Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
Sebagai akibat dari makin majunya ilmu dan technology kedokteran serta makin
meningkatnya pendidikan, penghasilan serta kesadaran masyarakat terhadap kesehatan,
disamping mendatangkan banyak manfaat yang ditandai dengan makin meningkatnya mutu
pelayanan kesehatan serta status kesehatan masyarakat, ternyata juga mendatangkan banyak
masalah, salah satu dari masalah yang dimaksud yang memperhatikan semua pihak adalah
makin meningkatnya biaya kesehatan ( Health Cost). Mudah dipahami karena pelayanan
kesehatan apalagi dikelola oleh rumah sakit adalah usaha yang padat karya, padat teknologi
serta padat modal.
Dalam pengaturan pengelolaan Barang Milik Negara sesuai UU No. 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara, serta arah penyusunan pedoman pelaksanaan di bidang pengelolaan BMN,
sebagai tindak lanjut dari UU No. 1 Tahun 2004 adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas
beban APBN atau berasal dari perolehan lainnya yang sah, dalam pengelolaan BMN selama ini
adalah belum lengkapnya data mengenai jumlah, nilai, kondisi dan status
kepemilikannya,belum tersedianya database yang akurat dalam rangka penyusunan Neraca
Pemerintah pengaturan yang ada belum memadai dan terpisah-pisah kurang adanya persamaan
persepsi dalam hal pengelolaan BMN ( Atikel Direktorat Barang Milik Negara)
Rumah sakit sebagai mata rantai pelayanan kesehatan mempunyai fungsi utama
penyembuhan dan pemulihan kesehatan yang dilaksanakan secara terpadu dengan upaya
peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit sehingga merupakan pelayanan paripurna.
Agar operasional rumah sakit dapat berjalan efektif dan efisien, maka diperlukan manajemen
yang baik.
1
2
Salah satu faktor penunjang dalam pelayanan rumah sakit kepada masyarakat adalah Alat
kesehatan. Alat kesehatan tersebut harus dikelola dan dirawat dengan baik, agar tetap terjaga
dan dapat digunakan dalam jangka waktu yang panjang, sehingga rumah sakit dapat
meminimalisasi penganggaran alat kesehatan oleh karena itu diperlukannya manajemen
logistik yang baik.
Suatu rencana harus didukung oleh semua pihak, rencana yang dipaksakan akan sulit
mendapatkan dukungan bahkan sebagainya akan berakibat tidak lancar dalam
pelaksanaannya.dalam suatu kegiatan dari tahap persiapan, pelaksanaan sampai dengan
pencapaian tujuan (sasaran) di perlukan kerjasama yang terus menerus antara pimpinan/staf,
perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan dengan masing-masing kegiatan yang dilakukan
sesuai dengan uraian tugas masing-masing. Seluruh kegiatan diarah pada pencapaian tujuan
organisasi.
Fungsi pengadaan adalah proses untuk mengadakan obat dalam rangka memenuhi
kebutuhan obat di rumah sakit yang telah ditentukan dalam fungsi perencanaan. Fungsi
penyimpanan merupakan pelaksanaan penerimaan, penyimpanan, pengamatan mutu secara
fisik, pengendalian peresediaan, penanganan obat hilang dan rusak akibat penanganan
sebelumnya.
3
Fungsi penyimpanan sangat erat dengan pengelolaan gudang, yaitu suatu penyimpanan
barang yang mempunyai administrasi khusus, jelas batasan dan sistem pengamanannya
(Departemen Kesehatan RI, 1996).
Fungsi pemeliharaan adalah proses kegiatan untuk mempertahankan kondisi teknis, daya
guna dan daya hasil barang melalui pencegahan yang disebabkan kerusakan fisik dan
biologis. Fungsi penghapusan adalah kegiatan pembebasan barang dari pertanggungjawaban
yang seharusnya. Penghapusan barang dilakukan apabila barang telah rusak berat serta
barang sudah berumur.
Tidak tersedianya alat kesehatan yang dibutuhkan dalam kegiatan pelayanan kesehatan
akan mempengaruhi kinerja, berupa nilai tingkat layanan untuk memfasilitaskan setiap
ruangan yang dibutuhkan menjadi menurun. Hal ini akan menyebabkan pendapatan yang
hilang akibat ketidakmampuan pelayanan kesehatan menyediakan layanan sepenuhnya.
3. Diketahui proses pengadaan di Rumah Sakit Bhayangkara Selapa Polri Tahun 2010.
4. Diketahui proses penyimpanan logistik di Rumah Sakit Bhayangkara Selapa Polri
Tahun 2010.
