You are on page 1of 5

Terapi dan rehabilitasi

Terapi somatic, Antipsikotik, Antipsikotik termasuk tiga kelas obat yang utama: Antagonis reseptor
dopamine Risperidone (risperdal) Clozapine (clozaril). Obat lain Lithium Antikonvulsan Benzodiazepin
Terapi elektro konvulsif ( ECT )Seperti juga dengan terapi konvulsi yang lain, cara bekerjanya elektro
konvulsi belum diketahui dengan jelas. Dapat dikatakan bahwa terapi konvulsi dapat memperpendek
lamanya serangan skizofrenik dan dapat mempermudah kontak dengan pasien.Akan tetapi terapi ini
tidak dapat mencegah serangan yang akan datang. ECT lebih mudah diberikan, dapat dilakukan secara
ambulans, bahaya lebih kecil, lebih murah dan tidak memerlukan tenaga yang khususECT baik hasilnya
pada jenis katatonik terutama katatonikstupor. Terhadap skizofrenik simplex efeknya mengecewakan,
bila gejala hanya ringan lantas diberi ETC, kadang-kadang gejala menjadi lebih berat.
Terapi psikososialTerapi perilakuRencana pengobatan untuk skizofrenia harus ditujukan pada
kemampuan dan kekurangan pasien.

Teknik perilaku menggunakan hadiah ekonomi dan keterampilan sosial untuk meningkatkan
kemampuan sosial, kemampuan memenuhi diri sendiri, latihan praktis dan komunikasi interpersonal.
Perilaku adaptif adalah didorong dengan pujian atau hadiah yanga dapat ditebus untuk hal-hal yang
diharapakan. Dengan demikian, frekuensi perilaku maladaptif atau mernyimpang seperti berbicara
lantang, berbicara sendirian di masyarakat dan postur tubuh yang aneh dapat diturunkan. Latihan
keterampilan perilaku melibatkan penggunaan kaset video orang lain dan pasien, permainan simulasi
dalam terapi dan pekerjaan rumah tentang keterampilan. Terapi berorientasi keluargaPerilaku setelah
periode pemulangan, topik penting yang dibahas adalah proses pemulihan. Pusat terapi harus pada
situasi untuk mengidentifikasi dan menghindari situasi yang memungkinkan menimbulkan kesulitan.
Terapi selanjutnya dapat diarahkan kepada berbagai macam penerapan strategi menurunkan stress dan
mengatasi masalah dan pelibatan kembali pasien ke dalam aktivitas.

Terapi kelompok bagi skizofrenia biasanya memusatkan pada rencana, masalah, dan hubungan dalam
kehidupan nyata. Terapi ini juga efektif dalam menurunkan isolasi sosial, meningkatkan rasa persatuan
dan meningkatkan tes realitas bagi pasien dengan skizofrenia.

Terapi psikomotorik ialah suatu bentuk terapi yang mempergunakan gerakan tubuh sebagai salah satu
cara untuk melakukan analisa berbagai gejala yang mendasari suatu bentuk gangguan jiwa dan sekaligus
sebagai terapi. Analisa yang diperoleh dapat dipakai sebagai bahan diskusi dinamika dari perilaku serta
responnya dalam perubahan perilaku dengan tujuan mendapatkan perilaku yang paling sesuai dengan
dirinya.

Terapi reakreasi ialah suatu bentuk terapi yang mempergunakan media reakresi (bermain, berolahraga,
berdarmawisata, menonton TV, dan sebagainnya) dengan tujuan mengurangi keterganguan emosional
dan memperbaiki prilaku melalui diskusi tentang kegiatan reakresi yang telah dilakukan, sehingg
perilaku yang baik diulang dan yang buruk dihilangkan.

Art terapi ialah suatu bentuk yang menggunakan media seni ( tari, lukisan, musik,pahat, dan lain-lain)
untuk mengekspresikan ketegangan-ketegangan pskis, keinginan yang terhalang sehingga mendapatkan
berbagai bentuk hasil seni dan menyalurkan dorongan-dorongan yang terpendam dalam jiwa seseorang.
Hasil seni yang dibuat selain dapat dinikmati orang lain dan dirinya juga akan meningkatkan harga diri
seseorang.Perawat jiwa yang selalu dekat dengan pasien diharapkan dapat memberikan berbagai
kegiatan yang terarah dan berguna bagi pasien dalam berbagai terapi tersebut.

