You are on page 1of 21

PENGERTIAN dan PRINSIP DASAR BIOTEKNOLOGI

posting by : Abinemuwahhid
Dalam kehidupan sehari-hari tanpa disadari, kita telah banyak mendengar atau
bahkan memanfaatkan produk-produk bioteknologi. Baik yang berkaitan dengan
makanan / minuman ( seperti : tempe, bir, keju, kecap, yoghurt ) , kesehatan ( seperti :
penisilin, amoxylin, vaksin,hormone insulin ), pertanian ( tanaman trans genik, kultur
jaringan, tembakau bebas virus ), peternakan ( seperti : domba dolly ), transportasi
( seperti biofuel ) bahkan sampai masalah sampah ( seperti : plastic biodegradable ).
Namun, mungkin kita masih bertanya-tanya , apa sih bioteknologi itu ? Bagaimana
bioteknologi itu ?
Bioteknologi merupakan ilmu terapan biologi yang dalam praktiknya melibatkan
berbagai disiplin ilmu , seperti : Mikrobiologi, biokimia, genetika, biologi sel molekul
dan lain sebagainya. Secara klasik atau konvensional, bioteknologi dapat didefinisikan
sebagai teknologi yang memanfaatkan organisme atau bagian-bagiannya untuk
mendapatkan barang dan jasa dalam skala industri untuk memenuhi kebutuhan
manusia. Sedangkan dalam perkembangan lebih lanjut, bioteknologi dapat juga
didefinisikan sebagai teknologi pemanfaatan organisme atau bagian-bagiannya yang
telah direkayasa secara in vitro untuk menghasilkan produk dan jasa pada skala industri
untuk memenuhi kebutuhan manusia.
Dari kedua definisi tersebut dapat kita fahamkan bahwa dalam prosesnya,
bioteknologi melibatkan beberapa unsure , yaitu adanya: Bahan mentah, agen
hayati ( organisme atau bagian-bagiannya ), pendayagunaan secara teknologis dan
industrial , dan produk / jasa yang diperoleh. Perhatikan bagan berikut ini.

Proses
Bahan teknologis Produk /
mentah ===== Dan industrial ==== jasa
|

Agen hayati
( mikroba/
molekul/ sel/
jaringan )

Dari bagan tersebut, dengan jelas dapat kita lihat bahwa suatu produk / jasa dapat
dikategorikan sebagai produk bioteknologi bila produk / jasa tersebut dihasilkan melalui
proses teknologis ( baik konvensional maupun modern ) yang melibatkan agen hayati di
dalam proses produksinya. Perhatikan contoh berikut :
Contoh 1 :
biji kedelai direbus menjadi kedelai rebus
Contoh 2 :
biji kedelai direbus, setelah dingin diberikan ragi tempe kemudian dibungkus lalu
disimpan. Setelah 2 – 3 hari menjadi tempe

Dari kedua contoh tersebut, mana yang merupakan produk bioteknologi ?


Contoh 2 merupakan produk bioteknologi karena dalam prosesnya menggunakan agen
hayati, yaitu ragi tempe. Ragi tempe mengandung spora jamur Rhizopus sp. Aktivitas
kehidupan jamur ini secara biologis menjadikan butiran-butiran kedelai rebus terangkai
menjadi suatu produk yang bernama tempe. Sedangkan contoh 1 bukan merupakan
produk bioteknologi, karena dalam prosesnya sama sekali tidak memanfaatkan agen
hayati ( meski teknologi perebusan yang digunakan modern sekalipun ).
Bioteknologi dalam perkembangannya, memang tidak pernah terlepas dari sifat
rasa ingin tahu dan rasa tidak puas manusia. Adapun tujuan utama pengembangan
bioteknologi adalah untuk meningkatkan / memberi nilai tambah bahan mentah
dengan memanfaatkan organisme atau bagian-bagiannya. Dengan memanfaatkan jamur
Rhizopus, biji kedelai mempunyai nilai tambah. Misalnya : dari sisi ekonomi harga
tempe lebih mahal daripada harga kedelai rebus, dari sisi nutrisi tempe lebih tinggi
kandungan/nilai gizinya daripada kedelai rebus dll.
Bioteknologi dapat digolongkan menjadi bioteknologi konvensional/

tradisionaldan modern.

1.BIOLOGI KONVENSIONAL/ TRADISIONAL

bioteknologi yang memanfaatkan mikroorganisme untuk

Bioteknologi konvensional merupakan

memproduksi alkohol, asam asetat, gula, atau bahan makanan,

seperti tempe, tape, oncom, dan kecap.

Mikroorganisme dapat mengubah bahan pangan. Proses

yang dibantu mikroorganisme, misalnya dengan fermentasi, hasilnya

antara lain tempe, tape, kecap, dan sebagainya termasuk keju

dan yoghurt. Proses tersebut dianggap sebagai bioteknologi masa

lalu. Ciri khas yang tampak pada bioteknologi konvensional, yaitu

adanya penggunaan makhluk hidup secara langsung dan belum tahu

adanya penggunaan enzim

1. Pengolahan Bahan Makanan

a. Pengolahan produk susu

Susu dapat diolah menjadi bentuk-bentuk baru, seperti

yoghurt, keju, dan mentega.

1) Yoghurt

Untuk membuat yoghurt, susu dipasteurisasi terlebih dahulu,

selanjutnya sebagian besar lemak dibuang. Mikroorganisme

yang berperan dalam pembuatan yoghurt, yaitu Lactobacillus

bulgaricusdan Streptococcus thermophillus. Kedua bakteri tersebut

ditambahkan pada susu dengan jumlah yang seimbang, selanjutnya

disimpan selama ± 5 jam pada temperatur 45oC. Selama penyimpanan


tersebut pH akan turun menjadi 4,0 sebagai akibat dari kegiatan

bakteri asam laktat. Selanjutnya susu didinginkan dan dapat

diberi cita rasa.

2) Keju

Dalam pembuatan keju digunakan bakteri asam laktat, yaitu

Lactobacillus dan Streptococcus. Bakteri tersebut berfungsi

memfermentasikan laktosa dalam susu menjadi asam laktat.

