You are on page 1of 52

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebagai akibat dari makin majunya ilmu dan technology kedokteran serta makin
meningkatnya pendidikan, penghasilan serta kesadaran masyarakat terhadap kesehatan,
disamping mendatangkan banyak manfaat yang ditandai dengan makin meningkatnya mutu
pelayanan kesehatan serta status kesehatan masyarakat, ternyata juga mendatangkan banyak
masalah, salah satu dari masalah yang dimaksud yang memperhatikan semua pihak adalah
makin meningkatnya biaya kesehatan ( Health Cost). Mudah dipahami karena pelayanan
kesehatan apalagi dikelola oleh rumah sakit adalah usaha yang padat karya, padat teknologi
serta padat modal.

Dalam pengaturan pengelolaan Barang Milik Negara sesuai UU No. 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara, serta arah penyusunan pedoman pelaksanaan di bidang pengelolaan BMN,
sebagai tindak lanjut dari UU No. 1 Tahun 2004 adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas
beban APBN atau berasal dari perolehan lainnya yang sah, dalam pengelolaan BMN selama ini
adalah belum lengkapnya data mengenai jumlah, nilai, kondisi dan status
kepemilikannya,belum tersedianya database yang akurat dalam rangka penyusunan Neraca
Pemerintah pengaturan yang ada belum memadai dan terpisah-pisah kurang adanya persamaan
persepsi dalam hal pengelolaan BMN ( Atikel Direktorat Barang Milik Negara)

Rumah sakit sebagai mata rantai pelayanan kesehatan mempunyai fungsi utama
penyembuhan dan pemulihan kesehatan yang dilaksanakan secara terpadu dengan upaya
peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit sehingga merupakan pelayanan paripurna.
Agar operasional rumah sakit dapat berjalan efektif dan efisien, maka diperlukan manajemen
yang baik.

1
2

Salah satu faktor penunjang dalam pelayanan rumah sakit kepada masyarakat adalah Alat
kesehatan. Alat kesehatan tersebut harus dikelola dan dirawat dengan baik, agar tetap terjaga
dan dapat digunakan dalam jangka waktu yang panjang, sehingga rumah sakit dapat
meminimalisasi penganggaran alat kesehatan oleh karena itu diperlukannya manajemen
logistik yang baik.

Pelaksanaan manajemen logistik terdiri dari berbagai fungsi, yaitu perencanaan,


pengorganisasian, pengawasan , pengadaan, pencatatan, penyimpanan atau penggudangan,
pendistribusian, pemeliharaan dan penghapusan. Apabila diteliti dan diuraikan lebih
mendalam tentang fungsi logistik, maka jelas antara fungsi tersebut terdapat hubungan yang
saling terkait.

Pengelolaan logistik cenderung semakin kompleks dalam pelaksaannya sehingga akan


sangat sulit dalam pengendalian apabila tidak didasari oleh perencanaan yang baik menuntut
adanya system monitoring, evaluasi, dan repoting yang memadai dan berfungsi sebagai
umpan balik untuk tindakan pengendalian terhadap divisi-divisi yang terjadi.

Suatu rencana harus didukung oleh semua pihak, rencana yang dipaksakan akan sulit
mendapatkan dukungan bahkan sebagainya akan berakibat tidak lancar dalam
pelaksanaannya.dalam suatu kegiatan dari tahap persiapan, pelaksanaan sampai dengan
pencapaian tujuan (sasaran) di perlukan kerjasama yang terus menerus antara pimpinan/staf,
perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan dengan masing-masing kegiatan yang dilakukan
sesuai dengan uraian tugas masing-masing. Seluruh kegiatan diarah pada pencapaian tujuan
organisasi.

Fungsi pengadaan adalah proses untuk mengadakan obat dalam rangka memenuhi
kebutuhan obat di rumah sakit yang telah ditentukan dalam fungsi perencanaan. Fungsi
penyimpanan merupakan pelaksanaan penerimaan, penyimpanan, pengamatan mutu secara
fisik, pengendalian peresediaan, penanganan obat hilang dan rusak akibat penanganan
sebelumnya.
3

Fungsi penyimpanan sangat erat dengan pengelolaan gudang, yaitu suatu penyimpanan
barang yang mempunyai administrasi khusus, jelas batasan dan sistem pengamanannya
(Departemen Kesehatan RI, 1996).

Fungsi pemeliharaan adalah proses kegiatan untuk mempertahankan kondisi teknis, daya
guna dan daya hasil barang melalui pencegahan yang disebabkan kerusakan fisik dan
biologis. Fungsi penghapusan adalah kegiatan pembebasan barang dari pertanggungjawaban
yang seharusnya. Penghapusan barang dilakukan apabila barang telah rusak berat serta
barang sudah berumur.

Tidak tersedianya alat kesehatan yang dibutuhkan dalam kegiatan pelayanan kesehatan
akan mempengaruhi kinerja, berupa nilai tingkat layanan untuk memfasilitaskan setiap
ruangan yang dibutuhkan menjadi menurun. Hal ini akan menyebabkan pendapatan yang
hilang akibat ketidakmampuan pelayanan kesehatan menyediakan layanan sepenuhnya.

1.2 Tujuan Kegiatan PBL-II

1.1.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dilaksanakan kegiatan PBL II adalah untuk memperoleh gambaran


mengenai manajemen logistik aset barang milik negara di Rumah Sakit Bhayangkara
Selapa Polri Tahun 2010.

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Diketahui proses perencanaan kebutuhan logistik di Rumah Sakit Bhayangkara


Selapa Polri Tahun 2010.
2. Diketahui bagaimana proses penganggaran yang dilakukan di Rumah Sakit
Bhayangkara Selapa Polri Tahun 2010.
4

3. Diketahui proses pengadaan di Rumah Sakit Bhayangkara Selapa Polri Tahun 2010.
4. Diketahui proses penyimpanan logistik di Rumah Sakit Bhayangkara Selapa Polri
Tahun 2010.
5. Diketahui proses pendistribusian logistik di Rumah Sakit Bhayangkara Selapa Polri
Tahun 2010.
6. Diketahui proses pemanfaatan dan pemeliharaan logistik di Rumah Sakit
Bhayangkara Selapa Polri Tahun 2010.
7. Diketahui proses pengendalian logistik di Rumah Sakit Bhayangkara Selapa Polri
Tahun 2010.
8. Diketahui proses penghapusan logistik di Rumah Sakit Bhayangkara Selapa Polri
Tahun 2010.

1.3. Manfaat PBL II

1.3.1 Manfaat Bagi Mahasiswa

1. Mengaplikasikan berbagai teori yang didapat di bangku kuliah serta


mengembangkan kompetensi diri dengan menggunakan metode yang relevan
untuk menganalisis situasi, mengidentifiaksi masalah dan menetapkan
alternatif pemecahan masalah.

2. Praktek Belajar Lapangan merupakan media pelatihan dan persiapan menuju


dunia kerja, sehingga penulis mampu mempersiapkan segala hal yang
berhubungan dengan dunia kerja yang akan digeluti nantinya.
5

3. Mendapatkan pengalaman belajar dalam tim (team work) untuk memecahkan


masalah kelompok, bertanggung jawab terhadap tugas, berdiskusi secara aktif,
brainstorming dan bersama-sama membangun kinerja kelompok dengan baik.

4. Mendapatkan pengalaman dalam melakukan teknik pengumpulan data umum


dan data kesehatan, proses pengolahan data, melakukan analisis dan
manajemen data serta menggunakan metode sederhana dalam statistik
deskriptif.

1.3.2. Manfaat Bagi FIKes UHAMKA

1. Terlaksananya salah satu dari upaya untuk mengimplementasikan catur darma PTM
Muhammadiyah; yaitu akademik, penelitian, pengabdian masyarakat, dan Al- islam
dan Kemuhammadiyahan.

2. Terbinanya suatu jaringan kerjasama yang berkelanjutan dengan institusi tempat


PBL II dalam upaya meningkatkan keterkaitan dan kesepadanan antara substansi
akademik dengan kompetensi sumber daya manusia yang kompetensi dan
dibutuhkan dalam pembangunan kesehatan masyarakat.

3. Menjadi bahan masukan yang penting bagi tersusunnya kurikulum yang sesuai
dengan kebutuhan nyata di lapangan.
6

4. Mendapat keuntungan dengan melibatkan dosen dan mahasiswa dalam kegiatan


yang mencakup tiga hal, yaitu PBL, penelitian ilmiah dan pengabdian masyarakat.

5. Meningkatnya kapasitas dan kualitas pendidikan dengan melibatkan tenaga


terampil dari lapangan dalam kegiatan proses pembelajaran dilapangan.

1.3.3. Manfaat bagi Rumah Sakit

1. Memperoleh manfaat dari kompetensi mahasiswa dengan melibatkannya untuk


membantu kegiatan manajemen.

2. Dapat bekerja sama dengan tenaga dosen akademik untuk memberi asupan yang
relevan dengan kegiatan manajemen maupun operasional di Rumah Sakit tempat
dilaksanakannya PBL II.

3. Dapat memperoleh asupan yang lebih luas melalui kegiatan seminar, lokarya, dan
lain sebagainya, khususnya dalam mencari solusi masalah yang dihadapi oleh
instansi.

4 . Dapat mengembangkan kemitraan dengan Fikes UHAMKA dan institusi lain yang
terlibat dalam PBL II, baik untuk kegiatan penelitian maupun pengembangan.
7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Manajemen

Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan


pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya organisasi
lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.

