You are on page 1of 10

SIFAT, ARTI DAN HUBUNGAN ILMU POLITIK DENGAN ILMU PENGETAHUAN LAINNYA

A. Perkembangan dan Definisi Ilmu Politik


 Apabila ilmu politik dipandang sebagai salah satu cabang dari ilmu-ilmu sosial yang memiliki dasar, rangka
fokus dan ruang lingkup yang jelas, maka ilmu politik dapat dikatakan masih muda usianya karena baru lahir
pada akhir abad ke – 19.
 Akan tetapi apabila ilmu politik ditinjau dalam rangka yang lebih luas yaitu sebagai pembahasan secara rasional
dari berbagai aspek negara dan kehidupan politik maka ilmu politik dapat dikatakan jauh lebih tua umurnya
bahkan ia sering dinamakan ilmu sosial yang tertua di dunia. Pada taraf perkembangan itu politik banyak
bersandar pada sejarah dan filsafat.
 Di Yunani kuno misalnya, pemikiran mengenai negara sudah dimulai pada tahun 450 SM. Seperti terbukti
dalam karya-karya ahli sejarah Herodotus, atau filsuf-filsuf seperti Plato, Aristoteles, dan sebagainya. Di Asia
ada beberapa pusat kebudayaan, antara lain india dan China, yang telah mewariskan berbagai tulisan politik
yang bermutu. Tulisan dari India terkumpul antara lain dalam kesusasteraan Dharmasastra dan Arthasastra
yang berasal dari masa kira-kira 500 SM. Diantara filsuf China yang terkenal adalah Confusius (350 SM),
Mencius (350 SM) dan mazhab Legalists antara lain Shang Yang (350 SM). Di Indonesia beberapa karya tulis
yang membahas masalah sejarah dan kenegaraan, misalnya Negarakertagama yang ditulis pada masa Majapahit
sekitar abad ke-13 dan ke-15 Masehi dan Babad Tanah Jawi.
 Di negara-negara benua Eropa seperti Jerman, Austria, dan Prancis bahasan mengenai politik dalam abad ke-18
dan ke-19 banyak dipengaruhi oleh ilmu hukum dan karena itu fokus perhatiannya adalah negara semata-mata.
Bahasan mengenai negara termasuk dalam kurikulum fakultas Hukum sebagai mata kulian ilmu negara. Di
inggis permasalahan politik dianggap termasuk filsafat, terutama moral philosophy dan bahasannya dianggap
tidak terlepas dari sejarah. Akan tetapi dengan didirikannya Ecole Libre des Sciences Politiques di Paris (1870)
dan London School of Economics and Political Science (1985), ilmu politik untuk pertama kali di negara-negara
tersebut dianggap sebagai disiplin tersendiri yang patut mendapat tempat dalam kurikulum perguruan tinggi.
Namun pengaruh dalam ilmu-ilmu hukum, filsafat dan sejarah sampai perang dunia II masih tetap terasa.
 Perkembangan yang berbeda terjadi di Amerika Serikat. Mula-mula tekanan yuridis seperti yang terdapat di
Eropa mempengaruhi bahasan masalah politik, akan tetapi lama-lama timbul hasrat yang kuat untuk
membebaskan diri dari tekanan yuridis itu dan lebih mendasarkan diri pada pengumpulan data empiris.
Kebetula perkembangan selanjutnya bersamaan waktunya dengan perkembangan Sosiologi dan Psikologi
sehingga kedua cabang ilmu sosial ini banyak mempengaruhi metodologi dan terminologi ilmu politik. Pada
tahun 1858 seorang sarjana kelahiran Jerman, Francis Lieber diangkat sebagai guru besar dalam sejarah dan
ilmu politik di Columbia College dan kejadian ini di Amerika dianggap sebagai pengakuan pertama terhadap
ilmu politik sebagai ilmu tersendiri. Perkembangan selanjutnya berjalan secara cepat yang dapat dilihat juga
dari didirikannya American Political Science Assosiation (APSA) pada tahun 1904.
 Sesudah perang dunia II perkembangan ilmu politik semakin pesat. Hal tersebut disebabkan karena mendapat
dorongan kuat dari beberapa badan internasional terutaman UNESCO. Terdorong oleh tidak adanya

