You are on page 1of 25
PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA TEKNOLOGI BIOGAS FESES DOMBA SEBAGAI SOLUSI ALTERNATIF MENGATASI KRISIS ENERGI SERTA PENURUNAN KUALITAS KESEHATAN DAN LINGKUNGAN SECARA NASIONAL BIDANG KEGIATAN : PKM GAGASAN TERTULIS Diusulkan oleh 1. Muhammad AriefErvana —_(B04060458 /angkatan 2006 ) 2. Wahdana Maulatin F. S (804060220 / angkatan 2006 ) 3. Sandra Hapsari (804070057 / angkatan 2007 ) INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 LEMBAR PENGESAHAN 1, Judul Kegiatan _ : Teknologi Biogas Feses Domba sebagai Solusi Alternatif Mengatasi Krisis Energi serta Penurunan Kualitas, Kesehatan dan Lingkungan Secara Nasional 2. Bidang Kegiatan : PKM GT (Gagasan Tertulis) 3. Ketua Pelaksana Kegiatan a, Nama Lengkap b. NIM . Jurusan 4. Universitas/Instituy/Politeknik ¢. Alamat Rumah dan No Tel./HP £. Alamat email 4, Anggota Pelaksana Kegiatan/Penulis 5. Dosen Pendamping a. Nama Lengkap dan Gelar b.NIP- c. Alamat : Kedokteran Hewan JL. Swadaya no. 11 RT 01 RW 06 : erv_arthur@yahoo.com Muhammad Arief Ervana 804060458 Institut Pertanian Bogor Kelurahan Balumbang Jaya, Balebak Bogor 16680 085226855828 2 orang Drh. Sri Murtini, Msi 132133967 Il. Parikesit Raya No. $7 Indrapasta Bogor / 081384473515 Bogor, 31 Maret 2009 Ketua Pelaksay NIM. B04060458 Dosen Pendamping af Sti Murtini, Msi) NIP. 132133967 ga KATA PENGANTAR, Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan naskah PKM Gagasan Tertulis ini Naskah PKM Gagasan Tertulis Feses Domba sebagai Solusi Alternatif Mengatasi Krisis Energi serta Penurunan nengambil judul “Teknologi Biogas Kualitas Kesehatan dan Lingkungan Secara Nasional”. Penulis merasa perlu menyoroti feses domba sebagai bahan bakar biogas karena belum banyak pihak di negeri ini, baik pemerintah maupun swasta, yang mencoba untuk mengaplikasikan teknologi biogas di peternakan kambing dan atau domba. Padahal, jumlah ternak domba di negeri ini sudah mencapai lebih dari 10 juta ekor dan dalam satu hari saja dihasilkan kurang lebih 11,742,789 ton feses. Jumlah ini sangat besar dan sayang jika hanya menumpuk tidak dimanfaatkan. Biogas adalah sumber energi alternatif yang akan turut_meningkatkan kualitas Kesehatan dan lingkungan sekaligus mengatasi krisis energi di Indonesia jika dapat diterapkan secara nasional. Penulis mengharapkan agar tulisan ini dapat memberi manfaat untuk kemajuan ilmu — pengetahuan dan memberikan informasi bagi yang membutuhkan. Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada semua pihak yang telah membantu dari awal hingga selesai penyusunan naskah PKM Gagasan Tertulis ini. Amin Bogor, Maret 2009 Tim Penulis DAFTAR ISL Kata Pengantar. Dafiar Isi. lil Daftar Tabel Daftar Gamba Ringkasan. Pendahuluan Latar belakang.......ccs00 Tujuan. 3 Tinjauan Pustaka Perkembangan teak domba di Indonesia.............s:.-0-ese0 4 Feses ternak 4 Masalah keschatan akibat feses a Masalah lingkungan akibat feses.. 6 Krisis energi di Indonesia............ 28 Biogas sebagai metode pengolah feses dan sumber energi Alternatif..... Nett age Metode Penulisan.. wll Analisis dan Sintesis, 2 Kesimpulan dan Saran... Sere is Daftar Pustaka. 16 Biodata Peserta..........0-. 19 DAFTAR TABEL Tabel 1. Jumlah rata-rata feses dari seekor ternak dewasa, « DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Proses dalam reaktor biogas....--...:ssssscseecsssessesseeee Gambar 2. Feses domba sebagai bahan bakar biogas. eels 5 iv RINGKASAN Peningkatan permintaan energi yang disebabkan oleh pertumbuhan populasi penduduk dan menipisnya sumber cadangan minyak dunia serta permasalahan emisi dari bahan bakar fosil memberikan tekanan kepada setiap negara, termasuk Indonesia, untuk segera memproduksi dan menggunakan energi terbarukan. Di lain pihak, peningkatan kebutuhan dan permintaan tehadap protein hewani mendorong perkembangan sektor peternakan, Salah satu dampak negatif dari perkembangan sektor peternakan yang tidak dapat dihindari adalah terjadinya penumpukan feses yang dapat mempengaruhi kualitas kesehatan dan lingkungan. Peningkatan populasi ternak secara otomatis menyebabkan peningkatan jumlah feses yang dihasilkan dan menumpuk di daerah peternakan. Penumpukan feses menjadi sumber masalah kesehatan dan lingkungan. Feses dari hewan ternak termasuk sapi, kambing, dan domba dapat menjadi sumber penyebaran penyakit, baik