You are on page 1of 42

Pajak Penghasilan Indonesia

Hukum Pajak FHUI


Pajak atas Penghasilan
• Apa itu penghasilan?
• Umumnya adalah: penambahan kekayaan yang dapat
digunakan untuk konsumsi
• Mengapa diperlukan definisi penghasilan dalam pajak
penghasilan?
Sejarah
• Awal:
– 10M, Kaisar Wang Mang.
– Modern, Dec. 1798 di UK untuk pembiayaan
perang dengan Napoleon
• Mulanya merupakan pajak insidentil
• Setelah perang Napoleon menjadi dikenakan terus
menerus.
Sejarah
• Di Indonesia :
• Diperkenalkan oleh Belanda.
– Masa pre 1920
– Reformasi pajak 1920
– Ordonansi 1925: pemisahan peraturan pajak badan dan
perorangan
– Reformasi pajak 1983/1984
• Sistem perUU-an PPh saat ini:
– Dasar: UU saat reformasi pajak yang diamandemen
Pengertian dasar

• Jumlah pajak terutang = Dasar pemajakan X


tarif
– Memenuhi ketentuan UU
– Dianjurkan memenuhi ketentuan tax maxims
• Proportional
• Not arbitrary (certain)
• Convenient for the payer
• Out of the pocket of the people as little as possible
Dasar & Pernyataan Hukum
• Konsep Dasar  azas legalitas  Konstitusi dan
UU
• Indonesia (dan negara sistem Eropa kontinental
pada umumnya= UUD, UU dan peraturan
perUUan lebih rendah
• UK = Unwritten Constitution
• Court case
• Doktrin Parliament Sovereignty
• US = Constitution
• Doktrin Parliament Sovereignty terkodifikasi
• No Taxation without representation  Congress
Dasar & Pernyataan Hukum
• Azas legalitas: Sejauh mana?
– Apakah dalam Konstitusi diatur secara umum?
– Apakah diatur secara khusus?
– Apakah aturan ini terdapat pada peraturan
PerUUan di bawah konstitusi?
– Sebesar apa kekuasaan pemajakan diberikan ke
daerah?
– Bagaimana peran pengadilan?
Dasar & Pernyataan Hukum
• Azas legalitas dan prinsip umum perpajakan
(equality, ability to pay, simplicity, certainty dst)
– Jerman : Konsep ability to pay adalah doktrin yang
muncul dari praktek pengadilan: pajak atas bunga
dan kekayaan.
– US:
• Konsep net income sebagai tax base dalam IRS regulation
• Diskriminasi ok selama ada dalam UU tertulis
Dasar & Pernyataan hukum
– Perancis: dilakukan oleh MK, dengan anggapan
azas2 tersebut ada dalam konstitusi Perancis
– Belanda:
• Konstitusi melarang pengadilan menyatakan suatu UU
inkonstitusional
• Ada beberapa kasus di mana pengadilan menyatakan
UU tidak sesuai dengan traktat internasional
– Indonesia?
Dasar & Pernyataan Hukum
• Hukum Internasional:
– Keberlakuannya tergantung hukum nasional
• Monisme (Belanda, Perancis, Spanyol)
• Dualisme (Indonesia, UK, -- Amerika)
– Treaty :
• Tax treaty
• Human rights
• EC treaty
• Vienna convention
• dll
Dasar & Pernyataan Hukum
– Treaty override
• Sengaja
• Tidak sengaja: metode interpretasi
• International Tax Language
Subjek dan Objek Pajak PPh
• Subyek: Pembayar pajak
• Objek: Hal yang dikenakan pajak