1 Pengantar Ilmu Politik (1)| Universitas Karimun 2010


keseragaman dalam terminologi dan metodologi dalam ilmu politik UNESCO pada tahun 1948
menyelenggarakan suatu survei mengenai kedudukan ilmu politik di kira-kira 30 negara.
B. Ilmu Politik Sebagai Ilmu Pengetahuan (Science)
 Adakalanya dipersoalkan apakah ilmu politik merupakan suatu ilmu pengetahuan atau tidak, dan disangsikan
apakah ilmu politik memenuhi syarat sebagai ilmu pengetahuan. Soal ini menimbulkan pertanyaan apakah yang
dinamakan ilmu pengetahuan (science) itu? Karakteristik ilmu pengetahuan adalah tantangan untuk menguji
hipotesis melalui eksperimen yang dapat dilakukan dalam keadaan terkontrol misalnya laboratorium.
Berdasarkan eksperimen-eksperimen itu ilmu-ilmu eksakta dapat memenuhi hukum-hukum yang dapat diuji
kebenarannya.
 Jika definisi ini dipakai sebagai patokan, maka ilmu politik serta ilmu-ilmu sosial lainnya belum memenuhi
syarat, karena sampai sekarang belum ditemukan hukum-hukum ilmiah seperti itu. Mengapa demikian? Oleh
karena yang diteliti adalah manusia dan manusia itu adalah mahluk yang kreatif, yang selalu menemukan akal
baru yang belum pernah diramalkan dan malah tidak dapat diramalkan. Lagi pula manusia itu sangat kompleks
dan perilakunya tidak selalu didasarkan atas pertimbangan rasional dan logis sehingga mempersukar untuk
mengadakan perhitungan serta proyeksi untuk masa depan. Dengan kata lain perilaku manusia tidak dapat
diamati dalam keadaan terkontrol.
 Oleh karena itu pada awalnya para sarjana ilmu sosial cenderung untuk merumuskan definisi yang umum
sifatnya, seperti yang terlibat pada pertemuan para sarjana ilmu politik yang diadakan di Paris pada tahun 1948.
Mereka berpendapat bahwa pengetahuan adalah keseluruhan dari pengetahuan yang terkoordinasi mengenai
pokok pemikiran tertentu. Apabila perumusan ini dipakai sebagai patokan, maka memang ilmu politik boleh
dinamakan suatu ilmu pengetahuan.
 Akan tetapi pada tahun 1950-an ternyata banyak sarjana ilmu politik sendiri tidak puas dengan perumusan yang
luas ini, karena tidak mendorong para ahli untuk mengembangkan metode ilmiah. Munculnya pendekatan
perilaku (behavioral approach) dalam dekade 1950-an, merupakan gerakan pembaruan yang ingin
meningkatkan mutu ilmu politik dan mencari suatu new science of politics.
 Gerakan baru ini, yang dapat disebut sebagai revolusi dalam ilmu politik, merumuskan pokok pemikiran
sebagai berikut : sekalipun perilaku manusia adalah kompleks, tetapi ada pola berulang-ulang yang dapat
diidentifikasi. Pola-pola dan keteraturan perilaku ini dapat dibuktikan kebenarannya melalui pengamatan yang
teliti dan sistematis. Dengan menggunakan statistik dan matematika dapat dirumuskan hukum-hukum yang
bersifat probabilitas.
 Konsep-konsep pokok para behavioralis dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Perilaku memperlihatkan keteraturan (regularities) yang dapat dirumuskan dalam generalisasi-generalisasi
2. Generalisasi-generalisasi ini pada asasnya harus dapat dibuktikan kebenarannya (verification) dengan
menunjuk pada perilaku yang relevan
3. Untuk mengumpulkan dan menafsirkan data diperlukan teknik-teknik penelitian yang cermat.
4. Untuk mencapai kecermatan dalam penelitian diperlukan pengukuran dan kuantifikasi melalui ilmu statistik
dan matematika.
5. Dalam membuat analisa politik nilai-nilai pribadi si peneliti sedapat mungkin tidak main peranan