2.1.1 Sifat Manajemen

a. Terdapat dimana-mana dan ada sejak manusia berusaha memenuhi kebutuhannya.

b. Bentuk manajemen terrentu untuk saat tertentu guna menyediakan sumber-sumber


ekonomi yang ada untuk dapat hidup.
8

c. Fungsi manajemen pada hakekatnya memilih berbagai alternatif.

d. Manajemen yang baik akan menggunakan waktu, tenaga dan modal dengan optimal
untuk mendapatkan hasil atau keuntungan maksimal. (Mia Laksmiwati, 2006)

2.1.2 Perkembangan Manajemen

a. Sebelum tahun 1800

1. Peranan dan pentingnya manajemen dalam suatu perusahaan belum pakai

2. Ada anggapan bahwa perusahaan juga sebagai manager yang professional.

b. Tahun 1841-1945 : Henry Fayol

Menurutnya manajemen adalah perencanaan, pengorganisasian, pemberian


perintah, pengkoordinasian dan pengendalian.

c. Tahun 1885

Mempelajari metode kerja secara lebih ilmiah hingga terbit bukunya yaitu The
Principles of Scientific Management, yang isinya :

1. Semua pekerjaan dapat diobservasi dan dianalisis guna menentukan satu cara
terbaik untuk menyelesaikannya.

2. Orang yang tepat untuk memangku jabatan dapat dipilih dan dilatih secara
ilmiah. 7

3. Kita dapat menjamin bahwa cara terbaik tersebut diikuti dengan menggaji
pemegang jabatan dengan dasar insetif yaitu menyamakan gaji dengan hasil
kerjanya.

4. Menempatkan manajer dalam perencanaan, persiapan dan pemeriksaan


pekerjaan.

d. Tahun 1930

1. Adanya depresi menyebabkan dasar-dasar manajemen diterapkan secara luas.


9

2. Dalam perkembangannyadibutuhkan manajemen pada semua tingkatan, sehinnga


diperlukan tenaga ahli dalam bidang manajemen. Hal ini membuka peluang bagi
universitas, lemabaga dan sekolah tinggi untuk menyelenggarakan perkuliahan atau
lokakarya dan sebagainya. (Mia Laksmiwati, 2006)

2.2 Fungsi Manajemen

1. Manajemen adalah fungsi manajemen adalah semua kegiatan yang dilakukan


manajer. Kegiatan tersebut bermacam-macam tergantung jenis perusahaan, produk,
kebijaksaan dan lain-lain. Meskipun demikian tugas manajer ada persamaanya yaitu :

a. Menetapkan tujuan baik yang belum maupun yang khusus

b. Menetapkan kebijaksaan kegiatan

c. Merencanakaan kegiatan untuk mencapai tujuan

d. Mengorganisir fungsi-fungsi perusahaan

e. Memanfatkan sumber-sumber ekonomi

f. Melakukan pengendalian

2. Perencanaan : pemilihan sekumpulan kegiatan dan pemutusan selanjutnya apa yang


dilakukan, kapan, bagaimana, dan oleh siapa. Perencanaan yang baik dapat dicapai
dengan mempertimbangkan kondisi diwaktu yang akan datang.

Jadi perencanaan merupakan :

a.Pedoman dalam mencapai tujuan

b. Fungsi manajemen yang pertama-tama harus dilakukan

c.Proses yang tidak akan berakhir bila telah ditetapkan

d. Suatu yang “harus dibuat” bukan “sebaiknya dibuat”


10

1) Lingkup perencanaan meliputi persoalan-persoalan :

a. Apa yang akan dilakukan

b. Bagaimana melakukan

c. Kapan akan dilakukan

d. Di mana akan dilakukan

e. Mengapa melakukan

f. Siapa yang akan melakukan

2) Batasan perencanaan

a. Meramalkan : tentukan arah perusahaan akan menuju ke mana

b. Menentukan tujuan : tentukan hasil terakhir yang diinginkan

c. Merumuskan strategi : putusan bagaimana dan kapan hasil pencapaian

d. Menyusun laporan : tetapkan prioritas, urutan dan jadwal tindakan

e. Menyusun anggaran : alokasikan sumber ekonomi

f. Menetapakan prosedur : bakukan cara kerja

g. Merumuskan kebijakan : buatlah pedoman pelaksanaan tugas-tugas

3) Manfaat perencanaan

1. Merupakan petunjuk untuk bertindak

2. Merupakan media pengawasan

3. Membantu manajer mengantisipasi masalah potensial

4. Mengurangi kemungkinan adanya kesalahan

5. Menghemat biaya, waktu dan tenaga


11

4) Sisi negatifnya perencanaan

a. Untuk membuat rencana kadang dibutuhkan waktu, dana dan tenaga yang tidak
sedikit. Sehingga banyak perusahaan tidak meembut rencana, apalagi jika
perusahaan tersebut membutuhkan keuntungan yang tidak sedikit. Mereka
beranggapan tanpa rencanapun sudah mendapatkan keuntungan.

b. Kadang manajer hanya berkonsentrasi pada tujuan yang sudah pasti dapat
dicapai dengan kata lain ia takut gagal sehingga ia menghindari peluang yang
sebenarnya potensial tetapi mengandung resiko, sehingga terkadang kurang
tergali daya juang, kreativitas dan profesionalismenya.

5) Penyusunan rencana

a. Menetapakan tujuan

b. Menyusun anggapan

c. Menentukan berbagai alternatif tindakan

6) Mengambil keputusan

a. Pengambilan keputusan harus bersifat rasional, baik dan tepat waktu

b. Proses pengambilan keputusan yaitu

1. Menetapakan masalah

2. Menemukan faktor-faktor yang penting dalam msalah tersebut yang dapat


digunakan ntuk memecah masalah

3. Meneliti informasi untuk menemukan hubungan sebab akibat

4. Mengidentifikasi dan menyusun daftar berbagai kemungkinan pemecahan


masalah

5. Menyelidiki dan menilai setiap kemungkinan pemecahan masalah

6. Memilih pemecahaan yang paling baik


12

7. Melaksanakan keputusan

7) Menyusun rencana pendukung

Setelah diputuskan rencana yang akan dilaksanakan selanjutnya dibuat pula rencana
atau langkah guna mendukung pencapaian rencana induk.

3. Pengorganisasian

a. Pengorganisasian adalah suatu usaha menyusun komponen-komponen


pokokorganisasi yaitu personalia, fungsi dan faktor-faktor fisik sedemikian rupa
sehingga dapat dipakai sebagai sarana untuk mencapai tujuan.

4. Pengarahan

a. Pengarahan adalah aspek hubungan manusiawi dalam pimpinan yang mengikat


para bawahan untuk bersedia mengerti dan menyumbangkan tenaganya secara
efektifitas dan efisien untuk mencapai tujuan..

b. Prinsip :

1. Mengarah pada tujuan

2. Keharmonisan dengan tujuan

3. Kesatuan komando

c. Cara- cara pengarahan

1) Orientasi

2) Perintah

3) Delegasi wewenang

5. Pengkoordinasian
13

Suatu proses pengintegrasian, sasaran dan kegiatan-kegiatan yang terpisah dalam rangka
mencapai tujuan secara efisien. Tanpa koordinasi individu, dan bagian atau divisi akan
kehilangan pedoman atas peran mereka dalam organisasi.

Syarat agar koordinasi dapat berjalan dengan baik :

a. Organisasi yang sederhana dengan system dan prosedur yang jelas

b. Sistem komunikasi yang baik

c. Umpan balik secara formal maupun informal

6. Pengendalian

Untuk mengetahui hasil yang telah dicapai dengan membandingkan dengan standar atau
rencana serta dapat melakukan perbaikan jika terjadi penyimpangan. Pengendalian perlu
dilakukan ada setiap tahap agar segera dapat diketahui gejala penyimpangan sehingga
tindakan korektif atau tindakan preventif dapat dilakukan. Jadi pengendalian disini adalah
suatu proses untuk menjamin bahwa tujuan organisasi perusahaan dapat tercapai sesuai
dengan yang telah ditentukan. (Mia Laksmiwati, 2006)

2.3 Pengertian Logistik

Proses pengelolaan yang strategis terhadap pemindahan dan penyimpanan barang,


suku cadang dan barang jadi dari supplier, diantara fasilitas-fasilitas perusahaan dan kepada
para pelanggan. (Lukas Dwi Antara dan Rumsari Hadi Sumarto, 2005)

2.3.1 Tujuan Logistik

Menyampaikan barang jadi dan bermacam-macam material dalam jumlah yang tepat
pada waktu yang dibutuhkan, dalam keadaan yang dapat dipakai, ke lokasi di mana ia
dibutuhkan dan dengan total biaya yang rendah. (Lukas Dwi Antara dan Rumsari
Hadi Sumarto, 2005)
14

2.3.2 Perencanaan Logistik

Perencanaan merupakan kegiatan pemikiran, penelitian, perhitungan dan


perumusan tindakan-tindakan yang akan dilakukan di masa yang akan datang, baik
berkaitan dengan kegiatan-kegiatan operasional dalam pengelolaan logistik,
penggunaan logistik, pengorganisasian maupu pengendalian logistik.

2.3.3 Pengawasan Logistik

Pengawasan merupakan setiap upaya untuk menjaga pelaksanaan setiap tindakan


dan kegiatan dalam pengelolaan logistik sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan,
baik berkaitan dengan pemakaian atau penggunaan logistik, proses maupun hasil atau
keluaran (output) pengelolaan logistik. (Lukas Dwi Antara dan Rumsari Hadi
Sumarto, 2005)

2.3.4 Pengadaan Logistik

Pengadaan merupakan serangkaian kegiatan untuk menyediakan logistik sesuai


dengan kebutuhan, baik berkaitan dengan jenis dan spesifikasi, jumlah, waktu maupun
tempat dengan harga dan sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. (Richardus Eko
Indrajit dan Richardus Djokopranoto, 2003)

2.3.4.1 Cara-Cara Pengadaan

1. Membeli

Membeli merupakan cara pemenuhan kebutuhan logistik dengan jalan


organisasi membayar sejumlah uang tertentu kepada penjual atau supplier
untuk mendapatkan sejumlah logistik sesuai dengan kesepakatan kedua
belah pihak.

