You are on page 1of 79

1

A. JUDUL : PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN


INKUIRI DENGAN MENGGUNAKAN IRINGAN MUSIK
KLASIK TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA
POKOK BAHASAN LISTRIK DINAMIS DI KELAS X R-
SMA-BI NEGERI 1 LAMONGAN

B. LATAR BELAKANG
Fisika merupakan salah satu mata pelajaran dari cabang Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) atau yang sering disebut juga sebagai Sains. IPA
bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta,
konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses
penemuan. Menurut Carin dan Sund (1993) dalam Puskur (2007: 3)
mendefinisikan Sains sebagai “pengetahuan yang sistematis dan tersusun
secara teratur berlaku secara umum (universal) dan berupa kumpulan data
hasil observasi dan eksperimen”. Sehingga untuk mendapatkan dan
memahami pengetahuan fisika secara mendalam hendaknya diperoleh melalui
suatu proses yang melibatkan penalaran rasional dalam kegiatan pemecahan
masalah dengan menggunakan metode ilmiah yang meliputi penyusunan
hipotesis, perencanaan eksperimen atau percobaan, evaluasi, pengukuran, dan
penarikan kesimpulan. Melalui kegiatan pemecahan masalah dan metode
ilmiah itulah diharapan peserta didik dapat mengalami proses pembelajaran
secara langsung, utuh dalam mempelajari fenomena-fenomena fisis dan
menemukan fakta/pengetahuan baru untuk memahami konsep-konsep fisika
seperti layaknya para ilmuwan.
Dari hasil observasi langsung yang dilakukan oleh penulis di R-SMA-
BI Negeri 1 Lamongan didapatkan sutau kenyataan bahwa proses Kegiatan
Belajar Mengajar (KBM) fisika masih belum sesuai dengan hakikat
pembelajaran fisika sebenarnya. Guru dalam mengajarkan materi fisika masih
memakai model pembelajaran tradisional (teacher centre) atau pembelajaran
konvensional dengan menggunakan metode ceramah. Guru menjelaskan
materi fisika yang ada di buku paket dan menuliskan beberapa rumus di papan
2

tulis kemudian memberikan contoh soal. Selanjutnya siswa disuruh untuk


mengerjakan soal yang ada di buku paket.
Proses KBM fisika di atas masih disampaikan sebatas sebagai produk
siswa hanya mendengar dan mencatat hal-hal yang dianggap penting serta
cenderung siswa dituntut untuk menghafal rumus-rumus, teori dan hukum
saja. Hal ini menyebabkan siswa mudah merasa jenuh atau bosan dan tidak
menyukai pelajaran fisika yang akhirnya berdampak pada pemahaman siswa
tentang materi fisika kurang maksimal. Hal ini dibuktikan berdasarkan hasil
angket yang diberikan kepada 80 siswa perwakilan kelas X dan IX di R-SMA-
BI Negeri 1 Lamongan dapat diketahui bahwa 66 % dari sampel siswa
menyatakan bahwa pelajaran fisika sulit dikarenakan banyak rumus. Dari
beberapa materi fisika yang disebutkan dalam angket yang menurut mereka
sulit adalah listrik dinamis.
Perubahan kurikulum terbaru tahun 2006 dan telah diterapkan di
sekolah-sekolah saat ini adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP). Dalam Standar Nasional Pendidikan (SNP) Pasal 1, ayat 15
mengemukakan bahwa KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun dan
dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan (Mulyasa, 2007: 19).
Dalam merancang proses KBM sekolah dan khususnya guru diberi kebebasan
untuk memilih model dan metode pembelajaran yang inovatif sesuai dengan
materi dan kondisi siswa. Namun kenyataannya masih banyak guru yuang
belum bisa melaksanakan kurikulum tersebut dengan maksimal. Salah satu
penyebab yang disampaikan oleh guru fisika di R-SMA-BI Negeri 1
Lamongan adalah padatnya materi fisika yang harus dibahas dan diselesaikan
berdasarkan isi dalam kurikulum. Guru lebih fokus pada penghabisan materi
pelajaran daripada memperhatikan proses pembelajaran yang dilakukannya.
Sehingga yang terjadi proses pembelajaran fisika cenderung monoton dan
tidak ada variasi. Hal tersebut menyebabkan siswa kurang begairah dan
kurang semangat dalam mengikuti pelajaran fisika.
Salah satu model pembelajaran yang dapat mengatasi beberapa
masalah di atas dan sekaligus memberikan pengalaman langsung terhadap
siswa adalah dengan menerapkan model pembelajaran inkuiri. Model
3

pembelajaran inkuiri merupakan salah satu pembelajaran yang berpusat pada


siswa (student centre). Model inkuiri ini memberikan kesempatan siswa
mengembangkan potensinya secara optimal dengan cara mencari, memeriksa
dan menduga disertai alasan-alasan yang logis tentang suatu konsep yang
sedang dipelajari. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Gulo, W (2008: 84),
“strategi inkuiri adalah suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan
secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki
secara sistematis, kritis logis dan analitis sehingga mereka dapat merumuskan
sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri”.
Gulo, W (2008: 93) menyatakan bahwa proses pembelajaran inkuiri
tidak hanya mengembangkan kemampuan intelektual saja, tetapi seluruh
potensi yang ada, termasuk pengembangan emosional dan keterampilan.
Sehingga model pembelajaran inkuiri termasuk salah satu model pemrosesan
informasi yang menekankan bagaimana seseorang berfikir dan bagaimana
dampaknya terhadap cara-cara mengelolah informasi dalam memecahkan
masalah. Indrawati (1999) dalam Trianto (2007: 134), menyatakan bahwa
suatu pembelajaran pada umumnya akan lebih efektif bila diselenggarakan
melalui model-model pembelajaran yang termasuk rumpun pemrosesan
informasi.
Berdasarakan uraian di atas sangat jelas bahwa model pembelajaran
inkuiri akan memberikan kesempatan yang sangat luas bagi para siswa untuk
menggali potensi diri yang dimilikinya dalam memecahkan masalah fisika dan
menemukan konsep-konsep fisika sendiri dengan cara metode ilmiah seperti
kegiatan eksperimen. Sehingga mereka akan menjalani proses pembelajaran
yang utuh dan mendapatkan pengalaman belajar yang lebih bermakna.
Selama kegiatan pemecahan masalah dengan melakukan eksperimen
atau percobaan siswa dihadapkan pada pekerjaan mental yang berat. Menurut
DePorter dan Hernacki (2008: 72) selama melakukan pekerjaan mental yang
berat tekanan darah, denyut jantung, dan gelombang-gelombang otak
cenderung meningkat serta otot-otot menjadi tegang. Kondisi seperti itu
tidaklah baik untuk siswa karena dapat menghambat proses belajarnya. Untuk
mengurangi ketegangan dan memberikan rasa rileks pada siswa dalam
4

pelaksanaan pembelajaran inkuiri maka diperlukan kombinasi dan cara


inovatif yaitu dengan menggunakan iringan musik sebagai latar saat proses
pembelajaran.
Menurut Lozanov (1979) dalam DePorter, dkk, (2008: 73)
menyebutkan bahwa irama, ketukan dan keharmonisan musik mempengaruhi
fisiologi manusia terutama gelombang otak dan detak jantung di samping
membangkitkan perasaan dan ingatan. Musik juga dapat menyeimbangkan
fungsi otak kanan dan otak kiri, yang berarti menyeimbangkan perkembangan
aspek intelektual dan emosional. Penelitian-penelitian membuktikan bahwa
musik memberikan banyak manfaat kepada manusia khususnya siswa seperti
merangsang pikiran, memperbaiki konsenstrasi dan ingatan, meningkatkan
aspek kognitif, membangun kecerdasan emosional.
Pengkombinasian musik sebagai iringan dalam model pembelajaran
inkuiri akan memberikan rasa lebih rileks, enjoy dan rasa semangat tinggi
dalam menemukan konsep atau fakta dalam pembelajaran fisika, sehingga
dengan keadaan tersebut diharapkan siswa akan lebih mudah dalam mencari
dan menemukan sekaligus memahami konsep pelajaran fisika. Hal ini
diperkuat dari hasil penelitian yang menunjukkan bahwa belajar akan lebih
mudah dan cepat jika pelajar berada dalam keadaan santai dan reseptif (De
Porter, dkk, 2008: 73).
Musik yang digunakan dalam proses pembelajaran memiliki beberapa
syarat. Diantaranya yang di sebutkan oleh Gunawan, (2007: 253) adalah tidak
diperbolehkan menggunkan jenis musik yang mengandung kata-kata atau
musik instrumental yang berasal dari lagu yang ada liriknya. Salah satu jenis
musik yang tidak mengandung kata-kata adalah musik klasik. Musik klasik
merupakan jenis musik yang bersifat universal, artinya berlaku untuk semua
orang dan juga musik klasik tidak mengandung kata-kata sehingga tidak
terjadi interferensi dalam penyimpanan informasi dalam memori saat proses
pembelajaran. Menurut Hardjana (2005) dalam Putranti (2007) mengatakan
bahwa ”baru musik klasiklah yang sudah diteliti para ahli, sehingga musik
klasik dianggap bisa mengasah otak”. Gallahue (Sri: 2005), mengatakan
”rithme, melodi, dan harmoni dari musik klasik merupakan stimulasi untuk
5

meningkatkan kemampuan belajar anak. Sehingga dengan menggunakan


musik klasik inilah sangat cocok sebagai musik latar dalam model
pembelajaran inkuiri.
Berdasarkan uraian di atas maka penulis termotivasi untuk
mengadakan penelitian yang berjudul “Pengaruh penerapan model
pembelajaran inkuiri dengan menggunakan iringan musik klasik terhadap hasil
belajar siswa pada pokok bahasan listrik dinamis di kelas X R-SMA-BI
Negeri 1 Lamongan”.

C. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka diperoleh rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh penerapan model pembelajaran inkuiri dengan
menggunakan iringan musik klasik terhadap hasil belajar siswa pada
pokok bahasan listrik dinamis di kelas X R-SMA-BI Negeri 1 Lamongan?
2. Bagaimana respon siswa terhadap penggunaan model pembelajaran inkuiri
dengan menggunakan iringan musik klasik terhadap hasil belajar siswa
pada pokok bahasan listrik dinamis di kelas X R-SMA-BI Negeri 1
Lamongan?

D. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini
adalah:
1. Untuk mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran inkuiri
dengan menggunakan iringan musik klasik terhadap hasil belajar siswa
pada pokok bahasan listrik dinamis di kelas X R-SMA-BI Negeri 1
Lamongan.
2. Untuk mengetahui respon siswa terhadap penggunaan model pembelajaran
inkuiri dengan menggunakan iringan musik klasik terhadap hasil belajar
siswa pada pokok bahasan listrik dinamis di kelas X R-SMA-BI Negeri 1
Lamongan.
6

E. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah :
a. Manfaat Teoritis
1. Memberi sumbangan penelitian pada dunia pendidikan tentang model
pembelajaran inkuiri dengan menggunakan iringan musik klasik.
2. Dapat menambah khasana kepustakaan pada bidang pendidikan.
b. Manfaat Praktis
1. Bagi siswa, memberikan kesempatan untuk mengembangkan pola
pikir mereka dalam kegiatan pembelajaran fisika.
2. Bagi guru, memberikan wawasan tentang model pembelajaran inkuiri
dengan menggunakan iringan musik klasik dan cara menerapkannya
dalam pembelajaran fisika yang lebih inovatif, enjoy, menarik, dan
menyenangkan.
3. Bagi sekolah, sebagai masukan dalam menentukan kebijakan untuk
meningkatkan mutu pendidikan di sekolah tersebut.
4. Bagi peneliti, sebagai salah satu cara untuk mengembangkan diri
menjadi calon guru yang profesional.

F. DEFINISI OPERASIONAL, ASUMSI DAN BATASAN MASALAH


a. Definisi Operasional
Untuk menghindari terjadinya kesalapahaman pengertian maka
penulis memberikan beberapa penjelasan istilah sebagai berikut:
1. Pembelajaran inkuiri adalah pembelajaran berpusat pada siswa, suatu
rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh
kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis,
kritis, logis, analitis, sehingga siswa dapat merumuskan sendiri
penemuannya dengan penuh percaya diri (Trianto, 2007: 135).
2. Musik klasik adalah musik yang memiliki nilai seni dan ilmiahnya
tinggi, berkadar keindahan, dan tak luntur sepanjang masa.
Merupakan jenis musik yang tidak mengandung kata-kata dan bersifat
universal artinya berlaku untuk semua orang.
7

3. Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak dibidang


kognitif (penguasaan intelektual), bidang afektif (sikap), dan bidang
psikomotor (kemampuan/keterampilan bertindak/berprilaku) setelah
melalui proses kegiatan belajar mengajar (Sudjana, 2009: 49).
4. Listrik Dinamis mempelajari tentang muatan-muatan yang bergerak
sebagai arus listrik dan hubungan arus listrik tersebut dengan
hambatan dan kuat arus listrik. Hubungan antara hambatan, kuat arus
dan arus listrik ini tertuang dalam hukum Ohm.
b. Asumsi
Agar penelitian ini dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya
dan tidak menyimpang dari ruang lingkup penelitian. Peneliti memandang
perlu mengasumsikan beberapa hal, yaitu
1. Pada saat proses kegiatan belajar mengajar dan mengerjakan tes siswa
melaksanakannya dengan sungguh-sungguh.
2. Model dan metode yang diterapkan sudah tepat.
3. Nilai hasil tes menggambarkan kemampuan siswa yang sebenarnya.
4. Siswa mengisi angket respon dengan jujur, terbuka, dan objektif.
5. Faktor-faktor yang tidak dibahas dalam penelitian ini dianggap tidak
mempengaruhi hasil penelitian antara lain, kondisi ekonomi dan sosial
siswa.
c. Batasan Masalah
Agar penelitian lebih terarah dan terpusat, maka penulis perlu
menggunakan pembatasan masalah anatara lain sebagai berikut:
1. Penelitian ini dilakukan di kelas X R-SMA-BI Negeri 1 Lamongan,
pengambilan sampel dilakukan secara acak (random).
2. Penelitian terbatas pada mata pelajaran fisika pokok bahasan listrik
dinamis.
3. Penelitian hanya menggunakan jenis musik klasik sebagai latar atau
pengiring saat proses pembelajaran.
8

G. KAJIAN PUSTAKA
1. Hakekat Fisika
Fisika merupakan salah satu mata pelajaran dari cabang Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) atau yang sering disebut juga sebagai Sains.
Menurut Carin dan Sund (1993) dalam Puskur (2007: 3) mendefinisikan
Sains sebagai “pengetahuan yang sistematis dan tersusun secara teratur
berlaku secara umum (universal) dan berupa kumpulan data hasil
observasi dan eksperimen.” Sehingga untuk mendapatkan dan memahami
pengetahuan fisika secara mendalam hendaknya diperoleh melalui proses
yang melibatkan penalaran rasional dan kegiatan pengamatan (observasi)
serta eksperimen.
Merujuk pada pengertian Sains di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa hakikat sains meliputi empat unsur utama, yaitu: Pertama, sikap:
rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam, makhluk hidup, serta
hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat
dipecahkan melalui prosedur yang benar; Sains bersifat open ended;
Kedua, proses: prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah;
metode ilmiah meliputi penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen
atau percobaan, evaluasi, pengukuran, dan penarikan kesimpulan; Ketiga,
produk: berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum; dan Keempat, aplikasi:
penerapan metode ilmiah dan konsep Sains dalam kehidupan sehari-hari.
Keempat unsur itu merupakan ciri Sains yang utuh yang sebenarnya tidak
dapat dipisahkan satu sama lain (Puskur, 2007: 6).
Dari uraian di atas dalam proses pembelajaran Fisika sebagai
bagian dari Sains maka keempat unsur itu diharapkan dapat muncul,
sehingga siswa dapat mengalami proses pembelajaran secara utuh,
memahami fenomena fisis melalui kegiatan pemecahan masalah, metode
ilmiah, dan meniru cara ilmuan bekerja dalam menemukan fakta baru.
Pandangan lainnya diungkapkan oleh ilmuwan terkemuka Einstein,
yang berpendapat bahwa fisika dapat dianggap sebagai ilmu pengetahuan
yang berusaha menguraikan serta menjelaskan hukum-hukum alam dan
kejadian-kejadian dalam alam menurut pemikiran manusia dan gambaran
9

