Professional Documents
Culture Documents
Filsafat adalah usaha untuk secara rasionil dan sistematis mencari pemecahan atau jawaban atas
persoalan-persoalan yang menyakut universe (alam semesta) dan kehidupan manusia.
Filsafat menjawab pertanyaan seperti :
- Apakah azas-azas mendasari fakta?
- Apakah yang dapat saya ketahui ?
- Apakah azas-azas dari kehidupan ?
Fisafat merupakan pedoman bagi manusia dalam menetapkan sikap hidup dan tingkah laku.
Ilmu politik erat hubungannya dengan filsfat politik, yaitu bagian dari filsafat yang menyangkut kehidupan
politik terutama mengenai sifat hakiki, asal mula dan nilai (value) dari negara.
Dalam pandangan filsuf Yunani kuno, filsafat politik juga mencakup dan erat hubungannya dengan moral
philosofi dan etika (ecthics).
Sosiologi membantu sarjana ilmu politik dalam usaha memahami latar belakng, susunan dan pola kehidupan
sosial dari berbagai golongan dan kelompok dalam masyarakat.
Dengan menggukan pengertian dan teori-teori sosiologi, sarjana ilmu politik dapat mengetahui sampai dimana
susunan dan stratifikasi sosial mempengaruhi ataupun dipengaruhi oleh misalnya : keputusan kebijaksanaan
(policy decisions), corak dan sifat keabsahan politik (political legitimacy), sumber-sumber kewenangan politik
(sources of political authority), pengendalian sosial (social contol) dan perubahan sosial (social change)
Contohnya mengenai masalah perubahan dan pembaharuan, sosiologi menyumbang pengertian akan adanya
perubahan dan pembaharuan di dalam masyarakat yang juga akan mempengaruhi pada perubahan dalam pola-
pola kehidupan politik.
Baik sosiologi maupun ilmu politik mempelajari negara. Akan tetapi sosiologi menganggap negara sebagai
salah satu lembaga pengendalian sosial (agent of social control), dimana sosiologi menggambarkan bahwa pada
masyarakat yang sederhana maupun kompleks senantiasa terdapat kecenderungan untuk timbul proses
pengaturan atau pola-pola pengendalian tertentu yang formil maupun yang tidak formil.
Selain itu sosiologi melihat negara juga sebagai salah satu asosiasi dalam masyarakat dan memperhatikan
bagaimana sifat dan kegiatan anggota assosiasi itu mempengaruhi sifat dan kegiatan negara.
Jadi ilmu politik dan dan sosiologi sama dalam pandangannya bahwa negara dapat dianggap baik sebagai
asosiasi (kalau melihat manusia) maupun sebagai sistem pengendalian (system of control)
Hanya saja bagi ilmu politik negara merupakan obyek penelitian pokok. Sedangkan dalam sosiologi negara
hanya merupakan salah satu dari banyak asosiasi dan lembaga pengendalian dalam masyarakat.
Anthropologi
Pada masa yang silam, ilmu politik dan ilmu ekonomi merupakan suatu bidang ilmu tersendiri, yang dikenal
sebagai ekonomi politik (political ekonomy), yaitu pemikiran dan analisa kebijaksanaan yang hendak digunakan
guna memajukan kekuatan dan kesejahteraan negara inggris dalam menghadapi saingan-saingannya seperti
potugis, Spanyol, Perancis, Jerman dan sebagainya pada abad ke-18 dan ke-19.
Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan pada umumnya, ilmu tersebut kemudian memisahkan diri menjadi
dua lapangan yang mengkhususkan perhatian terhadap tingkah laku manusia yang berbeda-beda : ilmu politik
(political science) dan ilmu ekonomi (economics)
Pemikiran yang berpangkal tolak pada faktor kelangkaan (scarcity) menyebabkan ilmu ekonomi berorientasi
kuat terhadap kebijaksanaan yang rasionil, khususnya penentuan hubungan antara tujuan dan cara mencapai
tujuan yang telah ditentukan.
Karena hal tersebut ilmu ekonomi dikenal dengan ilmu sosial yang sangat Planning-oriented, pengaruhnya
meluas pada ilmu politik sebagaimana pengertian pembangunan ekonomi (economic development) telah
mempengaruhi pengertian pembangunan politik (political development)
Dalam mengajukan kebijkan atau siasat ekonomi tertentu, seorang sarjana ekonomi dapat bertanya kepada
seorang sarjana politik tentang politik manakah kiranya yang paling baik disusun guna mencapai tujuan
ekonomi tertentu.
Psykologi sosial adalah pengkhususan psikologi yang mempelajari hubungan timbal-balik antara manusia dan
masyarakat, khususnya faktor-faktor yang mendorong manusia untuk berperan dalam ikatan kelompok atau
golongan.
