sebesar kuku ditebar dengan
kepadatan 40 ekor/m2. Contoh, ukuran kolam 100 m2 memerlukan benih sekitar 4.000 ekor.
Tinggi air 30-40 cm dengan debit air 10 liter/menit.

Seminggu atau 10 hari setelah tebar benih belum diberi pakan buatan.  Di samping ukuran mulut
belum mampu menelan pelet, pakan alami yang tersedia di kolam sudah cukup. Pada hari ke-11
pelet baru boleh diberikan. Pelet yang diberikan mengandung 50% protein. Kebutuhan pakan per
hari dihitung menurut bobot ikan, biasanya dipatok 1 %. Jumlah pakan yang diberikan kecil, tapi
frekuensinya diperbanyak. Yang umum 2-3 kali, ditingkatkan menjadi 6 kali.

Perawatan sehari-hari selain memberi pakan, ikan selalu dikontrol kesehatannya. Benih sebesar
ini masih rentan serangan penyakit.  Kualitas air yang masuk ke kolam selalu dicek. Bila
lingkungan kolam terlihat ada tanda-tanda berubah segera diberi tindakan pencegahan.
Ketika cuaca panas misalnya, suhu air akan meningkat. Sebelum ikan stres sebaiknya volume air
ditingkatkan. Sebaliknya, ketika suhu dingin di musim hujan tinggi air dikurangi. Selain itu, pH
air tak luput dan perhatian. Saat penghujan biasanya pH air turun. Kondisi seperti itu bisa
mengundang kehadiran penyakit. Untuk menstabilkannya taburkan garam secukupnya.

Sampling berat ikan setiap bulan merupakan kegiatan rutin. Dengan cara itu bisa diketahui
pertumbuhan ikan. Keseragaman ukuran sangat penting untuk menentukan jumlah pakan yang
diberikan. Karena itu perlu dilakukan sortir, ukuran yang tidak standar dipindah ke kolam lain.

Pemeliharaan selama 45-60 hari menghasilkan benih sebesar dim/silet atau 4-5cm.
Benih bisa dipanen dan siap dijual. Bila tidak ada permintaan benih, proses budidaya dilanjutkan
lagi. Namun, kepadatan ikan dikurangi menjadi 30 ekor/m2. Pemeliharaan selama 60 hari
diperoleh benih ukuran wadah korek atau 7-8 cm.

c. Pembesaran
Tahap pembesaran dimulai dan benih sebesar korek atau ukuran 7-8 cm.  Kolam pembesaran
yang digunakan berukuran 100-500 m2. Kepadatan tebar 20 ekor/m2. Contoh, untuk kolam
ukuran 500 m2 dibutuhkan benih sekitar 10.000 ekor. Tinggi air 70 cm dengan debit air yang
masuk ke kolam 15 20 liter/menit.

Pakan buatan per hari diberikan 1% dan bobot ikan. Frekuensi pemberian 2-3 kali, pukul 07.00,
11.00, dan 13.00. Pelet yang digunakan harus mengandung 25% protein. Pakan tambahan berupa
daun sente. Kebutuhan-nya per hari 10% dari bobot ikan diberikan sekali pada sore hari, pukul
17.00.

Perawatan sehari-hari di tahap ini hampir sama dengan tahap pendederan. Benih masih relatif
rentan serangan penyakit dan mudah stres bila ada gangguan atau perubahan lingkungan secara
mendadak.

Untuk menghasilkan benih sebesar bungkus rokok atau 10-12 ekor per kilo dibutuhkan waktu 75
-100 hari. Benih sebesar itu sudah bisa dipanen dan dijual. Atau dipindah ke kolam lain untuk
dibesarkan hingga ukuran konsumsi.

Kolam pembesaran berukuran lebih besar. Ukuran kolam 500 m2 tidak masalah. Yang penting
kepadatan ikan dikurangi 10 ekor/m2. Tinggi air dinaikkan menjadi 80 cm, debit air 20
liter/menit. Pakan buatan diberikan 2 kali sehari., pukul 08.00 dan 13.00. Pelet harus
mengandung 20%protein. Pakan tambahan daun sente cukup 10% dari bobot ikan diberikan pada
sore hari, pukul 16.00.

Benih sebesar itu sudah agak tahan serangan penyakit. Namun, perlu diwaspadai kondisi
lingkungan kolam. Perawatan dan pengontrolan setiap hari dianggap perlu. Pemberian garam
secukupnya rutin setiap bulan untuk mencegah munculnya penyakit.
Pembesaran ini memerlukan waktu 90-100 hari untuk mendapatkan ikan ukuran konsumsi, 500
g/ekor.
Ikan sebesar itu bisa dipanen dan siap dijual ke pasar atau restoran. Bila belum ada order, ikan
tetap dipelihara di kolam. Namun, pemberian pakan tidak terlalu intensif.  Pelet bisa diberikan
sekali pada pagi hari, sore daun sente. Ini dilakukan agar pengeluaran tidak mcmbengkak.

