Professional Documents
Culture Documents
PENDEKATAN KETERAMPILAN
PROSES
dalam Pembelajaran IPA (Fisika)
Oleh:
FINA MUTOHAROH
108321417060
VITA FARIDIANA
108321417064
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
2011
Pendekatan Keterampilan Proses
dalam Pembelajaran IPA (Fisika)
Fisika merupakan bagian dari sains tentang dunia fisik seperti kimia, geologi, dan
astronomi. Tidak hanya bagian dari sains dunia fisik, fisika juga merupakan pengetahuan
dasar sains yang diperoleh dan dikembangkan dengan berlandaskan pada serangkaian
penelitian yang dilakukan oleh para saintis dalam mencari jawaban tentang berbagai gejala
alam serta penerapannya dalam teknologi dan kehidupan sehari-hari. Oleh karena fisika
merupakan ilmu yang diperoleh dengan serangkaian penelitian maka seyogyanya dalam
proses pembelajaran, fisika dipandang sebagai proses, bukan produk.
Pembelajaran fisika sebagai suatu proses berarti bahwa siswa tidak hanya diberikan
tentang prinsip/konsep dari suatu materi, lebih kepada bagaimana proses dalam menemukan
prinsip atau konsep itu. Kerangka Pemikiran Pembelajaran fisika akan lebih mudah dipahami
saat pembelajaran itu dilakukan dengan melakukan kegiatan belajar secara nyata sehingga
peserta didik akan mendapatkan pengalaman belajar secara langsung. Dengan melakukan
kegiatan langsung, siswa akan diberi kesempatan untuk menemukan konsep, fakta, atau
prinsip melalui dirinya sendiri. Pembelajaran yang demikian akan lebih bermakna daripada
hanya sekadar menghapalkan suatu konsep atau prinsip. Sehingga salah satu alternatif
pendekatan dalam pembelajaran fisika yaitu menggunakan pendekatan keterampilan proses.
a. Mengamati (Observasi)
Untuk dapat mencapai keterampilan mengamati siswa harus menggunakan sebanyak
mungkin inderanya, yaitu indera penglihat, pembau, pendengar, pengecap dan peraba.
Dengan demikian ia dapat mengumpulkan dan menggunakan fakta-fakta yang relevan dan
memadai.
Apabila siswa mendapatkan kemampuan melakukan pengamatan dengan
menggunakan beberapa indera, maka kesadaran dan kepekaan mereka terhadap segala hal
disekitarnya akan berkembang, pengamatan yang dilakukan hanya menggunakan indera
disebut pengamatan kualitatif, sedangkan pengamatan yang dilakukan dengan
menggunakan alat ukur disebut pengamatan kuantitatif. Melatih keterampilan pengamatan
termasuk melatih siswa mengidentifikasi indera mana yang tepat digunakan untuk
melakukan pengamatan suatu objek.
b. Menafsirkan pengamatan (interpretasi)
Untuk dapat menafsirkan pengamatan, siswa harus dapat mencatat setiap pengamatan,
lalu menghubung-hubungkan pengamatannya sehingga ditemukan pola atau keteraturan
dari suatu seri pengamatan.
c. Mengelompokkan (klasifikasi)
Klaslifikasi adalah proses yang digunakan ilmuwan untuk mengadakan penyusunan
atau pengelompokkan atas objek-objek atau kejadian-kejadian. Keterampilan klasifikasi
dapat dikuasai bila siswa telah dapat melakukan dua keterampilan berikut ini.
Mengidentifikasi dan memberi nama sifat-sifat yang dapat diamati dari sekelompok
objek yang dapat digunakan sebagai dasar untuk mengklasifikasi.
Menyusun klasifikasi dalam tingkat-tingkat tertentu sesuai dengan sifat-sifat objek
Klasifikasi berguna untuk melatih siswa menunjukkan persamaan, perbedaan dan
hubungan timbal baliknya.
d. Meramalkan (prediksi)
Keterampilan prediksi mencakup keterampilan mengajukan perkiraan tentang sesuatu
yang belum terjadi atau belum diamati berdasarkan suatu kecenderungan atau pola yang
sudah ada.