5. Diketahui proses pendistribusian logistik di Rumah Sakit Bhayangkara Selapa Polri
Tahun 2010.
6. Diketahui proses pemanfaatan dan pemeliharaan logistik di Rumah Sakit
Bhayangkara Selapa Polri Tahun 2010.
7. Diketahui proses pengendalian logistik di Rumah Sakit Bhayangkara Selapa Polri
Tahun 2010.
8. Diketahui proses penghapusan logistik di Rumah Sakit Bhayangkara Selapa Polri
Tahun 2010.
1. Terlaksananya salah satu dari upaya untuk mengimplementasikan catur darma PTM
Muhammadiyah; yaitu akademik, penelitian, pengabdian masyarakat, dan Al- islam
dan Kemuhammadiyahan.
3. Menjadi bahan masukan yang penting bagi tersusunnya kurikulum yang sesuai
dengan kebutuhan nyata di lapangan.
6
2. Dapat bekerja sama dengan tenaga dosen akademik untuk memberi asupan yang
relevan dengan kegiatan manajemen maupun operasional di Rumah Sakit tempat
dilaksanakannya PBL II.
3. Dapat memperoleh asupan yang lebih luas melalui kegiatan seminar, lokarya, dan
lain sebagainya, khususnya dalam mencari solusi masalah yang dihadapi oleh
instansi.
4 . Dapat mengembangkan kemitraan dengan Fikes UHAMKA dan institusi lain yang
terlibat dalam PBL II, baik untuk kegiatan penelitian maupun pengembangan.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
d. Manajemen yang baik akan menggunakan waktu, tenaga dan modal dengan optimal
untuk mendapatkan hasil atau keuntungan maksimal. (Mia Laksmiwati, 2006)
c. Tahun 1885
Mempelajari metode kerja secara lebih ilmiah hingga terbit bukunya yaitu The
Principles of Scientific Management, yang isinya :
1. Semua pekerjaan dapat diobservasi dan dianalisis guna menentukan satu cara
terbaik untuk menyelesaikannya.
2. Orang yang tepat untuk memangku jabatan dapat dipilih dan dilatih secara
ilmiah. 7
3. Kita dapat menjamin bahwa cara terbaik tersebut diikuti dengan menggaji
pemegang jabatan dengan dasar insetif yaitu menyamakan gaji dengan hasil
kerjanya.
d. Tahun 1930
f. Melakukan pengendalian
b. Bagaimana melakukan
e. Mengapa melakukan
2) Batasan perencanaan
3) Manfaat perencanaan
a. Untuk membuat rencana kadang dibutuhkan waktu, dana dan tenaga yang tidak
sedikit. Sehingga banyak perusahaan tidak meembut rencana, apalagi jika
perusahaan tersebut membutuhkan keuntungan yang tidak sedikit. Mereka
beranggapan tanpa rencanapun sudah mendapatkan keuntungan.
b. Kadang manajer hanya berkonsentrasi pada tujuan yang sudah pasti dapat
dicapai dengan kata lain ia takut gagal sehingga ia menghindari peluang yang
sebenarnya potensial tetapi mengandung resiko, sehingga terkadang kurang
tergali daya juang, kreativitas dan profesionalismenya.
5) Penyusunan rencana
a. Menetapakan tujuan
b. Menyusun anggapan
6) Mengambil keputusan
1. Menetapakan masalah
7. Melaksanakan keputusan
Setelah diputuskan rencana yang akan dilaksanakan selanjutnya dibuat pula rencana
atau langkah guna mendukung pencapaian rencana induk.
3. Pengorganisasian
4. Pengarahan
b. Prinsip :
3. Kesatuan komando
1) Orientasi
2) Perintah
3) Delegasi wewenang
5. Pengkoordinasian
13
Suatu proses pengintegrasian, sasaran dan kegiatan-kegiatan yang terpisah dalam rangka
mencapai tujuan secara efisien. Tanpa koordinasi individu, dan bagian atau divisi akan
kehilangan pedoman atas peran mereka dalam organisasi.