Proses pembuatan keju diawali dengan pemanasan susu

dengan suhu 90oC atau dipasteurisasi, kemudian didinginkan sampai

30oC. Selanjutnya bakteri asam laktat dicampurkan. Akibat dari

kegiatan bakteri tersebut pH menurun dan susu terpisah menjadi

cairan whey dan dadih padat, kemudian ditambahkan enzim renin

dari lambung sapi muda untuk mengumpulkan dadih. Enzim renin

dewasa ini telah digantikan dengan enzim buatan, yaitu klimosin.

Dadih yang terbentuk selanjutnya dipanaskan pada temperatur

32oC – 420oC dan ditambah garam, kemudian ditekan untuk

membuang air dan disimpan agar matang. Adapun whey yang

terbentuk diperas lalu digunakan untuk makanan sapi.

3) Mentega

Pembuatan mentega menggunakan mikroorganisme Streptococcus

lactis dan Lectonostoceremoris. Bakteri-bakteri tersebut

membentuk proses pengasaman. Selanjutnya, susu diberi cita rasa

tertentu dan lemak mentega dipisahkan. Kemudian lemak mentega

diaduk untuk menghasilkan mentega yang siap dimakan.

b. Produk makanan nonsusu


1) Kecap

Dalam pembuatan kecap, jamur, Aspergillus oryzae dibiakkan

pada kulit gandum terlebih dahulu. Jamur Aspergillus oryzae

bersama-sama dengan bakteri asam laktat yang tumbuh pada kedelai

yang telah dimasak menghancurkan campuran gandum.

Setelah proses fermentasi karbohidrat berlangsung cukup lama

akhirnya akan dihasilkan produk kecap.

2) Tempe

Tempe kadang-kadang dianggap sebagai bahan makanan

masyarakat golongan menengah ke bawah, sehingga masyarakat

merasa gengsi memasukkan tempe sebgai salah satu menu makanannya.

Akan tetapi, setelah diketahui manfaatnya bagi kesehatan,

tempe mulai banyak dicari dan digemari masyarakat dalam

maupun luar negeri. Jenis tempe sebenarnya sangat beragam, bergantung

pada bahan dasarnya, namun yang paling luas penyebarannya

adalah tempe kedelai.

Tempe mempunyai nilai gizi yang baik. Di samping itu tempe

mempunyai beberapa khasiat, seperti dapat mencegah dan mengendalikan

diare, mempercepat proses penyembuhan duodenitis, memperlancar

pencernaan, dapat menurunkan kadar kolesterol, dapat

mengurangi toksisitas, meningkatkan vitalitas, mencegah anemia,

menghambat ketuaan, serta mampu menghambat resiko jantung

koroner, penyakit gula, dan kanker.

Untuk membuat tempe, selain diperlukan bahan dasar kedelai

juga diperlukan ragi. Ragi merupakan kumpulan spora mikroorganisme,


dalam hal ini kapang. Dalam proses pembuatan tempe

paling sedikit diperlukan empat jenis kapang dari genus Rhizopus,

yaitu Rhyzopus oligosporus, Rhyzopus stolonifer, Rhyzopus

arrhizus, dan Rhyzopus oryzae. Miselium dari kapang tersebut akan

mengikat keping-keping biji kedelai dan memfermentasikannya

menjadi produk tempe. Proses fermentasi tersebut menyebabkan

terjadinya perubahan kimia pada protein, lemak, dan karbohidrat.

Perubahan tersebut meningkatkan kadar protein tempe sampai

sembilan kali lipat.

3) Tape

Tape dibuat dari bahan dasar ketela pohon dengan

menggunakan sel-sel ragi. Ragi menghasilkan enzim yang dapat

mengubah zat tepung menjadi produk yang berupa gula dan

alkohol. Masyarakat kita membuat tape tersebut berdasarkan

pengalaman.

2. BIOTEKNOLOGI MODERN

Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, para ahli

telah mulai lagi mengembangkan bioteknologi dengan memanfaatkan

prinsip-prinsip ilmiah melalui penelitian. Dalam bioteknologi


modern orang berupaya dapat menghasilkan produk secara efektif

dan efisien.

Bioteknologi modern merupakan bioteknologi yang didasarkan pada manipulasi atau

rekayasa DNA, selain memanfaatkan dasar mikrobiologi dan biokimia. Aplikasi

bioteknologi modern juga mencakup berbagai aspek kehidupan manusia, misalnya pada

aspek pangan, pertanian, peternakan, hingga kesehatan dan pengobatan.

Dewasa ini, bioteknologi tidak hanya dimanfaatkan dalam

industri makanan tetapi telah mencakup berbagai bidang, seperti

rekayasa genetika, penanganan polusi, penciptaan sumber energi,

dan sebagainya. Dengan adanya berbagai penelitian serta perkembangan

ilmu pengetahuan dan teknologi, maka bioteknologi makin

besar manfaatnya untuk masa-masa yang akan datang. Beberapa

penerapan bioteknologi modern sebagai berikut.

a. Rekayasa genetika

Rekayasa genetika merupakan suatu cara memanipulasikan

gen untuk menghasilkan makhluk hidup baru dengan sifat yang

diinginkan. Rekayasa genetika disebut juga pencangkokan gen atau

rekombinasi DNA.

Dalam rekayasa genetika digunakan DNA untuk menggabungkan

sifat makhluk hidup. Hal itu karena DNA dari setiap

makhluk hidup mempunyai struktur yang sama, sehingga dapat

direkomendasikan. Selanjutnya DNA tersebut akan mengatur sifatsifat

makhluk hidup secara turun-temurun.

Untuk mengubah DNA sel dapat dilakukan melalui banyak

cara, misalnya melalui transplantasi inti, fusi sel, teknologi plasmid,


dan rekombinasi DNA.

1) Transplantasi inti

Transplantasi inti adalah pemindahan inti dari suatu sel ke sel

yang lain agar didapatkan individu baru dengan sifat sesuai dengan

inti yang diterimanya. Transplantasi inti pernah dilakukan terhadap

sel katak. Inti sel yang dipindahkan adalah inti dari sel-sel usus katak

yang bersifat diploid. Inti sel tersebut dimasukkan ke dalam ovum

tanpa inti, sehingga terbentuk ovum dengan inti diploid. Setelah

diberi inti baru, ovum membelah secara mitosis berkali-kali

sehingga terbentuklah morula yang berkembang menjadi blastula.