PENYAKIT GURAMI
Penyakit merupakan masalah utama budidaya gurami. Kehadirannya perlu diwaspadai, sebab
serangannya bisa menyebabkan kematian sehingga gagal panen. Penyebab yang kerap dijumpai
seperti bakteri, jamur, parasit, dan cacing.

Mereka muncul akibat lingkungan kolam yang kotor. Karena itu periu dicermati kepadatan tebar
kualitas air dan pakan berlebihan. Berikut beberapa penyakit yang kerap ditemui di kolam.

Kutu ikan
Penyakit ini disebabkan parasit Argulus indicus. Serangannya dengan cara menempel lalu
menggigit tubuh. Ikan yang terserang akan mengalami pendarahan. Penularan ke ikan lain
melalui air atau kontak langsung. Parasit ini muncul pada kolam-kolam yang kualitas airnya
buruk.

Cara pengendalian dengan mengeringkan kolam seusai panen sehingga telur-telurnya mati. Ikan
yang sudah terserang diobati. Caranya dengan menaburkan garam sebanyak 10-15 kg/m3 ke
kolam.

Usahakan saat pengobatan saluran masuk ditutup, air diturunkan 10-20 cm. Sehari kemudian air
bisa ditambahkan. Atau ikan sakit direndam air yang sudah dibubuhi garam sebanyak 10-15 gr/l
selama 15 menit.

Cacing ikan
Penyebabnya parasit Dactylogyrus dan Gyrodactylus. Kualitas air yang buruk, kurang pakan,
kepadatan tinggi. dan perubahan lingkungan mendadak memicu munculnya keluarga cacing itu.

Gejala awal ditandai nafsu makan ikan menurun, sering muncul di permukaan air, dan terkadang
berbaring dengan insang terbuka.  Dactylogyrus lebih menyukai insang Gyrodactylus menyerang
bagian badan dan sirip.

Cara penanggulangannya dengan mengganti air dalam jumlah besar.  Taburkan garam dapur 40
g/m3 ke kolam, lalu tutup saluran air selama 24 jam. Ikan sakit direndam kelarutan garam dapur
sebanyak 40 mg/l air.

Mata BELO
Gejala penyakit ini ditandai mata membengkak dan menonjol keluar dan kelopaknya. Ikan yang
terserang akan buta. Lama-kelamaan kondisi tubuh lemah dan akhirnya mati. Penyebab penyakit
ini diduga karena virus/cacing. Serangan awal ditandai kondisi ikan lemah, nafsu makan kurang,
dan sering muncul ke permukaan. Saat itu bisa dilakukan pengobatan dengan cara menaburkan
garam 1 kg/m3. Saluran air dihentikan selama 24 jam. Keesokan harinya baru diganti total.
Cara lain dengan memberikan antibiotik yang dicampur dengan pakan.  Selama pengobatan air
bisa diganti total. Biasanya pengobatan itu hanya menyelamatkan ikan yang masih sehat. Ikan
yang sudah mati diambil lalu dibakar.

Jamur
Gejala awal serangan ditandai benang-benang halus mirip kapas menempel pada tubuh yang
terluka.

Penyebabnya jamur Saprolegnia dan Achyla. Dalam waktu relatif cepat jamur ini menyebar
keseluruh ikan di kolam. Jamur ini tidak menimbulkan kematian, tapi kondisi ikan lemah, nafsu
makan kurang.  dan akhirnya kurus. Lemahnya daya tahan tubuh membuka peluang kehadiran
penyakit lain.

Cara penanggulannya dengan memberi garam sebanyak 400 mg/m3. Pada saat pengobatan
saluran air dihentikan. Perlakuan itu diulang 3 kali secara berurutan dan dilanjutkan setiap bulan.
Ikan yang sakit direndam dalam larutan garam 20 mg/l air atau malachyte oxalate 1 mg/l atau
dosis 0.1 – 0,5 mg/l selama 12-24 jam. Alternatif lain dengan merendam ikan ke larutan formalin
200 ppm selama 2jam.

Bakteri
Penyebabnya Aeromonas sp dan Pseudomonas sp. Bakteri ini sering dijumpai pada kolam yang
tercemar bahan organik. Keduanya seringkali ditemui di musim kemarau atau menjelang
penghujan. Air kolam kurang baik atau perbedaan suhu siang dan malam hari juga berperan
munculnya penyakit ini.