Rehabilitasi:

- Suatu proses yang kompleks, meliputi berbagai disiplin dan merupakan gabungan dari usaha
medik, sosial, educational dan vaksional yang terpadu untuk mempersiapkan,
meningkatkan/mempertahankan dan membina seseorang agar dapat mencapai kembali taraf
kemampuan fungsional setinggi mungkin.
- Suatu proses refungsionalisasi dan pengembangan bagi penderita cacat agar mampu
melaksankan fungsi sosilanya secara wajar dalam kehidupan masyarakat.

Dalam proses kegiatan pelayanan rehabilitasi pasien mental ada 2 usaha pokok yaitu

- persiapan , penyaluran/penempatan dan pengawasan. Kegiatan persiapan meliputi :


seleksi/work assessment, okupasiterapi prevocational training (latihan kerja) seleksi/work
asessment yang bertyjuan untuk memilih dan memberikan pengarahan dalam berbagai kegiatan
yang cocok dengan kondisi pasien baik fisiknya, kecerdasannya, bakatnya, sifat-sifat
keperibadiannya serta minatnya sehingga kegiatan tersebut dapat mengurangi gejala dan
memperbaiki perilakunya. Okupasiterapi bertujuahn untuk memberikan berbagai kergiatan yang
cocok sesuai dengan hasil seleksi. Latihan kerja (prevocational training) berusaha memberikan
keterampilan kerja yang dapat dipakai sebagai bekal untuk hidup mandiri dan berguna.Kegiatan
penempatan/penyaluranKegiatan penempatan/penyaluran adalah usaha untuk mengembalikan
pasien ke keluarga/masyarakat dengan memperbaiki hubungan yang retak antara pasien dan
keluarga sehingga keluarga bersedia menerima kembali ataupun mencari pengganti dan
menyalurkan ke instansi lain.Kegiatan pengawasanKegiatan pengawasan adalah usaha tindak
lanjut terhadap pasien yang telah dipulangkan dengan melakukan kunjungan rumah (home visit)
atau menyelenggarakan bengkel kerja terlindung (sheltered workshop) di rumah sakit jiwa.
Peran perawat dalam pelayanan rehabilitasi pasien mental khususnya pasien skizofrenik, sangat
penting, karena dalam kenyataan, pasien skizofrenik merupakan sebagian pasien kronis di dalam
rumah sakit jiwa. Pasien kronis inilah yang merupakan sasaran pertama dalam upaya rehabilitasi
agar mereka dapat dikembalikan ke masyarakat dan tidak mengisi sebagaian besar rumah sakit
jiwa.Perawat merupakan petugas yang kerab melakukan pelayanan di rumah sakit jiwa, oleh
karena itu informasi-informasi, pengalaman-pengalaman serta usaha-usaha yang dilakukan
seseorang perawat terhadap pasien mental akan sangat berperan baik dalam persiapan,
penyaluran/penempatan dan pengawasan rehabilitasi. Di samping itu peran perawat dalam
kegiatan rehabilitasi masih dibutuhkan terutama dalam melibatkan keluarga atau masyarakat
dalam pelaksanaan dan memperlancar upaya rehabilitasi. Pada saat seperti itulah perawat
dapat memberikan pengarahan mengenai bagaimana keluarga dapat membantu agar pasien
tidak menjadi kambuh kembali yaitu dengan tetap memberikan kegiatan yang berguna kepada
pasien dan jangan malah disembunyikan. Bila di rumah sakit tersebut telah ada pelayanan
pelayanan day care maka perawat perlu menyarankan agar pasien tersebut mengikuti kegiatan
day care.