Blastula tersebut selanjutnya dipotong-potong menjadi banyak sel

dan diambil intinya. Kemudian inti-inti tersebut dimasukkan ke

dalam ovum tanpa inti yang lain. Pada akhirnya terbentuk ovum

berinti diploid dalam jumlah banyak. Masing-masing ovum akan


berkembang menjadi individu baru dengan sifat dan jenis kelamin

yang sama.

2) Fusi sel

Fusi sel adalah peleburan dua sel baik dari spesies yang sama

maupun berbeda supaya terbentuk sel bastar atau hibridoma. Fusi

sel diawali oleh pelebaran membran dua sel serta diikuti oleh

peleburan sitoplasma (plasmogami) dan peleburan inti sel (kariogami).

Manfaat fusi sel, antara lain untuk pemetaan kromosom,

membuat antibodi monoklonal, dan membentuk spesies baru. Di

dalam fusi sel diperlukan adanya:

a) sel sumber gen (sumber sifat ideal);

b) sel wadah (sel yang mampu membelah cepat);

c) fusigen (zat-zat yang mempercepat fusi sel).

3) Teknologi plasmid
Plasmid adalah lingkaran DNA kecil yang terdapat di dalam

sel bakteri atau ragi di luar kromosomnya. Sifat-sifat plasmid, antara

lain:

a) merupakan molekul DNA yang mengandung gen tertentu;

b) dapat beraplikasi diri;

c) dapat berpindah ke sel bakteri lain;

d) sifat plasmid pada keturunan bakteri sama dengan plasmid induk.

Karena sifat-sifat tersebut di atas plasmid digunakan sebagai

vektor atau pemindah gen ke dalam sel target.

4) Rekombinasi DNA

Rekombinasi DNA adalah proses penggabungan DNA-DNA

dari sumber yang berbeda. Tujuannya adalah untuk menyambungkan

gen yang ada di dalamnya. Oleh karena itu, rekombinasi

DNA disebut juga rekombinasi gen.

Rekombinasi DNA dapat dilakukan karena alasan-alasan

sebagai berikut.

1) Struktur DNA setiap spesies makhluk hidup sama.

2) DNA dapat disambungkan

b. Bioteknologi bidang kedokteran

Bioteknologi mempunyai peran penting dalam bidang kedokteran,

misalnya dalam pembuatan antibodi monoklonal, vaksin,

antibiotika dan hormon.

1) Pembuatan antibodi monoklonal

Antibodi monoklonal adalah antibodi yang diperoleh dari


suatu sumber tunggal. Manfaat antibodi monoklonal, antara lain:

a) untuk mendeteksi kandungan hormon korionik gonadotropin dalam

urine wanita hamil;

b) mengikat racun dan menonaktifkannya;

c) mencegah penolakan tubuh terhadap hasil transplantasi jaringan

lain.

2) Pembuatan vaksin

Vaksin digunakan untuk mencegah serangan penyakit terhadap

tubuh yang berasal dari mikroorganisme. Vaksin didapat dari

virus dan bakteri yang telah dilemahkan atau racun yang diambil

dari mikroorganisme tersebut.

3) Pembuatan antibiotika

Antibiotika adalah suatu zat yang dihasilkan oleh organisme

tertentu dan berfungsi untuk menghambat pertumbuhan organisme

lain yang ada di sekitarnya. Antibiotika dapat diperoleh dari jamur

atau bakteri yang diproses dengan cara tertentu.

Zat antibiotika telah mulai diproduksi secara besar-besaran

pada Perang Dunia II oleh para ahli dari Amerika Serikat dan

Inggris.

4) Pembuatan hormon

Dengan rekayasa DNA, dewasa ini telah digunakan mikroorganisme

untuk memproduksi hormon. Hormon-hormon yang

telah diproduksi, misalnya insulin, hormon pertumbuhan, kortison,

dan testosteron.
Prisip dasar rekayasa genetika

Nah, kalau DNA adalah inti studi genetika, inti studi dari rekayasa genetika adalah
rDNA. Apaan tuh? rDNA kependekan dari DNA rekombinan. Yah, pakai singkatan
bahasa inggris lah. rDNA adalah DNA yang telah diubah secara genetik lewat proses
pembelahan DNA. Yup. DNAnya dibelah. Jadi untaian DNA dibelah separuh panjangnya
dan disatukan dengan untaian DNA dari individu lain, atau bahkan bisa dari spesies lain.
Ada dua teknik yang dipakai ilmuan untuk membelah DNA.

Cara pertama, namanya transfer gen. DNA baru dimasukkan kedalam sel organisme.
Biasanya ini dilakukan dengan dibantu oleh mikroorganisme yang bertugas sebagai
vektor atau tukang bawa. Ia disebut terapi gen, kalau tujuannya untuk kedokteran. Jadi
gen yang sudah di ubah atau gen biasa yang normal dimasukkan kedalam sel, untuk
menggantikan gen yang rusak. Gen yang rusak bahaya loh. Bisa menyebabkan fungsi gen
tersebut lenyap.

DNA juga dapat dipotong jadi pendek dengan memakai enzim pembatas. Tau kan enzim?
Enzim itu semacam protein yang mempercepat reaksi kimia. Nah, ujung dari potongan ini
memiliki kecenderungan untuk menempel dengan ujung potongan DNA lainnya. Begitu
dilepaskan, ia akan memburu ujung potongan DNA yang dapat dia tempelin. Dengan
melihat ukuran potongan yang dibuat oleh sebuah enzim pembatas, ilmuan dapat
menentukan apakah gen tersebut memiliki sandi genetik yang pantas. Teknik ini telah
dipakai dalam menganalisa struktur genetik sel janin dan untuk mendiagnosa penyakit
darah tertentu, seperti anemia sel sabit.