dari hewan ke hewan lain maupun dari hewan ke manusia, Selain itu, feses dapat menyebabkan polusi perairan maupun polusi udara dengan bau dan gas toksis. Mikroba patogen penyebab kolera, virus penyebab hepatitis A dan polio, bakteri koli dan varian cacing adalah beberapa jenis makhluk yang terdapat pada feses yang berjumlah sampai puluhan miliar. Di samping itu, proses pencernaan ternak ruminansia menghasilkan gas metan (CHa) yang cukup tinggi. Gas metan inj adalah salah satu gas yang bertanggung jawab terhadap pemanasan global dan perusakan ozon. Melihat keterkaitan langsung krisis energi dan masalah keschatan serta lingkungan seperti yang telah disebutkan di ates, maka diperlukan solusi untuk mengatasinya. Salah satu alternatif solusi adalah biogas. Biogas adalah suatu jenis gas yang diproduksi melalui proses fermentasi anaerobik bahan organik seperti kotoran temak dan manusia, biomassa limbah pertanian atau campuran keduanya, di dalam suatu ruang pencera yang disebut digester. Teknologi biogas pada dasamya memanfaatkan proses pencernaan yang dilakukan oleh bakteri metanogen yang produknya berupa gas metana (CH,). Bakteri ini bekerja dalam kondisi anaerob, schingga proses ini juga disebut sebagai pencernaan anaerob. Bakteri metanogen akan secara natural berada dalam limbah yang mengandung bbahan organik, seperti feses hewan, manusia, dan sampah organik rumah tangga. Biogas dapat mengurangi jumlah mikroorganisme patogen pada feses sehingga efektif untuk mengetasi masalah kesehatan yang disebabkan oleh feses. Biogas dapat mengurangi jumlah mikroorganisme pathogen pada feses sehingga efektif untuk mengetasi masalah kesehtatan yang disebabkan oleh feses. Proses digesti anaerob selama 14 hari pada suhu 39 derajat celcius di dalam digester biogas efektif membunuh 99,9% bakteri dan virus pathogen saluran pencernaan, Di bidang lingkungan, biogas berperan dalam mengurangi pencemaran serta dapat mengurangi efek rumah kaca dan pemanasan global. Biogas memberi perlawanan terhadap efek rumah kaca dan pemanasan global melalui tiga cara, yaitu. biogas dapat menjadi sumber energi alternatif pengganti bahan bakar minyak (BBM) sehingga emisi yang digunakan dari penggunaan BBM akan v berkurang. Biogas mengolah gas metana (CH.) yang dihasitkan secara alami oleh feses yang menumpuk menjadi energi. Pengurangan pelepasan gas metana sebagai salah satu gas rumah kaca ke atmosfer menunjang pencegahan efek rumah kaca dan pemanasan global. Dengan memanfaatkan biogas sebagai sumber energi alternatif, masyarakat yang sebelumnya menggunakan kayu baker sebagai sumber energi tidak akan menebang hutan lagi. Tanaman di hutan menyerap CO dan mengubahnya menjadi Oz, dengan demikian kadar CO? sebagai gas rumah kaca akan menurun sehingga pemanasan global dapat dihambat. Manfaat lain dari penerapan teknologi biogas dalam masyarakat adalah berkurangnya bau yang tidak sedap dan dapat mencegah penyebaran penyakit di daerah sekitar petrernakan, dihasilkannya panas dan daya (mekanis/listrik) serta hhasil samping berupa pupuk padat dan cair yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat, adanya keuntungan ekonomi yang menunjang _peningkatan kesejahteraan masyarakat, masyarakat memperoleh manfaat yang berkelanjutan dari hasil teknologi biogas, dan dapat menjadi penggerak dinamika pembangunan pedesaan Aplikasi penggunaan biogas sebagai sumber energi alternatif sekaligus solusi untuk mengatasi permasalahan akibat dari penumpukan feses bagi kesehatan dan lingkungan belum berkembang secara luas, Beberapa kendala aplikasi biogas adalah belum adanya program dari pemerintah yang berkesinambungan mengenai biogas ini, keterbatasan dana, dan keterbatasan sumber daya. Kendala tain berasal dari masyarakat peternak itu sendiri. Peternak skala kecil ~ menengah memerlukan manajemen tertentu untuk mengumpulkan feses. Kesadaran dan pengetahvan peternak tentang manfaat dari penerapan teknologi biogas ini juga belum memadai. Apalagi biogas feses domba. Penerapan biogas feses domba, kalaupun ada, pasti masih sangat jarang dalam masyarakat kita, karena yang berkembang dalam pemikiran masyarakat adalah teknologi biogas hanya dapat diterapkan di peternakan sapi. Padahal, feses domba juga sangat berpotensi untuk diolah menjadi bahan bakar biogas. Inilah yang membuat penulisan ini menjadi menarik dan perlu ditelaah lebih