1. MANAJEMEN STRESS UNTUK KLIEN


a. REGULER EXERCISE
Program olahraga teratur meningkatkan tonus otot dan postur otot, mengontrol berat badan, mengurangi ketegangan dan
meningkatkan relaksasi. Selain itu , olahraga juga mengurangi risiko penyakit kardiovaskular dan meningkatkan fungsi
kardiovaskular. Klien yang mempunyai riwayat penyakit kronis, yang berisiko untuk mengalami suatu penyakit , atau yang berusia
lebih dari 35 tahun harus mulai melakukan program latihan fisik hanya setelah mendiskusikannya dengan dokter. Secara umum agar
program kebugaran aliran darah ke otot memberi efek fisik yang positif, seseorang harus melakukan olahraga setidakanya tiga kali
dalam satu minggu selama 30 sampai 40 menit.
Setiap orang harus melakukan latihan pernapasan sebelum melakukan latihan berat seperti jogging, gerakan aerobic atau tennis.
Latihan pernapasan menstimulasi aliran darah ke otot dan meningkatkan kelenturan. Latihan ini mengurangi risiko kerusakan pada
sistem musculoskeletal selama latihan. Sama halnya seseorang harus melakukan latihan pendinginan dan tidak berhenti secara
mendadak. misalnya , setelah jogging atau gerakan aerobic, orang tersebut harus bergerak dengan gerakan sedang, secara bertahap
diperlambat dan berhenti. Latihan pendinginan memungkinkan sistem kardiovaskuler, musculoskeletal, dan sistem metabolic secara
bertahap kembali pada keadaan istirahat.
Program latihan efektif dalam menurunkan keparahan kondisi akibat stress seperti hipertensi, kegemukan, sakit kepala migren,
keletihan mental, peka rangsang dan sepresi. Latihan meningaktakan pelepasan opioid endogen yang menciptakan perasaan
sejahtera (McCubbin & McCubbin, 1993).

b. DIET DAN NUTRISI


Nutrisi dan latihan berhubungan erat. Makanan memberi bahan bakar untuk aktivitas dan meningkatkan latihan, yang meningkatkan
sirkulasi dan pemberian nutrient ke jaringan tubuh.
Setiap orang didorong untuk mempertahankan berat badan sesuai dengan rentang standart usia, jenis kelamin, dan bentuk tubuh.
Selain untuk menghindari kelebihan makan atau kekurangan makan, seseorang harus mewaspadai kualitas makanan. Terlalu banyak
lemak, kafein, garam atau gula dapat mengganggu fungsi metabolic tubuh, defisiensi vitamin, mineral, dan nutrient juga dapat
menyebabkan masalah metabolisme. Kebiasaan diet yang buruk dapat memperburuk respond stress dan membuat individu mudah
tersinggung, hiperaktif dan gelisah. Hal ini merusak kemampuan untuk memenuhi tanggung jawab personal, keluarga, dan peran.

c. SUPPORT SISTEM
Peribahasa “ no man is an island” terutama penting untuk penatalaksanaan stress. Sistem pendukung seperti keluarga , teman atau
rekan kerja yang akan mendengarkan dan memberikan nasihat dan dukungan emosional akan sangat bermamfaat bagi seseorang
yang mengalami stress. Sistem pendukung dapat mengurangi reaksi stress dan meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental
(Revenson dan Majerovitz, 1991). Riset keperawatan telah mendokumentasikan adanya korelasi dukungan sosial positif dengan
pengurangan gejala penyakit kronis (White, Richter, & Fry, 1992).
Ubrich dan Bradsher (1993) menunjukkan bahwa dukungan dapat meringankan efek stressor atau distress emosional baik pada
lansia wanita kulit putih maupun suku Afrika-Amerika terutama jika dukungan dipandang sebagai orang yang sangat dipercaya.
Perawat dapat menggunakan berbagai metode untuk membantu klien membangun sistem pendukung, melibatkan diri dalam
aktivitas kelompok tempat ibadah dan memberi dorongan untuk melakukan aktivitas rekreasi. Perawat dapat menggunakan
komunikasi terapeutik untuk mengajarkan klien tentang keterampilan sosialisasi jika klien tidak mengetahui bagaimana cara
berinteraksi dengan tepat. Semua metode ini membantu klien membangun sistem pendukung yang kuat. Jika stress merupakan
akibat dari isolasi sosial, maka strategi keperawatan ditujukan untuk membantu klien mengembangkan jaringan sosial baru.