6. Pengendalian
Untuk mengetahui hasil yang telah dicapai dengan membandingkan dengan standar atau
rencana serta dapat melakukan perbaikan jika terjadi penyimpangan. Pengendalian perlu
dilakukan ada setiap tahap agar segera dapat diketahui gejala penyimpangan sehingga
tindakan korektif atau tindakan preventif dapat dilakukan. Jadi pengendalian disini adalah
suatu proses untuk menjamin bahwa tujuan organisasi perusahaan dapat tercapai sesuai
dengan yang telah ditentukan. (Mia Laksmiwati, 2006)
Menyampaikan barang jadi dan bermacam-macam material dalam jumlah yang tepat
pada waktu yang dibutuhkan, dalam keadaan yang dapat dipakai, ke lokasi di mana ia
dibutuhkan dan dengan total biaya yang rendah. (Lukas Dwi Antara dan Rumsari
Hadi Sumarto, 2005)
14
1. Membeli
2. Meminjam
15
3. Menyewa
4. Membuat Sendiri
5. Menukarkan
6. Subsitusi
1. Sistem Sentralisasi
Kelebihan :
Kekurangan :
2. Sistem Desentralisasi
Kelebihan :
Kekurangan :
3. Sistem Campuran
Logistik yang dibutuhkan oleh seluruh unit kerja atau beberapa unit kerja
pengadaan logistik dengan sistem sentralisasi dan yang bersifat khusus
untuk suatu unit kerja dilakukan dengan sistem desentralisasi. (Richardus
Eko Indrajit dan Richardus Djokopranoto, 2003).
1. Faktor Fungsional
2. Faktor Biaya dan Manfaat
3. Faktor Anggaran
18
kerja unit kerja, sekaligus mendukung efektivitas dan efisien organsasi secara
keseluruhan.
1. Gudang terbuka sering dibedakan atas gudang terbuka yang tidak diolah dan
gudang terbuka diolah. Gudang terbuka tidak diolah berupa suatu lapangan
terbuka, yang permukaannya hanya diartikan tanpa diperkeras.
Penggudangan gudang semacam ini tidak memakan biaya yang besar dalam
pemeliharaannya diperuntukkan hanya untuk logistik yang tidak terpengaruh
oleh perubahan cuaca atau hanya untuk penyimpanan yang sifatnya
sementara
2. Gudang semi tertutup atau sering disebut dengan istilah lumbung merupakan
bangunan yang beratap tanpa dinding-dinding ujung yang lengkap, dan
diperuntukkan untuk menyimpan logistik yang memerlukan pertukaran udara
maksimum serta tidak memerlukan perlindungan lengkap terhadap udara
Dilihat berdasarkan fungsi gudang dibedakan ke dalam dua bagian, diantaranya:
23
1) Yang menyetujui
2) Yang menyerahkan
Pemeliharaan Logistik
Penghapusan Logistik
Yang dimaksud BMN sesuai dengan pasal 1 butir 10 UU No 1 Tahun 2004 adalah
semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBN atau berasal dari perolehan
lainnya yang sah. BMN dimaksud dapat berada di semua tempat, tidak terbatas hanya
yang ada pada kementerian/lembaga, namun juga yang berada pada Perusahaan Negara
dan BHMN atau bentuk-bentuk kelembagaan lainnya yang belum ditetapkan statusnya
menjadi kekayaan negara yang dipisahkan. Sedangkan terhadap BMN yang statusnya
sudah ditetapkan menjadi kekayaan Negara yang dipisahkan diatur secara terpisah dari
ketentuan ini.
28
1. Belum lengkapnya data mengenai jumlah, nilai, kondisi dan status kepemilikannya
2. Belum tersedianya database yang akurat dalam rangka penyusunan Neraca Pemerintah.
3. Pengaturan yang ada belum memadai dan terpisah-pisah.
4. Kurang adanya persamaan persepsi dalam hal pengelolaan BMN.( Atikel Direktorat
Barang Milik Negara)
1. Adanya pemisahan peran antara pengelola dan pengguna (pasal 42, 43, dan 44 UU No.
1/2004), yang selanjutnya perlu pengaturan yang jelas mengenai hak dan kewajiban
antara pengelola dan pengguna;
2. Barang Milik Negara yang diperlukan bagi penyelenggaraan tugas pemerintahan
negara/daerah tidak dapat dipindahkan (Pasal 45 ayat (1) UU No. 1 Tahun 2004). Dengan
demikian, pemanfaatan BMN oleh pengguna diarahkan untuk penyelenggaraan Tupoksi
masing-masing.
3. Pemindahtanganan barang milik negara/daerah dilakukan dengan cara dijual,
dipertukarkan, dihibahkan, atau disertakan sebagai modal Pemerintah setelah mendapat
persetujuan DPR (Pasal 45 ayat (2) UU No. 1 Tahun 2004).
