You are on page 1of 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bali merupakan daerah tujuan pariwisata di Indonesia. Bali memiliki
keanekaragaman seni dan budaya, serta sumber daya alam. Sumber daya alam di Bali
melimpah dan beranekaragam. Contohnya Kabupaten Karangasem terkenal dengan
salaknya, Nusa Penida dengan rumput lautnya, Klungkung dengan makanan khas
“srombotan”, Badung dengan “lawar badung”, dan jenis makanan lainnya. Namun salah
satu Kabupaten di Bali yaitu Bangli belum mempunyai kekhasan makanan sebagai
pemanfaatan sumber daya alam yang ada.

Kabupaten Bangli dilihat dari letak geografisnya merupakan salah satu kabupaten
yang memiliki letak yang strategis dalam jalur perdagangan, pariwisata, serta usaha
perekonomian masyarakat lainnya. Hasil pertanian dan perkebunan seperti bawang, sayur
hijau, cabe, tomat, jeruk, ubi jalar, talas, serta produk pertanian lainya. Hasil pertanian
dan perkebunan terus melimpah dihasilkan dari tahun ke tahun. Hasil tersebut belum
memperoleh pengolahan untuk bernilai ekonomis. Keadaan tersebut hampir terjadi
diseluruh desa yang ada di Bangli, salah satunya desa penghasil ubi jalar, jeruk, dan talas.

Desa Batukaang terletak 35 km dari kecamatan kintamani. Dilihat dari keadaan


geografisnya, Desa Batukaang merupakan daerah yang subur dengan jumlah
penduduknya ± 616 orang. Dengan mayoritas mata pencaharian masyarakat Desa
Batukaang adalah sebagai petani perkebunan. Hasil perkebunan masyarakat Desa
Batukaang adalah jeruk, kopi, ubi jalar, talas, dan jagung. Manejemen perkebunan
masyarakat perkebunan adalah Tumpang Sari artinya berbagai jenis tanaman di tanam
bersamaan sehingga diperoleh produk perkebunan beranekaragam dan melimpah masih
meresahkan masyarakat.

Keresahan yang dialami oleh masyarakat Desa Batukaang disebabkan oleh


adanya produk-produk luar serta kurangnya pengetahuan pengelolaan maupun
pemasaran. Produk luar seperti makanan dan minuman sangat di kuatirkan masyarakat
karena kurangnya pengetahuan dalam pemasaran dan pengolahan menjadi produk yang
bernilai ekonomis. Minimnya pengetahuan terkait pengolahan produk perkebunan dan
pertanian menyebabkan hasil panen yang melimpah tidak bernilai guna bahkan terbuang
menjadi sampah.

Pada saat panen jeruk misalnya, kriteria pemasaran jeruk memiliki tahapan antara
lain jeruk yang ukurannya besar dijual dengan harga yang tinggi, jeruk yang ukurannya
sedang dijual dengan harga menengah, serta jeruk yang ukurannya kecil dijual dengan
harga yang murah. Pembelian atau pemasok hasil panen dilakukan oleh para tengkulak.
Sistem pembelian oleh tengkulak menggunakan sistem “Pajeg” yaitu tengkulak membeli
keseluruhan hasil panen dilahan petani dengan harga sesuai standar yang disepakati
antara petani dan tengkulak, dimana adanya harga yang kurang baik dan awamnya
pengetahuan petani menyebabkan jeruk yang melimpah, banyak ditemukan berserakan
sebagai sampah. Namun seharusnya kondisi jeruk tersebut layak dimanfaatkan bahkan
dapat dikonsumsi sebagai minuman.

Hasil panen berupa ubi jalar dan talas juga mengalami hal yang sama seperti buah
jeruk. Para petani menjual kepada tengkulak dengan harga yang relatife murah. Ubi jalar
dengan berat 50 kg dijual seharga Rp 30.000,- atau Rp 600,- per 1 kg dan talas dijual
dengan harga Rp 15.000,- atau Rp 300,- per 1 kg. Namun oleh para tengkulak dipasaran
pada konsumen dengan harga ubi jalar berkisar Rp 2.500,- hingga Rp 3.000,- per 1
kilogramnya, demikian juga halnya dengan harga talas. Hal ini mengakibatkan kerugian
bagi petani akibat kurangnya seimbangnya antara kerja keras dan penghasilan petani.