d. TIME MANAGEMENT
Seseorang yang menggunakan waktu secara efisien biasanya mengalami lebih sedikit stress karena mereka merasa lebih terkontrol
dalam hidupnya. Perawat yang bertindak dalam domain pengajaran-pelatihan dapat membantu klien memprioritaskan tugas jika
mereka merasa kewalahan atau imobilisasi. Penstrukturan waktu yang realistic diperlukan jika klien tidak menyisikan waktu yang
cukup untuk setiap aktivitas. Fungsi peran klien harus dianalisis secara berkaitan untuk menentukan apakah modifikasi dapat dibuat
sehingga dapat mengurangi tuntutan waktu (Peddicord,1991).
Mengendalikan tuntutan dari orang lain penting untuk penatalaksanaan waktu yang efektif. Sedikit orang yang mampu mengikuti
semua permintaan yang diajukan oleh orang lain. penting artinya untuk belajar mengenali permintamaan mana yang dapat dipenuhi
secara realistic, kebutuhan mana yang akan dinegosiasi, dan kebutuhan mana yang dapat ditolak secara asertif. Menghambat
periode waktu untuk menunjukkan tujuan spesifik juga mengurangi rasa keterburuan dan meningkatkan perasaan kontrol.
e. HUMOR
Humor adalah terapi yang terkenal dalam literatur umum oleh Norman Cousins (1979). Kemampuan untuk menerima hal-hal lucu
dan tertawa melenyapkan stress (Robinson, 1990; Dahl dan O’Neal, 1993). Hipotesisfisiologis menyatakan bahwa tertawa
melepaskan endorphin ke dalam sirkulasi dan perasaan stress di lenyapkan.

f. ISTIRAHAT
Pola istirahat dan tidur yang tetap, dan kebaisaan juga penting untuk menangani stress. Seseorang yang mengalami stress harus di
dorong meluangkan waktunya untuk istirahat dan tidur. Tidur tidak hanya menyegarkan tubuh, Tetapi juga membantu seseorang
menjadi rileks secara mental. Klien mungkin membutuhkan bantuan specific dalam mempelajari tehnik relaks sehingga dapat
tertidur.

g. TEHNIK RELAKSASI
Relaksasi progresif dengan dan tanpa ketegangan otot dan tehnik manipulasi pikiran mengurangi komponen fisiologis dan
emodional stress. Tehnik relaksasi adalah perilaku yang dipelajari dan membutuhkan waktu pelatihan dan praktek. Setelah klien
menjadi terampil dalam tehnik ini , ketegangan dikurangi dan parameter fisiologis berubah.
Ada 4 komponen utama dari tehnik relaksasi yaitu :
Lingkungan& yang tenang, menghindarkan sebanyak mungkin kebisingan dan gangguan –gangguan
Posisi yang nyaman, duduk tanpa ketegangan otot.&
Sikap yang& dapat diubah, mengosongkan semua pikiran-pikiran dari alam sadar.
Keadaan& mental (yang baik, memusatkan perhatian pada suara, kata-kata, ungkapan, imaginasi, objek atau pola napas untuk
merubah pikiran-pikiran secara internal menjadi pikiran yang lebih dapat diterima).
Faktor yang penting adalah bagaimana seseorang mengosongkan pikirannya dari semua pikiran-pikiran dan memusatkan perhatian
pada mental device. Wajarlah bila pikiran-pikiran itu makin menerawang. Bila terjadi demikian, orang tersebut akan dengan segera
langsung kembali kepada mental device. Setiap periode relaksasi ini harus membutuhkan waktu kurang lebih 20 menit. Ada
Beberapa pendekatan yang dapat dilaksanakan melalui instruksi perawat kepadda klien , tanpa menggunakan peralatan khusus dan
juga tanpa perintah dokter yaitu relaksasi profresif dan relaksasi respon Benson. Relaksasi progresif terdiri atas peregangan dan
relaksasi sekelompok otot dan memfokuskannya perasaan relakasasi. Aplikasi yang sistematis dari relaksasi progresif ini mempunyai
tiga efek utama, sebagai berikut :
Kelompok otot yang telah mengalami relaksasi maka akan lebih rileks lagi.
Tiap-tiap kelompok otot utama rileks secara bergantian. Kalau otot yang baru ditambah, maka kelompok otot yang lama juga akan
mengalami relaksasi.
Lebih banyak jumlah relaksasi yang dialmi seseorang, maka orang itu akan bergerak menuju fase relaksasi.
Keadaan rileks meningkat setelah periode relaksasi. Respon relaksasi Benson menghilangkan ketegangan otot. Khususnya
membantu secara penuh relaksasi otot pada pasien yang mengalami nyeri atau ketidaknyamanan.
Respon relaksasi Benson’s
o Yakinkan posisi duduk senyaman mungkin dalam lingkungan yang tenang
o Tutup mata
o Relaksasi otot-otot tubuh (katakana Ayo.....)
o Memusatkan perhatian pada pernapasan, ulangi lagi kata-kata atau suara / bunyi seperti “one” atau “um-um” setiap kali ekspirasi.
o Lakukan selama 20 menit
o Buka mata
o Berikan waktu pada pasien untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sebelum psien bergerak atau berpindah.
Relaksasi Progresif
1. Yakinkan posisi yang nyaman dalam ruangan yang tenang
2. Mulai dengan memusatkan perhatian pada pernapasan yang lambat
3. Regangkan kelompok otot-otot yang diinginkan (lihat langkah 5) selama 5-7 detik, kemudian relakasasi secara cepat.
4. Pusatkan perhatian secara 10 detik pada sensasi-sensasi pada otot yang berelaksasi
5. Ikuti petunjuk ini, ulangi untuk setiap kelompok otot, regangkan 2 atau 3 kali.
• Tangan dan lengan : mengepalkan tangan, menarik siku dengan kuat, kerutkan hidung, purse lip, senyum dengan gigi terekat kuat.
• Wajah : mengerutkan dahi, tutup mata dengan rapat, mengerutkan hidung, purse lip, senyum dengan gigi terekat kuat.
• Leher : Dekatkan dagu dengan dada.
• Dada : tarik kedua bahu secara bersama-sama, keraskan perut dan bokong.
• Kaki dan tungkai : dorong ke bawah dengan kaki, jari-jari menjauhi (dorsofleksi) utamakan kaki yang terdahulu.
6. Ulangi proses pada setiap area yang mengalami ketegangan.