4. Persetujuan DPR sebagaimana dimaksud pada butir 3 di atas adalah untuk
pemindahtanganan BMN yang berupa tanah dan bangunan, dengan beberapa
pengecualian.
29
5. Penjualan BMN prinsipnya dilakukan dengan cara lelang, kecuali dalam hal-hal tertentu
yang pengaturan lebih lanjut diatur dalam peraturan pemerintah (Pasal 48 UU No. 1
Tahun 2004).
6. BMN yang berupa tanah yang dikuasai Pemerintah Pusat harus disertifikatkan atas nama
pemerintah Republik Indonesia yang bersangkutan (Pasal 49 ayat (1) UU No. 1 Tahun
2004). Yang perlu diatur lebih lanjut adalah apakah sertifikasi tanah tersebut atas nama
Pemerintah RI atau atas nama Pemerintah RI c.q Menteri Keuangan atau atas nama
Pemerintah RI c.q. instansi/ kementerian/lembaga pengguna , karena masing-masing
alternatif memiliki implikasi yang berbeda. Demikian juga untuk sertifikasi tanah-tanah
pemerintah daerah. Dalam kaitannya dengan sertifikasi tanah dalam penjelasan pasal 49
ayat (1) UU No. 1/2004 diamanatkan perlunya pengaturan pelaksanaan oleh Menteri
Keuangan selaku Bendaharawan Umum Negara berkoordinasi dengan lembaga yang
bertanggungjawab di bidang pertanahan;
7. Bangunan Milik Negara harus dilengkapi dengan bukti status kepemilikan dan
ditatausahakan dengan tertib (Pasal 49 ayat (2) UU No. 1/2004).
8. Khusus untuk tanah dan bangunan (pasal 49 ayat (3)) apabila tidak dimanfaatkan untuk
menunjang Tupoksi wajib diserahkan kepada Menteri Keuangan.
9. BMN dilarang untuk diserahkan kepada pihak lain sebagai pembayaran atas tagihan
kepada pemerintah pusat atau pemerintah daerah, dilarang digadaikan atau dijadikan
jaminan untuk mendapatkan pinjaman, dan dilarang untuk dilakukan penyitaan (Pasal 49
ayat (4) dan (5) serta pasal 50 huruf c dan d UU No. 1 Tahun 2004).
10. Ketentuan mengenai pedoman teknis dan administrasi pengelolaan BMN diatur dengan
peraturan pemerintah (Pasal 49 ayat (6) UU No. 1 Tahun 2004). ( Atikel Direktorat
Barang Milik Negara)
2.3.10.2 Landasan Pemikiran Pengelolaan BMN
1. Landasan Filosofi
Hakekat BMN merupakan salah satu unsur penting penyelenggaraan pemerintahan dalam
kerangka NKRI untuk mencapai cita-cita dan tujuan berbangsa dan bernegara sebagaimana
diamanatkan dalam Pembukaan UUD 1945. Oleh karena itu, pengelolaan BMN perlu dilakukan
dengan mendasarkan pada perturan perundang-undangan yang berlaku untuk menjamin
tercapainya cita-cita dan tujuan dimaksud.
2. Landasan Operasional
Landasan Operasional Pengelolaan BMN lebih berkaitan dengan kewenangan institusi atau
Lembaga Pengelola/Pengguna Barang milik negara, yang dapat dikemukakan sebagai berikut :
• Pengelolaan Kekayaan Negara yang bersumber pada pasal 33 ayat 3 UUD 1945 adalah
Negara adalah badan penguasa atas barang negara dengan hak menguasai dan bertujuan
untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Instansi pengelolanya adalah instansi
pemerintah departemen/LPND yang diberikan wewenang untuk itu. Tanah oleh Badan
Pertanahan Nasional, Tambang oleh Departemen Sumber Daya Mineral dan Energi, laut
dan kekayaannya oleh Departemen Kelautan dan sebagainya. Pengaturan atas
pengelolaan barang milik negara dalam ruang lingkup ini telah diatur dalam berbagai
undang-undang.
• Pengelolaan Barang milik negara yang bersumber pada pasal 23 UUD 1945 adalah
Negara sebagai Pemerintah Republik Indonesia yang dapat memiliki barang atau sesuatu
sebagai aset kekayaan pemerintah dengan tujuan untuk menjalankan roda pemerintahan.
Instansi pengelola adalah Presiden yang didelegasikan kepada Menteri Keuangan dan
instansi pengguna adalah kementerian negara/lembaga.