2 Pengantar Ilmu Politik (1)| Universitas Karimun 2010


6. Penelitian politik mempunyai sifat terbuka terhadap konsep-konsep, teori-teori dan ilmu sosial lainnya.
Dalam proses interaksi dengan ilmu-ilmu sosial lainnya misalnya dimasukkan istilah baru seperti sistem
politik, fungsi, peranan, struktur, budaya politik dan sosialisasi politik disamping istilah lama seperti negara,
kekuasaan, jabatan, instituta, pendapat umum, dan pendidikan kewarganegaraan.
C. Definisi Ilmu Politik
 Ilmu politik adalah ilmu yang mempelajari politik atau politics atau kepolitikan. Politik adalah usaha menggapai
kehidupan yang baik. Di Indonesia kita teringat pepatah gemah ripah loh jinawi. Orang Yunani Kuno terutama
Plato dan Ariestoteles menamakannya sebagai en dam onia atau the good life.
 Mengapa politik dalam arti ini begitu penting? Karena sejak dahulu kala masyarakat mengatur kehidupan
kolektif dengan baik mengingat masyarakat sering menghadapi terbatasnya sumber alam atau perlu dicarisatu
cara distribusi sumber daya agar semua warga merasa bahagia dan puas. Ini adalah politik.
 Beberapa definisi politik :
1. Menurut Rod Hague at al : politik adalah kegiatan yang menyangkut cara bagaimana kelompok-kelompok
mencapai keputusan-keputusan yang bersifat kolektif dan mengikat melalui usaha untuk mendamaikan
perbedaan-perbedaan diantara anggota-anggotanya.
2. Menurut Andrew Heywood : politik adalah kegiatan suatu bangsa yang bertujuan untuk membuat,
mempertahankan dan mengamandemen peraturan-peraturan umum yang mengatur kehidupannya, yang
berarti tidak dapat terlepas dari gejala konflik dan kerja sama.
 Disamping itu ada definisi-definisi lain yang lebih bersifat pragmatis. Perbedaan-perbedaan dalam definisi yang
kita jumpai disebabkan karena setiap sarjana neropong hanya satu aspek atau unsur dari politik. Unsur ini
diperlukan sebagai konsep pokok yang akan dipakainya untuk meneropong unsur-unsur lain. Dari uraian ini
dapat kita simpulkan bahwa konsep-konsep pokok itu adalah :
1. Negara, negara adalah suatu organisasi dalam suatu wilayah yang memiliki kekuasaan tertinggi yang sah
dan ditaati oleh rakyatnya. Para sarjana yang menekankan negara sebagai inti dari politik memusatkan
perhatiannya pada lembaga-lembaga kenegaraan serta bentuk formalnya. Definisi-definisi ini bersifat
tradisional dan agak sempit ruang lingkupnya. Pendekatan ini dinamakan pendekatan institusional, berikut
ini ada beberapa definisi :
- Roger F. Soltau, dalam bukunya introduction to politics mengatakan : “ilmu politik mempelajari negara,
tujuan-tujuan negara dan lembaga-lembaga yang akan melaksanakan tujuan-tujun itu, hubungan antara
negara dengan warga negaranya serta hubungan antar negara”.
- J. Barents, dalam ilmu politika : “ilmu politik adalah ilmu yang mempelajari kehidupan masyarakat
dengan negara sebagai bagiannya. Ilmu politik mempelajari negara dan bagaimana negara tersebut
melakukan tugas serta fungsinya”.
2. Kekuasaan, kekuasaan adalah kemampuan seseorang atau suatu kelompok untuk mempengaruhi perilaku
seseorang atau kelompok lain, sesuai dengan keinginan para pelaku. Sarjana yang melihat kekuasaan inti
dari politik beranggapan bahwa politik adalah semua kegiatan yang menyangkut masalah memperebutkan
dan mempertahankan kekuasaan. Biasanya dianggap bahwa perjuangan kekuasaan ini mempunyai tujuan
yang menyangkut kepentingan seluruh masyarakat. Berikut ini adalah beberapa definisi :