Anggaplah ada barisan pasangan basa yang membawa perintah untuk membuat insulin,
kalau ada cara untuk memasukkan barisan basa tersebut kedalam DNA bakteri, misalnya,
bakteri tersebut akan mampu membuat insulin loh. Pada gilirannya, ini akan
meningkatkan hidup orang yang menderita diabetes tipe 1, yang hidupnya tergantung
pada suntikan insulin agar tubuhnya mampu memproses gula darah. hiks, sedih

Walaupun konsep transfer gen ini kedengerannya sederhana banget, kenyataannya sangat
susah dilakukan. Orang pertama yang nyobain dan pusing karena kesulitan melakukan ini
adalah Paul Berg (1926 – ) yang dikenal sebagai bapak rekayasa genetika. Tahun 1973,
Berg mengembangkan sebuah metode buat menyatukan DNA dari dua organisme, sebuah
virus monyet bernama SV40 dengan sebuah virus bernama lambda phage. Walaupun
berhasil, metode Berg ini rumit abis. Lalu di akhir tahun itu juga, seorang biokimiawan
Amerika bernama Stanley Cohen (1922 – ) dari Stanford University, dan Herbert Boyer
(1936- ) dari University of California at San Francisco menemukan enzim yang
meningkatkan efisiensi prosedur Berg dengan sangat besar. Teknik transfer gen yang
dikembangkan Berg, Boyer dan Cohen ini menjadi dasar dari banyak kemajuan dibidang
rekayasa genetika.
Rekayasa genetika

Bioteknologi telah berkembang demikian pesat dengan pencapaian-pencapaian yang


mengagetkan masyarakat dunia. Human Genome Project yang merupakan proyek besar
dalam pemetaan genom (gen-gen pada khromosom) manusia telah dapat diselesaikan 5
tahun sebelum masa yang dijadwalkan. Terapi gen pada manusia pun telah mulai
mendapat izin untuk dilaksanakan. Kloning domba yang menggegerkan kini telah digeser
gagasan atau proyek kloning manusia untuk tujuan pengobatan maupun tujuan reproduksi
kasus khusus.

Teknologi Rekayasa Genetika merupakan inti dari bioteknologi didifinisikan sebagai


teknik in-vitro asam nukleat, termasuk DNA rekombinan dan injeksi langsung DNA ke
dalam sel atau organel; atau fusi sel di luar keluarga taksonomi; yang dapat menembus
rintangan reproduksi dan rekombinasi alami, dan bukan teknik yang digunakan dalam
pemuliaan dan seleksi tradisional.

Prinsip dasar teknologi rekayasa genetika adalah memanipulasi atau melakukan


perubahan susunan asam nukleat dari DNA (gen) atau menyelipkan gen baru ke dalam
struktur DNA organisme penerima. Gen yang diselipkan dan organisme penerima dapat
berasal dari organisme apa saja. Misalnya, gen dari bakteri bisa diselipkan di khromosom
tanaman, sebaliknya gen tanaman dapat diselipkan pada khromosom bakteri. Gen
serangga dapat diselipkan pada tanaman atau gen dari babi dapat diselipkan pada bakteri,
atau bahkan gen dari manusia dapat diselipkan pada khromosom bakteri. Produksi insulin
untuk pengobatan diabetes, misalnya, diproduksi di dalam sel bakteri Eschericia coli (E.
coli) di mana gen penghasil insulin diisolasi dari sel pankreas manusia yang kemudian
diklon dan dimasukkan ke dalam sel E. coli. Dengan demikian produksi insulin dapat
dilakukan dengan cepat, massal, dan murah. Teknologi rekayasa genetika juga
memungkinkan manusia membuat vaksin pada tumbuhan, menghasilkan tanaman
transgenik dengan sifat-sifat baru yang khas.

Rekayasa genetika pada tanaman mempunyai target dan tujuan antara lain peningkatan
produksi, peningkatan mutu produk supaya tahan lama dalam penyimpanan pascapanen,
peningkatan kandunagn gizi, tahan terhadap serangan hama dan penyakit tertentu
(serangga, bakteri, jamur, atau virus), tahan terhadap herbisida, sterilitas dan fertilitas
serangga jantan (untuk produksi benih hibrida), toleransi terhadap pendinginan,
penundaan kematangan buah, kualitas aroma dan nutrisi, perubahan pigmentasi.

Rekayasa Genetika pada mikroba bertujuan untuk meningkatkan efektivitas kerja


mikroba tersebut (misalnya mikroba untuk fermentasi, pengikat nitrogen udara,
meningkatkan kesuburan tanah, mempercepat proses kompos dan pembuatan makanan
ternak, mikroba prebiotik untuk makanan olahan), dan untuk menghasilkan bahan obat-
obatan dan kosmetika.
Di negara-negara maju seperti di Amerika, Eropa, Australia, dan Jepang organisme hasil
rekayasa genetika telah banyak beredar di masyarakatnya maupun diekspor ke negara-
negara lain seperti Indonesia. Organisme hasil rekayasa genetika dapat berupa
mikrooraganisme (bakteri, jamur, ragi, virus), serangga, tanaman, hewan dan ikan. Di AS
produk-produk hasil rekayasa genetika dijual secara bebas di pasaran, sementara di Eropa
dan Jepang diwajibkan untuk memberi label bagi produk-produk tersebut. Cina juga
merupakan negara yang telah sangat maju dalam pengembangan bioteknologi rekayasa
genetika.

Beberapa tanaman transgenik yang telah banyak dihasilkan dan beredar di masyarakat
antara lain kedele dengan kandungan gizi yang lebih tinggi, golden rice (padi dengan
antosianin atau karotenoid untuk menghasilkan vitamin A dengan kosentrasi tinggi pada
beras), kapas dengan gen cry yang diisolasi dari bakteri bacillus turingiensis yang
menghasilkan senyawa tosik untuk membunuh seranga hama tertentu, jenis-jenis tanaman
hias seperti anggrek, tulip, yang bertujuan untuk meningkatklan kualitas bunga; warna,
bentuk, aroma, keseragaman bentuk dan kontinyuitas produksi. Perkembangan teknologi
dan produk rekayasa genetika juga tergolong pesat di Indonesia di tengah sikap kritis pro-
kontra yang dipengaruhi terutama dari LSM di Eropa. Indonesia telah sejak lama menjadi
pengimpor produk rekayasa genetika seperti kedele, kapas, jagung, buah-buahan,
tanaman hias, obat-obatan dan kosmetika. Beberapa Lembaga Riset dan Program Studi
Bioteknologi telah berdiri di Indonesia. Bahkan Kementerian Riset dan Teknologi serta
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi telah mengembangkan program insentif bagi
pengembangan bioteknologi (rekayasaya genetika) agar Indonesia tidak menjadi
penonton dan tertinggal dalam teknologi ini yang akhirnya menyebabkan kita selalu
menjadi negara pengimpor. Kami di Universitas Udayana bahkan telah menghasilkan tiga
paten untuk produk rekayasa genetika seperti tanaman jeruk transgenik dan beberapa
klon gen yang dipelihara dalam sel bakteri E. coli.