Saat dilakukan dialog/wawancara dengan pejabat dan penduduk Desa Batukaang


mereka sangat antusias dan mengharapkan adanya bantuan cara pengolahan hasil panen
berupa pelatihan dan pembinaan, agar hasil perkebunan menjadi bernilai ekonomis.
Pengolahan hasil panen dapat berupa produk makanan dan minuman bernilai ekonomis
yang nantinya dapat menjadi salah satu ciri khas produk dari Kabupaten Bangli,
khususnya di Desa Batukaang. Hal ini sangat berpotensi karena menyukseskan program
pemerintah Kabupaten Bangli yaitu mewujudkan Desa Agrowisata di Kabupaten Bangli.
Adanya program ini akan menjadi prospek peningkatan daya saing dan penghasilan
masyarakat khususnya di Desa Batukaang dengan ciri khas makanan jeruk, ubi jalar, dan
talas. Keadaan ini juga didukung oleh adanya objek wisata Gunung dan Danau Batur
yang nantinya sebagai objek pemasaran hasil olahan hasil panen masyarakat Desa
Batukaang.

Berdasarkan uraian tersebut, maka sangat perlu diadakan pengenalan, pelatihan


dan pembinaan pengolahan hasil panen menjadi produk yang bernilai ekonomis, bagi
para petani maupun masyarakat Desa Batukaang yang bergabung dalam kelompok subak.
Oleh karena itu dengan adanya pengenalan, pelatihan, dan pembinaan pengolahan hasil
panen akan membuka wawasan para petani dalam mengolah hasil panen yang dihasilkan
menjadi produk olahan makanan dan minuman secara mandiri, yaitu jeruk menjadi
minuman yang difermentasi, talas menjadi tortilla dan ubi jalar menjadi ubi crips.
Melalui pelatihan dan pembinaan, diharapkan masyarakat dapat mengolah hasil
perkebunan secara mandiri. Dengan kemampuan pengolahan secara mandiri, kelompok
petani dapat merasakan hasil panen sesuai dengan harapan mereka serta dapat mengatasi
kemorosotan harga jual pada saat panen yang melimpah. Selain itu ibu – ibu yang
bergabung dalam kelompok subak mampu memanfaatkan produk yang mereka buat serta
diharapkan dapat memasarkannya baik skala kecil, skala menengah, serta skala besar.

1.2 Rumusan Masalah


Masyarakat Desa Batukaang tidak melakukan pengolahan hasil panennya disebabkan
karena minimnya pengetahuan ynag mereka miliki tentang pengolahan jeruk, ubi jalar,
dan talas sebagai olahan makanan ynag bisa langsung dipasarkan kepada masyarakat.
Pengenalan pengolahan jeruk, ubi jalar, dan talas menjadi olahan makanan kepada
masyarakat Desa Batukaang perlu diadakan demi meningkatkan pendapatan masyarakat
dan hasil jual jeruk terutamanya ubi jalar dan talas.

Berdasarkan latar belakang tersebut permasalahan dalam proposal ini dapat


dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana cara memperkenalkan teknik mengolah hasil panen yang berupa jeruk,
menjadi minuman yang difermentasi, ubi jalar menjadi ubi crips ubi dan talas
menjadi tortilla yang siap dipasarkan dalam rangka meningkatkan daya jual hasil
panen dan penghasilan masyarakat Desa Batukaang?
2. Bagaimana tanggapan masyarakat Desa Batukaang terhadap pengenalan teknik
mengolah jeruk, ubi jalar dan talas menjadi berbagai macam olahan makanan dan
minuman?
Bagaimana solusi dalam memasarkan berbagai hasil olahan dan makanan yang telah
diolah oleh masyarakat Desa Batukaang?