3 Pengantar Ilmu Politik (1)| Universitas Karimun 2010


- Harold D. Laswell dan A. Kaplan dalam power and society : “ilmu politik mempelajari pembentukan dan
pembagian kekuasaan”.
- W. A. Robson dalam The University Teaching of Social Science, mengatakan : “ilmu politik mempelajari
kekuasaan dalam masyarakat yaitu sifat hakiki, dasar, proses-proses, ruang lingkup, dan hasil-hasil.
Fokus perhatian seorang sarjana politik tertuju pada perjuangan untuk mencapai atau mempertahankan
kekuasaan, melaksanakan kekuasaan, atau pengaruh atas orang lain atau menentang pelaksanaan
kekuasaan itu”.
3. Pengambilan Keputusan, keputusan adalah hasil dari membuat pilihan di antara beberapa alternatif,
sedangkan istilah pengambilan keputusan (decision making) menunjuk pada proses yang terjadi sampai
keputusan itu tercapai. Pengambilan keputusan sebagai konsep pokok dari politik menyangkut keputusan-
keputusan yang diambil secara kolektif mengikat seluruh masyarakat. Keputusan-keputusan itu dapat
menyangkut tujuan masyarakat, dapat pula menyangkut kebijakan – kebijakan untuk mencapai tujuan itu.
Setiap proses membentuk kebijakan umum atau kebijakan pemerintah adalah hasil dari suatu proses
mengambil keputusan, yaitu memilih beberapa alternatif yang akhirnya ditetapkan sebagai kebijakan
pemerintah.
- Joyce Mitchell dalam bukunya Political Analysis dan Publik Policy mengatakan : “politik adalah
pengambilan keputusan kolektif atau pembuatan kebijakan umum untuk masyarakat seluruhnya.
4. Kebijakan Umum, kebijakan adalah suatu kumpulan keputusan yang diambil oleh seorang pelaku atau
kelompok politik, dalam usaha memilih tujuan dan cara untuk mencapai tujuan itu. Pada prinsipnya pihak
yang membuat kebijakan-kebijakan itu mempunyai kekuasaan untuk melaksanakannya.
Berikut ini beberapa definisi :
- Hoogerwerf : objek dari ilmu politik adalah kebijakan pemerintah, proses terbentuknya, serta akibat-
akibatnya. Yang dimaksud dengan kebikan umum menurut Hoogerwerf ialah membangun masyarakat
secara terarah melalui pemakaian kekuasaan.
- David Easton : ilmu politik adalah studi mengenai terbentuknya kebijakan umum. David Easton dalam
bukunya The Political System mengatakan kehidupan politik mencakup bermacam-macam kegiatan yang
mempengaruhi kebijakan dari pihak yang berwenang yang diterima untuk suatu masyarakat dan yang
mempengaruhi cara untuk melaksanakan kebijakan itu. Kita berpartisipasi dalam kehidupan politik jika
aktivitas kita ada hubungannya dengan pembuatan dan pelaksanaan kebijakan untuk suatu masyarakat.
5. Pembagian (Distribusi) atau Alokasi, pembagian dan alokasi adalah pembagian dan penjatahan nilai-nilai
dalam masyarakat. Sarjana yang menekankan pembagian dan alokasi beranggapan bahwa politik tidak lain
dan tidak bukan adalah membagikan dan mengalokasikan nilai-nilai secara mengikat. Yang ditekankan oleh
mereka adalah bahwa pembagian ini sering tidak merata dan karena itu menyebabkan konflik. Masalah tidak
meratanya pembagian nilai-nilai perlu diteliti dalam hubungannya dengan kekuasaan dan kebijakan
pemerintah.
- Harold D. Laswell dalam bukunya mengatakan bahwa politik adalah masalah siapa mendapat apa, kapan
dan bagaimana.

4 Pengantar Ilmu Politik (1)| Universitas Karimun 2010


- David Easton dalam bukunya mengatakan bahwa sistem politik adalah keselurhan dari interaksi-interaksi
yang mengatur pembagian nilai-nilai secara outoritatif (berdasarkan wewenang) untuk dan atas nama
masyarakat.
D. Hubungan Ilmu Politik dengan Ilmu Pengetahuan Lain
Sejarah

 Ilmu politik erat hubungannya dengan sejarah dan filsafat.


 Sejarah merupakan alat yang penting bagi ilmu politik, oleh karena menyumbang bahan, yaitu data dan fakta
dari masa yang lampau, untuk diolah lebih lanjut.
 Perbedaan pandangan antara ahli sejarah dan sarjana ilmu politik ialah bahwa ahli sejarah selalu meneropong
masa yang lampau dan inilah yang menjadi tujuannya, sedangkan sarjana ilmu politik biasanya lebih melihat
kedepan (future oriented); bahan mentah yang disajikan oleh ahli sejarah, teristimewa sejarah kontemporer, oleh
sarjana ilmu politik hanya dipakai untuk menemukan pola-pola ulang (recurrent pattern) yang dapat membantu
untuk menentukan suatu proyeksi untuk masa depan.
 Sarjana politik tidak puas hanya mencatat sejarah, tetapi ia akan selalu mencoba menemukan dalam sejarah
pola-pola tingkah laku politik (patterns of political, behavior) yang memungkinkannya untuk, dalam batas-batas
tertentu, menyusun suatu pola perkembangan untuk masa depan dan memberi gambaran bagaimana sesuatu
keadaan diharapkan akan berkembangdalam keadaan tertentu.
 Sejarah kita pelajari untuk ditarik pelajarannya agar dalam menyusun masa depan kita tidak berbentur pada
kesalahan-kesalahan yang sama.
 Misalnya :
- Mempelajari revolusi-revolusi yang telah menggoncangkan dunia, yaitu revolusi perancis, amerika,
rusia dan cina, supaya gejala revolusi yang telah kita alami sendiri dapat lebih kita mengerti dan tarik
manfaatnya.
- Mempeljari faktor-faktor yang telah mendorong PKI untuk menyelenggarakan pemberontakan
Madiun dalam tahun 1948 dan G. 30 S dalam tahun 1965, supaya peristiwa-peristiwa semacam itu dapat
dihindarkan untuk masa depan
Filsafat