itu berupa teori dan fisika yang seragam dan tidak dapat disangkal lagi
menurut JP Siepmann (1999).
Menurut Soekarno yang dikutip Alimufi Arief (1990: 7) Fisika
merupakan ilmu yang lahir dan dikembangkan lewat langkah-langkah
observasi, perumusan masalah, penyusunan hipotesis, pengujian hipotesis
melalui eksperimen, penarikan kesimpulan dan penemuan teori atau
konsep. Berdasarkan teori yang diperoleh dilakukaan observasi yang lebih
cermat, sehingga ditemukan masalah baru, demikian seterusnya secara kait
mengait sehingga menuju kearah penemuan yang sempurna.
Sedangkan menurut Nyoman Kertiasa (1996: 2) Fisika sebagai
bagian dari pengetahuan alam, merupakan hasil kegiatan dari para peneliti
dengan menggunakan metode serta sikap ilmiah, sehingga segi yang
menyangkut pengetahuan sering disebut juga produk atau hasil fakta.
Dengan demikian IPA-Fisika memiliki segi-segi proses pengetahuan,
sikap (rasa ingin tahu).
Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hakikat
fisika yang merupakan bagian dari IPA atau Sains adalah ilmu
pengetahuan yang lahir dari suatu proses pengamatan dan eksperimen
dengan menggunakan metode ilmiah dan diawali sikap ilmiah kemudian
diperoleh produk atau hasil ilmiah berupa fakta, prinsip, teori dan hukum.
2. Model Pembelajaran Inkuiri
a. Pengertian Inkuiri
Inkuiri dalam bahasa Inggris berasal dari kata inquiry yang
artinya pertanyaan, pemeriksaan, atau penyalidikan. Inkuiri sebagai
proses umum yang dilakukan oleh manusia untuk mencari atau
memahami informasi. Sund, seperti yang dikutip oleh Suryobroto
(1993: 193), menyatakan bahwa discovery merupakan bagian dari
inquiry, atau inquiry merupakan perluasan dari discovery yang
digunakan lebih mendalam (Trianto, 2007: 135).
Menurut Gulo, W (2002: 84) menyatakan bahwa strategi
inkuiri adalah suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara
maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki
10

secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga siswa dapat


merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.
Pengajaran berdasarkan inkuiri merupakan model pembelajaran
berpusat pada siswa secara individu maupun kelompok siswa
dihadapkan pada suatu persoalan atau mencari jawaban terhadap
pertanyaan-pertanyaan di dalam suatu prosedur dan struktur kelompok
yang digariskan secara jelas (Hamalik, 2008: 220).
Strategi inkuiri dikembangkan untuk mengajar para siswa
memahami proses meneliti dan menerangkan suatu kejadian. Menurut
Schuman (1962) kesadaran siswa terhadap proses inkuiri dapat
ditingkatkan sehinga mereka dapat diajarkan prosedur pemecahan
masalah secara ilmiah. Selain itu, dapat diajarkan pada siswa bahwa
segala pengetahuan itu bersifat sementara dan dapat berubah dengan
munculnya teori-teori baru. Oleh karena itu, siswa harus disadarkan
bahwa pendapat orang lain dapat memperkaya pengetahuan yang
dimiliki (Wena, Made, 2009: 76).
Model inkuiri tercipta melalui konfrontasi intelektual, di mana
siswa dihadapkan pada suatu situasi yang aneh dan mereka mulai
bertanya-tanya tentang hal tersebut. Dikarenakan tujuan akhir model
ini adalah pembentukan pengetahuan baru, maka siswa dihadapkan
pada suatu yang memungkinkan untuk diselidiki dengan lebih cermat
(Joice and Weil, 1986). Setelah situasi tersebut disajikan kepada siswa,
kepada mereka diajarkan bahwa pertama-tama mereka perlu mengupas
beberapa aspek dari situasi ini, misalnya sifat dan identitas objek serta
kejadian yang berhubungan dengan situasi tersebut (Wena, Made,
2009: 76).
Secara umum prinsip strategi inkuiri adalah sebagai berikut :
1) Siswa akan bertanya (inquire) jika mereka dihadapkan pada
masalah yang membingungkan/ kurang jelas.
2) Siswa dapat menyadari dan belajar menganalisis strategi belajar
mereka.
11

3) Strategi berpikir baru dapat diajarkan secara langsung dan


ditambahkan pada apa yang telah mereka miliki.
4) Inkuiri dalam kelompok dapat memperkaya khazanah pikiran dan
membantu siswa belajr mengenai sifat pengetahuan yang
sementara dan menghargai pendapat orang lain.
(Wena, Made, 2009: 76)
Pada dasarnya sasaran utama kegiatan model pembelajaran
inkuiri adalah
1) keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses kegiatan belajar;
2) keterarahan kegiatan secara logis dan sistematis pada tujuan
pembelajaran; dan
3) mengembangkan sikap percaya diri sendiri (self-belief) pada diri
siswa tentang apa yang ditemukan dalam proses inkuiri.
Kondisi umum yang merupakan syarat timbulnya kegiatan
inkuiri bagi siswa adalah:
1) aspek sosial di kelas dan suasana terbuka yang mengundang siswa
berdiskusi;
2) inkuiri berfokus pada hipotesis; dan
3) penggunaan fakta sebagi evidensi (informasi dan fakta).
(Trianto, 2007: 135)
Agar model pembelajaran inkuiri dapat berjalan lancar dan
memberi hasil yang optimal, maka ada dua hal yang perlu
diperhatikan, yaitu sebagai berikut:
1) Interaksi pengajar-siswa
Model inkuiri sangat terstruktur, dalam arti bahwa pengajar
mengontrol interaksi dalam kelas serta mengarahkan prosedur
inkuiri (Diptoadi, 1995). Namun proses inkuiri harus ditandai
dengan kerjasama yang baik antara pengajar-siswa, kebebasan
siswa untuk menyatakan pendapat atau mengajukan pertanyaan
serta persamaan hak antara pengajar dan siswa dalam
mengemukakan pendapat.Secara bertahap pengajar dapat
12

memberikan kewenanganyang lebih banyak pada siswa dalam


melaksanakan proses inkuiri.
2) Peran Pengajar
Dalam model inkuiri, pengajar mempunyai beberapa tugas
penting (Diptoadi, 1995) yaitu :
a) mengarahkan pertanyaan siswa,
b) menciptakan suasana kebebasan ilmiah di mana siswa tidak
merasa dinilai pada waktu mengemukakan pendapatnya,
c) mengarahkan siswa untuk membuat kesimpulan teoritis yang
lebih jelas dengan mengemukakan bukti yang menunjang, dan
d) meningkatkan interaksi antarsiswa.
(Wena, Made, 2009: 78)
Menurut Gulo, W (2008: 86), peranan guru dapat
dijabarkan sebagai berikut :
a) Motivator, member rangsangan agar siswa aktif dan bergairah
berpikir.
b) Fasilitator, menunjukkan jalan keluar jika siswa mengalami
kesulitan.
c) Penanya, menyadarkan siswa pada kekeliruan yang mereka
buat.
d) Administrator, bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan
kelas.
e) Pengarah, memimpin kegiatan siswa untuk mencapai tujuan
yang diharapkan.
f) Manajer, mengelola sumber belajar, waktu, dan organisasi
kelas.
g) Rewarder, memberi penghargaan pada prestasi yang ingin
dicapai siswa.
b. Proses Pembelajaran Inkuiri
Menurut Gulo, W (2008: 93) pembelajaran inkuiri tidak hanya
mengembangkan kemampuan intelektual saja, tetapi seluruh potensi
yang ada, termasuk pengembangan emosional dan keterampilan Proses
13

pembelajaran inkuiri merupakan suatu proses yang bermula dari


merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dan
membuat kesimpulan.
Adapun penjelasan proses yang telah disebutkan di atas adalah
sebagai berikut:
1) Mengajukan Pertanyaan atau Permasalahan
Kegiatan inkuiri dimulai ketika pertanyaan atau
permasalahan diajukan. Untuk meyakinkan bahwa pertanyaan
sudah jelas, pertanyaan tersebut dituliskan di papan tulis.
Kemudian siswa diminta untuk merumuskan hipotesis.
2) Merumuskan Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara atas pertanyaan atau
solusi permasalhan yang dapat diuji dengan data. Untuk
mempermudah proses ini, guru menanyakan kepada siswa gagasan
mengenai hipotesis yang mungkin. Dari semua gagasan yang ada
dipilih salah satu hipotesis yang relevan dengan permasalahan yang
diberikan.
3) Mengumpulkan Data
Hipotesis digunakan untuk menuntun proses pengumpulan
data. Data yang dihasilkan dapat berupa table, matrik, atau grafik.
4) Analisis Data
Siswa bertanggung jawab menguji hipotesis yang telah
dirumuskan dengan menganalisis data yang telah diperoleh. Faktor
penting dalam menguji hipotesis adalah pemikiran benar atau
salah. Setelah memperoleh kesimpulan, dari data percobaan, siswa
dapat menguji hipotesis yang telah dirumuskan. Bila ternyata
hipotesis itu salah atau ditolak siswa dapat menjelaskan sesuai
dengan proses inkuiri yang telah dilakukannya.
5) Membuat Kesimpulan
Langkah penutup dari pembelajaran inkuiri adalah membuat
kesimpulan kesimpulan sementara berdasarkan data yang diperoleh
oleh siswa.
(Trianto, 2007: 138)
14

c. Sintak Model Pembelajaran Inkuiri


Pada penelitian ini tahapan pembelajaran yang digunakan
mengadaptasi dari tahapan model pembelajaran inkuiri yang
dikemukakan oleh Eggen dan Kauchak (1996) dalam Trianto (2007:
141). Adapun tahapan pembelajaran inkuiri sebagai berikut:
Tabel 2.1 Sintak Pembelajaran Inkuiri
Fase Perilaku Guru
1. Menyajikan pertanyaan 1. Guru membimbing siswa
atau masalah mengidentifikasi masalah dan
masalah dituliskan di papan tulis.
Guru membagi siswa ke dalam
kelompok-kelompok
2. Membuat hipotesis 2. Guru memberikan kesempatan
kepada siswa untuk curah pendapat
dalam membentuk hipotesis. Guru
membimbing siswa dalam
menentukan hipotesis yang relevan
dengan permasalahan dan
memprioritaskan hipotesis mana
yang menjadi prioritas
penyelidikan.
3. Merancang percobaan 3. Guru memberikan kesempatan
pada siswa untuk menentukan
langkah-langkah yang sesuai
dengan hipotesis yang akan
dilakukan. Guru membimbing
siswa untuk mengurutkan langkah-
langkah percobaan.
4. Melakukan percobaaan 4. Guru membimbing siswa untuk
untuk memperoleh mendapatkan informasi melalui
informasi percobaan.
5. Mengumpulkan dan 5. Guru memberikan kesempatan
menganalisis data pada tiap kelompok untuk
menyampaikan hasil pengolahan
data yang terkumpul.
6. Membuat kesimpulan 7. Guru membimbing siswa dalam
membuat kesimpulan.

d. Tingkatan - Tingkatan Inkuiri


Berdasarkan komponen-komponen dalam proses inkuiri yang
meliputi topik masalah, sumber masalah atau pertanyaan, bahan,
prosedur atau rancangan kegiatan, pengumpulan dan analisis data serta
pengambilan kesimpulan, Bonnstetter (2000) dalam Amri, Sofan
15

(2010: 87) membedakan inkuiri menjadi lima tingkat yaitu praktikum


(tradisional hands-on), pengalaman sains terstruktur (structured
science experiences), inkuiri terbimbing (guided inkuiri), inkuiri siswa
mandiri (student directed inquiry), dan penelitian siswa (student
research).
Klasifikasi inkuiri menurut Bonnstetter (2000) dalam Amri,
Sofan (2010: 87) didasarkan pada tingkat kesederhanaan kegiatan
siswa dan dinyatakan sebaiknya penerapan inkuiri merupakan suatu
kontinum yaitu dimulai dari yang paling sederhana terlebih dahulu.
1) Traditional hands-on
Praktikum (tradisional hands-on) adalah tipe inkuiri yang
paling sederhana. Dalam praktikum guru menyediakan seluruh
keperluan mulai dari topik sampai kesimpulan yang harus
ditemukan siswa dalam bentuk buku petunjuk yang lengkap. Pada
tingkat ini komponen esensial dari inkuiri yakni pertanyaan atau
masalah tidak muncul, oleh karena itu, Martin-Hansen (2002),
menyatakan bahwa praktikum tidak termasuk kegiatan inkuiri.
2) Pengalaman sains yang terstruktur
Tipe inkuiri berikutnya ialah pengalaman sains terstruktur
(structured science experiences), yaitu kegiatan inkuiri di mana
guru menentukan topik, pertanyaan, bahan dan prosedur sedangkan
analisis hasil dan kesimpulan dilakukan oleh siswa.
3) Inkuiri terbimbing (guided inquiry)
Jenis yang ketiga ialah inkuiri terbimbing (guided inquiry),
di mana siswa diberikan kesempatan untuk bekerja merumuskan
prosedur, menganalisis hasil dan mengambil kesimpulan secara
mandiri, sedangkan dalam hal menentukan topik, pertanyaan dan
bahan penunjang, guru hanya berperan sebagai fasilitator.
4) Inkuri siswa mandiri (student directed inquiry),
Inkuiri siswa mandiri (student directed inquiry), dapat
dikatakan sebagai inkuiri penuh (Martin-Hansen, 2002) karena
pada tingkatan ini siswa bertanggungjawab secara penuh terhadap
16

proses belajarnya, dan guru hanya memberikan bimbingan terbatas


pada pemilihan topik dan pengembangan pertanyaan.
5) Penelitian siswa (student research)
Tipe inkuiri yang paling kompleks ialah penelitian siswa
(student research). Dalam inkuiri tipe ini, guru hanya berperan
sebagai fasilitator dan pembimbing sedangkan penentuan atau
pemilihan dan pelaksanaan proses dari seluruh komponen inkuiri
menjadi tangungjawab siswa.
Ahli lain yaitu Callahan (1992) menyusun klasifikasi inkuiri
lain yang didasarkan pada intensitas keterlibatan siswa. Ada tiga
bentuk keterlibatan siswa di dalam inkuiri, yaitu: (a) identifikasi
masalah, (b) pengambilan keputusan tentang teknik pemecahan
masalah, dan (c) identifikasi solusi tentatif terhadap masalah.
Berdasarkan variasi bentuk keterlibatannya dan intensistas
keterlibatan siswa, ada tiga tingkatan inkuiri, yaitu:
1) Inkuiri tingkat pertama
Inkuiri tingkat pertama merupakan kegiatan inkuiri di mana
masalah dikemukakan oleh guru atau bersumber dari buku teks
kemudian siswa bekerja untuk menemukan jawaban terhadap
masalah tersebut di bawah bimbingan yang intensif dari guru.
Inkuiri tipe ini, tergolong kategori inkuiri terbimbing (guided
Inquiry). Sedangkan Orlich (1998) dalam Amri, Sofan (2010: 89)
menyebutnya sebagai pembelajaran penemuan (discovery learning)
karena siswa dibimbing secara hati-hati untuk menemukan
jawaban terhadap masalah yang dihadapkan kepadanya.
Dalam inkuiri terbimbing kegiatan belajar harus dikelola
dengan baik oleh guru dan luaran pembelajaran sudah dapat
diprediksikan sejak awal. Inkuiri jenis ini cocok untuk diterapkan
dalam pembelajaran mengenai konsep-konsep dan prinsip-prinsip
yang mendasar dalam bidang ilmu tertentu.
Orlich (1998) menyatakan ada beberapa karakteristik dari
inkuiri terbimbing yang perlu diperhatikan yaitu: (1) siswa
17

mengembangkan kemampuan berpikir melalui observasi spesifik


hingga membuat inferensi atau generalisasi, (2) sasarannya adalah
mempelajari proses mengamati kejadian atau obyek kemudian
menyusun generalisasi yang sesuai, (3) guru mengontrol bagian
tertentu dari pembelajaran misalnya kejadian, data, materi dan
berperan sebagai pemimpin kelas, (4) tiap-tiap siswa berusaha
untuk membangun pola yang bermakna berdasarkan hasil
observasi di dalam kelas, (5) kelas diharapkan berfungsi sebagai
laboratorium pembelajaran, (6) biasanya sejumlah generalisasi
tertentu akan diperoleh dari siswa, (7) guru memotivasi semua
siswa untuk mengkomunikasikan hasil generalisasinya sehingga
dapat dimanfaatkan oleh seluruh siswa dalam kelas.
2) Inkuiri Bebas
Menurut Callahan (1992) dan Bonnstetter (2000) dalam
Amri, Sofan (2010: 90) inkuiri tingkat kedua dan ketiga dapat
dikategorikan sebagai inkuiri bebas (unguided Inquiry) menurut
definisi Orlich (1998). Dalam inkuiri bebas, siswa difasilitasi untuk
dapat mengidentifikasi masalah dan merancang proses
penyelidikan. Siswa dimotivasi untuk mengemukakan gagasannya
dan merancang cara untuk menguji gagasan tersebut. Untuk itu
siswa diberi motivasi untuk melatih keterampilan berpikir kritis
seperti mencari informasi, menganalisis argumen dan data,
membangun dan mensintesis ide-ide baru, memanfaatkan ide-ide
awalnya untuk memecahkan masalah serta menggeneralisasikan
data. Guru berperan dalam mengarahkan siswa untuk membuat
kesimpulan tentatif yang menjadikan kegiatan belajar lebih
menyerupai kegiatan penelitian seperti yang biasa dilakukan oleh
para ahli.
Beberapa karakteristik yang menandai kegiatan inkuiri
bebas ialah: (1) siswa mengembangkan kemampuannya dalam
melakukan observasi khusus untuk membuat inferensi, (2) sasaran
belajar adalah proses pengamatan kejadian, obyek dan data yang
18

kemudian mengarahkan pada perangkat generalisasi yang sesuai,


(3) guru hanya mengontrol ketersediaan materi dan menyarankan
materi inisiasi, (4) dari materi yang tersedia siswa mengajukan
pertanyaan-pertanyaan tanpa bimbingan guru, (5) ketersediaan
materi di dalam kelas menjadi penting agar kelas dapat berfungsi
sebagai laboratorium, (6) kebermaknaan didapatkan oleh siswa
melalui observasi dan inferensi serta melalui interaksi dengan
siswa lain, (7) guru tidak membatasi generalisasi yang dibuat oleh
siswa, dan (8) guru mendorong siswa untuk mengkomunikasikan
generalisasi yang dibuat sehingga dapat bermanfaat bagi semua sis-
wa dalam kelas (http://fisika21.wordpress.com/2010/07/09/model-
pembelajaran-inkuiri/).
e. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Inkuiri
Kelebihan model pembelajaran inkuiri antara lain:
1) Strategi (model atau siasat) pengajaran menjadi berubah dari yang
bersifat penyajian informasi oleh guru kepada siswa sebagai
penerima informasi yang baik tetapi proses mentalnya berkadar
rendah, menjadi pengajaran yang menekankan kepada proses
pengolahan informasi di mana siswa yang aktif mencari dan
mengolah sendiri informasi dengan kadar proses mental yang lebih
tinggi atau lebih banyak.
2) Pengajaran berubah dari teacher centered menjadi student
centered. Guru tidak lagi mendominasi sepenuhnya kegiatan
belajar siswa, tetapi lebih banyak bersifat membimbing dan
memberikan kebebasan belajar kepada siswa.
3) Proses belajar meliputi semua aspek yang menunjang siswa
menuju kepada pembentukan manusia seutuhnya. Menurut Sund,
didalam proses inkuiri, siswa tidak hanya belajar tentang konsep-
konsep dan prinsip-prinsip, tetapi juga mengalami proses belajar
tentang pengarahan diri sendiri, tanggung jawab, komunikasi
sosial.
19