2. Meminjam
15

Meminjam merupakan cara pemenuhan kebutuhan logistik yang diperoleh


dari pihak lain dengan tanpa memberikan kontraprestasi (imbalan) dalam
bentuk apapun.

3. Menyewa

Menyewa merupakan cara pemenuhan kebutuhan logistik yang diperoleh


dari pihak lain dengan memberikan kontraprestasi (imbalan) sesuai
kesepakatan kedua belah pihak.

4. Membuat Sendiri

Membuat sendiri merupakan cara pemenuhan kebutuhan logistik dengan


jalan membuat sendiri yang dilakukan pleh pegawai atau suatu unit kerja
tertentu.

5. Menukarkan

Menukarkan merupakan cara pemenuhan kebutuhan logistik dengan jalan


menukarkan logistik yang dimiliki dengan logistik yang dibutuhkan
organisasi dari pihak lain.

6. Subsitusi

Subsitusi merupakan cara pemenuhan kebutuhan logistik dengan cara


mengganti material lain yang memiliki fungsi sama untuk memenuhi suatu
kebutuhan tertentu.

7. Pemberian atau Hadiah

Pemberian (hadiah) merupakan cara pemenuhan kebutuhan logistik dengan


menggunakan logistik yang merupakan pemberian atau hadiah dari pihak
lain.

8. Perbaikan atau Rekondisi


16

Perbaikan merupakan cara pemenuhan logistik dengan jalan memperbaiki


logistik yang telah mengalami kerusakan, baik dengan perbaikan satu unit
logistik maupun dengan jalan penukaran instrumen yang baik diantara
instrumen logistik yang rusak sehingga instrumen-instrumen yang baik
tersebut dapat disatukan dalam satu unit atau beberapa unit logistik dan pada
akhirnya satu atau beberapa unit logistik tersebut dapat dioperasikan dan
kebutuhan logistik dapat dipenuhi.

2.3.4.2 Sistem Pengadaan Logistik

1. Sistem Sentralisasi

Kewenangan pengadaan logistik bagi seluruh unit kerja dalam organisasi


diberikan pada suatu unit kerja tertentu.

Kelebihan :

a. Dapat mengurangi harga persatuan.

b. Dapat mengurangi biaya tambahan.

c. Dapat mendukung program standarisasi dan pertukaran antar bagian

Kekurangan :

a. Kebutuhan mendesak tidak dapat dilayani

b. Pemenuhan kebutuhan logistik tidak sesuai kebutuhan

2. Sistem Desentralisasi

Kewenangan pengadaan logistik bagi seluruh unit kerja dalam organisasi


diberikan pada masing-masing unit kerja.
17

Kelebihan :

a. Kebutuhan akan cepat terpenuhi.

b. Ketepatan pembelian logistik

Kekurangan :

a. Menimbulkan tertumpuknya barang-barang.

b. Terdapat bermacam-macam bentuk, tipe, ukuran logistik.

c. Biaya persatuan lebih besar.

d. Biaya tambahan relatif lebih besar.

3. Sistem Campuran

Logistik yang dibutuhkan oleh seluruh unit kerja atau beberapa unit kerja
pengadaan logistik dengan sistem sentralisasi dan yang bersifat khusus
untuk suatu unit kerja dilakukan dengan sistem desentralisasi. (Richardus
Eko Indrajit dan Richardus Djokopranoto, 2003).

2.3.4.3 Perencanaan Pengadaan dan Penentuan Kebutuhan

Dalam upaya menentukan dan menetapkan kebutuhan logistik, ada beberapa


faktor yang harus senantiasa diperhatikan dan dipertimbangkan, antara lain :

1. Faktor Fungsional
2. Faktor Biaya dan Manfaat
3. Faktor Anggaran
18

4. Faktor keamanan dan Kewibawaan (Prestise)


5. Faktor Standardisasi dan Normalisasi

2.3.4.4 Pengadaan Logistik dengan Cara Pembelian

1. Tujuan atau Orientasi Pembelian

2. Siklus Pembelian dan Pengelolaan Administrasi

2.3.5 Pencatatan Logistik

2.3.5.1. Pengertian dan Manfaat Inventarisasi Logistik

Inventarisasi logistik merupakan kegiatan untuk memperolah data atas


seluruh logistik yang dimiliki atau dikuasai atau diurus oleh organisasi, baik
yang diperoleh dari usaha pembuatan sendiri, pembelian,pertukaran, hadiah,
maupun hibah, baik berkaitan dengan jenis dan sfesifikasinya, jumlah, sumber,
waktu pengadaan, harga, tempat, dan kondisi, serta perubahan-perubahan yang
terjadi guna mendukung proses pengendalian dan pengawasan logistik, serta
mendukung efektivitas dan efisien dalam upaya pencapaian tujuan organisasi.
(Lukas Dwi Antara dan Rumsari Hadi Sumarto, 2005)

Adapun beberapa manfaat yang dapat diperoleh dengan dilakukannya


inventarisasi logistik secara baik, yaitu sebagai berikut :

1) Memberikan informasi atau keterangan bagi yang membacanya


2) Menjamin keamanan logistik
3) Memberikan masukan untuk pengambilan keputusan dalam manajemen
logistik
4) Sebagai alat pertanggungjawaban

2.3.5.2 Teknik Inventarisasi Barang dengan Kartu Barang


19

Yang dimaksud teknik inventarisasi barang dengan kartu barang adalah


cara pencatatan ( logistik ) dengan menggunakan kartu barang. Sementara itu,
kartu barang adalah suatu lembaran atau formulir yang berisi informasi suatu
barang dan secara fisik dibuat dari kertas yang relative tebal. Kartu barang
sendiri dapat dibedakan atas kartu barang untuk barang habis pakai dan kartu
barang untuk barang tahan lama.

1. Teknik inventarisasi untuk barang habis pakai


Beberapa ketentuan inventarisasi barang habis pakai diantaranya :

a. Setiap satu jenis barang dibuatkan satu barang kartu


b. Kartu barang di simpan dalam kotak atau file khusus, dan
diurutkan secara alfabetis sesuai dengan nama barang
c. Setiap ada perubahan jumlah logistik, baik karena adanya
pemasukan barang maupun pengeluaran barang harus secepatnya dicatat
d. Setiap kartu barang harus dapat menunjukkan persediaan barang
pada saat itu
e. Untuk unit pemakai barang, setiap ada pemasukan barang harus
disertai bukti penerimaan barang yang berupa Bon Pengeluaran Barang
atau Surat Penyerahan Barang atau Bon Gudang
f. Untuk unit penggudangan dan atau distribusi, setiap ada
pemasukan barang harus disertai bukti pemasukan barang yang dapat
berupa kuitansi, nota, surat pengantar barang, tanda terima, ataupun
berita acara penyerahan atau serah terima barang, di sampaing itu,
penting dicatat, atas tanggal masuk barang, sumber, jumlah, dan total
persediaan barang
g. Setiap bukti pemasukan barang maupun bukti pengeluaran barang
harus di beri nomor kode bukti yang diurutkan berdasarkan urutan
kronologis transaksi maupun pengeluaran barang guna mempermudah
untuk pengecekan barang
h. Bukti-bukti pemasukan barang disimpan dalam satu tempat atau
map khusus yang berisi bukti-bukti penerimaan logistik
20

i. Bukti-bukti pengeluaran barang harus disimpan dalam tempat atau


map khusus yang berisi bukti-bukti pengeluaran barang
2. Teknik Inventarisasi Untuk Barang Tahan Lama

Teknik Inventarisasi untuk barang tahan lama dengan menggunakan


sistem kartu barang ditujukan untuk kepentingan pemantauan atas keamana
dan keselamatan barang, biaya operasional barang, dan kondisi barang.

2.3.5.3 Buku Induk Barang Inventaris, Buku Golongan Barang inventaris,


dan Daftar Inventaris Ruangan

Buku induk barang inventaris merupakan buku yang dipakai untuk


mencatat semua barang inventaris adalah nomor urut, tanggal pembukuan, kode
barang, nama barang, sfesifikasinya, barang, jumlah, nama satuan, tahun
pembuatan, asal barang, tanggal penyerahan, keadaan barang, harga, dan
keterangan lain.

Kegiatan pencatatan ini merupakan kelanjutan dari proses pengadaan


logistik. Dalam kegiatan pencatatan barang inventaris ini harus disertakan bukti-
bukti pengadaan logistik yang dapat berupa kuitansi, nota, faktur, atau surat
pengantar barang, tanda terima, ataupun berita acara serah terima barang.

2.3.6 Penggudangan Logistik

2.3.6.1 Pengertian dan pedoman Penggudangan Logistik

Penggudangan merupakan serangkaian kegiatan pengurusan dalam


penyimpanan logistik mulai dari kegiatan penerimaan, pencatatan, pemasukan,
penyimpanan, pengaturan, pembukuan, pemeliharaan, pengeluaran, dan
pendistribusian sampai dengan kegiatan pertanggungjawaban pengelolaan
gudang (pembuatan laporan-laporan) dengan tujuan mendukung kontinuitas
21

kerja unit kerja, sekaligus mendukung efektivitas dan efisien organsasi secara
keseluruhan.