 Filsafat adalah usaha untuk secara rasionil dan sistematis mencari pemecahan atau jawaban atas
persoalan-persoalan yang menyakut universe (alam semesta) dan kehidupan manusia.
 Filsafat menjawab pertanyaan seperti :
- Apakah azas-azas mendasari fakta?
- Apakah yang dapat saya ketahui ?
- Apakah azas-azas dari kehidupan ?
 Fisafat merupakan pedoman bagi manusia dalam menetapkan sikap hidup dan tingkah laku.
 Ilmu politik erat hubungannya dengan filsfat politik, yaitu bagian dari filsafat yang menyangkut kehidupan
politik terutama mengenai sifat hakiki, asal mula dan nilai (value) dari negara.
 Dalam pandangan filsuf Yunani kuno, filsafat politik juga mencakup dan erat hubungannya dengan moral
philosofi dan etika (ecthics).

5 Pengantar Ilmu Politik (1)| Universitas Karimun 2010


 Etika membahas persoalan-persoaalan yang menyangkut norma-norma baik/buruk seperti misalnya :
- Tindakan apakah yang boleh dinamakan baik/buruk ?
- Manusia apakah yang boleh dinamakan manusia baik/buruk ?
- Apakah yang dinamakan adil/tidak adil ?
 Penilaian semacam ini kalau diterapkan pada politik menimbulkan pertanyaan sebagai berikut :
- Apakah seharusnya tujuan dari negara ?
- Bagaimana seharusnya sifat sistem pemerintahan yang baik untuk
mencapai tujuan-tujuan tersebut ?
- Bagaimana seorang pemimpin harus bertindak untuk keselamatan
negara dan warganya ?
 Dengan demikian kita sampai pada filsafat politik, yang
membahas persoalan-peroalan politik dengan berpedoaman pada suatu sistem nilai dan norma-norma tertentu.
 Contoh dari pandangan bahwa ada hubungan erat antara
politik dan etika adalah karangan filsuf Yunani Plato, politeia yang menggambarkan negara yang ideal.
 Dinegara-negara barat pemikiran politik baru memisahkan
diri dari ethika mulai abad ke – 16 dengan dipelopori oleh negarawan Itali Niccolo Macchiavelli.
Sosiologi

 Sosiologi membantu sarjana ilmu politik dalam usaha memahami latar belakng, susunan dan pola kehidupan
sosial dari berbagai golongan dan kelompok dalam masyarakat.
 Dengan menggukan pengertian dan teori-teori sosiologi, sarjana ilmu politik dapat mengetahui sampai dimana
susunan dan stratifikasi sosial mempengaruhi ataupun dipengaruhi oleh misalnya : keputusan kebijaksanaan
(policy decisions), corak dan sifat keabsahan politik (political legitimacy), sumber-sumber kewenangan politik
(sources of political authority), pengendalian sosial (social contol) dan perubahan sosial (social change)
 Contohnya mengenai masalah perubahan dan pembaharuan, sosiologi menyumbang pengertian akan adanya
perubahan dan pembaharuan di dalam masyarakat yang juga akan mempengaruhi pada perubahan dalam pola-
pola kehidupan politik.
 Baik sosiologi maupun ilmu politik mempelajari negara. Akan tetapi sosiologi menganggap negara sebagai
salah satu lembaga pengendalian sosial (agent of social control), dimana sosiologi menggambarkan bahwa pada
masyarakat yang sederhana maupun kompleks senantiasa terdapat kecenderungan untuk timbul proses
pengaturan atau pola-pola pengendalian tertentu yang formil maupun yang tidak formil.
 Selain itu sosiologi melihat negara juga sebagai salah satu asosiasi dalam masyarakat dan memperhatikan
bagaimana sifat dan kegiatan anggota assosiasi itu mempengaruhi sifat dan kegiatan negara.
 Jadi ilmu politik dan dan sosiologi sama dalam pandangannya bahwa negara dapat dianggap baik sebagai
asosiasi (kalau melihat manusia) maupun sebagai sistem pengendalian (system of control)
 Hanya saja bagi ilmu politik negara merupakan obyek penelitian pokok. Sedangkan dalam sosiologi negara
hanya merupakan salah satu dari banyak asosiasi dan lembaga pengendalian dalam masyarakat.
Anthropologi

