Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Kabupaten Bangli dilihat dari letak geografisnya merupakan salah satu kabupaten
yang memiliki letak yang strategis dalam jalur perdagangan, pariwisata, serta usaha
perekonomian masyarakat lainnya. Hasil pertanian dan perkebunan seperti bawang, sayur
hijau, cabe, tomat, jeruk, ubi jalar, talas, serta produk pertanian lainya. Hasil pertanian
dan perkebunan terus melimpah dihasilkan dari tahun ke tahun. Hasil tersebut belum
memperoleh pengolahan untuk bernilai ekonomis. Keadaan tersebut hampir terjadi
diseluruh desa yang ada di Bangli, salah satunya desa penghasil ubi jalar, jeruk, dan talas.
Pada saat panen jeruk misalnya, kriteria pemasaran jeruk memiliki tahapan antara
lain jeruk yang ukurannya besar dijual dengan harga yang tinggi, jeruk yang ukurannya
sedang dijual dengan harga menengah, serta jeruk yang ukurannya kecil dijual dengan
harga yang murah. Pembelian atau pemasok hasil panen dilakukan oleh para tengkulak.
Sistem pembelian oleh tengkulak menggunakan sistem “Pajeg” yaitu tengkulak membeli
keseluruhan hasil panen dilahan petani dengan harga sesuai standar yang disepakati
antara petani dan tengkulak, dimana adanya harga yang kurang baik dan awamnya
pengetahuan petani menyebabkan jeruk yang melimpah, banyak ditemukan berserakan
sebagai sampah. Namun seharusnya kondisi jeruk tersebut layak dimanfaatkan bahkan
dapat dikonsumsi sebagai minuman.
Hasil panen berupa ubi jalar dan talas juga mengalami hal yang sama seperti buah
jeruk. Para petani menjual kepada tengkulak dengan harga yang relatife murah. Ubi jalar
dengan berat 50 kg dijual seharga Rp 30.000,- atau Rp 600,- per 1 kg dan talas dijual
dengan harga Rp 15.000,- atau Rp 300,- per 1 kg. Namun oleh para tengkulak dipasaran
pada konsumen dengan harga ubi jalar berkisar Rp 2.500,- hingga Rp 3.000,- per 1
kilogramnya, demikian juga halnya dengan harga talas. Hal ini mengakibatkan kerugian
bagi petani akibat kurangnya seimbangnya antara kerja keras dan penghasilan petani.
6. Adanya gambaran solusi pemasaran hasil olahan dengan observasi dan tinjauan
pustaka.
2. Pemberdayaan Masyarakat
3. Dampak Sosial
Dampak sosial secara nasional pemanfaatan dan pengembangan hasil
pertanian ini diharapkan para petani mampu menghasilkan produk olahan baru
yang berkualitas dan siap dipasarkan guna memperkenalkan kekhasan produk
kreativitas masyarakat Desa Batukaang. Produk yang berkualitas dan siap
dipasarkan kepada para wisatawan disekitar tempat pariwisata di daerah tersebut,
mengingat pemerintah Kabupaten Bangli mempunyai program untuk menjadikan
desa-desa di Kabupaten Bangki sebagai daerah agrowisata. Dengan demikian,
prospek pengembangan dan pemasaran produk ini akan sangat bagus untuk
kedepannya, yang nantinya dapat meningkatkan penghasilan bagi masyarakat
maupun pihak terkait lainnya.
BAB II
METODE PELAKSANAAN PROGRAM
Metode yang digunakan dalam program kreativitas mahasiswa ini yaitu metode
kerja kolaborasi antara mahasiswa dengan kelompok masyarakat dan pihak Desa
Batukaang serta pihak terkait lainnya yang mendukung melaksanakan program
kreativitas mahasiswa ini, penulis juga menggunakan metode sebagai berikut:
Mengingat lokasi pelatihan yang relative cukup jauh dari kota Singaraja dan tidak
terlepas dari aktifitas penulis sebagai mahasiswa maka setiap kegiatan yang akan
dilaksanakan selalu dikonformasikan lebih awal kepada pihak desa setempat agar
kegiatan dapat berjalan dengan lancar.
2. Tahap Observasi.
a. Melakukan pengamatan secara langsung ke lokasi Desa Batukaang Kintamani,
tentang hasil perkebunan dan hasil panenan yang berkelimpahan serta sisa
panenan yang berjatuhan yang tidak layak dijual karena hasilnya kecil kecil atau
kurang bagus sehingga tidak terolah dengan baik.
b. Mengobservasi tempat pelatihan.
3. Tahap Wawancara.
a. Mencari input dan kunjungan langsung ke petani untuk melihat secara langsung
hasil pertanian dan pengamatan hasil panenan yang terbuang dengan sia – sia.
b. Melakukan wawancara dengan Bp. Kepala Desa,Ibu ketua PKK,para petani dan
masyarakat.
4. Tahap Pelatihan.
a. Pelatihan dilakukan 1 hari dimulai dari pkl.09.00 – 14.30.dihadiri oleh bapak
kepala desa Batukaang, bapak bendesa adat desa Batukaang ,kepala dusun , bapak
petugas PPL Pertanian desa Batukaang ,ibu ketua PKK desa Batukaang.
b. Pelatihan diberikan kepada ibu ibu PKK sebanyak 45 anggota ( ibu ibu Rumah
tangga dan kelompok tani ).
c. Acara Pelatihan diawali dengan penyampaian laporan oleh ketua tim PKMM,
sambutan dan pembukaan oleh bapak kepala desa.i
f. Kegiatan pelatihan ditutup oleh Bapak Nyoman Yudana selaku kepada desa
Batukaang dan penyerahan bantuan berupa peralatan memasak, bahan, serta dana.
Kondisi georafis desa ini sangatlah subur mengingat daerah ini merupakan
daerah pengunungan di sebelah barat Gunung Batur, yang tentunya memiliki
keunikan tersendiri. Di Desa Batukaang akan jarang ditemukan tanaman padi sebab
tanaman yang banyak di tanam di Desa Batukaang yaitu berupa tanaman jeruk, kopi,
ubi jalar, dan talas. Luas wilayah Desa Batukaang keseluruhannya 173,710 hektar,
dengan luas lahan pertanian seluas ± 160 hektar. Adapun hasil potensi daerah yang
paling unggul dan telah dikenal dikalangan masyarakat yaitu jeruk, ubi jalar, dan
talas. Dengan jumlah penduduk sebanyak ± 616 orang, dengan perhitungan laki –
laki sebanyak 313 orang dan perempuan sebanyak 303 orang. Sebagian besar
penduduk Desa Batukaang bermata pencaharian sebagai petani perkebunan. Ibu – ibu
rumah tangga yang tidak mempunyai pekerjaan ikut membantu suami untuk
menggarap kebun, begitu juga halnya para remaja.
Uang atau gaji jerih payah yang mereka peroleh tidak sepadan dengan
pekerjaan yang dilakukan. Untuk kalangan perempuan, jika bekerja dengan orang
lain, maka gaji yang diperoleh sebesar Rp 15.000,- tetapi gaji yang diperoleh laki-laki
sebesar Rp 25.000,-, serta sebagaian para remaja yang tidak tinggal dirumah. Karena
kebanyakan bekerja keluar (merantau). Dilihat dari penghasilan yang diperoleh
tentunya tidak dapat mencukupi kehidupan sehari – hari.
2) Tahapan Observasi
3) Tahapan Wawancara