PPh adalah pajak langsung. Langsung dibayar


oleh penanggung pajak = pembayar pajak.
Pada pajak tidak langsung penanggung pajak
tidak sama dengan pembayar pajak
Objek Pajak
– Penghasilan :
• Schedular (berdasarkan sumber): UK, NL. Penentuan
penghasilan yang bergantung pada sumbernya. Contoh:
Pajak atas sewa, pajak atas hasil panen, pajak penghasilan
dokter, dst.
– Dualisme penghasilan (income) vs. Capital gains : dari konsep
trust.
• Accretion (luas): USA, Indonesia: Seluruh penambahan
kemampuan yang dapat dimanfaatkan untuk konsumsi.
– Sumber penghasilan:
• Territorial basis
• Worldwide income
• Double Taxation
Objek Pajak
• Konsep penghasilan luas:
– Indonesia, Amerika: 1955 di keputusan Supreme
Court
– Semua peningkatan kemampuan
Objek Pajak
• Konsep penghasilan berdasarkan sumber
– Berasal dari masa agrikultur Inggris
– Harus ada sumbernya yang diatur UU: tidak ada
sumber, maka bukan penghasilan, contoh:
• Penghasilan dari penggantian kerugian
• Hasil judi
• Capital gains  pajak capital gains bukan pajak
penghasilan di UK
• Penghasilan yang didapat setelah sumbernya hilang
Capital Gains
• UK dan yang sejenis:
– bukan penghasilan pada umumnya
– Permasalahan tax avoidance muncul bila capital
gains kena tarif yang berbeda dengan income tax
– Konsep penting:
• Disposal
• Capital
• Allowance
• Bussiness or Private (Jerman)
Objek Pajak
• Pasal 4 ayat (1) UU PPh
– Accretion
– Worldwide basis: International Double Taxation
• Accretion: apa yang dimaksud dengan:
• “yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk
menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan”
– Bila penghasilan sudah menjadi nyata: azas munculnya pasal 4
(2). Kurang pas menurut teori hukum pajak.
Objek Pajak Indonesia
• Pasal 4 ayat 1 UU PPh
– setiap tambahan kemampuan ekonomis yang
diterima atau diperoleh Wajib Pajak,
– baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar
Indonesia,
– yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk
menambah kekayaan Wajib Pajak yang
bersangkutan
Subjek Pajak
• Persoon
• Rechtpersoon: di Indonesia tidak perlu
rechtpersoon
• Successierecht: warisan yg belum terbagi
sebagai satu kesatuan menggantikan yg
berhak
Subjek Pajak LN & DN
• Hubungan dengan Worldwide Income Basis
• Subjek pajak LN menurut UU PPh*:
• Orang pribadi yg tdk bertempat tinggal dan tdk berada
di Indonesia lebih dari 183 hari dlm jangka waktu 12
bulan
• badan yg tidak didirikan dan tdk bertempat kedudukan
di Indonesia, yang menjalankan usaha/kegiatan
melalui bentuk usaha tetap
* Ketentuan ini amat mirip dengan ketentuan yang dianut di banyak
negara lain dan/atau tax treaty
Subjek Pajak: BUT
• Bentuk Usaha Tetap (BUT)/Permanent
Establishment (PE):
• Konsep/fiksi hukum untuk sebuah cabang/perwakilan suatu
(recht)persoon LN yang melakukan usaha di negara lain,
dalam hal ini Indonesia.
• Bukan merupakan badan hukum
• Dikenakan peraturan perpajakan atas badan sebagaimana
rechtpersoon lainnya
• Azas pengenaan: teritorial
• Biasanya harus memenuhi permanence dan generating
profit.
• Force of Attraction principle
Subjek Pajak: BUT
• Menurut UU PPh:
• berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus
delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua
belas) bulan
• menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui
bentuk usaha tetap di Indonesia
Subjek Pajak: BUT
• Contoh dalam UU PPh:
1.Tempat kedudukan manajemen
2.Cabang perusahaan
3.Kantor perwakilan
4.Gedung kantor
5.Pabrik
6.Bengkel
7.Gudang
8.Agen atau pegawai perusahaan asuransi
9.Ruang untuk promosi
10.dll.
Menghitung tax base
• Penghasilan:
• Draagkracht theorie: Daya Pikul: Net Income.
• Dianut di hampir seluruh dunia, gunanya untuk
menentukan apakah suatu pungutan merupakan pajak
atas penghasilan atau bukan.
– Untuk orang pribadi: Penghasilan Tidak Kena Pajak
(PTKP)
• Ditentukan UU. Azas Fairness vs. Effectivity of
Administration.
Menghitung tax base: PTKP
Penghasilan tidak Kena Pajak orang pribadi per tahun:
• Rp.15.840.000,-  Untuk wajib pajak sendiri