6 Pengantar Ilmu Politik (1)| Universitas Karimun 2010


 Antropologi membantu dalam perkembangan ilmu politik yaitu dengan menyumbang pengertian-pengertian
dan teori-teori tentang kedudukan serta peranan satuan-satuan sosial-budaya yang lebih kecil dan sederhana.
 Perhatian sarjana ilmu politik terhadap antropologi makin meningkat sejalan dengan bertambahnya perhatian
dan penelitian tentang kehidupan serta usaha modernisasi politik dinegara-negara baru.
 Penduduk Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa yang masing-masing mempunyai daerah asal dan
kebudayaannya sendiri dan yang telah berakar semenjak berpuluh-puluh tahun yang silam. Bagi sarjana ilmu
politik kesadaran akan kenyataan ini memungkinkannya untuk melaksanakan beberapa penelitian yang khusus,
seperti : besar-kecilnya pengaruh pemikiran dan pergerakan politik diberbagai daerah yang berbeda suku,
agama serta kehidupan sistem sosialnya (faktor-faktor perasaan ikatan primordial dalam kehidupan politik
Indonesia).
 Selain pengaruh dalam bidang teori, khususnya dalam menunjukkan perbedaan struktur sosial serta pola-pola
kebudayaan yang berbeda-beda pada tiap-tiap masyarakat, antropologi telah pula berpengaruh dalam bidang
metodologi penelitian ilmu politik.
 Salah satu pengaruh yang amat berguna dan terkenal serta yang kini sering dipakai dalam penelitian ilmu
politik adalah metode peserta pengamat (participant-observer).
 Cara penelitian semacam ini memaksa sarjana ilmu politik untuk meneliti gejala-gejala kehidupan sosial
“dari-dalam” masyarakat yang menjadi obyek penelitiannya.
 Dengan hasil-hasil yang diperolehnya dari praktek-kerja semacam ini, sarjana ilmu politik dapat
mengembangkan pembinaan teori-teori atas dasar kenyataan-kenyataan konkrit yang dialami dan diamati
sendiri.
Ilmu Ekonomi

 Pada masa yang silam, ilmu politik dan ilmu ekonomi merupakan suatu bidang ilmu tersendiri, yang dikenal
sebagai ekonomi politik (political ekonomy), yaitu pemikiran dan analisa kebijaksanaan yang hendak digunakan
guna memajukan kekuatan dan kesejahteraan negara inggris dalam menghadapi saingan-saingannya seperti
potugis, Spanyol, Perancis, Jerman dan sebagainya pada abad ke-18 dan ke-19.
 Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan pada umumnya, ilmu tersebut kemudian memisahkan diri menjadi
dua lapangan yang mengkhususkan perhatian terhadap tingkah laku manusia yang berbeda-beda : ilmu politik
(political science) dan ilmu ekonomi (economics)
 Pemikiran yang berpangkal tolak pada faktor kelangkaan (scarcity) menyebabkan ilmu ekonomi berorientasi
kuat terhadap kebijaksanaan yang rasionil, khususnya penentuan hubungan antara tujuan dan cara mencapai
tujuan yang telah ditentukan.
 Karena hal tersebut ilmu ekonomi dikenal dengan ilmu sosial yang sangat Planning-oriented, pengaruhnya
meluas pada ilmu politik sebagaimana pengertian pembangunan ekonomi (economic development) telah
mempengaruhi pengertian pembangunan politik (political development)
 Dalam mengajukan kebijkan atau siasat ekonomi tertentu, seorang sarjana ekonomi dapat bertanya kepada
seorang sarjana politik tentang politik manakah kiranya yang paling baik disusun guna mencapai tujuan
ekonomi tertentu.