1.3 Tujuan Program


Adapun tujuan program kreativitas mahasiswa pengabdian masyarakat adalah untuk:
1. Mengenal, melatih, dan membina pemanfaatan, pengembangan dan pengolahan
hasil panen yang berupa jeruk menjadi minuman fermentasi, ubi jalar menjadi ubi
crips dan talas menjadi tortilla, yang siap dipasarkan dalam rangka meningkatkan
daya jual hasil panen dan penghasilan masyarakat Desa Batukaang.
2. Untuk mengetahui tanggapan ataupun manfaat yang dirasakan oleh masyarakat
Desa Batukaang terhadap pengenalan, teknik pengolahan jeruk menjadi minuman
fermentasi, ubi jalar menjadi ubi crips dan talas menjadi tortilla.

3. Untuk meningkatkan gambaran solusi pemasaran hasil olahan makanan yang


diproduksi oleh masyarakat Desa Batukaang.

1.4 Luaran yang Diharapkan


Luaran atau hasil yang diharapkan dari Program Kreativitas Mahasiswa dalam bentuk
Pengabdian Pada Masyarakat. Dengan harapan pelatihan ini:
1. Mampu menambah bekal wawasan, keterampilan dan pengetahuan baru bagi
masyarakat di Desa Batukaang, terkait dengan teknik pengolahan jeruk menjadi
minuman fermentasi, ubi jalar menjadi ubi crips, dan talas menjadi tortilla.
2. Masyarakat Desa Batukaang dapat mengolah sisa hasil sortiran panen jeruk
menjadi minuman fermentasi, ubi jalar menjadi ubi crips, dan talas menjadi
tortilla yang tentunya siap untuk dipasarkan.
3. Dapat memberikan solusi kepada masyarakat untuk dapat meningkatkan
penghasilan tambahan dan mengembangkan kreativitas masyarakat serta dapat
mengembangkan Desa Batukaang menjadi desa yang kreatif, aktif, dan mandiri.
4. Dengan pengolahan produk makanan dan minuman yang khas Desa Batukaang,
dapat mendukung program pemerintah khususnya Kabupaten Bangli dalam
rangka mewujudkan desa-desa berbasis agrowisata.
5. Mampu membina dan memberdayakan SDM dan SDA masyarakat Desa
Batukaang. Untuk mengembangkan hasil panen perkebunannya menjadi produk
baru yang berkualitas.

6. Adanya gambaran solusi pemasaran hasil olahan dengan observasi dan tinjauan
pustaka.

1.5 Kegunaan Program


Kegunaan program kreativitas mahasiswa yang bergerak dibidang pengabdian pada
masyarakat ini adalah sebagai berikut:

1. Potensi hasil perkebunan

Hasil panen perkebunan masyarakat Desa Batukaang yang berupa jeruk,


ubi jalar, dan talas yang kurang memiliki nilai ekonomis serta kurang
dimanfaatkan dalam pengolahan menjadi produk makanan dan minuman.
Sehingga dengan adanya pelatihan ini akan dapat mengenalkan produk-produk
baru bagi masyarakat berupa produk makanan yang diproduksi langsung oleh
masyarakat Desa Batukaang dari hasil perkebunan masyarakat desa setempat.

2. Pemberdayaan Masyarakat

Dengan dikenalkannya teknik pengolahan jeruk menjadi minuman, ubi


jalar menjadi ubi crips, dan talas menjadi trotilla, akan membangkitkan gairah
masyarakat dalam memanfaatkan hasil panen perkebunan. Kegiatan ini secara
tidak langsung dapat memberikan solusi peningkatan pendapatan bagi masyarakat
Desa Batukaang.