Jadi dapat dikatakan bahwa memprediksi sebagai menyatakan dugaan beberapa
kejadian mendatang atas dasar suatu kejadian yang telah diketahui. Contoh kegiatan untuk
melatih kegiatan ini adalah memprediksi berapa lama (dalam menit, atau detik) lilin yang
menyala akan tetap menyala jika kemudian ditutup dengan toples (dalam berbagai ukuran)
yang ditelungkupkan.
e. Menggunakan alat bahan
Untuk dapat memiliki keterampilan menggunakan alat dan bahan dengan sendirinya
siswa harus menggunakan betul alat serta bahan itu agar dapat memperoleh pengalaman
langsung. Selain itu siswa harus pula mengetahui mengapa atau bagaimana menggunakan
alat dan bahan itu.
f. Menerapkan konsep atau prinsip
Dengan menggunakan konsep yang telah dimiliki, siswa seharusnya dapat
menerapkan konsep tersebut pada peristiwa atau pengalaman baru yang terkait dengan cara
menjelaskan apa yang terjadi.
g. Menyusun Hipotesis
Hipotesis biasanya dibuat pada suatu perencanaan penelitian yang merupakan
pekerjaan tentang pengaruh yang akan terjadi dari variabel manipulasi terdapat variabel
respon. Hipotesis dapat dirumuskan secara induktif dan secara deduktif. Hipotesis dapat
juga dipandang sebagai jawaban sementara dari rumusan masalah.
Berhipotesis dapat berupa pernyataan hubungan antar variabel atau mengajukan
perkiraan penyebab terjadinya sesuatu. Dengan berhipotesis terungkap cara melakukan
pemecahan masalah, karena dalam rumusan hipotesis biasanya terkandung cara untuk
mengujinya.
h. Merencanakan percobaan atau penelitian
Agar siswa dapat merencanakan percobaan, ia harus dapat menentukan alat dan
bahan yang akan digunakan. Selanjutnya siswa harus dapat menentukan variabel yang
dibuat tetap dan variabel yang berubah, menentukan apa yang dapat diamati, diukur atau
ditulis, serta menentukan cara dan langkah-langkah kerja. Selain itu siswa juga harus dapat
menentukan cara mengolah data sebagai bahan untuk menarik kesimpulan.
i. Berkomunikasi
Menurut Abruscato (Nasution, 2007: 1.44 ) mengkomunikasikan adalah
menyampaikan hasil pengamatan yang berhasil dikumpulkan atau menyampaikan hasil
penyelidikan.
Untuk mencapai keterampilan berkomunikasi, siswa harus dapat berdiskusi dalam
kelompok tertentu serta menyusun dan menyampaikan laporan tentang kegiatan yang
dilakukannya secara sistematis dan jelas. Siswa juga harus dapat menggambarkan data
yang diperolehnya dalam bentuk grafik, tabel atau diagram.
Misalnya siswa mengembangkan keterampilan mengkomunikasikan deskripsi benda-
benda dan kejadian tertentu secara rinci. Siswa diminta untuk mengamati dan
mendeskrifsikan beberapa jenis hewan- hewan kecil (seperti ukuran, bentuk, warna,
tekstur, dan cara geraknya), kemudain siswa tersebut menjelaskan deskrifsi tentang objek
yang diamati didepan kelas.
j. Mengajukan pertanyaan
Pertanyaan yang diajukan dalam mengembangkan keterampilan ini dapat meminta
penjelasan tentang apa, mengapa, bagaimana atau menanyakan latar belakang hipotesis.
Pertanyaan tentang latar belakang hipotesis menunjukkan bahwa siswa memiliki gagasan
atau perkiraan untuk menguji atau memeriksanya. Dengan mengajukan pertanyaan
diharapkan siswa tidak hanya sekedar bertanya tetapi melibatkan proses berpikir.
Sepuluh Keterampilan Proses IPA (fisika) yang dapat dilakukan dalam pembelajaran
adalah mengamati, menafsirkan pengamatan, mengklasifikasikan, meramalkan, menggunakan
alat dan bahan, menerapkan konsep, menyusun hipotesis, merencanakan penelitian,
berkomunikasi dan mengajukan pertanyaan. Setiap keterampilan tersebut dijabarkan menjadi
kegiatan-kegiatan yang perlu dilakukan oleh siswa untuk dapat memiliki keterampilan proses
IPA (fisika) bersangkutan. Kegiatan ini disebut sub-keterampilan proses IPA (fisika).
Dalam menggunakan pendekatan ketrampilan proses IPA (fisika) para guru sebaiknya
membuat perencanaan pengajaran tentang materi pelajaran dalam satu satuan waktu, misalnya
satu semester. Dalam perencanaan ini ditentukan konsep-konsep yang akan dikembangkan,
dan untuk setiap konsep ditentukan metode atau pendekatan yang akan digunakan
ketrampilan-ketrampilan proses IPA beserta sub-ketrampilan proses IPA (fisika) yang akan
dikembangkan. Dalam perencanaan ini diusahakan agar semua ketrampilan proses IPA
(fisika) pernah dikembangkan, dan ada keseimbangan antara jumlah sub-ketrampilan proses
IPA (fisika) yang dilakukan para siswa. Setelah perencanaan guru selanjutnya melaksanakan
kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan tahap-tahapan yang tentunya mendukung
pelaksanaan pendekatan keterampilan proses. Hal ini diwujudkan dengan melaksanakan
pembelajaran melalui tiga tahapan yaitu kegiatan pendahuluan yang bertujuan memotivasi
siswa, kegiatan inti yang berisi eksperimen, demonstrasi dan penjelasan lebih mendalam
mengenai materi lalu terakhir adalah kegitan penutup yang bertujuan memberikan penguatan
dan pendalaman materi kepada para siswa.
