You are on page 1of 7

Nama : Stefi Yunia Suwarlan

Kelas : XI IPS 1
No. : 23

January 26, 2010 — candraali


SKANDAL BANK CENTURY
Bailout Tak Bisa Dipidanakan?

Selasa, 26 Januari 2010


JAKARTA (Suara Karya): Pernyataan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
bahwa kebijakan pemerintah seperti pemberian dana talangan (bailout)
kepada Bank Century sebesar Rp 6,7 triliun tidak bisa dipidanakan dinilai
menyesatkan dan terkesan menutup-nutupi tindak pelanggaran hukum.
Padahal, kebijakan pemerintah jelas bisa dipidanakan kalau terbukti
melanggar hukum.

Penilaian itu diutarakan Wakil Ketua Panitia Khusus (Pansus) DPR tentang
Angket Bank Century Gayus Lumbuun, anggota Pansus Angket Bank Century
dari Fraksi Partai Golkar Bambang Soesatyo, pengamat ekonomi perbankan
Ichsanuddin Noorsy, pakar hukum Adnan Buyung Nasution, dan Ketua
Mahkamah Konstitusi Mahfud MD secara terpisah kepada wartawan di
Jakarta, Senin (25/1).

Di depan para peserta rapat pimpinan TNI di Jakarta, Senin, Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono (SBY) mengatakan, kebijakan pemerintah dalam
menanggulangi krisis ekonomi tahun 2008, antara lain dengan
menyelamatkan Bank Century oleh pejabat berwenang, tidak dapat dipidana
atau dikriminalkan.

Menurut Presiden, kebijakan adalah keputusan, tindakan, pilihan-pilihan


pemerintah yang merupakan bagian pemecahan masalah. Kebijakan itu
dibuat dengan tujuan mencegah krisis perbankan dan krisis ekonomi seperti
tahun 1998.

“Apakah kebijakan bisa dikriminalkan? Saya mengatakan, the real policy


dalam artian yang saya artikan tadi, tidak mungkin dipidanakan,” ujar
Presiden.

Kalau kebijakan dapat dipidana setiap saat, katanya lebih lanjut, maka tidak
akan ada pejabat negara yang berani mengambil keputusan karena berisiko
diadili. Presiden memberikan contoh saat bertemu ratusan bupati di Madiun
dalam rangka rapat kerja nasional Asosiasi Pemerintah Kabupaten Indonesia
(APKI), pekan lalu.

“Para bupati bertanya kepada saya, bagaimana kami bisa mendapatkan


perlindungan? Kadang-kadang kami diperiksa oleh penegak hukum. Kadang-
kadang apa yang menjadi kebijakan dipidanakan dan sebagainya. Ini suara
mereka,” kata Presiden.

Tapi menurut Mahfud MD, kebijakan terkait pengucuran dana talangan ke


Bank Century bisa saja dipidanakan apabila terdapat sejumlah unsur
kriminalitas dalam pelaksanaan kebijakan tersebut.

“Pelaksanaan suatu kebijakan jika ditemukan unsur kriminalitasnya, seperti


korupsi dan kolusi, bisa dipidanakan,” katanya.

Mahfud menekankan, isi kebijakan itu sendiri tidak dapat disalahkan karena
merupakan hasil pengambilan keputusan yang sifatnya pilihan berdasarkan
kewenangan seseorang yang memang berhak membuat kebijakan.

Namun, apabila terjadi penyalahgunaan wewenang dalam pelaksanaan


kebijakan, itu bisa dipidanakan. Mahfud mencontohkan, Wakil Ketua Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK) Bibit Samad Rianto dan Chandra Marta
Hamzah pernah dituduh terlibat penyalahgunaan wewenang meski kasus
tersebut kemudian dihentikan karena dinilai terdapat rekayasa di dalamnya.

Gayus Lumbuun juga menyatakan, kebijakan pemerintah bisa dipidanakan


kalau mengandung unsur kriminal. “Secara hukum, kalau menyimpang,
kebijakan bisa dipersoalkan. Undang-undangnya jelas,” ujarnya.

Gayus kemudian mengutip Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang


Pemberantasan Praktik KKN. Di situ disebutkan, kebijakan (pemerintah) yang
menguntungkan pihak lain dengan melanggar kaidah hukum bisa
dipidanakan.