• Rp. 1.320.000,-  Untuk wajib pajak yang menikah

• Rp.15.840.000,-  Tambahan untuk istri yang


penghasilannya digabung dengan suami

• Rp. 1.320.000,-  per anggota keluarga lainnya


(sedarah, semenda, lurus, sampai 3)
Menghitung Tax base: Net Income
• Net Income = Gross income – Costs
• Biaya-biaya untuk mendapatkan, menagih dan
memelihara penghasilan (PSAK):
– Biaya pembelian bahan
– Bunga, sewa, royalti
– Biaya administrasi
– Biaya promosi
– Biaya perjalanan
– Dan lain-lain yg diatur dgn peraturan Menteri
Keuangan
Menghitung tax base: norma
penghitungan
• Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan
kegiatan usaha atau pekerjaan bebas yang
peredaran brutonya dalam 1 (satu) tahun
kurang dari Rp.4.800.000.000,- boleh
menghitung dengan norma.
• Norma: bukan costs sebenarnya, namun dikira2.
• Persentase dari Gross income berbeda2 tiap jenis
usaha sebagaimana diatur pemerintah.
• Harus melakukan pembukuan atau pencatatan
Menghitung Tax Base
• Wajib menyelenggarakan pembukuan atau
pencatatan
• Bila tidak ada pembukuan dan/atau
pencatatan pemerintah dapat menentukan
pajak dengan perkiraan.
Tarif: Orang Pribadi
• Sampai dengan Rp.50.000.000,-  5%