dalam. Untuk menerapkan biogas secara nasional dalam masyarakat, diperlukan adanya kerja sama anatara pemerintah, para ahli, peternak, dan masyarakat. Peran pemerintah diwujudkan dengan memperkuat kemauan politik untuk mengembangkan biogas secara nasional pada tingkat masyarakat peternak, baik petemnak sapi maupun peternak kambing atau domba. Terkait dengan biogas feses domba, pemerintah pusat dapat bekerja sama dengan pemerintah daerah dan dinas-dinas terkait untuk menganggarkan hibah bersaing dan melakukan penelitian menyangkut feses domba itu sendiri serta mensosialisasikan teknologi biogas feses domba secara berkelanjutan kepada masyarakat. Peran para ahli diwujudkan dengan melakukan penelitian yang lebih rinci mengenai penggunaan feses domba sebagai bahan bakar biogas. Baik mengenai komposisi, struktur, volum, maupun tekhnik~tekhnik pengolahan lain yang paling efektif dan efisien dalam menjadikan feses domba sebagai bahan bakar biogas. Kemudian para ahli juga berperan untuk turut mensosialisasikan biogas sebagai alternatif solusi untuk menangani masalah Kesehatan dan lingkungan yang bisa ditimbulkan oleh adanya penumpukan feses. Masyarakat juga hendaknya lebih vi Tujuan Tujuan dan manfaat yang ingin dicapai melalui penulisan ini antara lain; ‘Semua pihak terkait peternakan khususnya masayarakat peternak mengetahui dan menyadari bahwa feses domba bisa diolah menjadi sumber energi alternatif yang berkelanjutan, koheren dengan lingkungan, dan dapat meningkatkan kualitas keschatan serta mencegah penyebaran penyakit di daerah sekitar peternakan. TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan ternak domba di Indonesia Ternak domba adalah salah satu di antara plasma nutfah hewani yang perlu dipertahankan eksistensinya. Di samping sebagai penghasil daging, kulit, susu, wol, ternak domba dapat juga dipakai sebagai bahan penelitian atau sebagai bahan rakitan untuk menciptakan kultivar-kultiver (bangsa-bangsa) unggul baru Untuk mencapai tujuan ini, diperlukan rumusan kebijaksanaan dan program yang dapat_mendorong partisipasi masyarakat yang terlibat dalam pembangunan peternakan baik secara langsung maupun tidak langsung, dengan memperhatikan kendala yang dihadapi. Pada awal sebelum terjadinya proses domestikasi, domba masih hidup liar di pegunungan, Perburuan hanya dilakukan untuk mendapatkan daging guna Pemenuhan hidup sesaat. Pemeliharaan ternak dimulai ketika manusia merasa perlu mempunyai cadangan daging setiap saat diperlukan sehingga dimulailah pemeliharaan ternak domba yang merupakan awal dari proses domestikasi. Bangsa domba yang dipelihara sekarang ini adalah domba tipe perah, pedaging, dan penghasil woll. Perkembangan jumlah ternak domba di Indonesia mengalami kanaikan Jumlah yang cukup signifikan tiap tahunnya. Menurut Direktorat_Jendral Peternakan, Indonesia tahun 2006 memiliki 8.979.849 ekor, tahun 2007 memiliki 9.514.184 ekor, dan tahun 2008 memiliki_10.391.849 ekor ternak domba (Dirjen Peternakan, 2006), Feses ternak Peningkatan kebutuhan dan permintaan terhadap protein hewani mendorong perkembangan sektor peternakan, Peningkatan populasi ternak secara otomatis menyebabkan peningkatan jumlah feses yang dihasilkan dan menumpuk di daerah peternakan. Penumpukan feses menjadi sumber masalah kesehatan dan fingkungan, Feses dari hewan ternak termasuk sapi, kambing, dan domba dapat menjadi sumber penyebaran penyakit, baik dari hewan ke hewan lain maupun dari hhewan ke manusia (Soejoedono 2004). Selain itu, feses dapat menyebabkan polusi per Berikut sebagai gambaran jumlah rata-rata feses dari seekor ternak sn maupun polusi udara dengan bau dan gas toksis. dewasa setiap harinya, Tabel 1 Jumlah rata-rata feses dari seekor ternak dewasa (kg/hari) Tenis Ternak Kotoran Padat Kotoran Cair ‘Sapi 23.59 9.07 Kuda 16.10 3.63 Babi 2 139 Domba 1a 068 ‘Ayam 0.05 a Sumber: Soeminto (1987) dalam Setiawan (2007). Pola peternakan rakyat yang banyak dijumpai di masyarakat kita, baik Peternakan sapi maupun domba, yang lokasi peternakannya tidak jauh dari Pemukiman bahkan rumah peternaknya sendiri berada di lokasi peternakan, ‘menciptakan kondisi yang sangat rentan terhadap penurunan kualitas kesehatan dan lingkungan. Dengan demikian, perlu dilakukan usaha penanganan feses dan limbah secara tepat dan berkesinambungan. Masalah kesehatan akibat feses Feses_merupakan