4) Proses belajar melalui inkuiri dapat membentuk dan


mengembangkan self-concept pada diri siswa. Dengan demikian
secara psikologis kita akan merasa aman, terbuka terhadap
pengalaman-pengalaman baru, berkeinginan untuk selalu
mengambil dan mengeksplorasi kesempatan-kesempatan yang ada,
lebih kreatif dan umumnya memiliki mental yang sehat.
5) Menambah tingkat penghargaan siswa.
6) Memungkinkan siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis
sumber belajar yang tidak hanya menjadikan guru sebagai satu-
satunya sumber belajar.
7) Mengembangkan bakat atau kecakapan individu. Individu
memiliki suatu kumpulan lebih dari 120 bakat. Bakat akademik
hanya berhubungan dengan beberapa saja.
8) Menghindarkan dari cara belajar tradisional dan memberikan
waktu yang memadai bagi siswa untuk mengumpulkan dan
mengolah informasi.
9) Memperkaya dan memperdalam materi yang dipelajari sehingga
retensinya (tahan lama dalam ingatan) menjadi lebih baik.
(Sudirman, dkk, 1991: 169-171)
Selain itu menurut menurut Bruner, seorang psikolog dari
Harvard University di Amerika Serikat (Sudirman dkk, 1991: 169-170)
beberapa kelebihan model inkuiri sebagai berikut:
1) Siswa akan lebih mengerti konsep-konsep dasar dan ide-ide dengan
lebih baik.
2) Membantu dalam menggunkan ingatan dan dalam transfer kepada
situasi-situasi proses belajar yang baru.
3) Mendorong siswa untuk berfikir intuitif dan merumuskan
hipotesisnya sendiri.
4) Memberikan kepuasan yang bersifat intrinsik.
5) Situasi proses belajar menjadi merangsang.
Adapun kekurangan dari model pembelajaran inkuiri antara
lain:
20

1) Memerlukan perubahan kebiasaan cara belajar siswa yang awalnya


menerima informasi dari guru apa adanya ke arah membiasakan
belajar mandiri dan berkelompok dengan mencari dan mengolah
informasi apa adanya.
2) Guru juga dituntut mengubah cara mengajarnya dari yang
umumnya sebagai pemberi dan penyaji informasi menjadi
fasilitator, motivator dan pembimbing siswa dalam belajar.
3) Metode ini banyak memberikan kebebasan kepada siswa dalam
belajar, tetapi kebebasan itu tidak berarti menjamin bahwa siswa
belajar dengan baik dalam arti mengerjakannya dengan tekun,
penuh aktivitas, dan terarah.
4) Memerlukan penyediaan sumber belajar dan fasilitas memadai
yang tidak selalu mudah disediakan.
5) Dalam kondisi siswa banyak atau kelas besar dengan guru terbatas,
agaknya metode ini sulit terlaksana dengan baik.
6) Pemecahan masalah mungkin saja dapat bersifat mekanistis,
formalitas, dan membosankan. Apabila hal ini terjadi, maka
pemecahan masalah seperti ini tidak menjamin penemuan yang
penuh arti.
(Sudirman, dkk, 1991: 171-172)
d. Teori Belajar yang Mendukung Model Pembelajaran Inkuiri
1) Teori Penemuan Jerome Bruner
Menurut Bruner (1966) dalam Nur (2000: 10) pembelajaran
penemuan akan mendorong siswa untuk belajar, sebagian besar
melalui keterlibatan aktif mereka dengan konsep-konsep, prinsip-
prinsip dan guru mendorong siswa untuk memiliki pengalaman dan
melakukan percobaan yang memungkinkan mereka menemukan
prinsip-prinsip untuk mereka sendiri.
Model pembelajaran yang diperkenalkan oleh Bruner
adalah pembelajaran dengan penemuan. Proses belajar dapat
dibedakan menjadi tiga fase atau episode, yakni : (1) Informasi,
sejumlah informasi dapat diperoleh dalam setiap pelajaran, ada
21

yang menambah pengetahuan yang telah kita miliki, ada yang


memperhalus dan memperdalamnya, ada pula informasi yang
bertentangan dengan apa yang telah kita ketahui sebelumnya. (2)
Transformasi, informasi harus dianalisis, diubah atau
ditransformasi ke dalam bentuk yang lebih abstrak atau konseptual
agar dapat digunakan untuk hal-hal yang lebih luas, dalam hal ini
bantuan guru sangat diperlukan. (3) Evaluasi, selanjutnya
dilakukan evaluasi hingga sejauh manakah pengetahuan yang kita
peroleh dan transformasi itu dapat dimanfaatkan untuk memahami
gejala-gejala lain.
2) Teori Perkembangan Kognitif Piaget
Menurut Piaget dalam Trianto (2007: 14) yang dikutip dari
Nur (1998), perkembangan kognitif sebagian besar ditentukan oleh
manipulasi dan interaksi aktif anak dengan lingkungan. Piaget
yakin bahwa pengalaman-pengalaman fisik dan manipulasi
lingkungan penting bagi terjadinya perubahan perkembangan.
Teori perkembangan Piaget mewakili konstruktivistik yang
memandang perkembangan kognitif sebagai suatu proses di mana
anak secara aktif membangun sistem makna dan pemahaman
realitas (fakta) melalui pengalaman-pengalaman dan interaksi-
interaksi mereka.
Dukungan Piaget dalam pembelajaran inkuiri adalah
perkembangan kognitif bukan merupakan akumulasi dari kepingan
informasi yang terpisah namun lebih merupakan proses
mengkonstruksi pengetahuan secara terus-menerus, mengasimilasi,
dan mengakomodasi informasi baru. Siswa dilatih dan dibimbing
untuk membangun pemahaman mereka sendiri dengan dihadapkan
pada suatu permasalahan dan penyelesainnya akan mereka
temukan sendiri.
3) Teori Perkembangan Sosial Vigostky
Sumbangan penting dari teori Vigostky dalam
pembelajaran inkuiri adalah penekanan pada hakekat sosiokultural
22

dalam pembelajaran. Ia yakin bahwa proses belajar terjadi pada


zona perkembangan terdekat anak, di mana seorang anak tidak
dapat menyelesaikan tugas-tugas sendiri namun seorang anak dapat
menyelesaikannya dengan bantuan teman sebaya atau orang
dewasa yang lebih kompeten.
Menurut Nur (2000: 13) teori Vigostky lainnya adalah
menekankan scaffolding. Scaffolding ini didasarkan tentang konsep
pembelajaran dengan bantuan. Dalam model ini guru memandu
pengajaran sedemikian rupa sehingga siswa akan menguasai tuntas
dan mendarahdagingkan ketrampilan-ketrampilan yang
memungkinkan pemfungsian kognitif yang lebih tinggi.
Teori Vigostky dalam pendidikan memiliki dua implikasi
utama. Pertama, hasrat mewujudkan kondisi pembelajaran
kooperatif yang memungkinkan terjadinya interaksi di antara
kelompok-kelompok siswa dengan tingkat-tingkat kemampuan
yang berbeda. Kedua, pendekatan Vigostky dalam pembelajaran
menekankan pada pemberian bantuan (Scaffolding), dengan siswa
semakin lama semakin mengambil tanggung jawab untuk
pembelajarannya sendiri.
3. Musik Klasik dalam Pembelajaran Inkuiri
a. Pengertian Musik
Musik bersumber dari kata muse, kata muse-muse yang
kemudian diambil alih ke dalam bahasa Inggris, jika diterjemahkan
kedalam bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai bentuk renungan.
Menurut mitologi Yunani, Sembilan saudara perempuan ”muse” yang
kemudian melahirkan lagu, puisi, seni dan pengetahuan lahir dari
perkawinan Dewa Zeus dan Dewi Ingatan. Jadi musik adalah putra
kasih sayang yang keindahan, kemegahan, dan kekuatannya memiliki
hubungan langsung dengan dunia para dewa. Musik lahir dari
kecintaan manusia pada kehidupan dan dilandasi oleh ingatan manusia
akan pengalaman hidupnya (Campbell, 1997).
23

Musik diartikan sebagai bunyi/kesan terhadap sesuatu yang


ditangkap indera pendengar oleh individu yang berbeda-beda
berdasarkan sejarah, lokasi, budaya dan selera seseorang. Ada juga
yang mendefinisikan musik adalah segala bunyi yang dihasilkan secara
sengaja oleh seseorang atau kumpulan dan disajikan sebagai suatu
karya seni dengan segenap unsur pokok dan pendukungnya
(www.wikipedia.com).
Lebih jelas Campbell (1997) mendefinisikan musik sebagai
bahasa yang mengandung unsur universal, bahasa yang melintasi batas
usia, jenis kelamin, ras, agama, dan kebangsaan. Musik muncul
disemua tingkat pendapatan, kelas sosial, dan pendidikan. Musik
berbicara kepada setiap orang dan kepada setiap spesies.
b. Sejarah Musik Klasik
Sejarah musik dipercaya dimulai dari masa lalu dan dipelopori
oleh musik Asia, musik Persia, musik India, musik Yahudi, musik
Romawi, musik Mesopotamia, musik Mesir, musik Islam, dan juga
musik Yunani. Namun, dari semua musik tersebut, musik era Yunani
adalah musik yang terbaik dan yang paling terkenal di antara yang lain.
Seperti sejarah Yunani yang penuh dengan kejayaan dibidang
penemuan dan juga peradaban rakyatnya, musik juga berkembang
dengan baik. Musik digunakan untuk hiburan, perayaan rakyat, dan
juga kegiatan kegamaan. Musik sangatlah penting untuk peradaban
masyarakat Yunani. Bahkan, pada masa Yunani kuno, musik adalah
sebuah mata pelajaran wajib di mana para pria Yunani kuno sudah
diajarkan tentang musik sejak usia 6 tahun.
Literasi musik dari Yunani sangatlah mempengaruhi
perkembangan musik di seluruh dunia. Di masa setelah Yunani kuno,
teori musik dari Yunani mempelopori adanya musik keagamaan di
dunia barat dan juga musik-musik klasik.
Musik klasik pada dasarnya bukan hanya sebatas nama dari
salah satu aliran/jenis musik. Tapi juga istilah luas yang mengacu pada
tiga periode musik yang sangat populer pada zaman itu di Eropa barat.
24

Istilah “Klasik” sendiri diambil dari nama salah satu periode itu. Tiga
periode musik yang dimaksud yaitu:
1) Zaman Barok dan Rokoko (Abad 17)
2) Zaman Klasik (Abad 18)
3) Zaman Romantik (Pertengahan abad 18)
Setiap musik pada zaman tersebut memiliki ciri-ciri tersendiri
yang dibatasi pada intrumen yang digunakan dan melodi yang
dimainkan. Pada abad-abad berikutnya musik klasik terus berkembang
meskipun perkembangannya tidak secepat masa-masa sebelumnya.
Perkembangan ini juga melahirkan musik Kontemporer Klasik pada
abad 19 sampai abad 20. Hal terbaik dari musik klasik adalah musik
klasik menjadi elemen dasar dari semua musik di era selanjutnya.
Bahkan ada ungkapan bahwa musik klasik tidak akan pernah mati.
Banyak sekali komposer di era setelah era klasik yang masih belajar
dari karya-karya Mozart dan Beethoven. Bahkan keagungan karya dari
Beethoven dalam Moonlight Sonata telah menjadi contoh dan inspirasi
dari ratusan karya lain setelahnya. Bahkan karya dari Mozart masih
dimainkan dan dipelajari dalam harmoni dan orkestra musik setelah 80
tahun kematiannya.
http://www.scribd.com/mobile/documents/26497552?query=musik+kl
asik
c. Efek Musik pada Pikiran dan Tubuh
Kehidupan manusia tidak bisa dipisahkan dengan irama.
Denyut nadi dan degup jantung manusia pun memiliki irama khusus.
Menurut Lozanov (1979) dalam DePorter (2003: 73) menyebutkan
bahwa irama, ketukan dan keharmonisan musik mempengaruhi
fisiologi manusia terutama gelombang otak dan detak jantung di
samping membangkitkan perasaan dan ingatan.
Saat kita mendengarkan musik di mana otak kita sedang
memproses apa yang kita dengar, detak jantung akan cenderung
mengikuti atau mengsinkronkan dengan kecepatan musik itu sendiri
(bit per menit). Hal ini menjelaskan bahwa ketika kita mendengarkan
25

musik dengan tempo yang tinggi maka detak jantung kita akan
meningkat. Saat kita mendengar musik dengan tempo (bit per menit)
yang rendah, mislanya 55-70 bpm detak jantung kita akan melambat
dan kita menjadi lebih rileks.
Musik pertama-tama akan diproses oleh auditory cortex dalam
bentuk suara yang selanjutnya musik akan dinikmati oleh otak kanan.
Sedangkan otak kiri akan memproses lirik yang terdapat dalam
musik/lagu tersebut. Efek selanjutnya pada system limbic atau otak
mamalia akan menangani respon terhadap musik dan emosi. Sehingga
dengan menggunakan musik yang tepat akan sangat membantu dalam
meningkatkan daya ingat.
Dalam buku Musik Mind and Brain, Manfred Clynes Ph. D.
menjelaskan bagaimana musik dapat mempengaruhi seluruh aktifitas
otak. Struktur musik yang harmonis, kualitas interval, timbre, pola
nada dan tempo diproses di otak kanan kita. Sedangkan perubahan
cepat seperti pada nada suara yang akurat dan lirik diproses oleh otak
kiri kita (Gunawan, 2007: 254).
Pakar lainnya, Jean Houston Ph. D. mengatakan bahwa tubuh
pada level molekul, bergetar pada panjang gelombang yang tetap
stabil. Musik mempunyai getaran dan frekuensi. Saat kita
mendengarkan musik, frekuensi musik tersebut dapat berresonansi atau
bertentangan dengan frekuensi tubuh kita. Saat terjadi kesamaan
frekuensi kita akan merasa nyaman, kita dapat belajar dengan lebih
baik dan kita berada pada keadaan rileks tapi waspada (Gunawan,
2007: 254).
Menurut Gunawan (2007: 255), beberapa pengaruh musik yang
tepat terhadap diri kita, antara lain:
1) Musik meningkatkan energy otot.
2) Musik meneingkatkan energy sel tubuh.
3) Musik mempengaruhi detak jantung.
4) Musik meningkatkan metabolisme tubuh.
5) Musik mengurangi stress dan rasa sakit.
26

