Professional Documents
Culture Documents
I. Pengertian
Distribusi pendapatan adalah konsep yang lebih luas dibandingkan kemiskinan karena
cakupannya tidak hanya menganalisa populasi yang berada dibawah garis kemiskinan.
Kebanyakan dari ukuran dan indikator yang mengukur tingkat distribusi pendapatan tidak
tergantung pada rata-rata distribusi, dan karenanya membuat ukuran distribusi pendapatan
dipertimbangkan lemah dalam menggambarkan tingkat kesejahteraan.
2
X
kumulatif pendapatan % kumulatif Penduduk
Garis diagonal merupakan garis yang menunjukkan keadaan pemerataan pendapatan yang
sempurna (perfect equality) dalam distribusi pendapatan. Dilain pihak, kurva Lorenz
menunjukkan deviasi dari suatu kondisi pemerataan sempurna kepada arah
ketidakmerataan. Semakin jauh jarak kurva lorenz dari garis diagonal, maka tingkat
pemerataan pendapatan semakin timpang (tidak merata distribusi pendapatannya). Kasus
ekstrim dimana apabila hanya ada satu orang saja yang menerima seluruh distribusi
pendapatan, sementara orang-orang lainnya sama sekali tidak menerima pendapatan
tersebut akan diperlihatkan oleh titik kurva Lorenz yang berhimpit dengan sumbu
horizontal sebelah kiri bawah atau kanan atas.
Koefisien Gini Ratio tidak bisa lepas pembahasannya dengan kurva lorenz. Karena
koefisien Gini merupakan formula yang menghitung rasio luas bidang antara garis
diagonal (perfect equality) dan kurva lorenz. Jika angka koefisien Gini mendekati 0, maka
distribusi pendapatan semakin merata, sebaliknya bila mendekati angka 1, maka distribusi
pendapatan semakin tidak merata. Secara lebih lengkap, kriteria penilaian koefisien Gini
ratio adalah sbb:
Secara Aljabar dan geometri, Koefisien Gini ini dapat dihitung dengan formula:
3
1 − ( Pi − Pi −1 ) × ( Yi − Yi −1 )
Gini Ratio
1. untuk kelompok yang berbeda bisa terjadi jarak.gap yang terlalu jauh meskipun
dalam jenis industri yang sama, misalnya antara pemilik warung dan pemilik
supermarket yang terjadi karena skala produksi dan modal yang digunakan.
2. Indikator ini hanya berfokus pada bagian dari pendapatan nasional yang diterima
oleh masing-masing faktor produksi (misalnya tanah, tenaga kerja dan modal).
Namun pada prakteknya lebih banyak mempersoalkan persentase penghasilan
tenaga kerja secara keseluruhan, bukan sebagai unit-unit usaha atau faktor
produksi yang terpisah secara individual, dan membandingkannya dengan
persentase total pendapatan yang dibagikan dalam bentuk sewa, bunga, dan laba.
3. Relevansi teori fungsional menjadi kurang tajam karena tidak memperhitungkan
pentingnya peranan-peranan diluar pasar (faktor-faktor non-ekonomis) seperti
regulasi, politik dan faktor internasional dalam penentuan tingkat harga masing-
masing faktor produksi.
4
• Bila kelompok 40% penduduk termiskin pengeluarannya lebih kecil
daripada 17% dari keseluruhan pengeluaran pengeluaran maka
dikategorikan bahwa daerah tersebut berada pada tingkat ketimpangan
yang rendah
2. Pembangunan Dualistik dan Pergeseran Kurva Lorenz
Pendekatan ini menjelaskan ketiga tipologi yang meungkin terjadi dalam figur
kurva Lorenz, sbb:
• Tipologi pertumbuhan perluasan sektor modern, dimana usaha
pengembangan ekonomi dua-sektor (sektor industrti modern dan
sektor pertanian tradisional) bertumpu pada pembinaan dan
pemekaran ukuran sektor modern tanpa mengabaikan upaya
mempertahankan tingkat upah yang layak dikedua sektor.
Mengikuti konsep pertumbuhan sektor dalam Model Ekonomi
Lewis diupayakan agar pendapatan absolut meningkat sedangkan
kemiskinan absolut menurun
• Tipologi Pembangunan pengkayaan sektor modern. Hasil dari
pertumbuhan ekonomi hanya dinikmati oleh segelintir orang yang
bergerak di sektor modern. Distribusi pendapatan semakin
timpang, sedangkan kondisi kemiskinan tidak membaik secara
signifikan.
