You are on page 1of 7

HUKUM ACARA

Tujuan Instruksional Umum


Pada akhir pokok bahasan ini, mahasiswa diharapkan dapat memahami pengertian dan latar
belakang sejarahnya serta asas-asas ketentuan-ketentuan hokum dari Hukum Acara Perdata,
Hukum Acara Pidana, Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara dan Hukum Acara Pengujian
Undang-Undang Terhadap UUD 1945 oleh Mahkamah Konstitusi.

Tujuan Interaksional Khusus


1. Menjelaskan pengertian Hukum Acara Perdata, Hukum Acara Pidana, Hukum Acara
Peradilan Tata Usaha Negara, Hukum Acara Pengujian Undang-Undang Terhadap UUD
1945.
2. Menjelaskan sejarah dari Hukum Acara
3. Menjelaskan peraturan perundang-undangan yang mengatur hukum acara, atau dasar
hukumnya.
4. Menjelaskan tentang asas-asas yang berlaku dalam hukum acara.
5. Menjelaskan subyek hukum acara.
6. Menjelaskan kewenangan/kompetensi mengadili dan putusan-putusan hakim.

PENDAHULUAN
Untuk dapat melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya, Badan-badan Peradilan
memerlukan peraturan-peraturan hokum yang mengatur cara-cara bagaimana dan apakah yang
terjadi jika kaedah-kaedah hukum yang telah diadakan dilanggar oleh masyarakat.
Adapun kaedah hukum yang demikian itu dinamakan Hukum Acara atau Hukum Formil,
yaitu kaedah hukum yang mengatur bagaimana cara mengajukan sesuatu perkara ke muka suatu
badan peradilan dan bagaimana Hakim memberikan keputusan.
Hukum acara yang berasal dari bahasa Belanda yaitu Formeelrecht atau Adjective Law
dalam bahasa Inggris.
Di bawah ini diuraikan berbagai sistem Hukum Acara yaitu :
1. Hukum Acara Pidana
2. Hukum Acara Perdata
3. Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara
4. Hukum Acara Mahkamah Konstitusi
HUKUM ACARA PIDANA

A. Pengertian
Hukum Acara Pidana adalah keseluruhan aturan hukum yang mengatur tentang acara begaimana
mempertahankan atau menyelenggarakan Hukum Pidana Materiil, sehingga memperoleh
keputusan Hakim dan cara bagaimana keputusan itu harus dilaksanakan.
Mustafa Abdullah dan Ruben Achmad menyatakan bahwa Hukum Acara Pidana sebagai
realisasi hokum pidana adalah hokum yang menyangkut cara pelaksanaan penguasa menindak
warga yang didakwa bertanggung jawab atas suatu delik (peristiwa pidana).

B. Landasan Hukum Acara Pidana


1. Sumber Hukum Acara Pidana :
a. Undang-undang No. 14 tahun 1970 tentang ketentuan-ketentuan pokok Kekuasaan
Kehakiman.
b. Undang-undang No. 3 tahun 1971 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
c. Undang-undang No. 8 tahun 1981 tentan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana
(KUHAP). Dengan berlakunya KUHAP ini, maka Herzien Indonesisch Reglement (HIR),
dalam bahasa Indonesia Reglemen Indonwsia diperbaharui (RID) bagian pidana
dinyatakan tidak berlaku lagi.
d. Undang0undang No. 14 tahun 1985 tentang Mahkamah Agung.
e. Undang-undang No. 2 tahun 1986 tentang Peradilan Umum.
2. Fungsi Hukum Acara Pidana :
a. Mencari dan menemukan kebenaran.
b. Pemberian keputusan oleh hakim.
c. Pelaksanaan keputusan oleh hakim.