6) Musik meningkatkan kecepatan peneyembuhan dan pemulihan


pasien operasi.
7) Musik mengurangi rasa lelah dan mengantuk.
8) Musik membantu meningkatkan kondisi emosi ke arah yang lebih
baik.
9) Musik merangsang kreativitas, kepekaan dan kemampuan.
d. Manfaat Musik Klasik dalam Proses Pembelajaran
Musik merupakan salah satu “makanan” penting dari otak
kanan. Selama ini program belajar hanya memfungsikan otak kiri
semata yang cenderung bersifat linear, logis dan matematis.
Penggunaan otak yang tidak seimbang akan cepat menimbulkan
kelelahan dan kejenuhan bagi orang yang belajar. Pada saat
pembelajaran memutar musik dapat menciptakan relaksasi dan
kegairahan siswa. Musik menjadi pembangkit motivasi siswa. Mereka
bergairah mengikuti kegiatan belajar dan melepas ketegangan dalam
menyelesaikan kegiatan. Jadi perlu adanya musik dalam proses belajar,
sehingga dalam proses belajar nantinya anak akan merasa nyaman dan
pikiran tidak tegang.
Musik juga merupakan instrument yang dapat membantu
proses penyampaikan pesan melalui melodi-melodi yang ada di
dalamnya. Hal ini karena musik merupakan pembawa informasi yang
baik sebagai sarana dalam membangun kekuatan berfikir, memori dan
intelegensi. Musik juga dapat menyeimbangkan fungsi otak kanan dan
otak kiri, yang berarti menyeimbangkan perkembangan aspek
intelektual dan emosional. Penelitian-penelitian membuktikan bahwa
musik memberikan banyak manfaat kepada manusia atau siswa seperti
merangsang pikiran, memperbaiki konsenstrasi dan ingatan,
meningkatkan aspek kognitif, membangun kecerdasan emosional
http://iftaworld.blogspot.com/2007/11/manfaat-musik-dalam-
pembelajaran_18.html).
Beberapa keuntungan atau manfaat yang dikemukakan oleh
Gunawan (2007: 259) penggunaan musik dalam proses pembelajaran:
27

1) Membuat murid rileks dan mengurangi stres (stress sangat


menghambat proses pembelajaran).
2) Mengurangi masalah disiplin.
3) Merangsang kreativitas dan kemampuan berfikir.
4) Membantu kreativitas dengan membawa otak pada gelombang
tertentu.
5) Merangsang minat membaca, keterampilann motorik dan
perbendaharaan kata.
6) Sangat efektif untuk proses pembelajaran yang melibatkan pikiran
sadar maupun tidak sadar.
Dari beberapa jenis musik yang ada sampai saat ini anggapan
musik yang bisa memberi pengaruh positif dan mencerdaskan otak
adalah musik klasik. Hardjana (2005), mengatakan bahwa ”baru musik
klasiklah yang sudah diteliti para ahli, sehingga musik klasik dianggap
bisa mengasah otak”. Gallahue (Sri: 2005), mengatakan ”rithme,
melodi, dan harmoni dari musik klasik dapat merupakan stimulasi
untuk meningkatkan kemampuan belajar anak. Melalui musik klasik
anak mudah menangkap hubungan antara waktu, jarak dan urutan
(rangkaian) yang merupakan keterampilan yang dibutuhkan untuk
kecakapan dalam logika berpikir, matematika dan penyelesaian
masalah”.
Menurut Dra Tjipto Susana, M. Si, musik itu dapat merangsang
koneksi antar neuron. Jadi, ketika seseorang mendengarkan musik itu
berarti ada bagian syaraf tertentu yang dirangsang untuk selalu
berkoneksi. Ketika seseorang mendengarkan musik terutama musik-
musik yang lembut seperti musik klasik jenis Mozart dan Bethoven
biasanya dapat menjadikan suasana menjadi nyaman dan saat otak
merasa nyaman inilah biasanya otak akan bekerja secara maksimal.
Menurut Guru Fisika bahwa pengaruh musik terhadap
seseorang bukan hanya dari keindahan nadanya saja, tetapi ditentukan
oleh frekuensi dan amplitudo getaran-getaran suara. Jadi, dalam proses
belajar mengajar dapat dimasukkan unsur musik. Musik dipakai
28

sebagai background yang mengiringi pelajaran. Musik yang digunakan


adalah musik-musik klasik instrumental, sehingga siswa menjadi rileks
dan memiliki semangat belajar yang tinggi serta menikmati pelajaran
yang diajarkan gurunya.
Bahkan sejak dalam kandungan proses pembelajaran melalui
musik klasik juga bisa bermanfaat. Berdasarkan jenisnya, musik klasik
adalah musik yang terbaik pengaruhnya terhadap perkembangan anak.
Tetapi musik rock dan heavy metal kurang. Hal itu dikarenakan musik
klasik bersifat universal, artinya berlaku untuk semua orang.
(http://nuritaputranti.wordpress.com/2007/09/03/musik-dalam-
pembelajaran/)
e. Syarat Musik yang Digunakan dalam Proses Pembelajaran
Menurut Gunawan (2007: 253) syarat musik yang digunakan
dalam proses pembelajaran adalah:
1) Untuk proses pemasukan informasi atau information intake, tidak
diperbolehkan menggunakan jenis musik yang mengandung kata-
kata. Apabila dalam belajar sambil mendengarkan lagu, informasi
yang dipelajari akan berbaur dengan lirik lagu tersebut. Hal ini
akan mengakibatkan interferensi di dalam otak dan mengakibatkan
terganggunya proses informasi di memori.
2) Tidak boleh menggunkan musik instrumental yang berasal dari
lagu yang ada liriknya. Karena walaupun yang didengar adalah
intrumentalnya saja, namun pikiran akan ikut menyanyikan lirik
lagu tersebut, apalagi yang sudah hafal liriknya.
3) Menggunakan tape/CD player yang berkualitas baik. Hal ini
dimasudkan agar mendapatkan kualitas audio yang baik.
4) Musik yang digunakan salah satunya adalah musik klasik kerena
musik klasik ini tidak mengandung kata-kata sehingga tidak
mengganggu konsentrasi.
5) Menggunakan musik sesuai dengan kebutuhan. Untuk pemasukan
informasi digunakan musik dengan tempo 55-70 bit per menit.
Ketika sedang mengerjakan tugas proyek atau kelompok yang
29

menuntut output kreatif, maka digunakan musik klasik dengan


tempo yang lebih cepat, idealnya sekitar 100-140 bit per menit.
Dalam penelitian ini digunakan musik klasik karya karya
Wolfgang Amandeus Mozart. Hal ini dilakukan karena musik klasik
Mozart banyak mengandung suara dan tidak mengandung kata-kata
yang memiliki frekuensi 5 kHz-8 kHz. Menurut hasil penelitian Alfred
Tomatis, seorang anggota terkemuka dari The French Academy of
Medicine dan Academy of Science, membuktikan bahwa pada saat kita
mendegarkan musik pada frekuensi tersebut otak akan mendapat
energy baru.
Laporan peneliti Dr. Frances H. Rauscher, Universitas
California di Irvine (Brown, 1993) menyebutkan bahwa
“mendengarkan musik piano Mozart bisa merangsang jalur saraf yang
penting untuk kognisi. Menurut peneliti dari Prancis, Mme. Belanger,
“Memainkan musik Mozart akan mengkoordinasi napas, irama
jantung, dan irama gelombang otak. Musik ini juga mempengaruhi
pikiran tak sadar, merangsang reseptivitas dan persepsi.” (Rose, 1987,
h.98) dalam (DePorter, dkk, 2008: 74).
4. Hasil Belajar Siswa
Abdurrahman (1999) dalam Jihad dan Haris (2009: 14)
mengemukakan hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh setelah
melalui kegiatan pembelajaran. Belajar itu sendiri merupakan suatu proses
dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan
perilaku yang relative menetap.
Menurut Hamalik (2003) hasil belajar adalah pola-pola perbuatan,
nilai-nilai, pengertian dan sikap-sikap, serta apersepsi dan abilitas.
Sedangkan menurut Juliah (2004) hasil belajar adalah segala sesuatu yang
menjadi milik siswa sebagai suatu akibat dari kegiatan belajar mengajar
yang dilakukannya (Jihad dan Haris (2009: 15).
Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak di bidang
kognitif (penguasaan intelektual), bidang afektif (sikap), dan bidang
30

psikomotor (kemampuan atau keterampilan bertindak) setelah melalui


proses kegiatan belajar mengajar (Sudjana, 2009: 49).
Menurut Horward Kingsley dalam Sudjana (2005: 45) hasil belajar
terbagi dari tiga macam, yakni:
1) Keterampilan dan kebiasaan
2) Pengetahuan dan pengertian
3) Sikap dan cita-cita
Dari masing-masing golongan tersebut dapat diisi dengan bahan yang
ditetapkan dalam kurikulum sekolah. Sedangkan Gagne mengemukakan
lima kategori tipe hasil belajar, yakni:
1) Informasi verbal (verbal Informatiaon)
2) Keterampilan intelektual (intelektual skill)
3) Strategi kognitif (cognitive strategy)
4) Sikap (attitude)
5) Keterampilan motoris (motos skill)
6) Keterampilan motoris
Dalam sistem Pendidikan Nasional hasil belajar menggunakan
klasifikasi hasil belajar dari Benjamin Bloom yang secara garis besar
membaginya menjadi tiga ranah, yaitu ranah kognitif (cognitive domain),
ranah afektif (affective domain), dan ranah psikomotoris (psychomotor
domain). Ranah kognitif meliputi hasil belajar intelaktual yang terdiri dari
enam aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan
evaluasi. Ke enam tingkatan ini bersifat hierarki, artinya yang satu lebih
tinggi dari yang lainnya dan urutannya harus benar atau tidak boleh
menempatkan evaluasi sebelum sintesis dan sintesis sebelum analisis,
demikian seterusnya. Ranah afektif meliputi sikap yang terdiri dari lima
aspek yaitu penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi,
menghargai dan internalisasi. Ranah psykomotor berkaitan dengan
keterampilan atau kemampuan bertindak.
Dari uraian di atas maka bahwa hasil belajar pada hakikatnya
adalah hasil perubahan tingkah laku. Tingkah laku sebagai hasil belajar
dalam pengertian yang luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan
31

psikomotoris. Jadi, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah


pencapaian bentuk perubahan perilaku yang cenderung menetap dari ranah
kognitif, afektif, dan psikomotoris akibat proses kegiatan belajar yang
dilakukan dalam waktu tertentu.
Untuk memperoleh hasil belajar, dilakukan evaluasi atau penilaian
yang merupakan tindak lanjut sekaligus cara untuk mengukur tingkat
penguasaan siswa. Selain mengukur hasil belajar, penilaian dapat juga
ditujukan kepada proses pembelajaran, yaitu untuk mengetahui sejauh
mana tingkat keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran. Semakin baik
proses pembelajaran dan keaktifan siswa dalam mengikuti proses
pembelajaran, maka seharusnya hasil belajar yang diperoleh siswa akan
semakin tinggi sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya.
Oleh karena itu, kemajuan prestasi belajar siswa tidak hanya diukur
dari tingkat penguasaan ilmu pengetahuan tetapi juga sikap dan
keterampilan. Dengan demikian penilaian hasil belajar siswa mencakup
segala hal yang dipelajari di sekolah, baik itu menyangkut pengetahuan,
sikap dan keterampilan.
Untuk mengetahui indikator hasil belajar terlebih dahulu harus
ditetapkan apa yang menjadi kriteria keberhasilan pengajaran, baru
kemudian ditetapkan alat untuk menaikkan keberhasilan belajar secara
tepat. Mengingat pengajaran merupakan suatu proses untuk mencapai
tujuan yang telah dirumuskan, maka disini dapat ditentukan dua kriteria
yang bersifat umum. Menurut Sudjana (2004) dalam Jihad dan Haris
(2009: 20) kedua kriteria tersebut adalah:
a) Kriteria ditinjau dari sudut prosesnya
Kriteria dari sudut prosesnya menekankan kepada pengajaran sebagai
suatu proses yang merupakan interaksi dinamis sehingga siswa
sebagai subjek mampu mengembangkan potensinya melalui belajar
sendiri.
32

b) Kriteria ditinjau dari hasilnya


Di samping tinjauan dari segi proses, keberhasilan pengajaran dapat
dilihat dari segi hasil yang didapatkan oleh siswa setelah melalui
pengalaman belajarnya.
5. Kajian Materi
a. Arus Listrik
Arus listrik didefinisikan sebagai laju aliran muatan listrik yang
melalui suatu luasan penampang lintang. Menurut konvensi arah arus
dianggap searah dengan aliran muatan positif (arus konvensional).
Konvensi ini ditetapkan sebelum diketahui bahwa elektron-elektron
bebas, yang bermuatan negatif adalah partikel yang sebenarnya
bergerak dan akibatnya menghasilkan arus pada kawat penghantar.
Gerak dari elektron-elektron ini ekivalen dengan aliran muatan positif
namun arahnya berlawanan dengan arah arus. Jadi, prinsip kerja arus
listrik adalah mengalir dari potensial tinggi (positif) ke potensial yang
lebih rendah (negatif).
Arus konvensiaonal Aliran elektron

Alat

+ -
Gambar 2.1 Arus konvensional dari + ke – ekivalen dengan arus elektron negatif
yang mengalir mengalir dari – ke +
(Giancoli, D, 2001: 67)
Jika ∆Q adalah jumlah muatan yang mengalir melalui
penampang lintang A dalam waktu ∆t, maka arus listrik dapat
dinyatakan:
Q
I …………. (2.1)
t
(Tipler, 2001: 138)
33

Satuan SI dari arus adalah ampere; satu ampere didefinisikan


sebagai satu coulomb per detik (1 A = 1 C/s). Satuan ini untuk
menghormati fisikawan Perancis Andre Marie Ampere (1775-1836).
Untuk perubahan waktu yang sangat kecil sekali, maka
besarnya arus listrik dinyatakan dengan:
Q
I  lim …………. (2.2)
t 0 t
atau dalam bentuk differensial ditulis:
dQ
I …………. (2.3)
dt
(Sears dan Zemansky, 1992: 651)
Sekarang jika arus yang melalui suatu daerah dapat dinyatakan
atas dasar kecepatan hanyut muatan yang bergerak, misalnya mari kita
tinjau sepotong kawat konduktor yang penampang lintangnya A; di
dalamnya ada medan listrik resultan E dari kiri ke kanan.

Gambar 2.2 Partikel yang bergerak


sejauh v1dt dalam konduktor dengan
luasan melintang A.
(Sumber: Sears dan Zemansky.
1992: 652)
Agar berlaku umum, anggap bahwa konduktor mengandung
muatan bebas, positif ataupun negatif. Partikel partikel bermuatan
positif bergerak menurut arah medan dan yang bermuatan negatif ke
arah yang berlawanan. Gambar 2.2 menunjukkan beberapa partikel
muatan positif yang sedang bergerak. Misalkan ada partikel per satuan
volum, semua bergerak dengan kecepatan hanyut v1. Dalam selang
waktu dt masing-masing partikel bergerak sejauh v1dt. Jadi dalam
volume silinder Av1dt, banyak partikel di dalamnya n1Av1dt, dalam
selang waktu dt adalah

dQ1  n1q1v1 A dt …………. (2.4)

(Sears dan Zemansky, 1992: 652)


34

Berdasarkan definisi di atas, maka arus yang mengalir dalam


suatu luasan penampang dalam selang waktu tertentu dt dapat
dinyatakan dengan:
dQ1
I1   n1q1v1 A …………. (2.5)
dt
(Sears dan Zemansky, 1992: 652)
Begitu juga jika ada partikel negatif sebanyak n2 per satuan
volum yang masing-masing bermuatan q2 dan bergerak dari kanan ke
kiri dengan kecepatan v2, maka arus yang diangkutnya ialah :
dQ2
I2   n2 q 2 v 2 A …………. (2.6)
dt
(Sears dan Zemansky, 1992: 652)
Dengan: n1 = jumlah muatan positif per satuan volum
n2 = jumlah muatan negatif per satuan volum
Q1 = besar muatan total partikel negatif
dQ1 = besar muatan total partikel positif yang mengalir
selama dt
q1 = besar muatan positif elementer
Q2 = besar muatan total partikel negatif
dQ2 = besar muatan total partikel negatif yang mengalir
selama dt
q2 = besar muatan negatif elementer
Partikel positif melintas dari kiri ke kanan menaikkan muatan
positif yang ada di sebelah kanan penampang. Sedangkan partikel
negatif bergerak dari kanan ke kiri, yang berarti juga menurunkan
muatan negatif yang ada di sebelah kanan penampang. Karena
pengurangan muatan negatif ekuivalen dengan kenaikan muatan
positif, sehingga gerak kedua jenis muatan sama efeknya, yaitu
menaikan muatan positif di sebelah kanan penampang, maka arus total
I pada penampang itu sama dengan jumlah arus I1 ditambah dengan
arus I2:
I  A (n1q1v1  n2 q2 v2 ) …………. (2.7)
(Sears dan Zemansky, 1992: 653)
35

Umumnya, jika sebuah konduktor mengandung sejumlah


partikel yang berbeda, memiliki rapat muatan yang berbeda dan
bergerak dengan kecepatan berbeda, maka arusnya ialah :
I  A nqv …………. (2.8)
(Sears dan Zemansky, 1992: 653)
Arus per satuan luas penampang lintang disebut rapat arus J :
I
J  nqv …………. (2.9)
A
(Sears dan Zemansky, 1992: 653)
Rapat arus vector J ditentukan berdasarkan persamaan:
J  nqv …………. (2.10)
(Sears dan Zemansky, 1992: 653)

 Menentukan kecepatan hanyut


Ketika suatu partikel (elektron ) mendapat gaya listrik sebesar
qE, elektron itu akan dipercepat dengan percepatan,
qE
a …………. (2.11)
m

Jika v0 merupakan kecepatan sesaat setelah tumbukan dengan


atom pertama, maka kecepatan elektron sebelum menumbuk atom
berikutnya.
qE
v = v 0 + at = v 0 + t …………. (2.12)
m
dengan t menyatakan waktu rata-rata antara dua tumbukan.
Dalam konduktor banyak sekali terdapat elektron, sehingga
yang dapat diamati adalah nilai rata-rata dari v. Jika kita anggap
kecepatan elektron sesaat setelah tumbukan adalah nol (v0 = 0), maka
besarnya kecepatan rata-rata elektron-elektron ini adalah
qE
v rata -rata = t …………. (2.13)
m
Kecepatan rata-rata inilah yang merupakan kecepatan hanyut
(drive velocity).
36

qE
vd = t …………. (2.14)
m
b. Potensial Listrik dan Beda Potensial
Perhatikan medan listrik antara dua pelat sejajar bermuatan
sama tetapi berlawanan serta jarak antara kedua pelat kecil
dibandingkan dengan lebar dan tingginya sehingga medan akan
seragam pada sebagian besar deerah seperti pada gambar 2.3.