“Juga KUHP menyatakan: Publik melanggar hukum jadi kriminal,” katanya.


Menurut Gayus, dua alasan itu cukup menjawab bahwa kebijakan bisa
dimasalahkan. Pelanggaran-pelanggaran yang tidak bisa dipersoalkan di
pengadilan, katanya, itu bukan kebijakan.

“Menurut surat edaran Mahkamah Agung (MA), kebijaksanaan tidak bisa


dipersoalkan di pengadilan. Tapi kebijaksanaan itu harus memenuhi empat
koridor, yakni motivasi; kompetensi; tidak untuk kepentingan diri sendiri,
kelompok, atau orang lain; dan dapat dipertanggungjawabkan di hadapan
hukum,” tutur Gayus.

Dia menekankan, pembentukan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK)


adalah salah satu bentuk kebijakan pemerintah. Untuk menjalankan
kebijakan KSSK, menurut Gayus, ada peraturan Bank Indonesia (BI) yang
dibatalkan. “Nanti kita lihat apakah kasus Bank Century ini kebijakan atau
kebijaksanaan,” ujarnya.

Mengacu pada empat koridor sesuai surat edaran MA, Gayus menyebutkan,
kebijakan pengucuran dana talangan untuk Bank Century dari segi motivasi
bisa untuk kepentingan bangsa dan negara. Demikian pula dari segi
kompetensi, KSSK memiliki syarat.

“Kebijakan itu juga mungkin tidak untuk kepentingan diri sendiri, tapi untuk
kepentingan pihak lain. Yaitu, pemegang saham diuntungkan. Apakah dapat
dipertanggungjawabkan di hadapan hukum? ” kata Gayus.

Sementara itu, Bambang Soesatyo mengatakan, pernyataan Presiden bahwa


kebijakan pengucuran dana talangan ke Bank Century tidak bisa
dikriminalisasi merupakan upaya menutup-nutupi moral hazard tindakan
bailout.

“Pansus hanya memfokuskan penyelidikan pada kejanggalan dan indikasi


pelanggaran pidana. Sejak awal Pansus tidak pernah bertendensi atau
berniat mengkriminalisasi apa pun kebijakan pemerintah, termasuk
kebijakan bailout untuk Bank Century,” kata Bambang.

Menurut dia, sejak awal DPR berfokus pada kejanggalan dan irasionalitas
proses pengucuran dana talangan. Kalau kemudian ditemukan pelanggaran
hukum atau pidana, katanya, Pansus akan menyerahkannya kepada
lembaga hukum yang berwenang.

“Sejak diinisiasi hingga proses penyelidikan sekarang, masyarakat bisa


melihat bahwa penyelidikan Pansus fokus pada indikasi moral hazard,” ujar
Bambang.

Penggalian data dan dokumen yang berkait dengan kebijakan bailout Bank
Century, menurut Bambang, diperlukan sebagai latar belakang untuk
menemukan bukti moral hazard di balik pelaksanaan bailout.

Sementara itu, Ichsanuddin Noorsy menuturkan, dalam kasus Bank Century


paling tidak terdapat empat indikasi tindak pidana yang telah terjadi.
Masing-masing, tindak pidana korupsi. Kedua, tindak pidana pencucian uang,
tindak pidana perbankan, dan tindak pidana penggelapan.

“Jadi, kasus Bank Century ini penuh unsur tindak pidana korupsi. Kalau
kemudian ada yang menganggap ini kasus biasa dan tidak ada pelanggaran
hukum, apalagi hanya dikatakan sebagai kesalahan dalam kebijakan,
pernyataan ini patut dipertanyakan,” tutur Noorsy.

Bagi Adnan Buyung Nasution, kebijakan yang disertai dengan latar belakang,
motif, dan tujuan tertentu, seperti kriminal, dapat dipidanakan. “Kalau
kebijakan itu melanggar pidana, ya jelas bisa dipidanakan,” tuturnya.

Menurut Buyung yang mantan anggota Wantimpres ini, kebijakan


pemerintah dalam kasus Bank Century harus dibahas mendalam, tidak bisa
terburu-buru dikatakan tidak bisa dipidanakan. “Pansus bisa melihat indikasi
ada-tidaknya pelanggaran hukum untuk kemudian diserahkan kepada aparat
penegak hukum,” katanya.