C. Asas-asas Dalam Hukum Acara Pidana


1. Yang berhubungan dengan peranan :
a. Prakara proses dilakukan oleh Polisi/Jaksa. Jaksa mengajukan tuntutan ke pengadilan
serta melaksanakan penetapan Hakim.
b. Asas-asas oportunitas yaitu dimungkinkannya perkara yang sedang dalam proses
penuntutan dideponir atau dipeti-eskan oleh Jaksa/Pengadilan demi kepentingan umum.
c. Kedua pihak wajib didengar keterangan-keterangannya oleh hakim.
d. Acara pemeriksaan dalam sidang pengadilan dilakukan dengan perdebatan lisan atau
langsung.
e. Keputusan Hakim wajib dilandasi dengan alasan-alasan yang rasional obyektif setelah
mendengar kedua pihak termasuk saksi a charge (yang meringankan) dan saksi a de
charge (yang memberatkan).
f. Dalam rangka menemukan kebenaran materiil, Hakim dalam menjalankan tugasnya
bersifat aktif, artinya Hakim bertindak memimpin proses peradilan.
g. Akusator artinya pada asas akusator ini para pihak diakui sebagai subyek dan
kedudukannya sederajat, pemeriksaan tidaklah bersifat rahasia (terbuka untuk umum).
Tersangka sudah dapat didampingi oleh Penasehat Hukum.
h. Peradilan cepat, sederhana dan biaya ringan.
i. Praduga tak bersalah. Setiap orang yang disangka, ditangkap, ditahan, dituntut atau
dihadapkan di muka sidang pengadilan dianggap tidak bersalah sampai ada putusan
pengadilan yang menyatakan kesalahannya dan memperoleh kekuatan hukum tetap.
j. Semua orang diperlakukan sama di depan hakim.
2. Yang berhubungan dengan keadaan peradilan :
a. Sidang pengadilan dilakukan terbuka untuk umum. Terhadap asas ini ada pengecualian
yaitu bahwa sidang perkara susila dan pelaku kejahatan adalah anak-anak dibawah umur
dilakukan secara tertutup. Keputusan hakim harus selalu dinyatakan dengan pintu
terbuka.
b. Peradilan bertahap.
1) Tingkat pertama pada Pengadilan Tinggi Negeri
2) Tngkat Banding pada Pengadilan Tinggi
3) Tingkat Kasasi pada Mahkamah Agung
3. Sidang Pengadilan diselenggarakan oleh suatu Majelis Hakin (ketua + 2 orang atau 3
orang anggota).
4. Dilakukan oleh Hakim karena jabatannya yang tetap.
D. Subyek Hukum Acara Pidana
1. Tersangka/terdakwa ialah orang yang diduga melakukan tindak pidana.
2. Polisi ialah petugas yang melakukan penyidikan.
3. Jaksa ialah petugas yang melkukan penuntutan.
4. Hakim ialah petugas yang bertugas mengadili.
5. Panitera ialah petugas yang melakukan pencatatan pada sidang pengadilan.
6. Penasehat Hukum/Pengacara ialah yang memberikan nasehat atau yang mendampingi
tersangka di sidang pengadilan.
7. Saksi-saksi.
8. Pegawai Lembaga Pemasyarakatan yang melaksanakan putusan Hakim.

E. Pelaksanaan peranan Acara Pidana dalam Perkara Pidana


Bila diduga atau diketahui terjadi peristiwa pidana maka, dilakukan penyidikan oleh Polisi
atau Pegawai Negeri Sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang.
Penyidikan ini dilakukan untuk mencari dan mengumpulkan bukti-bukti yang berguna untuk
menemukan siapa yang merupakan tersangka yang melakukan tindak pidana.
Setelah tersangka dan barang bukti ditemukan maka perkara ini dilimpahkan kepada Jaksa
yang akan melakukan penuntutan di pengdilan Negeri supaya diperiksa dan diputuskan oleh
Hakim di sidang pengadilan.
Pemeriksaan di sidang pengadilan dilakukan oleh hakim yang diberi wewenang oleh undang-
undang untuk mengadili (menerima, memeriksa, dan memutus perkara pidana).
Hakim mengadili berdasarkan asas bebas, jujur dan tidak memihak. Berdasarkan hasil
pemeriksaan tersebut Hakim menetapkan keputusan. Putusan adalah pernyataan Hakim yang
diucapkan dalam sidang Pengadilan Terbuka yang dapat berupa pemidanaan atau bebas atau
putusan lepas dari segala tuntutan hukum.
Setelah Hakim menjatuhkan putusan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap, maka
Jaksa menjalankan isi putusan tersebut.
Bila putusan Hakim sudah dijatuhkan dan para pihak (Jaksa atau Terdakwa) tidak puas, bagi
mereka diberikan upaya hukum berupa :
1. Biasa yaitu :
Melalui pemeriksaan tingkat banding diajukan ke Pengadilan Tinggi oleh
Terdakwa/kuasanya atau oleh Jaksa melalui pemeriksaan untuk kasasi yang diajukan ke
Mahkamah Agung. Permintaan kasasi terhadap putusan bebas tidak dapat dilakukan.
2. Luar Biasa yaitu :
Demi kepentingan Hukum terhadap semua putusan yang telah memperoleh kekuatan hukum
tetap, dapat diajukan satu kali pemeriksaan kasasi oleh Jaksa Agung kepada Mahkamah
Agung. Kasasi disini bertujuan untuk mencapai kesatuan penafsiran hukum oleh pengadilan.
Satu macam pemeriksaan yang tidak dikenal dalam HIR/RID tetapi diuraikan dalam UU No.
8 tahun 1981 tentang KUHAP yaitu Pra Peradilan.
Pemeriksaan dalam Pra Peradilan ialah perkara :
1. Mengenai sengketa tentang sah atau tidaknya penangkapan, penahanan, penghentian
penyidikan atau penghentian penuntutan.
2. Mengenai ganti rugi dan atau rehabilitasi bagi seseorang yang perkara pidananya
dihentikan pada tingkat penyidikan atau penuntutan.

Sidang pengadilan dilakukan oleh cukup Hakim tunggal yang dibantu seorang Panitera.
Permohonan Pra Peradilan ini diajukan oleh tersangka, keluarga tersangka atau kuasanya kepada
ketua Pengadilan Negeri. Acara pemeriksaan Pra Peradilan ini harus cepat dan singkat, oleh
karena dalam waktu sepuluh hari setelah diterimanya penuntutan, Hakim harus menjatuhkan
putusannya.
HUKUM ACARA PIDANA
Hukum Dan Pembangunan

Dosen Pengajar :
Heru Susetyo, SH, LL.M, M.Si

Anggota Kelompok :
1. Kunto Hadi Nugroho (1006708062)
2. Irfan Zaelani (1006708024)
3. M. Ibnu Azhar (1006708112)
4. Marcha Zoraya A. B (1006708081)

You might also like