+ -
+ -
+ -
+ -
+ -
+ -
+ -
+ + +
-
EP EP
+ b a -
tinggi rendah
+ -
+ -
+ -
+ -
+ -
+ -
+ -
Gambar 2.3 Kerja dilakukan oleh medan listrik pada waktu memindahkan muatan
positif dari posisi b ke posisi a
(Sumber: Giancoli, D, 2001: 33)
Sebuah titik muatan positif q yang kecil yang diletakkan pada
titik b dengan sangat dekat dengan muatan pelat positif seperti pada
gambar di atas. Jika muatan tersebut dilepaskan, gaya listrik akan
melakukan kerja pada muatan dan mempercepatnya menuju pelat
negatif. Pada proses ini, energi kinetik partikel bermuatan tersebut
akan bertambah. Energi potensial akan menurun dengan besar yang
sama, sama dengan kerja negatif yang dilakukan oleh gaya listrik.
Sesuai dengan kekekalan energi, energi potensial listrik diubah
menjadi energi kinetik dan energi totalnya adalah tetap (Giancoli,
D,2001: 33).
Potensial listrik didefinisikan sebagai energi potensial per
satuan muatan. Potensial listrik dinyatakan dengan simbol V. Jika titik
37

muatan q memiliki energi potensial listrik EPa pada titik a gambar 2.3,
potensial listrik Va pada titik ini adalah
EPa
Va  …………. (2.15)
q
(Giancoli, D, 2001: 33)
Atau secara umum lagi, definisi potensial listrik ditulis:
𝑎
𝑉𝑎 = − 𝐸. 𝑑𝑟 …………. (2.16)

Sehingga jika kita ingin mencari beda potensial antar titik


(misal titik a dan b) seperti pada gambar 2.3, maka:
𝑏 𝑎
𝑉𝑏 − 𝑉𝑎 = − 𝐸. 𝑑𝑟 − − 𝐸. 𝑑𝑟
∞ ∞
𝑏 𝑎
𝑉𝑏 − 𝑉𝑎 = − 𝐸. 𝑑𝑟 + 𝐸. 𝑑𝑟
∞ ∞
𝑏 ∞
𝑉𝑏 − 𝑉𝑎 = − 𝐸. 𝑑𝑟 + 𝐸. 𝑑𝑟
∞ 𝑎
𝑏
𝑉𝑏 − 𝑉𝑎 = − 𝐸. 𝑑𝑟
𝑎
𝑏
𝑉𝑏𝑎 = − 𝑎
𝐸. 𝑑𝑟 …………. (2.17)
Tanda negatif (-) menunjukkan bahwa medan listrik dalam sistem
tersebut bersifat konservatif, sehingga usaha yang diperlukan untuk
memindahkan muatan mengurangi energi potensial atau dengan kata
lain beda potensial semakin kecil.
Potensial listrik hanya dapat diukur dari selisih besar
potensialnya atau beda potensial antar dua titik a dan b. Perubahan
energi potensial listrik EPa – EPb sama dengan negatif dari kerja Wba,
yang dilakukan oleh gaya listrik untuk memindahkan muatan q dari
titik b ke titik a. Sedangkan kerja Wba yang digunakan untuk
memindahkannya adalah
𝑏
…………. (2.18)
𝑊𝑏𝑎 = −𝑞 𝐸. 𝑑𝑟
𝑎
38

maka beda potensial Vba sebesar:


Wba
Vba  Vb  Va  …………. (2.19)
q
(Giancoli, D, 2001: 33)
Satuan potensial listrik dan beda potensial adalah
joule/coulomb dan diberikan nama khusus volt untuk menghormati
Alessandro Volta (1745-1827) yang dikenal sebagai penemu baterai
listrik. Volt disingkat menjadi V, sehingga 1 V = 1 J/C. Pada gambar
2.3 pelat positif lebih tinggi daripada pelat negatif berarti benda yang
bermuatan positif bergerak secara alami dari potensial tinggi ke
potensial rendah dan muatan negatif melakukan yang sebaliknya.
Karena beda potensial diukur dalam volt maka beda potensial disebut
juga dengan voltase atau tegangan (Giancoli, D, 2001: 33).
Jika kita ingin membicarakan potensial Va pada titik a kita
harus menentukan bahwa Va bergantung pada dimana potensial lain
ditetapkan sebagai titik acuan. Titik acuan potensial listrik pada situasi
tertentu seperti halnya untuk energi potensial, dapat dipilih
disembarang titik karena hanya selisih energi yang dapat diukur.
Biasanya ground (tanah) atau konduktor yang dihubungkan langsung
ke ground dianggap sebagai potensial nol, dan potensial lainnya relatif
terhadap ground.
Karena potensial listrik didefinisikan sebagai energi potensial
persatuan muatan, maka perubahan energi potensial muatan q ketika
berpindah di antara dua titik a dan b yaitu dari titik b ke titik a adalah
∆EP = EPb - EPa = qVba …………. (2.20)
Maka, jika sebuah benda dengan muatan q bergerak melewati
beda potensial Vba energi potensialnya berubah sebesar qVba. Beda
potensial merupakan pengukuran dari beberapa banyak energi yang
bisa didapatkan muatan listrik pada situasi tertentu. Dan karena energi
merupakan kemampuan untuk melakukan kerja maka beda potensial
juga merupakan besar kerja yang bisa dilakukan oleh sebuah muatan.
39

Jumlah tepatnya bergantung baik pada beda potensial maupun muatan


yang bersangkutan (Giancoli, D, 2001: 34).
c. Hukum Ohm
George Simon Ohm (1787-1854) menentukan dengan
eksperimen bahwa arus pada kawat logam sebanding dengan beda
potensial yang di berikan ke ujung-ujungnya:
I∞V
Dari penentuan tersebut dapat disimpulkan bahwa beda
potensial berbanding lurus dengan arus listrik. Akan tetapi besar aliran
arus pada kawat tidak hanya tergantung pada tegangan, tetapi juga
pada hambatan yang diberikan kawat terhadap aliran elektron. Makin
tinggi hambatan ini, maka makin kecil aliran arus listrik untuk suatu
tegangan V. Kemudian hambatan didefinisikan sebagai arus yang
berbanding terbalik dengan hambatan. Sehingga bila digabungkan
dengan pernyataan arus listrik berbanding lurus dengan hambatan,
maka didapatkan:
V
I …………. (2.21)
R
(Giancoli, D, 2001: 68)
Dimana R adalah hambatan kawat atau suatu yang lainnya, V adalah
beda potensial yang melintasi alat tersebut, dan I adalah arus yang
mengalir padanya. Hubungan dalam persamaan (21) ini sering
dituliskan:
V = IR …………. (2.22)
(Giancoli, D, 2001: 68)
Persamaan (2.21) di atas lebih dikenal dengan Hukum Ohm.
Namun hubungan tersebut tidak berlaku untuk alat lain seperti diode,
tabung hampa udara, transistor dan sebagainya. Dengan demikian
”hukum Ohm” bukan merupakan hukum dasar tetapi lebih berupa
deskripsi mengenai kelas bahan (konduktor logam) tertentu (Giancoli,
D, 2001: 68).
40

I R I

V V
0 0
(a) (b)
Gambar 2.4 Grafik arus dan tegangan untuk
(a) konduktor logam yang mengikuti hukum Ohm, dan
(b) untuk alat yang nonohmik, dalam hal ini dioda semikonduktor
(Sumber: Giancoli, D, 2001: 68)

Bahan atau alat yang tidak mengikuti hukum Ohm dikatakan


nonohmik. Lihat gambar 2.4. Definisi hambatan
V
R= …………. (2.23)
I
Persamaan (2.21) juga dapat diterapkan pada kasus nonohmik,
tetapi dalam hal ini R tidak akan konstan dan bergantung pada
tegangan yang diberikan. Satuan untuk hambatan disebut ohm dan
disingkat Ω (huruf besar Yunani untuk omega). Sehingga 1 Ω = 1 V/A
(Giancoli, D, 2001: 68).
d. Hambatan Jenis (Resistivitas)
Resistivitas (resistivity) ρ sebuah material didefinisikan sebagai
rasio dari besarnya medan listrik dan kerapatan arus:
E
ρ= …………. (2.24)
J
(Sears dan Zemansky, 1992: 654)
Tinjaulah sebuah penghantar silinder dengan luas penampang A
dan panjangnya L, yang mengangkut sebuah arus I yang tetap. Apabila
perbedaan potensial dikenakan terhadap ujung-ujung penghantar
tersebut dan penampang-penampang silinder pada setiap ujung adalah
permukaan-permukaan ekipotensial maka medan listrik E dan rapat
41

arus J akan konstan untuk semua titik di dalam silinder dan secara
matematis dapat dituliskan :
𝑉 𝐼
E= dan J = …………. (2.25)
𝐿 𝐴
(Halliday dan Resnick, 1988: 189)
maka dapat dituliskan resistivitas ρ tersebut sebagai
V
E
  L …………. (2.26)
J I
A
(Halliday dan Resnick, 1988: 189)
dimana V/I adalah R sehingga persamaan di atas menjadi
L
R …………. (2.27)
A
(Halliday dan Resnick, 1988: 190)
Persamaan (2.27) membuktikan hasil eksperimen bahwa
hambatan R kawat logam berbanding lurus dengan panjang L dan
berbanding terbalik dengan luas penampang A. Dimana ρ merupakan
konstanta pembanding yang disebut hambatan jenis (resistivitas) dan
bergantung pada jenis bahan yang digunakan. Nilai tipikal ρ satuannya
adalah Ω.m, nilainya untuk berbagai bahan diberikan pada tabel 2.1.
Nilai-nilai tersebut sebagian bergantung pada kemurnian, perlakuan
kalor, temperature, dan faktor-faktor lainya (Giancoli, D, 2001: 69).
Tabel 2.1
Hambatan Jenis dan Koefisien Temperature (pada 20oC)

Hambatan Jenis, ρ Temperatur,


Bahan
(Ω.m) Koefisien α (Co)-1
Konduktor
 Perak 1,59 x 10-8 0,0061
 Tembaga 1,68 x 10-8 0,0068
 Emas 2,44 x 10-8 0,0034
 Aluminium 2,65 x 10-8 0,00429
 Tungsten 5,6 x 10-8 0,0045
 Besi 9,71 x 10-8 0,00651
 Platina 10,6 x 10-8 0,003927
 Air Raksa 98 x 10-8 0,0009
 Nikrom(Ni,Fe, 100 x 10-8 0,0004
Cr)
42

Semikonduktor
 Karbon (grafit) (3-60) x 10-5 -0,0005
 Germanium (1-500) x 10-3 -0,05
 Silikon 0,1-60 -0,07
Isolator
 Kaca 109-1012
 Karet padatan 1013-1015
Sumber: Giancoli, D, 2001: 70
Hambatan jenis suatu bahan sebagian bergantung pada
temperature. Pada umunya hambatan logam bertambah terhadap
temperature. Pada temperature yang lebih tinggi, atom-atom bergerak
lebih cepat dan tersusun dengan tidak begitu teratur. Sehingga
cenderumg mengganggu elektron bergerak karena adanya tumbukan.
Jika perubahan temperatur tidak terlalu besar, hambatan logam
biasanya naik hamper linier terhadap temperature, sehingga dapat
dituliskan persamaan:
 t   0 [1   (T  T0 )] …………. (2.28)

Di mana ρ0 adalah hambatan jenis pada temperatur acuan T0


(misalnya 0oC atau 20oC), ρt adalah hambatan jenis pada temperatur T
dan α adalah koefisien temperatur hambatan jenis (lihat tabel 2.2).
Karena hambatan R berbanding lurus dengan hambatan jenis,
maka berlaku:
R  R[1   (T  T0 )] …………. (2.29)
Resistansi pada resistor yang sering digunakan untuk
mengendalikan besarnya arus dalam suatu rangkaian elektronika
dinyatakan dengan warna cincin (ring dan lingkaran) pada badan
resistor. Arti kode warna pada resistor dapat dilihat pada tabel 2.2.
43

Tabel 2.2
Arti Kode Warna pada Resistor

Warna Angka Faktor Pengali Toleransi


0
Hitam 0 10 -
Coklat 1 101 1%
Merah 2 102 2%
Orange 3 103 -
Kuning 4 104 -
Hijau 5 105 -
Biru 6 106 -
Ungu 7 107 -
Abu-abu 8 - -
Putih 9 - -
Emas - 10-1 5%
Perak - 10-2 10 %
Tanpa warna - - 20 %

Sumber: Giancoli, D, 2001: 69

Digit pertama
Digit kedua
Digit ketiga
Faktor pengali

Toleransi

(a) (b)
Gambar 2.5 (a) Beberapa resistor karbon dengan lima cincin warna
(b) Nilai hambatan suatu resistor dinyatakan dengan kode
warna,
Sumber: http://teknisidjockam.blogspot.com/2010/09/resistor.html
Resistansi dibaca dari warna cincin yang paling depan ke arah
cincin toleransi. Sebagaimana ditunjukkan pada gambar 2.5 (b) di atas
dan pada tiga cincin pertama menunjukkan harga resistansi, cincin
keempat adalah pengali, dan yang kelima adalah toleransi. Sebagai
contoh, resistor di atas memiliki lima warna yaitu: orange, orange,
putih, hitam dan coklat adalah 339 Ω ± 1%. Deskripsi yang lebih
44

mudah adalah: cincin pertama yaitu orange mempunyai harga 3, cincin


kedua yaitu orange mempunyai harga 3, dan cincin ketiga yaitu putih
mempunyai harga 9 ketiganya dihitung sebagai 339. Cincin keempat
yaitu hitam mempunyai harga 100 atau berharga 1, maka tidak
menambahkan nol di belakang 339, sedangkan cincin kelima yaitu
coklat merupakan kode untuk toleransi ± 1%. Sehingga resistor di atas
mempunyai nilai 339 Ω dengan kakuratan ± 1%.
e. Rangkaian Seri
Ketika dua atau lebih resistor dihubungkan dari ujung ke ujung
seperti pada gambar 2.6, dapat dikatakan mereka dihubungkan secara
seri. Resistor-resistor tersebut bisa merupakan resistor biasa atau
resistor komponen listrik seperti lampu. Muatan yang melalui R1 pada
gambar 2.6 juga akan melewati R2 dan kemudian R3. Dengan demikian
arus I yang sama melewati setiap resistor (jika tidak hal ini berarti
bahwa muata terakumulasi pada beberapa titik pada rangkaian, yang
tidak terjadi dalam keadaan stabil). Untuk mengukur tegangan V pada
ketiga resistor, kita anggap semua resistor yang lain pada rangkaian
dapat diabaikan, dan sehingga V sama dengan tegangan baterai. Untuk
menentukan besarnya V1, V2, dan V3 serta R1, R2, dan R3 dapat
menggunakan hukum Ohm. Karena resistor-resistor tersebut
dihubungkan ujung ke ujung, kekekalan energi menyatakan bahwa
tegangan total V sama dengan jumlah semua tegangan dari masing-
masing resistor.
V = V1 + V2 + V3 = IR1 + IR2 + IR3 …………. (2.30)
Karena I sama maka diperoleh: Rek = R1 + R2 + R3 …………. (2.31)
Jadi, hambatan ekivalen untuk sembarang banyaknya n resistor
(Rn) yang tersusun seri adalah
Rek = R1 + R2 + R3+.........Rn …………. (2.32)
45

R1 R2 R3 Rek

I V1 V2 V3 I

+ - + -

(a) V (b) V

Gambar 2.6 (a) Rangkaian hambatan listrik disusun seri


(b) hamabtan ekivalen tunggal Rek
(Sumber: Giancoli, D, 2001: 95)
f. Rangkaian Paralel
Pada rangkaian paralel, arus total yang meninggalkan baterai
terbagi menjadi tiga cabang seperti pada gambar 2.7. Maka untuk
menentukan I1, I2, dan I3 serta R1, R2, dan R3 dapat menggunakan
hukum Ohm. Karena muatan arus listrik kekal, arus yang masuk ke
dalam titik cabang (di mana kawat atau konduktor yang berbeda
bertemu) harus sama dengan arus yang dari keluar titik cabang.
Dengan demikian:
V V V
I = I1 + I2 + I3 = + + …………. (2.33)
R1 R2 R3
Karena V sama maka diperoleh:
1 1 1 1
= + + …………. (2.34)
R ek R1 R2 R3
Jadi, hambatan ekivalen untuk sembarang banyaknya n resistor
(Rn) yang tersusun seri adalah
1 1 1 1 1
= + + +............. …………. (2.35)
R ek R1 R2 R3 Rn
46

I1 R1

I2 R2 Rek

I3 R3

+ - + -
I I
(a) V (b) V
Gambar 2.7 (a) Rangkaian hambatan listrik disusun parallel
(b) hamabtan ekivalen tunggal Rek
(Sumber:Giancoli, D, 2001 : 96)
g. Hukum Kirchhoff
Metode yang diberikan pada pembahasan di atas telah
dijelaskan bahwa rangkaian yang mengandung banyak resistor dapat
disederhanakan dengan mengganti nilai hambatan ekivalen (Rseri dan
Rparallel). Namun, metode tersebut masih belum cukup untuk
menganalisis berbagai rangkaian sederhana lainnya seperti pada
gambar 2.10 dan 2.11.
G.R Kirchoff (1824-1887) di pertengahan abad 19 membuat
suatu hukum yang dinamakan hukum Kirchoff. Hukum ini sebenarnya
merupakan penerapan yang berguna dari hukum kekekalan muatan dan
energi.
Hukum pertama Kirchoff atau hukum titik cabang
berdasarkan pada kekekalan muatan. Hukum ini menyatakan bahwa
“pada setiap titik cabang, jumlah semua arus yang memasuki cabang
harus sama dengan semua arus yang meninggalkan cabang tersebut”.