Pedoman untuk melakukan kegiatan penggudangan, diantaranya:

1. Menjaga kelancaran penerimaan dan pengeluaran logistik


2. Menjaga ketertiban administrasi penggudangan, baik untuk menjamin
keamanan barang maupun menyediakan peranti pertanggung jawaban
pengelolaan penggudangan
3. Melakukan penyimpanan logistik secara tepat sehingga logistik yang ada
mudah di cek, ditemukan, dan diambil
4. Melakukan pengaturan barang secara tepat sehingga mampu menjamin
keamanan dan keselamatan barang, petugas gudang maupun pihak-pihak
yang berkepentingan
5. Melakukan perawatan barang dengan baik sehingga barang dalam gudang
tidak sekadar sebagai barang persediaan, tetapi juga barang yang siap pakai
(ready for use) (Lukas Dwi Antara dan Rumsari Hadi Sumarto, 2005)

2.3.6.2 Kesalahan Umum dalam Penggudangan Logistik

Beberapa kesalahan umum dalam pengelolaan penggudagan, diantaranya :

1. Memperlakukan, memanfaatkan dan memfungsikan gudang sebagai “bak


sampah” sehingga logistik yang rusak, logistik yang tidak atau akan terpakai,
logistik persediaan, kardus-kardus dan kertas-kertas yang siap dijual secara
campur aduk semuanya dimasukkan ke dalam gudang
2. Sering kegiatan penggudangan ditangani ala kadarnya, tanpa perencanaan
yang baik, baik berkaiatan dngan tata cara, prosedur, maupun pengelolaan
administratifnya
3. Tidak diketahui jumlah persediaan logistik secara tepat karena tidak tertibnya
pencatatan dan distribusi logistik bagian gudang
4. Banyaknya logistik yang kadaluarsa karena kesalahan dalam pengeluaran
logistik
22

5. Banyaknya kerusakan logistik yang hilang, baik sebelum logistik masuk


gudang maupun setelah masuk gudang, baik karena ketidak profesionalan
petugas gudang maupun penyelewengan petugas gudang, baik secara
individual maupun bersama-sama dengan pihak lain
6. Lamanya pelayanan bagian penggudangan dalam distribusi logistik, baik
yang disebabkan ketidakprofesionalan petugas gudang, kesalahan dalam
penempatan dan perancangan tata ruang gudang yang ada, maupun sistem
distribusi logistik yang tidak tepat

2.3.6.3 Macam-Macam Gudang

Gudang merupakan bangunan yang memiliki tiga dimensi (panjang,


lebar, dan tinggi ), memiliki dinding dan atap, hanya petugas gudang yang boleh
masuk keluar gudang hanya untuk menyimpan logistik (barang).

Dilihat secara fisik gudang di bedakan kedalam dua bagian, diantaranya :

1. Gudang terbuka sering dibedakan atas gudang terbuka yang tidak diolah dan
gudang terbuka diolah. Gudang terbuka tidak diolah berupa suatu lapangan
terbuka, yang permukaannya hanya diartikan tanpa diperkeras.
Penggudangan gudang semacam ini tidak memakan biaya yang besar dalam
pemeliharaannya diperuntukkan hanya untuk logistik yang tidak terpengaruh
oleh perubahan cuaca atau hanya untuk penyimpanan yang sifatnya
sementara
2. Gudang semi tertutup atau sering disebut dengan istilah lumbung merupakan
bangunan yang beratap tanpa dinding-dinding ujung yang lengkap, dan
diperuntukkan untuk menyimpan logistik yang memerlukan pertukaran udara
maksimum serta tidak memerlukan perlindungan lengkap terhadap udara
Dilihat berdasarkan fungsi gudang dibedakan ke dalam dua bagian, diantaranya:
23

1. Dengan mendasarkan pembedaan fungsional, antara lain gudang


operasional, gudang perlengkapan, gudang pemberangkatan, dan gudang
musiman
2. Dengan mendasarkan pembedaan barang-barabg, antara lain gudang alat
tulis, gudang alat medis, gudang BBM, gudang tenun, gudang alat rumah
tangga, gudang teknik, maupun gudang barang rongsokan

2.3.6.4 Tata Ruang Gudang

1. Asas Jarak Terpendek


Ruangan seyogianya bisa dipergunakan sebaik mungkin sehingga
pelaksanaan kegiatan pengaturan barang dalam gudang dapat melewati jarak
yang sependek mungkin

2. Asas Mengalirnya Kegiatan


Pelaksanaan kegiatan pengaturan barang diusahakan dengan urutan yang
teratur dari satu tempat ke tempat yang lain dengan berurutan, baik dengan
metode FIFO ( First In Firs Out ) yaitu pengaturan barang yang lebih dahulu
masuk gudang, harus dikeluarkan pada urutan pertama pila atau metode
LIFO ( Last In First Out ) yakni pengaturan barang yang terakhir masuk
dalam gudang tetapi pertama kali dikeluarkan dari gudang

3. Asas Memudahkan Pengawasan


Penataan ruangan haruslah dapat membantu mempermudah pengawasan
atas pelaksanaan pengeturan barang

4. Asas Fleksibilitas Ruangan


Penataan barang dalam gudang diusahakan sedemikian rupa sehingga bila
ada gangguan ruangan akan mudah disesuaikan dengan kebutuhan

5. Asas Kemudahan Berhubungan Dengan luar


24

Penataan barang-barang yang frekuensinya sering dipakai


seyogyanya diletakkan ditempat yang langsung berhubungan dengan pihak
luar

2.3.6.5 Administrasi Penggudangan

Dalam kegiatan penggudangan harus ada Buku Penerimaan


Gudang, Buku Pengeluaran Gudang, Kartu Persediaan/stock, Bon
Permintaan Barang, dan Surat Penyerahan Barang.

1) Buku Penerimaan Gudang


Buku penerimaan gudang merupakan buku yang terdiri dari lembaran-
lembaran yang memuat informasi berkaitan dengan penerimaan logistik
yang meliputi jenis dan spesifikasi logistik, tanggal penerimaan,
jumlah, nilai logistik yang meliputi harga persatuan dan jumlah total,
dan asal barang

2) Buku Pengeluaran Gudang


Buku pengeluaran gudang merupakan buku yang terdiri atas lembaran-
lembaran yang memuat informasi berkaitan dengan pengeluaran
logistik yang meliputi jenis dan spesifikasi logistik, tanggal
pengeluaran, jumlah pengeluaran logistik, dan penerima logistik

3) Kartu Persediaan atau stock


Kartu persediaan barang merupakan formulir atau lembaran untuk
mencatat perubahan-perubahan jumlah persediaan logistik karena
adanya pemasukan dan pengeluaran logistik. Adapun informasi yang
harus tertuang dan tertulis dalam kartu persediaan logistik meliputi
jenis dan spesifikasi logistik, tanggal pemasukan atau pengeluaran
logistik, kode nomor surat bukti pemasukan atau pengeluaran, asal atau
tujuan logistik, jumlah pemasukan atau pengeluaran, dan jumlah sisa
(persediaan logistik )
25

4) Bon Permintaan Barang


Bon permintaan barang merupakan lembaran atau formulir permintaan
kebutuhan logistik dari setiap unit kerja dalam organisasi berkaitan
dengan jenis dan spesifikasi logistik serta jumlah logistik yang
ditujukan kepada bagian gudang

5) Surat Penyerahan barang


Surat penyerahan barang merupakan surat bukti pengeluaran atau
penyerahan barang dengan jenis dan spesifikasi tertentu serta jumlah
tertentu oleh bagian gudang kepada unit kerja tertentu pada waktu
tertentu. Surat penyerahan barang baru dinyatakan sah apabila
ditandatangani oleh :

1) Yang menyetujui

2) Yang menyerahkan

3) Yang menerima barang

2.3.7 Pendistribusian Logistik

2.3.7.1 Pengertian Distribusi Logistik

Distribusi logistik merupakan kegiatan dan usaha pengurusan dalam


penyelenggaraan penyaluran dan penyampaian kebutuhan logistik kepada unit-
unit kerja yang membutuhkan. Kegiatan distribusi logistik pada dasarnya
merupakan kelanjutan dari proses penyimpanan atau penggudangan logistik,
ataupun secara empirik merupakan satu bagian dari kegiatan penggudangan
logistik itu sendiri. (Lukas Dwi Antara dan Rumsari Hadi Sumarto, 2005)

2.3.7.2 Asas-Asas Penyaluran Logistik

1) Ketepatan jenis dan sfesifikasi logistik yang disampaikan


2) Ketepatan nilai logistik yang dismpaikan
3) Ketepatan jumlah logistik yang disampaikan
26

4) Ketepatan waktu penyampaian


5) Ketepatan tempat penyampaian
6) Ketepatan kondisi logistik yang disampaikan

Pemeliharaan Logistik

2.3.8.1 Arti Penting dan Tujuan Pemeliharaan Logistik

Pemeliharaan logistik adalah setiap kegiatan untuk mempertahankan


kondisi teknis, daya guna, dan daya hasil logistik, baik usaha yang bersifat
preventif maupun represif sehingga sehingga setiap logistik yang ada senantiasa
merupakan logistik yang siap pakai dan umur pemakaian logistik mencapai
batas waktu

Tujuan pemeliharaan logistik adalah menjamin setiap logistik yang ada


tetap mampu berfungsi sebagaimana mestinya sewaktu logistik tersebut
dibutuhkan sehingga kegiatan-kegiatan dalam organisasi tidak mengalami
hambatan maupun stagnasi.

2.3.8.2 Cara pemeliharaan Logistik

Secara umum, cara pemeliharaan atau perawatan logistik dapat dibedakan


atas cara perawatan preventif ( pencegahan ) dan cara perawatan represif.
Perawatan preventif merupakan cara perawatan logistik sebelum logistik
mengalami kerusakan. Sementara perawatan represif merupakan cara perawatan
logistik setelah logistik mengalami kerusakan.

Penghapusan Logistik

2.3.9.1 Pengertian Penghapusan logistik

Penghapusan logistik merupakan kegiatan pembebasan barang dari


pertanggungjawaban yang berlaku dengan alasan yang dapat
dipertanggungjawabkan. Secara lebih operasional, penghapusan logistik
27

merupakan pengakhiran fungsi logistik dengan pertimbangan-pertimbangan dan


argumentasi-argumentasi tertentu yang dapat dipertanggung jawabkan.