3. Dampak Sosial
Dampak sosial secara nasional pemanfaatan dan pengembangan hasil
pertanian ini diharapkan para petani mampu menghasilkan produk olahan baru
yang berkualitas dan siap dipasarkan guna memperkenalkan kekhasan produk
kreativitas masyarakat Desa Batukaang. Produk yang berkualitas dan siap
dipasarkan kepada para wisatawan disekitar tempat pariwisata di daerah tersebut,
mengingat pemerintah Kabupaten Bangli mempunyai program untuk menjadikan
desa-desa di Kabupaten Bangki sebagai daerah agrowisata. Dengan demikian,
prospek pengembangan dan pemasaran produk ini akan sangat bagus untuk
kedepannya, yang nantinya dapat meningkatkan penghasilan bagi masyarakat
maupun pihak terkait lainnya.
BAB II
METODE PELAKSANAAN PROGRAM

Metode yang digunakan dalam program kreativitas mahasiswa ini yaitu metode
kerja kolaborasi antara mahasiswa dengan kelompok masyarakat dan pihak Desa
Batukaang serta pihak terkait lainnya yang mendukung melaksanakan program
kreativitas mahasiswa ini, penulis juga menggunakan metode sebagai berikut:

1. Metode Observasi Awal


Penulis mengadakan pengamatan di Desa Batukaang. Observasi dilakukan
setelah memperoleh izin dari pihak – pihak terkait. Observasi penulis juga
melakukan wawacara dengan pihak terkait guna menunjang pengumpulan data
awal sebelum membuat usulan kegiatan program dan pelaksanaan program.
Untuk kedepannya pun jika program telah telaksana maka akan diadakan
observasi dan wawancara lanjutan terkait dalam memperolah informasi tindak
lanjut kegiatan yang dilakukan masyarakat dari hasil penelitian. Observasi juga
dilakukan setelah pelatihan diadakan, untuk mengetahui manfaat hasil pelatihan.
Pada observasi ini dicari data mengenai kemajuan pengolahan makanan,
pemasaran, serta perubahan yang dirasakan masyarakat Desa Batukaang.

2. Metode Penyuluhan dan pelatihan

Penulis mengadakan penyuluhan dan pelatihan tentang teknik pengolahan


jeruk, ubi jalar, dan talas menjadi makanan dan minuman siap konsumsi.
Penyuluhan dan pelatihan dilakukan sebanyak satu kali pertemuan. Serta kegiatan
tindak lanjut dari proses pelatihan yang telah diberikan lewat kerjasama dengan
bapak kepala desa dan ketua PKK dalam melaksanakan lanjutan dari kegiatan
pelatihan yang dilakukan secara mandiri.
BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN

3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kegiatan


Kegiatan Program Kreativitas Mahasiswa meliputi :
A. Waktu dan Tempat Persiapan
1. Tanggal, 9 Maret 2008
Pencarian ijin tentang pelaksanaan kegiatan dengan melakukan konfirmasi
keinstansi terkait yang meliputi kepala desa Batukaang.
2. Tanggal, 19 Maret 2008
Pembuatan sample produk olahan makanan dan minuman untuk kegiatan
pelatihan yang bertempat di Lab PKK UNDIKSHA.
3. Tanggal 20 Maret 2008
Pengurusan surat surat peminjaman dan pelaksanaan kegiatan.
4. Tanggal, 25 Maret 2008
Pembelian peralatan, bahan-bahan dan pemesanan spanduk untuk kegiatan
pelatihan.
5. Tanggal, 26 Maret 2008
Pembuatan modul pelatihan, alat peraga serta contoh kemasan produk
olahan.
6. Tanggal, 27 Maret 2008
Pengemasan dan pengepakan barang-barang serta bahan untuk pelatihan.
7. Tanggal, 28 Maret 2008
Pengambilan peralatan yang dipinjam, pengecekan peralatan serta gladi
bersih dari tim PKMM untuk mengukur waktu kegiatan agar dapat
berjalan dengan lancar sesuai dengan jadwal kegiatan yang hendak
dilakukan.
B. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Dilaksanakan pada tanggal 29 Maret 2008. Tempat pelaksanaan Balai desa
Batukaang, pada pukul 09.00 wita.