Secara matematis dituliskan :  Imasuk =  Ikeluar …………. (2.36)


Maksudnya adalah apa yang masuk harus sama dengan apa yang
keluar. Hukum titik cabang sesuai dengan hukum kekekalan muatan.
Muatan yang memasuki titik cabang harus keluar tidak ada yang hilang
atau diambil (Giancoli, D, 2001: 104).
47

I2

I1 I3
a
I4

Gambar 2.8 Ilustrasi Hukum I kirchhoff tentang titik percabangan


Pada gambar 2.8 di atas, arus I1 yang mengalir melalui titik a
sama dengan jumlah I2 + I3 + I4 yang mengalir keluar dari titik a. atau
dapat dinyatakan I1 = I2 + I3 + I4 (Tipler, 2001: 175).
Hukum kedua Kirchoff atau hukum loop didasarkan pada
kekekalan energi. Hukum ini menyatakan bahwa “jumlah perubahan
potensial mengelilingi lintasan tertutup pada suatu rangkaian harus
sama dengan nol” (Giancoli,2001: 104).
Secara matematis dituliskan : ∑ V = 0 ………….(2.37)
Atau
∑ ɛ + ∑(IR) = 0 …………. (2.38)
Ungkapan matematis dari hukum kedua Kirchoff di atas dapat
digunakan sebagai kaidah untuk memecahkan masalah pada rangkaian
tertutup dan dikenal sebagai teorema loop. Dalam menggunakan teori
loop, kita harus memperhatikan beberapa hal berikut ini:
1) Pilih sebuah loop untuk masing-masing rangkaian tertutup dalam
arah tertentu (arah loop bebas).
2) Jika arah loop sama dengan arah arus listrik, maka penurunan
tegangan (IR) adalah positif dan negatif sebaliknya.
3) Jika arah lintasan loop bertemu kutub positif sumber tegangan,
maka ggl (ɛ) adalah positif dan negatif sebaliknya.
Di bawah ini adalah dua buah rangkaian yang menggambarkan
aturan-aturan dari teori loop.
+I -I

ɛ1 + ɛ1 +
+ arah loop ɛ2 - arah loop ɛ2

(a) (b)
Gambar 2.9 (a) Nilai I positif karena searah dengan loop
(b) Nilai I negatif karena berlawanan dengan loop
48

Sebagai contoh dalam penggunaan hukum kedua Kirchhoff,


perhatikan gambar rangkaian dengan I loop dan II loop di bawah ini:
R1
I

ɛ1
R2

ɛ2
Gambar 2.10Rangkaian sederhana dengan 1 loop
Menurut hukum Kirchhoff II:
∑ ɛ + ∑(IR) = 0

-ɛ1 + ɛ2 + IR1 + IR2 = 0

I(R1 + R2) = ɛ1 - ɛ2

I = (ɛ1 - ɛ2) / (R1 + R2) …………. (2.39)

R1 R2

ɛ1 ɛ2
Loop I Loop II
ɛ3

Gambar 2.11 Rangkaian sederhana dengan I1 loop


Untuk menganalisis suatu rangkaian dengan metode arus pada dua
loop dilakukan dengan langkah sebagai berikut:
a. Pada Loop I, menurut KCL dan KVL berlaku:
– ɛ 1 + ɛ 3 + I1R1 + (I1 – I2) R3 = 0

I1(R1 + R3) – I2 R3 = ɛ 1 – ɛ 3 …………. (2.40)


b. Pada loop II, menurut KCL dan KVL berlaku:
– ɛ 3 + ɛ 2 + I2R2 + (I2 – I1) R3 = 0

I2(R2 + R3) – I1 R3 = ɛ 3 – ɛ 2 …………. (2.41)


h. Gaya Gerak Listrik
Untuk memperoleh arus yang konstan dalam konduktor, kita
harus memiliki penghasil energi listrik yang konstan. Alat yang
49

menyalurkan energi listrik disebut sumber gaya gerak listrik atau


sumber ggl yang diberi symbol (ɛ). Baterai ideal adalah sumber ggl
yang menjaga beda potensialnya tetap antara kedua terminalnya, tidak
bergantung pada laju aliran muatan antara keduanya. Beda potensial
antar terminal baterai ideal besarnya sama (Tipler, 2001: 148-149).
Pada dasarnya setiap sumber listrik, seperti baterai mempunyai
hambatan dalam (r). sehingga jika baterai dihubungkan dengan suatu
beban (hambatan luar R), maka gaya gerak listrik ɛ adalah tegangan
pada terminal AB pada saat saklar terbuka (baterai tidak mencatu arus
listrik). Sedangkan tegangan jepit VAB adalah tegangan pada terminal
saat saklar (S) ditutup (baterai mencatu arus listrik). Hubungan
tegangan jepit dengan ggl ɛ adalah:

VAB = ɛ - Ir

Dengan, VAB = IR, maka diperoleh: I  …………. (2.42)
Rr
i. Transformasi delta (Δ) ke bintang ( Υ)
Cara lain untuk menyederhanakan rangkaian yang rumit seperti
rangkaian diatas adalah dengan menggunakan transformasi delta ke
bintang sebagai berikut:

R3

Ra Rc
R1 R2
Rb

Gambar 2.12 Transformasi delta (Δ) ke bintang ( Υ)


(Sumber: Wasito, 2004: 68)
R1 R3 R1 R2
Ra  ; Rb  ; dan
R1  R2  R3 R1  R2  R3

R2 R3
Rc  …………. (2.43)
R1  R2  R3
50

Adapun tranformasinya:
Ra Rb  Ra Rc  Rb Rc R R  Ra Rc  Rb Rc
R1  ; R2  a b ; dan
Ra Rb
R R  Ra Rc  Rb Rc …………. (2.44)
R3  a b
Rc
(Wasito 2004 : 69)

Contoh:
R1 R4 R7

A B
R2 R3 R5 R6 R8

Gambar 2.13 Rangkaian dengan hambatan R1 = 2 Ω, R2 = 2 Ω, R3 = 3 Ω, R4 = 3 Ω,


R5 = 3 Ω, R6 = 3 Ω, R7 = 2 Ω, dan R8 = 2 Ω.
Rangkaian resistor di atas dapat ditentukan hambatan
ekivalennya antara ujung A dan B dengan menggunakan Transformasi
delta (Δ) ke bintang (Υ) diganti dengan rangkaian pada gambar 2.14.
R4
R1 R7

Ra Rb Rd Rf
R3 R6 B
A Rc Re
R5
R2 R8
Gambar 2.14 Rangkaian pengganti dari gambar 2.12
Dengan menggunakan persamaan (2.43), maka:
R1 R2 22 4
Ra    
R1  R2  R3 2  2  3 7
R1 R3 23 6
Rb    
R1  R2  R3 2  2  3 7
51

R2 R3 23 6
Rc    
R1  R2  R3 2  2  3 7
R6 R7 3 2 6
Rd    
R6  R7  R8 3  2  2 7
R6 R8 3 2 6
Re    
R6  R7  R8 3  2  2 7
R7 R8 22 4
Rf    
R6  R7  R8 3  2  2 7

Rs1
Ra Rf
A B
Rs2

Rs1  Rb  R4  Rd Rs 2  Rc  R5  Re
6 6 6 6
   3      3  
7 7 7 7
33 33
Rs1   Rs 2  
7 7

Ra Rp Rf
A B

Rs1 Rs 2
Rp  Rek  Ra  R p  R f
Rs1  Rs 2
4 363 4
33 33
     
7 154 7
Rp  7 7
33 33 88  363  88
   
7 7 154
1089 539
 Rek  
Rp  49 154
66

7
1089 7
Rp   
49 66
363
Rp  
154
52

539
Jadi, besar hambatan pengganti pada gambar 2.13 adalah 
154
Beberapa rangkaian rumit atau jaringan resistor lebih mudah
dianalisa dengan menggunakan aturan percabangan dan pertimbangan
simetri. Jika dua titik dalam suatu rangkaian berada pada potensial
yang sama, mereka dapat dihubungkan dengan sebuah kawat tanpa
menyebabkan perubahan-perubahan apapun terhadap arus atau
potensial pada titik-titik lainnya di dalam rangkaian. Titik demikian
dapat dikenali dengan mempertimbangkan simetri dari rangkaian
(Tipler 2001 : 185).
b R4 c
R1
a R2 d
R3
R8 R7
R5 R6
R12
R9 f g
R10
e h R11

Gambar 2.15 Dua belas resistor yang sama membentuk rusuk-rusuk sebuah kubus
Gambar 2.15 di atas ini memperlihatkan 12 resistor sejenis yang
membentuk rusuk-rusuk kubus. Dengan simetri dapat dihubungkan
suatu beda potensial Vag antara titik a dan g, titik b, d, dan e harus
berada pada potensial yang sama. Jika dihubungkan titik ini dengan
sebuah kawat, dimiliki tiga resistor sama yang parallel antara titik a
dan titik bersama bde. Titik c, f, dan h berada pada potensial yang
sama dan bisa dihubungkan dengan sebuah kawat. Terdapat enam
lintasan paralel dari titik cfh dan g (Tipler 2001 : 185).
Rangkaian pada gambar 2.15 dapat disederhanakan sebagai berikut:
53

R4

R8
R1 R7
R3
a R2 bde cfh R12 g
R6
R5 R11
R9

R10

Gambar 2.16 Diagram yang disederhanakan dari gambar rangkaian 2.15


(Tipler, 2001 : 185)
Besar hambatan pengganti dari rangkaian di atas dapat
dijabarkan sebagai berikut:
Di mana R1 = R2 = R3 = R4 = R5 = R6 = R7 = R8 = R9 = R10 = R11 =
R12= R (besar hambatan semua resistornya adalah sama), maka:
1) R1
a R2 bde

R5

1 1 1 1
  
Rp1 R1 R2 R5
1
Rp1  R
3

R4
2)
R8

R3
bde cfh
R6

R9

R10

1 1 1 1 1 1 1
     
Rp 2 R4 R8 R3 R6 R9 R10
54

1
Rp 2  R
6

R7
3)
cfh R12 g

R11

1 1 1 1
  
Rp3 R7 R12 R11
1
Rp 3  R
3
Sehingga,
Rek  Rp1  Rp 2  Rp 3
1 1 1
Rek  R  R  R
3 6 3
5
Rek  R
6
Jadi, besar hambatan pengganti rangkaian pada gambar 2.15
sebesar 5/6 R
 Ingat bahwa penyelesaian di atas hanya dapat digunakan untuk
kasus-kasus di mana semua hambatan R bernilai sama.
55

6. Hasil Penelitian yang Relevan


a. Penelitian skripsi program studi pendidikan fisika FMIPA Unesa oleh
Miftahul Hasanatun Alfiah dengan judul “penerapan model
pembelajaran inkuiri dengan memnfaatkan Lab Mini pada pokok
bahasan listrik dinamis untuk meningkatkan prestasi belajar dan
kinerja siswa kleas X-3 SMA Negeri 1 Lamongan”. Penelitian ini
menyimpulkan bahwa pembelajaran inkuiri dengan memanfaatkan lab
mini dapat meningkatkan prestasi belajar, aspek afektif dan
psikomotor.
b. Penelitian skripsi program studi pendidikan fisika FMIPA Unesa oleh
Ferry Yudha Pratama dengan judul “pengaruh penerapan model
pembelajaran inkuiri tehadap hasil belajar siswa pada materi pokok
suhu dan kalor X RSBI SMA Khodijah Surabaya”. Penelitian ini
menyimpulkan bahwa model pembelajaran inkuiri mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap perbedaan antara pretest dan
posttest.
c. Penelitian skripsi program studi pendidikan fisika FMIPA Unesa oleh
Abdul Wahab dengan judul “pengaruh pengunaan musik barok dalam
pembelajaran fisika terhadap minat belajar fisika siswa SLTP Khadijah
Surabaya”. Penelitian ini menyimpulkan bahwa penggunaan musik
Barok dalam pembelajaran dapat meningkatkan minat belajar fisika
siswa.
d. Penelitian skripsi program studi pendidikan fisika FMIPA Unesa oleh
darah Nur Indah C. D. A. dengan judul “pengaruh penerapan diskusi
kelas dengan iringan musik Mozart terhadap prestasi belajar siswa
pada materi pokok kalor di kelas X SMA Negeri 18 Surabaya”. Hasil
penelitian ini menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh positif pada
penerapan diskusi kelas dengan iringan musik klasik Mozart terhadap
prestasi belajar siswa.
56

7. Kerangka Berfikir

 Fisika merupakan cabang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang bukan hanya penguasaan
kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-psinsip saja tetapi
juga merupakan suatu proses penemuan.
 Musik dapat mempengaruhi fisiologi manusia terutama gelombang otak dan denyut jantung.

Kenyataan: Harapan:
 Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) fisika di  Dengan melakukan aktifitas dengan
R-SMA-BI Negeri 1 Lamongan masih cara mencari dan menemukan
menggunakan model pembelajaran sendiri siswa lebih memahami
konvensiaonal (ceramah) sehingga materi konsep fisika yang diajarkan oleh
fisika masih disampaikan sebatas sebagai guru.
produk yang cenderung siswa dituntut  Dengan penggunaan iringan musik
untuk menghafal rumus-rumus, teori dan klasik dalam pembelajaran fisika
hukum saja. akan memberikan suasana yang
 66 % siswa menyatakan bahwa pelajaran rileks, enjoy dan menyenangkan
fisika sulit dikarenakan banyak rumus. Dan sehingga memberikan semangat dan
dari beberapa materi yang di tuliskan dalam motivasi kepada siswa dalam
angket yang menurut mereka sulit adalah melakukan aktivitas di dalam kelas.
listrik dinamis.
 Proses pembelajaran kurang variasi dan
suasana di kelas cenderung monoton,
sehingga siswa kurang bergairah dalam
mengikuti pembelajaran.

Identifikasi Masalah:
“Bagaimana pengaruh penerapan model pembelajaran inkuiri dengan menggunakan iringan
musik klasik terhadap hasil belajar siswa pada pokok bahasan listrik dinamis di kelas X R-SMA-
BI Negeri 1 Lamongan?”

Solusi:
Dibutuhkan sebuah model yang tepat yaitu penggunaan musik dalam model pembelajaran inkuiri
untuk memberikan kesempatan yang luas bagi siswa untuk mencari dan menemukan konsep fisika
sendiri dengan suasana yang dinamis dan menyenangkan dengan iringan musik. Sehingga KBM
tidak lagi monoton yang membuat siswa cepat bosan melainkan siswa lebih enjoy dan semangat.
Dengan demikian siswa akan lebih mudah memahami konsep pelajaran fisika.

Hipotesis:
”Terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran inkuiri dengan menggunakan iringan musik
klasik terhadap hasil belajar siswa pada pokok bahasan listrik dinamis di kelas X R-SMA-BI
Negeri 1 Lamongan.”
57

8. Hipotesis
Hipotesis yang dapat diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut : ”Terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran inkuiri
dengan menggunakan iringan musik klasik terhadap hasil belajar siswa
pada pokok bahasan listrik dinamis di kelas X R-SMA-BI Negeri 1
Lamongan.”