Di dalam pembelajaran menggunakan pendekatan keterampilan proses siswa
diharapkan dapat memahami dan menganalisis suatu ilmu pengetahuan sendiri dengan lebih
baik sehingga pembelajaran yang dirilis dengan pendekatan keterampilan proses akan dapat
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA (Fisika) siswa. Hasil belajar ini diukur melalui
test atau evaluasi yang diwujudkan dengan angka. Test atau evaluasi yang diberikan
mengukur 3 ranah/aspek meliputi ranah kognitif, psikomotor dan afektif.
Pendekatan ketrampilan proses IPA (fisika) mempunyai beberapa kebaikan yaitu (1)
membuat siswa berpikir, (2) membuat siswa kreatif, (3) ketrampilan-ketrampilan proses IPA
(fisika) diperlukan dalam kegiatan ilmiah baik di sekolah maupun di kemudian hari.
PERTANYAAN DAN JAWABAN
Pertanyaan
1. Mengapa IPA (fisika) dapat dikatakan mencakup dua hal yaitu IPA (fisika) sebagai
produk dan IPA (fisika) sebagai proses? Jelaskan!
2. Jelaskan ketrampilan-ketrampilan proses IPA (fisika)!
3. Mengapa untuk mengembangkan ketrampilan proses IPA (fisika) lebih baik digunakan
metode pemecahan masalah bukan metode ceramah? Jelaskan!
4. Apakah setiap sub-ketrampilan proses IPA harus dikembangkan dalam satu satuan
waktu? Mengapa?
5. Bagaima cara mengetahui hasil belajar yang dilakukan berdasarkan pendekatan
keterampilan proses?
6. Jelaskan hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran melalui
pendekatan keterampilan proses agar hasil prmbelajaran optimal?
7. Jelaskan kebaikan-kebaikan penggunaan pendekatan ketrampilan proses dalam
belajar-mengajar IPA (fisika)!
Jawaban
1. IPA sebagai produk dimaksudkan bahwa di dalam IPA (fisika) terdapat sekumpulan
pengetahuan yang terdiri atas fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, hukum-
hukum dan teori-teori. Sementara IPA (fisika) sebagai proses dimaksudkan segala
kegiatan yang dilakukan dan sikap-sikap yang dimiliki para ilmuwan untuk
menghasilkan produk IPA.
4. Ya, agar siswa dapat menguasai kesepuluh keterampilan tersebut dan hasil
pembelajaran yang diinginkan melalui pendekatan keterampilan proses dapat
terpenuhi secara maksimal sehingga siswa diharapkan dapat memahami dan
menganalisis suatu ilmu pengetahuan sendiri dengan lebih baik sehingga pembelajaran
yang dirilis dengan pendekatan keterampilan proses akan dapat meningkatkan
aktivitas dan hasil belajar IPA (Fisika) siswa.
5. Hasil belajar melelui pendekatan keterampilan proses diukur melalui test atau evaluasi
yang diwujudkan dengan angka. Test atau evaluasi yang diberikan mengukur tiga
ranah/aspek meliputi ranah kognitif, psikomotor dan afektif.
6. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menggunakan pendekatan ketrampilan proses
antara lain:
a. Dalam menyusun strategi mengajar dengan menggunakan pendekatan ketrampilan
proses, maka ketrampilan-ketrampilan proses itu bersama-sama dikembangkan
dengan fakta-fakta dan konsep-konsep serta prinsip yang ada dalam IPA (fisika)
b. Ketrampilan-ketrampilan proses tidak perlu merupakan suatu urutan yang harus
diikuti dalam mengajarkan IPA (fisika). Namun disesuaikan dengan tingkat
perkembangan anak didik di sekolah
c. Jumlah dan macam ketrampilan proses beserta sub-sub ketrampilannya tidak perlu
sama untuk setiap metode atau pendekatan mengajar yang digunakan, asal sesuai
dengan tingkat perkembangan anak dan materi yang diajarkan
d. Untuk mengembangkan ketrampilan proses sebaiknya digunakan metode-metode
memecahkan masalah atau pendekatan inkuiri bebas bukan metode ceramah.
e. Dalam satu waktu, misalnya satu semester, seluruh ketrampilan proses itu beserta
semua sub-ketrampilan prosesnya hendaknya pernah dikembangkan semaksimal
mungkin sesuai dengan waktu pelajaran yang tersedia juga harus diperhatikan
keseimbangan antara ketrampilan-ketrampilan proses yang dikembangkan.