2.3.9.2 Beberapa Kriteria Untuk Penghapusan logistik

1) Logistik yang akan dihapus sudah sangat tua dan rusak


2) Logistik yang sudah ketinggalan zaman ( out of date )
3) Logistik yang berlebihan
4) Logistik yang hilang

2.3.9.3 Cara-cara Penghapusan Logistik

a. Dijual atau dilelang


b. Ditukarkan dengan logistik lain yang dibutuhkan oleh institusi
c. Dipindahkan
d. Dihibahkan
e. Pemanfaatan kembali ( recyle )
f. Dimusnakan

Pengertian Barang Milik Negara

Yang dimaksud BMN sesuai dengan pasal 1 butir 10 UU No 1 Tahun 2004 adalah
semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBN atau berasal dari perolehan
lainnya yang sah. BMN dimaksud dapat berada di semua tempat, tidak terbatas hanya
yang ada pada kementerian/lembaga, namun juga yang berada pada Perusahaan Negara
dan BHMN atau bentuk-bentuk kelembagaan lainnya yang belum ditetapkan statusnya
menjadi kekayaan negara yang dipisahkan. Sedangkan terhadap BMN yang statusnya
sudah ditetapkan menjadi kekayaan Negara yang dipisahkan diatur secara terpisah dari
ketentuan ini.
28

Barang Milik Negara memiliki fungsi yang sangat strategis dalam


penyelenggaraan pemerintahan tetapi dalam pelaksanaan pengelolaanya sarat dengan
potensi konflik kepentingan. Gambaran umum pengelolaan BMN selama ini adalah:

1. Belum lengkapnya data mengenai jumlah, nilai, kondisi dan status kepemilikannya
2. Belum tersedianya database yang akurat dalam rangka penyusunan Neraca Pemerintah.
3. Pengaturan yang ada belum memadai dan terpisah-pisah.
4. Kurang adanya persamaan persepsi dalam hal pengelolaan BMN.( Atikel Direktorat
Barang Milik Negara)

2.3.10.1 Pengelolaan Barang Milik Negara

Undang-undang No. 1 Tahun 2004 mengamanatkan pengelolaan BMN dituangkan dalam


bentuk Peraturan Pemerintah. Adapun pokok-pokok pengaturan pengelolaan BMN sesuai
Undang-undang dimaksud meliputi hal-hal sebagai berikut:

1. Adanya pemisahan peran antara pengelola dan pengguna (pasal 42, 43, dan 44 UU No.
1/2004), yang selanjutnya perlu pengaturan yang jelas mengenai hak dan kewajiban
antara pengelola dan pengguna;
2. Barang Milik Negara yang diperlukan bagi penyelenggaraan tugas pemerintahan
negara/daerah tidak dapat dipindahkan (Pasal 45 ayat (1) UU No. 1 Tahun 2004). Dengan
demikian, pemanfaatan BMN oleh pengguna diarahkan untuk penyelenggaraan Tupoksi
masing-masing.
3. Pemindahtanganan barang milik negara/daerah dilakukan dengan cara dijual,
dipertukarkan, dihibahkan, atau disertakan sebagai modal Pemerintah setelah mendapat
persetujuan DPR (Pasal 45 ayat (2) UU No. 1 Tahun 2004).
4. Persetujuan DPR sebagaimana dimaksud pada butir 3 di atas adalah untuk
pemindahtanganan BMN yang berupa tanah dan bangunan, dengan beberapa
pengecualian.
29

5. Penjualan BMN prinsipnya dilakukan dengan cara lelang, kecuali dalam hal-hal tertentu
yang pengaturan lebih lanjut diatur dalam peraturan pemerintah (Pasal 48 UU No. 1
Tahun 2004).
6. BMN yang berupa tanah yang dikuasai Pemerintah Pusat harus disertifikatkan atas nama
pemerintah Republik Indonesia yang bersangkutan (Pasal 49 ayat (1) UU No. 1 Tahun
2004). Yang perlu diatur lebih lanjut adalah apakah sertifikasi tanah tersebut atas nama
Pemerintah RI atau atas nama Pemerintah RI c.q Menteri Keuangan atau atas nama
Pemerintah RI c.q. instansi/ kementerian/lembaga pengguna , karena masing-masing
alternatif memiliki implikasi yang berbeda. Demikian juga untuk sertifikasi tanah-tanah
pemerintah daerah. Dalam kaitannya dengan sertifikasi tanah dalam penjelasan pasal 49
ayat (1) UU No. 1/2004 diamanatkan perlunya pengaturan pelaksanaan oleh Menteri
Keuangan selaku Bendaharawan Umum Negara berkoordinasi dengan lembaga yang
bertanggungjawab di bidang pertanahan;
7. Bangunan Milik Negara harus dilengkapi dengan bukti status kepemilikan dan
ditatausahakan dengan tertib (Pasal 49 ayat (2) UU No. 1/2004).
8. Khusus untuk tanah dan bangunan (pasal 49 ayat (3)) apabila tidak dimanfaatkan untuk
menunjang Tupoksi wajib diserahkan kepada Menteri Keuangan.
9. BMN dilarang untuk diserahkan kepada pihak lain sebagai pembayaran atas tagihan
kepada pemerintah pusat atau pemerintah daerah, dilarang digadaikan atau dijadikan
jaminan untuk mendapatkan pinjaman, dan dilarang untuk dilakukan penyitaan (Pasal 49
ayat (4) dan (5) serta pasal 50 huruf c dan d UU No. 1 Tahun 2004).
10. Ketentuan mengenai pedoman teknis dan administrasi pengelolaan BMN diatur dengan
peraturan pemerintah (Pasal 49 ayat (6) UU No. 1 Tahun 2004). ( Atikel Direktorat
Barang Milik Negara)
2.3.10.2 Landasan Pemikiran Pengelolaan BMN

Landasan-landasan pemikiran yang digunakan dalam pengaturan pengelolaan BMN meliputi:


30

1. Landasan Filosofi

Hakekat BMN merupakan salah satu unsur penting penyelenggaraan pemerintahan dalam
kerangka NKRI untuk mencapai cita-cita dan tujuan berbangsa dan bernegara sebagaimana
diamanatkan dalam Pembukaan UUD 1945. Oleh karena itu, pengelolaan BMN perlu dilakukan
dengan mendasarkan pada perturan perundang-undangan yang berlaku untuk menjamin
tercapainya cita-cita dan tujuan dimaksud.

2. Landasan Operasional

Landasan Operasional Pengelolaan BMN lebih berkaitan dengan kewenangan institusi atau
Lembaga Pengelola/Pengguna Barang milik negara, yang dapat dikemukakan sebagai berikut :

• Pengelolaan Kekayaan Negara yang bersumber pada pasal 33 ayat 3 UUD 1945 adalah
Negara adalah badan penguasa atas barang negara dengan hak menguasai dan bertujuan
untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Instansi pengelolanya adalah instansi
pemerintah departemen/LPND yang diberikan wewenang untuk itu. Tanah oleh Badan
Pertanahan Nasional, Tambang oleh Departemen Sumber Daya Mineral dan Energi, laut
dan kekayaannya oleh Departemen Kelautan dan sebagainya. Pengaturan atas
pengelolaan barang milik negara dalam ruang lingkup ini telah diatur dalam berbagai
undang-undang.
• Pengelolaan Barang milik negara yang bersumber pada pasal 23 UUD 1945 adalah
Negara sebagai Pemerintah Republik Indonesia yang dapat memiliki barang atau sesuatu
sebagai aset kekayaan pemerintah dengan tujuan untuk menjalankan roda pemerintahan.
Instansi pengelola adalah Presiden yang didelegasikan kepada Menteri Keuangan dan
instansi pengguna adalah kementerian negara/lembaga.
31

3. Landasan Yuridis

Acuan dasar dalam pengelolaan BMN tertuang dalam UU No. 17 Tahun 2003 dan UU No 1
Tahun 2004, khususnya Bab VII dan Bab VIII pasal 42 s/d pasal 50. Untuk itu seluruh Peraturan
Perundang-undangan yang ada perlu dikaji kembali termasuk penerapannya untuk disesuaikan
dengan acuan trsebut di atas.