31
3. Landasan Yuridis
Acuan dasar dalam pengelolaan BMN tertuang dalam UU No. 17 Tahun 2003 dan UU No 1
Tahun 2004, khususnya Bab VII dan Bab VIII pasal 42 s/d pasal 50. Untuk itu seluruh Peraturan
Perundang-undangan yang ada perlu dikaji kembali termasuk penerapannya untuk disesuaikan
dengan acuan trsebut di atas.
4. Landasan Sosiologis
Rasa ikut memiliki ( sense of bilonging ) masyarakat terhadap BMN merupakan wujud
kepercayaan kepada pemerintah yang antara lain diwujudkan dalam bentuk keterlibatannya
dalam merawat dan mengamankan BMN dengan baik. Namun, masih ditemui adanya pandangan
sebagian anggota masyarakat bahwa BMN adalah milik rakyat secara bersama, yang diwujudkan
adanya usaha-usaha untuk memanfaatkan dan memiliki BMN tanpa memperhatikan kaidah-
kaidah hukum yang berlaku, misalnya penguasaan, penyerobotan, atau penjarahan tanah-tanah
negara. Pengaturan yang memadai mengenai pengelolaan BMN antara lain diharapkan dapat
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengamanan dan optimalisasi pendayagunaan BMN
dengan selalu mendasarkan pada kaidah-kaidah atau ketentuan yang berlaku. ( Atikel
Direktorat Barang Milik Negara)
1. Azas fungsional
Pengambilan keputusan dan pemecahan masalah-masalah dibidang pengelolaan BMN
dilaksanakan oleh pengelola dan/atau pengguna BMN sesuai fungsi, wewenang, dan
tangung jawab masing-masing.
2. Azas kepastian hukum
Pengelolaan BMN harus dilaksanakan berdasarkan hukum dan peraturan perundang-
undangan, serta azas kepatutan dan keadilan.
32
BAB III
3.3. Pelaksanaan
b. Waktu
Pelaksanaan kegiatan PBL dilaksanakan selama 28 hari kerja (Senin s/d Jumat).
Lama kerja 5 jam perhari.dan akan bekerja selama 20 hari atau sesuai dengan jadwal
yang telah disusun dan disetujui sebelumnya. Dan peserta wajib terlibat langsung dalam
sistem yang ada diinstansi. Secara garis besar kegiatan yang akan dilaksanakan adalah
sebagai berikut:
30
31
a. Menempatkan diri sebagai mahasiswa yang sedang melakukan proses
pengalaman belajar lapangan, dengan tetap menjaga adab dan sopan santun,
berkenalan dengan pimpinan/ staf diinstansi termasuk memahami berbagai
prosedur tetap atau mekanisme yang berlaku didalam institusi.
b. Bekerja sesuai dengan jadwal kegiatan PBL II yang disusun oleh kelompok.
34
BAB IV
Rumah Sakit Bhayangkara Selapa Polri terletak di Jl. Ciputat Raya no 40, Kebayoran
Lama, Jakarta Selatan. Dibangun di dalam komplek selapa lemdiklat diatas tanah seluas kurang
lebih 100.000m2 dengan konsep desain bernuansa modern. Rumah sakit Bhayangkara Selapa
Polri sebelumnya adalah poliklinik selapa yang secara berangsur-angsur dipersiapkan menjadi
rumah sakit selapa di lingkungan kepolisian Negara Republik Indonesia. Rumah sakit
Bhayangkara Selapa Pori memulai kegiatan oprasionalnya pada tahun 1980 dari sebuah
poliklinik sekpol yang dipimpin oleh kapten Dr.Tanti (almh).
Pada tahun 2006, sesuai keputusan kapolri no Pol:Kep/I/II/2006,tgl 9 Februari 2006 tentang
pembentukan Rs Bhayangkara Tk IV di lingkungan kepolisian Negara RI maka poliklinik selapa
polri ditetakan menjadi rumah sakit Bbhayangkara selapa Polri, dengan dikeluarkannya Sk
Poliklinik Selapa Polri mempersiapkan segala sesuatunya menjadi rumah sakit, maka dengan
keluarnya KEPUTUSAN KEPALA DINAS KESEHATAN PROPINSI DAERAH KHUSUS
IBUKOTA JAKARTA no:B/2121/IX/2006/Pusdokes,tgl 26 September 2006 maka secara legal
mendapat izin beroprasinya Rumah Sakit Bhayangkara Selapa Polri di Jakarta Selatan, yang
pada saat itu dipimpin oleh Dr.Maringan Simanjuntak, MN, MARS.