produk buangan dari metabolisme dalam tubuh,yang merupakan hasil sekresi, maka bahan-bahan yang tidak dibutuhkan lagi oleh tubuh terkandung dalam feses. Mikroba patogen penyebab kolera, demam tifus, virus penyebab hepatitis A dan polio, bakteri koli dan varian cacing adalah beberapa jenis makhluk yang terdapat pada feses dan berjumlah sampai puluhan mmiliar. Hal ini yang dapat menyebabkan penyakit yang timbul akibat feses. Selama banyak orang yang mengabaikan kesehatan hewan. Padahal, keschatan hewan sangat mempengaruhi Kesehatan manusia. Di samping juge pengaruh lingkungan dan keamanan pangan. Untuk itu satu sama lain harus diatur seimbang dan saling terkait. Kontaminasi feses ke kandang dan sekitarnya akan berdampak pada penyebaran organisme patogen tersebut ke makhluk hidup Iain, Contoh penyakit yang bisa ditimbulkan adalah Toksoplasmosis. Toksoplasmosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh Toxoplasma gondii. Parasit ini merupakan golongan protozoa dan hidup di alam bebas serta bersifat parasit obligat. Genus ‘Toxoplasma hanya terdiri atas satu spesies, yaitu Toxopasma gondii, Parasit ini mempunyai sifat yang tidak umum dibandingkan dengan genus lain, di antaranya dapat menginfeksi inang antara dalam kisaran yang sangat luas (tidak bersifat host spesifik). Ingng antara yang mudah terinfeksi antara lain adalah hewan berdarah panas, manusia dan burung (Smith dan Rebuck, 2000; Sciammarella, 2001). Akibat yang ditimbulkan tidak sedikit apabila ditinjau dari segi ekonomi arena penyakit ini dapat menyebabkan terjadinya abortus ataupun sampai kematian, khususnya pada hewan domba dan hewan domestikasi lain. (Anonim, 2001a; Anonim 20016). Masalah lingkungan akibat feses Limbah ternak adalah sisa buangan dari suatu kegiatan usaha peterakan, seperti usaha pemeliharaan temak, rumah potong hewan, pengolahan produk ternak, dan lain-lain, Limbah tersebut meliputi limbah padat dan limbah cair seperti feses, urine, sisa makanan, embrio, kulit telur, lemak, darah, bulu, kuku, tulang, tanduk, isi rumen, dan lain-lain (Sihombing, 2000). Semakin berkembangnya usaha peternakan, limbah yang dihasilkan semakin meningkat. Total limbah yang dihasilkan peternakan bergantung pada spesies ternak, besar usaha, tipe usaha, dan tantai kandang. Manure yang terdiri atas feses dan urin merupakan limbah ternak yang terbanyak dihasilkan dan sebagian besar manure dihasilkan oleh temak ruminansia, seperti sapi, Kerbau, kambing, dan domba (Sihombing, 2000). Selain menghasilkan feses dan urin, proses pencemaan ternak ruminansia juga _menghasilkan gas metan (CHs) yang cukup tinggi. Gas metan ini adalah salah satu gas yang bertanggung jawab terhadap pemanasan global dan perusakan ozon, dengan laju 1% per tahun dan terus meningkat (Suryahadi dkk., 2002). Menurut Crutzen (1986), kontribusi emisi metan dari peternakan mencapai 20-35% dari total emisi yang dilepaskan ke atmosfer. Di Indonesia, emisi metan per unit pakan atau laju konversi metan lebih besar karena kualitas hijauan pakan yang diberikan rendah. Semakin tinggi jumlah pemberian pakan kualitas rendah, semakin tinggi produksi metan (Suryahadi dkk., 2002). Limbah ternak masih mengandung nutrisi atau zat padat yang potensial untuk mendorong kehidupan jasad —renik yang dapat menimbulkan pencemaran. Selain melalui air, imbah petemakan sering mencemari lingkungan secara biologis yaitu sebagai media untuk berkembang biaknya lalat. Kandungan air manure antara 27-86% merupakan media yang paling baik untuk pertumbuhan dan perkembangan larva lalat, sementara kandungan air manure 65-85% merupakan media yang optimal untuk bertelur lalat (Dyer, 1986). Kehadiran limbah ternak dalam keadaan kering pun dapat menimbulkan pencemaran, yaitu dengan menimbulkan debu, Salah satu akibat dari pencemaran air oleh limbah ternak ruminansia ialah meningkatnya kadar nitrogen, Senyawa nitrogen sebagai polutan mempunyai efek polusi yang spesifik, yang kehadirannya dapat _menimbulkan konsckuensi penurunan kualitas perairan sebagai akibat terjadinya proses eutrofikasi, penurunan konsentrasi oksigen terlarut sebagai hasil proses nitrifikasi yang terjadi di dalam air yang dapat mengakibatkan terganggunya kehidupan biota air (Farida, 1978), Pada prinsipnye, bahan organik yang terkandung di dalam timbah peternakan merupakan sumber daya potensial bagi kehidupan berbagai