7 Pengantar Ilmu Politik (1)| Universitas Karimun 2010


 Dalam mengajukan kebijaksanaan untuk memperbesar produksi nasional misalnya, sarjana ilmu politik dapat
ditanya tentang cara-cara menghalau atau mengurangi hambatan-hambtan politik yang menggangu usaha-usaha
kerah tujuan itu.
 Sebaliknya seorang sarjana ilmu politik dapat meminta bantuan sarjana ekonomi tentang syarat-syarat
ekonomis yang harus dipenuhi guna memperoleh tujuan-tujuan politis tertentu, khususnya yang menyangkut
pembinaan kehidupan demokrasi.
 Dengan pesatnya perkembangan ilmu ekonomi modrn, khususnya ekonomi internasional, kerjasama antara
ilmu politik dan ilmu ekonomi makin dibutuhkan untuk menganalisa siasat-siasat pembangunan nasional.
 Seorang sarjana ilmu politik tidak dapat lagi mengabaikan pengaruh dan peranan perdagangan luar negeri,
bantuan luar negeri serta hubungan ekonomi luar negeri pada umumnya terhadap usaha-usaha pembangunan
dalam negeri.
Psykologi Sosial

 Psykologi sosial adalah pengkhususan psikologi yang mempelajari hubungan timbal-balik antara manusia dan
masyarakat, khususnya faktor-faktor yang mendorong manusia untuk berperan dalam ikatan kelompok atau
golongan.
 Psikologi sosial mengamati kegiatan manusia dari segi-segi ekstern (lingkungan sosial, fisik, peristiwa-
peristiwa, gerakan-gerakan masa) maupun dari segi intern (kesehatan fisik perorangan, semangat, emosi).
 Dengan menggunakan dua analisa ini ilmu politik dapat menganalisa secara lebih mendalam makna dan
peranan “orang-orang kuat”, kondisi-kondisi sosial ekonomi serta ciri-ciri kepribadian yang memungkinkannya
memainkan peranan besar itu.
 Ia menjelaskan bagaimana teknik-teknik “brainwashing” dalam propaganda dan indoktrinisasi politik serta
faktor-faktor yang membangkitkan perkembangan pemimpin-pemimpin kharismatik mempengaruhi proses
politik pada umumnya.
 Psikologi sosial juga menjelaskan bagaimana
- Kepemimpinan resmi tidak resmi turut menentukan hasil putusan dalam kebijaksanaan politik dan
kenegaraan.
- Bagaimana sikap dan harapan dapat menghasilkan tingkah laku yang berpegang teguh pada tuntunan
sosial
- Bagaimana motifasi dapat meningkatkan produksi kerja
- Bagaimana nilai-nilai budaya yang telah lama diterima masyarakat dapat melahirkan tingkah-laku
politik yang stabil.
 Selain memberikan padangan-pandangan baru dalam penelitian tentang kepemimpinan psikologi sosial dapat
pula menerangkan sikap reaksi kelompok terhadap keadaan yang dianggapnya baru, asing ataupun berlawanan
dengan konsensus masyarakat mengenai suatu gejala sosial tertentu.
 Kondisi sosial juga menjelaskan pula kondisi-konsidi apa yang akhirnya dapat meredakan sikap dan reaksi
masyarakat terhadap gejala baru yang dihadapi.
Ilmu Bumi

8 Pengantar Ilmu Politik (1)| Universitas Karimun 2010


 Faktor-faktor yang berdasarkan geografi, seperti perbatasan strategis (strategik frontiers), desakan penduduk
(population pressures), daerah pengaruh (sphere of influence) mempengaruhi politik.
 Montesquieu, seorang sarjana perancis, untuk pertama kali membahas bagaimana faktor-faktor ilmu bumi
mempengaruhi konstelasi politik suatu negara.
 Dalam masa perang dunia II suatu cabang ilmu bumi mendapat perhatian besar, yaitu Geopolitik, yaitu biasa
dihubungkan dengan seorang Swedia bernama Rudolf Kiellen (1864-1933). Ia menganggap bahwa disamping
faktor ekonomi dan antropologis ilmu bumimempengaruhi karakter dan kehidupan nasional dari rakyat dan
karena itu mutlak harus diperhitungkan dalam menyusun politik luar negeri dan politik nasional.
 Dengan kekalahan Nazi Jerman yang banyak memakai argumentasi berdasarkan geopolitik (seperti faktor ras,
Lebensraum, faktor ekonomi dan sosial) untuk politik expansinya Geopolitik kurang mengalami perkembangan.
Ilmu Hukum