h. SPIRITUALITAS
Aktivitas spiritual dapat juga mempunyai efek yang positif dalam menurunkan stress (Dahl dan O’ Neal , 1993). Praktik seperti
berdoa, meditasi atau membaca bahan bacaan keagamaan dapat menjadi sumber yang bermamfaat bagi klien. Pada penelitian
(Young, 1993) praktik spiritual klien lansia dapat meningkatkan perasaan produktivitas dan kemampuan beradaptasi yang membantu
dalam menghadapi individu sakit kronis

2. MANAJEMEN STRES UNTUK PERAWAT.


Sebagian besar perawat mengalami stress dalam lingkungan pekerjaan merka. Stresor dapat
terdiri atas kelebihan beban kerja, kebijakan institusi tempat bekerja, konflik dengan rekan kerja
atau karakteristik klien (Foxall, Zimmermen, dan Bene, 1990; Skipper, Jung dan Coffey, 1990).
Reaksi terhadap stressor yang berkaitan dengan pekerjaan bergantung pada kepribadian perawat,
status kesehatan, pengalaman sebelumnya dengan stress dan mekanisme koping.

STRESS PEKERJAAN
Seringkali mengakibatkan kondisi yang disebut kepenatan, yang ditandai oleh penuruanan
perhatian pada orang dengan siapa kita bekerja. Selama merasa penat klien merasakan kelelahan
fisik dan emosional (Melamed, Kushnir dan Shirom, 1992). Pekerjaan atau profesi tidak lagi
memberi dampak positif dan klien mungkin mengalami marah dan apatis.
Perawat dan risiko terhadap stress kepenatan akibat pekerjaan dan dapat memamfaatkan tehnik
penatalaksanaan stress yang sama seperti yang mereka ajarkan pada klien. Dalam organisasi dan
domain kompetensi peran pekerja, perawat harus mengidentifikasi stressor tertentu di tempat
kerja dan berupaya untuk menghilangkan stressor tersebut. Juga membantu untuk mendapat
dukungan sosial dari perawat lainnya dengan harapan mempertahankan sikap merawat yang
ditujukan pada klien. http://lensaprofesi.blogspot.com/2008/11/stres-dan-adaptasi.html

http://belajarpsikologi.com/cara-meningkatkan-harga-diri/

You might also like