Mengingat lokasi pelatihan yang relative cukup jauh dari kota Singaraja dan tidak
terlepas dari aktifitas penulis sebagai mahasiswa maka setiap kegiatan yang akan
dilaksanakan selalu dikonformasikan lebih awal kepada pihak desa setempat agar
kegiatan dapat berjalan dengan lancar.

3.2 Tahapan Pelaksanaan


Pelaksanaan Program Kreativitas ini dapat berjalan dengan lancar karena adanya
kerja sama yang membangun dan mendukung antara mahasiswa, kepala desa, ketua PKK,
dosen pembimbing, dan masyarakat desa setempat. Adapun tahapan pelaksanaan
Program Kreativitas ini adalah sebagai berikut.
1. Tahap Persiapan
a. Melakukan observasi tentang hasil pertanian setempat.
b. Mempersiapkan segala keperluan untuk melakukan kegiatan diataranya :
mempersiapkan surat – surat untuk keperluaan mencari ijin observasi,surat
permohonan bantuan pengerahan peserta,surat peminjaman tempat
mempersiapkan alat ,bahan, untuk kegiatan pelatihan.
c. Pencarian ijin untuk melakukan observasi dan pelatihan kepada pihak yang
terkait.

2. Tahap Observasi.
a. Melakukan pengamatan secara langsung ke lokasi Desa Batukaang Kintamani,
tentang hasil perkebunan dan hasil panenan yang berkelimpahan serta sisa
panenan yang berjatuhan yang tidak layak dijual karena hasilnya kecil kecil atau
kurang bagus sehingga tidak terolah dengan baik.
b. Mengobservasi tempat pelatihan.
3. Tahap Wawancara.
a. Mencari input dan kunjungan langsung ke petani untuk melihat secara langsung
hasil pertanian dan pengamatan hasil panenan yang terbuang dengan sia – sia.
b. Melakukan wawancara dengan Bp. Kepala Desa,Ibu ketua PKK,para petani dan
masyarakat.

4. Tahap Pelatihan.
a. Pelatihan dilakukan 1 hari dimulai dari pkl.09.00 – 14.30.dihadiri oleh bapak
kepala desa Batukaang, bapak bendesa adat desa Batukaang ,kepala dusun , bapak
petugas PPL Pertanian desa Batukaang ,ibu ketua PKK desa Batukaang.

b. Pelatihan diberikan kepada ibu ibu PKK sebanyak 45 anggota ( ibu ibu Rumah
tangga dan kelompok tani ).

c. Acara Pelatihan diawali dengan penyampaian laporan oleh ketua tim PKMM,
sambutan dan pembukaan oleh bapak kepala desa.i

d. Acara Pelatihan dilanjutkan dengan pemberian materi, tanya jawab, pembagian


kelompok, pelaksanaan pelatihan dengan materi yang telah diberikan oleh tim
PKMM.

e. Proses pelatihan berjalan dengan lancar karena keterlibatan, keterbukaan,


partisipasi, serta keanrusiasan peserta pelatihan dan masih kentalnya budaya
saling bergotong royong antara satu peserta dengan peserta lainnya.

f. Kegiatan pelatihan ditutup oleh Bapak Nyoman Yudana selaku kepada desa
Batukaang dan penyerahan bantuan berupa peralatan memasak, bahan, serta dana.

5. Tahap Peninjauan Kembali Hasil Pelatihan

Berdasarkan hasil wawancara dan hasil observasi masyarakat telah mengembangkan


pengolahan ubi jalar, talas dan jeruk dari hasil pelatihan untuk pengolahan bersama
oleh tim PKK pada tanggal 21 April 2008 sebagai makanan keluarga, kegiatan
sampingan yang dijual di sekolah-sekolah. Pada kegiatan ini masyarakat
menyampaikan keterbatasan dalam hal pengetahuan teknik pengolahan alat dan bahan
serta pendanaan untuk mengenmbangkan olahan menjadi produk komersial.
Masyarakat juga mengharapkan adanya bantuan dan partisipasi dari pemerintahan
setempat untuk meningkatkan hasil pertanian dan perekonomian masyarakat.