Pada tanggal 26 Juni 2007 atas prakarsa Kaselapa Polri Brigadir Jendral polisi Drs.Budi
Gunawan SH,Msi di bangun RS Bhayangkara Selapa Polri dua lantai, Dp.Ismail Affandy selaku
pemberi hibah merenovasi bangunan beserta sarananya ang diharapkan dapat mendukung
peningkatan kualitas penyelngaraan pendidian selapa polri khususnya dan masyarakat pada
umumnya.
Oktober 2008 pimpinan Rumah Sakit Bhayangkara selapa polri Kompol Dr.Sumidi.Sp B
menyerah tugaaskan kepada Kompol Drg.B.Dewanti,Mm. Dibawah pimpinan
Drg.B.Dewanti,Mm dilanjutkan peningkatan pengelolaan dan peningkatan mutu pelayanan
Rumah sakit dengan bertahap dalam berbagai aspek, nilai ketenagaan, sarana prasarana, sampai
dengan keuangan. Pelayanan kesehatan yang ada sampai
33 saat ini adalah Instalasi Gawat Darurat,
klinik spesialis, anak, bedah, penyakit dalam, kulit dan estetika,uit narkkoba, gigi mulut,
ortodontik serta pelayanan penunjang kesehatan. (Profil Rumah Sakit Bhayangkara selapa polri, 2009)
36
Rumah sakit Bhayangkara Selapa Polri berlokasi di Jl. Ciputat Raya no. 40 Keb. Lama,
Jakarta Selatan 12310. Batas wilayah Rumah Sakit Bhayangkara Selapa Polri sebelah timur
berbatasan dengan kompleks perumahan pekerjaan umum, sebelah utara berbatasan dengan JL
pondok pinang, sebelah selatan berbatasan dengan perumahan cirendeu dan sebelah barat
berbatasan dengan bintaro pesanggrahan.
Bagan atau struktur organisasi RS Bhayangkara selapa polri dibuat agar menjadi suatu kerangka
yang digunakan untuk menunjukan jenjang kekuasaan (level of authority) dan area
pertanggungjawaban (Rensponsibility Area) dari seluruh personil dalam Rumah Sakit
Bhayangkara selapa polri. Struktur organisasi Rumah Sakit Bhayangkara selapa polri dapat
dilihat pada gambar 4.1.3
37
Gambar 4.1.3
KARUMKIT
KAURMINTU Dan
INFORMASI/HUM
SMF KOMITE MEDIK SES RUMKIT AS
KA SUBBAG REN
BENDAHARA NON
APBN KA SUBBAG PERS
KPRS & DIKLAT
Jajaran Direksi dan Manajer Rumah Sakit Bhatangkara Selapa Polri adalah sebagai berikut :
Kasiporesikda PP :-
Kasubsi JangMed :-
4.1.4 Visi, Misi dan Motto Rumah Sakit Bhayangkara selapa Polri
Menjadi rumah sakit pilihan bagi masyarakat polri dan masyarakat umum
diwilayah selatan Jakarta.
Tujuan
1. Terwujudnya pelayanan yang bermutu kepada masyarakat polri dan masyarakat umum
3. Meningkatkan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia rumah sakit bhayangkara
selapa polri
40
Tenaga Jm
Paramedis Non medis
Medis l
Pr Bea
Dr
d dr Pr w Ap An u Satp
Sp Bdn AA RM Rad Akpt CL lain
r g w gig tk alis ticia am
ur
i n
Polri - 1 - - - - - - - - - - - - - 2 3
PNS 2 2 1 6 1 1 - 2 - - - - - - - 3 18
PTT 5 3 - 10 - 1 1 2 1 - - - - - - 19 42
RS
Polp - - 6 - - - - - - 1 - - - - - - 7
us
Mitra - - 4 - - - - - - - - - - - - - 4
Mitra
- - 1 - - - - - - - 3 - - - - - 4
Lab
Mitra
4 - - - - - - - - - - - - - - 8 12
Nrkb
Mitra
ksmt
- - - - - - - - - - - 2 1 - - - 3
k
mdk
Mitra
- - - - - - - - - - - - - 3 6 - 9
SWM
1 10
∑ 6 12 16 1 2 1 4 1 1 3 2 1 3 6 32
1 2
Merupakan unit rumah sakit yang memberikan perawatan pertama kepada pasien. Unit
ini dipimpin oleh seorang dokter jaga dengan tenaga dokter ahli yang telah mendapat sertifikat
dan pengakuan dalam menangani PDG (pelayanan gawat darurat), yang kemudian bila
dibutuhkan akan merujuk pasen kepada dokter spesialis tertentu.