Orientasi dunia terhadap produk rekayasa genetika sangat beragam dari yang menolak,
setuju dan dengan sikap hati-hati. Sikap kritis ini muncul terutama karena kekhawatiran
akan keamanan pangan, keamanan pakan, dan keamanan lingkungan. Kekhawatiran ini
juga muncul karena ketidaktepatan informasi teknis mengenai rekayasa genetika. Banyak
kasus biologi dikaitkan dengan rekayasa genetika seperti munculnya penyakit sapi gila,
flu burung, kanker/tumor yang semuanya tidak ada bukti keterkaitannya dengan rekayasa
genetika.

Dampak produk rekayasa genetika bagi kesehatan manusia tidak perlu dikhawatirkan
sepanjang jenis produk yang dilepas ke masyarakat telah memenuhi Protokol Cartagena
dan terlebih dulu melalui proses pemeriksaan keamanan pangan dan lingkungan. Yang
sering dikhawatirkan para pemerhati bioteknologi adalah keikutan gen marker (biasanya
gen tahan antibiotika) terselip ke dalam khromosom organisme penerima, sehingga jika
makan produk tersebut kita juga akan memakan zat tahan antibiotika. Tentang hal ini
telah ada teknologi untuk menghilangkan gen tersebut agar tidak ikut terselip ke
organisme penerima. Di samping itu konsentrasi zat ini tidak tinggi untuk ukuran
manusia. Kekhawatiran juga muncul terhadap adanya gene flow yaitu menyebarnya gen
baru yang diselipkan pada organisme penerima kepada organisme lain yang sejenis di
sekitarnya melalui proses penyerbukan atau kawin silang. Tentang hal ini, bukankah di
alam proses penyerbukan silang seperti ini telah terjadi sejak organisme hidup mendiami
bumi? Bukankah gen yang diselipkan juga diambil dari organisme yang ada di alam? Jadi
tidak perlu khawatir.

Saat ini langkah-langkah yang perlu dilakukan pemerintah adalah melakukan prosedur
karantina untuk mengetahui status organisme atau produknya apakah hasil rekayasa
genetika atau bukan. Jika ya, apa jenis rekayasanya (jenis gen dan teknologi yang
digunakan). Jenis produk yang masih menjadi kontroversi mungkin lebih baik dilabel
untuk memberikan informasi yang benar dan pilihan kepada masyarakat. Produk obat-
obatan dan kosmetika tidak perlu diberi label karena telah diterima dan diterapkan sejak
lama. Penyebaran informasi yang benar ke masyarakat juga perlu diperbanyak
menggunakan berbagai media sehingga pemahaman tentang teknologi dan produk
rekayasa genetika makin baik
Peranan Bioteknologi Dalam Bidang Pertanian
By kutankrobek

Di zaman yang serba cepat dan mengharuskan segala sistem yang begitu cepat pula
karena didukung oleh populasi menusia yang sangat cepat pula hal itu berimbas pada
dunia pertanian. Sebagai yang utama dalam masalah hidup ini menuntut sektor pertanian
untuk memenuhi kebutuhan pangan populasi manusia yang tidak terbendung secara cepat
dan bagus tidak hanya kuantitas tetapi kualitasnya juga. Dari hal-hal seperti itulah
bioteknologi di bidang pertanian berusaha untuk menjawab tantangan itu.
Selama kurang lebih empat dasawarsa terakhir, kita melihat begitu pesat perkembangan
bioteknologi di berbagai bidang. Pesatnya perkembangan bioteknologi ini sejalan dengan
tingkat kebutuhan manusia dimuka bumi. Hal ini dapat dipahami mengingat bioteknologi
menjanjikan suatu revolusi pada hampir semua aspek kehidupan manusia, mulai dari
bidang pertanian, peternakan dan perikanan hingga kesehatan dan pengobatan.
Bioteknologi berasal dari dua kata, yaitu ‘bio’ yang berarti makhuk hidup dan ‘teknologi’
yang berarti cara untuk memproduksi barang atau jasa. Dari paduan dua kata tersebut
European Federation of Biotechnology (1989) mendefinisikan bioteknologi sebagai
perpaduan dari ilmu pengetahuan alam dan ilmu rekayasa yang bertujuan meningkatkan
aplikasi organisme hidup, sel, bagian dari organisme hidup, dan/atau analog molekuler
untuk menghasilkan produk dan jasa[Goenadi & Isroi, 2003]. Dengan definisi tersebut
bioteknologi bukan merupakan sesuatu yang baru.
Bioteknologi merupakan bidang ilmu baru di bidang pertanian yang dapat menyelesaikan
masalah-masalah yang tidak dapat diselesaikan dengan cara konvensional. Penggunaan
bioteknologi bukan untuk menggantikan metode konvensional tetapi bersama-sama
menghasilkan keuntungan secara ekonomi. Penggunaan metode konvensional dengan
teknologi tinggi memaksimumkan keberhasilan program perbaikan pertanian.
Bioteknologi harus diintegrasikan ke dalam pendekatan-pendekatan konvensional yang
sudah mapan. Bioteknologi berkembang dengan cepat di berbagai sektor dan
meningkatkan keefektifan cara-cara menghasilkan produk dan jasa. Untuk alih teknologi
dan pengembangan bioteknologi secara layak dan tidak merusak lingkungan, diperlukan
berbagai persyaratan selain peraturan perundangan juga modal yang besar.
Bioteknologi memperlihatkan suatu rangkaian yang mengagumkan dari berbagai disiplin
ilmu seperti mikrobiologi, anatomi tumbuhan dan hewan, biokimia, imunologi, biologi
sel, fisiologi tumbuhan dan hewan, morfogenesis, aekologi, genetika dan banyak lagi
lainnya.peranan biologi yang baru didapat ini telah memberikan sumbangan teramat
penting bagi kesehatan dan kesejahteraan umat manusia.