 Di negara-negara Benua Eropa ilmu hukum sejak masa dahulu banyak hubungannya dengan ilmu politik, oleh
karena mengatur dan memaksakan undang-undang (law enforcement) yang merupakan salah satu kewajiban
negara yang penting..
 Cabang-cabang ilmu hukum yang khusus meneropong negara ialah hukum tata-negara (staatsrech, public law)
dan ilmu negara (staatslehre, general theory of the state).
 Sarjana hukum melihat negara sebagai lembaga atau instituta, dan menganggap sebagai organisasi hukum
yang mengatur hak dan kewajiban manusia. Fungsi negara ialah menyelenggarakan penertiban, tetapi oleh ilmu
hukum penertiban ini dipandang semata-mata sebagai tata-hukum.
 Seorang ahli ilmu politik lebih cenderung menganggap negara sebagai sistem of contorls, juga memandang
negara sebagai suatu asosiasi, atau kelompok manusia yang bertindak untuk mencapai beberapa tujuan bersama.
Dalam masyarakat terdapat banyak asosiasi, tetapi perbedaan antara negara dan asosiasi lainnya ialah bahwa
negara mempunyai wewenang untuk mengendalikan masyarakat dengan memakai kekerasan fisik.
 Aliran yang meneliti negara dari sudut hukum semata –mata dipelopori oleh Paul Laband (1838-1918) dari
Jerman. Kemudian aliran fikiran ini diteruskan oleh sarjana Austria, Hans Kelsen, pendiri mazhab Wina.
 Ia mengemukakan pandangan yuridis yang paling ekstrim menyamakan negara dengan tatahukum nasional
dan berpendapat bahwa problema-problema negara harus diselesaikan dengan cara normatif. Ia menolak untuk
memperhitungkn faktor sosiologis karena menurutnya mengaburkan analisa yuridis.
 Disamping pandangan yang ekstrim yurudis ada juga sarjana hukum yang tidak a-priori menolak faktor-faktor
sosial. George Jellinek (1815-1911) yang sering disebut Bpak Ilmu Negara juga mendasarkan pandangannya
atas dasar yuridis, tetapi juga memandang perlu bahasan sosiologis. Ia mengemukakan “Zweiseiten Theorie”
yaitu bahwa negara perlu dibahas dari dua sudut yaitu :
a. Sudut Yuridis (Allgemeine Statsrechtslehre)
b. Sudut kemasyarakatan (Allgemeine soziale Staatslehre)
 Pandangan ekstrim yuridis terlalu sempit dan kurang memuaskan untuk menganalisa negara
teristimewa negara-negara yang sedang berkembang. Ia hanya mendasarkan pandangannya atas negara yang
sudah teratur, yang homogen sifatnya dan sudah berjalan beberapa lama.

9 Pengantar Ilmu Politik (1)| Universitas Karimun 2010


 Mengenai perbedaan antara ilmu politik dan ilmu negara terdapat bermacam-macam pendapat.
Herman Heller telah menyimpulkan berbagai pendapat dalam Encyclopedia Of the Social Sciences :
1. ada sarjana yang menganggap ilmu politik sebagai “suatu ilmu pengetahun yang praktis yang ingin
membahas keadaan dalam kenyataan” (realistis). Sedangkan ilmu negara dinamakan ilmu pengetahuan yang
“teoritis yang sangat mementingkan segi normatif” (normatid berarti memenuhi norma-norma dan kaidah-
kaidah yang telah ditetapkan). Menurut Herman Heller perbedaan ini hanya perbedaan tekanan saja. Sebab
ilmu politik tidak dapat menjauhkan diri dari teori, sedangkan dia juga memperhatikan segi normatif,
sekalipun tidak sedalam ilmu negara.
2. adanya segolongan sarjana yang menganggap bahwa ilmu politik mementingkan “sifat-sifat dinamis dari
negara” yaitu proses-proses kegiatan dan aktivitas negara : perubahan negara yang terus menerus yang
disebabkan oleh golongan-golongan yang memperjuangkan kekuasaan. Subyek ilmu poliik ialah gerakan-
gerakan dan kekuatan-kekuatan di belakang evolusi yang terus menerus itu. Sebaliknya, oleh sarjana-sarjana
itu ilmu negara dianggap lebih mementingkan “segi-segi statis dari negara” seolah-olah negara adalah beku,
dan membatasi diri pada penelitian lembaga kenegaraan yang resmi.
3. dianggap bahwa ilmu negara lebh tajam konsep-konsepnya dan lebih terang metodologinya, tetapi ilmu
politik dianggap lebih konkrit dan lebih mendekati realistis.
4. perbedaan yang praktis ialah bahwa ilmu negara lebih mendapat perhatian dari ahli hukum, sedangkan ahli
sejarah dan ahli sosiologi lebih tertarik kepada ilmu politik.

10 Pengantar Ilmu Politik (1)| Universitas Karimun 2010

You might also like