• Tipologi Pertumbuhan pengkayaan sektor tradisional. Hampir
semua manfaat hasil pertumbuhan dinikmati secara merata kepada
para pekerja di sektor tradisional. Tingkat kemiskinan absolut
menurun
5
6
∑ ( Y − Y *) × fi / N
2
i
W=
Y*
Dimana:
W = PDRB/Kapita pada propinsi i
Y* = Σ PDRB/Kapita nasional
fi = Σ penduduk propinsi i
N = Jumlah total penduduk nasional
7
Stderror of X set
CV =
X
8
dimana Stderror of X set adalah standar deviasi dari satu set dari data X (dalam hal ini
pendapatan), sedangkan X adalah nilai rata-rata dari satu set data pendapatan. Bila faktor
kesalahan nilainya sama dengan nilai rata-rata (CV = 1) maka tidak terdapat kesenjangan
(dengan asumsi nilai rata-rata income sama dengan median income – pendapatan
memiliki distribusi normal dalam penyebarannya). Disadari pula bahwa nilai pendapatan
tidak akan meningkat secara linear baik baik dalam jumlah total maupun per individual,
karenanya nilai logaritma natural dari satu set data pendapatan lebih dapat menunjukkan
pertumbuhan non linear. Standar deviasi (error) dengan dasar rata-rata dari set data
pendapatan tersebut karenanya akan memiliki kriteria yang sama dengan indikator CV.
Namun dua indikator: Coefficient of Variation (CV) dan standard deviation of log of
income (STLI) secara konsep ekonomi dan statistik ini memiliki kelemahan karena tidak
dapat memenuhi kriteria ukuran tingkat kesenjangan yang baik yang akan dijelaskan
berikut ini.
9
n
GI = 1 − ∑ ( Pi − Pi −1 )(Yi − Yi −1 )
i =1
dimana:
GI = Indeks Gini
Pi = Proporsi kumulatif dari penerima pendapatan i
Yi = Proporsi kumulatif pendapatan individu i
n = Jumlah observasi
Namun sekali lagi terdapat kelemahan dari ukuran Indeks Gini karena GI tidak dapat
memenuhi beberapa kriteria lain yang dapat lebih meningkatkan kelayakan ukuran tingkat
distribusi pendapatan yaitu:
Dapat didekomposisi. Hal ini berarti bahwa kesenjangan dapat didekomposisi
(dipecah) menurut kelompok populasi atau sumber pendapatan atau dalam dimensi
lain. Indeks Gini tidak dapat didekomposisi atau tidak bersifat aditif antar kelompok.
Yakni nilai total koefisien Gini dari suatu masyarakat tidak sama dengan jumlah nilai
indeks Gini dari sub-kelompok masyarakat (sub-group).
Dapat diuji secara statistik
Karenanya terdapat ukuran lain yang dianggap lebih baik yaitu Indeks Theil (TI) yang
dapat dihitung dengan rumus:
10
1 N
yi y
TI =
N
∑y
i =1
ln( i )
y
Dimana
TI = Theil Index
yi = pendapatan individu i
11
y = rata-rata pendapatan,
N = jumlah populasi
Bagian kesatu dalam rumus total adalah share pendapatan individu terhadap total
pendapatan, term kedua adalah pendapatan individu relatif terhadap nilai rata-rata
pendapatan. Bila Semua orang mempunyai pendapatan rata-rata yang sama, maka TI = 0,
Bila hanya ada satu orang menguasai seluruh pendapatan maka TI = lnN.
Karenanya Theil index adalah jumlah tertimbang dari kesenjangan dalam sub-kelompok.
Sebagai contoh, kesenjangan di daerah Propinsi jawa Barat adalah jumlah dari semua
kesenjangan tertimbang kabupaten/kota di Jawa Barat ditimbang dengan pendapatan
kabupaten/kota relatif terhadap total pendapatan Jawa Barat. Dengan demikian terbukti
bahwa Theil Index dapat didekomposisi Sejalan dengan Theil indeks, terdapat juga
ukuran kesenjangan lain yang menggunakan parameter tertimbang (e yang mengukur
tingkat kemungkinan adanya kesenjangan)1 yaitu Atkinson Indeks (AI). Ukuran AI ini
secara konsep teori menggunakan perangkat-perangkat yang digunakan Gini Indeks,
namun dapat didekomposisikan seperti halnya Theil Indeks.
1 Ditentukan secara apriori information dari orang yang menganalisa sendiri lewat pengetahuan yang
didapat dari pengalaman studi-studi lain atau keyakinan yang dapat dipertanggung-jawabkan.
12
1
yi 1−e 1−e
∑ ni (
y
)
AI = 1 −
n
dimana:
AI = Indeks Atkinson
13
y=
∑n yi i
n
n = Σ ni
ni = Jumlah rumah tangga i
yj = Pendapatan rumah tangga per kapita i
e = parameter
Referensi
Deaton, Angus. 1997. The Analysis of Household Surveys, Johns Hopkins University
Press, Baltimore MD.
Ravallion, Martin and Shaohua Chen. 2001. Measuring Pro-Poor Growth, Development
Research Group, World Bank.
Sudarti Surbakti, Dr, Kepala BPS Pusat, Seminar Statistik Indonesia, Magister
Management FE, UGM, 14 April 2001
14