6. Tahap Penyusunan Laporan

Penyusunan laporan dilakukan secara bertahap berdasarka hasil pelatihan dan


penarikan kesimpulan dari hasil peninjauan kembali hasil pelatihan.

3.3 Insturmen Pelaksanaan


Alat-alat yang digunakan antara lain :
a. Camera digital untuk mengambil gambar dokumentasi.
b. Alat-alat pelatihan dan dana yang akan diserahkan kepada kepala desa dan ketua
PKK desa Batukaang.
c. Pembagian angket tanggapan peserta pelatihan untuk memperoleh informasi
secara tertulis dari para peserta pelatihan terhadap pelaksanaan pelatihan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pelatihan


Desa Batukaang merupakan desa yang terletak di Kecamatan Kintamani,
Kabupaten Bangli. Desa Batukaang yang terletak 35 km dari Kecamatan Kintamani
sangat mudah ditempuh menggunakan transportasi darat.. Jika menempuh perjalanan
dari Singaraja menuju ke Desa Batukaang, disepanjang perjalanan terbentang lahan
perkebunan, yang menambah keindahan panorama alam.

Kondisi georafis desa ini sangatlah subur mengingat daerah ini merupakan
daerah pengunungan di sebelah barat Gunung Batur, yang tentunya memiliki
keunikan tersendiri. Di Desa Batukaang akan jarang ditemukan tanaman padi sebab
tanaman yang banyak di tanam di Desa Batukaang yaitu berupa tanaman jeruk, kopi,
ubi jalar, dan talas. Luas wilayah Desa Batukaang keseluruhannya 173,710 hektar,
dengan luas lahan pertanian seluas ± 160 hektar. Adapun hasil potensi daerah yang
paling unggul dan telah dikenal dikalangan masyarakat yaitu jeruk, ubi jalar, dan
talas. Dengan jumlah penduduk sebanyak ± 616 orang, dengan perhitungan laki –
laki sebanyak 313 orang dan perempuan sebanyak 303 orang. Sebagian besar
penduduk Desa Batukaang bermata pencaharian sebagai petani perkebunan. Ibu – ibu
rumah tangga yang tidak mempunyai pekerjaan ikut membantu suami untuk
menggarap kebun, begitu juga halnya para remaja.

Uang atau gaji jerih payah yang mereka peroleh tidak sepadan dengan
pekerjaan yang dilakukan. Untuk kalangan perempuan, jika bekerja dengan orang
lain, maka gaji yang diperoleh sebesar Rp 15.000,- tetapi gaji yang diperoleh laki-laki
sebesar Rp 25.000,-, serta sebagaian para remaja yang tidak tinggal dirumah. Karena
kebanyakan bekerja keluar (merantau). Dilihat dari penghasilan yang diperoleh
tentunya tidak dapat mencukupi kehidupan sehari – hari.

Desa Batukaang menghasilkan potensi lahan perkebunan dalam bentuk hasil


panen jeruk, kopi, ubi jalar, talas, dan jagung. Terkait dengan Program Kegiatan
PKMM ada beberapa tahapan yang di lalui di antaranya ,
1) Tahap Persiapan

Pada tahap persiapan dilakukan secara administrasi seperti


halnya persiapan surat – surat untuk keperluan mencari ijin observasi,
surat permohonan kerjasama dengan pihak terkait (desa batukaang dan
lembaga UNDIKSHA)

2) Tahapan Observasi

Melakukan Pengamataan langsung kelokasi desa batukaang


kecamatan Kintamani, serta mengamaati aktifitas para petani dan
masyarakat mengenai pengolahan ubi jalar , talas dan jeruk.

Adapun waktu pelaksanaan observasi ke tempat pelatihan pada


tanggal 19 Maret 2008 dan telah disepakati tempat pelatihan
pengolahan ubi jalar , talas , dan jeruk yang dilakukan dibalai desa
Batukaang.