Dimulai dari nenek moyang kita, pemanfaatkan mikroba telah dilakukan untuk membuat
produk-produk berguna seperti tempe, oncom, tape, arak, terasi, kecap, yogurt, dan nata
de coco . Hampir semua antibiotik berasal dari mikroba, demikian pula enzim-enzim
yang dipakai untuk membuat sirop fruktosa hingga pencuci pakaian. Dalam bidang
pertanian, mikroba penambat nitrogen telah dimanfaatkan sejak abad ke 19. Mikroba
pelarut fosfat telah dimanfaatkan untuk pertanian di negara-negara Eropa Timur sejak
tahun 1950-an. Mikroba juga telah dimanfaatkan secara intensif untuk mendekomposisi
limbah dan kotoran. Ya mikroba telah mengambil andil besar dalam menggalakkan
pertanian organic. Mikroba dibutuhkan untuk mengkomposkan pada pembuatan pupuk
kompos yang terdiri dari kotoran dan seresah tanaman-tanaman (Winarno. 2007).

Contoh tanaman yang dikembangkan melalui bioteknologi.

¬ Perkembangan Bioteknologi Industri/Bioindustri di Indonesia

Apabila perkembangan bioteknologi secara keilmuwan di Indonesia kuat khususnya di


bidang pertanian, perkembangan industri/bioindustri Indonesia justru sebaliknya. Seperti
contoh di pendahuluan, bioteknologi pertanian dengan pemanfaatan tanaman transgenik
oleh perusahaan seperti Monsanto/Monagro Kimia, banyak mendapat tantangan.
Sehingga pemanfaatan bioteknologi pertanian kita masih bersandar pada bioteknologi
tingkat tua yaitu pemanfaatan pada tingkat seluler bukan molekuler. Contohnya adalah
industri kultur jaringan yang berkembang baik dalam industri kehutanan dengan
kebutuhan penyediaan bibit tanaman untuk reboisasi maupun untuk estetika seperti
bunga-buga untuk pajangan seperti anggrek, dsb.

ϖ BIOTEKNOLOGI DALAM PRODUKSI MAKANAN

Berbagai proses bioteknologi yang ditujukan untuk mengolah bahan makanan telah sejak
lama dikonsumsi orang seperti tempe, tauco, kecap, yogurt, tuak, dan wine. Teknologi
tersebut telah lam dipraktekkan selama ribuan tahun dan dikembangkan secara naluri dan
seni tradisional. Hanya baru2 ini saja teknik yanglebih maju telah diterapkan pada proses
tersebut. Proses bioteknologi untuk memproduksi makanan melibatkan teknik yang
relative sederhana dan mudah untuk dikembangkan dalam skala besar.
Bioteknologi pangan, cukup berkembang dengan baik walau belum tereksploitasi secara
optimal. Misalnya komposisi kecap yang membedakan rasa, warna dan bau/flavor sangat
dipengaruhi oleh jenis kedelai sebagai bahan baku dan juga mikroba yang digunakan.
Sementara ini semua masih dilakukan secara tradisional walau secara penelitian sudah
ada yang mulai mengarah pada pemanfaatan flavor-nya. Demikian pula berbagai buah
dan produk pertanian untuk pangan baik sebagai perasa seperti vanili maupun pewarna
dan bau yang banyak dieksploitasi oleh industri flavor Eropa dan Amerika di Indonesia,
juga makin merasakan pentingnya bioteknologi modern. Selain flavor, kebutuhan yang
besar adalah enzim dan protein yang banyak digunakan dalam proses pembuatan produk
pangan seperti enzim protease, enzim lipase, dsb. Tak terkecuali dengan pemanfaatan
baru di kosmetik dan kebersihan seperti munculnya pasta gigi yang mengurangi detergen
dengan mengganti protease, shampoo dengan komposisi protein collagen, dll (Budi
Witarto, Arif. 2006).
Jenis-jenis makanan tradisional hsil fermentasi seperti tempe atau kecap dibuat melalui
suatu rangkaian proses fermentasi kedelai. Selain itu terdapat miso yang berasal dari
pasta kedelai yang diragikan. Negara- Negara di Asia menghasilkan aneka ragam produk
hasil fermentasi dengan konsumsi per-kapita yang tinngi setiap tahunnya (Winarno,
2007).
Pembuatan roti dan jenis-jenis produknya umumnya diproduksi dari tepung gandum atau
terigu, air atau susu, garam, gula dan ragi. Proses fermentasi dilakukan untuk mencapai
tujuan yaitu pengembang adonan, pembentukan citarasa, dan perubahan tekstur dalam
adonan. Ilmu genetika terapan yang modern berupaya untuk meningkatkan kualitas
organisme ragi sehingga memperbaiki aktivitasnya dan menghasilkan citarasa serta
tekstur yang lebih baik pada produk roti yang dihasilkan (Winarno. 2007).
Minuman beralkohol ; pembuaatan minuman beralkohol ini dengan cara memeram
bahan-bahan yang mengandung gula atau bahan-bahan yang mengandung pati yang harus
dihidrolisis menjadi gula sederhana sebelum dilakukan fermentasi. Pemeraman ini
dilakukan dibantu oleh mikroorganisme yang sesuai dan dibiarkan meragi, produk akhir
akan berupa cairan yang mengandung alcohol dengan kadar mulai dari beberapa persen
hingga mencapai 16% atau lebih.

ϖ BIOTEKNOLOGI DALAM BIDANG PERTANIAN

Rifai (2001) mengatakan, penggunaan bioteknologi untuk menciptakan kultivar unggul


seperti tanaman padi dan tanaman semusim sangat berguna untuk pemenuhan kebutuhan
pangan rakyat Indonesia. Karenanya, pengembangan bioteknologi diberbagai bidang
perlu mendapat perhatian serius. Satu fakta yang tidak dapat dipungkiri akibat
ketertinggalan negara kita mengembangkan bioteknologi adalah dimanfaatkannya plasma
nutfah negara kita oleh negara lain. Durian bangkok dan mangga berwarna keunguan dari
Australia adalah sebagian kecil contohnya.