2. Rawat jalan
3. Poliklinik :
Melayani konsultasi dokter sesuai jadwal praktek, oleh dokter spesialis, Poli Umum,
Pelayanan dari jam 08.00 s/d 14.30, Poli Kebidanan Dan Kandungan, Melayani pemeriksaan
oleh dokter spesialis. Dilengkapi dengan meja periksa Ginekologi, USG.
7. Poliklinik bedah
Klinik kulit Rumah Sakit Bhayangkara Selapa Polri memberikan pelayanan perawatan bagi kulit
yang bermasalah dan ditangani oleh dokter spesialis kulit dan ahli kecantikan (beautician) yang
terlatih melayani: facial, injeksi keloit, injeksi Vitamin C, lontoforesis Vitamin C,
microdermabras, permajaan, menghilangkan bekas jerawat, menghilangkan kerut, tindakan
bedah listrik, (Cauther), chemical Pelling, mesotherapi Rolling Scar, mesoelectric Firming,
mesoelectric Wrinkle
Klinik gigi dan mulut Rumah sakit Bhayangkara Selapa Polri dpat memenuhi semua kebutuhan
pelayanan gigi, pemulihan fungsi kunyah gigi maupun kcantikan gigi. Melayani : pencabutan
42
gigi (Exodonti), penambalan gigi (konservasi), pembersihan karang gigi (scalling), meratakan
gigi (orthodonti), oprasi gigi geraham terakhir (OD).
13. Laboratorium
14. Radiologi
16. USG
a. Kamar Bersalin
b. Kamar Operasi
- Farmasi
43
- Ambulance 24 jam
Ruamah sakit Bhayangkara Selapa Polri memiliki kapasitas tempat tidur meliputi, kelas I,
kelas II, kelas III yang terdiri dari berbagai jenis kamar dan fasilitas
1. Kamar Kelas I
Perawatan : Umum
2. Kamar Kelas II
Perawatan : umum
pendingin/AC, sofa
Perawatan : umum
Perawatan : umum
Fasilitas : 2-4 tempat tidur, bedside table, kamar mandi diluar, pendingin /AC, kursi
BAB V
PEMBAHASAN
45
5.1 Perencanaan
kepala bagian instalasi gawat darurat dan staf-stafnya melakukan rapat mengenai alat
kesehatan apa saja yang mereka butuhkan untuk tahun-tahun kedepan, kemudian dari informasi
yang didapatkan mereka membuat daftar prioritas kebutuhan alat kesehatan yang akan mereka
ajukan ke bagian logistic rumah sakit Bhayangkara selapa Polri.
5.2 Penganggaran
46
Alat-alat yang diajukan oleh rumah sakit Bhayangkara Selapa Polri dibuatkan anggaran oleh
PUSDOKES untuk kemudian diajukan ke MABES Polri yakni Kapolri Selaku Pengguna
Anggaran ( PA ), PA mendelegasikan kepada Kuasa Pengguna Anggaran ( KPA ) bidang
Materiil Kesehatan kepada PUSDOKKES Polri (Pusat Kedokteran Dan Kesehatan) untuk
dikelola dalam proses pengadaan barang dibidang Materiil Kesehatan dan Kedokteran
Kepolisian.
Seperti yang telah dijelaskan diatas maka dalam penganggaran, Rumah Sakit Bhayangkara
Selapa Polri tidak melakukan penggaran sendiri karena PUSDOKES Polri tidak memberikan
alokasi dalam bentuk dana kepada rumah sakit bhayangkara selapa, yang diberikan oleh
PUSDOKES adalah alat-alat kesehatan yang sebelumnya telah diajukan oleh rumah sakit.
Kalaupun ada alat-alat kesehatan yang dibeli sendiri oleh rumah sakit bhayangkara selapa itupun
hanya sedikit dan dalam keadaan mendesak sehingga tidak dibuatkan rencana anggaran.
5.2 Pengadaan
• Dropping
• Pembelian
Pembelian dilakukan jika ada kebutuhan yang mendesak dan tidak dapat di tunda,
maka biasanya rumah sakit tidak menunggu anggaran ataupun perencanaan terlebih
dahulu. Jadi bagian logistik langsung mengajukan kepada kepala rumah sakit dan
jika disetujui maka dilakukan pembelian alat kesehatan tersebut.