organisme yang membutuhkan. Pemanfaatan limbah peternakan sebagai sumber energi untuk pertumbuhan dan perkembangan mikroorganisme dapat menghasilkan nitai manfaat yang lebih tinggi daripada bahan asal, limbah peternakan yang dimanfaatkan untuk pertumbuhan dan perkembangan mikroorganisma melalui proses fermentasi anaerob dapat dihasilkan bahan bakar berupa biogas dan pupuk organik berupa lumpur. Krisis energi di Indonesia Kenaikan harga minyak hingga US$ 70/barel_mempengaruhi aktivitas perekonomian di berbagai belahan dunia. Di Indonesia, permasalahan tersebut diperparah oleh adanya penyelundupan minyak yang merugikan negara hingga 8.8 triliun rupiah per tahun, Penerapan UU 22/2001 tentang Minyak dan Gas Bumi yang sangat liberal menjadikan pemerintah lepas tanggung jawab dalam pengelolaan Migas. Di Indonesia terdapat sekitar 60 cekungan minyak dan gas bumi (basin), baru 38 di antaranya yang telah dieksplorasi. Dalam cekungan tersebut terdapat sumber daya (resources) sebanyak 77 miliar barel minyak dan 332 triliun kaki kubik (TCF) gas; potensi cadangannya sebanyak 9,67 miliar bare! minyak dan 156,92 TCF gas. Semua itu baru dieksplorasi hingga tahun 2000 sebesar 0,46 miliar barel minyak dan 2,6 triliun TCF gas. Liberalisasi sektor Migas yang membebaskan sebebas-bebasnya asing mengeruk kekayaan minyak dan gas Indonesia, yakni melalui UU 22/2001 tentang Migas ini memberikan kewenangan kepada perusahaan swasta nasional ‘maupun swasta asing yang notabene bukan untuk kepentingan rakyat, Ketergantungan terhadap bahan bakar fosil memiliki tiga ancaman serius, yaitu_menipisnya cadangan minyak bumi, ketidakstabilan harga akibat laju permintaan yang lebih besar dari produksi minyak, polusi gas rumah kaca (terutama CO2) akibat pembakaran bahan bakar fosil. Kadar CO: saat ini disebut sebagai yang tertinggi selama 125,000 tahun terakhir. Bila ilmuwan masih memperdebatkan besarnya cadangan minyak yang masih bisa dieksplorasi, efek buruk CO terhadap pemanasan global telah disepakati hampir oleh semua kalangan, Pemerintah telah menyiapkan berbagai peraturan untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil, misalnya Kebijakan Umum Bidang Energi (KUBE) tahun 1980 dan Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No 996.K/43/MPE/1999 tentang prioritas penggunaan bahan bakar terbarukan untuk produksi listrik yang hendak dibeli PLN. Indonesia memiliki potensi sumber energi terbarukan dalam jumlah besar. Beberapa di antaranya bisa segera diterapkan di tanah air, seperti bioethanol sebagai pengganti bensin, biodiesel untuk pengganti solar, tenaga panas bumi, mikrohidro, tenaga surya, tenaga angin, bahkan sampah/limbah pun bisa digunakan untuk membangkitkan listrik, yaitu dengan biogas. Hampir semua sumber energi tersebut sudah dicoba diterapkan dalam skala kecil tanah air. Momentum krisis BBM saat ini merupakan waktu yang tepat untuk menata dan menerapkan dengan serius berbagai potensi tersebut, Meski saat ini sangat sulit untuk melakukan substitusi total terhadap bahan bakar fosil, implementasi sumber energi terbarukan sangat penting untuk segera dimulai. Biogas sebagai metode pengolah feses dan sumber energi alternatif Salah satu metode pengolahan feses yang bisa juga digunakan sebagai sumber energi alternatif ialah teknologi biogas. Biogas adalah suatu jenis gas yang diproduksi melalui proses fermentasi anaerobik bahan organik seperti kotoran temak dan manusia, biomassa limbah pertanian, atau campuran keduanya, di dalam suatu ruang pencerna yang disebut digester (Nurhasanah ef al 2006). Pada umumnya semua jenis bahan organik bisa diproses untuk menghasilkan biogas, namun hanya bahan organik homogen, seperti feses dan urin hewan ternak, yang cocok untuk sistem biogas sederhana, Limbah industri tahu, tempe, ikan pindang dan brem dapat menyatukan saluran limbahnya ke dalam sistem biogas sehingga tidak mencemari lingkungan (Anonim 2008). Hal ini memungkinkan karena limbah tersebut berasal dari bahan organik yang homogen. 