Bioteknologi seperti transgenik dalam bidang pertanian pada dasarnya telah mulai
dikembangkan, namun penolakan-penolakan dari berbagai pihak menyebabkan teknologi
ini tidak pesat perkembangannya. Tanaman-tanaman pertanian yang telah berhasil
meningkatkan produksi dan kualitas melalui transgenik antara lain kapas, jagung, dan
lain-lain.

Pro dan kontra penggunaan tanaman transgenik ramai dibicarakan diberbagai media
massa. Salah satu contohnya adalah kapas transgenik. Pihak yang pro, terutama para
petinggi dan wakil petani yang tahu betul hasil uji coba di lapangan memandang kapas
transgenik sebagai mimpi yang dapat membuat kenyataan, sedangkan Pihak yang kontra,
sangat ekstrim mengungkapkan berbagai bahaya hipotetik tanaman transgenik (Tajudin,
2001).

Selain kapas, Setyarini (2000) memaparkan tentang kontroversi penggunaan tanaman


jagung yang telah direkayasa secara genetik untuk pakan unggas. Kekhawatiran yang
muncul adalah produk akhir unggas Indonesia akan mengandung genetically modified
organism ( GMO ). Masalah lain yang menjadi kekhawatiran berbagai pihak adalah
potensinya dalam mengganggu keseimbangan lingkungan antara lain serbuk sari jagung
dialam bebas dapat mengawini gulma-gulma liar, sehingga menghasilkan gulma unggul
yang sulit dibasmi. Sebaliknya, kelompok masyarakat yang pro mengatakan bahwa
dengan jagung transgenik selain akan mempercepat swa sembada jagung, manfaat lain
adalah jagung yang dihasilkan mempunyai kualitas yang hebat, kebal terhadap serangan
hama sehingga petani tidak perlu menyemprot pestisida (W.Marlene Nalley.2001).
Pendekatan Biologi Molekuler untuk mengatasi Krisis Pangan

Penggunaan marka molekuler (penanda molekuler) untuk menyeleksi sifat yang


diinginkan dari keturunan hasil persilangan dengan pelacakan sifat-sifat tanaman
berdasarkan DNA yang dimiliki tanaman akan mempercepat proses tersebut.
Salah satu kelebihan dari metode ini adalah mempersingkat pengujian tanaman. Jika
dengan cara konvensional diperlukan waktu sedikitnya lima tahun, dengan cara ini hanya
diperlukan waktu paling lama tiga tahun. Dengan marka molekuler, pada generasi ketiga
tanaman hasil persilangan sudah stabil.
Pada tanaman jagung marka molekuler digunakan untuk mengetahui jarak genetik
(hubungan kekerabatan) jagung. Dengan begitu, para pemulia menjadi lebih mudah
dalam melakukan persilangan. Selanjutnya yang tak kalah pentingnya adalah
perlindungan terhadap sumber genetik pertanian Indonesia dari ancaman kepunahan.
Oleh karena itu, kegiatan konservasi dengan mendirikan laboratorium Bank Genetik
sangat diperlukan. Dan tentu saja, hal itu akan lebih baik jika dilakukan tidak hanya oleh
Balitbiogen saja (Anonymous, 2003).
Rekayasa genetika dalam bidang tanaman dilakukan dengan mentransfer gen asing ke
dalam tanaman. Hasil rekayasa genetika pada tanaman seperti ini disebut tanaman
transgenik. Sudah diperoleh beberapa tanaman transgenik yang toleran terhadap salinitas,
kekeringan dan hama penyakit ( Nasution, Muhammad Arif. 2002).
¬ Tanaman Transgenik Toleran salin
Dengan teknologi kultur jaringan telah dapat dikembangkan tanaman transgenik toleran
salin. Rekayasa genetika mentransfer gen dari padi liar yang toleran terhadap salin ke
padi yang biasa digunakan sebagai bahan pangan melalui fusi protoplasma. Dapat juga
ditransfer dari sejenis jamur yang tahan salin kepada tanaman yang akan dijadikan
tanaman transgenik. Beberapa tomat, melon, dan barley transgenik yang toleran dengan
salin (New Scientist, 1997 dalam Sitepoe,2001)
¬ Tanaman Transgenik Tahan Kekeringan
Tanaman tahan kekeringan memiliki akar yang sanggup menembus tanah kering,
kutikula yang tebal mengurangi kehilangan air, dan kesanggupan menyesuaikan diri
dengan garam di dalam sel. Tanaman toleran terhadap kekeringan ditransfer dari gen
kapang yang mengeluarkan enzim trehalose. Tembakau salah satutanaman transgenik
yang dapat toleran dengan suasana kekeringan (Guardian Online, 1997 dalam Sitepoe,
2001).
¬ Tanaman Transgenik Resisten Hama
Bacillus thuringiensis menghasilkan protein toksin sewaktu terjadi sporulasi atau saat
bakteri membentuk spora. Dalam bentuk spora berat toksin 20% dari berat badan spora.
Apabila larva insek memakan spora maka di dalam alat pencernaan larva insek, spora
bakteri dipecah dan keluarlah toksin. Toksin masuk ke dalam membran sel alat
pencernaan larva, mengakibatkan alat pencernaan mengalami paralisis, pakan tidak dapat
diserap sehingga larva mati. Dengan membiakkan Bacillus thuringiensis kemudian
diektrak dan dimurnikan maka akan diperoleh insektisida biologis (biopestisida) dalam
bentuk kristal. Insektisida biologis serupa saja aplikasinya maupun untung ruginya
dengan insektisida kimia lainnya. Oleh karena itu, pada tahun 1985 dimulai rekayasa gen
dari Bacillus thuringiensis dengan kode gen Bt toksin (Feitelson et al, 1992).
Tanaman tembakau untuk pertama kali merupakan tanaman transgenic pertama yang
menggunakan gen Bt toksin, disusul famili tembakau, yaitu tomat dan kentang. Dengan
sinar ultraviolet gen penghasil insektisida pada tanaman dapat diinaktifkan (Lal and Lal,
1990). Jagung juga telah direkayasa dengan menggunakan gen Bt toksin, tetapi
diintegrasikan dengan plasmid bakteri Salmonella parathypi, yang menghasilkan gen
yang menonaktifkan ampicillin. Pada jagung juga direkayasa adanya resistensi herhisida
dan resistensi insektisida sehingga tanaman transgenik jagung memiliki berbagai jenis
resistensi hama tanaman. Bt toksin gen juga direkayasa ke tanaman kapas bahkan
multiple-gene dapat direkayasa genetika pada tanaman transgenik. Toksin yang
diproduksi dengan tanaman transgenik menjadi nonaktif apabila terkena sinar matahari,
khususnya sinar ultraviolet (Sumber: Nottingham S, 1998).
Sejumlah tanaman transgenik toksin Bt telah berhasil diproduksi, antara lain kapas (Bt
toksin terhadap cutton boll worm, produksi Monsanto, St. Louis, Missouri, Amerika
Serikat; kini diuji coba secara terbatas di Sulawesi Selatan), kentang (Bt toksin terhadap
Colorado bettle, produksi Mycogen, San Diego, California, Amerika Serikat), jagung (Bt
toksin terhadap pengerek batang European, produksi Ciba Seed, Greensboro, California
Utara, Amerika Serikat (Nasir, 2002).