• Rp.50.000.000,- sampai Rp.250.000.000,- 


15%

• Rp.250.000.000,- sampai Rp.500.000,-  25%

• Diatas Rp.500.000.000,-  30%


Tarif: Orang Pribadi
• Progresif: Makin kaya seseorang, makin
banyak fasilitas negara yang dia pakai.
Tarif: Badan (dan BUT)
• 28% flat
Pembayaran pajak
• Langsung oleh WP
• Dengan pemotongan:
– Pasal 21, 23 & 26: Pajak atas penghasilan/
pekerjaan / kegiatan dipotong pemberi
kerja/penghasilan/kegiatan. Lihat UU
• Dengan pemungutan:
Pasal 22: pajak atas penyerahan barang, impor,
penjualan barang mewah. Lihat UU. Contoh, PPh
Impor.
Beban pajak BUT
• Pajak badan 28%
• PPh pasal 23
Pemotongan, pemungutan, final dan
non final
• Penghitungan PPh pada umumnya
• Dibayarkan pada akhir tahun
• Perkecualian: ada yang dibayarkan saat terjadi transaksi
atau peristiwa lainnya, contoh: pemotongan pasal 21, fiskal
luar negeri.
• Pada umumnya pemotongan yang dilakukan sebelum akhir
tahun diperhitungkan (dikreditkan) dengan pajak lainnya
(tidak final), contoh: PPh akhir tahun 15 juta. Sudah
dipotong 5 juta untuk fiskal luar negeri. Bayar ke kantor
pajak tinggal 10 juta.  penerimaan negara lebih cepat.
• Bila tidak diperhitungkan, maka dinamakan final. 
kerancuan azas efficiency of administration vs. Fairness.
Pemotongan pajak
• Lihat pasal 21
• Pasal 23 dikenakan di atas penghasilan yang
pemotongan berdasarkan pasal 21.
• Pembayaran kepada WP LN (BUT) dikenakan
pemotongan pajak 20%.
• Penghasilan kena pajak BUT setelah dikenakan
PPh pasal 21 dikenakan lagi pajak 20%
pemotongan tidak dilaksanakan bila penghasilan
kena pajaknya direinvestasi di Indonesia.
Foreign Tax Credit
• WP punya penghasilan di LN dan Indonesia, sudah bayar
pajak di LN
• WP resident di Indonesia, penghasilannya dihitung
berdasarkan Konsep worldwide income, termasuk
penghasilan di LN tadi
• Bila kena pajak lagi di Indonesia maka double taxation
• Pajak yang telah dibayarkan di LN dapat diperhitungkan dengan
pajak yang akan dibayarkan di Indonesia. Contoh pengkreditan mirip
pada slide 22.
• Ordinary Credit: bila pajak yang dibayar di LN lebih besar dari
perhitungan yang dilakukan berdasarkan UU PPh, maka maksimum
kredit adalah berdasarkan perhitungan UU PPh. Bila tidak demikian,
negara RI menanggung rugi atas untung negara LN.
Lain-lain
• Pajak dapat diangsur (pasal 25)
• Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri yang tidak memiliki NPWP dan
telah berusia 21 tahun yg bertolak ke luar negeri wajib membayar pajak
(fiskal). (pasal 25)
• Kecuali dapat membuktikan masih dalam tanggungan orang tua.
• Negara domisili dari WP luar negeri adalah negara tempat tinggal atau
tempat kedudukan WP luar negeri yg menerima manfaat dr penghasilan
tersebut ( beneficial owner ). (pasal 26)
• Penerimaan negara dari pajak penghasilan dalam negeri dibagi dengan
imbang : (pasal 31C)
• 80 %  untuk Pemerintah Pusat
• 20 %  untuk Pemerintah Daerah tempat wajib pajak terdaftar

• Pemerintah berwenang untuk melakukan perjanjian dgn


pemerintah negara lain dalam rangka Penghindaran Pajak
Berganda dan Pencegahan Pengelakan Pajak. (pasal 32A)
Contoh perhitungan
• PTKP:
Tuan Amir menikah mempunyai seorang istri
yang tidak bekerja dan 3 orang anak.

Maka PTKP yg dapat diberikan :

 Rp.15.840.000,- + Rp.1.320.000,- +
Rp.3.960.000,- = Rp.21.120.000,-
Contoh perhitungan
• Tarif pajak pasal 21
Tuan Badu mempunyai penghasilan kena pajak
sebesar Rp.75.000.000,-

Pajak yg harus dibayar :


• 5% X Rp.50.000.000,- = Rp.2.500.000,-
• 15% X Rp.25.000.000,- = Rp.3.750.000,-
____________ +
Rp.6.250.000,-.
Contoh perhitungan
• Utang pajak berdasarkan pasal 21
Tuan Badu menikah dan mempunyai 2 orang
anak.Bekerja dgn penghasilan setiap bulan
Rp.7.000.000,-. Hitung berapa pajak yang
harus di bayar oleh tuan Badu setiap bulan.

Jawab :
Penghasilan dalam satu tahun : 12 X
Rp.7.000.000,- = Rp.84.000.000,-
• PTKP tuan Badu :
• Rp.15.840.000 + Rp.1.320.000,- + Rp.3.960.000,-
= Rp.21.120.000,-

• Penghasilan kena pajak :


• Rp.84.000.000,- - Rp.21.120.000,- =
• Rp.62.880.000,-

• Pajak yang harus di bayar oleh tuan Badu dalam 1


tahun :
5% X Rp.50.000.000,- = Rp.2.500.000,-
15% X Rp.12.880.000,- = Rp.1.932.000,-
__________ +
Rp.4.432.000,-

• Pajak setiap bulan :


Rp.4.432.000 : 12 = Rp.369.333,33,-

You might also like