10 Pada prinsipnya semua feses ternak dan manusia dapat digunakan sebagai bahan dasar pembuatan biogas. Teknologi biogas pada dasarnya memanfeatkan proses pencernaan yang dilakukan oleh bakteri metanogen yang produknya berupa gas metana (CH). Bakteri ini bekerja dalam kondisi anaerob sehingga proses ini juga disebut sebagai pencernaan anaerob (anaerob digestion) (Pambudi 2008), Bakteri metanogen akan secara natural berada dalam limbah yang mengandung bahan organik, seperti feses hewan, manusia, dan sampah organik rumah tangea. Menurut Wikipedia (2005) tahap lengkap pencernaan material organik terdiri atas hidrolisis, asidogenesis, asetagenesis dan metanogenesis (Gambar 1). Metanogenesis merupakan tahapan terakhir dan sekaligus yang paling menentukan, yakni dilakukan penguraian dan sintesis produk tahap sebelumnya untuk menghasitkan gas methana (CH,). Hasil lain dari proses ini berupa karbon dioksida, air, dan sejumlah kecil senyawa gas lainnya. Tahap ini dilakukan dengan bantuan bakteri pembentuk metana seperti Methanococus, Methanosarcina ‘Methanobacillus, Methanobacterium (Pambudi 2008). Tenay Hett Thy aise | Tabtp Peabernina sass ba ae pas ou ores. Seca os poner nee tee Feet Bainawopar | Babe Meuaerions Gambar 1. Proses dalam reaktor biogas (Suyitno 2007) ua METODE PENULISAN Metode penulisan yang digunakan adalah dengan menggunakan telaah pustaka dan wawancara dengan beberapa orang narasumber terkait. Pustaka yang digunakan antara lain buku-buku, koran, jurnal ilmiah, skripsi, dan internet. Sedangkan wawancara dilakukan dengan beberapa narasumber seperti dosen Fakultas Kedokteran Hewan, dosen Fakultas Peternakan, Tekhnisi pengolahan limba temnak Fakultas Peternakan, pengusaha instalasi biogas, peternak domba di daerah Bogor, dan lain-lain. 2 ANALISIS DAN SINTESIS Indonesia sedang mengalami krisis energi. Harga minyak dunia saat ini cenderung tidak stabil dan mengalami peningkatan sehingga pemerintah harus menambah anggaran untuk subsidi BBM. Indonesia memiliki data yang dapat digunakan untuk memprediksi kemelut BBM, yakni: (1) Setelah mencapai puncaknya pada tahun 1980-an, produksi minyak Indonesia terus menurun dari hampir 1.6 juta barel/hari saat ini hanya 1.2 juta barel/hari, (2) Pertumbuhan konsumsi energi dalam negeri yang mencapai 10% per tahun, dan (3) Kecenderungan harga minyak dunia yang terus meningkat setelah krisis moneter yang melanda Asia pada tahun 1998.Cadangan energi fosil di Indonesia seperti minyak bumi, gas, dan batu bara semakin terbatas. Energi fosil merupakan energi ‘yang tidak terbarukan. Sementara itu, peningkatan kebutuhan dan permintaan terhadap protein hewani mendorong perkembangan sektor peternakan. Sumber protein hewani seperti susu, daging, dan telur diperlukan untuk mencerdaskan masyarakat dan meningkatkan kualitas bangsa. Dampak negatif’ perkembangan sektor peternakan ‘yang tidak bisa dihindari adalah _penumpukan feses. Feses merupakan salah satu jenis limbah yang dihasilkan dari usaha petemnakan. Penumpukan feses dapat menimbulkan berbagai dampak negatif bagi keschatan dan lingkungan Salah satu alternatif solusi untuk mengatasi masalah krisis energi dan ‘masalah Kesehatan lingkungan karena penumpukan feses yang tidak termanfeatkan adalah dengan penerapan teknologi biogas. Teknologi ini sangat potensial untuk diterapkan di sentra-sentra pengembangan peternakan_ di Indonesia, Perlu digarisbawahi bahwa teknologi biogas tidak hanya bisa diterapkan di peternakan sapi tapi juga bisa diterapkan di peternakan domba, Karena pada prinsipnya semua jenis feses bisa diolah menjadi bahan bakar biogas, termasuk feses domba. Mengingat banyaknya peternak skala kecil ~ menengah di pelosok ~ pelosok daerah negeri ini lebih banyak memilih beternak domba atau kambing maka program penerapan teknologi biogas feses domba pun perlu digalakkan. Peternak di daerah lebih memilih beternak domba atau kambing karena untuk skala rumah tangga pemeliharaannya dinilai lebih mudah dan tentunya tidak memerlukan lahan yang terlalu lvas, Gambar 2. Feses domba sebagai bahan bakar biogas ( education@pembina.org ) Sebagai gambaran, jika dihitung-hitung, berdasarkan data populasi temak domba di Indonesia pada tahun 2008, yaitu 10,391,849 ekor, dan jumlah rata-rata feses seekor ternak dewasa setiap hari, yaitu 1,13 kg/hari ( tabel 1), maka dalam satu hari saja dihasilkan 11.742,789 ton feses domba, Jumlah yang besar dan sayang jika hanya menumpuk tidak dimanfaatkan. Namun berbeda dengan biogas feses sapi, untuk membangun sebuah instalasi biogas feses domba diperlukan jumlah témak yang sedikit lebih banyak. Sebagai contoh sebuah petemakan domba di dacrah Ciampea - Bogor dengan juiilahi-1eriiak’ 20° ekor bertiasil