H. METODE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis
kuantitatif eksperimental. Tujuannya adalah untuk mengetahui pangaruh
penerapan model pembelajaran inkuiri dengan menggunakan iringan
musik klasik terhadap hasil belajar siswa pada pokok bahasan listrik
dinamis di kelas X R-SMA-BI Negeri 1 Lamongan. Bentuk desain
eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah true experimental
design bentuk pretest-posttest control group design. Dalam penelitian ini
terdapat dua kelompok yang dipilih secara acak, kemudian diberi tes awal
untuk mengetahui keadaan awal kedua kelompok. True experimental
design yaitu jenis-jenis eksperimen yang dianggap sudah baik karena
sudah memenuhi persyaratan. Yang dimaksud dengan persyaratan dalam
eksperimen adalah adanya kelompok lain yang tidak dikenai eksperimen
dan ikut mendapatkan pengamatan. Dengan adanya kontrol maka akibat
yang diperoleh dari perlakuan dapat diketahui secara pasti karena hasilnya
dibandingkan dengan kelompok yang tidak mendapatkan perlakuan
(Suharsimi Arikunto, 2006: 86).
2. Tempat dan Waktu Penelitian
a. Tempat penelitian
Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan untuk
melakukan penelitian guna memperoleh data yang diinginkan.
Penelitian ini dilakukan di R-SMA-BI Negeri 1 Lamongan.
58

b. Waktu penelitian
Waktu penelitian adalah kapan penelitian ini dilaksanakan atau
saat berlangsungnya penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada
semester genap tahun pelajaran 2010-2011.
3. Populasi dan Sampel
a. Populasi
Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 130). Populasi adalah
keseluruhan subyek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah
siswa kelas X di R-SMA-BI Negeri 1 Lamongan, yang terdiri dari 9
kelas dengan tiap kelasnya berjumlah 31 siswa.
b. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti
(Suharsimi Arikunto, 2006: 131). Dalam penelitian ini menggunakan
sampel sebanyak 4 kelas dari 9 kelas. Penentuan sampel dengan
teknik sampel acak (random) yaitu sampel yang dipilih secara acak.
Pemilihan sampel secara acak dapat dilakukan dengan cara
memberikan pretest kepada semua populasi dan memilih kelas yang
normal dan homogen. Kelas yang dijadikan sampel yaitu :
a. Kelas X-2, X-3, dan X-4 sebagai kelas eksperimen dengan
perlakuan penerapan model pembelajaran inkuiri dengan
menggunakan iringan musik klasik.
b. Kelas X-1 sebagai kelas kontrol yaitu tanpa perlakuan penerapan
model pembelajaran inkuiri dengan menggunakan iringan musik
klasik atau dengan menggunakan metode yang biasa digunakan
oleh guru di R-SMA-BI Negeri 1 Lamongan.
4. Rancangan Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hasil belajar siswa
dalam penerapan model pembelajaran inkuiri dengan menggunakan
iringan musik klasik dalam pada pokok bahasan listrik dinamis. Dalam
penelitian eksperimen ini, terdapat tiga kelompok eksperimen dan satu
kelompok kontrol. Kelompok eksperimen adalah kelompok yang dikenai
model pembelajaran inkuiri dengan pengunaan iringan musik klasik
59

sedangkan kelompok kontrol adalah kelompok yang tidak dikenai model


pembelajaran inkuiri dengan menggunakan iringan musik klasik atau
dengan menggunakan metode pembelajaran yang biasa digunakan oleh
guru di sekolah.
Sebelum diberikan perlakuan, kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol diberi tes awal (pretest) yaitu tes pemahaman konsep pada materi
listrik dinamis. Selanjutnya dimulai kegiatan pembelajaran sesuai dengan
rancangan yang telah ditetapkan. Setelah keseluruhan kegiatan
pembelajaran selesai, siswa diberi tes pemahaman konsep materi listrik
dinamis (posttest), baik pada kelompok eksperimen maupun pada
kelompok kontrol, guna mengetahui pengaruhnya.
Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian Redomized Control Group Pretest Postest Design. Secara garis
besar desain penelitian tersebut digambarkan sebgai berikut:
Tabel 3.1 Redomized Control Group Pretest Posttest Design
Pengukuran Pengukuran
Kelas awal Perlakuan akhir
(Pretest) (Posttest)
Eksperimen U1 L U2
Kontrol U1 - U2
( Prabowo, 1998: 45)
Rancangan eksperimen ini dapat diperluas dengan melibatkan lebih
dari satu variable. Dengan demikian kelas eksperimen dapat lebih dari
satu, sedangkan kelompok kontrol tetap. (Prabowo, 1998: 48). Sehingga
penelitian ini menggunakan desain penelitian sebagai berikut:
Tabel 3.2 Desain Eksperimen
Pengukuran Pengukuran
Kelas awal Perlakuan akhir
(Pretest) (Posttest)
Eksperimen 1 U1 L U2
Eksperimen 2 U1 L U2
Eksperimen 3 U1 L U2
Kontrol U1 - U2
60

Keterangan:
U1 = Pengukuran awal (Pretestt), yaitu tes yang diberikan kepada siswa
sebelum pembelajaran
U2 = Pengukuran akhir (Posttestt), yaitu tes yang diberikan kepada siswa
setelah pembelajaran
L = Kelompok yang dikenai model pembelajaran inkuiri dengan
menggunakan iringan musik klasik
- = Kelompok yang dikenai metode pembelajaran yang biasa
digunakan oleh guru di sekolah
5. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Pengertian variabel
a) Variabel bebas adalah variabel yang dimanipulasi untuk
mengetahui pengaruhnya tehadap variabel terikat.
b) Variabel terikat adalah variabel yang diamati untuk mengetahui
efek dari variabel bebas.
c) Variabel kontrol adalah variabel yang dijaga tetap, baik pada
kelompok eksperimental maupun kelompok kontrol sehingga tidak
berpengaruh terhadap penelitian.
b. Definisi opersional variabel
a) Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penggunaan model
pembelajaran inkuiri dengan menggunakan iringan musik klasik
yang digunakan selama kegiatan belajar mengajar.
b) Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa,
sebagai tingkat pencapaian siswa terhadap materi pelajaran yang
telah diajarkan yang mencakup ranah kognitif, afektif, dan
psikomotorik siswa diukur dengan instrumen hasil posttest siswa
pada pokok bahasan Listrik dinamis dan lembar observasi saat
proses pembelajaran inkuiri.
c) Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah peneliti yang
bertindak sebagai guru, materi pelajaran pada pokok bahasan
Listrik dinamis, perangkat pembelajaran dan alokasi waktu.
61

6. Prosedur Penelitian
Prosedur pengumpulan data berguna untuk memberikan gambaran
tentang memperoleh data penelitian. Sedangkan prosedur penelitian adalah
cara memperoleh suatu data penelitian. Dalam penelitian ini langkah-
langkah yang dilakukan sebagai berikut :
a. Tahap awal
Persiapan yang perlu dilakukan pada tahap awal untuk
mengumpulkan data adalah sebagai berikut :
a) Melakukan survei atau observasi di sekolah yang akan digunakan
untuk penelitian dan wawancara kepada guru mata pelajaran fisika.
b) Menyusun proposal penelitian.
c) Menyusun perangkat pembelajaran yaitu silabus, Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kegiatan Siswa (LKS),
handout dan Lembar Evaluasi Siswa (LES).
d) Menyusun instrumen penelitian yaitu lembar observasi, angket
siswa dan soal tes untuk pretest dan posttets untuk materi pokok
bahasan listrik dinamis serta lembar pengamatan.
e) Validasi perangkat (silabus, RPP, LKS, handout dan LES) dan
instrumen penelitian (soal untuk pretest dan posttest) yaitu validasi
dilakukan oleh dosen dan diuji coba di sekolah.
f) Melakukan uji coba instrumen yaitu lembar tes kepada siswa yang
sudah pernah mendapat pembelajaran dengan materi pokok listrik
dinamis.
g) Menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol yang dipilih
dengan teknik sampling berdasarkan hasil pretest.
b. Tahap pelaksanaan eksperimen
Melaksanakan kegiatan belajar mengajar sesuai dengan RPP
untuk kelas eksperimen sebanyak tiga kali pertemuan dengan
menerapkan model pembelajaran inkuiri dengan pengunaan iringan
musik klasik, sedangkan pada kelas kontrol hanya digunakan metode
pembelajaran yang sudah biasa digunakan guru di sekolah. Selama
proses belajar mengajar (PBM) berlangsung, kelas diamati oleh
62

observer untuk mengetahui pengelolaan pembelajaran, akvitas guru


dan siswa selama PBM berlangsung.
c. Tahap akhir
a) Setelah kegiatan PBM selesai, diberikan posttest yang soalnya
sama dengan tes awal (pretest) untuk mengetahui keberhasilan
belajar yang dicapai. Posttest dilakukan sebagai tes formatif yang
sudah diberitahukan terlebih dahulu kepada siswa. Posttest ini
dilakukan secara bersamaan baik pada kelas eksperimen maupun
kelas kontrol.
b) Menyebarkan angket untuk mengetahui tanggapan siswa tentang
penerapan model pembelajaran inkuiri dengan menggunakan
iringan musik klasik.
c) Menganalisis data hasil observasi, posttest dan angket serta uji
statistik.
d) Penyusunan laporan penelitian.
7. Perangkat Pembelajaran
Perangkat pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini
adalah:
a. Silabus
Silabus merupakan rencana pembelajaran pada suatu kelompok
mata pelajaran dengan tema tertentu, yang mencakup standar
kompetensi, kompetensi dasar, materi pembelajaran, indikator,
penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar yang dikembangkan oleh
setiap satuan pendidikan.
b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana pelaksanaan pembelajaran adalah rencana yang
menggambarkan prosedur dan manajemen pembelajaran untuk
mencapai satu atau lebih kompetensi dasar yang ditetapkan dalam
Standar isi dan dijabarkan dalam silabus. RPP merupakan penjabaran
lebih lanjut dari silabus dan merupakan komponen penting dari
kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), yang pengembangannya
harus dilakukan dengan profesional.
63

c. Handout
Handout adalah bahan ajar yang materinya disusun secara
sistematis yang digunakan baik oleh guru maupun siswa. Handout ini
disusun oleh guru (peneliti) yang didalamnya berisi tentang materi
listrik dinamis.
d. Lembar Kegiatan Siswa (LKS)
Lembar Kegiatan Siswa berisi serangkaian kegiatan atau tugas
yang harus dilakukan oleh siswa untuk menunjang proses belajarnya
guru mencapai tujuan yang ditetapkan.
Lembar Kegiatan Siswa yang digunakan dalam penelitian ini
berupa kegiatan percobaan yang berorientasi pada indikator
keberhasilan dalam penemuan konsep. Lembar Kegiatan Siswa ini,
dimaksudkan untuk membantu siswa dalam kegiatan percobaan. Jenis
Lembar kegiatan siswa yang digunakan adalah memuat kategori
pengamatan yang sesuai dengan sikap ilmiah yaitu:
Menentukan langkah kerja.
Menyusun alat dan bahan.
Melakukan percobaan.
Pengumpulan data.
Penganalisisan data.
Penarikan kesimpulan dan konsep yang ditemukan.
e. Lembar Evaluasi Siswa (LES)
Lembar Evaluasi Siswa diberikan setiap akhir materi yang
digunakan untuk mengatahui tingkat kemampuan siswa setelah
pembelajaran dilaksanakan.
8. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan untuk
mengambil data penelitian. Instrumen penelitian yang dipakai dalam
mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah :
a. Lembar observasi
Observasi sebagai alat pengumpul data digunakan untuk
mengukur tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu
64

kegiatan. Observasi dilakukan pada saat proses kegiatan belajar


mengajar berlangsung. Lembar observasi berupa lembar pengamatan
selama proses belajar mengajar berlangsung, yang dilaksanakan oleh
guru dan pengamat yang bertindak sebagai pengevaluasi dengan
mengisi lembar pengamatan aktivitas guru dan siswa.
b. Tes
Dalam penelitian ini tes yang digunakan berupa soal pretest
dan posttest. Tes merupakan sederetan pertanyaan atau alat lain yang
digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi,
kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok
(Suharsimi Arikunto, 2006: 150).
Tahap-tahap penyusunan tes adalah sebagai berikut:
a) Tahap penyusunan tes
Penyusunan soal tes berdasarkan pada tujuan pembelajaran
yang hendak dicapai. dengan mempertimbangkan aspek taksonomi
Bloom yaitu pengetahuan/ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis,
sintesis, dan evaluasi berupa soal pilihan ganda dengan jumlah
soal 50 item yang digunakan untuk pretest dan postest.
b) Tahap uji coba
Sebelum butir soal sebanyak 50 soal menjadi soal pretest
dan postest yang digunakan sebagai instrumen penelitian terlebih
dahulu diuji cobakan. Dalam penelitian ini soal divaliditas oleh
dosen dan diuji cobakan kepada siswa, yang menjadi obyek dalam
uji coba instrumen penelitian adalah kelas XI R-SMA-BI Negeri 1
Lamongan. Uji coba ini dilakukan untuk mengetahui apakah soal
tes yang telah dibuat memenuhi kriteria untuk dijadikan instrumen
penelitian. Dalam arti memenuhi validitas, reliabilitas, daya beda
dan taraf kesukaran soal tes.
c) Tahap analisis soal pretest dan posttest
Setelah soal pretest diuji cobakan dilakukan analisis soal
untuk mengetahui kualitas soal. Yang meliputi uji validitas,
65

reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda dari soal. Soal


pretest ini juga yang nantinya akan menjadi soal posttest.
c. Angket
Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan
untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang
pribadinya, atau hal – hal yang ia ketahui (Suharsimi Arikunto, 2006:
151). Angket digunakan untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap
penerapan model pembelajaran inkuiri dengan menggunakan iringan
musik klasik dalam proses pembelajaran.
9. Teknik Analisis Data
a. Analisis soal pretest dan posttest
Setelah soal-soal diujicobakan maka dilakukan analisis untuk
mengetahui kualitas soal berdasarkan tingkat kesukaran, validitas,
reliabilitas, dan daya beda.
i. Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat
kevalidan dan kesahian instrument. Uji validitas yang digunakan
dalam penelitian ini adalah menggunakan rumus korelasi product
moment, yaitu :
NXY  X Y 
rxy  …………. (3.1)
NX 2

 X  NY 2  Y 
2 2

(Suharsimi Arikunto, 2006: 170)
Keterangan :
rxy = koefisien korelasi product moment
N = jumlah peserta tes
X = skor tes pada butir soal yang dicari validitasnya
Y = skor soal yang dicapai peserta tes
 X = jumlah skor butir tes yang diukur validitasnya
Y = jumlah skor total
Y2 = jumlah kuadrat skor butir tes yang diukur validitasnya
Y2 = jumlah kuadrat skor
66

Item soal dikatakan valid apabila r xy > rtabel. Untuk


menginterpretasikan koefisien validitas dapat digunakan kriteria
sebagai berikut :
 0,800 – 1,000 = Sangat tinggi
 0,600 – 0,800 = Tinggi
 0,400 – 0,600 = Cukup
 0,200 – 0,400 = Rendah
 0,000 – 0,200 = Sangat rendah (Tak berkorelasi)
(Suharsimi Arikunto, 2006: 276)
ii. Uji Reliabilitas
Reliabilitas suatu tes menunjukkan bahwa suatu instrumen
cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul
data, karena instrumen itu baik. Instrumen yang dapat dipercaya,
yang reliabel akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga.
Suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang
tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Rumus
yang dapat digunakan untuk mencari reliabilitas adalah dengan
menggunakan rumus Spearmen Brown yaitu:
2r1 / 21/ 2
r11  …………. (3.2)
1  r1 / 21/ 2 
(Suharsimi Arikunto, 2006: 180)
Keterangan :
r11 = reliabilitas instrumen secara keseluruhan atau satu tes
penuh
r1/21/2 = koefisien korelasi dua belahan instrumen atau reabilitas
setengah tes
Sedangkan r1/21/2 dapat dihitung dengan menggunakan korelasi
product moment sebagai berikut:
NXY  X Y 
r1 / 21/ 2  rxy  …………. (3.3)
NX 2

 X  NY 2  Y 
2 2

Kriteria : jika rhitung > rtabel maka item soal dikatakan reliabel
67

iii. Tingkat kesukaran


Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau
tidak terlalu sukar. Untuk mengetahui tingkat kesukaran item tes
digunakan rumus sebagai berikut :
B
P …………. (3.4)
Js
(Suharsimi Arikunto, 2003: 208)
Keterangan:
P = indeks kesukaran item soal
B = banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar
Js = jumlah seluruh peserta tes
Indeks kesukaran diklasifikasikan sebagai berikut :
 P = 0,00 – 0,30 : soal sukar
 P = 0,30 – 0,70 : soal sedang
 P = 0,70 – 1,00 : soal mudah
(Suharsimi Arikunto, 2003: 210)
iv. Daya Pembeda
Daya pembeda suatu soal adalah kemampuan suatu soal
untuk membedakan antara kelompok yang berkemampuan tinggi
dengan kelompok berkemampuan rendah. Dalam menentukan daya
beda setiap item soal untuk kelompok kecil yaitu kelompok yang
kurang dari 100 orang, maka seluruh kelompok tes dibagi menjadi
2 kelompok yang jumlahnya sama besar yaitu 50% kelompok atas
(JA) dan 50% kelompok bawah (JB). Rumus yang digunakan untuk
menghitung daya pembeda dalam Instrumen yang digunakan
adalah:
B A BB
D   PA  PB …………. (3.5)
JA JB
(Suharsimi Arikunto, 2003: 213)
Keterangan:
D = daya pembeda
BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar
68

BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab benar


JA = banyaknya peserta kelompok atas
JB = banyaknya peserta kelompok bawah
PA = proporsi kelompok atas yang menjawab benar
PB = proporsi kelompok bawah yang menjawab benar
Dengan klasifikasi daya beda sebagai berikut:
 D = 0,00 - 0,20 : item jelek (poor)
 D = 0,20 - 0,40 : item cukup (satisfactory)
 D = 0,40 – 0,70 : item baik (good)
 D = 0,70 - 1,00 : item baik sekali (excellent)
 Jika nilai D negatif sebaiknya dibuang
Daya pembeda diperoleh 0,00 < D < 1, hal ini
menunjukkan bahwa soal-soal tersebut berkategori jelek, cukup
dan baik (Suharsimi Arikunto, 2003: 218).
b. Analisis hasil pretest dan posttest
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
analisis data statistik, dimana data yang dianalisis adalah data hasil
dari pretest dan posttest pada pokok bahasan listrik dinamis. Metode
analisis yang digunakan, yaitu:
a. Uji normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel
berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Uji
normalitas dilakukan terhadap skor hasil pretest kelas eksperimen
maupun kelas kontrol. Adapun langkah-langkah pengujian
normalitas sebagai berikut:
1. Menyusun hipotesis
H0 = sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
H1 = sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi
normal
2. Menentukan taraf signifikan α = 0,05
3. Menyusun skor tes awal dalam tabel distribusi frekuensi.
4. Menentukan rentang (R)
69

R = data terbesar – data terkecil …………. (3.6)


(Sudjana, 2005: 47)
5. Menentukan banyak kelas interval (k)
k = 1 + 3,3 log n …………. (3.7)
(Sudjana, 2005: 47)
6. Menentukan panjang kelas interval (P)
ren tan g
P …………. (3.8)
banyaknya kelas
(Sudjana, 2005: 47)
7. Memilih ujung bawah kelas interval pertama.
8. Menghitung rata-rata ( x ) dan simpangan baku (s)
f i xi
x …………. (3.9)
f i
(Sudjana, 2005: 67)

n. ( f i .xi )  ( f i .xi ) 2
2

dan s 2  …………. (3.10)


n(n  1)
(Sudjana, 2005: 95)
Keterangan:
x = rata-rata
s = simpangan baku
fi = frekuensi
xi = tanda kelas
n = jumlah fi
9. Menghitung angka baku (z) untuk tiap batas kelas.
xi  x
zi  , dengan i = 1, 2, 3, .....,n …………. (3.11)
s
(Sudjana, 2005: 99)
10. Menentukan luas setiap kelas interval dengan melihat harga
pada daftar F di tabel.
11. Menghitung frekuensi teoritik atau frekuansi yang diharapkan
(Ei).
Ei = n × L …………. (3.12)
(Sudjana, 2005: 293)
70

Keterangan:
n = besarnya data
L = luas tiap kelas interval
12. Menghitung  2 dengan menggunakan rumus Chi-kuadrat:
k
Oi  Ei 2
 
2
…………. (3.13)
i 1 Ei
(Sudjana, 2005: 273)
Keterangan :
2 = distribusi Chi-kuadrat
Oi = frekuensi pengamatan
Ei = frekuensi teoritik
k = banyak kelas interval
13. Menentukan 2(1-α)(k-1) yang didapat dari daftar distribusi chi-
kuadrat dengan peluang (p) = (1 - α) dan dk = (k – 1).
14. Menarik kesimpulan dengan kriteria H0 ditolak jika 2hitung 
2(1-α)(k-1) dengan taraf signifikan α = 0,05 (Sudjana, 2005: 265).
b. Uji homogenitas
Uji homogenitas varians digunakan untuk mengetahui
apakah varians sampel-sampel yang diambil homogen (sama) atau
tidak. Uji homogenitas dilakukan pada skor pretest. Maka untuk
mengetahuinya digunakan uji Barlett dengan Chi-kuadrat. Adapun
langkah-langkah yang dilakukan sebagai berikut:
1. Menyusun hipotesis
H0 = sampel berasal dari populasi yang homogen
H1 = sampel berasal dari populasi yang tidak homogen
2. Menentukan taraf signifikan α = 0,05
3. Menghitung varians dari kelas kontrol dan kelas eksperimen

n. ( f i .xi )  ( f i .xi ) 2
2

s 2
…………. (3.14)
n(n  1)
(Sudjana, 2005: 95)
4. Menghitung varians gabungan dari semua sampel
71

 (ni 1). si 2 
s gabungan  
2

 …………. (3.15)
  ( n i  1) 
(Sudjana, 2005: 263)

atau s 2 gabungan 
n  s   n
1 1
2
2
2
  2

 s 2  n3  s3 n4  s 4
2

n1  n2  n3  n4 
Keterangan:
s12 = varians kelas eksperimen 1
s22 = varians kelas eksperimen 2
s32 = varians kelas eksperimen 3
s42 = varians kelas control
5. Menghitung harga satuan B dengan rumus:
B = (log s2) ∑(ni – 1) …………. (3.16)
(Sudjana, 2005: 263)
6. Uji Bartlett menggunakan statistik Chi-kuadrat:
2 = (ln 10) × {B - ∑(ni – 1) × log si2} …………. (3.17)
(Sudjana, 2005: 263)
7. Menentukan 2(1-α)(k-1) yang didapat dari daftar distribusi chi-
kuadrat dengan peluang (p) = (1 - α) dan dk = (k – 1).
8. Menarik kesimpulan dengan kriteria pengujian H0 ditolak jika
2hitung  2(1-α)(k-1) dengan taraf signifikan α = 0,05 (Sudjana,
2005: 263).
c. Uji Hipotesis
Uji ini dilakukan pada nilai posttest siswa kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol setelah diketahui bahwa data
berdistribusi normal dan sampel berasal dari populasi homogen.
Untuk uji hipotesis dalam penelitian ini digunakan uji-t untuk
kesamaan dua rata-rata yaitu uji-t dua pihak dan uji-t satu pihak
sebagai berikut:
a) Uji-t dua pihak
Uji-t dua pihak digunakan untuk mengetahui apakah
terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang dikenai model
pembelajaran inkuiri dengan pengunaan iringan musik klasik
72

dengan hasil belajar siswa tanpa menggunakan model


pembelajaran inkuiri dengan pengunaan iringan musik klasik.
Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut :
i. Menyusun hipotesis
H0 = hasil belajar siswa kelas eksperimen sama dengan
hasil belajar kelas kontrol
H1 = hasil belajar siswa kelas eksperimen tidak sama
dengan hasil belajar kelas kontrol.
ii. Menentukan taraf signifikasi α = 0,05
iii. Menghitung simpangan baku gabungan dengan rumus :
(n  1) s1  (n2  1) s 2
2 2

s  1
2
…………. (3.18)
n1  n2  2
(Sudjana, 2005: 239)
Keterangan :
s = simpangan baku gabungan
s12 = kuadrat simpangan baku kelas eksperimen
s22 = kuadrat simpangan baku kelas kontrol
iv. Uji Statistik
Untuk uji statistik ini yang digunakan adalah uji-t, yaitu :
x1  x2
t …………. (3.19)
1 1
s 
n1 n2

(Sudjana, 2005: 239)


Keterangan :
t = distribusi student
x = rata-rata nilai kelas eksperimen
x2 = rata-rata nilai kelas kontrol
n1 = populasi kelas eksperimen
n2 = populasi kelas kontrol
s = simpangan baku gabungan
v. Menentukan t(1-1/2α) yang didapat dari daftar tabel distribusi
t dengan peluang (p) = (1-1/2α) dan dk = (n1 + n2 -2).
73

vi. Menarik kesimpulan dengan kriteria pengujian Ho diterima


jika -t(1-1/2α) < t < t(1-1/2α) dengan taraf signifikasi α = 0,05.
Untuk harga-harga t lainnya H0 ditolak (Sudjana, 2005:
239).
b) Uji-t satu pihak
Uji-t satu pihak digunakan untuk mengetahui manakah
hasil belajar yang lebih baik antara kelas eksperimen dan kelas
kontrol. Dengan perumusan pasangan hipotesis yang akan diuji
sebagai berikut:
i. Menyusun hipotesis
H0 = hasil belajar siswa kelas eksperimen sama dengan
hasil belajar kelas kontrol
H1 = hasil belajar siswa kelas eksperimen lebih baik
daripada hasil belajar kelas kontrol.
ii. Menentukan taraf signifikasi α = 0,05
iii. Menghitung simpangan baku gabungan dengan rumus :
(n1  1) s1  (n2  1) s 2
2 2

s2  …………. (3.20)
n1  n2  2
(Sudjana, 2005: 239)
Keterangan :
s = simpangan baku gabungan
2
s1 = kuadrat simpangan baku kelas eksperimen
s22 = kuadrat simpangan baku kelas kontrol
iv. Uji Statistik
Untuk uji statistik ini yang digunakan adalah uji-t, yaitu :
x1  x2
t …………. (3.21)
1 1
s 
n1 n2

(Sudjana, 2005: 239)


Keterangan :
t = distribusi student
x = rata-rata nilai kelas eksperimen
74

x2 = rata-rata nilai kelas kontrol


n1 = populasi kelas eksperimen
n2 = populasi kelas kontrol
s = simpangan baku gabungan
v. Menentukan t(1 - α)(dk) yang didapat dari daftar tabel
distribusi t dengan peluang (p) = (1- α) dan dk = (n1 + n2 -
2).
vi. Menarik kesimpulan dengan kriteria pengujian Ho diterima
jika t < t(1 - α)(dk) dengan taraf signifikasi α = 0,05. Untuk
harga-harga t lainnya H0 ditolak (Sudjana, 2005: 243).
c. Analisis regresi
Analisis regresi merupakan analisis hubungan yang dinyatakan
dalam bentuk persamaan matematik yang menyatakan hubungan
fungsional antara variabel-variabel. Penelitian ini akan ditentukan
persamaan regresi Y atas X, dengan X adalah hasil kinerja siswa
dengan menerapkan model pembelajaran inkuiri dengan penggunaan
iringan musik klasik dan Y adalah hasil belajar siswa, maka rumus
regresi berdasarkan sampel adalah:
Yˆ  a  bX …………. (3.22)
(Sudjana, 2005: 315)
( Yi )( X i )  ( X i )( X i Yi )
2

Dengan, a  …………. (3.23)


n  X i  ( X i ) 2
2

(Sudjana, 2005: 315)


n  X i Yi  ( X i )( Yi )
b …………. (3.24)
n  X i  ( X i ) 2
2

(Sudjana, 2005: 315)


d. Korelasi liniear
Apabila garis regresi yang terbaik untuk sekumpulan data
berbentuk linier, maka derajat hubungan akan dinyatakan dengan r dan
dinamakan koefisien korelasi. Untuk keperluan perhitungan koefisien
korelasi r berdasarkan sekumpulan data (Xi, Yi) berukuran r dapat
digunakan perumusan sebagai berikut:
75

nX i Yi  X i Yi 


r …………. (3.25)
nX i
2 2

 X i  nYi  Yi 
2 2

(Sudjana, 2005: 369)
Jika Persamaan regresi linier Y atas X telah ditentukan dan
didapat koefisien arah b, maka koefisien determinasi r2 dapat
ditentukan oleh rumus:
bnX i Yi  X i Yi 
r2  …………. (3.26)
nYi  (Yi ) 2
2

(Sudjana, 2005: 369)


e. Analisis data non tes
Analisis data non tes dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1) Penilaian Kinerja Siswa
Penilaian kinerja siswa didasarkan pada hasil pengamatan
pada saat siswa melakukan kegiatan praktikum. Penilaian kinerja
siswa tersebut dianalisis dari masing-masing aspek yang diamati
baik pada aspek afektif maupun psikomotor siswa. Penilaian untuk
aspek afektif dianalisis dengan menggunakan perumusan :
jumlah skor yang diperoleh
Kemampuan afektif siswa   100 %
jumlah skor total
…………. (3.27)
Sedangkan aspek psikomotor dianalisis dengan
menggunakan perumusan :
jumlah skor yang diperoleh
Kemampuan psikomotor siswa   100 %
jumlah skor total
…………. (3.28)
2) Analisis data angket siswa
Data respon siswa dianalisis dengan menghitung prosentase
jawaban untuk tiap-tiap pertanyaan yang diajukan dalam angket:
frekuensi jawaban
P  100 % …………. (3.29)
jumlah jawaban
76

Keterangan:
P : presentase jumlah jawaban responden dari angket
Selanjutnya presentasi tiap pilihan dengan kriteria sebagai berikut:
0% - 20% = sangat lemah
21% - 40% = lemah
41% - 60% = cukup
61% - 80% = kuat
81% - 100% = sangat kuat
(Riduwan, 2003: 28)
77

DAFTAR PUSTAKA

Alfiah, Miftahul H. 2010. Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri dengan


Memnfaatkan Lab Mini pada Pokok Bahasan Listrik Dinamis Untuk
Meningkatkan Prestasi Belajar dan Kinerja Siswa Kleas X-3 SMA Negeri
1 Lamongan. Skripsi tidak dipublikasikan. Surabaya: Universitas Negeri
Surabaya.

Amri, Sofan dan Ahmadi. 2010. Proses Pembelajaran Kreatif dan Inovatif dalam
Kelas. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Arikunto, Suharmini. 2003. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi).


Jakarta: Bumi Aksara.

. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.


Jakarta: PT. Rineka Cipta.

DePorter dan Hernacki. 2008. Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman


dan Menyenangkan. Alih Bahasa: Alwiyah Abdurrahman. Bandung:
Kaifa.

DePorter, dkk. 2008. Quantum Teaching: Mempraktekan Quantum Learning di


ruang-ruang kelas. Alih Bahasa: Ari Nilandari. Bandung: Kaifa.

Giancoli, D. 2001. Fisika Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Gulo, W. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Grasindo

Halliday dan Resnick. 1988. Fisika Jilid 2. Bandung: Erlangga.

Hamalik, Oemar. 2008. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Indah, Darah Nur. 2008. Pengaruh Penerapan Diskusi Kelas Dengan Iringan
Musik Mozart Terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Materi Pokok Kalor
di Kelas X SMA Negeri 18 Surabaya. Skripsi tidak dipublikasikan.
Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.

JP Siepmann.1999. Hakikat Fisika dan Sains. Jakarta: Mahastya.

Jihad dan Haris. 2009. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Pressindo.


78

Kertiasa, Nyoman, 1996. Hakikat Fisika. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Mulyasa. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: Remaja


Rosdakarya.

Nurachmandani, Setya. 2009. BSE Fisika 1 untuk SMA/MA Kleas X. Jakarta:


Grahadi.

Nur, Muhammad. 2000. Pembelajaran Berpusat Pada Siswa dan Pendekatan


Konstruktivis dalam Pengajaran. Surabaya: Unesa Perss.

Prabowo. 1998. Bahan Ajar Metodologi Penelitian. Surabaya: Unesa Press.

Pratama, Ferry Yudha. 2010. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri


Tehadap Hasil Belajar Siswa pada Materi Pokok Suhu dan Kalor X RSBI
SMA Khodijah Surabaya. Skripsi tidak dipublikasikan. Surabaya:
Universitas Negeri Surabaya.

Puskur. 2007. Panduan Pengembangan Pembelajaran IPA Terpadu. Jakarta:


Depdiknas.

Putrantri, Nurita. 2007. Musik dalam Pembelajaran (Online).


http://www.wordpress.com/, diakses 30 Mei 2010.

Riduwan. 2003. Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian. Bandung: Alfa


Beta.

Sears dan Zemansky. 1992. FISIKA untuk Universitas 2. Bandung: Binacipta.

Sudirman, dkk. 1991. Ilmu Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: PT Tarsito.

Sudjana, Nana. 2009. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar


Baru Algensindo.

Tanpa nama. 2010. Model Pembelajaran Inkuiri (Online).


http://www.wordpress.com/, diakses 25 Mei 2010.

Tanpa nama. Tanpa tahun. Musik Klasik (Online).


http://www.scribd.com/mobile/, diakses 30 Mei 2010.
79

Tipler. 2001. Fisika untuk Sains dan Teknik Jilid 2. Alih Bahasa: Bambang
Soegijono. Jakarta: Erlangga.

Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.


Jakarta: Prestasi Pusataka.

Wahap, Abdul. 2003. Pengaruh Pengunaan Musik Barok dalam Pembelajaran


Fisika Terhadap Minat Belajar Fisika Siswa SLTP Khadijah Surabaya.
Skripsi tidak dipublikasikan. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.

Wasito. 2004. Vademekum Elektronika. Jakarta: PT Gramedia Pustaka.

Wena, Made. 2009. Strategi pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi


Aksara.

You might also like