Gejala klinis dicirikan luka di tubuh dan berdarah, perut membesar, lendir mencair, sisik
mengelupas, dan timbul borok. Dalam waktu singkat kondisi ikan lemah. sering muncul ke
permukaan, lalu mati.  Serangan penyakit ini perlu diwaspadai sebab tak jarang berakibat
kematian massal.

Cara penanggulangannya dengan merendam ikan sakit ke larutan oxytetracycline 2 5 mg/l air
selama 24 jam. Perlakuan itu diulang 3 kali secara berurutan. Ikan yang terinfeksi bisa direndam
larutan malachite green oxalat 0,5 mg/l selama 1 jam. Satu bulan kemudian ikan diberi pakan
yang mengandung oxytetracycline 60 mg/kg pakan selama 7 hari berturut-turut.

Bercak putih
Parasit Ichthyophthyrius sp merupakan penyebab penyakit ini. Ia menyerang kulit ikan dan
menimbulkan bercak-bercak putih. Gejala klinis ditandai bercak putih menyebar di tubuh, warna
sisik pucat.  ikan sering menggosokkan badan dan tampak megap-megap seolah kekurangan
oksigen. Ikan yang terserang direndam dengan larutan formalin 25 mg/l ditambah malachite
green oxalat 0,2 mg/l selama 24 jam.

PANEN
Panen merupakan akhir kegiatan budidaya. Keberhasilan usaha dapat diketahui dari jumlah
tonase atau pertumbuhan selama periode waktu tertentu. Ada 2 cara panen, yaitu benih dan
ukuran konsumsi.
Panen benih dilakukan dengan cara menurunkan air sampai ketinggian tertentu. Aliran air
diperkecil sampai tersisa di kowen (lubang kecil di sudut kolam). Di atas kowen diberi dedaunan,
seperti daun pepaya talas, atau pisang agar benih merasa aman dan nyaman. Benih yang sudah
terkumpul ditangkap dengan saringan atau jaring mesh size kecil. Satu per satu benih
dimasukkan ke ember. Kemudian angkut ke tempat penampungan sementara berupa hapa yang
dipasang di kolam atau saluran air.

Seleksi ukuran dan kesehatan ikan, lalu pindahkan ke wadah lain.  Sebelum dikirim ke tempat
tujuan sebaiknya benih dibera atau dipuasakan selama 1 hari.
Panen ukuran konsumsi sebaiknya menggunakan jaring. Cara ini lebih mudah dan ikan tidak
rusak. Selama proses pemanenan kolam tidak perlu dikeringkan. Air kolam cukup dikurangi
sesuai tinggi jaring.

Jaring direntangkan dan ujung kolam dan ditarik secara perlahan-lahan. Prinsipnya untuk
memperkecil ruang gerak ikan sampai terkumpul di saiah satu sisi kolam. Masukkan beberapa
lembar daun pisang kering atau talas agar ikan merasa nyaman. Kemudian satu per satu ikan
ditangkap dengan hati-hati, lalu dimasukkan ke wadah penampungan. Sebelum diangkut ikan
sebaiknya dipuasakan selama 1- 2 hari.

PASCA PANEN
Pengangkutan gurami harus hati-hati. Tak jarang kasus ikan mati di tempat tujuan akibat salah
angkut, seperti kepadatan tinggi dan dilakukan secara mendadak tanpa ada proses penyesuaian.
Yang perlu diperhatikan selama pengangkutan kondisi ikan harus segar.

Pengangkutan benih sampai ukuran 5 cm masih memerlukan oksigen. Sebab, alat pernafasan
tambahan (labirin) belum terbentuk sempurna.

Kepadatan benih disesuaikan ukuran dan lokasi pengiriman. Untuk pengiriman jarak dekat (25
km) atau selama 1 jam, jumlah benih bisa diperbanyak. Lain hal bila lokasi tujuan relatifjauh
(100 km) sebaiknya benih tidak terlalu padat. Masalah akan timbul jika gurami ukuran konsumsi
yang diangkut terlalu padat. Duri sirip atau tutup insang akan saling melukai sehingga ikan
menjadi stres, lalu mati.

Untuk mengurangi stres gerakan ikan diupayakan seminimal mungkin.  Caranya dengan
menurunkan suhu air atau obat bius, seperti phenoxyethanol, dosis 0,15 mg/l air. Gurami dengan
bobot 500-600 gr dapat diangkut dengan kepadatan 15 ekor/ 10 liter air selama 6 jam.

Cara tradisional dengan wadah terbuka seperti jirigen, atau drum  khusus yang diletakkan
mendatar. Tinggi air mencapai 10-15 cm sehingga ikan bisa menghirup udara. Pengangkutan
dapat dilakukan  dengan kepadatan tinggi 1 ekor/liter air. (Sumber: Milis Agromania).
Variasi ukuran bibit gurami
 

You might also like