mieitianien’ gai’ dari’ biogas feses’ doriba dengan digester berukuran 2m? setiap dua hari sekali. Biogas feses domba yang oleh peimilikaya’ disebut” sebagai “biogas’ mini -feses’ doniba’ (BMFD)" ini -télah membantu.meringankan sedikit beban ekonomi peternak karena bisa digunakan ink ‘teniaak 10 liter air dai rierebus 4 butir-telur,-yaiig jika dirdpiahkan'bisa disetarakan dengan menghemat sckitar Rp 15.000,- per dua hari. Sebuah angka -yang lumayan dan’ -yanig terpentinig ini adalah bukti Konighrit-feses' domibia bisa diolah menjadi bahan bakar biogas. Mengenai jumlah temak domba yang harus ada dalam jumlali-yang cukup besa, petémak dapat riembiiat Kelompok -untik membangun reaktor biogas secara kolektif, Sehingga para petemak bisa menjadi lebih’ miaindiri dalaiii pemieniihiin kebiitihan’ cherginya dari mianfaat laini dari biogas bisa diresakan bersama, Biogas dapat mengurangi jumlah mikroorganisme patogen pada feses sehingga efektif untuk mengatasi masalah kesehatan yang disebabkan oleh feses. Proses digesti anaerob selama 14 hari pada suhu 35°C di dalam digester biogas efektif membunuh 99,9% bakteri dan virus patogen dari saluran pencernaan Di bidang lingkungan, biogas berperan dalam mengurangi pencemaran serta dapat mengurangi efek rumah kaca dan pemanasan global. Biogas memberi perlawanan terhadap efek rumah kaca dan pemanasan global melalui tiga cara, yaitu : 1. Biogas dapat menjadi sumber energi alternatif pengganti bahan bakar minyak (BBM) sehingga cmisi yang digunakan dari penggunaan BBM akan berkurang. Penurunan emisi BBM mengurangi gas rumah kaca di atmosfer sekaligus menghambat proses pemanasan global. 2. Biogas mengolah gas metana (CHs) yang dihasilkan secara alami oleh feses yang menumpuk menjadi energi. Pengurangan pelepasan gas metana sebagai salah satu gas rumah kaca ke atmosfer menunjang pencegahan efek rumah kaca dan pemanasan global. 3. Dengan memanfaatkan biogas sebagai sumber energi alternatif, masyarakat yang sebelumnya menggunakan kayu bakar sebagai sumber energi tidak akan menebang hutan lagi. Tanaman di hutan menyerap COz dan mengubahnya menjadi Oz, dengan demikian kadar CO; sebagai gas rumah kaca akan menurun schingga pemanasan global dapat dihambat. Manfaat lain dari penerapan teknologi biogas dalam masyarakat yaitu berkurangnya bau yang tidak sedap dan dapat mencegah penyebaran penyakit di daerah sekitar petrernakan, dihasilkannya panas dan daya (mekanis/listrik) serta hasil samping berupa pupuk padat dan cair yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat, adanya keuntungan ekonomi yang menunjang peningkatan kesejahteraan masyarakat, masyarakat memperoleh manfaat yang berkelanjutan dari hasil teknologi biogas dan dapat menjadi penggerak dinamika pembengunan pedesaan. 15 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Krisis energi di Indonesia serta penurunan kualitas kesehatan dan lingkungan akibat_ menumpuknya feses ternak sebagai dampak semakin berkembangnya sektor peternakan membutuhkan penanganan yang serius dari berbagai pihak. Salah satu alternatif solusi yang bisa diandalkan dan diterapkan adalah teknologi biogas. Teknologi biogas tidak hanya bisa diterapkan di peterakan sapi tapi bisa diterapkan juga di peternakan domba karena feses domba sangat berpotensi untuk diolah menjadi bahan bakar biogas. Saran Saran yang bisa penulis berikan melalui penulisan ini antera Iain diperlukan adanya kerjasama antara pemerintah, para ahli, peternak, dan masyarakat dalam penerapan teknologi biogas feses domba secara nasional. Peran pemerintah diwujudkan dengan memperkuat kemauan politik untuk mengembangkan biogas secara nasional pada tingkat masyarakat peternak, khususnya peternak kambing, ‘atau domba. Pemerintah pusat dapat bekerjasama dengan pemerintah daerah dan dinas — dinas terkait untuk menganggarkan hibah bersaing dan melakukan penelitian menyangkut feses domba itu sendiri serta mensosialisasikan teknologi biogas feses domba secara berkelanjutan kepada masyarakal. Peran para ahli diwujudkan dengan melakukan penelitian yang lebih rinci mengenai penggunaan feses domnba sebagai bahan bakar biogas. Baik mengenai komposisi, struktur, volum, maupun tekhnik ~ tekhnik pengolahan lain yang, paling efektif dan efisien dalam menjadikan feses domba sebagai bahan bakar biogas. Kemudian para ahli juga berperan untuk turut mensosialisasikan biogas feses domba sebagai alternatif solusi untuk menangani masalah kesehatan dan lingkungan yang bisa ditimbulkan oleh adanya penumpukan feses. Masyarakat juga hendaknya lebih peduli dan tanggap terhadap masalah Kesehatan dan lingkungan yang diseabbkan oleh feses temnak, serta membuka diri untuk menggunakan biogas sebagai solusi krisis energi dan masalah Kesehatan fingkungan. 