4. Landasan Sosiologis

Rasa ikut memiliki ( sense of bilonging ) masyarakat terhadap BMN merupakan wujud
kepercayaan kepada pemerintah yang antara lain diwujudkan dalam bentuk keterlibatannya
dalam merawat dan mengamankan BMN dengan baik. Namun, masih ditemui adanya pandangan
sebagian anggota masyarakat bahwa BMN adalah milik rakyat secara bersama, yang diwujudkan
adanya usaha-usaha untuk memanfaatkan dan memiliki BMN tanpa memperhatikan kaidah-
kaidah hukum yang berlaku, misalnya penguasaan, penyerobotan, atau penjarahan tanah-tanah
negara. Pengaturan yang memadai mengenai pengelolaan BMN antara lain diharapkan dapat
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengamanan dan optimalisasi pendayagunaan BMN
dengan selalu mendasarkan pada kaidah-kaidah atau ketentuan yang berlaku. ( Atikel
Direktorat Barang Milik Negara)

2.3.10.3 Azas- azas Pengelolaan Barang Milik Negara

Pengelolaan BMN dilaksanakan dengan memperhatikan azas-azas sebagai berikut:

1. Azas fungsional
Pengambilan keputusan dan pemecahan masalah-masalah dibidang pengelolaan BMN
dilaksanakan oleh pengelola dan/atau pengguna BMN sesuai fungsi, wewenang, dan
tangung jawab masing-masing.
2. Azas kepastian hukum
Pengelolaan BMN harus dilaksanakan berdasarkan hukum dan peraturan perundang-
undangan, serta azas kepatutan dan keadilan.
32

3. Azas transparansi (keterbukaan)


Penyelenggaraan pengelolaan BMN harus transparan dan membuka diri terhadap hak dan
peran serta masyarakat dalam memperoleh informasi yang benar dan keikutsertaannya
dalam mengamankan BMN.
4. Efisiensi
Penggunaan BMN diarahkan sesuai batasan-batasan standar kebutuhan yang diperlukan
untuk menunjang penyelenggaraan Tupoksi pemerintahan secara optimal.
5. Akuntanbilitas publik
Setiap kegiatan pengelolaan BMN harus dapat dipertaggungjawabkan kepada rakyat
sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara.
6. Kepastian nilai
Pendayagunaan BMN harus didukung adanya akurasi jumlah dan nominal BMN.
Kepastian nilai merupakan salah satu dasar dalam Penyusunan Neraca Pemerintah dan
pemindahtanganan BMN. ( Atikel Direktorat Barang Milik Negara)

BAB III

Mekanisme Pelaksanaan Pengalaman Belajar lapangan II


33

3.1. Persiapan Dalam Kegiatan Yang Akan Dilakukan

a. Konsultasi dengan pembimbing akademik


b. Penentuan tempat atau institusi pelaksanaan kegiatan Pengalaman Belajar Lapangan
(PBL)
c. Pengurusan surat izin di institusi Pengalaman Belajar Lapangan ( PBL )
d. Penyusunan proposal Pengalaman Belajar Lapangan

3.2. Perencanaan Pemecahan Masalah

a. Konsultasi dengan pembimbing akademik dan lapangan.


b. Membandingkan dengan literatur dan berbagai penelitian yang telah ada.
c. Melakukan diskusi dan evaluasi kelompok.

3.3. Pelaksanaan

a. Tempat atau lokasi (PBL)


Tempat atau lokasi PBL dilaksanakan di Rumah Sakit Bhayangkara Selapa POLRI Jl.
Ciputat Raya no. 40 Keb.Lama, Jakarta Selatan 12310

b. Waktu
Pelaksanaan kegiatan PBL dilaksanakan selama 28 hari kerja (Senin s/d Jumat).
Lama kerja 5 jam perhari.dan akan bekerja selama 20 hari atau sesuai dengan jadwal
yang telah disusun dan disetujui sebelumnya. Dan peserta wajib terlibat langsung dalam
sistem yang ada diinstansi. Secara garis besar kegiatan yang akan dilaksanakan adalah
sebagai berikut:
30
31
a. Menempatkan diri sebagai mahasiswa yang sedang melakukan proses
pengalaman belajar lapangan, dengan tetap menjaga adab dan sopan santun,
berkenalan dengan pimpinan/ staf diinstansi termasuk memahami berbagai
prosedur tetap atau mekanisme yang berlaku didalam institusi.

b. Bekerja sesuai dengan jadwal kegiatan PBL II yang disusun oleh kelompok.
34

c. Mengumpulkan berbagai data primer dan sekunder dengan melakukan telaah


data yang ada dilapangan.

d. Menulis laporan kegiatan dalam buku laporan khusus dengan bimbingan


pembimbing lapangan.

BAB IV

Hasil Pelaksanaan Pengalaman Belajar Lapangan II

4.1 Gambaran Umum Rumah Sakit Bhayangkara Selapa Polri

4.1.1 Sejarah Rumah Sakit Bhyangkara Selapa Polri


35

Rumah Sakit Bhayangkara Selapa Polri terletak di Jl. Ciputat Raya no 40, Kebayoran
Lama, Jakarta Selatan. Dibangun di dalam komplek selapa lemdiklat diatas tanah seluas kurang
lebih 100.000m2 dengan konsep desain bernuansa modern. Rumah sakit Bhayangkara Selapa
Polri sebelumnya adalah poliklinik selapa yang secara berangsur-angsur dipersiapkan menjadi
rumah sakit selapa di lingkungan kepolisian Negara Republik Indonesia. Rumah sakit
Bhayangkara Selapa Pori memulai kegiatan oprasionalnya pada tahun 1980 dari sebuah
poliklinik sekpol yang dipimpin oleh kapten Dr.Tanti (almh).

Pada tahun 2006, sesuai keputusan kapolri no Pol:Kep/I/II/2006,tgl 9 Februari 2006 tentang
pembentukan Rs Bhayangkara Tk IV di lingkungan kepolisian Negara RI maka poliklinik selapa
polri ditetakan menjadi rumah sakit Bbhayangkara selapa Polri, dengan dikeluarkannya Sk
Poliklinik Selapa Polri mempersiapkan segala sesuatunya menjadi rumah sakit, maka dengan
keluarnya KEPUTUSAN KEPALA DINAS KESEHATAN PROPINSI DAERAH KHUSUS
IBUKOTA JAKARTA no:B/2121/IX/2006/Pusdokes,tgl 26 September 2006 maka secara legal
mendapat izin beroprasinya Rumah Sakit Bhayangkara Selapa Polri di Jakarta Selatan, yang
pada saat itu dipimpin oleh Dr.Maringan Simanjuntak, MN, MARS.

Pada tanggal 26 Juni 2007 atas prakarsa Kaselapa Polri Brigadir Jendral polisi Drs.Budi
Gunawan SH,Msi di bangun RS Bhayangkara Selapa Polri dua lantai, Dp.Ismail Affandy selaku
pemberi hibah merenovasi bangunan beserta sarananya ang diharapkan dapat mendukung
peningkatan kualitas penyelngaraan pendidian selapa polri khususnya dan masyarakat pada
umumnya.

Oktober 2008 pimpinan Rumah Sakit Bhayangkara selapa polri Kompol Dr.Sumidi.Sp B
menyerah tugaaskan kepada Kompol Drg.B.Dewanti,Mm. Dibawah pimpinan
Drg.B.Dewanti,Mm dilanjutkan peningkatan pengelolaan dan peningkatan mutu pelayanan
Rumah sakit dengan bertahap dalam berbagai aspek, nilai ketenagaan, sarana prasarana, sampai
dengan keuangan. Pelayanan kesehatan yang ada sampai
33 saat ini adalah Instalasi Gawat Darurat,
klinik spesialis, anak, bedah, penyakit dalam, kulit dan estetika,uit narkkoba, gigi mulut,
ortodontik serta pelayanan penunjang kesehatan. (Profil Rumah Sakit Bhayangkara selapa polri, 2009)
36

4.1.2 Keadaan Geografis

Rumah sakit Bhayangkara Selapa Polri berlokasi di Jl. Ciputat Raya no. 40 Keb. Lama,
Jakarta Selatan 12310. Batas wilayah Rumah Sakit Bhayangkara Selapa Polri sebelah timur
berbatasan dengan kompleks perumahan pekerjaan umum, sebelah utara berbatasan dengan JL
pondok pinang, sebelah selatan berbatasan dengan perumahan cirendeu dan sebelah barat
berbatasan dengan bintaro pesanggrahan.

4.1.3 Struktur Organisasi Rumah Sakit Bhayangkara selapa polri

Bagan atau struktur organisasi RS Bhayangkara selapa polri dibuat agar menjadi suatu kerangka
yang digunakan untuk menunjukan jenjang kekuasaan (level of authority) dan area
pertanggungjawaban (Rensponsibility Area) dari seluruh personil dalam Rumah Sakit
Bhayangkara selapa polri. Struktur organisasi Rumah Sakit Bhayangkara selapa polri dapat
dilihat pada gambar 4.1.3
37

Gambar 4.1.3

KARUMKIT
KAURMINTU Dan
INFORMASI/HUM
SMF KOMITE MEDIK SES RUMKIT AS
KA SUBBAG REN

KA SPI KA SUBBAG LOG

BENDAHARA NON
APBN KA SUBBAG PERS
KPRS & DIKLAT

KA SUBSI FOR dan


KA INST.FARMASI KA INST.PENUNJANG
PPT KASI DOKPOL
KA INST.PSRS KA SUBSI WATAH &
KA INST.RAWAT NKB
JALAN KA INST.REKAM
MEDIS KA SUBSI YANMED
KA INST.RAWAT INAP KASI YAN MED WAT
KASUBSI WAT

KASUBSI JANG MED


KASI JANG MEDUM
KASUBSI JANG UM

Sumber : profil Rumah Sakit Bhayangkara Selapa POLRI tahun 2010


38

Jajaran Direksi dan Manajer Rumah Sakit Bhatangkara Selapa Polri adalah sebagai berikut :

Karumkit : Drg. B. Dewanti, MM

Kaurmitu : AKP Parno SH

Subagren : Penata Cristin

Subaglog : Penda I Suhartati

Subagpers : Penda I Dian Puspitarini, S.Psi

Bendahara : PTT Azizah. AMD

Komdik : Dra. Meity sport

KSPI : Penata Jaya Sela Dwijaya

KPRS :Drg. Hani Andriani

Kasidopol : Penata Dr. Andi Chandra

Kasiporesikda PP :-

Narkoba :Mitra Drs. Aisyah

KasiyanMedWat :Penata Regina Nani. S

Kasubsi YanMed :Penda I Dr. Eta Wilda

Kasubsi Wad :Pengatur Lelingga, AMK

Kasubsi jan Medum :Penata Suaiyanti

Kasubsi JangMed :-

Kasubsi Jangum : Pengatur Eka Damayanti. AMK


39

4.1.4 Visi, Misi dan Motto Rumah Sakit Bhayangkara selapa Polri

4.1.4.1 Visi Rumah Sakit Bhayangkara Selapa Polri

Menjadi rumah sakit pilihan bagi masyarakat polri dan masyarakat umum
diwilayah selatan Jakarta.