¬ Tanaman Transgenik Resisten Penyakit


Dalam percobaan kloning “Bintje” yang mengandung gen thionin dari daun barli (DB4)
yang memakai promoter 35S cauliflower mosaic virus (CaMV), dengan
mengikutsertakan Bintje tipe liar yang sangat peka terhadap serangan Phytophthora
infestans sebagai kontrol, menunjukkan bahwa klon “Bintje” dapat mengekspresikan gen
DB4. Jumlah sporangium setiap nekrosa yang disebabkan oleh P. infestans mengalami
penurunan lebih dari 55% jika dibandingkan dengan tipe liar. Pendekatan ini sangat
bermanfaat untuk menekan perkembangbiakan P. infestans sehingga kerugian secara
ekonomi dapat direduksi.
Perkembangan yang menggembirakan juga terjadi pada usaha untuk memproduksi
tanaman transgenik yang bebas dari serangan virus. Dengan memasukkan gen penyandi
protein selubung {coat protein) Johnsongrass mosaic potyvirus (JGMV) ke dalam suatu
tanaman diharapkan tanaman tersebut menjadi resisten apabila diserang oleh virus yang
bersangkutan. Potongan cDNA dari JGMV, misalnya dari protein selubung dan protein
nuclear inclusion body (Nib) dengan kontrol promotor 35S CaMV, mampu diintegrasikan
pada tanaman jagung dan diharapkan akan dihasilkan jagung transgenik yang bebas dari
serangan virus.
Hal serupa juga sedang digalakkan dengan rekayasa genetika pada tanaman padi-padian
untuk mendapatkan varietas yang resisten terhadap virus padi. Di samping itu, usaha
untuk meningkatkan kualitas beras seperti yang diinginkan oleh manusia juga sedang
diusahakan. Jepang memberikan investasi yang cukup besaruntuk penelitian dan
pengembangan di bidang biologi molekul padi.
¬ Kultur jaringan
Juga tak kalah pentingnya teknologi kultur jaringan yang merupakan kemajuan besar
dalam bidang pertanian. Kultur jaringan adalah pembuatan bibit dan perbanyakannya
menggunakan permainan komposisi media. Yang digunakan bisa segala sumber organ
tumbuhan mulai dari biji, daun, tunas, dsb jadi lebih luas dari teknologi pembibitan
konvensial dengan stek. Yang dimanipulasi adalah sel penyusun organ itu untuk berubah
menjadi tanaman sempurna melalui hormon-hormon dalam media yang digunakan. Jadi
ini adalah bioteknologi tingkat tua, bukan bioteknologi modern.
Kultur jaringan tanaman merupakan teknik in vitro (dalam gelas) yang merupakan cara
untuk memperbanyak tanaamn dengan pengambilan bagian tanaman yang mempunyai
titik tumbuhnya. Contoh sederhana pada pisang, bila di ambil cambium atau ujun-ujung
akarnya, lalau di perlakukan dalam gelas dalam laboratorium, kemudian bagian itu akan
membelah sendiri dan setiap belahanya akan menghsilkan tanaman baru. Intinya asalakan
pada tanaman itu ada titi tumbuh atau yang disebut jaringan meristematik, tanaman
tersebut bias diperbanyak. Bayankan kalau ini sudah menyeluruh skala nasioanl
perbanyak tanaman secara cepar mungkin saja dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
(Peranan Bioteknologi Dalam Bidang Pertanian)

Anonymous. 2003. Menanti Lahirnya Kerja Sama Pakar Bioteknologi Pertanian.


http://suarapembaruan.com
Budi Witarto, Arief. 2006. Bioteknologi di Indonesia: Kondisi dan Peluang. http:
http://io.ppi-jepang.org/
Goenadi & Isroi, 2003 dalam Komersialisasi Produk Bioteknologi Pertanian Di
Indonesia, Mungkinkah ?, Lembaga Riset dan Perkebunan Indonesia.
Nasution, Muhammad Arif. 2002. Journal : Biologi Molekuler dan Ketahanan Pangan
Nasional. Makalah falsafah sains. Institute Pertanian Bogor
Nasir M., 2002. Bioteknologi Molekuler Teknik Rekayasa Generika Tanaman. Penerbit
PT. Citra Aditya Bakti. Bandung.
Rifai, M. A. 2001. Bioteknologi Mendukung Keanekaragaman Hayati dalam Suara
Pembaruan, 9 Maret.
Sitepoe M., 2001. Rekayasa Genetika. Penerbit. Grasindo. Jakarta.
Tajudin. K. N. 2001. Menyoalkan Tanaman Transgenik dalam Suara Pembaruan, 26
Februari.
W.Marlene Nalley. 2001. Tinjauan Filosofis Bioteknologi. Makalah Falsafah Sains.
Institut Pertanian Bogor

You might also like