3) Tahapan Wawancara

Wawancara dilakukan kepada beberapa narasumber untuk


memberikan gambaran tentang situasi hasil pengolahan ubi jalar , talas
dan jeruk.

4) Tahapan Pelatihan Teknik Pengolahaan

Pada tahap pengolahan ubi jalar menjadi ubi crips, talas


menjaadi trotilla dan jeruk menjadi minuman. Kesemua pengolahan
produk tersebut dilakukan selama satu hari. Pelatihan ini dihadiri oleh
bapak kepala desa Batukaang, bapak bendesa adat desa Batukaang
,kepala dusun, bapak petugas PPL Pertanian desa Batukaang ,ibu ketua
PKK desa Batukaang dan anggota PKK sebanyak 45 orang (peserta ).

Kegiatan pelatihan di awali dengan doa, presentaasi peserta,


pembukaan sekapur sirih dari ketua pelaksana, sambutan dari bapak
kepal desa Batukaang, kudapa, pembagian kelompok, penyampaian
ringkasan materi, acara pelatiahan, makan siang, acara pelatihaan
lanjutan, pengisian angket dan terakhir penyampaian kesan dan pesan.
5) Observasi Tahap Lanjut

Pada observasi tahap lanjut dengan masyarakat yang telah


memperoleh pelatihan melalui teknik wawancara dan pengamatan
hasilnya di peroleh bahwa masyarakaat telah mencoba unntuk
mengembangkan resep yang telah di berikan adapun waktu
pelaksanaannya pada tanggal 21 April 2008. Selain itu masyaarakat
juga mengembangkan di rumah masing-masing. Masyaraakaat juga
mrnghaapkan bantuan dari pihak pemerinyah untuk mewujudkan
perkembangan desa Batukaang menjaadi desa yang berkembang baik
dari segi pertaniaan dan perekonamian masyarakatnya.

4.2 Hambatan Dan Solusi


Pelatihan pengolahan ubi jalar menjadi ubi crips, talas menjadi trotilla dan
jeruk manis menjadi minuman, pada umumnya kegiatan pelatihan dapat berjalan
dengan lancar sesuai dengan rencana yang diprogramkan . Namun terdapat beberapa
hambatan kecil yang di hadapi oleh tim PKM pada saat persiapan peralatan. Yakni
keteledoran tim pada saat peminjaman alat di fakultas. Kendala tersebut dapat diatasi
dengan adanya bantuan dan kerjasama dari pihak pembimbing.
Secara umum saat pelaksanaan kegiatan tidak mengalami hambatan di
karenakan sudah adaanya persiapan secara matang dari tim PKM dan pihak yang
terkait.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah di paparkan dapat di taarik kesimpulan sebagai
berikut:
I. Pelatihhan merupakaan salah satu cara yang dapat di lakukkan untuk
memperkenalkaan teknik pengolahan ubi jalar, talas , dan jeruk menjadi hasil
olahaan baru yang dari segi bahan , teknik pengolahan dan aalaat yang
digunakaan cukup sederhana namun dapat membaantu pengembangan potensi
aalam di desa batukaang Kintamani
II. Para peserta PKK desa Batukaaang dan pihak desa memberikan respon positif
dan ke antusiasan saat proses pelatihan. Respon ini dapat terlihat dari
keterbukaan keterlibatan kehadiran dan keantusiasan saat pelatihan. Dan
kemauan untuk mencoba resep secara mandiri dan kelompok.
5.2 Saran
Adapun saran yang di berikan dengan pelaksanaan kegiatan PKMM adalah
sebagai berikut ,
1. Agar pelatihan ini tidak terhenti sampai disini.
2. Diharapkan kerjasama dari pihak pemerintah yang berwewenang serta pihak
terkait untuk memberikan perhatian dalam pengembangan usaha terkait
dengan hasil pelatihan khususnya kepada masyarakat desa Batukaang
sehingga peluang kerja serta dapat meningkatkan perekonomian rakyat.
Melalui usaha kecil dan menengah serta koprasi.

You might also like