4.1.4.2 Misi Rumah Sakit Bhayangkara Selapa Polri

1. Melayani masyarakat polri dan masyarakat umum dengan pelayanan yang


bermutu.

2. Meningkatkan dan melayani anggota/PNS POLRI dan siswa pendidikan di selapa


polri sehingga sehat samapta dan produktif.

3. Mingkatkan pendidikan dan pelatihan untuk pengembangan sumber daya manusia


ruah sakit Bhayangkara Selapa Polri.

4. Meningkatkan kebersamaan dan kesejahteraan personil rumah Sakit Bhayangkara


Selapa Polri .

5. Memberikan pelayanan medik unggulan di unit narkoba dan kosmetik medik

6. Melaksanakan dukungan operasional Polri secara optimal.

4.1.4.3 Motto Rumah Sakit Bhayangkara Selapa Polri


“Melayani dengan peduli dan sepenuh hati”

Tujuan

1. Terwujudnya pelayanan yang bermutu kepada masyarakat polri dan masyarakat umum

2. Meningkatkan pelayanan kepada anggota polri/PNS POLRI dan siswa pendidikan di


selapa polri sehingga sehat dan samapta dan produktif

3. Meningkatkan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia rumah sakit bhayangkara
selapa polri
40

4. Meningkatkan kebersamaan dan kesejahteraan personil rumah sakit bhayangkara selapa


polri

5. Terwujudnya pelayanan medik unggulan di umit narkoba dan kosmetik medic

6. Terlaksanya dukungan dan oprasional polri secara optimal.

4.1.5 Ketenagaan di Rumah Sakit Bhayangkara Selapa Polri


4.1.5.1 Sumber Daya Manusia Rumah Sakit Bhayangkara Selapa Polri

Tenaga Jm
Paramedis Non medis
Medis l
Pr Bea
Dr
d dr Pr w Ap An u Satp
Sp Bdn AA RM Rad Akpt CL lain
r g w gig tk alis ticia am
ur
i n
Polri - 1 - - - - - - - - - - - - - 2 3

PNS 2 2 1 6 1 1 - 2 - - - - - - - 3 18

PTT 5 3 - 10 - 1 1 2 1 - - - - - - 19 42
RS
Polp - - 6 - - - - - - 1 - - - - - - 7
us
Mitra - - 4 - - - - - - - - - - - - - 4
Mitra
- - 1 - - - - - - - 3 - - - - - 4
Lab
Mitra
4 - - - - - - - - - - - - - - 8 12
Nrkb
Mitra
ksmt
- - - - - - - - - - - 2 1 - - - 3
k
mdk
Mitra
- - - - - - - - - - - - - 3 6 - 9
SWM
1 10
∑ 6 12 16 1 2 1 4 1 1 3 2 1 3 6 32
1 2

Sumber :Profil Rumah Sakit Selapa Polri tahun 2010

4.1.6 Fasilitas Bangunan Rumah Sakit Bhayangkara Selapa Polri


Pada saat ini rumah sakit bhayangkara selapa polri, mempunyai kapasitas tempat tidur 41
tempat tidur dengan memberikan pelayanan sebagai berikut:

1. Instalasi gawat darurat (IGD)


41

Merupakan unit rumah sakit yang memberikan perawatan pertama kepada pasien. Unit
ini dipimpin oleh seorang dokter jaga dengan tenaga dokter ahli yang telah mendapat sertifikat
dan pengakuan dalam menangani PDG (pelayanan gawat darurat), yang kemudian bila
dibutuhkan akan merujuk pasen kepada dokter spesialis tertentu.

2. Rawat jalan

3. Poliklinik :

Melayani konsultasi dokter sesuai jadwal praktek, oleh dokter spesialis, Poli Umum,
Pelayanan dari jam 08.00 s/d 14.30, Poli Kebidanan Dan Kandungan, Melayani pemeriksaan
oleh dokter spesialis. Dilengkapi dengan meja periksa Ginekologi, USG.

4. Poli kesehatan ibu dan anak

5. poli penyakit dalam

6. Poli klinik jantung

7. Poliklinik bedah

Bedah umum, Bedah OBSGYN, Bedah Orthopaedi, Bedah Labioplasty.

8. Poliklinik kulit, kelamin dan estetika

Klinik kulit Rumah Sakit Bhayangkara Selapa Polri memberikan pelayanan perawatan bagi kulit
yang bermasalah dan ditangani oleh dokter spesialis kulit dan ahli kecantikan (beautician) yang
terlatih melayani: facial, injeksi keloit, injeksi Vitamin C, lontoforesis Vitamin C,
microdermabras, permajaan, menghilangkan bekas jerawat, menghilangkan kerut, tindakan
bedah listrik, (Cauther), chemical Pelling, mesotherapi Rolling Scar, mesoelectric Firming,
mesoelectric Wrinkle

9. Poliklinik gigi dan mulut

Klinik gigi dan mulut Rumah sakit Bhayangkara Selapa Polri dpat memenuhi semua kebutuhan
pelayanan gigi, pemulihan fungsi kunyah gigi maupun kcantikan gigi. Melayani : pencabutan
42

gigi (Exodonti), penambalan gigi (konservasi), pembersihan karang gigi (scalling), meratakan
gigi (orthodonti), oprasi gigi geraham terakhir (OD).

10. Poli akupuntur

11. Unit narkoba

Detoksifikasi Narkoba, intervensi, day Care Program, rehabilitasi padepokan Manteb,


After Care Center, after Care Maintance Program, program Peer Educator/ program
vocational therapy.

12. Fasilitas diagnostik medik

13. Laboratorium

Pemerikasaan Hematologi, pemeriksaan Urine, pemeriksaan Narkoba, pemeriksaan


Serologi, pemeriksaan Kimia darah, pemeriksaan Immunologi, pemeriksaan Bacteriologi
(BTA).

14. Radiologi

Unit radiologi melakukan pemeriksaan untuk membantu menegakkan diagnosa suatu


penyakit. Didukung penata rontgen melayani ( non Kontras Media, thorax, dental X-Ray).

15. Ekg (elektro kardio grafi)

16. USG

Fasilitas Penunjang Pelayanan Lain

a. Kamar Bersalin

b. Kamar Operasi

- Pelayanan kamar Bedah (OK)

- Ruang perawatan Bayi baru Lahir (Perinatologi)

- Farmasi
43

- Ambulance 24 jam

17. Medical Check Up

18. Rawat inap

Ruamah sakit Bhayangkara Selapa Polri memiliki kapasitas tempat tidur meliputi, kelas I,
kelas II, kelas III yang terdiri dari berbagai jenis kamar dan fasilitas

1. Kamar Kelas I

a. Tipe kamar : Alamanda

Perawatan : Umum

Fasilitas : 1 tempat tidur elektrik, over bade table/meja makan pasien,

bedside, meja dan kursi, televisi, kamar mandi, pendingin AC

2. Kamar Kelas II

a. Tipe Kamar : Anthurium

Perawatan : umum

Fasilitas : 4 tempat tidur, bedside table, televisi, kamar mandi didalam,

pendingin/AC, sofa

b. Tipe Kamar : Krisan, dahlia, yasmine, vanda

Perawatan : umum

Fasilitas : 2-4 tempat tidur, bedside table, kamar mandi

diluar, pendingin /AC, kursi.


44

11. Kamar kelas III

Tipe Kamar : Catleya, camellia, dendrobium , teletubis (anak)

Perawatan : umum

Fasilitas : 2-4 tempat tidur, bedside table, kamar mandi diluar, pendingin /AC, kursi

4.1.7 Tugas dan Tanggung jawab bagian Logistik


1. Menyiapkan administrasi yang berkaitan dengan dukungan logistik, fasilitas dan jasa:
a. Menyiapkan data IKMN inventaris Alkes dan non Alkes.
b. Menyiapkan administrasi lainnya yang diperlukan pimpinan
2. Membantu pemeliharaan fasilitas perkantoran meliputi gedung dan bangunan.
3. Menyelenggarakan kegiatan pengadaan, perencanaan, pendataan, pengecekan dan
pelaporan keadaan material logistik, perbekalan umum dan ranmor secara periodik,
baik harian, mingguan, bulanan, triwulan, semester, dan tahunan.
4. Merencanakan kegiatan pemeliharaaan ranmor baik R-2/ R-4 maupun ambulance
secara berkala.
5. Menyelenggrakan BMN bidang material kesehatan.
6. Dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada karumkit dan Sesrumkit.

BAB V

PEMBAHASAN
45

5.1 Perencanaan

Perencanaan barang dibagian logistik Rumah Sakit Bhayangkara Selapa Polri


dilakukan setiap tahun, namun dikarenakan hampir semua alat kesehatan ini di dropping dari
PUSDOKES Polri dan dalam prosesnya memerlukan waktu yang cukup panjang, maka
pengajuannya dilakukan dua tahun sebelum barang tersebut terealisasi di Rumah Sakit
Bhayangkara Selapa Polri. Dalam melakukan perencanaan logistik Alat kesehatan , setiap
unit Rumah Sakit Bhayangkara Selapa Polri menggunakan prinsip Bottom to Up (Laporan
Pengusulan Dari Bawah Keatas) yaitu dimana setiap unit atau setiap kepala bagian
mengusulkan suatu perencanaan barang yang dibutuhkan, yang kemudian diajukkan kepada
kepala bagian logistik. Perencanaan yang telah disusun diajukan kepada karumkit (Kepala
Rumah Sakit), untuk diserahkan ke SESPIMA Polri (Sekolah Staf Dan Pimpinan Pertama),
kemudian dilanjutkan ke MABES Polri (Markas Besar Polisi Republik Indonesia) dan
disampaikan ke Presiden atas persetujuan DPR (Dewan Perwakilan Rakyat) untuk diseleksi
sesuai mata anggaran pembelanjaan Negara.