Sementara itu, rapat Pansus Angket Bank Century kemarin memanggil dua
ahli hukum, yakni Erman Rajagukguk dan Natabaya. Dalam kesempatan itu,
Erman berpendapat, dana Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) yang
dikucurkan kepada Bank Century bukan uang negara. Sedangkan Nayabaya
berpendapat sebaliknya.

Anggota Pansus Azis Syamsuddin menyatakan heran bahwa ahli hukum


berpendapat bahwa dana LPS bukan dana negara. “Berdasarkan amanah UU
No 10 Tahun 2004 tentang LPS, jelas bahwa dana LPS adalah dana negara,”
katanya.

Sementara itu, dalam rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi III DPR,
Pelaksana Tugas Sementara Ketua KPK Tumpak Hatorangan Panggabean
menyatakan, dana LPS adalah uang negara. Menurut dia, KPK adalah
pelaksana undang-undang. Selama ini, KPK bekerja dengan menggunakan
Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagai salah satu
pijakan.

Senada, Wakil Ketua KPK Chandra Hamzah mengatakan, keuangan negara


adalah kekayaan negara, baik yang dipisahkan maupun tidak. (Feber
S/Sugandi)
Analisis :

Topik Deskripsi Singkat Pengulasan Singkat


Berita
SKANDAL
Dalam kasus Pernyataan Presiden Susilo Bambang
BANK
Bank Century Yudhoyono bahwa kebijakan pemerintah
CENTURY paling tidak seperti pemberian dana talangan (bailout)
terdapat empat kepada Bank Century sebesar Rp 6,7 triliun
indikasi tindak tidak bisa dipidanakan dinilai menyesatkan
pidana yang dan terkesan menutup-nutupi tindak
telah terjadi. pelanggaran hukum. Padahal, kebijakan
Masing-masing, pemerintah jelas bisa dipidanakan kalau
tindak pidana terbukti melanggar hukum. Sementara itu,
korupsi. Kedua, Bambang Soesatyo mengatakan, pernyataan
tindak pidana Presiden bahwa kebijakan pengucuran dana
pencucian uang, talangan ke Bank Century tidak bisa
tindak pidana dikriminalisasi merupakan upaya menutup-
perbankan, dan nutupi moral hazard tindakan bailout.
tindak pidana Padahal dalam kasus Bank Century paling
penggelapan. tidak terdapat empat indikasi tindak pidana
yang telah terjadi. Masing-masing, tindak
pidana korupsi. Kedua, tindak pidana
pencucian uang, tindak pidana perbankan,
dan tindak pidana penggelapan. Menurut
pendapat saya sudah sangat jelas sekali
tindakan kriminalitas yang dilakukan oleh
Bank Century, namun mengapa pemerintah
masih saja melakukan berbagai upaya untuk
melindunginya. Hal ini sangatlah
disayangkan, bagaimana jadinya bangsa kita
kalau pemimpin Negara justru memihak pada
pihak yang salah. Ataukah pemerintah
terlibat dalam tindakan kriminalitas diatas?
Mungkin saja.

Kesimpulan :

Berdasarkan berita di atas, nampak sekali system pemerintahan dan cara


kerjanya yang sangat tidak adil. Pemerintah berusaha menutup-nutupi
sesuatu di balik Bank Century. Pemerintah terus saja melakukan berbagai
upaya untuk membela Bank Century padahal jelas-jelas Bank Century telah
melakukan tindak kriminalitas yang sangat fatal. Kalau menurut saya
masyarakat haruslah mengambil peran. Masyarakat harus peka dan kritis
dalam menilai tindakan pemerintah. Jangan menurut saja karena janji-janji
pemerintah tidak bisa dipegang lagi. Sebagai masyarakat kita harus aktif
dalam kegiatan politik yakni dengan cara mengkritik pemerintah dan
membawa kasus ini kemeja hijau. Seperti yang sudah dikatakan oleh Adnan
Buyung Nasution, kebijakan yang disertai dengan latar belakang, motif, dan
tujuan tertentu, seperti kriminal, dapat dipidanakan.

You might also like