• Penukaran
Penukaran dilakukan apabila ada barang yang dipesan kondisinya tidak baik baik
fisik maupun fungsinya
47
5.4 Penyimpanan
43
Barang yang sudah diterima oleh rumah sakit disimpan dalam gudang logistik,
untuk dibuatkan kartu stok dan kartu label (terlampir). Namun dalam prakteknya
kelemahan di unit logistik rumah sakit bhayangkara selapa polri tidak diterapkannya
kartu label matkes. Sehingga tidak adanya pengkodean barang baik kode angka, kode
warna dan kode huruf.
5.5 Pendistribusian
Pendistribusian yang dilakukan cukup baik karena sudah sesuai dengan prosedur
yang telah dibuat. Prosedur pendistribusian barang di Rumah Sakit Bhyangkara Selapa
Polri dengan melakukan pengepakan matkes, surat izin keluar matkes, berita acara
pengujian dan penerimaan Matkes, dan lampiran berita acara pengujian dan penerimaan
Matkes (terlampir).
Barang yang telah diterima dimanfaatkan dan dipelihara sebaik mungkin oleh
unit-unit yang ada di rumah sakit bhayangkara selapa polri. Dalam Pemeliharaan yang
dilakukan di Rumah Sakit bhayangkara selapa polri sudah cukup baik dalam hal
membersihkan debu-debu di rak-rak penyimpanan alkes, dan mengkalibrasi alkes secara
berkala, seperti timbangan berat badan , tensi meter.
5.7 Pengendalian
Pengendalian yang dilakukan oleh rumah sakit bhayangkara selapa polri adalah
dengan melakukan inventarisasi, Inventarisasi yang baik dapat memberikan berbagai
pertimbangan dalam hal distribusi ataupun pengadaan. Tujuaan invetarisasi untuk
membandingkan antara catatan BMN dengan jumlah, nilai, harga, kondisi dan
keberadaan seluruh BMN yang dimiliki atau dikuasai oleh Unit Pengurus Barang (UPB)
dalam rangka tertib administrasi
1. Baik (B) :
- Apabila kondisi barang tersebut masih dalam keadaan utuh dan berfungsi
dengan baik
- Apabila kondisi barang tersebut msih dalam keadaan utuh tetapi kurang
berfungsi dengan baik. Untuk berfungsi dengan baik memerlukan
penggantian bagian utama/komponen pokok
- Apabila kondisi barang tersebut tidak utuh dan tidak berfungsi lagi atau
memerlukan perbaikan besar/penggantian bagian utama/komponen pokok,
sehingga tidak ekonomis untuk diadakan perbaikan
1. Persiapan
2. Pelaksanaan
g. Membuat daftar BMN yang tidak ditemukan, belum pernah dicatat dan
rusak berat
50
5.8 Penghapusan
Penghapusan di Rumah Sakit ini dilakukan jika ada barang yang sudah tidak berfungsi
atau sudah dalam kondisi sangat tua dan rusak berat ( RB ), lalu mengajukan
penghapusan barang selanjutnya mengisi berita acara pegujian keadaan matkes untuk
kemudian disetujui apakah matkes tersebut dapat dihapuskan atau belum dapat
dihapuskan. Adapun beberapa alternative untuk melakukan penghapusan matkes sebagai
berikut:
3. Dipindahkan
4. Dihibahkan
6. Dimusnahkan
PERENCANAA
N
PENGANGGARA
PENGHAPUSAN
N
PEMANFAATAN
dan PENGENDALIAN
PEMELIHARAAN
PENDISTRIBUSIA
BAB VI PENGADAAN
N
PENUTUP
PENYIMPANAN
1.1 Simpulan
5.2 Saran
Sebaiknya sistem manajemen yang sudah ada diterapkan dengan baik agar tidak
terjadi kesalahan-kesalahan yang fatal. Dalam pengisian kartu stok barang Alkes harus sesuai
dengan jumlah barang yang ada. Sehingga data yang ada benar-benar valid, hal tersebut
dapat mempermudah dalam melakukan stok barang.
Diharapkan seluruh barang yang sudah ada diberikan kode,baik itu barang
dropping maupun barang hibah sehingga mempermudah dalam proses pendistribusian
barang. Dan sebaiknya diberikan penambahan staf pembantu di bagian logistik untuk
mengurangi beban kerja petugas logistik yang selama ini hanya dipegang oleh satu orang
Sebaiknya ruang logistik ditata sesuai dengan ketentuan yang ada agar telihat lebih rapi
dan memberikan suasana kerja yang nyaman.
48