Perencanaan alat kesehatan di instalasi Gawat Darurat

kepala bagian instalasi gawat darurat dan staf-stafnya melakukan rapat mengenai alat
kesehatan apa saja yang mereka butuhkan untuk tahun-tahun kedepan, kemudian dari informasi
yang didapatkan mereka membuat daftar prioritas kebutuhan alat kesehatan yang akan mereka
ajukan ke bagian logistic rumah sakit Bhayangkara selapa Polri.

5.2 Penganggaran
46

Alat-alat yang diajukan oleh rumah sakit Bhayangkara Selapa Polri dibuatkan anggaran oleh
PUSDOKES untuk kemudian diajukan ke MABES Polri yakni Kapolri Selaku Pengguna
Anggaran ( PA ), PA mendelegasikan kepada Kuasa Pengguna Anggaran ( KPA ) bidang
Materiil Kesehatan kepada PUSDOKKES Polri (Pusat Kedokteran Dan Kesehatan) untuk
dikelola dalam proses pengadaan barang dibidang Materiil Kesehatan dan Kedokteran
Kepolisian.

Seperti yang telah dijelaskan diatas maka dalam penganggaran, Rumah Sakit Bhayangkara
Selapa Polri tidak melakukan penggaran sendiri karena PUSDOKES Polri tidak memberikan
alokasi dalam bentuk dana kepada rumah sakit bhayangkara selapa, yang diberikan oleh
PUSDOKES adalah alat-alat kesehatan yang sebelumnya telah diajukan oleh rumah sakit.
Kalaupun ada alat-alat kesehatan yang dibeli sendiri oleh rumah sakit bhayangkara selapa itupun
hanya sedikit dan dalam keadaan mendesak sehingga tidak dibuatkan rencana anggaran.

5.2 Pengadaan

Pengadaan alat kesehatan Rumah Sakit Bhayangkara Selapa Polri :

• Dropping

Bersumber dari dropping PUSDOKKES Polri, yang dalam proses penerimaannya,


KASUBBAG LOG (Kepala Sub Bagian Logistik) Rumah Sakit menggunakan berita
acara. disertai foto kondisi barang saat penerimaan.

• Pembelian

Pembelian dilakukan jika ada kebutuhan yang mendesak dan tidak dapat di tunda,
maka biasanya rumah sakit tidak menunggu anggaran ataupun perencanaan terlebih
dahulu. Jadi bagian logistik langsung mengajukan kepada kepala rumah sakit dan
jika disetujui maka dilakukan pembelian alat kesehatan tersebut.

• Penukaran

Penukaran dilakukan apabila ada barang yang dipesan kondisinya tidak baik baik
fisik maupun fungsinya
47

5.4 Penyimpanan
43
Barang yang sudah diterima oleh rumah sakit disimpan dalam gudang logistik,
untuk dibuatkan kartu stok dan kartu label (terlampir). Namun dalam prakteknya
kelemahan di unit logistik rumah sakit bhayangkara selapa polri tidak diterapkannya
kartu label matkes. Sehingga tidak adanya pengkodean barang baik kode angka, kode
warna dan kode huruf.

5.5 Pendistribusian

Pendistribusian yang dilakukan cukup baik karena sudah sesuai dengan prosedur
yang telah dibuat. Prosedur pendistribusian barang di Rumah Sakit Bhyangkara Selapa
Polri dengan melakukan pengepakan matkes, surat izin keluar matkes, berita acara
pengujian dan penerimaan Matkes, dan lampiran berita acara pengujian dan penerimaan
Matkes (terlampir).

5.6 Pemanfaatan dan pemeliharaan


48

Barang yang telah diterima dimanfaatkan dan dipelihara sebaik mungkin oleh
unit-unit yang ada di rumah sakit bhayangkara selapa polri. Dalam Pemeliharaan yang
dilakukan di Rumah Sakit bhayangkara selapa polri sudah cukup baik dalam hal
membersihkan debu-debu di rak-rak penyimpanan alkes, dan mengkalibrasi alkes secara
berkala, seperti timbangan berat badan , tensi meter.

5.7 Pengendalian

Pengendalian yang dilakukan oleh rumah sakit bhayangkara selapa polri adalah
dengan melakukan inventarisasi, Inventarisasi yang baik dapat memberikan berbagai
pertimbangan dalam hal distribusi ataupun pengadaan. Tujuaan invetarisasi untuk
membandingkan antara catatan BMN dengan jumlah, nilai, harga, kondisi dan
keberadaan seluruh BMN yang dimiliki atau dikuasai oleh Unit Pengurus Barang (UPB)
dalam rangka tertib administrasi

a. Kriteria penetuan kondisi barang

1. Baik (B) :

- Apabila kondisi barang tersebut masih dalam keadaan utuh dan berfungsi
dengan baik

2. Rusak ringan (RR)

- Apabila kondisi barang tersebut msih dalam keadaan utuh tetapi kurang
berfungsi dengan baik. Untuk berfungsi dengan baik memerlukan
penggantian bagian utama/komponen pokok

3. Rusak Berat (RB)


49

- Apabila kondisi barang tersebut tidak utuh dan tidak berfungsi lagi atau
memerlukan perbaikan besar/penggantian bagian utama/komponen pokok,
sehingga tidak ekonomis untuk diadakan perbaikan

b. Tahapan dalam melaksanakan inventaris

1. Persiapan

a. Membentuk tim inventarisasi

Membagi tugaas dan menyusun jadwal pelaksanaan inventarisasi

b. Mengumpulkan dokumen BMN

c. Menyiapkan label sementara

d. Membuat denah ruangan, member nomor ruangan dan menentukan


pertanggung jawaban ruangan

e. Menyiapkan kertas kerja inventarisasi

2. Pelaksanaan

a. Menghitung jumlah BMN per sub-sub kelompok barang

b. Mencatat BMN kedalam kertas kerja inventarisasi

c. Menempelkan label sementara pada BMN yang telah dihitung

d. Menentukan kondisi BMN dengan criteria baik, rusak ringan atau


rusak berat.

e. Menyusun Laporan Hasil Inventarisasi (LHI)

f. Membandingkan LHI dengan dokumen BMN yang ada

g. Membuat daftar BMN yang tidak ditemukan, belum pernah dicatat dan
rusak berat
50

h. Menyampaikan LHI, daftar BMN yang tidak ditemukan, belum pernah


dicatat dan rusak berat ke penanggung jawab UPB untuk ditindak
lanjuti

Pengendalian di rumah sakit belum sepenuhnya berjalan sesuai dengan prosedur


karena dalam proses iventarisasi ada beberapa yang belum sesuai antara data digudang
logistik dengan barang yang ada ditiap unit rumah sakit. Hal ini dikarenakan laporan yang
diterima Kasubbag Log dari setiap unit tidak diperiksa secara langsung.

5.8 Penghapusan

Penghapusan di Rumah Sakit ini dilakukan jika ada barang yang sudah tidak berfungsi
atau sudah dalam kondisi sangat tua dan rusak berat ( RB ), lalu mengajukan
penghapusan barang selanjutnya mengisi berita acara pegujian keadaan matkes untuk
kemudian disetujui apakah matkes tersebut dapat dihapuskan atau belum dapat
dihapuskan. Adapun beberapa alternative untuk melakukan penghapusan matkes sebagai
berikut:

1. Dijual atau dilelang

2. Ditukar dengan matkes lain yang dibutuhan oleh institusi

3. Dipindahkan

4. Dihibahkan

5. Pemanfaatan kembali (recycle)


51

6. Dimusnahkan

5.9 Alur Logistik di Rumah Sakit Bhayangkara Selapa Polri

PERENCANAA
N
PENGANGGARA
PENGHAPUSAN
N

PEMANFAATAN
dan PENGENDALIAN
PEMELIHARAAN

PENDISTRIBUSIA
BAB VI PENGADAAN
N

PENUTUP
PENYIMPANAN
1.1 Simpulan

Dari hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa manajemen logistik pengelolaan


Barang Milik Negara ( BMN ) yang dilakukan di Rumah Sakit Bhayankara Selapa Polri
sudah cukup baik namun dalam pelaksanaannya terkadang masih ada yang belum sesuai
dengan prosedur yang telah ditetapkan, misalnya dalam proses inventarisasi karena bagian
logistik hanya memiliki seorang petugas maka dalam proses pendataannya hanya
mengandalkan informasi dari penanggung jawab setiap ruangan tanpa melihat langsung
sehingga hasil inventaris yang diperoleh berbeda antara data yang baru didapat dengan
laporan asset yang dimiliki oleh Subaglog rumah sakit. Kemudian dalam pendistribusian
barang tidak sesuai dengan tanggal yang sudah ditetapkan, barang datang satu hari setelah
tanggal yang ditentukan. Misalnya dalam pemesanan barang Alkes terkadang bisa maju hari
permintaan atau mundur hari pemintaan.
52

5.2 Saran

Sebaiknya sistem manajemen yang sudah ada diterapkan dengan baik agar tidak
terjadi kesalahan-kesalahan yang fatal. Dalam pengisian kartu stok barang Alkes harus sesuai
dengan jumlah barang yang ada. Sehingga data yang ada benar-benar valid, hal tersebut
dapat mempermudah dalam melakukan stok barang.

Diharapkan seluruh barang yang sudah ada diberikan kode,baik itu barang
dropping maupun barang hibah sehingga mempermudah dalam proses pendistribusian
barang. Dan sebaiknya diberikan penambahan staf pembantu di bagian logistik untuk
mengurangi beban kerja petugas logistik yang selama ini hanya dipegang oleh satu orang

Sebaiknya ruang logistik ditata sesuai dengan ketentuan yang ada agar telihat lebih rapi
dan memberikan suasana kerja yang nyaman.
48

You might also like