Psikologi sosial mengamati kegiatan manusia dari segi-segi ekstern (lingkungan sosial, fisik, peristiwa-
peristiwa, gerakan-gerakan masa) maupun dari segi intern (kesehatan fisik perorangan, semangat, emosi).
Dengan menggunakan dua analisa ini ilmu politik dapat menganalisa secara lebih mendalam makna dan
peranan “orang-orang kuat”, kondisi-kondisi sosial ekonomi serta ciri-ciri kepribadian yang memungkinkannya
memainkan peranan besar itu.
Ia menjelaskan bagaimana teknik-teknik “brainwashing” dalam propaganda dan indoktrinisasi politik serta
faktor-faktor yang membangkitkan perkembangan pemimpin-pemimpin kharismatik mempengaruhi proses
politik pada umumnya.
Psikologi sosial juga menjelaskan bagaimana
- Kepemimpinan resmi tidak resmi turut menentukan hasil putusan dalam kebijaksanaan politik dan
kenegaraan.
- Bagaimana sikap dan harapan dapat menghasilkan tingkah laku yang berpegang teguh pada tuntunan
sosial
- Bagaimana motifasi dapat meningkatkan produksi kerja
- Bagaimana nilai-nilai budaya yang telah lama diterima masyarakat dapat melahirkan tingkah-laku
politik yang stabil.
Selain memberikan padangan-pandangan baru dalam penelitian tentang kepemimpinan psikologi sosial dapat
pula menerangkan sikap reaksi kelompok terhadap keadaan yang dianggapnya baru, asing ataupun berlawanan
dengan konsensus masyarakat mengenai suatu gejala sosial tertentu.
Kondisi sosial juga menjelaskan pula kondisi-konsidi apa yang akhirnya dapat meredakan sikap dan reaksi
masyarakat terhadap gejala baru yang dihadapi.
Ilmu Bumi
Di negara-negara Benua Eropa ilmu hukum sejak masa dahulu banyak hubungannya dengan ilmu politik, oleh
karena mengatur dan memaksakan undang-undang (law enforcement) yang merupakan salah satu kewajiban
negara yang penting..
Cabang-cabang ilmu hukum yang khusus meneropong negara ialah hukum tata-negara (staatsrech, public law)
dan ilmu negara (staatslehre, general theory of the state).
Sarjana hukum melihat negara sebagai lembaga atau instituta, dan menganggap sebagai organisasi hukum
yang mengatur hak dan kewajiban manusia. Fungsi negara ialah menyelenggarakan penertiban, tetapi oleh ilmu
hukum penertiban ini dipandang semata-mata sebagai tata-hukum.
Seorang ahli ilmu politik lebih cenderung menganggap negara sebagai sistem of contorls, juga memandang
negara sebagai suatu asosiasi, atau kelompok manusia yang bertindak untuk mencapai beberapa tujuan bersama.
Dalam masyarakat terdapat banyak asosiasi, tetapi perbedaan antara negara dan asosiasi lainnya ialah bahwa
negara mempunyai wewenang untuk mengendalikan masyarakat dengan memakai kekerasan fisik.
Aliran yang meneliti negara dari sudut hukum semata –mata dipelopori oleh Paul Laband (1838-1918) dari
Jerman. Kemudian aliran fikiran ini diteruskan oleh sarjana Austria, Hans Kelsen, pendiri mazhab Wina.
Ia mengemukakan pandangan yuridis yang paling ekstrim menyamakan negara dengan tatahukum nasional
dan berpendapat bahwa problema-problema negara harus diselesaikan dengan cara normatif. Ia menolak untuk
memperhitungkn faktor sosiologis karena menurutnya mengaburkan analisa yuridis.
Disamping pandangan yang ekstrim yurudis ada juga sarjana hukum yang tidak a-priori menolak faktor-faktor
sosial. George Jellinek (1815-1911) yang sering disebut Bpak Ilmu Negara juga mendasarkan pandangannya
atas dasar yuridis, tetapi juga memandang perlu bahasan sosiologis. Ia mengemukakan “Zweiseiten Theorie”
yaitu bahwa negara perlu dibahas dari dua sudut yaitu :
a. Sudut Yuridis (Allgemeine Statsrechtslehre)
b. Sudut kemasyarakatan (Allgemeine soziale Staatslehre)
Pandangan ekstrim yuridis terlalu sempit dan kurang memuaskan untuk menganalisa negara
teristimewa negara-negara yang sedang berkembang. Ia hanya mendasarkan pandangannya atas negara yang
sudah teratur, yang homogen sifatnya dan sudah berjalan beberapa lama.