16 DAFTAR PUSTAKA Anonim , 2000. Toxoplasma gondii . Department of Immunology and Infectious Disease Research. hutpz/hvww.Research.Institut.of PAMK.htm Anonim, 2001a. Toxoplasmosis Public health Education Information Sheet. ‘March of Dimer. Ask NOAH About : Pregnancy Fact Sheet WHO. hutp://vww.noah health.org/toxoplas. htm! Anonim, 2001b. Toxoplasmosis in Cat. Comelt Fetine Health Center, Cornell Veterinary Medicine. hitp://veb. vet.cometi.edu/public/FHC/toxo.htm! Anonim. 2005a. GALFAD Ubah Sampah Jadi Listrik. Bali Post,15 Februari 2005. Anonim,20056. Soal BBM jangan saling menyalahkan,. Pikiran Rakyat, 25 ‘Agustus 2005. Anonim. 2008, _Dasar-Dasar_ Teknologi Biogas. huip/Avww.lern: biz.com/files/biogas pdf. {1 Mei 2008] Crutzen P J, Aselman | and Seiler W. 1986. Methane production by domestic animals, wild ruminant, other herbivorous fauna, and humans. Tellus 38B:271-284, Dyer LA. 1986. Beef Cattle. In Cole and Brander Ed.: Ecosystem of the world 21-Bioindustrial Ecosystem. Elsevier, New York. Farida E. 2000. Pengaruh Penggunaan Feses Sapi dan Campuran Limbah ‘Organik Lain Sebagai Pakan atau Media Produksi Kokon dan Biomassa Cacing Tanah Eisenia foetida savigry. Skripsi Jurusan timu Nutrisi dan Makanan Ternak. IPB, Bogor. Direktorat Jendral Peternakan (Dirjen Peternakan). 2006. Statistik Peternakan. Dirjen Peternakan, Jakarta. Kosasih E. 2008. Kembangkan Penggunaan Biogas. hitp://galamedia.com/ 20080228/kolomlengkap php?kolomkode=20080228003346.{18April 2008) Nurhasanah A, Widodo TW, Asari A dan Rahmarestia E. 2006, Perkembangan Digester Biogas di Indonesia. Serpong: Balai Besar Mekanisasi Pertanian. Pambudi NA. 2008. Pemanfaatan Biogas sebagai Energi Alternatif. huip:ivww.dikti.org [18 April 2008} Soeminto B. 1987. Pupuk Kandang, Asri [tempat tidak diketahui). Smith JE and Rebuck N, 2000. Toxoplasma gondii Strain Variation and Phatogenecity. In. Microbial Foodborne disease. Cary JW, JE linz and D. Bhatnagar (Eds). Technomic Co. Inc. USA. P. 405-431 Sihombing D T H. 2000, Teknik Pengelolaan Limbah Kegiatan/Usaha Peternakan. Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Lembaga Penelitian, Institut Pertanian Bogor. Suryahadi, Nugraha A R, Bey A, dan Boer R. 2000, Laju konversimetan dan faktor emisi metan pada kerbau yang diberi ragi tape lokal yang berbeda kadarnya yang mengandung Saccharomyces cerevisiae. Ringkasan Seminar Program Pascasarjana IPB. Sciammarella J, 2001. toxoplasma gondii. htp://www.emedicine.com Soejoedono R.R. 2004. Zoonosis. Bogor: Laboratorium Kesmavet Fakultas Kedokteran Hewan IPB. Setiawan A.1. 2007. Memanfaatkan Kotoran Temak Edisi Revisi. Jakarta: Penebar Swadaya. Suyitno A. T. 2007. Biogas. http// kajian-energi-blogspot.com/search/label/biogas (20 Mei 2008}. Sari, AP.2008. Kehidupan tanpa minyak: masa depan yang nyata, Pelangi, www pelangi.or.id . Tobing, M.2005. Bencana BBM menunggu di depan, Kompas, 1! Juli 2005. Wikipedia. 2005. Anaerobic Digester. _http://en. wikipedia org/wikif Anaerobic_digester [18 April 2008). BIODATA PESERTA KETUA Nama lengkap : Muhammad Arief Ervana NIM + B04060458 Fakultas/Program studi —_: Kedokteran Hewan Perguruan tinggi : Institut Pertanian Bogor ‘Tempat, tanggal lehir Pekalongan, 16 Mei 1988 Kerya ilmiah yang pernah dibuat Teknologi Biogas Feses Domba sebagai Energi Alternatif untuk Pemenuhan Kebutuhan Energi Masyarakat Desa Cihideung tir, Ciampea-Bogor Penghargaan ilmiah yang pernah diraih —: - ANGGOTA Nama lengkap : Wahdana Maulatin F. S. NIM + B04060220 Fakultas/Program studi: Kedokteran Hewan Perguruan tinggi Institut Pertanian Bogor ‘Tempat, tanggal lahir Rembang, 19 September 1988 Karya ilmiah yang pernah dibuat 7 Penghargaan ilmiah yang pernah diraih - Nama lengkap : Sandra Hapsari NIM :B04070057 Fakultas/Program studi Kedokteran Hewan Perguruan tinggi Institut Pertanian Bogor ‘Tempat, tanggal lahir Bandung, 16 Juni 1989 Karya ilmiah yang pernah dibuat Penghargaan ilmiah yang pernah diraih

You might also like